EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG Wahyu Manggaring Tyas 1), Drs. Suwarno Winarno 2), Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si 3) Jurusan Hukum dan kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Indonesia Jalan Semarang No.5 Malang, Abstrak : Pelaksanaan sistem among dalam pembelajaran diterapkan di SMA Taman Madya Kota Malang melalui nilai-nilai K3TS, yaitu ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, tanggungjawab dan taqwa serta sopan santun. Ada beberapa strategi yang diterapkan dalam pembelajaran untuk membentuk budi pekerti tersebut: Berjabat dan cium tangan; hormat bendera dan berdoa sebelum memulai pelajaran; perilaku guru atau pamong pada saat berada diluar maupun di dalam kelas; siswa diwajibkan sholat dhuhur dan jum atan. Keefektivitas sistem among dalam pembentukan budi pekerti di SMA Taman Madya Kota malang terfokus pada slogan K3TS, yaitu ketertiban; kedisiplinan; kejujuran; tanggung jawab dan taqwa; sopan santun cukup efektiv. Hal ini tergambar dari temuan penelitian dan pengetahuan yang diterapkan guru dalam pembelajaran sebagai upaya membentuk budi pekerti siswa melalui triologi pendidikan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Keefektivitasan diukur melalui wujud perilaku yang telah dilakukan oleh siswa pada saat mereka telah mampu untuk ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan) nilai-nilai budi pekerti K3TS yang ditanamkan. Hambatan yang dihadapi diantaranya hambatan dari keuarga; pengaruh buruk dari lingkungan; kepribadian siswa. Dalam hal ini di dalam lingkungan tri pusat pendidikan masih diperlukan adanya sikap Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Upaya yang di lakukan SMA Taman Madya Kota Malang untuk membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran melalui sistem among diantaranya tidak berlakunya surat izin; ekstrakurikuler; poster kata-kata bijak; buku tata tertib; pendidikan budi pekerti. Kata Kunci : Sistem Among, Budi Pekerti,. Pada hakikatnya fungsi pendidikan nasional menurut UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kesuma dkk, 2012:6). Guru haruslah menjadi teladan, seorang model sekaligus mentor dari peserta didik di dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati dan olah rasa. Hal ini sesuai dengan pemikiran Bapak Pendidikan Nasional R.M.Suwardi Suryaningrat atau yang biasa dikenal dengan nama Ki Hajar

2 Dewantara, menurut beliau pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya (Tim LKM UNJ, 2011:78). Yang kemudian pemikiran tersebut dituangkan dalam tujuan pendidikan di perguruan Tamansiswa ialah membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya (Rahardjo, 2009:63). Seorang guru atau pamong berkewajiban mengajar dan mendidik Mengajar berarti memberi ilmu pengetahuan, menuntun pemikiran serta melatih kecakapan atau kepandaian anak didik agar nantinya menjadi orang yang berpengetahuan dan cerdas. Mendidik berarti menuntun tumbuhnya budi pekerti dalam hidup anak didik, agar mereka nantinya menjadi manusia yang berkepribadian beradab dan susila. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Soeratman, 1985:77-78), adab atau keluhuran budi manusia itu menunjukkan sifat batinnya manusia (misalnya keinsyafan tentang kesucian, kemerdekaan, keadilan, ketuhanan, cinta kasih, kesetiaan, kesenian, ketertiban, kedamaian, kesosialan, dan sebagainya), sedang kesusilaan atau ketulusan itu menunjukkan sifat hidup lahirnya manusia yang serba halus dan indah (kebudayaan). Bagi Tamansiswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai perjuangan. Senada dengan pernyataan di atas dikutip dalam Rahardjo (2009:63), Tamansiswa bersifat antiintelektualisme, artinya, siapa pun tidak boleh hanya mengagungkan kecerdasan dengan mengabaikan faktor-faktor lainnya. Tamansiswa mengajarkan asas keseimbangan Antara intelektualitas di satu sisi dan personalitas di sisi lain. Tujuannya agar kecerdasan dan kepribadian setiap anak didik berkembang secara seimbang. Pemikiran Ki Hajar Dewantara (dalam Soeratman, 1985:79), guru atau pamong dalam melaksanakan tugasnya, mengajar dan mendidik haruslah memberi tuntunan dan menyokong pada anak-anak agar dapat tumbuh dan berkembang berdasarkan kekuatan sendiri. Cara mengajar dan mendidik dengan menggunakan alat perintah, paksaan dengan hukuman seperti yang dipakai dalam pendidikan di masa dahulu hendaknya dihindari. Semboyan yang digunakan untuk melaksanakan metode ini adalah Tut Wuri Handayani, artinya mendorong anak didik untuk membiasakan diri mencari dan belajar sendiri. Guru atau pamong mengikuti di belakang dan memberi pengaruh, bertugas mengamati dengan segala perhatian; pertolongan diberikan apabila di perlukan. Dengan menggunakan metode among, yang berarti membimbing anak dengan penuh kecintaan dan mendahulukan kepentingan anak maka anak dapat berkembang menurut kodratnya. Bakatnya dapat berkembang dan hubungan pamong bersama murid-muridnya adalah seperti keluarga. Dikutip dalam Rahardjo (2009:72), yang dipakai sebagai alat pendidikan yaitu pemeliharaan dengan sebesar

3 perhatian untuk mendapat tumbuhnya hidup anak, lahir dan batin menurut kodratnya sendiri itulah yang dinamakan Among Methode. Ditinjau dari tujuan pendidikan nasional serta pembelajaran menggunakan sistem among yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara sangat tepat apabila diterapkan di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. sebagai salah satu mata pelajaran yang menjadi media pengembangan dan pembentuk watak bangsa yang paling urgensi. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Kansil,1997:vii). Menurut, Zuriah (2012:134) pada hakikatnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk menyiapkan para siswa nantinya sebagai warga masyarakat sekaligus sebagai warga negara yang baik. Di samping itu, juga dimaksudkan untuk membekali peserta didik dengan budi pekerti, pengetahuan, dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan untuk menjadi warga negara yang baik dan dapat diandalkan. Sehubungan dengan tujuan pendidikan nasional, maka pembelajaran PKn pada jenjang pendidikan dasar dan menengah secara konseptual mengandung komitmen utama dalam pencapaian dimensi tujuan pengembangan kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa. Muatan bahan ajar budi pekerti dikembangkan berdasarkan model pengintegrasian budi pekerti ke dalam, yaitu dengan memadukan nilai-nilai budi pekerti dalam setiap pokok bahasan dan dipilih yang relevan seiring pertumbuhan dan perkembangan watak sekaligus kepribadian peseta didik. Namun sangat disayangkan ketika sistem Among ini hanya diterapkan pada sekolah perguruan Tamansiswa, masih banyak sekolahsekolah di Indonesia ini yang menggunakan paksaan, perintah, serta hukuman untuk membuat siswanya merubah sikap dan perilaku mereka. Salah satu sekolah perguruan Tamansiswa yang ada di kota Malang sampai saat ini adalah SMA Taman Madya. Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian di SMA Taman Madya kota Malang. Hal ini dikarenakan SMA tersebut merupakan satu-satunya SMA perguruan Taman siswa yang ada di kota Malang dan sekolah yang menerapkan sistem among di dalam proses pembelajarannya, seiring dengan berkembang serta adanya perubahan kurikulum-kurikulum baru sistem among tetap menjadi landasan dasar di SMA Taman Madya kota Malang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Sistem Among Dalam Pembelajaran Sebagai Upaya Membentuk Budi Pekerti Siswa Di Sma Taman Madya Kota Malang.

4 METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang menggambarkan mengenai efektifitas sistem Among dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya membentuk budi pekerti siswa di SMA Taman Madya Malang. Pendekatan ini bertujuan untuk mendeskripsi mengenai suatu masalah yang diteliti dan hasil dari pengamatan digambarkan dengan menggunakan narasi kata-kata. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna tingkah laku dari suatu peristiwa dan interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut prespektif penelitian sendiri. Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut; (1) Wawancara; (2) Observasi Partisipatif; (3) Studi Dokumentasi. Analisis Data terdiri dari reduksi data, Penyajian Data mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. HASIL A. Pelaksanaan Sistem Among Pada Pembelajaran Nilai-nilai yang diterapkan di SMA Taman Madya Kota Malang adalah meliputi K3TS, yaitu ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, Adapun penarikan kesimpulan / verifikasi data, kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Adalah engan cara pengecekan keabsahan temuan diperlukan beberapa tindakan agar dapat memberikan tingkatan kepercayaan mengenai hasil laporan penelitian. Berikut ini langkah-langkah dalam pengecekan keabsahan data ialah: Ketekunan pengamatan, Triangulasi Untuk itu peneliti dapat melakukan dengan jalan: (a) mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, (b) mengeceknya dengan berbagai sumber data, (c) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi Serta adanya Tahap-tahap Penelitian, penelitian kualitatif adapun tahapan-tahapan melakukan penelitian sebagai berikut, tahap pra lapangan, yaitu : menyusun rencana penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian. Dan tahap pelaksanaan lapangan yaitu, tahap pengumpulan data, penyusunan data, tahap analisis data, tahap penyelesaian. tanggungjawab dan taqwa serta sopan santun. Ada beberapa strategi yang diterapkan dalam pembelajaran untuk membentuk budi pekerti tersebut, diantaranya: (a) Berjabat dan cium tangan; (b) hormat bendera dan berdoa sebelum memulai pelajaran; (c) perilaku guru atau pamong pada saat berada diluar maupun di dalam

5 kelas; (d) siswa diwajibkan sholat dhuhur dan jum atan. Strategi ini dilaksanakan tidak terlepas dari konsep pendidikan yang digunakan di perguruan Tamansiswa, yaitu menggunakan sistem among. Artinya dilaksanakan menggunakan metode mendidik yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kemerdekaan dengan kodrat alam. Dilaksanakan dengan kasih sayang sesama, saling menghormari dan menghargai adanya perbedaan, tolong menolong, demokratis, dan membangun kesatuan dan persatuan. Sistem among dilaksanakan secara Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Ketika dapat mengenali karakter dari masing-masing siswa guru di depan memberi contoh tingkah laku yang baik untuk ditiru. Di pertengahan memberi semangat pada saat siswa mulai menerapkan perilaku yang baik, menjalankan hal yang baik mereka di dorong untuk diberi semangat agar terus melakukan hal yang benar tersebut. Di belakang memberi dukungan untuk terus berbudi pekerti yang luhur. B. Efektivitas Sistem Among Pada Pembelajaran Kefektivitasan penerapan sistem among pada pembelajaran kewarganegaraan dalam upaya membentuk budi pekerti siswa di SMA Taman Madya Kota Malang, yaitu dengan menanamkan nilai nilai K3TS (ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, tanggungjawa dan taqwa, sopan santun). (a). Ketertiban, dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan ketertiban cukup efektiv, hal ini terlihat yang telah menunjukkan perilaku yang dirapkan melalui triologi dari guru, yaitu siswa ngerti, ngrasa, nglakoni; (b.) Kedisiplinan, dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan ketertiban sangat efektiv. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan perilaku siswa di SMA Taman Madya Kota Malang, siswa Ngrasa (memahami) bahwa ketidak disiplinan telah merugikan mereka; (c.) Kejujuran, dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan kejujuran cukup efektiv. Hal ini tergambar dari kejujuran siswa di SMA Taman Madya terhadap guru dalam segala masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini guru melaksanakan triologi pendidikan Ing Madya Mangun Karsa, yaitu ditengah-tengah guru memberikan semangat dan dorongan terhadap siswanya; (d.) Tanggung Jawab dan Taqwa, dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan tanggung jawab dan taqwa sangat efektiv. Hal ini tergambar siswa Nglakoni (melakukan) triologi pendidikan yang telah diterapkan oleh guru ketika guru melaksanakan Ing Ngarsa Sung Tulada; (e). Sopan Santun, dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan perilaku sopan santun sangat efektiv. Dikarenakan siswa siswi dan seluruh warga SMA Taman Madya Kota Malang Nglakoni (melakukan) 3S, yaitu senyum, sapa, salam. C. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Dalam Membentuk Budi Pekerti Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Sistem Among Ada beberapa hambatan yang dihadapi SMA Taman Madya Kota

6 Malang dalam upaya membentuk budi pekerti siswa pada Pembelajaran mealaui penerapan sistem among, akan diuraikan sebagai berikut, hambatan dari keluarga, pengaruh buruk dari lingkungan, kepribadian siswa. D. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Membentuk Budi Pekerti Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan PEMBAHASAN A. Gambaran Pelaksanaan Sistem Among Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Membentuk Budi Pekerti Siswa Di SMA Taman Madya Kota Malang Berdasarkan temuan penelitian, dapat dijelaskan bahwa Pelaksanaan sistem among dalam pembelajaran diterapkan di SMA Taman Madya Kota Malang melalui nilai-nilai K3TS, yaitu ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, tanggungjawab dan taqwa serta sopan santun. Ada beberapa strategi yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk budi pekerti tersebut, diantaranya: (a) Berjabat Tangan dan Penyambutan Siswa, dari strategi ini siswa ditanamkan nilai budi pekerti yang mencerminkan perilaku sopan santun dan mencontohkan siswa untuk disiplin waktu supaya tidak datang terlambat ke sekolah. Sistem among yang Nampak adalah Ing Ngarsa Sung Tulada dan Tut Wuri Handayani, Ing Ngarsa Sung Tulada yaitu guru memberikan teladan dengan guru hadir lebih pagi ke Kewarganegaraan Sistem Among Melalui Ada beberapa upaya yang dilakukan SMA Taman Madya untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem among yaitu, tidak berlakunya surat izin, kegiatan ekstrakurikuler, buku tata tertib, poster kata-kata bijak, pendidikan budi pekerti. sekolah untuk menyambut siswa, sehingga memberikan teladan supaya siswa mencontoh perilaku guru tersebut. Tut Wuri Handayani, yaitu guru memberikan dukungan apabila siswa berbuat sopan santun dan disiplin waktu. Apabila terlambat mereka akan di dukung dengan adanya poin di dalam buku tata tertib berupa poin agar mereka tidak mengulangi perbuatannya. (b) Hormat Bendera Dan Berdoa Sebelum Memulai Kegiatan Belajar, nilai-nilai budi pekerti yang ditanamkan dari kegiatan hormat bendera adalah bagaimana siswa diajarkan untuk mencintai tanah airnya, bangsa, dan negara sedangkan berdoa sebelum memulai pembelajaran adalah wujud dari rasa tanggung jawab dan taqwa siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dari kedua kegiatan tersebut maka dapat tercipta perilaku tertib dari siswa. Mencerminkan tertib dalam tingkah laku membiasakan hormat bendera dan berdoa menjadikan siswa tertib berfikir, yaitu berfikir positif dalam melakukan segala kegiatan. Sistem among yang diterapkan adalah Ing Ngarso Sung Tulada adalah guru di depan memberikan teladan yang baik kepada siswa dengan menanamkan

7 rasa mencintai tanah air dan tanggung jawab dengan taqwa terhadap Tuhannya. (c) Perilaku guru di luar dan di dalam kelas, perilaku guru di dalam maupun di luar pembelajaran tetaplah dengan melaksanakan sistem among Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. (d) Sholat dhuhur dan jum at berjamaah, kegiatan sholat berjamaah ini menanamkan perilaku disiplin waktu juga taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disiplin waktu yang ditanamkan ketika siswa harus dapat membagi waktu mereka Antara kegiatan belajar mengajar, sholat, dan bermain. Triologi yang diterapkan pada kegiatan ini adalah Ing Ngarsa Sung Tulada, adalah guru memberikan tauladan kepada siswa untuk sholat berjamaah, tidak hanya memberikan perintah melainkan juga melaksanakannya. Pelaksanaan triologi Tut Wuri Handayani adalah terlihat pada saat guru menegur siswa yang tidak melaksanakan sholat berjamaah dengan melaporkannya pada buku tata tertib mendapatkan poin pelanggaran. B. Efektivitas Sistem Among Pada Pembelajaran Sebagai Upaya Membentuk Budi Pekerti Siswa Di SMA Taman Madya Kota Malang Berdasarkan temuan penelitian di SMA Taman Madya Kota malang di dalam pembentukan budi pekerti terfokus pada slogan K3TS, yaitu (a) ketertiban; Keefektivitasan sistem among pada pembelajaran dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan ketertiban cukup efektiv, hal ini terlihat dari perilaku anak-anak di sekolahan baik di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran telah menunjukkan perilaku yang dirapkan melalui triologi dari guru, yaitu siswa ngerti, ngrasa, nglakoni. Ngerti (mengerti) dengan apa yang contohkan oleh guru untuk berperilaku tertib, Ngrasa (merasa) siswa merasa bahwa ia perlu melakukan perbuatan tersebut, Nglakoni (melakukan) apa yang mereka anggap benar dan tepat. Ditunjukkan dengan siswa yang menjadi tertib dalam perbuatan, tertib berbicara, tertib berpakaian, mereka mampu untuk berpikiran positif. Yang semula mereka sering melakukan pelanggaran seragam yang dikenakan sekarang menjadi berkurang, tertib dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Telah tertanamnya pada siswa semboyan Ajining Diri Gumantung Saka Lati, Ajining Raga Gumantung Saka Busana yang mulai diterapkan oleh siswa di dalam kehidupan seharihari. Dalam ketertiban siswa selalu diajarkan berfikiran positif dan berkemauan luhur, karena dengan berfikir positif diharapkan adanya perbuatan-perbuatan yang baik, benar, adil, dan indah. (b) kedisiplinan; Keefektivitasan sistem among pada pembelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan ketertiban sangat efektiv. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan perilaku siswa di SMA Taman Madya Kota Malang, siswa Ngrasa (memahami) bahwa ketidak disiplinan telah merugikan mereka. Siswa yang semula bermasalah dengan pembelajaran di sekolah, siswa yang sering terlambat, siswa yang suka membolos menjadi berkurang dengan diterapkannya

8 sistem among dengan pelaksanaan Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Guru sebagai tauladan ditunjukkan dengan disiplin waktu datang lebih awal untuk menyambut siswanya, siswa diberikan dukungan untuk dapat membagi waktu mereka dicari masalah dan solusi, serta adanya hukuman yang bersifat mendidik. Sistem among sangat efektif dalam upaya membentuk budi pekerti siswa, tidak sedikit siswa pindahan dari sekolahan lain yang semula suka membolos membuat ulah sekarang menjadi anak yang disiplin. (c) kejujuran; Keefektivitasan sistem among pada pembelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan kejujuran cukup efektiv. Hal ini tergambar dari kejujuran siswa di SMA Taman Madya terhadap guru dalam segala masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini guru melaksanakan triologi pendidikan Ing Madya Mangun Karsa, yaitu ditengah-tengah guru memberikan semangat dan dorongan terhadap siswanya. Guru membimbing siswa dengan kasih sayang, menyentuh hati siswa menanamkan perilaku jujur. Kebebasan anak lebih diutamakan karena mereka mempunyai hak lahir dan batin membuka hati siswa sehingga siswa mampu Ngerti (mengetahui) bahwa niat guru ingin membuka hati mereka untuk berbuat jujur, Ngrasa (merasakan) bahwa pentingnya berbuat jujur bagi kehidupan mereka, Nglakoni (melakukan) bahwa mereka sadar untuk melakukan kejujuran di dalam hal apapun. Baik dalam proses pembelajaran, di lingkungan mereka tinggal dan dimanapun mereka berada saat itu untuk berbuat jujur karena dengan kejujuran hati menjadi tenang, ketika hati tenang maka mampu berfikir positif dan pastilah melakukan perbuatan yang luhur. (d) tanggung jawab dan taqwa; Keefektivitasan sistem among pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan tanggung jawab dan taqwa sangat efektiv. Hal ini tergambar siswa Nglakoni (melakukan) triologi pendidikan yang telah diterapkan oleh guru ketika guru melaksanakan Ing Ngarsa Sung Tulada, di depan guru memberikan contoh bagaimana mereka bertanggung jawab atas hidupnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan bertaqwa. Secara vertikal melalui berdoa dan beribadah siswa telah menerapkannya dengan tertib dalam kehidupan sehari-hari. Yang semula tidak menjalankan sholat sekarang menjadi rajin sholat dengan pendekatan sistem among yang diterapkan. Sedangkan tanggung jawab secara horizontal adalah dengan mereka dapat melakukan interaksi dengan seluruh warga sekolah tanpa memandang kelas, murid, guru ataupun kepala sekolah. (e) sopan santun, keefektivitasan sistem among pada pembelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan perilaku sopan santun sangat efektiv. Dikarenakan siswa siswi dan seluruh warga SMA Taman Madya Kota Malang Nglakoni (melakukan) 3S, yaitu senyum, sapa, salam ketika bertemu baik dengan guru, siswa dan orang lain. Ini merupakan pelaksanaan triologi pendidikan Ing Ngarsa Sung

9 Tulada, dimana guru memberikan contoh budi pekerti yang luhur dengan perbuatan yang didasari nilai norma dan moral yang etis (sopan) dan estetis (indah) serta menyenangkan. Berdasarkan hasil penelitian efektivitas yang diuraikan di atas dalam setiap nilai budi pekerti yang ditanamkan supaya berjalan dengan efektiv dilaksanakan dengan menerapkan triologi pendidikan, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani yang mempunyai arti bahwa seorang guru harus dapat menjadi teladan (panutan) anak didiknya. Seorang guru harus dapat memotivasi anak didiknya agar bisa bekerja dengan baik. Seorang guru (pemimpin) harus dapat mengawasi pekerjaan anak atau peserta didik supaya memperoleh hasil optimal (Soesilo, 2005:300). C. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Dalam Membentuk Budi Pekerti Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Sistem Among Di SMA Taman Madya Kota Malang Berdasarkan temuan penelitian ada beberapa hambatan yang dihadapi SMA Taman Madya Kota Malang dalam membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran melalui sistem amon, diantaranya (a) hambatan dari keuarga; Sistem Ing Ngarso Sung Tulada juga dibutuhkan siswa ketika di rumah, hal ini terlihat dari latar belakang keluarga yang bermasalah akan membentuk budi pekerti yang kurang baik pada siswa, begitu juga sebaliknya dengan latar belakang keluarga yang baik dan penuh perhatian kepada ankanya maka membentuk budi pekerti yang baik, semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas. (b) pengaruh buruk dari lingkungan; Lingkungan merupakan tempat bergaul anak-anak ketika mereka berada di luar sekolah. Lingkungan juga merupakan tripusat pendidikan, pendidikan non formal dilakukan dimasyarakat. Apabila anak menerapkan dalam lingkungan masyarakat yang tepat maka budi pekerti yang mereka dapatkan adalah budi peketi yang luhur begitu juga sebaliknya. Lingkungan yang paling cepat merubah pola hidup mereka adalah pada saat mereka bergaul dengan teman sebaya, teman yang salah akan membawa dampak buruk seperti berkata-kata kotor, merokok dan geng motor. Hal ini dikarenakan pihak sekolah maupun orang tua sulit untuk memantau siapa saja teman mereka saat berada di luar lingkungan rumah maupun di luar lingkungan sekolah. (c) kepribadian siswa; kepribadian mempunyai unsur karakter atau watak yang tumbuh dari dari sumber pengaruh yang terpisah-pisah dan dimiliki oleh seseorang dari pertumbuhannya yang bebas. Perkembangan kepribadian berlangsung dalam suatu pola perilaku di mana masing-masing watak berperan sesuai dengan masalah yang dihadapi. Bahwa kepribadian siswa membawa watak atau karakter, sifat yang berbeda beda. Dari temuan penelitian yang telah diuraikan bahwa faktor penghambat pembentukan budi pekerti dalam pembelajaran melalui sistem among diantaranya adalah tripusat pendidikan yang dikutip dalam Soenarno (2005:12),

10 tripusat adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang mengharmoniskan tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. D. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Membentuk Budi Pekerti Siswa Pada Pembelajaran Melalui Sistem Among Di SMA Taman Madya Kota Malang Berdasarkan temuan penelitian peneliti memaparkan upaya yang di lakukan SMA Taman Madya Kota Malang untuk membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem among diantaranya, (a) tidak berlakunya surat izin; hubungan baik Antara sekolahan dan keluarga adalah bekal utama yang digunakan sebagai upaya untuk mengatasi hambatan dalam upaya membentuk budi pekerti siswa melalui sistem among. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dari keluarga adalah dengan tidak berlakunya surat izin bagi siswa yang tidak masuk sekolah, keterangan bahwa siswa tidak mengikuti pelajaran harus datang dari pemberitahuan orang tua masing-masing siswa. (b) kegiatan ekstrakurikuler; upaya lain yang dilakukan sekolah adalah dengan membuat siswa sibuk di sekolahan, menyediakan tempat aspirasi bagi mereka untuk menyalurkan bakat dan minat setelah selesai kegiatan belajar mengajar. Dari hasil observasi peneliti menyebutkan bahwa siswa yang terlibat aktif dalam ektrakurikuler maka akan semakin sedikit waktu yang mereka gunakan untuk bermain di luar dan akan mereka habiskan dengan hal-hal yang positif. (c) poster kata-kata bijak; Poster kata-kata bijak yang dipasang disetiap sudut sekolahan diharapkan bukan hanya sekedar tulisan melainkan juga dapat dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari siswa baik di dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah keluarga, masyarakat. paya yang dilakukan adalah untuk mengingatkan siswa akan budi pekerti yang luhur, dan setiap saat dapat mereka ketahui di lingkungan sekolah. Kata-kata tersebut mengandung arti bahwa mereka harus berperilaku yang mencerminkan budi pekerti luhur yang diharapkan dapat ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan) mereka laksanakan di dalam kehidupan sehari-hari. (d) buku tata tertib; cara yang dilakukan sekolah untuk mengetahui setiap perubahan budi pekerti siswa secara bertahan adalah dengan buku tata tertib, hal ini adalah upaya yang dilakukan untuk memonitoring ketertiban dan pelanggaran siswa, dari hasil buku tata tertib sangat efektiv digunakan sebagai upaya untuk mengatasi pembentukan budi pekerti siswa dalam hal ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami), nglakoni (melakukan). Setiap siswa melakukan pelanggaran dapat dipantau bahwa mereka belum mengetahui, merasa, dan melakukan budi pekerti yang ditanamkan oleh guru. Dengan demikian guru dan orang tua menjadi tahu perubahan perilaku siswa setiap waktu apakah mereka semakin berperilaku buruk dan tidak tertib atau sebalinya perilaku mereka semakin

11 menunjukkan ketertiban dan budi pekerti yang luhur. (e) pendidikan budi pekerti; upaya yang terakhir yang dilakukan sekolah adalah adanya pendidikan budi pekerti yang diadakan setiap satu tahun sekali yang dibimbing oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui diharapkan dapat Menghasilkan jiwa yang baik dan pekerti yang baik mampu mempertajam daya cipta, rasa, dan karsa sehingga menciptakan fikiran positif, berperasaan indah, dan berkemauan luhur. Visi pendidikan budi pekerti dalam lingkup Pedidikan Kewarganegaraan ialah mewujudkan proses pengembangan budi pekerti siswa yang terarah kepada kemampuan berfikir rasional, memiliki kesadaran moral, berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas perilakunya berdasarkan hak dan kewajiban warga negara yang pada gilirannya mampu bekerja sama dengan anggota masyarakat lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan sistem among dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diterapkan di SMA Taman Madya Kota Malang melalui nilai-nilai K3TS, yaitu ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, tanggungjawab dan taqwa serta sopan santun. Untuk dapat membentuk budi pekerti pada siswa menggunakan beberapa strategi yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, diantaranya: (a) Berjabat dan cium tangan; (b) hormat bendera dan berdoa sebelum memulai pelajaran; (c) perilaku guru atau pamong pada saat berada diluar maupun di dalam kelas; (d) siswa diwajibkan sholat dhuhur dan jum atan. Penerapan tersebut tidak terlepas dari sistem among diterapkan secara Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. 2. Efektivitas sistem among dalam pembelajaran dalam membentuk perilaku K3TS (ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab dan taqwa, sopan santun) cukup efektiv. Hal ini tergambar dari temuan penelitian dan pengetahuan yang diterapkan guru dalam pembelajaran sebagai upaya membentuk budi pekerti siswa melalui triologi pendidikan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Keefektivitasanan diukur melalui wujud perilaku yang telah dilakukan oleh siswa pada saat mereka telah mampu untuk ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan) nilai-nilai budi pekerti K3TS yang ditanamkan. 3. hambatan yang dihadapi SMA Taman Madya Kota Malang dalam membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran melalui sistem amon, diantaranya (a) hambatan dari keuarga; (b) pengaruh buruk dari lingkungan; (c) kepribadian siswa. hambataanhambatan yang dihadapi dalam upaya membentuk budi pekerti siswa dalam pembelajaran

12 melalui sistem among adalah berasal dari faktor keluarga, lingkungan, dan kepribadian siswa oleh karena itu ketiga tri pusat pendidikan haruslah berjalan singkron, karena ketiga lingkungan ini menjadi pengaruh yang sangat besar terhadap setiap perubahan perilaku siswa. dalam hal ini di dalam lingkungan tri pusat pendidikan masih diperlukan adanya sikap Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. 4. upaya yang di lakukan SMA Taman Madya Kota Malang untuk membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem among diantaranya (a) tidak berlakunya surat izin; (b) kegiatan ekstrakurikuler; (c) poster katakata bijak; (d) buku tata tertib; (e) pendidikan budi pekerti. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memiliki saran sebagai berikut: Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti maka ada beberapa saran dalam penerapan sistem among dalam upaya membentuk budi pekerti dalam pembelajaran di SMA Taman Madya KotaMalang, diantaranya adalah mengadakan kerjasama dengan lingkungan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah agar perilaku anak ketika bergaul dengan teman sepermaianan mereka mudah dipantau. Lebih sering diadakan pendidikan budi pekerti sehingga guru lebih melakukan pendekatan dan mengetahui tingkat perkembangan perilaku siswa, serta menyentuh hati nurani siswa untuk selalu berbudi pekerti luhur. DAFTAR RUJUKAN Kansil Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMU Kelas 2. Jakarta: Erlangga. Kesuma, Dharma., Triatna, Cepi. & Permana, Johar Pendidikan Karakter: kajian teori dan praktik di sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahardjo, Suparto Ki Hajar Dewantara: Biografi Singkat. Yogyakarta: Garasi. Soenarno., Rayan, Rais. & Pranoto Sugiyono Pendidikan Ketamansiswaan untuk Siswa Taman Madya/Karya. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. Soeratman, Darsiti Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Buku Terpadu. Zuriah, Nurul Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan. Jakarta: Bumi Askara. Tim Kreatif LKM UNJ Restorasi Pendidikan Indonesia: Menuju Masyarakat Terdidik Berbasis Budaya (Safa, Aziz). Jogjakarta: Ar- Ruzz Media.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA A. Pencetus Sistem Among Sistem among adalah hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, Ki hajar dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan

Lebih terperinci

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persaingan di dunia dalam berbagai aspek semakin mendapatkan perhatian yang serius, berbagai negara menggunakan berbagai cara agar negara mereka tidak kalah bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran terdiri dari dua hal yang salah satunya saling berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar oleh pengajar (Guru).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar BAB V PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar Dewantara Sebagaimana disebutkan di dalam penegasan istilah bahwa penelitian ini dibatasi pada nilai-nilai Pendidikan Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yang memuat tujuan negara, memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusiayang berkualitas dan berkarakter.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data temuan penelitian adalah pengungkapan dan pemaparan data maupun temuan yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan baik dari

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan. PENEGAKAN KEDISIPLINAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 4 Tawang Sari, Kecamatan Tawang Sari, Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi kehidupan manusia; demikian pula bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk mencapai tujuan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan pembelajaran yang secara programatik-prosedural berupaya memanusiakan dan membudayakan serta memberdayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap manusia karena pendidikan memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang. Dengan adanya

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA - 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI A. Persamaan Konsep Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara dengan Al- Ghazali 1. Persamaan Konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari Sejarah pendidikan Indonesia 1 Dyah Kumalasari PENDAHULUAN Francis Bacon Knowledge is power Pendidikan untuk Manusia.Sumber pokok kekuatan bagi manusia adalah Pengetahuaan. Mengapa...? Karena manusia dgn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bab II Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus di jalankan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa yang berkedudukan di Yogyakarta selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai kewenangan untuk pengesahan Majelis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi BAB V PENUTUP Pada bagian akhir dari pembahasan ini, penulis mengambil sebuah konklusi atau kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan skripsi ini. Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dan dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempunyai peranan pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk masa yang akan datang. Maka dari itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter sangat penting dalam membangun sebuah peradaban bangsa yang kuat dan berahlak mulia. Tanpa karakter sebuah bangsa yang dibangun atas seseorang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Membahas tentang pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya pembangunan nasional suatu negara, sebab pendidikan merupakan tonggak dalam majunya suatu negara. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5) Manfaat Penelitian, dan (6) Penegasan Istilah. 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan manusia melalui pengembangan seluruh potensinya sesuai dengan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan dibidang pendidikan di Indonesia adalah meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih global. Pendidikan sebagai investment in people untuk pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. lebih global. Pendidikan sebagai investment in people untuk pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan sarana utama bagi suatu negara untuk meningkatkan sumber daya manusianya dalam mengikuti perkembangan dunia. Oleh karena itu, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar mampu menghadapi dinamika perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan sebagai hak asasi manusia telah dilindungi oleh undangundang dan hukum, sehingga setiap individu memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan perubahan sosial. Perubahan bertanggung jawab atas terciptanya generasi bangsa yang paripurna, sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat mengembangkan potensi diri, sehingga dapat didayagunakan dalam kehidupan baik sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA Pendidikan nasional saat ini memiliki segudang persoalan. Mengingat akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL Oleh INDRIYANTO Saya menyampaikan selamat memperingati hari pendidikan nasional yang ke-54 tanggal 2 Mei 2013 kepada seluruh warga Negara Indonesia di manapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial, seperti yang dikemukakan Aristoteles (Budiyanto, 2004: 3) Manusia adalah zoon piliticon atau makhluk yang pada dasarnya selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan akan membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa yang penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya disiplin merupakan kebutuhan dasar bagi perkembangan perilaku anak mengingat masa ini merupakan masa yang sangat efektif untuk pembentukan perilaku moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan 1 BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan harus ditanamkan dalam satuan pendidikan, karena pendidikan karakter sebagai dasar pendidikan

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci