Studi Komparasi Pada Interior Klenteng Tien Kok Sie Di Surakarta Dan Klenteng Fuk Ling Miao Di Yogyakarta Ditinjau Dari Aspek Fengshui Dan Budaya Jawa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Komparasi Pada Interior Klenteng Tien Kok Sie Di Surakarta Dan Klenteng Fuk Ling Miao Di Yogyakarta Ditinjau Dari Aspek Fengshui Dan Budaya Jawa"

Transkripsi

1 JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015) Studi Komparasi Pada Interior Klenteng Tien Kok Sie Di Surakarta Dan Klenteng Fuk Ling Miao Di Yogyakarta Ditinjau Dari Aspek Fengshui Dan Budaya Jawa Stephanie Clorinda Santosa; Martino Dwi Nugroho, S.Sn, M.A, Grace Mulyono, S.Sn, M.T Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto , Surabaya Abstrak- Klenteng adalah tempat ibadah bagi umat Tri dharma dan sebagai apresiasi bentuk budaya leluhur masyarakat Tionghoa memiliki keunikan dan seni arsitektur yang tinggi. Objek penelitian dipilih klenteng Tien Kok Sie di Surakarta dan klenteng Fuk Ling Miau di Yogyakarta. Keduanya adalah klenteng yang berdiri di pusat kebudayaan dan merupakan tempat ibadah masyarakat Tionghoa yang berdiri dengan dukungan dari pihak kraton. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap studi komparasi pada interior Klenteng Tien Kok Sie Di Surakarta dan Klenteng Fuk Ling Miao Di Yogyakarta ditinjau dari aspek fengshui dan budaya Jawa. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif komparatif. Data-data dikumpulkan dengan metode studi literatur, observasi langsung, dan wawancara. Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa adanya akulturasi dari nilai-nilai feng shui dengan budaya Jawa pada klenteng Tien Kok Sie dan klenteng Fuk Ling Miau dari aspek lokasi ruang suci utama, jumlah pintu dan makna bentuk pintu, ragam hias, dan bentuk pemasangan konstruksi plafon. Namun akulturasi budaya Jawa dominan pada klenteng Fuk Ling Miau dari kesamaan lokasi, arah hadap, dan peninggian lantai. Ini membuktikan klenteng Fuk Ling Miau di Yogyakarta lebih mengikuti nilai-nilai budaya Jawa. Kata Kunci : Klenteng, Fengshui, Budaya Jawa, Komparasi Abstrac Temple is a place of worship for the people of Tri dharma and as appreciation form the ancestral culture of Chinese community has a unique and high architectural art. The object of research selected Tien Sie Kok temple in Surakarta and Fuk Ling Miau temple in Yogyakarta. Both are temple stands at the cultural center and a place of worship of the Chinese community are standing with the support of the palace. The study was conducted with the aim to reveal comparative study of interior Tien Sie Kok temple in Surakarta and Fuk Ling Miau temple in Yogyakarta terms of aspects of feng shui and Javanese culture. Research using the comparative method of qualitative research. The data collected by literature study, direct observation, and interviews. Analysis found that acculturation of values feng shui with Javanese culture in Tien Sie Kok temple and Fuk Ling Miau temple of the sacred space location, number and shapes meaning of doors, decorative, construction and installation of ceiling forms. However acculturation dominant in Fuk Ling Miau temple of similarity location, direction toward, and the elevation of the floor. This proves Fuk Ling Miau temple in Yogyakarta more follow the values of javanese culture. Keywords: Temple, Fengshui, Javanese Traditional, Comparison E I. PENDAHULUAN tnis Cina mulai merantau dan berdagang di Surakarta dan Yogyakarta sebelum kota tersebut dibentuk. Para pedagang tersebut melakukan hubungan dagang dengan melakukan kontak sosial ekonomi dengan penduduk setempat. Barang dagangan yang dibawa adalah barang kelontong kebutuhan sehari-hari yang diangkut dari Tiongkok dengan mempergunakan kapal. Cina pedagang yang merantau ke Surakarta membawa berbagai kebudayaan nenek moyang. Salah satu bentuk kebudayaan itu adalah kepercayaan tradisional yang berupa agama. Etnis Cina membangun pula tempat ibadah yang disebut kelenteng yang dipergunakan pula sebagai tempat berkumpul. Perjanjian Giyanti memutuskan Mataram terbelah menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta Adinigrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Adiningrat. Separoh bagian dengan pusat kota Surakarta berada di bawah pemerintahan Sunan Paku Buwana III, sedangkan separoh bagian lainnya yakni Yogyakarta berada dibawah pemerintahan pamannya, Sultan Hamengku Buwana I. Pada waktu itu, kekuasaan politik kedua kerajaan kembar tersebut telah berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Kedua pemerintahan kerajaan itu menjadi pusat kebudayaan dengan mengetengahkan ciri khas masing-masing. (Gustami 43). Keraton Jawa sebagai pusat kekuasaan merupakan pusat dimana perkembangan permukiman urban di Jawa bermula. Dari sekian banyak keraton yang ada di Jawa, terdapat dua buah kota dengan embrio keraton yang masih memiliki elemen-elemen kota yang lengkap baik dari segi artefak maupun aktivitasnya, yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Kedua kota ini secara khusus memiliki banyak kemiripan latar belakanh dan konsep pembentukannya, sehingga secara umum akan terlihat sebagai dua kota yang kembar (the royal twin cities). Dengan nilai artefak yang cukup banyak serta kegiatan budaya Jawa yang hidup pada kedua kota, menjanjikan kedua kota ini sangat spesifik dibandingkan kota-kota lain di Indonesia. (Wibawa 2002:23) Di Surakarta, terdapat dua buah bangunan klenteng yang telah berdiri ratusan tahun yang lalu dan memiliki banyak nilai sejarah. Kelenteng Tien Kok Sie merupakah salah satu kelenteng tertua di Kota Surakarta yang dibangun pada 1745.

2 JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015) Berdirinya kelenteng ini mengikuti berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat, dan letaknya pun di dekat keraton. Di Daerah Istimewa Yogyakarta juga memiliki Klenteng tua yang hingga saat ini masih hidup harmonis dengan kebudayaan Jawa. Kelenteng Fuk Ling Miau merupakan hadiah dari Sultan Hamengku Buwono II kepada permaisurinya yang berasal dari negeri tiongkok. Usia bangunan Kelenteng Gondomanan sudah mencapai 200-an tahun. Berdasarkan latar belakang, dipilih dua buah klenteng tersebut karena memiliki banyak nilai sejarah yang melambangkan keharmonisan antara etnis Jawa dan Tionghoa dan dapat menjawab beberapa pertanyaan yaitu bagaimana aplikasi nilai-nilai Feng Shui pada Klenteng Tien Kok Sie di Surakarta dan Klenteng Fuk Ling Miau di Yogyakarta dan bagaimana perbandingan aplikasi Jawa dan Cina dari Klenteng Tien Kok Sie di Surakarta dan Klenteng Fuk Ling Miau di Yogyakarta. Rumusan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah bagaimana aplikasi nilai-nilai Fengshui pada Klenteng Tien Kok Sie di Surakarta dan Klenteng Fuk Ling Miao di Yogyakarta serta perbandingan aplikasi Jawa dan Cina dari Klenteng Tien Kok Sie di Surakarta dan Klenteng Fuk Ling Miao di Yogyakarta Studi komparasi pada interior klenteng Tien Kok Sie di Surakarta dan klenteng Fuk Ling Miao di Yogyakarta ditinjau dari aspek fengshui dan budaya Jawa, dibatasi pada aspek; organisasi dan fungsi ruangan, nilai-nilai simbolis yang dimiliki klenteng, elemen interior ruang (pintu, jendela, plafon), dan posisi arah hadap klenteng. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan komparatif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Moleong 6). Penyusunan teori dimulai dengan teori substantif melalui usaha menemukan kategori dengan kawasannya, mencari hubungan-hubungan yang logis sehingga dapat dirumuskan ke dalam hipotesis kerja dengan memanfaatkan metode analisis komparatif. (Moleong 89). Pengumpulan data sebagai penunjang penelitian dilakukan dengan 4 cara, yaitu: a. Studi Literatur Dilihat dari segi sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Buku disertai dan karya ilmiah lainnya, dan majalah ilmiah sangat berharga bagi peneliti guna menjajaki keadaan perseorangan atau masyarakat di tempat penelitian dilakukan. (Moleong 159) b. Observasi Langsung Observasi lapangan secara langsung pada kedua objek yaitu Klenteng Tien Kok Sie di Surakarta dan Klenteng Fuk Ling Miau di Yogyakarta. Dalam hal ini dilakukan pengukuran dan pemotretan untuk mengetahui suasana ruang pada objek tersebut. pengambilan data dan bentuk perolehan pemahaman yang dianggap paling tepat. Hasil kegiatan observasi bisa berupa catatan, rekaman, atau vignette atas suatu peristiwa. (Maryaeni 68). c. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong 186). Wawancara ini akan dilakukan dengan orang-orang yang memiliki keterkaitan secara langsung pada Klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miau agar dapat memberikan data yang berguna bagi penyusunan penelitian. Narasumber: 1. Pengurus Klenteng Fuk Ling Miau: Ibu Bing Mei 2. Sekretaris Klenteng Tien Kok Sie : Bapak Lian Hong Siang Metode analisis data yang digunakan dengan metodologi kualitatif ini adalah metode analisis induktif. Pendekatan induktif dimaksudkan untuk membantu pemahaman tentang pemaknaan dalam data yang rumit melalui pengembangan tema-tema yang diikhtisarkan dari data kasar. (Moleong 298). III. ANALISA DATA Analisa klenteng berdasarkan fengshui a. Lokasi Klenteng Tien Kok Sie berada di simpang empat jalan atau disebut tusuk sate yang arah hadapnya frontal terhadap jalan raya. Dalam kepercayaan masyarakat Cina letak tusuk sate merupakan letak yang kurang baik untuk dihuni, sehingga perlu sarana untuk membersihkan energi (chi) buruk tersebut dengan cara mendirikan klenteng. Klenteng Fuk Ling Miao terletak di ujung jalan didekat perempatan jalan Brigjend Katamso Yogyakarta. Penempatan klenteng tusuk sate dan di ujung jalan bertujuan untuk membersihkan energi negatif dari rumah-rumah yang ada di sekitarnya. Gambar 3.1 Peta klenteng Tien Kok Sie di Surakarta dan Klenteng Fuk Ling Miao di Yogyakarta b. Arah Hadap Klenteng Tien Kok Sie memiliki arah hadap ke arah Utara. Wilayah Utara dianggap sebagai wilayah yang kurang menguntungkan karena darerah gurun yang gelap dan menghembuskan angin dingin (feng). Klenteng Fuk Ling Miao memiliki arah hadap ke arah barat. Menurut fengshui arah yang baik adalah arah yang menghadap ke laut, yang di negeri Cina terletak di Selatan. Di kota Surakarta, letak laut juga menghadap ke arah Selatan yaitu adalah pantai Baron.

3 JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015) Oleh karena itu letak Klenteng tidak mengikuti nilai fengshui. c. Bentuk Lahan Lahan tempat kedua klenteng berdiri berbentuk trapesium, bagian belakang klenteng melebar ke samping kanan. Bentuk lahan ini menurut fengshui baik karena melebar pada bagian belakang (ngantong) dipercaya melambangkan kemakmuran jangka panjang. d. Ruang Suci Utama Altar dewa utama ditempatkan pada bagian tengah ruangan di ruang suci utama. Altar pemujaan untuk Dewa/ Dewi yang lain ditempatkan pada sisi kiri. Posisi tengah dalam fengshui (posisi ular/tanah) adalah unsur yang mengandung yang-yin yang seimbang (netral). Maka penempatan altar dewa utama sudah sesuai dengan nilai fengshui. g. Peninggian Lantai Menurut nilai fengshui, bangunan di tanah yang tinggi memperesentasikan gunung atau ch i naga dan melambangkan kesehatan yang baik. Makna dari area yang paling tinggi adalah sebagai tempat yang paling sakral. (Marcella 135). Nilai fengshui ini sudah diterapkan pada Klenteng Fuk Ling Miao karena pada klenteng terdapat peninggian yang sudah dimulai dari teras depan klenteng melambangkan bahwa saat semua bagian bangunannya adalah area yang sudah sakral, namun area yang paling sakral adalah ruang suci utama. Pada klenteng Tien Kok Sie peninggian lantai hanya terletak pada bagian tengah ruang Thia saja untuk melambangkan bahwa ruangan yang paling sakral. Ruang Suci Utama Anak tangga Altar utama Altar utama Gambar 3.4. Peninggian lantai pada klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao Ruang Suci Utama Gambar 3.2 Denah klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao e. Warna Warna merah sangat mendominasi di dalam maupun di luar klenteng Tien Kok Sie dan klenteng Fuk Ling Miao, karena warna ini melambangkan yang-besar (kekuatan, kejayaan, kemenangan, kemakmuran, kebahagiaan). Kemudian warna tambahan pada klenteng Tien Kok Sie adalah hijau dan kuning. Sedangkan warna tambahan klenteng Fuk Ling Miao adalah hitam dan putih. f. Pilar Pada kedua ruang suci utama klenteng terdapat pilar-pilar yang menopang berjumlah 8 buah. 8 buah pilar utama ini memiliki arti sebagai simbol kebangsawanan. Berjumlah 8 karena angka 8 dipercaya orang tionghoa sebagai angka keberuntungan. Penggunaan pilar tersebut pada bangunan klenteng ini adalah sebagai penopang kehidupan dengan kekuasaan yang mulia. (Marcella 135). Bentuk formasi penyusunan pilar yang terbagi menjadi 4 dikanan dan 4 dikiri untuk menyangga bangunan utama agar kuat. h. Pintu Pintu kedua klenteng terdiri dari 3 buah pintu. Pintu tengah untuk masuk Dewa, pintu kanan untuk masuk dan pintu kiri untuk keluar umat. Pintu terdiri dari satu panil yang berdaun ganda agar chi bisa masuk dan bersirkulasi secara leluasa. Pintu ini melambangkan keseimbangan. Kusen pintu bagian bawah dibuat menonjol dan menyebabkan orang mengangkat kakinya agak tinggi ketika masuk ke dalam klenteng. Hal ini sesuai dengan nilai fengshui. pintu berdaun ganda Gambar 3.5. Pintu keluar pada klenteng Tien Kok Sie Pintu masuk dan keluar klenteng berdaun ganda Pilar merah Pilar kuning Pilar merah Pilar hitam Gambar 3.6. Pintu pada Klenteng Fuk Ling Miao i. Ragam Hias Ragam hias yang dimiliki klenteng Tien Kok Sie adalah naga, kilin, bambu, teratai, burung Phoenix, burung Bangau, kuda, rusa, kelelawar, kepiting, kupu-kupu, dan macan. Sedangkan pada klenteng Fuk Ling Miao yaitu naga, kilin, Gambar 3.3 Pilar utama klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao

4 JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015) ikan, teratai, burung Phoenix, burung Bangau, kuda, kepiting. Makna dari ragam hias di klenteng yaitu: Naga pada pilar: naga yang memutari pilar penyangga bangunan mengandung makna menjauhkan bangunan dari bahaya kebakaran. Naga sebagai simbol kekuatan mampu menjaga dan melindungi maka ditempatkan pada pilar sebagai salah satu penopang. (Mulyono, Thamrin) Kilin : lambang kebajikan yang sempurna, umur panjang, kebesaran, kepatuhan, rasa hormat pada yang tua, keturunan cemerlang dan pemerintahan bijak mendatangkan kebahagiaan, keberuntungan dan berkat. Ki-lin juga lambang spiritualitas, hidup kesendirian dan kebiaraan. Bambu : melambangkan Dewi Kwan Se Im Po Sat. Lukisan teratai pada meja altar melambangkan kesucian dan kemurnian dari Mak Co untuk para umatnya yang bersembahyang kepada-nya. Burung Phoenix : Dipercaya dapat membawa nasib baik dan keberuntungan. (Mulyono, Thamrin) Burung Bangau : Melambangkan kesejahteraan dan panjang umur. Simbol dari ajaran Taoisme Kelelawar : Melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, nasib baik dan panjang umur di aplikasikan di sebelah pintu masuk agar umat mendapatkan kebahagiaan, nasib baik dan keberuntungan. Ukiran Rusa: Tanduk rusa memiliki kemampuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Oleh karena itu melambangkan keabadian dan kesucian dari dunia tercemar. (Mulyono, Thamrin). Kuda : Melambangkan kekuatan dan keberanian dan perjalanan dari suatu hidup lama ke suatu hidup yang baru Kepiting : lambang dewi pelindung laut. (Ronnie Gunawan) dan sebagai simbol kecerdikan dan kelihaian. Kupu-kupu : Lambang dari kasih yang tak sampai Macan dipercaya sebagai pelindung untuk menahan angin dan pengaruh jahat. Ikan : Ikan Mas terutama yang berwarna merah sering dianggap sebagai lambang Rejeki j. Atap Bubungan pada atap melengkung ke atas mempunyai makna untuk menghindarkan hal-hal buruk, atap menjadi pelindung hal-hal dibawahnya. Sistem konstruksi penggabungan plafon kedua klenteng menggunakan balok vertikal dan horizontal, mempunyai makna perlambangan kedekatan hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama. (Liu, p.30) Atap melengkung Gambar 3.7. Bentuk atap klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao Konstruksi plafon Gambar 3.8. Konstruksi plafon klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao Analisa Perbandingan Klenteng Dengan Arsitektur Budaya Jawa 1. Klenteng Tien Kok Sie di Surakarta a. Lokasi Lokasi bangunan mempengaruhi baik atau buruk terdapat pada nilai fengshui di Klenteng namun lokasi tusuk sate pada klenteng tidak ada pada arsitektur budaya Jawa Arsitektur budaya Jawa tidak melihat dari lokasi bangunan, namun melihat kepada tanah yang dipercaya baik untuk penghuninya. Arsitektur budaya Jawa memiliki syarat-syarat tanah yang baik dan yang buruk untuk mendirikan bangunan. Syarat-syarat tanah yang baik untuk bangunan tidak sesuai antara arsitektur budaya Jawa dan fengshui klenteng Gambar 3.9. Contoh syarat tanah menurut arsitektur budaya Jawa. Sumber : Heinz Frick, hal 97 b. Arah Hadap Arah hadap Utara kurang baik namun mengandung arti yang dapat menetralkan energi negatif bagi klenteng Tien Kok Sie dan tidak sesuai dengan arah hadap yang baik bagi arsitektur budaya Jawa untuk bangunan ibadah yang baik adalah ke arah barat Orientasi terhadap sumbu kosmis dari arah barat-timur untuk rakyat biasa adalah tidak mungkin karena arah timur digunakan sebagai unsur bagian dari keraton. Arah timur juga merupakan tempat tinggal Dewa Yamadipati, yang dalam cerita pewayangan mempunyai tugas mencabut nyawa orang di tangan Yamadipati. (Frick, Heinz 84). c. Bentuk Lahan Bentuk lahan suatu bangunan hanya dipercaya pada nilainilai fengshui dan diterapkan pada klenteng. Bangunan arsitektur Jawa tidak terpacu pada nilai-nilai tertentu yang harus diyakini. Dalam membangun atau mendirikan rumah, masyarakat Jawa selalu mempertimbangkan tiga masalah, yaitu masalah tempat dimana bangunan itu akan di dirikan, bahan atau material yang digunakan dan waktu mendirikannya (Dakung, 1982: 76) d. Ruang Suci Utama Dalem agung dan ruang Thia adalah ruang utama dalam bangunan. Letak dalem agung dan ruang Thia sama-sama ditengah. Letak Dewi Kwan SeIm Po Sat dan Dewi Sri sama yaitu di tengah ruang utama bagian belakang. Penghayatan adanya suatu pusat dunia, atau poros sentrum merupakan penghayatan manusia berjiwa religius

5 JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015) yang sangat dalam, lagi sangat wajar. Manusia tidak dapat hidup dalam angkasa kosong atau ruang homogen, seolah-olah segala titik dan arah itu sama saja. Namun bila ada timur dan barat, ada juga Utara dan Selatan, demikianlah spontan dirasakan setiap manusia. Tetapi langsung juga terasa, bahwa keempat arah kiblat itu menimbulkan suatu titik atau imajinasi tugu poros, pusat yang terjadi oleh persilangan garis-garis timur-barat dan Utara- Selatan. Dan titik atau tugu tengah itu Pusering Jagat poros pusat cakrawala. (Mangunwijaya 90) Gambar Moncapat yang bersemangat Sumber : Heinz Frick, hal 91 e. Warna Di dalam arsitektur budaya Jawa terdapat warna-warna yang digunakan pula untuk membuat sebuah bangunan. Makna warna merah, hijau, dan kuning antara fengshui klenteng dan budaya Jawa tidak saling berhubungan. Masing-masing memiliki makna yang berbeda bagi. Makna Warna dalam arsitektur Jawa: Merah: penolak rasa amarah Hijau : penolak rasa angkara murka Kuning: penolak rasa mengantuk (Frick, Heinz ) f. Pilar Penempatan pilar utama berada di ruang utama bangunan. Pilar utama untuk klenteng berjumlah 8, sedangkan arsitektur budaya Jawa berjumlah 4 buah. Saka guru merupakan tiang-tiang yang menyediakan dirinya untuk menjadi tempat bagi balandar-pengeret/ pemidhangan. Sebutan saka-guru menunjukan bahwa dia adalah gelagar saka (=tiang struktural) yang letaknya di sektor guru, serta menjadi penopang dari balandar-pengeret/ pemidhangan. (Prijotomo, Josef 217) Pilar-pilar memiliki fungsi yang sama namun makna yang berbeda. Makna 4 saka guru adalah memberikan perlindungan bagi penghuninya, rasa aman dan nyaman (Sudarwanto) g. Peninggian Lantai Peninggian lantai pada kedua bangunan memiliki makna yang sama yaitu lantai yang lebih tinggi adalah ruang yang lebih sakral. Pusat sakral dalam konsepsi keruangan di zaman Jawa pertengahan (abad ke 8-12), tetapi bahkan merupakan keruangan di zaman Jawa pertengahan ditentukan dengan membangun piramida bertingkat. (Santoso, Jo 113). Sumber : h. Pintu Fengshui dan arsitektur Jawa sama-sama menggunakan daun pintu berdaun ganda dan memiliki pintu berjumlah 3 dengan makna yang berbeda. Pintu arsitektur Jawa pintu dibuat rendah sehingga orang harus menunduk ketika melewati pintu, sedangkan pintu klenteng memiliki kusen bawah sehingga orang harus mengangkat kaki ketika masuk. Kedua hal ini membuat orang yang memasuki ruang terhenti karena memasuki ruang yang lebih sakral. Pada arsitektur Jawa dalam bentuk yang besar dan luas tetapi pintu selalu dalam bentuk yang relatif rendah, sehingga menuntut manusia yang melewati dalam posisi menunduk. Sikap tubuh menunduk dalam keadaan tertentu menunjukan sikap hormat bagi manusia Jawa (Sunarmi 83). i. Ragam hias Memiliki beragam jenis ragam hias. Ada yang memiliki makna dan bentuk yang sama seperti teratai dan naga. Ada ragam hias dengan makna yang sama namun bentuk berbeda seperti kilin dengan garuda, bangau dengan kluwih, naga dengan kemamang, macan dengan anak panak dan makara, kuda dengan jado. Masih banyak lagi ragam hias yang tidak memiliki makna yang sama maupun bentuk yang sama. Gambar Macam-macam ragam hias ( 1.Naga 2.Kemamang 3.Pesik Garuda 4.Anak Panah 5.Jago 6.Padma) Sumber : Ragam Hias, Herry Setiawan j. Atap Bentuk atap pada klenteng Tien Kok Sie tidak sama dengan arsitektur budaya Jawa, makna nya juga berbeda. Konstruksi plafon dan maknanya pada Klenteng dan arsitektur budaya Jawa sama. Atap mengambil stilasi bentuk sebuah gunung. gunung merupakan sesuatu yang tinggi dan disakralkan. gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang dianggap suci dan tempat tinggal para Dewa. Semakin banyak lapisan pada bentuk atapnya, semakin lengkap dan sempurna bentuk rumah Joglo. (Sunarmi 92) Gambar Keraton Surakarta Hadiningrat Peninggian lantai Gambar Bentuk atap dan konstruksi plafon arsitektur Jawa Sumber : Kepuhan-Limolasan1.jpg

6 JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015) Klenteng Fuk Ling Miao di Yogyakarta a. Lokasi Lokasi buruk dipojok perempatan jalan pada kepercayaan fengshui memiliki makna yang baik bagi arsitektur budaya Jawa. Bila kita membagi sebuah tempat menjadi empat (mrapat), maka pada titik tengahnya akan dapatkan sebuah perempatan. Dengan sendirinya perempatan ini sehari-harinya menjadi semacam orientasi arah (patokan) dalam bergerak bagi mereka yang bermukim di situ. Kemungkinan besar diperempatan inilah dahulu dilakukan rapat-rapat penting (rapat). (Santosa, Jo 51) Arsitektur budaya Jawa memiliki syarat-syarat tanah yang baik dan yang buruk untuk mendirikan bangunan. Syarat-syarat tanah yang baik untuk bangunan tidak sesuai antara arsitektur budaya Jawa dan fengshui klenteng ditengah. Letak Dewa Amurwa Bhumi dan Dewi Sri sama yaitu di tengah ruang utama bagian belakang. Penghayatan adanya suatu pusat dunia, atau poros sentrum merupakan penghayatan manusia berjiwa religius yang sangat dalam, lagi sangat wajar. Manusia tidak dapat hidup dalam angkasa kosong atau ruang homogen, seolah-olah segala titik dan arah itu sama saja. Namun bila ada timur dan barat, ada juga Utara dan Selatan, demikianlah spontan dirasakan setiap manusia. Tetapi langsung juga terasa, bahwa keempat arah kiblat itu menimbulkan suatu titik atau imajinasi tugu poros, pusat yang terjadi oleh persilangan garis-garis timur-barat dan Utara- Selatan. Dan titik atau tugu tengah itu Pusering Jagat poros pusat cakrawala. (Mangunwijaya 90) Gambar Moncapat yang bersemangat Sumber : Heinz Frick, hal 91 Gambar Contoh syarat tanah menurut arsitektur budaya Jawa. Sumber : Heinz Frick, hal 97 b. Arah Hadap Arah hadap barat tidak sesuai dengan nilai fengshui. Namun sesuai dengan nilai-nilai arsitektur budaya Jawa dimana rumah ibadah menghadap ke arah barat. Kompleks Mesjid Gedhe Kasultanan (Masjid Raya Kesultanan) atau Masjid Besar Yogyakarta terletak di sebelah barat kompleks Alun-alun Utara. Kompleks yang juga disebut dengan Mesjid Gedhe Kauman dikelilingi oleh suatu dinding yang tinggi. Pintu utama kompleks terdapat di sisi timur. Arsitektur bangunan induk berbentuk tajug persegi tertutup dengan atap bertumpang tiga. Untuk masuk ke dalam terdapat pintu utama di sisi timur dan Utara. Di sisi dalam bagian barat terdapat mimbar bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, mihrab (tempat imam memimpin ibadah), dan sebuah bangunan mirip sangkar yang disebut maksura. (wikipedia.org/wiki/keraton_ngayogyakarta_hadiningrat) c. Bentuk Lahan Bentuk lahan suatu bangunan hanya dipercaya pada nilainilai fengshui dan diterapkan pada klenteng. Bangunan arsitektur Jawa tidak terpacu pada nilai-nilai tertentu yang harus diyakini. Dalam membangun atau mendirikan rumah, masyarakat Jawa selalu mempertimbangkan tiga masalah, yaitu masalah tempat dimana bangunan itu akan di dirikan, bahan atau material yang digunakan dan waktu mendirikannya (Dakung, 1982: 76) d. Ruang Suci Utama Dalem agung dan ruang Thia adalah ruang utama dalam bangunan. Letak dalem agung dan ruang Thia sama-sama e. Warna Di dalam arsitektur budaya Jawa terdapat warna-warna yang digunakan pula untuk membuat sebuah bangunan. Makna warna merah, putih, dan hitam antara fengshui klenteng dan budaya Jawa tidak saling berhubungan. Masing-masing memiliki makna yang berbeda bagi. Makna Warna dalam arsitektur Jawa: Merah: penolak rasa amarah Putih : penolak rasa birahi Hitam : penolak rasa lapar (Frick, Heinz ) f. Pilar Penempatan pilar utama berada di ruang utama bangunan. Pilar utama untuk klenteng berjumlah 8, sedangkan arsitektur budaya Jawa berjumlah 4 buah. Saka guru merupakan tiang-tiang yang menyediakan dirinya untuk menjadi tempat bagi balandar-pengeret/ pemidhangan. Sebutan saka-guru menunjukan bahwa dia adalah gelagar saka (=tiang struktural) yang letaknya di sektor guru, serta menjadi penopang dari balandar-pengeret/ pemidhangan. (Prijotomo, Josef 217) Pilar-pilar memiliki fungsi yang sama namun makna yang berbeda. Makna 4 saka guru adalah memberikan perlindungan bagi penghuninya, rasa aman dan nyaman (Sudarwanto) g. Peninggian Lantai Peninggian lantai pada bangunan Klenteng sama dengan arsitektur Jawa karena dimulai bertahap dari memasuki bangunan dan memiliki makna yang sama yaitu lantai yang lebih tinggi adalah ruang yang lebih sakral. Pusat sakral dalam konsepsi keruangan di zaman Jawa pertengahan (abad ke 8-12), tetapi bahkan merupakan keruangan di zaman Jawa pertengahan ditentukan dengan membangun piramida bertingkat. (Santoso, Jo 113).

7 JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015) Peninggian lantai Gambar Keraton Ngayogyakarta Sumber: h. Pintu Fengshui dan arsitektur Jawa sama-sama menggunakan daun pintu berdaun ganda dan memiliki pintu berjumlah 3 dengan makna yang berbeda. Pintu arsitektur Jawa pintu dibuat rendah sehingga orang harus menunduk ketika melewati pintu, sedangkan pintu klenteng memiliki kusen bawah sehingga orang harus mengangkat kaki ketika masuk. Kedua hal ini membuat orang yang memasuki ruang terhenti karena memasuki ruang yang lebih sakral. Pada arsitektur Jawa dalam bentuk yang besar dan luas tetapi pintu selalu dalam bentuk yang relatif rendah, sehingga menuntut manusia yang melewati dalam posisi menunduk. Sikap tubuh menunduk dalam keadaan tertentu menunjukan sikap hormat bagi manusia Jawa (Sunarmi 83). i. Ragam Hias Ragam Hias tidak terlalu banyak. Terdapat pula ragam hias yang memiliki makna dan bentuk yang sama, yaitu teratai dan naga. Adapula yang memiliki bentuk berbeda dengan makna sama yaitu bangau dengan kluwih, naga dengan kemamang, kuda dengan jago. Tersisa ragam hias kepiting, ikan mas, dan burung Phoenix yang tidak memiliki makna atau bentuk yang sama dengan arsitektur budaya Jawa. Gambar Bentuk atap dan konstruksi plafon arsitektur Jawa Sumber : Kepuhan-Limolasan1.jpg Analisa Perbandingan Klenteng Tien Kok Sie Di Surakarta dan Klenteng Fuk Ling Miao Di Yogyakarta Dengan Budaya Jawa a. Lokasi Letak lokasi kedua bangunan klenteng masih mengikuti nilai-nilai kepercayaan fengshui yang penempatannya buruk untuk rumah tinggal, namun dipercaya baik untuk tempat ibadah karena bertujuan membantu menetralisir energi negatif bagi rumah-rumah disekitarnya. Makna lokasi klenteng Fuk Ling Miao yang berada diperempatan berkebalikan dengan kebudayaan Jawa, dimana perempatan dipercaya mengandung makna lokasi yang baik untuk mendirikan bangunan. Oleh karena itu, adanya akulturasi budaya Jawa pada kletneg Fuk Ling Miao. Selain itu pada budaya Jawa dan fengshui terdapat syaratsyarat lanskap tanah untuk mendirikan bangunan, namun masing-masing memiliki syarat-syarat yang berbeda. Lanskap tanah pada kedua klenteng tidak sesuai dengan syarat dari fengshui dan juga tidak sesuai dengan syarat lanskap tanah yang baik atau buruk dari arsitektur budaya Jawa. Gambar Macam-macam ragam hias ( 1.Naga 2.Kemamang 3.Pesik Garuda 4. Jago 5.Padma) Sumber : Ragam Hias, Herry Setiawan j. Atap Bentuk atap pada klenteng Fuk Ling Miao tidak sama dengan arsitektur budaya Jawa, makna nya juga berbeda. Konstruksi plafon dan maknanya pada Klenteng dan arsitektur budaya Jawa sama. Atap mengambil stilasi bentuk sebuah gunung. gunung merupakan sesuatu yang tinggi dan disakralkan. gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang dianggap suci dan tempat tinggal para Dewa. Semakin banyak lapisan pada bentuk atapnya, semakin lengkap dan sempurna bentuk rumah Joglo. (Sunarmi 92) Gambar Peta Klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao Sumber : google map b. Arah Hadap Arah hadap yang baik untuk klenteng yaitu ke arah sumber air, sedangkan klenteng Fuk Ling miao menghadap ke arah barat dan bangunan klenteng membelakangi sumber air yaitu pantai Parangtritis. Namun arah hadap barat sesuai dengan budaya arsitektur Jawa dimana tempat ibadah menghadap ke arah barat seperti yang ditreapkan oleh masjid Keraton. Sedangkan arah hadap kleteng Tien Kok Sie ke arah Utara, bangunan klenteng juga membelakangi sumber air yaitu pantai Baron. Disini dapat dilihat bahwa adanya akulturasi budaya pada lokasi arah hadap hanya pada klenteng Fung Ling Miao. yogyakarta surakarta Pantai parangtritis Pantai baron

8 JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015) Gambar Peta Kota Surakarta dan DI Yogyakarta Sumber : google map c. Bentuk Lahan Bentuk lahan yang menguntungkan menurut nilai-nilai fengshui yaitu bentuk lahan yang membesar dibagian belakangnya atau sering disebut ngantong. Membesar di kanan atau kiri saja juga dipercaya membawa keberuntungan karena dapat menyimpan energi-energi baik. Untuk bentuk lahan pada kedua klenteng mengikuti kepercayaan fengshui yaitu bentuk lahan yang lebih besar di belakang (ngantong) dan pada budaya Jawa tidak ada syarat untuk bentuk lahan mendirikan bangunan. d. Ruang Suci Utama Adanya ruang suci utama yang menjadi pusat dari sebuah bangunan pada arsitektur budaya Jawa diterapkan pula pada nilai fengshui klenteng. letak posisi dan adanya ruang suci ini dimiliki oleh klenteng Tien Kok Sie dan klenteng Fuk Ling Miao. Di dalam ruang suci utama ini terdapat Dewa yang menjadi tuan rumah, yang dihormati dan dipercaya melindungi bangunan. Kedua hal ini sama-sama dimiliki oleh kedua klenteng dan juga dipercaya pada budaya Jawa dengan perbedaan hanya terletak di Dewa yang dipuja. Dewa yang dipuja oleh Klenteng Tien Kok Sie adalah Dewi Kwan Se Im Po Sat, sedangkan Dewa pada Klenteng Fuk Ling Miao adalah Dewa Amurwa Bhumi. Ruang Suci Utama Altar utama Gambar Denah Klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao Sumber: Penulis (2015) warna pada klenteng berbeda dengan makna warna pada arsitektur Jawa. f. Pilar Pilar sebagai penyangga bangunan diterapkan pada setiap bangunan termasuk pula klenteng dan bangunan arsitektur Jawa yang meyakini wajib menerapkan pilar utama untuk bangunan. Namun perbedaan nya terletak pada jumlah dan makna. Jumlah pilar utama untuk arsitektur Jawa adalah 4 buah, dan 8 buah pilar utama untuk kedua klenteng. 8 buah pilar pada klenteng ini menandakan angka yang dipercaya membawa keberuntungan dan bermakna simbol kebangsawanan, penopang kehidupan dengan kekuasaan yang mulia. Sedangkan makna bagi arsitektur Jawa adalah perlindungan bagi penghuninya, rasa aman dan nyaman. Gambar Pilar-pilar utama di ruang Thia Klenteng Tien Kok Sie dan ruang suci utama pada Klenteng Fuk Ling Miao Sumber : Penulis (2015) g. Peninggian Lantai Lantai bangunan yang ditinggikan memiliki makna yang sama dan dipercaya oleh arsitektur budaya Jawa serta fengshui pada klenteng. ruangan yang memiliki ketinggian lantai lebih tinggi bermakna ruang yang lebih sakral. Pada klenteng Fuk Ling Miao dan klenteng Tien Kok Sie keduanya menerapkan peninggian lantai. Hal ini juga diterapkan pada bangunan Keraton di Surakarta dan di Yogyakarta. Tetapi peninggian lantai pada klenteng Fuk Ling Miao lebih sesuai dengan arsitektur budaya Jawa karena peninggian lantai sudah diaplikasikan bertahap mulai dari awal masuk rumah dan paling tinggi pada ruang suci utama. Sedangkan pada klenteng Tien Kok Sie peninggian hanya ada pada ruang Thia saja, hal ini berbeda dengan pengaplikasian pada arsitektur budaya Jawa. Anak tangga Gambar Altar Dewi Kwan Se Im Po Sat dan altar Dewa Amurwa Bhumi Sumber : dokumentasi pribadi e. Warna Arsitektur budaya Jawa memiliki beragam warna yang diterapkan pada bangunan dan setiap warna memiliki makna tersendiri. Sedangkan penerapan warna pada klenteng terlalu banyak. Untuk klenteng Tien Kok Sie warna yang diaplikasikan adalah merah, hijau dan kuning. Sedangkan klenteng Fuk Ling Miao adalah warna hitam, merah, dan kuning. Setiap warna yang diaplikasikan pada kleteng juga memiliki makna yang baik bagi bangunan. Namun makna Gambar Peninggian lantai pada Klenteng Tien Kok Sie Anak tangga Gambar Peninggian lantai pada Klenteng Fuk Ling Miao Sumber : dokumentasi pribadi

9 JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015) h. Pintu Pintu masuk utama bangunan pada kedua klenteng dan arsitektur Jawa memiliki bentuk daun pintu dan jumlah yang sama yaitu 3 buah namun memiliki makna yang berbeda. Pada kedua klenteng, pintu kanan atau sering disebut dengan pintu naga digunakan untuk masuk dan pintu kiri yang disebut dengan pintu macan digunakan untuk keluar. Sedangkan pintu ditengah digunakan untuk Dewa keluar masuk klenteng. Hal ini berbeda makna dengan pintu pada arsitektur Jawa. bentuk pintu masuk ke ruang suci utama pada kedua klenteng memiliki kusen bawah yang terbuat dari kayu, dan pada arsitektur Jawa pintu ke ruang suci dibuat rendah. Bentuk yang berbeda ini memiliki makna yang sama agar orang yang ingin memasuki ke dalam lebih berhati-hati, terhenti dan sadar bahwa akan memasuki ruang yang suci. Pintu daun ganda Kusen bawah Gambar pintu pada Klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao i. Ragam Hias Adanya akulturasi pada ragam hias dari kedua klenteng dengan arsitektur Jawa, terlihat dari terdapat ragam hias yang memiliki bentuk dan makna yang sama pada kedua klenteng yaitu naga dan teratai. Serta terdapat perkembangan dilihat dari adanya ragam hias dengan makna sama namun bentuk yang berbeda. Pada klenteng Tien Kok Sie ragam hias yang memiliki kesamaan bentuk dan perbedaan makna yaitu kilin dengan garuda, bangau dengan kluwih, naga dengan kemamang, macan dengan anak panak dan makara, kuda dengan jado. Pada klenteng Fuk Ling Miao ragam hias yang memiliki kesamaan bentuk dan perbedaan makna yaitu bangau dengan kluwih, naga dengan kemamang, kuda dengan jago. Ragam hias yang dimiliki oleh klenteng Tien Kok Sie lebih beragam karena setiap adanya elemen interior yang rusak, umat klenteng akan menyumbang sebuah ragam hias baru. Sedangkan ragam hias pada klenteng Fuk Ling Miao lebih sedikit, hanya menerapkan ragam hias penting saja. j. Atap Bentuk atap klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao memiliki bentuk dan makna yang berbeda dengan budaya arsitektur Jawa. Makna bentuk atap kedua klenteng masih sesuai mengikuti nilai fengshui. Bubungan pada atap melengkung ke atas bermakna menghindarkan hal-hal buruk, menjadi pelindung hal-hal dibawahnya. Bentuk kontruksi plafon arsitektur Jawa dan kedua klenteng memiliki cara pemasangan dengan makna yang sama yaitu pemasangan dengan sistem konstruksi penggabungan balok vertikal dan horizontal yang bermakna perlambangan kedekatan hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama. Bentuk atap melengkung Gambar Bentuk atap klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao Konstruksi plafon Gambar Konstruksi plafon klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miao IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab 4, diketahui bahwa: A. Akulturasi dari aplikasi nilai-nilai feng shui dengan arsitektur budaya Jawa pada klenteng Tien Kok Sie yaitu lokasi dipusat pada ruang suci utama dan Dewi yang menjadi tuan rumah, makna dan penempatan pilar utama di dalam ruang suci utama, makna peninggian lantai sebagai tempat yang lebih sakral, jumlah pintu yang sama dan makna bentuk pintu yang membuat umat terhenti ketika memasuki ruang lebih suci, kesamaan dari beberapa makna atau bentuk ragam hias, dan makna serta bentuk pemasangan konstruksi plafon bangunan menggunakan penggabungan balok vertikal dan horizontal. Sedangkan lokasi, arah hadap, bentuk lahan, warna, bentuk dan makna atap tidak memiliki akulturasi budaya Jawa. B. Adanya akulturasi budaya Jawa dan nilai-nilai feng shui pada Klenteng Fuk Ling Miau di Yogyakarta terdiri dari aspek lokasi di perempatan yang diyakini baik untuk mendirikan bangunan bagi arsitektur budaya Jawa, arah hadap ke arah barat yang sesuai dengan arah hadap tempat ibadah budaya Jawa, kesamaan lokasi ruang suci utama di pusat bangunan dan penempatan Dewa yang menjadi tuan rumah, makna dan penempatan pilar utama di ruang suci utama, makna peninggian lantai untuk ruang yang lebih sakral dan dimulai dari awal memasuki bangunan, jumlah pintu dan makna bentuk pintu yang membuat umat sadar untuk memasuki ruang yang lebih sakral, dmakna serta pemasangan konstruksi plafon menggunakan penggabungan balok vertikal dan horizontal, kesamaan makna dan bentuk beberapa ragam hias. Namun kesamaan bentuk dan makna ragam hias tidak sebanyak yang dimiliki oleh Klenteng Tien Kok Sie. Sedangkan aspek yang tidak terjadi akulturasi arsitektur budaya Jawa yaitu bentuk lahan, warna dan bentuk atap. Klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miau berada di Surakarta dan Yogyakarta yang merupakan tempat dari perpecahan mataram dampak perjanjian giyanti. Perjanjian Giyanti membawa banyak pengaruh pada Surakarta dan Yogyakarta dari berbagai aspek

10 JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015) termasuk dari segi arsitektur bangunan. Komparasi yang terjadi pada Klenteng Tien Kok Sie dan Klenteng Fuk Ling Miau ditinjau dari aspek feng shui dan budaya Jawa juga terpengaruh dari dampak perjanjian giyanti. Hal ini terlihat dari hasil analisa yaitu Klenteng Fuk Ling Miau di Yogyakarta lebih banyak mengikuti nilai dari arsitektur budaya Jawa yaitu dari aspek lokasi diperempatan yang dianggap baik arsitektur Jawa, sedangkan lokasi tusuk sate pada Klenteng Tien Kok Sie tidak memiliki makna yang baik, arah hadap bangunan Klenteng Fuk Ling Miau yang sesuai dengan arah hadap tempat ibadah Keraton, peninggian lantai yang sudah dimulai bertahap dari saat memasuki bangunan, ragam hias yang hanya menerapkan ragam hias pokok saja, sedangkan ragam hias Klenteng Tien Kok Sie sudah berkembang menjadi lebih banyak. Berdasarkan hasil analisa, arsitektur pada Klenteng Fuk Ling Miau lebih banyak mengikuti budaya Jawa dan sesuai dengan dampak dari perjanjian Giyanti dimana kebudayaan di Surakarta sudah berkembang dan kebudayaan di Yogyakarta masih kental mengikuti nilai-nilai budaya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis Stephanie Clorinda mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah menyertai penulis dalam menyelesaikan jurnal ini. Tidak terlepas dari bantuan pihak lain, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak lain, yaitu: 1. Martino Dwi Nugroho, S.Sn, M.A dan Grace Mulyono, S.Sn, M.T, selaku dosen pembimbing. 2. Keluarga yang telah mendukung dan memberi bantuan dalam bentuk moril maupun material. Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menunjang pengembangan dan perbaikan penulisan selanjutnya. Penulis berharap agar jurnal ini dapat berguna dan memberikan wawasan bagi para pembaca. DAFTAR PUSTAKA [1] Frick,Heinz Pola Struktural Dari Teknik Bangunan Di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius [2] Gustami, SP. (2000). Studi Komparasi Gaya Seni Yogya Surakarta. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia [3] Liu, Laurence G. (1989). Chinese architecture. London: Academy edition. [4] Mangunwijaya, Y.B Wastu Citra. Jakarta: PT Gramedia [5] Marcella S, Benedicta Sophie (2012). Penerapan Feng Shui Pada Kelenteng Sam Poo Kong Di Semarang. S2 thesis, UAJY. [6] Moleong, Lexy J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [7] Mulyono, Grace., Thamrin, Diana Makna Ragam Hias Binatang Pada Klenteng Kwan Sing Bio Di Tuban. Dimensi Interior. vol 6 no 1. [8] Prijotomo, Josef Ruang di Arsitektur Jawa. Surabaya: PT. Wastu Lanas Grafika [9] Prijotomo, Josef Ideas And Form Of Javanese Architecture. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. [10] Prijotomo, Josef (Re-) Konstruksi Arsitektur Jawa. Surabaya: PT. Wastu Lanas Grafika [11] Santosa, Jo Arsitektur kota Jawa. Jakarta: Centropolis-Magister Teknik Peremcanaan Universitas Tarumanegara. [12] Setiawan, Herry Ragam Hias. Academia.edu [13] Sunarmi., Guntur &Utomo, Tri Prasetyo Arsitektur & Interior Nusantara.Surakarta: ISI [14] Too, Lilian. Feng Shui. Jakarta: PT Elex Media Komputido [15] Wibawa, Bayu Arie Perbandingan Elemen-Elemen Kota Surakarta dan Yogyakarta Ditinjau Dari Konsep Keraton (The Royal Twin Cities). S2 thesis, Undip.

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix. BAB VII KESIMPULAN 7.1 KESIMPULAN LOKASI A. Lingkup Makro Di dalam lingkup makro diteliti bahwa lokasi Kelenteng Gondomanan berada di titik lahan yang mengandung unsur keberuntungan atau kebaikkan (Ch

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 132 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1. Kesimpulan Makna Tata Letak Massa Bangunan Pada Kawasan Kelenteng Sam Poo Kong Serta Pengaruh Feng Shui Terhadapnya Letak Kawasan Kelenteng: Posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng. Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng. Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta Bangunan rumah ibadat yang dapat dikaitkan dengan ilmu Feng

Lebih terperinci

TESIS PENELITIAN RUMAH IBADAT KELENTENG DENGAN KAJIAN ILMU FENG SHUI STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUMAH IBADAT KELENTENG HOK LING MIAU, GONDOMANAN,

TESIS PENELITIAN RUMAH IBADAT KELENTENG DENGAN KAJIAN ILMU FENG SHUI STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUMAH IBADAT KELENTENG HOK LING MIAU, GONDOMANAN, TESIS PENELITIAN RUMAH IBADAT KELENTENG DENGAN KAJIAN ILMU FENG SHUI STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUMAH IBADAT KELENTENG HOK LING MIAU, GONDOMANAN, JALAN BRIGJEND. KATAMSO NO.3, YOGYAKARTA Disusun oleh :

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009 BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,

Lebih terperinci

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V Buyung Hady Saputra 0551010032 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN SURABAYA 2011 Rumah Adat Joglo 1. Rumah Joglo Merupakan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

Jawa Timur secara umum

Jawa Timur secara umum Jawa Timur secara umum Rumah Joglo secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang biasa disebut sebagai saka guru. Saka guru berfungsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KOMPLEKS KELENTENG HOK AN KIONG MUNTILAN

PERANCANGAN ULANG KOMPLEKS KELENTENG HOK AN KIONG MUNTILAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERANCANGAN ULANG KOMPLEKS KELENTENG HOK AN KIONG MUNTILAN TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 1. Pengertian Arsitektur A. Kajian Gramatikal Arsitektur :... seni dan teknologi dalam mendesain dan membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan pertimbangan kriteria

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH OLEH : SANDRA REZITHA KEMALASARI Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Email: sandrarezitha@hotmail.com ABSTRAK Karakteristik

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN Dalam perancangan pusat Informasi dan kegiatan Muslim Tionghoa Lau Tze ini, banyak hal hal yang telah di jelaskan pada bab bab sebelumnya yang akan diterapkan pada perancangan.

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari Hasil Penelitian yang telah diuraikan dimuka, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keraton Kasunanan Surakarta mulai dibangun pada

Lebih terperinci

KAJIAN APLIKASI MIKRO FENG SHUI ALIRAN BENTUK PADA INTERIOR RUMAH TOKO ETNIS TIONGHOA DI KECAMATAN MEDAN KOTA, MEDAN

KAJIAN APLIKASI MIKRO FENG SHUI ALIRAN BENTUK PADA INTERIOR RUMAH TOKO ETNIS TIONGHOA DI KECAMATAN MEDAN KOTA, MEDAN KAJIAN APLIKASI MIKRO FENG SHUI ALIRAN BENTUK PADA INTERIOR RUMAH TOKO ETNIS TIONGHOA DI KECAMATAN MEDAN KOTA, MEDAN Grace Mulyono 1, Josef Prijotomo dan Murni Rachmawati 2 1 Jurusan Desain Interior, Universitas

Lebih terperinci

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Bangunan masjid ini memiliki makna kultural yang tinggi karena terdapat nilai usia dan kelangkaan, nilai arsitektural, nilai artistik, nilai asosiatif, nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Tionghoa yang datang dan menetap di Indonesia sudah memiliki sejarah yang panjang. Orang Tionghoa sudah mengenal Indonesia sejak abad ke 5 M, dan selama beberapa

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang

Lebih terperinci

MASJID CHENG HOO SURABAYA

MASJID CHENG HOO SURABAYA KAJIAN MAKNA BUDAYA DALAM ARSITEKTUR : MASJID CHENG HOO SURABAYA Oleh: INDAH RAHMAWATI 0851010006 SEPTAFIAN ADHE 0851010028 SAVITRI KUSUMA W 0851010059 LUCKY MURDIYONO 0851010093 FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan di suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, kebudayan tersebut senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan berkembang di sebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal Nusantara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masjid merupakan tempat beribadah umat muslim. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi Muhammad SAW, di dalam

Lebih terperinci

Sejarah dan Arsitektur Kawasan Pecinan

Sejarah dan Arsitektur Kawasan Pecinan Sejarah dan Arsitektur Kawasan Pecinan Pengertian Kawasan Pecinan Kawasan Pecinan adalah kawasan yang merujuk pada suatu bagian kota yang dari segi penduduk, bentuk hunian, tatanan sosial serta suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Kraton Yogyakarta merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kraton Yogyakarta itu sendiri menjadi salah satu unsur

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam

Lebih terperinci

Makna Arsitektur Klenteng Teng Swie Bio di Kecamatan Krian, Sidoarjo. Muhammad Nizar Alieffudin.

Makna Arsitektur Klenteng Teng Swie Bio di Kecamatan Krian, Sidoarjo. Muhammad Nizar Alieffudin. Makna Arsitektur Klenteng Teng Swie Bio di Kecamatan Krian, Sidoarjo. Muhammad Nizar Alieffudin nizarmuhamad94@gmail.com Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga ABSTRAK Klenteng merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara Republik Indonesia. Wilayah Jakarta terbagi menjadi 6 wilayah yang termasuk 5 wilayah kota administratif

Lebih terperinci

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA Karina Yunita Sari, Chairil B. Amiuza, Noviani Suryasari Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ARSITEKTUR TRADISIONAL NURYANTO, S.Pd., M.T.Ars. ARSITEKTUR VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 0 Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Gedung Paseban Tri Panca Tunggal adalah sebuah bangunan Cagar Budaya Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat kebudayaan Djawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Telah dikemukakan pada awal penulisan skripsi ini, bahwa pokok pembahasan permasalahan yang dikaji adalah Bagainamakah Interior Masjid Indrapuri di Aceh di tinjau dari Mihrab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR TOKO BUKU GRAMEDIA EXPO SURABAYA PERANCANGAN. Sri Handariatul M NIM PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN

PERANCANGAN INTERIOR TOKO BUKU GRAMEDIA EXPO SURABAYA PERANCANGAN. Sri Handariatul M NIM PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN PERANCANGAN INTERIOR TOKO BUKU GRAMEDIA EXPO SURABAYA PERANCANGAN Sri Handariatul M NIM 1210027123 PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Masjid merupakan tempat peribadatan umat muslim yang dapat kita temukan di mana-mana di seluruh dunia. Masjid selain sebgai tempat peribadatan juga telah menjadi

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia dengan berbagai suku bangsa memiliki kekayaan motif hias yang terdapat pada hasil karya sebagai wujud dari kebudayaan yang melambangkan gagasan tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR... xix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga

Lebih terperinci

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00 LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Fenyta Rizky Rahmadhani fenyta25@gmail.com Jurusan Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perancangan dan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR FENG SHUI

DASAR-DASAR FENG SHUI DASAR-DASAR FENG SHUI Feng Shui adalah seni dan ilmu pengetahuan China tradisional tentang hidup harmonis dengan lingkungan. Berakar dalam kebudayaan China dan filosofi Tao, feng shui adalah cara melihat

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK

ABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK ABSTRACT Name Study Program Title : Callin Tjahjana : Chinese Literature : Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Bangunan Masjid Lautze 2 dan Masjid Ronghe Bandung This thesis looks into acculturation in

Lebih terperinci

TESIS PENERAPAN FENG SHUI PADA KELENTENG SAM POO KONG DI SEMARANG BENEDICTA SOPHIE MARCELLA S / PS/ MTA

TESIS PENERAPAN FENG SHUI PADA KELENTENG SAM POO KONG DI SEMARANG BENEDICTA SOPHIE MARCELLA S / PS/ MTA TESIS PENERAPAN FENG SHUI PADA KELENTENG SAM POO KONG DI SEMARANG BENEDICTA SOPHIE MARCELLA S 105401537/ PS/ MTA PROGRAM STUDI MAGISTER ARSITEKTUR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial budayanya. Kebudayaan juga berfungsi untuk membantu manusia

Lebih terperinci

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Semarang memiliki luas 373,70 km 2 atau 37.366.836 Ha terdiri dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Penduduk kota Semarang heterogen terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai satu dari beberapa kota lama di Indonesia memiliki cukup banyak sisa-sisa bangunan tua bersejarah, seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang, Gereja

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dalam dua bagian, yang pertama adalah penelitian lapangan dan yang kedua adalah penelitian

Lebih terperinci

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan Gambar 40. Perletakan tiang, dinding, dan lantai Masjid Agung kasepuhan. (sumber, data survey lapangan). Perletakkan, pemilihan bahan, dan penerapan konstruksi untuk komponen bangunan masjid, disamping

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN BERCIRI KHAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

NURYANTO PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR-S1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

NURYANTO PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR-S1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NURYANTO PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR-S1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016-2017 ARSITEKTUR NUSANTARA-AT. 311 PERTEMUAN KE SEBELAS SENIN, 28 NOVEMBER

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALUN-ALUN MALANG

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALUN-ALUN MALANG 124 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALUN-ALUN MALANG Wiwik Dwi Susanti Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG TEMU ILMIAH IPLBI 2013 IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG Wienty Triyuly (1), Sri Desfita Yona (2), Ade Tria Juliandini (3) (1) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

RAGAM ORNAMEN ATAP KLENTENG JIN DE YUAN SEBAGAI SALAH SATU ASET DI KAWASAN KOTA TUA

RAGAM ORNAMEN ATAP KLENTENG JIN DE YUAN SEBAGAI SALAH SATU ASET DI KAWASAN KOTA TUA RAGAM ORNAMEN ATAP KLENTENG JIN DE YUAN SEBAGAI SALAH SATU ASET DI KAWASAN KOTA TUA Polniwati Salim Jurusan Desain Interior, School of Design, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

FENG SHUI PADA TATA LETAK MASSA BANGUNAN DI KELENTENG SAM POO KONG

FENG SHUI PADA TATA LETAK MASSA BANGUNAN DI KELENTENG SAM POO KONG FENG SHUI PADA TATA LETAK MASSA BANGUNAN DI KELENTENG SAM POO KONG Benedicta Sophie Marcella 1 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta e-mail:sophie_blu3@yahoo.com Abstract: Klenteng

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 3.1 Tema perancangan Tema perancangan yang di ambil dalam membangun fasilitas ibadat ini adalah Keimanan Kepada Yesus Kristus, dalam pengertian penciptaan suasana transendental

Lebih terperinci

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau 1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada

Lebih terperinci

BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN

BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Pendekatan dengan menggunakan metode komparatif mengenai ergonomi sebagai landasan dalam penelitian yang telah banyak dilakukan oleh beberapa

Lebih terperinci

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

MAKNA RAGAM HIAS BINATANG PADA KLENTENG KWAN SING BIO DI TUBAN

MAKNA RAGAM HIAS BINATANG PADA KLENTENG KWAN SING BIO DI TUBAN MAKNA RAGAM HIAS BINATANG PADA KLENTENG KWAN SING BIO DI TUBAN Grace Mulyono, Diana Thamrin Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra - Surabaya e-mail: gracem@petra.ac.id,

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK ARSITEKTUR CINA PADA BANGUNAN VIHARA GUNUNG TIMUR DI MEDAN SKRIPSI OLEH ZEILA AZMI

PENGARUH KARAKTERISTIK ARSITEKTUR CINA PADA BANGUNAN VIHARA GUNUNG TIMUR DI MEDAN SKRIPSI OLEH ZEILA AZMI PENGARUH KARAKTERISTIK ARSITEKTUR CINA PADA BANGUNAN VIHARA GUNUNG TIMUR DI MEDAN SKRIPSI OLEH ZEILA AZMI 110406067 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 PENGARUH

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta Lilis Yuniati y liliss30@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur Perencanaan

Lebih terperinci

INTERIOR KLENTENG ZHEN LING GONG YOGYAKARTA DITINJAU DARI FENG SHUI SKRIPSI

INTERIOR KLENTENG ZHEN LING GONG YOGYAKARTA DITINJAU DARI FENG SHUI SKRIPSI INTERIOR KLENTENG ZHEN LING GONG YOGYAKARTA DITINJAU DARI FENG SHUI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni meramal merupakan salah satu bentuk tradisi yang sudah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul ketika manusia mulai mencari

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ciri khas dan budaya yang unik. Rumah tinggal berbentuk panggung, aksara khusus, dan catatan kuno yang disebut lontaraq.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari

Lebih terperinci

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta Indah Mega Ashari indahmega19@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP Faridatus Saadah, Antariksa, dan Chairil Budiarto Amiuza Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Telp. (0341)

Lebih terperinci