BAB I PENDAHULUAN. siswa yang lebih aktif dalam mencari informasi. Interaksi yang terjadi selama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. siswa yang lebih aktif dalam mencari informasi. Interaksi yang terjadi selama"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem belajar mengajar yang terjadi saat ini lebih mengarah kepada student oriented yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa yang lebih aktif dalam mencari informasi. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri murid, guru, bahan materi ajar dan berbagai sumber belajar serta fasilitas yang ditunjang dengan fasilitas ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam proses belajar Dari pengalaman mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Wonosalam, ketika mengajar dengan pola konvensional didapatkan hasil belajar yang kurang maksimal. Berdasarkan observasi dan pengamatan penulis selama proses belajar mengajar, banyak peserta didik yang merasa jenuh dengan pola yang diterapkan. Penulis menyadari bahwa peserta adalah manusia yang memiliki titik kejenuhan. Oleh karena itu perlu adanya perencanaan pembelajaran yang baik agar tercipta proses belajar mengajar yang lebih optimal. Setiap akan mengajar, pengajar perlu membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam rangka melaksanakan sebagian dari 1

2 2 rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan itu terkandung tujuan mengajar, materi yang akan diajarkan, metode pembelajaran, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan pembelajaran, memilih dan menentukan media pembelajaran, memilih dan menentukan alat peraga/media, cara membuat dan menggunakan media evaluasi. Salah satu upaya peningkatan kualitas pembelajaran adalah dengan pemilihan strategi atau cara dalam menyampaikan materi pembelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar peserta didik khususnya mata pelajaran alat ukur. Salah satu cara menyampaikan materi pembelajaran dapat menggunakan media pembelajaran macromedia flash 8. Adanya perkembangan teknologi pendidikan dapat mendukung pembuatan media pembelajaran macromedia flash 8 yang berkualitas sehingga dapat menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Dengan adanya media pembelajaran macromedia flash 8 yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan minat belajar peserta didik? Salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan dalam pembuatan media visual adalah macromedia flash 8. Kelebihan perangkat lunak ini dapat membuat beberapa animasi seperti suara, animasi interaktif dan lain-lain sehingga cocok dijadikan sebagai media pembelajaran berbasis komputerisasi macromedia flash 8. 2

3 3 Dari uraian diatas dapat diduga bahwa model pembelajaran secara konvensional dapat membuat interaksi belajar mengajar kurang maksimal, oleh karena itu perlu segera diidentifikasikan permasalahan tersebut dan dicari solusinya agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang optimal. Sudah lebih dari 5 tahun SMK Negeri Wonosalam masih tetap menggunakan media pembelajaran secara konvensional sehingga proses pembelajaran kurang maksimal, dan jika dilakukan pengembangan media pembelajaran masih kurang maksimal. Apa saja permasalahan yang dapat menyebabkan hasil belajar kurang maksimal? Mengapa aktifitas siswa rendah pada media pembelajaran secara konvensional? Mengapa respon siswa kurang dalam pembelajaran secara konvensional? Untuk dapat menemukan jawaban pertanyaan tersebut secara ilmiah tepat dan akurat maka perlu dilakukan penelitian. B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah, dan hasil pengamatan langsung di lapangan, terdapat berbagai masalah yang dapat di identifikasikan pada objek penelitian, diantaranya : 1. Hasil belajar siswa kurang maksimal dalam pembelajaran alat ukur mekanik presisi. 3

4 4 2. Aktifitas siswa rendah yang berkaitan dengan pembelajaran alat ukur mekanik presisi. 3. Respon siswa kurang dalam pembelajaran alat ukur mekanik presisi. Hal ini dikarenakan siswa lebih antusias jika pembelajaran dapat divisualisasikan. 4. Sebagian guru masih masih merasa kesulitan untuk menyampaikan semua materi kepada siswa dikarenakan media pembelajaran yang masih konvensional. C. Batasan Masalah Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain minat, bakat, motivasi, media belajar, sarana prasarana belajar, lingkungan, guru, dan sebagainya. Mengingat luasnya masalah tersebut dan rasanya tidak mungkin dengan waktu yang relatif singkat dapat mengungkap semua masalah yang telah teridentifikasi. Oleh karena itu, penelitian ini hanya memfokuskan pada masalah sebagai berikut : 1. Hasil belajar siswa setelah penggunaan media belajar berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada mata pelajaran alat ukur mekanik presisi pada khususnya jangka sorong dan mikrometer. 2. Aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media belajar berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada mata pelajaran alat ukur mekanik presisi pada khususnya jangka sorong dan mikrometer. 4

5 5 3. Respon siswa terhadap penggunaan media belajar berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada mata pelajaran alat ukur mekanik presisi pada khususnya jangka sorong dan mikrometer. D. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah tersebut, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Seberapa baik hasil belajar siswa setelah penggunaan media belajar berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada mata pelajaran alat ukur mekanik presisi pada khususnya jangka sorong dan mikrometer? 2. Seberapa baik aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media belajar berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada mata pelajaran alat ukur mekanik presisi pada khususnya jangka sorong dan mikrometer? 3. Seberapa baik respon siswa terhadap penggunaan media belajar berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada mata pelajaran alat ukur mekanik presisi pada khususnya jangka sorong dan mikrometer? E. Tujuan Penelitian Selaras dengan rumusan masalah dan latar belakang masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut : 5

6 6 1. Untuk mengetahui seberapa baik hasil belajar siswa setelah penggunaan media belajar berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada mata pelajaran alat ukur mekanik presisi pada khususnya jangka sorong dan mikrometer. 2. Untuk mengetahui seberapa baik aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menggunaan media belajar berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada mata pelajaran alat ukur mekanik presisi pada khususnya jangka sorong dan mikrometer. 3. Untuk mengetahui seberapa baik respon siswa terhadap penggunaan media belajar berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada mata pelajaran alat ukur mekanik presisi pada khususnya jangka sorong dan mikrometer. F. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut yang sejenis. Sedangkan manfaat praktisnya adalah : 1. Bagi peserta didik, dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar dalam upaya belajar mandiri. 2. Bagi penulis, dapat berlatih membuat media pembelajaran visual berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada khususnya jangka sorong dan mikrometer. 3. Bagi guru, sebagai media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. 6

7 7 4. Bagi para peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Gambar 1.1 Lokasi Penelitian, SMKN Wonosalam Gambar 1.2 Bengkel TKR, SMKN Wonosalam 7

8 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahas latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Heinich (Arsyad, 2008:4), medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima, sementara (Arsyad, 1996:4) mengemukakan apabila media itu membawa pesanpesan informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. (Sadiman, 2003:7) Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi Secara umum media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai suatu perangkat pembelajaran yang membantu pengajar menyampaikan isi materi ke peserta didik sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. 2. Manfaat Media Pembelajaran Jamaludin, (Arsyad, 2008:6), beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai berikut : a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi. b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik. 8

9 9 c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya. e. Media pendidikan memiliki kemampuan dalam memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, menimbulkan persepsi yang sama. Juga mengemukakan, manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu : a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa. b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya. c. Metode pengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. d. Peserta didik dapat lebih banyak lagi melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. B. Komputer Sebagai Media Pembelajaran ( Rahardjo, 1986:60 ). Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya. Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana belajar multi media yang memungkinkan siswa membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian multimedia berbasis komputer 9

10 10 dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi perkuliahan yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi. Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu. Contoh dari penggunaan multimedia berbasis komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan siswa pada jurusan eksakta, mesin, kimia, dan fisika melakukan percobaan tanpa harus berada di laboratorium. Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu jaringan (network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara luas. Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa (pola bermedia). Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam pembelajaran meliputi: 10

11 11 Penggunaan Multimedia Presentasi. Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoritis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak diatas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditrif maupun kinestetik. Hal ini didukung oleh teknologi perangkat keras yang berkembang cukup lama, telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kegiatan presentasi. Salah satu produk yang paling banyak memberikan pengaruh dalam penyajian bahan presentasi digital saat ini adalah perkembangan monitor, kartu video, kartu audio serta perkembangan proyektor digital (digital image projector) yang memungkinkan bahan presentasi dapat disajikan secara digital untuk bermacam-macam kepentingan dalam berbagai kondisi dan situasi, serta ukuran ruang dan berbagai karakteristik audience. Tentu saja hal ini menyebabkan perubahan besar pada metode presentasi saat ini, dan dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan Teknologi 11

12 12 Informasi dan Komunikasi. Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya untuk dipresentasikan dengan menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk multimedia projector, melainkan juga dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti over head projector (OHP) dan film slides projector yang sudah lebih dahulu diproduksi. Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu metode pembelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan, telah memberikan pengaruh yang sangat besar bukan hanya pada pengembangan kegiatan praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada teori-teori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran. Diantaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru dalam mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis komputer. C. Macromedia Flash 8 Sebagai Media Pembelajaran Audio Visual (Yudhiantoro, 2006:1) Macromedia Flash adalah sebuah program yang ditujukan kepada para desainer maupun programer yang bermaksud merancang animasi untuk pembuatan halaman web, presentasi untuk tujuan bisnis maupun proses pembelajaran hingga pembuatan game interaktif serta tujuan-tujuan lain yang lebih spesifik. 12

13 13 Macromedia Flash salah satu software (perangkat lunak) untuk pembuatan animasi yang diproduksi oleh macromedia, Lnc. Saat ini flash telah menjadi standar untuk animasi berbasis web (internet) dan berbasis tutorial atau penuntun, salah satunya untuk media pembelajaran. Keuntungan dari penggunaan program macromedia flash ini adalah : 1. Ukuran file untuk animasi setelah program jadi lebih kecil dibandingkan dengan program animasi lain. 2. Embeded (dapat ditempeli animasi yang berasal dari animasi program lain, misal GIF animator, SWISH creator, dll 3. Mudah untuk menkonversi file video kedalam time line flash dan sebaliknya, 4. Tidak membutuhkan spesifikasi komputer yang tinggi, compatible (dapat dioperasikan) dengan semua operating system, 5. Dalam Macromedia flash 8 profesional terdapat banyak sekali library (kepustakaan) program yang sudah Plug In (terpasang) misal : library button dan flv media player, dll, dan 6. Terdapat action script versi 1 dan 2. D. Prestasi Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) disebutkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang 13

14 14 dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/angka nilai yang diberikan oleh guru. Dengan mengacu pada pengertian belajar sebagai proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu yaitu perubahan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, psikomotor dan afektif yang sifatnya tetap, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari aktifitas belajar yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Menurut ( Yudhi Munadi, 2008:24 ). Faktor-faktor yang mempengarui proses dan hasil belajar diantaranya sebagai berikut. 1. Faktor Internal a. Faktor Fisiologis Faktor ini berhubungan dengan kondisi fisiologis, jika siswa memiliki kesehatan yang prima maka akan membantu dalam proses belajar. b. Faktor Psikologis Kondisi psikologi anak didik yang berbeda-beda tentu juga akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar masing-masing. 2. Faktor Eksternal a. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial. b. Faktor Instrumental Faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. E. Materi Pokok Alat Ukur Pengukuran merupakan suatu cara membandingkan suatu besaran tertentu dengan besaran standar. Alat ukur mekanik presisi diantaranya adalah micrometer dan jangka sorong. 14

15 15 1. Jangka Sorong a. Definisi jangka sorong Jangka sorong adalah suatu alat ukur yang dapat dipergunakan untuk mengukur dimensi suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung. Secara umum, jangka sorong terdiri dari beberapa bagian yaitu rahang tetap, rahang geser, skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius yang terdapat pada rahang geser. Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkahlangkah menggunakan jangka sorong untuk keperluan tersebut. 15

16 16 b. Bagian-bagian Jangka Sorong Gambar 1. Bagian-bagian jangka sorong 1) Rahang Dalam Rahang dalam digunakan untuk mengukur sisi luar dari suatu benda. Terdiri atas rahang tetap dan rahang geser. 2) Rahang Luar Rahang luar digunakan untuk mengukur sisi dalam dari suatu benda. Terdiri atas rahang tetap dan rahang geser. 3) Depth Probe Depth probe digunakan untuk mengukur kedalaman dari suatu benda. 16

17 17 4) Skala Utama (dalam cm) Pada skala utama, angka 0-17 menunjukan skala dalam cm sedangkan garis - garis yang lebih pendeknya dalam mm. Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm sehingga dua sekala utama yang berdekatan berukuran 0,1 cm atau sama dengan 1 mm. 5) Skala utama (dalam inchi) Pada skala utama, angka 0-6 menunjukan skala dalam inchi sedangkan garis - garis yang lebih pendeknya dalam fraksi. 6) Skala nonius (dalam 1/10 mm) Pada jangka sorong di atas, untuk setiap garis skala menunjukan 1/10 mm. Tetapi ada juga yang memiliki skala 1/20. Sepuluh skala nonius memiliki panjang 9 mm, sehingga jarak dua skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,9 mm. Dengan demikian, perbedaan satu skala utama dan satu skala nonius adalah 1 mm - 0,9 mm = 0, 1 mm atau 0,01 cm. 7) Skala Nonius (untuk inchi) Menunjukan skala pengukuran fraksi dari inchi 8) Pengunci Digunakan untuk menahan bagian - bagian yang bergerak ketika pengukuran seperti rahang. 17

18 18 c. Mengukur dimensi luar Untuk mengukur dimensi luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1) Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap) 2) Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang. 3) Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang 4) Catatlah hasil pembacaan skala anda d. Mengukur dimensi dalam Untuk mengukur dimensi dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam sebuah cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1) Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan. 2) Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut 3) Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur 4) Catatlah hasil pembacaan skala anda. 18

19 19 e. Mengukur kedalaman benda Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1) Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak. 2) Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya. 3) Geserlah rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung. 4) Catatlah hasil pembacaan skala anda. Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1) Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol skala nonis. 2) Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama. 3) Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan : Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm). Jangka sorong biasanya digunakan untuk: 1) Mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit; 2) Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur; 19

20 20 3) Mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara menancapkan/menusukkan bagian pengukur. 4) Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius. Gambar 2. Jangka Sorong Lihatlah skala nonius yang berhimpit dengan skala utama. Di contoh, yang berhimpit adalah angka 4 (diberi tanda merah). Itu berarti 0,04 cm Sekarang lihatlah ke skala utama di sebelah kiri angka nonius 0. Di situ menunjukkan angka 4,7 cm. Berarti hasil pengukurannya adalah 4,7 cm + 0,04 cm = 4,74 cm. 2. Mikrometer Mikrometer adalah suatu alat ukur yang mempunyai ketelitian tinggi, digunakan pada pengerjaan-pengerjaan yang mempunyai ketepatan dan keakuratan yang tinggi, dipergunakan pada pengerjaan yang memerlukan ketepatan, pada pekerjaan mesin bubut, frais dan lain-lain. 20

21 21 Mikrometer disebut juga kaliber sekrup atau sekrup pengukur dengan ketelitian : 0,01 mm 0,005 mm 0,002 mm 0,0005 mm Kapasitas ukurannya: 0 25 mm mm mm mm mm a. Macam-Macam Mikrometer Menurut tujuan penggunaannya, mikrometer dibagi tiga macam yaitu: 1) mikrometer luar 2) mikrometer dalam 3) mikrometer kedalaman b. Bagian-Bagian Mikrometer Keterangan : 1. Landasan (anvil) Gambar 3. Mikrometer 2. Poros Geser (spindel) 3. Pengunci (lock clamp) 21

22 22 4. Tabung (sleeve) terdiri dari inner sleeve dan outer sleeve 5. Tabung Putar (thimble) 6. Ratcher stopper 7. Type Ukuran (Type) c. Fungsi beberapa macam mikrometer 1) Mikrometer luar (outside micrometer) Berfungsi untuk mengukur dimensi luar benda kerja dengan bagian utamanya sebagai berikut: Gambar 4. Mikrometer luar (outside micrometer) Keterangan : A. Skala Utama B. Landasan C. Poros Geser D. Tabung 22

23 23 E. Derad halus yang berisi mur dan ulir untuk menggerakkan poros dan tabung F. Ratchet atau pal stop untuk pemutaran akhir agar tidak terjadi penekanan paksaan oleh poros pada benda kerja. 2) Mikrometer luar dengan landasan tetap yang dapat diganti (outside micrometer with interchangeable anvil) Mikrometer ini terbuat dengan rangka besar yang dapat diganti kapasitasnya sehingga memungkinkan untuk pengukuran benda ukuran besar. Setiap penggantian harus disetel kembali dengan kedudukan nol. Gambar 5. Mikrometer luar dengan landasan tetap yang dapat diganti 3) Mikrometer indikator (indicatting micrometer) Mikrometer ini gabungan antara mikrometer jam ukur dan juga digunakan sebagai kaliber. Mikrometer ini dilengkapi dengan alat indikator atau jam ukur pada rangkanya yang langsung dapat 23

24 24 membaca sampai dengan 0,002 mm, mikrometer ini digunakan sebagai alat pengukur yang teliti diantara batas-batas indikatornya kurang lebih 0,02 mm. Gambar 6. Mikrometer indicator (indicatting micrometer) 4) Mikrometer dalam (inside micrometer) Mikrometer ini digunakan untuk mengukur diameter dalam lubang atau tabung. Cara penggunaannya adalah dengan penambahan tongkat/sumbu perpanjangan sesuai dengan diameter yang dibutuhkan. Bila mikrometer dalam biasa mempunyai suatu jarak pengukuran dari 1-10 inchi, maka dengan penambahan tongkat ini dapat mengukur dengan teliti sampai 100 inchi lebih. Setelah batang pengukur terpasang dan siap dipakai maka bentuknya seperti huruf T. 24

25 25 Gambar 7. Mikrometer dalam (inside micrometer) 5) Mikrometer kedalaman (depth micrometer) Berfungsi untuk mengukur kedalaman lubang ataupun permukaan yang bertingkat. Perbedaannya pada ujung poros utama mikrometer kedalaman dipasang suatu batang melintang siku-siku terhadap poros ukur. Batang ini untuk landasan ukur. d. Penggunaan Mikrometer Sebagai alat ukur mekanik presisi yang mempunyai ketelitian tinggi dan fungsi yang penting, mikrometer perlu dijaga tingkat kepresisiannya, salah satu caranya adalah dengan penggunaan mikrometer sesuai dengan prosedur yang benar. Apabila penggunaan tidak sesuai prosedur, bisa menyebabkan kerusakan pada mikrometer ataupun benda kerja. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mikrometer. 1) Mikrometer luar Langkah-langkah penggunaan mikrometer luar : 25

26 26 a) Mikrometer dibuka dengan cara memutar poros menjauhi landasan. b) Benda kerja dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan tangan kanan, dimana jari manis ditempatkan pada rangka U, jari telunjuk dan ibu jari ditempatkan pada laras yang beralur halus (knurling) dan jari tengah ditempatkan mendekati ring pengikat. c) Tempatkan mikrometer pada daerah benda kerja yang akan diukur dan putar tabung dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk, sebelum menyentuh gunakan ratchet untuk menghindari penekanan berat yang memungkinkan terjadinya keausan. d) Setelah ratchet slip, berarti telah terjadi penekanan ringan pada benda kerja dan tidak ada lagi penambahan tekanan. Kuncilah, sehingga tidak terjadi perubahan ukuran. e) Keluarkan benda kerja dari mikrometer, dan lakukan pembacaan. Untuk benda kerja yang besar ukurannya, dan tidak memungkinkan dipegang dengan satu tangan, maka benda kerja bisa diletakkan di meja, dan kedua tangan mengoperasikan mikrometer. 26

27 27 Gambar 8. Cara menggunakan mikrometer luar 2) Mikrometer dalam Mikrometer jenis ini dapat digunakan untuk mengukur bagian dalam seperti lubang yang kecil atau alur yang sempit. Untuk mengukur lebih teliti, pengukurannya dilakukan sebagai berikut: a) Pegang bagian rahang tetap (ragum yang tidak bergerak) dalam satu tangan dan pegang bagian tabung pada tangan yang lainnya. b) Sisipkan ujung mikrometer secara vertikal pada lubang setelah disetel mendekati besarnya ukuran diameter lubang. c) Putar poros dengan menggunakan ratchet, sampai terjadi penekanan ringan dan ratchet slip. 27

28 28 d) Putar aliran skrup pengikat, dan angkat mikrometer dari dalam lubang, lalu lakukan pembacaan. Untuk penggunaan mikrometer bentang, yang perlu diperhatikan adalah penambahan ukuran panjang batang perpanjangannya pada saat perhitungan, sedangkan untuk langkah penggunaannya tidak berbeda dengan mikrometer dalam. Gambar 9. Cara menggunakan mikrometer dalam 3) Mikrometer Kedalaman Langkah-langkah penggunaan mikrometer kedalaman adalah sebagai berikut: a) Pilih salah satu batang perpanjangan yang dibutuhkan dan sisipkan pada lubang yang terdapat pada bagian kepala mikrometer, selanjutnya sekrupkan mur penutup pada bagian 28

29 29 atas kepala mikrometer, sehingga sumbu tidak dapat bergerak atau lepas (longgar) pada waktu dipergunakan dalam pengukuran. b) Tempatkan sumbu perpanjangan pada lubang benda kerja yang akan diukur. c) Tempatkan alas (dasar mikrometer) pada sisi lubang bagian luar dan pegang mikrometer dengan tangan kiri. Selanjutnya putar tabung searah jarum jam. d) Sewaktu bagian ujung batang perpanjangan menyentuh dasar lubang, kuncilah dan lakukan pembacaan dengan menambahkan panjang batang perpanjangan Gambar 10. Cara menggunakan mikrometer kedalaman 29

30 30 e. Pembacaan Hasil Pengukuran 1) Mikrometer Luar Pembacaan ukuran mikrometer luar dibagi menjadi 2 skala, yaitu skala metrik dan imperial. a) Pada sistem metrik mempunyai beberapa macam ukuran yaitu 0-25 mm, mm, mm, mm, dan yang besar mm. Untuk semua kapasitas tersebut, jarak gerak poros ukurnya tetap 25 mm. Pada ulir spindel mempunyai kisar (tusukan) 0,5 mm jadi spindel maju 0,5 mm tiap satu putaran tabung putar. Pada skala utama tiap 10 mm dibagi menjadi 20 bagian jadi tiap bagian = 0,5 mm. Sedangkan pada tabung dibagi menjadi 50 bagian yang sama jadi tiap pembagian akan memberikan pembacaan 0,5 x 0,02 mm = 0,001 mm. Untuk lebih jelas bisa dilihat di gambar berikut. Gambar 11. Pembagian skala ukur sistem metrik 30

31 31 Contoh: Gambar 12. Cara membaca skala utama mikrometer luar cara pembacaan : pada skala utama = 11,5 mm pada tabung hasil pengukuran = 0,33 mm = 11,83 mm. b) Pada sistem imperial, 1 inch dibagi atas 40 ulir, jadi kisar ulir 1/40 = 0,025. Jadi tiap satu putaran tabung putar bergerak 0,025. Lalu pada tabung dibagi menjadi 25 bagian, jadi 1 pembagian kecil pada tabung besarnya adalah 1/25 x 0,025 = 0,001. Untuk lebih jelas bisa dilihat di gambar berikut. 31

32 32 Gambar 13. Pembagian tabung ukur sistem inchi Contoh: Gambar 14. Contoh pembacaan tabung ukur sistem inchi cara pembacaan : pada skala utama= 0,700 + (3 x 0,025)=0,775 pada tabung = 12 x 0,001 =0,012 hasil pengukuran =0,787 c) Mikrometer dalam dan kedalaman Cara pembacaan mikrometer dalam dan kedalaman baik untuk ukuran metrik maupun inchi berbeda mikrometer luar karena dilakukan dari kanan ke kiri, atau pada bagian yang 32

33 33 tertutup tabung. Selain itu juga perlu ditambahkan panjang batang perpanjangan apabila menggunakannya. Gambar 15. Contoh pembacaan tabung ukur dalam dan kedalaman sistem inchi cara pembacaan : pada skala utama = 0,775 pada skala tabung = 0,012 hasil pengukuran = 0,787 F. Kerangka Berfikir Keterampilan menggunakan alat ukur tentu wajib dikuasai oleh siswa SMK jurusan teknik mesin. Keterampilan ini diperoleh ketika mengikuti pembelajaran alat ukur mekanik presisi. Untuk menguasai ketrampilan tersebut kebanyakan siswa mengalami kesulitan, kerena sistem pembelajaran yang konvensional. 33

34 34 Proses belajar dapat mecapai hasil yang lebih baik jika siswanya mempunyai motivasi atau minat yang tinggi terhadap pembelajaran yang dipelajari. Salah satu upaya untuk meningkatkan minat belajar siswa yaitu dengan menggunakan media visual berbasis komputerisasi macromedia flash 8. Media visual berbasis komputerisasi macromedia flash 8 secara umum berfungsi sebagai media yang membantu guru untuk memudahkan dalam menyampaikan materi kepada siswa Penggunaan media pembelajaran berbasis komputerisasi macromedia flash 8 diharapkan mampu memberi pengaruh yang baik terhadap hasil belajar alat ukur yaitu dengan adanya peningkatan kualitas hasil belajar siswa. Hasil belajar ini ditunjukkan dengan perubahan sikap, minat, motivasi dan ketrampilan siswa. G. Hipotesis Berdasarkan kajian dan kerangka berfikir maka digunakan hipotesis sebagai berikut. Semakin baik media visual berbasis macromedia flash 8, maka semakin baik pula hasil prestasi siswa. 34

35 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di kelas X Teknik Kendaran Ringan (TKR)-1 SMK Negeri Wonosalam, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. 2. Waktu Penelitian Waktu untuk pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah pada bulan November 2011 selama semester Ganjil B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian pengaruh dilakukan untuk menghasilkan sebuah media visual berbasis komputerisasi macromedia flash 8 pada mata diklat alat ukur mekanik presisi. Menurut Richey and Nelson (Rusli, 2008), penelitian pengembangan adalah pengkajian sistematis terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, praktikalitas dan efektifitas. 35

36 36 Penelitian pengembangan ini mengacu pada model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D (four D model) yang dikemukaan oleh Thiagarajan, S.Semmel, P.P., dan Semmel, M.I.. model pengembangan ini dipilih karena menurut Rusli (2008,) lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran, uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis, dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli sehingga sebelum dilakukan uji coba dilapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli. C. Subjek, Objek dan Sasaran Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X program keahlian Teknik Kendaraan Ringan Satu semester ganjil tahun pelajaran dan Obyek penelitian adalah mata pelajaran alat ukur mekanik presisi. Sasaran penelitian adalah mengelompokkan siswa ke dalam satu kelas yaitu kelas X TKR-1, maka kelas tersebut yang digunakan sebagai kelas untuk uji coba instrumen. D. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode four-d (4-D), yang dikembangkan oleh Thiagarajan, S.Semmel, P.P., dan Semmel, M.I (dalam Ibrahim, 2002) meliputi tahap Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan) dan Disseminate (penyebaran). Karena keterbatasan dana 36

37 37 dan waktu maka tahap Disseminate (penyebaran) hanya dilakukan di kelas X TKR-1 SMKN Wonosalam, Jombang. 1. Pendefinisian (Define) Tahap Pendefinisian ini bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi yang akan dikembangkan perangkatnya. Analisis Ujung Analisis Siswa Analisis Analisis Defin Perumusan Tujuan Desain Awal Media Pembelajaran Berbasis Komputerisasi Audio Visual Penyusunan Format Media Dalam Bentuk Siklus I Desig Telaah dan validasi oleh ahli Revisi I Telaah dan validasi oleh guru Siklus II Develo Revisi Penyebaran Siklus III Dissemina Gambar 16. Diagram Model 4D ( Ibrahim, 2001:19 ) 37

38 38 Ada lima langkah pokok dalam tahap ini, yaitu : a. Analisis Materi Analisis materi dilakukan dengan mengkaji isi materi yang ada pada mata diklat alat ukur mekanik presisi. Materi media yang dibuat harus sesuai dengan (RPP) mata diklat alat ukur mekanik presisi pada khususnya jangka sorong dan mikrometer. b. Analisis Peserta Didik Analisis peserta didik dilakukan dengan menganalisis kemampuan peserta didik dalam menyimak dan mengoperasikan teknologi komputer. Peserta didik pada penelitian ini adalah siswa kelas X TKR-1 SMKN Wonosalam, Jombang yang kira-kira berumur 16 tahun keatas. Menurut Piaget (dalam Ilham, 2008), tahap perkembangan kognitifnya termasuk dalam tahap operasional formal (12 tahun sampai dewasa). Pada tahap ini peserta didik mempunyai ciri-ciri dapat berfikir secara abstrak dan murni, mampu membentuk konsep dan tidak tergantung pada realitas fisik dan dapat memecahkan masalah melalui penggunaan eksperimentasi sistematis. Berdasarkan teori perkembangan Piaget diatas konsep alat ukur mekanik presisi khususnya jangka sorong dan mikrometer yang mempunyai karakteristik abstrak memungkinkan untuk diajarkan dikelas. c. Analisis Tugas Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi 38

39 39 suatu pembelajaran. Analisis tugas dilakukan dengan menentukan atau membuat tugas-tugas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar yang bisa dijadikan sarana untuk penguatan pemahaman peserta didik terhadap materi dalam media visual berbasis komputerisasi macromedia flash 8. Tugas yang dilakukan peserta didik harus mengacu pada kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran. d. Analisis Konsep Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasikan konsepkonsep utama yang diajarkan serta menyusun secara sistematis materi yang akan diajarkan. Konsep utama yang diajarkan adalah kompetensi dasar alat ukur mekanik presisi khususnya jangka sorong dan mikrometer, adapun bentuk peta konsep adalah seperti gambar dibawah ini : Pengertian, fungsi dan jenis-jenisnya Alat ukur mekanik presisi Jangka Sorong dan Mikrometer Bagian-bagian alat ukur Jangka Sorong dan Mikrometer Cara menggunakan alat ukur Jangka Sorong dan Mikrometer Gambar 17. Peta Konsep Alat Ukur Jangka Sorong dan Alat Ukur 39

40 40 e. Perumusan Tujuan Pembelajaran Perumusan tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengkonversikan hasil analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus. Tujuan ini selanjutnya menjadi dasar pemilihan format media pembelajaran berbasis komputerisasi macromedia flash 8 penyusunan tes dan metode pembelajaran. Tujuan ini tetap memperhatikan berbagai kemampuan dasar peserta didik seperti kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari hasil analisis tentang alat ukur mekanik presisi maka rumusan tujuan pembelajaran yang akan dibuat sesuai dengan RPP mata pelajaran menggunakan alat ukur mekanik presisi khususnya jangka sorong dan mikrometer. 2. Perencanaan (Design) Tahap ini bertujuan untuk mendesain atau merancang materi alat ukur mekanik presisi agar dapat disajikan dalam bentuk media audio visual. Pada tahap ini dilakukan penyusunan tes hasil belajar, penyusunan format media visual dalam bentuk skrip dan penuangan skrip kedalam media pembelajaran visual berbasis komputerisasi macromedia flash 8. Media visual berbasis ini dibuat dengan software macromedia flash 8 profesional. a. Penyusunan media visual dalam bentuk skrip Penyusunan format media disesuaikan dengan hasil analisi konsep. Tiap-tiap bagian dalam peta konsep diisi analisis konsep diisi 40

41 41 dengan materi alat ukur mekanik presisi jangka sorong dan mikrometer, sesuai dengan (RPP). b. Penuangan skrip ke dalam media pembelajaran visual berbasis komputerisasi Macromedia Flash 8. Penuangan skrip ke dalam media pembelajaran visual berbasis komputerisasi dilakukan software macromedia flash 8. Hasil penuangan ini berupa animasi suara, video, gambar, tulisan, grafis, yang didesain berbentuk Web. 3. Pengembangan (Development) Tujuan akhir dari tahap pengembangan adalah (develop) adalah menghasilkan media pembelajaran visual berbasis komputerisasi macromedia flash 8 dalam bentuk compact disc yang dapat digunakan sebagai aplikasi pembelajaran dikelas ataupun mandiri, tahap pengembangan develop dilakukan dengan memvalidasikan atau menguji cobakan media visual berbasis komputerisasi macromedia flash 8. Tahap ini dilakukan untuk memperoleh masukan dan penilaian oleh ahli media (validator I dan II) dan guru alat ukur mekanik presisi (validator III). Selanjutnya media akan direvisi berdasarkan masukan dari validatorvalidator tersebut. 4. Penyebaran (Disseminate) Tahap ini dilakukan dengan menyebarkan media yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas, karena keterbatasan waktu dan 41

42 42 biaya makan penyebaran hanya dilakukan di kelas X TKR-1 SMKN Wonosalam, Jombang. Pada tahap ini tidak dilakukan kelayakan dan efektifitas media yang lebih luas, uji coba ini dilaksanakan pada 35 siswa. E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Merupakan perangkat mengajar yang di dalamnya terdapat langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar. b. Lembar Kegiatan Siswa Lembar kegiatan siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kegiatan siswa yang berorientasi pada rencana pembelajaran menggunakan alat ukur mekanik presisi jangka sorong dan mikrometer. c. Media Pembelajaran Berbasis Komputerisasi Macromedia Flash 8 Media pembelajaran tersebut berisi definisi, fungsi, bagianbagian dan macam-macam, cara penggunaan dan pembacaan hasil pengukuran jangka sorong dan mikrometer. d. Lembar Penilaian Lembar penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar tes obyektif dan subyektif yang disusun untuk dua kali 42

43 43 pertemuan. Lembar tes berupa pertanyaan yang berorientasi kepada indikator keberhasilan dan dikerjakan oleh siswa setiap akhir pembelajaran. Lembar tes yang digunakan pada pertemuan 2 digunakan untuk menilai aspek kognitif siswa pada materi definisi, fungsi, bagian-bagian, macam-macam, cara penggunaan dan pembacaan hasil pengukuran jangka sorong dan mikrometer. e. Lembar Validasi Media Sebelum digunakan, media harus divalidasi terlebih dahulu. Tujuan validasi ini adalah menentukan apakah media layak digunakan atau tidak. Jika validasi menunjukkan media belum layak, maka dapat dilakukan revisi agar media layak digunakan. Validasi media ini dilakukan oleh 3 guru/dosen Teknik Mesin. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Metode tes Metode tes digunakan untuk menilai aspek kognitif yang berupa skor tes sebagai hasil belajar siswa. Cara pengumpulan data menggunakan tes obyektif yang dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar (Pre Test) dan setelah kegiatan belajar mengajar (Post Test). b. Metode Angket Angket merupakan bentuk langsung dari pengumpulan data yang berdasarkan pada laporan tentang pendapat pribadi. Metode ini menggunakan skala Guttman bentuk daftar cocok (checklist). Jawaban 43

44 44 responden berupa skor tertinggi bernilai (1) untuk jawaban setuju dan skor terendah (0) untuk jawaban tidak setuju. Tabel 1. Skala Guttman Jawaban Skor Setuju 1 Tidak Setuju 0 c. Metode Pengamatan Aktifitas Siswa Pengamatan aktifitas siswa merupakan dari pengumpulan data aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Metode ini menggunakan skala standart sekolah yaitu bernilai (2) untuk bertanya kepada guru, bernilai (1) untuk mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru, (3) untuk melakukan tindakan yang tidak relevan. F. Teknik Analisis Data Semua data dideskripsikan sesuai dengan rumusan masalah. Langkahlangkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Data Tes Hasil Belajar Siswa Standar ketuntasan belajar siswa di SMK Negeri Wonosalam, Jombang dinyatakan tuntas dengan kriteria ketuntasan belajar 70. Setelah itu menghitung rerata nilai hasil belajar. Untuk memperoleh ketuntasan belajar siswa secara individual dapat dihitung dengan rumus: Ketuntasan belajar = Rata-rata Skor yang diperoleh siswa x 100% Jumlah skor maksimal 44

45 45 2. Aktifitas Siswa Selama Pembelajaran Data-data tersebut diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 3. Data Hasil Angket Nilai = Jumlah skor seluruh jawaban x 100% Jumlah skor maksimal Data-data tersebut diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai = Jumlah skor seluruh jawaban x 100% Jumlah skor maksimal Tes hasil belajar dianalisis untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif. Tes ini dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. Hasil tes ini dianalisis berdasarkan rata-rata nilai kelas kemudian dijadikan dalam bentuk prosentase dan dilanjutkan dengan mangaplikasikan data ke dalam bentuk grafik dan tabel, dengan kriteria sebagai berikut : = Sangat Baik = Baik = Cukup < 56 = Kurang 45

46 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian. Analisis hasil peneltian dan pembahasan dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, dengan subjek penelitian siswa SMK Negeri Wonosalam, Jombang X TKR-1 yang berjumlah 35 siswa. A. Hasil Penelitian Berikut ini adalah hasil dari pengamatan (observasi) perilaku belajar siswa yang terdiri dari angket, aktifitas serta nilai dari pre test dan post test mata pembelajaran alat ukur mekanik presisi. 1. Nilai Pre Test Nilai belajar siswa sebelum menggunakan media visual berbasis komputerisasi. Angka tersebut diperoleh sebelum penerapan konsep atau sebelum menerapkan media visual berbasis komputerisasi macromedia flash 8. 46

47 47 Tabel 2 Daftar Nilai Siswa Kelas X-TKR 1 SMK Negeri Wonosalam Jombang Tahun Pelajaran 2011/2012 NO NO INDUK NAMA Nilai Nilai Tuntas Tuntas I II I II / ACHMAD FAUJI T T / ACHMAD RAMADHAN T TT / AGUNG PRASETYO SETIAWAN TT T / ALEK HARIANTO TT T / ALEX RAHARJA T T / ANGGA ADI PUTRA T T / ANGGUNG WIDODO TT T / ARDHAN ARDHIANSYAH T T / ARIK EGA GIGIH PRAKOSO TT T / BIBIN SAFRUDIN T T / BUDI TRI UTOMO T T / CATUR ADE WIRATNO T T / DEDY SETIYAWAN T T / DEVID EDI SAPUTRA T T / DIAN ACHIYANTORIYAN TT T / DIDIN KURNIAWAN T T / DYAH AYU MUFARIKHA SARI T T / EDY SUPRAYITNO T T / EKO DELASE T T / FARID AGUNG WIDODO T T / FERNANDA FARUQ WIJAYA TT T / GITA SANDI PRAMUDIANTO T T / GUNAWAN JOKO PERMADI T TT / GURUH GINANJAR T T / HADI SUPRAYITNO T T / HENDI ADI PRADANA TT T / HEVA ANDIKA FEBRIANTO T T / IMAM WAHYUDI T T / JIMMY SAMAWA T T / JONI SUSILO T T / KASIYO WAHYU WIJI UTOMO T T / KHOIRUL IMAM BASORI T T / KRISNA DITO JERNIH TT T / LINGLING DWI PRASETYO T T / LUKMAN PURWANTO TT T RATA-RATA

48 48 Tabel 3 Hasil Belajar Siswa Sebelum Penerapan No Karakteristik Jumlah 1 Jumlah Siswa 35 2 Jumlah Siswa yang Tuntas ( 70) 26 3 Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 9 4 Rata-Rata Kelas % Ketuntasan Klasikal 74% 2. Nilai Post Test Nilai hasil belajar siswa sesudah menggunakan media visual berbasis komputerisasi macromedia flash 8. Angka tersebut diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan peneliti setelah dilaksanakan proses pembelajaran seperti yang telah dilakukan peneliti sebagaimana yang terdapat pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 4 Hasil Belajar Siswa Sesudah Penerapan No Karakteristik Jumlah 1 Jumlah Siswa 35 2 Jumlah Siswa yang Tuntas ( 70) 33 3 Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 2 4 Rata-Rata Kelas % Ketuntasan Klasikal 94% 3. Data Hasil Aktifitas Siswa Data aktifitas siswa saat pembelajaran dapat ditunjukan pada Tabel 4. 48

49 49 Fase 1 (0-30) 2 (31-60) 3 (61-90) Tabel 5 Hasil Aktifitas Siswa Mendengarkan penjelasan guru Bertanya Kepada Guru Kegiatan yang tidak relevan Data Angket Siswa Data angket siswa ditunjukan pada Tabel 5 : Tabel 6 Hasil Angket Siswa Terhadap Pembelajaran Nomor Setuju Tidak Setuju Pernyataan B. Pembahasan 1. Hasil Belajar Berdasarkan hasil penelititan yang telah dilakukan, terjadi 49

50 50 peningkatan dalam proses pembelajaran terutama hasil belajar siswa. Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dapat ditunjukan pada Tabel 6 sebagai berikut : No Tabel 7 Hasil Belajar Siswa pada sebelum dan sesudah Karakteristik Sebelum Jumlah Sesudah 1 Jumlah Siswa Jumlah Siswa yang tuntas (>=70) Jumlah Siswa yang Belum Tuntas % Ketuntasan Klasikal 74% 94% Hasil belajar siswa pada sebelum penerapan konsep pembelajaran belum menunjukkan hasil yang maksimal, dimana jumlah siswa yang tuntas 70 sebanyak 26 siswa, jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa, dengan ketuntasan klasikal sebesar 74%. Jadi pada tahap ini hasil evaluasi belum dikatakan belum tuntas dan belum memenuhi standar ketuntasan belajar siswa karena menurut standar ketuntasan kurikulum ketuntasan belajar siswa minimal 70%. Pada sesudah penerapan konsep pembelajaran, hasil belajar siswa mulai menunjukkan hasil yang maksimal, hasil belajar siswa yang tuntas sebanyak 33 siswa dan 2 siswa dinyatakan belum tuntas, dengan ketuntasan belajar 94%. Jadi pada tahap ini dikatakan tuntas karena sudah 50

51 51 memenuhi standar ketuntasan kurikulum ketuntasan belajar siswa minimal 70%. 2. Aktifitas Siswa Hasil belajar yang positif juga didukung oleh persentase yang tinggi dan menunjukan arah yang positif yang terjadi pada aktifitas siswa. Hasil dari pengamatan yang telah dilaksanakan pada fase 1-30 menit adalah sebagian besar digunakan untuk mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru sebanyak 27 siswa atau 77% dari jumlah keseluruhan siswa, 2 siswa yang bertanya kepada guru atau 5% dari jumlah keseluruhan siswa dan yang melakukan kegiatan yang tidak relevan sebanyak 6 siswa atau 17% dari jumlah keseluruhan siswa. Sedangkan pada fase menit adalah sebanyak 29 siswa atau 82% dari jumlah keseluruhan siswa mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, 2 siswa atau 5% jumlah keseluruhan siswa yang bertanya kepada guru serta sebanyak 4 siswa atau 11% jumlah keseluruhan siswa melakukan kegiatan yang tidak relevan. Pada fase terakhir yakni, menit siswa mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru sebanyak 25 siswa atau 71% jumlah keseluruhan siswa, siswa yang bertanya kepada guru sebanyak 7 siswa atau 20% jumlah keseluruhan siswa dan siswa yang melakukan kegiatan yang tidak relevan sebanyak 3 siswa atau 8% jumlah keseluruhan siswa. 51

52 52 3. Angket Respon Siswa Selain tingkat aktifitas siswa yang positif, hasil belajar siswa yang positif juga berbanding lurus dengan hasil angket respon siswa terhadap konsep pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan instrumen daftar cocok (checklist) dan pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada akhir pertemuan pertama. Berikut ini hasil dari respon siswa terhadap konsep pembelajaran berbasis komputerisasi yang diterapkan yang diperoleh dari 35 siswa di kelas XI TKR-1 sebagai berikut: a. Pernyataan No.1 siswa yang menyatakan setuju, yaitu 35/35 x 100% = 100% tergolong sangat baik. b. Pernyataan No.2 siswa yang menyatakan setuju, yaitu 35/35 x 100% = 100% tergolong sangat baik. c. Pernyataan No.3 siswa yang menyatakan setuju, yaitu 35/35 x 100% = 100% tergolong sangat baik. d. Pernyataan No.4 siswa yang menyatakan setuju, yaitu 35/35 x 100% = 100% tergolong sangat baik. e. Pernyataan No.5 siswa yang menyatakan setuju, yaitu 31/35 x 100% = 88% tergolong sangat baik. f. Pernyataan No.6 siswa yang menyatakan setuju, yaitu 33/25 x 100% = 94% tergolong sangat baik. 52

JPTM Volume 02 Nomor 02 Tahun 2013, Reza Pramono

JPTM Volume 02 Nomor 02 Tahun 2013, Reza Pramono JPTM Volume 0 Nomor 0 Tahun 013, 114-10 PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MACROMEDIA FLASH 8 UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN ALAT UKUR KELAS X TPM SMK TAMAN SISWA SURABAYA S1

Lebih terperinci

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PERBAIKAN DIFFERENTIAL

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PERBAIKAN DIFFERENTIAL 239 PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PERBAIKAN DIFFERENTIAL Fatwa T. Radityan 1, Iwa Kuntadi 2, Mumu Komaro 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI JANGKA SORONG I. DASAR TEORI Jangka sorong merupaakan salah satu alat ukur yang dilengkapi dengan skala nonius, sehingga tingkat ketelitiannya mencapai 0,02 mm dan ada juga yang ketelitiannya 0,05 mm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membekali peserta didik dengan kompetensi kompetensi yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. membekali peserta didik dengan kompetensi kompetensi yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki tujuan yaitu 1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang produktif,

Lebih terperinci

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda ALAT UKUR PRESISI Mengukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak diketahui terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yang baik merupakan kunci dari proses produksi massal. Tanpa alat

Lebih terperinci

Teguh Pratikno 1, Ewo Termedi 2, Wahid Munawar 3

Teguh Pratikno 1, Ewo Termedi 2, Wahid Munawar 3 146 STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN AURORA 3 DIMENSI PRESENTATION DENGAN SISWA YANG MENGGUNAKAN MEDIA ENGINE TRAINER PADA KOMPETENSI MENJELASKAN KONSEP MOTOR BAKAR Teguh Pratikno 1,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah banyak memberi pengaruh pada dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Media animasi interaktif, depresiasi aset tetap

ABSTRAK. Kata kunci: Media animasi interaktif, depresiasi aset tetap PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER PADA MATERI DEPRESIASI DAN AKUMULASI DEPRESIASI ASET TETAP DI SMK NEGERI SURABAYA Ela Dina Erliawati Program Studi Pendidikan Akuntansi,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ADOBE FLASH CS6 PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG KELAS X-AK SMK MUHAMMADIYAH 1 TAMAN

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ADOBE FLASH CS6 PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG KELAS X-AK SMK MUHAMMADIYAH 1 TAMAN PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ADOBE FLASH CS6 PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG KELAS X-AK SMK MUHAMMADIYAH 1 TAMAN Rina Izlatul Lailiyah Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATEI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DI SMKN 10 SURABAYA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATEI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DI SMKN 10 SURABAYA PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATEI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DI SMKN 10 SURABAYA Eline Dina Saptia Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas

Lebih terperinci

MENGUKUR DENGAN MIKROMETER

MENGUKUR DENGAN MIKROMETER MENGUKUR DENGAN MIKROMETER 1. Cara-cara menggunakan mikrometer Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan sewaktu mengukur dengan menggunakan mikrometer, yakni: a. Permukaan benda ukur dan

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN B. KAJIAN TEORI

A. PENDAHULUAN B. KAJIAN TEORI 2 A. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dengan terciptanya berbagai macam produk yang semakin canggih. Pendidikan juga tidak terlepas dari aspek teknologi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fatwa Tresna Radityan, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fatwa Tresna Radityan, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman ini telah menyentuh berbagai bidang, salah satunya di bidang pendidikan. Pendidikan berupaya untuk menyiapkan siswa menghadapi perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil

BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN A. Kesalahan Pengukuran Menurut Soetojo dan Sustini (1993: 1), pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah digilib.uns.ac.id 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORI Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan merupakan suatu proses pembinaan, pengayoman, pengajaran dan pembentukan karakter manusia baik secara fisik dan mental untuk mencapai

Lebih terperinci

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN PENYUSUNAN DAN PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN BERDASAR KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SUB POKOK BAHASAN ANALISA KUANTITATIF UNTUK SOAL-SOAL DINAMIKA SEDERHANA PADA KELAS X SEMESTER I SMA Eko Budiono, Hadi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MACROMEDIA FLASH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

IMPLEMENTASI MACROMEDIA FLASH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika ISSN : 2086-2407 Vol. 3 No. 1 April 2012 IMPLEMENTASI MACROMEDIA FLASH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR

Lebih terperinci

APLIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TEKNIK ANIMASI 3D BERBASIS MULTIMEDIA

APLIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TEKNIK ANIMASI 3D BERBASIS MULTIMEDIA APLIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TEKNIK ANIMASI 3D BERBASIS MULTIMEDIA Triyanna Widiyaningtyas 1, I Made Wirawan 2, Ega Gefrie Febriawan 3 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumberdaya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumberdaya manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang besar untuk menjadi alat pendidikan, khususnya dalam. menyampaikan informasi atau ide-ide yang terkandung dalam pembelajaran

I. PENDAHULUAN. yang besar untuk menjadi alat pendidikan, khususnya dalam. menyampaikan informasi atau ide-ide yang terkandung dalam pembelajaran 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komputer sebagai hasil teknologi modern sangat membuka kemungkinankemungkinan yang besar untuk menjadi alat pendidikan, khususnya dalam pembelajaran. Teknologi

Lebih terperinci

METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau 24 III. METODE PENGEMBANGAN A. Model Pengembangan Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau penelitian dan pengembangan. Desain pengembangan dilaksanakan dengan memodifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran bagi setiap individu yang bisa didapat dari pengajaran, pelatihan maupun pengalaman yang didapat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

MODUL 4 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGUKUR) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 4 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGUKUR) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 4 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N () TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 4 Mistar baja Mistar baja dibuat dari bahan baja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah, baik informasi visual, audio, maupun audio visual dan dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah, baik informasi visual, audio, maupun audio visual dan dunia pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemudahan mendapatkan informasi di era globalisasi ini sudah sangatlah mudah, baik informasi visual, audio, maupun audio visual dan dunia pendidikan berhadapan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PUZZLE BERBASIS ADOBE FLASH CS5 SEBAGAI MEDIA INTERAKTIF MATERI MENYUSUN REKONSILIASI BANK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PUZZLE BERBASIS ADOBE FLASH CS5 SEBAGAI MEDIA INTERAKTIF MATERI MENYUSUN REKONSILIASI BANK PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PUZZLE BERBASIS ADOBE FLASH CS5 SEBAGAI MEDIA INTERAKTIF MATERI MENYUSUN REKONSILIASI BANK Erlin Septiana Rahmawati Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Model Kooperatif Tipe STAD, PowerPoint 2007, Hasil Belajar.

Kata Kunci: Model Kooperatif Tipe STAD, PowerPoint 2007, Hasil Belajar. PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MICROSOFT POWERPOINT PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU Dedy Hamdani Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA STANDAR KOMPETENSI MERAWAT BATERAI

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA STANDAR KOMPETENSI MERAWAT BATERAI 300 PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA STANDAR KOMPETENSI MERAWAT BATERAI Trio Wahyudin 1, Dedi Supriawan 2, Mumu Komaro 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari waktu ke waktu. Dengan berkembangnya sains dan teknologi tersebut menyebabkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dalam penelitian yang dilakukan. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

Oleh: Fitta Ummaya Santi

Oleh: Fitta Ummaya Santi Oleh: Fitta Ummaya Santi APA ITU MEDIA Sadiman, dkk 2002:6 Media: segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengiriman pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. terdiri dari 30 item soal tes pilihan ganda. Uji coba instrumen ini diikuti oleh 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. terdiri dari 30 item soal tes pilihan ganda. Uji coba instrumen ini diikuti oleh 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Instrumen penelitian yang diuji coba berupa soal tes hasil belajar siswa, terdiri dari 30 item soal tes pilihan ganda. Uji coba

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Maahas Pada Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantu Media Video

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Maahas Pada Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantu Media Video Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Maahas Pada Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantu Media Video Taufik Nur Akbar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

Desnaeni Dyah Winastiti, Eko Setyadi Kurniawan, Arif Maftukhin

Desnaeni Dyah Winastiti, Eko Setyadi Kurniawan, Arif Maftukhin Peningkatan Motivasi Belajar Fisika Melalui Pemanfaatan Media Pembelajaran Animasi Yang Diproduksi Pustekkom Pada Siswa Kelas VIII SMP Setya Budi Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Desnaeni Dyah Winastiti,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development (penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development (penelitian dan 31 III. METODE PENELITIAN A. Desain Pengembangan Metode penelitian ini, yaitu research and development (penelitian dan pengembangan). Pengembangan yang dilakukan merupakan pengembangan media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian. pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian. pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Peneltian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran matematika berbasis multimedia flash

Lebih terperinci

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm Satu mikrometer adalah secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN TUNE UP TOYOTA KIJANG 5K UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK PN 2 PURWOREJO

PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN TUNE UP TOYOTA KIJANG 5K UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK PN 2 PURWOREJO PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN TUNE UP TOYOTA KIJANG 5K UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK PN 2 PURWOREJO Oleh : Dafit Kurniawan Pendidikan Teknik Otomotif, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Sebagaimana dikemukakan oleh Rusman dan Dewi (2009 : 174) menurut

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi

Lebih terperinci

Kata Kunci : multimedia, hasil belajar mahasiswa

Kata Kunci : multimedia, hasil belajar mahasiswa 1 2 PENGGUNAAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH AKUNTANSI PERBANKAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI Oleh: Fitriyanti, S.Pd., M.Pd. Dra. Siti Fatimah, M.Si. ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR STABILITY FLIGHT AND DYNAMICS SISWA SMK

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR STABILITY FLIGHT AND DYNAMICS SISWA SMK 12 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR STABILITY FLIGHT AND DYNAMICS SISWA SMK Ana N. Octaviani 1, Enda Permana 2, Yayat 3 Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kualitas pendidikan yang ada pada bangsa

Lebih terperinci

Peningkatan Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional Melalui Media Animasi

Peningkatan Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional Melalui Media Animasi Peningkatan Kompetensi Sistem Pengapian Konvensional Melalui Media Animasi Mardanu Eko Prasetyo (10320011) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Masalah penelitian yang diajukan adalah apakah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong jenis penelitian pengembangan (Development. dengan model integrated learning berbasis masalah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong jenis penelitian pengembangan (Development. dengan model integrated learning berbasis masalah. 85 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong jenis penelitian pengembangan (Development Research). Dalam hal ini peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran matematika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF IPA KELAS V SD POKOK BAHASAN ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF IPA KELAS V SD POKOK BAHASAN ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF IPA KELAS V SD POKOK BAHASAN ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN Octario Sakti Susilo 1, I Nyoman Sudana Degeng 2, Susilaningsih 3 Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia dan setiap orang mengalami belajar dalam hidupnya. Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan dan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian pengembangan digunakan untuk mengembangkan perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai, selain membaca

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai, selain membaca BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai, selain membaca dan menulis. Menguasai ilmu matematika, membaca, dan menulis berarti mempunyai harapan untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF MATA PELAJARAN KKPI MATERI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH ANGKA KELAS XI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF MATA PELAJARAN KKPI MATERI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH ANGKA KELAS XI Wirawan, Yussi Puspitasati; Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif Mata Pelajaran KKPI Materi Menggunakan Perangkat Lunak Pengolah Angka Kelas XI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI PADA PEMBELAJARAN KOMPETENSI DASAR MEMPERBAIKI SISTEM STARTER TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI PADA PEMBELAJARAN KOMPETENSI DASAR MEMPERBAIKI SISTEM STARTER TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMK 183 PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI PADA PEMBELAJARAN KOMPETENSI DASAR MEMPERBAIKI SISTEM STARTER TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Hery Maksudi 1, Ono Wiharna 2, Dedi Rohendi 3 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan sebagai media menyampaikan informasi. ini telah berkembang semakin pesat sehingga membuat kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan sebagai media menyampaikan informasi. ini telah berkembang semakin pesat sehingga membuat kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini teknologi telah berkembang pesat. Penggunaan teknologi dapat ditemukan pada hampir setiap aspek kehidupan manusia. Salah satu teknologi yang paling sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media atau saluran tertentu ke penerima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk dengan kualifikasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO STOP MOTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO STOP MOTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO STOP MOTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Anggun Shunu Pratama Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: Shunupratama25@gmail.com

Lebih terperinci

`PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS SIMULASI PADA STANDAR KOMPETENSI DASAR FOTOGRAFI. Reza Bagus A, I Made Wirawan

`PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS SIMULASI PADA STANDAR KOMPETENSI DASAR FOTOGRAFI. Reza Bagus A, I Made Wirawan Bagus A, Wirawan; Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Simulasi Pada Standar Kompetensi Dasar Fotografi `PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS SIMULASI PADA STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

IV. HASIL PEMBAHASAN. bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe

IV. HASIL PEMBAHASAN. bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe IV. HASIL PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah multimedia pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe Flash. Materi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 104 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong jenis penelitian pengembangan (Development Research). Dalam hal ini peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengembangan dari penelitian ini adalah berupa sebuah CD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengembangan dari penelitian ini adalah berupa sebuah CD BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Hasil Uji Coba Hasil pengembangan dari penelitian ini adalah berupa sebuah CD pembelajaran pada materi teori kinetik gas yang dibuat dengan menggunakan software

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut. Produk

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut. Produk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Ini merupakan penelitian pengembangan yaitu suatu penelitian yang bertujuan menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut. Produk tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang biasa dikenal dengan istilah Research and Development (R&D). Model pengembangan yang direncanakan

Lebih terperinci

D035. Prodi Biologi Fak Saintek UIN Sunan Kalijaga ABSTRAK

D035. Prodi Biologi Fak Saintek UIN Sunan Kalijaga   ABSTRAK D035 PENGGUNAAN STRATEGI POINT COUNTERPOINT MELALUI MEDIA COMPACT DISC (CD) INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 BANGUNTAPAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. deskriptif rata-rata. Berikut penilaiannya pada table berikut ini:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. deskriptif rata-rata. Berikut penilaiannya pada table berikut ini: 42 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengelolaan pembelajaran Data pengamatan aktifitas guru dalam menerapkan pembelajaran fisika materi gerak menggunakan adobe flash menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah suatu sistem pendidikan yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah suatu sistem pendidikan yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah suatu sistem pendidikan yang ditandai dengan karakteristik, salah satunya adalah keterpisahannya antara individu yang belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti lebih banyak diferensiasinya,

Lebih terperinci

Pengembangan Buletin Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Melingkar Pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015

Pengembangan Buletin Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Melingkar Pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015 Pengembangan Buletin Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Melingkar Pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015 Nur Rizki Putri, Eko Setyadi Kurniawan, Siska Desy Fatmaryanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan adalah usaha sadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. yaitu analysis, design, development, implementation, dan evaluation. Berikut

BAB IV PEMBAHASAN. yaitu analysis, design, development, implementation, dan evaluation. Berikut BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sesuai dengan model pengembangan ADDIE, prosedur yang dilakukan dalam penelitian pengembangan multimedia interaktif ini meliputi lima tahap, yaitu analysis, design,

Lebih terperinci

Oleh: Ajwar Anas Eko Prasetyo*) dan Edy Purnomo, M.Pd.**)

Oleh: Ajwar Anas Eko Prasetyo*) dan Edy Purnomo, M.Pd.**) PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER KOMPETENSI DASAR PENGUKURAN SUDUT PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK N 3 YOGYAKARTA Oleh: Ajwar Anas Eko Prasetyo*) dan Edy

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan penalaran matematis siswa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS BIOLOGI BERBASIS KONTEKSTUAL DILENGKAPI DENGAN MIND MAP PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA UNTUK SISWA SMA

PENGEMBANGAN LKS BIOLOGI BERBASIS KONTEKSTUAL DILENGKAPI DENGAN MIND MAP PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA UNTUK SISWA SMA PENGEMBANGAN LKS BIOLOGI BERBASIS KONTEKSTUAL DILENGKAPI DENGAN MIND MAP PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA UNTUK SISWA SMA Fetro Dola Syamsu STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS E-LEARNING PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS E-LEARNING PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS E-LEARNING PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA 1) Tri Wahyuni, 1) Sri Wahyuni, 1) Yushardi 1) Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial guna menjamin perkembangan dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dan tujuan penddikan

Lebih terperinci

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti Istilah media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara

Lebih terperinci

Denny Farisman Subagyo

Denny Farisman Subagyo STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR KELISTRIKAN OTOMOTIF MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI DENGAN MEDIA KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH SECANG MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Denny Farisman Subagyo

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KD 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KD 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KD 1 Mata Pelajaran Kelas/Semester Peminatan Materi Pokok Alokasi Waktu : Fisika : X / Ganjil : MIA : Besaran dan Satuan : 2 x 3 JP A. Kompetensi Inti (KI) 1 : Menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu guru, siswa metode, sarana dan prasarana belajar, kurikulum, media serta biaya. Guru yang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural 53 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural Matematika Penelitian ini mengembangkan buku teks. Dalam penelitian ini model pengembangan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekarang ini tentu menuntut kita sebagai pelaksana pendidikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekarang ini tentu menuntut kita sebagai pelaksana pendidikan untuk Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu93 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melihat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di dunia pendidikan sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk meningkatkan sumber daya manusia seutuhnya yang mampu membangun dirinya dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan melalui proses bimbingan, dan pengajaran yang bertujuan untuk mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL DENGAN MEDIA HANDOUT PADA KOMPETENSI GAMBAR TEKNIK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL DENGAN MEDIA HANDOUT PADA KOMPETENSI GAMBAR TEKNIK 241 PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL DENGAN MEDIA HANDOUT PADA KOMPETENSI GAMBAR TEKNIK Rollyka Doreng 1, Ono Wiharna 2, Mumu Komaro 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA VIDEO DAN ANIMASI PADA MATERI MEMVAKUM DAN MENGISI REFRIGERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MEDIA VIDEO DAN ANIMASI PADA MATERI MEMVAKUM DAN MENGISI REFRIGERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA 8 PENERAPAN MEDIA VIDEO DAN ANIMASI PADA MATERI MEMVAKUM DAN MENGISI REFRIGERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Andriana Johari 1, Syamsuri Hasan 2, Maman Rakhman 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin, FPTK

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MOVIE MAKER PADA MATERI VIRUS UNTUK KELAS X DI MAN KINALI PASAMAN BARAT

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MOVIE MAKER PADA MATERI VIRUS UNTUK KELAS X DI MAN KINALI PASAMAN BARAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MOVIE MAKER PADA MATERI VIRUS UNTUK KELAS X DI MAN KINALI PASAMAN BARAT Wahyu Agusman, Azrita, Wince Hendri Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Bung

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015 PERBEDAAN RERATA HASIL BELAJAR BASIS DATA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPLICIT INSTRUCTION DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN KELAS XII SMK PGRI 4 NGAWI Khusnul

Lebih terperinci

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Proses belajar mengajar dapat diartikan juga sebagai proses komunikasi. Dalam proses komunikasi ini terjadi urutan pemindahan informasi (pesan) dari sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perubahan tingkah laku pada dirinya, menyangkut perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya perubahan tingkah laku pada dirinya, menyangkut perubahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar dapat terjadi kapan saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak, proses belajar terjadi karena ada interaksi individu dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBUBUTAN DASAR DI WORKSHOP BERBASIS VIDEO DALAM BIDANG PRAKTIK PEMESINAN

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBUBUTAN DASAR DI WORKSHOP BERBASIS VIDEO DALAM BIDANG PRAKTIK PEMESINAN JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 1, APRIL 2016 1 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBUBUTAN DASAR DI WORKSHOP BERBASIS VIDEO DALAM BIDANG PRAKTIK PEMESINAN Oleh: Rofiqul Fuadi Sholihin, Yoto dan Sunomo

Lebih terperinci

Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan. Fitri Rahmawati, MP Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY

Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan. Fitri Rahmawati, MP Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Fitri Rahmawati, MP Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY Email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Kompetensi yang Diharapkan 1. Mampu menjelaskan makna peran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MACRO MEDIA FLASH 8 PADA PEMBELAJARAN TUNE UP SEPEDA MOTOR DI SMK YPE SAWUNGGALIH KUTOARJO

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MACRO MEDIA FLASH 8 PADA PEMBELAJARAN TUNE UP SEPEDA MOTOR DI SMK YPE SAWUNGGALIH KUTOARJO PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MACRO MEDIA FLASH 8 PADA PEMBELAJARAN TUNE UP SEPEDA MOTOR DI SMK YPE SAWUNGGALIH KUTOARJO Oleh: Ari Zulmi Hidayat, Bambang Sudarsono, Program Studi Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL Artikel Oleh RIYANTO NIM. 08503242008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan pada dunia pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi sebagai suatu produksi

Lebih terperinci