BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang digolongkan kronis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang digolongkan kronis"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang digolongkan kronis yang sering diderita penduduk Indonesia dengan ditandai adanya peningkatan kadar glukosa darah diatas nilai normal karena pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau metabolisme tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. DM adalah penyakit yang tidak menular akan tetapi diprediksi akan meningkat jumlahnya di masa depan. World Health Organization (WHO) memprediksi semakin lama akan meningkat pengidapnya, pada tahun 2000 pengidapnya berjumlah orang. Pada kurun waktu 30 tahun kedepannya jumlah tersebut akan terus meningkat menjadi pengidapnya atau peningkatannya mencapai 114%. Hasil survey terakhir WHO, negara-negara di Asia Tenggara menunjukkan peningkatan tertinggi jumlah pengidap DM, termasuk Indonesia yang jumlahnya terbanyak dan menempati peringkat pertama di Asia Tenggara serta peringkat lima sedunia dengan pengidap DM sebanyak orang pada tahun 2000 dan diprediksi mengalami peningkatan sebanyak 152 % dengan orang (Anonim, 2012). Kebanyakan kasus diabetes melitus yang ditemui adalah DM tipe 2 dengan keterangan tersebut banyak ditandai adanya resisten insulin. Sensitivitas insulin yang turun tidak akan menyebabkan DM secara langsung. Sel β pankreas penghasil insulin masih mampu menstabilkan kadar glukosa dalam darah yang berlebih sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi normal. Namun jika tidak 1

2 2 diatasi akan dapat berubah menjadi DM tipe 2 (Soegondo, 2006). Resistensi insulin banyak disebabkan oleh obesitas yang ditandai dengan kadar lemak yang tinggi dalam tubuh. Salah satu kemungkinan efek samping obesitas adalah perlemakan hati, hal ini akan memacu meningkatnya kadar SGOT (Serum Glutamic Oxalocetic Transminase) dan SGPT (Serum Glutanic Piruvic Transminase). Kelimpahan aneka ragam hayati fauna maupun flora yang ada di Indonesia membuat masyarakatnya memanfaatkan untuk beberapa keperluan, salah satu manfaatnya adalah untuk pengobatan. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah beberapa hasil alam yang banyak digali manfaatnya secara ilmiah, zat aktif yang terkandung pada temulawak dan sambiloto mampu mempengaruhi kadar SGOT/AST-SGOT/ALT (Wiyono, 2011; Astykasary & Masjhoer, 2006). Berdasarkan penelitian sebelumnya ektsrak herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) selain sebagai obat antidiabetes dapat juga mencegah kenaikan kadar SGOT-SGPT dalam darah tikus Wistar yang diinduksi CCL 4 dan etil alkohol dengan takaran dosis 500mg/kgBB (Trivedi, 2001; Choudhury, 1984). Enzim yang keluar dan meningkat kadarnya ketika ada kerusakan hati adalah SGOT-SGPT (Akbar, 2003; Wenas, 2003). Zat aktif pada sambiloto yang mampu menurunkan kadar SGOT-SGPT di duga adalah andrografolid, zat ini paling banyak kadarnya pada daun sambiloto (2,39%) dan paling rendah pada bagian akarnya. Andrografolid banyak diteliti dan dipercayai sebagai agen protektor hepar serta kandung empedu, menurunkan

3 3 kadar serum bilirubin dan alkali fosfatase, dan melindungi sel hati serta mampu mengurangi kadar SGOT-SGPT pada pasien terutama pada penderita DM (Hadi, 2000). Berdasarkan penelitian lainnya selain andrografolid yang terkandung dalam sambiloto masih banyak kandungan zak aktif diterpen lakton, antara lain deoksiandrografolid, neoandrografolid, 14-deoksi didehidroandrografolid (dehidroandrografolid) dan homoandrografolid. Terkandung juga flavonoid, keton, alkan, mineral, dammar, dan aldehid (Prapanja, 2003). Tumbuhan herba sambiloto mempunyai banyak manfaat antara lain antibiotik, antipiretik, antiinflamasi, antidiare, antitumor, dan hepatoprotektor. Selain khasiat tersebut sambiloto berfungsi sebagai obat infeksi, imunostimulan, berefek hipoglikemik, hipotermia, diuretik, antibakteri, analgetik, dan meningkatkan imunitas tubuh secara seluler, serta meningkatkan aktivitas kelenjar-kelenjar tubuh (Winarto, 2003). Temulawak adalah salah satu hasil alam yang secara empiris turun temurun yang digunakan untuk pengobatan tradisional (Sampurno, 2004). Kandungan zat aktif pada temulawak sangat banyak, khususnya senyawa fenolik dan terpenoid, seperti kurkumin, desmetoksikurkumin, minyak atsiri dengan komponen utama xantorizol, dan oleoserin (Anonim, 2004) Penelitian uji klinik Hadi (1985) menyebutkan bahwa temulawak mempengaruhi naiknya sekresi empedu dan pankreas. Dengan ekstrak temulawak dalam etanol 50% yang dipejankan hewan uji dapat memperbaiki kerusakan sel parenkim hati yang diakibatkan oleh karbon tetra klorida dan o-galaktosamin. Temulawak yang diseduh dengan dosis 400 dan 800 mg/kg BB. Selama 14 hari

4 4 pemberian memberikan efek penurunan aktivitas GPT serum dan luas daerah nekrosis akibat diinduksi oleh parasetamol pada dosis hepatotoksik. Kurkumin temulawak juga memiliki efek memacu produksi cairan empedu yang sangat memperlancar kerja hati. Manfaat sambiloto dan temulawak yang digunakan untuk terapi pengobatan DM cukup umum dimasyarakat, akan tetapi penggunaanya langka jika dikombinasikan antara keduanya, sehingga menginisiasi adanya penelitian untuk menguji aktivitas kombinasi keduanya sebagai obat alternatif antidiabetes. Pada penderita DM tipe 2 resisten insulin memiliki risiko meningkatnya SGOT-SGPT karena tugas hati menjadi berat akibat salah satu fungsinya untuk memproduksi glukosa terhambat. Berdasarkan hal tersebut dan adanya kemampuan sambiloto sebagai obat antidiabetes serta temulawak sebagai penurun kadar SGOT-SGPT, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kombinasi ekstrak tak larut n-heksan herba sambiloto (FTS) dan fraksi kurkuminoid temulawak (FKT) dalam menurunkan kadar SGOT-SGPT tikus DM tipe 2 resisten insulin. B. Perumusan Masalah Apakah Kombinasi FTS dan FKT mempunyai efek penurunan kadar SGOT-SGPT yang lebih besar pada tikus dengan resistensi insulin dibandingkan dengan pemberian FTS tunggal? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data ilmiah dan mengetahui pengaruh pemberian kombinasi FTS dan FKT dalam menurunkan

5 5 kadar SGOT-SGPT dalam darah pada tikus wistar jantan dengan resitensi insulin dibandingkan pemberian FTS tunggal. D. Manfaat Penelitian Penyakit DM adalah penyakit degeneratif yang banyak dialami oleh masyarakat, untuk mengobati DM biasanya membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit karena pasien dituntut untuk membeli obat sintetik secara berkelanjutan. Obat sintetik tersebut belum banyak disadari masyarakat bahwa obat tersebut jika dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan efek samping disfungsi organ pemetabolit (hati), maka dibutuhkan terapi pengobatan yang murah, potensial berkhasiat, dan aman dikonsumsi. Herba sambiloto dan temulawak terbukti secara ilmiah maupun secara empiris berpotensi sebagai obat antidiabetes dan menjaga fungsi organ terutama organ pemetabolit dengan mekanisme penurunan kadar SGOT-SGPT dalam darah. Hasil penelitian ini diharapkan akan menghasilkan data ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan untuk digunakan sebagai landasan pengembangan obat-obat herbal alami, dalam hal ini sambiloto dan temulawak dalam bentuk ekstrak sebagai obat antidiabetes dilihat dari parameter kadar SGOT-SGPT.

6 6 E. Tinjauan Pustaka 1. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) a. Klasifikasi tanaman sambiloto: (Backer & Van Den Brink, 1965) Kingdom Divisio : Plantae : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis Ordo Familia Genus Species : Dicotyledoneae : Solanales : Acanthaceae : Andrographis : Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees Gambar 1. Herba sambiloto b. Nama lain dan kegunaan di masyarakat Nama daerah sambiloto antara lain: Takilo, ki Oray, Ki Peurat (sunda), Pepaitan (Melayu), Ampadu tanah (Minang), Takila, Bidara, Sambiloto, Sadilata (Jawa).

7 7 Daun sambiloto di masyarakat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, antara lain Peluruh air seni, penurun panas, antidiabetes, disentri basiler, influenza, amandel, radang paru-paru, radang saluran pernafasan, obat gatal, gigitan ular berbisa, luka bakar, luka karena infeksi, radang ginjal, abses, dan kudis (Anonim, 1985; Dharma, 1985). c. Morfologi Sambiloto merupakan tumbuhan herba, terna, batang tegak, bunganya majemuk, ujungnya sering bercabang, dengan cabang bentuk rasemis, pada ujung panikel membentuk daun, anak cabang kecil, sama pendek pada tangkai bunga; tidak ada anak cabang; kelopak dibagi 5 bagian, bagian-bagiannya kecil, semua hampir sama, melengkung dan lurus pada tabung mahkota bunga, sari pipih, berbulu, ada 2 ruang pada kepala sari, sejajar pada tingkat yang sama, sel telur 4-7 pada bakal biji, kapsulnya tegak, lanset, memapat; bentuk samar urat daunnya, tiap katup terdapat benih 3-7, tersudut tajam pada tangkai, bagian atas tebal, bongkol daunnya separti paku dan sedikit sistolit serta dihubungkan oleh tepi yang melintang. Bentuk mahkotanya batang, relatif sempit, lurus sama, panjang 0,6 mm, bibir mahkota ungu putih, 0,6 mm panjangnya, bunga sari sedikit keluar, panjang lebih kurang 6 mm, pelebaran pada dasar dasar kepala sari, kapsul memapat; perpanjangan akar, tipis berambut kelenjarnya, panjang lebih kurang 1,74 cm, lebar 3,5 mm; 3-7 katup pada benih, tangkai bunga 3-7, kelopak 3-4 mm. Daun lanset dasarnya tajam, sedikit tajam, panjang 3-12 cm, lebar 1-3 cm, anak cabang sering dijumpai pada bagian atas (Backer & Van den Brink, 1965).

8 8 d. Kandungan kimia dan khasiat Senyawa utama yang terkandung dalam sambiloto adalah diterpen lakton dan flavonoid. Pada daun dan percabangan bisa diisolasi diterpen lakton deoksiandrografolid, andrografolid, neoandrografolid, 14-deoksi-11,12- didehidroandrografolid dan homoandrografolid. Pada akar yang isolasi terbanyaknya golongan flavonoid, yaitu; polimetoksiflavon, panikulin, mono-ometilwigtin apigenin-7, 4-dimetil eter dan andrografin. Kandungan lainnya adalah aldehid, alkana, keton, berbagai mineral, seperti; kalsium, natrium, kalium, dan asam kersik. (1) (2) Gambar 2. Struktur andrografolid (1) dan 14-deoksi-11,12-didehidroandrografolid (2) dalam sambiloto (Akowuah, et al., 2006)

9 9 Tumbuhan obat herba sambiloto mempunyai berbagai khasiat, antara lain; obat demam, obat penyakit kulit, obat antidiabetes, obat radang telinga, dan obat masuk angin (Hutapea & Syamsuhidayat, 1991). Selain itu juga mempunyai khasiat lainnya, yaitu; antibiotik, antiinflamasi, antitumor, antidiare, antiinflamasi, dan hepatoprotektor, serta efektif sekali untuk obat infeksi dan sebagai perangsang fagositosis (antistimulan), mempunyai efek hipotermia, diuretik, hipoglikemik, antibakteri, dan analgetik, ditambah bisa meningkatkan kekebalan tubuh serta meningkatkan aktivitas kelenjar-kelenjar tubuh (Winarto, 2003). 2. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) a. Klasifikasi tanaman temulawak: (Backer & Van Den Brink, 1965) Kingdom Divisio : Plantae : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis Ordo Familia Genus Species : Monocotyledonae : Zingiberales : Zingiberaceae : Curcuma : Curcuma xanthorrhiza Roxb.

10 10 Gambar 3. Tanaman temulawak b. Nama lain dan kegunaan di masyarakat Nama lain atau nama daerah dari temulawak adalah temulawak (jawa), temu besar (Melayu), temulatah, temulabak (Madura), konceng gede, temu raya (Sunda) (Heyne, 1987). Sejak zaman nenek moyang terdahulu, temulawak sering digunakan untuk obat tradisional. Temulawak banyak manfaatnya di masyarakat, seperti; pelancar ASI, penurun panas, antijerawat, menurunkan kolesterol, peluruh batu ginjal, pelancar pencernaan, peluruh batu empedu, selain itu juga sebagai penambah nafsu makan, serta sebagai obat antidiabetes (Anonim, 1979; Wagner, 1993). c. Morfologi Temulawak adalah golongan semak berimpang, tingginya ± 2,5 m, bentuk batangnya semu tersusun dari pelepah daun yang saling melekat, lunak, pangkalnya berbentuk rimpang membesar berwarna kuning muda, globular, kulit pada rimpangnya berwarna kuning tua atau coklat kemerahan, pada daging rimpangnya berwarna orange kecoklatan; bercabang dan berwarna lebih pucat. Bau khas rangsangan terasa pahit. Rimpang induk berbentuk bulat telur dan

11 11 rimpang anakannya berbentuk langsing jumlahnya 3-4. Bentuk daunnya oval, tunggal, serta ujungnya meruncing, permukaan licin dan tepinya rata, bentuk tulang daunnya menyirip, daunnya berwarna hijau dengan tulang daun yang di tengah berwarna ungu. Letak tumbuh bunganya dekat permukaan tanah, berupa bunga majemuk berbulir, daun pelindungnya banyak, berambut pada kelopaknya berwarna putih, bentuk mahkotanya tabung dan berwarna putih, serta warna benang sari kuning muda (Sastrapraja et al., 1978; Hutapea & Syamsuhidayat, 1991; Tjitrisoepomo, 1994). d. Kandungan kimia dan khasiat Kurkumin dan monodesmetoksi-kurkumin 1-2% (zat warna kuning). Minyak atsiri 5% (dominasi komponen 1-sikloisoprene-mirsene 85%). Komponen minyak atsiri lainnya :β-kurkumen ar-kurkumen, germakron (Pandji et al., 1993; Wicthl, 1994). Zat aktif kurkumin yang terkandung dalam temulawak membuktikan telah memiliki banyak manfaat dan khasiat, antara lain; untuk kelainan empedu, anoreksia, batuk, diabetes, kerusakan hati, rematitis, sinusitis, kanker, dan penyakit Alzheimer (Aggarwal et al., 2003).

12 12 Gambar 4. Struktur kurkuminoid temulawak (Hegnauer, 1963) Dilihat dari bentuk strukturnya kurkumin diklaim sebagai antioksidan dengan mekanisme menangkap radikal bebas pada proses oksidasi asam lemak dan sebagai obat hepatoprotektor (Masuda et al., 1992; Damayanti, 1992). 3. Metode penyarian dan ekstrak Penyarian atau ekstraksi dilakukan untuk bertujuan untuk menarik zat aktif yang terkandung dalam bahan tumbuhan obat. Penyarian merupakan metode pengambilan zat-zat aktif yang dapat larut dari bahan yang tak larut dengan menggunakan pelarut cair. Bahan simplisia baik yang berupa potongan atau serbuk yang disari banyak mengandung zat aktif yang dapat larut dan tak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan banyak lagi yang lainnya (Anonim, 1986). Ada tiga metode penyarian yang sering dilakukan, yaitu; maserasi, perkolasi, dan penyarian berkesinambungan. Pemilihan metode ekstraksi yang

13 13 akan digunakan harus disesuaikan dengan fraksi yang diinginkan. Perendaman simplisia dalam waktu tertentu disuhu ruang serta pengadukan menggunakan pelarut sesuai kepolaran dengan zat aktif yang diinginkan adalah metode yang paling sederhana, metode ini disebut maserasi (Harborne, 1984). Maserasi mempunyai beberapa kelebihan, antara lain; proses pengerjaanya tidak sulit serta menggunakan alat yang murah dan mudah diperoleh. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena: lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorpsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Untuk meningkatkan penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari. Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil. Lemak, malam, tanin dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya sedikit (Anonim, 1986). Hasil dari ekstraksi simplisia nabati maupun hewani biasanya disebut ekstrak dalam bentuk sediaan pekat yang masih campur dengan pelarutnya. Untuk memenuhi baku yang ditetapkan, maka perlu penguapan pelarut yang tersisa sehingga tampak menjadi lebih pekat atau serbuk (Anonim, 1995). 4. Kromatografi lapis tipis Metode Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode yang paling sederhana dan sering digunakan. Metode ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain; mudah, murah, dan pemakaian pelarut serta jumlah cuplikannya

14 14 sedikit. Kromatografi lapis tipis dapat dipakai sebagai pemisah antara senyawa yang sangat berbeda seperti senyawa organik alami dan senyawa organik sintetik, organik kompleks, dan ion organik. Kromatografi lapis tipis melibatkan fase gerak, fase diam, atau campuran pelarut yang dikembangkan. (Gritter et al., 1991). Identifikasi pada KLT umumnya digunakan harga Rf (Retardation factor) atau hrf yang menunjukkan jarak pengembangan senyawa pada kromatogram. Angka Rf berkisar antara 0,0 sampai 1,0 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. Angka hrf ialah angka Rf yang dikalikan faktor 100, menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100. Harga Rf didefinisikan sebagai jarak yang digerakan senyawa dari titik asal jarak yang digerakan pelarut dari titik asal. Jika tidak timbul warna pada bercak yang ditotolkan, maka tahap selanjutnya menggunakan pendeteksi sinar UV 254 nm atau UV 366 nm. Apabila dengan metode tersebut senyawa belum terdeteksi, maka tahap selanjutnya menggunakan pereaksi semprot serta pemanasan jika diperlukan (Sastrohamidjojo, 2001; Stahl, 1985). Plat KLT diamati di bawah sinar UV 254 nm atau UV 366 nm agar solut tampak sebagai bercak yang gelap atau berflouresensi terang (Gandjar & Rohman, 2012). 5. Pengertian diabetes melitus dan resistensi insulin Istilah Diabetes Melitus diperoleh dari bahasa latin yang berasal dari kata Yunani, yaitu Diabetes yang berarti pancuran dan Mellitus yang berarti madu. Jika diterjemahkan, Diabetes Melitus adalah pancuran madu. Istilah pancuran madu berkaitan dengan kondisi penderita yang mengeluarkan sejumlah besar urin dengan kadar gula yang tinggi (Wijayakusuma, 2004). Diabetes melitus (DM)

15 15 merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat kurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Guyton & Hall, 2007). Penyakit DM bisa disebabkan berbagai faktor, antara lain; makanan yang terlalu banyak mengandung gula, obesitas, stres atau depresi, dan keturunan. Selain itu, kehamilan juga dapat menjadi faktor penyebabnya. Penderita DM tidak bisa disembuhkan, akan tetapi hal ini bisa dicegah dengan melakukan kontrol dan terapi yang relatif serta kedisplinan yang tinggi (Sudewo, 2004). Klasifikasi diabetes melitus DM sampai sekarang terbagi menjadi 4 tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, Diabetes Kehamilan, dan DM tipe lain. Umumnya secara klinis DM hanya dibagi menjadi 2 tipe: DM tipe 1 dan DM tipe 2 (Sudoyo, 2006). Secara klinis penderita DM tipe 1 adalah usia onset biasanya <20 tahun, dan gangguan ini disebabkan utamanya oleh karena kurangnya produksi insulin oleh sel β pankreas, sedangkan DM tipe 2 mempunyai onset usia biasanya >40 tahun, karena gangguan yang disebabkan oleh resistensi jaringan terhadap efek metabolik insulin (Guyton et al, 2007). a. Diabetes Tipe I Diabetes tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) ditandai adanya ketidakmampuan untuk memproduksi insulin karena sel-sel β pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan maupun minuman tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Konsentrasi

16 16 glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi) (Brunner & Suddarth, 2002). b. Diabetes Tipe II Diabetes tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) disebabkan karena kegagalan relatif sel β pankreas dan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan menurunnya kemampuan reseptor insulin untuk memacu pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, maka terjadi defisiensi relatif insulin. Hal ini terlihat dari menurunnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, tetapi pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer, 2001). Standard yang umum digunakan untuk mendiagnosis DM adalah sebagai berikut; jika kadar glukosa atau urine seorang pasien saat berpuasa >120mg/dl atau seling waktu 2 jam sesudah berbuka sebesar mg/dl, maka pasien tersebut didiagnosa menderita DM. Seorang dikatakan normal kadar gulanya dalam darah atau urine jika saat berpuasa <110mg/dl dan setelah 2 jam berbuka puasa sebesar <140mg/dl (Sudewo, 2004).

17 17 Hormon insulin dalam keadaan normal akan terikat dengan reseptor khusus pada membran sel. Reaksi yang timbul dari ikatan tersebut memacu proses metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan menurunnya reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi penarikan glukosa oleh jaringan. Solusi mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus meningkatkan insulin yang disekresikan. Penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Keadaan sel β pankreas ini tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa mengalami peningkatan dan terjadi diabetes tipe 2 (Brunner & Suddarth, 2002). Pakan diet lemak tinggi dan fruktosa dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah meningkat, karena lemak yang dikonsumsi memacu produksi asam lemak, trigliserida, dan kolesterol dalam jumlah yang tinggi. Fruktosa lebih dimetabolisme dalam hati menjadi lemak daripada glikogen. Hal ini dapat menyebabkan penggunaan glukosa oleh jaringan semakin rendah sehingga kadar glukosa darah meningkat serta memicu terjadinya resisten insulin (Andrie, 2012). Resisten insulin merupakan keadaan dimana sensitivitas sistem jaringan terhadap kerja insulin menurun, akibatnya sekresi insulin meningkat sebagai tanggapan sel β pankreas. Faktor-faktor yang menyebabkan resistensi insulin

18 18 antara lain; reseptor yang mengikat insulin jumlahnya menurun, kinerja reseptor abnormal, atau adanya hambatan pada transportasi insulin menuju tempat pembakaran yang di dalam sel (Tjay & Rahardja, 2002). Sel otot, sel lemak, dan hati pada tubuh kemampuannya berkurang untuk merespon insulin ketika seseorang dalam keadaan resistensi insulin. Resistensi insulin mengakibatkan keperluan tubuh akan insulin meningkat agar dapat memacu glukosa masuk ke tempat pembakaran dalam sel. Pada keadaan ini pankreas dituntut bekerja lebih keras untuk menghasilkan insulin yang lebih banyak (hiperinsulinemia). Karena terlalu lama bekerja keras, pankreas akan mengalami kelelahan untuk menghasilkan insulin yang sesuai permintaan pada sistem tubuh, hal ini dapat mengakibatkan penyakit DM tipe I secara tidak langsung (U.S. Department of Healt and Human Service, 2008). Pemicu resistensi insulin diakibatkan oleh pelepasan sitokin TNF-α yang distimulasi adanya peningkatan konsentrasi asam lemak bebas dan pengaktifan enzim lipoprotein lipase karena penyimpanan adiposa yang tinggi, hal ini terjadi pada orang yang obesitas. Selain itu resistensi insulin dapat disebabkan oleh stimulasi aktivitas sistem simpatik dan obat-obatan (Soegondo, 2006). Resistensi insulin yang dikaitkan dengan diabetes melitus tipe 2 serta obesitas dapat mengakibatkan bermacam-macam ketidaknormalan metabolisme tubuh seperti; aterosklerosis, pembentukan pro-koagulan, hipertensi, dan dislipidemia, hal tersebut adalah faktor resiko yang memicu penyakit jantung koroner (Siswono, 2002).

19 19 6. SGOT-SGPT Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa pada keadaan resistensi insulin, kemampuan hati untuk memproduksi glukosa terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hati menjadi berat sehingga mempengaruhi kadar SGOT-SGPT. Ketika terjadi kerusakan sel atau permeabilitas pada membran, enzim dapat ditemukan dengan kadar yang berlebih di ruang ekstraseluler, hal ini dapat digunakan sebagai parameter diagnosis. Enzim yang biasanya berhubungan dengan kerusakan hati antara lain; SGOT, SGPT, GLDH, dan LDH. Pengertian secara medis SGOT yaitu Serum Glutamic Oxalocetic Transminase atau yang juga disebut aspartateaminotransferase (AST), adalah sebuah enzim yang selalu berada di dalam jantung dan sel-sel hati. SGOT merupakan enzim yang dproduksi oleh hati, selain itu juga dapat ditemukan di otot rangka, otot-otot jantung, jaringan ginjal, sel darah merah. Singkatan SGPT adalah Serum Glutamic Piruvic Transaminase, atau yang juga dinamakan ALT (Alanin Amino Transferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya (Wibowo et al, 2008; Akbar, 2003). Serum SGOT/AST maupun SGPT/ALT umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis.

20 20 7. Uji histopatologi hepar Uji histopatologi adalah analisis kualitatif secara mikroskopik dari jaringan yang bertujuan untuk mengetahui perubahan organ dalam. Uji histopatologi termasuk pemeriksaan preparat dari hasil pembedahan yang sebelumnya preparat tersebut diambil dari bagian tertentu dan diletakkan pada slide gelas untuk selanjutnya analisis seluler diamati melalui mikroskop oleh seorang ahli patologi (Glaister, 1986). Sel akan beradaptasi (fisiologis dan morfologi) jika terpapar zat asing yang ditandai naiknya jumlah sel (hiperlasia), mengecil (atropi) atau membesar (hipertropi) sel tertentu. Sel akan mengalami kerusakan bahkan kematian (nekrosis atau apoptosis) jika terpejani senyawa asing yang berlebih (Cotran et al., 1999). F. Landasan Teori Herba sambiloto sejak dulu secara empiris mempunyai khasiat mengobati beberapa penyakit, sambiloto sering dan sudah umum digunakan sebagai obat antidiabetes (Sastroamidjojo, 1997). Pemberian kombinasi fraksi tak larut n- heksan ekstrak etanolik herba sambiloto dan fraksi kurkuminoid rimpang temulawak mampu menurunkan kadar glukosa serum tikus resisten insulin (Kusumaramdani, 2012). Sambiloto juga mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar SGOT-SGPT pada tikus wistar jantan (Anonim, 2004). Sambiloto dipercaya juga sebagai agen hepatoprotektor yang dapat mengatasi peradangan hepar seperti gejala hepatitis (Sudewo, 2004).

21 21 Berdasarkan penelitian di India ektsrak herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dapat mencegah kenaikan kadar SGOT-SGPT dalam darah tikus Wistar yang diinduksi CCL 4 dan etil alkohol dengan takaran dosis 500mg/kgBB (Trivedi, 2006 ). Penelitian lain sambiloto dengan dua efek dosis yaitu 50 dan 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari terapi dari ekstrak hidroalkohol 80% berpotensi sebagai kemopreventif (Singh et al, 2001). Penderita diabetes umumnya lebih rentan terhadap infeksi. Salah satu kemungkinan penyebab infeksi pada penderita DM adalah virus, virus dapat mempengaruhi kerusakan pada sel β pankreas serta menimbulkan insulitis. Hubungan antara DM dengan peran hormon selain hormon insulin yang kaitannya terhadap ketahanan tubuh sehingga mengakibatkan infeksi masih belum jelas (Soetmadji, 2003). Infeksi pada hepar akan memacu peningkatan kadar SGOT- SGPT karena adanya peningkatan permeabilitas membran dan kerusakan sel hepar, hal ini menyebabkan enzim intraseluler menjadi migrasi ke ruang ekstraseluler (Akbar, 2003). Temulawak adalah salah satu bahan baku obat tradisional yang banyak dikembangkan secara modern dalam penelitian dan dunia kesehatan. Obat fitofarmaka temulawak diduga dapat merangsang sekresi empedu dan pankreas. Khasiat temulawak sebagai hepatoprotektor juga berkaitan dengan adanya reaksi penurunan kadar SGOT-SGPT (Mursito, 2001). Peran temulawak sebagai obat yang berkaitan dengan hati, empedu, dan pankreas dapat dikombinasikan dengan sambiloto yang berkhasiat sebagai antidiabetes sehingga dapat berefek saling sinergis. Temulawak dalam

22 22 memelihara kesehatan fungsi hati dengan cara meningkatkan produksi empedu dalam hati dan merangsang sekresi empedu, hal ini berkaitan erat adanya aktivitas kolagoga dari temulawak yang sangat berpengaruh pada hati (Anonim, 2005). Penelitian yang membuktikan bahwa ekstrak sambiloto dan ekstak temulawak mempuyai aktivitas menurunkan SGOT-SGPT telah dilakukan, namun belum ada penelitian yang menggunakan kombinasi keduanya dalam menurunkan SGOT- SGPT. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas kombinasi fraksi tak larut n-heksan ekstrak etanolik herba sambiloto (FTS) dan fraksi kurkuminoid temulawak (FKT) sebagai penurun SGOT-SGPT. Penelitian kombinasi FTS dan FKT yang berhubungan dengan penurunan kadar glukosa serum sudah pernah dilakukan (Kusumaramdani, 2012), tetapi belum ada laporan penelitian kombinasi FTS dan FKT yang berhubungan dengan penurunan kadar SGOT-SGPT serum. G. Hipotesis Kombinasi FTS dan FKT mampu memberikan efek penurunan kadar SGOT-SGPT yang lebih besar pada tikus dengan resistensi insulin dibandingkan dengan pemberian FTS tunggal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tingginya permintaan obat herbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tingginya permintaan obat herbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat herbal telah banyak berperan bagi kesehatan masyarakat terutama kontribusinya untuk mengobati berbagai penyakit antara lain hipertensi, diabetes, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Perkiraan terakhir menunjukkan ada 171 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati berupa ratusan jenis tanaman obat dan telah banyak dimanfaatkan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit. Namun sampai sekarang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab terjadinya peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa negara-negara di Afrika, Asia dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari.

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari. BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi di Indonesia, banyak terjadi perubahan yang signifikan pada kehidupan manusia, terutama dalam memilih gaya hidup dimana salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007, penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Di daerah pedesaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu sebagai obat bahan alam,

BAB I PENDAHULUAN. antara lain jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu sebagai obat bahan alam, 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia telah dikenal berbagai macam sediaan yang berasal dari bahan alam antara lain jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu sebagai obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit berbahaya yang menjadi suatu permasalahan yang cukup besar

Lebih terperinci

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kurangnya nafsu makan adalah Curcuma xanthorrhiza atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah et

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kurangnya nafsu makan adalah Curcuma xanthorrhiza atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah et BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nafsu makan merupakan keadaan yang mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya untuk makan selain rasa lapar (Guyton, 1990; Hall, 2011). Gangguan nafsu makan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki berbagai masalah kesehatan antara lain masih banyak dijumpai penyakit-penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh komplikasi

Lebih terperinci

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nafsu makan adalah keinginan psikologis untuk makan dan hal ini berkaitan dengan perasaan senang terhadap makanan (Insel et al, 2010). Mekanisme rasa lapar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis

Lebih terperinci

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis, BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini terjadi pergeseran pola makan di masyarakat. Kecenderungan untuk beralih dari makanan tradisional Indonesia dan mengkonsumsi makanan cepat saji dan berlemak tampak menggejala.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang sekarang ada. Merebaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah glukosa yang dapat diperoleh dari makanan sehari-hari yaitu berupa protein, lemak dan terutama

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menyebabkan dampak perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi khususnya di kota-kota besar di Indonesia yang berakibat pada meningkatnya berbagai macam penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Abad 20 merupakan era dimana teknologi berkembang sangat pesat yang disebut pula sebagai era digital. Kemajuan teknologi membuat perubahan besar bagi peradaban

Lebih terperinci

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart BAB 1 PENDAHULUAN Obesitas berasal dari bahasa Latin yaitu obesus yang berarti gemuk. Obesitas atau yang lebih dikenal dengan kegemukan adalah kondisi dimana terjadi peningkatan berat badan melebihi batas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang ditandai oleh gangguan metabolisme dan kenaikan kadar glukosa darah (hiperglikemik), sebagai akibat penurunan kadar

Lebih terperinci

studi populasi diabetes melitus diberbagai negara, Indonesia menempati urutan ke-4 pada tahun 2000 dengan jumlah penderita DM 8,4 juta jiwa setelah

studi populasi diabetes melitus diberbagai negara, Indonesia menempati urutan ke-4 pada tahun 2000 dengan jumlah penderita DM 8,4 juta jiwa setelah BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes melitus berasal dari kata Yunani διαβαίνειν, diabainein, tembus atau pancuran air, dan kata Latin melitus, rasa manis. Diabetes juga umum dikenal sebagai kencing manis, di mana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat herbal telah lama dipraktikkan di seluruh dunia. Diperkirakan sebanyak 75 80 % masyarakat di negara berkembang dan 25 % di negara maju menggunakan obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan gejala yang dapat dikarakterisasi melalui hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai kadar glukosa darah yang tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah / hiperglikemia. Secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan sumber daya alamnya, sehingga menjadi negara yang sangat potensial dalam bahan baku obat, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengkonsumsi makanan yang kurang sehat seperti makanan cepat saji, dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala penyakit degeneratif kronis yang disebabkan karena kelainan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan hormon Insulin baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan minuman yang berasal dari bahan alami yang bermanfaat bagi tubuh. Minuman herbal biasanya dibuat dari rempah-rempah atau bagian dari tanaman,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kadar Enzim SGPT dan SGOT Pada Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki Tabel 1. Kadar Enzim SGPT pada mencit betina setelah pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sindroma yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM, secara klinik dikarakterisasi oleh gejala intoleransi

Lebih terperinci

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolik kronik, ditandai oleh hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas, metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Prevalensi penyakit terkait inflamasi di Indonesia, seperti rematik (radang sendi) tergolong cukup tinggi, yakni sekitar 32,2% (Nainggolan, 2009). Inflamasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemik yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemik yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemik yang berhubungan dengan abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak, protein.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan salah satu pemicu dan ini dialami oleh %

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan salah satu pemicu dan ini dialami oleh % BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit jantung adalah pembunuh nomor 1 di Indonesia dan dunia. Hipertensi merupakan salah satu pemicu dan ini dialami oleh 20-30 % populasi di dunia (Delles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan perubahan-perubahan dalam profil lipid yang terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. Letak Indonesia yang dilewati oleh garis katulistiwa berpengaruh langsung terhadap kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga. Penyebab menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan karena merupakan salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali.

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali. BAB 1 PENDAHULUAN Dalam upaya mengatasi hiperurisemia, digunakan obat-obatan, baik obat medis, obat tradisional maupun pengaturan pola makan. Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabêtês yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin

Lebih terperinci

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal, BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang dapat terjadi pada semua kelompok umur dan populasi, pada bangsa manapun dan usia berapapun. Kejadian DM berkaitan erat dengan faktor keturunan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingkat gula darah tinggi (glukosa). Diabetes melitus dikenal juga dengan kencing manis, pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes melitus (DM) atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik kronik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik kronik yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik kronik yang terjadi ketika pankreas memproduksi insulin cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 5 1.1. Keji Beling... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi saat ini telah menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

Lebih terperinci

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan sangat penting bagi manusia dan harus dijaga. Apabila kesehatannya tidak diperhatikan, maka menimbulkan masalah yang merugikan. Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi yang biasa disebut juga dengan peradangan, merupakan salah satu bagian dari sistem imunitas tubuh manusia. Peradangan merupakan respon tubuh terhadap adanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tanaman Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN Diabetes mellitus merupakan sindrom kompleks dengan ciri ciri hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes melitus telah dikategorikan sebagai penyakit global dengan prevalensi telah lebih dari dua kali lipat selama tiga dekade terakhir. Hampir satu dari sepuluh

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolisme pada tubuh yang dicirikan dengan kadar gula yang tinggi atau hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes merupakan salah satu penyakit yang kerap terjadi pada masyarakat saat ini. Ketua Federasi Diabetes Internasional untuk kawasan Asia Fasifik yakni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat saat ini berkembang pesat. Oleh karena bahannya yang mudah diperoleh dan diolah sehingga obat tradisional lebih banyak digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi dislipidemia cenderung terus meningkat di era modernisasi ini seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang hidup dengan sedentary lifestyle. Kesibukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif, yang memerlukan waktu dan biaya terapi yang tidak sedikit. Penyakit ini dapat membuat kondisi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. Penyakit tersebut terkadang sulit disembuhkan dan mempunyai angka kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

hepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol

hepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol BAB 1 PENDAHULUAN Demam merupakan suatu gejala adanya gangguan kesehatan, terjadi kelainan pada sistem pengaturan suhu tubuh, sehingga suhu tubuh meningkat melebihi batas normal. Peningkatan suhu tubuh

Lebih terperinci

Tradisional Bagian Daun dan Buah

Tradisional Bagian Daun dan Buah Tanaman Obat Diabetes Tradisional Bagian Daun dan Buah Tanaman obat diabetes tradisional bisa anda temukan di sekitar lingkungan anda. Sadarkah kalau tanaman tersebut berkhasiat? Mungkin ada diantara kalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging Medicine (AAM) atau disebut

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah (Ruan, et al., 2013). Hiperglikemia tidak hanya meningkatkan resiko

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah (Ruan, et al., 2013). Hiperglikemia tidak hanya meningkatkan resiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronik yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

Lebih terperinci

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara turun temurun. Hal tersebut didukung dengan kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes atau peningkatan kadar glukosa dalam darah merupakan penyakit seumur hidup dan kian hari makin populer dengan tingkat kematian yang tinggi. Diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi yang semakin maju dan berkembang pesat ini, banyak masyarakat suka akan makan makanan yang cepat saji dan manismanis tanpa memperhitungkan kandungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya sensitivas otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global. Prevalensi penyakit

Lebih terperinci