HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN, LAMANYA BEKERJA JARAK DEKAT, DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN, LAMANYA BEKERJA JARAK DEKAT, DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU"

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN, LAMANYA BEKERJA JARAK DEKAT, DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: FATIKA SARI HASIBUAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 2009

2 2 ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR KETURUANAN, LAMANYA BEKERJA JARAK DEKAT, DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU Tujuan: untuk mengetahui pengaruh genetik dan lamanya bekerja arak dekat dengan miopia. Metode: penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan kuesioner dari 93 orang mahasiswa FK USU yang berisi tentang status kelainan refraksi pada mahasiswa, status kelainan refraksi orang tua mahasiswa, lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan kegiatan jark dekat ( seperti belajar, membaca untuk hobi, menonton TV, menggunakan komputer) dan waktu yang dihabiskan untuk berada di luar rumah selain untuk kegiatan perkuliahan. Hasil: mahasiswa yang mengalam miopia cenderung untuk mempunyai ayah dan ibu yang mengalami miopia (P=0,010). Namun, waktu yang dihabiskan untuk melakukan pekerjaan jarak dekat antara mahasiswa yang miopia dan tidak miopia tidak terlalu signifikan (p>0,05) Kesimpulan : keturunan adalah faktor yang berhubungan sedangkan lamanya bekerja jarak dekat tidak mmemiliki hubungan dengan miopia.

3 3 ABSTRACK PARENTAL MYOPIA, NEAR WORK, AND UNIVERSITY of NORTH SUMATRA MEDICAL STUDENT Purpose: to quantify the degree of association student myopia, parental myopia and near work. Methods: refractive error, parental refractive status, current level of near activities( assumed working distance weighted hours per week spent studying; reading for pleasure, watching television, playing video gameor working on the computer), hours per week spent in ut door were assessed in 93 medical student. Result: student with myopia more likely to have parents with myopia (P=0,010). and less time in out door, but the time that which nt for near work is not different between myopic student and the normal student. Conclusion: heredity was the most important factor associated with student myopia, with smaller contribution from near work, and less time in out door activity.

4 4 KATA PENGANTAR Assalammua laikum wr.wb. Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya serta memberikan kesehatan, motivasi dan kekuatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja dalam Jarak Dekat, dengan Miopia pada Mahasiswa FK USU. Skripsi ini diajukan ke Fakultas Kedokteran UniversitAS Sumatra Utara sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Dalam pelaksanaan Skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Staf pengajar FK USU yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini. 2. Ibu dr. Aryani A. Amra Siregar Sp.M, sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan fikiran dengan penuh kesabaran untuk membimbing penulis demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Kedua orang tua tercinta, yang senantiasa mendo akan, memberikan semangat dan mencurahkan kasih sayang. Semoga semua bantuan, bimbingan, dorongan, saran-saran, dan amal kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalan rahmat dari Allah SWT.

5 5 Dengan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan berguna bagi kita semua di masa yang akan datang. Medan, November 2009 Penulis

6 6 DAFTAR ISI Halaman Halaman Persetujuan..i Abstrak..ii Abstrack...iii Kata Pengantar iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel.vii Daftar Lampiran..viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat..4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Etiologi Patogenesa Manifestasi Klinis Penatalaksanaan Pencegahan...8 BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep fenisi Operasional Hipotesis 11 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode penelitian Lokasi dan waktu penelitian Populasi dan sampel.12

7 7 4.4 Kriteria Seleksi Teknik Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisa Data..13 BAB V HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi Karakteristik Responden Hasil Pembahasan 18 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran 21 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 28

8 8 DAFTAR TABEL Tabel I: Statistik Deskriptif dan nilai P dari masing masing variabel. 16 Hal Table II. Proporsi miopia pada mahasiswa dan miopia pada kesua orang tuanya...17 Tabel III: Nilai Ekspektasi Hubungan Keturunan dan Miopia 18

9 9 DAFTAR LAMPIRAN LampiranI: Kuesioner.26 LampiranII: Uji Validitas Lampiran III: Halaman Riwayat Hidup...29

10 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan yang memiliki prevalensi tinggi di dunia. Di Amerika Serikat, berdasarkan data yang dikumpulkan dari orang berumur tahun oleh National Health and Nutrition Examination Survey pada tahun , diperkirakan prevalensi miopia di Amerika Serikat sebanyak 25%. Bila dibandingkan dengan Amerika Serikat, Asia merupakan daerah yang memiliki prevalensi miopia yang lebih tinggi, terutama pada masyarakat Cina dan Jepang. Pada awal 1930, Rasmussen memperkirakan prevalensi miopia kira-kira 70% di Cina, tetapi prosedur pengambilan datanya tidak dijelaskan dengan rinci. Di Taiwan, sekitar 4000 anak sekolah didiagnosa mengalami kelainan refraksi dengan sikloplegia pada sebuah survey tahun Ada peningkatan prevalensi miopia seiring dengan peningkatan umur, dari 4% dari umur 6 tahun sampai 40% pada umur 12 tahun. Lebih dari 70% dari umur 17 tahun dan lebih dari 75 % pada umur 18 tahun(saw, 1996). Di Indonesia, dari seluruh kelompok umur (berdasarkan sensus penduduk tahun 1990), kelainan refraksi (12.9%) merupakan penyebab low vision/ penglihatan terbatas terbanyak kedua setelah katarak (61,3%) (Saw, 2003). Tingginya prevalensi ini mendorong para peneliti untuk melakukan penelitian tentang keterkaitan genetik dan lingkungan terhadap miopia. Namun, sampai saat ini isu tentang hubungan antara lingkungan (bekerja dalam jarak dekat) dan keturunan dengan miopia masih sangat krusial dan belum dimengerti sepenuhnya. Banyak kasus yang dapat digunakan untuk memperlihatkan bahwa kelainan refraksi ditentukan secara genetik. Anak dengan orang tua yang miopia cenderung mengalami miopia (P= 0,001). Hal ini cenderung mengikuti pola dose-dependent pattern. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua miopia adalah 32,9% berkurang sampai 18,2% pada anak dengan salah satu orang tua yang miopia dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia (Mutti, 2002). Sekarang ini, adanya lokus genetik telah dibuktikan berhubungan dengan miopia patologi (Tsai, 2007). Dari penelitian lain didapatkan bahwa orang yang mempunyai polimorfisme gen PAX6 akan

11 11 mengalami miopia yang ekstrem ( 10 D), sedangkan orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami miopia tinggi (6-10 D) dengan sampel merupakan mahasiswa kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran Chung Shan, Taiwan. Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami miopia juga menunjukkan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata (Dirani, 2008). Tingkat pendidikan sering digunakan untuk menghubungkankan lamanya waktu bekerja dalam jarak dekat dengan miopia pada orang-orang yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan penelitian ini, orang-orang yang berpendidikan tinggi lebih banyak mengalami miopia (Wensor, 2009).. Penelitian cross sectional di Yunani menunjukan prevalensi miopia yang meningkat pada orang yang memiliki pendidikan tinggi (Konstantopoulos, 2008). Sedangkan penelitian yang dilakukan pada komunitas nelayan Hong Kong menunjukan bahwa miopia lebih sering terjadi pada subjek yang bersekolah, dengan resiko terbesar pada anak-anak yang masuk sekolah pada umur yang lebih muda dan anak-anak yang lebih banyak mengahabiskan waktunya pada membaca dan menulis (Wong, 1992). Peneliti di Singapura mengamati bahwa anak yang menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton TV, bermain video game dan menggunakan komputer lebih banyak mengalami miopia (Guggenheim, 2007). Peneliti lain mengungkapkan bahwa prevalensi miopia sekarang ini secara dominan karena perbedaan lingkungan, bukan karena genetik. Peneliti Australia membandingkan gaya hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682 anak dari etnis yang sama di Singapura. Bila dibandingkan antara anak yang mengalami miopia di Singapura (29%), hanya 3,3% anak-anak di Sidney yang menderita miopia. Padahal, anak-anak di Sidney membaca lebih banyak buku tiap minggu dan melakukan ativitas dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di Singapura. Tetapi, anak-anak di Sidney juga menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama (13,75 jam per minggu) dibandingkan dengan anak anak di Singapura (3,05 jam). Hal ini adalah faktor yang paling signifikan berhubungan dengan miopia antara kedua grup (McCredie, 2008). Meningkatnya lama bekerja dalam jarak dekat sebagai suatu komplikasi lanjutan menunjukkan asosiasi antara miopia dan abilitas intelektual. Orang dengan miopia cenderung mempunyai IQ nonverbal yang lebih tinggi (Saw, 2004). Hal yang sama juga didapatkan oleh peneliti-peneliti lain. Penelitian pada anak-anak miopia di London,

12 12 menunjukkan bahwa mereka belajar lebih keras dan lebih memperhatikan pelajaran di kelas, mempunyai banyak hobi akademik dan sangat tidak berminat pada olah raga, mereka sangat sukses di sekolah, dan mempunyai ambisi yang tinggi untuk pendidikan yang lebih jauh dan pekerjaan kantoran (kepegawaian). Hasil temuan ini sangat berhubungan dengan usia awal ketika miopia dan lingkungan di sekitar rumah (Douglas, 1967). Mahasiswa kedokteran cenderung mengalami miopia. Penelitian yang dilakukan di Universitas Nasional Singapura menunjukkan bahwa 89,8% mahasiswa kedokteran tahun kedua mengalami miopia (Woo, 2004). Penelitian lain di Fakultas Kedokteran Grant, Norwegia, juga menunjukkan bahwa 78% mahasiswa kedokteran tahun pertama mengalami miopia. Hal ini mungkin disebabkan mahasiswa kedokteran banyak melakukan kegiatan membaca buku, sehingga mereka cenderung mengalami miopia. Selain itu, berdasarkan uraian di atas, orang yang mengalami miopia cenderung mempunyai IQ yang lebih tinggi daripada populasi umum; begitu pula mahasiswa kedokteran. Oleh karena itu, miopia cenderung terjadi pada mahasiswa kedokteran (Midelfart, 2005). Dari hal-hal di atas dapat diketahui bahwa pengaruh lamanya bekerja jarak dekat dan keturunan terhadap miopia belum sepenuhnya dapat dibuktikan. Selain itu, terdapat kecenderungan mahasiswa kedokteran mengalami miopia. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang kelainan refraksi ini dan hubungannya dengan keturunan dan lamanya waktu yang dipakai dalam pekerjaan jarak dekat. Untuk melihat hubungan ini penulis melakukan penelitian di kampus FK USU dengan sampel mahasiswa FK USU. 1.2 Rumusan masalah Dari uraian di atas di dapati uraian masalah sebagai berikut: a. Apakah benar genetik mempengaruhi miopia pada mahasiswa? Atau karena pengaruh sering melakukan pekerjaan jarak dekat? b. Seberapa besar pengaruh bekerja dalam jarak dekat terhadap kejadian miopia? 1.3 Tujuan penelitian

13 Tujuan umum Untuk mengetahui faktor penyebab mana yang paling berpengaruh terhadap miopia mahasiswa FK USU Tujuan khusus a. Mengetahui besar pengaruh genetik terhadap miopia. b. Mengetahui besar pengaruh lamanya bekerja dalam jarak dekat dengan miopia. 1.4 Manfaat penelitian. 1. Dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh besar terhadap miopia, sehingga dapat dilakukan pencegahan agar tidak terjadi miopia atau tidak memperburuk kondisi miopia. 2. Peneliti dapat menerapkan pengrtahuan tentang community reseach program, sehingga dapat menambah kemampuan peneliti untuk melakukan penelitian. 3. Menjadi sumber pustaka bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama.

14 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Miopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan di depan retina. Kelainan ini diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur dan tepat jatuh di retina (Mansjoer, 2002). 2.2 Etiologi Miopia terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar kemungkinan mengalami miopia. Ini karena organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan (Curtin, 2002). Pada miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa jenis miopia seperti: a. Miopia refraktif, miopia yang terjadi akibat bertambahnya indeks bias media penglihatan, seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia refraktif ini, miopia bias atau miopia indeks adalah miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat. b. Miopia aksial, miopia yang terjadi akibat memanjangnya sumbu bola mata, dibandingkan dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal (Mansjoer, 2002). Selain itu, ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi seseorang untuk cenderung mengalami miopia. Diantaranya ialah faktor genetik, lingkungan, tingkat intelegensi, dan faktor sosial. Ada dua hipotesis yang berkembang untuk menunjukkan hubungan antara miopia pada orang tua dan miopi pada anak. Yang pertama adalah teori dari kondisi lingkungan yang diwariskan. Tendensi untuk miopia dalam suatu keluarga lebih mungkin disebabkan linkungan yang mendorong untuk melakukan kegiatan yang berjarak dekat dengan intens

15 15 dalam keluarga, dari pada karena faktor genetik. Orang tua dengan miopia biasanya akan menetapkan standar akademik yang tinggi atau mewariskan kesukaan membaca pada anak-anak mereka daripada mewariskan gen itu sendiri. Suatu penelitian di Tanzania menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki status pendidikan tinggi, terutama ayahnya, lebih banyak mempunyai anak yang menderita miopia (Wedner, 2002). Selain itu, teori mengenai adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi miopia didukung melalui penelitian yang dilakukan di Australia. Pada penelitian tersebut dibandingkan gaya hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682 anak dari etnis yang sama di Singapura. Didapati prevalensi miopia di Singapura ada 29%, dan hanya 3,3% di Sidney. Padahal, anak-anak di Sidney membaca lebih banyak buku tiap minggu dan melakukan ativitas dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di Singapura. Tetapi, anak-anak di Sidney juga menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama (13,75 jam per minggu) dibandingkan dengan anak anak di Singapura (3,05 jam). Hal ini adalah faktor yang paling signifikan berhubungan dengan miopia antara kedua grup (McCredie, 2008). Peneliti lain juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa eksposur sinar matahari pada usia anak-anak dan remaja dapat mencegah miopia (Jonathan Stone, 2009). Hipotesis yang lain menyatakan bahwa ada pengaruh genetik yang membawa sifat miopia. Orang yang melakukan pekerjaan dekat secara intens tetapi tidak mengalami miopia mungkin tidak mempunyai gen tersebut. Anak dengan orang tua yang miopia cenderung mengalami miopia (P= 0,001). Hal ini cenderung mengikuti pola dosedependent pattern. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua miopia adalah 32,9%, namun jika anak dengan salah satu orang tua yang miopia berkurang menjadi 18,2%, dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia (Mutti, 2002). Sekarang ini, adanya lokus genetik telah dibuktikan berhubungan dengan miopia patologi (Tsai, 2007). Dari penelitian lain didapatkan bahwa orang yang mempunyai polimorfisme gen PAX6 akan mengalami miopia yang ekstrem 10 D), ( sedangkan orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami miopia tinggi (6-10 D) dengan sampel merupakan mahasiswa kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran Chung Shan, Taiwan. Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami

16 16 miopia juga menunjukkan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata (Dirani, 2008). Selain faktor genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat, faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi kejadian miopia pada seseorang. Penelitian lain menunjukan prevalensi yang lebih tinggi pada anak di lingkungan urban, dan sosioekonomi tinggi di Malaysia (Hashim,2008). Hal yang sama juga ditemukan di Australia. Prevalensi miopia lebih rendah pada regio suburban dan paling tinggi pada regio pusat kota. anak yang tinggal di apartemen dari pada yang tingal di rumah biasa (Ip, 2008) 2.3 Klasifikasi Menurut perjalanan penyakitnya, miopia dibagi menjadi: a. Miopia stasioner, yaitu miopia yang menetap setelah dewasa. b. Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata. c. Miopia maligna, yaitu miopia yang berjalan progresif, dan dapat mengakibatkan ablasi retina serta kebutaan. Miopia ini dapat juga disebut miopia pernisiosa atau miopia maligna atau miopia degenerative. Disebut miopia degeneratif atau miopia maligna, bila miopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan panjang bola mata sehingga terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan degenerasi papil saraf optik (Sidarta, 2005). 2.4 Manifestasi Klinis Pasien miopia akan melihat jelas bila dalam jarak pandang dekat dan melihat kabur jika pandangan jauh. Penderita miopia akan mengeluh sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Selain itu, penderita miopia mempunyai kebiasaan mengernyitkan matanya unuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek

17 17 pinhole (lubang kecil). Pasien miopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam keadaan konvergensi. Hal ini yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005). 2.5 Penatalaksanaan Orang yang mengalami miopia diberi kaca mata lensa sferis untuk membantu penglihatannya Pencegahan Sejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah kelainan anak atau mencegah jangan sampai menjadi parah. Biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan, operasi, penggunaan lensa kontak dan penggunaan kacamata. Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan visual hygiene berikut ini: a. Mencegah terjadinya kebiasaan buruk. 1) Hal yang perlu diperhatikan adalah anak dibiasakan duduk dengan posisi tegak sejak kecil. 2) Memegang alat tulis dengan benar. 3) Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau melihat TV. 4) Batasi jam membaca. 5) Aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter), dan gunakanlah penerangan yang cukup. 6) Kalau memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm. 7) Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan yang baik. b. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau melihat jauh dan dekat secara bergantian dapat mencegah miopia.

18 18 c. Jika ada kelainan pada mata, kenali dan perbaiki sejak awal. Jangan menunggu sampai ada gangguan pada mata. Jika tidak diperbaiki sejak awal, maka kelainan yang ada bisa menjadi permanen, misalnya bayi prematur harus terus dipantau selama 4-6 minggu pertama di ruang inkubator untuk melihat apakah ada tandatanda retinopati. d. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi, segera lakukan konsultasi dengan dokter spesialis mata anak supaya tidak terjadi juling. Patuhi setiap perintah dokter dalam program rehabilitasi tersebut. e. Walaupun sekarang ini sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A, ibu hamil tetap perlu memperhatikan nutrisi, termasuk pasokan vitamin A selama hamil. f. Periksalah mata anak sedini mungkin jika dalam keluarga ada yang memakai kacamata. Untuk itu, pahami perkembangan kemampuan melihat bayi. g. Dengan mengenali keanehan, misalnya kemampuan melihat yang kurang, segeralah melakukan pemeriksaan. h. Di sekolah, sebaiknya dilakukan skrining pada anak-anak (Curtin, 2002).

19 19 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep Variabel independent Pekerjaan jarak dekat dalam waktu lama Variable dependen Genetik MIOPIA 3.2 Defenisi Operasional a. Miopi. Dalam penelitian ini miopia dideskripsikan sebagai gangguan untuk melihat jauh dengan visus di bawah 6/6. b. Faktor genetik. Bila mahasiswa mempunyai salah satu atau kedua orang tua yang menderita miopi, maka dikatakan bahwa mahasiswa tersebut mempunyai faktor genetik. c. Pekerjaan jarak dekat dinilai dengan menanyakan pada mahasiswa lamanya waktu di luar kampus yang dihabiskan dalam lima aktivitas, yaitu: a) Membaca atau belajar palajaran di kampus b) Membaca untuk kesenangan (hobi) c) Menonton televisi. d) Bermain video game, bekerja dengan komputer dirumah, menggunakan internet e) Menghabiskan waktu dengan berolah raga di luar rumah Aktivitas-aktivitas ini dianalisa terpisah dan berfungsi sebagai bagian dari variabel pekerjaan jarak dekat dan diurutkan dari aktivitas nomor satu sampai empat. Tujuannya adalah untuk mengukur kuantitas eksposur pekerjaan dekat, tidak hanya dari segi waktu,

20 20 tetapi juga usaha mata untuk berakomodasi (accomodative effort) dalam tiap-tiap aktifitas. Variabel dioptherhours (Dh) menurut Mutti (2001) didefinisikan sebagai jumlah waktu yang dihabiskan dalam bekerja jarak dekat dikali dengan kekuatan akomodasi mata atau dengan kata lain: Dh=3 x (waktu yang dihabiskan untuk belajar + waktu yang dihabiskan dengan membaca untuk kesenangan) + 2 x (waktu yang dihabiskan untuk bermain video game, bekerja dengan komputer, menggunakan internet) + 1 x (waktu yang digunakan untuk menonton televisi) Pekerjaan jarak dekat selama kuliah tidak diperhitungkan. Peneliti berasumsi bahwa waktu yang dihabiskan pada waktu kuliah tidak berpengaruh secara substansial pada variabilitas pekerjaan dalam jarak dekat untuk mahasiswa KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). 3.3 Hipotesis Ho: Tidak ada hubungan antara genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat dengan miopia pada mahasiswa. Ha: ada hubungan antara genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat dengan miopia pada mahasiswa

21 21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara genetik dan lamanya waktu yang digunakan pada pekerjaan jarak dekat dengan kejadian miopia pada mahasiswa FK USU. 4.2 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU pada bulan Maret-November Pengumpulan data dilakukan pada Agustus-September Populasi dan sampel Populasi: Mahasiswa FK USU stambuk 2006, 2007, 2008 Sampel: Metode pengambilan sample dilakukan dengan stratified randomi sampling dengan penghitingan sample menggunakan rumus: n = N / [1+N(d) 2 ] n = 1311 / [1+1311(0,1) 2 ] = 93 orang n = Besar sampel minimum N = Jumlah populasi 4.4 Kriteria Seleksi Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah mahasiswa yang mengalami cacat mata lain seperti astigmatisme, atau hipermetropi.

22 Teknik Pengumpulan Data Data Primer Data ini didapatkan langsung dari sampel dengan melalui kuesioner Data Sekunder Data ini adalah jumlah populasi mahasiswa FK USU stambuk 2006, 2007, 2008 yang didapatkan peneliti melalui bagian pendidikan FK USU Uji Validitas Lihat lampiran 4.6 Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka dilakukan: a. Pengecekan terhadap data-data yang terdapat pada kuesioner. b. Melakukan seleksi terhadap data-data yang terkumpul. Pada tahap ini kita menilai apakah sampel tersebut masuk ke dalam kriteria inklusi atau tidak. c. Kemudian dilakukan pemisahan data antara mahasiswa miopia dan mahasiswa yang memiliki mata normal. Setelah itu dilakukan penghitungan terhadap variabel diophterhour (Dh) d. Selanjutnya dilakukan analisa data Analisa Data Analisa data dilakukan dengan program komputer SPSS Antara variabel genetik dan miopia pada anaknya dilakukan uji hipotesa dengan chi square. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji non parametrik wilcoxon sum rank test untuk variabel lamanya waktu yang digunakan dalam pekerjaan jarak dekat. Variabel prestasi akademik diuji dengan chi square.

23 23 BAB V HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kampus FK USU. Kampus ini terletak di jalan dr. Mansur, sebelah baratnya berbatasan dengan Fakultas Psikologi, sebelah selatannya berbatasan dengan Fakultas keprawatan, sebelah timurnya berbatasan degan pintu masuk I USU, dan utaranya berbatasan dengan Jln. dr.mansur Deskripsi Karakteristik Responden Responden adalah mahasiswa FK USU stambuk 2006, 2007, Kriteria ekslusinya adalah mahasiswa yang mengalami cacat mata lain, seperti astigmatisme atau hiperopia.

24 Hasil Dalam penelitian ini, dari 93 orang mahasiswa, 59 orang (63,4%) mengalami miopia, 34 orang (36,6%) normal. Tabel I: Statistik Deskriptif dan nilai P dari masing masing variabel N Waktu Minimum yang digunakan (jam/minggu) Waktu Maksimum yang digunakan (jam/minggu) Rata rata (jam/ minggu) Standard deviasi Uji hipotesis dengan Ho diterima jika P>0,1 lama waktu yang digunakan mahasiswa untuk mengerjakan tugas perkuliahan lama waktu yang digunakan mahasiswa untuk membaca untuk hobi lama waktu yang digunakan mahasiswa untuk menonton tv P= P= P=0.177 lama waktu yang digunakan mahasiswa untuk menggunakan computer P=0.025 lama waktu yang digunakan

25 25 mahasiswa untuk berada di luar rumah kualitas and kuantitas lama bekarja jarak dekat (diophter hour) P=0.015 P=0,208 Secara keseluruhan, para mahasiswa ini menghabiskan waktu yang bervariasi antara mengerjakan tugas kuiah (16 ± 10 jam/minggu), menonton TV (12±11,7 jam/minggu), menggunakan komputer (15,4±12,8 jam/minggu). Membaca untuk hobi lebih sedikit dilakukan dari pada untuk mengerjakan tugas perkuliahan (6,5±6,2 jam/minggu), sedangkan waktu yang dihabiskan untuk berada di luar rumah cukup sedikit (1,36±0,48 jam/minggu). Hubungan antara lamanya pekerjaan jarak dekat ini dan miopia dapat dirinci sebagai berikut, yaitu: mengerjakan tugas kuliah (P=0,147), membaca untuk hobi (P=0,379), menonton TV (P=0,177), menggunakan komputer (P=0,025), dan diophter hour (P=0,208), sedangkan variabel lamanya waktu yang dihabiskan untuk berada di luar rumah memiliki nilai P= (Tabel I) Table II: Proporsi miopia pada mahasiswa dan miopia pada kesua orang tuanya apakah anda mengalami miopia? ya tidak Total apakah orang ayah dan tua anda ibu mengalami ayah atau moipia? ibu tidak Total Selain int, didapati bahwa dari 59 orang mahasiswa yang mengalami miopia, lima orang mempunyai kedua orang tua yang miopia. Lima belas orang lainnya mempunyai salah satu orang tua yang mengalami miopia. Dan 39 orang mahasiswa miopia tidak memiliki orang tua yang miopia (P=0,010). (Tabel II)

26 26 Tabel III: Nilai Ekspektasi Hubungan Keturunan dan Miopia apakah anda mengalami miopia? Total ayah dan ibu Expected Count (% ) ya tidak 100.0%.0% % apakah orang tua anda mengalami moipia? ayah atau ibu Expected Count (%) 78.9% 21.1% % tidak Expected Count (%) 56.5% 43.5% % Konsisten dengan hasil penelitian sebelumya bahwa ada faktor keturunan yang mendasari seseorang mengalami miopia. Hal ini cenderung mengikuti dose respons pattern. Dalam penelitian ini, anak yang kedua orang orang tuanya mengalami miopia, semuanya mengalami miopia dibandingkan dengan anak yang salah satu oranr tuanya mengalami miopia (78,9%) atau anak yang memiliki orang tua yang tidak miopia (63,4%).(Tabel III) Pembahasan Dalam penelitian ini faktor keturunan berhubungan dengan miopia. Hal ini mengikuti pola dose response pattern, dimana anak yang kedua orang tuanya mengalami miopia memiliki kemungkinan hampir 100% mengalami miopia dibandingkan hanya salah satu orang tua yang mengalami miopia (78,9%) dan keduanya tidak mengalami miopia (63,4%). Dari penelitian lain juga didapatkan bahwa orang yang mempunyai polimorfisme gen PAX6 akan mengalami miopia yang ekstrem 10 D), ( sedangkan orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami miopia tinggi (6-10 D) dengan

27 27 sampel merupakan mahasiswa kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran Chung Shan, Taiwan. Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami miopia juga menunjukkan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata (Dirani, 2008). Namun dalam penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda dalam hubungan antara lamanya bekerja jarak dekat dengan miopia pada mahasiswa kedokteran. Komponen individual dari faktor bekerja dalam jarak dekat mempunyai efek yang berbeda-beda. Asosiasi yang paling terkuat antara miopia dan aktivitas jarak dekat adalah menggunakan komputer(p=0,025). Dari penelitian ini diketahui bahwa lama waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan tugas kuliah(p=0,147), membaca untuk hobi (P=0,379), menonton TV (P=0,177), antara mahasiswa yang miopia dan tidak miopia tidak jauh berbeda. Keterkaitan miopia dengan lamanya bekerja jarak dekat mungkin erat hubungannya dengan lamanya waktu yang dihabiskan untuk kegiatan ini ketika masih kanak kanak. Mempunyai televisi sebelum umur 12 tahun selama satu sampai tiga tahun dan menonton televisi dalam jarak dekat sangat berhubungan dengan kejadian miopia di Asia. Faktor resiko ini tidak mengikuti pola dose response fasion(wong,1993). Di Amerika, orang dewasa yang lahir pada tahun 1917 dan 1927 (asumsi eksposur televisi ketika anak anak rendah) mempunyai prevalensi miopia pada umur 45 sampai 54 tahun. Namun orang yang lahir tahun 1947 dan 1960 dengan eksposur televisi yang lebih lama pada masa anak anak mengalami miopia pada umur 12 sampai 17 tahun. Penurunan prevalensi miopia seiring dengan umur dihipotesiskan karena meningkatnya lama bekerja jarak dekat (Sperduto,1983). Sebagai contoh, estimasi prevalensi dari Framingham Offspring Eye Study 1996 memperkirakan bahwa 52% dewasa berumur 35 samapi 44 tahun adalah miopia, tetapi hanya 20% dewasa yang berumur 65 sampai 74 tahun yang mengalami miopia. Namun penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda dari asumsi ini., dimana penurunan prevalensi ini terjadi arena umur dari pada peningkatan lamanya bekerja jarak dekat selama masih anak anak dalam beberapa tahun ini(mutti 200). Dari hasil penelitian ini juga terlihat bahwa mahasiswa kedokteran sedikit sekali menghabiskan waktu di luar rumah selain untuk kegiatan tugas perkuliahan. Hal ini mungkin disebabkan kepribadian yang introvert, atau tidak suka berolah raga, atau tebatasnya waktu untuk berada di luar rumah. Peneliti Australia membandingkan gaya

28 28 hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682 anak dari etnis yang sama di Singapura. Bila dibandingkan antara anak yang mengalami miopia di Singapura (29%), hanya 3,3% anak-anak di Sidney yang menderita miopia. Padahal, anak-anak di Sidney membaca lebih banyak buku tiap minggu dan melakukan ativitas dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di Singapura. Tetapi, anak-anak di Sidney juga menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama (13,75 jam per minggu) dibandingkan dengan anak anak di Singapura (3,05 jam). Hal ini adalah faktor yang paling signifikan berhubungan dengan miopia antara kedua grup (McCredie, 2008).

29 29 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran USU pada mahasiswa stambuk 2006, 2007,2008: 1. Faktor keturunan berpengaruh besar terhadap kejadian miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. 2. Pengaruh faktor keturunan mengikuti dose respons pattern, dimana anak yang memiliki kedua orang tua mempunyai resiko paling besar mengalami miopia. 3. Perbandingan lamanya waktu yang dihabiskan mahasiswa yang miopia dan yang tidak miopia dalam melakukan kegiatan jarak dekat tidak jauh berbeda, sehingga hubungan antara lamanya bekerja jarak dekat dan kejadian miopia tidak tampak. 4. Mahasiswa kedokteran jarang mengahabiskan untuk berada di luar rumah selain untuk kegiatan perkuliahan, dan hal ini memiliki hubungan dengan kejadian miopia pada para mahasiswa Saran 1. Mengingat bahwa miopia sangat berhubungan dengan lamanya waktu yang dihabiskan untuk bekerja jarak dekat dan sedikitnya waktu yang dihabiskan untuk

30 30 berada di luar rumah, kegiatan-kegiatan di luar rumah seperti berolah raga hendaknya ditingkatkan. 2. Faktor keturunan cenderung tidak dapat dihindari. Walaupun demikian, hal yang dilakukan adalah mencegah agar miopia tidak sampai menjadi parah dengan: mengubah kebiasaan buruk, misalnya batasi jam membaca, mengatur jarak baca yang tepat (30 sentimeter), dan gunakan penerangan yang cukup dan hindari membaca dengan posisi tidur atau tengkurap.

31 31 DAFTAR PUSTAKA Anonymous, Fed:humans out living their eyeballs, Australian scientist say. AAP General News Wire. Available from: [ Accesed 13th April 2009] Curtin. B., J., The Myopia. Philadelphia Harper & Row Dirani M, Chamberlain M, Shekar SN, et al, Heritability of refractive error and ocular biometrics:the gene in myopia (GEM) twin study. Investigative Ophthalmology and Visual Science 49(10): Available from: [ Accesed 13th April2009] Donald O. Mutti, Can We Conquer Myopia?Available from: _0401.htm [ Accesed 13th April 2009] Douglas JW, Ross JM,Simpson HR, The ability and attainment of short sighted pupils. Journal of the Royal Statistical Society. Series A (General), Vol. 131, No. 2 (1968), p Available from: [ Accesed 13th April 2009]

32 32 Guggenheim JA, Correlation in refractive errors between siblings in the Singapore cohort study of risk factor for myopia. British Journal of Ophtalmology 91(6): Available from: [ Accesed 13th April 2009] Hahsim SE, Prevalence of refractive error in malay primary school children in suburban area of Kota Bharu, Kelantan, Malaisya. Annals of Academy of Medicine 37(11): Available from: [ Accesed 13th April 2009] Ilyas, S., Penuntun Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta, FK UI Ip Jenny M, Rose Kathryn A, Morgan Lang C,et al, Myopia and the urban enviroment :findings in a sample of 12-year-old Australian school children. Investigative Ophthalmology and Visual Science. 2008;49: Available from: [ Accesed 13th April 2009] Konstantopoulos A, Yadegar G, Elgohary M, Nearwork, education, family history and myopia in Greek conscript.eye 22: Available from: [ Accesed 13th April 2009] Mansjoer, A., Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta, FK UI McCredie Jane, Outdoor time could cut risk of childhood myopia. Australian doctor page:3.available from: [ Accesed 13th April 2009] Midelfart A., and Hjertnes S., 2005.Myopia Among Medical Students in Norway Invest Ophthalmol Vis Sci 46: E-Abstract 562.Available from: [ Accesed 13th April 2009]

33 33 Mutti DO, Zadnik K. Age-related decreases in the prevalence of myopia. Longitudinal change of cohort effect? Investigative Ophthalmology and Visual Science. 2000;11: Mutti O, Mitchell L, Moeschberger ML, 2002.Parental myopia, nearwork, school achivement and children s refractive error. Investigative Ophthalmology and Visual Science..43:12. Available from: [ Accesed 13th April 2009] Sai Y-Y, Chiang C-C, Lin H-J, et al, 2008.A PAX6 gene polymorphism is associated with genetic predisposition to extreme myopia. Eye 22: Available from: [ Accesed 13th April 2009] Sastroasmoro S., Ismael S., 2002.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.ed:2.Jakarta.Sagung Seto Saw Seang Mei, Husain R, Gazzard GM, et al, Causes of low vision and blindness in rural Indonesia British Journal of Ophthalmology 87(9): Available from: [Accesed 13th April 2009] Saw Seang-Mei, Katz J, Schein OD, et al, 1996.Epidemiology of myopia.epidemiol Rev 1 8:2. Available from: [ Accesed 13th April 2009] Saw Seang Mei, Tan Say-Beng, Fung Daniel, et al, 2004.IQ and the association with myopia in children. Investigative Ophthalmology and Visual Science 45:9. Available from: [ Accesed 13th April 2009]

34 34 Sperduto RD, Seigel D, Roberto J, Roland M. Prevalence Myopia in United States. Arch Ophtalmol.1983;101: The Framingham Offspring Eye Study Group. Familial Aggregation and Prevalence of Myopia in the Framingham Offspring EYE Study Arch Ophtalmol.1996; 114: Tjokronegoro A., Sudarsono S., Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran.ed:3.Jakarta:FK UI Wensor Mattew, Borth, Carhty MS, 1999.Prevalence and risk factor of myopia in Victoria, Australia. Arch Ophtalmol.117: Available from: dtl.unimelb.edu.au/dtl_publish/28/65583.html [ Accesed 13th April 2009] Wedner SH, Ross DA, Todd J, et al, 2002.Myopia in secondary school students in Mwanza City, Tanzania:the need for a national screening programe. British Journal of Ophtalmology 86: Available from: bjo.bmj.com/cgi/content/abstract/86/11/1200 [ Accesed 13th April 2009] Wong J, Coggon D, Cruddas M, et al, Education, reading, and familiar tendency as risk factor for myopia in Hongkong fishermen. Journal of epidemiology and community health 47: Available from: [ Accesed 13th April 2009] Woo WW, Lim KA, Yang H, Refractive errors in medical students in Singapore. Singapore Med J Vol 45(10):470.Available from: [ Accesed 13th April 2009]

35 35 LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian antara Genetik dan Lamanya Bekerja dalam Jarak Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa FK USU Stambuk 2006,2007,2008 Apakah orang tua anda berkaca mata? a.ya, ayah dan ibu b.ya, ayah atau ibu c.tidak Initial responden: Tanggal diisi: Umur: Stambuk: Jika ya, umur berapa orang tua anda pertama kali menggunakan kaca mata? Ayah : tahun Ibu : tahun Ceklistlah pilihan jawaban dari pertanyaan di bawah ini Apakah anda mengalami kelainan refraksi? a.ya b.tidak Pada usia tersebut, untuk tujuan apa orang tua anda mengunakan kaca mata a. melihat jauh b. melihat dekat c.melihat jauh dan dekat alami? Jenis kelainan refraksi apa yang anda a.miopi b.astigmatisme(silindris) c.hipermetropi (rabun dekat) Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk kegiatan di bawah ini dalam seminggu? a. membaca pelajaran atau mengerjakan tugas perkuliahan jam

36 36 b. membaca untuk hobi jam c. menonton tv jam d. menggunakan komputer jam e. Berada di luar rumah (bukan untuk kegiatan perkuliahan) jam

37 37 2. Uji Validitas apakah anda mengalami miopia? apakah orang tua anda mengalami moipia? berapa lama anda mengerjakan tugas perkuliahan? berapa lama anda membaca untuk hobi? berapa lama anda menonton tv? berapa lama anda menggunaka n komputer? apakah anda mengala mi miopia? apakah orang tua anda mengala mi moipia? berapa lama anda mengerj akan tugas perkulia han? berapa lama anda membac a untuk hobi? berapa lama anda menonto n tv? berapa lama anda menggu nakan kompute r? berapa lama anda berada di luar rumah? kualitas and kuantita s lama bekarja jarak dekat? Pearson Correlati 1.273(**) (*) -.238(*) -.265(*) on Sig. (2- tailed) N Pearson Correlati on.273(**) Sig. (2- tailed) N Pearson Correlati on (**) (**) (**) Sig. (2- tailed) N Pearson Correlati on (**) (*) (**) Sig. (2- tailed) N Pearson Correlati on (*).234(*) Sig. (2- tailed) N Pearson Correlati on -.226(*) (**).256(*) (**).748(**) Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK

38 38 Sig. (2- tailed) N berapa lama anda berada di luar rumah? kualitas and kuantitas lama bekarja jarak dekat? Pearson Correlati on -.238(*) (*).327(**) 1.340(**) Sig. (2- tailed) N Pearson Correlati on -.265(*) (**).458(**).234(*).748(**).340(**) 1 Sig. (2- tailed) N ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK

39 39 RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama : Fatika Sari Hasibuan Tempat, tanggal lahir : Medan, 18 Oktober 1988 Agama : Islam Alamat : Jl. Binjai Km.10 Gg.Damai No 12 D Riwayat Pendidikan: 1. SD Negeri Sunggal, lulus tahun SLTP Negeri 1 Sunggal, lulus tahun SMU Negeri 4 Medan, lulus tahun Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK

TINJAUAN PUSTAKA. tepat di retina (Mansjoer, 2002). sudah menyatu sebelum sampai ke retina (Schmid, 2010). Titik fokus

TINJAUAN PUSTAKA. tepat di retina (Mansjoer, 2002). sudah menyatu sebelum sampai ke retina (Schmid, 2010). Titik fokus BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Miopia a. Definisi Miopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Gaya Hidup a. Definisi Gaya Hidup atau lifestyle adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar pengetahuan tentang dunia disekeliling kita didapat melalui mata. Sekitar 95% informasi yang diterima otak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup manusia. Indra penglihatan tersebut adalah mata. Tanpa mata, manusia mungkin

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. T=&fulltext=myopia&searchid=1&FIRSTINDEX=0&resourcetype=HWCIT [Accesed 2012 May 1]

DAFTAR PUSTAKA. T=&fulltext=myopia&searchid=1&FIRSTINDEX=0&resourcetype=HWCIT [Accesed 2012 May 1] DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Visual impairment and blindness in 2011. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/ 2. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:

Lebih terperinci

Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sahara Miranda* Elman Boy**

Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sahara Miranda* Elman Boy** Artikel Penelitian Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Sahara Miranda* Elman Boy** *Program Profesi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Correlation LifeStyle and Myopia in Students of Faculty of Medicine and Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia, prevalensi kelainan

Lebih terperinci

The Correlation of Heredity Factors with Myopia Among Students of Faculty of Medicine and Health Science Muhammadiyah University of Yogyakarta

The Correlation of Heredity Factors with Myopia Among Students of Faculty of Medicine and Health Science Muhammadiyah University of Yogyakarta The Correlation of Heredity Factors with Myopia Among Students of Faculty of Medicine and Health Science Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Faktor Keturunan Dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata adalah salah satu dari indera tubuh manusia yang berfungsi untuk penglihatan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi di mana sinar-sinar sejajar garis pandang pada keadaan mata tidak berakomodasi difokuskan di depan retina. Miopia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil pada usia remaja 2, namun pada sebagian orang akan menunjukkan perubahan ketika usia dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diatasi (American Academy of Ophthalmology, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diatasi (American Academy of Ophthalmology, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA Sepnita Usman Efhandi Nukman Eka Bebasari Email: sepnita.usman@gmail.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA Tesis Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Dokter Spesialis Mata Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gangguan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia. Miopia adalah gangguan refraksi yang disebabkan sumbu optik bola mata lebih panjang, sehingga

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh MUHAMMAD IRFAN RIZALDY PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh MUHAMMAD IRFAN RIZALDY PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL Disusun oleh MUHAMMAD IRFAN RIZALDY 20130310131

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kelainan refraksi atau ametropia adalah suatu keadaan refraksi dimana sinarsinar sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan dibiaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan gaya hidup atau lifestyle dengan kejadian miopia pada mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran dan

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2011-2014 Yustina Elisa Febriany 1, Kentar Arimadyo 2, Tuntas Dhanardhono 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELAS TERHADAP KELAINAN REFRAKSI MIOPIA PADA SISWA KELAS 5 SD DI SD X SEMARANG

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELAS TERHADAP KELAINAN REFRAKSI MIOPIA PADA SISWA KELAS 5 SD DI SD X SEMARANG HUBUNGAN LINGKUNGAN KELAS TERHADAP KELAINAN REFRAKSI MIOPIA PADA SISWA KELAS 5 SD DI SD X SEMARANG Lutfi Andrias, Hanifa Maher Denny, Siswi Jayanti Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mata adalah panca indera penting yang perlu pemeriksaan dan perawatan secara teratur. Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya dimulai pada usia dini. Pada anak 2,5-5

Lebih terperinci

Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia. Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer

Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia. Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer Abstrak Fitri Permatasari 1, Yunani

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia. di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun

Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia. di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun Tika Septiany 1 Yunani Setyandriana 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2 Bagian Mata FK UMY Abstrak Myopia

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA BERKACAMATA TENTANG KELAINAN REFRAKSI DI SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN Oleh : RAHILA

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA BERKACAMATA TENTANG KELAINAN REFRAKSI DI SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN Oleh : RAHILA GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA BERKACAMATA TENTANG KELAINAN REFRAKSI DI SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN 2010 Oleh : RAHILA 070100129 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 GAMBARAN PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Miopia 2.1.1 Definisi Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan

Lebih terperinci

KARYA TULIS AKHIR PROFIL FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG. Oleh : Dorin Fauzi Warman

KARYA TULIS AKHIR PROFIL FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG. Oleh : Dorin Fauzi Warman KARYA TULIS AKHIR PROFIL FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Oleh : Dorin Fauzi Warman 06020062 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN 2013

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2011-2014 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 KERANGKA TEORI II.1.1 DEFINISI Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir 25% populasi atau sekitar 55 juta jiwa (Anma, 2014). Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. hampir 25% populasi atau sekitar 55 juta jiwa (Anma, 2014). Hasil Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Pada saat lahir mata bayi normal cukup bulan berukuran kira-kira 2/3 ukuran mata orang dewasa. Pertumbuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU Elda Nazriati Dan Chandra Wijaya (Department Of Physiology, Medical Faculty

Lebih terperinci

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL HANG TUAH MEDICAL JOURNAL http://journal-medical.hangtuah.ac.id/ Hubungan Lama Membaca dan Menggunakan Komputer Dengan Ametropia pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Hang Tuah Semester VII Tahun Ajaran

Lebih terperinci

Hubungan Lama Aktivitas Membaca dengan Derajat Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010

Hubungan Lama Aktivitas Membaca dengan Derajat Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010 429 Artikel Penelitian Hubungan Lama Aktivitas Membaca dengan Derajat Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010 Mutia Maulud Fauziah 1, M. Hidayat 2, Julizar 3 Abstrak Miopia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Miopia a. Definisi Miopia atau rabun jauh adalah suatu kelainan refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mata merupakan salah satu syarat penting untuk menyerap berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan, namun gangguan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari sebuah benda difokuskan di depan retina pada saat mata dalam keadaan tidak berakomodasi

Lebih terperinci

Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur

Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur Artikel Penelitian Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur Dedy Fachrian,* Arlia Barlianti Rahayu,* Apep Jamal Naseh,* Nengcy E.T Rerung,* Marytha Pramesti,* Elridha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan paling banyak di dunia adalah kelainan refraksi, katarak, dan disusul oleh glaukoma. Dari semua kelainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata terlalu kuat untuk panjang anteroposterior mata sehingga sinar datang sejajar sumbu mata tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Anatomi Mata Gambar 1. Penampang bola mata Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan

Lebih terperinci

REFRAKSI dan KELAINAN REFRAKSI. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas SpM Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 6/12/2012 1

REFRAKSI dan KELAINAN REFRAKSI. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas SpM Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 6/12/2012 1 REFRAKSI dan KELAINAN REFRAKSI Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas SpM Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 6/12/2012 1 Media penglihatan kornea lensa badan kaca retina selaput jala ( serabut penerus ) 6/12/2012

Lebih terperinci

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER O P T I K dan REFRAKSI SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER SINAR MATA (Organ Penglihatan) KORNEA + 43 D B M D Media optik PUPIL LENSA + 20 D MEDIA REFRAKSI BADAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi Mata

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi Mata 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Mata Gambar 2.1. Anatomi Mata Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari paling luar ke paling dalam, lapisan-lapisan itu

Lebih terperinci

HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN.

HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN. HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN Oleh: RIA AMELIA 100100230 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 HUBUNGAN

Lebih terperinci

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).: MIOPIA A. Definisi Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki m ata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. paparan masing masing subjek kasus dan kontrol. Penelitian ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. paparan masing masing subjek kasus dan kontrol. Penelitian ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian case control dimana peneliti menggunakan kasus yang sudah ada dan memilih kontrol (non kasus) yang sebanding.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI MIOPIA Miopia merupakan gangguan tajam penglihatan, dimana sinar-sinar sejajar dengan garis pandang tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina. Miopia terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kerusakan penglihatan merupakan konsekuensi dari kehilangan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kerusakan penglihatan merupakan konsekuensi dari kehilangan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Konsep Kerusakan Penglihatan Kerusakan penglihatan merupakan konsekuensi dari kehilangan penglihatan fungsional. Gangguan mata yang dapat menyebabkan kerusakan penglihatan

Lebih terperinci

KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU

KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU Jurnal e-clinic (ecl), Volume, Nomor, Juli 014 KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU 1 Richard Simon Ratanna Laya M. Rares 3 J. S. M. Saerang 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anatomi bola mata Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi, 2011). Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

Metode. Sampel yang diuji adalah 76 anak astigmatisma positif dengan derajat dan jenis astigmatisma yang tidak ditentukan secara khusus.

Metode. Sampel yang diuji adalah 76 anak astigmatisma positif dengan derajat dan jenis astigmatisma yang tidak ditentukan secara khusus. Pendahuluan Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting bagi manusia terutama anak-anak, karena 80% informasi kita peroleh melalui indera penglihatan 1. Banyak kelainan yang dapat terjadi

Lebih terperinci

EFEK BEKERJA DALAM JARAK DEKAT TERHADAP KEJADIAN MIOPIA

EFEK BEKERJA DALAM JARAK DEKAT TERHADAP KEJADIAN MIOPIA EFEK BEKERJA DALAM JARAK DEKAT TERHADAP KEJADIAN MIOPIA Saminan Abstrak. Beraktivitas dalam jarak dekat merupakan salah satu faktor resiko (efek) terjadinya miopia, semakin lama seseorang memfokuskan penglihatannya

Lebih terperinci

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS Tujuan Pemeriksaan: 1. Menentukan jenis lensa bantu yang memberikan penglihatan paling jelas untuk mengkoreksi kelainan refraksi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DIOPTRI LENSA KACAMATA DENGAN JARAK DAN LAMA MEMBACA PADA PELAJAR FK USU DI AUCMS PENANG TAHUN 2011

HUBUNGAN ANTARA DIOPTRI LENSA KACAMATA DENGAN JARAK DAN LAMA MEMBACA PADA PELAJAR FK USU DI AUCMS PENANG TAHUN 2011 i HUBUNGAN ANTARA DIOPTRI LENSA KACAMATA DENGAN JARAK DAN LAMA MEMBACA PADA PELAJAR FK USU DI AUCMS PENANG TAHUN 2011 Oleh: MOHD FIKRI HAFIZ BIN OSMAN 080100346 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata 2.1.1 Anatomi mata Gambar. 1 Anatomi mata 54 Mata mempunyai 3 lapisan dinding yaitu sklera, koroid, dan retina. Sklera berfungsi untuk melindung bola mata dari gangguan.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT MIOPIA DI KELUARGA DAN LAMA AKTIVITAS JARAK DEKAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA PSPD UNTAN ANGKATAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT MIOPIA DI KELUARGA DAN LAMA AKTIVITAS JARAK DEKAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA PSPD UNTAN ANGKATAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT MIOPIA DI KELUARGA DAN LAMA AKTIVITAS JARAK DEKAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA PSPD UNTAN ANGKATAN 2010-2012 MELITA PERTY ARIANTI NIM I11108056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mata 1. Definisi Mata merupakan alat indra penglihatan yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek

Lebih terperinci

MIOPIA rabun jauh 1.1 Latar Belakang

MIOPIA rabun jauh 1.1 Latar Belakang MIOPIA rabun jauh 1.1 Latar Belakang Miopia (minus) dapat diklasifikasikan sebagai miopia simpleks dan miopia patologis. Miopia simpleks biasanya ringan dan miopia patalogis hampir selalu progresif. Keadaan

Lebih terperinci

MYOPIA. (Rabun Jauh)

MYOPIA. (Rabun Jauh) MYOPIA (Rabun Jauh) Disusun Oleh : Fahmi Firmansyah Fauza Kariki T.S Shindy Intan D.S (01.12.000.3..) (01.12.000.350) (01.12.000.366) Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jenjang S-1 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KEJADIAN MIOPIA DI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI DEPARTEMEN TEKNOLOGI

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KEJADIAN MIOPIA DI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KEJADIAN MIOPIA DI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2012 Oleh : RAHMI SUTAMI 090100144.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012 31 DESEMBER 2012 Jason Alim Sanjaya, 2014, Pembimbing I : July Ivone, dr.,m.k.k.,mpd.ked.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan meningkatnya tuntutan. akademis menyebabkan peningkatan frekuensi melihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan meningkatnya tuntutan. akademis menyebabkan peningkatan frekuensi melihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan meningkatnya tuntutan akademis menyebabkan peningkatan frekuensi melihat dekat yang dapat menyebabkan kelainan pada mata seperti rabun jauh atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bayangan benda yang jauh jatuh di depan retina (Schmid, 2015). Menurut survei

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bayangan benda yang jauh jatuh di depan retina (Schmid, 2015). Menurut survei BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Miopia atau rabun jauh merupakan keadaan di mana penglihatan seseorang menjadi rabun untuk melihat benda yang jaraknya jauh, hal ini terjadi karena bayangan benda yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh: MONA SINTYA FRANSISCA MANURUNG NIM: 090100157 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. 39 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelainan refraksi 2.1.1 Definisi kelainan refraksi Kelainan refraksi merupakan suatu keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (makula retina atau bintik kuning)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem lakrimal atau sekresi air mata terletak di daerah temporal bola mata. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem lakrimal atau sekresi air mata terletak di daerah temporal bola mata. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi dan Fisiologi Mata 1. Kelopak Mata Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi yaitu melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata, serta

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku dan Status Refraksi Keluarga dengan Kejadian Miopia pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Mata Solo. Abstrak

Hubungan Perilaku dan Status Refraksi Keluarga dengan Kejadian Miopia pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Mata Solo. Abstrak Hubungan Perilaku dan Status Refraksi Keluarga dengan Kejadian Miopia pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Mata Solo Mega Aristyana, Wahyu Rima Agustin 2, GalihSetia Adi 3 ) Mahasiswa Program Studi S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting bagi manusia terutama anak-anak, karena 80% informasi diperoleh melalui indera penglihatan (Wardani,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi organ penglihatan Gambar 2.1. Anatomi bola mata Mata merupakan sebuah bola yang berisi cairan dengan diameter kurang lebih 24 mm. 8 Secara garis besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau

Lebih terperinci

KELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO

KELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO KELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO 1 Angelia V. Adile 2 Yamin Tongku 2 Laya M. Rares 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 2 Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Definisi Kelainan refraksi atau ametropia adalah suatu keadaan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan yang kabur atau penurunan penglihatan. adalah keluhan utama yang terdapat pada penderitapenderita

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan yang kabur atau penurunan penglihatan. adalah keluhan utama yang terdapat pada penderitapenderita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penglihatan yang kabur atau penurunan penglihatan adalah keluhan utama yang terdapat pada penderitapenderita yang datang ke bagian Penyakit Mata. Salah satu penyebab

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA STAMBUK 2007 TERHADAP POSISI DUDUK YANG BENAR

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA STAMBUK 2007 TERHADAP POSISI DUDUK YANG BENAR TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA STAMBUK 2007 TERHADAP POSISI DUDUK YANG BENAR Oleh : DES LASTRIANI HIA 070100161 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEJADIAN FLAT FOOT DENGAN OBESITAS PADA ANAK. Oleh: LAVENIA

HUBUNGAN KEJADIAN FLAT FOOT DENGAN OBESITAS PADA ANAK. Oleh: LAVENIA HUBUNGAN KEJADIAN FLAT FOOT DENGAN OBESITAS PADA ANAK Oleh: LAVENIA 120100080 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 HUBUNGAN KEJADIAN FLAT FOOT DENGAN OBESITAS PADA ANAK KARYA TULIS

Lebih terperinci

CLINICAL SCIENCE SESSION MIOPIA. Preseptor : Erwin Iskandar, dr., SpM(K)., Mkes.

CLINICAL SCIENCE SESSION MIOPIA. Preseptor : Erwin Iskandar, dr., SpM(K)., Mkes. CLINICAL SCIENCE SESSION MIOPIA Preseptor : Erwin Iskandar, dr., SpM(K)., Mkes. Oleh : Yoga Yandika 1301-1209-0053 R. Ayu Hardianti Saputri 1301-1209-0147 Amer Halimin 1301-1006-3016 BAGIAN ILMU PENYAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata (Fazar, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata (Fazar, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata adalah organ tubuh yang paling mudah mengalami penyakit akibat kerja, karena terlalu sering memfokuskan bola mata ke layar monitor komputer. Tampilan layar monitor

Lebih terperinci

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2014 Oleh: ZAMILAH ASRUL 120100167 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Latar belakang : Diperkirakan bahwa 2,3 miliar orang di seluruh dunia mengalami kelainan refraksi. Sebagian besar memiliki kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan kacamata, tetapi hanya 1,8

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 DEFINISI ANAK Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-undang nomor 23 tahun 2002 Tentang perlindungan anak, yang dimaksud anak menurut Undang-undang tersebut adalah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MIOPI PADA MURID SMA NEGERI 3 BANDA ACEH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MIOPI PADA MURID SMA NEGERI 3 BANDA ACEH SEMDI UNAYA-2017, 515-523 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MIOPI PADA MURID SMA NEGERI 3 BANDA ACEH Meri Lidiawati Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Abulyatama,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA TIDUR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN Oleh: NUR AINI BINTI JUSOH NIM:

HUBUNGAN ANTARA POLA TIDUR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN Oleh: NUR AINI BINTI JUSOH NIM: HUBUNGAN ANTARA POLA TIDUR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2011 Oleh: NUR AINI BINTI JUSOH NIM: 080100305 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian ini dilakukan selama bulan September 2012 sampai selesai di Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Tatalaksana Miopia 1. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting.

Tatalaksana Miopia 1. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Tatalaksana Miopia 1. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Histologi Mata Gambar 2.1. Anatomi Mata Sumber: Oftalmologi Umum, Riordan, 2014 Bola mata orang dewasa normal hampir bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PEMAKAIAN LENSA KONTAK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2010, 2011 DAN 2012

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PEMAKAIAN LENSA KONTAK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2010, 2011 DAN 2012 KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PEMAKAIAN LENSA KONTAK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2010, 2011 DAN 2012 TRY HABIBULLAH HADIWIJAYA 100100100 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2014 DI MEDAN TAHUN 2015 OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG 12010017

Lebih terperinci

PREVALENSI PENURUNAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS 4-6 DI YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2010

PREVALENSI PENURUNAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS 4-6 DI YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2010 PREVALENSI PENURUNAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS 4-6 DI YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2010 Oleh: MICHAEL B WIJAYA 070100132 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS BERMAIN VIDEO GAME DENGAN SCHOOL MYOPIA PADA SISWA-SISWI SD ASY SYIFA 1 BANDUNG

HUBUNGAN AKTIVITAS BERMAIN VIDEO GAME DENGAN SCHOOL MYOPIA PADA SISWA-SISWI SD ASY SYIFA 1 BANDUNG HUBUNGAN AKTIVITAS BERMAIN VIDEO GAME DENGAN SCHOOL MYOPIA PADA SISWA-SISWI SD ASY SYIFA 1 BANDUNG Anisa Suangga 1 Helwiyah Ropi 1 Ai Mardhiyah 1 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU STAMBUK 2007 TENTANG REKAM MEDIS OLEH : JONATHAN ANGKASA

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU STAMBUK 2007 TENTANG REKAM MEDIS OLEH : JONATHAN ANGKASA TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU STAMBUK 2007 TENTANG REKAM MEDIS OLEH : JONATHAN ANGKASA 070100356 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU STAMBUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu mata. Ruang pandang penglihatan yang lebih luas, visus mata yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu mata. Ruang pandang penglihatan yang lebih luas, visus mata yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penglihatan binokuler adalah penglihatan menggunakan kedua mata. Penglihatan binokuler mempunyai banyak keunggulan dibandingkan penglihatan dengan satu mata. Ruang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. prestasi belajar pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Fakultas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. prestasi belajar pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Fakultas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan miopia dengan prestasi belajar pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci