KEPEN TINGAN PAKISTAN DALAM PENGEMBANGAN NUKLIR (PERIODE )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPEN TINGAN PAKISTAN DALAM PENGEMBANGAN NUKLIR (PERIODE )"

Transkripsi

1 KEPEN TINGAN PAKISTAN DALAM PENGEMBANGAN NUKLIR (PERIODE ) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh : Muammar PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 ABSTRAK Skripsi ini membahas permasalahan seputar Kepentingan Pakistan dalam Pengembangan Nuklir (Periode ). Skripsi ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara strategi nuklir yang diterapkan oleh Pakistan dalam upaya meraih ambisinya. Dengan menggunakan metode kualitatif, penulisan skripsi ini hanya menggunakan data sekunder yang ditelusuri melalui studi kepustakaan serta dikaji dengan menggunakan konsep Kepentingan Nasional, Security Dilemma dan teori Defense-Offense. Tulisan ini menguraikan sejarah yang melatarbelakangi konflik Kashmir yang disertai intervensi Pakistan dan India. Setelah ikut campur kedua negara tersebut, Konflik Kashmir semakin tak menentu. Wilayah Kashmir bahkan menjadi terbelah dimana sebagian dikuasai India sementara sisanya di bawah kendali Pakistan. Beberapa kali Pakistan dan India membicarakan penyelesaian atas sengketa Kashmir namun selalu mengalami jalan buntu. Bahkan, kedua negara sempat mengalami perang yang dilatari oleh isu tersebut yakni tahun 1947, 1965 dan Pakistan yang mengalami kekalahan atas perang tersebut mulai berpikir bahwa kepemilikan nuklir merupakan langkah strategis untuk dapat menekan New Delhi. Kepemilikan senjata nuklir Pakistan terbukti dapat memberikan potensi ancaman bagi India. Setelah kekalahan pada perang tahun 1971, praktis kedua negara hampir tidak pernah lagi terlibat dalam perang terbuka dengan skala besar. India malahan membujuk Pakistan agar selalu membicarakan solusi damai mengenai dinamika hubungan kedua negara. Dari analisa yang dipaparkan dalam skripsi ini, diketahui bahwa kepentingan Pakistan dalam mengembangkan nuklir memiliki tiga tujuan utama: Pertama, mempertahankan kedaulatan atas Wilayah Kashmir, Kedua, mengimbangi kekuatan India di Regional Asia Selatan dan Ketiga, internasionalisasi isu Kashmir. Kata Kunci : Kepentingan, Nuklir, Pakistan, India, Strategi, Keamanan, Rudal. v

6 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahman dan rahim-nya yang tidak pernah berhenti mengalir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kepentingan Pakistan dalam Pengembangan Nuklir (Periode ) Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua menjadi pribadi muslim yang berpengetahuan dan berperadaban. Terwujudnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Alm. Bapak H. Djamaluddin semoga diampuni dosa, dilapangkan kuburnya, diterima segala amal ibadah dan buat Mama Hj. Aisyah semoga selalu diberikan kesehatan serta diringi dengan kebajikan. Keduanya sebagai anugerah terbesar yang telah Allah berikan kepada nanda. Curahan cinta, kasih, dan sayang sejak nanda masih belum lahir hingga akhir hayat kalian adalah sekelumit alasan kenapa nanda harus menjadi seorang muslim yang berguna untuk agama dan bangsa. Rabbighfirly waliwalidayya warhamhumaa kama rabbayani soghira. 2. Keluarga besar di rumah. Kak Maghfirah, Bang Nurmiswari, Dek Mal dan Dek Kal yang tak pernah lelah menyertai nanda dengan semangat dan nasihat hingga sebagian besar impian penulis bisa tercapai untuk kini dan nanti. 3. Ibu Debbie Affianty, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing penulis dalam memahami permasalahan di dalam skripsi ini, meluangkan waktu untuk membaca, dan memberikan masukan yang cukup berarti, serta dengan penuh pengertian mau mendengarkan pandangan pribadi penulis sehingga proses penulisan skripsi ini menjadi sangat memorable bagi penulis pribadi. 4. Dosen dan Staff di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang selalu mendukung penulis dalam proses belajar maupun beraktualisasi diri diantaranya Bapak Teguh Santosa, MA, Bapak Kiki Rizky, Ph.D.,Bapak Adian Firnas, Bapak Agus Nilmada yang selalu membuka cakrawala pemikiran dan pemahaman penulis selama masa studi. Ibu Dina Affrianti, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang selalu ramah sekaligus jeli dalam memberi masukan. Serta terakhir, tak lengkap rasanya kalau tak saya sebutkan nama Bapak Jajang Saprijal yang selalu siap siaga memberikan reminder deadline, vi

7 membantu kelengkapan berkas dan selalu sepenuh hati melayani keperluan mahasiswa HI. 5. Teman-teman di jurusan HI terkhusus untuk Moka, Bayu, Fuad, Hendrik, ii, Yadi, Shobah, Fatih selaku teman kosan yang selalu berbagi cerita. Ichsan Dalimunthe, Reval, Hafiz Al-asad serta semua teman-teman HI Angkatan 2007 A maupun B. 6. Keluarga besar Himmah Bang Jamhur, Bang Andri, Adli, Bustamam, Furkon dan semuanya yang tidak memungkinkan disebut satu-persatu. Intinya, kalian adalah The Best Things that I have. Terima kasih sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada Alm Maera Puspita Sari yang semasa hidupnya selalu menyemangati penulis. Allahumma ghfirlahaa amiiin. 7. Keluarga besar Kompa Jaya Bang Deni, Hijrah, Fauzan, Arbi, Iqbal, Hedi dan semuanya yang selalu memiliki cita-cita perjuangan yang sama dengan penulis terkait membangun Aceh di masa yang akan datang. 8. Bona, Khaidir, Dian, Fikri, Nurul Huda, Irfan sebagai teman kecil yang selalu berbagi canda dan tawa. Serta keluarga besar Alumni Assalaam. Terima Kasih atas inspirasinya. Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Demikian, semoga skripsi ini bisa memberikan paradigma baru yang bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. Wassalamualaikum.Wr.Wb Jakarta, Juli 2014 Muammar vii

8 DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..1 B. Pertanyaan Masalah...10 C. Tujuan Penelitian...10 D. Tinjauan Pustaka E. Kerangka Pemikiran.. 12 F. Metode Penelitian..21 G.Sistematika Penulisan...23 BAB II : SEJARAH KASHMIR DAN KONFLIK INDIA-PAKISTAN 2.1 Wilayah Kashmir A. Kondisi Geografis. 24 B. Masyarakat Kashmir. 25 C. Awal Konflik Di Kashmir Perang India Pakistan A. Perang Tahun 1947 Dan B. Perang Tahun BAB III: STRATEGI KEBIJAKAN NUKLIR PAKISTAN 3.1 Sejarah Pembangunan Nuklir Pakistan A. Peranan Abdul Qadeer Khan Dalam Pengayaan Uranium...43 B. Pengembangan Senjata Misil Pakistan..48 C. Kerjasama Pakistan Dengan Cina Perkembangan Nuklir Pakistan-India ( ) A. Perkembangan Nuklir Pakistan. 55 B. Perkembangan Nuklir India..59 BAB IV : KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM MENGEMBANGKAN NUKLIR KAITANNYA DENGAN WILAYAH KASHMIR 4.1 Mempertahankan Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir Strategi Mengimbangi Kekuatan India Di Regional Asia Selatan Internasionalisasi Isu Kashmir. 75 viii

9 DAFTAR SINGKATAN PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa WGU Weapon Grade Uranium PDB Produk Domestik Bruto LoC Line of Control MBT Main Battle Tank PAEC Pakistan Atomic Energy Comision IAEC International Atomic Energy Comission ICBM Intercontinental Ballistic Missile NPT Non Prolifeation Treaty PINSTECH Pakistan Institute of Science and Technology KANUPP Karachi Nuclear Power Plant BNFL British Nuclear Fuels Limited SGN Saint-Gobain Techniques Nouvelles HEU High Enrichly Uranium UCN Ultra-Centrifuge Nederland ERL Engineering Research Laboratories HAM Hak Asasi Manusia SIPRI Stockholm International Peace Research Institute IPFM International Panel on fisi Material TNW Tactical Nuclear Weapon SPD Strategic Plans Division ix

10 DAFTAR TABEL Tabel 1 : Daftar Negara dengan Inventaris Hulu Ledak Nuklir..56 Tabel 2 : Potensi Kekuatan Nuklir Pakistan 57 Tabel 3 : Potensi Kekuatan Nuklir India.61 Tabel 4 : Perbandingan Militer Pakistan-India Tahun Taebl 5 : Hasil Tanaman Buah di Kashmir.70 x

11 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Skripsi ini akan berfokus menganalisa tentang kepentingan pengembangan nuklir Pakistan periode yang dijelaskan dengan perkembangan teknik nuklir dan kemampaun rudalnya serta beberapa tujuan yang hendak dicapai. India merupakan negara yang terletak di Benua Asia Bagian Selatan yang berbatasan dengan Laut Arab di penjuru Barat Daya, Teluk Benggala di Bagian Tenggara dan Samudera Hindia di Arah Selatan. 1 Perbatasan Utara India sebagian besar berbatasan dengan pegunungan Himalaya yang diapit oleh negara Cina dan Nepal, sementara di Ujung Barat berbatasan dengan Pakistan yang dipisah oleh Gurun Thar dan daratan Punjab. 2 Pakistan adalah negara yang terletak di ujung Laut Arab di Bagian Selatan, berbatasan dengan negara Afghanistan yang diapit oleh pegunungan Karakoram sebelah Utara serta berbatasan dengan India di penjuru Timur. 3 India dan Pakistan merupakan dua negara yang berselisih atas perebutan wilayah Kashmir yang masih berlangsung hingga kini. Kashmir sendiri adalah sebuah daerah yang memiliki luas kurang lebih Km, terletak di sub-kontinen Benua India Bagian Utara dan berbatasan dengan Pakistan di sebelah Barat yang dipisah oleh wilayah Kargil. 4 India menguasai Km dari wilayah Kashmir yang terdiri dari wilayah Ladakh, Jammu-Kashmir dan 1 India Yearbook 2007, Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Hal 2. 2 India Yearbook Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Hal diaksees pada 9 Juni Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004 Hal 25. 1

12 Lembah Kashmir dengan populasi penduduk pada tahun 2001 yaitu jiwa. 5 Sedangkan Pakistan menguasai dari wilayah Kashmir yang terdiri dari distrik Baltistan, Dartistan, Muzaffarabad, Nirpur dan Poonch dengan populasi penduduk sekitar jiwa. 6 Gambar 1 : Peta Pembagian Wilayah Kashmir 7 Demi mencapai ambisinya menguasai wilayah Kashmir, negara yang sama-sama pernah merasakan penjajahan Inggris itu rela mengerahkan semua upaya politik, hukum dan militer, termasuk menyiapkan strategi lebih ekstrim yaitu penggunaan senjata nuklir. 8 Sejak uji coba nuklir pertama dengan sandi Smiling Buddha pada 18 Mei 1974 di Pokhran, India telah memperlihatkan kemajuan teknologi nuklirnya yang signifikan. 5 Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Hal Ibid Hal Kronstadt, K. Alan. India: Domestic Issues, Strategic Dynamics, and US Relations. Congressional Research Service Report for Congress (1 September 2011). Halaman Juwono Sudarsono, Zainuddin Djafar, Fredy B.L Tobing Dkk, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa Depan, Pustaka Jaya, Jakarta, 1996.Hal 81. 2

13 Sebagai negara paling luas di Asia Selatan yang mencapai 3,287,590 km dengan populasi 1,104 miliar jiwa, India memegang peranan penting terhadap kestabilan keamanan kawasan Asia Selatan. 9 Negara yang masyarakatnya memiliki pendapatan 2,880 Dollar AS ini secara ekonomi berada di atas negara-negara tetangga di kawasan Asia Selatan. 10 Sementara Pakistan yang memiliki luas area 796,100,000 km dengan pendapatan rakyatnya rata-rata Dollar AS, 11 tentu menganggap bahwa India menjadi lawan yang tidak mudah untuk dihadapi. Apalagi, negara yang beribukota di New Delhi tersebut setiap tahun mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkontribusi pada tingkat belanja alat militer. 12. Keseriuasan India dalam menguatkan alat tempurnya terlihat dari belanja militer negara tersebut pada tahun 2010 yang menembus angka 31,9 Miliar Dollar AS, dengan persentasi peningkatan 54,3 persen dibanding tahun 2001 silam. 13 Alokasi anggaran pertahanan India berasal dari 2,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB) serta menempati urutan kelima sebagai negara yang cukup besar dalam kegiataan pendanaan kegiatan militer, termasuk pegembangan senjata nuklir. 14 Dalam politik internasional, eksistensi senjata nuklir merepresentasikan suatu alat untuk membuktikan kekuatan sebuah negara yang dapat menekan negara lainnya. 15 Nuklir dipercaya sebagai instrumen yang dapat meraih ambisi politik dan ekonomi maupun menyelesaikan 9 Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993 Hal Bradshaw Dkk, Contemporary World Regional Geography. McGraw-Hill, New York Hal Ibid Hal Robert E Looney, Defence Expenditures And Economics Performance In South Asia : Tests of Causality and Interdependence, Jurnal Conflict Management And Peace Science Vol 11 no Hal 8 13.Laxman Kumar Behera, India's Defence Budget :An Analysis, Journal of Defence Studies Vol 4 No Hal News.viva.co.id/news/read/ negara-asia-dengan-belanja-militer-terbesar Diakses pada 24 Agustus Devin T, Hagerty, The Consequences of Nuclear Proliferation, MIT Press, Washington,1998. Hal

14 sengketa atas suatu territorial. Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai negara yang pernah mengalami beberapa pengalaman buruk manakala berhadapan dengan India (khususnya perang tahun 1947, 1965 dan 1971), Pakistan di bawah pimpinan Presiden Zia-ul Haq mulai menganggap bahwa kepemilikan senjata nuklir merupakan strategi jitu untuk menekan India, khususnya dalam perebutan wilayah Kashmir. Dibandingkan Pakistan, India jelas memiliki kapabilitas militer yang lebih mumpuni. Pengalaman dan kekuatan konvensional militer India serta kemahiran dalam pengoperasian alat militer seperti tank perang, senapan otomatis, roket, mortir, granat dan sejumlah perlengkapan militer lainnya, tentu menjadi ancaman serius bagi Pakistan 16. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan bargaining position atas India, Pakistan terus berusaha meningkatkan kekuatan militernya, baik persenjataan konvensional maupun melalui strategi senjata nuklir. Strategi aliansi militer pasca Perang Dingin dianggap tidak relevan lagi dengan kondisi dan situasi keamanan internasional saat ini. Dalam rangka memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) konvensional, impor senjata adalah pilihan masuk akal dalam upaya perimbangan kekuatan lawan. 17 Sikap ini terlihat dari kerjasama Pakistan dengan beberapa negara seperti Cina di bidang militer dalam pembelian tank tipe Norinco 90-II yang kemudian diadopsi dalam bentuk tank Al Khalid MBT 2000 hasil buatan dalam negeri. 18 Diperkirakan hampir 60 persen alat persenjataan Pakistan berasal dari Cina. 19 Kerjasama bilateral antara Pakistan dan Cina sangat rutin dilakukan sebagai bentuk keseriusan Cina 16 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, Hal Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama Hal diakses pada 20 Agustus Daffri Agussalim dan Muhammad Fais Alfadh : Kekayaan Dan Supremasi Politik, Menguatnya Ancaman Konflik Terbuka Dalam Gelimang Globalisasi.Jurnal Verity Vol 3 No. 5 Januari-Juni Hal 11. 4

15 membantu Pakistan dalam mengembangkan persenjataanya. Ini merupakan lanjutan persaingan senjata antara Pakistan dengan India. Selain melengkapi diri dengan senjata konvensional, kedua negara yang bertikai akibat konflik historis itu kemudian mulai berlomba meningkatkan teknologi persenjataan nuklir sebagai sebuah strategi deterrence (penangkalan). Teknologi nuklir selama periode Perang Dingin dan setelahnya cenderung berfungsi sebagai pencegah yang dapat menahan satu pihak dengan pihak lainnya untuk tidak saling menyerang. 20 Bagi kedua negara, perjuangan menguasai tanah Kashmir menjadi agenda utama yang tertuang dalam sejumlah kebijakan luar negeri, tak terkecuali dengan perlombaan adu kekuatan nuklir. 21 Pakistan yang memulai pembangunan proyek nuklir tahun 1956 melalui Pakistan Atomic Energy Commission (PAEC) mendapat kucuran dana atas Atoms for Peace Proposal inisiasi Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower, mengikuti jejak India yang lebih dulu membangun fasilitas nuklir di bawah Indian Atomic Energy Commission (IAEC) pada 15 April Dalam perkembangannya, kedua negara pernah menjalin hubungan dengan sejumlah negara sebagai upaya meningkatkan kapabilitas nuklir, termasuk kerjasama dalam pengembangan rudal yang berfungsi untuk mengangkut hulu ledak nuklir. Pakistan melakukan kerjasama dengan Korea Utara dalam penyempurnaan Rudal Ghauri 1 di pertengan tahun 1980an dan adopsi Rudal M-11 buatan Cina ke dalam tipe Hatf 3 (Shaheen 1) di tahun 190an Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, Rajawali Press, Jakarta, 2009, Hal Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun Hal Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal 79 5

16 Sedangkan India terlibat kerjasama dengan Amerika Serikat, Prancis dan Jerman dalam pembuatan Rudal Agni 1 dan sistem pusat pengendalian ruang angkasa negara itu. Baik Pakistan maupun India menyadari bahwa dari segi potensi ancaman, kekuatan daya ledak thermo nuklir bukan satu-satunya gejala yang memberi pengaruh penting bagi terciptanya kondisi bahaya terhadap lawan, tetapi daya jangkau dan ketepatan sasaran juga memiliki pengaruh yang sama pentingnya. 24 Oleh karena itu, kedua negara hingga kini masih terus berlomba menguasai teknologi rudal yang lebih maju seperti pengembangan Rudal anti balistik AD-2 dan Rudal ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) jenis Surya II milik India dan Ghauri III di pihak Pakistan. Daya jelajah rudal-rudal tersebut dilaporkan mampu mencapai kota penting di India maupun Pakistan. 25 India yang bukan anggota NPT(Nuclear Non-Proliferation Treaty) telah melakukan uji coba nuklir pertamanya di tahun 1974, kemudian direspon oleh Pakistan dengan pembangunan fasilitas nuklir secara bertahap. 26 Selang 24 tahun kemudian, tepatnya tahun 1998, India kembali melakukan uji coba Agni II yang direspon oleh Pakistan dengan unjuk kekuatan Rudal Ghauri II dengan kemampuan jelajah mencapai 2000 km. 27 Meski hubungan kedua negara selalu dibayang-bayangi dengan bentuk ancaman, proses dialog terkait sengketa Kashmir masih terus dijalani, seperti dialog antara diplomat tinggi India dan Pakistan yang dilaksanakan bulan Juni 2011 di Islamabad. Kedua pejabat negara tersebut 24 Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam studi hubungan Internasional, Hal diakses pada 2 April Zafar Iqbal Cheema, Pakistan s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons, Ithaca, New york: Cornell University Press, Hal Zafar Iqbal Cheema, Pakistan s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, Hal

17 sepakat membahas solusi perdamaian dan keamanan, termasuk langkah-langkah pembangunan kepercayaan Jammu dan Kashmir, serta promosi pertukaran persahabatan. 28 Hal ini tidak lepas dari peran Presiden Pakistan Asif Ali Zardari yang bersikap terbuka atas upaya perundingan damai, khususnya pasca bom Mumbai tahun 2008 yang menewaskan 166 orang. 29 Setelah tragedi tersebut, hampir tidak ada niat dan upaya dari kedua belah pihak untuk saling melakukan dialog damai. Begitu pula soal perkembangan proyek nuklir, Asif Ali Zardari dalam pidatonya 22 November 2008 mengatakan tidak akan terlebih dulu menggunakan senjata nuklir untuk menyerang lawannya. Ia bahkan berusaha untuk meyakinkan parlemen Pakistan atas kebijakannya tersebut. 30 Meski demikian, Zardari tidak menyangkal akan terus memperkuat sistem pertahanan Pakistan demi mengantisipasi situasi ancaman. Hal ini terlihat pada pengembangan transformasi Rudal Hatf V yang diuji coba tahun Rudal tersebut diperkirakan mampu mencapai jarak kilometer (900 mil) yang bisa meluluhlantakkan wilayah di India. 31 Lagi-lagi, uji coba ini dilakukan atas aksi New Delhi yang sebelumnya melakukan tes rudal balistik berkemampuan nuklir Agni V dengan daya jelajah Km. 32 Rudal dengan biaya 480 Juta Dollar AS tersebut diyakini mampu membawa hulu ledak seberat 1,5 Ton. 33 Persaingan kedua negara tampaknya akan terus berlanjut seiring dengan pemahaman potensi ancaman. Menarik untuk dianalisa sejauh mana kebijakan penerapan nuklir ini 28 diakses pada 17 Maret diakses pada 17 Maret diakses pada 19 Maret diakses pada 19 Maret Zafar Iqbal Cheema, Pakistan s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons. Hal diakses pada 21 Maret

18 mempengaruhi hubungan kedua negara. Peningkatan kekuatan militer kedua negara tersebut seakan memberi gambaran kepada dunia internasional dan wilayah lainnya di Asia Selatan bahwa potensi meletusnya perang lebih dahsyat masih ada dan akan berlangsung di masa mendatang. Pakistan sebagai negara yang berada di bawah India dalam bidang kekuatan militer tampaknya tidak mau ketinggalan dengan kemajuan yang diperoleh India. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penelitian hanya dibatasi dari sudut pandang kebijakan Pakistan yang berupaya melawan dominasi India di Asia Selatan dalam perebutan wilayah Kashmir tahun Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pemilihan tahun tersebut. Pertama, mundurnya Presiden Pervez Musharraf dan diangkatnya Asif Ali Zardari tahun 2008 menyebabkan perubahan pada formasi kontrol nasional pengendali senjata nuklir. Zardari menyerahkan kepemimpinan National Command Authority (NCA) kepada Perdana Menteri Yusuf Raza Gailani. NCA sendiri merupakan badan yang dibentuk untuk mengawasi senjata nuklir Pakistan dan merumuskan kebijakan nuklir. Kedua, pasca bom Mumbai yang terjadi bulan November 2008, konstelasi politik dan keamanan kedua negara sempat memanas. Serentetan konflik bersenjata antara pasukan India dan Pakistan kerap terjadi seperti yang berimbas pada gagalnya upaya diplomasi damai menyangkut wilayah Kashmir. Sementara di tahun 2012, jumlah hulu ledak nuklir Pakistan semakin bertambah. Data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyebutkan Pakistan menempati urutan keenam sebagai negara yang memiliki jumlah hulu ledak terbanyak yaitu diperkirakan 100 sampai 120 hulu ledak. 34 Sedangkan India hanya memiliki 90 sampai 110 hulu ledak. Selain itu, di tahun tersebut terdapat suatu peristiwa penting bagi perkembangan program nuklir Pakistan. Negara

19 tersebut berhasil melakukan uji coba Rudal Hatf XI berkemampuan nuklir yang memiliki akurasi tinggi. 35 B. Pertanyaan Penelitian Penelitian ini akan mencari jawaban dari pertanyaan penelitian, sebagai berikut : Apa Kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir Periode ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bentuk strategi Nuklir Pakistan dalam upaya perebutan wilayah Kashmir dengan India. 2. Untuk mengetahui apa saja kepentingan Pakistan terkait pengembangan nuklir. D. Tinjauan Pustaka Penulisan skripsi yang bertemakan tentang kepentingan Pakistan dalam mengembangkan nuklir sebagai upaya perebutan Kashmir ini sebenarnya bukan tema baru dalam penulisan karya ilmiah. Tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan tema serupa pernah dilakukan oleh sejumlah mahasiswa. Tesis mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia yang ditulis oleh Syaifuddin dengan judul Kebijakan Luar Negeri Pakistan Terhadap India Dalam Upaya Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir ( ) menyinggung persoalan konflik Kashmir yang berimbas pada hubungan India dengan Pakistan setelah era Perang Dingin. India memegang 35 Suara Pembaruan, 26 April

20 peranan penting sebagai kekuatan yang mendominasi wilayah Asia Selatan sehingga negara tersebut disebut sebagai negara core, sementara Pakistan sebagai negara bargainer disebut sebagai negara periphery. Tesis itu juga menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri Pakistan terkait hal di atas kemudian dirumuskan dalam dua agenda yang menjadi prioritas, yaitu pertahanan yang memadai dalam menghadapi negara tetangga (India) yang relatif lebih kuat dan prioritas meningkatkan bargaining position terhadap India dalam masalah Kashmir. Ada pula skripsi mahasiswa Universitas Indonesia yang ditulis oleh Muhammad Taufiq dengan judul Penerapan Nuklir Pakistan Terhadap India Dalam Penyelesaian Masalah Kashmir : Analisis Tahun Dalam skripsinya, Taufiq memaparkan alasan Pakistan menggunakan pilihan strategi senjata nuklir dalam menghadapi dominasi kekuatan India di Asia Selatan. Faktor tersebut yakni kekalahan perang Pakistan menghadapi India tahun 1947 dan 1965 yang memaksa negara tersebut memperbaiki alutsistanya serta alternatif senjata lain yaitu nuklir. Pengaruh munculnya self determination di Kashmir pasca Perang Dingin serta faktor perubahan geopolitik strategik Amerika Serikat dan Cina di Asia Selatan, merupakan faktor-faktor dominan lainnya yang mendorong penerapan strategi nuklir Pakistan. Tema yang sama juga pernah ditulis oleh Irmawan Effendi dengan judul Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik yang dimuat di Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun Tulisan Irmawan tersebut cenderung menyoroti perkembangan nuklir dan uji coba rudal Pakistan yang beberapa kali memunculkan respon dari India yakni berupa gagalnya upaya diplomasi atas permasalahan wilayah Kashmir. 10

21 Yang membedakan skripsi ini dengan beberapa karya ilmiah di atas, penulis lebih menekankan pada aspek latar belakang kepentingan Pakistan dalam merebut wilayah Kashmir dari India dengan memakai strategi nuklir periode 2008 hingga E. Kerangka Pemikiran Dalam membahas kepentingan Pakistan mengembangkan nuklirnya, digunakan Teori Offense-Defense, Konsep Security Dilemma, Kepentingan Nasional dan Nuklir Sebagai Instrumen Power. 1. Teori Defense-Offense Kajian terhadap teori defense-offense dalam konteks hubungan antar negara mendapat perhatian serius bagi para pengkaji kebijakan dalam kaitannya dengan penggunaan kekuatan militer, termasuk strategi nuklir. Ilmuwan yang menaruh perhatian lebih pada teori ini yakni Robert Jervis. Jervis berpandangan ; When we say that offense has advantage, we simply mean that it is easier to destroy other s army and take its territory that it is to defend one s own. When the defence has the advantage, it is easier to protect and to hold than it is to move forward, destroy and take, 36 "Ketika kita mengatakan pertahanan memiliki keunggulan, kita dengan sederhana mengartikan bahwa hal tersebut lebih mudah untuk menghancurkan tentara lain dan mengambil wilayahnya guna membela diri sendiri. Ketika pertahanan memiliki keuntungan, hal tersebut lebih mudah untuk melindungi dan menahan daripada untuk bergerak maju, menghancurkan dan mengambil (wilayah)," Penjelasan Jervis di atas bisa dipahami bahwa pilihan bersikap ofensif memiliki keuntungan saat lawan cenderung memiliki kekuatan militer yang tak sebanding dengan negara 36 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Mac Millan Publishing Company, NewYork, 1994, hal

22 agresor sehingga konsekuensi logisnya, negara penyerang tersebut dapat dengan mudah menguasai lahan dan mempertahankan wilayah yang lain. Sementara sikap defensif cenderung dimiliki negara dengan sistem pertahanan kuat dengan implikasi negara tersebut lebih menguntungkan baik dalam segi materi maupun taktik untuk mengambil tindakan defensif ketimbang melakukan penyerangan. Lebih lanjut, Jervis menjelaskan keyakinan tentang kehadiran perang akan terjadi apabila ofensif lebih memiliki keuntungan yang dilandasi atas faktor berupa potensi mendapatkan kemenangan dalam waktu singkat. 37 Konsekuensi dari hal tersebut dapat mengurangi kesempatan kerjasama karena perang lebih menguntungkan bagi penyerang, perang juga diharapkan dalam waktu singkat, insentif dalam menggunakan senjata modern dan canggih, dengan begitu negara pasti memilih sekutu yang mampu mendukung proses perang dapat berlangsung singkat dan cepat walaupun memiliki daya musnah massal karena menghasilkan banyak korban. 38 Menurut Jervis pula dua faktor utama yang mempengaruhi keuntungan untuk memilih strategi defensif atau ofensif yakni faktor geografi dan teknologi. 39 Kondisi geografis yang sulit seperti wilayah pegunungan atau perbukitan yang terjal membuat lawan sulit untuk menyerang. Sementara dalam bidang teknologi, kemampuan sebuah negara dalam menciptakan senjata nuklir misalnya, memberi keuntungan negara tersebut untuk menekan negara lainnya. Dalam kaitannya, Pakistan sebagai negara yang selalu merasa terancam dengan fasilitas nuklir India, semasa 37 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal

23 Presiden Zia-ul Haq mulai memandang bahwa kepemilikan nuklir menjadi pencegah atas upaya penekanan yang dilakukan India menyangkut perebutan wilayah Kashmir Security Dilemma Konsep Security Dilemma (dilema keamanan) dalam ranah hubungan internasional kerap dijadikan sebagai alat analisa atas terjadinya konflik hingga perang terbuka. Robert Jervis menjelaskan bahwa dilema keamanan merupakan situasi dimana sebuah negara berusaha meningkatkan keamanan dengan mengurangi keamanan pihak lain. 41 Jika sebuah negara menerapkan sistem senjata yang tergolong ofensif, lalu respon yang diberikan negara lain adalah melakukan hal yang serupa, yaitu penempatan senjata ofensif juga, maka kemampuan negara untuk melindungi wilayahnya akan berkurang dan cenderung lebih rentan keamanannya dibandingkan sebelum merespon penempatan senjata tersebut. 42 Jervis sebagaimana dikutip Glaser, Charles L & Kaufmann C, melihat kondisi dilema keamanan akan muncul dalam dua situasi. Pertama, saat kekuatan militer ofensif maupun defensif tidak dapat dibedakan, dimana pada kondisi ini objektifitas terhadap negara lain menjadi sangat terbatas, misalnya dengan melihat jenis kekuatan militer yang digunakan untuk disebarkan. 43 Kondisi kedua muncul kala negara melihat strategi ofensif lebih menguntungkan, maka tindakan untuk menyerang pertama kali memberikan keuntungan lebih jika dibanding defensif. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh negara yang memiliki kekuatan besar untuk 40 Profile: Muhammad Zia ul-haq diakses pada 20 Juni Jervis Robert, Jurnal World Politics: Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978), Hal Jervis Robert, Jurnal World Politics: Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978), Hal Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the Offense-Defense Balance and Can We Measure it? Vol. 22, No. 4 (Spring, 1998), Hal

24 melakukan pre-emptive strike yakni sebuah upaya untuk mengantisipasi strategi serangan dari lawan terlebih dahulu. 44 Begitupula dalam urusan kerjasama antar negara, Robert Jervis berpendapat. if they cooperate to trap the stag, they will eat well. But if one person defects to chase a rabbit-which he likes less than stag-none of the others will get anything. Thus, all actors have the same preference order, and there is a solution that gives each his first choice: (1) cooperate and trap the stag (international analogue being cooperation and disarmed); (2) chase a rabbit while others remain at their posts (maintain a high level of arms while others are disarmed); (3) all chase rabbits (arms competition and high risk of war); and (4) stay at the original position while another chases a rabbit (being disarmed while others are armed). 45 Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam situasi security dilemma suatu negara dapat membuat pilihan dalam berinteraksi, yaitu pertama, suatu negara yang merasa takut atau terancam, maka akan menimbulkan tindakan aksi-reaksi antar negara yang dapat menghilangkan makna kerjasama. Keadaan seperti ini tidak akan dapat ditopang oleh rasa percaya dan pemahaman individu terhadap kepentingan bersama yang diakomodasi secara bersama-sama. Kedua, situasi anarki memaksa negara untuk mencari kekuasaan di luar batas nasional dan memaksakan nilai-nilai ideologi yang dianut melalui tindakan intervensi untuk menyebarkan pengaruhnya kepada negara lain. Ketiga, penyebaran pengaruh oleh negara-negara yang memiliki kepentingan terhadap negara-negara yang lebih lemah lainnya memaksa beberapa negara untuk saling berhadapan dalam perebutan pengaruh atau menciptakan daerah penyangga demi kepentingan geopolitik. Keempat, berupaya untuk menyerang guna mengambil sikap atas 44 Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the Offense-Defense Balance and Can We Measure it?. Hal Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary Issues, Pearson Longman press, New York, Hal

25 perilaku lawan yang meningkatkan persenjataan. 46 Berdasarkan pilihan-pilihan tersebut, suatu negara harus memperhatikan strategi yang akan digunakan dalam situasi security dilemma. Dalam proses ini setiap pihak sama-sama merasa terancam. Kesiagaan defense salah satu pihak dianggap bukti motif offensive oleh pihak lain, yang selanjutnya mempersenjatai diri sebagai tanggapannya. Semua pihak berusaha untuk saling mengungguli sehingga menumbuhkan perlombaan senjata dan pasukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Perlombaan ini menciptakan security dilemma. Maka dalam konteks hubungan Pakistan dengan India, Pakistan merasa terancam dengan eksistensi nuklir India sehingga kondisi dilema keamanan ini memaksa Pakistan untuk ikut menerapkan strategi serupa. Sebagai negara yang selalu merasa terancam atas kemajuan militer India, maka strategi pengembangan nuklir untuk sama-sama berada dalam posisi satu level merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh Pakistan. 3. Teori Kepentingan Nasional Konsep kepentingan nasional sering digunakan untuk mendeskripsikan, meramalkan maupun menganjurkan perilaku luar negeri suatu negara. Salah satu ilmuwan yang terkenal dengan konsep ini adalah Hans J. Morgenthau. Ia menjelaskan kepentingan nasional sebagai berikut: The fundamental objective ultimate determinant that guides the decision maker of a state is foreign policy. The national interest of state is typically a highly generalized conception of those alignment that constitute the statemost vital needs. These include self preservation,independence, territorial integrity, military security and economic wellbeing. 47 Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa prioritas kepentingan nasional setiap negara berbeda antara satu dengan negara lainnya, tergantung pada kebutuhan negara yang 46 Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary Issues. Hal Morgenthau, J Hans, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace, University of California, McGraw-Hill, Hal

26 bersangkutan. Namun para ahli cenderung menempatkan masalah survival dan self preservation sebagai prioritas utama. 48 Menurut Robert Gilpin tujuan mendasar serta faktor paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik dan ekonomi luar negeri adalah kepentingan nasional. 49 Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum, tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi negara. Dalam konsep ini, ada lima kategori umum yang dijadikan sasaran yang hendak dituju yaitu: (1) self preservation, yaitu hak untuk mempertahankan diri; (2) independent, yang berarti tidak dijajah atau tunduk pada negara lain; (3) military security, berarti tidak ada gangguan dari kekuatan militer lain; (4) territorial integrity, atau keutuhan wilayah dan (5) economic wellbeing atau kesejahteraan ekonomi. 50 Dalam hal ini nuklir India membuat Pakistan merasa khawatir sehingga mengambil tindakan preventif guna mengantisipasi berbagai macam permasalahan yang muncul akibat adanya ancaman tersebut. Kepentingan nasional disini bisa diterjemahkan sebagai keinginan politik yang dirasa sangat perlu untuk dilindungi dan diperjuangkan. Kepentingan ini bisa berupa keutuhan wilayah atau territorial integrity, khususnya wilayah Kashmir. 4. Nuklir Sebagai Instrumen Power Kepemilikan senjata nuklir menjadi tolak ukur bagi kekuatan dan perkembangan teknologi militer suatu negara yang dapat meningkatkan bargaining position dalam percaturan politik internasional. 51 Karena efek ledakannya yang dahsyat, negara-negara cenderung menahan diri untuk saling menyerang. 48 Mas oed Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional-Disiplin dan Metodologi, LPP3ES, Yogyakarta, 1990 Hal Stuart S. Malawer, The Political Economy of International Relations by Robert Gilpin, Maryland Journal of International Law Volume 12 tahun 1988 Hal Hans J, Morgenthau, Politic Among Nations, Hal A.R. Sutopo, Perkembangan Pemikiran Strategi Nuklir Barat, Jurnal Analisa, No. 2, Tahun

27 Menurut Robert McNamara, perang nuklir hampir pasti tidak bisa dibatasi dan akan menyulut perang yang lebih besar dengan konsekuensi kehancuran dunia secara totalitas. Beberapa para ahli berpendapat bahwa negara akan berusaha untuk mengembangkan nuklir jika mereka tidak memiliki alternatif lain dalam menghadapi sebuah ancaman militer yang sangat serius bagi keamanan negaranya. 52 Scott D. Sagan dalam artikelnya memaparkan ada 3 alasan atau pendekatan yang dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena tersebut. Pertama, The Security Model yang berfokus pada upaya negara untuk meningkatan keamanan nasionalnya dari ancaman pihak asing terutama dari ancaman nuklir. 53 Dasar dari pendekatan ini adalah pemikiran realis yang menyatakan bahwa setiap negara harus mampu menjaga kedaulatannya serta keamanan nasionalnya sendiri. 54 Hal ini dikarenakan oleh ancaman terhadap daya rusak yang dapat ditimbulkan oleh senjata nuklir mendorong setiap negara untuk meningkatkan kemampuannya guna mengimbangi negara lain yang mengembangkan nuklir dengan menimbulkan deterrence. Secara umum, deterrence dapat diartikan sebagai ancaman yang berpotensi menimbulkan lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungan apabila suatu pihak melakukan serangan, sehingga membuatnya memutuskan untuk tidak melakukan serangan tersebut Kedua, The Domestic Politics Model yang menekankan pada pemanfaatan nuklir sebagai alat politik serta tarik-menarik kepentingan antar elit politik di dalam negeri ketika suatu kelompok elit mampu mempengaruhi arah kebijakan suatu negara untuk menggunakan nuklirnya 52 diakses pada 6 Juni Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security, Vol. 21,No. 3. Winter, , Hal Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 67 17

28 demi kepentingan kelompok tersebut. 55 Dalam hal ini, setiap aktor selalu aktif dalam memaksakan kepentinganya sehingga seringkali terjadi benturan antar kepentingan. Ketiga, The Norms Model berfokus pada penggunakaan nuklir sebagai sebuah simbol modernitas serta identitas suatu bangsa di dunia internasional. Pengambilan keputusan mengenai penggunaan nuklir mencerminkan perilaku negara di dunia internasional karena lewat proses pengambilan keputusan ini membentuk identitas dan simbolisasi tertentu bagi Negara tersebut. Dalam hal ini arah kebijakan suatu Negara tidak ditentukan oleh pemimpin bangsa atau elit politik tapi oleh norma yang berlaku. 56 Dari penjelasan di atas, sebuah kenyataan betapa strategisnya nilai guna dari kepemilikan nuklir telah menciptakan sebuah power atas suatu negara. Strategi nuklir tidak hanya dikotakkan sebagai sebuah unsur strategis karena terjadinya perang, namun karena penggunaan sebagai deterrence yang efektif untuk mengatur tindakan dari negara lain, menjadi sebuah indikator yang jelas untuk menentukan dsn memetakan kekuatan sebuah negara. 57 Kekuatan penghancur nuklir memang memberikan dampak yang sangat mengerikan. dengan satu megaton (1000 kiloton) ledakan nuklir, dapat mengakibatkan suhu 100 juta derajat celcius atau sebanding dengan empat sampai lima kali lipat suhu permukaan matahari. Jika dengan bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang berkekuatan ledakan 15 Kiloton telah membunuh sedikitnya jiwa, maka dengan jumlah nuklir yang dimiliki Pakistan dan India 55 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal Nasution Dahlan, Politik Internasional:Konsep dan Teori. Airlangga. Jakarta: Airlangga 1991,Hal 36 18

29 tentu sudah mampu menghancur-leburkan anak benua India sendiri. 58 Menyadari potensi tersebut, maka kedua belah pihak hingga saat ini masih saling menahan untuk sama-sama menyerang F. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan menjawab pertanyaan dalam penulisan ini melalui metode penelitian kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin, metodologi kualitatif merupakan jenis metode yang tidak diproduksi melalui prosedur statistik atau bentuk numerik. 59 Gumilar Rusliwa Somantri menjelaskan penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. 60 Penulis berusaha memahami strategi kebijakan nuklir Pakistan dalam rangka mempertahankan wilayah Kashmir dari ambisi India. Pada penelitian ini metode yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif analitis yaitu kegiatan penelitian dalam Hubungan Internasional dengan melihat permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan teori dalam Hubungan Internasional. 61 Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis hanya menggunakan sumber sekunder yang berasal dari riset kepustakaan (library research). 58 Ahmed, Samina, Public Opinion and Nuclear Plunge for South Asia, Asian Survey, Vol XXVII, No.8, Agustus 1998, Hal Staruss and Corbin, Basics of Qualitative Research : Grounded Theory Procedures and Tehnique, Newbury Park, Sage Publication, Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember 2005: Hal Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Edisi revisi VI, Jakarta,

30 Penulis mendapatkan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai perpustakaan yang dikunjungi, seperti Perpustakaan Freedom Institutte, Perpustakaan FISIP UI, Perpustakaan CSIS dan perpustakaan lainnya. Selain itu untuk mendapatkan data, penulis menggunakan sumber melalui bahan bacaan dari jurnal-jurnal ilmiah, berita-berita dalam koran, dan situs-situs internet yang dapat mendukung penelitian ini. Langkah selanjutnya dalam metode ini yakni melakukan analisis data yang telah dikumpulkan kemudian diklasifikasi dengan topik pembahasan yang dibutuhkan. Setelah itu data tersebut bisa dipahami dan ditampilkan dalam bentuk kesimpulan-kesimpulan sederhana untuk menjelaskan hasil penelitian. Dengan menggunakan data-data tersebut penulis akan menjawab pertanyaan penelitian mengenai kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir periode

31 G. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Pertanyaan Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Tinjauan Pustaka E. Kerangka Pemikiran F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Bab II : Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan. 2.1.Wilayah Kashmir. A) Kondisi Geografis B) Masyarakat Kashmir C) Awal Konflik Di Kashmir. 2.2 Perang India-Pakistan A)Perang Tahun 1947 Dan 1965 B)Perang Tahun Bab II : Strategi Kebijakan Nuklir Pakistan. 3.1 Sejarah Pembangunan Reaktor Nuklir Pakistan A. Peranan Abdul Qadeer Khan Dalam Pengayaan Uranium B. Pengembangan Rudal Ghauri Dan Hatf C. Kerjasama Pakistan Dengan Cina Dan Korea Utara. 3.2 Kekuatan Nuklir Pakistan ( ) A. Kapabilitas Nuklir Pakistan B. Kapabilitas Nuklir India Bab IV : Kepentingan Pakistan Mengembangkan Nuklir Dalam Wilayah Kashmir A.Memperoleh Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir B. Strategi Mengimbangi Dominasi Kekuatan India di Regional Asia Selatan C.Internasionalisasi Isu Kashmir Merebut Bab V : Kesimpulan Daftar Pustaka 21

32 BAB II Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan 2.1 Wilayah Kashmir A. Kondisi Geografis Kashmir Wilayah Kashmir merupakan daerah yang terbentang di utara subkontinen India, memiliki keadaan alam bergunung-gunung yang dialiri dengan banyak sungai antara lain Indus, Jhellum, Khenab, Shyok dan Zaskar. 62 Pada tahun 1947, sebelum 45 persen dikuasai utara India, wilayah bernama lengkap Jammu dan Kashmir tersebut memiliki luas 85,806 Mil atau sekitar 222,979 km. Dengan keadaan geografis tersebut, Kashmir dikenal sebagai Princely State (Negara Kepangeranan) paling luas di bawah kekuasaan Kerajaan British India. 63 Setelah dikeluarkannya Resolusi PBB tahun 1949, wilayah Kashmir terbagi atas dua bagian: Jammu Kashmir (India) dan Azad Kashmir (Pakistan). Wilayah Jammu Kahmir meliputi distrik Ladakh dan lembah Kashmir sementara Azad Kashmir terdiri atas Baltistan, Dartistan, Muzaffarabad, Gilgit dan Pooch. 64 Wilayah yang berseberangan dengan gunung Himalaya dan Karakorum ini berbatasan dengan Tibet di sebelah Utara, Cina Sinkiang di bagian Timur, Himachal dan Punjab di sebelah Selatan serta di bagian Barat berbatasan dengan Pakistan. 65 B. Penduduk Kashmir Penduduk wilayah Kashmir sering dipanggil dengan sebutan Kashmiree. Data dari sensus penduduk Pemerintah India tahun 2011 menyebutkan jumlah seluruh populasi di wilayah 62 R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography, Volume 1, Infobase Publishing, Hal R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography. Hal diakses pada 14 Juni A.N Raina, Geography of Jammu Kashmir, 3 rd rev, New Delhi, National Books Trust, 1981 Hal 9 22

33 tersebut mencapai 12,541,302 jiwa dengan pembagian jenis kelamin laki-laki mencapai 6,640,662 orang sedangkan perempuan 5,900, Wilayah bagian Azad Kashmir yang berada di bawah Pemerintah Pakistan memiliki penduduk kira-kira 2,5 juta sementara Jammu Kashmir yang dikuasai India dengan jumlah 6,5 juta warga. 67 Mayoritas penduduk Kashmir beragam Islam sedangkan sisanya ada yang memeluk Hindu, Budha, Sikh dan Kristen. 68 Sumber mata pencaharian utama masyarakat di sana yakni dari hasil pertanian dan pariwisata yang mencapai 80 persen dari penghasilan negara. 69 Pada tahun 1946, Sheikh Abdullah melalui Partai Politik National Conference dalam artikel 48 program New Kashmir menetapkan bahwa bahasa nasional Kashmir adalah Kashmiri, Dogri, Balti, Dardi, Punjabi dan Urdu. 70 C. Awal Konflik di Kashmir Pemisahan India-Pakistan menjadi dua negara berdaulat tahun 1947 menimbulkan polemik terhadap pembagian wilayah kekuasaan. Saat itu, lebih dari 500 negara kepangeranan secara bebas boleh menentukan masa depannya untuk bergabung dengan salah satu negara yang ada. 71 Namun ada tiga wilayah yang sulit untuk menentukan pilihan mengingat ketiga negara kepangeranan tersebut tidak memiliki keseragaman antara penguasa dan mayoritas warganya dalam hal agama yang dianutnya. Ketiga princely state tersebut yaitu, Junagadh, Hyderabad, dan Jammu-Kashmir. Junagadh merupakan negara kecil dengan 80% penduduknya beragama Hindu, tetapi penguasanya adalah seorang Muslim yang cenderung pro terhadap Pakistan. Hyderabad 66 diakses pada 18 Juni Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Hal Nishat Anshari, Jammu & Kashmir Linguistic Predica ment diakses pada 26 Juni Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations, New Delhi (The India Council of World Affair, 1967 Hal

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer Pendahuluan A. Latar Belakang Pakistan merupakan salah satu negara yang terletak diwilayah Asia Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer (650 mi) dengan Laut Arab dan Teluk Oman

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFORMASI PERTAHANAN JEPANG PASCA PERANG DINGIN (1990-2007) SEBAGAI BENTUK ADAPTASI JEPANG TERHADAP PERKEMBANGAN KEAMANAN INTERNASIONAL DAN RESPON NEGARA ASIA TENGGARA TERHADAP

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2004 atau berdasarkan tahun pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Pertahanan Tahun 2000-2004, pertumbuhan anggaran pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan BAB IV PENUTUP Kesimpulan Perkembangan senjata nuklir sejak dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki hingga saat ini telah mempengaruhi politik luar negeri antara negara-negara di dunia. Dimana

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI. Oleh: Yasir M Hadi

LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI. Oleh: Yasir M Hadi LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI Oleh: Yasir M Hadi Sebelum kita berbicara tentang masalah konflik antara India dengan Pakistan,terlebih dahulu kita harus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM BIDANG

BAB I PENDAHULUAN. memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM BIDANG BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa pertimbangan yang mendorong penulis tertarik untuk memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan salah satu dari negara yang tergabung dalam rezim Uni Soviet pada masanya. Setelah runtuhnya Uni Soviet Rusia menjadi negara eks- Soviet terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal abad ke-20, perkembangan teknologi telah mendatangkan beragam inovasi baru. Salah satunya adalah pengolahan beberapa unsur kimia menjadi senyawa radioaktif

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA

LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA Oleh : I Gede Bagus Wicaksana Ni Made Ari Yuliartini Griadhi Program Kekhususan Hukum

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Negara Bangsa Dalam Politik Luar Negeri Teori-Teori Level Negara Bangsa Dalam Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93120&lokasi=lokal

Lebih terperinci

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Tinjauan Umum Teori Kepentingan Nasional Teori National Interest Versi Hans J. Morgenthau Teori National Interest Versi Donald Nuchterlin

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Dani Budi Satria Putu Tuni Cakabawa Landra I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewajiban negara adalah melindungi, memajukan, dan mensejahterakan warga negara. Tanggung jawab negara untuk memenuhi kewajiban negara menciptakan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI PARLEMENTER : STUDI KASUS KONFERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG ANALISIS KEPENTINGAN NASIONAL Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini sumber-sumber literatur tentang sejarah Perang Dunia II (1939-1945) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi BAB IV KESIMPULAN Skripsi ini berusaha untuk menjawab dua pertanyaan masalah, yaitu mengapa kohesivitas regional di dalam SAARC sampai saat ini masih cenderung lemah dan juga apa saja yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5(4) 1331-1338 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni REALISM Theoretical Intrepretations of World Politics By Dewi Triwahyuni Theory in Brief REALISM & NEOREALISM Key Actors View of the individual View of the state View of the international system Beliefs

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia terutama Jepang dikejutkan dengan dijatuhkannya bom atom (nuklir) diatas kota Hiroshima

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu (dimotori oleh Amerika Serikat) telah membuka babak baru dalam sejarah politik Korea. Kemenangan

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG PAKISTAN UNTUK MELAKUKAN KERJASAMA MILITER DENGAN RUSIA PADA TAHUN

FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG PAKISTAN UNTUK MELAKUKAN KERJASAMA MILITER DENGAN RUSIA PADA TAHUN FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG PAKISTAN UNTUK MELAKUKAN KERJASAMA MILITER DENGAN RUSIA PADA TAHUN 2010 2014 Ni Luh Gede Ayunitha Sukma Dewi 1, Idin Fasisaka 2, A.A Bagus Surya Widya Nugraha 3 Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

Peningkatan Kerjasama Indonesia India Peningkatan Kerjasama Indonesia India Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi VI, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perubahan yang terjadi di Indonesia selama setengah abad ini sesungguhnya telah membawa masyarakat ke arah yang penuh dengan fragmentasi dan kohesi sekaligus (Abdullah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

STRATEGI KONTRATERORISME AMERIKA SERIKAT TERHADAP ISIS DI IRAK SKRIPSI

STRATEGI KONTRATERORISME AMERIKA SERIKAT TERHADAP ISIS DI IRAK SKRIPSI STRATEGI KONTRATERORISME AMERIKA SERIKAT TERHADAP ISIS DI IRAK SKRIPSI Disusun oleh Ivana Chelsea Munandar 071112017 PROGRAM STUDI SARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya

Lebih terperinci

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009 Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 24 Juni 2009 Pada tanggal 23 Juni 2009 di Markas Besar Legiun Veteran RI diselenggarakan ceramah tentang masalah Ambalat. Yang bertindak sebagai pembicara adalah Laksma

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci