PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Globalisasi menuntut kemajuan di berbagai bidang. Kemajuan negara secara fisik seperti pembangunan fasilitas harus diimbangi dengan kemajuan intelektual. Perkembangan yang pesat pada bidang teknologi informasi dan ilmu pengetahuan saat ini sangat memudahkan setiap aspek kehidupan. Kondisi setiap aspek kehidupan tersebut akhirnya berusaha untuk memanfaatkan media informasi. Media informasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu media elektronik dan media cetak. Media elektronik dapat berupa e-book, internet, TV, radio, atau lainnya. Sedangkan media cetak diantaranya adalah koran, majalah, tabloid, dan buku. Ironisnya terdapat suatu fakta bahwa di Indonesia terdapat suatu tindakan ilegal atas perbanyakan media informasi ini, yaitu pembajakan. Regulasi buku yang diatur oleh pemerintah menghadapi beberapa kendala. Pertama, data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2003 menggambarkan minat baca bangsa Indonesia bahwa penduduk Indonesia berumur di atas 15 tahun yang membaca koran pada hari Minggu sebanyak 55,11 persen. Pembaca majalah atau tabloid 29,22 persen, buku cerita 16,72 persen, buku pelajaran sekolah 44,28 persen, dan yang membaca buku ilmu pengetahuan lainnya 21,07 persen (Anonimous 2008a). UNDP (2005) menyebutkan indeks baca di Indonesia ada pada tingkat 96. Kedua, pertumbuhan industri percetakan di Indonesia per tahun meningkat. Saat ini terdapat sebanyak industri cetak. Namun, kondisi tersebut masih dirasakan sangat tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain. China minimal memiliki industri cetak, sedangkan Italia industri (Anonimous 2008b). Ketiga, ketersediaan buku-buku di Indonesia juga sangat terbatas. Penerbit Indonesia setidaknya mampu menghasilkan 36 juta eksemplar, dan 12 ribu di antaranya adalah buku-buku baru. Secara kuantitas jumlah tersebut tergolong besar, namun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa lebih, angka tersebut masih sangat memprihatinkan. Jika jumlah banyaknya buku dibandingkan dengan jumlah penduduk sebagai pembaca, maka satu buku dikonsumsi oleh 6-7 orang pertahun (Sinaro 2008).

2 2 Hak cipta merupakan bagian yang terbesar dari Hak Kekayaan Intelektual atau Intellectual Property Rights. Pelanggaran hak cipta yang kerap terjadi di Indonesia antara lain adalah pembajakan buku. Belakangan ini pelanggaran atas karya cipta dalam penerbitan semakin marak dan telah mengakibatkan masyarakat perbukuan tidak lagi mendapatkan perlakuan yang layak. Hal ini dapat dilihat dari produk bajakan yang diedarkan secara terbuka tanpa adanya rasa ketakutan melanggar hukum undang-undang hak cipta yang telah diberlakukan. Seiring dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, maka sudah sewajarnya masyarakat mengetahui tentang hak karya orang lain. Hak ini harus dihormati secara moral dan diberikan imbalan yang layak secara ekonomi. Budaya masyarakat yang cenderung lebih mementingkan harga daripada mutu dan kualitas buku-buku yang mereka konsumsi masih mewarnai sebagian masyarakat di Indonesia. Hal ini dikarenakan rasa kepedulian masyarakat yang rendah. Berbagai jenis buku yang banyak dibajak diantaranya adalah kamus, buku teks pelajaran dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, novel, dan komik. Omset penjualan buku bajakan diperkirakan mencapai 10,0 persen dari omset penjualan buku asli. Buku yang paling banyak dibajak adalah jenis kamus (20,0%) dan buku teks perguruan tinggi (10,0%) (Anonimous 2008b). Buku yang diperoleh dari Tim Penanggulangan Masalah Pembajakan Buku (PMPB) Ikapi dalam razia buku bajakan lebih dari buku dengan 8 judul sebagai barang bukti pada tahun Selain itu, disita mesin potong kertas dan mesin bending (Harry 2008). Salah satu tempat pemasaran buku bajakan yang paling potensial dan menguntungkan para pembajak buku adalah perguruan tinggi. Mahasiswa merupakan target yang dapat dipilih sebagai konsumen. Kebutuhan akan buku untuk mencari sumber informasi dan ilmu dijadikan alasan utama sebagai penunjang kuliah. Selain keterbatasan dari peredaran buku asli, buku asli yang dicari biasanya memiliki harga yang cukup mahal. Mereka cenderung memilih buku bajakan sebagai alternatif untuk memiliki buku tersebut. Buku bajakan memiliki cetakan yang hampir serupa buku asli dengan harga yang lebih murah. Hal ini dikarenakan mereka sudah cukup dewasa sehingga dapat mengambil

3 3 keputusan sendiri baik dari pengaruh internal maupun eksternal sesuai dengan control belief yang ia miliki. Padahal mereka seharusnya cukup menyadari bahwa hal tersebut merupakan hal yang bertentangan dengan hak moral dan hak cipta. Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi besar di Indonesia. Mahasiswa IPB mencapai orang merupakan jumlah besar yang mencakup mahasiswa mayor minor. Pada tahun ajaran IPB menerapkan sistem mayor minor dengan harapan mahasiswa mampu memiliki bidang ilmu yang lebih luas selain pengetahuan mengenai bidang mayor, juga dilengkapi pengetahuan di bidang minor atau supporting course. Sistem pembelajaran mayor minor merupakan sistem kurikulum berbasis kompetensi yang bertujuan untuk memperluas wawasan. Keadaan tersebut menuntut mahasiswa untuk lebih aktif dalam memperoleh informasi dan ilmu, baik secara akademik formal atau nonformal. Kebutuhan akan kelengkapan media informasi seperti buku, sangat mendukung pembelajaran mahasiswa. Namun pada kenyataannya kebutuhan kepemilikan buku belum terpenuhi. Hal ini disebabkan oleh harga buku yang mahal atau sulit menemukan yang asli karena peredarannya terbatas atau tidak diterbitkan lagi. Ini merupakan kesempatan bagi pihak yang menjadikan celah untuk memberikan alternatif solusi, yaitu buku bajakan. Penjual buku bajakan menawarkan buku relatif lebih murah. Perumusan Masalah Buku bajakan yang beredar di Indonesia adalah buku pelajaran, novel, ataupun hiburan. IPB Dramaga memiliki potensi lokasi menjual buku bajakan yang strategis. Terdapat 5 lokasi penjualan buku bajakan di sekitar kampus IPB, diantaranya adalah pedagang kaki lima di Stevia Faperta dan lainnya di Babakan Raya. Pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap pembelian buku bajakan terkait dengan kebutuhan mahasiswa untuk memperoleh sumber buku penunjang kuliah mempengaruhi perilaku membeli buku bajakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kebiasaan mahasiswa dalam membaca dan membeli buku? 2. Bagaimanakah pengetahuan mahasiswa terhadap buku bajakan? 3. Bagaimanakah sikap mahasiswa terhadap buku bajakan?

4 4 4. Bagaimanakah perilaku membeli buku bajakan oleh mahasiswa? 5. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap sikap mahasiswa mengenai buku bajakan? 6. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap perilaku mahasiswa dalam membeli buku bajakan? Tujuan Penelitian Tujuan umum: Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku membeli buku bajakan pada mahasiswa IPB. Tujuan khusus: 1. Mengetahui kebiasaan mahasiswa dalam membaca dan membeli buku 2. Menganalisis pengetahuan mahasiswa terhadap buku bajakan 3. Menganalisis sikap mahasiswa terhadap buku bajakan 4. Menganalisis perilaku pembelian buku bajakan oleh mahasiswa 5. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap mahasiswa mengenai buku bajakan 6. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku mahasiswa dalam membeli buku bajakan Manfaat Penelitian Harapan penelitian ini bermanfaat bagi: 1. Penulis dapat dijadikan sebagai evaluasi diri dan mampu menghargai hak cipta atas karya tulis oranglain serta dijadikan media untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengamati, mempelajari, serta menganalisa permasalahan yang dihadapi sesuai dengan disiplin ilmu yang diperoleh. 2. Mahasiswa diharapkan dapat mempertimbangkan pembelian buku bajakan sebagai pelanggaran hak cipta dan nilai moral untuk dapat lebih menghargai karya.

5 5 3. IPB mampu meningkatkan pelayanan di bidang kepustakaan dengan menambah koleksi buku yang dibutuhkan mahasiswa. 4. Ikapi dan penerbit (produsen) diharapkan mampu untuk mengatur regulasi dan distribusi buku dengan segala kemudahan untuk memperoleh buku. 5. Pemerintah dapat menegaskan kebijakan mengenai buku bajakan dan pemberantasannya. Selain itu, dengan adanya informasi ini Pemerintah dapat bekerja sebagai partner dengan lembaga terkait dalam mencapai tujuan bersama untuk mendukung mencerdaskan masyarakat menjadi lebih terdidik, terpelajar, kompeten, produktif, dan berdaya beli lebih tinggi.