BAB I PENDAHULUAN. (RRC) pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung ( ). Topik ini menjadi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (RRC) pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung ( ). Topik ini menjadi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skripsi ini membahas tentang politik luar negeri Republik Rakyat Cina (RRC) pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung ( ). Topik ini menjadi menarik karena walaupun sebagai negara yang baru lepas dari penjajahan pada tahun 1949, dibawah kepemimpinan Mao Tse Tung RRC langsung mengambil peran yang khusus dalam dunia Internasional. Ini terlihat dari perannya dalam perang Perang Korea pada tahun 1950 serta kampanye perjuangan revolusionernya ke seluruh dunia. Bahkan posisinya dapat dikatakan sebagai kekuatan yang sangat mempengaruhi dalam persaingan antara dua negara adikuasa saat itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dilahirkan pada 26 Desember 1893 di Shaoshan, provinsi Hunan Cina, Mao Tse Tung pertama kali diperkenalkan kepada Marxisme saat bekerja sebagai asisten perpustakaan di Peking University. Pada tanggal 23 Juli 1921 Mao yang berumur 27 tahun menghadiri Kongres Nasional Partai Komunis Cina (PKC) di Shanghai. Duat tahun kemudian, ia terpilih sebagai salah satu dari lima komisaris dari Komite Sentral Partai. 1 Pada masa ini sebagian besar wilayah Cina dikuasai oleh Pemerintahan Nasionalis dibawah kepemimpinan Chiang Kai Sek. Pada tahun 1927, Mao Tse Tung melancarkan suatu pemberontakan di Propinsi Hu Nan di Cina Tengah. Pemberontakan yang dilakukan Mao bersama kaum tani ini mengalami kegagalan. Dari pengalaman tersebut Mao Tse Tung kemudian mengembangkan strategi perang grilya dengan pedesaan sebagai daerah andalannya, yang kemudian 1 Xu Xin, Lima Orang Cina Pengubah Dunia, Yogyakarta, Pustaka Solomon, 2010, hal. 91

2 daripada itu menjadi kekuatan merongrong kelangsungan hidup Pemerintah Republik Nasional Cina. 2 Untuk menumpas gerakan kaum komunis tersebut Chiang Kai Sek membangun kekuatan militer untuk melaksanakan suatu operasi militer di Propinsi Jiangxi. Akibat serangan itu kaum komunis mengalami kehancuran yang cukup besar. Untuk menghindari kehancuran total Mao Tse Tung memutuskan untuk meninggalkan Propinasi Jiang Xi bersama sisa pasukan yang selamat, menuju ke arah barat melalui daerah pegunungan dan pedesaan yang medannya sulit dijangkau oleh tank, artileri, dan pesawat terbang pihak lawan (Oktober 1934). 3 Gerakan penyelamatan diri tersebut kemudian dikenal dengan nama Hijrah Akbar (The Long March). Sementara itu Jepang yang mulai menjalankan politik ekspansionisnya mulai memperluas agresinya di Cina. Invasi Jepang ini menciptakan musuh bersama bagi bangsa Cina yang kemudian mendorong terbentuknya Front Persatuan Cina (Februari 1937). Yaitu adalah front persatuan kaum komunis dengan kaum nasionalis untuk melawan Jepang. Setelah Jepang Berhasil dipukul mundur dan keluar dari Cina (Agustus 1945). Maka konflik antar kaum Komunis dan Nasionalis berlanjut dan meningkat lagi menjadi bentrokan bersenjata. Pertempuran semakin lama semakin meluas. Pada akhir tahun 1947 kaum komunis berhasil melumpuhkan kekuatan pokok dari pasukan nasionalis. Setelah berhasil menguasai lebih dari separuh wilayah Cina, Mao Tse Tung memproklamasikan Republik Rakyat Cina (1 oktober 1949). 4 2 WD Sukisman, Sejarah Cina Kontemporer dari Revolusi Nasional Melalui Revolusi Kebudayaan Sampai Modernisasi Sosialis, Jakarta, PT. Pradnya Paramitha,, 1992, hal Ibid 4 Jame R.Townsend, B. Womack, Politics In China, Toronto, Little Brown Company, 1986, hal. 70

3 Dimana mao Tse Tung ditetapkan sebagai Pemimpin tertinggi Partai Komunis Cina yang sekaligus juga menjadi Pemimpin tertinggi RRC. Sebagaimana negara-negara komunis lainnya pada masa itu, RRC juga menggunakan sistem politik yang otoriter, dimana pengambilan keputusan dan proses perumusan kebijakan sangat dominan pada Pemimpin tertinggi. Ini terlihat jelas, dimana selama memimpin RRC, kebijakan Mao Tse Tung sangat dominan dalam menentukan kebijakan RRC di semua bidang. Berbagai tulisan, hasil pemikirannya dan namanya dijadikan menjadi konstitusi RRC dan anggaran dasar bagi Partai Komunis Cina, bahkan kemudian berkembang menjadi kultus pribadi. Di bawah pemerintahan Mao ( ), RRC menjalankan sistem perencanaan terpusat, ekonomi komando dan menempuh secara ekstrim jalan sosialis. 5 Di bawah gerakan revolusi sosialis pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang membatasi kebebasan individu, serta pengaturan dan kontrol penuh negara atas; alat-alat produksi dan kehidupan rakyatnya. Berbagai kebijakan seperti gerakan landreform (1950), pembentukan komune-komune rakyat, undangundang perkawinan (1953) dikeluarkan untuk mewujudkan suatu konstruksi masyarakat yang sosialis menurut perspektif Mao. Menurut Mao suatu konstruksi masyarakat sosialis akan menjadi sempurna bilamana semua sumber penyebab munculnya sistem kapitalisme, yaitu semangat berkompetisi, kebebasan individu, kehidupan yang eksklusif, elitis, profesionalis, teknokratis, dan dipenuhi rangsangan material akibat perkembangan nilai kultur, agama dan intelektualisme dilenyapkan. Berbagai kampanye politik seperti Biarkan Seratus Bunga Berkembang (1956), Lompatan jauh Kedepan (1958), Revolusi Kebudayaan ( ) 5 Poltak Partogi, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal. 53

4 dilancarkan Mao untuk mengeliminasi para pemimpin nasional yang bertentangan dengannya dari percaturan politik RRC, agar pembangunan sosialis dapat diarahkan sesuai dengan konsepsi pemikirannya. Tentu saja kondisi di dalam negeri tersebut juga mempengaruhi dan membentuk politik luar negeri RRC pada masa itu. Sejak dahulu bangsa Cina merupakan sebuah bangsa yang berperadaban tinggi. Di saat bangsa-bangsa lain yang masih langka dengan pengetahuan tentang teknologi unggul seperti pembuatan tekstil, kertas, keramik, arsitektur bangunan, sistem pengobatan dan lainnya, bangsa Cina justru telah memanfaatkan semua hal itu dalam kehidupan sehari-hari. 6 Peradaban bangsa Cina yang sudah tinggi ini menyebabkan negerinya disebut Zhongguo, kerajaan tengah yang menjadi pusat orientasi dunia. Dalam konsepsi bangsa Cina, bangsa yang hidup di wilayah tengah merupakan bangsa yang mulia dan berpreadaban tinggi. Sedangkan bangsa-bangsa yang hidup di luar wilayahnya, dikategorikan sebagai bangsa-bangsa barbar, yang berperadaban rendah, sebab Kaisar Cina merupakan Putra Surga yang memerintah umat manusia di seluruh dunia. Disebutkan pula kerajaan-kerajaan Cina memandang kerajaan-kerajaan yang hidup di luar wilayah tengah sebagai negaranegara vassal belaka, yang wajib mengakui kedaulatan bangsa Cina, melalui penyerahan upeti. 7 Penolakan penyerahan upeti akan berakibat pada dikirimkannya armada Cina untuk memberi pelajaran dan hukuman, karena dianggap tidak mengakui kedaulatannya. Sebagai salah satu contoh adalah pendaratan armada Cina di Tuban pada tahun 1293, untuk menghukum Kertanegara. 8 Sebaliknya, raja- 6 Ibid, hal Paul H. Clyde, The Far East: A History of the Impact of the West on Eastern Asia, New York, Prentice-Hall, 1958, hal Partogi, op.cit, hal. 112

5 raja yang tidak menolak membayar upeti, memperoleh perlindungan dari Kaisar Cina, dari serangan musuh-musuh mereka. Kalau secara historis selama berabad-abad Cina merupakan suatu kekuatan besar dan menjadi pusat orientasi dunia, maka pada abad ke 19 Cina merupakan daerah semi-koloni, karena banyak wilayah Cina terbagi-bagi dalam wilayah konsesi milik sekian banyak negara Eropa, Kerajaan Rusia serta Jepang. 9 Bahkan pada Perang Dunia II Cina merupakan daerah ekspansi Jepang dan merasakan kekejaman tentara Jepang. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, setelah diproklamasikan pada 1 Oktober 1949, RRC dibawah kepemimpinan Mao Tse Tung, RRC berusaha untuk meningkatkan keamanan internasionalnya dengan menjalin hubunganhubungan dengan negara-negara komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet dan menganjurkan perjuangan revolusi bersenjata untuk melawan imprealisme di seluruh dunia. 10 Sebagaimana yang terlihat dari keterlibatan RRC di dalam perang kemerdekaan Vietnam dan Perang Korea (1950). Berbagai dukungan dan bantuan RRC terhadap gerakan revolusioner tersebut membawa RRC dicap oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan dunia internasional sebagai negara agresor. Kemudian dunia dikejutkan dengan dianutnya kebijakan politik luar negeri Hidup Berdampingan Secara Damai pada tahun 1950-an yang kemudian di kembangkan menjadi Dhasa Sila Bandung pada konferensi Asia Afrika pada tahun Pada masa ini RRC mulai menjalin hubungan dengan negara-negara nonkomunis. 9 Ibid, hal Lilian Craig Harris, China s Foreign Policy Toward The Third World, Praegers Publishers, Naw York, 1985, hal. 27

6 Pergantian kepemimpinan Uni Soviet dari Joseph Stalin kepada Nikita Khrushchev ikut mempengaruhi politik luar negeri RRC pada tahun 1960-an, dimana kemudian Uni Soviet sebagai pemimpin dari blok komunis yang sekaligus sekutu terdekat RRC mengadakan peredaan ketegangan (détente) dengan Amerika Serikat yang dianggap RRC sebagai lambang dari imprealis dunia. Keadaan ini disebut Mao sebagai persekongkolan imprealisme Amerika Serikat dan revisionisme Uni Soviet. 11 Maka RRC menjalankan politik luar negeri yang menentang kedua negara adidaya tersebut melalui pendekatan ke negara-negara berkembang di Dunia Ketiga. Meningkatnya ancaman Uni Soviet terhadap RRC pada tahun 1970-an yang ditandai pelipatgandaan kekuatan militer Uni Soviet di sepanjang perbatasan RRC untuk mencegah RRC menuntut kembali wilayah yang telah dikuasainya, perluasan pengaruh Uni Soviet di kawasan Asia, dan ekspansi Uni Soviet ke beberapa negara Eropa Timur mendorong RRC untuk menjalin persekutuan dengan Amerika Serikat untuk menentang Uni Soviet. Yang kemudian membawa pengakuan PBB terhadap RRC sebagai pemerintahan yang sah di dataran Cina. Akan sangat menarik untuk meneliti politik luar negeri RRC pada masamasa itu, masa-masa yang menurut seorang Sinolog asal Australia Stuart Harris sebagai masa-masa dimana politik luar negeri RRC tidak dapat diprediksi. 12 Kajian menjadi lebih menarik mengingat kondisi sosial politik saat itu, dimana terjadinya pertentangan antara dua ideologi besar dunia yang tentu saja mempengaruhi kepentingan nasional yang merupakan landasan dalam politik suatu negara. 11 Umar, S. Bakry, Cina Quo Vadis? Pasca Deng Xiaopeng, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997, hal Stuart Harris, Globalisation and China s Diplomacy: Structur and Process, Canberra, RSPAS Australian National University, 2002, hal. 4

7 Oleh sebab itu skripsi ini mencoba untuk membahas secara mendalam dengan menggunakan beberapa pendekatan untuk dapat menjelaskan politik luar negeri RRC pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung yang menjadi topik dalam penulisan skripsi ini. 2. Fokus Dan Pertanyaan Penelitian Penelitian ini akan berfokus pada politik luar negeri RRC pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung (tahun ). Pertanyaan yang hendak dicari jawabannya yaitu: 1. Bagaimana politik luar negeri RRC pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung ( )? 2. Apa yang menjadi kepentingan dari politik luar negeri RRC pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung ( )? 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan pertanyaan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bagaimana politik luar negeri RRC pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung ( ) 2. Mengetahui kepentingan dari politik luar negeri RRC pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung ( )

8 4. Konsep Teoritis 4.1. Kepentingan Nasional Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Morgenthau mendeinisikan kepentingan nasional sebagai suatu konsep yang harus diartikan sebagai power. Artinya bahwa posisi power yang harus dimiliki negara merupakan pertimbangan utama yang memberikan bentuk kepada kepentingan nasional. Morgenthau menyamakan kepentingan nasional dengan usaha negara untuk mengejar power dimana power dipandang sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk memelihara maupun mengembangkan kontrol terhadap negara lain. 13 Oleh karena itu menurut Morgenthau strategi diplomasi harus dimotivasi oleh kepentingan nasional yang bersifat prudent dan realistis bukan oleh kriteria moralistik dan legalistic. Sedangkan dalam merumuskan kepentingan nasional J. Frankel berpendapat bahwa gagasan mengenai kepentingan nasional didasarkan pada nilainilai dari masyarakat nasional bersangkutan, nilai-nilai yang dapat dianggap sebagai produk kebudayaanya dan sebagai ekspresi dari rasa perpaduan nilai-nilai yang menetapkan apa yang dianggap benar dan adil bagi manusia. Frankel dalam menetapkan kepentingan, sistem nilai menjadi pedoman perilaku. Selanjutnya Budiono mengatakan bahwa dalam kenyataanya berbagai sasaran politik luar negeri dapat mencakup lebih dari satu kategori dan dapat mempunyai lebih dari satu sifat sekaligus. Kepentingan nasional jarang dapat dibaca secara sederhana, aspeknya sering tidak dapat ditafsirkan secara eksklusif. 14 Jadi menurut 13 Suprapto, Hubungan Internasional: Sistem Interaksi dan Perikaku, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, hal J. Frankel, Hubungan Internasional, Jakarta, ANS Sungguh Bersaudara, 1980, hal. 56

9 Kepentingan nasional selalu berkaitan erat dengan keamanan, kesejahteraan dan juga power Politik Luar Negeri Untuk dapat menganalisis politik luar negeri suatu negara, diperlukan berbagai tingkat analisis yang dapat memberikan kepada kita perspektif yang paling berguna dan dari perspektif itu kita menjelaskan dan memahami politik luar negeri suatu negara. 16 Kita tidak dapat memahami politik luar negeri suatu negara sebagaimana layaknya, dengan hanya mengkaji kebutuhan kebutuhan sosial dan ekonomi suatu negara, kita juga harus memiliki sejumlah pengetahuan dan juga pertimbangan ideologi dan konfigurasi kekuatan umum, pengaruh dominasi dan subordinasi di seluruh dunia. Karakteristik utama dari lingkungan luar tidak kalah penting daripada lingkungan internal negara. Oleh karena itu dua tingkat analisis ini digunakan untuk mendapatkan hasil analisis yang komprehensif untuk menjelaskan dan memahami politik luar negeri suatu negara. 15 Budiono Kusumohadidjojo, Hubungan Internasional: Keragka Studi Analitis, Jakarta, Binacipta, 1987, hal K J Holsti, Politik Internasional Kerangka untuk Analisis Jilid 1, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1988, hal, 16

10 4.3. Nasionalitas Dalam bagian ini, peneliti mencoba menjelaskan faktor-faktor internal atau dengan kata lain kepentingan nasional dari RRC sebagai alat analisis dalam menjelaskan dan memahami politik luar negeri RRC. Analisis ini meliputi lima faktor, yaitu kebutuhan sosial dan atribut nasional, ideologi, dinamika politik dalam negeri, tipe rezim, dan faktor birokratis RRC pada masa dimana penelitian ini difokuskan ( ). Dimulai dengan melihat faktor pertama yaitu kebutuhan sosial dan atribut nasional. Beberapa tujuan, keputusan, dan tindakan politik luar negeri dirumuskan atau diambil untuk memenuhi kebutuhan sosial umum dan memajukan kepentingan khusus dari berbagai kelompok domestik. 17 Beberapa kebutuhan hanya dapat dijamin oleh tindakan pemerintah terhadap negara lain. Contohnya adalah bila suatu pemerintahan merundingkan suatu persetujuan tarif dengan negara lain untuk melindungi investasinya atau investasi warga negaranya. Lebih penting lagi adalah karakter geografis, demografis, tingkat perkembangan (akan dibahas lebih jauh pada bagian sistem internasional), dan sumber daya suatu negara yang menciptakan kebutuhan sosial dan ekonomi umum yang hanya dapat dipenuhi melalui transaksi dengan negara lain. 18 Sebagaimana yang kita ketahui, RRC mempunyai luas kurang lebih seperlima dari eluruh luas dunia atau seperempat dari seluruh luas Asia dan mempunyai perbatasan langsung dengan lima belas negara (pada saat itu Hongkong dan Makau masing-masing masih merupakan daerah protektorat Inggris dan Portugal) dengan garis perbatasan yang lebih dari kilometer persegi, khususnya yang terpanjang denagn Uni 17 K J Holsti, Politik Internasional Kerangka untuk Analisis Jilid 2, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1988, hal, Ibid

11 Soviet dan dikelilingi oleh tiga kawasan penting yaitu Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Pasifik (sekalipun setiap kawasan tumpang tindih) serta memiliki jumlah penduduk sekitar 22% dari seluruh penduduk dunia, di samping itu pada saat itu RRC juga masih mempunyai banyak sumber-sumber daya alam yang belum dimanfaatkan. 19 Karakteristik geografi dan penyebaran sumber daya alam menentukan kepercayaan diri suatu negara dan ketergantungan terhadap negara lain, iklim menentukan tumbuhan pangan apa yang dapat ditanam dan lain sebagainya. Berbagai karakteristik di atas tentu saja mempengaruhi kebijakan dengan mendorong atau membatasi pilihan-pilihan dalam merumuskan kebijakan luar negeri. Jelaslah diketahui bahwa setiap perkembangan politik internasional di sepanjang perbatasan di kawasan Asia Tenggara, Asia timur, dan Asia Pasifik akan mempengaruhi RRC, mengingat beberapa daerah di kawasan itu secara historis maupun ekonomi merupakan tempat-tempat yang strategis bagi RRC. Berbagai kawasan di atas menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh RRC. Seperti bahan mentah, aliran modal, dan teknologi yang diperlukan bagi industry serta pasar bagi hasil produksi RRC. Mengingat bahwa Mao melancarkan berbagai program pembangunan yang radikal. Selain itu besar negara yang diukur menurut jumlah penduduk juga mempengaruhi kebijakan politik luar negeri. Negara besar lebih banyak merupakan pemerakarsa konflik daripada negara kecil. Negara besar cnderung melihat diri mereka sebagai mempunyai tugas tugas dan fungsi fungsi yang lebih besar daripada negara kecil. Bila kita mengaitkan tujuan suatu negara dengan unsur kekuatannya, maka suatu negara besar mempunyai keunggulan yang lebih unggul, 19 Partogi, op.cit, hal. 110

12 dengan kata lain, semakin besar negara itu, semakin besar kekuatannya, semakin ambisius sasarannya. Makin banyak kepentingan yang haru dibela dan dilindungi. Kedua faktor ideologi, faktor ideologi menjadi penting dalam menjelaskan politik luar negeri RRC, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ideologi Marxist-Leninist menjadi sangat penting dan yang paling dominan dalam membentuk kebijakan RRC dalam negerinya pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung. Ideologi merupakan kerangka intelektual yang digunakan oleh para pembuat kebijakan untuk memperhatikan realitas, untuk menetapkan sasaran jangka panjang suatu perilaku ekstern negara, untuk digunakan sebagai suatu rasionalisasi dan pembenaran bagi pilihan berbagai keputusan politik luar negeri yang khusus, ideologi juga digunakan untuk member batasan terhadap tahap-tahap perkembangan sejarah yang mengedepankan strategi politik luar negeri yang khusus, serta membentuk sistem moral dan etika yang membantu menentukan sikap dan krtiteria penilaian yang tepat untuk menilai suatu tindakan. 20 Faktor ketiga adalah dianmika politik dalam negeri RRC. Dinamika politik dalam negeri RRC tidak pernah berhenti dari pergolakan. Di amping karena adanya permusuhan pribadi, permusuhan antar kelompok kian mempertajam pertentangan mengingat terdapatnya perbedaan dalam garis pemikiran dan perjuangan yang dianut masing-masing subjek. Dapat digambarkan bahwa terjadi tarik menarik kepentingan antara Partai Komunis Cina (PKC) dengan unsur kekuatan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR), serta kekuatan-kekuatan politik lain yang diidentifikasi sebagai: Kelompok Revolusioner Radikal, Kelompok 20 Holsti jilid 2, op. cit, hal. 92

13 Pragmatis-Realis dan Kelompok Moderat. 21 Perlu diingat bahwa individu-individu merupakan kekuatan politik tersendiri. Keadaan ini sangat mempengaruhi proses perumusan kebijakan. Karena suatu perumusan kebijakan akan menghadapi tekanan-tekanan untuk penyesuaian dari kekuatan-kekuatan politik yang bertarung. Keempat faktor birokratis, faktor birokratis mempengaruhi psoses pembuatan kebijakan. Karena tujuan keputusan, dan kebijakan biasanya dibuat dalam hubungan birokratis-politis. Suatu kebijakan merupakan akibat dari perundingan dari berbagai instansi pemerintah yang dipengaruhi oleh tradisi organisasi dan pertentanga birokratis yurisdiksi. Menurut Agraham Allison dan Morton Halperin kompleksitas birokratis merupakan karakteristik yang terdapat pada hamper semua negara. Dalam konteks RRC, struktur perumusan kebijakan luar negeri merupakan interaksi dari tiga lembaga, yaitu negara, partai, dan militer serta lembaga-lembaga lain yang sifatnya hanya memberikan referensi-referensi di bidangnya masingmasing seperti bidang ekonomi, militer dan lain sebagainya. Kebijakan merupakan suatu campuran dari bagaimana para birokrat memberikan cirri pada situasi dan posisi apa yang telah mereka tujuan, dengan memperjuangkan persaingan dan tradisi birokratis. Perlu diingat bahwa pimpinan tertinggi merupakan faktor dominan dalam proses pembentukan kebijakan di RRC. Kualitas dari staf-staf birokrasi juga mempengaruhi proses-proses perumusan kebijakan terutama kemampuan negosiasi, dan bahasa. Faktor kelima tipe rejim. Tipe rejim politik atau ekonomi pada sebuah negara dapat menjadi sangat penting. RRC dengan sistem politik yang otoriter, dimana pengambilan keputusan terbatas pada beberapa tokoh tingkat tinggi yang 21 Partogi, op.cit, hal. 31

14 sering diputuskan berdasarkan analisis-analisis objektif terhadap keadaan eksteren dan interen, akan terdapat imperatif yang kuat untuk menjalankan kebijakan beresiko tinggi atau memerintahkan perubahan tujuan, peran, orientasi, atau tindakan secara mendadak. 22 Para pemimpin puncak dapat pula menjalankan petualangan luar negeri untuk memperkuat kedudukan politik mereka di dalam negeri. Pada rezim-rezim yang dipimpin oleh para pemipin yang berkharisma, para pengambil keputusan dapat mencapai kepuasan pribadi yang cukup besar apabila mereka dapat menjalankan kekuasaan dengan sewenang-wenang, mencari prestise internasional, atau mengagungkan diri mereka sendiri dengan pamer atau ekspedisi militer keluar negeri Sistem Internasional Bagian ini akan menjelaskan faktor eksternal atau dengan kata lain keadaan diluar sebagai alat analisis dalam menjelaskan dan memahami politik luar negeri RRC. Sistem internasional dapat dirumuskan sebagai suatu himpunan kesatuankesatuan politik yang merdeka yang cukup sering berinteraksi dan mengikuti proses yang teratur. 23 Perilaku kebijakan luar negeri digambarkan sebagai suatu rekasi terhadap lingkungan eksternal. Perilaku maupun tindakan negara lain dapat merangsang politik luar negeri negara lainnya. Lingkungan eksternal dan khususnya struktur kekuatan dan pengaruh dalam sistem internasional mempunyai pengaruh yang sangat besar pada orientasi atau tujuan umum suatu negara terhadap bagian dunia lainnya. Karakteristik utama setiap sistem internasional dapat dipergunakan sebagai suatu perangkat variabel untuk membantu menjelaskan politik luar negeri dari komponen unit politik sistem itu. 22 Holsti jilid 2, op. cit, hal Ibid, hal. 29

15 Semenjak tahun 1947, Amerika Serikat dan Uni Soviet memegang kepemimpinan dalam mencetuskan dan merumuskan isu-isu internasional. 24 Hubungan Uni Soviet dan Amerika Serikat mencakup lingkup permasalahan yang sangat luas, yang menyebabkan dunia secara sah terbagi dalam dua kutub yang berlawanan. Kondisi ini menyebabkan negara-negara lain hanya mempunyai sedikit pilihan dalam menentukan kebijakan luar negerinya. Sistem internasional yang bersifat dua kutub ini memunculkan persepsi tentang adanya zero-sum game antara dua negara adikuasa dimana perolehan atau keuntungan (gain) bagi satu pihak dengan sendirinya menjadi kerugian (loss) bagi pihak lainnya. 25 Dalam konstelasi ini, sebagaimana yang dikatakan Andrew J. Nathan dan Robert S. Ross, RRC merupakan satu-satunya negara yang beridiri di persimpangan dari dua kekuatan, sebuah target yang sangat mempengaruhi permusuhan keduanya. Atau dengan kata lain posisi RRC dalam struktur ini tidak sepenuhnya berada di bawah dominasi dari dua kekuatan tersebut. Keadaan ini, ditambah dengan lahirnya Gerakan Non Blok, dimana RRC menjadi salah satu anggotanya, memberikan tempat untuk alternatif pilihan-pilihan yang lebih banyak dan strategis bagi RRC dalam merumuskan kebijakan luar negeri untuk mencapai tujuan nasionalnya sendiri. Proses perumuan kebijakan dalam dan luar negeri tanpa mempertimbangkan faktor-faktor dari luar adalah sangat kecil kemungkinannya. Kekurangan sumber-sumber membuat banyak negara berkembang lemah dalam semua dimensi; untuk bertahan negara tersebut memerlukan bantuan sumbersumber ekonomi dari luar, yang sering merupakan bantuan yang sifatnya 24 Lyn H. Miller, Agenda Politik Internasional, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006, hal Andre H. Pareira, Perubahan Global dan Perkembangan Studi Hubungan internasional, Bandung, Citra Adtiya Bakti, 1999, hal. 37

16 kemanusiaan ataupun bantuan yang sifatnya membangun, bantuan militer untuk membangun atau bahkan memelihara angkatan bersenjata yang belum mapan, yang sering lebih banyak digunakan untuk mempertahankan rejim melawan para pengkritik internal daripada melawan serangan dari luar. Selain dari negara terdapat juga aktor non negara yang mempunyai pengaruh yang tidak sedikit. Beberapa aktor non negara tersebut seperti gerakan pembebasan, partai, gerakan politik, perusahaan multi nasional, dan organisasi antarpemerintah. Walaupun aktor non negara tidak memiliki atribut kedaulatan, namun gerakan mereka sering memiliki berbagai konsekuensi penting terhadap sistem internasional. 26 Misalnya Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang menjalin hubungan diplomatik dengan sejumlah besar pemerintah dan kelompok militan dari luar negeri, dimana PLo memiliki politik luar negeri sendiri, menyebarkan propaganda, menjalin hubungan dengan semua simpatisan di seluruh dunia, dan membeli persenjataan baik dari perusahaan pemerintah maupun dari perusahaan swasta luar negeri. 27 Organisasi antarpemerintah adalah juga aktor non negara yang angat berpengaruh pada politik internasional dan negara. Organisasi ini sering mengeluarkan kebijakan yang didukung oleh kekuatan persuasi yang dapt dikerahkan oleh organisasi tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah suatu contoh OAP yang pengaruhnya sangat besar dalam politik internasional. Selain PBB beberapa organisasi lain seperti organisasi militer ataupun organisasi ekonomi yang berfungsi sebagai aliansi,militer, penetapan tarif, penyalur bantuan dan pinjaman luar negeri. OAP tidak saja berpengaruh terhadap anggotanya, tetapi OAP juga berfungsi sebagai suatu aktor politik tunggal dalam hubungannya dengan non anggota. 26 Holsti jilid 1, op. cit, hal Ibid

17 5. Metode Penelitian 5.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bersifat deskripti analitis, yaitu memberikan gambaran tentang politik luar negeri RRC pada masa kepemipinan Mao Tse Tung. Menurut Winarno Surakhmad metode deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup teknik deskriptif, diantaranya adalah dengan menganalisa suatu data. 28 Pada umumnya bentuk metode deskriptif ini adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, dan pandangan. Metode deskriptif lebih memusatkan perhatiannya pada penemuan faktafakta sebagaimana keadaan sebenarnya. 29 Pada hakekatnya setiap penyelidikan mempunyai sifat deskriptif, dan setiap penelitian mengadakan proses analitik, dan untuk mengadakan analisa, seorang peneliti seharusnya lebih dahulu telah mempunyai satu cara berpikir, cara pengupasan, dengan refernsi atau titik tolak tertentu Teknik Pengumpulan Data Data adalah segala keterangan atau informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan, dan adapun metode yang digunakan untuk mengumpukan data tersebut adalah dengan Library Research (Penelitian Kepustakaan) yang sering juga disebut dengan metode dokumentasi. Penelitian dengan menggunakan studi pustakan ini dilakukan dengan cara 28 Winarno Surakhmad, Penelitian Ilmiah: Dasar Metode Teknik, Bandung, Penerbit Tarsito, 1985, hal Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1996, hal. 74

18 nmenelusuri, megumpulkan dan membahas bahan-bahan informasi dari karangan yang termuat di buku, artikel-artikel yang termuat dalam jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini Analisis Data Data yang terkumpul akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif model interaktif sebagaimana yang diajukan Miles dan Huberman, yaitu terdiri dari tiga hal utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. 30 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1995, hal. 40

19 6. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, fokus dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, konsep teoritis, metode penelitian, sistematika penulisan BAB II POLITIK LUAR NEGERI RRC PADA MASA KEPEMIMPINAN MAO TSE TUNG ( ) Dalam bab ini diuraikan kronologis implementasi politik luar negeri RRC pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung ( ) BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLITIK LUAR NEGERI RRC Bab ini berisi faktor-faktor yang mempengaruhi politik luar negeri RRC dan kepentingan nasional dari RRC BAB IV KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari segala isi yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan dalam menganalisis masalah dalam karya ilmiah ini. Penulis membuat skripsi dengan judul Strategi Mao

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

2015 STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM PERANG SAUDARA DI CHINA TAHUN

2015 STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM PERANG SAUDARA DI CHINA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Negara China secara historis sudah memiliki peradaban yang sangat maju, terbukti dengan munculnya peradaban Huang Ho (Sungai Kuning). Dalam peradaban tersebut,

Lebih terperinci

SILABUS. II. Standar Kompetensi Mampu menganalisis perkembangan sejarah Negara-negara kawasan Asia Timur

SILABUS. II. Standar Kompetensi Mampu menganalisis perkembangan sejarah Negara-negara kawasan Asia Timur UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABUS FRM/FISE/46-01 12 Januari 2009 Fakultas : Ilmu Sosial Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sejarah/Ilmu Sejarah Mata Kuliah : Sejarah Asia Timur

Lebih terperinci

Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun

Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun 1934-1949 UNIVERSITAS SEBELAS MARET OLEH : Ana Rochayani K 4404012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cina adalah sebuah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sosialisme di China Tahun , maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi

BAB V KESIMPULAN. Sosialisme di China Tahun , maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Pemikiran Mao Tse Tung Dalam Menanamkan Sosialisme di China Tahun 1935-1976, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi pedagogis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju.

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju. BAB I PEDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju. Kemajuan negara Cina tentu tidak terjadi begitu saja, ada suatu proses yang cukup panjang untuk

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya tanpa berhubungan dengan negara lain. setiap negara pasti akan memiliki kepantingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kedaulatan suatu negara dapat dilihat dari sejauh mana negara tersebut memiliki hubungan bilateral dengan negara lainnya untuk menjalin kerjasama

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB II DINAMIKA HUBUNGAN TIONGKOK-AS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM NORMALISASI HUBUNGAN TIONGKOK-AS

BAB II DINAMIKA HUBUNGAN TIONGKOK-AS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM NORMALISASI HUBUNGAN TIONGKOK-AS BAB II DINAMIKA HUBUNGAN TIONGKOK-AS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM NORMALISASI HUBUNGAN TIONGKOK-AS Dalam bab II ini penulis akan menjelaskan mengenai dinamika hubungan Tiongkok dan Amerika Serikat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB II CHINA DAN POLITIK LUAR NEGERINYA

BAB II CHINA DAN POLITIK LUAR NEGERINYA BAB II CHINA DAN POLITIK LUAR NEGERINYA Di abad ke-20 situasi politik internasional semakin kompleks. Pasca dunia dilanda krisis pada abad ke-19, berbagai negara di belahan bumi berkompetisi untuk kembali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Vietnam Utara, dan sebagainya) yang dipimpin oleh Uni Soviet. Seketika itu pula

I. PENDAHULUAN. Vietnam Utara, dan sebagainya) yang dipimpin oleh Uni Soviet. Seketika itu pula 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca perang dunia II, dunia dibagi secara sepihak oleh dua kekuatan besar negara pemenang perang yakni Blok Barat (Inggris, Perancis, Australia, dan sebagainya) yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi Perundingan yang dilakukan pemimpin Republik Indonesia bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB II POLITIK LUAR NEGERI CINA Aliansi Kepada Komunisme Internasional

BAB II POLITIK LUAR NEGERI CINA Aliansi Kepada Komunisme Internasional BAB II POLITIK LUAR NEGERI CINA 1949 1976 1. 1949 1953 Aliansi Kepada Komunisme Internasional Kebijakan luar negeri pada masa ini sangat di pengaruhi oleh kondisi internal dalam negeri RRC dan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

POLITIK & SISTEM POLITIK

POLITIK & SISTEM POLITIK POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Keberadaan partai politik merupakan salah satu faktor pendukung utama berjalan lancarnya pemerintahan suatu negara. Sistem partai politik yang diadopsi oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high BAB V KESIMPULAN Dari keseluruhan uraian skripsi maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari hasil pembahasan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Hubungan luar negeri antara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO Oleh : Wahyu Ishardino Satries Abstrak This writing is an adaption from the book of Suwarsono and Alvin Y. So Social

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggal 22 Agustus 1991, ribuan orang berkumpul memadati lapangan utama kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada diambang kehancuran.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

AMBIGUITAS POLITIK LUAR NEGERI BEBAS AKTIF: TERBELENGGU ATAU MERDEKA?

AMBIGUITAS POLITIK LUAR NEGERI BEBAS AKTIF: TERBELENGGU ATAU MERDEKA? AMBIGUITAS POLITIK LUAR NEGERI BEBAS AKTIF: TERBELENGGU ATAU MERDEKA? Yosua Febro Peranginangin Pendahuluan Setelah memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, Indonesia menghadapi banyak tantangan dalam politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blokade ekonomi adalah perang ekonomi yang pernah diterapkan oleh Napoleon Bonaparte di Eropa pada saat memerintah Prancis tahun 1806-. Penulis ingin mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Setelah Perang Dunia ke II (PD II) berakhir, negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai dihadapkan pada dua kondisi yang berbeda. Kondisi pertama,

Lebih terperinci

Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat. Oleh: Hendra Permana

Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat. Oleh: Hendra Permana Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat Oleh: Hendra Permana Pendahuluan Dua peristiwa besar beberapa Minggu terakhir ini mengguncang dunia. Pertama, China

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan PKI lahir sebagai organisasi kepartaian yang memiliki banyak tujuan. Di samping untuk menguasasi politik domestik negara, PKI juga memiliki misi untuk menghapus pengaruh kapitalisme

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menyebabkan negara ini kehilangan kedaulatannya dan dikuasai oleh Sekutu. Berdasarkan isi dari Deklarasi Potsdam, Sekutu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi (Soekanto, 2003: 243). Peranan merupakan aspek

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Kebijakan The Great Leap Forward dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Vietnam merupakan salah satu negara yang ada di Asia Tenggara yang memiliki sejarah panjang dalam usaha meraih dan mempertahankan kemerdekaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia telah memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS Pada tanggal 16 Desember 1949, Jakarta ibu kota Republik Indonesia Serikat yang baru, rakyat Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Tinjauan Umum Teori Kepentingan Nasional Teori National Interest Versi Hans J. Morgenthau Teori National Interest Versi Donald Nuchterlin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun multilateral antar negara biasanya mengalami suatu kondisi dinamika pasangsurut yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya Spanyol pada Perang Dunia II tahun 1939-1945 merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi

Lebih terperinci