Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Androgenik pada Laki-laki Hipogonad

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Androgenik pada Laki-laki Hipogonad"

Transkripsi

1 Artikel Penelitian Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Androgenik pada Laki-laki Hipogonad Nukman Moeloek,* Silvia W. Lestari,* Yurnadi,* Bambang Wahjoedi** *Departemen Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, **Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Abstrak: Telah diketahui bahwa androgen eksogen dapat meningkatkan kadar testosteron darah dan menekan produksi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) pada laki-laki hipogonad. Salah satu androgen alami yang telah banyak digunakan adalah cabe jawa. Namun, belum diketahui apakah ekstrak cabe jawa dapat meningkatkan fertilitas pada laki-laki hipogonad. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menilai pengaruh androgen (testosteron) ekstrak cabe jawa terhadap laki-laki hipogonad. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak cabe jawa dapat meningkatkan kadar testosteron darah dan menekan produksi FSH dan LH pada laki-laki hipogonad. Penelitian ini menggunakan desain single blind study dengan subjek laki-laki hipogonad. Didapatkan hasil bahwa cabe jawa dapat meningkatkan kadar testosteron darah pada 7 dari 9 laki-laki hipogonad (78%), ekstrak cabe jawa dosis 100 mg/hari tidak dapat menurunkan kadar FSH dan LH pada laki-laki hipogonad, terhadap PSA dan berat badan laki-laki hipogonad, bersifat androgenik lemah dan dapat meningkatkan frekuensi koitus laki-laki hipogonad. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak cabe jawa pada dosis 100 mg/hari dapat bersifat/bertindak sebagai fitofarmaka androgenik yakni dapat meningkatkan kadar testosteron darah dan libido pada laki-laki hipogonad dan bersifat aman. Kata kunci: cabe jawa, androgen, hipogonad, FSH dan LH, PSA 255

2 Clinical Study of Piper Retrofractum Vahl. (Javanese Long Pepper) Extracts as an Androgenic Phytopharmaca in Male Hypogonadism Nukman Moeloek,* Silvia W Lestari,* Yurnadi, Bambang Wahjoedi** *Department of Medical Biology of Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta ** National Institute of Health Research and Development, Department Ministry of Health Republic of Indonesia, Jakarta Abstract: It has been known already that exogenous androgen could increase blood testosterone level and decrease FSH and LH production in hypogonadism. One of natural androgen is Piper Retrofractum Vahl (javanese long pepper). However, it has not been known yet that its extract could increase fertility in hypogonadism. It needs a further study to know androgen (testosterone) effect of javanese long pepper extract in hypogonadism. The hypothesis of this study is javanese long pepper. extract could increase blood testosterone level and decrease FSH and LH production in hypogonadism. This study is using single blind design and male hypogondism as subject. The results are javanese long pepper extract could increase blood testosterone level in 7 from 9 male hypogonadism; in 100 mg/day dosage could not decrease FSH and LH level; did not effect to PSA and body weight; in 100 mg/day dosage could effect as weak androgenic and increase the frequency of coitus in male hypogonadism. The conclusions of this study are javanese long pepper is one source of natural androgen; in 100 mg/day dosage could act as androgenic phytopharmaca, which could increase testosterone blood level and libido safely. Key words: javanese long pepper, androgen, hypogonadism, FSH and LH, PSA Pendahuluan Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan penanganan serius secara bersama-sama dengan infertilitas perempuan dalam penatalaksanaan diagnosis dan terapi pasangan suami isteri (pasutri) yang ingin memiliki anak. 1,2 Persentase infertilitas pada laki-laki cukup besar (± 40-60%) dan salah satunya adalah gangguan kesuburan. Selain itu penanganan infertilitas pria merupakan masalah yang cukup kompleks dan rumit. 3 Gangguan kesuburan pada laki-laki dapat dibagi atas 3 golongan yakni: 1. Pre-testikuler; 2. Testikuler; 3. Post-testikuler. Gangguan pre-testikuler berkaitan dengan gangguan hormonal yang mempengaruhi proses spermatogenesis seperti menurunnya produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) sehingga menimbulkan keadaan yang disebut hipogonadisme. Gangguan testikuler dapat terjadi di dalam tubulus seminiferus, misalnya testis rusak akibat trauma atau infeksi. Adapun gangguan posttestikuler adalah berbagai gangguan yang terjadi setelah spermatozoa keluar dari tubulus seminiferus, misalnya gangguan viabilitas dan motilitas spermatozoa karena infeksi atau sebab lain. 4 Berbagai obat yang mengandung bahan hormon, vitamin, dan afrodisiak atau campuran berbagai ramuan telah digunakan sejak dahulu di Arab, Perancis, Cina, Jepang, dan Indonesia. 5 Beberapa cara telah dilakukan untuk mengatasi gangguan kesuburan termasuk dengan pengobatan secara tradisional dengan menggunakan bahan alami. Berbagai sumber androgen di alam antara lain terdapat dalam tanaman obat dan salah satu tanaman obat yang diduga mempunyai kandungan androgen adalah buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.). Obat fitofarmaka cabe jawa telah banyak digunakan oleh masyarakat secara luas sebagai obat tradisional. Secara empirik buah cabe jawa telah digunakan sebagai obat lemah syahwat (aprodisiaka), lambung lemah, dan peluruh keringat dan rematik. 6-8 Sejumlah fitoandrogen masih perlu diuji efeknya agar dijadikan sebagai pengganti testosteron sintetis. Istilah androgen digunakan secara kolektif untuk senyawa yang kerja biologiknya sama dengan testosteron. Fungsi utama androgen adalah merangsang perkembangan, aktivitas organ reproduksi, dan sifat seks sekunder, sedangkan kerja kombinasinya disebut kerja androgenik. Androgen utama pada seorang pria adalah testosteron yang telah dihasilkan oleh sel Leydig di dalam testis. 9 Selain efek androgenik, maka pengaruh hormon androgen dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kekuatan fisik seseorang atau efek anabolik. Namun demikian, pada 256

3 AkromegaliUji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka laki-laki akan terjadi juga sindrom yang analog dengan menopause pada perempuan yang dikenal sebagai andropause. Keadaan ini akan menjadi lebih baik dengan pemberian androgen. 9 Androgen juga diperkirakan bertanggung jawab terhadap keagresifan dan tingkah laku seksual laki-laki. Telah diketahui pula bahwa androgen eksogen dapat meningkatkan kadar testosteron darah dan menekan produksi hormon gonadotropin FSH dan LH pada laki-laki hipogonad. a 9 Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek stimulan terhadap sel saraf sehingga mampu meningkatkan stamina tubuh. Efek hormonal dari tanaman ini dikenal sebagai afrodisiaka. Berdasarkan penelitian secara ilmiah, cabe jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena mempunyai efek androgenik, untuk anabolik, dan sebagai antivirus. Dari suatu tinjauan pustaka dikatakan bahwa secara umum kandungan kimia atau senyawa kimia yang berperan sebagai afrodisiaka adalah b turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin dan senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran darah. Bagian yang dimanfaatkan sebagai afrodisiaka adalah buahnya dan diduga senyawa aktif yang berkhasiat afrodisiaka di dalam buahnya adalah senyawa piperine. 10 Berbagai hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.), mempunyai efek androgenik dan meningkatkan kadar hormon testosteron tikus percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai simplisia maupun ekstrak etanol 95% serta cukup aman. Ekstrak cabe jawa ini tampaknya mempunyai prospek positif untuk dapat dikembangkan menjadi fitofarmaka androgenik melalui berbagai aspek penelitian secara klinik. Fitofarmaka merupakan sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku (SK Menkes No. 760/Menkes/Per/IX/1992). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh androgenik ekstrak cabe jawa pada pria infertil dengan menggunakan pria hipogonad sebagai subjek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh androgenik ekstrak cabe jawa terhadap kadar hormon testosteron, FSH, LH, konsentrasi spermatozoa, frekuensi koitus, dan berat badan pria hipogonad. Hasil penelitian ini diharapkan cabe jawa dapat dijadikan bahan androgen alami sebagai androgen alternatif yang terdapat dalam sumber daya alam (SDA) Indonesia dan sekaligus dapat menghemat devisa akibat mengimpor androgen sintetis dari luar negeri. Metode botol semen, improve Neubauer, kapas, orkidometer, sentrifus, counter, mikroskop, dan alat tulis. Rancangan Percobaan Batasan Operasional Hipogonad merupakan suatu kondisi terjadinya penurunan fungsi gonad (testis/ovarium). Pada laki-laki, tanda ataupun gejalanya berupa penurunan produksi hormon testosteron dan produksi sperma. Kriteria inklusi dari peneltiaan ini adalah pasien laki-laki berumur tahun, volume testis <15 ml, oligozoospermia, pasien dengan atau tanpa keluhan penurunan libido/potensi seks, nilai testosteron darah/serum di bawah kisaran normal, bersedia dan dapat berpartisipasi pada penelitian ini setelah mendapat informasi lengkap, dan dapat minum obat. Selanjutnya untuk kriteria eksklusi adalah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat yang diteliti, pasien diperkirakan tidak akan dapat mengikuti secara penuh uji klinik, laki-laki yang mendapat terapi androgen oral (harus menunggu 6 minggu untuk dapat diikutsertakan), menderita penyakit kronis hati, ginjal dan prostat, riwayat ketagihan alkohol atau narkoba, menggunakan obat lain yang mempengaruhi metabolisme dan kerja androgen. Uji klinik ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) dilakukan dengan rancangan penelitian single blind clinical trial. Hal ini disebabkan oleh sulitnya memperoleh pria hipogonad. Subjek penelitian adalah pasien dengan infertil oligozoospermia dan keluhan penurunan libido atau potensi seks, volume testis <15 ml, serta kadar hormon testosteron di bawah kisaran normal. Subjek Percobaan Dosis dan Cara Penetapan dosis uji didasarkan hasil penelitian pada tikus yang telah diekstrapolasikan ke dosis manusia berdasarkan perbandingan luas permukaan (ekstrapolasi menurut cara Paget & Barners) dan penggunaan empirik, yaitu 100 mg/orang yang dimasukkan ke dalam 1 (satu) butir kapsul. Uji klinik dilakukan sebanyak 3 fase: 1. Fase skrining, 2.Fase terapi, 3. Fase pemulihan 1. Fase skrining (3 bulan): Fase ini dilakukan skrining awal pasien infertil dengan oligozoospermia dan keluhan penurunan libido atau potensi seks, serta volume testis <15 ml. Setelah pasien menandatangani informed consent, baru dilakukan pemeriksaan. Bahan dan Alat Penelitian 2. Fase terapi (1 bulan): Pria hipogonad sehat dengan berat badan kilogram, Pada fase ini, para calon peserta yang setuju untuk ekstrak kering cabe jawa dan plasebo A yang dimasukan mengikuti Buji klinik harus menandatangani informed consent C ke dalam kapsul gelatin, EDTA, kit FSH dan LH, kit yang telah disediakan. Sebanyak 10 pasien secara acak testosteron, kit kimia darah, kit PSA, timbangan, vacutainer, mendapat kapsul ekstrak cabe jawa, dan 10 pasien lagi alkohol 70%, spuit therumo syringe 5 mililiter, rak tabung, mendapat kapsul plasebo. Penelitian ini merupakan fase I uji 257

4 klinik dan pada fase I uji kliknik biasanya dianjurkan tidak lebih dari 10 orang yang diuji pada terapi dengan bahan obat yang baru. 11 Oleh karena itu, jumlah pasien yang mendapatkan ekstrak cabe jawa adalah maksimal sepuluh orang. 3. Fase pemulihan (1 bulan): Pada fase pemulihan dilakukan pemeriksaan yang sama dengan fase terapi, namun tanpa pemberian ekstrak ataupun plasebo cabe jawa. Pengambilan Data Pada ketiga fase dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium. Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan spuit terumo syringe 5 mililiter pada pembuluh darah vena. Darah yang didapatkan kemudian disentrifus untuk memisahkan serum dan darah. Serum darah digunakan untuk pemeriksaan hormonal, sedangkan darahnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah. Adapun parameter yang diamati pada pemeriksaan hormonal adalah kadar testosteron, FSH, dan LH. Untuk parameter kimia darah adalah berupa darah rutin, fungsi hepar, ginjal, profil lipid. Pengambilan sampel semen dilakukan secara koitus interuptus oleh pasien dan kemudian dihitung konsentrasi spermatozoa yang didapatkan. Sebagai data tambahan dilakukan penimbangan berat badan relawan setiap kali pemeriksaan. Pemeriksaan untuk analisis semen dilakukan di Departemen Biologi Kedokteran FKUI, selanjutnya untuk pemeriksaan kadar hormon testosteron, FSH, dan LH dilakukan di Makmal Terpadu FKUI dengan teknik radio immuno assay (RIA), sedangkan untuk pemeriksaan kimia darah dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSCM/FKUI. Analisis Statistik Sampel setiap parameter dievaluasi dengan menggunakan analisis statistik untuk melihat tingkat signifikansi dari data yang didapatkan. 12,13 Data Awal Pria Hipogonad Sebelum (Kilogram, juta/ml, gram/ml) Berat badan Konsentrasi spermatozoa Volume testis Plasebo (Kontrol) Berat Badan, Konsentrasi Spermatozoa, Volume Testis Gambar 1. Karakteristik Data Awal Laki-laki Hipogonad yang Mendapat Ekstrak Cabe Jawa dan Plasebo (Kontrol). Keterangan: Berat badan: perlakuan; rerata=71,4, SE=4,66. Plasebo; rerata =73,0,SE=2,54. Konsentrasi spermatozoa: ; rerata=2,43, SE=1,22. Plasebo; rerata=2,74,se= 0,79, volume testis: perlakuan; rerata=13,31, SE=0,78. Plasebo; rerata= 14,44, SE= 0,84. Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar Hormon Testosteron Pria Hipogonad ng/dl Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-30 Hari ke 60 Hari Kontrol (Plasebo) Gambar 2. Rerata Kadar Hormon Testosteron Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan sesudah Keterangan: ; Hari ke-0. Rerata=3,01, SE=0,49; Hari ke-1. Rerata=3,51, SE=0,41; Hari ke-7. Rerata=3,17, SE=0,56; Hari ke-30. Rerata=3,01, SE=0,40; Hari ke-60. Rerata= 2,29, SE=0,30. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=2,95, SE=0,26; Hari ke-1. Rerata=3,50, SE=0,56; Hari ke-7. Rerata=3,75, SE=0,22; Hari ke-30. Rerata=4,00, SE=0,45; Hari ke-60. Rerata=3,43, SE=0,

5 AkromegaliUji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Hasil Penelitian ini merupakan penelitian pertama kali dalam uji klinik ekstrak cabe jawa pada manusia. Data awal berat badan, konsentrasi spermatozoa, dan volume testis Dari hasil penimbangan berat badan, konsentrasi spermatozoa, dan pengukuran volume testis ditemukan bahwa data tidak menunjukkan perbedaan karakteristik berat badan, konsentrasi spermatozoa, dan volume testis pada pria kelompok ekstrak cabe jawa dan kelompok plasebo/kontrol (Gambar 1). Kadar Hormon Testosteron sebelum, selama, dan sesudah Terapi Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap kadar testosteron darah relawan (Gambar 2). Kadar Hormon FSH sebelum, selama, dan sesudah Terapi Dari data kadar hormon FSH menunjukkan bahwa hasil analisis statistik ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap kadar FSH relawan (Gambar 3). Kadar Hormon LH sebelum, selama, dan sesudah Terapi Dari data kadar hormon LH menunjukkan bahwa hasil analisis statistik ternyata juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap kadar LH relawan(gambar 4). Kadar PSA sebelum, selama, dan sesudah Terapi Dari data kadar PSA menunjukkan bahwa hasil analisis statistik ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar Hormon FSH Pria Hipogonad ng/dl FSH Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-30 Hari ke 60 Hari Kontrol (Plasebo) Gambar 3. Rerata Kadar Hormon FSH Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan sesudah Keterangan: ; Hari ke-0. Rerata=13,68, SE=1,92; Hari ke-1. Rerata=12,24, SE=1,62; Hari ke-7. Rerata=13,50, SE=1,81; Hari ke-30. Rerata=13,17, SE=1,72; Hari ke-60. Rerata=10,02, SE=1,20. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=10,45, SE=0,83; Hari ke-1. Rerata=14,38, SE=3,09; Hari ke-7. Rerata=10,60, SE=0,90; Hari ke-30. Rerata=10,52, SE=1,77; Hari ke-60. Rerata=8,77, SE=0,63. Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar Hormon LH Pria Hipogonad ng/dl Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-30 Hari ke 60 Hari Kontrol (Plasebo) Gambar 4. Rerata Kadar Hormon LH Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan sesudah Keterangan: ; Hari ke-0. Rerata=3,76, SE=0,48; Hari ke-1. Rerata=5,19, SE=0,76; Hari ke-7. Rerata=3,81 SE=0,39; Hari ke-30. Rerata=4,77, SE=0,59; Hari ke-60. Rerata= 7,16, SE=0,92. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=3,68, SE=0,48; Hari ke-1. Rerata=4,36, SE=0,74; Hari ke-7. Rerata=3,48, SE=0,78; Hari ke-30. Rerata=6,88, SE=1,17; Hari ke-60. Rerata=7,24, SE=0,

6 pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap kadar PSA relawan (Gambar 5). Konsentrasi Spermatozoa sebelum, selama, dan sesudah Terapi Hasil analisis statistik dari data konsentrasi spermatozoa memperlihatkan terdapat perbedaan yang signifikan ekstrak cabe jawa (p<0,05) terhadap konsentrasi spermatozoa para relawan (Gambar 6). Frekuensi Koitus sebelum, selama, dan sesudah Terapi Hasil analisis statistik dari data frekuensi koitus memperlihatkan terdapat perbedaan yang signifikan pemberian ekstrak cabe jawa (p<0,05) terhadap coitus para relawan (Gambar 7). Berat Badan sebelum, selama, dan sesudah Terapi Dari data berat badan relawan menunjukkan bahwa hasil analisis statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap berat badan (Gambar 8) relawan. Diskusi Pada Gambar 3, 4, 5, dan 6 menunjukkan bahwa dari hasil analisis statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian cabe jawa (p>0,05) terhadap kadar hormon testosteron darah, FSH, LH, dan PSA pria relawan. Namun jika diperhatikan secara proporsional pada hari ke-1 dan 7 pemberian ekstrak cabe jawa dapat meningkatkan kadar testosteron darah pada 7 dari 9 pria relawan (78%), dari rerata 1,19 ng/ml pada hari ke-0 menjadi 2,56 ng/ ml pada hari ke-1. Pada kelompok kontrol hanya 2 dari 6 (33%) kadar testosteron darahnya meningkat pada hari ke-1 yang mendapat Plasebo. Selanjutnya setelah pemberian cabe jawa pada hari ke 30 serta setelah penghentian pemberiannya (fase pemulihan) pada hari ke 60, rata-rata kandungan testosteron menurun kembali ke nilai awal (base line). Hal ini menunjukkan bahwa Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar PSA Pria Hipogonad ng/dl Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-30 Hari ke PSA Hari Kontrol (Plasebo) Gambar 5. Rerata Kadar PSA Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan sesudah Keterangan: ; Hari ke-0. Rerata=0,79, SE=0,23; Hari ke-1. Rerata=0,48, SE=0,10; Hari ke-7. Rerata=2,13, SE=0,53; Hari ke-30. Rerata=0,84, SE=0,19; Hari ke-60. Rerata= 0,75, SE=0,24. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=0,53, SE=0,10; Hari ke-1. Rerata=0,83, SE=0,29; Hari ke-7. Rerata=1,23, SE=0,71; Hari ke-30. Rerata=0,50, SE=0,20; Hari ke-60. Rerata=0,10, SE=0,00. Pengaruh Ekstrak Cabe Jawa dan Plasebo Terhadap Konsentrasi Spermatozoa Pria Hipogonad juta/ml Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke 60 Hari Kontrol (Plasebo) Gambar 6. Rerata Konsentrasi Spermatozoa Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan sesudah Keterangan: ; Hari ke-0. Rerata=2,43, SE=1,22; Hari ke-30. Rerata=6,79, SE=4,24; Hari ke-60. Rerata=6,81, SE=2,64. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=2,74, SE=0,79; Hari ke-30. Rerata=2,54, SE=1,13; Hari ke-60. Rerata=5,00, SE=0,

7 Pengaruh Ekstrak Cabe Jawa dan Plasebo Terhadap Frekuensi Koitus Pria Hipogonad Kali/minggu Kontrol (Plasebo) 1.0 Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke 60 Hari Gambar 7. Rerata Frekuensi Koitus Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan sesudah Keterangan: ; Hari ke-0. Rerata=4,22, SE=1,22; Hari ke-30. Rerata=4,78, SE=1,13; Hari ke-60. Rerata=2,38, SE=0,41. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=2,00, SE=0,26; Hari ke-30. Rerata=2,50, SE=0,18; Hari ke-60. Rerata=2,50, SE=0,32. Kilogram Pengaruh Ekstrak Cabe Jawa dan Plasebo Terhadap Berat Badan Pria Hipogonad Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke 60 Hari Kontrol (Plasebo) Gambar 8. Rerata Berat Badan Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan sesudah Keterangan: ; Hari ke-0. Rerata=71,44, SE=4,66; Hari ke-30. Rerata=72,00, SE=4,56; Hari ke-60. Rerata=69,50, SE=4,64. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=73,00, SE=2,54; Hari ke-30. Rerata=69,75, SE=3,77; Hari ke-60. Rerata=64,00, SE=2,76. ekstrak cabe jawa berpengaruh secara spontan dan tidak dapat bertahan lama di dalam tubuh relawan atau mempunyai daya tinggal dalam darah (duration of action) yang tidak lama. Kemungkinan lain adalah dosis cabe jawa yang diberikan masih belum optimal untuk dapat mempertahankan peningkatan kandungan testosteron lebih lama pada relawan. Hal ini terlihat karena belum adanya penekanan jumlah FSH dan LH pada relawan yang diberi cabe jawa. Menurut Rochira et al., 14 peningkatan testosteron dapat menurunkan kadar FSH dan LH karena terjadinya umpan balik negatif (negative feed back) testosteron terhadap poros hipotalamus-hipofisistestis. Dengan diketahuinya ekstrak cabe jawa tidak menurunkan kadar FSH dan LH, dapat disimpulkan bahwa ekstrak cabe jawa mempunyai daya androgenik lemah. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya kadar testosteron dalam ekstrak cabe jawa (androgen lemah) atau karena dosis yang diberikan pada penelitian ini terlalu kecil akibat faktor kehati-hatian. Di dalam ekstrak cabe jawa terdapat kandungan minyak atsiri, piperin, piperidin, dan turunannya yang merupakan sumber bahan baku obat aprodisiak potensial 15 dan zat-zat tersebut di atas diduga mengandung testosteron alami. Berdasarkan Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan jumlah konsentrasi spermatozoa dan frekuensi koitus relawan setelah pemberian cabe jawa. Jumlah sperma meningkat setelah 30 hari pemberian cabe jawa (6,79±4,243 juta/ml) dan tetap tinggi setelah pemberiannya dihentikan (hari ke 60) (6.81 ±2.635 juta/ml). Namun, peningkatan jumlah sperma tersebut belum mencapai batas normal sperma manusia yakni >20 juta/ml. Peningkatan sperma pada penelitian ini terjadi karena kandungan testosteron meningkat jumlahnya, sedangkan FSH dan LH masih tetap seperti semula (tidak berbeda secara bermakna). Kondisi ini menstimulasi spermatogenesis (proses pembentukan sperma) berjalan secara baik sehingga meningkatkan produksi sperma para relawan. Menurut Reddy 16 bahwa spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa yang dimulai dari spermatogonia, spermatosit, spermatid dan spermatozoa. Pada perkembangan sel germinal ini dibutuhkan beberapa hormon penunjang di antaranya 261

8 hormon testosteron dan hormon gonadotropin seperti FSH dan LH. 16 Selanjutnya pada frekuensi koitus, dalam hal ini memperlihatkan perbedaan yang bermakna pemberian ekstrak cabe jawa (p<0,05) terhadap coitus para relawan. Namun, kondisi ini mulai menjadi normal atau turun kembali setelah penghentian pemberian ekstrak cabe jawa. Hal menunjukkan bahwa cabe jawa dapat meningkatkan libido atau sexual intercourse para relawan. Peningkatan tersebut merupakan nilai tambah dari cabe jawa jika diberikan pada laki-laki yang mempunyai keluhan tentang coitus. Dari Gambar 8 dapat dilihat dan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan berat badan para relawan setelah pemberian cabe jawa. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan ekstrak cabe jawa tidak dapat memicu terjadinya sintesis protein dalam tubuh yang akan berpengaruh terhadap berat badan para relawan. Kesimpulan Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) pada dosis 100 mg/hari dapat bersifat/bertindak sebagai fitofarmaka androgenik, yakni dapat meningkatkan kadar hormon testosteron darah dan libido pada pria hipogonad serta bersifat aman. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada dosis yang lebih besar dengan jumlah pria hipogonad yang lebih banyak. Ucapan Terimakasih Para peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Republik Indonesia sebagai penyandang dana penelitian yang bekerjasama dengan Task Force Andrology Departemen Biologi Kedokteran FKUI sehingga penelitian ini dapat berjalan dan berlangsung dengan lancar. Daftar Pustaka 1. Huynh T, Mollard R, Trounson A. Selected Genetic Factors Associated With Male Infertility. Hum Reprod Update. 2002;8: World Health Organization. Towards More Objectivity In Diagnosis And Management of Male Infertility. Int J Androl. 1987;7: Moeloek N. Beberapa Perkembangan Mutakhir Di Bidang Andrologi. Maj Kedok Indon 1990; Brinkworth MH & Handelsman DJ. Environment Influences on Male Reproductive Health. Dalam Nieschlag E & Behre HM. Andrology. Second Edition. Springer-Verlag Berlin Heidelberg: New York; 2000.p Katchadourian HA & Lunde DT. Fundamental of Human Sexuality (2nd Edition). New York. Holt Rinehart and Winston Depkes RI. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1, Jakarta; Depkes RI, Mardisiswojo, RH. Cabe Puyang warisan nenek moyang. PT Karya Wreda, Jakarta, Wahjoedi B, Pudjiastuti, Adjirni, Nuratmi B, Astuti Y. Efek androgenik ekstrak etanol cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) pada anak ayam. JBA Indon. 2004;3: Hanley, DF. Drugs use and abuse. Strauss RH ed. Sports medicine and Physiology. Philadelphia: WB Saunders; 1979.p Nuraini A. Mengenal etnobotani beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai aprodisiaka. InfoPOM, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia 2003;IV(10): Simmons PRN. Clinical Trials. Research Initiative Treatment Action. Vol 8. No. 1. Summer ( rita/;accessed 3 May 2005) 12. Meddish R. Statistic Handbook For Non-Statistician. London. Mc Graw-Hill Book Company (UK) Limited, Stell RGD & Torrie JH. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Edisi 3. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama, Rochira V, Matteo F, Elena V, Carani C. Estrogens and Male Reproduction Chapter 17. Endotext.com (Your Endocrine Source) Cabe jawa ,Akses 3 Maret 2006,13: Reddy PRK. Hormonal contraception for human males: prospects. Asian J Androl. 2000;2: HO 262

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas wanita dalam penatalaksanaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYUNTIKAN KOMBINASI TESTOSTERON UNDEKANOAT DAN DEPOT MEDROKSI PROGESTERON ASETAT TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA TESTIS TIKUS (Rattus sp.

PENGARUH PENYUNTIKAN KOMBINASI TESTOSTERON UNDEKANOAT DAN DEPOT MEDROKSI PROGESTERON ASETAT TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA TESTIS TIKUS (Rattus sp. PENGARUH PENYUNTIKAN KOMBINASI TESTOSTERON UNDEKANOAT DAN DEPOT MEDROKSI PROGESTERON ASETAT TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA TESTIS TIKUS (Rattus sp.) Rismadefi Woferst, Nukman Moeloek, Asmarinah Dosen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas merupakan salah satu masalah penting bagi setiap orang. Infertilitas pada pria berkaitan erat dengan spermatogenesis. Proses ini dipengaruhi oleh dua faktor

Lebih terperinci

Universitas Lampung. Abstrak

Universitas Lampung. Abstrak Pengaruh Pemberian Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) dan Zinc (Zn) Terhadap Jumlah Sel Germinal Testis Tikus Putih Jantan (rattus norvegicus) Utari Gita Mutiara 1), Sutyarso 2), Syazili Mustofa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Keterbatasan sumber daya alam dan pertambahan penduduk yang pesat merupakan masalah negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu kondisi tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur dalam waktu satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah yang sampai sekarang belum dapat diatasi, hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas atau gangguan kesuburan dapat dimengerti sebagai ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mendapatkan keturunan setelah satu tahun menikah tanpa menggunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Elizabeth, 2016; Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc.

ABSTRAK. Elizabeth, 2016; Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL PURWOCENG (Pimpinella alpina) DAN JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA DAN KADAR TESTOSTERON PADA TIKUS WISTAR JANTAN Elizabeth, 2016; Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.000 hipertensi, menurunkan IQ dan juga mengurangi kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan terjadinya pembuahan selama 12 bulan hubungan seksual yang aktif (Nieschlag et al, 2010). Infertilitas ditemukan pada 15%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung (Panjaitan, 2003). Penelitian yang dilakukan (Foa et al., 2006)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disfungsi ereksi, dan ejakulasi dini. Pada tahun 2025, diduga terdapat 322 juta

I. PENDAHULUAN. disfungsi ereksi, dan ejakulasi dini. Pada tahun 2025, diduga terdapat 322 juta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah fungsi seksual merupakan hal serius bagi kebanyakan pria. Beberapa masalah fungsi seksual yang dialami pria, antara lain libido yang rendah, disfungsi ereksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki fase kehidupan sejak lahir di dunia yang akan dilalui oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga sebelum kematiannya

Lebih terperinci

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas adalah menurunnya atau hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan, istilah ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan menghasilkan keturunan sepertinya

Lebih terperinci

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HORMON REPRODUKSI JANTAN HORMON REPRODUKSI JANTAN TIU : 1 Memahami hormon reproduksi ternak jantan TIK : 1 Mengenal beberapa hormon yang terlibat langsung dalam proses reproduksi, mekanisme umpan baliknya dan efek kerjanya dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah konsumen rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurangkurangnya satu tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. HASIL Dalam penelitian ini sampel diambil dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM untuk mendapatkan perawatan hewan percobaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Kadar Testosteron Darah Pasien Setelah Pemberian Jamu Aprodisiaka Di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus Tawangmangu ABSTRACT

Kadar Testosteron Darah Pasien Setelah Pemberian Jamu Aprodisiaka Di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus Tawangmangu ABSTRACT Kadar Testosteron Darah Pasien Setelah Pemberian Jamu Aprodisiaka Di Rumah Riset Jamu Hortus Danang Ardiyanto, Tofan Aries Mana Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rokok adalah masalah utama kesehatan sebagai penyebab penyakit dan penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh dunia meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai usaha telah dilakukan oleh para peneliti anti fertilitas untuk menemukan obat yang tepat dalam mengatasi masalah Keluarga Berencana. Bagi pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan I. PENDAHULUAN Infertilitas merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi pria dan wanita di seluruh dunia. Kurang lebih 10% dari pasangan suami istri (pasutri) pernah mengalami masalah infertilitas

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23 OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23 Etiologi Sebagian besar kelainan reproduksi pria adalah oligospermia yaitu jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter semen dalam satu kali

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele Hasil penimbangan rata-rata bobot tubuh ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina molk.) pada pakan sebanyak 0;

Lebih terperinci

KONTRASEPSI HORMONAL PADA PRIA

KONTRASEPSI HORMONAL PADA PRIA KONTRASEPSI HORMONAL PADA PRIA Perkembangan kontrasepsi hormonal pada pria yaitu usaha penurunan kesuburan pria jauh terlambat dibandingkan kontrasepsi wanita. Pria merupakan 50% diantara peserta program

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan biokimia dijelaskan sebagai penyakit pada pria tua dengan level serum testosteron di bawah parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan seksual sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang dalam kaitannya untuk memperoleh keturunan. Bila kehidupan seksual terganggu, kualitas hidup juga terganggu,

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus) Seminar Nasional Hasil Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang 2017 POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus) Susie

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Efek ergogenik dalam penggunaan obat lazim disebut doping sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Efek ergogenik dalam penggunaan obat lazim disebut doping sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efek ergogenik dalam penggunaan obat lazim disebut doping sering dikonsumsi di bidang olahraga antara lain atlet binaragawan menggunakan dosis tinggi untuk

Lebih terperinci

Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABE JAWA (Piper Retrofractum Vahl.) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABE JAWA (Piper Retrofractum Vahl.) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABE JAWA (Piper Retrofractum Vahl.) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER Maria Enrica, 2007, Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra,dr, Mkes. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama jutaan tahun. Minuman beralkohol dihasilkan dari fermentasi ragi, gula dan pati. Etanol merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah

BAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 adalah sebesar 210.241. 999 dengan pertambahan penduduk sekitar 1,9 % (BPS, 2001) dan menurut infomasi

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang meliputi motilitas, dan morfologinya. Salah satu penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas sperma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau lebih telah melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat

Lebih terperinci

MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009:

MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: 189-194 189 PENGARUH PENYUNTIKAN DOSIS MINIMAL DEPOT MEDROKSIPROGESTERON ASETAT (DMPA) TERHADAP BERAT BADAN DAN KIMIA DARAH TIKUS JANTAN GALUR SPRAGUE-DAWLEY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Diameter Tubulus Seminiferus Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus pada gonad ikan lele jantan setelah dipelihara selama 30 hari disajikan pada Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem reproduksi manusia dan berbagai faktor yang berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah pola hidup masyarakat yang saat ini cenderung tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diabetes milletus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, defek kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT

TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT ABSTRAK EFEK EKSTRAK BIJI (Nigella sativa Linn.) TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT Swiss Webster YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK TELEPON SELULER Chakra Bakti, 2015; Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data menunjukkan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Hal ini timbul sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon yang biasanya memiliki tinggi mencapai 10 m sampai 20 m. Tanaman ini merupakan tanaman dikotil

Lebih terperinci

ABSTRAK. Susan, 2007, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami S., Dra., M.Kes.

ABSTRAK. Susan, 2007, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami S., Dra., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH PASTA TOMAT (Solanum lycopersicum) TERHADAP KECEPATAN GERAK, JUMLAH, DAN VIABILITAS SPERMATOZOA PADA MENCIT GALUR BALB/c YANG MENGALAMI SPERMIOTOKSISITAS AKIBAT INDUKSI SISPLATIN Susan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma, motilitas sperma, dan abnormalitas sperma) yang dilakukan di Laboratorium Fisiologi secara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. DM merupakan penyakit kelainan sistem endokrin utama yang

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior Obat-obat Hormon Hipofisis anterior Gonadotropin korionik (Chorex) Menstimulasi produksi testosteron dan progesteron untuk mengobati hipogonadisme pada pria. Menginduksi ovulasi pada wanita dengan ovarium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam proses spermatogenesis dan pembentukan karakteristik seksual

Lebih terperinci

LAMA PEMULIHAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.

LAMA PEMULIHAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L. LAMA PEMULIHAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) Marlina Kamelia 1 Siti Adha Sari 2 1,2 Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus kehidupan khususnya manusia pasti akan mengalami penuaan baik pada wanita maupun pria. Semakin bertambahnya usia, berbanding terbalik dengan kadar hormon seseorang.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Dilanny Puspita Sari, 2014; Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra. Apt, M.S, AFK Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr. M.

ABSTRAK. Dilanny Puspita Sari, 2014; Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra. Apt, M.S, AFK Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr. M. ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn.) TERHADAP JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT GALUR Swiss-Webster YANG DIPAJANKAN RADIASI ELEKTROMAGNETIK TELEPON SELULER Dilanny Puspita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam komponen yang diantaranya merupakan zat-zat kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam komponen yang diantaranya merupakan zat-zat kimia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan tempat manusia tinggal dan hidup, tersusun dari berbagai macam komponen yang diantaranya merupakan zat-zat kimia yang dapat berinteraksi dengan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1.5 Manfaat Penelitian 1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan dengan memberikan informasi bahwa ada hubungan antara kadar serum ferritin terhadap gangguan pertumbuhan pada talasemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai Endocrine Disrupts Chemical (EDC) atau dalam bahasa awamnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai Endocrine Disrupts Chemical (EDC) atau dalam bahasa awamnya disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini, perhatian tentang pengaruh senyawa lingkungan atau bahan polutan kimia terhadap kesehatan semakin meningkat. Senyawa tersebut bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun demikian ternyata tidak semua pasangan dapat mengalami. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. namun demikian ternyata tidak semua pasangan dapat mengalami. Hubungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan seksual yang harmonis adalah dambaan bagi setiap pasangan, namun demikian ternyata tidak semua pasangan dapat mengalami. Hubungan seksual yang harmonis dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein. Salah satu komoditas yang menjadi primadona saat ini adalah ikan lele (Clarias sp.). Ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi penduduk dunia telah berlipat ganda jumlahnya dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini dan mencapai 6 milyar penduduk pada tahun 1999. Walaupun angka fertilitas

Lebih terperinci

Ekstrak Biji Pala (Myristica fragans Houtt) dan Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) sebagai Afrodisiak pada Tikus dan Mencit

Ekstrak Biji Pala (Myristica fragans Houtt) dan Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) sebagai Afrodisiak pada Tikus dan Mencit Ekstrak Biji Pala (Myristica fragans Houtt) dan Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) sebagai Afrodisiak pada Tikus dan Mencit Endang Evacuasiany, Sugiarto Puradisastra Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap gambaran histopatologis testis tikus yang

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH JUS BUAH SIRSAK

ABSTRAK PENGARUH JUS BUAH SIRSAK ABSTRAK PENGARUH JUS BUAH SIRSAK (Annona Muricata Linn.) TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PADA LAKI-LAKI DEWASA Chandra Wijaya, 2010. Pembimbing I : Jo Suherman, dr., MS, AIF Pembimbing II : Endang Evacuasiany,

Lebih terperinci

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing. Ni Ketut Alit A Faculty Of Nursing Airlangga University Pasangan yg melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan --- tidak terjadi kehamilan Tidak adanya konsepsi setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan yang semakin modern membuat manusia hampir selalu berhubungan dengan alat-alat elektronik. Penggunaan peralatan elektronik meningkat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP KEMAMPUAN KAWIN MENCIT JANTAN (Mus musculus L.

PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP KEMAMPUAN KAWIN MENCIT JANTAN (Mus musculus L. PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP KEMAMPUAN KAWIN MENCIT JANTAN (Mus musculus L. Swiss Webster) JURNAL JUNI ASMI LUMBAN TORUAN NIM. 09010014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi FUNGSI REPRODUKSI PRIA DAN HORMONAL PRIA dr. Yandri Naldi Fisiologi Kedokteran Unswagati cirebon Sistem reproduksi pria Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia (tingginya kadar glukosa dalam darah). Diabetes mellitus dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA Oddy Litanto, 2010, Pembimbing 1 : Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr, M.Kes Pembimbing 2 : Kartika

Lebih terperinci

1 H erbal & Superfood Terbaik Untuk Masalah Kesuburan

1 H erbal & Superfood Terbaik Untuk Masalah Kesuburan 1 H erbal & Superfood Terbaik Untuk Masalah Kesuburan Ini adalah review dari panduan The Best Fertility Herbs & Superfoods Jika anda tertarik untuk mendapatkan panduan ebook ini dalam versi yang lengkap,

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Gambaran Kesehatan Reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan rumah tangga, hubungan seksual merupakan unsur penting yang dapat meningkatkan hubungan dan kualitas hidup. Pada laki-laki, fungsi seksual normal terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Namun, selain menghasilkan dampak positif, kemajuan teknologi juga membawa dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati

Lebih terperinci

Pilose Antler Capsule, Tingkatkan Fungsi Seksual

Pilose Antler Capsule, Tingkatkan Fungsi Seksual Pilose Antler Capsule, Tingkatkan Fungsi Seksual Pilose Antler Capsule berguna untuk meningkatkan fungsi seksual pria dan wanita. Dr William Adi Teja, MMed, dari Klinik Utomo Chinese Medical Center, Jakarta,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI x. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PERSETUJUAN. ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. RIWAYAT HIDUP... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK...

DAFTAR ISI x. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PERSETUJUAN. ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. RIWAYAT HIDUP... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN. ii HALAMAN PERNYATAAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK...viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xiv DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi DAFTAR

Lebih terperinci

Kandungan Ekstrak Cabe Jawa Untuk Alternatif Energi Dalam Aktivitas Olahraga (Galih Dwi Pradipta, Buyung Kusumawardhana, Tubagus Herlambang)

Kandungan Ekstrak Cabe Jawa Untuk Alternatif Energi Dalam Aktivitas Olahraga (Galih Dwi Pradipta, Buyung Kusumawardhana, Tubagus Herlambang) KANDUNGAN EKSTRAK CABE JAWA UNTUK ALTERNATIF ENERGI DALAM AKTIVITAS OLAHRAGA Galih Dwi Pradipta, S.Pd., M.Or Buyung Kusumawardhana S.Pd., M.Kes Tubagus Herlambang, S.Pd., M.Pd Pendidikan Jasmani Kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa Liliana W., S. Si., M. Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M. Si

ABSTRAK. Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa Liliana W., S. Si., M. Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M. Si ABSTRAK PEMBERIAN VITAMIN C, E, SERTA KOMBINASINYA MENINGKATKAN DIAMETER TUBULUS SEMINIFERUS MENCIT (Mus musculus) GALUR Swiss Webster YANG DIBERI PAJANAN Allethrin Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan sekitar 30% infertilitas disebabkan faktor laki-laki (Carlsen et al., 1992; Isidori

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN MADU TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA RIA DEWASA THE EFFECT OF HONEY TOWARDS THE SIMPLE REACTION TIME ON ADULT MALES ABSTRAK

EFEK PEMBERIAN MADU TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA RIA DEWASA THE EFFECT OF HONEY TOWARDS THE SIMPLE REACTION TIME ON ADULT MALES ABSTRAK EFEK PEMBERIAN MADU TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA RIA DEWASA THE EFFECT OF HONEY TOWARDS THE SIMPLE REACTION TIME ON ADULT MALES Nisa Ulina 1, Decky Gunawan 2, Sylvia Soeng 3 1 Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit banyak muncul pada lansia. Selain itu masalah degeneratif

Lebih terperinci

KANDUNGAN EKSTRAK CABE JAWA UNTUK ALTERNATIF ENERGI DALAM AKTIVITAS OLAHRAGA

KANDUNGAN EKSTRAK CABE JAWA UNTUK ALTERNATIF ENERGI DALAM AKTIVITAS OLAHRAGA KANDUNGAN EKSTRAK CABE JAWA UNTUK ALTERNATIF ENERGI DALAM AKTIVITAS OLAHRAGA Galih Dwi Pradipta, S.Pd., M.Or Buyung Kusumawardhana S.Pd., M.Kes Tubagus Herlambang, S.Pd., M.Pd Pendidikan Jasmani Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan peningkatan produksi dan pemakaian pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan peningkatan produksi dan pemakaian pestisida telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kecenderungan peningkatan produksi dan pemakaian pestisida telah terjadi sejak tahun 1960. Negara-negara di Eropa adalah konsumen terbesar di dunia, sedangkan China,

Lebih terperinci

UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.)

UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.) UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.) Mitayani 1, Nova Fridalni 2 dan Elmiyasna 3 STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG 1,2,3 mitayani_dd@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah ,68 KM 2. menekan tingkat laju pertumbuhan penduduk adalah dengan menekan tingkat

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah ,68 KM 2. menekan tingkat laju pertumbuhan penduduk adalah dengan menekan tingkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 1.913.578,68 KM 2 yang terdiri dari 33 provinsi, 17504 pulau dan merupakan negara keempat yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Produksi monosodium glutamate (MSG) di dunia tahun 2010 mencapai 2.100.000 MT (Patton, 2007), beberapa negara diantaranya: Jepang 65.000 ton per tahun, Korea

Lebih terperinci

Hubungan Keadaan Hormon Testosteron Terikat Dengan Jumlah Dan Kualitas Spermatozoa Pria Infertil Idiopatik

Hubungan Keadaan Hormon Testosteron Terikat Dengan Jumlah Dan Kualitas Spermatozoa Pria Infertil Idiopatik J. Sains Tek. ISSN: 0853-733X Vol. 9 No. 3, Hal: 29-34 Desember 2003 Hubungan Keadaan Hormon Testosteron Terikat Dengan Jumlah Dan Kualitas Spermatozoa Pria Infertil Idiopatik Sutyarso dan Hendri Busman

Lebih terperinci