Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komunikasi Bergerak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komunikasi Bergerak"

Transkripsi

1 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Revisi Juli 003 Modul 5 EE 471 Sistem Komuniasi Bergera Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komuniasi Bergera Oleh : Nachwan Mufti A, ST 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 1 Organisasi Modul 5 Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komuniasi Bergera A. Pendahuluan page 3 B. Large Scale Fading page 19 C. Small Scale Fading page 7 D. Mengatasi Fading page 48 E. Coverage Availability page 64 Referensi page 70

2 A. Pendahuluan 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 4 Pada umumnya, sinyal yang diterima pada titi penerima adalah jumlah dari sinyal langsung dan sejumlah sinyal terpantul dari berbagai obye. Pada omuniasi mobile, reflesi aan disebaban oleh : Permuaan tanah Bangunan-bangunan Obye bergera berupa endaraan Gelombang pantul aan berubah magnitude dan fasanya, tergantung dari oefisien reflesi, lintasannya, dan juga tergantung pada sudut datangnya. Jadi, antara sinyal langsung dan sinyal pantulan an berbeda dalam hal : Amplitudo, tergantung dari magnitude oefisien reflesi Phasa, yang tergantung pada perubahan fasa reflesi serta pada perbedaan jara tempuh antara gelombang langsung dan gelombang pantul Kondisi terburu terjadi saat gelombang langsung dan gelombang pantul memilii magnituda yang sama serta berbeda fasa 180o. Pada ondisi yang demiian, terjadi saling menghilangan antara gelombang langsung dan pantulnya (complete cancellation ) 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 3 A. Pendahuluan Perbedaan fasa sebesar 180 o terjadi jia terdapat perbedaan jara tempuh gelombang seperti beriut : (n 1) d = λ Sedangan ondisi terbai dicapai jia gelombang langsung dan gelombang pantul memilii fasa yang sama atau elipatan dari 360 o ( In Phase Combination ). Perbedaan jara tempuh gelombang langsung dan pantul pada ondisi ini dinyataan : d = nλ dimana : n λ = 1,, 3, dst = panjang gelombang Variasi dari amplituda gelombang dan fasa aan berubah dan tergantung dari berbagai eadaan dan disebaban berbagai fator, menjadi penyebab FADING yang aan ita disusian dalam modul ini.

3 A. Pendahuluan 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 6 Distorsi Sinyal multipath juga aan menyebaban distorsi sinyal / cacat sinyal. Problem ini secara husus beraitan dengan bandwidth sinyal yang digunaan dalam omuniasi mobile, dan juga arena respon pulsa yang berbeda dari sinyal multipath Channel Frequency Response Narrowband Channel Wideband Channel Rx Level t Direct Wave t Channel Pulse Response Reflected Wave Resultant t Equal level main & reflected path Lower level reflected path Frequency t 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 5 A. Pendahuluan Kenapa penting untu mengerti arateristi-arateristi dari anal wireles? Untu menentuan desain sinyal yang paling tepat (source dan channel coding, serta modulasi) Untu mengembangan tenologi-tenologi baru dalam pentransmisian dan penerimaan sinyal Dalam omuniasi multiuser, sema ases anal harus dilauan dengan seefisien mungin. Pada sistem seluler, caupan sinyal diinginan dihitung dengan seaurat mungin! arena daya berlebih aan menghasilan interferensi yang juga berlebihan. Di dalam sistem seluler juga, level terendah yang diijinan harus ditentuan untu menjaga onesi omuniasi dari sel e sel.

4 A. Pendahuluan 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 8 Ideal (AWGN) Channel Ideal Channel Transmitted bit Ideal channel detection AWGN Kanal Ideal melolosan semua spetrum sinyal tanpa distorsi (diataan BW anal terberhingga, respon freuensi flat untu semua freuensi) Pelemahan dan error hanya disebaban oleh AWGN (Additive White Gaussian Noise). Sinyal terima adalah besaran deterministi dengan menggunaan statisti-statisti dari AWGN (terdistribusi Gaussian) 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 7 A. Pendahuluan Kanal Real Kanal Real (Physical Channel) : Transmitted bit Physical Channel detection AWGN Kanal fisi selalu memilii bandwidth yang terbatas Hanya omponen yang signifian dari spetrum sinyal yang dilolosan melewati anal! terjadi Distorsi Bandwidth sinyal harus lebih ecil atau sama dengan bandwidth anal agar relatif tida terjadi distorsi! Pertanyaannya searang : Bagaimana membuat BW sinyal lebih ecil dari BW anal??

5 A. Pendahuluan 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 10 Fundamental lasifiasi propagasi 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 9 A. Pendahuluan Pemodelan Kanal Propagasi

6 A. Pendahuluan 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 1 Fator utama yang mempengaruhi pemodelan anal 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 11 A. Pendahuluan Wireless propagation Problem utama ada pada air interface

7 A. Pendahuluan 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 14 Wireless Propagation Free Space Loss Diasumsian terdapat satu sinyal langsung (line of sight path)! sangat mudah mempredisi dengan free space formula Reflection Terdapat sinyal ta langsung datang e receiver setelah mengalami pantulan terhadap object. Mungin terdapat banya pantulan yang berontribusi terhadap besarnya delay. Diffraction Propagasi melewati object yang cuup besar! seolah-olah menghasilan sumber seunder, seperti punca buit dsb. Scattering Propagasi melewati object yang ecil dan/atau asar yang menyebaban banya pantulan untu arah-arah yang berbeda. 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 13 A. Pendahuluan Problems of Wireless Channel Jia sejumlah bagian besar spetrum sinyal tida bisa lolos melewati anal! Sinyal aan mengalami distorsi disebaban terbatasnya BW anal. Receiver harus didesain untu mampu mendetesi sinyal yang terdistorsi (yang disebaban anal wireless + AWGN) Distorsi yang terjadi aan semain parah (disebaban anal wireless) beraitan dengan terjadinya propagasi lintasan jama (multipath)! ISI Tanpa tenologi-tenologi yang canggih, detetor tida aan mampu mendetesi sinyal yang diterima berhubung sinyal yang diterima dari anal wireless sangat jele!

8 A. Pendahuluan 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 16 Efe propagasi multipath pada anal wireless mobile adalah: " Large scale fading! Large scale path loss " Small scale propagation Large scale path loss " Large attenuation dalam rata-rata " Daya sinyal terima menurun berbanding terbali dengan pangat-γ terhadap jara, dimana umumnya < γ < 5 (untu omuniasi bergera).! γ disebut Mean Pathloss Exponent " Sebagai dasar untu metoda predisi pathloss Small scale " Flustuasi sinyal yang cepat diseitar nilai rata-rata (large scale) - nya " Doppler spread berhubungan dengan ecepatan fading (fading rate) " Penyebaran watu berhubungan dengan perbedaan delay watu edatangan masing-masing sinyal multipath. 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 15 A. Pendahuluan Definisi Fading didefinisian sebagai flutuasi daya di penerima Fading Large Scale Fading " Terdistribusi Lognormal Small Scale Fading " Terdistribusi Rayleigh / Rician Karena perilau sinyal pada anal multipath adalah aca, maa analisis fading menggunaan analisis probabilitas stoasti Fading terjadi arena interferensi atau superposisi gelombang multipath yang memilii amplitudo dan fasa yang berbeda-beda

9 A. Pendahuluan 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 18 Penggunaan Analisis Propagasi: Predisi Propagasi Large Scale : Estimasi caupan jaringan Hand-off antar sel Lin budget ( dan alulasi interferensi) Small scale (multipath fading) Desain sinyal! desain signal processing Meningatan detesi sinyal (smart receiver), eualisasi, receive diversity, beamforming Desain subsystem radio 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 17 A. Pendahuluan

10 B. Large Scale Fading / Shadowing 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 0 Definisi : local mean ( time averaged ) dari variasi sinyal Kuat sinyal (db) Jara Large Scale Fading disebaban arena aibat eberadaan obye-obye pemantul serta penghalang pada anal propagasi serta pengaruh ontur bumi, menghasilan perubahan sinyal dalam hal energi, fasa, serta delay watu yang bersifat random. Sesuai namanya, large scale fading memberian representasi rata-rata daya sinyal terima dalam suatu daerah yang luas. Statisti dari large scale fading memberian cara perhitungan untu estimasi pathloss sebagai fungsi jara. 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 19 B. Large Scale Fading / Shadowing Probability Distribution Function (PDF) dari suatu variabel random yang terdistribusi lognormal dinyataan sbb : p(m) = σ m 1 π e (m m) σm Dengan, m = normal random variabel uat sinyal (dbm) m = rata-rata (mean) uat sinyal (dbm) σ m = standar deviasi

11 B. Large Scale Fading / Shadowing 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Pada gambar di samping, diberian pemetaan uat sinyal berdasaran hasil penguuran di suatu ota besar. Sehingga tampa bahwa erapatan bangunan mempengaruhi uat sinyal. Dari gambar di samping, tampa bahwa uat sinyal di berbagai bagian ota berbeda-beda. Hal tersebut disebaban arena superposisi gelombang di berbagi tempat tadi bisa saling menjumlah maupun saling mengurangi. Pada gambar di samping, warna yang berbeda menunjuan distribusi large scale fading pada masing-masing loasi yang terait dengan ontur bumi dan erapatan bangunan. Jia MS bergera, maa penerimaan aan bervariasi dengan cepat dan sangat terpengaruh dengan pergeraan MS tersebut, yang distribusi variasi-nya merupaan arateristi dari small scale fading. 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 1 B. Large Scale Fading / Shadowing Metoda Penguuran dgn Regresi Pilih beberapa loasi berjara d 1 dan lauan penguuran path loss d 1 d d3 Ulangi unttu d and d 3, dst Cell site (Tx) Plot nilai mean pathloss sebagai fungsi jara See next page

12 B. Large Scale Fading / Shadowing 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 4 Penguuran Pathloss Hasil penguuran sinyal dapat sebagai beriut : wavelength Range jara penguuran optimal umumnya pada seitar λ arena jia jaranya terlalu deat! mungin tida memberian harga rata-rata (mean value), sedangan jia range jara penguuran terlalu jauh! mungin aan eluar dari nilai large scale realnya ( nilai γ mungin sudah berubah) Jumlah sample penguuran adalah > 36 sample untu mendapatan interval tingat eyainan 90% 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 3 B. Large Scale Fading / Shadowing Mendapatan Mean dan Standar Deviasi Penguuran biasa dilauan untu beberapa tipe daerah: Urban, suburban, dan open area Catat bahwa penguuran pada radius onstan dari BTS dapat menghasilan pathloss yang berbeda Dengan regresi linear ita bisa mendapatan trend mean pathloss dan standar deviasi diseitar nilai rata-rata Contoh untu urban : path loss! Slope = 33. db/decade and! Std dev. = 7 db Path loss [db] x x x x o o o urban x x x o o x x o o x x o o suburban x x o o # # x x o # # o o # open # # x o o o Distance d [m]

13 B. Large Scale Fading / Shadowing 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 6 Apliasi dalam predisi caupan Contoh misalan untu jara d = 4 m (lihat halaman sebelumnya untu daerah urban) Misal path loss pada 4 m adalah 79 db. Pathloss ini didesain untu suatu nilai rata-rata dengan tingat eyainan 50 % Dengan STDev untu urban adalah 7 db, Maa, untu mendapatan tingat eyainan (confidence level) 84 % (1σ) membutuhan margin 7 db, dan untu tingat eyainan 97.7 % (σ) membutuhan margin 14 db Cell site (Tx) d 1 d d3 Aan dijelasan lebih lanjut bagian predisi caupan!! 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 5 B. Large Scale Fading / Shadowing Contoh : Hasil penguuran pathloss pada ota-ota di Jerman. Dari data disamping didapatan : mean pathloss esponen =,7 dan σ = 11,8

14 C. Small Scale Fading 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 8 Atau Multipath Fading, atau Short Term Fading Lingungan anal radio mobile ( indoor / outdoor ) seringali tida terdapat lintasan gelombang langsung antara Tx dan Rx, sedemiian daya terima adalah superposisi dari banya omponen gelombang pantul masing-masing memilii amplitudo dan fasa saling independen Multipath dalam anal radio menyebaban : Perubahan yang cepat dari amplituda uat sinyal Modulasi freuensi random beraitan dengan efe Doppler pada sinyal multipath yang berbeda-beda Dispersi watu (echo) yang disebaban oleh delay propagasi multipath 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 7 C. Small Scale Fading Fator-Fator Yang Mempengaruhi Small Scale Fading Kecepatan MS Gera relatif antara Base Station dengan MS menghasilan modulasi freuensi random beraitan dengan pergeseran freuensi Doppler yang berbeda untu tiap lintasan multipath. Doppler shift bisa positif dan negatif tergantung dari posisi pergeraan MS terhadap RBS Kecepatan Obye Pemantul Jia obye-obye bergera dalam suatu anal radio, maa aan menghasilan pergeseran Doppler yang berubah terhadap watu, yang berbeda untu tiap omponen multipath. Jia pergeraan benda lebih besar dibandingan geraan MS sendiri, maa aan mendominasi small scale fading Lebar pita transmisi sinyal Pita freuensi yang relatif lebih lebar dibandingan bandwidth anal multipath, aan mengalami frequency selective fading.

15 C. Small Scale Fading 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 30 Model Respon Impulse Kanal Multipath RBS d x(t) v h(t) Variasi sinyal sesaat (small scale variation) sinyal omuniasi bergera secara langsung berhubungan dengan respon impulse dari anal radionya. Respon impulse ini merupaan arateristi anal yang memuat informasi sifat-sifat anal radio. Karateristi anal perlu dietahui untu mengetahui unju erja sistem omuniasi dalam anal radio Kanal radio mobile memilii sifat Linear Time Varying Channel y(t) 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 9 C. Small Scale Fading - model respon impulse anal multipath Sinyal yang diterima, merupaan fungsi jara (d) dan watu (t) x(t) h(d,t) y(d,t) y(d, t) Karena d = v.t, sistem ausal h(d,t) = 0 untu t < 0 y(v.t, t) = t x( τ)h(v.t, t τ)dτ + = x(t) h(d, t) = x( τ)h(d, t τ) dτ Asumsi v onstan, maa d hanya merupaan fungsi ecepatan (v) dan watu (t) y(t) = x(t) h(v.t, t) = t x( τ)h(v.t, t τ)dτ

16 C. Small Scale Fading analisis sinyal multipath 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 3 Analisis Sinyal Multipath Asumsi : Kendaraan ta bergera e r = 1 N () t = a cos( πf t + φ ) Recall : cos 0 Sinyal terima dapat dinyataan sbb : e = 1 N () t = a cos( πf t + φ ) 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 31 r dimana, f 0 = freuensi carrier N = jumlah lintasan multipath a, φ = amplitudo dan fasa dari omponen multipath e- ( πf t + φ ) = cos( πf t) cos( φ ) sin( πf t) ( φ ) sin 0 C. Small Scale Fading analisis sinyal multipath e r = 0 = N N ( t) = cos( πf t) a cos( φ ) sin( πf t) a sin( φ ) Y r ( t) = X cos( πf t) Ysin( πf t) er 0 0 X Maa : Dengan asumsi : N besar (banya lintasan)! Secara teori ta terbatas, secara pratis > 6 φ terdistribusi uniform pada (0 sd π) a masing-masing dapat dibandingan (tida ada yang cuup dominan) X dan Y terdistribusi secara Identi Gaussian tetapi saling Independen Identically Independently Distributed (IID) Sinyal Envelope + = r = X Y Terdistribusi RAYLEIGH!!

17 C. Small Scale Fading analisis sinyal multipath 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 34 DISTRIBUSI RAYLEIGH memilii probability density function (pdf), sbb: r r exp () p r = σ σ 0 ( 0 r ) ( r < 0) Probability Density Threshold Dimana, σ = nilai rms dari sinyal terima sebelum detesi envelope σ menyataan daya rata-rata watu detesi envelope Amplitude Kemudian, probabilitas envelope sinyal tida melebihi suatu nilai R yang ditentuan, dapat diturunan sbb: P(R) = P r R ( r R) = p( r) 0 dr = 1 exp R σ Ini adalah CDF (Cumulative Distribution Function)! 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 33 C. Small Scale Fading analisis sinyal multipath Nilai mean r mean dari distribusi Rayleigh diberian oleh : r mean π [] = r p() r dr = σ = σ = E r 0 Sedangan variansi dari distribusi Rayleigh, σ r, menyataan daya ac envelope sinyal, σ r = E r = σ [ ] E [] r = r p() r 0 π = 0.49 σ Nilai median dapat diselesaian, 1 r median = p 0 σ π dr () r dr = 1.177σ r median = σ π

18 C. Small Scale Fading analisis sinyal multipath 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 36 Bagaimana DISTRIBUSI RICIAN? line of sight reflections TX RX Model persamaan sinyal : Distribusi Rician terjadi alau ada omponen sinyal yang dominan! Pada model di atas, omponen sinyal yang dominan adalah omponen sinyal LOS (line of sight) e r N () t = Ccos πf t + a cos( πf t + φ ) 0 = 1 0 Dimana, C = amplitudo omponen sinyal LOS a, φ = amplitudo dan fasa sinyal multipath e- 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 35 C. Small Scale Fading analisis sinyal multipath Distribusi RICIAN diberian oleh persamaan beriut: () r r = σ exp 0 ( r + C ) Cr. I ( A 0, r ) σ σ p 0 ( r < 0) I 0 ( ) adalah fungsi Bessel termodifiasi bentu pertama orde nol Distribusi Rician sering didesripsian dalam Parameter K ( K factor ), dimana: K = C σ atau, dalam db K( db) = 10log σ C

19 C. Small Scale Fading analisis sinyal multipath 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 38 NILAI-NILAI K K = (6 to 30 db)! Untu sistem micro-cellular K ta berhingga (K! ), artinya :! Komponen dominan sangat uat dibanding omponen lainnya! PDF Rician berbentu menuju PDF Gaussian dengan σ ecil Severe Fading (K = 0): Fading terjadi dengan hebat dan sangat gala! Itulah Rayleigh Fading 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 37 C. Small Scale Fading analisis sinyal multipath Asumsi : Kendaraan bergera! terpengaruh efe Doppler v Sinyal terima MS diam sudah dinyataan : e r = 1 N () t = a cos( πf t + φ ) 0 e r Untu MS bergera, f 0! f, arena freuensi yang diterima untu masing-masing lintasan berbeda-beda = 1 N () t = a cos( πf t + φ ) dimana, f = v cosθ λ Rumit tapi menari!

20 C. Small Scale Fading 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 40 sudut γ f f = = v cosθ λ v cos λ ( γ α ) cosβ Untu penurunan lengap Doppler spectrum, lihat pada: Parson, David, The Mobile Radio Propagation Channel, Pentech Press, Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 39 C. Small Scale Fading

21 C. Small Scale Fading 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 4 Karaterisasi Kanal Multipath Delay Spread Model dan Time Varying Model Fous pada multipath fading, disebaban hal: Time spreading sinyal! Aibat sinyal datang dengan delay yang berbeda-beda, dianalisis dengan Delay Spread Model Time varying of channel! aibat pergeraan, dianalisis dengan Time Varying Model Evaluasi/analisis biasa dilauan dalam Domain watu, dan Domain freuensi 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 41 C. Small Scale Fading Amplitudo Amplitudo sinyal terima tergantung dari loasi dan freuensi Jia antena bergera, maa loasi x aan berubah linear terhadap watu t (x = v t) Freuensi Watu Parameters: probability of fades duration of fades bandwidth of fades

22 C. Small Scale Fading 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 44 Delay Spread Model Untu mengetahui arateristi delay anal, biasanya dilauan Channel sounding (dengan respon impulse) Multipath channel Maximum excess delay τ didisritan menjadi N elompo path, tiap path dipisahan oleh selang watu τ. Model digunaan untu menganalisa sinyal dengan BW < 1/( τ). Total daya terima adalah jumlah semua omponen multipath, jia omponenomponen itu dapat dipecahan / diatasi. Jia BW sinyal << BW anal! multipath dapat diatasi Jia BW sinyal >> BW anal! multipath tida dapat diatasi. SIRCIM (Simulation of Indoor Radio Channel IMpulse response) SMRCIM (Simulation of Mobile Radio Channel IMpulse response.) 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 43 C. Small Scale Fading Hasil dari suatu channel sounding dapat dilihat dari gambar beriut : Power delay profile Dari gambar di samping tampa bahwa sinyal pulsa pertamaali datang dengan level daya tertinggi. Beriutnya emudian datang sinyal-sinyal lain dengan level daya yang lebih rendah

23 C. Small Scale Fading 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 46 Model channel SMRCIM/SIRCIM pada daerah urban, daerah mirocell, dan propagasi indoor diasumsian memilii max excess delay masing-masing 96 us, 5 us, dan 50 ns. Jumlah omponen multipath dibagi dalam 4 elompo path yg dapat dianggap sebagai sebuah path yg dapat diresolusian. Hitung BW max dari signal impulse yg masih bisa dianalisis atau representatip untu masing-masing model channel tsb. Jawab: Urban τ = 96/4=4 us! Signal BW <= 1/(*4 us)=0.15 MHz Mirocell τ = 5/4=!Signal BW <= Indoor τ = 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 45 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath parameter dispersi watu Parameter dispersi watu adalah : Mean Excess Delay :! momen pertama dari power delay profile Mean Excess Delay RMS Delay Spread Maximum Excess Delay Spread τ = a a τ = P( τ P( τ ) τ ) RMS Delay Spread :! aar uadrat dari momen tengah edua dari power delay profile! RMS Delay Spread adalah standar deviasi excess delay! Merupaan rata-rata simpangan terhadap mean excess delay σ τ = τ = τ a (τ) a τ = P( τ P( τ ) τ )

24 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath parameter dispersi watu 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 48 Maximum Excess Delay Spread! delay watu selama energi multipath jatuh sebesar X db (biasanya 10 db) dibawah masimum 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 47 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath parameter dispersi watu Coherence Bandwidth Adalah uuran statisti suatu range freuensi pada anal yang dapat dianggap flat atau bandwidth diantara freuensi yang memilii potensi uat dalam orelasi amplitudo. Semua ompunen spetrum dalam range bandwidth oheren dapat diperhatian (adapat dianggap) mendapatan gain dan fasa yang linier Bandwidth oheren sebainya diuur, tetapi bisa dideati dengan persamaan : atau

25 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath parameter dispersi watu 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 50 Contoh : Hitunglah mean excess delay, rms delay spread, dari suatu anal multipath yang profile multipath-nya diberian pada gambar beriut. Berian reomendasi apaah anal multipath tersebut coco untu AMPS dan GSM tanpa menggunaan equalizer? Jawab : Pr(τ) 0 db -10 db -0 db -30 db τ (ms) τ Mean excess delay, a τ P( τ ) τ τ = = a P( τ ) (1)(5) + (0.1)(1) + (0.1)() + (0.01)(0) τ = = 4.38 µ s ( ) Momen edua delay profile, (1)(5) = + (0.1)(1) + (0.1)() + (0.01)(0) ( ) = 1.07 µ s 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 49 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath parameter dispersi watu RMS delay spread, σ τ = 1.07 (4.38) = 1.37 µ s Coherence bandwidth, 1 B C = 146 Hz 5σ τ Jadi, Untu AMPS ( BW anal RF = 30 Hz ), BW anal RF < BW oheren sehingga tida memerluan equalizer Untu GSM ( BW anal RF = 00 Hz ), BW anal RF > BW oheren, sehingga memerluan equalizer

26 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath parameter dispersi watu 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 5 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 51 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath parameter dispersi watu Intersymbol Interference (ISI): Ketia multipath delay spread lebih besar dari 0% durasi simbol, ISI dapat menjadi problem. Untu mengatasi ISI Pertama, receiver dipasangi dengan adaptive equalizer Equalizer ini menguji efe delay multipath pada deretan training bit yang dietahui, selanjutnya menggunaan informasi hasil pengujian ini untu mengatasi efe delay multipath pada deretan bit-bit informasi sesungguhnya Kedua, menggunaan ode-ode protesi error (channel coding) untu mendetesi dan mengoresi error Catatan : ISI tida bisa diatasi dengan memperbesar uat sinyal!!

27 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath parameter dispersi watu 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 54 Typical Delay Spreads Macrocells T RMS < 8 µsec GSM (56 bit/s) uses an equalizer IS-54 (48 bit/s): no equalizer In mountanous regions delays of 8 µsec and more occur GSM has some problems in Switzerland Microcells T RMS < µsec Low antennas (below tops of buildings) Picocells T RMS < 50 nsec nsec Indoor: often 50 nsec is assumed DECT (1 Mbit/s) wors well up to 90 nsec Outdoors, DECT has problem if range > m 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 53 C. Small Scale Fading Time Varying Model Variasi anal (arena geraan)! Doppler spread Doppler spread f D! channel coherence time T C. Channel coherence time adalah suatu selang watu dimana anal diperhatian (dapat dianggap) tida berubah terhadap watu (time invariant). Dalam ata lain: Channel coherence time adalah watu dimana sinyal terima memilii orelasi amplitudo yang uat Jia periode simbol (reciprocal BW) lebih besar dari coherence time! artinya anal aan berubah selama periode simbol tersebut! terjadi fast fading.

28 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath Efe doppler 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 56 Doppler Spread dan Coherence Time Latar belaang : Pergeseran Doppler ( Doppler Shift ) Doppler shift (pergeseran doppler) adalah pergeseran freuensi yang disebaban pergeraan penerima. Doppler shift meningatan bandwidth sinyal yang ditransmisian 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 55 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath Efe doppler Doppler spread, f m, adalah pergeseran doppler masimum masimum, cos θ = 1 Coherence Time, T C : Jia ecepatan simbol lebih besar dari 1/T C, maa sinyal tida mengalami distorsi anal yang disebaban pergeraan penerima

29 C. Small Scale Fading Parameter anal multipath Efe doppler 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 58 Example Sebuah vehicle melaju pada v = 36 m/jam menerima sinyal multipath pada freuensi 900 MHz menjauh dari pemancar. Hitung channel coherence time Hitung perioda sample untu mendapatan sample yang masih berorelasi tinggi Hitung jumlah sample serta berama lama penguuran sample dalam jara tempuh 5 m. Berapa Doppler spread dari channel tersebut 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 57 C. Small Scale Fading Klasifiasi Small Scale Fading SMALL SCALE FADING Berdasaran atas multipath Time Delay Spread Berdasaran atas Doppler Spread FLAT FADING # BW sinyal < BW oheren # Delay spread < periode simbol FREQUENCY SELECTIVE FADING # BW sinyal > BW oheren # Delay spread > periode simbol FAST FADING # Doppler spread >> # Coherence time < periode simbol # Variasi anal lebih cepat dari variasi sinyal baseband SLOW FADING # Doppler spread << # Coherence time > periode simbol # Variasi anal lebih lambat dari variasi sinyal baseband

30 Fading Simulator : Jae s Method 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 60 % % fading parameters % c_light = 3E8; % speed of light (m/s) v = 10; % vehicle's speed (ph) B = 40; % number of bit per slot R = 60; % bit rate (bps) T = 1/(R*1E3); % symbol duration (s) f = 1.8; % carrier frequency (GHz) fd = (v*1e3/3600)*f*1e9/c_light; % Doppler freq (Hz) % % variable in simulation % Tp = 1000; % number of data slot len = B*Tp; % number of symbol (B symbols/slot) % function y = fading(len, fd, T) % % parameter in Jaes Method % N = 34; N0 = (N/ - 1)/; alpha = pi/4; xc = zeros(len,1); xs = zeros(len,1); sc = sqrt()*cos(alpha); ss = sqrt()*sin(alpha); ts = 0:len-1; ts = ts'.*t + round(rand(1,1)*10000)*t; wd = *pi*fd; xc = sc.*cos(wd.*ts); xs = ss.*cos(wd.*ts); for lx =1:N0 wn = wd*cos(*pi*lx/n); xc = xc + (*cos(pi*lx/n0)).*cos(wn.*ts); xs = xs + (*sin(pi*lx/n0)).*cos(wn.*ts); end; y = (xc + i.*xs)./sqrt(n0+1); %plot fading signal figure(1); plot(ts*t,abs(y)); title('fading Signals') xlabel('time (sec)') ylabel('amplitude') 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading 59 Referensi-Referensi [1] Bogi W, Nachwan MA, Lecture Notes : Transmisi Komuniasi Bergera, Edisi Pertama, Mobilecomm.Labs-STTTelom, 1998 [] Nachwan MA, Lecture Notes : Transmisi Komuniasi Bergera, Edisi Kedua, Mobilecomm.Labs-STTTelom, [3] Rappaport, Theodore, Wireless Communication, [4] Parsons, David, The Mobile Radio Propagation Channel, Pentech Press Publishers-London, 199 [5] Kurniawan, Adit, Material Kuliah Pasca-Sarjana Sistem Komuniasi Seluler, ITB, 003 [6] Lee, William CY, Mobile Communication Engineering, McGraw- Hill, 198 [7] Linnartz, Jean-Paul MG, Wireless Communication CD! see on his web

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Tri Nopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT KLASIFIKASI DAN PARAMETER SINYAL PADA SELULER Wireless Propagation Radio

Lebih terperinci

Modul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect

Modul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect Wireless Communication System Modul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 1 Modul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect 2 Subject a. Doppler Effect Small

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS.1 Karakteristik Kanal Nirkabel Perambatan sinyal pada kanal yang dipakai dalam komunikasi terjadi di atmosfer dan dekat dengan permukaan tanah, sehingga model perambatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan hasil simulasi pengaruh K - factor pada kondisi kanal yang terpengaruh Delay spread maupun kondisi kanal yang dipengaruhi oleh frekuensi

Lebih terperinci

Radio Propagation. 2

Radio Propagation.  2 Propagation Model ALFIN HIKMATUROKHMAN., ST.,MT S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO http://alfin.dosen.st3telkom.ac.id/profile/ Radio Propagation The radio propagation

Lebih terperinci

BAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA

BAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA BAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA. Karateristi Kanal Wireless Pada sistem omuniasi mobile, sinyal yang ditransmisian melalui anal wireless aan mengalami proses propagasi

Lebih terperinci

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH 2.1 Multipath fading pada kanal nirkabel Sinyal yang ditransmisikan pada sistem komunikasi bergerak nirkabel akan mengalami banyak gangguan akibat pengaruh

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA 3.1 Simulasi Kanal Fading Rayleigh Proses simulasi yang digunakan untuk memodelkan kanal fading diambil dari

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima (Receiver / Rx ) pada komunikasi radio bergerak adalah merupakan line of sight dan dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto Perencanaan Transmisi Pengajar Muhammad Febrianto Agenda : PATH LOSS (attenuation & propagation model) FADING NOISE & INTERFERENCE G Tx REDAMAN PROPAGASI (komunikasi point to point) SKEMA DASAR PENGARUH

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam

Lebih terperinci

Modul 3 Small Scale Fading

Modul 3 Small Scale Fading Wieless Communication System Modul 3 Small Scale Fading Faculty of Electical Engineeing Bandung 15 1 Modul 3 Small Scale Fading Subject a. Intoduction Fading Channel Manifestations b. Small Scale Fading

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Power control pada sistem CDMA adalah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur daya pancar mobile station (MS) pada kanal uplink, maupun daya pancar base station

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Multicarrier Code Divison Multiple Access (MC-CDMA) MC-CDMA merupakan teknik meletakkan isyarat yang akan dikirimkan dengan menggunakan beberapa frekuensi pembawa (subpembawa).

Lebih terperinci

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009 MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 29 Sirmayanti, Pemodelan End-to End SNR pada Dual-Hop Transmisi dengan MMFC PEMODELAN END-TO-END SNR PADA DUAL-HOP TRANSMISI DENGAN MIXED MULTIPATH FADING CHANNEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem CDMA pengendalian daya baik pada Mobile Station (MS) maupun Base Station (BS) harus dilakukan dengan baik mengingat semua user pada CDMA mengggunakan

Lebih terperinci

Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Tri Nopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT FADING MITIGATION

Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Tri Nopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT FADING MITIGATION Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Tri Nopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT FADING MITIGATION A. Pendahuluan Dalam mengatasi fading, engineer harus

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713 IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Email: aryobaskoro@mail.unnes.ac.id Abstrak. Karakteristik kanal wireless ditentukan

Lebih terperinci

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang LANDASAN TEORI Ruang Contoh Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam ondisi yang sama yang hasilnya tida dapat dipredisi secara tepat tetapi ita dapat mengetahui semua emunginan hasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Pada Bab ini akan menjelaskan tentang teori-teori penunjang penelitian, dan rumus-rumus yang akan digunakan untuk pemodelan estimasi kanal mobile-to-mobile rician fading sebagai berikut..1

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna atif Detection CDMA dengan Modulasi Quadrature Phase Shift Keying Berbasis Perangat Luna Saretta Nathaniatasha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI TEKNIK ALOKASI KANAL DDCA/PC DALAM MENEKAN PROBABILITAS KEGAGALAN PANGGILAN DAN MENINGKATKAN KAPASITAS SISTEM PADA CDMA

ANALISIS KONTRIBUSI TEKNIK ALOKASI KANAL DDCA/PC DALAM MENEKAN PROBABILITAS KEGAGALAN PANGGILAN DAN MENINGKATKAN KAPASITAS SISTEM PADA CDMA 1 ANALISIS KONTRIBUSI TEKNIK ALOKASI KANAL DDCA/PC DALAM MENEKAN PROBABILITAS KEGAGALAN PANGGILAN DAN MENINGKATKAN KAPASITAS SISTEM PADA CDMA Yuni Mariana, L2F099654 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni,

Lebih terperinci

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang di mulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

CELLULAR COMMUNICATION. SYSTEM Modul 2 Large Scale Fading

CELLULAR COMMUNICATION. SYSTEM Modul 2 Large Scale Fading CELLULAR COMMUNICATION. SYSTEM Faculty of Electrical Engineering Bandung 2016 Subject a. Path Loss Model b. Model Okumura-Hatta, COST 231 c. Model Walfish Ikegami, LEE Introduction Why is it important

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

BAB II PROPAGASI SINYAL. kondisi dari komunikasi seluler yaitu path loss, shadowing dan multipath fading.

BAB II PROPAGASI SINYAL. kondisi dari komunikasi seluler yaitu path loss, shadowing dan multipath fading. BAB II PROPAGASI SINYAL 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari komunikasi

Lebih terperinci

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Winda Aulia Dewi 1, Yoedy moegiharto 2, 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Telekomunikasi, 2 Dosen Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik

Lebih terperinci

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) 2.1 Pengenalan CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi

BAB 2 DASAR TEORI. Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Konsep Seluler Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi bergerak adalah sistem komunikasi tanpa kabel (wireless) yaitu sistem komunikasi radio lengkap dengan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN ALGORITMA MAXIMAL RATIO COMBINING PADA KANAL RAYLEIGH DAN RICIAN

Lebih terperinci

HAND OUT EK. 475 SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL

HAND OUT EK. 475 SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL HAND OUT EK. 475 SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL Dosen: Ir. Arjuni BP, MT Drs. Rana Baskara PENDIDIKAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Konsep Perencanaan Sistem Seluler Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti

Lebih terperinci

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI Zulkha Sarjudin, Imam Santoso, Ajub A. Zahra Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Malang Sistem Telekomunikasi Digital Page 1

Politeknik Negeri Malang Sistem Telekomunikasi Digital Page 1 A. Pengertian RAKE Receiver The Rake Receiver adalah sebuah penerima radio yang dirancang untuk mengatasi pengaruh dari multipath fading. Hal ini dilakukan dengan menggunakan beberapa "subreceiver" yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network 5 BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu teknologi alternatif yang relatif murah dibandingkan dengan menggunakan

Lebih terperinci

TEKNIK DIVERSITAS. Sistem Transmisi

TEKNIK DIVERSITAS. Sistem Transmisi TEKNIK DIVERSITAS Sistem Transmisi MENGAPA PERLU DIPASANG SISTEM DIVERSITAS PARAMETER YANG MEMPENGARUHI : AVAILABILITY Merupakan salah satu ukuran kehandalan suatu Sistem Komunikasi radio, yaitu kemampuan

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD Butet Nata M Simamora, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM

BAB III PEMODELAN SISTEM BAB III PEMODELAN SISTEM Untuk mengetahui unjuk kerja sistem MIMO MC-CDMA, dilakukan perbandingan dengan sistem MC-CDMA. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sistem MIMO MC-CDMA merupakan

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi komunikasi digital saat ini dituntut untuk dapat mentransmisikan suara maupun data berkecepatan tinggi. Berbagai penelitian sedang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Sistem Komunikasi HAPS

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Sistem Komunikasi HAPS BAB II TEORI DASAR 2.1 Sistem Komunikasi HAPS HAPS (High Altitude Platform Station) merupakan teknologi baru yang sangat potensial untuk mendukung industri wireless. Dengan berkembangnya teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutahir Penelitian dalam Sripsi ini merupaan pengembangan dari beberapa penelitian yang telah dilauan sebelumnya, yaitu mengenai inerja ombinasi

Lebih terperinci

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri / Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN Warta Qudri / 0122140 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH 65, Bandung, Indonesia, Email : jo_sakato@yahoo.com ABSTRAK Kombinasi

Lebih terperinci

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Trinopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT KONSEP DASAR SISTEM SELULER 1 Outline Blok Sistem Komunikasi secara Umum

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. 7. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. 7. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016 TEE 843 Sistem Telekomunikasi 7. Modulasi Muhammad Daud Nurdin syechdaud@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016 Modulasi Prinsip Dasar Modulasi Modulasi Gelombang Kontinu Modulasi

Lebih terperinci

PENGARUH FADING PADA SISTEM KOMUNIKASI GELOMBANG MIKRO TETAP DAN BERGERAK

PENGARUH FADING PADA SISTEM KOMUNIKASI GELOMBANG MIKRO TETAP DAN BERGERAK 33 PENGARUH FADING PADA SISTEM KOMUNIKASI GELOMBANG MIKRO TETAP DAN BERGERAK Sugeng Purbawanto ABSTRAK Pada sistem komunikasi gelombang mikro, terjadinya fading merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM : KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM : 132 03 017 Program Studi : Teknik Elektro SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO LINK BUDGET Ref : Freeman 1 LINK BUDGET Yang mempengaruhi perhitungan Link Budget adalah Frekuensi operasi (operating frequency) Spektrum yang dialokasikan Keandalan (link reliability) Komponen-komponen

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha PENINGKATAN KAPASITAS MENGGUNAKAN METODA LAYERING DAN PENINGKATAN CAKUPAN AREA MENGGUNAKAN METODA TRANSMIT DIVERSITY PADA LAYANAN SELULER AHMAD FAJRI NRP : 0222150 PEMBIMBING : Ir. ANITA SUPARTONO, M.Sc.

Lebih terperinci

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar 3 Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Eletrotenia Dasar Jamhir slami Pranata Laboratorium Pendidian (PLP) Ahli Muda Laboratorium Eletrotenia Dasar Faaultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, Amin. Bandung, Januari 2007

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, Amin. Bandung, Januari 2007 ABSTRAK Sistem MC-CDMA (MultiCarrier CDMA), merupakan teknik akses jamak varian dari sistem CDMA (Code Division Multiple Access). MC-CDMA ini merupakan teknologi yang mendukung generasi 3G, yang sangat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI WIMAX UNTUK LINGKUNGAN NON LINE OF SIGHT (Arni Litha)

TEKNOLOGI WIMAX UNTUK LINGKUNGAN NON LINE OF SIGHT (Arni Litha) 21 TEKNOLOGI WIMAX UNTUK LINGKUNGAN NON LINE OF SIGHT Arni Litha Dosen Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang Abstrak Walaupun banyak teknologi saat

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G Maria Ulfah 1*, Nurwahidah Jamal 2 1,2 Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Balikpapan * e-mail : maria.ulfah@poltekba.ac.id Abstract Wave propagation through

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah memberikan kemudahan dan kemajuan dalam berbagai bidang khususnya dalam bidang telekomunikasi. Ini dapat dibuktikan dengan

Lebih terperinci

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure 8/9/01 UJI TUKEY UJI DUNCAN UJI BARTLETT UJI COCHRAN UJI DUNNET Elty Sarvia, ST., MT. Faultas Teni Jurusan Teni Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Macam Metode Post Hoc Analysis The Fisher

Lebih terperinci

Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial

Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi sudut / Modulasi eksponensial Sudut gelombang pembawa berubah sesuai/ berpadanan dengan gelombang informasi kata lain informasi ditransmisikan dengan perubahan

Lebih terperinci

Pengukuran Karakteristik Propagasi Kanal HF Untuk Komunikasi Data Pada Band Maritim

Pengukuran Karakteristik Propagasi Kanal HF Untuk Komunikasi Data Pada Band Maritim Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol. 2, No. 2, Oktober 2014, 207-216 207 Pengukuran Karakteristik Propagasi Kanal HF Untuk Komunikasi Data Pada Band Maritim Wahyuni Khabzli Program Studi Teknik Elektronika

Lebih terperinci

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER 3.1 Struktur Jaringan Transmisi pada Seluler 3.1.1 Base Station Subsystem (BSS) Base Station Subsystem (BSS) terdiri dari

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE

PERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE Diajuan Guna Melengapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Eo Kuncoro

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA Ari Purwanto, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

Neural Network menyerupai otak manusia dalam dua hal, yaitu:

Neural Network menyerupai otak manusia dalam dua hal, yaitu: 2.4 Artificial Neural Networ 2.4.1 Konsep dasar Neural Networ Neural Networ (Jaringan Saraf Tiruan) merupaan prosesor yang sangat besar dan memilii ecenderungan untu menyimpan pengetahuan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Point to Point Komunikasi point to point (titik ke titik ) adalah suatu sistem komunikasi antara dua perangkat untuk membentuk sebuah jaringan. Sehingga dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci