PEMAHAMAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DENGAN INDIKATOR UNDERSTANDING BY DESIGN (UbD) PADA TOPIK FISIOLOGI TUMBUHAN
|
|
- Iwan Surya Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMAHAMAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DENGAN INDIKATOR UNDERSTANDING BY DESIGN (UbD) PADA TOPIK FISIOLOGI TUMBUHAN Ria Yulia Gloria 1, Sudarmin 2, Wiyanto 3, Dyah Rini Indriyanti 4 1 IAIN Syekh Nurjati Cirebon riyulgloria@gmail.com 2 UNNES, Kampus Sekaran Gunung Pati Semarang darsudarmin@yahoo.com 3 UNNES, Kampus Sekaran Gunung Pati Semarang wiyanto_fis@yahoo.com 4 UNNES, Kampus Sekaran Gunung Pati Semarang dyahrini36@gmail.com ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui pemahaman yang dimiliki oleh mahasiswa calon guru Biologi. Mahasiswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester tujuh berjumlah 40 orang yang sudah mendapatkan mata kuliah Fisiologi Tumbuhan pada semester sebelumnya. Pengambilan data dilakukan melalui tes soal yang memuat soal pemahaman dengan indikator Understanding by Design (UbD) menurut Wigins (2000). Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan cara memberikan soal Fisiologi Tumbuhan yang memuat enam aspek pemahaman yang terdiri dari menjelaskan, menginterpretasikan, mengaplikasikan, perspektif, empati, dan memiliki pengetahuan diri. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada mahasiswa yang memiliki pemahaman yang buruk setelah mendapatkan mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Sebesar 52% mahasiswa memiliki pemahaman pada kriteria sedang, 40% pada kriteria baik, dan 8 % termasuk pada kriteria sangat baik. Dari enam aspek pemahaman yang dianalisis, aspek mampu mengaplikasikan paling dikuasai oleh mahasiswa, yaitu 27 %. Sedangkan aspek pemahaman yang paling sedikit dikuasai oleh mahasiswa adalah aspek pengetahuan diri, yaitu 5%. Keywords:. Pemahaman, Understanding by Design 1. PENDAHULUAN Salah satu ciri keberhasilan dari suatu pembelajaran adalah tercapainya pemahaman dari seluruh peserta didik. Apakah yang dimaksud dengan pemahaman dan mengapa ia menjadi begitu penting? Menurut Bierce (1906) dalam Wiggins (2012b), pendidikan adalah sesuatu yang mengungkapkan ke arah kebijaksanaan dan menyamarkan dari kebodohan mereka yang kurang paham. The Cake Bible (1988) dalam Wiggins (1998) mengatakan jika memanggang tanpa adanya pemahaman tentang bahan-bahan dan tidak memahami bagaimana mengerjakannya, hal ini sama dengan memanggang dengan mata tertutup. Bransford, et al. (2000), menyatakan bahwa manusia belajar dengan pemahaman dari pada dengan mengingat sekumpulan fakta atau seperangkat prosedur. Makna pemahaman memuat banyak kriteria yang harus diperhatikan. Pemahaman berbeda dengan pengetahuan, meskipun banyak yang menganggap keduanya tanpa perbedaan. Pengetahuan hanya mengatakan sebuah fakta, sedangkan pemahaman selain dapat menyebutkan faktanya tetapi juga dapat memahami maknanya. Sebagai contoh pada 1248
2 topik Fotosintesis pada mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, mahasiswa yang mampu menyebutkan reaksi proses fotosintesis, artinya dia sudah mengetahui. Sedangkan mahasiswa dapat dikatakan memahami jika dapat menjelaskan apa fungsi air, CO2, klorofil, dan sinar matahari kaitannya dengan proses fotosintesis. Dengan demikian memahami lebih bersifat luas dan mendalam dibandingkan dengan sekedar mengetahui. Beberapa pendapat mengenai pemahaman memperkuat pentingnya untuk memiliki dan dapat mengembangkan pemahaman. Pendapat Gardner (1991), pemahaman interpersonal membutuhkan pengertian tak ternyatakan tetapi sangat nyata, gaya berbeda. Piaget (1973), pemahaman siswa mengungkapkan dirinya dengan melalui inovasi siswa didalam aplikasi. Gadamer (1994), memahami dimulai ketika sesuatu mengarah kepada diri sendiri, merupakan pemahaman diri. Wiggins (2012), memberi pengertian mengenai pemahaman, yaitu pemahaman mengacu pada sesuatu yang dapat ditransferkan yang memiliki ide-ide besar dan memiliki nilai abadi di balik topik tertentu. Wiggins juga membedakan dengan jelas antara pemahaman dan pengetahuan, yang keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Tabel 1. Memperlihatkan perbedaan mendasar dari pengetahuan dan pemahaman. Tabel 1. Perbedaan pengetahuan dengan pemahaman Pengetahuan Pemahaman Fakta Isi dari fakta yang koheren Klaim diverifikasi yang Makna dari fakta tori yang menyediakan koheren dan makna dari fakta tersebut Teori dalam proses, yang bisa menjadi keliru Benar atau salah Keadaan dari tingkatan atau Saya tahu sesuatu mungkin benar Saya menanggapi petunjuk dengan apa yang saya ketahui kecanggihan Saya faham mengapa ini, dan yang menjadikannya pengetahuan Saya menilai kapan waktu dan tidaknya dalam menggunakan apa yang saya ketahui Pemahaman dari desain terbalik atau Understanding by Design (UbD) menurut Wiggins (2012a) terdiri dari enam aspek yaitu menjelaskan, menginterpretasikan, mengaplikasi, perspektif, empati, dan memiliki pengetahuan diri. Menjelaskan berarti mahasiswa memiliki kemampuan menggeneralisasi, menjelaskan fakta dan fenomena, menyediakan data, dan memiliki wawasan yang kredibel. Menginterpretasi berarti mahasiswa mampu menceritakan cerita bermakna, menguraikan catatan yang jelas dari catatan yang kompleks, memberi dimensi historis atau pribadi, dan dapat mengungkap ide atau peristiwa. Mengaplikasi berarti mahasiswa dapat menerapkan sesuatu dengan cara efektif, dan dapat menerapkan apa yang sudah diketahuinya. Perspektif artinya mahasiswa dapat melihat dan mendengar dari sudut pandang orang lain, dapat menyimpulkan asumsi diatas ide dan teori, dan bersikap kritis. Berempati artinya mahasiswa dapat menemukan nilai dari yang dianggap aneh atau asing. Memiliki pengetahuan diri berarti menunjukkan kesadaran metakognitif, menerima masukan dan kritik tapa defensif. Mata kuliah Fisiologi Tumbuhan adalah mata kuliah yang termasuk kedalam kelompok mata kuliah yang sulit dipahami. Konsep-konsep yang dipelajari pada perkuliahan Fisiologi Tumbuhan memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Salah satu dari keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah pemahaman. Oleh karena itu perlu untuk mengetahui bagaimana pemahaman yang dimiliki oleh 1249
3 mahasiswa calon guru. Maka tujuan utama dari penelitian ini adalah mencari informasi mengenai tingkat pemahaman yang dimiliki oleh mahasiswa calon guru Biologi. Aspek pemahaman apa yang paling dikuasai oleh mahasiswa, dan aspek pemahaman apa yang kurang dimiliki. 2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian survey yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Penelitian survey merupakan prosedur dalam penelitian kuantitatif dimana peneliti mengadministrasikan survey pada suatu sampel atau pada seluruh populasi untuk mendeskripsikan ciri yang ingin diketahui (Creswell, 2015 ; Creswell, 2014). Jumlah partisipan pada penelitian ini sebanyak 40 mahasiswa, yang sudah mendapatkan mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Partisipan mendapat pembelajaran pada perkuliahan Fisiologi Tumbuhan dengan bermacam metode dan model pembelajaran. Pembelajaran yang diterima meliputi teori dan praktikum. Untuk memperoleh data mengenai pemahaman mahasiswa, digunakan instrumen berupa soal Fisiologi Tumbuhan sebanyak 30 item soal. Indikator pemahaman yang digunakan adalah indikator pemahaman menurut Wigins (2012a), yang terdiri dari enam aspek. Enam aspek pemahaman yang ingin diketahui adalah menjelaskan, menginterpretasikan, mengaplikasikan, perspektif, berempati, dan memiliki pengetahuan diri. Soal Fisiologi Tumbuhan terdiri dari tiga topik yaitu topik biofisika, topik biokimia, dan topik biopertumbuhan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriftif, untuk menggambarkan bentuk pemahaman dari partisipan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemahaman Mahasiswa Calon Guru Biologi Tabel 2. menampilkan laporan hasil penelitian mengenai kriteria pemahaman yang diperoleh mahasiswa setelah mendapatkan tes pemahaman dengan enam aspek. Rata-rata mahasiswa setelah mereka mendapatkan mata kuliah fisiologi tumbuhan, tidak ada yang memiliki pemahaman yang buruk. Mahasiswa calon guru biologi memiliki pemahaman sedang dan baik, hanya 8% saja yang memiliki kriteria pemahaman sangat baik. Tabel 2. Kriteria Pemahaman Mahasiswa SKOR KRITERIA JUMLAH % 0-25 Buruk Sedang Baik Sangat baik 3 8 Pemahaman mahasiswa yang diperoleh berkaitan dengan topik perkuliahan yang sudah ditempuh. Topik perkuliahan yang kompleks dan sulit akan merangsang mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya, hal ini sesuai dengan teori belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural dimana pengetahuan tersebut akan diperoleh pada orang yang sedang belajar (Dahar, 2011). Pemahaman juga akan diperoleh karena proses berpikir yang dilakukan bersamaan dengan banyaknya informasi berupa pengetahuan yang diperoleh dan masuk kedalam otak (Tawil dan Liliasari, 2013). Model, strategi dan teknik pembelajaran yang disampaikan dosen saat mata kuliah fisiologi tumbuhan berlangsung, berpengaruh terhadap terbentuknya pemahaman mahasiswa. Karna pemahaman dan cara berpikir diperoleh dengan cara latihan yang terus menerus. B. Tingkat Pemahaman Mahasiswa Per Aspek Pemahaman. Pemahaman mahasiswa terdiri dari enam aspek, yaitu menjelaskan, menginterpretasi, mengaplikasi, perspektif, empati, dan memiliki pengetahuan mengenai diri sendiri. Gambar 1. Menampilkan perbedaan aspek pemahaman yang diperoleh mahasiswa setelah perkuliahan Fisiologi Tumbuhan. Dari keenam aspek tersebut 1250
4 sebagian besar mahasiswa memiliki aspek pemahaman menjelaskan (29%), sementara aspek pemahaman mengenal diri sendiri memiliki nilai terendah (5%). Kemampuan menjelaskan lebih banyak dikuasai oleh mahasiswa karena pada umumnya perkuliahan akan melatih mahasiswa untuk menjelaskan, misalnya dengan paparan teori yang diberikan dosen saat perkuliahan berlangsung, atau diskusi yang sering dilakukan oleh mahasiswa. Anderson dan Krathwohl (2010), proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem. Model ini dapat diturunkan dari teori sebagaimana sering terjadi dalam pembelajaran sains. Aspek pemahaman yang lainnya yang juga banyak dimiliki oleh mahasiswa yaitu aspek pemahaman mengaplikasikan, selisih presentasenya hanya 2% dibandingkan dengan aspek pemahaman menjelaskan. Hal ini membuktikan bahwa perkuliahan Fisiologi Tumbuhan yang bukan hanya perkuliahan teori tetapi juga terdapat kegiatan praktikum, epektif dalam membentuk pemahaman mahasiswa. Aspek pemahaman terendah yang diperoleh mahasiswa dalam penelitian ini adalah aspek pemahaman memiliki pengetahuan diri. Aspek pengetahuan diri kemungkinan sukar dibentuk karena topik perkuliahan lebih banyak memuat hal-hal yangberupa konsep, dan kurang bersifat kontekstual Ket: 1=Menjelaskan; 2=interpretasi; 3=aplikasi; 4=perspektif; 5=empati; 6=memiliki pengetahuan diri Gb 1. Grafik Tingkat Pemahaman Mahasiswa 5 C. Pemahaman Mahasiswa Per Aspek Pada Tiap Topik Fisiologi Tumbuhan. Tabel 3. Menampilkan kemampuan pemahaman mahasiswa calon guru biologi per aspek pada tiap topik. Aspek pemahaman empati merupakan aspek pemahaman yang paling besar terbentuk pada topik biokimia. Sedangkan pemahaman terendah adalah pada aspek memiliki pengetahuan diri, terutama pada topik biopertumbuhan. Dari ketiga topik yang diamati, aspek pemahaman yang terbesar rata-rata terdapat pada topik biokimia, kecuali aspek pemahaman perspektif. Tabel 3. Tingkat pemahaman mahasiswa per aspek tiap topik Aspek Topik pada Fisiologi Tumbuhan pemaham an Biofisi ka (%) Biokim ia (%) Biopertumbu han (%) Menjelask an 22,02 31,55 26,43 Interpreta si 36,54 39,42 24,04 Aplikasi 22,27 43,64 29,09 Perspekti f 39,73 30,14 30,14 Empati 36,67 58,33 5 Peng.diri 40,63 56,25 3,13 Gambar 2. memperlihatkan perbedaan kemampuan pemahaman per aspek untuk tiap topik. Pada grafik terlihat pemahaman untuk topik biokimia menonjol untuk tiap aspek pemahaman, hal ini menjelaskan topik biokimia dapat membentuk pemahaman lebih baik dibandingkan topik biofisika dan biopertumbuhan. Topik biokimia termasuk topik yang sulit pada perkuliahan Fisiologi Tumbuhan, oleh karena itu perlu keterampilan berpikir kritis agar mahasiswa dapat memahami konsep yang terdapat didalamnya. Dengan pemahaman mahasiswa seperti pada Gambar 2, maka konsep-konsep sulit pada topik biokimia akan dapat diatasi oleh mahasiswa. 1251
5 Aspek pemahaman pada topik biofisika dari masing-masing aspek tidak terlalu jauh berbeda, meskipun besarnya tidak ada yang melebihi aspek pemahaman pada topik biokimia. Dengan bentuk pemahaman seperti itu memungkinkan mahasiswa lebih mudah memahami konsep-konsep abstrak yang terdapat pada topik biofisika. Bentuk pemahaman pada topik biopertumbuhan, setiap aspek pemahaman memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Pada aspek menjelaskan biopertumbuhan memiliki persentase paling tinggi. Pada aspek aplikasi persentase biopertumbuhan hampir sama dengan topik biofisika, pada aspek perspektif keduanya sama besar, sedangkan pada aspek empati dan memiliki pengetahuan diri topik biopertumbuhan memiliki persentase yang terendah. Kemampuan pemahaman tiap mahasiswa dari setiap aspek yang berbeda di setiap topik. Data yang didapat dari penelitian ini penting diketahui sebagai informasi pada bagian pemahaman, yang mana mahasiswa sudah cukup baik dan pemahaman yang mana yang perlu ditingkatkan. Aspek pemahaman mengetahuin diri sendiri dan empati perlu ditingkatkan agar lebih baik, terutama untuk topik biopertumbuhan. Ket: 1=Menjelaskan; 2=interpretasi; 3=aplikasi; 4=perspektif; 5=empati; 6=memiliki pengetahuan diri Gb2. Grafik Pemahaman Mahasiswa per Aspek Pemahaman pada tiap topik 4. KESIMPULAN Kriteria pemahaman mahasiswa calon guru dengan indikator pemahaman dari Understandi by design (UbD) yang meliputi enam aspek pemahaman termasuk kedalam kriteria baik, sedang dan sangat baik. Diantara ketiganya kriteria sedang adalah yang paling dominan (52%). Tingkat Pemahaman Mahasiswa Per Aspek Pemahaman terbentuk beragam, aspek pemahaman paling dominan dimiliki mahasiswa, sedangkan aspek memiliki pengetahuan diri merupakan aspek pemahaman yang paling rendah dimiliki oleh mahasiswa. Pemahaman Mahasiswa Per Aspek Pada Tiap Topik Fisiologi Tumbuhan yang paling dominan adalah aspek pemahaman empati, dimana paling besar terbentuk pada topik biokimia (58,33%). Sedangkan yang terendah adalah pada aspek memiliki pengetahuan diri, yaitu pada topik biopertumbuhan (3,13%) 5. DAFTAR PUSTAKA Anderson, Lorin W., dan Krathwohl, David R. (2010). Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bransford, J., Brown, A., & Cocking, R. (Eds). (2000). How people learn: Brain, mind, experience, and school. Washington, DC: National Research Council. Creswell, J.W. (2015). Riset Pendidikan : Perencanaan Pelaksanaan dan Evaluasi Riset Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Creswell, J. W. (2014). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga Gadamer, H. (1994). Truth and Method. New York : Continuum. Gardner, H. (1991). The unschooled mind: How children think and how 1252
6 schools should teach. New York : Basic Books. Piaget, J. (1973). To Understanding to Invent: The future of education. New York: Grossman s Publishing Co. Tawil dan Liliasari (2013). Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makasar : Badan Penerbit UNM Wiggins, G dan McTighe, J. (2012a). Pengajaran Pemahaman melalui Desain. Jakarta : Indeks Wiggins, G dan McTighe, J. (2012b). Understanding by Design Framework. Alexandria USA : ASCD. [online] Tersedia: Wiggins, G dan McTighe, J. (1998). Understanding By Design (1 st ed.) Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development. 1253
PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM MEMBUAT PETA KONSEP PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA
PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM MEMBUAT PETA KONSEP PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA Ipin Aripin Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Majalengka Jln. KH. Abdul Halim
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Analisis Struktur Analisis struktur yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dilakukan pemecahan setiap aspek yang ada pada desain kegiatan laboratorium
Lebih terperinciPROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM MEMBUAT PETA KONSEP PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA
PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM MEMBUAT PETA KONSEP PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA Anda Juanda 1, dan Ipin Aripin 2. 1), 2) Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi IAIN Syekh
Lebih terperinciANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd. Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad***
ANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad*** * Dosen Jurusan Pend. Kimia FPMIPA UPI ** Dosen Sekolah
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN
PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN Rahma Widiantie 1, Lilis Lismaya 2 1,2 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan Email: rahmawidiantie@gmail.com
Lebih terperinciFAKULTAS EKONOMI UNNES
FAKULTAS EKONOMI UNNES MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP MANAJEMEN PEMASARAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN PETA KONSEP (MIND MAPPING) Endang Sutrasmawati 1 Sugiharto 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemahaman konsep sangat penting dimiliki oleh siswa SMP. Di dalam Permendikbud nomor 64 tahun 2013 telah disebutkan bahwa siswa memahami konsep berdasarkan
Lebih terperinciPENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU
PENGARUH PRBLEM SLVING LABRATRY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KNFLIK KGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KNSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU Sitti Hadija, Nurjannah dan Jusman Mansyur Khadijaamatullah221@yahoo.com Program
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal
Lebih terperinciTINGKAT BERPIKIR KOGNITIF MAHASISWA BERDASARKAN BENTUK PERTANYAAN PADA MATA KULIAH BIOLOGI UMUM
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 TINGKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan harus dapat mengarahkan peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan manusia terdidik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembelajaran yang sekarang ini diharapkan banyak diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri, sains, dan teknologi yang pesat di abad 21 membawa konsekuensi besar bagi kehidupan manusia. Manusia dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutu pendidikan dalam standar global merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pendidikan di negara kita. Indonesia telah mengikuti beberapa studi internasional,
Lebih terperinciDaftar Isi. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian B. Definisi Operasional C. Partisipan...
Daftar Isi Kata Pengantar... i Ucapan Terima Kasih... ii Abstrak... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian...
Lebih terperinciDESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA
DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA Sehat Simatupang, Togi Tampubolon dan Erniwati Halawa Jurusan Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika diharapkan memberikan pengalaman sains langsung kepada siswa untuk memahami fisika secara utuh,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Januari 2011
24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Januari 2011 tahun pelajaran 2010/2011 di SMP Negeri 1 Gading Rejo. B. Populasi dan Sampel Populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang cara-cara yang dapat digunakan untuk merancang rencana pembelajaran yang melatihkan literasi
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA
345 EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA Woro Sumarni, Soeprodjo, Krida Puji Rahayu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus
Lebih terperinciANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS
ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS Ani Rusilowati Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang email: rusilowati@yahoo.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh oleh rakyatnya. Maju atau tidaknya suatu bangsa juga dapat dilihat dari maju atau
Lebih terperinciPEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA
PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA Rianti Cahyani, Nuryani Y, Rustaman, Mulyati Arifin, Yeni Hendriani Universitas Pendidikan Indonesia, Jl.
Lebih terperinciDESKRIPSI KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN
47 DESKRIPSI KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN Titin FKIP Pendidikan Biologi Universitas Tanjungpura, Pontianak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam
Lebih terperinciANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH EVOLUSI DI UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH EVOLUSI DI UNIVERSITAS SULAWESI BARAT Jirana 1, Mohammad Amin 2, Endang Suarsini 3, Betty Lukiati 4 1 Program Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian mixed methods dengan disain embedded design, yaitu: model Embedded Experimental Model (Creswell dan Clark, 2007:7).
Lebih terperinciKEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI
KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Biologi Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh manusia semakin kompleks seiring dengan perkembangan jaman. Permasalahan tersebut muncul karena adanya interaksi antara manusia
Lebih terperinci2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di zaman serba modern seperti saat ini, manusia tidak bisa lepas dari pengaruh informasi yang dibangun oleh data-data matematis baik di kehidupan nyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riskan Qadar, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan metode agar tujuan pembelajaran tercapai dan saat ini berbagai metode pembelajaran telah digunakan. Metode pembelajaran ada yang berpusat pada guru
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN MODUL IPA 1 TERPADU BERDASARKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA 1) Abstrak
MODEL PENGEMBANGAN MODUL IPA 1 TERPADU BERDASARKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA 1) Oleh : Harto Nuroso 2) dan Joko Siswanto 3) Abstrak Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh kesesuaian tingkat berfikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum,
Lebih terperinciANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SPEKTRUM CAHAYA PADA SISWA SMA KELAS XII. Yeri Suhartin
ISSN : 2527 5917, Vol.2 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengembangkan Budaya Ilmiah dan Inovasi terbarukan dalam mendukung Sustainable Development Goals
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pemikir yang jauh lebih baik dari makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk pemikir yang jauh lebih baik dari makhluk hidup lainnya dituntut untuk dapat mengoptimalkan kemampuan bernalarnya agar dapat lulus hidup
Lebih terperinciPENILAIAN HASIL BELAJAR IPA
PENILAIAN HASIL BELAJAR IPA Makalah disusun untuk Lingkungan Terbatas FPMIPA & Program Pascasarjana Prof. Dr. Nuryani Y. Rustaman NIP 130780 132 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2003 1 PENILAIAN HASIL
Lebih terperinciJIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah
JIPFRI, Vol. 1 No. 2 Halaman: 83-87 November 2017 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan jumlah dan kategori ranah dari pertanyaan yang diajukan siswa adalah
Lebih terperinciEFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA Heizlan Muhammad, Tina Yunarti, Rini Asnawati Anheizlan@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING Testiana Deni Wijayatiningsih, Akhmad Fathurrahman, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Lebih terperinciPENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pada abad 21 menuntun masyarakat agar memiliki keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st Century Partnership Learning Framework (BSNP,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Populasi/Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi pelaksanaan penelitian yaitu di MA Negeri 1 Bandung yang beralamat di Jln. H. Alpi Cijerah Bandung. 3.1.2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era dengan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat, kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari matematika. menurut Steen (2001) bahwa abad ke-21
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION
391 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION Sri Wardani, Antonius Tri Widodo, Niken Eka Priyani Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciKEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI
Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI Jumarniati 1, Rio Fabrika Pasandaran 2, Achmad Riady 3 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPENGARUH AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI PERISTIWA ALAM DAN DAMPAKNYA. (Artikel) Oleh IMRON ROSADI
PENGARUH AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI PERISTIWA ALAM DAN DAMPAKNYA (Artikel) Oleh IMRON ROSADI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2014 PENGARUH
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY PADA PERKULIAHAN TAKSONOMI TUMBUHAN
3-022 MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY PADA PERKULIAHAN TAKSONOMI TUMBUHAN Andin Irsadi Jurusan Biologi FMIPA Unnes Gedung D6 Lt 1 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Email : andin_sha@yahoo.co.id
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PENERAPAN MODEL
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO
Sri Wardani, Pengembangan Keterampilan Proses Sains... 317 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO Sri Wardani Jurusan Kimia FMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri dari pengetahuan dan proses. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
Lebih terperinciPROFIL JENIS PERTANYAAN SISWA SMA BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI
PROFIL JENIS PERTANYAAN SISWA SMA BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI Lissa Universitas Wiralodra e-mail: lissa@unwir.ac.id p-issn: 2338-4387 e-issn: 2580-3247 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa lokasi di Kota Bandung. Pemilihan lokasi berdasarkan pada tempat pelaksanaan pendampingan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran biologi adalah siswa mampu menguasai konsep-konsep biologi yang telah dipelajarinya, kemudian siswa
Lebih terperinciPENGARUH PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY
PENGARUH PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN METODE PEER INSTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SUHU DAN KALOR PESERTA DIDIK KELAS X MA NEGERI 3 MALANG Amalia Diny, Kadim Masjkur, dan Sutarman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Analisis Struktur Desain Kegiatan Laboratorium () Analisis struktur yang dimaksud pada penelitian ini adalah analisis keberadaan dan kualitas dari lima
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. Sugiyono (2008:9) mengemukakan bahwa: metode kualitatif adalah metode yang berlandaskan
Lebih terperinciISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017
VEE DIAGRAM DIPADU CONCEPT MAP SEBAGAI ALAT KONSEPTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA Handayani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan handa_yani08@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciKEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN
KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN Abstrak Ana Ratna Wulan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Studi deskriptif telah dilakukan di Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu mata pelajaran dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Mengah Atas (SMA). Geografi juga masuk dalam mata pelajaran yang diujikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian
Lebih terperinciMENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN MEDIA WAYANGMATIKA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN MEDIA WAYANGMATIKA Dyah Tri Wahyuningtyas 5, Iskandar Ladamay 6 Abstract. This research aim to description about how using
Lebih terperinciEduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal
EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2085-1243 Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal 211-216 PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN MENGGUNAKAN PERCOBAAN SECARA INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
Lebih terperinciBAB I. teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan. ketajaman berpikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan ketajaman berpikir manusia. Perkembangan
Lebih terperinciKEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI Nuril Maghfiroh 1, Herawati Susilo 2, Abdul Gofur 3 Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No.
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMA PADA MATERI PENGUKURAN
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PENGARUH MODEL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian... 6 1.3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada bidang pengajaran, dikenal dengan istilah interaksi belajar-mengajar. pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di sekolah sangat erat kaitannya dengan istilah interaksi edukasi, maksudnya adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI THE STRUCTURE OF OBSERVED LEARNING OUTCOME PADA MATERI KONSEP LARUTAN PENYANGGA
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 ANALISIS
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR Nike Novianti 1, Sugiyanto 2, Sulur 3 Jurusan Fisika FMIPA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam kehidupan yang memerlukan penggunaan matematika untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk menghadapi berbagai tantangan, mampu memecahkan masalah yang dihadapi, mengambil keputusan
Lebih terperinciEconomic Education Analysis Journal
EEAJ 3 (3) (2014) Economic Education Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP VALUTA ASING SERTA HASIL
Lebih terperinciPenerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda
Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Lisna Selfi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi sains merupakan salah satu ranah studi Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Pada periode-periode awal penyelenggaraan, literasi sains belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan
Lebih terperinciNama : ARI WULANDARI NIM : Pokjar : Gantiwarno
Nama : ARI WULANDARI NIM : 836759945 Pokjar : Gantiwarno 1. Contoh pembelajaran yang saya gunakan menurut teori pada kelas bawah ( 1 ) : a. Teori PIAGET 1) Tahap Sensori Motor Pada tahap ini anak mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan
Lebih terperinciVol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:
KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMROSES INFORMASI PADA PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Kasus di SMA Negeri 8 Bandung) Annisa Setya Rini 1), Meilia Gemilawati 2), Dida Firgiawan 2),Adi Rahmat 3), Topik
Lebih terperinciPENERAPAN PRAKTIKUM BIOLOGI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN DI KELAS XI IPA MAN BUNTET PESANTREN CIREBON
PENERAPAN PRAKTIKUM BIOLOGI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN DI KELAS XI IPA MAN BUNTET PESANTREN CIREBON SKRIPSI HIKMAH SRI AFIYATI NIM. 07460893 KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
497 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA Sri Rahayu a, Antonius Tri Widodo b, Supartono b a SMA Negeri 1 Cirebon b Jurusan Kimia FMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trends In International Mathematics and Sciencel Study (TIMSS) adalah studi internasional tentang prestasi sains dan matematika siswa. Studi ini dikoordinasi
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 14 BONEGUNU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TGT
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENINGKATAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 14 BONEGUNU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TGT Farida
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP
1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP Nur Fitri, Bambang Hudiono, Dian Ahmad Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena yang berupa alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinci