CAPILLARY REFILL TIME, MANIFESTASI PERDARAHAN DAN ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR BAKTEREMIA PADA SEPSIS NEONATAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CAPILLARY REFILL TIME, MANIFESTASI PERDARAHAN DAN ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR BAKTEREMIA PADA SEPSIS NEONATAL"

Transkripsi

1 CAPILLARY REFILL TIME, MANIFESTASI PERDARAHAN DAN ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR BAKTEREMIA PADA SEPSIS NEONATAL CAPILLARY REFILL TIME, BLEEDING MANIFESTATION, AND ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT AS PREDICTORS OF BACTEREMIA IN NEONATAL SEPSIS Sri Kurniati, Ema Alasiry, Idham Jaya Ganda Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin,Makassar Alamat Korespondensi : dr. Sri Kurniati Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar HP : nia.latif@gmail.com 1

2 Abstrak Gejala klinis yang tidak spesifik dan keterbatasan sarana pemeriksaan penunjang masih merupakan masalah dalam penatalaksanaan sepsis neonatal. Penelitian ini bertujuan menilai sejauh mana pemanjangan CRT (capillary refill time), adanya manifestasi perdarahan dan ANC dapat dijadikan parameter untuk memprediksi adanya bakteremia pada sepsis neonatal. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan data dari rekam medis RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sampel penelitian adalah bayi baru lahir dengan kecurigaan besar sepsis yang dirawat di NICU tahun 2010 dan Dilakukan analisis hubungan antara pemanjangan CRT, adanya manifestasi perdarahan, dan ANC terhadap hasil kultur. Dari 120 sampel, didapatkan 61 sampel mempunyai hasil kultur (+) dan 59 sampel dengan hasil kutur (-). Terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok dalam hal pemanjangan CRT (p=0,000, AOR=14,815), adanya manifestasi perdarahan( p=0,002, AOR=6,3) dan peningkatan ANC (p=0,000, AOR=9,282). Disimpulkan bahwa pemanjangan CRT, manifestasi perdarahan dan peningkatan ANC dapat dijadikan sebagai faktor prediktor bakteremia pada sepsis neonatal. Kata kunci : sepsis neonatal, pemanjangan CRT, perdarahan, Absolute neutrophil count Abstract The clinical symptoms of neonatal sepsis are not specific and limited, so that the investigation still a problem in the management of neonatal sepsis. The objective of this study is to assess the extent of prolonged CRT, bleeding manifestations, and ANC, as parameters to predict the presence of bacteremia. This study is a cross-sectional study using data from the medical records of dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar. The samples were newborns with a high suspicion of sepsis treated in the NICU in 2010 and The relationship between CRT elongation, bleeding manifestations, and ANC compared to blood culture results, are analyzed. Of the 120 samples, 61 samples had results culture (+) and 59 samples were cuture (-). There are significant differences between the two groups in elongation of CRT (p = 0.000, AOR = ), the manifestation of bleeding (p = 0.002, AOR = 6.3) and high ANC (p = 0.000, AOR = 9.282). We conclude that prolonged CRT, bleeding manifestations, and high ANC, can be used as predictors of bacteremia in neonatal sepsis. Keywords : neonatal sepsis, prolonged CRT,bleeding manifestation, Absolute neutrophil count 2

3 PENDAHULUAN Angka kejadian sepsis neonatal di negara berkembang masih cukup tinggi dibandingkan negara maju. Di Asia, angka kejadian sepsis berkisar 7,1 38 tiap 1000 kelahiran hidup, 6,5 sampai 23 tiap 1000 kelahiran hidup di Afrika, dan 3,5 8,9 di Amerika utara dan Karibean. WHO memperkirakan sekitar 5 juta bayi baru lahir meninggal tiap tahun. Di negara berkembang, hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitan dengan masalah sepsis dan merupakan penyebab dari 30-50% kematian bayi baru lahir. Hal yang sama ditemukan pula di negara maju pada bayi yang dirawat di NICU (neonatal intensive care unit) (Vergnano, 2004., Sanker,2008). Deteksi dini sepsis neonatal masih merupakan masalah tersendiri karena gejala klinis yang tidak spesifik dan bervariasi sehingga menyulitkan diagnosis dini, bahkan bakteremia kadang dapat terjadi tanpa diserta gejala sepsis, sementara prognosis sangat ditentukan oleh deteksi dini dan penatalaksanaan yang cepat dan intensif. Berlainan dengan pasien dewasa dan anak, pada bayi baru lahir terdapat berbagai tingkat defisiensi sistem pertahanan tubuh sehingga respon sistemik pada bayi baru lahir akan berlainan dengan pasien dewasa. Tanda dan gejala sepsis neonatal sangat tidak spesifik dan seringkali sulit dibedakan dengan penyakit non infeksi lainnya (Chiesa, 2003., Lokeshwar.,2003). Penelitian yang dilakukan oleh Kayange dkk menunjukkan bahwa letargi, kejang, kesulitan minum, sianosis dan ketuban bercampur mekonium berhubungan secara signifikan dengan hasil biakan darah positif baik pada sepsis awitan dini maupun awitan lambat (Kayange dkk.,2010). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Okascharoen dkk menunjukkan bahwa hanya hipotensi, suhu tubuh yang tidak normal serta kesulitan bernapas sebagai gejala klinis yang berhubungan dengan sepsis neonatal (Okascharoen dkk.,2005). Infeksi bakteri akan mengaktifkan sistem imun dan menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan pada sistem kardiovaskuler sehingga perfusi ke jaringan tidak adekuat yang ditandai dengan pemanjangan CRT (capillary refill time). Selain itu, trombositopenia, aktivasi sistem koagulasi dan kerusakan endotel akibat infeksi bakteri atau toksinnya dapat menyebabkan timbulnya manifestasi perdarahan baik berupa purpura, perdarahan saluran cerna atau perdarahan intrakranial. Karena gambaran klinis yang tidak spesifik, maka dibutuhkan pula pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis sepsis neonatal. Sebagai respon terhadap infeksi bakteri, maka tubuh akan melepas neutrofil dari cadangannya di sum-sum tulang ke sirkulasi yang selanjutnya akan bermigrasi ke tempat/sumber infeksi. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah netrofil di sirkulasi untuk menjamin ketersediaan netrofil yang akan 3

4 melakukan fagositosis terhadap bakteri. Namun, penelitian yang dilakukan pada binatang menunjukkan bahwa cadangan sum-sum tulang neonatus sangat rendah. Hal ini menyebabkan deplesi netrofil tidak jarang ditemukan pada sepsis neonatal, bahkan sekalipun netrofil immatur dijumpai di darah perifer. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Bhandari dkk justru menunjukkan bahwa ANC (absolute neutrofil count) lebih tinggi pada bayi baru lahir yang mengalami sepsis dibandingkan yang tidak mengalami sepsis (Bhandari.,2008). Mengingat keterbatasan sarana pemeriksaan penunjang di sebagian besar daerah di negara kita, maka masih sangat dibutuhkan pengetahuan mengenai faktor faktor yang dapat memprediksi bakteremia yang mencakup parameter klinis dan laboratorium sederhana sehingga membantu dalam diagnosis dan penatalaksanaan sepsis neonatal. Penelitian ini ingin menilai sejauh mana pemanjangan CRT, manifestasi perdarahan dan ANC dapat memprediksi bakteremia pada sepsis neonatal. BAHAN DAN METODE Lokasi dan rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan menggunakan data dari bagian rekam medik RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Populasi dan sampel Populasi terjangkau adalah semua pasien bayi baru lahir dengan kecurigaan besar sepsis yang dirawat di NICU RSUP dr.wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2010 dan Sampel sebanyak 120 orang secara consecutive sampling yang telah memenuhi kriteria inklusi, yakni semua pasien bayi baru lahir berumur 0 28 hari yang diduga mengalami sepsis yang dirawat di NICU, menjalani evaluasi sepsis yang meliputi pemeriksaan klinis,pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan biakan darah dan tidak mendapat antibiotik sebelum masuk Rumah Sakit, sedangkan pasien yang mempunyai data tidak lengkap tidak diikutkan dalam penelitian ini. Penelitian ini mendapat ijin dari direktur rumah sakit dalam hal ini bagian catatan rekam medis serta persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Biomedis pada Manusia. Metode pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan di bagian rekam medis dan diambil dari catatan medis pasien. Pada setiap sampel dilakukan pencatatan nomor register, nama, jenis kelamin, umur, berat badan lahir, usia gestasi, pemeriksaan klinis pada saat pasien masuk rumah sakit yang meliputi ada tidaknya pemanjangan capillary refill time dan manifestasi perdarahan serta hasil 4

5 pemeriksaan Absolute Neutrophil Count (ANC) dan biakan darah. Data-data tersebut diolah dengan menggunakan software SPSS 19. Analisis hubungan antara pemanjangan CRT dan manifestasi perdarahan terhadap hasil kultur dilakukan dengan menggunakan Chi-Square test, sedangkan analisis hubungan antara ANC terhadap hasil kultur menggunakan fisher exact test. Kemaknaan independen masing-masing faktor terhadap hasil kultur dilakukan dengan menggunakan uji multivariat regresi logistik berganda. HASIL Karakteristik sampel Tabel 1 memperlihatkan karakteristik subyek yang diteliti. Dari 120 sampel yang diteliti, terdiri dari 74 (61,7%) subyek laki-laki dan 46 (38,3%) subyek perempuan. Pada kelompok bakteremia (+), terdapat 34 (55,7%) subyek laki-laki dan 27 (44,3%) subyek perempuan, sedangkan pada kelompok bakteremia (-), terdapat 40 (67,8%) subyek laki-laki dan 19 (32,2%) subyek perempuan. Pada kelompok bakteremia (+) terdapat 51 (83,6%) subyek cukup bulan dan 10 (16,4%) subyek kurang bulan, sedangkan pada kelompok bakteremia (-), terdapat 47 (79,7%) subyek cukup bulan dan 12 (20,3%) subyek kurang bulan. Pada kelompok bakteremia (+) terdapat 30 (49,2%) subyek yang mengalami perdarahan dan 31(50,8%) yang tidak mengalami perdarahan, sedangkan pada kelompok bakteremia (-) terdapat 6 (10,2%) subyek yang mengalami perdarahan dan 53 (89,8%) subyek yang tidak mengalami perdarahan. Pada kelompok bakteremia (+) terdapat 22 (36,1%) subyek yang mengalami pemanjangan CRT dan 39 (63,9%) mempunyai CRT normal. Sedangkan pada kelompok bakteremia (-), terdapat 3 (5,1%) subyek yang mengalami pemanjangan CRT dan 56 (94,9%) mempunyai CRT normal. Pada kelompok bakteremia (+) terdapat 4 (6,6%) subyek mengalami penurunan ANC,14 (23%) subyek mempunyai ANC normal, dan 43 (70,5%) subyek mengalami peningkatan ANC. Pada kelompok bakteremia (-),terdapat 2 (3,4%) subyek mengalami penurunan ANC, 43 (72,9%) subyek mempunyai ANC normal, dan 14 (23,7%) subyek mengalami peningkatan ANC. Analisis bivariat Tabel 2 memperlihatkan analisis bivariate dari masing-masing variabel yang diteliti. Frekuensi kejadian bakteremia pada subyek laki-laki sebesar 45,9% dan anak perempuan 58,7% sedangkan frekuensi kejadian tanpa bakteremia pada laki-laki 54,1% dan perempuan 41,3%. Secara statistik tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok 5

6 tersebut dengan nilai p=0,174 (p>0,05). Nilai crude odds ratio (COR) = 1,6 dengan Frekuensi kejadian bakteremia pada subyek cukup bulan sebesar 52% dan kurang bulan 45,5% sedangkan frekuensi kejadian tanpa bakteremia pada cukup bulan 48% dan kurang bulan 54,5%. Secara statistik tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p=0,577 (p>0,05). Frekuensi kejadian bakteremia pada subyek yang mengalami perdarahan sebesar 30 (83,3%) dan tidak mengalami perdarahan 31 (36,9%) sedangkan frekuensi kejadian tanpa bakteremia pada bayi yang mengalami perdarahan 16,7 % dan tidak mengalami perdarahan 63,1 %. Secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai crude odds ratio (COR) = 8,5 dengan interval kepercayaan 95% atau 95% confidence interval (95% CI) = (3,2-22,83). Frekuensi kejadian bakteremia pada subyek yang mengalami pemanjangan CRT sebesar 88% dan CRT normal sebesar 41,1%, sedangkan frekuensi kejadian tanpa bakteremia pada subyek yang mengalami pemanjangan CRT sebesar 12% dan CRT normal 58,9%. Analisa statistik memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai crude odds ratio (COR) = 10,5 dengan interval kepercayaan 95% atau 95% confidence interval (95% CI) = (2,95-37,63). Frekuensi kejadian bakteremia pada subyek yang mengalami penurunan ANC sebesar 66,67% dan ANC normal sebesar 24,56%, sedangkan frekuensi kejadian tanpa bakteremia pada subyek yang mengalami penurunan ANC sebesar 33,33% dan ANC normal 75,44%. Analisa statistik memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p=0,051 (p>0,05). Frekuensi kejadian bakteremia pada subyek yang mengalami peningkatan ANC sebesar 75,4% dan ANC normal sebesar 24,56%, sedangkan frekuensi kejadian hasil kultur (- ) pada subyek yang mengalami peningkatan ANC sebesar 24,6% dan ANC normal sebesar 75,44%. Analisa statistik memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai crude odds ratio (COR) = 9,43 dengan interval kepercayaan 95% atau 95% confidence interval (95% CI) = (4,020-22,136. Analisis Multivariate Analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 3 yang memperlihatkan bahwa perdarahan, CRT dan ANC yang meningkat merupakan faktor faktor yang secara independen mempunyai hubungan dengan bakteremia dengan nilai AOR berturut-turut adalah 6,313, 14,815 dan 9,282. 6

7 PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa parameter klinis yaitu pemanjangan CRT, adanya manifestasi perdarahan, dan parameter laboratorium, yaitu ANC yang meningkat mempunyai hubungan yang signifikan dengan bakteremia. Untuk menyingkirkan faktor perancu, pada penelitian ini juga menganalisis hubungan antara jenis kelamin dan usia gestasi yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dan hasil kultur (p=0,174) sehingga jenis kelamin bukan merupakan faktor perancu pada penelitian ini. Meskipun penelitian yang dilakukan oleh Khinci dkk serta Chako dkk menunjukkan bahwa sepsis neonatal cenderung lebih banyak pada bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan (Khinci dkk.,2010,chacko.,2005). Analisa statistik dalam hal pengaruh usia gestasi terhadap hasil kultur juga memperlihatkan tidak adanya perbedaan bermakna (p = 0,577. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kayange dkk yang mendapatkan tidak adanya perbedaan bermakna dalam hal jenis kelamin dan usia gestasi terhadap hasil kultur (Kayange.,2010). Penelitian deskriptif yang dilakukan oleh Masood dkk (2011) tentang spektrum klinis pada sepsis neonatal menunjukkan bahwa perdarahan adalah salah satu gejala klinis yang didapatkan pada bayi yang terbukti mengalami bacterial sepsis (Masood., 2011). Pada penelitian ini, frekuensi kejadian hasil kultur (+) pada bayi yang mengalami perdarahan (83,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak mengalami perdarahan (36,9%) dengan nilai p <0,05. Nilai crude odds ratio (COR) = 8,5 dengan interval kepercayaan 95% (3,201-22,827) yang berarti bahwa bayi yang mengalami perdarahan mempunyai kemungkinan mengalami bakteremia 8,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengalami perdarahan. Setelah dilakukan uji statistik selanjutnya dengan analisis multivariat, perdarahan tetap menjadi faktor prediktor dengan nilai AOR = 6,3, yang berarti bayi dengan perdarahan mempunyai kemungkinan mengalami bakteremia 6,3 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mengalami perdarahan. Hal ini dihubungkan dengan kerusakan endotel vaskuler, trombositopenia. Penelitian yang dilakukan oleh Anwer dkk menunjukkan bahwa trombositopenia terjadi pada 52% bayi yang mengalami sepsis (Anwer dkk.,2000), trombosit juga dipercaya berperan aktif dalam sistem pertahanan tubuh dengan kemampuannya untuk menghasilkan radikal bebas dan molekul oksidatif jika diaktivasi (Alshorman dkk., 2008). Perdarahan pada sepsis juga dapat disebabkan oleh DIC yang merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap mortalitas sepsis neonatal (Selim.,2005). Frekuensi kejadian hasil kultur (+) pada kelompok bayi yang mengalami pemanjangan CRT (88%) lebih tinggi daripada frekuensi kejadian hasil kultur (+) pada kelompok bayi 7

8 dengan CRT normal (41,1%). Nilai crude odds ratio (COR) = 10,5 dengan interval kepercayaan 95% (2,946-37,633) yang berarti bahwa bayi dengan pemanjangan CRT mempunyai kemungkinan mengalami bakteremia 10,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mempunyai CRT normal.setelah dilakukan uji statistik selanjutnya dengan analisis multivariat, pemanjangan CRT tetap menjadi faktor prediktor dengan nilai AOR = 14,8, yang berarti bahwa bayi dengan pemanjangan CRT mempunyai kemungkinan mengalami bakteremia 14,8 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang mempunyai CRT normal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Spector dkk yang menunjukkan bahwa penurunan perfusi berhubungan secara signifikan dengan hasil kultur (+) (Spector., 1981), demikian pula sebuah studi yang dilakukan oleh WHO yang dipublikasikan pada tahun 2003 yang mengidentifikasi pemanjangan CRT sebagai salah satu faktor yang dapat memprediksi bakteremia pada neonatus. Pemanjangan CRT menandakan perfusi ke jaringan perifer yang tidak adekuat, hal ini disebabkan oleh bakteri atau toksin yang dihasilkan akan mengaktivasi sistem imun dan menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yaitu sitokin, faktor yang mendepresi miokard, dan metabolit asam arakhidonat. Hal ini akan menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler, gangguan pada miokard, dan penurunan resistensi vaskuler. Selain itu, infeksi bakteri dapat menganggu sistem koagulasi, menyebabkan DIC sehingga terjadi oklusi vaskuler yang juga menyebabkan penurunan perfusi ke jaringan (Edmon., 2010, Stoll.,2008). Frekuensi kejadian hasil kultur (+) pada kelompok bayi yang mengalami penurunan ANC (66,67%) lebih tinggi daripada frekuensi kejadian hasil kultur (+) pada kelompok bayi dengan ANC normal (24,56%). Namun, setelah dilakukan uji statistik, didapatkan nilai p = 0,051 (p>0,05). Frekuensi kejadian hasil kultur (+) pada kelompok bayi yang mengalami peningkatan ANC (75,4%) lebih tinggi daripada frekuensi kejadian hasil kultur (+) pada kelompok bayi dengan ANC normal (24,56%),dengan nilai p<0,05. Nilai crude odds ratio (COR) = 9,4 dengan interval kepercayaan 95% (4,02-22,136) yang berarti bahwa bayi dengan ANC yang meningkat mempunyai kemungkinan mengalami bakteremia 9,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mempunyai ANC normal. Setelah dilakukan analisis multivariat, ANC yang meningkat tetap merupakan faktor prediktor dengan nilai AOR = 9,28, yang berarti bahwa bayi dengan ANC yang meningkat mempunyai kemungkinan mengalami bakteremia 9,28 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang mempunyai ANC normal. Terjadinya neutrophilia pada infeksi bakteri dimungkinkan oleh adanya aktivasi makrofag yang akan menghasilkan GM-CSF sehingga terjadi stimulasi granulopoiesis dan peningkatan jumlah netrofil ke sirkulasi untuk melakukan fagositosis. Hasil penelitian ini 8

9 sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhandari dkk menunjukkan bahwa ANC lebih tinggi pada bayi baru lahir yang mengalami sepsis dibandingkan yang tidak mengalami sepsis, namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Monroe dan Christensen yang melaporkan neutropenia pada neonatus yang mengalami infeksi bakteri (Melvan dkk, 2010 ; Bhandari, 2008), sedangkan Buch dkk menyatakan bahwa ANC hanya bermanfaat untuk menyingkirkan kemungkinan sepsis (Buch dkk., 2011), demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Swarnkar yang memperlihatkan bahwa neutropenia mempunyai nilai prediktif positive hingga 97% (Swarnkar., 2012) dan Hornik dkk yang menemukan bahwa neutropenia meningkatkan odds rasio terjadinya bakteremia (Hornik dkk.,2012). Adanya perbedaan kemaknaan nilai ANC ini kemungkinan dapat di sebabkan oleh perbedaan waktu pengambilan sampel darah mengingat waktu paruh neutrofil di sirkulasi sangat singkat yaitu sekitar 7-10 jam, jika pengambilan darah dilakukan saat awal penyakit, maka bisa jadi pengerahan netrofil dari sum-sum tulang ke sirkulasi masih berlangsung sehingga didapatkan netrophilia tetapi jika netrofil ini terus digunakan untuk fagositosis, maka lama kelamaan jumlah neutrofil di sirkulasi akan berkurang, sehingga dapat terjadi neutropenia. Selain itu, sampel pada penelitian ini pada umumnya merupakan bayi cukup bulan yang sudah memilki aktivitas granulopoiesis yang sudah lebih baik dibanding bayi kurang bulan. Jenis kuman penyebab juga menentukan kemungkinan neutropenia, neutropenia lebih sering terjadi pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif daripada yang disebabkan oleh bakteri gram positif (Wynn.,2010). Kekuatan penelitian ini adalah penelitian ini menggabungkan antara parameter klinis yang dapat diketahui dengan mudah dari pemeriksaan fisik dengan ANC yang merupakan jenis pemeriksaan laboratorium yang relatif murah, sehingga sangat membantu bagi penegakan diagnosis dan penatalaksanaan sepsis neonatal, khususnya di daerah-daerah dengan sarana penunjang yang minim dan tidak mempunyai fasilitas pemeriksaan kultur darah. Namun demikian, kejadian bakteremia atau tanpa bakteremia pada penelitian ini berdasarkan hasil kultur darah yang diperoleh dari laboratorium yang tidak menutup kemungkinan adanya hasil false positive maupun false negative. Kendala yang ditemukan pada penelitian ini adalah penelitian ini semata-mata menggunakan data yang telah ada dari rekam medis sehingga ditemukan beberapa kekurangan, yaitu data yang kurang lengkap atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini juga merupakan salah satu yang menyebabkan jumlah sampel kelompok bayi yang mempunyai ANC yang menurun sangat sedikit (6 sampel) sebab ada beberapa data dari rekam medis yang menunjukkan neutropenia tetapi tidak dapat diikutkan dalam analisis karena dokumen hasil kultur tidak ada. 9

10 KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa adanya manifestasi perdarahan, pemanjangan CRT dan ANC yang meningkat dapat dijadikan sebagai faktor yang dapat memprediksi adanya bakteremia pada sepsis neonatal. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu membuat dan menguji suatu sistem score untuk membantu diagnosis sepsis bakterial pada neonatus dengan memasukkan peningkatan ANC, pemanjangan CRT atau manifestasi perdarahan sebagai indikator. 10

11 DAFTAR PUSTAKA Alshorman, Abdallah., Maghayreh, M., Khriesat, W., Swedan, S. (2008). The effect of Neonatal Sepsis on Platelet Count and their Indices. Jordan Medical Journal. 42(2) : Anwer, Khurshid., Mustafa, Sulthan. (2000). Rapid Identification of neonatal sepsis. Journal of Pakistan Medical Association (online) Maret diunduh tanggal 15 Juli Available from: Bhandari, Vineet., Wang, Chao., Rinder, Christine. (2008). Hematologic profil of sepsis in neonates: neutrophil CD 64 as a Diagnostic Marker. Pediatrics Journal. 121 (1): Buch, A.C., Kumar, H., Jadhav, P.S. (2011). Evaluation of Haematological Profile in Early Diagnosis of Clinically Suspected Cases of neonatal Sepsis. International Journal of Basic and Applied Medical Sciences. 1 (1) : 1-6. Chacko, Betty., Sohi, Inderpreet. (2005). Early Neonatal Sepsis. Indian Journal of Pediatrics. 72 : Chiesa, Claudio., Panero, Alessandra.,Osbon, John., Simonetti, Antonella. (2004). Diagnosis of Neonatal Sepsis : A clinical and Laboratory Challenge. Clinical Chemistry, 50(2): Edmon, K., Zaidi,A.. (2010). New Approaches to Preventing, diagnosing, and Treating Neonatal Sepsis. PlosMedicine Journal. 7(3) :1-8. Hornik, C., Benjamin, D., Becker, K., Li, J., Clark, R. (2012). Use of The Complete Blood Cell Count in Early Onset Neonatal Sepsis. The Pediatric Infectious Disease Journal. 31(8) : Kayange, Neema., kamugisha, Erasmus., Mwizamhola, Damas.,Mshana, Stephen. (2010). Predictors of Positive Blood Culture and Deaths Among Neonates with Suspected Neonatal Sepsis in A tertiarry Hospital, Mwanza-Tanzania. BMC Pediatrics. 10 (39). Available from: Khinci, Y.R., Kumar, Anit., Yadav, Satish. (2010). Profil of Neonatal Sepsis. Journal of College of Medical Sciences-Nepal. 6 (pt2): 1-6 Lokeshwar, M.R., Shah, Nitin., Manglani, Mamta. (2003). Immunohematology of Neonatal Sepsis, (Online) diunduh tanggal 15 juli Available from: Masood, K., Butt, Naeem., Sharif, Saadia. (2011). Clinical Spectrum of early Onset neonatal sepsis. Annals.17: Melvan, Nicholas., bagby, Gregory. (2010). Neonatal Sepsis and Neutrophil Insufficiencies. International Review of Immunology, 29 (63) : Okascharoen, Chusak., Sirinavin, Sayomporn., Thakkinstin, Ammarin. (2005). A Bedside Prediction-Scoring Model for Late onset neonatal Sepsis. Journal of Perinatology, 25 : Sanker, Jeeva.,Agarwal, Ramesh., Deorari, Ashok K. (2008). Sepsis in the newborn. Indian Journal of pediatrics,75 (pt3) : Selim, T., Ghoneim, H., Khashaba, M. (2005). Plasma Soluble Fibrin Monomer Complex is A Usefull Predictor of Dissaminated Intravascular Coagulation in Neonatal Sepsis. Haematologica, the Hematology Journal. 90(3): Swarnkar, K., (2012). A Study of Early Onset Neonatal Sepsis With special Reference to Sepsis Screening Parameters in A Tertiary Care Centre of Rural India. The Internet Journal of Infectious Diseases.10(1). DOI : /2be5. Available from: 11

12 Spector,S., Ticknor, W., Grosssman, Moses. (1981). Study of the Usefulness of Clinical and hematological Findings in the Diagnosisog neonatal bacterial Infection, (Online) diunduh tanggal 20 Juli Available from: Stoll, Barbara Infection of The Neonatal infants. Nelson Textbook of Pediatrics. Saunders Elseviers. Philadelphia. Vergagno, S., Sharland, M., kazembe, P., Mwansambo, C. (2004). Neonatal Sepsis : An International Perspective, Archive of Disease in Childhood, BMJ.90(3) : Wynn, L james., Wong, R Hector. (2010). Pathophysiology and Treatment of Septic Shock in Neonates. Clinical Perinatology, 37(2) :

13 Tabel 1. Karakteristik pasien berdasarkan hasil kultur Karakteristik pasien Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan Usia gestasi : Cukup bulan Kurang bulan Perdarahan : Ada Tidak ada CRT : Memanjang Normal ANC : Menurun Normal Meningkat Bakteremia (+) n (%) = 61(50,8) 34 (55,7) 27 (44,3) 51 (83,6) 10 (16,4) 30 (49,2) 31 (50,8) 22 (36,1) 39 (63,9) 4(6,6) 14(23) 43(70,5) Kelompok n = 120 Bakteremia (-) n (%) = 59(49,2) 40 (67,8) 19 (32,2) 47 (79,7) 12 (20,3) 6 (10,2) 53 (89,8) 3 (5,1) 56 (94,9) 2 (3,4) 43(72,9) 14(23,7) Tabel 2. Analisis bivariate variabel yang diteliti Hasil Kultur P OR 95% CI Variabel yang diteliti Positif (+) Negatif (-) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia gestasi Cukup bulan Kurang bulan Perdarahan Ada Tidak ada CRT Memanjang Normal Penurunan ANC Menurun Normal Peningkatan ANC Meningkat Normal Tabel 3. Analisis multivariat 34 (45,9%) 27 (58,7%) 51 (52%) 10 (45,5%) 30 (83,3%) 31 (36,9%) 22 (88%) 39 (41,1%) 4 (66,67%) 14 (24,56%) 43 (75,4%) 14 (24,56%) 40 (54,1%) 19 (41,3%) 47 (48%) 12 (54,5%) 6 (16,7%) 53 (63,1%) 3 (12%) 56 (58,9%) 2 (33,33%) 43 (75,44%) 14 (24,6%) 43 (75,44%) 0,174 0,577 0,000 8,5 3,2-22,83 0,000 10,5 2,95-37,63 0,051 0,000 9,43 4,02-22,136 Variabel B S.E df Sig. Exp(B) 95% CI Perdarahan 2,696 0, ,002 6,313 2,004-19,884 CRT 1,843 0, ,000 14,815 3,397-64,621 ANC Meningkat 2,228 0, ,000 9,282 3,439-25,052 B=koefisien regresi E=Standar error Exp(B)=Adjust Odds Rasio 13

14 14

ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT AS A PREDICTOR OF EARLY ONSET NEONATAL SEPSIS

ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT AS A PREDICTOR OF EARLY ONSET NEONATAL SEPSIS ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT AS A PREDICTOR OF EARLY ONSET NEONATAL SEPSIS Hijrah Harmansyah, Ema Alasiry, Dasril Daud Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun dari mikroorganisme di dalam darah dan munculnya manifestasi klinis yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang/FK Universitas Diponegoro, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RS dr. Kariadi/ FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Rawat inap ulang merupakan masalah kesehatan yang penting. Hal ini disebabkan karena morbiditas yang bermakna dan mempengaruhi pembiayaan kesehatan yang meningkat.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian telah dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP dr. Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons tubuh terhadap invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan endotoksin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, 2,8 juta kematian neonatus terjadi secara global. Penurunan angka mortalitas neonatus menurun

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan terapi intensive. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat penelitian Tempat penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak subbagian Perinatologi dan Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori. digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER ABSTRAK UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER Aisyah Mulqiah, 2016 Pembimbing I Pembimbing II : dr. Penny

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 16 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori Patogenesis Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik serta perinatologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan epidemiologi klinik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi virus dengue maupun demam berdarah dengue (DBD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi virus dengue maupun demam berdarah dengue (DBD) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi virus dengue maupun demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan global. Dalam tiga dekade terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit di

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GISELA

Lebih terperinci

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014. HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 Oleh : PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian

Lebih terperinci

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

TROMBOSITOPENIA SEBAGAI FAKTOR PROGNOSTIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DIPERAWATAN INTENSIF

TROMBOSITOPENIA SEBAGAI FAKTOR PROGNOSTIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DIPERAWATAN INTENSIF TROMBOSITOPENIA SEBAGAI FAKTOR PROGNOSTIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DIPERAWATAN INTENSIF THROMBOCYTOPENIA AS PROGNOSTIC MARKER IN PATIENTS ADMITTED IN PICU Andi Rismawaty Darma, Idham Jaya Ganda, Dasril

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 36 pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan kelompok

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG Enderia Sari 1), Mardalena 2) 1)2) Enderia Sari,Stikes Muhammadiyah Pelembang, Email : Enderia_sari@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia adalah keberadaan bakteri pada darah yang dapat mengakibatkan sepsis (Tiflah, 2006). Sepsis merupakan infeksi yang berpotensi mengancam jiwa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. 3.2. Waktu dan tempat Penelitian dilakukan di Departemen

Lebih terperinci

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara global, sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatorum, yaitu 40 % dari kematian balita di dunia dengan kematian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepsis adalah penyakit sistemik disebabkan penyebaran mikroba atau toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti disfungsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak 3.. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian akan dilaksanakan di Bangsal Anak RS. Dr. Kariadi

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap tahun terdapat 5 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupannya, dengan 98% kematian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Deteksi dini bakteremia memfasilitasi inisiasi terapi antimikroba, mengurangi morbiditas dan mortalitas, dan mengurangi biaya kesehatan hal ini menjadi tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi / FK UNDIP Semarang. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

KORELASI KADAR SERUM PROCALSITONIN DENGAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DENGAN KECURIGAAN SEPSIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE FEBRUARI JUNI 2016

KORELASI KADAR SERUM PROCALSITONIN DENGAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DENGAN KECURIGAAN SEPSIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE FEBRUARI JUNI 2016 KORELASI KADAR SERUM PROCALSITONIN DENGAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DENGAN KECURIGAAN SEPSIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE FEBRUARI JUNI 2016 Lembar Persetujuan Pembimbing SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke masih menjadi perhatian dunia karena angka kematiannya yang tinggi dan kecacatan fisik yang ditimbulkannya. Berdasarkan data WHO, Stroke menjadi pembunuh nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIKA ERNAWATI G0011172 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di intensive care unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% pada 28 hari pertama

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak dengan mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Lansia (Lanjut usia) adalah sekelompok orang dengan usia lanjut yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross-sectional terhadap data sekunder berupa rekam

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross-sectional terhadap data sekunder berupa rekam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional terhadap data sekunder berupa rekam medis yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta pada bulan Februari tahun 2016. Subyek penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PREVALENSI DAN MORTALITAS PADA ANAK-ANAK AKIBAT DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI 2006 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2006 Dharma Indraprasta, 2007; Pembimbing: H. Tisna

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Sepsis neonatorum merupakan penyebab

Sepsis neonatorum merupakan penyebab Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 8, No. Vol. 2, September 8, No. 2, 2006: September 122-2006 126 Pola Kuman, Sensitifitas Antibiotik dan Risiko Kematian oleh Kuman Staphylococcus coagulase Negatif pada

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Anak

Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Anak Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Dengue Sindrom (DSS) pada Anak 1 Ryanka R, 2 Trusda SAD, 3 Yuniarti L 1 Pedidikan Dokter,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisme Multidrug-Resistant (MDR) didefinisikan sebagai organisme yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang dilakukan di Paris, didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penurunan berat badan neonatus pada hari-hari pertama sering menjadi kekhawatiran tersendiri bagi ibu. Padahal, hal ini merupakan suatu proses penyesuaian fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, patogen yang umum dijumpai adalah Streptococcus pneumoniae dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, patogen yang umum dijumpai adalah Streptococcus pneumoniae dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi jaringan parenkim paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Dari beberapa jenis patogen tersebut, patogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhage Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional mengenai hubungan karakteristik demografis dan profil keluarga dengan penyakit infeksi di Klinik Dokter

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab terbanyak cedera

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom respons inflamasi sistemik atau yang lebih dikenal dengan istilah systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons inflamasi tubuh yang

Lebih terperinci

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Inayati* Bagian Mikrobiologi Fakuktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014

BAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Pengambilan

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN TERJADINYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN TERJADINYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN TERJADINYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DANNY INDRAWARMAN J500070078 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi sistem saraf pusat merupakan penyakit. yang menjadi perhatian dunia dan penyebab yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi sistem saraf pusat merupakan penyakit. yang menjadi perhatian dunia dan penyebab yang penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi sistem saraf pusat merupakan penyakit yang menjadi perhatian dunia dan penyebab yang penting dalam morbiditas dan mortalitas (Krcmery, 2007 cited in Michiori

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Umur * CD4 + Crosstabulation cd4 1-49 50-99 100-149 Total umur 35 Count 3 4 2 9 Expected Count 4.5 3.0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci