Bab I. Pendahuluan. cara yang paling banyak ditempuh, menurut Suwito & Herawaty (2005),

Transkripsi

1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif dan rentan akan krisis, manajer tetap harus memenuhi tantangan mereka dalam rangka meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Salah satu cara yang paling banyak ditempuh, menurut Suwito & Herawaty (2005), adalah melalui manajemen laba. Manajemen laba adalah sebuah intervensi yang dilakukan oleh manajemen (agen) dalam proses penyusunan laporan keuangan dimana tingkat laba dimanipulasi sedemikian rupa pada tingkatan yang diinginkan tanpa sepengetahuan pemilik. Praktik manajemen laba dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda menurut Scott (2000). Perspektif pertama disebut manajemen laba oportunistik di mana perilaku oportunistik manajemen dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan biaya politik menjadi titik utama dalam pengamatan motivasi. Perspektif yang kedua adalah manajemen laba efisien di mana manajemen laba merupakan cara manajer untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tidak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat di dalam kontrak. Dengan demikian manajer akan dapat mempengaruhi nilai pasar dari perusahaan sehingga mempengaruhi niatan pemberian insentif kepada mereka. Scott (2000) menambahkan bahwa jika dilihat dari pinsipnya manajemen laba tidak menyalahi prinsip akuntansi yang berterima umum atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Namun, bila 1

2 dilihat dari tujuannya, manajemen laba dinilai dapat menurunkan kualitas laporan keuangan dalam jangka panjang. Hal ini terjadi karena dalam setiap kegiatan manajemen laba akan menyebabkan distorsi informasi pada laporan keuangan. Distorsi informasi ini akan menyebabkan bias dalam pengambilan keputusan oleh pemilik atau pihak di luar manajemen (agen). Menurut penelitian Bhattacharya dkk (2003), negara dengan ekonomi berkembang memiliki tingkat prevalensi manajemen laba yang lebih tinggi dikarenakan pendapatan yang lebih rentan akibat adanya fluktuasi. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan manufaktur sebagai salah satu pilar ekonominya tidak luput dari dilema ini. Bahkan, 56% perusahaan Indonesia yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia melakukan praktik ini (Trisanti, 2012). Selain itu, praktik manajemen laba juga ditemukan lebih tinggi pada perusahaan kecil karena rendahnya pengawasan publik (Trisanti, 2012). Praktik manajemen laba kian subur akibat tidak adanya keseragaman yang mengharuskan perusahaan menggunakan prinsip yang sama dalam menerbitkan laporan keuangannya (Barth dkk., 2008). Perusahaan seolah diperbolehkan menggunakan berbagai kaidah dan aturan dalam akuntansi yang sekiranya mampu memberikan keuntungan maksimal utamanya dalam hal disclosure informasi. Praktik ini tentu merugikan stakeholders karena yang bersangkutan tidak akan pernah benar-benar mengetahui kesehatan finansial perusahaan yang sesungguhnya. Saat ini, dunia akuntansi tengah dihadapkan dengan transisi standar pelaporan keuangan dari United States Generally Aceepted Accounting Principles (US GAAP atau GAAP) menuju International Financial 2

3 Reporting Standards (IFRS). IFRS memiliki pengakuan yang berbeda terhadap beberapa akun dibandingkan dengan GAAP, antara lain pengakuan cadangan kerugian piutang yang merupakan wujud dari konservatisme GAAP dan bertentangan dengan prinsip fair value IFRS. Adanya standar yang seragam akan mampu melindungi laporan keuangan dari manipulasi atau rekayasa akibat adanya perilaku oportunistik (Jeanjean & Stolowy, 2008). Akan tetapi, IFRS yang lebih bersifat konseptual mengizinkan dua perlakuan berbeda terhadap satu transaksi. Celah ini sangat mungkin dimanfaatkan oleh agen untuk memanipulasi laba dengan motivasi tertentu. Indonesia, yang mengadopsi GAAP melalui implementasi Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) dalam Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK), mulai mengkonvergensi poin-poin dalam IFRS ke dalam PSAK. Adopsi tidak dilakukan karena akan memberikan transisi yang tidak mulus serta IFRS belum mampu memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan seluruh sektor ekonomi di Indonesia, misal perbankan Syariah dan Koperasi. Sedangkan standar akuntansi Thailand atau Thailand Financial Reporting Standard (TFRS), menurut PriceWaterhouseCoopers dalam rilis laporan tahunan perkembangan adopsi IFRS pada April 2013, sudah berada dalam tahap hampir seluruhnya menyamai IFRS dan konvergensi akan terus dilanjutkan hingga mencapai titik adopsi. Titik adopsi, menurut PriceWaterhouseCoopers, dipastikan akan dilaksanakan pada 1 Januari 2015 dan saat ini telah mencapai 85%. Indonesia, dalam laporan tersebut, masih pada tahap awal konvergensi IFRS dan sebagian besar masih terdiri atas standar akuntansi lokal atau PABU dalam PSAK-nya. Laporan tersebut juga 3

4 menunjukkan bahwa belum ada kepastian kapan Indonesia akan sepenuhnya mengadopsi IFRS. Mengacu pada permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Praktik Manajemen Laba antara Perusahaan Sektor Manufaktur pada Negara Pengadopsi dan Non-Pengadopsi IFRS yang Diproyeksikan oleh Thailand dan Indonesia yang diproyeksikan oleh Indonesia (sebagai negara nonpengadopsi) dan Thailand (sebagai negara pengadopsi). 1.2 Perumusan Masalah Untuk mewujudkan penelitian yang lebih terarah dan sistematis agar tujuan dari penelitian ini dapat dicapai, peneliti akan menentukan batasan permasalahan yang akan dibahas terkait dengan subyek penelitian di atas. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian akan dibatasi pada segi-segi yang berkaitan dengan beberapa pertanyaan berikut. 1. Apakah terdapat perbedaan tingkat praktik manajemen laba antara perusahaan terbuka sektor manufaktur di negara pengadopsi dan nonpengadopsi IFRS yang diproyeksikan oleh Thailand (pengadopsi) dan Indonesia (non-pengadopsi)? 2. Apakah kapitalisasi pasar mempengaruhi praktik manajemen laba pada terbuka sektor manufaktur di negara pengadopsi dan non-pengadopsi IFRS? 3. Apakah perputaran aset mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusahaan terbuka sektor manufaktur di negara pengadopsi dan nonpengadopsi IFRS? 4

5 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba pada perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonsia dan Stock Exchange of Thailand menggunakan Model Jones yang telah Dimodifikasi 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, penelitian ini bertunjuk untuk membuktikan sebagai berikut. 1. Adanya perbedaan tingkat praktik manajemenn laba pada perusahaan terbuka sektor manufaktur di negara pengadopsi IFRS (diproyeksikan oleh Thailand) dan nonpengadopsi IFRS (diproyeksikan oleh Indonesia). 2. Adanya perbedaan tingkat praktik manajemen laba antara perusahaan terbuka sektor manufaktur dengan kapitalisasi pasar besar dan kecil di negara pengadopsi dan non-pengadopsi IFRS. 3. Adanya perbedaan tingkat praktik manajemen laba antara perusahaan terbuka sektor manufaktur dengan perputaran aset tinggi dan rendah di negara pengadopsi dan nonpengadopsi IFRS. 5

6 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan mampu memberikan insight kepada investor pemula agar lebih mampu membedakan mana perusahaan dengan fundamental keuangan kuat dan yang tidak. 2. Bagi Universitas Sebagai tambahan khazanah ilmu khususnya di bidang Akuntansi, lebih spesifik Analisis Laporan Keuangan dan Investasi, agar dapat dipelajari oleh mahasiswa maupun pihak yang berkepentingan untuk mendapat insight terkait permasalahan yang akan diteliti. 3. Bagi Mahasiswa Akuntansi Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah awareness kepada mahasiswa akan pentingnya mempelajari laporan keuangan dan menganalisnya secara lebih mendalam. Hal ini diperlukan untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan forecasting yang baik ketika di masa kerja akan menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan keputusan investasi. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Perumusan Masalah Batasan Permasalahan Tujuan Penelitian 6

7 Manfaat Penelitian Sistematika Penelitian Bab II : Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan teori dari dilaksanakannya penelitian ini. Teori-teori tersebut kemudian akan dikembangkan menjadi hipotesis-hipotesis yang menjadi pokok permasalahan dari diadakannya penelitian ini. Bab III : Metode penelitian akan membahas mengenai bagaimana penelitian ini akan dilaksanakan. Bab IV : Pada bagian ini akan dibahas model penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Data yang telah diolah akan dianalisis sedemikian rupa hingga ditemukan jawaban atas penelitian yang dilakukan Bab V : Pada bagian ini akan diutarakan kesimpulan dari keseluruhan penelitian yang juga merupakan penutup atas penelitian yang dilakukan. 7