BAB II LANDASAN TEORI. A. International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Kualitas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Kualitas"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Kualitas Akuntansi (Accounting Quality) Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards IFRS) merupakan peraturan yang digunakan sebagai panduan untuk pelaporan keuangan secara global. The International Accounting Standars Committee (IASC), yang didirikan pada tahun 1973 dan telah diubah menjadi the International Accounting Standars Board (IASB) pada 2001, bertanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi internasional yang dikenal dengan nama terdahulu International Accounting Standards (IAS), yang kini menjadi bagian dari International Financial Reporting Standards (IFRS) serta mendorong penggunaan dan pengaplikasian atas standar tersebut. Demi pengakuan kualitas dari IFRS di seluruh dunia, di awal tahun 2000, Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (the International Organization of Securities Commissions - IOSOC) menyatakan otoritas pasar modal dunia untuk mengizinkan emiten asing menggunakan IAS (International Accounting Standard) dalam penerbitan saham internasional (lintas dunia), dan hingga saat ini, lebih dari 100 negara mewajibkan atau mengizinkan untuk menggunakan IFRS (International Financial Reporting Standard), dan telah memiliki ketepatan waktu dalam pengadopsian standar ini. Globalisasi sektor keuangan dan bisnis telah menyebabkan lebih dari perusahaan di hampir seratus negara untuk mengadopsi IFRS. Komisi Uni Eropa, 7

2 8 telah mengadopsi IAS Regulation pada 2002, dan mewajibkan semua perusahaan yang terdaftar di Uni Eropa untuk menggunakan IFRS pada laporan keuangan konsolidasi tahun Dengan demikian, banyak perusahaan Uni Eropa yang telah siap untuk melaporkan secara sukarela (atau didorong secara profesional) dibawah IAS sebelum tahun Australia, Selandia Baru dan Israel pada dasarnya telah mengadopsi IFRS sebagai standar mereka. Brasil mulai menggunakan IFRS di tahun Kanada mengadopsi IFRS secara penuh pada tanggal 1 januari Meksiko menggunakan IFRS untuk semua entitas yang terdaftar di negaranya pada tahun Jepang dalam usahanya mencapai konvergensi IFRS mengizinkan perusahaan domestik tertentu untuk menerapkan IFRS pada tahun fiskal mulai 1 April Keputusan mengenai penggunaan wajib IFRS di Jepang dilakukan sekitar tahun Hong Kong telah mengadopsi standar nasional yang setara dengan IFRS dan Cina sedang mengkonversi standar akuntansinya dengan IFRS. Negara-negara lain telah memiliki rencana untuk mengadopsi IFRS atau mengkonvergensi standar nasional mereka dengan IFRS (AICPA, 2011). IFRS dipercaya menjadi satu peraturan akuntansi berkualitas tinggi yang ideal untuk diterapkan secara konsisten oleh perusahaan publik secara global dengan tujuan perusahaan dapat memastikan bahwa mereka diterima oleh pasar saham diseluruh dunia (IASB 2009). Walaupun tidak ada konsensus tentang standar akuntansi berkualitas tinggi (high-accounting quality), IFRS dianggap menjadi standar akuntansi dengan kualitas tinggi karena mewakili praktik akuntansi terbaik di dunia dan dianggap menjadi lebih berorientasi terhadap pasar

3 9 saham dibandingkan standar akuntansi domestik (Ding et al. 2007). Berdasarkan prinsip-prinsip IFRS (Carmona dan Trombetta, 2008), perusahaan termotivasi melakukan pelaporan inforrnasi akuntansi yang lebih baik dalam mencerminkan perekonomian perusahaan dan karena itu, dilakukan pengenalan transparansi IFRS yang lebih besar (Maines et al. 2003). Hal ini mengemukakan bahwa adopsi IFRS berhubungan dengan kualitas akuntansi dan penelitian Barth et al (2008) merupakan bukti yang tepat untuk mendukung pandangan ini. Dengan menguji perusahaan-perusahaan dari 21 negara, barth et al. (2008) menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi IFRS secara sukarela mengalami penurunan dalam earnings management, dan lebih tepat waktu dalam pengakuan kerugian, serta lebih besar nilai relevansi atas laba akuntansi. Pernyataan Barth et al. (2008) memberikan dukungan terhadap pendapat bahwa perusahaan yang mengadopsi IFRS memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan yang menerapkan standar akuntansi GAAP lokal. Selanjutnya, kualitas akuntansi juga dikatakan mengalami peningkatan setelah perusahaan-perusahaan mengganti standar akuntansi GAAP lokal menjadi IFRS. Secara keseluruhan, bukti-bukti penelitian atas kualitas akuntansi menyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas akuntansi akibat pengadopsian IFRS secara sukarela di seluruh dunia. Motivasi negara-negara Uni Eropa dan Asia dalam mengadopsi IFRS adalah, dengan mengadopsi IFRS, bisnis perusahaan dapat menyediakan laporan keuangan yang berstandar sama dengan kompetitor asing, hal ini membuat perbandingan menjadi lebih mudah. Selanjutnya, perusahaan dengan anak perusahaan di negara-negara yang membutuhkan atau mengizinkan IFRS dapat

4 10 menggunakan satu bahasa akuntansi company-wide. Sebuah anak perusahaan perlu mengkonversi IFRS jika induk perusahaan menggunakan IFRS di negaranya, atau jika perusahaan memiliki investor asing yang harus menggunakan IFRS. Karena itu, perusahaan mungkin saja akan mendapat keuntungan bila mengadopsi IFRS ternyata dapat menambah modal luar negeri. B. International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Badan pengatur standar akuntansi di Indonesia adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang merupakan lembaga dibawah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam hukum Indonesia, baik sektor pemerintah maupun perusahaan swasta harus mematuhi standar akuntansi yang dikeluarkan oleh DSAK-IAI. Tujuan Indonesia dalam mengadopsi IFRS adalah untuk memperbaiki standar pelaporan nasional (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK) dan mengkonvergensinya secara bertahap dengan tujuan untuk meminimalisasi psychological impact (IASplus Deloitte dalam Dima, David and Paiusan, 2010). Tahap pertama dari pengadopsian IFRS telah dilaksanakan pada tahun 2008 sampai Tahap kedua, yang merupakan masa transisi dari PSAK berbasis US GAAP menjadi PSAK berbasis IFRS dilaksanakan pada tahun Tahap ketiga, yaitu tahap pengimplementasian IFRS yang dilaksanakan pada tahun Dalam IFRS framework paragraph 46, penggunaan nilai wajar dalam laporan keuangan mengharuskan pelaporan keuangan perusahaan disajikan dengan basis true and fair, artinya pengungkapan atas laporan keuangan harus

5 11 memberikan pengakuan, pengukuran, penyajian dengan pandangan yang benar (informasi yang diberikan obyektif dan tidak bias) dan adil. Menurut ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan yang dimuat harian kompas tanggal 6 mei 2010 (Harry dan Ludovikus, 2010) mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus, yaitu : 1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK). 2. Mengurangi biaya SAK. 3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. 4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. 5. Meningkatkan transparansi keuangan. 6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal. 7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan. C. Dasar Perbedaan antara GAAP lokal (PSAK) dan IFRS Banyaknya manfaat dari pengadopsian IFRS, tidak terlepas dari adanya perbedaan yang signifikan antara IFRS dan US GAAP (basis PSAK sebelumnya), misalnya, IFRS tidak mengijinkan metode Last In First Out (LIFO) sebagai metode penilaian persediaan, IFRS menerapkan adanya revaluasi (revaluation model) pada penilaian aktiva dalam keadaan tertentu, IFRS menggunakan single step method untuk penghapusan penurunan nilai (impairment) daripada two step method yang digunakan US GAAP, sehingga membuat penghapusan lebih

6 12 mungkin, selanjutnya, IFRS juga mensyaratkan kapitalisasi biaya pengembangan, ketika kriteria tertentu terpenuhi. Adapun perbedaan dasar antara IFRS dengan PSAK berlandaskan US GAAP adalah : 1. Nilai wajar Terdapat beberapa karakteristik IFRS yang membedakannya dengan US GAAP, pertama yaitu adanya penerapan nilai wajar (fair value) yang diatur secara khusus di IFRS 13, dengan ruang lingkup seperti aset tetap (PSAK 16), properti investasi (PSAK 13), instrumen keuangan (PSAK 50,55,60), aset tak berwujud (PSAK 19), penurunan nilai aset tidak lancar dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan (PSAK 48, 58). Sebelumnya, US GAAP menerapkan nilai historis (historical cost) untuk penilaian asetnya. Nilai historis (historical cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh aset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan jumlah yang dapat diatribusikan langsung ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu didalam PSAK lain (Ari Dewi, 2011). Kelebihan dari nilai historis ini adalah dipercaya lebih relevan dalam membuat keputusan ekonomi; selama sejarah, laporan keuangan yang menggunakan nilai historis sangat berguna; nilai historis berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya, tidak pada kemungkinan; dan nilai historis merupakan pengertian terbaik mengenai konsep keuntungan dari harga jual (Yolinda, 2010). Disamping kelebihan dari nilai historis, terdapat

7 13 kelemahannya, yaitu pengungkapannya yang kurang mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan perubahan nilai mata uang dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, harga tanah pada 30 tahun yang lalu lebih tinggi dibandingkan harga perolehan yang dicatat di neraca, hal ini terjadi karena nilai historis hanya dapat digunakan jika kondisi ekonomi normal (tidak terjadi inflasi). Karena kelemahan atas nilai historis diatas, maka digunakan nilai wajar untuk mengatasinya. Nilai wajar (fair value) dalam IFRS 13 diartikan sebagai harga yang diterima atas penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer liabilitas dalam transaksi antar pihak yang berkepentingan pada tanggal pengukuran (Dwi Martani, 2012). Penentuan nilai wajar sendiri dilakukan dengan kuotasi harga di pasar aktif, namun, jika pasar tidak aktif, maka menggunakan teknik lain seperti menggunakan transaksi-transaksi pasar terkini yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengerti atau menyewa jasa penilai, dan bilamana ada, mencari referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama, seperti menganalisis arus kas yang didiskonto (discounted cash flow analysis), dan model penetapan harga opsi (option pricing model). Meskipun bermaksud baik, namun perkiraan manajemen tentang nilai wajar bisa menjadi salah dalam memprediksi dan asumsi yang salah serta memberi kesempatan dan ketidakjujuran manajemen dalam mengambil keuntungan dari penilaian dan estimasi yang digunakan untuk proses manipulasi angka laba yang diinginkan. Namun, ada beberapa keuntungan

8 14 dari nilai wajar ini, yaitu pengungkapan dengan nilai wajar menyebabkan relevansi laporan keuangan meningkat, karena mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. 2. Principle Based Sebelum adanya konvergensi PSAK ke IFRS, PSAK yang berlandaskan US GAAP berbasis rule based, yang berarti segala sesuatu diatur dalam batasan-batasan. Contohnya, sesuatu materialitas ditentukan misalkan diatas 75% dianggap material dan ketentuan-ketentuan jelas lainnya. Standar rule based ini akan meningkatkan konsistensi dan keterbandingan antar perusahaan dan antar waktu, namun di sisi lain mungkin kurang relevan karena ketidakmampuan standar merefleksi kejadian ekonomi entitas yang berbeda antar perusahaan dan antar waktu. Beda halnya dengan US GAAP yang menggunakan rule based, standar akuntansi IFRS menggunakan principle based, yang mana berisi prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan pertimbangan Akuntan / Manajemen perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan akuntansi perusahaan. Namun kelemahannya, principle based sangat memerlukan penalaran, judgement, dan pemahaman yang cukup mendalam dari pembaca aturan dalam menerapkannya. Standar semacam ini konsisten dengan tujuan pelaporan keuangan untuk dapat menggambarkan kejadian yang sesungguhnya di perusahaan. Standar berbasis prinsip memberi keunggulan dalam hal memungkinkan manajer memilih perlakuan akuntansi yang merefleksikan transaksi atau kejadian ekonomi yang mendasarinya,

9 15 meskipun hal sebaliknya dapat terjadi. Standar berbasis prinsip memungkinkan manajer, anggota komite audit, dan auditor menerapkan judgment profesionalnya untuk lebih fokus pada merefleksi kejadian atau transaksi ekonomi. 3. Pengungkapan (Disclosure) Yang Lebih Banyak Baik Kuantitatif Maupun Kualitatif Standar IFRS mengandung pedoman pengungkapan informasi secara kuantitatif maupun kualitatif dengan maksud untuk memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure), sehingga dapat memberikan kualitas penyajian dan pengungkapan yang memadai bagi pengguna informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) mengakui bahwa penyajian informasi dalam laporan keuangan baik jumlah maupun sifat, harus memenuhi kaidah keseimbangan antara manfaat dan biaya. Tingkat pengungkapan yang makin mendekati pengungkapan penuh (full disclosure) akan mengurangi tingkat asimetri informasi (ketidakseimbangan informasi) antara manajer dengan pihak pengguna laporan keuangan. Asimetri informasi adalah kondisi dimana manajer memiliki informasi internal lebih banyak dibandingkan dengan pihak lain (pemegang saham dan stakeholder). Jika dikaitkan dengan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan informasi

10 16 mengenai kondisi perusahaan kepada investor untuk memaksimisasi nilai saham perusahaan. D. Earnings Quality (Kualitas Laba) Earnings quality merupakan subjek yang mendapatkan perhatian lebih beberapa tahun belakangan dan menjadi hal yang di perdebatkan oleh regulator (pembuat peraturan) dan para investor serta para peneliti akuntansi. Hal ini dikarenakan tidak adanya kesepakatan atas definisi earnings quality dalam literatur akuntansi. Namun, menurut Chandrarin (2003) dalam fendy (2011) laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang mempunyai sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian di dalamnya dan dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Earnings quality atau kualitas laba merupakan salah satu aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan finansial sebuah entitas, baik bagi investor, kreditor maupun pengguna laporan keuangan lainnya. Earnings quality memiliki kemampuan untuk mencerminkan laba perusahaan yang sebenarnya serta berguna pula dalam memprediksi laba dimasa depan. Earnings quality dapat menjadi ukuran kestabilan, ketekunan dan kurangnya variabilitas dalam melaporkan laba. Mengevaluasi laba seringkali menghadapi kesulitan, dikarenakan perusahaan menggunakan satu variabel dari angka laba, seperti, pendapatan, laba operasi, laba bersih dan pro forma earnings.

11 17 Dalam penelitian ini, earnings quality yang secara luas digunakan dalam literatur akuntansi akan diuji, yaitu manajemen laba (earnings management) yang diukur dengan earnings smoothing, accruals quality dan the magnitude of discretionary accruals, serta pengukuran earnings quality dengan value relevance. 1. Manajemen Laba (Earnings Management) Earnings management diakui sebagai upaya manajemen untuk mempengaruhi atau memanipulasi laba yang dilaporkan dengan metode akuntansi tertentu (atau mengubah metode), menunda atau mempercepat transaksi biaya atau pendapatan, atau menggunakan metode lain yang dirancang untuk mempengaruhi laba jangka pendek. Ada beberapa definisi tentang earnings management, berikut definisi dari literatur akademis. Schiper (1989) mendefenisikan earnings management sebagai intervensi terarah dalam proses pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk mendapatkan beberapa keuntungan pribadi. Definisi umum kedua diberikan oleh Healy dan Wahlen (1999), mereka mendefinisikan bahwa earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan penataan transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan pemegang saham dalam menilai kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang bergantung pada laporan angka akuntansi.

12 18 Motivasi yang melatarbelakangi dilakukannya earnings management adalah untuk memenuhi perkiraan analis sehingga menghindari penurunan saham, untuk meningkatkan bonus dan / atau untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang (kontrak), untuk mempertahankan atau meningkatkan reputasi manajemen, untuk mengurangi atau mengelola hutang pajak penghasilan jika dapat meminimalkan pendapatan yang dilaporkan. Perubahan CEO juga menjadi salah satu motivasi earnings management, hal ini dikarenakan untuk mengurangi kemungkinan dipecat, untuk mengurangi kemungkinan pengambilalihan atau karena mereka mendekati pensiun. Menurut Setiawati dan Na im (2000) dalam Meriam (2013), terdapat tiga cara untuk melakukan earnings management, yaitu : 1. Accounting estimates, akuntansi untuk perusahaan bisnis sangat memerlukan penilaian dan perkiraan (judgment dan estimates). Sebagai contoh, untuk perkiraan jumlah piutang yang tidak terbayarkan (uncollectible account receivable) dan berapa banyak barang yang akan diretur, dsb. Keleluasaan manajemen untuk memperkirakan angka-angka akuntansi ini memberi kesempatan kepada mereka untuk memanipulasi laba (earnings management). 2. Timing of transaction, menggeser periode biaya atau pendapatan dengan cara mempercepat atau menunda pengeluaran research pada periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda

13 19 pengiriman produk ke pelanggan, mengatur penjualan aset tetap perusahaan. 3. Accounting choices (metode akuntansi), mengubah metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Misalnya, mengubah depresiasi aset tetap dari metode jumlah angka tahun ke metode garis lurus. a. Earnings Smoothing Earnings smoothing merupakan special case dari earnings management (manipulasi laba). Earnings smoothing atau perataan laba adalah pengurangan yang disengaja terhadap fluktuasi pada beberapa level laba supaya dianggap normal bagi perusahaan (Barnea et al, 1976) dalam Harry (2012). Koch (1981) dalam Harry (2012) menyatakan bahwa perataan laba merupakan alat yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi besarnya variabilitas pendapatan atau laba yang dilaporkan untuk tujuan tertentu dengan cara memanipulasi variabel artifical (akuntansi) atau variabel real (transaksi). Harry (2012) menyatakan bahwa praktik perataan laba adalah upaya menstabilkan laba dimana tidak banyaknya variance dari satu periode ke periode lain sehingga dinilai sebagai prestasi baik. Definisi earnings smoothing menurut Sahening (2013) adalah usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal. Selain itu, perataan laba didefinisikan sebagai pengurangan yang disengaja terhadap fluktuasi

14 20 pada beberapa level laba supaya dianggap normal bagi perusahaan (Sahening, 2013). Praktik earnings smoothing dilakukan manajemen perusahaan yang dapat menyebabkan pengungkapan laba dilaporan keuangan menjadi tidak memadai, bahkan terkesan menyesatkan. Hal ini berakibat investor tidak memiliki informasi yang akurat tentang laba, sehingga investor gagal dalam menaksir risiko mereka. Menurut Anshari dkk (1994) dalam Sahening (2013), tindakan earnings smoothing merupakan tindakan yang logis dan rasional bagi manajer untuk meratakan laba dengan menggunakan cara atau metode akuntansi tertentu, alasannya antara lain pertama, rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan dapat mengurangi hutang pajak. Kedua, tindakan earnings smoothing dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan. Ketiga, tindakan earnings smoothing dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan, karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah/gaji oleh karyawan/pekerja. Dan keempat, tindakan earnings smoothing memiliki dampak psikologis pada perekonomian, dimana kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat ditekan. Menurut Eckel (1981) dalam Sunarto (2008) earnings smoothing dibedakan menjadi dua streams : naturally smooth dan intentionally smoothed by management. Pada stream pertama, dinyatakan bahwa

15 21 earnings smoothing terjadi secara alami (naturally), dan merupakan proses yang melekat (inherently) menghasilkan smooth income stream; sedangkan pada stream kedua, earnings smoothing terjadi karena manajemen menggunakan teknik real smoothing atau artificial smoothing. Real smoothing terjadi ketika manajemen mengambil tindakan (actions) nyata dengan mengatur (menunda atau mempercepat) transaksi pada saat struktur ekonomi (revenue generating) menghasilkan earnings smoothing. Sedangkan artificial smoothing terjadi ketika manajemen memanipulasi timing akuntansi untuk menghasilkan earnings smoothing, contohnya memindahkan biaya atau pendapatan dari satu periode ke periode lainnya dengan mengubah kebijakan akuntansi (Sahening, 2013). Moses (1987) dalam Sunarto (2008) juga menyatakan bahwa dalam literatur income smoothing, manajemen lebih banyak menggunakan metode akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba daripada memaksimalkan atau meminimalkan laba.

16 22 Gambar 2.1 Earnings Smoothing Type Smooth Earnings Stream Intentionally Smoothed By Management naturally smooth real smoothing artificial smoothing Sumber : Norm Eckel, 1981, The Income Smoothing Hypothesis Revisited, Abacus Vol 17, No 1 (dikutip dari Sallno dan Baridwan, 2000 dalam Sahening, 2013) b. Accruals Quality Akuntansi yang berbasis akrual memiliki fleksibelitas dalam perusahaan. Subramanyam (1996) dalam Maria (2012) menyatakan bahwa akibat kefleksibelan ini kebijakan manajemen akan meningkatkan nilai informasi dalam earnings, karena adanya kemungkinan untuk memasukkan informasi private. Lebih lanjut, akan ada kemungkinan untuk mengatur besaran laba. Akibatnya akrual bisa menjadi salah kaprah dan tidak benarbenar menunjukkan kinerja perusahaan di masa depan.

17 23 Menurut Bernstein (1993) pada artikel Sloan (1996) dalam Alexander dan Zaki (2012) mengungkapkan bahwa semakin tinggi arus kas operasi terhadap laba bersih, berarti semakin tinggi kualitas laba tersebut; dan sebaliknya perusahaan dengan laba bersih yang tinggi namun arus kas rendah, mengindikasikan adanya pengakuan laba atau pengeluaran akrual. c. The Magnitude of Discretionary Accruals Sebagian besar penelitian menggunakan agregat akrual untuk mendeteksi Earnings Management. Model penelitian yang seringkali digunakan yaitu model Jones (1991) untuk mengestimasi akrual yang diharapkan, membandingkan estimasi akrual dengan akrual yang sebenarnya dan menggunakan perbedaannya sebagai proxy untuk mendeteksi earnings management Akrual seringkali digunakan untuk mengurangi masalah atas ketepatan waktu dan kebenaran, namun hal ini merupakan keinginan manajemen. Investor dapat menggunakan informasi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan mereka. Laba merupakan fokus dari investor, karena tujuan investor adalah untuk memaksimalkan kekayaan mereka. Biasanya, investor menggunakan laba untuk mengukur kinerja dan menyesuaikan keputusan investasi mereka berdasarkan informasi yang tersedia. Namun, manajer juga dapat menggunakan akrual untuk mengatur laba (memanipulasi) dengan tujuan untuk memenuhi atau mengalahkan ekspektasi analisa keuangan atau insentif lainnya.

18 24 Penelitian dengan menggunakan total akrual telah digunakan oleh Healy (1985) dan DeAngelo (1986) untuk model kerangka mendeteksi earnings management. Healy (1985) berpendapat bahwa discretionary accruals merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan manajerial, Healy menyatakan bahwa non discretionary accruals merupakan akrual yang tidak dapat dikelola dan diatur oleh manajer seperti halnya discretionary accruals, maka dari itu, ia tidak meyertakan non discretionary accruals karena menurutnya non discretionary accruals tidak dapat di observasi dilaporan keuangan. Model penelitian ini dimulai dengan mencari total akrual (TA). Perhitungan total akrual dengan pendekatan laporan kinerja keuangan dan laporan arus kas dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Sloan, 1996) TACC = Earn t - CFO t TACC = Total Accruals EARN = Earnings CFO = Arus Kas Operasi Model Healy (1985) NDAC = 0 sehingga TACC = NDAC Dimana : NDAC = Non Discretionary Accruals

19 25 Berdasarkan metode Healy sebelumnya, DeAngelo (1986) membuat perubahan kecil dengan asumsi non-discretionary accrual tetap konstan sepanjang waktu, dengan kata lain, DeAngelo menyatakan bahwa tidak ada earnings management dalam asumsi ini. Namun, asumsi ini tidak realistis, sebagai contoh, Kaplan (1985) dan McNichols (2000) berpendapat jika sebuah perusahaan berkembang maka non-discretionary accruals akan lebih besar, sehingga perusahaan harus bervariasi dalam menanggapi perubahan kondisi ekonomi karena sifat dari proses akuntansi akrual. Model DeAngelo (1986) NDAC t = TACC t-1 Dimana : NDAC t = Estimasi Non Discretionary Accruals TACC t-1 = Total akrual dibagi total aktiva 1 tahun sebelum tahun t Model Jones menggunakan perubahan total akrual dari periode pelaporan untuk proxy non-discretionary accruals yang diharapkan dalam periode tersebut. Beberapa fitur yang dominan dari model ini adalah: (a) melemahkan asumsi bahwa akrual non-discretionary tetap konstan sepanjang waktu, (b) usaha untuk mengkontrol dampak perubahan di dalam keadaan ekonomi perusahaan pada non-discretionary accruals. Jones (1991) menyatakan, laba bisa menjadi faktor utama peningkatan akrual lancar, sedangkan properti, tanah dan peralatan merupakan faktor utama akrual tidak lancar.

20 26 Model Jones (1991) NDAC t = α 1 (1/A t-1 ) + α 2 ( REV t /A t-1 ) + α 3 (PPE t /A t-1 ) Dimana : REV t PPE t = Pendapatan pada tahun t dikurangi pendapatan pada tahun t- 1 dibagi total aktiva tahun t- 1 = Gross property plan and equipment pada tahun t dibagi total aktiva tahun t- 1 A t-1 = Total aktiva tahun t- 1 α 1, α 2, α 3 = Parameter spesifik perusahaan Firm-specific parameters Dechow, Sloan dan Sweeney (1995) mencoba memodifikasi beberapa model Jones yang hampir menyerupai dengan model Jones, yaitu melemahkan asumsi bahwa non-discretionary accruals konstan dari waktu ke waktu, dengan menyesuaikan faktor penentu atas perubahan pendapatan dan juga perubahan piutang bersih untuk mengestimasi non discretionary accruals pada periode yang berjalan (i.e periode yang diduga ada manipulasi laba didalamnya). Model ini mengasumsikan bahwa perusahaan yang melakukan penjualan kredit akan lebih mudah memanipulasi laba daripada perusahaan yang melakukan penjualan secara tunai. Model Modifikasi Jones (1995) NDAC t = α 1 (1/A t-1 ) + α 2 ( [ REV t - REC t ] / A t-1 ) + α 3 ( PPE t /A t-1 ) Dimana : REC t = Piutang bersih (net receivable) pada tahun t dikurangi piutang bersih pada tahun t- 1 dibagi total aktiva tahun t- 1

21 27 2. Nilai Relevansi (Value Relevance) Relevansi nilai (value relevance) adalah kemampuan informasi akuntansi untuk menjelaskan nilai perusahaan. Sejumlah nilai akuntansi dikatakan memiliki value relevant jika secara signifikan berkaitan dengan variabel dependen (Beaver, 2002). Konstruk terakhir dalam earnings quality ini mempertimbangkan hubungan antara harga saham (P) dengan return saham (EPS) dan nilai buku per saham (BVPS). Nilai relevansi yang diukur dengan return saham dan nilai buku per saham yang relevan menyebabkan perubahan harga saham karena dengan adanya informasi tersebut menyebabkan investor merevisi ekspektasinya. Nilai relevansi didefinisikan sebagai kemampuan informasi yang disajikan oleh laporan keuangan untuk menggambarkan dan meringkas nilai perusahaan. Nilai relevansi dapat diukur dengan hubungan statistik antara informasi yang disajikan di laporan keuangan dengan nilai pasar saham atau returns (Suadiye, 2012). Meskipun konsep ini bukan konsep yang baru, istilah value relevance digunakan oleh Amir et al. untuk pertama kalinya pada tahun 1993 dalam literatur terkait (Carnevale et al., 2009; Suadiye, 2012). Penelitian Ball dan Brown (1968) menyajikan hubungan antara return saham dan laba (Suadiye, 2012). Ohlson (1995) meneliti hubungan nilai pasar terhadap data akuntansi perusahaan (laba, nilai buku dan dividen).

22 28 E. Kerangka Pemikiran Standar pelaporan keuangan internasional (International Financial Reporting Standards IFRS) mensyaratkan kepada perusahaan yang mengadopsi IFRS untuk mengungkapkan berbagai informasi tentang risiko baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengungkapan yang full disclosure akan mengurangi ketidakseimbangan informasi antara manajemen perusahaan dengan para pengguna laporan keuangan. Ketidakseimbangan informasi merupakan kondisi dimana perusahaan memiliki informasi yang superior dibandingkan pihak lain. Perubahan standar internasional dari GAAP menjadi IFRS di berbagai belahan dunia merupakan jawaban atas meningkatnya keperluan pelaporan keuangan yang berkualitas tinggi setelah diadopsi oleh perusahaan publik, sebagai kontribusi yang efisien dan manfaat harga efektif dari modal pasar dengan tujuan melindungi investor dan memelihara kepercayaan pasar keuangan, terakhir yaitu untuk meng-improve persaingan pasar modal global. IFRS yang menganut standar akuntansi berbasis prinsip berpengaruh terhadap meningkatnya transparansi, akuntabilitas dan keterbandingan laporan keuangan antar entitas secara global sangat berbeda dengan PSAK yang menganut standar akuntansi berbasis aturan, sehingga IFRS dapat meyakinkan investor akan informasi keuangan perusahaan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa standar akuntansi dapat menambah nilai informasi akuntansi dalam memajukan perekonomian (Hung dan Subramanyam, 2007; Bartov et al, 2005). Namun, tidak jelas apakah manfaat tersebut juga berlaku untuk mengembangkan atau transitional economics. Pada

23 29 negara berkembang, relatif sedikit bukti empiris yang menunjukkan bahwa standar akuntansi lokal dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi. Bukti terbaru menunjukkan bahwa informasi akuntansi kurang bermanfaat pada keadaan pasar. Misalnya, Ball dkk. (2000) menemukan bahwa terjadi transparansi laba yang rendah pada Hong Kong, Malaysia, Singapura dan Thailand. Mereka berpendapat bahwa hal ini disebabkan lemahnya penegakan standar akuntansi di masing-masing negara. Penelitian ini menunjukkan, sistem hukum yang lemah dan kurangnya standar akuntansi dan transisi infrastruktur ekonomi pasar modal, negara berkembang mungkin menghadapi masalah yang berat dalam mengawasi keputusan manajemen perusahaan. Pengenalan prinsip dan praktik akuntansi internasional di negara berkembang telah terbukti dapat meningkatkan likuiditas pasar, yaitu dengan berkurangnya biaya transaksi dan membaiknya efisiensi harga (Feldman dan Kumar, 1995). Hal ini masih merupakan pertanyaan besar apakah penerapan standar akuntansi internasional dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan mengurangi tingkat earnings management. Eccher dan Healy (2003) membandingkan value relevance pada informasi akuntansi yang disusun berdasarkan IAS dan standar akuntansi Cina. Penelitian ini menyatakan bahwa informasi akuntansi yang disusun berdasarkan IAS variabel value relevan tidak lebih baik daripada standar akuntansi Cina untuk saham perusahaan yang dimiliki investor asing. Hal ini dikarenakan kurangnya kontrol dan infrastruktur yang efektif untuk memonitor pelaporan keuangan dibawah standar IAS, pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Ball et al. (2000).

24 30 Belakangan ini, terdapat beberapa bukti empiris berkaitan kewajiban standar IFRS pada earnings quality di Uni Eropa yang mana periode pengadopsian terhadap IFRS relatif singkat. Capkun et al. (2008) menganalisa sampel perusahaan Uni Eropa, dimana awalnya pengadopsian IFRS tidak di izinkan dan menyatakan bahwa pengelolaan laba perusahaan meningkat selama periode transisi IFRS ( ). Selain itu, perusahaan membuktikan bahwa angka akuntansi berdasarkan IFRS dari pada standar akuntansi domestik (UE GAAP) lebih value relevant dalam konteks dunia internasional. Hal serupa dinyatakan pula oleh Jeanjean dan Stolowy (2008) yang menunjukkan bahwa meluasnya earnings management di Prancis dan tetap stabil untuk negara Inggris dan Australia setelah transisi ke IFRS. Berdasarkan referensi negara Spanyol, Callao et al (2007) tidak menemukan begitu banyak perbedaan nilai relevan pada angka akuntansi berdasarkan Spanish-GAAP dan juga berdasarkan IFRS. Menggunakan data dari tahun 2003 sampai 2006, Paananen (2008) lebih mengikuti metodelogi yang digunakan oleh Barth et al (2008) dan membandingkan earnings quality saat sebelum dan sesudah pengadopsian IFRS. Peneliti tidak menemukan banyak bukti atas perubahan kualitas akuntansi di Swedia lebih dari satu sampai dua tahun setelah pengadopsian IFRS. Hal ini menarik, karena dokumen peneliti menyatakan kualitas pelaporan keuangan telah mengikuti peraturan pengadopsian. Christensen et al. (2008) menyatakan bahwa penerapan IFRS berdampak menurunnya earnings smoothing dan mundurnya timeliness dalam hal sukarela dan bukan untuk pengadopsian pada Jerman. Bukti ini memperjelas penelitian

25 31 Gunther et al. (2009), yang menyatakan bahwa value relevance tidak berubah pada sukarela atau transisi pengadopsian IFRS. Sejumlah penelitian lain lebih difokuskan pada konsekuensi ekonomi yang disebabkan pengadopsian IFRS. Daske et al. (2008) menyatakan penurunan harga modal perusahaan dan meningkatnya penilaian ekuitas, tetapi hanya ketika kemungkinan akuntansi terjadi sebelum tanggal resmi adopsi. Mereka juga menunjukkan bahwa terdapat manfaat pasar modal di negara yang perusahaannya memiliki insentif untuk menjadi transparan dan penegakan hukumnya kuat. Demikian pula, Li (2010) menyatakan bahwa pengurang biaya ekuitas hanya terjadi pada negara-negara yang memiliki penegakan hukum yang kuat dan pengungkapan informasi meningkat dibandingkan dengan dua mekanisme dibalik penurunan ini. Bagi auditor, kerumitan dari pengimplementasian IFRS dan kurangnya persiapan klien potensial dapat meningkatkan ketidaktentuan dan resiko bagi catatan audit perusahaan. Sebagai contoh, Hoogendoorn (2006) berpendapat bahwa perusahaan memiliki salah pengertian tentang kompleksitas, dampak dan biaya atas IFRS (sumber lain Jermakowicz dan Gornik-Tomaszewski, 2006). Pada negara Uni Eropa ada beberapa bukti atas persiapan masa transisi ke IFRS (PricewaterhouseCoopers, 2004; ICAEW,2004). Negara Finlandia dalam masa transisinya ke IFRS menyatakan memerlukan biaya besar untuk perusahaan yang diaudit dan untuk perusahaan auditor sendiri (Kementerian Perdagangan dan Industri 2003b; KPMG 2006). Misalnya, untuk meningkatkan kualitas audit dan assurance, KPMG Finlandia mendirikan tim audit khusus IFRS bagi kliennya

26 32 (KPMG, 2009). Selanjutnya, dibandingkan dengan GAAP lokal, IFRS lebih menjanjikan dalam penilaian oleh pihak manajemen dalam memutuskan bagaimana mereka akan mematuhi IFRS (Marden dan Brackney, 2009). Penelitian baru-baru ini (Street, Gray dan Bryant, 1999; Street dan Bryant 2000; Glaum dan Street, 2003) memiliki bukti yang signifikan dalam ketidakpatuhan atas pengungkapan IFRS diberbagai daerah. Hodgdon et al (2009) menunjukkan bahwa hukum audit (AICPA) memainkan peran penting dalam aturan IFRS. Perubahan signifikan akuntansi, dari standar akuntansi lokal menjadi IFRS menambah resiko klien dan lebih menyita waktu dalam pengauditan untuk auditor. Hasil para peneliti yang bertentangan ini, mendorong peneliti menguji secara empiris perbedaan earnings quality sebelum dan sesudah dari standar akuntansi baru (IFRS), yang diukur dengan menurunnya earnings management dan meningkatnya value relevance. Pengaruh IFRS yang menurunkan (pengaruh negatif) earnings management merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas laba. Sedangkan pengaruh IFRS yang meningkatkan (pengaruh positif) value relevance juga menandai kualitas laba yang lebih baik.

27 33 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sebelum Pengadopsian IFRS IFRS Earnings Quality : Earnings Management dan Value Relevance Setelah Pengadopsian IFRS

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh globalisasi saat ini telah menghilangkan batasan-batasan geografis dalam kegiatan perekonomian dan menuntut adanya suatu sistem akuntansi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan standar yang digunakan perusahaan di Indonesia untuk menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri serta arus globalisasi yang semakin pesat menuntut perusahaan untuk mampu bergerak sejalan dengan perkembangan tersebut. Selain itu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara, seringkali menyebabkan standar akuntansi yang digunakan oleh suatu negara berbeda dengan

Lebih terperinci

1 Universitas Bhayangkara Jaya

1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang cepat dalam pasar modal global memberi arti bahwa dimensi internasional dari akuntansi menjadi semakin penting dari masa sebelumnya bagi kalangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah sebuah aktifitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 11 BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sebuah jembatan yang dapat menghubungkan keperluan bisnis. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis di luar batas negaranya. Adanya kebutuhan akan pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar penyusunan pelaporan keuangan yang didorong untuk dilaksanakan oleh banyak negara menuju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting Standards Committee (IASC) dibentuk untuk menyusun standar pelaporan keuangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan rangkuman kinerja perusahaan untuk melaporkan setiap aktivitas yang dilakukan, mulai dari aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membuat batasan negara sudah semakin tidak tampak sehingga mendorong terjadinya kegiatan bisnis di luar batas negara. Sebagai akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IFRS (International Financial Reporting Standards) menjawab tantangan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakukan. Arus besar dunia sekarang ini sedang menuju ke dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengakuan, pengukuran, dan pelaporan laba perusahaan serta komponennya dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam menyediakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya laju pertumbuhan bisnis saat ini menuntut Indonesia untuk menyetarakan standar keuangan serta penyusunan laporan keuangan mengikuti standar internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perusahaan yang pesat dan semakin beragamnya perusahaan multinasional di berbagai negara merupakan tanda dari adanya globalisasi. Pada era globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi pada awal abad 20 menyebabkan banyaknya pluralisme dan pergerakan dari produk, manusia dan ide dalam waktu bersamaan. Perekonomian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menjadi standar akuntansi tunggal yang berlaku secara global.

BAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menjadi standar akuntansi tunggal yang berlaku secara global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG International Financial Reporting Standards selanjutnya disingkat dengan IFRS dirancang untuk menjadi standar akuntansi tunggal yang berlaku secara global. Penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas bisnis harus melaporkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laporan tersebut merupakan sebuah laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA IFRS (International Financial Reporting Standards) oleh International Accounting Standard Board (IASB).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA IFRS (International Financial Reporting Standards) oleh International Accounting Standard Board (IASB). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 IFRS (International Financial Reporting Standards) IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas geografis dalam melakukan investasi dan perdagangan dan mengarah kepada pembentukan satu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha yang semakin ketat dan kompetitif perlu diiringi dengan suatu pemikiran yang kritis dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dampak krisis ekonomi global yang terus berkelanjutan berdampak pada kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai berimbas pada Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS) menjadi topik yang hangat di tanah air. Pertemuan G-20 tahun 2008 di Washington (USA) menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya globalisasi mengakibatkan semakin berkembangnya transaksi bisnis lintas negara dan arus modal investasi. Perusahaan harus mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang dapat ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang dapat ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang dapat ditandai dengan adanya kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang terlibat dalam forum G-20 (Group of

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang terlibat dalam forum G-20 (Group of 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang terlibat dalam forum G-20 (Group of Twenty) yang dilaksanakan di Washington DC pada 15 November 2008, salah satu kesepakatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di setiap negara, penyusunan laporan keuangan memiliki standar dan tahapan yang berbeda-beda. Standar dan tahapan tersebut ditentukan oleh kalangan profesi yang bergabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk menyediakan berbagai keterangan mengenai data ekonomi. Keterangan ini disediakan untuk siapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan yang terjadi di lingkungan pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan yang terjadi di lingkungan pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan dan perkembangan yang terjadi di lingkungan pasar modal Indonesia dan internasional menuntut adanya peningkatan terhadap tata kelola usaha, akuntabilitas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan secara mendetail pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976). Jensen dan Meckling (1976) menyebut manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya berupa laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) yang sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) yang sebelumnya digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah International Financial Reporting Standards (IFRS) yang sebelumnya bernama International Accounting Standards (IAS) diterbitkan untuk mencapai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan dengan IFRS (International Financial Reporting Standard).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pengguna laporan keuangan. Masing-masing pengguna memiliki beragam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan atau standar akuntansi.ifrs (Internasional Financial Reporting Standard) merupakansuatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam melakukan persaingan internasional, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan antara agen dengan prinsipal yang dapat memicu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan antara agen dengan prinsipal yang dapat memicu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Hubungan antara agen dengan prinsipal yang dapat memicu munculnya suatu konflik karena adanya perbedaan kepentingan diantara keduanya dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan standar akuntansi yang berlaku di masing-masing negara.

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan standar akuntansi yang berlaku di masing-masing negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 Dalam beberapa dekade belakangan ini, isu globalisasi telah menjadi sebuah fenomena bagi dunia bisnis. Dampak globalisasi terlihat jelas dengan adanya perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak bermunculan perusahaan multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis saat ini dapat dikatakan

Lebih terperinci

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab.

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab. PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan informasi yang relevan dan reliabel merupakan hal yang penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial Reporting Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. suatu laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan pedoman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki suatu tantangan untuk terus meningkatkan kualitas informasi akuntansi disetiap perusahaan yaitu dengan melakukan penyajian dan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai kepentingan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan praktisi maupun akademisi, khususnya peneliti akuntansi karena berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan mencatat informasi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai pihak seperti investor, karyawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media yang digunakan perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga merupakan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya disajikan dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. untuk pengambilan keputusan oleh berbagai macam pihak berkepentingan seperti

BAB 1. Pendahuluan. untuk pengambilan keputusan oleh berbagai macam pihak berkepentingan seperti BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan pada sebuah perusahaan disusun untuk tujuan tertentu. Menurut FASB, tujuan pelaporan keuangan adalah untuk membantu membuat keputusan, menilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk kepada beberapa penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang digunakan setiap negara berbeda beda. Investor akan menemui

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang digunakan setiap negara berbeda beda. Investor akan menemui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia bisnis saat ini semakin meluas bahkan tidak mengenal batas negara sehingga setiap orang dapat melakukan investasi di negara negara lain. Hal ini akan

Lebih terperinci

TEORI AKUNTANSI MAKALAH ADOPSI PENUH IFRS

TEORI AKUNTANSI MAKALAH ADOPSI PENUH IFRS TEORI AKUNTANSI MAKALAH ADOPSI PENUH IFRS Dosen : Anis Chariri, SE, MCom, Ph.D. Akt. Disusun oleh: Astri Laksitafresti Destaria Ferdiani Ranny Tanjungsari Yuliana C2C008022 C2C008035 C2C008116 C2C008153

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Biaya modal ekuitas merupakan salah satu komponen biaya yang penting bagi perusahaan yang dapat berdampak pada keputusan investasi. Karena biaya modal ekuitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi menetapkan aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi (DSAK, Kerangka Dasar Penyajian dan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi (DSAK, Kerangka Dasar Penyajian dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Laporan keuangan disajikan dengan tujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. cara yang paling banyak ditempuh, menurut Suwito & Herawaty (2005),

Bab I. Pendahuluan. cara yang paling banyak ditempuh, menurut Suwito & Herawaty (2005), Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif dan rentan akan krisis, manajer tetap harus memenuhi tantangan mereka dalam rangka meningkatkan kemakmuran pemilik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi akuntansi yang berkualitas merupakan informasi yang penting dalam pengambilan keputusan ekonomi ataupun dalam pengambilan keputusan investasi. Calon investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi keuangan yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di

BAB I PENDAHULUAN. Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia dimulai dari tahun 2008. Konvergensi IFRS ke dalam standar akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi.

BAB I PENDAHULUAN. batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hubungan antar negara di dunia saat ini dapat dikatakan tidak memiliki batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi. Globalisasi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada tahun 1992.

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam menyusun laporan keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam perlakuan, metode,

Lebih terperinci

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS KELOMPOK GOODWILL: Dwi Rahayu 090462201 098 Dedi Alhamdanis 100462201 362 Larasati Sunarto 100462201 107 FAKULTAS EKONOMI UMRAH 2012 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju International Financial Reporting Standards (IFRS) telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menuju International Financial Reporting Standards (IFRS) telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tahapan konvergensi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) menuju International Financial Reporting Standards (IFRS) telah menjadi pusat perhatian para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi dan kinerja keuangan suatu entitas dalam suatu periode.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Properti investasi adalah properti berupa tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya yang dikuasai oleh pemilik (lessee) melalui sewa pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan didirikan tentunya dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan didirikan tentunya dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan didirikan tentunya dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan dari kebanyakan perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan, walaupun ada pula perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IFRS diklaim sebagai standar akuntansi yang berkualitas tinggi. IFRS menghapus

BAB I PENDAHULUAN. IFRS diklaim sebagai standar akuntansi yang berkualitas tinggi. IFRS menghapus BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG IFRS diklaim sebagai standar akuntansi yang berkualitas tinggi. IFRS menghapus metode akuntansi alternatif, serta mewajibkan pengukuran akuntansi (accounting measurement)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Hanafi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Hanafi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan perlu membuat laporan keuangan untuk mengetahui kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan ringkasan dari aktivitas keuangan perusahaan yang mampu menggambarkan kinerja keuangan perusahaan tersebut (PSAK No.1 Paragraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.1, revisi 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.1, revisi 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan membantu para pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.1, revisi 2009). Salah satu instrumen keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian seperti transaksi penjualan dan pembelian, melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian seperti transaksi penjualan dan pembelian, melakukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi merupakan salah satu sektor yang berpengaruh dalam menentukan tingkat kesejahteraan suatu negara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aktivitas keseharian masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penilaian yang tepat terhadap perusahaan merupakan hal yang wajar bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian penilaian tersebut biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan olehinternational Accounting Standard Board (IASB)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat pada kasus Enron Corporation di Amerika Serikat (Isnaeni, 2015) perusahaan agar saham tetap diminati investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat pada kasus Enron Corporation di Amerika Serikat (Isnaeni, 2015) perusahaan agar saham tetap diminati investor. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manajemen laba merupakan upaya yang dilakukan pihak manajemen untuk melakukan intervensi dalam penyusunan laporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini menguji relevansi nilai pajak tangguhan sebagai dampak perubahan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia. Perubahan PSAK ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. baik organisasi profit maupun non profit untuk menghasilkan informasi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. baik organisasi profit maupun non profit untuk menghasilkan informasi yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan mengenai transaksi (kejadian ekonomi dan keuangan) suatu organisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan hasil kegiatan operasional pada satu periode tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan hasil kegiatan operasional pada satu periode tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laba merupakan hasil kegiatan operasional pada satu periode tertentu yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Informasi mengenai laba rugi yang diperoleh

Lebih terperinci

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan BAB 1 Apa itu AKUNTANSI? Akuntansi adalah seni yg menurut kepercayaan luas pertama kali ditemukan oleh Fra Luca Bartolomeo de Pacioli, seorang ahli matematika Italia dan friar Franciscan di abad ke 16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan properti cukup berkembang pesat di beberapa negara. Pasar properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Federation of Accountant) harus tunduk kepada SMO (Statment

BAB I PENDAHULUAN. (International Federation of Accountant) harus tunduk kepada SMO (Statment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini standar akuntansi di Indonesia telah mengalami perubahan. Indonesia yang merupakan anggota G20 forum serta bagian dari IFAC (International Federation

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka A.1. New Institutional Theory New Institutional Theory (NIT) adalah sebuah pengembangan teori institusional konvensional, dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Laba 2.1.1 Definisi Manajemen Laba Scott (2003) mengungkapkan bahwa manajemen laba adalah keputusan manajer dalam memilih kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan bebas merupakan suatu bukti nyata bahwa perekonomian saat ini telah menuju pada sebuah perekonomian global, dimana setiap kegiatan ekonomi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Brigham Gapensi, 1996 dalam Natalia, 2010). Laporan keuangan merupakan. dan laporan arus kas (standar akuntansi keuangan no. 1).

BAB I PENDAHULUAN. (Brigham Gapensi, 1996 dalam Natalia, 2010). Laporan keuangan merupakan. dan laporan arus kas (standar akuntansi keuangan no. 1). BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Maksimum profit atas produk atau jasa yang dihasilkan adalah harapan setiap perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi perhatian banyak pihak khususnya masyarakat bisnis. Hal ini terutama

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi perhatian banyak pihak khususnya masyarakat bisnis. Hal ini terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan bagi investor.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan berfungsi untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan yang akan dipergunakan oleh pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi menjadikan perekonomian dunia seakan tanpa batas (borderless). Negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang terintegrasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan 8 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba

Lebih terperinci