Hubungan Perilaku dan Status Refraksi Keluarga dengan Kejadian Miopia pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Mata Solo. Abstrak
|
|
- Widyawati Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Hubungan Perilaku dan Status Refraksi Keluarga dengan Kejadian Miopia pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Mata Solo Mega Aristyana, Wahyu Rima Agustin 2, GalihSetia Adi 3 ) Mahasiswa Program Studi S Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta 2) Staf pengajar Program Studi S Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta 3) Staf pengajar Program Studi S Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta Abstrak Miopia atau rabun jauh adalah suatu kelainan mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tidak terhingga akan dibiaskan di depan retina. Faktor resiko yang paling nyata adalah berhubungan dengan aktifitas jarak dekat, seperti membaca, menulis, menggunakan komputer dan bermain video game. Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Mata Solo, kejadian miopi pada tahun diambil dari catatan rekam medis tiga bulan terakhir dari bulan desember 205 sampai Februari 206 didapatkan hasil sebanyak 360 pasien anak usia sekolah yang menderita myopia. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku dan status refraksi keluarga dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi kuantitatifpendekatancross sectional. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah poli umum Rumah sakit mata solo dilaksanakan bulan Juni Agustus 206. Populasi penelitian ada 360 pasien, teknik purposive sampling sampel penelitian sebanyak 47 responden. Instrumen pengukuran dilihat dari hasil jawaban dari kuesioner. Analisis data Chi Square untuk mengetahui hubungan perilaku dengan kejadian miopisedangkan untuk mengetahui hubungan status refraksi dengan kejadian miopi digunakan uji analisis kendall tau. Hasil penelitian mayoritas responden dari 47 respoden usia 6 9 yaitu sebanyak 24 responden (5,%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 responden (53,2%). Mayoritas perilaku cukup sebanyak 30 responden (63,%).status refraksi mayoritas responden yaitu sebanyak 25 responden (53,2%) menjawab ya.mayoritas responden miopi sedang sebanyak 30 responden (63,8%).Ada hubungan yang perilaku dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo dengan signifikan 0,000 < 0,05. Ada hubungan yang kuat status refraksi dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo dengan signifikan 0,006 < 0,05.. Kata Kunci : perilaku, status refraksi, miopia
2 The behavior and the relationship with Genesis Family Status Refraction Myopia in School- Age Eye Hospital in Solo Abstract Myopia or nearsightedness is a disorder of the eye in which parallel rays coming from infinite distance will be refracted in front of the retina. The most obvious risk factor is associated with a close-range activities, such as reading, writing, using computers and playing video games. Based on preliminary studies in Solo Eye Hospital, the incidence of myopia in the year taken from medical record the last three months of the month of December 205 through February 206 showed as many as 360 patients of school age children who suffer from myopia. The general objective of this study was to determine the relationship of behavior and refractive status of families with incidence of myopia in children of school age in Solo Eye Hospital. This research is a quantitative correlation study cross sectional approach. The location was used as a place of research is common poly solo eye hospital was conducted in June- August 206. The study population there are 360 patients, using purposive sampling samples are 47 respondents. Research instruments were questionnaires. Chi square analysis of the data to determine the relationship with the incidence of myopia behavior while to determine the relationship of refractive status with the incidence of myopia used kendall tau analysis test. The results of the study the majority of respondents from 47 respondents ages 6-9 that as many as 24 respondents (5.%), male gender as much as 25 respondents (53.2%). The majority of behavior is quite as much as 30 respondents (63.%). refractive status of the majority of respondents as many as 25 respondents (53.2%) answered yes. The majority of respondents were myopia by 30 respondents (63.8%). No relationship behavior with the incidence of myopia in children of school age in Solo Eye Hospital with significant 0,000 <0,05. There is a strong relationship status refraction by the incidence of myopia in children of school age in Solo Eye Hospital with significant <0.05. Keyword: behavior, refractive status, myopia
3 PENDAHULUAN World health organization (WHO, 204) menyatakan ada 285 juta orang di dunia terkena gangguan penglihatan dan 39 juta diantaranya mengalami kebutaan serta 246 juta memiliki gangguan penglihatan. Di dunia ini 90 % ternyata pemahaman tentang kesehatan mata kategori rendah. 82 % orang yang hidup di dunia ini mengalami kebutaan saat berumur di atas 50 tahun. Secara umum gangguan penglihatan dimulai dari adanya refraksi yang tidak diperhatikan, sedangkan kebutaan kebanyakan diakibatkan karena adanya katarak. Miopia atau rabun jauh adalah suatu kelainan mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tidak terhingga akan dibiaskan di depan retina. Etiologi miopia belum diketahui secara pasti.ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya miopia seperti, gangguan endokrin, herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia seperti kekurangan kalsium dan kekurangan vitamin. (Desvianita, 2007).Faktor resiko yang paling nyata adalah berhubungan dengan aktifitas jarak dekat, seperti membaca, menulis, menggunakan komputer dan bermain video game. Selain aktifitas, miopia juga berhubungan dengan keturunan. Anak dengan orang tua yang miopia cenderung mengalami miopia. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua miopia adalah 32,9%, sedangkan 8,2% pada anak dengan salah satu orang tua yang miopia dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia (Arianti, 203). Berdasarkan penelitian di negara cina, 83.% anak-anak dengan rata-rata umur 4,6 tahun mempunyai miopi -0.5 D atau kurang(bei dkk, 200)di swedia, satu penelitian menunjukkan anak-anak 2-3 tahun menderita miopi dan 23% dari populasi tersebut membutuhkan kacamata (Gerando dkk,2000) dari satu penelitian dilakukan di sebuah sekolah dijakarta, enam puluh anak (47%) menderita miopi dan sisanya (22%) mengalami kelainan refraksi nonmiopi maupun kelainan organik yang memang tidak dinilai pada penelitian(ferry dkk,2006) Proporsi low vision di Indonesia adalah sebesar 4,8%dengan kisaran antara,7% (di Provinsi Papua) hingga 0,% (di Provinsi Bengkulu).Rendahnya proporsi low vision di Papua berkaitan dengan responrateindividu yang rendah, sehingga proporsi tersebut mungkin tidak mewakili keadaan wilayah provinsiterkait secara keseluruhan, sedangkan di Jawa tengah proporsi low visionsebanyak 5,9 % dan kebutaan % (Riskesdas, 2007).Dari data rekam medis di Rumah sakit Mata Solo,Gangguan penglihatan yang paling sering dialami adalah rabun, dapat berupa rabun melihat benda jauh, rabun melihat benda pada jarak dekat. Semua jenis rabun
4 mata pada intinya merupakan gangguan memfokuskan bayangan benda yang dilihat atau kelainan refraksi (Ametropia). Mata adalah salah satu indera tubuh manusia yang berfungsi untuk penglihatan.meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kurang diperhatikan, sehingga banyak penyakit yang menyerang mata. jika tidak diobati dengan baik maka dapat menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan. Anak sekolah adalah anak yang berusia 6-2 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, dimana apa yang telah terjadi dan di pupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya (Gunarsa, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Mata Solo, kejadian miopi padatahun diambil dari catatan rekam medis tiga bulan terakhir dari bulan desember 205 sampai Februari 206 didapatkan hasil sebanyak360 pasien anak usia sekolah yang menderita miopia. dari 200 pasien atau 30% dari total pasien yang memeriksakan diri di Rumah Sakit Mata Solo. Hasil ini didapat dari data rekam medis pasien di Rumah Sakit Mata Solo Melihat uraian tersebut maka penelitian tentanghubunganperilaku dan status refraksi keluarga dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah perlu untuk dilakukan padapasien di Rumah Sakit Mata Solo. METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi kuantitatifpendekatancross sectional. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah poli umum Rumah sakit mata solo dilaksanakan bulan Juni Agustus 206. Populasi penelitian ada 360 pasien, teknik purposive sampling sampel penelitian sebanyak 47 responden. Instrumen pengukuran dilihat dari hasil jawaban dari kuesioner. Analisis data Chi Square untuk mengetahui hubungan perilaku dengan kejadian miopisedangkan untuk mengetahui hubungan status refraksi dengan kejadian miopi digunakan uji analisis kendall tau. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Usia responden Hasil karakteristik umur responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan usia (n = 47) No Usia f % tahun 0 2 tahun , 48,9 Total Berdasarkan tabel 4. di atas dari 47 responden mayoritas responden usia 6 9 yaitu sebanyak 24 responden (5,%). Jenis Kelamin
5 Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin (n = 47) No Jenis Kelamin F % 2 Laki-laki Perempuan ,2 46,3 Total Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui dari 47 respoden jenis kelamin lakilaki sebanyak 25 responden (53,2%). Perilaku dan status refraksi keluarga dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo Perilaku Tabel 4.4 Perilaku (n = 47) No Perilaku F % 2 3 Baik Cukup Kurang ,3 63,8 4,9 Total Berdasarkan tabel 4.4 mayoritas perilaku cukup sebanyak 30 responden (63,%). Status Refraksi No 2 Tabel 4.5 Status Refraksi (n = 47) Status Refraksi F % Ya 22 46,8 Tidak 25 53,2 Total Berdasarkan tabel 4.5 status refraksi mayoritas responden yaitu sebanyak 25 responden (53,2%) menjawab ya. Kejadian Miopi Tabel 4.6 Kejadian Miopi (n = 47) No Tingkat Pengetahuan F % 2 3 Ringan Sedang Berat ,5 63,8 0,6 Total Berdasarkan tabel 4.6 mayoritas responden miopi sedang sebanyak 30 responden (63,8%). Hubungan perilaku dan status refraksi keluarga dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo Analisis bivariat Hubungan perilaku dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji chi-squaredengan program SPSS dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7 Crosstabulasi perilaku dan Kejadian Miopi Miopi Ringan Sedang Berat Total Perilaku Baik %.0%.0% 2.3% Cukup % 6.7%.0% 63.8% Kurang % 2.% 0.6% 4.9% Total % 63.8% 0.6% 00.0% Berdasarkan tabel crosstabulasi diatas didapatkan perilaku baik dengan kejadian miopi ringan sebanyak 0 responden (2,3%), perilaku cukup kejadian miopi sedang sebanyak 29 responden (6,7%) dan kejadian miopi Ringan sebanyak responden (2,%) dan perilaku kurang terdapat kejadian miopi berat
6 sebanyak 5 responden (,5%), miopi sedang sebanyak responden (2,%) dan miopi ringan sebanyak responden (2,%). Tabel 4.8 Uji Analisis Chi-Square Asymp. Sig. Value df (2-sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Tabel 4.9 Koefisien Kontingensi Value Approx. Sig. Contingency Coefficient Berdasarkan analisi chi-square didapatkan signifikan sebensar 0,000 < 0,05, dengan koefisien kontigensi sebesar 0,775 sehingga dikatakan ada hubungan yang perilaku dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo. Analisisyang digunakan untuk untuk mengetahui hubungan status refraksi dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo, digunakan uji analisis kendall tau, hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Kendall's tau_b Tabel 4.0 Uji Analis Kendall Tau Status Refraksi Miopi Status Refraksi * Miopi 63 * Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai signifikan sebesar 0,06 < 0,05 dengan kekuatan korelasi sebesar 0,63, sehingga dikatakan ada hubungan yang kuat status refraksi dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo PEMBAHASAN Analisis Univariat Usia responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 47 responden mayoritas responden usia pra remaja yaitu sebanyak 24 responden (5,%) merupakan usia sekolah. Menurut Adile (205), anak-anak sering tidak menyadari visusnya menurun dan mungkin tidak mengeluh bahkan ketika mereka menderita mata lelah atau kebutaan.5 Sepuluh persen dari 66 juta anak usia sekolah (5-9 tahun) di Indonesia mengalami kelainan refraksi dan angka pemakaian kacamata koreksi sampai saat ini masih rendah yaitu 2,5% dari kebutuhan. Anak-anak usia sekolah umumnya setiap hari menghabiskan seperempat waktunya di sekolah, demikian halnya akan berpengaruh pada pola makan anak. Anak sekolah mempunyai banyak aktivitas sehingga sering melupakan waktu makan. Jenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian mayoritas dari 47 respoden jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 responden (53,2%). Menurut Adile (205), penelitian yang dilakukan dimana laki-laki lebih tinggi dibandingkan
7 perempuan dengan persentase sebanyak 65,9%. Perilaku Responden Hasil penelitian didapatkan responden mayoritas perilaku cukup sebanyak 30 responden (63,%). Sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2007), perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat di amati dan bahkan dapat dipelajari. Umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah mahluk hidup. Menurut penulis yang disebut perilaku manusia adalah aktifitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan analisa kuesioner dari 28 pernyataan mayoritas perilaku cukup sebanyak 57 responden yang berarti responden menjawab menjawab pernyataan dengan benar antara 7 22 pernyataan yang meliputi pertanyaan perilaku membaca buku, menggunakan computer, menonton televisi. Menurut Lenawati (202), perilaku yang dimaksudkan ini adalah berhubungan dengan perilaku perawatan penglihatan saat belajar yang tidak baik seperti membaca dengan jarak terlalu dekat, pencahayaan lampu belajar yang kurang baik, kebiasaan membaca sambil tiduran. Dimana hal-hal ataupun kebiasaan tersebut apa bila sering dilakukan diyakini dapat menimbulkan atau menyebabkan otototot disekitar mata akan terkondisikan untuk mengalami kontraksi atau penegangan. Apabila kontraksi otot mata berlangsung terus-menerus, maka bola mata bisa semakin memanjang sehingga hal itu dapat beresiko menimbulkan masalah penglihatan miopi. Status refraksi Berdasarkan hasil penelitian status refraksi mayoritas responden yaitu sebanyak 25 responden (53,2%) menjawab ya ada faktor genetik. Adapun faktor resiko penyebab miopia itu sendiri diantaranya adalah faktor keturunan, ras/etnis, dan perilaku. Menurut Optiknisna, 2008 dalam Lenawati (202), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya myopia antara lain yaitu faktor keturunan / genetic, dimana seseorang yang lahir dari orang tua yang memiliki ukuran sumbu bola mata panjang atau menderita myopia maka sangat mungkin atau berisiko tinggi orang tersebut akan mengalami miopia. Kemudian yang kedua adalah factor ras / etnis dimana berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa orang dengan ras Asia memiliki kecenderungan mengalami myopia lebih besar dari pada orang dengan ras Amerika ataupun ras Eropa. Serta yang terakhir adalah factor perilaku, dalam hal ini perilaku yang dimaksudkan adalah berkaitan dengan perilaku perawatan mata atau penglihatan yang tidak baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Melita Perty Arianti dimana dari 44 responden yang mengalami miopia,
8 didapatkan 8 responden memiliki riwayat miopia di keluarga, sedangkan dari 26 responden yang tidak mengalami miopia, 3 orang memiliki riwayat miopia di keluarga dan didapatkan nilai p 0,00. Kejadian miopia Berdasarkan penelitian mayoritas responden miopi sedang sebanyak 30 responden (63,8%). Menurut Sidarta (2006), miopia adalah ketidakmampuan untuk melihat objek pada jarak jauh dengan jelas pada orang dengan miopia, bola mata akan lebih panjang dari normal sehingga sinar yang datang dari objek yang jauh difokuskan di depan retina. Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam: miopia ringan, dimana miopia antara-3 dioptri, miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri, miopia tinggi, dimana miopia 6-0 dioptri Menurut Sidarta (2005), seseorang dengan miopia yang tinggi membaca lebih sering dibanding dengan seseorang dengan miopia rendah ataupun yang tidak miopia yaitu lebih dari 2 buku dalam seminggu. Pekerjaan jarak dekat seperti jarak membaca yang terlalu dekat (< 30 cm) dan lama membaca (> 30 menit) juga dapat meningkatkan terjadinya miopia pada anak. Kebiasaan membaca dalam waktu lama dapat menyebabkan tonus ototsiliaris menjadi tinggi sehingga lensa menjadi cembung yang mengakibatkan bayangan objek jatuh di depan retina dan menimbulkan miopia (Suryanto B., 2006) Menggunakan computer semakin lama orang melihat dekat, akan semakin besar kemungkinannya menderita miopia. Miopia akan mulai timbul bila mengoperasikan komputer minimal 4 jam sehari, dan paling banyak diderita oleh orang-orang yang bekerja dengan melihat dekat selama 8-0 jam sehari. Dengan posisi duduk di depan komputer untuk jangka waktu beberapa jam dapat memperberat kerja otot mata untuk mengatur fokus dan menimbulkan ketegangan mata. Disamping itu, penggunaan komputer berlebihan dapat mempercepat angka kejadian miopia (Ilyas, Sidarta, 2006). Analisis Bivariat Analisis bivariat Hubungan perilaku dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo. Berdasarkan analisi chi-square didapatkan signifikan sebensar 0,000 < 0,05, dengan koefisien kontigensi sebesar 0,775 sehingga dikatakan ada hubungan yang perilaku dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo. Berdasarkan tabel crosstabulasi diatas didapatkan perilaku baik dengan kejadian miopi ringan sebanyak 0 responden (2,3%), perilaku cukup kejadian miopi sedang sebanyak 29 responden (6,7%) dan kejadian miopi Ringan sebanyak responden (2,%) dan perilaku kurang terdapat kejadian miopi berat sebanyak 5 responden (,5%), miopi sedang sebanyak
9 responden (2,%) dan miopi ringan sebanyak responden (2,%). Menurut Ridwan dalam Lenawati (202), semakin banyak indera yang dipakai dalam belajar akan semakin efisien anak belajar. Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan tertib, penuh perhatian, dan dapat mencatat dengan baik. Dan belajar memang tidak lepas dari kegiatan membaca, dan kesulitan seseorang dalam belajar banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Dalam hal ini tentunya indera penglihatan atau mata memiliki peran penting. Dan hal pertama kali yang harus diperhatikan saat belajar adalah mempertahankan jarak mata dengan buku atau tulisan yang dibaca jangan terlalu dekat. 8) Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lenawati (202), terdapat hubungan positif antara perilaku belajar dengan kejadian myopia (rabun jauh), dengan koefisien korelasi 0,707 dengan uji signifikasnsi (ρ) = 0,000 dan taraf kesalahan α = 0,05 sehingga didapatkan ρ < α maka H diterima. Dan terdapat hubungan positif yang menunjukkan bahwa semakin baik perilaku belajar mahasiswa maka semakin kecil resiko untuk menderita atau mengalami kejadian myopia Hubungan status refraksi dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo Analisis yang digunakan untuk untuk mengetahui hubungan status refraksi dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo, digunakan uji analisis kendall tau, didapatkan nilai signifikan sebesar 0,006 < 0,05 dengan kekuatan korelasi sebesar 0,63, sehingga dikatakan ada hubungan yang kuat status refraksi dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo. Menurut Hasibuan (200), faktor keturunan berhubungan dengan miopia. Hal ini mengikuti pola dose response pantera, dimana anak yang kedua orang tuanya mengalami mipopia memiliki kemungkinan hampir 00% mengalami miopia dibandingkan hanya salah satu orang tua yang mengalami miopia (78,9%) dan keduanya tidak mengalami miopia (63%). Menurut Usman (204), faktor resiko keturunan adalah faktor terpenting yang menyebabkan miopia. Orang tua yang miopia cenderung memiliki anak miopia. Penelitian Goss menyebutkan, prevalensi miopia 33-60% pada anak dengan kedua orangtua miopia, pada anak yang memiliki salah satu orang tua miopia prevalensinya 23-40% dan hanya 6-5% anak yang mengalami miopia yang tidak memiliki orang tua miopia. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, ada faktor keturunan yang mendasari seseorang mengalami miopia, dan hal ini cenderung mengikuti pola dose respons pattern. Dalam penelitian ini, anak yang orangtuanya mengalami miopia memiliki kemungkinan menjadi miopia sebesar 22,34%. Penelitian secara genetik juga pernah dilakukan untuk
10 mengidentifikasi lokus genetik yang berhubungan dengan kejadian miopia, terutama miopia ekstrim. Penelitian secara genetik, telah mengidentifikasikan lokus gen untuk miopia (2q, 4q, 7q, 2q, 5q,7q,8p,22q, dan Xq), dan gen 7p5, 7q36 dan 22q dilaporkan ikut mengatur kejadian miopia Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arianti dimana dari 44 responden yang mengalami miopia, didapatkan 8 responden memiliki riwayat miopia di keluarga, sedangkan dari 26 responden yang tidak mengalami miopia, 3 orang memiliki riwayat miopia di keluarga dan didapatkan nilai p 0,00. SIMPULAN Mayoritas responden dari 47 respoden usia 6 9 yaitu sebanyak 24 responden (5,%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 responden (53,2%). Mayoritas perilaku cukup sebanyak 30 responden (63,%). Berdasarkan tabel 4.5 status refraksi mayoritas responden yaitu sebanyak 25 responden (53,2%) menjawab ya. Mayoritas responden miopi sedang sebanyak 30 responden (63,8%). Ada hubungan yang perilaku dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo dengan signifikan 0,000 < 0,05. Ada hubungan yang kuat status refraksi dengan kejadian miopia pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Mata Solo dengan signifikan 0,006 < 0,05. DAFTAR PUSTAKA A. Mukisha Anma dan Achamd Jaelani, 204. Kebiasaan yang Menyebabkan kejadian Rabun Jauh di Poli Mata RSUD Kota Baubau. Jorunal of medical surgical nursing Vol. No. Juni 204, ISSN : pp. -4. Arianti Melita, 203. Hubungan antara Riwayat Miopia di Keluarga dan Lama Aktifitas Jarak Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Pspd Untan. http. /jfk/article/view/3768/3770. diunduh 3 Oktober 204, 5.35 WIB. Arikunto, 200. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praskripsik Edisi V, Jakarta: Reneka Cipra. Fatika Sari Hasibuan Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat dengan Miopa pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Fakultas Keokteran Universitas Sumatera Utara. Gondhowiardjo, dan Simanjuntak 2006 Panduan Manajemen Klinis Perdami. Jakarta : PP Perdami. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, dan Hernowo AS., Refraksi dalam Ilmu Penyakit Mata. Suhardjo Hartono (eds). Yogyakarta : bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM. Hildayanti, 202. Genetika (Materi Genetik). netika-materi-genetik.html Sidarta, Ilyas 2006, Kelainan Refraksi dan Kacamata, Edisi ke-2, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Jakarta Indah Nurkasih, Astrid B. Sulistomo dan Tri Rahayu, Hubungan antara Kerja Jarak Dekat dengan Miopia pada Penjahit Wanita Departemen Stitching
11 Atletik II Pabrik Sepatu X Tahun Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 60, Nomor 3, Maret 200. Mutti D.O., Mitchell G.L.,. Moeschberger M. L, Jones L. A., Zadnik K., Parental Myopia, Near Work, School Achievement, and Children s Refractive Error. Investigative Ophthalmology & Visual Science, (2), pp Notoatmodjo, Soekidjo Promosi Kesehatan dan Ilmu Prelaku. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo Soekidjo, 200. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Riskesdas, Riset Kesehatan Dasar, Laporan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, Desember Sugiyono, 200. Statitiska Untuk Penelitian. Bandung; Al Fabeta WHO, 204. Visual impairment and blindness in 20. Available from: ets/fs282/en/ [Accesed 205 Februari ]
BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata terlalu kuat untuk panjang anteroposterior mata sehingga sinar datang sejajar sumbu mata tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata adalah salah satu dari indera tubuh manusia yang berfungsi untuk penglihatan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar pengetahuan tentang dunia disekeliling kita didapat melalui mata. Sekitar 95% informasi yang diterima otak,
Lebih terperinciHubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sahara Miranda* Elman Boy**
Artikel Penelitian Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Sahara Miranda* Elman Boy** *Program Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir 25% populasi atau sekitar 55 juta jiwa (Anma, 2014). Hasil Riset
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah
Lebih terperinciHANG TUAH MEDICAL JOURNAL
HANG TUAH MEDICAL JOURNAL http://journal-medical.hangtuah.ac.id/ Hubungan Lama Membaca dan Menggunakan Komputer Dengan Ametropia pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Hang Tuah Semester VII Tahun Ajaran
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mata merupakan salah satu syarat penting untuk menyerap berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan, namun gangguan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kelainan refraksi atau ametropia adalah suatu keadaan refraksi dimana sinarsinar sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan dibiaskan
Lebih terperinciHubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Correlation LifeStyle and Myopia in Students of Faculty of Medicine and Health
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA Sepnita Usman Efhandi Nukman Eka Bebasari Email: sepnita.usman@gmail.com
Lebih terperinciKELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO
KELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO 1 Angelia V. Adile 2 Yamin Tongku 2 Laya M. Rares 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 2 Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia, prevalensi kelainan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU BELAJAR DENGAN KEJADIAN MIOPIA (RABUN JAUH)
HUBUNGAN PERILAKU BELAJAR DENGAN KEJADIAN MIOPIA (RABUN JAUH) Helena Lenawati* ; Eka Rudi W** *) Perawat RSUD Pare - Kediri *) Perawat RSUD Pare - Kediri In youth generation or student, myopia is problem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup manusia. Indra penglihatan tersebut adalah mata. Tanpa mata, manusia mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari sebuah benda difokuskan di depan retina pada saat mata dalam keadaan tidak berakomodasi
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012
ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012 31 DESEMBER 2012 Jason Alim Sanjaya, 2014, Pembimbing I : July Ivone, dr.,m.k.k.,mpd.ked.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gangguan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia. Miopia adalah gangguan refraksi yang disebabkan sumbu optik bola mata lebih panjang, sehingga
Lebih terperinciPrevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur
Artikel Penelitian Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur Dedy Fachrian,* Arlia Barlianti Rahayu,* Apep Jamal Naseh,* Nengcy E.T Rerung,* Marytha Pramesti,* Elridha
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA
PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA Tesis Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Dokter Spesialis Mata Oleh
Lebih terperinciKELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU
Jurnal e-clinic (ecl), Volume, Nomor, Juli 014 KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU 1 Richard Simon Ratanna Laya M. Rares 3 J. S. M. Saerang 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil pada usia remaja 2, namun pada sebagian orang akan menunjukkan perubahan ketika usia dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa tidak
Lebih terperinciPengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia. di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun
Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun Tika Septiany 1 Yunani Setyandriana 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2 Bagian Mata FK UMY Abstrak Myopia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan gaya hidup atau lifestyle dengan kejadian miopia pada mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi di mana sinar-sinar sejajar garis pandang pada keadaan mata tidak berakomodasi difokuskan di depan retina. Miopia dapat
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MIOPI PADA MURID SMA NEGERI 3 BANDA ACEH
SEMDI UNAYA-2017, 515-523 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MIOPI PADA MURID SMA NEGERI 3 BANDA ACEH Meri Lidiawati Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Abulyatama,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. paparan masing masing subjek kasus dan kontrol. Penelitian ini merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian case control dimana peneliti menggunakan kasus yang sudah ada dan memilih kontrol (non kasus) yang sebanding.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat diatasi (American Academy of Ophthalmology, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan
Lebih terperinciPREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL
PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2014 Oleh: ZAMILAH ASRUL 120100167 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Gaya Hidup a. Definisi Gaya Hidup atau lifestyle adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
Lebih terperinciHUBUNGAN KEBIASAAN SEMASA MELIHAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN
HUBUNGAN KEBIASAAN SEMASA MELIHAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2007-2009 Oleh: MOHD REDZUAN BIN NORAZLAN 070100305 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 HUBUNGAN KEBIASAAN
Lebih terperinciKata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2014 Meisye S. Hanok*, Budi T. Ratag*, Reiny A. Tumbol** *Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Struktur
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Saraginta P. Mosesa*, Angela F.C. Kalesaran*, Paul A. T. Kawatu*
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Salah satu aspek perkembangan teknologi ini ditandai dengan adanya permainan audiovisual
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciTedy Candra Lesmana. Susi Damayanti
TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Diabetes mellitus DAN DETEKSI DINI DENGAN MINAT DETEKSI DINI PADA MASYARAKAT DI DESA DRONO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN 1 Tedy Candra Lesmana 2 Susi Damayanti 1,2 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mata merupakan salah satu organ indera yang menjadi sarana masuknya informasi untuk selanjutnya diproses oleh otak. Mata berperan penting bagi manusia, melalui
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN SUMBER INFORMASI DENGAN TINDAKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP NEGERI 9 MANADO. Junita Ch. Wenas*, Adisti A. Rumayar*, Grace D. Kandou* *Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciPHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea
PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup
Lebih terperinciANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Aan Sunani, Ratifah Academy Of Midwifery YLPP Purwokerto Program Study of D3 Nursing Poltekkes
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.
39 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat. (1) Penyebab utama kebutaan adalah katarak, glaukoma, kelainan refraksi, dan penyakit-penyakit
Lebih terperinciHubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Derajat Kelainan Refraksi pada Anak di RS Mata Cicendo Bandung
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Derajat Kelainan Refraksi pada Anak di RS Mata Cicendo Bandung 1 Della Ihsanti, 2 Suganda Tanuwidjaja, 3 Titik Respati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mata adalah panca indera penting yang perlu pemeriksaan dan perawatan secara teratur. Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya dimulai pada usia dini. Pada anak 2,5-5
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGGUNAAN GADGET
NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGGUNAAN GADGET TERHADAP PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN PADA ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN) DI SD MUHAMMADIYAH 2 PONTIANAK SELATAN WIDEA ERNAWATI I 31111024 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Lebih terperinciABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS
51 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS Arif Nurma Etika 1, Via Monalisa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kadiri e-mail: arif_etika@yahoo.com ABSTRACT Diabetes Mellitus
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA
Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak pada kehidupan sehari-hari. Pekerjaan dan segala hal yang sedang. saatnya untuk memperhatikan kesehatan mata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan mata kita dapat melihat dan menikmati keindahan ciptaan Allah
Lebih terperinciSTUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WUS DALAM DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DESA GENUK KECAMATAN UNGARAN BARAT TAHUN 2015 JURNAL SKRIPSI
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG
AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN
Lebih terperinciHUBUNGAN LINGKUNGAN KELAS TERHADAP KELAINAN REFRAKSI MIOPIA PADA SISWA KELAS 5 SD DI SD X SEMARANG
HUBUNGAN LINGKUNGAN KELAS TERHADAP KELAINAN REFRAKSI MIOPIA PADA SISWA KELAS 5 SD DI SD X SEMARANG Lutfi Andrias, Hanifa Maher Denny, Siswi Jayanti Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Kacamata Koreksi pada Penderita Miopia terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 34 Surabaya
Pengaruh Pemberian Kacamata Koreksi pada Penderita Miopia terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 34 Surabaya Syafi in dan Arief Wibowo Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata (Fazar, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata adalah organ tubuh yang paling mudah mengalami penyakit akibat kerja, karena terlalu sering memfokuskan bola mata ke layar monitor komputer. Tampilan layar monitor
Lebih terperinciHUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Di ajukan sebagai salah satu syarat Untuk mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI BANK X KOTA BANGKO
JURNAL KESEHATAN TERPADU 1(2) : 68-72 ISSN : 2549-8479 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI BANK X KOTA BANGKO Novi Berliana 1, Fauzia Rahmayanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya kesehatan mata yang optimal sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan : Upaya Pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,
Lebih terperinciPEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF PADA PENDERITA PRESBYOPIA DENGAN STATUS REFRAKSI MYOPIA. Karya Tulis Ilmiah
PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF PADA PENDERITA PRESBYOPIA DENGAN STATUS REFRAKSI MYOPIA Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir Pada Program Studi Diploma lll
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN SISWA BERKACAMATA TENTANG KELAINAN REFRAKSI DI SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN Oleh : RAHILA
GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA BERKACAMATA TENTANG KELAINAN REFRAKSI DI SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN 2010 Oleh : RAHILA 070100129 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 GAMBARAN PENGETAHUAN
Lebih terperinciUNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK
UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 Teguh Imam Santoso 2013-35-004 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LIMFOMA
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD JURNAL PENELITIAN Oleh : 1. Anik Enikmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep 2. Fatihah Hidayatul Aslamah, Amd.Kep SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam bidang teknologi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam bidang teknologi informasi. Penggunaan komputer di setiap rumah dan warung internet telah memberikan berbagai
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN
FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2011-2014 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1
Lebih terperinciHubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung
The Relation Of Socially With Friends Againts Act Of Smoking Elementary School Students In District Panjang Bandar Lampung Firdaus, E.D., Larasati, TA., Zuraida, R., Sukohar, A. Medical Faculty of Lampung
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Perbedaan Faktor Lingkungan, Perilaku Ibu dan Faktor Sosiodemografi Pasien Diare Anak di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung pada Peserta BPJS dan
Lebih terperinciHUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU Elda Nazriati Dan Chandra Wijaya (Department Of Physiology, Medical Faculty
Lebih terperinciHUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014
HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014 Imelda Erman, Yeni Elviani, Bambang Soewito Dosen Prodi
Lebih terperinciHUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN.
HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN Oleh: RIA AMELIA 100100230 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 HUBUNGAN
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Lebih terperinciIka Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun
Lebih terperinciBerdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:
MIOPIA A. Definisi Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki m ata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak
Lebih terperinciKata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tepat di retina (Mansjoer, 2002). sudah menyatu sebelum sampai ke retina (Schmid, 2010). Titik fokus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Miopia a. Definisi Miopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE
KARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2005 2015 OLEH : GOKULLSHAUTRI A/L SINALTHAN 130100417 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016
Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016 Deri Ade Pratama *), Dyah Ernawati **) *) Alumni S1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian ini dilakukan selama bulan September 2012 sampai selesai di Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciKata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.
HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN PEMBERIAN EKSLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Ridzka Cristina* Nova H. Kapantow, Nancy
Lebih terperinciJUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 3-5 TAHUN DI TK PERMATA HATI TAHUN 2015 Sun Aidah Andin Ajeng Rahmawati Dosen Program Studi DIII Kebidanan STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro
Lebih terperinciHUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS
HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Lebih terperinciKata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90
PENGARUH PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAWI KABUPATEN NGAWI Erwin Kurniasih, Hamidatus Daris Sa adah Akademi Keperawatan
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN PENDERITA MIOPI TENTANG KESEHATAN MATA. Oleh : EVELYNE THERESIA
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN PENDERITA MIOPI TENTANG KESEHATAN MATA Oleh : EVELYNE THERESIA 080100245 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 TINGKAT PENGETAHUAN
Lebih terperinciPerbedaan Efektivitas Antara Kacamata dan Soft lens TerhadapProgesivitas Derajat Miop.
Perbedaan Efektivitas Antara Kacamata dan Soft lens TerhadapProgesivitas Derajat Miop. Effectiveness of Spectacles and Soft lens in Myopia Progession Linda Setiasih 1, Yunani Setyandriana Sp.M 2, 1 Program
Lebih terperinciejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK ASIA SEKOLAH (6-12 TAHUN) DI DESA TUMARATAS DUA KECAMATAN LANGOWAN BARAT Jein Olifia Kapantow Josef S. B. Tuda Tati Ponidjan Program
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)
HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA) Her Endah Prasetyowati her_endah@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciKeluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia. Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer
ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer Abstrak Fitri Permatasari 1, Yunani
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KEMOTERAPI DENGAN KECEMASAN DALAM MENJALANI TINDAKAN KEMOTERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No., April 05 55 HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KEMOTERAPI DENGAN KECEMASAN DALAM MENJALANI TINDAKAN KEMOTERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Bayu Teovilus, Dwi Kartika
Lebih terperinciHUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG
HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA
Lebih terperinciOleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara
PREVALENSI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DENGAN RIWAYAT MEROKOK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK (RSUP HAM) MEDAN PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2009 Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH 070100443
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA ANAK DI SDN CEMARA DUA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
HUBUNGAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA ANAK DI SDN CEMARA DUA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran WAHYU APRILLIA G0010194 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciSKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KESESUAIAN HARAPAN ORANG TUA DENGAN DIRI DALAM PILIHAN STUDI LANJUT DENGAN TINGKAT STRES PADA SISWA KELAS XII DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Dita Dityas Hariyanto NIM 092310101015
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN ANGKATAN VII STIKES CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
HUBUNGAN TINGKAT PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN ANGKATAN VII STIKES CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG Maria H. Wea 1), Sakti O. Batubara 2), Akto Yudowaluyo 2) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2016
96 Lampiran 1 KUESIONER HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN (B6, B12, B9), OLAHRAGA DAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL No. Responden : FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DAN UMUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TARABITAN KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Gloria J. Tular*, Budi T. Ratag*, Grace D. Kandou**
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Pada saat lahir mata bayi normal cukup bulan berukuran kira-kira 2/3 ukuran mata orang dewasa. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, dilakukan penelitian untuk memahami teori yang berkembang bahwa faktor genetik
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa tidak
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR. KARIADI Rifqi Aziz Fauzian 1, Fifin Luthfia Rahmi 2, Trilaksana
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL
Jurnal maternal Dan Neonatal, 12/12 (2016), Hal 1-7 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL Heni Triana,
Lebih terperinci