TINJAUAN PUSTAKA. Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor
|
|
- Yanti Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Sapi Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya. Ditegaskan pula bahwa seekor ternak tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan yang baik tidak menjamin penampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang baik (Hardjosubroto, 1994). Bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi yaitu Phylum: Chordata, Subphylum: Vertebrata, Class: Mamalia, Ordo: Artodactyla, Sub ordo: Ruminantia. Famili : Bovidae, Genus: Bos, Spesies: Bos Indicus (Williamson and payne, 1993). Sapi potong memiliki beberapa kelebihan bila ditinjau dari nilai ekonomi dan pemanfaatannya yaitu pada umumnya masyarakat lebih menyukai daging Sapi dibanding daging ternak lainnya (kambing, domba, kerbau), Sapi banyak digunakan pada budaya masyarakat, misalnya sebagai ternak qurban, sebagai ternak karapan (di madura), sebagai ukuran penentu tingkat kesejahteraan sosial manusia dalam masyarakat, Sapi sebagai salah satu bentuk tabungan masyarakat yang mudah dijual apabila terdesak membutuhkan uang yang cepat. Kotoran sapi bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan bahan bakar alternatif (biogas). Usaha sapi juga membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat membuka lapangan kerja yang dapat menghidupi banyak keluarga (Sugeng, 1996).
2 Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Sapi Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringanjaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung, dan semua jaringan tubuh, serta alat-alat tubuh lainnya. Pada umumnya pertumbuhan pada ternak mamalia dapat dibagi dalam dua periode utama, yaitu pre-natal dan post-natal. Pre-natal yaitu pertumbuhan yang berlangsung antara waktu ovum dibuahi sampai anak lahir, sedangkan post-natal yaitu pertumbuhan setelah lahir (Anggorodi, 1990). Menurut Tillman et al., (1993) pertumbuhan adalah kenaikan bobot badan dengan melakukan pengukuran berulang-ulang dan dinyatakan dengan pertambahan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap satuan waktu lainnya. Dalam pertumbuhan seekor ternak ada dua hal yang terjadi yaitu: Pertumbuhan yaitu bobot badan meningkat sampai mencapai bobot badan dewasa, sedangkan perkembangan yaitu terjadi perubahan konformasi dan bentuk tubuh serta berbagai fungsi dan kemampuannya untuk melakukan pertumbuhan yang optimal. Kurva hubungan antara bobot badan dengan umur adalah suatu bentuk S (sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksplosif, kemudian akhirnya ada satu fase dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah (Lawrie, 1995). Penggemukan bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya. Apabila ternak belum dewasa yang digunakan dalam usaha penggemukan maka sifatnya membesarkan sekaligus memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Pengurangan pakan akan memperlambat
3 kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang signifikan akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Tillman et al, 1993). Tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh tubuh ternak dimana semakin besar atau berat tubuh ternak maka semakin banyak pula pakan yang dikonsumsi oleh ternak itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Murtidjo,1993). Sapi potong mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi mempunyai respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering (Devendra, 1997). Tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor ternak yaitu berat badan, umur, kondisi tubuh, serta stress yang diakibatkan oleh lingkungan, pakan yaitu sifat fisik dan komponen kimia pakan (Parakkasi, 1995). Menurut Church (1986) konsumsi juga dipengaruhi oleh palatabilitas pakan tersebut. Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, kecernaan dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat pakan dan palatabilitas. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsi pakan adalah palatabilitas, dimana palatabilitas mempengaruhi konsumsi bahan kering, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia pakan. Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, hidrolisis, dan fermentatif. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut
4 dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara fermentatif dilakukan oleh mikroorganisme rumen (Tillman et al, 1993). Pencernaan adalah rangkaian proses yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya penyerapan (Meynard and Loosly, 1979). Frandson (1992) menyatakan bahwa bagian-bagian dari saluran pencernaan adalah mulut, pharinks, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula saliva, hati, dan pankreas. Pakan Sapi Pakan adalah semua bahan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tubuh ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak (Parakkasi, 1995). Widayati dan Widalestari (1996), menyatakan bahwa pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja, melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup pokok, membentuk sel-sel baru, menggantikan sel yang rusak, dan untuk produksi. Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan (rumput dan leguminosa) dan konsentrat. Hijauan pakan merupakan pakan kasar yang terdiri dari hijauan pakan yang padat, dapat berupa rumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan beberapa jenis leguminosa. Sedangkan konsentrat merupakan bahan pakan penguat yang terdiri dari bahan pakan yang kaya karbohidrat dan protein. Pemberian pakan berupa
5 kombinasi kedua bahan tersebut akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi dan biaya relatif rendah (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Jumlah kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan setiap hari sangat tergantung pada jenis, umur, fase pertumbuhan (dewasa, bunting, dan menyusui), kondisi ternak (normal dan sakit), bobot badan dan faktor lingkungan (Kartadisastra, 1997). Kondisi pakan baik kualitas maupun kuantitas yang tidak mencukupi kebutuhan akan menyebabkan produktifitas ternak menjadi rendah yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang lambat serta berat badan yang rendah (Martawidjaya et al., 1999). Kebutuhan nutrisi Sapi tertera pada Tabel 1. Tebel 1. Kebutuhan nutrien sapi Berat(Kg) Tambahan berat(kg) Makanan Kasar (Kg) Protein Kasar (%) TDN (%) ME (Mkal/Kg) Ca (%) P (%) 100 0, ,7 55 2,0 0,18 0,18 0, ,5 70 2,5 0,70 0,48 1, ,2 86 3,1 1,04 0, , ,7 55 2,0 0,18 0,18 0, ,6 70 2,5 0,46 0,36 1, ,6 86 3,1 0,76 0, , ,5 55 2,0 0,18 0,18 0, ,8 64 2,3 0,32 0,28 1, ,6 86 3,1 0,59 0, , ,5 55 2,0 0,18 0,18 0, ,1 72 2,6 0,35 0,31 1, ,7 86 3,1 0,5 0, , ,6 55 2,0 0,18 0,18 0, ,0 70 2,5 0,27 0,23 1, ,7 83 3,0 1,41 0, , ,5 55 2,0 0,18 0,18 0, ,0 72 2,6 0,25 0,22 1, ,8 83 3,0 0,32 0, , ,5 55 2,0 0,18 0,18 1, ,4 72 2,6 0,22 0,21 1, ,4 86 3,1 0,29 0, , ,5 55 2,0 0,18 0,18 1, ,3 72 2,6 0,19 0,19 1, ,4 86 3,1 0,26 0,25 Sumber : NRC (1995)
6 Pelepah Daun Kelapa Sawit Pelepah daun kelapa sawit dapat dijadikan sebagai pengganti sumber serat kasar. Bila dilihat dari kandungan protein kasar, daun kelapa sawit setara dengan mutu hijauan. Selain itu juga pelepah daun kelapa sawit merupakan limbah padat perkebunan kelapa sawit dimana keberadaannya cukup melimpah sepanjang tahun khususnya di Sumatera Utara. Akan tetapi menurut Sutardi (1999) bila dilihat kandungan serat kasarnya cukup tinggi sehingga mempengaruhi tingkat kecernaan pakan. Pemanfaatan pelepah daun sawit sebagai bahan pakan ternak ruminansia disarankan tidak melebihi 30%. Untuk meningkatkan konsumsi dan kecernaan pelepah daun kelapa sawit dapat ditambahkan produk sampingan lain dari pengolahan kelapa sawit seperti bungkil inti sawit, lumpur sawit (solid), dan serat perasan buah (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2003). Adapun kandungan gizi pelepah daun sawit dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit Zat nutrisi Kandungan (%). Bahan Kering 26,07 a Protein Kasar 6,05 b Lemak Kasar 4,47 a Serat Kasar 32,50 a BETN 39,82 a TDN 45,00 a Ca 0,96 a P 0,08 a Energi (Mcal/ME) 56,00 c. Sumber: a. Warta penelitian dan pengembangan Pertanian (2003). b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000) c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000) Lumpur Sawit Hasil olahan kelapa sawit berupa limbah padat dan cair. Limbah cair yang berwarna cokelat kekuning-kuningan diletakkan di dalam kolam untuk
7 diendapkan. Di Sumatera Utara, limbah ini dikenal sebagai lumpur sawit. Produk hasil pemisahan lumpur sawit dari air ini disebut solid. Pemberian lumpur sawit pada ternak sapi dapat dalam bentuk segar atau dicampur dengan air atau dalam bentuk complete feed block (CFB) baik yang difermentasikan dengan efektive microorganism (EM4) maupun tanpa difermentasi. Pemberian lumpur sawit mampu meningkatkan pertambahan berat badan ternak secara nyata dibandingkan yang tidak diberi lumpur sawit (Utomo Dan Widjaja, 2004). Adapun kandungan gizi lumpur sawit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan gizi lumpur sawit Zat nutrisi Kandungan (%). Bahan Kering 93,1 a Protein Kasar 13,3 a Lemak Kasar 18,9 a Serat Kasar 16,3 a ABU 12,0 b TDN 74,0 a Ca 0,03 b P 0,19 b.. Sumber: a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000) b. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000) Penggunaan Lumpur sawit dalam bentuk lumpur (palm oil sludge) untuk pakan yang pemberiannya dikombinasikan dengan bungkil inti sawit dan serat perasan. Pada pakan tersebut digunakan hingga 8% (Kamaruddin, 1997). Bungkil Inti Sawit Bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan proses ekstraksi inti sawit. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau secara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya baik namun kandungan serat kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang sesuai untuk ternak unggas sehingga
8 lebih sering diberikan kepada ternak ruminansia, seperti sapi (Hutagalung, 1978). Adapun kandungan gizi bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan gizi bungkil inti sawit Zat nutrisi Kandungan (%). Bahan Kering 92,6 a Protein Kasar 21,51 b Lemak Kasar 2,4 a Serat Kasar 10,5 b TDN 72,0 a Ca 0,53 b P 0,33 b. Sumber: a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000) b. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Serat Perasan Buah Kelapa Sawit Serat perasan buah kelapa sawit merupakan hasil samping yang diperoleh dari proses pemerasan buah sawit. Sebagai bahan campuran pakan ternak, serat perasan buah ini cenderung cocok diberikan pada ternak ruminansia karena kandungan serat kasarnya cukup tinggi. Menurut Hasan dan Ishida (1991) serat perasan buah dapat digunakan sebagai pakan ruminansia walaupun nilai kandungan gizi rendah, serat perasan buah yang dapat diberikan kurang dari 20% total pakan, karena jika lebih tinggi akan mengganggu kecernaan pada rumen. Adapun kandungan gizi serat perasan buah kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan gizi serat perasan buah kelapa sawit Zat nutrisi Kandungan (%). Bahan Kering 93,11 Protein Kasar 6,20 Lemak Kasar 3,22 Serat Kasar 48,10 TDN 30,00 Abu 5,90. Sumber: Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, (2003)
9 Molasses Molasses atau tetes merupakan hasil samping pabrik gula tebu yang berbentuk cairan kental agak kekuning-kuningan. Molasses dapat diganti sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis yang bisa memperbaiki aroma dan rasa pakan, keuntungan penggunaan molasses sebagai bahan pakan ternak adalah kadar karbohidratnya yang tinggi, mineral, vitamin yang cukup sehingga dapat digunakan walau hanya sebagai pendukung (Rangkuti et al., 1985). Adapun kandungan gizi molasses dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan gizi molasses Zat nutrisi Kandungan (%). Bahan Kering 67,5 Protein Kasar 4,00 Lemak Kasar 0,08 Serat Kasar 0,38 TDN 81,00 P 0,02 Ca 1,5. Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000) Bulu Ayam Bulu ayam merupakan hasil samping ternak ayam petelur, pedaging, dan ayam buras dari rumah potong hewan. Populasi ayam di Indonesia tahun 1990 sebesar 726,10 juta ekor (Statistik Peternakan, 1999). Berat bulu ayam 4% dari berat tubuh total. Sebagai bahan pakan ternak, bulu ayam terlebih dahulu dibuat menjadi tepung. Kandungan protein bulu ayam cukup tinggi, lebih tinggi dari kandungan protein tepung ikan. Kelemahan tepung bulu ayam sebagai bahan pakan ternak antara lain adanya keratin yang sulit dicerna dan kelemahan lain adalah rendahnya kandungan beberapa asam amino esensial yaitu metionin dan triptofan, namun kandungan leusin, isoleusin, dan valin cukup tinggi yang secara
10 berturut-turut adalah 4,88%, 3,12%, dan 4,44 % ( Siregar, 2008). Adapun kandungan gizi tepung bulu ayam dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kandungan gizi tepung bulu ayam Zat nutrisi Kandungan (%). Bahan Kering 91,37 a Protein Kasar 79,88 a Lemak Kasar 3,77 a Serat Kasar 0,32 a TDN 91,00 a Abu 4,10 b. Sumber: a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU Medan (2000) b. Hartadi (1998) Tepung bulu ayam dalam bentuk alami tanpa pengolahan terdapatnya keratin yang sulit dicerna oleh ternak. Oleh sebab itu, bulu ayam sebelum digunakan sebagai pakan ternak terlebih dahulu dilakukan pengolahan. Hidrolisat bulu ayam dengan HCl 12% memberikan hasil tepung bulu ayam yang lebih alami dan asam amino yang rusak dapat dikurangi. Bulu ayam yang dihidrolisat terlebih dahulu dikeringkan sampai kadar air 15%. Selanjutnya, bahan tersebut dicampur dengan larutan HCl 12%. Perbandingan berat bulu ayam dengan volume HCl 12% dalam pencampuran adalah 2:1 (100 Kg bulu ayam dicampur dengan 50 liter HCl 12%). Bulu ayam dan HCl 12% dicampur merata, setelah itu dilakukan pemeraman selama 3 hari. Setelah pemeraman, hidrolisat bulu ayam dikeringkan dengan dijemur dibawah sinar matahari atau di oven 60 o C sampai kadar air 13-15%. Selanjutnya, hidrolisat bulu ayam digiling dan diberikan pada ternak dalam bentuk halus (Muhtarudin et al., 2002). Menurut Siregar (2008) untuk mendukung pasokan nutrient yang cukup bagi pertumbuhan mikroba rumen maka harus dilakukan beberapa suplementasi kedalam pakan yaitu salah satunya dengan suplementasi hidrolisat bulu ayam. Hasil penelitian Sutardi (1976) membuktikan bahwa kerangka karbon bercabang
11 sangat diperlukan untuk pertumbuhan mikroba rumen. Dalam hal ini hidrolisat bulu ayam digunakan sebagai sumber asam amino rantai cabang. Mineral Esensial Bagi ternak ruminansia, mineral merupakan nutrisi yang esensial, selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. Lebih kurang 4% dari tubuh ternak ruminansia terdiri atas mineral. Pada tubuh ternak ruminansia dijumpai 31 jenis mineral yang dapat diukur, namun hanya 15 jenis mineral yang tergolong esensial untuk ternak ruminansia. Untuk pertumbuhan danperkembangbiakan uang optimal, mikroba rumen membutuhkan 15 jenis mineral esensial yaitu mineral esensial makro 7 jenis (Ca, K, P, Mg, Na, Cl, dan S), mikro 4 jenis (Cu, Fe, Mn, dan Zn), dan mineral esensial langka 4 jenis (I, Mo, Co, dan Se) (Siregar, 2008). Kebutuhan ternak ruminansia akan mineral esensial dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis dan tingkat produksi, bangsa, proses adaptasi, tingkat konsumsi, umur, interaksi dengan mineral, mineral dengan protein, mineral dengan lemak (Parakkasi, 1995). Menurut Batubara (1988) menyatakan bahwa ternak didaerah tropik membutuhkan mineral yang lebih tinggi dalam pakannya dibandingkan dengan yang dipelihara di daerah subtropik. Ternak yang mendapat pakan dari hijauan yang kekurangan mineral akan menderita gejala-gejala penyakit kekurangan mineral (Nugroho, 1986). Mineral mikro dan langka dibutuhkan mikroba untuk melakukan berbagai aktifitas termasuk sintesis Vitamin B 12 dan kebutuhannya akan mineral ini sangat sedikit dibanding dengan mineral makro. Kekurangan mineral ini bergantung pada ketersediaan dalam tanah dan kemampuan tanaman untuk menyerap dan
12 meretensinya (Siregar, 2008). Penambahan berbagai mineral, baik secara in vitro maupun in vivo memberikan pengaruh yang positif pada aktivitas mikroba rumen. Apabila terjadi status kekurangan mineral maka aktivitas fermentasi mikroba dalam rumen tidak dapat berlangsung secara optimal, hal ini akan menyebabkan efisiensi penggunaan pakan rendah dan akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ternak ruminansia (Martinez, 1972). Urea Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi didalam system pencernaan ruminansia. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea yang diberikan pada ruminansia akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein, karena dapat disintesis menjadi protein oleh mikroorganisme dalam rumen (Kartadisastra, 1997). Urea yang diberikan di dalam pakan ternak ruminansia, di dalam rumen akan dipecah oleh enzim urease menjadi ammonium. Dimana ammonium bersama mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi. Apabila urea berlebih atau tidak dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan dalam hati akan dibentuk kembali ammonium yang akhirnya disekresikan melalui urine dan feses (Parakkasi, 1995). Garam Garam diperlukan oleh sapi sebagai perangsang menambah nafsu makan. Garam juga sebagai unsur yang dibutuhkan dalam kelancaran pekerjaan faali tubuh. Menurut Lassiter and Edward (1982) garam yang dimaksud adalah garam
13 dapur (NaCl), dimana selain berfungsi sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas. Garam tersebut merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam lebih sering terdapat dalam hewan herbifore daripada hewan lainnya. Ini disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah nafsu makan hilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi menurun sehingga menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990). Konsumsi Pakan Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Menurut Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi faktor penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan tingkat palatabilitas. Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan ternak, selain menurunnya nafsu makan, ternak yang sakit juga tidak mau berjalan untuk mendekati tempat pakan dan air minum. Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging lambat membesar sehingga daya tahannya pun menurun (Tillman et al., 1993). Pertambahan Berat Badan Laju pertambahan berat badan dipengaruhi oleh umur ternak, lingkungan, dan genetika dimana lingkungan dalam hal ini konsumsi pakan. Bobot tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan bobot dewasa. Pertambahan berat badan
14 merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan (Sugeng, 1996). Parakkasi (1995) menyatakan bahwa ternak yang mempunyai sifat dan tingkat konsumsi yang lebih tinggi, maka produksinya juga lebih tinggi dibanding ternak sejenis yang konsumsinya lebih rendah. Konversi Pakan Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot bedan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik konversi pakan tersebut (Anggorodi, 1990).
TINJAUAN PUSTAKA. Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki karakteristik yang sama. Semua adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan yang termasuk Phylum : Chordata,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba dan Potensinya Ternak domba menyebar rata diseluruh wilayah Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa domba mempunyai potensi cepat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan maupun
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ternak sedang faktor lingkungan member kesempatan kepada ternak untuk
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Sapi Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan member kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya. Ditegaskan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah limbah tidak dapat lepas dari adanya aktifitas industri, termasuk industri ternak ayam pedaging. Semakin meningkat sektor industri maka taraf hidup masyarakat meningkat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Ternak Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan beragam dan tidak bisa tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu jenis ternak pengahasil daging dan susu yang dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. produksi susu yang baik selain produksi daging, sehingga sering disebut juga dual
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Sapi Simental Sapi simental barasal dari Negara Swiss, sapi ini biasanya mempunyai produksi susu yang baik selain produksi daging, sehingga sering disebut juga dual purpose. Sapi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani menyebabkan semakin meningkatnya konsumsi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan
Lebih terperinciTEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI
TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan
Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging Ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing mampu beradaptasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta memiliki wilayah kepulauan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yang sama. Domba adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ternak Domba Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki karakteristik yang sama. Domba adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan yang termasuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah FH merupakan sapi yang memiliki ciri warna putih belang hitam atau hitam belang putih dengan ekor berwarna putih, sapi betina FH memiliki ambing yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler atau lebih dikenal dengan ayam pedaging adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai penghasil daging (Kartasudjana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005).
TINJAUAN PUSTAKA Potensi Ternak Sapi Potong Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang
3 TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi
1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ternak yang berperan penting untuk mencapai
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan jenis ruminansia kecil yang memiliki tingkat pemeliharaan lebih efesien dibandingkan domba dan sapi. Kambing dapat mengkomsumsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.
PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. merah, muka, keempat kaki dari lutut serta ujung ekor berwarna putih. Ukuran
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Peranakan Simental Sapi peranakan simental berasal dari Switzerland. Sapi ini memiliki ciri - ciri yaitu ukuran tubuh besar, pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di bawah kulit
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Potensi Ternak Sapi Potong. Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA Potensi Ternak Sapi Potong Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh Jepang dan Klasifikasinya Burung puyuh liar banyak terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut Nugroho
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun. Jumlah
TINJAUAN PUSTAKA Pelepah dan Daun Kelapa Sawit Pelepah kelapa sawit meliputi helai daun, setiap helainya mengandung lamina dan midrib, ruas tengah, petiol dan kelopak pelepah. Helai daun berukuran 55 cm
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein
Lebih terperinciKOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN
1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Domba
TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan ternak yang pertama kali didomestikasi, dimulai dari daerah Kaspia, Iran, India, Asia Barat, Asia Tenggara dan Eropa sampai ke Afrika. Ternak domba secara umum termasuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Brahman Cross Menurut Blakely dan Bade (1994), bahwa bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum : Vertebrata; Class :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciTingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perencanaan fisik, namun juga perencanaan non fisik (Anggorodi, 1990).
TINJAUAN PUSTAKA Potensi Ternak Sapi Potong Untuk pemeliharaan sapi potong bibit bertujuan untuk pengembangbiakan sapi potong. Keuntungan yang diharapkan adalah pedet hasil keturunan. Dalam usaha pengembangbiakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Sapi Fries Holland (FH) berasal dari Propinsi Belanda Utara dan Propinsi Friesland Barat. Bulu sapi FH murni umumnya berwarna hitam dan putih, namun
Lebih terperinci1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar
Lebih terperinciDitulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39
Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing
Lebih terperinciUMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi
UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi Salah satu masalah yang umum dihadapi oleh peternak tradisional adalah rendahnya mutu pekan dengan kandungan serat kasar yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura memiliki ciri-ciri antara lain berwana kecoklatan hingga merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut Sugeng(2005) sapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelinci adalah salah satu ternak penghasil daging yang dapat dijadikan sumber protein hewani di Indonesia. Sampai saat ini masih sangat sedikit peternak yang mengembangkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga:
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Domba Domba memiliki kedudukan yang sama dalam sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga: Gnatostomata (mempunyai rahang),
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Masalah yang sering dihadapi oleh peternak ruminansia adalah keterbatasan penyediaan pakan baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun kesinambungannya sepanjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan
Lebih terperinciSILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para peternak selayaknya memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan produk sampingan olahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal
TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Ternak domba termasuk dalam phylum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, subfamili Cuprinae, famili Bovidae, genus Ovis, dan spesies Ovis aries. Domba adalah ternak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Ternak Kambing. merupakan salah satu hewan yang tertua dijinakkan oleh manusia. Semua ternak kambing
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Kambing Ternak kambing pertama kali dijinakkan sejak jaman prasejarah. Ternak kambing merupakan salah satu hewan yang tertua dijinakkan oleh manusia. Semua ternak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan ternak lokal yang sebarannya hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut
PENGANTAR Latar Belakang Populasi ternak khususnya ruminansia besar yaitu sapi potong, sapi perah dan kerbau pada tahun 2011 adalah 16,7 juta ekor, dari jumlah tersebut 14,8 juta ekor adalah sapi potong
Lebih terperinciDaftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.
1 Strategi Pemberian Pakan Berkualitas Rendah (Jerami Padi) Untuk Produksi Ternak Ruminansia Oleh Djoni Prawira Rahardja Dosen Fakultas Peternakan Unhas I. Pendahuluan Ternak menggunakan komponen zat-zat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Tanaman Mucuna Bracteata Sumber : jurnal penelitian loka sei putih, 2008
15 TINJAUAN PUSTAKA Potensi Mucuna bracteata Sebagai Pakan Ternak Mucuna bracteata Gambar 1. Tanaman Mucuna Bracteata Sumber : jurnal penelitian loka sei putih, 2008 Legum yang berasal dari india ini termasuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Babi adalah binatang yang dipelihara dari dahulu, dibudidayakan, dan diternakkan untuk tujuan tertentu utamanya untuk memenuhi kebutuhan akan daging atau
Lebih terperinciMATERI. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit
Lebih terperinciPENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan di Indonesia sampai saat ini masih sering dihadapkan dengan berbagai masalah, salah satunya yaitu kurangnya ketersediaan pakan. Ketersediaan pakan khususnya
Lebih terperinci