BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan umum bow thruster Bow thruster merupakan salah satu teknologi baru yang sudah ada pada saat ini, harbormaster marine adalah suatu perintis pada pembangunan dan aplikasi dari Bow Thruster / Tunnel Thruster pada kapal komersial. Pada awalnya, dipergunakan di kapal ferry dan kapal tunda, Bow Thruster ini menjadi alat populer di kapal laut, pelayanan minyak lepas pantai dan alat berlayar muatan angkutan samudra. Di sisi lain mereka menyiasati dalam penggunaan alat ini untuk pengeboran minyak, pendistribusian melalui kapal, mengisi platform dan berlabuh ke dermaga. Bow Thruster / Tunnel Thruster pada umumnya dioperasikan saat docking dan manuvering. Apalagi dilengkapi satu set gear yang terbuat dari baja tempa untuk memberikan ketahanan dan keandalan yang baik. Pitch yang permanen dengan 4 daun propeller yang dikombinasikan dengan system gear untuk mereduksi energi yang terbuang, sehingga menghasilkan daya dorong maksimum yang sebanding dengan diameter tunnel Pengertian dan penggunaan Bow Thruster Bow Thruster adalah suatu alat yang dipasang pada kapal - kapal tertentu untuk membantu manuver kapal. Pada saat manuver kapal dilakukan, posisi kapal amatlah sulit untuk melakukan arah gerak yang diameternya efisien. Sehingga dibutuhkan alat pendorong ini agar diameter manuver kapal dapat diperkecil yang menghasilkan efisien putaran manuver yang besar. Unit pendorong tersebut terdiri dari suatu propeller atau baling - baling yang berada dalam satu terowongan (tunnel) pada bagian melintang kapal dan dilengkapi dengan suatu alat bantu seperti motor hidrolik atau elektrik. Selama beroperasi, air dipaksa masuk melalui terowongan (tunnel) tersebut untuk mendorong kapal sehinnga bergerak menyamping sesuai keperluan kapal. Pada bow thruster tersebut diperlukan suatu unit II-1

2 controlable pitch propeller (CPP) yang dibutuhkan untuk reverse rotating (putaran balik) pada baling - baling tersebut, controlable pitch propeller (CPP) di tunjukan pada gambar dibawah ini. Gambar II-1 controlable pitch propeller (Sumber : controlable pitch propeller) Selain itu suatu servo - motor dan roda gigi juga dibutuhkan dan ditempatkan dalam pelindung Bow Thruster, sehingga memungkinkan untuk merubah sudu daun propeller yang berjenis controlable pitch propeller (CPP) tersebut untuk mengubah aliran air di dalam terowongan (tunnel) ke arah manapun, karena itu suatu prime mover yang non - reversible dapat digunakan, begitu juga seperti dengan single speed electric motor. Prime mover tersebut tidak perlu dihentikan selama ber - manuver karena sudut propeller dapat diposisikan pada zero pitch. Prime mover dihubungkan dengan suatu flexible drive shft, kopling dan bevel gear (roda gigi kerucut). Pada system tersebut, seal (penyekat) khusus dipasang pada unit thruster untuk mencegah kebocoran air laut. Unit lengkap (Bow thruster) beserta peralatannya termasuk terowongan (tunnel) melintang kapal dapat mengakibatkan gaya dorong sesuai dengan arah aliran air. Penggunaan Bow thruster tersebut dapat di kontrol melalui suatu terminal dan panel yang terdapat di ruang navigasi, terminal tersebut akan langsung terhubung ke suatu microcontroller untuk pengaturan otomatis dan juga penggunaan secara manual. Pengguaan secara II-2

3 manual sudah terhubung langsung dengan joystick untuk mengubah arah pitch dari daun baling - baling. Gambar II-2 System elektrik Bow Thruster (Sumber : Katalog dutch thruster group) Ada beberapa pengaplikasian pemasagan bow thruster di hull (lambung) kapal yakni sebagai berikut : a. Horizontal lange mount Gambar II-3 Horizontal lange mount (Sumber : Katalog dutch thruster group) II-3

4 b. Vertical cardan shaft Gambar II-4 Vertical cardan shaft (Sumber : Katalog dutch thruster group) c. Multiple smaller thrusters Gambar II-5 Multiple smaller thrusters (Sumber : Katalog dutch thruster group) 2.3. Tunnel Thruster Tunnel Bow Thruster adalah suatu tabung atau terowongan propulsi yang menjadi satu sistem bersama Bow Thruster yang dibuat untuk menyalurkan aliran air laut agar kapal dapat mudah dalam melakukan olah gerak. Oleh karena itu, tunnel Bow Thruster sangat diperlukan untuk menyalurkan air laut agar kapal mendapat dorongan dari air laut tersebut. Bentuk terowongan pendorong untuk mengatur masuknya aliran air laut dapat dipasang di tiga tempat diantaranya haluan, tengah dan buritan kapal. Hal ini meningkatkan pemutaran efektif kapal di pusat rotasinya. II-4

5 Umumnya baling - baling ditempatkan dekat center line dari kapal sehingga menghasilkan gaya ke kanan dan ke kiri. Untuk mengahsilkan gaya tolak maksimum, fairing dimasukan ke dalam terowongan dengan lapisan jaring seperti cangkang. Fairing terowongan dengan berlapis cangkang akan meningkatkan efficiency. Setelah diteliti dari dari berbagai percobaan, direkomendasikan sudut fairing tersebut terhadap sisi kapal sebesar 45 o. Gambar II-6 Sudut fairing Tunnel 45 0 (Sumber : tunnel thruster) Selain itu pada bagian depan Bow Thruster dibuat batang flat atau frame guna mengalirkan arah arus air yang dihasilkan oleh gelombang kapal untuk masuk terowongan dibuat sebesar 15 derajat. Gambar II-7 Flat atau frame Tunnel 15 o (Sumber : tunnel thruster) Untuk mencegah korosi, pada sisi Bow Thruster dipasng sel anoda. Anoda yang digunakan harus dengan spesifikasi berdasrkan ISO untuk anoda seng, spesifikasi ini mengandung cadmium tambahan, yang menyebabkan terkikisnya anoda dari pada permukaan baja. Pemasangan II-5

6 harus ditempatkan pada terowongan pada terowongan di penampang lintang (lengthwise) dan tidak boleh melebihi 1 sampai 2 inchi (25 samapi 50 milimeter). Letak terowongan / tunnel thruster berada pada bagian depan (belakang sekat haluan) arah garis melintang. Kita dapat menyediakan motor elektrik untuk mengemudikannya, digerakkan mesin hidrolik dan mesin untuk mengemudi terowongan thrusters dari 15kW ke 1300kW. Struktur terowongan / tunnel dapat menggunakan baja, aluminium dan FRP yang tergantung pada material kapal secara umum atau jenis kapal (seperti : kapal FRB menggunakan FRP, kapal baja menggunakan plat baja, dll). Suatu busi penuh dan main paket dikemudikan elektris terdiri dari suatu terowongan /tunnel dengan motor elektro, frekwensi mengemudi dengan standard pabrik diprogramkan dan suatu panel pengawas utama dengan joystick sebanding untuk kendali tanpa melangkah. Alat penghubung untuk pengintegrasian yang penuh dengan dinamis memposisikan system adalah opsional. Gambar II-8. Tunnel Thruster (Sumber : tunnel thruster) Adapun beberapa material yang digunakan pada tunnel thruster adalah sebagai berikut : II-6

7 a. steel (baja) Gambar II-9 Materials steel (Sumber : Katalog dutch thruster group) b. Alumunium Gambar II-10 Materials alumunium (Sumber : Katalog dutch thruster group) c. wood Gambar II-11 Materials wood (Sumber : Katalog dutch thruster group) II-7

8 2.4. Penutup Thruster Pengaturan jumlah dan arah aliran air yang melewati haluan kapal dapat dilakukan dengan cara memberikan penutup tabung yang tepat dalam segi bentuk, desain, konstruksi, dan kekuatannya. Ketika berjalan, kapal akan mendapatkan hambatan ketika diberi Bow Thruster, dengan adanya penutup ini hambatan dapat dikurangi. Gambar II-12 Penutup thruster (Sumber : thruster) Penutup tabung bow thruster yang dapat terbuka dan tertutup disesuaikan dengan arah manuver kapal dibuat dengan system hidrolik. Penutup tabung bow thruster dapat berputar hingga 180ᵒ ke arah sisi dalam dan luar kapal dan berputar melalui panel control sesuai kebutuhan manuvering. Gambar II-13 Bentuk closure bow thruster (Sumber : bentuk closure bow thtruster) II-8

9 Tujuan putaran penutup tabung bow thruster adalah untuk dapat mengatur aliran fluida dari sisi satu kapal ke sisi lainnya untuk manuver lebih baik lagi. Panel control penutup tabung bow thruster merupakan satu kesatuan dari bow thruster tersebut. Pembuatan penutup ini harus didesain dengan perencanaan yang amat matang menghemat konsumsi bahan yang juga otomatis berdampak menghemat pengeluaran biaya operasi pelayaran dan mempersingkat waktu serta jarak manuver pelayaran Pengerak Bow Thruster Beberapa jenis penggerak yang digunakan untuk mengoperasikan Bow Thruster ada tiga yaitu : 1. Hydrolik motor Bow Thruster 2. Electric motor Bow Thruster 3. Engine Bow Thruster Hydrolik Bow Thruster Sebuah sistem pendorong hidrolik adalah pilihan alami ketika penggunaan thruster luas atau siklus jangka panjang diperlukan. dengan merancang sistem hidrolik dengan gaya yang dibutuhkan untuk kapal dan keandalan yang diperlukan untuk penggunaan komersial. Bagi banyak kapal, sistem hidrolik menawarkan keuntungan ekonomi karena kemungkinan untuk menjalankan beberapa sistem dari sumber daya hidrolik terpusat. Sistem hidrolik dirancang untuk memberikan performa yang luar biasa dan fleksibilitas untuk mendukung efisien peralatan hidrolik on-board yang masuk akal untuk listrik dari sistem hidrolik terpusat. II-9

10 Gambar II-14 Hydraulic Bow Thruster (Sumber : Katalog Max Power) Keuntungan dari Hydraulic Bow Thruster adalah sebagai berikut : Kinerja dorong tinggi Kuat dan dapat diandalkan Efisiensi Tinggi Sedangkan Kerugian dari Hydraulic Bow Thruster adalah sebagai berikut : Memerlukan space yang besar Konstruksi rumit Riskan terjadi truble Elektrik Bow Thruster salah satu jenis Bow Thruster yang menggunakan tenaga pengeraknnya yaitu dengan elektric motor, dan daya yang dihasilkan untuk menggerakannya yakni dari auxiliary engine. II-10

11 Adapun Keuntungan dari Elektrik Bow Thruster adalah sebagai berikut : Perawatan lebih mudah Pendorong Elektrik Bow thruster telah dikembangkan menjadi pemeliharaan ramah. Dengan memanfaatkan PCMs (Propulsion Layanan Pemantauan Kondisi), downtime dan biaya pemeliharaan dapat diminimalkan. Fleksibilitas instalasi Elektrik Bow thruster pendorong dapat diinstal dan dipasang dalam berbagai cara. Ini termasuk baut-in dan las-in kemungkinan dengan mudah untuk menginstal lambung fairing. Pemasangan dari atas (dapat dipasang), di bawah, atau pemasangan perpecahan memungkinkan halaman untuk mengoptimalkan skema bangunan. Perawatan lebih mudah Pendorong Elektrik Bow thruster telah dikembangkan menjadi pemeliharaan ramah. Dengan memanfaatkan PCMs (Propulsion Layanan Pemantauan Kondisi), downtime dan biaya pemeliharaan dapat diminimalkan. II-11

12 Gambar II-15 Elektrical Thruster (Sumber : marine auxiliary machinery) Engine Bow Thruster Salah satu jenis Bow Thruster yang menggunakan tenaga pengeraknnya yaitu dengan diesel engine, daya yang dihasilkan untuk menggerakannya yakni dari engine driven itu sendiri. dengan memasang pengerak diesel berbagai masalah yang dihindari, misalnya permintaan daya yang sangat besar digerakkan oleh tenaga listrik bow thruster, masalah isolasi terkait dengan gulungan dan komplikasi yang terlibat, kontrol kecepatan dan membalikkan. untuk thruster konvensional yaitu jenis tunnel (terowongan), mesin diesel dapat dipasang pada tingkat yang sama seperti baling - baling untuk II-12

13 memberikan tenaga langsung melalui reduction gear. pengaturan alternatif diesel bisa di lihat pada gambar II-6, susunan kedua membutuhkan gear box tambahan dengan bevel gigi untuk mengakomodasi perubahan garis poros, kopling fleksibel juga dilengkapi. Gambar II-16 Engine Bow Thruster (Sumber : marine auxiliary machinery) 2.6. Jenis - jenis bow thruster Dalam hal ini sebuah unit bow thruster memiliki beberapa jenis, adapun jenis - jenis di antaranya sebagai berikut : Rectractable Thruster Rectractable Thrusters hampir sama dengan tunnel / terowongan, tetapi dapat ditarik kembali ke dalam sarung/bungkus setelah tugas. Kita dapat menyediakan kemudi hidrolik untuk dapat ditarik masuk dan II-13

14 dikemudikan elektris dari 20kW ke 1000 kw. Motor naik turun, sehingga garis pengarah tidak pernah diputus. Material sarung / bungkus thrusters dapat berupa aluminium atau konstruksi baja, tergantung pada material kapal. Suatu busi penuh dan main paket dikemudikan hidrolik terdiri dari suatu sistem yang dapat ditarik masuk dengan motor hidrolik, tenaga hidrolik sistem tertutup mengemasi dengan kendali klep dan suatu panel pengawas utama dengan joystick untuk kendali. Gambar II-17 Rectractable Thruster (Sumber : rectractable thruster) Azimuth thruster Azimuth thruster mampu bergerak berputar 360 derajat. Dengan daya yang diperlukan dari 150kW ke 1300kW. GME penggunaan menetapkan baling-baling titik nada/lemparan dalam bentuk kemudi terbuka atau dengan alat pemercik. Tiap - Tiap bentuk wujud dapat dioptimalkan untuk kecepatan kapal atau untuk daya dorong tonggak penambat kapal maksimum. Azimuth thrusters ada tersedia dalam Z-Drive Bentuk wujud dengan mesin diesel langsung mengemudi atau dalam L-Drive Bentuk wujud untuk motor elektrik atau motor hidrolik mengemudi. Sistem kendali datang dengan suatu alat penghubung untuk Sistem auto pilot. II-14

15 Gambar II-18 Azimuth thruster (Sumber : azimuth thruster) 2.7. Macam - macam jenis propeller Dalam hal ini sebuah propeller memiliki beberapa jenis, adapun jenis - jenis di antaranya sebagai berikut: Fixed pitch propeller Propeller dengan pitch tetap (fixed pitch propeller) Propeller dengan langkah tetap (fixed pitch propeller, FPP) biasa digunakan untuk kapal besar dengan rpm relatif rendah dan torsi yang dihasilkan tinggi, pemakaian bahan bakar lebih ekonomis, noise atau getaran minimal, dan ka-vitasi minimal, biasanya di desain secara indi-vidual sehingga memiliki karakteristik khusus untuk kapal tertentu akan memiliki nilai effisi-ensi optimum. Gambar II-19 fixed pitch propeller (Sumber : II-15

16 controllable pitch propeller Propeller dengan pitch yang dapat diubah (con-trollable pitch propellers) Propeller dengan pitch yang dapat diubah-ubah, (controllable pitch propeller, CPP) merupakan baling-baling kapal dengan langkah daun pro-pellernya dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan misal untuk rpm rendah biasa digu-nakan pitch yang besar dan rpm tinggi digunakan pitch yang pendek, atau dapat digunakan untuk mendorong kedepan dan menarik kapal mundur ke belakang, sehingga hal ini dapat menciptakan pemakaian bahan bakar seefektif mungkin. Gambar II-20 controllable pitch propeller (Sumber : Tahanan Kapal Tahanan kapal pada suatu kecepatan adalah gaya fluida yang bekerja berlawanan dengan gerakan kapal tersebut. Tahanan tersebut akan sama dengan komponen gaya fluida yang bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kapal. Melihat bahwa kapal bergerak di bidang fluida cair yang nilai kerapatan massanya lebih besar dari udara sehingga semakin besar kecepatan dan dimensi suatu kapal maka semakin besar pula energi yang dibuang untuk menghasilkan energi berupa gelombang (wave), gelombang inilah yang kemudian bergesekan dengan lambung kapal dan arahnya melawan arah kapal sehingga menimbulkan gaya berlawanan. II-16

17 Tahanan total (RT) pada kapal terdiri dari komponen komponen bagian kapal yang mempunyai kemungkinan menimbulkan gaya hambat atau resistance. Pada prinsipnya ada dua bagian kapal yang mengalami gaya hambat, yaitu bagian kapal yang terbenam dan area bagian kapal diatas permukaan air karena udara juga mempunyai faktor hambat pada kondisi tertentu. RT digunakan untuk menentukan besar Efective Horse Power (EHP) yang didefinisikan sebagai daya yang diperlukan suatu kapal untuk bergerak dengan kecepatan sebesar VS dan mampu mengatasi gaya hambat atau tahanan sebesar RT dan yang lebih penting untuk mengetahui seberapa besar daya dari mesin utama agar kapal yang akan dibuat tidak mengalami kelebihan daya yang besar atau justru tidak bisa memenuhi kecepatan karena daya yang diprediksikan tidak bisa mengatasi besar tahanan kapal. Tahanan total (RT) yang dialami kapal terdiri dari sejumlah komponen tahanan yang berbeda yang diakibatkan oleh berbagai macam penyebab dan saling berinteraksi untuk menangani masalah tahanan secara praktis, komponen tahanan ini dapat dilihat dari gambar berikut : Gambar II-21 Komponen Tahanan Spesifik (Sumber : Tahanan dan Propulsi Kapal. Sv. Aa. Harvald. 1982) II-17

18 Tahanan total (RT) yang dialami kapal terdiri dari sejumlah komponen tahanan yang berbeda yang diakibatkan oleh berbagai macam penyebab dan saling berinteraksi. Untuk menangani masalah tahanan secara praktis, maka tahanan total harus ditinjau secara praktis pula sehingga dapat diuraikan menjadi beberapa komponen utama sebagai berikut : Tahanan Gesek, RF (Resistantion Friction) terjadi akibat gesekan permukaan basah kapal dengan media yang dilaluinya, oleh karena semua fluida mempunyai nilai viskositas inilah menimbulkan gesekan tersebut. Atau komponen tahanan yang diperoleh dengan jalan mengintegralkan tegangan tangensial keseluruh permukaan basah kapal menurut arah gerakan kapal. RF =. S. V 1,825 (Ref. No.1) Dimana, γ : berat jenis air laut (104,5 kg) λ : koefisien tahanan gesek (0,15) S : luas permukaan basah (m 2 ) V : kecepatan (m/dtk) CF = (Ref. No.1) Dimana, : massa jenis air laut (1,025 kg/m 3 ) V : kecepatan (m/dtk) S : luas permukaan basah (m 2 ) Tahanan angin dan udara Tahanan yang dialami oleh bagian dari badan utama kapal yang berada diatas permukaan air dan bangunan atas (superstructure) karena II-18

19 gerakan kapal yang juga menyusuri udara dan juga hembusan angin. Kapal yang bergerak pada lautan yang tenang, akan mengalami tahanan udara akibat gerakan bagian badan atas air melalui udara. Hembusan angin akan menimbulkan tahanan angin yang besarnya bergantung pada kecepatan hembusan angin dan arah datangnya. R air =. Qa. Vs 2. AT. C air (Ref. No.1) Dimana, Qa : density air (1,025) kg/m 3 Vs : kecepatan (m/dtk ) AT : area melintang kapal / di atas air (m/dtk) C air : koefisien (0,8) Tahanan bentuk Tahanan ini erat kaitannya dengan bentuk badan kapal, dimana bentuk lambung kapal yang tercelup di bawah air menimbulkan suatu tahanan karena adanya pengaruh dari bentuk kapal tersebut. Rv = Kv x As x (Vs) 2 (Ref. No.2) Dimana, Kv : koefisien tahanan bentuk As : luasan proyeksi memanjang kapal di bawah garis air Vs : kecepatan kapal pada saat pengoperasian Bow Thruster 2.9. Supply power untuk Bow Thruster Supply power yang digunakan untuk mengoperasikan sebuah unit bow thruster ialah menggunakan sebuah unit generator. Generator adalah suatu sistem yang menghasilkan tenaga listrik dengan masukan tenaga mekanik. II-19

20 Jadi disini generator berfungsi untuk mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga listrik. Gambar II-22 generator (Sumber : generator) Adapun prinsip kerja dari sebuah generator ialah sebagai berikut : Bilamana rotor diputar maka belitan kawatnya akan memotong gayagaya magnit pada kutub magnit, sehingga terjadi perbedaan tegangan, dengan dasar ini timbullah arus listrik, arus melalui kabel/kawat yang ke dua ujungnya dihubungkan dengan cincin geser. Pada cincin-cincin tersebut menggeser sikat-sikat, sebagai terminal penghubung keluar. II-20

1.2 Perumusan Masalah Bertolak belakang dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

1.2 Perumusan Masalah Bertolak belakang dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 Oleh : NOFEN BERLIANDY NRP. 6108030001 PERHITUNGAN MODULUS DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMA BOW THRUSTER ANTARA PENGGERAK HIDROLIK DENGAN PENGGERAK ELEKTRIK

ANALISA PERFORMA BOW THRUSTER ANTARA PENGGERAK HIDROLIK DENGAN PENGGERAK ELEKTRIK ANALISA PERFORMA BOW THRUSTER ANTARA PENGGERAK HIDROLIK DENGAN PENGGERAK ELEKTRIK Skripsi yang diajukan untuk melengkapi tugas tugas guna untuk memenuhi persyaratan mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Nama : Geraldi Geastio Dominikus NPM : 23412119 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN PEMILIHAN BOW/STERN THRUSTER UNTUK SISTEM DP (DINAMIC POSITION) YANG SESUAI PADA KAPAL LPD (KRI MAKASSAR)

ANALISA PERENCANAAN PEMILIHAN BOW/STERN THRUSTER UNTUK SISTEM DP (DINAMIC POSITION) YANG SESUAI PADA KAPAL LPD (KRI MAKASSAR) JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA ANALISA PERENCANAAN PEMILIHAN BOW/STERN THRUSTER UNTUK SISTEM DP (DINAMIC POSITION) YANG SESUAI

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... 1 2. TUJUAN PENGUJIAN... 1 3. MACAM MACAM PERALATAN UJI... 2 4. INSTALASI PERALATAN UJI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan isu yang sangat krusial bagi masyarakat dunia, terutama semenjak terjadinya krisis minyak dunia pada awal dan akhir dekade 1970-an dan pada akhirnya

Lebih terperinci

Published: ELTEK Engineering Journal, June 2004, POLINEMA

Published: ELTEK Engineering Journal, June 2004, POLINEMA Published: ELTEK Engineering Journal, June 4, POLINEMA APPLICATION OF DC MOTOR AS A PROPELLER MOVER OF TUGBOAT SHIP A.N. Afandi, Senior Member IAEng Power System and Controlling Operation State University

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Dhani Priatmoko 4207 100 002 REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Pendahuluan KM Kumala diinformasikan mengalami getaran yang berlebih dan peningkatan temperatur gas buang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada sebuah kapal banyak sekali terdapat system permesinan yang salah satunya terkadang berkaitan pada saat kapal beroperasi, salah satunya adalah bow thruster yang

Lebih terperinci

INSTALASI PERMESINAN

INSTALASI PERMESINAN INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN KAMAR MESIN MACHINERY SPACE / ENGINE ROOM RUANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II

RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II ABSTRAK RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II Arif Fadillah * ) dan Hadi Kiswanto*) *) Jurusan Teknik Perkapalan, Fak. Teknologi Kelautan, Universitas Darma Persada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Dalam operasinya di laut, suatu kapal harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kecepatan dinas (Vs) seperti yang direncanakan. Hal ini mempunyai arti bahwa, kapal haruslah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA ALAT UKUR

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA kwh dan kvarh meter : sistem induksi kw / kva max meter Volt meter Amper meter : sistem elektrodinamis : sistem elektro magnit, kumparan putar, besi putar : sistem

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PEMASANGAN CADIK PADA KAPAL NELAYAN 3 GT DITINJAU DARI POWER ENGINE

ANALISA PENGARUH PEMASANGAN CADIK PADA KAPAL NELAYAN 3 GT DITINJAU DARI POWER ENGINE ANALISA PENGARUH PEMASANGAN CADIK PADA KAPAL NELAYAN 3 GT DITINJAU DARI POWER ENGINE Muhammad Helmi 1), Nurhasanah 1), Budhi Santoso 1) 1) Jurusan Teknik Perkapalan Politeknik Negeri Bengkalis Email :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Turbin Air Turbin air adalah turbin dengan media kerja air. Secara umum, turbin adalah alat mekanik yang terdiri dari poros dan sudu-sudu. Sudu tetap atau stationary blade, tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Turbin Cross Flow Tanpa Sudu Pengarah Pengujian turbin angin tanpa sudu pengarah dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan efisiensi

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar

Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-213 Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar Nur Salim Aris, Indrajaya Gerianto, dan I Made Ariana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB XIII SISTEM OLAH GERAK (MANOEVRING SYSTEM)

BAB XIII SISTEM OLAH GERAK (MANOEVRING SYSTEM) BAB XIII SISTEM OLAH GERAK (MANOEVRING SYSTEM) Sistem Olah gerak kapal, pada umumnya terbagi atas : 1. CPP (Controlable Pitch Propeller) system 2. Fix Propeller system secara direct maupun indirect 3.

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II FIELD PROJECT ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II INDRA ARIS CHOIRUR. R 6308030015 D3 Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau mendorong kapal di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan.

BAB I PENDAHULUAN. atau mendorong kapal di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kapal tunda merupakan jenis kapal khusus yang digunakan untuk menarik atau mendorong kapal di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan. Kapal tunda digunakan

Lebih terperinci

Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno

Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno Noorsakti Wahyudi Program Studi Mesin Otomotif Politeknik Negeri Madiun (PNM) Madiun, Indonesia ns.wyudi@yahoo.com Indah Puspitasari

Lebih terperinci

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG Disusun Oleh : Nama : Tohim Purnanto Npm : 27411140 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Standar Pengujian Tarik Standar pengujian tarik yang digunakan adalah American Society for Testing Materials (ASTM) E 8M-04 sebagai acuan metode pengujian standar pengujian tarik

Lebih terperinci

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami konsep penggerak mula (prime mover) dalam sistem pembangkitan tenaga listrik Teknik Pembangkit Listrik 1 st

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN Metodologi pelaksanaan merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan-tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA 4.1 Data Utama Kapal Tabel 4.1 Prinsiple Dimention NO. PRINCIPLE DIMENTION 1 Nama Proyek Kapal 20.7 CATAMARAN CB. KUMAWA JADE 2 Owner PT. PELAYARAN TANJUNG KUMAWA 3 Class BV

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

PERUBAHAN BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP KINERJA MOTOR INDUK. Thomas Mairuhu * Abstract

PERUBAHAN BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP KINERJA MOTOR INDUK. Thomas Mairuhu * Abstract PERUBAHAN BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHAAP KINERJA MOTOR INUK Thomas Mairuhu * Abstract One of traditional wooden ship, type cargo passenger has been changed its form according to the will of ship owner. The

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 UMUM Faraday menemukan hukum induksi elektromagnetik pada tahun 1831 dan Maxwell memformulasikannya ke hukum listrik (persamaan Maxwell) sekitar tahun 1860. Pengetahuan

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN A. Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah ( listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik, dimana tenaga gerak

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesinyang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI GENERATOR DC

KONSTRUKSI GENERATOR DC KONSTRUKSI GENERATOR DC Disusun oleh : HENDRIL SATRIYAN PURNAMA 1300022054 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2015 I. DEFINISI GENERATOR DC Generator

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Mesin sinkron merupakan mesin listrik yang kecepatan putar rotornya (N R ) sama (sinkron) dengan kecepatan medan putar stator (N S ), dimana: (2.1) Dimana: N S = Kecepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rizki Npm : 24411960 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : 1. Dr. Rr.

Lebih terperinci

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi Mengetahui macam-macam pengereman pada motor induksi. Menetahui karakteristik pengereman pada motor induksi. II. Alat dan bahan yang digunakan Autotrafo

Lebih terperinci

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan. MESIN ASINKRON A. MOTOR LISTRIK Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC berbasis metrik (milimeter),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

PERANAN BALING BALING PADA GERAKAN KAPAL. Budi Utomo *

PERANAN BALING BALING PADA GERAKAN KAPAL. Budi Utomo * PERANAN BALING BALING PADA GERAKAN KAPAL Budi Utomo * Abstract Propellers is part movement propulsion system of the ships wich duty for pushing of the ship at forward movement and towing the body of ship

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum Motor arus searah ialah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi listrik arus searah (listrik DC) menjadi energi gerak atau energi mekanik, dimana energi gerak

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives Oleh PUSPITA AYU ARMI 1304432 PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 SYNCHRONOUS

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dibuat Oleh : Nama : Nuryanto

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu pesawat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. 2.1.1 Dongkrak

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto Dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal E-mail : soebyakto@gmail.com ABSTRAK Tenaga angin sering disebut sebagai

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 Nur Aklis, H mim Syafi i, Yunika Cahyo Prastiko, Bima Mega Sukmana Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi PENGGAMBARAN MODEL Pemilihan Pitch Propeller (0,2 ; 0,4 ; 0,6) SIMULASI CFD -Variasi

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

PEMODELAN RESPON GETARAN TORSIONAL DAN LATERAL PADA SISTEM PROPULSI KAPAL JENIS PROPULSORS FIXED PITCH PROPELLER

PEMODELAN RESPON GETARAN TORSIONAL DAN LATERAL PADA SISTEM PROPULSI KAPAL JENIS PROPULSORS FIXED PITCH PROPELLER PEMODELAN RESPON GETARAN TORSIONAL DAN LATERAL PADA SISTEM PROPULSI KAPAL JENIS PROPULSORS FIXED PITCH PROPELLER Arif Rachman Hakim 2409100086 Dosen Pembimbing Ir. Yerri Susatio, MT Dr. Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK Jones Victor Tuapetel 1), Diyan Poerwoko 2) 1, 2) Program Studi Teknik Mesin Institut Teknologi Indonesia E-mail: jvictor_tuapetel@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L Oleh Hendriansyah 23410220 Pembimbing : Dr. Ridwan, MT. Latar Belakang Energi angin merupakan salah satu energi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Pembangunan sebuah PLTMH harus memenuhi beberapa kriteria seperti, kapasitas air yang cukup baik dan tempat yang memadai untuk

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR Prasetyo Adi Dosen Pembimbing : Ir. Amiadji

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH Farel H. Napitupulu 1, Ekawira K. Napitupulu

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II LADASAN TEORI

BAB II LADASAN TEORI II-1 BAB II LADASAN TEORI.1. Proses Ekstraksi Proses ekstrasi adalah suatu proses untuk memisahkan campuran beberapa macam zat menjadi komponen komponen yang terpisah. Ekstrasi dapat dilakukan dalam dua

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M.

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M. PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN Nama : M. Beny Djaufani (11-2009-035) Ardhians A. W. (11-2009-0 Benny Kurnia (11-2009-0 Iqbally M. (11-2009-0 Pengertian PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik KARAKTERISTIK MOTOR UNIVERSAL DAN MOTOR COMPOUND Tatas Ardhy Prihanto (21060110120039) Tatas_ap@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU BAB III TURBIN UAP PADA PLTU 3.1 Turbin Uap Siklus Renkine setelah diciptakan langsung diterima sebagai standar untuk pembangkit daya yang menggunakan uap (steam ). Siklus Renkine nyata yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab Pendahuluan ini akan dipaparkan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dari pelaksanaan Tugas Akhir, batasan masalah, metodologi yang digunakan, dan sistematika

Lebih terperinci