INVESTASI DI SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA CIREBON OLEH DANI PRIYO UTOMO H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INVESTASI DI SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA CIREBON OLEH DANI PRIYO UTOMO H"

Transkripsi

1 INVESTASI DI SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA CIREBON OLEH DANI PRIYO UTOMO H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN DANI PRIYO UTOMO. Investasi di Sektor Hotel dan Restoran dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Kota Cirebon (dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI). Kota Cirebon merupakan lima besar kota tujuan wisata di Provinsi Jawa Barat, kondisi ini didukung oleh letak geografis dan banyaknya wisata di Kota Cirebon. Salah satu sektor yang terkait erat dengan pariwisata adalah sektor hotel dan restoran. Imbas dari meningkatnya jumlah pengunjung objek wisata di Kota Cirebon, baik domestik maupun asing adalah meningkatnya tingkat okupansi baik hotel berbintang maupun hotel non berbintang. Sektor hotel dan restoran selain terkait dengan sektor pariwisata tetapi juga memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor lainnya terbukti dari hasil studi sebelumnya. Dengan demikian peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah dan mengurangi pengangguran. Perekonomian Kota Cirebon masih harus ditingkatkan, karena jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan per kapita, masih relatif rendah; sementara pengangguran Kota Cirebon juga masih relatif tinggi. Sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon, di satu pihak memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi; sementara kontribusinya di Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meskipun meningkat terus dari tahun ke tahun ( ), relatif kecil. Di sisi lain investasi di sektor hotel dan restoran berfluktuasi dan relatif kecil. Berdasarkan masalah dan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis peran sektor hotel dan restoran ditinjau dari keterkaitan dan struktur permintaan akhir, (2) Menganalisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon, (3) Menganalisis dampak investasi di sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian Kota Cirebon. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005 klasifikasi 22 sektor yang diagregasi menjadi 9 sektor. Dalam studi ini menggunakan dua metode analisis yakni analisis deskriptif dan analisis Input-Output (I-O). Pengolahan data dengan menggunakan bantuan software I-O Analysis for Practitioners dan Microsoft Excell Kontribusi sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon terhadap pembentukan permintaan total, permintaan akhir, permintan antara dan output sektoral menempati urutan kelima dari sepuluh sektor perekonomian Kota Cirebon. Sektor hotel dan restoran ditinjau dari konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga menempati urutan kelima dan keempat, sementara dalam hal pembentukan nilai tambah bruto dan struktur investasi menempati urutan ketiga dan keenam, serta untuk ekspor netto menempati urutan kelima. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan khususnya kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran sektor hotel dan restoran memiliki nilai yang relatif tinggi,

3 menempati urutan kedua dan keempat dari sembilan sektor perekonomian. Sektor hotel dan restoran memiliki nilai kepekaan penyebaran yang lebih besar dari nilai koefisien penyebaran yaitu sebesar 2,36 dan 1,20. Sektor hotel dan restoran juga memiliki nilai multiplier yang relatif tinggi, khususnya untuk multiplier output dan multiplier pendapatan. Multiplier output sektor hotel dan restoran untuk tipe I dan tipe II menempati urutan kedua dari sembilan sektor yang ada di perekonomian Kota Cirebon, setelah sektor pedagang besar dan eceran. Sementara untuk multiplier pendapatan, sektor hotel dan restoran baik tipe I dan tipe II menempati urutan ketiga dari sembilan sektor, setelah sektor pertanian dan industri pengolahan. Namun demikian apabila dilihat dari multiplier tenaga kerja, sektor hotel dan restoran memiliki nilai yang relatif kecil baik untuk tipe I dan tipe II. Kedua multiplier tenaga kerja tersebut menempati urutan kelima dari sembilan sektor perekonomian di Kota Cirebon. Berdasarkan nilai keterkaitan dan multiplier sektor hotel dan restoran yang relatif tinggi, maka peningkatan investasi di sektor tersebut mampu meningkatkan perekonomian Kota Cirebon baik secara total maupun secara sektoral. Peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran mampu meningkatkan output, pendapatan dan tenaga kerja, dengan kenaikan tertinggi secara nominal terjadi pada peningkatan output, sedangkan dari sisi persentase terjadi pada peningkatan tenaga kerja. Pemerintah daerah Kota Cirebon terutama Bappeda apabila berkeinginan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi pengangguran yang ada di Kota Cirebon, maka sektor hotel merupakan sektor potensial untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hasil analisis multiplier dapat diketahui bahwa sektor hotel dan restoran mempunyai nilai yang relatif tinggi untuk masing-masing nilai pengganda, dengan demikian sektor hotel dan restoran merupakan salah satu sektor prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Cirebon. Pemerintah diharapkan dapat memperbaiki fasilitas serta sarana dan prasarana penunjang subsektor ini, seperti perbaikan sarana pariwisata sebagai subsektor penunjang sektor ini.

4 INVESTASI DI SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA CIREBON Oleh DANI PRIYO UTOMO H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Dani Priyo Utomo Nomor Registrasi Pokok Program Studi Judul Skripsi : H : Ilmu Ekonomi : Investasi di Sektor Hotel dan Restoran dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Kota Cirebon. dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M. Sc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP Tanggal Kelulusan :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, 15 Desember 2011 Dani Priyo Utomo H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Dani Priyo Utomo, lahir pada tanggal 13 Oktober 1989 di Cirebon, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Gusnoto dan Ratih Wigati. Penulis menamatkan pendidikan sekolah di SD Kebon Baru IV pada tahun 2001, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Cirebon dan lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Cirebon, Jawa Barat, dan lulus pada tahun Selepas lulus dari pendidikan SMA, penulis melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan masuk melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif berorganisasi dengan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tarung Derajat IPB ( ), Anggota Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Cirebon ( ), penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitian diantaranya ; Tahun Persiapan Bersama (TPB) CUP, HIPOTEX-R, Sportakuler, Masa Perkenalan Fakultas, dan Economic Contest,.

8 8 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Investasi di Sektor Hotel dan Restoran dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Kota Cirebon. Penulisan skripsi ini didasari berdasarkan fakta yang ada bahwa sektor hotel dan restoran mempunyai peran dalam perekonomian Kota Cirebon karena Kota Cirebon sebagai salah satu kota tujuan wisata di Propinsi Jawa Barat sehingga banyaknya penginapan dan tempat makan dalam hal ini sektor hotel dan restoran merupakan hal yang penting bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara, sehingga sektor hotel dan restoran diharapkan dapat menjadi salah satu sektor unggulan atau leading sektor di Kota Cirebon dalam pembangunan perekonomian yang stabil dan berkesinambungan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB). Skripsi ini dapat terselesaikan berkat semangat, doa, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M. Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. dan Bapak Dr. Muhammad Findi.A, M.Si. selaku dosen penguji dan komisi pendidikan, yang telah memberikan kritikan, saran-saran, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Kedua orang tua penulis, ayahanda Gusnoto dan ibunda Ratih Wigati atas kasih sayang, doa, pengorbanan, dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis sejak menjalani perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. 4. Saudara penulis: Dinar Prima Sari atas doa dan dukungan kepada penulis. 5. Keluarga besar penulis yang senantiasa selalu memberikan semangat, dorongan moril, dan doa sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. 6. Rico, Gema, Roby, Nindy, Andika, Yoga, yang telah menjadi pembimbing dan pemberi semangat selama penulisan skripsi ini. 7. Sahabat-sahabat penulis: mahasiswa-mahasiswi IE 44, teman Kosan Griya Indah

9 9 8. Teman satu bimbingan : Zahra, Jojo, dan Pramita yang telah saling memberikan semangat dan dorongan untuk menghadapi skripsi. 9. Keluarga besar Ilmu Ekonomi yang telah menjadi darah daging dalam kehidupan. 10. Seluruh pihak dan instansi yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, dengan segala kerendahan hati memohon maaf atas kekurangan tersebut, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan umumnya. Wassalamu alaikum wr.wb. Bogor, Desember 2011 Dani Priyo Utomo H

10 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... vi vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sektor Hotel dan Restoran serta Keterkaitannya dengan Sektor Pariwisata Definisi dan Produk Sektor Hotel dan Restoran Keterkaitan Sektor Hotel dan Restoran dengan Pariwisata Investasi dan Pembangunan Ekonomi Daerah Kaitan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan Daerah Pengertian Sektor Unggulan Model Input-Output Asumsi-Asumsi, Keuntungan dan Keterbatasan dalam Model Input-Output Struktur Tabel Input-Output Analisis Keterkaitan Analisis Dampak Penyebaran Analisis Multiplier Tinjauan Studi Sebelumnya Kerangka Pemikiran Operasional III. METODE PENELITIAN... 38

11 ii 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Analisis Keterkaitan Analisis Dampak Penyebaran Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis Dampak Investasi di Sektor Hotel dan Restoran Konsep dan Definisi Operasional IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN KOTA CIREBON Kondisi Umum dan Perekonomian Kota Cirebon Kondisi Umum Kondisi Ekonomi Kondisi Hotel dan Restoran serta Pariwisata di Kota Cirebon Kondisi Hotel dan Restoran di Kota Cirebon Kondisi Pariwisata V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Permintaan Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Permintaan Akhir Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Investasi Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Ekspor dan Impor Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Nilai Tambah Bruto Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Struktur Output Sektoral Peranan Sektor Hotel dan Restoran Berdasarkan Analisis Keterkaitan dan Multplier Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Analisis

12 iii Keterkaitan Analisis Keterkaitan Analisis Dampak Penyebaran Peranan Sektor Hotel dan Restoran Ditinjau dari Analisis Multiplier Multiplier Output Multiplier Pendapatan Multiplier Tenaga Kerja Analisis Dampak Investasi di Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 88

13 iv DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Kunjungan Wisatawan Domestik dan Mancanegara di Jawa Barat Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Pendapatan Perkapita Tahun Angka Pengangguran di Provinsi Jawa Barat Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan Tahun (%) Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun (juta rupiah) Kerangka Penyajian Tabel Input-Output Ilustrasi Tabel Input-Output Hasil Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan Hasil Penelitian Terdahulu tentang Multiplier Rumus Pengganda Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun (juta rupiah) PDRB perkapita Kota Cirebon dan Laju Pertumbuhannya Tenaga Kerja Per Sektor Kota Cirebon tahun (orang) Jumlah Kamar Hotel yang Tersedia di Kota Cirebon Jumlah Restoran yang Tersedia di Kota Cirebon Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Struktur Pembentukan Modal Tetap Bruto, Perubahan Stok, dan Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Struktur Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Struktur Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Nilai Keterkaitan ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon

14 v Tahun Nilai Keterkaitan ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun Dampak Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun Nilai Investasi Dalam Negeri (PMDN) dan Investasi Asing (PMA) Sektor Hotel dan Restoran dalam Perekonomian Kota Cirebon Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Output Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Pendapatan Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Tenaga Kerja Kota Cirebon Tahun 2005 (orang)... 82

15 vi DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Gambar Model Harrod Domar Gambar Model Solow Skema Kerangka Pemikiran Konseptual... 37

16 vii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun (juta rupiah) Keterangan Kode Sektor Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005, Transaksi Total Atas Dasar Harga Konstan Klasifikasi 9 Sektor (juta rupiah) Struktur Permintaan Antara dan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Struktur Modal Tetap Bruto, Perubahan Stok dan Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Struktur Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Struktur Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota CirebonTahun 2005 (juta rupiah) Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor Matriks Kebalikan Leontief Terbuka Klasifikasi 9 Sektor Forward Open Total Requirements Klasifikasi 9 Sektor Backward Open Total Requirements Klasifikasi 9 Sektor Multiplier Output Klasifikasi 9 Sektor Multiplier Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor Multiplier Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor Banyaknya Proyek dan Nilai Investasi PMA yang disetujui Menurut Sektor di Kota Cirebon Tahun Banyaknya Proyek dan Nilai Investasi PMDN yang disetujui Menurut Sektor di Kota Cirebon Tahun Realisasi dan Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun (juta rupiah) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Cirebon Tahun (%) Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan

17 viii Pembentukan Output Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Pendapatan Kota Cirebon Tahun 2005 (juta rupiah) Dampak Investasi Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perubahan Tenaga Kerja Kota Cirebon Tahun 2005 (orang) Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat Tahun (%)

18 1 I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya, karena pariwisata sudah menjadi kebutuhan hidup manusia pada umumnya. Semakin sejahtera seseorang maka semakin banyak peluang dan keinginan untuk melakukan kegiatan wisata. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki alam dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan, antara lain menyangkut sumber daya alam dan pemanfaatan lahan, sumber daya hutan, sumber daya pesisir dan laut serta sumber daya perekonomian serta keragaman budaya. Letak geografis yang berbatasan dengan DKI Jakarta dan sebelah timur dengan provinsi Jawa Tengah, membuat provinsi Jawa Barat merupakan wilayah strategis untuk mengembangkan terutama sektor pariwisata. Berdasarkan Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 lebih dari 20 juta orang mengunjungi objek wisata di Jawa Barat, tahun 2010 naik menjadi lebih dari 22 juta, meskipun secara keseluruhan jumlah pengunjung objek wisata mengalami kenaikan tahun 2009 jumlah kunjungan wisatawan menunjukkan peningkatan, Kabupaten Subang sebagai kota kunjungan wisatawan terbesar di Jawa Barat sebesar 19,13 persen dari total wisatawan di Jawa Barat diikuti Kota Cirebon sebesar 16,63 persen dari total wisatawan yang mengunjungi provinsi Jawa Barat, dan Kabupaten Bandung menempati urutan ke tiga dengan 12,93 persen dari total wisatawan yang berkunjung di Jawa Barat. dapat dilihat pada Tabel 1.1. Kota Cirebon yang terletak antara perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah dan biasa dipakai sebagai kota transit, memiliki berbagai macam wisata dengan berbagai macam jenis wisata yang terdapat di Kota Cirebon seperti

19 2 wisata budaya dan seni, wisata alam, wisata kuliner: nasi jamblang, nasi lengko, tahu gejrot, empal gentong, dan lain-lain dan Kota Cirebon merupakan kota yang memiliki nilai historis yang tinggi dapat dilihat dari adanya sistem kerajaan di Kota Cirebon terdahulu terbukti dengan adanya keraton-keraton yang ada di kota tersebut seperti keraton kanoman dan keraton kasepuhan. Salah satu sektor yang terkait erat dengan pariwisata adalah sektor hotel dan restoran, imbas dari meningkatnya jumlah pengunjung objek wisata di Kota Cirebon, baik domestik maupun asing adalah meningkatnya tingkat okupansi baik hotel berbintang maupun hotel non berbintang. Sektor hotel dan restoran juga memiliki keterkaitan bukan hanya dengan sektor pariwisata tetapi dengan sektor-sektor lain seperti sektor jasa keuangan dan perdangangan, karena dalam mendukung kegiatan usahanya sektor-sektor ini memerlukan hotel sebagai sarana penunjang untuk tempat menginap maupun tempat meting. Berdasarkan hasil studi sebelumnya menunjukkan bahwa sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan yang tinggi, menurut Putri (2010) sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan tertinggi kedua baik kedepan maupun ke belakang dalam perekonomian Kota Jakarta dan berdasarkan Febriawan (2009) sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan ke depan kedua terbesar di Kota Bandung. Dengan demikian peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran yang memiliki nilai keterkaitan tinggi diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah, sehingga mampu untuk meningkatkan lapangan kerja serta kesempatan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah Kota Cirebon dan mampu untuk mendorong dan menggerakkan sektor ekonomi lainnya. Dana yang dimiliki pemerintah yang terbatas maka pemberian investasi akan lebih efektif apabila diberikan pada sektor yang merupakan sektor unggulan di daerah atau suatu wilayah.

20 3 Tabel 1.1. Kunjungan Wisatawan Domestik dan Mancanegara di Jawa Barat Tahun Kabupaten/Kota Kabupaten Jumlah Wisatawan Menurut Asal Domestik Mancanegara Total Persen Domestik Mancanegara Total Persen Domestik Mancanegara Total Persen Bogor , , ,24 Sukabumi , , ,67 Cianjur , , ,89 Bandung , , ,93 Garut , , ,52 Tasikmalaya , , ,11 Ciamis , , ,48 Sumedang , , ,08 Subang , , ,13 Puwakarta , , ,28 Karawang , , ,75 Bekasi , , ,04 Kota Bogor , , ,66 Sukabumi , , ,04 Bandung , , ,96 Cirebon , , ,62 Bekasi Depok , , ,96 Cimahi Tasikmalaya , , ,50 Banjar , , ,046 Total Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.

21 Perumusan Masalah Perekonomian Kota Cirebon masih harus ditingkatkan, karena jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon masih relatif rendah, dengan rata-rata sebesar 5,38 persen selama periode dibandingkan dengan kota lain di Jawa Barat pada tahun yang sama seperti Kota Bogor, Kota Sukabumi dan Kota Bandung dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 6,06, 6,11 dan 7,85 dan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 5,64 persen (Lampiran 24). Demikian pula dalam hal pendapatan per kapita, pendapatan perkapita Kota Cirebon juga relatif rendah yaitu sebesar Rp juta-rp selama periode dibandingkan dengan pendapatan perkapita nasional pada tahun yang sama yaitu sebesar Rp Rp (Tabel 1.2 dan Tabel 4.2). Jumlah pengangguran Kota Cirebon juga masih relatif tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Barat (Tabel 1.3). Dalam hal ini peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran yang diharapkan mampu memecahkan masalah mendasar yaitu perannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Pendapatan Perkapita Tahun Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) PDRB perkapita (juta rupiah) , , , , Rata-Rata 5, Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.

22 5 Namun demikian sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon, disatu pihak laju pertumbuhan ekonominya relatif tinggi, menempati urutan kelima dari total sepuluh sektor yang ada di Kota Cirebon yaitu sebesar 4,37-6,10 persen dari tahun , sementara kontribusinya di Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor hotel dan restoran meskipun meningkat terus dari tahun ke tahun yaitu sebesar 2,27-2,8 persen dari tahun , namun memiliki kontribusi yang relatif kecil (Tabel 1.5). Disisi lain investasi di sektor hotel dan restoran berfluktuasi dan relatif kecil (Tabel 5.14). Tabel 1.3. Angka Pengangguran di Provinsi Jawa Barat Tahun Kota/ Kabupaten Kabupaten Angka Pengangguran (Orang) Jumlah Pengangguran Menurut Asal Angka Angka Pengangguran Pengangguran (Orang) (Orang) Angka Pengangguran (Orang) Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Sumedang Subang Puwakarta Karawang Bekasi Kota Bogor Sukabumi Bandung Cirebon Bekasi Depok Cimahi Tasikmalaya Banjar Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.

23 6 Dengan demikian menjadi pertanyaan apakah sektor hotel dan restoran dapat menjadi leading sektor dan dengan adanya peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran, dapatkah memecahkan masalah ekonomi mendasar yaitu perannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi mengatasi masalah pengangguran di Kota Cirebon. Peningkatan investasi di sektor yang merupakan sektor unggulan atau leading sektor dimaksudkan agar dana pemerintah yang terbatas akan lebih efisien. Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan (%) Sektor Pertanian 0,18 3,88 4,39 1,88 Pertambangan Industri 3,83 3,45 3,45 0,09 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,11 8,52 8,52 9,46 Bangunan 9,84 8,30 8,30 9,32 Perdagangan 2,60 3,00 3,30 3,10 Hotel dan Restoran 4,37 5,15 7,10 6,01 Pengangkutan 4,72 5,01 5,01 2,36 Keuangan 7,96 12,39 12,39 10,96 Jasa 7,81 9,31 9,31 9,40 TOTAL 5,54 6,17 5,64 5,04 Sumber: BPS Kota Cirebon, Sehubungan dengan permasalahan di atas, secara detail pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana keterkaitan sektor hotel dan restoran dengan sektor lainnya dalam perekonomian kota Cirebon? 2. Bagaimana multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon? 3. Berapa besar dampak investasi sektor hotel dan restoran terhadap sektor-sektor lain dan perekonomian keseluruhan di Kota Cirebon?

24 7 Tabel 1.5. Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun (juta rupiah) Sektor Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 (juta rupiah) Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % , , , , , , , , ,23 2,111, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,05 Total Sumber: BPS Kota Cirebon, Keterangan: 1 = Pertanian 6 = Perdagangan 2 = Pertambangan dan Penggalian 7 = Hotel dan Restoran 3 = Industri Pengolahan 8 = Transportasi dan Komunikasi 4 = Listrik, Gas dan Air bersih 9 = Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5 = Bangunan 10 = Jasa-jasa 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis peran sektor hotel dan restoran ditinjau dari keterkaitan dan struktur permintaan akhir. 2. Menganalisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon. 3. Menganalisis dampak investasi di sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian Kota Cirebon.

25 8 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi para pengambil kebijakan di tingkat daerah kota Cirebon dalam merencanakan dan mengembangkan pariwisata khususnya sektor hotel dan restoran di kota Cirebon. 2. Bagi para pembaca umumnya, dapat memberikan dan membuka wawasan mengenai dampak hotel dan restoran dalam perekonomian kota Cirebon. 3. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pada Tabel Input-Output Kota Cirebon tahun 2005 dikarenakan belum tersedianya data terbaru sehingga dipakai tabel Input Output Kota Cirebon Tahun Data yang digunakan berupa data dari Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005 klasifikasi 22 sektor yang kemudian diagregasi sembilan sektor dilakukan untuk melihat keterkaitan sektor hotel dan restoran secara keseluruhan terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen, agar dapat memberikan kestabilan pada koefisien input yang dihasilkan karena hubungan langsung antarsektor tidak dipengaruhi oleh unsur margin perdagangan dan pengangkutan. Hasil analisis perhitungan penelitian dengan menggunakan software aplikasi I-O Analysis for Practitioners dan Microsoft Excell Penelitian ini, ditujukan untuk menganalisis peranan sektor hotel dan restoran dalam pembentukan output, peningkatan pendapatan, serta peningkatan tenaga kerja

26 9 sektor-sektor lain dalam perekonomian dan juga dampak investasi sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian Kota Cirebon. Perhitungan dampak investasi tersebut berdasarkan data total investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) rata-rata per tahun, yakni tahun yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Cirebon (RPJMD). Pengambilan tahun tersebut didasarkan untuk mengetahui besarnya dampak dari investasi di masa depan sebagai salah satu langkah dalam penentuan prioritas suatu sektor.

27 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Sektor Hotel dan Restoran serta Keterkaitannya dengan Sektor Pariwisata Definisi dan Produk Sektor Hotel dan Restoran Istilah restoran berasal dari bahasa Perancis restourant yang berarti restores of energy atau pemulihan tenaga. Restoran tidak hanya kebutuhan sosial tetapi juga kebutuhan secara biologi. Berbagai macam alasan untuk makan di restoran antara lain melepaskan diri dari kebosanan,untuk bersosialisasi, merasakan makanan yang berbeda yang biasanya disajikan di rumah, dan menghindari pekerjaan yang membosankan di tempat kerja (Ardhiyansyah, 2005). Dengan demikian restoran dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan makanan dan minuman. Menurut Ardiyansyah (2005), restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang di organisir secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua konsumennya baik berupa makanan maupun minuman. Tujuan operasionalnya restoran adalah untuk mencari keuntungan, tetapi membuat puas para konsumennya pun merupakan tujuan operasional restoran yang utama. Hotel merupakan salah satu penunjang kegiatan pariwisata. Dalam proses perkembangan usaha perhotelan telah mampu memberikan kontribusi dan peranan yang cukup baik bagi terciptanya pariwisata yang nyaman. Daerah tujuan wisata, hotel yang berdiri biasanya merupakan hotel resort atau tempat peristihatan dan rekreasi yang ditunjukan bagi para wisatawan. Hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran (BPS Jawa Barat, 2005). Marpaung (2002) mendefinisikan hotel sebagai suatu kegiatan

28 11 usaha yang dikelola dengan menyediakan jasa pelayanan, makanan dan minuman, serta kamar untuk tidur atau istirahat bagi pelaku perjalanan (wisatawan) dengan membayar secara pantas sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan tanpa ada perjanjian khusus yang rumit. Restoran merupakan salah satu jenis usaha jasa boga atau pangan yang bertempat di sebagian atau diseluruh bangunan permanen yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman bagi masyarakat umum di tempat usahanya. Marpaung (2002) menjelaskan bahwa pada dasarnya kebutuhan konsumen masyarakat akan jasa boga restoran berkaitan dengan tiga hal pokok, yaitu: physical product (makanan dan minuman), psychological product yang mencakup sensual benefit (cuci mata, suasana nyaman), sense of side (kebersihan, kerapihan,dan kesopanan), sense of listening (music), dan yang terakhir kebutuhan akan customer service product (kecepatan,reservasi,kemudahan transaksi). BPS Provinsi Jawa Barat (2010) secara umum mengkualifikasikan hotel menjadi dua,yaitu: hotel melati, dan hotel berbintang. Ciri khusus hotel berbintang yaitu memiliki restoran sebagai salah satu fasilitas yang disediakan yang pengelolaannya menjadi satu fasilitas yang disediakan yang pengelolaanya menjadi satu dibawah manajemen hotel tersebut dan ditangani dengan lebih profesional oleh divisi yang secara khusus menangani restorannya. Selain itu, ciri khusus lainnya adalah hotel tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang ditentukan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Disparda). Persyaratan tersebut antara lain: a. persyaratan fisik seperti lokasi hotel dan kondisi bangunan b. bentuk pelayanan yang diberikan c. kualifikasi tenaga kerja, seperti pendidikan dan kesejahteraan karyawan

29 12 d. fasilitas olahraga dan rekreasi lainnya yang tersedia, seperti lapangan tenis, kolam renang dan diskotik e. jumlah kamar yang tersedia. Sedangkan untuk kualifikasi hotel melati belum memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang ditentukan oleh Disparda. Menurut BPS Provinsi Jawa Barat (2010), beberapa bidang usaha layanan makanan dan minuman yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Layanan komersial dan publik tidak terbatas a. Hotel : jasa layanan makanan dan minuman di hotel untuk tamu berupa room service, coffee shop, snack bar lounge, fasilitas banquet, restoran prasmanan b. Restoran biasa : tidak dilengkapi dengan akomodasi lainnya seperti tempat menginap. Biasanya berbeda berdasarkan menu sajian, misalnya restoran Padang, restoran sunda, stake house. c. Fast Food : mengutamakan kecepatan penyajian, misalnya fried chicken, dan hamburger. 2. Layanan komersial dan publik terbatas. d. Transport catering: terdapat di alat transportasi publik seperti kereta api, kapal laut, pesawat terbang atau tempat transit bis. e. Clubs: untuk langganan tertentu seperti kelompok olahraga, politik, sosial. Jarang terdapat di Indonesia, misalnya: Mercintile Club, Hilton Executive Club. 3. Layanan non komersial: usaha makanan dan minuman biasa seperti kantin di perkantoran, layanan rumah sakit, rumah jompo. Saat ini terus mengalami perkembangan.

30 13 Menurut Marpaung (2002), pada dasarnya produk yang ditawarkan oleh sektor hotel dan restoran untuk dikonsumsi adalah berupa produk jasa pelayanan. Lengkapnya fasilitas atau saran yang dimiliki oleh pelaku usaha di sektor ini akan memberikan kepuasan tersendiri, sehingga memungkinkan para pelancong untuk melakukan kunjungan kembali. Usaha perhotelan pada umumnya memiliki bentuk pelayanan yang lebih variatif dibandingkan usaha di bidang restoran. Beberapa produk yang dimiliki oleh usaha perhotelan dan biasa dinikmati oleh masyarakat luas antara lain adalah sebagai berikut: 1. Produk terlihat, diantaranya adalah kamar (tempat menginap), makanan dan minuman (coffe break, bar,service room), laundry (jasa pencucian), meeting room, sarana olahraga (kolam renang, fitness centre), perawatan kecantikan (spa, beauty centre, yoga), rekreasi ringan (cuci mata, taman untuk anak-anak), hiburan (karaoke, diskotik), toko kerajinan tangan (handycraft, souvenir), toko jajanan lokal/daerah dan contoh produk lainnya. 2. Produk tak terlihat, diantaranya keamanan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan, keramah tamahan, kenyamanan, suasana santai dan informasi pariwisata. Usaha jasa restoran sebenarnya tidah berbeda jauh dengan produk usaha perhotelan, namun biasanya hanya menyediakan produk yang lebih sedikit variasinya. Produk-produk tersebut diantaranya makanan dan minuman, tempat rekreasi anak-anak (taman), ruang pertemuan, hiburan ringan (musik), suasana santai serta fasilitas pengunjung lainnya. Menurut Cooper (1999) pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan,keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk

31 14 bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali pada tempat tinggal semula. Hal tersebut memiliki dua elemen penting yaitu, perjalanan itu sendiri dan tempat sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatawanya. Menurut Sihite (2000) istilah pariwisata bersal dari bahasa sanksekerta yang secara etimologi bahasa berasal dari dua suku kata yaitu pari dan suku kata wisata. Pari berarti banyak atau berkali-kali, berputar-putar atau lengkap, sedangkan wisata berarti perjalanan yang dilakukan berkali-kali. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa kepariwisataan adalah seluruh kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Definisidefinisi sebelumnya memperlihatkan bahwa pariwisata adalah menyangkut alasan dan tujuan dalam melakukan perjalanan. Pariwisata sebagai Industri Menurut Hasan (2008) membicarakan industri tentunya tidak terlepas dan membicarakan batasan pengertian pariwisata itu sendiri. Pariwista sebagai industri atau lebih dikenal dengan istilah Industri Pariwisata belum dijumpai pengertiannya dalam peraturan perundangan di Indonesia. Namun demikian para ahli kepariwisataan telah merumuskan pengertian pariwisata tentang industri pariwisata. Industri pariwisata adalah keseluruhan rangkaian dan usaha menjual barang jasa yang diperlukan wisatawan, selama wisatawan melakukan perjalanan wisata sampai kembali ke tempat asalnya. Industri pariwisata dalam pengertian lain adalah yang berupa seluruh kegiatan pariwisata yang utuh.

32 Keterkaitan Sektor Hotel dan Restoran dengan Pariwisata dan Sektor Lainnya Menurut Kartawan (2008), dunia internasional sepakat bahwa pariwisata merupakan salah satu industri yang paling potensial dan mampu memberikan nilai devisa yang sangat besar dalam menghadapi era milenium ketiga ini. Industri pariwisata dianggap sebagai industri terbesar di dunia karena pasarnya yang luas mencakup seluruh dunia dan tidak mengenal batas usia. Dalam kegiatannya, industri pariwisata dibagi menjadi lima bidang pokok, yaitu : hotel dan restoran, tour and travel, transportasi, pusat wisata dan souvenir, serta bidang pendidikan kepariwisataan. Terus berkembangnya industri pariwisata akan menciptakan kondisi usaha pada sektor hotel dan restoran lebih kondunsif, artinya tingkat kunjungan pada hotel dan restoran akan semakin meningkat sehingga akan mempengaruhi perkembangan sektor hotel dan restoran. Besarnya kontribusi sektor hotel dan restoran dapat dilihat dari tingkat konsumsi masyarakat pada sektor ini. Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat pada sektor hotel dan restoran maka makin besar pula kontribusi yang diberikan oleh sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian regional tersebut. Dari sisi pendapatan sektor hotel dan restoran memberikan kontribusi pada pariwisata melalui pajak, retribusi dan penghasilan, sementara dari sisi ketenagakerjaan melalui tenaga kerja pelayan, kebersihan, keamanan dan tenaga lainnnya. Kontribusi sektor usaha perhotelan dan restoran merupakan sarana pendukung pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke tempat wisata diharapkan akan mempengaruhi tingginya kunjungan wisatawan ke hotel dan restoran. Baiknya tingkat pelayanan dan kepuasan wisatawan akan memberikan kesan yang menyenangkan terhadap pariwisatanya, sehingga memungkinkan kembalinya para wisatawan untuk berkunjung.

33 Investasi dan Pembangunan Ekonomi Daerah Kaitan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses terjadi kenaikan produk nasional bruto rill atau pendapatan nasional rill. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output rill. Output total rill suatu perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan sepanjang waktu. Ini berarti perekonomian statis atau mengalami penurunan (stagnasi). Perubahan ekonomi meliputi baik pertumbuhan, statis ataupun stagnasi pendapatan nasional rill. Penurunan merupakan perubahan negatif, sedangkan pertumbuhan merupakan perubahan positif. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini dapat dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu ( Hermawan, 2000). Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita. Ada dua sisi hal yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya dan sisi jumlah penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan output per kapita harus dianalisa dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak dan jumlah penduduk di lain pihak. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin, 1999). Ada beberapa teori-teori modern dalam teori pertumbuhan, yaitu :

34 17 1.Harrod Domar Teori Harrod Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang menyangkut peranan investasi dalam jangka panjang. Dalam teori Keynes, pengeluaran investasi mempengaruhi permintaan agregat tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat. Harrod Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi tidak hanya mempunyai pengaruh (lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Modal N 1 N 2 K 2 K 1 0 L 1 L 2 Tenaga Kerja Sumber : Carlos, 2007 Gambar 2.1. Model Harrod Domar Gambar 2.1. Menjelaskan fungsi produksi dari Harrod - Domar atau H-D, yang menggambarkan hubungan antara modal dan tenaga kerja. Sumbu tegak pada gambar 1,

35 18 menunjukkan jumlah modal dan sumbu datar menunjukkan jumlah tenaga kerja. Modal dan tenaga kerja tidak dapat saling menggantikan satau sama lain. Misal untuk memproduksi sebesar N1 diperlukan modal sebesara K1 dan tenaga kerja sebanyak L1, demikian pula untuk memproduksi sebesar N2, diperlukan modal sebesar K2 dan tenaga kerja sebesar L2 dan seterusnya. 2.Robert Solow Robert Solow mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo Klasik. Model Solow memusatkan perhatianya pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Kerangka umum dari model Solow mirip dengan model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan lebih luwes karena : a. Menghindari masalah ketidakstabilan yang merupakan ciriwarranted rate of growth dalam model Harrod-Domar. b. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi pendapatan. Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan Swan menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah dimanipulasikan secara aljabar. Berdasarkan Solow melukiskan secara diagram pola pertumbuhan steady state yang bisa terjadi berdasarkan Gambar 2.2. garis lurus yang melalui titik original adalah fungsi nk. Sedangkan kurva lainnya menggambarkan fungsi, sf(k). Garis ini ditarik sedemikian rupa sehingga menunjukkan produktifitas marginal kapital yang semakin menurun. Pada titik pertemuan dua kurva itu, nk = sf(k) dan dk/dt = 0. Pada waktu dk/dt = 0, rasio kapital-tenaga kerja adalah konstan dan stok kapital harus diperluas sama besar dengan laju pertumbuhan tenaga kerja, n. Serentak rasio kapital tenaga kerja k tercapai, ia akan dipertahankan dan kapital beserta tenaga kerja akan tumbuh secara

36 19 proporsional. Dengan mengasumsikan return to scale sebagai konstan, output riil juga akan tumbuh dalam laju relatif n yang sama, dan output tenaga kerja per individu akan konstan. Sumber : Mankiw, 2008 Gambar 2.2. Model Solow Rasio kapital-tenaga kerja, k, akan berperilaku jika ada perbedaan antara i dan ir (investasi aktual dan investasi yang diinginkan). Jika i > ir, ini berarti pertumbuhan kapital lebih cepat dibandingkan tenaga kerja, akibatnya k akan meningkat. Sebaliknya jika yang terjadi i < ir, menunjukkan pertumbuhan kapital lebih lambat daripada pertumbuhan tenaga kerja, maka k akan turun. Kenaikan ataupun penurunan dari k tersebut semuanya akan menuju kepada k* yang merupakan rasio kapital-tenaga kerjapada steady state. Oleh karena pada steady state, k*, dk/dt = 0, ini berarti pada saatk1 < k* maka dk/dt > 0. Sedangkan untuk k2 > k* maka dk/dt < 0. Berapapun nilai rasio kapital-tenaga kerja sebelumnya, sistem itu akan berkembang ke arah keadaan pertumbuhan berimbang dalam laju yang alamiah. Apabila stok kapital sebelumnya di bawah rasio keseimbangan, kapital dan output

37 20 akantumbuh lebih cepat dari tenaga kerja sampai rasio keseimbangan tercapai. Jika rasio sebelumnya di atas nilai keseimbangan, kapital dan output akan tumbuh lebih lambat daripada tenaga kerja. Pada dasarnya pertumbuhan output selalu terletak diantara pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan kapital Pembangunan Daerah Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tesebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus menafsir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Lincolin Arsyad, 1999). Pembangunan daerah suatu daerah dapat berupa pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut dan. pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Sektor Hotel dan Restoran serta Keterkaitannya dengan Sektor Pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Sektor Hotel dan Restoran serta Keterkaitannya dengan Sektor Pariwisata 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sektor Hotel dan Restoran serta Keterkaitannya dengan Sektor Pariwisata 2.1.1.1. Definisi dan Produk Sektor Hotel dan Restoran

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BANDUNG

ANALISIS PERANAN SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BANDUNG ANALISIS PERANAN SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BANDUNG OLEH REGY FEBRIAWAN H14051990 s DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN 2001-2005 Oleh TUTI RATNA DEWI H14103066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H14104109 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H14102048 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H14103119 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H14052333 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H14102072 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN FITRI RAHAYU.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan gaya hidup dan tatanan dalam masyarakat saat kini ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang memacu perkembangan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Oleh : GEMA SETYA ANGGARA PUTRA H14070107 FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga termasuk pula percepatan/akselerasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H14050283 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H14094013 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN TITUK

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri yang besar di dunia dan salah satu sektor yang tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE 1993-2005 Penerapan Analisis Shift-Share Oleh MAHILA H14101003 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat)

EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat) EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat) OLEH: ELLY EROSA H 14103108 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN OLEH HASNI H14102023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang terpenting setelah udara dan air, serta merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus segera terpenuhi untuk mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN KOTA CIREBON Kondisi Umum dan Perekonomian Kota Cirebon.

IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN KOTA CIREBON Kondisi Umum dan Perekonomian Kota Cirebon. 53 IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN KOTA CIREBON 4.1. Kondisi Umum dan Perekonomian Kota Cirebon. 4.1.1. Kondisi Umum Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33 derajat Bujur Timur dan 6.41 derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011 No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011 Pada Triwulan I 2011, PDRB Bali tumbuh sebesar 0,75 persen dibanding Triwulan IV - 2010 (quarter to quarter/q-to-q). Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH APSARI DIANING BAWONO H14103060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk

KATA PENGANTAR. ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%)

BAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian khususnya sektor jasa di Indonesia berlangsung sangat pesat. Salah satu sektor jasa yang menjadi andalan Indonesia adalah industri

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI DAN DAMPAK INVESTASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN CIAMIS (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

ANALISIS PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI DAN DAMPAK INVESTASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN CIAMIS (ANALISIS INPUT-OUTPUT) ANALISIS PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI DAN DAMPAK INVESTASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN CIAMIS (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH PRAYOGA NOER IMAN H14070087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci