LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELITIAN TA 2015 MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI KABUPATEN LAMONGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELITIAN TA 2015 MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI KABUPATEN LAMONGAN"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELITIAN TA 2015 MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI KABUPATEN LAMONGAN Oleh : Risna Yusuf, M.Si dan Riesti Triyanti, S.Si KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KP BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KP

2 LAPORAN AKHIR TAHUN TA.2015 MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI LAMONGAN OLEH: RISNA YUSUF, M.Si RIESTI TRIYANTI, S.Si KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN

3 LEMBAR PENGESAHAN Satuan Kerja (Satker) : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Judul Kegiatan : Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Di Lamongan Status : Lanjutan Pagu Anggaran : Rp (Seratus delapan puluh tujuh juta delapan puluh sembilan ribu rupiah) Tahun Anggaran : 2015 Sumber Anggaran : APBN/APBNP DIPA Satker Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 Penanggung Jawab Output : Dr. Tukul Rameyo Adi, MT NIP Penanggung Jawab Pelaksana Output : Risna Yusuf, M.Si NIP Penanggung Jawab Output Jakarta, Desember 2015 Penanggung Jawab Pelaksana Output Dr. Tukul Rameyo Adi NIP Risna Yusuf, M.Si NIP Mengetahui/Menyetujui: Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Dr. Tukul Rameyo Adi NIP

4 COPY RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN KIMBis 2015 RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. JUDUL KEGIATAN : Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Di Lamongan 2. SUMBER DAN TAHUN ANGGARAN : APBN/ APBNP STATUS PENELITIAN : Lanjutan Penelitian ini merupakan lanjutan dari kegiatan KIMBis Lamongan, namun untuk tahun 2015 ini berubah menjadi kegiatan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi di Lamongan. Lesson learned yang diperoleh dari kegiatan KIMBis Lamongan adalah: Kegiatan KIMBis Kabupaten Lamongan dimulai pada tahun 2011 yang diawali dengan identifikasi masalah yang ada dilapangan melalui baseline survey pada masyarakat sasaran. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelompok sasaran yang ada di Kabupaten Lamongan yaitu kelompok nelayan tangkap (Blandongan), kelompok pengolah hasil perikanan dan kelompok pengolah garam skala rumah tangga. Untuk lebih memperdalam permasalahan masyarakat perikanan (kelompok sasaran) dilakukan pendekatan dengan cara Focus Group Discussion (FGD). Hasil kegiatan tahun 2011 adalah identifikasi kebutuhan kelompok sasaran yang belum memiliki PIRT (Pangan Ijin Rumah Tangga) dalam produk yang dihasilkan, pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk hasil olahan, pendampingan dalam rangka peningkatan nilai tambah produk garam dan pendampingan pada kelompok nelayan tangkap (Blandongan). Kegiatan KIMBis pada tahun 2012 adalah melakukan penilaian kebutuhan masyakarat, berdasarkan penilaian tersebut, dilakukan upaya untuk peningkatan produksi kelompok-kelompok sasaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing antara lain : (1) pengurusan sertifikasi PIRT (Pangan Ijin Rumah Tangga) kepada pelaku usaha rumah tangga skala kecil dimana ada 16 orang pelaku usaha yang mengikuti pelatihan tersebut; (2) pelatihan diversifikasi produk olahan ikan oleh kelompok sasaran KIMBis yaitu ibu-ibu pengolah hasil perikanan skala kecil yang berasal dari desa Weru komplek yaitu desa Weru, Paloh, Waru Lor, dan Sidokumpul; (3) pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk garam di desa Tanggul, Kecamatan Paciran; (4) studi banding yang dilakukan oleh kelompok nelayan tangkap di Kabupaten Lamongan di lokasi Kabupaten pacitan dengan mengunjungi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tamperan-Pacitan dan Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Pacitan dalam rangka koordinasi dengan dinas kelautan dan perikanan setempat dan mendapatkan informasi terkait dengan Pengelolaan dana bantuan PUMP yang dikelola oleh kelompok nelayan di Kabupaten Pacitan. Studi banding ini dilakukan oleh 17 orang yang tergabung dalam kelompok nelayan Lamongan (Blandongan) dan 4 orang pengurus HNSI; (5) pameran dalam rangka promosi produk olahan hasil perikanan untuk menciptakan branding produk lokal yang dilakukan baik di tingkat kabupaten, propinsi dan di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan (6) pertemuan/workshop yang 3

5 dilakukan baik di tingkat Kabupaten, propinsi dan pusat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota yang menjadi kelompok sasaran KIMBis dalam usahanya mulai dari tingkat produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan. Dalam rangka mensinkronkan kegiatan KIMBis dengan program-progran yang ada di SKPD-SKPD, maka dilakukan kerjasama yang melibatkan kelompok-kelompok sasaran KIMBis. Kerjasama tersebut mendapatkan respon yang baik dari SKPD- SKPD, diantaranya: - Dinas Kesehatan; SKPD ini telah menunjukkan respon dengan baik melalui pemberian ijin usaha berupa PIRT pada produk-produk hasil olahan kelompokkelompok sasaran. - Dinas Koperasi; SKPD ini juga merespon baik kegiatan KIMBIs yaitu bersedia memeberikan ruang (showroom) bagi kelompok sasaran yang inginmemasarkan produknya. - Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur; memperlihatkan respon yang baik dalam hal promosi produk-produk kelompok sasaran. Selain itu SKPD ini juga menawarkan ruang (showroom) untuk mempromosikan dan memasarkan produk tersebut. - Dinas Perindustrian; SKPD ini tertarik dengan kelembagaan KIMBis, mereka telah menjadikan pengurus KIMBis bersama kelompok sasaran menjadi narasumber pada kegiatan pelatihan pengolahan di kecamatan lain. - Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Sidayu Kabupaten Gresik; SKPD ini menjalin kerjasama dengan KIMBis dan kelompok sasaran dan menjadikan KIMBis sebagai laboratorium pengolahan hasil perikanan sekaligus menjadikan pengurus KIMBis sebagai narasumber. - Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lautan dan Pesisir; mensinkronkan kegiatan IPTEKMAS garam dengan kegiatan KIMBis. Selain itu, perluasan kerjasama dengan SKPD-SKPD yang terkait dengan kegiatan KIMBis dan kelompok sasaran terjalin dengan organisasi kemasyarakatan yang ada di Kabupaten Lamongan. Dalam implementasi kegiatan ini dikaitkan dengan subsistem-subsistem terkait antara lain: - Sub sistem penangkapan (penyediaan sarana dan prasarana penangkapan (perbekalan, BBM, Es, peralatan tangkap dll) dan penanganan hasil tangkapan - Subsistem Pemasaran dan Pengolahan produk hasil perikanan - Subsistem penguatan permodalan - Subsistem pengembangan jaringan pasar Semua subsistem saling terkait dan membentuk suatu sistem ekonomi wilayah yang bersifat makro. Program KIMBis pada tahun 2013 dengan fokus utama adalah peningkatan kapasitas kelembagaan, tujuan akhirnya adalah menjadikan usaha perikanan sebagai sumber dalam pengembangan ekonomi kawasan. Kegiatan KIMBis 2013 diimplementaskan melalui: 1) Percepatan penyebaran teknologi IPTEKMAS garam di Lamongan yang terwujud pada sinergitas dengan Satker Lingkup Balitbang KP. 2) Penerapkan prinsip-prinsip Blue economy, yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi sektor Kelautan dan Perikanan dan sekaligus menjamin kelestarian sumber daya, serta lingkungan pesisir dan lautan. Pendekatan Blue Economy diimplementasikan dalam bentuk menimalisasi limbah; kegiatan memberikan manfaat bagi masyarakat luas, inovatif dan adaptif; dan kegiatan KIMBis memberikan efek ekonomi yang luas (multiplier effect). 3) Membangun jejaring dengan SKPD. 4) Mengoptimalkan program-program bebantuan Kelautan dan Perikanan berupa PUMP dan PUGAR. Pada tahun 2014, kegiatan KMIBis di Kabupaten Lamongan lebih pada pengembangan ekonomi kawasan untuk mendorong pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan menuju kemandirian usaha. Oleh karena itu KIMBis 4

6 berperan sebagai lembaga maupun sebagai pusat kegiatan. Peran KIMBis sebagai lembaga melalui penguatan (sosialisasi dan TOT) dan pengembangan dengan membangun mitra KIMBis. KIMBis sebagai pusat kegiatan berperan untuk menyebarkan teknologi hasil introduksi Program IPTEKMAS dan kajian tentang penyebaran teknologi, membangun Jaringan Kerja dengan berbagai pemangku kepentingan dan Mengopt imalkan pemanfaatan program perbantuan. Jadi antara KIMBis dengan kelembagaan lain yang sudah ada bersinergi untuk membangun pemberdayaan masyarakat; memanfaatkan teknologi tepat guna dan menumbuhkan entrepreneurship dalam masyarakat. Kegiatan Klinik Iptek Mina Bisnis selama ini telah dirasakan oleh kelompokkelompok sasaran, namun karena luasnya cakupan kerja (kabupaten) dan sumberdaya yang potensial (perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengolahan produk dan produk garam), sehingga program KIMBis belum bisa mencakup ke semua kelompok sasaran. Namun demikian hasil evaluasi kinerja KIMBis yang dilakukan pada kelompok pengolahan produk (poklahsar) yang menjadi mitra dan tidak menjadi mitra, telah dirasakan manfaat dari kegiatan KIMBis. Beberapa hal yang masih dianggap belum optimal dari hasil evaluasi mandiri akan menjadi salah satu prioritas untuk dapat diatasi Kerjasama dengan berbagai pihak sangat dirasakan manfaatnya sehingga inovasi teknologi yang diintroduksi dapat segera tersebar ke lokasi yang lebih luas. Kerjasama dengan para penyuluh dan PPTK semakin diperkuat melalui kegiatan koordisasi yang dilakukan setiap bulan dengan melibatkan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan, Penyuluh, PPTK dan KIMbis untuk membahas permasalahan dan pemecahan dari problem yang dihadapi. Rapat koordinasi ini, merupakan salah satu sarana untuk memberikan masukan kepada pihak Dinas dan Pengurus KIMBis terhadap berbagai masalah yang ada di lapangan. 4. PROGRAM : Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan a. Komoditas : Perikanan b. Bidang/Masalah : (sasaran pokok pembangunan KP berdasarkan Rancangan RPJMN ) Kedaulatan pangan Pengembangan ekonomi maritim dan kelautan Penguatan jati diri sebagai negara maritim Pemberantasan ikan liar c. Penelitian Pengembangan : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan d. Manajemen Penelitian : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan e. Isu Strategis Pembangunan KP : Pengembangan produk perikanan untuk ketahanan pangan dan gizi nasional Peningkatan daya saing dan nilai tambah produk kelautan dan perikanan Pendayagunaan potensi ekonomi sumber daya KP Pengelolaan sumber daya KP secara berkelanjutan 5

7 Peningkatan kesejahteraan pelaku usaha kelautan dan perikanan Pengembangan SDM dan IPTEK KP f. Dukungan terhadap Indikator Kinerja BSC Nilai Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP Pertumbuhan PDB Perikanan (%) Jumlah WPP yang terpetakan potensi di bidang sumberdaya sosial ekonomi KP untuk pengembangan ekonomi maritim dan kelautan yang berkelanjutan Jumlah rekomendasi kebijakan yang diusulkan untuk dijadikan bahan kebijakan (buah) Jumlah pengguna hasil Iptek litbang di bidang sumberdaya sosial ekonomi KP (kelompok) Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Jumlah Data dan Informasi Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Karya Tulis Ilmiah Bidang Penelitian Sosial Ekonomi Jumlah Model Kelembagaan Penyebaran IPTEK dan Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Model Kebijakan Sosial Ekonomi Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 5. JUDUL KEGIATAN : Model Pengembagan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Di Lamongan 6. LOKASI KEGIATAN : Kabupaten Lamongan 7. PENELITI YANG TERLIBAT : No. N a m a Pendidikan/ Jabatan Fungsional Disiplin Ilmu 1. Dr. Tukul Rameyo Adi, MT S3 /Non Kelas Pemetaan 2. Risna Yusuf, M.Si S2 / Peneliti Muda 3. Riesti Triyanti, S.Si S1 / Peneliti Muda T u g a s (Institusi) Alokasi Waktu (OB) 3 Penanggung Jawab Sumber Daya Output (PPO) Pemasaran Penanggung Jawab 8 Pelaksana Output (PJPO) Kimia Anggota/PUMK 8 8. LATAR BELAKANG Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan pantai dan laut menjadi paradigma baru pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Kebijakan ini sangat realistis karena didukung oleh fakta adanya potensi sumberdaya laut dan pantai yang masih cukup besar peluang untuk pengembangan eksploitasi dibidang perikanan baik penangkapan maupuan usaha budidaya ikan. Seperti halnya Kabupaten Lamongan yang memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar, khususnya perikanan budidaya, dan perikanan tangkap (laut). Wilayah ini sangat strategis yang termasuk sentra produksi perikanan di Jawa Timur. Usaha perikanan sebagai kegiatan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya ikan serta lingkungan dengan menambahkan masukan energi, materi dan teknologi dan atau 6

8 unsur lainnya, yang bertujuan untuk memanen biomasa hidup dan kehidupan manusia (Sutrisno Anggoro, 2001) sehingga usaha perikanan yang ingin diwujudkan adalah usaha perikanan yang memanfaatkan sumberdaya secara efisien dan berkelanjutan serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 2011, atas inisiasi Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis) dibentuk dengan tujuan untuk mengimplementasikan pengembangan ekonomi kawasan berbasis Iptek yang dilakukan oleh Balitbang KP. KIMBis adalah kelembagaan masyarakat Kelautan dan Perikanan yang dibentuk secara partisipatif oleh berbagai pemangku kepentingan untuk mendapatkan berbagai peluang dalam rangka mewujudkan kesejahteraannya. Dalam perkembangannya dirasa perlu dilakukan penguatan modal sosial dan sinergi bisnis antar pelaku usaha baik secara vertikal maupun horizontal serta antar KIMBis dan pemangku kepentingan yang terlibat, sehingga definisi KIMBis berubah menjadi KIMBis merupakan kelembagaan pengembangan bisnis dengan memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP,2014). Selanjutnya pada tahun 2012, kelembagaan KIMBis telah disosialisasikan dan dibentuk dengan lokasi sekretariat di Desa Weru Kecamatan Paciran. Justifikasi penentuan lokasi sekretariat berdasarkan fokus awal yaitu masyarakat pesisir Lamongan yaitu di wilayah kecamatan Paciran dan Brondong. Kabupaten Lamongan yang memiliki panjang pantai 47,162 km, mempunyai usaha penangkapan ikan laut terpusat diperairan Laut Jawa pada wilayah Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran, yang memiliki 1 (satu) Pelabuhan Perikanan Nasional Brondong dan 4 (empat) Tempat Pendaratan Ikan (TPI), yaitu mulai dari arah timur ke barat meliputi Weru, Kranji, Labuhan dan Lohgung. Potensi sumberdaya manusia perikanan tangkap laut sebanyak nelayan. Potensi tersebut belum termasuk masyarakat lain yang terlibat dalam rangkaian kegiatan penangkapan seperti pemasaran hasil, pengolahan hasil tangkapan dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan tersebut. Potensi sumberdaya manusia ini terlihat belum termanfaatkan secara optimal. Selain potensi sumberdaya laut dan manusia, Kabupaten Lamongan juga memiliki potensi lain yaitu sebagai penerima program bebantuan pemerintah. Program bantuan tersebut berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) yaitu Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) perikanan tangkap dan PUMP pengolahan setiap tahun (sejak tahun 2011) yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan melalui peningkatan kemampuan dan pendapatan masyarakat serta penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan. Pada tahun 2013 dan 2014, kelembagaan KIMBis berkembang dengan melakukan pemberdayaan pada masyarakat sektor lain yaitu pembudidaya dan pegaraman. Potensi untuk pengembangan produksi garam rakyat berada di Kecamatan Brondong yang tersebar di Desa 7

9 Sidomukti, Desa Labuhan Desa Sedayulawas, Desa Lohgung dan Desa Brengkok. Kelembagaan KIMBis melakukan difusi inovasi dari petambak garam Bapak Arifin Jami an kepada masyarakat lainnya. Inovasi pengelolaan garam Bapak Arifin Jami an telah diakui oleh pemerintah setempat karena mamp meningkatkan produksi garam. Sedangkan pengembangan kawasan berbasis iptek juga dilakukan pada masyarakat pembudidaya ikan lele dengan mengenalkan pakan mandiri. Pada tahun 2015 akan dilakukan kegiatan yang bertujuan merumuskan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Diharapkan kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya merupakan bahan kajian untuk memperoleh suatu model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Dalam model generik yang telah dirumuskan (Gambar 1), menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses, output dan dampak. Input terdiri dari aktivitas bagaimana memperoleh data terkait dengan potensi dan permasalahan sektor KP di lokasi, ketersediaan teknologi KP yang ada di lokasi baik yang berasal dari Balitbang KP, balitbangda serta Sistem Inovasi Daerah. Kegiatan aksi akan dilakukan dalam upaya mengkaji kebutuhan serta kelayakan teknologi yang diterapkan dan perannya dalam pengembangan ekonomi kawasan. Kegiatan aksi yang akan dilakukan tersebut yaitu: - Kegiatan untuk meningkatkan peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi - Kegiatan Identifikasi Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif melalui penilaian kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan selama KIMBis Lokasi dibentuk Kegiatan aksi yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menghasilkan output diantaranya bagaimana peran teknologi adaptif lokasi tersebut mampu meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan kooperator, meningkatkan kapasitas pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan. Tentunya, output yang dihasilkan akan berdampak pada peningkatan ekonomi usaha koperator serta secara luas meningkatkan kapasitas ekonomi kawasan. Kegiatan riset aksi dalam rangka membuat konsep model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif di Kabupaten Lamongan akan lebih difokuskan untuk tipologi perikanan tangkap laut untuk pelagis kecil yang diturunkan dari model generik yang telah dibuat. Diharapkan model tersebut dapat memberikan masukan kepada pemerintah baik pusat dan daerah bagaimana Inovasi teknologi hasil Balitbang Kelautan dan Perikanan dapat menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi kawasan di Kabupaten Lamongan. 8

10 9. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Pelagis Kecil di Lamongan. 10. PERKIRAAN KELUARAN Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terbentuknya model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi di Lamongan untuk mempercepat terwujudnya peningkatan kapasitas usaha dan peningkatan ekonomi kawasan. 9

11 RANCANG BANGUN MODEL GENERIK PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI PADA TIPOLOGI (Perairan Umum Daratan, Perikanan Tangkap Laut, Perikanan Budidaya, Pegaraman, Pakan Bahan Baku Lokal) INPUT PROSES OUTPUT DAMPAK KELEMBAGAAN PEK SIS TAL KELEMBAGAAN SISTEM INOVASI IPTEK KELEMBAGAAN SISTEM BISNIS PERIKANAN Pemetaan Status 1. SDM 2. SDA 3. Lingkungan 4. Finansial 5. Sosial 6. Kelembagaan Identifikasi Masalah 1. SDM 2. SDA 3. Lingkungan 4. Finansial 5. Sosial 6. Kelembagaan Ketersediaa n Teknologi 1. Balitbang 2. Non Balitbang 3. SIDa 1. Kaji Terap 2. Penilaian Kelayakan 3. Temu IPTEK 4. Studi Banding dalam rangka pembentukan model 5. Analisis data, perumusan model, penyusnan laporan 1. Produk 2. Pasar 3. Pemasaran 1. Peningkatan kapasitas usaha 2. Peningkatan ekonomi kawasan (pro poor, pro growth, pro job) 7 PRINSIP DASAR: kebutuhan, efektifitas, efisiensi, fleksibilitas, manfaat, pemerataan, keberlanjutan Gambar 1. Rancang Bangun Generik Model PEK Berbasis TAL 10

12 11. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pelaksanaan kegiatan riset aksi pada tahun 2015, didasarkan pada kerangka konseptual sederhana, yaitu Pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi pada tipologi perikanan tangkap laut bagi peningkatan ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Kerangka umum pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2. Potensi Perikanan dan Kelautan di Kota Tegal: SDA, SDM,Lingkungan, Finansial, Sosial, Kelembagaan Permasalahan: SDA, SDM, Lingkungan, Finansial, Sosial, Kelembagaan, Teknologi Balitbang KP Inovasi Teknologi yang adaptif Balitbangda SIDa - Peran Kooperator - Kesiapan Lokasi Peningkatan ekonomi usaha pelaku Peningkatan ekonomi kawasan: Pro Poor, Pro Job, Pro growth Gambar 1. Kerangka Pemikiran Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Laut untuk Pelagis Kecil di Kabupaten Lamongan 11

13 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan kegiatan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi dilaksanakan di Kabupaten Lamongan, yang dilakukan pada bulan Januari Desember Data Yang Dikumpulkan Data primer yang dikumpulkan meliputi data potensi SDA, SDM, Sosial, Kelembagaan, Lingkungan dan finansial. Permasalahan terkait SDA, SDM, Sosial, kelembagaan, lingkungan dan finansial. Identifikasi ketersediaan teknologi, sistem transfer teknologi, lembaga penyedia teknologi di lokasi. Data primer lainnya terkait dengan pasca implementasi teknologi adaptif yang dilakukan dan dampak nya baik terhadap ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Data sekunder yang dibutuhkan terkait dengan hasil penelitian maupun laporan dari institusi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel 3. Kegiatan, Data dan Informasi, Teknik Pengumpulan Data, Sumber dan Analisis Data Kegiatan Identifikasi Potensi SDA SDM Sosial, Kelembagaan Finansial Lingkungan Teknologi Data dan Informasi Identifikasi Permasalahan SDA SDM Sosial, Kelembagaan Finansial Lingkungan Teknologi Implementasi teknologi Adaptif Teknik Pengumpulan Data Survey wawancara dan Survey dan Wawancara Sumber Data Instansi dan Pelaku usaha Instansi dan Pelaku usaha Analisis Data Deskriptif Tabulatif Deskriptif Tabulatif - Peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi - Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif - Kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan Survey, FGD Kooperator, Instansi terkait Deskriptif, kuantitatif 12

14 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data persepsi dilakukan dengan kuesioner yang telah disiapkan, pengambilan data secara wawancara kepada mitra KIMBis yang telah diberikan teknologi dari Balitbang Kelautan dan Perikanan yang diambil secara purposive. Data Kinerja dikumpulkan melalui survey diisi oleh responden terpilih pada setiap lokasi KIMBis Lamongan. Metoda Analisa Data Data kuantitatif dianalisis dengan statistik sederhana dengan mengunakan indeks linkert, sedangkan data kualitatif dianalisis secara deskriptif. 12. ANGGARAN Total anggaran Kegiatan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi di Lamongan sebesar Rp (dibebankan pada DIPA BBPSEKP tahun anggaran 2015 dengan rincian RAB terlampir). KODE MAK Rincian Komposisi Pembiayaan Jumlah (Rp) Jumlah (%) Belanja Bahan ,65% Belanja Barang Persediaan barang Konsumsi ,28% Honor ,05% Belanja Barang Non Operasional Lainnya ,49% Belanja Sewa ,23% Belanja Jasa Profesi ,64% Belanja Perjalanan Biasa ,66% Total % 13

15 13. RENCANA PENYERAPAN ANGGARAN DAN REALISASI FISIK (PERBULAN DAN PERBELANJA) Rencana Penyerapan Anggaran KODE KOMPONEN/DET AIL KEGIATAN /JENIS BELANJA/DETAIL AKUN MODEL EKONOMI KAWASAN BERBASIS IPTEK MELALUI KIMBIS DI LAMONGAN Bulan Ke- (Rp) A Pelaksanaan PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN B TEKNOLOGI Belanja Bahan Honor Output Kegiatan - - 8,342,000 5,024, ,000,000 1,000, ,600, ,000, , ,760,000 5,110, ,740,000-1,000, ,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500, ,000, , , ,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 14

16 Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa ANALISIS DATA C DAN PELAPORAN Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa - - 4,000,000 7,000,000 7,500, ,000,000 1,000, ,600,000 2,600, ,000,000 7,500, ,880,000 14,250,000 14,250, ,000,000 2,000, ,600, ,000, ,590,000-1,000,000-1,000,000-1,280, ,000,000-1,000, ,000, ,783,000 TOTAL 5,520,000 76,864,000 82,228,000 75,500,000 13,000,000 15,000, ,000,000 12,280,000 12,280,000 11,000,000 59,506,000 15

17 Rencana Realisasi Fisik KODE KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN /JENIS BELANJA/DETAIL AKUN Bulan Ke- (%) A Pelaksanaan PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa B PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI Belanja Bahan Honor Output Kegiatan Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa C ANALISIS DATA DAN PELAPORAN Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Jasa Profesi

18 Belanja perjalanan biasa 100 TARGET PENYERAPAN ANGGARAN PER BULAN (JANUARI S.D JUNI) Target Penyerapan Anggaran KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN /JENIS BELANJA/DETAIL AKUN Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Pelaksanaan PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Belanja Bahan 8, , Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 1, , Belanja Sewa 7, Belanja Jasa Profesi 3, , 12 Belanja perjalanan biasa 2, , PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI Belanja Bahan 3, , Honor Output Kegiatan 4, , , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya 4, , , Belanja Barang Untuk Persediaan Barang 1, ,

19 Konsumsi Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa ANALISIS DATA DAN PELAPORAN Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa 2, , , , , , ,

20 TARGET PENYERAPAN ANGGARAN PER BULAN (JULI S.D DESEMBER) KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN /JENIS BELANJA/DETAIL AKUN Target Penyerapan Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Pelaksanaan PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI Belanja Bahan 1, Honor Output Kegiatan 4, , , , , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya 3, Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 2, Belanja Sewa 2, Belanja Jasa Profesi 3, Belanja perjalanan biasa 5, ANALISIS DATA DAN PELAPORAN 19

21 Belanja Bahan 1, , , Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 1, , Belanja Jasa Profesi 3, Belanja perjalanan biasa 6,

22 14. DAFTAR PUSTAKA Anonim Kabupaten Lamongan dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan. Anonim Laporan Akhir KIMBis Lamongan Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Anonim, Rumusan Lokakarya Kimbis., 11 Maret Saung Dolken Resort. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Bogor. Dinas Perikanan dan Kelautan, Statistik Perikanan Kabupaten Lamongan tahun Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur. Dinas Perikanan dan Kelautan, Laporan Tahunan tahun Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur. Wardono, B. R. Yusuf dan H.M. Huda Laporan Teknis Pelaksanaan Klinik IPTEK Mina Bisnis desa Weru Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Zulham, Armen Panduan Pelaksanaan Kegiatan KIMBis. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Badan penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Sutrisno Anggoro, Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya Tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) Disertasi. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 21

23 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Laporan Akhir Pelaksanaan kegiatan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Tipologi Perikanan Tangkap Pelagis Kecil di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur dapat diselesaikan. Laporan ini berisikan kegiatan riset aksi berupa kelembagaan ekonomi yang disusun menggunakan data dan informasi di Kabupaten Lamongan selama Tahun Kegiatan aksi yang dilakukan berupa peningkatan peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi serta kegiatan Identifikasi Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif melalui penilaian kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan selama KIMBis Lokasi dibentuk. Kegiatan aksi yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menghasilkan output diantaranya bagaimana peran teknolgi adaptif lokasi tersebut mampu meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan kooperator, meningkatkan kapasitas pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan. Tentunya, output yang dihasilkan akan berdampak pada peningkatan ekonomi usaha koperator serta secara luas meningkatkan kapasitas ekonomi kawasan. Laporan akhir ini, disadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran sangat diperlukan agar seluruh tujuan kegiatan ini dapat tercapai. Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terus mendukung semua bentuk kegiatan yang diselenggarakan KIMBis Kabupaten Lamongan sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar. Jakarta, Desember 2015 Tim Peneliti 22

24 RINGKASAN KIMBis sebagai sebuah lembaga yang dibentuk secara partisipatif dengan orientasi bisnis melalui penerapan IPTEK, maka KIMBis di pedesaan mempunyai fungsi sebagai fasilitator bisnis masyarakat dan sebagai inkubator bisnis dalam masyarakat. Peran KIMBis sebagai fasilitator bisnis masyarakat merupakan peran strategis dalam mengidentifikasi potensi sumberdaya dan pengawalan paket Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melaui proses pendampingan dan pembinaan kepada masyarakat untuk memanfaatkan potensi sumberdaya yang belum optimal pemanfaatannya. Sedangkan peran KIMBIs sebagai inkubator bisnis dalam masyarakat dimaksudkan KIMBis sebagai lembaga intermediasi yang melakukan proses pendampingan, pembinaan dan pengembangan pada usaha yang sudah ada untuk meningkatkan skala usaha dalam rangka meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat. Kegiatan KIMBis Kabupaten Lamongan dimulai pada tahun 2011 yang diawali dengan identifikasi masalah yang ada dilapangan melalui baseline survey pada masyarakat sasaran. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelompok sasaran yang ada di Kabupaten Lamongan yaitu kelompok nelayan tangkap (Blandongan), kelompok pengolah hasil perikanan dan kelompok pengolah garam skala rumah tangga. Untuk lebih memperdalam permasalahan masyarakat perikanan (kelompok sasaran) dilakukan pendekatan dengan cara Focus Group Discussion (FGD). Hasil kegiatan tahun 2011 adalah identifikasi kebutuhan kelompok sasaran yang belum memiliki PIRT (Pangan Ijin Rumah Tangga) dalam produk yang dihasilkan, pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk hasil olahan, pendampingan dalam rangka peningkatan nilai tambah produk garam dan pendampingan pada kelompok nelayan tangkap (Blandongan). Pelaksanaan kegiatan riset aksi pada tahun 2015, didasarkan pada kerangka konseptual sederhana, yaitu Pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi pada tipologi perikanan tangkap laut bagi peningkatan ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Di Kabupaten Lamongan difokuskan pada tipologi perikanan tangkap laut pelagis besar. Pada tahun ini telah dirumuskan sebuah model untuk pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif di lokasi Pacitan. Dalam model ini terdapat dua komponen yang mempunyai peran penting yaitu komponen input dan komponen proses. KIMBis adalah kelembagaan yang berada di dalam komponen proses yang harus menjalankan fungsifungsinya baik sebagai fasilitator maupun sebagai inkubator bisnis masyarakat setempat. Strategi yang diperlukan untuk mengimplementasikan rumusan model tersebut yaitu dengan : 1). Memperhatikan faktor input yang tersedia dan berpotensi untuk diberdayakan; 2). Pengenalan teknologi harus melalui proses identifikasi terlebih dahulu agar sesuai penerapannya; 3) Harus ada sinergi yang baik dengan SKPD di lokasi agar bisa saling mendukung hingga terciptanya iklim usaha yang kondusif. 23

25 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... 1 COPY RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN KATA PENGANTAR RINGKASAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Keluaran BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Kawasan Teknologi Adaptif BAB III. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN Kerangka Pemikiran Waktu dan Lokasi Penelitian Data yang dikumpulkan Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data BAB IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN Tahap Perencanaan Identifikasi Status dan Permasalahan Pengembangan Ekonomi Kawasan Identifikasi Alternatif-Alternatif Pemecahan Masalah/Pengembangan Gagasan Pelaksanaan Aksi Kegiatan Pemecahan Masalah BAB V. DESKRIPSI MODEL GENERIK HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN Prototipe Rancang Bangun Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi di Kabupaten Lamongan BAB VI. EVALUASI TENTANG KINERJA KIMBis Keragaan Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan Respon Mansyarakat Penerima Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan BAB VII. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

26 DAFTAR TABEL Tabel 1 Kegiatan, Data, dan Informasi, Teknik Pengumpulan Data, Sumber dan Analisis Data Tabel 2 Jenis dan Jumlah Responden Penelitian Model PEK TAL di Kabupaten Lamongan 34 Tabel 3 Kalender Musim Penangkapan Ikan di Kabupaten Lamongan dalam Setahun Tabel 4 Jenis-jenis Industri Pengolahan Produk di Kabupaten Lamongan Tabel 5 Komposisi Nelayan di Kabupaten Lamongan Tahun Tabel 6 Lembaga Keuangan Mikro dan Perannya dalam Pembiayaan Usaha Perikanan.. 44 Tabel 7 Kelembagaan Inovasi Iptek dan bisnis perikanan di Kabupaten Lamongan Tabel 8 Pola Hubungan Aktor, Potensi dan Permasalahan yang terjadi pada Usaha Perikanan di Kabupaten Lamongan Tahun Tabel 9 Potensi Lingkungan di Kabupaten Lamongan Tahun Tabel 10 Permasalahan, Kebutuhan dan Bentuk Penyadaran yang Dapat dilakukan terhadap Nelayan Tabel 11 Alternatif Pemecahan Masalah Tabel 12 Jenis Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan Tabel 13 Sebaran Kategori Tingkat Pemanfaatan Teknologi Balitbang KP

27 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Kerangka Pemikiran Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Laut untuk Pelagis Kecil di Kabupaten Lamongan Prototipe Rancang Bangun Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif di Kabupaten Lamongan Gambar 4 Kelembagaan Inovasi Pengolahan Produk Perikanan di Kecamatan Paciran Gambar 5 Kelembagaan Bisnis Pengolahan Produk Perikanan di Kecamatan Paciran Gambar 6 Asal Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Kabupaten Lamongan Gambar 7 Asal Bahan Baku Budidaya Ikan Menggunakan Pakan Alternatif di Kabupaten Lamongan Gambar 8 Sumber Teknologi Pengolahan dan Budidaya di Kabupaten Lamongan Gambar 9 Pemasaran dari Produk Olahan KIMBis di Kabupaten Lamongan Gambar 10 Sumber Informasi Pasar dalam Usaha Pengolahan dan Budidaya di Kabupaten Lamongan Gambar 11 Respon Masyarakat terhadap Teknologi Balitbang KP di Kabupaten Lamongan 63 Gambar 12 Respon Masyarakat terhadap Teknologi Pengolahan Balitbang KP di Kabupaten Lamongan Gambar 13 Tingkat Pemanfaatan Teknologi Balitbang KP di Kabupaten Lamongan

28 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan pantai dan laut menjadi paradigma baru pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Kebijakan ini sangat realistis karena didukung oleh fakta adanya potensi sumberdaya laut dan pantai yang masih cukup besar peluang untuk pengembangan eksploitasi dibidang perikanan baik penangkapan maupuan usaha budidaya ikan. Seperti halnya Kabupaten Lamongan yang memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar, khususnya perikanan budidaya, dan perikanan tangkap (laut). Wilayah ini sangat strategis yang termasuk sentra produksi perikanan di Jawa Timur. Usaha perikanan sebagai kegiatan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya ikan serta lingkungan dengan menambahkan masukan energi, materi dan teknologi dan atau unsur lainnya, yang bertujuan untuk memanen biomasa hidup dan kehidupan manusia (Sutrisno Anggoro, 2001) sehingga usaha perikanan yang ingin diwujudkan adalah usaha perikanan yang memanfaatkan sumberdaya secara efisien dan berkelanjutan serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 2011, atas inisiasi Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis) dibentuk dengan tujuan untuk mengimplementasikan pengembangan ekonomi kawasan berbasis Iptek yang dilakukan oleh Balitbang KP. KIMBis adalah kelembagaan masyarakat Kelautan dan Perikanan yang dibentuk secara partisipatif oleh berbagai pemangku kepentingan untuk mendapatkan berbagai peluang dalam rangka mewujudkan kesejahteraannya. Dalam perkembangannya dirasa perlu dilakukan penguatan modal sosial dan sinergi bisnis antar pelaku usaha baik secara vertikal maupun horizontal serta antar KIMBis dan pemangku kepentingan yang terlibat, sehingga definisi KIMBis berubah menjadi KIMBis merupakan kelembagaan pengembangan bisnis dengan memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP,2014). Selanjutnya pada tahun 2012, kelembagaan KIMBis telah disosialisasikan dan dibentuk dengan lokasi sekretariat di Desa Weru Kecamatan Paciran. Justifikasi penentuan lokasi sekretariat berdasarkan fokus awal yaitu masyarakat pesisir Lamongan yaitu di wilayah kecamatan Paciran dan Brondong. Kabupaten Lamongan yang memiliki panjang pantai 47,162 km, mempunyai usaha penangkapan ikan laut terpusat diperairan Laut Jawa pada wilayah Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran, yang memiliki 1 (satu) Pelabuhan Perikanan Nasional Brondong dan 4 (empat) Tempat Pendaratan Ikan (TPI), yaitu mulai dari arah timur ke barat meliputi Weru, Kranji, Labuhan dan Lohgung. 27

29 Potensi sumberdaya manusia perikanan tangkap laut sebanyak nelayan. Potensi tersebut belum termasuk masyarakat lain yang terlibat dalam rangkaian kegiatan penangkapan seperti pemasaran hasil, pengolahan hasil tangkapan dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan tersebut. Potensi sumberdaya manusia ini terlihat belum termanfaatkan secara optimal. Selain potensi sumberdaya laut dan manusia, Kabupaten Lamongan juga memiliki potensi lain yaitu sebagai penerima program bebantuan pemerintah. Program bantuan tersebut berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) yaitu Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) perikanan tangkap dan PUMP pengolahan setiap tahun (sejak tahun 2011) yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan melalui peningkatan kemampuan dan pendapatan masyarakat serta penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan. Pada tahun 2013 dan 2014, kelembagaan KIMBis berkembang dengan melakukan pemberdayaan pada masyarakat sektor lain yaitu pembudidaya dan pegaraman. Potensi untuk pengembangan produksi garam rakyat berada di Kecamatan Brondong yang tersebar di Desa Sidomukti, Desa Labuhan Desa Sedayulawas, Desa Lohgung dan Desa Brengkok. Kelembagaan KIMBis melakukan difusi inovasi dari petambak garam Bapak Arifin Jami an kepada masyarakat lainnya. Inovasi pengelolaan garam Bapak Arifin Jami an telah diakui oleh pemerintah setempat karena mamp meningkatkan produksi garam. Sedangkan pengembangan kawasan berbasis iptek juga dilakukan pada masyarakat pembudidaya ikan lele dengan mengenalkan pakan mandiri. Pada tahun 2015 akan dilakukan kegiatan yang bertujuan merumuskan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Diharapkan kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya merupakan bahan kajian untuk memperoleh suatu model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Dalam model generik yang telah dirumuskan (Gambar 1), menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses, output dan dampak. Input terdiri dari aktivitas bagaimana memperoleh data terkait dengan potensi dan permasalahan sektor KP di lokasi, ketersediaan teknologi KP yang ada di lokasi baik yang berasal dari Balitbang KP, balitbangda serta Sistem Inovasi Daerah. Kegiatan aksi akan dilakukan dalam upaya mengkaji kebutuhan serta kelayakan teknologi yang diterapkan dan perannya dalam pengembangan ekonomi kawasan. Kegiatan aksi yang akan dilakukan tersebut yaitu: - Kegiatan untuk meningkatkan peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi - Kegiatan Identifikasi Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif melalui penilaian kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan selama KIMBis Lokasi dibentuk 28

30 Kegiatan aksi yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menghasilkan output diantaranya bagaimana peran teknologi adaptif lokasi tersebut mampu meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan kooperator, meningkatkan kapasitas pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan. Tentunya, output yang dihasilkan akan berdampak pada peningkatan ekonomi usaha koperator serta secara luas meningkatkan kapasitas ekonomi kawasan. Kegiatan riset aksi dalam rangka membuat konsep model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif di Kabupaten Lamongan akan lebih difokuskan untuk tipologi perikanan tangkap laut untuk pelagis kecil yang diturunkan dari model generik yang telah dibuat. Diharapkan model tersebut dapat memberikan masukan kepada pemerintah baik pusat dan daerah bagaimana Inovasi teknologi hasil Balitbang Kelautan dan Perikanan dapat menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi kawasan di Kabupaten Lamongan TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Pelagis Kecil di Lamongan. 1.3 KELUARAN Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terbentuknya model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi di Lamongan untuk mempercepat terwujudnya peningkatan kapasitas usaha dan peningkatan ekonomi kawasan. 29

31 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Kawasan Pengembangan kawasan menunjukkan kapasitas produksi untuk mencapai pertambahan output, dalam upaya mewujudkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi, yang dilakukan di suatu wilayah atau di berbagai wilayah (daerah). Masing-masing kawasan memiliki potensi kondisi dan karakteristik yang berbedabeda (bervariasi) satu sama lainnya, fenomena ini menimbulkan ketidaksamaan atau kesenjangan (ketimpangan atau disparitas) antar wilayah. Pembangunan (pertumbuhan) kawasan bertujuan untuk mencapai (a) pemerataan dalam tingkat pertumbuhan antar wilayah, (b) pemerataan pendapatan antar wilayah, dan (c) memperkokoh struktur perekonomian antar wilayah. Untuk mencapai tujuan pengembangan wilayah tersebut harus dilakukan perencanaan dan kegiatan pengembangan wilayah secara komprehensif, dalam arti bagi wilayah-wilayah maju agar diperlamat tingkat pertumbuhan wilayahnya, dan untuk wilayah-wilayah kurang maju agar ditingkatkan laju pertumbuhan wilayahnya, dengan harapan dalam jangka waktu mendatang (katakanlah dalam 20 tahun yang akan datang kedua jenis wilayah tersebut, yaitu wilayah yang maju dan wilayah yang kurang maju akan memasuki garis finish dengan kualifikasi karakteristik wilayah yang relatif hampir sama (dalam tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapitanya). Pendekatan pembangunan wilayah semacam ini disebut pendekatan pembangunan kakak-beradik. Kakak yang baik mendorong adiknya yang lemah. Pengembangan ekonomi kawasan sangat luas aspeknya, selain meliputi aspek-aspek kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia (SDM), tersedianya sumber daya alam (SDA), modal, sarana dan prasarana, fasilitas pelayanan ekonomi dan sosial, tersedianya jaringan transportasi dan distribusi, kemajuan teknologi, kemampuan kelembagaan yang efektif dan efisien, serta sumber-sumberdaya pembangunan lainnya. Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi. Yang disebut belakangan ini menuntut tiap daerah untuk mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi kepada propinsi dan kabupaten/kota, untuk melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi daerah secara terfokus melalui pengembangan kawasan dan produk andalannya. Percepatan pembangunan ini bertujuan agar daerah tidak tertinggal dalam persaingan pasar bebas, seraya tetap memperhatikan masalah pengurangan kesenjangan. Karena itu seluruh pelaku memiliki peran mengisi pembangunan ekonomi daerah dan harus mampu bekerjasama melalui bentuk pengelolaan keterkaitan antarsektor, antarprogram, antarpelaku, dan antardaerah. 30

32 Kawasan Andalan, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah suatu kawasan yang dikembangkan untuk mengurangi kesenjangan antardaerah melalui pengembangan kegiatan ekonomi yang diandalkan sebagai motor penggerak pengembangan wilayah. Kawasan Andalah diharapkan mampu menjadi pusat dan pendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan di sekitarnya. Kawasan andalah juga diharap mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kemampuan bersaing ini lahir melalui pengembangan produk unggulan yang kompetitif di pasar domestik maupun global, yang didukung sumber daya manusia (SDM) unggul, riset dan teknologi, informasi, serta keunggulan pemasaran. Sementara itu dalam pelaksanaan di daerah, konsep pengembangan kawasan andalan tidak secara efektif dikembangkan, sehingga tidak pernah dapat diukur keberhasilannya. Maka dibutuhkan model model pengembangan ekonomi daerah dengan pendekatan kawasan andalan, yang memiliki konsep pengembangan yang terfokus dan terpadu, terutama berorientasi pada karakteristik potensi kawasan dan kemampuan pengembangan kawasan. 2.2 Teknologi Adaptif Pengertian Teknologi J.J.Honigman The world of man. Teknologi adalah segala tindakan baku yang digunakan manusia untuk mengubah alam, termasuk tubuhnya sendiri, tubuh orang lain. Teknologi adalah cara manusia membuat, memakai, memelihara seluruh peralatannya, bahkan bertindak selama hidupnya. Munculnya teknologi disebabkan karena manusia berupaya melaksanakan mata pencaharian hidupnya, mengorganisasi masyarakatnya, mengekspresikan rasa keindahan dalam memproduksi hasil-hasil keseniannya. Teknologi bermula dari hal-hal yang sederhana, menciptakan sesuatu untuk mengatasi persoalan yang ada pada kehidupan sehari-hari misalnya pembuatan makanan,,pembuatan pakaian, pembuatan rumah, pembuatan jalan. Teknologi kemudian berkembang kepada hal-hal yang lebih rumit dan komplek. Dengan demikian diperlukan tingkat teknologi yang lebih tinggi. Y.B Mangunwijaya mengatakan masyarakat Indonesia membutuhkan tiga jenis teknologi yaitu : 1. Teknologi Maju, adalah teknologi yang memiliki tingkat kerumitan dan kecangihan lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi biasa. Contoh : Satelit, radar, nuklir pesawat ruang angkasa. 2. Teknologi Adaptif adalah teknologi yang dapat menyesuaikan kebutuhan manusia Contoh : telpon 31

33 3. Teknologi Protektif adalah teknologi yang mampu melindungi manusia. Contoh senapan mesin untuk pertahanan diri. Faktor yang menentukan keberhasilan suatu program adalah pembawa program (senders), penerima program (receivers) dan saluran (channel) yang digunakan dalam memperkenalkan (sosialisasi) dan mengimplementasikan program (Rogers dan Shoemaker 1987 dalam Kurnia Suci, dkk 2000). Di sisi lain Tubbs dan Moss dalam Kurnia Suci, dkk, 2000) menekankan bahwa keberhasilan pembangunan ditentukan jalinan hubungan antara individu pembawa program dengan sasaran program. Keberhasilan suatu program dapat dicapai jika senders melakukan pendekatan partisipatif mulai dari sosialisasi, perencanaan, implementasi serta monitoring/evaluasi melalui pendekatan struktural dan kultural (Wahyuni, 2002). Melalui pendekatan struktural, individu yang terlibat dalam program menjembatani hubungan lembaga terkait yang dibutuhkan petani untuk mendukung implementasi program. Adapun melalui pendekatan kultural, teknologi yang diimplementasikan tersaring melalui kebudayaan yang eksis di wilayah bersangkutan yang telah menyatu dengan kondisi alam, sosial dan ekonomi. Melalui kedua pendekatan tersebut teknologi yang disampaikan melalui program dapat terakuisisi dalam kehidupan petani sehingga teknologi lokal (indigenous) yang ada akan berkembang menjadi teknologi adaptif. Teknologi adaptif lahir setelah melalui proses pemikiran petani yang prinsipnya sangat rasional dalam memilih teknologi yang terbaik dan menguntungkan (Popkin 1979 dalam Kurnia Suci dkk, 2000). 32

34 BAB III. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Kerangka Pemikiran Pelaksanaan kegiatan riset aksi pada tahun 2015, didasarkan pada kerangka konseptual sederhana, yaitu Pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi pada tipologi perikanan tangkap laut bagi peningkatan ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Kerangka umum pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 1. Potensi Perikanan dan Kelautan di Kota Tegal: SDA, SDM,Lingkungan, Finansial, Sosial, Kelembagaan Permasalahan: SDA, SDM, Lingkungan, Finansial, Sosial, Kelembagaan, Teknologi Balitbang KP Inovasi Teknologi yang adaptif Balitbangda SIDa - Peran Kooperator - Kesiapan Lokasi Peningkatan ekonomi usaha pelaku Peningkatan ekonomi kawasan: Pro Poor, Pro Job, Pro growth Gambar 1. Kerangka Pemikiran Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Laut untuk Pelagis Kecil di Kabupaten Lamongan 33

35 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan kegiatan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi dilaksanakan di Kabupaten Lamongan, yang dilakukan pada bulan Januari Desember Data Yang Dikumpulkan Data primer yang dikumpulkan meliputi data potensi SDA, SDM, Sosial, Kelembagaan, Lingkungan dan finansial. Permasalahan terkait SDA, SDM, Sosial, kelembagaan, lingkungan dan finansial. Identifikasi ketersediaan teknologi, sistem transfer teknologi, lembaga penyedia teknologi di lokasi. Data primer lainnya terkait dengan pasca implementasi teknologi adaptif yang dilakukan dan dampak nya baik terhadap ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Data sekunder yang dibutuhkan terkait dengan hasil penelitian maupun laporan dari institusi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel 1. Kegiatan, Data dan Informasi, Teknik Pengumpulan Data, Sumber dan Analisis Data Kegiatan Identifikasi Potensi SDA SDM Sosial, Kelembagaan Finansial Lingkungan Teknologi Data dan Informasi Identifikasi Permasalahan SDA SDM Sosial, Kelembagaan Finansial Lingkungan Teknologi Implementasi teknologi Adaptif Teknik Pengumpulan Data Survey wawancara dan Survey dan Wawancara Sumber Data Instansi dan Pelaku usaha Instansi dan Pelaku usaha Analisis Data Deskriptif Tabulatif Deskriptif Tabulatif - Peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi - Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif - Kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan Survey, FGD Kooperator, Instansi terkait Deskriptif, kuantitatif 34

36 3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan untuk menjawab tujuan penelitian, pengambilan data secara wawancara kepada mitra KIMBis yang telah diberikan teknologi dari Balitbang Kelautan dan Perikanan yang diambil secara purposive. Responden terdiri dari ketua dan anggota kelompok usaha baik nelayan, pengolah, petambak serta pembudidaya lele yang menjadi mitra KIMBis. Selain itu juga dilakukan Focus Group Discussion (FGD) yang telah dilakukan maka riset aksi akan dilakukan dalam rangka meningkatkan akses pasar lokal dari produk olahan ikan. Cakupan responden penelitian ini adalah relatif luas, yaitu pelaku usaha, perencana, pelaksana, dan pendamping program KIMBis, dan instansi terkait. Pelaku usaha mencakup nelayan dan pembudidaya ikan serta pengolah ikan. Data Kinerja dikumpulkan melalui survey dibantu oleh enumerator dan diisi oleh responden terpilih pada setiap lokasi KIMBis Lamongan. Tabel 2. Jenis dan Jumlah Responden Penelitian Model PEKTAL di Kabupaten Lamongan Jenis Reponden Jumlah 1. Instansi terkait 6 SKPD (Dinas pertanian, peternakan dan kelautan, dinas lingkungan hidup, dinas UMKM,Koperasi dan perindustrian Bappeda, Dinas pendidikan, PPP) 2. Pelaksana dan pendamping program KIMBis 5 3. Pelaku agribisnis 5 1. Produsen dan pedagang input 1 2. Pembudidaya ikandan nelayan 3 3. Produsen produk olahan ikan 3 4. Pedagang 1 5. Mitra usaha 1 6. Lembaga keuangan 1 4. Informan kunci (kecamatan dan desa) 2 Untuk menerapkan prinsip kaji tindak dalam pemberdayaan masyarakat, diadopsi langkah yang diusulkan oleh Karsidi, (2001) yaitu sebagai berikut: 1. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi serta penyadaran. Pada tahap awal ini digali informasi-informasi yang mengungkapkan keberadaan lingkungan dan masyarakatnya secara umum serta melakukan analisa dan refleksi atas keberadaan itu. 2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas. Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengkajian informasi tersebut, diperoleh catatan yang memuat berbagai masalah dan potensi (setempat). 35

37 3. Identifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah/pengembangan gagasan. Dari prioritas masalah yang telah ditetapkan, selanjutnya dapat dibahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah-masalah tersebut melalui urunrembuk (brain storming) dan pengembangan gagasan oleh sasaran penyuluhan. 4. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling tepat. Selain ketepatgunaan pemecahan itu secara umum, pertimbangan penting dalam hal ini adalah kemampuan sasaran penyuluhan dan sumberdaya yang tersedia untuk dapat menerapkan pemecahan itu secara swadaya. Untuk itu bagian dari mencari alternatif ini adalah pengenalan sumberdaya tersebut. 5. Perencanaan kegiatan; yang selanjutnya dituangkan ke dalam sebuah rencana kegiatan yang konkrit. Rencana itu perlu menyatakan dengan jelas apa yang akan dilakukan, siapa yang akan melakukannya, dan kapan waktu pelaksanaannya. Makin kongkrit dan jelas rencana yang dihasilkan, makin besar kemungkinan bahwa rencana itu sungguh-sungguh akan dilakukan. Guna mendapatkan masukan bagi penyempurnaannya, hasil tersebut selanjutnya disajikan melalui suatu diskusi antara penyuluh dengan sasaran penyuluhan (jika ini dalam bentuk kelompok, maka dapat diselenggarakan pertemuan yang diikuti oleh kelompok). 6. Pelaksanaan/Pengorganisasian. Betatapun canggihnya suatu rencana, rencana itu baru akan bermakna jika kemudian sungguh-sungguh dilakukan. Pengorgani-sasian itu bisa konkrit dan sederhana ataupun bisa canggih dan mendasar sampai mengarah pada pengembangan kelembagaan. 7. Pemantauan dan pengarahan kegiatan. Semua kegiatan yang kemudian dilaksanakan perlu dipantau secara berlanjut oleh penyuluh bersama sasaran penyuluhan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun. Jika menyimpang, tentu perlu diusahakan tindakan-tindakan yang sesuai untuk mengarahkannya kembali. 8. Evaluasi dan rencana tindak lanjut. Hasilnya dievaluasi, apakah hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. 3.5 Metoda Analisa Data Data kuantitatif dianalisis dengan statistik sederhana dengan mengunakan skala linkert, sedangkan data kualitatif dianalisis secara deskriptif. 36

38 BAB IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan PEK-TAL di Lamongan pada tahun 2015 difokuskan pada kegiatan PEK TAL yaitu pengolahan dan pemasaran produk hasil perikanan yang berdaya saing tinggi. Tahapan yang dilakukan meliputi : 1. Tahapan Perencanaan 2. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pengembangan Ekonomi Kawasan 3. Pelaksanaan Aksi Kegiatan Pemecahan Masalah 4. Monitoring dan Evaluasi 4.1 Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder terkait kesiapan lokasi da;am penerapan TAL. Data yang dikumpulkan antara lain: potensi sumber daya alam dan lingkungan, potensi sumber daya manusia, sosial kelembagaan, aspek finansial, teknologi usaha, dan permasalahan yang ada di Kabupaten Lamongan khususnya permasalahan pada sektor perikanan tangkap dan pengolahan serta pemasaran produk perikanan. Hasil survey tentang potensi dan permasalahan yang ada tersebut secara terinci disampaikan sebagai berikut : A. Potensi Sumber Daya Alam Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan cukup besar yang meliputi Bidang Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, dan serta di dukung oleh bidang pengawasan dan kegiatan lainnya. Produksi perikanan budidaya tahun 2014 sebesar kg dengan nilai sebesar Rp ,- yang diusahakan oleh RTP, pada sub sektor perikanan budidaya kegiatan diusahakan pada areal sekitar ,13 Hektar, meliputi tambak seluas 1.754,40 Ha, sawah tambak ,73 Ha, kolam 341,66 Ha dan KJA seluas 0,333 Ha. Kabupaten Lamongan pada sektor perikanan tangkap memiliki panjang pantai kurang lebih 47 km dengan lebar 4 mil laut dengan armada tangkap unit, alat tangkap sebanyak unit dan didukung 5 tempat pelelangan ikan (TPI). Potensi perikanan budidaya Kabupaten Lamongan sangat besar, adapun kegiatan tersebut diusahakan pada areal seluas , 13 Ha dengan produksi sebesar ,963 kg. Adapun jenis ikan yang dibudidayakan meliputi : ikan bandeng, nila, tombro, tawes, lele, patin, gabus, gurame, mujaer, kerapu, udang vaname, udang windu, kepiting, dan rumput laut. Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa potensi perikanan budidaya di Kabupaten Lamongan tergolong pada tipologi budidaya tambak, dengan komoditas yang dipelihara adalah bandeng dan udang vaname secara polikultur. 37

39 Produksi (Kg) Jenis Ikan Gambar 2. Produksi Ikan Hasil Budidaya di Kabupaten Lamongan Tahun 2014 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lamongan, 2014 Selain perikanan budidaya, potensi perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan juga cukup besar. Perikanan tangkap yang ada tergolong pada perikanan tangkap pelagis kecil. Ikan yang tertangkap terdiri dari berbagai jenis antara lain; tongkol, kembung, kuningan, ajahan, layang, mata besar/swangi, teri, rajungan, tongkol, cumi-cumi, udang, layur, tengiri dll. Dalam memasarkan Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan ini didukung dengan keberadaan 2 unit PPI (Pusat Pendaratan Ikan) yaitu: PPI Desa Weru dan PPI Desa Kranji. Produksi ikan hasil tangkap yang didaratkan di PPI Kranji mencapai 3.997,6 ton dan PPI Weru mencapai 2.574,6 ton. Sedangkan Koperasi yang ikut mendukung potensi perikanan dan kelautan di wilayah Paciran sebanyak tiga unit, yakni KUD Tani Bahari Paciran, Koperasi Serba Usaha TONGKOL Desa Kranji dan Koperasi Nelayan Lamongan (KOPNELA). Karakteristik Jenis-Jenis Kapal / Perahu Nelayan 1. IJON-IJON (5-20 GT) Spesifikasi Kapal Ijon-Ijon: Alat Tangkap ABK Hasil Tangkapan Fishing Ground - Dogol - Gill net - Rawai dasar - Pancing ulur Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (2012) 7 sampai 10 Orang - Kakap Merah - Tuna, - Pari - Cucut, - Kuningan - Petek, Manyung Golok / Swangi - Bloso - Perairan Bawean - Perairan Masa Lembu 38

40 Perahu Ijon-Ijon Alat Tangkap Dogol Alat Tangkap Rawai Dasar (Long Line) 2. BC (BOWMAN CONSTRUCTION, GT) Kapal BC (Bowman Construction) Alat Tangkap Payang Alat Tangkap ABK Hasil Tangkapan Fishing Ground - Payang - Colleting 7 sampai 10 Orang - Layang - Perairan Bawean dan sekitarnya Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (2012) 39

41 3. JATEN PACIRAN (1-3 GT) Perahu Jaten Paciran Alat Tangkap Bubu Rajungan Alat Tangkap ABK Hasil Tangkapan Fishing Ground - Bubu Rajungan 1 sampai 2 - Rajungan dan - Pantai utara - Jaring Rajungan Orang Kepiting Paciran Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (2012) 4. ETHEK/BOKONGAN (15-20 GT) Keterangan dari kiri atas : Kapal Ethek/Bokongan, Alat tangkap Jaring tongkol, alat tangkap jarring Purseseine, dan Lampu alat bantu 40

42 Alat Tangkap ABK Hasil Tangkapan Fishing Ground - Purse Seine 20 sampai - Layan Kembung - Jaring cakalang 30 Orang - Sela - Tongkol - Tembang - Tengiri Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (2012) - Perairan Bawean dan sekitarnya - Perairan Utara Lamongan 4. KAPAL GALAKSI Kapal Galaksi, Membawa alat bantu penangkapan ikan berupa lampu untuk purseseine 5. KAPAL PINCUK (3 GT) Kapal Pincuk dengan alat tangkap: Dogol teri Alat Tangkap ABK Hasil Tangkapan Fishing Ground - Dogol Teri 6 orang Teri - Perairan Utara Layur Lamongan Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (2012) 41

43 Aktifitas perekonomian yang bersumber dari perikanan tangkap laut terutama berpusat di PPN Brondong. Perkembangan ekonomi dikabupaten Lamongan ditopang oleh tersedianya fasilitas : 1. Memiliki lima sentra produksi perikanan tangkap yaitu : (TPI Weru,TPI Kranji, PPN Brondong, TPI Labuhan dan TPI Lohgung). 2. Terdapat ± nelayan dengan produksi ikan yaitu : ton. 3. Terdapat ± unit armada perikanan tangkap (5 20 GT) dengan jumlah alat tangkap ± Terdapat 8 unit industri pengolahan ikan (UPI), 6. Terdapat 252 unit pengolah skala rumah tangga/umkm. 7. Daerah fishing ground tidak jauh dari base camp/ppnbrondong(perairan Masalembu, Matasiri, Bawean dan Utara Laut Jawa). 8. Jalur pemasaran dan distribusi hasil perikanan sangat mudah terakses baik lokal, antar daerah maupun ekspor. Adanya sumberdaya perikanan yang cukup melimpah, namun disisi lain peranan nelayan kecil yang merupakan sebagian besar pelaku usaha penangkapan dikabupaten Lamongan perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar. Adanya perhatian yang lebih besar dari pemerintah diharapkan mampu meningkatkan peran usaha perikanan sekala kecil terhadap perekonomian masyarakat di Kabupaten Lamongan. Potensi perikanan yang dimiliki di Kabupaten Lamongan tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya nelayan, pengolah dan pedagang. Beberapa permasalahan yang teridentifikasi diantaranya adalah. 1. Potensi sumber daya ikan terus mengalami penurunan 2. Ketergantungan nelayan yang tinggi kepada tengkulak sehingga harga yang diterima tidak optimal 3. Topografi pantai yang berhadapan langsung dengan laut terbuka menyulitkan nelayan dalam menyandarkan armada kapal ketika musim barat dimana angin berhembus dengan kencang disertai gelombang tinggi yang menyebabkan kapal tenggelam 4. Tidak ada/ minimnya sumber pendapatan lain bagi nelayan ketika terjadi musim paceklik ikan Aktivitas penangkapan ikan dilaksanakan dalam sehari (one day fishing). Payang kecil beroperasi mulai pukul WIB, jaring jajag dari pukul WIB, purse seine dari pukul WIB, dan jaring cepe mulai pukul WIB. Kegiatan penangkapan oleh nelayan dilakukan setiap hari kecuali hari Jumat dan berlangsung hampir sepanjang tahun kecuali pada musim angin barat yaitu pada Bulan Desember sampai dengan 42

44 Maret. Dinamika pemanfaatan sumber daya perikanan laut di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kalender Musim Penangkapan Ikan di Kabupaten Lamongan dalam setahun Jenis Ikan Alat tangkap Bulan Prod. Per trip* (Kg/trip) Belo JJ ,500 Layur JJ,PK Kembung JJ Puso JJ Terak JJ Cengkurungan JJ Tongkol PS ,000 Layang PS ,000 Wagat JJ Cepe JJ Udang PK Cumi PK Gerabah/Gilig JJ Rajungan Bu Lajan JJ Bulu ayam PK Putri ayu JJ Sumber : Wardono, Keterangan : + : tingkat ketersediaan ikan (berdasarkan pengalaman para pelaku/nelayan yang disampaikan dalam FGD di lokasi kegiatan); Alat tangkap : JJ (jaring jajag), PK (Payang kecil), PS (Purse seine) BU (Bubu) Tabel 3. menunjukkan bahwa musim ikan terdapat pada sekitar Bulan Agustus sampai dengan September. Ketersediaan kalender kerja nelayan dan ketersediaan sumber daya ikan akan memudahkan dalam strategi pemanfaatan komoditas ikan khususnya untuk olahan ikan lebih lanjut. Alat tangkap jaring jajag yang terdapat di Desa Weru termasuk dalam golongan gill net. Pengembangan ekonomi berbasis sumberdaya lokal mampu meningkatkan nilai tambah dan menjadi penggerak ekonomi wilayah.salah satu usaha hilir tersebut adalah industri pengolahan produk skala rumah tangga.usaha ini sudah berkembang dan dilakukan oleh sebagian masyarakat, Kabupaten Lamongan. Upaya pengembangan produk krupuk ditunjang oleh: ketersediaan bahan baku secara kontinyu; produk berkualitas dan memenuhi standar higienes; Sertifikat Ijin Rumah Tangga (PIRT); pengembangan jaringan pasar; dan terpenuhinya 43

45 peralatan tepat guna dan modal. Jumlah aktifitas pengolahan dan prosesing yang ada dikabupaten Lamongan terkait hasil olahan produk perikanan tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis-jenis Industri Pengolahan Produk di Kabupaten Lamongan No Jenis Industri Pengeringan Pemindangan Pendinginan/ES Terasi Petis Pengasapan Tepung ikan Kerupuk Cold Storage/surimi Ikan/nugget/abon/otak-otak Jumlah Sumber : Lamongan dalam angka berbagai penerbitan B. Sumber Daya Manusia Pembangunan sumber daya manusia (SDM) mejadi faktor penting bagi pengembangan ekonomi kawasan di Kabupaten Lamongan. Menempatkan SDM sebagai human capital dapat menjadikan tujuan pembangunan wilayah berbabsis teknologi adaptif dapat diwujudkan. Pengembangan kapasitas melalui pelatihan dan pendidikan, adalah upaya meningkatkan kulitas SDM. Mendayagunakan potensi SDM membutuhkan peran pemerintah daerah setempat dan stakeholder terkait. Komposisi umur rata-rata nelayan di Kabupaten Lamongan adalah tahun (Tabel 5), umur ini merupakan umur yang sudah dewasa dengan pengalaman kerja cukup lama sehingga mampu melakukan penangkapan dengan baik, berdasarkan pengalamannya. Tabel 5. Komposisi Nelayan di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 No. Uraian Nilai 1 Umur Rata-rata Nelayan (Tahun) Status Perkawinan Menikah (%) Bujang (%) 3 Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 4 4 Suku Asal Nelayan Jawa 5 Lama menetap dilokasi > 10 tahun (%) 0-10 tahun (%) Sumber : Data Primer 2013 (diolah)

46 C. Finansial Untuk menunjang usaha perikanan di Kabupaten Lamongan didukung oleh lembaga keuangan formal yang terdiri dari Kelompok Usaha Bersama (KUB), bank, koperasi, dan pegadaian yang memberikan pinjaman berkisar < 1 juta sampai dengan 10 juta rupiah (Tabel 6). Dengan adanya lembaga keuangan ini diharapkan usaha masyarakat kelautan dan perikanan (nelayan, pembudidaya, dan pengolah hasil perikanan) dapat mengembangkan usahanya. Tabel 6. Lembaga Keuangan Mikro dan Perannya dalam Pembiayaan Usaha Perikanan No 1 KUB Lembaga Keuangan - KUB Bahari Jaya Desa Weru - KUB Desa Kranji - KUB Surya Buana Desa Weru 2 Bank BRI 3 4 Koperasi BCAA Desa Weru UPK BKM PNPM-MP Desa Weru dan Kranji Lembaga Keuangan Sasaran Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Pengolah Bakul Nelayan Pengolah Bakul Nelayan Kredit yang diberikan (sebutkan Jenis kredit dan nominalnya berapa Rp) Pinjaman antara 3 10 juta perorang untuk perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman antara 3 10 juta perorang untuk perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman antara juta perorang untuk perbaikan mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman antara 3 10 juta perorang untuk pembelian mesin, pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman 2 5 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan) Pinjaman 3 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian ikan) Pinjaman antara 1 10 juta perorang untuk perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman 1 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan) Pinjaman 1 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian ikan) Pinjaman antara 1 3 juta perorang untuk perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat Jenis Usaha Pemanfaat Perikanan tangkap skala kecil Perikanan tangkap skala kecil Perikanan tangkap skala kecil Perikanan tangkap skala kecil Pengolah hasil perikanan Bakul Perikanan tangkap skala kecil Pengolah hasil perikanan Bakul Perikanan tangkap skala kecil 45

47 5 Pegadaian Desa Kranji Sumber : Data primer diolah, 2015 Pengolah Bakul Nelayan Pengolah Bakul tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman 1 3 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan) Pinjaman 1 3 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian ikan) Pinjaman antara 3 10 juta perorang untuk perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman 1 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan) Pinjaman 3 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian ikan) Pengolah hasil perikanan Bakul Perikanan tangkap skala kecil Pengolah hasil perikanan Bakul D. Kelembagaan Kelembagaan yang berperan dalam pengelolaan kelautan dan perikanan di Kabupaten Lamongan dikelompokkan berdasarkan aktor-aktor yang terlibat. Aktor-aktor yang berperan ditingkat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1) Kelompok Formal, yaitu kelompok yang secara formal terdaftar sebagai organisasi nelayan di pemerintahan atau memiliki badan hukum. Kelompok ini terdiri dari kelompok pengelola rumpon, kelompok masyarakat pengawas sumber daya ikan, Rukun Nelayan (RN), pokdakan, poklahsar, serta KIMBis. 2) Kelompok informal, yaitu kelompok yang secara formal tidak terdaftar sebagai kelompok nelayan di pemerintah dan juga tidak menjadi anggota dari kelompok nelayan yang ada. Akan tetapi keberadaan kelompok nelayan informal ini sangat berpengaruh terhadap pengelolaan sumber daya ikan di Kecamatan Paciran. Umumnya kelompok informal ini dimotori oleh blandongan. Tabel 7. Kelembagaan inovasi Iptek dan Kelembagaan Bisnis Perikanan di Kabupaten Lamongan No Jenis Kelembagaan Jumlah Kelembagaan 1 KIMBis 1 Jumlah Anggota - Kelompok Budidaya : 9 - Kelompok Pengolah : 12 Manajemen kelompok Struktur Organisasi Manajer LO Asisten Pengembangan Usaha Asisten Produksi dan Pemasaran Asisten Pengembangan Kelembagaan 46

48 2 3 RN Blandongan Desa Weru 9 Seluruh Nelayan Desa 4 Pokdakan 10 orang - Adanya jimpitan ikan hasil setiap melaut per perahu sesuai dengan hasil yang diperoleh - Iuran antara 5 10 ribu per perahu setiap bulan, untuk bayar listrik dan operasional lain - Adanya pemberian dana kesejahteraan nelayan diperuntuk-kan bagi nelayan yang terkena musibah (sakit, meninggal dunia, dll, dan juga untuk pembangunan sarana prasarana masyarakat nelayan - Adanya pemberian santunan terhadap anak yatim dan duafa Usaha dikelola sendiri-sendiri tapi masih ada komunikasi terkait bibit, pakan dan pemasaran 5 Poklasar 10 orang Usaha dikelola bersama. Sumber : Data primer diolah, 2015 Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisidivisi dan anggota Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisidivisi dan anggota Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisidivisi dan anggota Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisidivisi dan anggota E. Sosial Di bidang sosial, telah diidentifikasi jenis pelaku, keterkaitan, potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh aktor yang terlibat dalam usaha perikanan. Keterikatan yang ada terkait dengan pola hubungan patron klien antara juragan dan ABK, ABK dan bakul, pemilik kapal dan agen, pemilik kapal dan juragan, Rukun Nelayan dengan pemilik kapal dan pemerintah desa, pembudidaya dengan supplier pakan serta pengolah hasil perikanan dengan pedagang ikan (Tabel 8). Ikatan ini menimbulkan masalah/konflik namun tergolong dalam kategori konflik ringan. Tabel 8. Pola Hubungan Aktor, Potensi dan Permasalahan yang terjadi pada Usaha Perikanan di Kabupaten Lamongan, Tahun 2015 NO PELAKU KETERKAITAN POTENSI PERMASALAHAN 1 Juragan dan ABK - Adanya ikatan kerja antara ABK dan juragan pemilik kapal Pembagian hasil tidak sesuai dengan harapan Adanya pembagian hasil tertentu antara pemilik kapan dan ABK dari tangkapan ikan pada musim paceklik (musim barat) juragan memberikan pinjaman uang kepada ABK ABK berpindah kapal karena tidak puas terhadap sistemm kerja 47

49 2 ABK dan Bakul Terjadi ikatan jual beli dari hasil iwakiwakan (hasil tangkap yang dibagikan ke ABK dalam bentuk ikan segar) pada menjelang hari raya idul fitri, pemberian THR kepada ABK Saling bersaing harga beli ikan antar bakul Terjadi ikatan pemberian THR kepada ABK dari bakul tetap (ABK yang rutin menjual hasil iwak-iwakan kepada bakul tetap Harga ikan lebih rendah dari harga umum, sehingga ABK pindah ke bakul yang lain 3 Pemilik kapal dan Agen (pembeli perantara antara nelayan bakul / pedagang besar) Terjadi jual beli hasil tangkap ikan antara pemilik kapan dengan agen Pemberian uang hasil tangkap ikan lebih cepat (dari agen ke pemilik kapal) dari pada pedagang ikan biasa. Harga ikan ditentukan oleh agen 4 Toke/ pemilik kapal dan juragan Kepercayaan pemilik kapal kepada juragan untuk menjalankan operasional penagkapan ikan 5 Nelayan dan TPI merupakan tempat terjadinya penimbangan hasil tangkap dan transaksi jual beli ikan Adanya pinjaman dana dari agen ke pemilik kapal untuk perbaikan dan pembelian alat tangkap Adanya pembagian hasil tangkap ikan yang lebih besar pemilik kapal dibanding ABK Adanya imbalan jasa yang dibayarkan oleh nelayan untuk sosial kesejahteraan nelayan, yang mana dana tersebut dikelola oleh Rukun Nelayan kurang percayanya pemilik kapal terhadap juragan sehingga terjadinya penggantian posisi juragan Masih belum mencukupinya dana kesejahteraan untuk masyarakat nelayan 6 Rukun Nelayan (RN) dan pemilik kapal Rukun Nelayan mengelola dana kesejahteraan nelayan Adanya pemberian dana kesejahteraan nelayan diperuntukkan - 48

50 Rukun Nelayan merupakan wadah komunikasi dan advokasi masyarakat nelayan bagi nelayan yang terkena musibah (sakit, meninggal dunia, dll, dan juga untuk pembangunan sarana prasarana masyarakat nelayan 7 Rukun Nelayan (RN) dan pemerintah desa Penyamaan program nelayan dengan program pemerintah desa Adanya pemberian santunan terhadap anak yatim dan duafa Pembudidaya dan bakul/suplier Pembudidaya mendapatkan bibit, pupuk dan pakan dari bakul/suplier yang dibayar setelah panen Pembudidaya dalam mengelola produksi lebih ringan karena terbantu dalam hal modal kerja Harga ditentukan oleh bakul 9 Pengolah hasil ikan dan pedagang ikan Sumber : Data primer diolah, 2015 pedagang ikan dalam hal pembayaran tidak selalu secara tunai pemasaran lebih mudah dengan adanya pengolah ikan Tersendatnya pembayaran dari pedagang ikan ke pengolah F. Lingkungan Lingkungan yang baik dapat menunjang kelancaran dalam mengelola usaha. Saat ini kebutuhan air bersih di Kabupaten Lamongan masih mencukupi, namun ketersediaannya sangat bergantung dengan laju pertumbuhan penduduk maupun degradasi rusaknya sumber daya alam dan pencemaran. Terkait dengan sanitasi tempat usaha di Kabupaten Lamongan, masih perlu untuk diperbaiki. Perbaikan ini dimaksudkan untuk menjamin mutu dan kualitas dalam menjaga kesehatan produk olahan yang dijual. Selain masalah air bersih dan sanitasi, pemerintah Kabupaten Lamongan juga mempunyai program/kegiatan yang dilakukan untuk perbaikan lingkungan pada ekosistem yang ada, diantaranya rehabilitasi mangrove, penanaman terumbu karang buatan, pemasangan rumpon dasar, pemasangan rumah ikan, serta sosialisasi terkait kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan (Tabel 9). 49

51 Tabel 9. Potensi Lingkungan di Kabupaten Lamongan Tahun 2015 N PROGRAM/ O KEGIATAN 1 Rehabilitasi(p enana man mangrove) 2 Penanaman terumbu karang buatan 3 Pemasangan rumpon dasar 4 Pemasangan Rumah Ikan 5 Pembentukan / pembinaan Kelompok Masyarakat Pengawas KP 6 Patroli Laut terpadu (Dinas PK, Polair, AL, LOKASI Desa Sedayulaw as Desa Sedayulaw as Desa Sedayulaw as Desa Kranji Desa Labuhan Desa Labuhan Desa Labuhan Desa Kranji Desa Kemantren Desa Sedayulaw as Desa Sedayulaw as Desa Sedayulaw as Kec. Paciran dan Kec. Brondong Kec. Paciran dan Brondong SUMBER DANA APBD Kabupa- Ten APBD Provinsi APBD Kabupaten VOL./ PEMAN JUMLAH FAAT btg Masyaraka t pesisir btg Masyaraka t pesisir btg Masyaraka t pesisir APBN btg Masyaraka t pesisir APBD Provinsi TAHUN Potensi secara Umum Sudah adanya mangrove center di desa Sedayu Lawas 2. Sudah terbentuknya Pokmaswas Kesadaran masyarakat nelayan menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan Munculnya kesadaran masyarakat terkait pemilahan sampah dan penghijauan lingkungan 5. Sudah adanya alat angkut sampah. Permasalahan Umum 1. Kebiasaan masyarakat pesisir membuang sampah di laut (kesadaran masih rendah) 2. Masih belum adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah 3. Masih banyaknya alat tangkap yang tidak ramah lingkungan 4. Alih fungsi lahan mangrove, karena digunakan untuk daerah industri Masih adanya industri yang membuang limbah ke laut 3 unit Nelayan Terjadinya konflik antar nelayan karena alat tangkap yang berbeda DAK 6 unit Nelayan 2014 DAK 6 unit Nelayan 2015 DAK 50 unit nelayan 2009 DAK 50 unit nelayan 2010 DAK 50 unit nelayan 2011 DAK 25 unit nelayan 2015 APBD Prov 50 unit nelayan 2012 DAK 30 unit nelayan 2013 DAK 30 unit nelayan 2014 APBD Kab., rutin 8 Tiap Prov, DAK Pokmaswa tahun s APBD Kab rutin Tiap tahun 50

52 Kamladu) 7 Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir 8 Sosialisasi Peraturan/ Undangundang KP 9 Penanaman terumbu karang 10 Sosialisasi Permen KP no. 1 dan 2 11 Pembinaan dan penilaian/audi t Cara Budidaya Ikan Yang Baik 12 Perijinan Usaha Perikanan 13 Bantuan alat tangkap ramah lingkungan 14 Terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No.11 tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi di Kabupaten Lamongan 15 Lamongan Green And Clean (LGC) Kec. Paciran dan Brondong Kec. Paciran dan Brondong Kec. Brondong Kec. Paciran dan Brondong Kec. Paciran dan Brondong Kec. Paciran dan Brondong Kec. Paciran dan Brondong Kabupaten Lamongan Kab Lamongan APBN 2014 APBD Kab. Dan Prov. Pasukan Marinir Sumber : Data primer diolah, 2015 rutin Masyaraka t perikanan Tiap tahun Nelayan 2015 APBD Kab Nelayan 2015 APBD Kab rutin Pembudid aya ikan APBD Kab rutin Pelaku utama dan pelaku usaha perikanan APBD Kab., Prov. - Tiap tahun Tiap tahun rutin Nelayan Tiap tahun APBD Kab rutin Masyaraka t Lamongan Identifikasi Status dan Permasalahan Pengembangan Ekonomi Kawasan Pada awal tahun 2015, telah di berlakukan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang pelarangan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan dengan spesifikasi yang merusak. Salah satunya yaitu alat tangkap cantrang dan banyak digunakan oleh nelayan di Kabupaten Lamongan. Hampir lebih dari 50% kapal kapal cantrang yang beroperasi di Kabupaten Lamongan berhenti beroperasi. Akibatnya, ratusan nelayan terpaksa berhenti melaut dan tidak punya pekerjaan. Kondisi tersebut memperparah nasib kehidupan nelayan di Kabupaten Lamongan, karena sebelum kebijakan tersebut diberlakukan, kehidupannya juga sudah sulit. Banyak permasalahan yang ada sulit diselesaikan. Permasalahan kemiskinan terutama dirasakan oleh nelayan skala kecil yang memiliki armada < 5GT, terjadi ketimpangan yang tinggi antara nelayan kecil dan besar. Permasalahan pengurasan sumberdaya karena beroperasinya kapal- 51

53 kapal besar (kapal freezer) dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Permasalahan sumberdaya manusia yang secara umum masih berpengetahuan rendah, sehingga sulit untuk meampaikan inovasi teknologi. Permasalahan finansial yaitu dengan semakin meningkatnya biaya operasional melaut, sehingga usaha penangkapan bukan lagi sebagai usaha yang menguntungkan. Secara lebih rinci, permasalahan nelayan yang ada di Kabupaten Lamongan dapat dilihat dalam tabel 10 di bawah. Dampak kebijakan peraturan menteri kelautan dan perikanan juga pada industri pengolahan produk perikanan yang menggantungkan usahanya pada hasil tangkapan nelayan. Pada kondisi tersebut terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) karena industri perikanan tidak berproduksi. Tabel 10. Permasalahan, Kebutuhan dan Bentuk penyadaran yang Dapat Dilakukan Terhadap nelayan Permasalahan Kebutuhan Penyadaran Sumberdaya alam Terjadi penurunan produksi hasil tangkapan ikan Perbaikan cara penangkapan ikan Kegiatan penyuluhan Sumberdaya Manusia Untuk nelayan skala kecil berpendidikan masih rendah Peningkatan kapasitas nelayan Pelatihan Sosial Kelembagaan Sistem gotong royong, kekeluargaan, dan kepercayaan yang kuat Percontohan satu atau dua orang nelayan untuk di beri teknologi alternatif Pendampingan Finansial Terjadi peningkatan biaya operasional, sehingga usaha penangkapan tidak lagi menguntungkan Mencari alternatif usaha selain menangkap ikan Fasilitasi akses lembaga permodalan Lingkungan Dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap pengurasan sumberdaya karena membolehkan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan Harus ada pelarangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan Masukan kebijakan Teknologi Teknologi penangkapan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan Perubahan alat tangkap yang digunakan Kaji terap 4.3 Identifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah/pengembangan gagasan. Dari permasalahan yang ada tersebut, diperlukan suatu upaya yang bertujuan untuk mengurangi dampak dari implementasi kebijakan serta kondisi permasalahan yang ada. Pemecahan permasalahan dilakukan dengan melibatkan Klinik Iptek Minabisnis (KIMBis) yaitu 52

54 kelembagaan yang berfungsi sebagai kelembagaan inovasi dan penyampai teknologi kelautan dan perikanan dan sebagai lembaga bisnis melalui kegiatan brainstorming dengan pengambil kebijakan yang ada di lokasi seperti Dinas Perikanan dan Kelautan. Kegiatan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan sumberdaya yang ada baik pada KIMBis maupun pada pengambil kebijakan di daerah. Dari hasil brainstorming yang dilakukan, maka diidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah yang ada untuk kemudian ditentukan bersama alternatif pemecahan masalah yang dirasa paling memungkinkan untuk dikerjakan. Beberapa alternatif kegiatan yang terpilih dapat dilihat seperti pada tabel di bawah. Tabel 11. Alternatif Pemecahan Masalah Kegiatan Jeneis kegiatan Sasaran Pendampingan teknologi Pendampingan teknologi Isteri nelayan diversifikasi olahan ikan Studi banding Studi banding ke lokasi usaha yang sesuai dengan potensi yang ada (ke Kota Tegal) Nelayan, Pengurus KIMBis 4.4 Pelaksanaan Aksi Kegiatan Pemecahan Masalah Kegiatan penelitian Model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi di Lamongan pada tahap identifikasi unsur pembentuk model. Salah satu tahap kegiatan pada tahap ini adalah Peningkatan Peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi. Morgan dan Hunt (1994) memberikan pengertian co-operation sebagai situasi dimana setiap pihak dalam organisasi terlibat secara bersama-sama untuk mencapai tujuan organisasi. Pelaksanaan aksi kegiatan pemecahan masalah dilakukan dengan studi banding ke Kota Tegal yang mempunyai kesamaan tipologi perikanan yaitu perikanan tangkap pelagis kecil. Berikut hasil kegiatan yang dilakukan: 1. Penanganan produksi ikan hasil tangkapan Dipasarkan dalam bentuk ikan beku dengan tujuan daerah Jakarta Dijual dalam bentuk segar untuk konsumsi lokal Diolah menjadi fillet ikan segar yang dijual ke Brebes, Cirebon, Pemalang, Indramayu, Jakarta, serta Lampung, dan Medan serta Palembang untuk dijadikan bahan baku kerupuk, bakso dan otak-otak; Dalam bentuk ikan panggang/asap untuk konsumsi Kota Tegal Ikan asin kering yang dijual ke daerah Jakarta 53

55 Diolah menjadi tepung ikan 2. Peningkatan kooperator dengan pendirian koperasi Jenis produk olahan hasil perikanan di Kota Tegal sebagian besar sama dengan jenis olahan hasil perikanan di Kabupaten Lamongan. Namun pemasaran produk olahan Kota Tegal lebih luas jangkauannya daripada Kabupaten Lamongan, begitupun harganya lebih tinggi. Strategi yang dilakukan untuk pengembangan usaha olahan hasil perikanan di Kota Tegal yaitu (1) mendirikan outlet-outlet sebanyak mungkin dan diawal pendirian mendapatkan keuntungan yang kecil terlebih dahulu (Rp 500,-/kemasan); (2) tidak membutuhkan tenaga kerja untuk pengolahan (asal produk dari mitra usaha) dan penjualan menggunakan tenaga kerja karyawan toko yang menjual hasil olahan titipan; (3) meminta dukungan pemda terkait kewajiban menggunakan menu olahan hasil perikanan pada acaraacara rapat pemerintah daerah. Pendirian koperasi bagi nelayan maupun pengolah hasil perikanan tidak akan terasa berat jika segera di mulai. Dari syarat-syarat pendirian koperasi yang ada dalam format isian, satu per satu di penuhi. Modal awal adalah niat dan kemauan yang kuat dalam memajukan koperasi. Pengurus koperasi tidak boleh melakukan pelanggaran agar tidak dicontoh oleh anggota koperasi yang lain. Modal awal meminjam dari bank dengan jaminan kuat dari salah satu pengurus koperasi yang berkemauan sangat kuat. 3. Pemasaran Ikan Pelagis Kecil Praktek lapangan terhadap pemasaran ikan pelagis kecil yang ada di Kota Tegal mulai dari hulu ke hilir. Penjualan ikan dilakukan berdasarkan lelang. Lelang yang ada dibagi menjadi dua yaitu : 1. Lelang murni untuk ikan basah. Pemasaran ikan basah ini ke Bandung, Jakarta, Lokal, Cilacap dan Palembang sebagai konsumsi dan bahan baku industry pempek. 2. Lelang langsung untuk ikan beku (cumi-cumi) dengan pemasaran ke Jakarta. Rantai pemasaran yang ada di PPP Tegalsari yaitu : Nelayan TPI Pengepakan Ikan Bandung, Jakarta, Lokal, Cilacap Perusahaan fillet Bandung, Jakarta, Lokal, Palembang 54

56 Pengolahan Ikan (bakso, nugget, pempek, ekado, lumpia, otak-otak, kaki naga, krupuk) Jakarta, Bekasi, Semarang, Lokal Pengurus/enumerator dari Kabupaten Lamongan melakukan studi banding ke TPI dan pengepakan ikan dan praktek lapangan ke perusahaan fillet dan olahan hasil perikanan serta memahami trik-trik dalam pemasaran hasil perikanan, sehingga diharapkan memberikan manfaat Kabupaten Lamongan khususnya di Kecamatan Paciran untuk memajukan industri pengolahan hasil perikanan. 55

57 BAB V. DESKRIPSI MODEL GENERIK HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 5.1 Prototipe Rancang Bangun Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada gambar di bawah dijelaskan mengenai prototipe rancang bangun model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi merupakan model yang berawal dari kelembagaan eksisting pada lokasi yang dijadikan sebagai kawasan pemberdayaan masyakarat di Kabupaten Lamongan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis). Gambar 2. Prototipe Rancang Bangun Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Dalam KIMBis terdapat kelembagaan eksisting yang didalamnya terdiri dari 2(dua) kelembagaan yaitu kelembagaan sistem inovasi IPTEK dan kelembagaan sistem bisnis perikanan. Dengan kedua kelembagaan tersebut menjadi dasar dalam pembentukan model pengembangan ekonomi kawasan. Berdasarkan kelembagaan eksisting tersebut selanjutnya dilakukan identifikasi sebagai input dalam pengembangan ekonomi kawasan. Input tersebut adalah pemetaan status, identifikasi masalah dan ketersediaan teknologi. Pemetaan status meliputi SDM, SDP dan lingkungan, finansial, sosial dan kelembagaan; identifikasi masalah yang indikatornya sama dengan pemetaan status. selanjutnya adalah ketersediaan teknologi yang berasal dari Balitbang KP, non Balitbang KP dan sistem inovasi daerah. Berdasarkan input tersebut selanjutnya dilakukan proses yang meliputi kaji terap, penilaian kelayakan teknologi, temu iptek, studibanding pembentukan model dan analisis data dan perumusan model. Dengan melalui proses tersebut maka akan menghasilkan produk, pasar an pemasaran sesuai dengan yang diharapkan. 56

58 5.2 Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Di Kabupaten Lamongan Gambar3. Model Pengembangan Ekonomi Kawasan berbasis Teknologi Adaptif di Kabupaten Lamongan Pengembangan ekonomi kawasan berawal dengan melihat potensi wilayah dan potensi lainnya yang ada di Kabupaten Lamongan. Potensi wilayah yang meliputi SDA, komoditas perikanan, SDM seprti skill dan tenaga kerja, sedangkan potensi lainnya diantaranya lingkungan, sosial budaia, usaha ekonomi dan sarana dan prasarana. Selain itu pula ada peran berbagai pihak diantaranya balitnag KP, Balitbangda dan perguruan tinggi. Adanya Kimbis yang berfungsi sebagai fasilitator yang menjembatani berbagai potensi dan peran stakeholder yang ada di kabupaten Lamongan. KIMBis di dalamnya berperan sebagai kelembagaan inovasi dan kelembagaan bisnis. Kelembagaan inovasi dengan mengadopsi teknologi Balitbang melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan, ketepatgunaan teknologi dan studi banding, sedangkan kelembagaan bisnis dengan mengadakan outket-outlet pemasaran produk olahan mitra KIMBis dengan berbagai olahan produk perikanan. Kegiatan KIMBis ini lebih fokus pada kegiatan perikanan tangkap laut dengan basis komoditas pelagis kecil. Kegiatan KIMBis ini tentunya perlu dukungan dari berbagai pihak diantaranya lembaga keuangan baik formal dan non formal dan instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikana dan Disperindag dan pihak pengusaha baik lokal dan luar daerah. Diharapkan dengan kegiatan KIMBis ini akan menghasilkan output dari sisi pasar (lokal dan luar kota), produk (penambahan jumlah dan jenis olahan produk hasil 57

59 perikanan dan pemasaran (outlet dan distributor) sehingga pada akhirnya berdampak pada peningkatan kapasitas usaha dan peningkatan ekonomi kawasan. Kelembagaan Inovasi Pengolahan Produk Perikanan Seperti dijelaskan pada model di atas, maka secara rinci dijelaskan bahwa KIMBis memiliki dua peran yaitu sebagai kelembagaan inovasi dan kelembagaan bisnis. Dalam kelembagaan inovasi seprti pada gambar di bawah ini, input dari kelembagaan inovasi ini adalah berbagai produk pengolahan dimana produk olahan yang lebih dominan pada olahan kerupuk, yang selanjutnya dengan teknologi inovasi adaptif dari Balitbang KP, Dinas Kelautan dan perikanan dan Balitbangda akan menghasilkan diversifikasi produk olahan lainnya seperti bakso, tiktik, otak-otak, abon dan lain lain. Gambar 4. Kelembagan Inovasi Pengolahan Produk Perikanan di Kecamatan Paciran Tidak hanya diversifikasi produk namun juga terjadi peningkatan keahlian sebagai narasumber dalam berbagai pelatihan produk perikanan di Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian output yang dihasilkan adalah peningkatan produksi sebesar 85%, pendapatan sebesar 50% dan nilai tambah yang dihasilkan dari produk olahan serta dari sisi pengurus akan terjadi peningkatan skill/ketrampilan. 58

60 Kelembagaan Bisnis Pengolahan Berbeda halnya dengan kelembagaan bisnis pengolahan produk perikanan, dimana KIMBis Lamongan pada kelembagaan ini berfungsi sebagai fasilitator seprti yang dijelaskan pda gambar dibawah ini. Gambar 5. Kelembagan Bisnis Pengolahan Produk Perikanan di Kecamatan Paciran KIMBis yang merupakan kelembagaan bisnis dengan memfalisitasi berbagai produk olahan dari masyarakat yang ditampung oleh KIMBis dan selanjutnya dipasarkan dengan menggunakan berbagai media pemasaran seperti melalui online, agen, oytlet dan pameran, sehingga terjadi perluasan pasar yang sebelumnya bersifat lokal yang hanya mencakup wilayah kecamatan Paciran menjadi lingkup yang lebih luas seperti Jakarta, Kalimantan dan Surabaya. Dengan ourput yang dihasilkan makan berdampak pada perluasan jaringan pasar, akses pasar menjadi lebih besar dan tentunya terjadi peningkatan keuntungan sebesar

61 BAB VI. EVALUASI TENTANG KINERJA KIMBis 6.1 Keragaan Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan Jenis Teknologi Balitbang KP Teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kelautan dan Perikanan telah disebarkan dan digunakan oleh masyarakat nelayan sebagai kelompok sasaran KIMBis Kabupaten lamongan. Masyarakat sebagai kelompok sasaran terdiri atas 2 (dua) kelompok sesuai dengan target penggunaan teknologi yaitu kelompok pengolahan produk dan kelompok budidaya pakan alternatif. Jenis teknologi yang diberikan kepada kelompok pengolah produk perikanan dan pembudidaya disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Jenis Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan No Kelompok Jenis Teknologi 1 Pengolahan produk perikanan 1. Spiner 2. Siller 3. Freezer 4. Pengaduk adonan kerupuk 5. Pengupas ikan 6. Pemotong kerupuk 2 Budidaya Pakan alternatif Sumber : data primer diolah (2015) Asal bahan baku Pengolahan Produk hasil Perikanan Pada pengolahan produk perikanan, ikan yang merupakan sumber bahan baku merupakan hal yang sangat penting dalam keberlanjutan usaha pengolahan produk hasil perikanan. Asal Bahan Baku Pengolahan Ikan 13% 25% 12% 50% nelayan pasar tpi pedagang Gambar 6. Asal Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Kabupaten Lamongan Sumber : data primer diolah (2015) Dalam hasil survey yang diperoleh ternyata bahan baku yang diperoleh kelompok masyarakat sebagai pengolah produk hasil perikanan berasal dari berbagai sumber yaitu 60

62 berasal dari nelayan, pasar, TP dan pedagang. Dari berbagai sumber tersebut asal bahan baku yang diperoleh kelompok pengolah adalah yang berasal dari nelayan sebanyak 50%, selanjutnya berasal dari pedagang sebesar 25%, terakhir berasal dari TPI dan pasar masingmasing sebesar 13% dan 12%. Asal Bahan Baku Budidaya Pakan Alternatif Berdasarkan hasil wawancara dan obersevasi di lapang diperoleh data dan informasi bahwa bahan baku budidaya pakan sebagian besar diperoleh dengan membeli di toko-toko yaitu sebesar 57%. Toko-toko yang menyediakan bahan baku pakan alternatif tersebut berada di lokasi sekitar Kecamatan Paciran. Selain membeli di pasar, pembudidaya juga membeli pakan alternatif tersebut di tengkulak yaitu sebesar 43%. Asal Baku Budidaya Pakan Alternatif 57% 43% Tengkulak Toko Gambar 7. Asal Bahan Baku Budidaya Ikan menggunakan Pakan Alternatif di Kabupaten Lamongan Sumber : data primer diolah (2015) Pembelian bahan baku pakan alternatif di tengkulak biasanya terjadi apabila stok bahan baku pakan yang dijual di toko-toko sudah habis, sehingga menyebabkan mengharuskan pembudidaya membeli di tengkulak demi keberlangsungan usaha budidayanya. Sumber Teknologi Dalam usaha perikanan baik usaha pengolahan produk hasil perikanan dan budidaya diperlukan teknologi yang mendukung keberhasil usaha tersebut. 61

63 Sumber Teknologi Pengolahan dan Budidaya di Kab. Lamongan 15% 15% 41% Balitbang KP Dinas KP 29% Universitas Dinas perindustrian Gambar 8. Sumber Teknologi Pengolahan dan Budidaya di Kabupaten Lamongan Sumber : data primer diolah (2015) Selama ini teknologi yang digunakan oleh kelompok masyarakat baik masyarakat pengolah produk hasil perikanan maupun masyarakat budidaya yang selama ini digunakan berasal dari berbagai sumber. Sumber teknologi yang terbesar digunakan oleh kelompok masyarakat (pengolah dan budidaya) adalah berasal dari balitbang Kelautan dan perikanan sebesar 41%, selanjutnya sumber teknologi yang berasal Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lamongan sebesar 29% dan sumber teknologi dari universitas dan Dinas Perindustrian setempat yaitu masing-masing 15%. Pemasaran Produk Olahan KIMBis Lamongan Produk olahan hasil perikanan yang merupakan output dari masyarakat kelompok sasaran KIMBis Lamongan selanjutnya dipasarkan ke berbagai media pemasaran. Ada beberapa media yang dilakukan oleh masyarakat pengolah untuk memasarkan produk hasil perikanan yang telah dibuat. Dari berbagai media pemasaran yang ada, sebagian besar kelompok pengolah menjual hasil olahan kepada pelanggan yang sudah melakukan pemesanan terlebih dahulu yaitu sebesar 32%. 62

64 Pemasaran dari produk Olahan KIMBis Kab. Lamongan Pengumpul/Warung Makan Tempat wisata Pesanan Tengkulak Pasar tradisional Pameran IT (online) 5% 5% 5% 16% 16% 21% 32% 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 Persentase Gambar 9. Pemasaran dari Produk Olahan KIMBIs di Kabupaten Lamongan Sumber : data primer diolah (2015) Pemasaran melalui pelanggan ini sangat mudah dilakukan karena baik antara pengolah maupun pelanggan yang memesan produk olahan mereka sudah saling mengenal, sehingga hal ini memudahkan pengolah untuk menjual produk olahannya. Media pemasaran lainnya yang digunakan oleh pengolah dalam menjual produk olahannya adalah melalui pasar tradisional yang berada di sekitar tempat tinggal. Pasar tradisional tersebut menduduki peringkatb kedua yaitu sebesar 21%, selanjutnya media tengkulak dan pameran dengan persentase masingmasing sebesar 16%, dan terakhir media pemasaran seperti warung makan, tempat wisata dan media online dengan presentase masing-masing sebesar 5%. Sumber Informasi Pasar Baik dalam usaha pengolahan produk hasil perikanan maupun usaha budidaya tentunya membutuhkan berbagai sumber informasi pasar yang berguna dalam usaha untuk memasarkan produknya setelah dilakukan pengolahan ataupun dilakukan pembudidayaan. Sumber Informasi Pasar dalam Usaha Pengolahan/Budidaya 8% 83% 9% Perusahaan Tetangga, Teman, Saudara Gambar 10. Sumber Informasi Pasar dalam Usaha Pengolahan dan Budidaya di Kabupaten Lamongan 63

65 Skor Berbagai wawancara yang diperoleh bahwa sebagian besar sumber informasi pasar yang mendukung usaha (pengolahan dan pembudidayaan) berasal dari pemerintah baik Dinas Kelautan dan perikanan dan Balitbang KP) sebesar 84%, selanjutnya sumber informasi pasar lainnya diperoleh baik dari perusahaan maupun teman/tetangga/saudara yaitu masing-masing sebesar 8%. 6.2 Respon Masyarakat Penerima Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan Respon masyarakat penerima teknologi adaptif balitbang KPbaik teknologi adaptif pengolahan produk hasil perikanan maupun teknologi budidaya pakan alternatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pendapat atau tanggapan masyarakat nelayan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan teknologi adaptif yang berasal dari Balitbang Kelautan dan Perikanan melalui respon penerima teknologi terhadap tingkat pemahaman dan tingkat pemanfaatan teknologi adaptif Balitbang KP. Respons Masyarakat terhadap Teknologi Balitbang 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 18,00 Pemahaman 14,4 Pemanfaatan Gambar 11. Respon Masyarakat terhadap Teknologi Balitbang KP di Kabupaten Lamongan Sumber : Data primer diolah, 2015 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ternyata tingkat pemahaman penerima terhadap teknologi adaptif Balitbang KP tergolong tinggi dengan skor 18, sedangkan jika dibandingkan dengan tingkat pemanfaatan teknologi adaptif Balitbang, maka tingkat pemanfaatannya tergolong sedang yaitu dengan skor 14,4. 64

66 Tingkat Pemahaman Tingkat Pemanfaatan Tingkat Pemahaman Tingkat Pemanfaatan Tingkat Pemahaman Tingkat Pemanfaatan Tingkat Pemahaman Tingkat Pemanfaatan Tingkat Pemahaman Tingkat Pemanfaatan Skor Respon terhadap Teknologi Pengolahan Balitbang KP Selanjutnya, dari hasil wawancara mengenai respon terhadap teknologi yang diberikan Balitbang KP, dilihat secara rinci mengenai respon masyarakat pengolah terhadap teknologi pengolahan yang berasal dari Balitbang KP. Pada gambar di bawah terlihat bahwa secara umum tingkat pemahaman terhadap teknologi pengolahan Balitbang sangat tinggi. Akan tetapi jika dilihat berdasarkan tingkat pemanfaatan terlihat bahwa dari berbagai produk olahan yang disebarkan oleh Balitbang KP kepada masyarakat kelompok pengolahan hasil produk perikanan sangat bervariasi. Tingkat pemanfaatan terbesar terhadap teknologi pengolahan produk hasil perikanan adalah teknologi pengolahan kerupuk dengan skor 2,67, selanjutnya pemanfaatan teknologi bakso dan otak dengan skor masing-masing sebesar 2,44 dan terakhir pemanfaatan teknologi olahan produk tik-tik dan abon dengan skor masing-masingg 2, ,5 2 1,5 1 0,5 0 Respon Terhadap Teknologi Pengolahan Balitbang KP 3 2,67 3 2,44 3 2,22 3 2,44 3 2,22 kerupuk Bakso Tiktik Otak-otak Abon Gambar 12. Respon Masyarakat terhadap Teknologi Pengolahan Balitbang KP di Kabupaten Lamongan Sumber : Data primer diolah, 2015 Tingkat Pemanfaatan Teknologi ( Produk Hasil Perikanan dan Budidaya) Berbagai produk olahan hasil perikanan dan hasil budidaya yang merupakan hasil output dari penerapan teknologi Balitbang KP, dimana hal ini terkait dengan tingkat pemanfaatan teknologi yang diberikan kepada masyarakat kelompok sasaran. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi pengolahan produk kerupuk memiliki tingkat pemanfaatan yang tinggi kepada kelompok pengolah dengan skor 2,67. 65

67 SKor Tabel 13. Sebaran Kategori Tingkat Pemanfaatan Teknologi Balitbang KP No Produk Olahan Interval Skor Skor Kategori 1 Kerupuk < 2,32 = Rendah 2,67 Tinggi 2 Bakso 2,44 Sedang 3 Tiktik 2,33 2,66 = 2,22 Rendah 4 Otak-otak Sedang 2,44 Sedang 5 Abon 2,67 3 = Tinggi 2,22 Rendah 6 Pakan Alternatif 2,40 Sedang Sumber: Data primer diolah (2015) Selanjutnya dengan produk bakso dan otak-otak yang tingkat pemanfaatan teknologinya sebesar 2,44 dan 2,40, selanjutnya tingkat pemanfaatan teknologi balitbang lainnya dengan kategori sedang adalah budidaya pakan alternatif dengan tingkat pemanfaatannya sedang dengan skor 2,40, terakhir adalah tingkat pemanfaatan teknologi produk olahan tiktik dan abon dengan skor masing-masing 2,22 yang termasuk dalam kategori rendah. Tingkat Pemanfaatan Teknologi Balitbang 3,00 2,50 2,67 2,44 2,22 2,44 2,22 2,40 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 kerupuk Bakso Tiktik Otak-otak Abon Pakan Alternatif Gambar 13. Tingkat Pemanfaatan Teknologi Balitbang KP di Kabupaten Lamongan Sumber : Data primer diolah, 2015 Seperti halnya dengan tabel yang telah dijelaskan di atas sebelumnya, gambar ini lebih memperjelas kondisi tingkat pemanfaatan teknologi yang disebarkan oleh Balitbang KP dimana pemanfataan teknologi produk olahan kerupuk memiliki kategori pemanfataan yang tinggi yaitu dengan skor 2,67, selanjutnya tingkat pemanfaatan teknologi produk olahan bakso dan otakotak dengan kategori sedang (skor 2,44), pakan alternatif dengan tingkat pemanfataan teknologi yang masuk kategori sedangn dengan skor 2,40, selanjutnya adalah tingkat 66

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Draft Rekomendasi Kebijakan Sasaran: Perikanan Budidaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Seri

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INTEGRASI MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI, DAN BLUE ECONOMY

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN PENYULUHAN

KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN PENYULUHAN AN KELAUTAN DAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN AN Oleh : KUSDIANTORO Kepala Bidang Program dan Monev, Pusat Penyuluhan KP Disampaikan pada acara Temu Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Lebih terperinci

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 2014 PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN Oleh : Budi Wardono, Istiana, A.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 NOMOR SP DIPA-32.11-/217 DS3194-532-4847-285 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/SJ/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN

SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN 2013/11/02 08:31 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PEMANTAPAN SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN Mendiskusikan sistem penyuluhan perikanan yang membumi

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 2 PENINGKATAN EFEKTIVITAS KINERJA PENYALURAN BLM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA (PUMP-PB)

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 2 PENINGKATAN EFEKTIVITAS KINERJA PENYALURAN BLM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA (PUMP-PB) NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 2 PENINGKATAN EFEKTIVITAS KINERJA PENYALURAN BLM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA (PUMP-PB) RINGKASAN Kinerja input, proses dan output PNPM-PB secara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN Oleh: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UMKM KOTA PEKALONGAN 2016 DAFTAR ISI Prakata Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Kata Kunci : Percepatan pembangunan, IFAS, EFAS, SWOT

Kata Kunci : Percepatan pembangunan, IFAS, EFAS, SWOT Analisis Swot Percepatan Pembagunan Kota Kediri Suhardi 1, Sigit Wisnu S.B. 2, Linawati 3 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri Suhardi.19@gmail.com, sigitwisnu@unpkediri.ac.id,linawati@unpkediri.ac.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan dua per tiga wilayahnya berupa perairan dan mempunyai potensi sumber daya ikan sekitar 6,4 juta ton/tahun. Dengan besarnya potensi tersebut

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG NOMOR : 180/1918/KEP/421.115/2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 RANCANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RAPAT KERJA TEKNIS (Rakernis) KELAUTAN DAN PERIKANAN Tahun 2014 dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Kalimantan Timur di Aula Kantor Walikota

Lebih terperinci

Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1

Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1 Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1 Oleh: Mochamad Wekas Hudoyo, APi, MPS Anggota Komisi Penyuluhan

Lebih terperinci

SINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

SINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN SINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Oleh : Ir.Sumardi S. M.Ed dan Dr Soen an HP Komisi Penyuluhan Perikanan Nasional Disampaikan

Lebih terperinci

LAPORAN TEKNIS PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI LOMBOK TIMUR DAN LOMBOK TENGAH

LAPORAN TEKNIS PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI LOMBOK TIMUR DAN LOMBOK TENGAH LAPORAN TEKNIS PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI LOMBOK TIMUR DAN LOMBOK TENGAH Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH Fahrur Razi dan Dewi Astuti Sartikasari (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan,

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Upaya Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Penyerahan wewenang urusan pemerintahan kepada Daerah Otonom

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DAERAH URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang merupakan badan atau organisasi

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY Oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Tanpa tindakan konservasi dan pengelolaan, sektor

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim. Sebagai wilayah dengan dominasi lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di bidang perikanan dan kelautan.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian RENCANA STRATEGIS Perekayasaan Mekanisasi Pertanian 2015-2019 BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 15 RENCANA STRATEGIS PENELITIAN

Lebih terperinci

I-227. Naskah Saran Kebijakan : Ringkasan

I-227. Naskah Saran Kebijakan : Ringkasan I-227 Naskah Saran Kebijakan : STRATEGI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR KUPANG MELALUI PENERAPAN DAN DIFFUSI TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT, 2012 1 Ringkasan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017 Rapat Koordinasi Terpadu Perikananan Budidaya 2017 dilaksanakan pada tanggal 7-10 Mei 2017 di Grand Serpong Hotel, Kota Tangerang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Industrialisasi. Kelautan. Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012

Lebih terperinci

insentif, penyelenggaraan program iptek, dan pembentukan lembaga.

insentif, penyelenggaraan program iptek, dan pembentukan lembaga. I. PENDAHULUAN Konsepsi Model Pengembangan Klaster Inovasi Berbasis Produk Unggulan Daerah (PUD) merupakan bagian tak terpisahkan dengan Sistem Inovasi Daerah (SIDa). Dirancangbangun secara holistik dengan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/I/2016

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/I/2016 PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/I/2016 TENTANG RENCANA KERJA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

Laporan Kemajuan INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MODEL PERMUKIMAN BERBASIS EC0-SETTLEMENTS

Laporan Kemajuan INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MODEL PERMUKIMAN BERBASIS EC0-SETTLEMENTS Laporan Kemajuan INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MODEL PERMUKIMAN BERBASIS EC0-SETTLEMENTS Sri Astuti PAKET INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG : PROTOTYPE TEKNOLOGI Bidang Prioritas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 OLEH : DRS. HADJI HUSEN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI NTT BADAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 2016 DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN PELALAWAN TARGET KEGIATAN

PERUBAHAN RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 2016 DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN PELALAWAN TARGET KEGIATAN PERUBAHAN RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 2016 DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN PELALAWAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN TARGET

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 13 Juli 2017

Revisi ke 02 Tanggal : 13 Juli 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 1. Visi Menurut Salusu ( 1996 ), visi adalah menggambarkan masa depan yang lebih baik, memberi harapan dan mimpi, tetapi juga menggambarkan hasil-hasil yang memuaskan. Berkaitan

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi yang telah ditetapkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pelalawan adalah Menjadi Fasilitator dan Penggerak Ekonomi Masyarakat Perikanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017 Forum SKPD oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Yogyakarta, 28 Maret 2016 Outline 1. Potensi dan Permasalahan Pembangunan Sektoral 2. Isu Strategis

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta, 3 September 2014

Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta, 3 September 2014 Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Jakarta, 3 September 2014 1 1. Sesuai dengan UU 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan: rencana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

LAPORAN TEKNIS KEGIATAN. Program Rintisan Pengembangan Kelembagaan Dan Perekonomian Kawasan Berbasis IPTEK (KIMBis Indramayu)

LAPORAN TEKNIS KEGIATAN. Program Rintisan Pengembangan Kelembagaan Dan Perekonomian Kawasan Berbasis IPTEK (KIMBis Indramayu) LAPORAN TEKNIS KEGIATAN Program Rintisan Pengembangan Kelembagaan Dan Perekonomian Kawasan Berbasis IPTEK (KIMBis Indramayu) BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi

Lebih terperinci

PEGAWAI TIDAK TETAP (S1) DAN PEGAWAI TIDAK TETAP LAINYA (SLTA/SMK) BIDANG KELAUTAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN

PEGAWAI TIDAK TETAP (S1) DAN PEGAWAI TIDAK TETAP LAINYA (SLTA/SMK) BIDANG KELAUTAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEMENTERlAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (S1) DAN PEGAWAI TIDAK TETAP LAINYA (SLTA/SMK) BIDANG KELAUTAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN TAHUN ANGGARAN 2015 .. I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan

Lebih terperinci

FORM D A. URAIAN KEGIATAN

FORM D A. URAIAN KEGIATAN FORM D A. URAIAN KEGIATAN Latar Belakang Masalah Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Namun, dalam pengembangan mengalami kendala biaya usahatani yang

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

2 yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari masingmasing unit kerja eselon I terkait. PUMP, PUGAR, dan PDPT merupakan upaya ke

2 yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari masingmasing unit kerja eselon I terkait. PUMP, PUGAR, dan PDPT merupakan upaya ke LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

Rakernis BPSDM KP dihadiri oleh 162 orang peserta. Bertindak sebagai narasumber antara

Rakernis BPSDM KP dihadiri oleh 162 orang peserta. Bertindak sebagai narasumber antara http:/ //www.kilasfoto.com Targetkan kurangi kemiskinan dipesisir Bandung,kilasfoto.com - Dalam rangka menajamkan hasil Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan panjang garis pantai sekitar 18.000 km dan jumlah pulau

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81 05. A. KEBIJAKAN PROGRAM Arah kebijakan program pada Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan diarahkan pada Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan secara Optimal, dengan tetap menjaga

Lebih terperinci