PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA"

Transkripsi

1 PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA oleh Naniek Sulistya Wardani Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana HP ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuipersepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; untuk mengetahui karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE (Program Kegiatan Ekstrakurikuler); untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Unit penelitian adalah seluruh mahasiswa kelas RS 2013C pengambil mata kuliah Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler (PKE) sebanyak 30mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan tabulasi silang denganpresentase.hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani adalah tinggi dengan rata-rata capaian 66,67%; (2) mahasiswa memiliki karakter religius, disiplin, dan jujur dalam perkuliahan PKE tinggi mencapai sebesar 67,77 %; dan (3) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE. Kata Kunci: Persepsi mahasiswa, konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, pembentukan karakter. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah/Analisis Situasi Kompetensi inti kurikulum 2013 yang akan dicapai terdiri dari 4 kompetensi yakni sikap religius, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi yang hendak dicapai ini sejalah dengan pemikiran baik yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun pemikiran dari teori pendidikan modern. Ki Hadjar Dewantara telah lama mengenalkan konsep Tri-Nga yang terdiri dari Ngerti, Ngrasa dan Nglakoniyang sejalan dengan kompetensi yang hendak dicapai dalam kurikulum 2013 (kurtilas) yakni Ngerti merupakan aspek kognitif yang berarti mengetahui atau pengetahuan yang dalam kurtilas adalah kompetensi inti ke 3, Ngrasaartinya memahami yangmerupakan aspek afektif(sikap) merupakan kompetensi inti ke1 dan 2, dan Nglakoni adalahmelakukan,merupakan aspek psikomotorik yang berarti ketrampilan yang merupakan kompetensi inti ke4. Teori modern dalam Taxonomy Bloom menyebutkan bahwa tujuan belajar mencakup aspek cognitive, affective,dan psychomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk. 2010:110) yang dikenalkan sejak tahun Konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara (KHD) diimplementasikan di 1

2 Tamansiswa yang berdiri 3 Juli 1922, dan hingga sekarang konsep-konsep KHD digunakan dalam dunia pendidikan. Makna dari konsep KHD ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya.( blogspot.co.id/p/edukasi.html, diakses tanggal 23 Mei 2016). Nampak bahwa konsep KHD sejalan dengan pemikiranilmuwan barat terutama Benyamin S. Bloom. Belajar yang merupakan aktivitas dalam pendidikan merupakan proses pembudayaan nilainilai luhur yang dilakukan secara terus menerus (kontinu), fokus (konsentris) dan konvergen. Oleh karena itu, pelaksanaan belajar tidak hanya dilakukan dalam pendidikan formal di sekolah saja, namun juga dilakukan di rumah maupun masyarakat. Dalam aktivitas belajar mengandung 3 konsep KHD yakni tri-nga: mengetahui, memahami dan melakukan yang saling kait mengkait. Jaman globalisasi ini,sebagian besar manusia terbuai dengan teknologi yang canggih, aspek-aspek-aspek dalam kehidupan terlupakan, pentingnya membangun relasi dengan orang lain terabaikan, aktivitas sosial di dalam masyarakat tidak menjadi perhatian, menghargai sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnyamenjadi tidak penting.manusia terkuasai oleh kemajuan teknologi. Keberadaan manusia pada zaman ini seringkali diukur dari to have (materi apa saja yang dimilikinya) dan to do (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang bersangkutan ( to be atau being nya). Kondisi ini melanda pada dunia persekolahan, yang semestinya tidak larut dengan dampak negatif globalisasi. Di jaman globalisasi ini, mau tidak mau pendidikan harus menerimanya dan tidak dapat menolak. Pendidikan di Indonesia mencanangkannya ke dalam generasi emas. Pendidikan memiliki peranan penting dan strategis dalam menuju ke generasi emas. Melalui pendidikan, kecerdasan, karakter, dan sikap dari penerus bangsa dapat dibentuk secara dini. Tidak ada kata terlambat untuk mewujudkan Generasi Emas untuk Indonesia Emas. Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi adalahjauh lebih penting dan tentu tidak sama persis dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut KHD menyangkut daya cipta 2

3 (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, educate the head, the heart, and the hand! Salah satu langkah untuk ikut serta mewujudkan Generasi Emas untuk Indonesia Emas adalah melalui penelitian tentang Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan KHD. Istilah persepsi sering disebut juga disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau objek. (Haryanto: 2015). Dampak negatif, globalisasi komunikasi dan teknologi, menjadikan manusia makin bersikap individualis, menjadikan manusia cenderung melupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran perlu diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Menurut KHD manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Manusia itu pada dasarnya berbudaya.salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Disini peran guru menjadi penting. Guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, menjadi pahlawan dan menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertamatama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love), supaya manusia menjadi merdeka. Oleh karena itu bagi KHD pepatah ini sangat tepat yaitu educate the head, the heart, and the hand. Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak 3

4 luhur dan berkeahlian. Untuk itu semboyan Tut wuri handayani, atau aslinya: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani harus dapat dilakukan terutama oleh para guru. Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa mendorong dan memotivasi peserta didik), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus berbaur dan berinovasi menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus menjadi suri tauladan atau contoh tindakan yang baik).semboyan KHD dapat digambarkan melalui gambar 1 berikut ini. Gambar 1 Semboyan Ajaran KHD Semboyan ajaran KHD harus terwujud, untuk menjadikan Indonesia Emas dari Generasi Emas, maka karakter para guru juga harus dibentuk.dalam Kebijakan Nasional (2010) tentang Pembangunan Karakter Bangsa dibekali oleh nilai-nilai karakter sebagai berikut: 1) Religius, 2) Jujur, 3) toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin Tahu, 10) Semangat Kebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi, 13) Bersahabat, 14) Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli Lingkungan,17) Peduli Sosial dan 18) Tanggung-jawab (Gultom Syawal: 2012, 37). Karakter yang utama dalam pembelajaran, yang telah dilakukan dalam penelitian Wardani Naniek Sulistya (2016: 492), menyatakan bahwa karakter belajar adalahbesarnya perolehan skor pengamatan dari rubrik pengukuran religius, jujur, rasa ingin tahu, dan gemar membaca. Rumusan Masalah Permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah (1) bagaimanakah persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2) karakter 4

5 mahasiswa apakah yang menonjol dalam perkuliahan PKE; (3) adakah hubungan antara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2)untuk mengetahui karakter mahasiswa dalam perkuliahan PKE; (3) untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan karakter mahasiswa dalam perkuliahan PKE METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Progdi PGSD FKIP UKSW di Salatiga pada semester antara tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah mahasiswa kelas 13 C yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 10 mahasiswa laki-laki dan 20 mahasiswa perempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitupersepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan karakter mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan observasi disertai dengan rubrik pengukuran karakter. Teknik angket diberikan kepada seluruh mahasiswa di kelas 13 C dan teknik observasi dilakukan di dalam kelas ketika perkuliahan berlangsung dan praktek upacara bendera.teknik analisis data menggunakan tabulasi silang dengan presentase.instrumen penelitian menggunakan angket yang ditunjukkan melalui tabel 1 kisi-kisi instrumen angket. Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Konsep Pendidikan KHD No Indikator Item 1 Ing ngarsa sung tulada Memberi Contoh Berpakaian Memberi Contoh Bersikap Memberi Contoh Berdisiplin Memberi Contoh Tutur Kata 2 Ing madya mangun karsa Mempunyai ide Menjadi pemrakarsa Memecahkan masalah Memberi solusi 3 Tut wuri handayani Memberi motivasi 5

6 Memberi arahan Memberi bimbingan Memberi penghargaan Instrumen penelitian menggunakan panduan observasi yang dilengkapi dengan rubrik pengukuran yang ditunjukkan melalui tabel 2 kisi-kisi instrumen penelitian. Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Karakter Mahasiswa No Indikator Item 1 Religius 1. Berdoa sebelum kegiatan dimulai 2. Memberi salam kepada dosen sebelum kegiatan dimulai 3. Berdoa setelah kegiatan selesai 4. Mengucapkan terima kasih kepada dosen setelah kegiatan selesai 2 Bersikap jujur 1. Mengajukan pertanyaan apa adanya 2. Menyatakan pendapatnya sendiri 3. Jujur dalam perkataan 4. Jujur dalam bertindak 3 Kerjasama 1. Membentuk kelompok 2. Menyimak penjelasan 3. Membagi tugas dalam kelompok 4. Melaksanakan tugas upacara HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Persepsi Mahasiswa Terhadap Konsep Pendidikan KHD Mahasiswa kelas RS 13 C pada semester antara mengambil mata kuliah Program Kegiatan Ekstrakurikuler). Dalam aktivitas perkuliahan dalam PKE adalah aktivitas kepramukaan. Kepramukaan adalah kegiatan ekstrakurikuler (di sekolah) yang bertujuan untuk membentuk watak. Mahasiswa PGSD adalah mahasiswa yang dipersiapkan menjadi calon guru SD. Oleh karena itu, mahasiswa harus mempunyai pandangan atau wawasan tentang pembentukan watak. Langkah awal dalam pembentukan watak adalah pandangan konsep pendidikan KHD dalam perkuliahan PKE. Pandangan atau persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan KHD dalam perkuliahan PKE disajikan melalui tabel tabulasi silang 1 seperti berikut ini. Tabel 1 Distribusi uensi Persepsi Mahasiswa Terhadap Konsep Pendidikan KHD Skor Kriteria Persepsi Ing Ngarso Sung Tulodho Ing Madyo Tut Wuri Mahasiswa u ensi uensi uensi < 8 Rendah 2 6,67 2 6,67 2 6, Sedang 8 26, ,

7 12 Tinggi 20 66, ,33 Jumlah Masing-masing karakter mahasiswa memiliki 3 variabel. Masing-masing variabel terdiri dari 4 indikator. Masing-masing indikator diberi skor 1 sampai 4. Skor minimal 4 X 1= 4 dan skor maksimal 4 X 4 =16. Mendasarkan skor minimal dan skor maksimal, maka persepsi mahasiswa di klasifikasikan menjadi 3 kelompok yakni persepsi rendah (skor < 8), persepsi sedang (skor 8-12) dan persepsi tinggi (skor 12). Dari tabel 1, nampak bahwa persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan KHD adalah tinggi, yang ditunjukkan pada persepsi terhadap konsep ing ngarso sung tulodho mencapai 66,67 %, Ing madyo mangun karso sebesar 60 % dan tut wuri handayani mencapai 73,33 %. Karakter belajar PKE yang dimiliki mahasiswa adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengamatan pembelajaran PKE dalam praktek upacara bendera yang meliputi kegiatan religius, sikap jujur, dan kerjasama. Karakter yang dimiliki mahasiswa dalam praktek upacara dalam perkuliahan PKE disajikan melalui tabel tabulasi silang 2 seperti berikut ini. Tabel 2 Distribusi Karakter Mahasiswa Dalam Perkuliahan PKE Skor Kriteria Religius Jujur Kerjasama Persepsi Mahasiswa u ensi uensi uensi < 8 Rendah 4 13, , Sedang , Tinggi 20 66, , ,33 Jumlah Masing-masing karakter mahasiswa memiliki 3 variabel. Masing-masing variabel terdiri dari 4 indikator. Masing-masing indikator diberi skor 1 sampai 4. Skor minimal 4 X 1= 4 dan skor maksimal 4 X 4 =16. Mendasarkan skor minimal dan skor maksimal, maka pemilikan karakter di klasifikasikan menjadi 3 kelompok yakni karakter rendah (skor <8), karakter sedang (skor 8-12) dan karakter tinggi (skor 12). Karakter belajar PKE yang dimiliki mahasiswa adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengamatan pembelajaran PKE dalam praktek upacara bendera yang meliputi kegiatan religius, sikap jujur, dan kerjasama. 7

8 Dari tabel 2, nampak bahwa karakter yang dimiliki mahasiswa adalah tinggi, yang ditunjukkan oleh karakter religius mencapai 66,67 %, karakter jujur sebesar 63,33 % dan karakter kerjasama mencapai 73,33 %. PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari analisis tabulasi silang, menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap konsep KHD adalah tinggi. Tingginya persepsi mahasiswa ini akan mendorong mahasiswa berperilaku seperti konsep KHD artinya mahasiswa memahami perlunya menjadi teladan, memberi contoh dan mendorong seseorang untuk maju, sehingga diharapkan mahasiswa dapat melaksankan ke 3 konsep KHD, yang tentu akan memberikan angin segar tercapainya generasi emas untuk Indonesia emas. Data yang diperoleh dari analisis tabulasi silang, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran PKEmahasiswa memiliki karakter belajar yang tinggi. Pembelajaran PKE melalui praktek upacara dallam kepramukaan akan menghasilkan pembelajaran yang efektif dalam pembentukan watak. Untuk itu pembelajaran yang terstruktur, terencana dan terkontrol, perlu didesain dengan lebih baik, sehingga karakter belajar yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran dengan mengamati karakter mahasiswa memerlukan persiapan yang matang, agar mendorong mahasiswa untuk memiliki kesadaran religius yang tinggi, yang menghasilkan sikap yang jujur, dan akhirnya akan merasakan berkat Tuhan, melalui aktivitas-aktivitas religius, sehingga kerjasama antar mahasiswa terbentuk dengan baik. Hal ini sesuai dengan pengembangan kurikulum 2013 pembelajaran secara berkelompok, yang merumuskan kompetensi intinya sikap religius, sikap sosial (jujur, tanggung jawab, kerjasama),. Hubungan antara persepsi konsep KHD dan karakter mahasiswa dianalisis dengan mendasarkan pada rata-rata kriteria persepsi dan karakter tinggi sebanyak 20 mahasiswa melalui tabel tabulasi silang berikut ini. Tabel 3 Hubungan Antara Persepsi Konsep KHD Dan Karakter Mahasiswa Karakter Religius Sikap Jujur Kerjasama Jumlah Persepsi Persen Persen Persen Persen 8

9 Ngarso Karso Tut wuri Jumlah Tabel 3 menunjukkan adanya hubungan antara persepsi konsep KHD dan karakter mahasiswa yang terdiri dari adanya hubungan antara persepsi ing ngarso sung tulodo dan karakter religus, karakter sikap jujur dan karakter kerja sama. Demikian pula persepsi ing madya mangun karso dengankarakter religus, karakter sikap jujur dan karakter kerja sama, serta persepsi tut wuri handayani dan karakter religus, karakter sikap jujur dan karakter kerja sama. Jadi masing-masing indikator persepsi dan indikator karakter saling berhubungan yang ditunjukkan oleh sel yang terisi. Hal ini dapat diterima, mengingat adanya keterkaitan persepsi dengan perilaku yang nampak seperti yang dikemukakan oleh KHD bahwa manusia memiliki daya cipta, rasa dan karsa yang berkaitan. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa (1) persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani adalah tinggi dengan ratarata capaian 66,67%; (2) mahasiswa memiliki karakter religius, disiplin, dan jujur dalam perkuliahan PKE tinggi mencapai sebesar 67,77 %; dan (3) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE yang ditunjukkan melalui tabulasi silang. Saran Saran yang diberikan adalah perlunya mendesain perkuliahan dengan mengembangkan persepsi mahasiswa terhadap konsep KHD dan menekankan pada perilaku berkarfakter mahasiswa dallam setiap perkuliahan, DAFTAR PUSTAKA 9

10 Anonim. TT. Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantoro. blogspot.co.id/p/edukasi.html, diakses tanggal 23 Mei 2016 Gultom Syawal Ujian Nasional Sebagai Wahana Evaluasi Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa. Makalah Utama pada Seminar Nasional Ujian Nasional Sebagai Sarana Membangun Karakter Bangsa, yang diselenggarakan oleh Pascasarjana UNY bekerjasama dengan HEPIDI Yogyakarta pada tanggal 12 Mei. Haryanto Februari 8. Pengertian Persepsi Menurut Ahli. com/pengertian-persepsi-menurut-ahli/. Wardani Naniek Sulistya, dkk Asesmen Pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari. Wardani Naniek Sulistya Pengaruh Problem Based Learning (PBL) Terhadap Karakter Mahasiswa PGSD. Prosiding Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator. Purwokerto: UMP FKIP.. 10

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis karakter yang cukup memperihatinkan. Demoralisasi mulai merambah ke dunia pendidikan yang tidak pernah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa yang berkedudukan di Yogyakarta selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai kewenangan untuk pengesahan Majelis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang mencetak seseorang menjadi generasi yang berkualitas dan memiliki daya saing. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan global begitu cepat dan sangat dinamis. Pendidikan menjadi alat untuk mengatasi keadaan tersebut dan hal itu dapat dilakukan apabila anak didik

Lebih terperinci

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA A. Pencetus Sistem Among Sistem among adalah hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, Ki hajar dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak. mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan.

I PENDAHULUAN. pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak. mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini era globalisasi semakin terasa, terkhusus di Negara Indonesia. Era globalisasi sudah berpengaruh dalam semua bidang, terutama dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh Pamudi

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh Pamudi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN KLIPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SDN BAKARAN KULON 01 SEMESTER 1 / 2012-2013 SKRIPSI untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data temuan penelitian adalah pengungkapan dan pemaparan data maupun temuan yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Siti Romawiyah

SKRIPSI. Oleh Siti Romawiyah 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS I SD ADINUSO 02 KECAMATAN SUBAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

Standar Proses Pembelajaran. Standar Isi. Lulusan. Peserta didik. Lingkungan. Standar Pembiayaan. Standar Sar. & Pras.

Standar Proses Pembelajaran. Standar Isi. Lulusan. Peserta didik. Lingkungan. Standar Pembiayaan. Standar Sar. & Pras. SUPERVISI AKADEMIK DALAM KAITANNYA DENGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (Makalah disampaikan pada Workshop Penjaminan Mutu) Para Kepala Sekolah Se Kabupaten Karangasem 28 Oktober 2006 ---------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG

EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG Wahyu Manggaring Tyas 1), Drs. Suwarno Winarno 2), Dra.

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA - 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 187 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan 5.1.1 Simpulan Umum Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan yang sudah disajikan pada bab sebelumnya, dapat diajukan empat kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN GURU

PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN GURU PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN GURU Donald Samuel Slamet Santosa, Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW, dsmuq87@gmail.com Gracia Miranda, Progdi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari Sejarah pendidikan Indonesia 1 Dyah Kumalasari PENDAHULUAN Francis Bacon Knowledge is power Pendidikan untuk Manusia.Sumber pokok kekuatan bagi manusia adalah Pengetahuaan. Mengapa...? Karena manusia dgn

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual, 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual, variabel Motivasi Kerja, dan variabel Harapan Guru dengan Kinerja Guru SMP Negeri di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER TERENCANA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENDIDIKAN KARAKTER TERENCANA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA WESTI BILDA PENDIDIKAN KARAKTER TERENCANA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA Oleh: Westi Bilda Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Tangerang wbilda@yahoo.com ABSTRAK Pendidikan

Lebih terperinci

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga SKRIPSI. Oleh SUMADI NIM

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga SKRIPSI. Oleh SUMADI NIM PEMANFAATAN MEDIA REALIA DENGAN PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA PADA SISWA KELAS IV SDN WONOKERSO 02 SEMESTER II KEC. LIMPUNG KAB. BATANG TAHUN AJARAN 2011/

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK PENILAIAN AUTENTIK PERKULIAHAN KAJIAN IPS SD TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

IMPLEMENTASI TEKNIK PENILAIAN AUTENTIK PERKULIAHAN KAJIAN IPS SD TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) Volume 3 Nomor 1, Mei 2016 ISSN 2442-6350 IMPLEMENTASI TEKNIK PENILAIAN AUTENTIK PERKULIAHAN KAJIAN IPS SD TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) Naniek Sulistya Wardani 1 1 Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PROBLEMBASED LEARNING (PBL) TERHADAP KARAKTER MAHASISWA PGSD 1

PENGARUH PROBLEMBASED LEARNING (PBL) TERHADAP KARAKTER MAHASISWA PGSD 1 PENGARUH PROBLEMBASED LEARNING (PBL) TERHADAP KARAKTER MAHASISWA PGSD 1 Naniek Sulistya Wardani 2 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan keterampilan. masalah yang merupakan fokus dalam pembelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan keterampilan. masalah yang merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah bertujuan untuk membentuk karakter. Orang-orang terdidik adalah orang yang berkarakter yaitu orang yang bertindak mulia. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengenai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa jelaslah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga, beralamat Jln. KH. Ahmad Dahlan, Salatiga,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data dan fakta hasil penelitian yang telah dipaparkan di dalam bab IV, maka pada bab V ini akan dirumuskan kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran diperlukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan perubahan sosial. Perubahan bertanggung jawab atas terciptanya generasi bangsa yang paripurna, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dan dilanjutkan dengan proses analisis, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. bahwa karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pengamatan orang tentang sekolah sebagai lembaga pendidikan berkisar pada permasalahan yang nampak secara fisik terlihat mata, seperti gedung,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta (rih.anawaitrisna@gmail.com) ABSTRAK Pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sekitar kita. Permasalahan yang terkait dengan asusila,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran terdiri dari dua hal yang salah satunya saling berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar oleh pengajar (Guru).

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI BUDAYA SEKOLAH BERKARAKTER

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI BUDAYA SEKOLAH BERKARAKTER PENGEMBANGAN NILAI-NILAI BUDAYA SEKOLAH BERKARAKTER Naniek Sulistya Wardani wardani.naniek@gmail.com Pendidikan Guru Sekolah Dasar - FKIP - UKSW - Salatiga ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah: 1)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA Pendidikan nasional saat ini memiliki segudang persoalan. Mengingat akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMAKASIH... vi. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMAKASIH... vi. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GRAFIK... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN...... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek utama pendidikan adalah manusia untuk itu dalam membangun bangsa dan negara Indonesia yang

Lebih terperinci

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kulonprogo, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo,

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kulonprogo, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA PENGAMBILAN SUMPAH JABATAN DAN PELANTIKAN PEJABAT STRUKTURAL DAN KEPALA SEKOLAH PEMERINTAH KABUPATEN KULONPROGO Wates, 7 Januari 2013 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam

Lebih terperinci

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persaingan di dunia dalam berbagai aspek semakin mendapatkan perhatian yang serius, berbagai negara menggunakan berbagai cara agar negara mereka tidak kalah bersaing

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL Oleh INDRIYANTO Saya menyampaikan selamat memperingati hari pendidikan nasional yang ke-54 tanggal 2 Mei 2013 kepada seluruh warga Negara Indonesia di manapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Siti Azizah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua orang tua tentunya menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang baik, cerdas dan berkualitas. Hal itu, dalam prosesnya tidak bisa lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari makhluk hidup yang lainnya. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

Lebih terperinci

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Manajemen Dosen Pengampu: Dr. A. Siswanto, M.SEM. Disusun Oleh: Sumini NIM. 2016081073 Swesti Intan Pramesti

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING-PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V DI SD GUGUS HASANUDIN SALATIGA SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

Naniek Sulistya Wardani S1-Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Hp ABSTRAK

Naniek Sulistya Wardani S1-Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana   Hp ABSTRAK PENGEMBANGAN MODEL ASESMEN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN IPS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGLO CILONGOK TAHUN 011/01 Naniek Sulistya Wardani S1-Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan tentang bentuk-bentuk. kerjasama guru dan orang tua dapat disimpulkan, sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan tentang bentuk-bentuk. kerjasama guru dan orang tua dapat disimpulkan, sebagai berikut: 139 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan tentang bentuk-bentuk kerjasama guru dan orang tua dapat disimpulkan, sebagai berikut: 1. Kerjasama guru dan orang dalam pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penunjang keberhasilan pembangunan, selain itu pendidikan yang telah berkembang juga menggambarkan tingkat kemajuan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD

PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD Naniek Sulistya Wardani Universitas Kristen Satya Wacana Email: naniek_sw@yahoo.com A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar BAB V PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar Dewantara Sebagaimana disebutkan di dalam penegasan istilah bahwa penelitian ini dibatasi pada nilai-nilai Pendidikan Agama

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis. BAB V PEMBAHASAN Pada pembahasan ini peneliti akan menyajikan uraian sesuai dengan hasil penelitian, sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian dan memadukan dengan kajian pustaka.

Lebih terperinci

PROGRAM SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN GURU DALAM JABATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN GURU DALAM JABATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MENJUMLAHKAN DAN MENGURANGKAN BERBAGAI BENTUK PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN TIMBANG 01 KEC. BANYUPUTIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut

BAB II. Tinjauan Pustaka. jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Sistem Pendidikan Among Ki Hajar Dewantara Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia melihat manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi : 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai salah satu lembaga yang membantu pemerintah dalam menyiapkan generasi penerus bangsa bertanggung jawab dalam menangani masalah pendidikan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan mengembangkan kehidupan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

V. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI

V. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI 79 V. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Etika kepemimpinan Jawa, merupakan ajaran-ajaran yang berupa nilainilai dan norma-norma yang bersumber dari kebudayaan Jawa tentang kepemimpinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dan rakyat Indonesia dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Bidayat al-hidayah

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD N MUDAL KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI di susun untuk

Lebih terperinci

NILAI KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM NOVEL PENAKLUK BADAIKARYA AGUK IRAWAN MN DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA

NILAI KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM NOVEL PENAKLUK BADAIKARYA AGUK IRAWAN MN DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA NILAI KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM NOVEL PENAKLUK BADAIKARYA AGUK IRAWAN MN DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Irma Hadzami Chusniati Progrram Studi Pendidikan BahasadanSastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa melalui bidang pendidikan. Masyarakat akan mampu menghadapi perubahan yang terjadi dan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sasaran pokok pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua orang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 UU RI No.20 th. 2003

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 UU RI No.20 th. 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 UU RI No.20 th. 2003 dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi/universitas dihadapkan pada situasi dimana universitas harus mengedepankan lulusan mahasiswa yang berkualitas (memiliki kompetensi). Mahasiswa

Lebih terperinci

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan diartikan sebagai daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kakuatan batin,

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan diartikan sebagai daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kakuatan batin, 146 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-6 2017 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH DASAR TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA YOGYAKARTA IMPLEMENTATION OF MORAL VALUE IN SD

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi BAB V PENUTUP Pada bagian akhir dari pembahasan ini, penulis mengambil sebuah konklusi atau kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan skripsi ini. Penulis

Lebih terperinci

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN Ismail Hasan A. Keharusan Pendidikan Anak di lahirkan dalam keadaan tidak berdaya (berbeda dengan binatang seperti; kura-kura, buaya, kambing, kera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

BAB III LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA BAB III LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu.

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KAUMAN LOR 01 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan yang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS bertujuan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Lebih terperinci

BAB I. pasien selama 24 jam. Gillies (1994), menyatakan bahwa 60-70% sumber daya

BAB I. pasien selama 24 jam. Gillies (1994), menyatakan bahwa 60-70% sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang sangat kompleks karena sumber daya manusia yang bekerja terdiri dari multi disiplin dan berbagai jenis keahlian.

Lebih terperinci

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH Bimbingan Teknis Program Penguatan Pendidikan Karakter bagi Kepala Sekolah & Pengawas Sekolah MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia KOSEP PPK Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Sikap, mental, perilaku, kepribadian dan kecerdasan anak ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang diberikan dan dialami serta dilalui

Lebih terperinci

Terry menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang baik, yaitu memiliki:

Terry menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang baik, yaitu memiliki: KOPI - Dewan Perwakilan Rakyat haruslah memiliki jiwa sebagai pemimpin, memimpin pendapat rakyat, memimpin daerahnya sendiri untuk lebih berkembang, meningkatkan kesejahteraan dan menampung semua aspirasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman pemerintahan Ir. Soekarno, ada tiga hal penting yang menjadi tantangan. Pertama adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA TEKA- TEKI SILANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA TEKA- TEKI SILANG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA TEKA- TEKI SILANG 1 Diah Kurniawati, 2 Sunardi Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI A. Persamaan Konsep Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara dengan Al- Ghazali 1. Persamaan Konsep

Lebih terperinci