PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG"

Transkripsi

1 i PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG SYAM REZZA FAHLEVI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG SYAM REZZA FAHLEVI. Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ramah Burung. Di bawah bimbingan BAMBANG SULISTYANTARA. TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. TPU Tanah Kusir merupakan salah satu pemakaman umum terbesar di Jakarta dengan luas tapak secara keseluruhan sebesar m 2. Lokasi Tanah Kusir secara geografis antara '53,52" BT '24,35" BT dan antara 6 14'43,64" LS '30,98" LS. Tapak berada pada ketinggian mdpl dengan kemiringan relatif datar. Pemakaman umum Tanah Kusir merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat dimanfaatkan menjadi salah satu lokasi habitat burung di Jakarta karena posisinya yang strategis. Terletak diantara perumahan dan terdapat Kali Pesanggarahan di dalamnya. Keadaan Tanah Kusir yang lebih hijau dibanding dengan daerah sekelilingnya membuat Tanah Kusir menjadi tempat yang nyaman untuk burung bermain, singgah dan mencari makan. Kawasan TPU Tanah Kusir merupakan RTH penghubung dari lima lokasi utama habitat burung di Jakarta. Lokasi-lokasi tersebut adalah Bantaran Kali Pesanggrahan, Perumahan Pondok Indah, Kawasan Kebayoran, Kawasan Senayan, serta Hutan Kota Srengseng. Namun pada saat ini, jumlah keanekaragaman jenis burung di TPU Tanah Kusir semakin berkurang seiring pembangunan proyek normalisasi Kali Pesanggrahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan fungsi RTH pada lanskap pemakaman umum, mengevaluasi kondisi eksisting habitat burung, membuat perancangan lanskap pemakaman umum berbasis RTH yang fungsional dan estetik serta menyediakan green corridor untuk burung agar dapat berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain di Kota Jakarta.

3 Penelitian dilaksanakan di wilayah pemakaman Tanah Kusir di Jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan dari bulan Februari hingga November Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) yang meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep perencanaan dan detail perancangan. Proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) atau proyek pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di Jakarta dimulai pada pertengahan tahun Kali Pesanggrahan sepanjang 27 kilom dari Cirendeu sampai Cengkareng mengalami normalisasi. Pelebaran badan sungai dilakukan dari semula 15 m menjadi 40 m. Guna melakukan normalisasi Kali Pesanggrahan, Pemprov DKI akan merelokasi makam yang berada di TPU Tanah Kusir dengan luas m 2. Normalisasi Kali Pesanggrahan yang melewati TPU Tanah Kusir tersebut juga dibarengi dengan pembuatan jalan sebesar 10 m di samping sungai yang mengalami pelebaran. Pelebaran Kali Pesanggrahan tersebut dilengkapi dengan pembuatan tanggul beton di sepanjang badan sungai dengan tinggi 3 m dan juga pengerukan sungai. Pengamatan burung menggunakan metode MacKinnon List dilakukan sebanyak dua periode pengamatan. Periode pertama adalah sebelum diadakannya pembangunan proyek pelebaran sungai, sedangkan periode yang kedua adalah saat dilaksanakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Pengambilan data burung dengan dua periode tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data perbandingan jumlah jenis burung sebelum dan setelah diadakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Pengamatan dilakukan pada jam 6 10 pagi. Jenis burung Rajaudang meninting (Alcedo meninting), Kareo padi (Amaurornis phoenicurus), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Gelatik Jawa (Padda oryzivora), Kipasan belang (Rhipidura javanica), Gemak loreng (Turnix suscitator), dan Caladi tilik (Picoides moluccensis) tidak dijumpai pada tapak. Output dari penelitian ini adalah perancangan pemakaman Tanah Kusir yang baru lengkap dengan alternatif vegetasi, pembagian ruang, model sirkulasi, serta model site furniture yang berbasis pengembangan RTH ramah burung. Konsep dasar TPU Tanah Kusir yang direncanakan adalah pemakaman sebagai koridor ruang terbuka hijau (RTH). Koridor ruang terbuka hijau merupakan jalur yang menghubungkan antar RTH sekaligus sebagai salah satu bentuk habitat burung. Hal ini dimaksudkan agar jalur terbang burung tidak terputus pada suatu titik dengan memanfaatkan potensi tapak sebagai ruang terbuka hijau yang belum termanfaatkan secara maksimal. Konsep ini dikembangkan ke dalam konsep ruang, sirkulasi, vegetasi dan fasilitas.

4 Perencanaan ruang yang direncanakan berdasarkan konsep ruang yang telah dibuat dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti ( ,1 m 2 ), zona konservasi (71.248,8 m 2 ) dan zona pendukung (37.165,5 m 2 ). Subzona dari masing-masing pembagian tersebut, yaitu makam unit Islam, unit kristen, unit budha, unit khusus serta makam relokasi pada zona inti. Ruang konservasi pada zona konservasi, ruang penerimaan dan ruang pelayanan pada zona pendukung. Sirkulasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu sirkulasi primer (lebar 3,8 m), sirkulasi sekunder (lebar 1,5 m) dan sirkulasi tersier. Vegetasi yang dikembangkan dikategorikan menjadi empat fungsi yaitu vegetasi dengan fungsi estetika, fungsi konservasi, fungsi pengarah, serta fungsi penyangga. Fasilitas yang mendukung aktivitas juga dikembangkan pada tapak, seperti makam, papan informasi, pergola, bangku taman dan tempat sampah, gerbang dan name sign, tempat parkir, taman, gedung pengelola, musholla, toilet, kios, pos jaga, sarang burung buatan, tempat makan dan minum burung, lampu penerangan, serta saluran drainase. Kata Kunci: Pemakaman, koridor hijau, burung.

5 iii RINGKASAN SYAM REZZA FAHLEVI. Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ramah Burung. Di bawah bimbingan BAMBANG SULISTYANTARA. TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. TPU Tanah Kusir merupakan salah satu pemakaman umum terbesar di Jakarta dengan luas tapak secara keseluruhan sebesar m 2. Lokasi Tanah Kusir secara geografis antara '53,52" BT '24,35" BT dan antara 6 14'43,64" LS '30,98" LS. Tapak berada pada ketinggian mdpl dengan kemiringan relatif datar. Pemakaman umum Tanah Kusir merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat dimanfaatkan menjadi salah satu lokasi habitat burung di Jakarta karena posisinya yang strategis. Terletak diantara perumahan dan terdapat Kali Pesanggarahan di dalamnya. Keadaan Tanah Kusir yang lebih hijau dibanding dengan daerah sekelilingnya membuat Tanah Kusir menjadi tempat yang nyaman untuk burung bermain, singgah dan mencari makan. Kawasan TPU Tanah Kusir merupakan RTH penghubung dari lima lokasi utama habitat burung di Jakarta. Lokasi-lokasi tersebut adalah Bantaran Kali Pesanggrahan, Perumahan Pondok Indah, Kawasan Kebayoran, Kawasan Senayan, serta Hutan Kota Srengseng. Namun pada saat ini, jumlah keanekaragaman jenis burung di TPU Tanah Kusir semakin berkurang seiring pembangunan proyek normalisasi Kali Pesanggrahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan fungsi RTH pada lanskap pemakaman umum, mengevaluasi kondisi eksisting habitat burung, membuat perancangan lanskap pemakaman umum berbasis RTH yang fungsional dan estetik serta menyediakan green corridor untuk burung agar dapat berpindahpindah dari suatu tempat ke tempat lain di Kota Jakarta. Penelitian dilaksanakan di wilayah pemakaman Tanah Kusir di Jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan dari bulan Februari hingga November Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) yang meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep perencanaan dan detail perancangan. Proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) atau proyek pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di Jakarta dimulai pada pertengahan tahun Kali Pesanggrahan sepanjang 27 kilom dari Cirendeu sampai Cengkareng mengalami normalisasi. Pelebaran badan sungai dilakukan dari semula 15 m menjadi 40 m. Guna melakukan normalisasi Kali Pesanggrahan, Pemprov DKI akan merelokasi makam yang berada di TPU Tanah Kusir dengan luas m 2. Normalisasi Kali Pesanggrahan yang melewati TPU Tanah Kusir tersebut juga dibarengi dengan pembuatan jalan sebesar 10 m di samping sungai yang mengalami pelebaran. Pelebaran Kali Pesanggrahan tersebut dilengkapi dengan pembuatan tanggul beton di sepanjang badan sungai dengan tinggi 3 m dan juga pengerukan sungai. Pengamatan burung menggunakan metode MacKinnon List dilakukan sebanyak dua periode pengamatan. Periode pertama adalah sebelum diadakannya

6 pembangunan proyek pelebaran sungai, sedangkan periode yang kedua adalah saat dilaksanakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Pengambilan data burung dengan dua periode tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data perbandingan jumlah jenis burung sebelum dan setelah diadakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Pengamatan dilakukan pada jam 6 10 pagi. Jenis burung Raja-udang meninting (Alcedo meninting), Kareo padi (Amaurornis phoenicurus), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Gelatik Jawa (Padda oryzivora), Kipasan belang (Rhipidura javanica), Gemak loreng (Turnix suscitator), dan Caladi tilik (Picoides moluccensis) tidak dijumpai pada tapak. Output dari penelitian ini adalah perancangan pemakaman Tanah Kusir yang baru lengkap dengan alternatif vegetasi, pembagian ruang, model sirkulasi, serta model site furniture yang berbasis pengembangan RTH ramah burung. Konsep dasar TPU Tanah Kusir yang direncanakan adalah pemakaman sebagai koridor ruang terbuka hijau (RTH). Koridor ruang terbuka hijau merupakan jalur yang menghubungkan antar RTH sekaligus sebagai salah satu bentuk habitat burung. Hal ini dimaksudkan agar jalur terbang burung tidak terputus pada suatu titik dengan memanfaatkan potensi tapak sebagai ruang terbuka hijau yang belum termanfaatkan secara maksimal. Konsep ini dikembangkan ke dalam konsep ruang, sirkulasi, vegetasi dan fasilitas. Perencanaan ruang yang direncanakan berdasarkan konsep ruang yang telah dibuat dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti ( ,1 m 2 ), zona konservasi (71.248,8 m 2 ) dan zona pendukung (37.165,5 m 2 ). Subzona dari masing-masing pembagian tersebut, yaitu makam unit Islam, unit kristen, unit budha, unit khusus serta makam relokasi pada zona inti. Ruang konservasi pada zona konservasi, ruang penerimaan dan ruang pelayanan pada zona pendukung. Sirkulasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu sirkulasi primer (lebar 3,8 m), sirkulasi sekunder (lebar 1,5 m) dan sirkulasi tersier. Vegetasi yang dikembangkan dikategorikan menjadi empat fungsi yaitu vegetasi dengan fungsi estetika, fungsi konservasi, fungsi pengarah, serta fungsi penyangga. Fasilitas yang mendukung aktivitas juga dikembangkan pada tapak, seperti makam, papan informasi, pergola, bangku taman dan tempat sampah, gerbang dan name sign, tempat parkir, taman, gedung pengelola, musholla, toilet, kios, pos jaga, sarang burung buatan, tempat makan dan minum burung, lampu penerangan, serta saluran drainase. iv

7 v PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG SYAM REZZA FAHLEVI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG ii adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini. Bogor, Januari 2013 SYAM REZZA FAHLEVI A

9 vi Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau keseluruhan karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

10 vii LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NIM : Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ramah Burung : Syam Rezza Fahlevi : A Dosen Pembimbing Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. NIP Ketua Departemen Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal Lulus:

11 viii RIWAYAT HIDUP Syam Rezza Fahlevi lahir di Jakarta, 22 Juni 1990 dari ayah Syamsuri dan ibu Siti Ropiah, sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menamatkan SD pada tahun 2002 dari SDN Cipulir 03 Pagi Cipulir, tamat SMP pada tahun 2005 dari SMPN 153 Jakarta, serta tamat SMA pada tahun 2008 dari SMA Negeri 47 Jakarta, dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan termasuk mengikuti kegiatan kemahasiswaan, yaitu menjadi pengurus HIMASKAP sebagai staf Divisi Informasi dan Kesekretariatan (INFOS) periode , serta menjadi ketua Divisi Informasi dan Kesekretariatan periode Penulis menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Teori Desain Laskap pada tahun 2012 dan Teknik Studio pada tahun Penulis juga pernah melakukan magang pada Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta pada tahun 2011, Suku Dinas Pertamanan Jakarta Timur pada tahun 2012, serta PT Nestle Indonesia pada tahun Penulis pernah mengerjakan proyek pribadi dan kelompok serta sayembara yang berkaitan dengan Arsitektur Lanskap. Sayembara yang pernah diikuti diantaranya sebagai finalis 10 besar Sayembara Taman Topi, Bogor (2010), sebagai peserta The 5th PROMS - An Action for Indonesian Tourism (2010), peserta Sayembara Architecture Festival Surabaya Waterfront Park (2011), serta peserta Sayembara Architecture UI Fair - Play with Surrounding (2012). Penulis juga aktif dalam kegiatan seni di kampus, pernah menjuarai beberapa perlombaan perkusi di kampus yaitu sebagai Juara I Lomba Perkusi Tetranologi 2009 dan Juara III Lomba Perkusi IPB Art Contest Penulis juga aktif mengikuti kompetisi di luar kampus, yaitu lomba desain kaos di beberapa kompetisi dan pernah menjadi Juara I Lomba Desain Kaos Architecture UI Fair (2012). Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan, sarasehan dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.

12 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT atas karunianya sehingga skripsi dengan judul Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ramah Burung berhasil diselesaikan. Terkait dengan pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua penulis, Bapak Syamsuri dan Ibu Siti Ropiah, adik-adik tercinta, Muhammad Rifki, Nafisa Ramadhani dan Rizka Farisha, serta seluruh keluarga besar dirumah atas segala perhatian, dukungan dan doa yang telah diberikan selama masa studi penulis di Institut Pertanian Bogor. 2. Bapak Dess Sabar yang telah mendukung dan mengakomodasi penulis untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor. 3. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu, kritik, saran, dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. Dr. Aris Munandar, MS selaku dosen pembimbing akademik. Akhmad Arifin Hadi, SP., MALA selaku dosen pembahas kolokium dan seminar skripsi. Ir. Qodarian Pramukanto, MSi dan Vera Dian Damayanti, SP., MLA selaku dosen penguji sidang skripsi yang memberikan banyak masukan pada penulis. 4. Seluruh pihak yang terkait dalam pengumpulan data di Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (Bang Dimas Ario Nugroho), Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan (Kak Dian dan Bapak Sutandyo), Kantor Pelayanan Pemakaman TPU Tanah Kusir (Bapak Cardi dan Bapak Bambang), Dinas Tata Ruang DKI Jakarta (Kak Novi), Badan Pusat Statistika, serta BMKG Pondok Betung Ciledug Tangerang. 5. Burung Indonesia (Mas Fahrul Amama) yang telah mengajarkan penulis untuk mempelajari lebih dalam tentang burung dan teknik pengamatan burung, serta Enjoyment Akbar Siregar dan Widyastuti Utami sebagai rekan belajar pengamatan burung.

13 ii 6. Seluruh teman-teman di Arsitektur Lanskap angkatan 45 (2008), khususnya teman sebimbingan penulis yaitu Indah Prastiwi, Dwi Nurullah Kisami, Dinda Adisty Messalina dan Septhyan Susetyo Ariwibowo yang secara langsung ataupun tidak langsung ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini. 7. Sahabat-sahabat di rumah yang ikut memberikan dukungan ketika penyusunan skripsi ini, yaitu Alan Zulilmi, Pangesti Sulistya Rahayu, Muhammad Ikhsan Asyifa, Dinda Kharisma Putri, Aditya Novita, Aji Saputra, Fadillah Isnan, Abdul Aziz, Ahmad Ezat, Muhammad Saltudz Kurtubi. 8. Sahabat-sahabat di kampus sebagai teman diskusi, bermain dan bertanya tentang tugas akhir, yaitu Desi Anjana Dwi Putri, Muhammad Amin Shodiq, Ndaru Laksono, Evie Fitri, Desti Firza, Danur Febyandari, Fathiin Muhtadi Priyatama, Oryza Nikita, Dian Permata Sari, Mario Delau, Mukhlis Pribadi, Ali Sunanta, Andre Sutjipto, Ariel Diesto Situmorang, Andini Sekar Pamungkas, Muhaimin Syakir, Alfa Nugraha Pradana. 9. Teman-teman kosan Hikari yang saling mendukung kelulusan bersama. 10. Adik dan Kakak kelas di Arsitektur Lanskap IPB. 11. Teman-teman KKP penulis yaitu Faradila Danasworo Putri, Didit Darmawan, Grahan Aprilian, Iis Risa Maftuhah, Alna Hotama dan Khusnul Khotimah yang selalu mendukung penulis untuk cepat lulus. 12. Seluruh pihak yang terkait dalam proses penyusunan skripsi dan pelaksanaan penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Arsitektur Lanskap, selain dapat juga menjadi masukan kepada Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta sebagai salah satu bentuk koridor burung di Kota Jakarta. Bogor, 4 Januari 2013 Penulis

14 iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan dan Perancangan Lanskap Lanskap Taman Pemakaman Umum Ruang Terbuka Hijau Burung BAB III. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Alat dan Bahan Metode Inventarisasi Analisis Sintesis Perencanaan dan Perancangan Lanskap Batasan Studi BAB IV. KONDISI UMUM Letak, Batas, dan Luas Tapak Aksesibilitas Fasilitas dan Utilitas... 24

15 iv BAB V. DATA, ANALISIS DAN SINTESIS Kondisi Fisik Lokasi Geografis dan Hubungan dengan Lokasi Habitat Burung Sekitar Tapak Hidrologi Sumber Air Bersih Saluran dan Badan Air Pembagian Ruang pada Tapak Iklim Topografi Aspek Biofisik Vegetasi Satwa Burung Aspek Sosial Keadaan dan Pendapat Warga Sekitar Kawasan Hasil Analisis dan Solusi Sintesis Konsep Dasar Konsep Ruang Konsep Sirkulasi Konsep Vegetasi Konsep Fasilitas BAB VI. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rencana Ruang Rencana Sirkulasi Rencana Vegetasi Rencana Fasilitas... 85

16 v BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 100

17 vi DAFTAR GAMBAR Gambar Contoh Pola Penanaman pada RTH Pemakaman... 6 Gambar Peta Lokasi Tapak Gambar Proses Perencanaan Lanskap (Gold, 1980) Gambar Peta Jalur Transek Pengamatan Burung Gambar Contoh grafik MacKinnon Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir Gambar Foto Keadaan Eksisting TPU Tanah Kusir Gambar Keadaan akses di sekitar TPU Tanah Kusir Gambar Keadaan jalur sirkulasi dalam TPU Tanah Kusir Gambar Peta Aksesibilitas di sekitar Tapak Gambar Kios dan pedagang liar yang terdapat di dalam tapak Gambar Tempat parkir di TPU Tanah Kusir Gambar Keadaan pagar pembatas antara area pemakaman dengan sungai.. 25 Gambar Peta Persebaran Burung dan Usulan Koridor Burung di Jakarta Gambar Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta Gambar Pola Pergerakan Burung dari Lokasi Utama menuju ke Tapak Gambar Penutupan lahan di sekitar tapak Gambar Banjir akibat tidak adanya saluran drainase pada area pemakaman Gambar Peta Rencana Pelebaran Kali Pesanggrahan Gambar Peta Analisis Hidrologi Gambar Peta Penggunaan Lahan TPU Tanah Kusir Jakarta Gambar Peta Analisis Penggunaan Lahan Gambar Perataan tanah di sepanjang Kali Pesanggrahan Gambar Peta Topografi Gambar Peta Analisis Kemiringan Lahan Gambar Semak yang tersebar secara acak di TPU Tanah Kusir Gambar Contoh pepohonan yang ada di TPU Tanah Kusir Gambar Satwa yang terdapat di TPU Tanah Kusir Gambar Burung yang terdapat di area Tanah Kusir... 44

18 vii Gambar Grafik MacKinnon Hasil Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Wilayah Selatan Gambar Grafik MacKinnon Hasil Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Wilayah Utara Gambar Peta Sebaran Burung Periode I Gambar Peta Sebaran Burung Periode II Gambar Peta Konsep Ruang Gambar Peta Konsep Sirkulasi Gambar Peta Konsep Vegetasi Gambar Diagram hubungan antar ruang pada tapak Gambar Ilustrasi Zona Inti (Bagian Luar) Gambar Ilustrasi Zona Inti (Bagian Dalam) Gambar Ilustrasi Zona Pendukung Gambar Peta Rencana Tapak Gambar Peta Rencana Tapak Wilayah Utara Gambar Peta Rencana Tapak Wilayah Selatan Gambar Peta Indeks Lokasi Perbesaran Area Gambar Rencana Tapak (Perbesaran Area I) Gambar Rencana Tapak (Perbesaran Area II) Gambar Rencana Tapak (Perbesaran Area III) Gambar Rencana Tapak (Perbesaran Area IV) Gambar Rencana Tapak (Perbesaran Area V) Gambar Rencana Tapak (Perbesaran Area VI) Gambar Gambar Tampak Potongan I Gambar Gambar Tampak Potongan II Gambar Contoh Sirkulasi dalam Tapak Gambar Pola Penanaman Vegetasi Gambar Model Makam, Bangku Taman dan Tempat Sampah Gambar Model Papan Interpretasi dan Papan Informasi Gambar Model Pergola Gambar Model Tempat Parkir Gambar Model Musholla dan Toilet... 93

19 viii Gambar Model Kios dan Pos Jaga Gambar Model Air Mancur Gambar Model Lampu Jalan dan Lampu Taman... 96

20 ix DAFTAR TABEL Tabel Daftar 10 jenis MacKinnon Tabel Jenis Data, Param, Cara Pengambilan Data, Bentuk Data dan Sumber Tabel Luas area berdasarkan pembagian penggunaan lahan Tabel Data Pohon Pelindung di TPU Tanah Kusir Tabel Data Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Jakarta wilayah Selatan Periode Pertama dan Periode Kedua Tabel Data Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Jakarta wilayah Utara Periode Pertama dan Periode Kedua Tabel Klasifikasi Ekologi Jenis Burung di TPU Tanah Kusir serta Status dan Undang-undang Perlindungannya di Indonesia Tabel Hasil analisis dan solusi pada tapak Tabel Jenis Ruang, Luasan, Aktivitas serta Fasilitas yang diperlukan pada tapak Tabel Rencana Sirkulasi di TPU Tanah Kusir Tabel Tabel Fungsi Tanaman bagi Burung dan Jenis Burung yang dapat diundang Tabel Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Estetika Tabel Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Konservasi Tabel Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Pengarah Tabel Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Penyangga... 82

21 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung Lampiran 2. Gambar Jenis burung di TPU Tanah Kusir Lampiran 3. Tabel Jenis Burung di Lokasi Utama Habitat Burung sekitar TPU Tanah Kusir Lampiran 4. Data Pengamatan Iklim Mikro TPU Tanah Kusir pada hari Minggu tanggal 29 Juli Lampiran 5. Kapasitas dan Jumah Petak Makam Jakarta Selatan, Lampiran 6. Daya Dukung Jumlah Petak Makam yang dapat ditampung...119

22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung merupakan salah satu indikator lingkungan bersih. Semakin tinggi tingkat keanekaragaman jenis burung yang terdapat pada suatu wilayah, semakin tinggi pula tingkat kualitas lingkungan di wilayah tersebut. Namun pada saat ini, keberadaan burung di Kota Jakarta mulai berkurang karena banyaknya pembangunan gedung-gedung tinggi dan permukiman. Hal ini terjadi di banyak titik di Jakarta, antara lain adalah daerah bantaran sungai, taman kota, serta hutan kota. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan permukiman tersebut mengakibatkan ruang terbuka hijau (RTH) semakin berkurang. Hal ini berdampak pada berkurangnya habitat satwa liar di Jakarta, termasuk burung. RTH juga merupakan koridor burung untuk dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Namun karena RTH mulai berkurang, koridor burung juga ikut berkurang. Pengembangan fungsi RTH di kawasan padat penduduk seperti Kota Jakarta dapat disiasati pada tempat-tempat dengan lahan yang memungkinkan dibuatnya RTH dan belum dimanfaatkan, contohnya adalah pemakaman. Pada saat ini, pemakaman yang ada di Jakarta belum dimanfaatkan dengan baik demi tercapainya fungsi RTH. Padahal lanskap pemakaman sangat berpotensi untuk dijadikan RTH. Kurangnya perhatian dan pengetahuan warga akan pentingnya fungsi RTH menjadi salah salah satu sebab kurangnya pemanfaatan lanskap pemakaman umum yang ada di Jakarta. Nilai penting bagi satwa burung dengan kehadiran RTH yaitu menjadi daerah perlindungan satwa burung dari kepunahan. Tanah Kusir memiliki posisi yang strategis untuk menjadi koridor burung. Keadaan kawasan Tanah Kusir yang lebih hijau dibanding dengan daerah sekelilingnya membuat Tanah Kusir menjadi tempat yang nyaman untuk burung bermain, singgah dan mencari makan. Ketersediaan pohon dan sumber air sebagai habitat burung, sudah terdapat di tempat ini. Tanah Kusir diharapkan dapat menjadi salah satu lokasi habitat burung di Jakarta agar arah pergerakan burung tidak terputus.

23 2 Pada pertengahan tahun 2012, terdapat proyek normalisasi Kali Pesanggrahan yang melewati area Tanah Kusir. Hal ini berpengaruh pada penurunan kualitas habitat burung pada sepanjang sempadan sungai dan keberadaan burung di Tanah Kusir semakin berkurang seiring pembangunan proyek normalisasi Kali Pesanggrahan tersebut Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengembangkan fungsi RTH pada lanskap pemakaman umum, 2. mengevaluasi kondisi eksisting habitat burung, 3. membuat rancangan lanskap pemakaman umum berbasis RTH yang fungsional dan estetik serta menyediakan ruang bagi pelestarian burung di Kota Jakarta Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi untuk Pemerintah DKI Jakarta sebagai salah satu contoh perancangan pemakaman umum yang berbasis pengembangan RTH ramah burung di Kota Jakarta. Selain itu menjadikan TPU Tanah Kusir sebagai salah satu lokasi habitat burung di Jakarta agar keanekaragaman jenis burung di Jakarta tetap terjaga. Hasil dari pengamatan burung yang dilakukan berguna untuk mendata jenis burung yang terdapat pada TPU Tanah Kusir guna melengkapi data sebaran burung Kota Jakarta yang telah dimiliki Dinas Pertmanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

24 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan dan Perancangan Lanskap Planning atau perencanaan merupakan suatu gambaran prakiraan dalam pendekatan suatu keadaan di masa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan adalah keadaan masa depan yang diharapkan di atas tanah dalam kawasan tertentu. Tanah dalam hal ini dipandang sebagai suatu sumber dalam hubungan kebutuhan dan keinginan dari masyarakat dengan nilai-nilai yang dimiliki (Hakim, 2003). Perencanaan merupakan suatu pendekatan ke masa depan terhadap lahan dan perencanaan tersebut disertai dengan imajinasi dan kepekaan terhadap analisis tapak (Laurie, 1986). Perencanaan tapak adalah seni menciptakan lingkungan fisik luar yang menyokong tindakan manusia, dimana proses perencanaan dimulai dengan memahami orang-orang yang akan menggunakan tapak tersebut dan kebijakan-kebijakan yang ada (Lynch, 1981). Proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis untuk menentukan keadaan awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut (Simonds, 1983). Perencanaan lanskap (landscape planning) mengkhususkan diri pada studi pengkajian proyek berskala besar untuk bisa mengevaluasi secara sistematik area lahan yang sangat luas untuk ketetapan penggunaan bagi berbagai kebutuhan di masa datang. Pengamatan masalah ekologi dan lingkungan alam sangat peka diperhatikan dalam kegiatan ini. Kerjasama lintas disiplin merupakan syarat mutlak untuk bisa sampai kepada produk kebijakan atau tata guna tanah. Di sinilah kita mengenal cakupan pekerjaan seperti: lanskap regional, lanskap perkotaan, lanskap pedesaan, lanskap daerah aliran sungai, taman nasional, dan sebagainya (Hakim, 2003). Perencanaan lanskap dapat dikatakan sebagai suatu tindakan berorientasi pada masa depan yang dilakukan dalam suatu tapak berskala besar dengan menciptakan suatu lingkungan fisik untuk mengakomodasi kegiatan manusia di dalamnya.

25 4 Perancangan tapak merupakan usaha penanganan tapak (site) secara optimal memalui proses keterpaduan penganalisisan dari suatu tapak dan kebutuhan program penggunaan tapak, menjadi suatu sintesa yang kreatif (Hakim, 2003). Perancangan detail lanskap adalah usaha seleksi dan ketepatan penggunaan komponen/elemen, material/bahan lanskap, tanaman, kombinasi pemecahan detail berbagai elemen taman (Hakim, 2003). Perancangan (desain) tidak lepas dari elemen dan prinsip desain yang membentuknya. Menurut Bell (2004), elemen desain terdiri dari titik, garis, bentuk, serta bangun. Namun menurut Molnar (1992), elemen-elemen yang membentuk desain terdiri dari titik, bentuk, tekstur, serta warna. Sedangkan prinsip desain yang dikemukakan oleh Reid (1993) adalah unity, harmony, simplicity, emphasis, balance, scale and proportion, sequence, serta interest Lanskap Taman Pemakaman Umum Lanskap ditinjau dari segi karakteristiknya sangatlah beraneka ragam. Keanekaragaman dapat timbul secara alamiah atau oleh karena adanya kegiatan manusia di atas bidang tanah tertentu, seperti daerah pertanian, wilayah pemukiman, jalur lalu lintas, wilayah industri, dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lanskap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat (Hakim, 2003). Taman pemakaman adalah lahan yang digunakan untuk memakamkan jenazah yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana (Perda DKI Jakarta No.3 tahun 2007 tentang Pemakaman). Tempat Pemakaman Umum (TPU) adalah areal tanah yang disediakan untuk keperluan pemakaman jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan golongan, yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II atau Pemerintah Desa. Tempat Pemakaman Bukan Umum adalah areal tanah yang disediakan untuk keperluan pemakaman jenazah yang pengelolaannya dilakukan oleh badan sosial dan/atau badan keagamaan. Tempat Pemakaman Khusus adalah areal tanah yang digunakan untuk tempat pemakaman yang karena faktor sejarah dan faktor kebudayaan mempunyai arti khusus (PP No. 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman).

26 5 Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenazah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan (Permen PU No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1987, penggunaan lahan pada pemakaman harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: a. tidak berada dalam wilayah yang padat penduduknya; b. menghindari penggunaan tanah yang subur; c. memperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup; d. mencegah pengrusakan tanah dan lingkungan hidup; e. mencegah penyalahgunaan tanah yang berlebih-lebihan. Namun berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1987, terdapat banyak masalah terhadap penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman yang timbul ditinjau dari berbagai segi yaitu: a. lokasi tanah tempat pemakaman, kenyataannya banyak tanah tempat pemakaman terletak di tengah-tengah kota atau berada dalam daerah pemukiman yang padat penduduknya, sehingga tidak sesuai lagi dengan perencanaan pembangunan daerah atau Rencana Tata Kota. b. pemborosan pemakaian tanah untuk keperluan tempat pemakaman karena belum diatur mengenai pembatasan tanah bagi pemakaman jenazah seseorang. c. dipakainya tanah-tanah subur untuk keperluan pemakaman. d. kurang diperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup. e. kurang memadainya upaya pencegahan pengrusakan tanah. Berdasarkan Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut: a. ukuran makam 1 m x 2 m; b. jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m; c. tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/ perkerasan;

27 6 d. pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat; e. batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar cm dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisinya; f. batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung; g. ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya. Pemilihan vegetasi di pemakaman disamping sebagai peneduh juga untuk meningkatkan peran ekologis pemakaman termasuk habitat burung serta keindahan. Gambar 2.1. Contoh Pola Penanaman pada RTH Pemakaman (Sumber: Permen PU No. 5 tahun 2008) 2.3. Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka kota pada dasarnya adalah ruang kota yang tidak terbangun, yang berfungsi sebagai penunjang tuntutan akan kenyamanan, keamanan, peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian alam yang terdiri dari ruang linier atau koridor dan ruang pulau atau oasis sebagai tempat perhentian (Hakim, 2003).

28 7 Ruang terbuka di kota yang ditinjau secara fisik ditentukan oleh pengembangan bangunan dan sistem jaringan di atas permukaan tanah. Pengembangan ini merupakan hasil dari ekonomi perkotaan dan berbagai peraturan bangunan yang disusun untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah setempat. Ruang terbuka tidak hanya berupa taman, melainkan tempat bermain dan tempat rekreasi yang lain (Branch, 1985). Ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau (Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan). Ruang terbuka hijau adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan/atau sarana kota/lingkungan dan/atau pengaman jaringan prasarana dan/atau budidaya pertanian (Perda DKI Jakarta No. 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) adalah ruang-ruang yang terdapat di dalam kota, baik berupa koridor/ jalur ataupun area/ kawasan sebagai tempat pergerakan/ penghubung, dan tempat perhentian/ tujuan, dimana unsur hijau (vegetasi) yang alami dan sifat ruang yag terbuka lebih dominan (Hakim, 2003). Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 tahun 2007, jenis RTH Kawasan Perkotaan dibagi menjadi taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota, hutan lindung, alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah, cagar alam, kebun raya, kebun binatang, pemakaman umum, lapangan olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian perkotaan, jalur di bawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET), sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa, jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian, kawasan dan jalur hijau, daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara, dan taman atap (roof garden).

29 8 Berdasarkan Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, RTH memiliki fungsi sebagai berikut: a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis: 1. memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota); 2. pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar; 3. sebagai peneduh; 4. produsen oksigen; 5. penyerap air hujan; 6. penyedia habitat satwa; 7. penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta; 8. penahan angin. b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu: 1. Fungsi sosial dan budaya: - menggambarkan ekspresi budaya lokal; - merupakan media komunikasi warga kota; - tempat rekreasi; - wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam. 2. Fungsi ekonomi: - sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur; - bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lainlain. 3. Fungsi estetika: - meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan; - menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota; - pembentuk faktor keindahan arsitektural;

30 9 - menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun. Manfaat yang dapat diperoleh RTH Kawasan Perkotaan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 tahun 2007 adalah: a. sarana untuk mencerminkan identitas daerah; b. sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; c. sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; d. meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; e. menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; f. sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula; g. sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; h. memperbaiki iklim mikro; dan i. meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan. Vegetasi merupakan unsur fisik kota yang penting. Unsur ini dapat meningkatan daya tarik kota dan membantu menjaga kebersihan udara. Vegetasi dapat mengurangi terjadinya erosi tanah, bahaya tanah longsor, dan mengurangi kebisingan. Vegetasi dapat pula sebagai pematah angin. Vegetasi dapat berada di berbagai tempat dan dalam berbagai bentuk di bagian kota, yaitu di sepanjang jalan di dalam kota, jalan bebas hambatan yang utama, kanal-kanal pengendali banjir, jalur kereta api dan ruang pergerakan lain; di taman-taman kota, tempattempat bermain, daerah rekreasi dan pertanian, makam, dan ruang terbuka lainnya (Branch, 1985). Berdasarkan Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH pemakaman adalah sebagai berikut: a. sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan; b. batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanir; c. sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi, atau menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi langsung; d. tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap; e. tahan terhadap hama penyakit;

31 10 f. berumur panjang; g. dapat berupa pohon besar, sedang atau kecil disesuaikan dengan ketersediaan ruang; h. sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung Burung Burung merupakan salah satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal, diperkirakan terdapat sekitar 8600 jenis yang tersebar di dunia. Mereka menempati setiap tipe habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub. Dimana ditemukan pohon yang tumbuh atau terdapat ikan, serangga dan avertebrata lainnya, di tempat tersebut burung mencari kehidupan (Mackinnon, 1995). Burung adalah indikator alami kebersihan dan mutu lingkungan perkotaan. Burung adalah salah satu makhluk hidup liar yang mudah dijumpai di mana saja dan dapat diundang untuk singgah di pekarangan dan taman kota (Mulyawati dan Amama, 2011). Menurut Hernowo dan Prasetyo tahun 1989, satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung perlu dilestarikan karena memiliki manfaat yang besar bagi manusia, antara lain: 1. membantu mengendalikan serangga hama, 2. membantu proses penyerbukan bunga, 3. mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi, 4. burung memiliki suara yang khas dan dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, 5. burung dapat digunakan untuk berbagai atraksi rekreasi, 6. sebagai sumber plasma nutfah, 7. objek untuk pendidikan dan penelitian. Burung memiliki suku-suku yang dikelompokkan kedalam tiga belas kategori ekologi. Kelompok burung yang terdapat di daerah perkotaan seperti Jakarta antara lain burung-burung berenang di air tawar, burung- burung besar/ sedang pemakan serangga yang bersifat arboreal, pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur, pemakan serangga berukuran sedang/kecil yang hidup

32 11 di tanah, pemakan serangga berukuran sedang/kecil yang bersifat arboreal, serta burung-burung kecil pemakan nektar, buah dan biji (Mackinnon, 1995). Salah satu usaha untuk mendatangkan burung dalam suatu wilayah adalah diperlukan adanya habitat yang sesuai dengan jenis burung itu sendiri. Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup atau tempat dimana organisme ditemukan atau melakukan siklus hidup (Odum, 1971).

33 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan ini memiliki luas wilayah sebesar m 2. Gambar Peta Lokasi Tapak Waktu pelaksanaan penelitian selama tujuh bulan. Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bulan Februari-Maret 2012 dan dilanjutkan dengan

34 pengamatan langsung selama lima bulan dari bulan April-Agustus 2012, kemudian pengolahan data dan penulisan skripsi Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), kamera, binocular, thermo-hygrom, buku Panduan Lapangan Burungburung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan karya John Mackinnon, laptop beserta software (AutoCad, Adobe Photoshop, Map Source, Global Mapper, arc GIS, Google Sketch Up dan Google Earth). Bahan yang digunakan kertas gambar dan kertas tabular Metode Tahapan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) yang meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep perencanaan dan detail perancangan. Gambar Proses Perencanaan Lanskap (Gold, 1980) Inventarisasi Inventarisasi merupakan tahap mengumpulkan data primer maupun sekunder pada tapak yang dilakukan dengan cara survei lapang, wawancara, serta studi pustaka. Data primer dapat diperoleh melalui survei lapang yang meliputi

35 14 pencatatan, pengamatan visual, dan pengambilan gambar sehingga didapatkan kondisi fisik tapak yang sebenarnya serta penyebaran populasi burung yang ada. Wawancara dilakukan langsung pada pihak yang terkait untuk mendapatkan data yang sesuai berupa selera dan keinginan penduduk. Pengamatan burung dilakukan secara langsung di lapangan mulai pukul hingga pukul pagi dikarenakan burung mulai terlihat banyak pada jam tersebut. Metode pengamatan burung yang digunakan adalah metode MacKinnon List. Pengamatan dilakukan pada titik pengamatan yang telah ditentukan selama 10 menit pada setiap titik pengamatan. Jalur transek pengamatan burung yang digunakan adalah jalur yang telah ada dalam TPU Tanah Kusir. Jalur transek tersebut harus menjangkau seluruh area TPU Tanah Kusir (Gambar 3.3). Pengamatan burung dibagi dalam dua area pengamatan, yaitu TPU Tanah Kusir wilayah utara dan TPU Tanah Kusir wilayah selatan. Pengamatan pada masing-masing wilayah dilakukan dalam empat kali pengulangan dengan hari yang berurutan. Selain itu, pengamatan burung dilakukan sebanyak dua periode pengamatan. Periode pertama adalah pada saat sebelum diadakannya pembangunan proyek pelebaran Kali Pesanggrahan, sedangkan periode yang kedua adalah pada saat dilaksanakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Pengambilan data burung dengan dua periode tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data perbandingan jumlah jenis burung sebelum dan setelah diadakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Data yang dikumpulkan dapat melalui pengamatan langsung maupun perjumpaan berupa suara. Pencatatan dilakukan di dalam daftar MacKinnon (tabel 3.1), yaitu sebuah daftar catatan jenis yang ditemukan dan diisi hingga maksimal 20 jenis, kemudian dilanjutkan dalam daftar yang baru. Setiap jenis burung hanya dicatat satu kali dalam satu daftar. Pencatatan hari, tanggal, waktu, serta cuaca pada saat pengambilan data juga dilakukan. Hal tersebut dapat memberikan informasi tentang jenis burung yang terdapat pada lokasi pada waktu dan cuaca yang berbeda. Data sekunder meliputi aspek fisik yang berupa letak, batas dan luas tapak, keadaan tanah dan topografi, hidrologi, vegetasi dan satwa, serta sirkulasi; aspek sosial berupa jumlah penduduk, jumlah kelahiran dan kematian, agama, selera dan

36 keinginan, kebutuhan, serta aspek teknik yang berupa teknik perencanaan (pemilihan tanaman yang tepat dan rencana tata guna lahan). 15 Tabel Daftar jenis MacKinnon Hari, Tanggal : Waktu : Cuaca : No. Nama Lokal Nama Ilmiah (Sumber : MacKinnon, 1995) Tabel Jenis Data, Param, Cara Pengambilan Data, Bentuk Data dan Sumber Data No. Jenis Data Param Cara Pengambilan Data Bentuk Data 1 Data Fisik a. Letak geografis Batas wilayah, Studi Pustaka dan Luas wilayah, Studi Pustaka administratif tapak Studi Pustaka, Ketinggian tempat lapangan Sekunder b. Topografi dan Kontur dan Pengamatan, Studi kemiringan kemiringan lahan, pustaka Sekunder c. Satwa Kekayaan jenis, Primer dan (Burung) keanekargaman Pengamatan Sekunder jenis d. Iklim Arah dan kecepatan angin, Studi pustaka Suhu udara ratarata, Sekunder Primer dan Studi pustaka Kelembaban udara relatif. Studi pustaka e. Hidrologi Drainase Pengamatan Primer dan Irigasi Pengamatan Sekunder f. Vegetasi Jenis tanaman, Pengamatan Primer dan Sekunder 2 Data Sosial a. Kependudukan Jumlah kelahiran dan kematian, Studi pustaka Sekunder b. Aktifitas ekonomi Jenis pekerjaan Studi pustaka Sekunder c. Potensi pengguna Selera dan keinginan, Kebutuhan pengguna Wawancara Wawancara Primer dan Sekunder Sumber Data Pemerintah daerah Pemerintah daerah Lapangan Lapangan dan Pemerintah daerah Lapangan Lapangan Biro Pusat Statistika, Lapangan Biro Pusat Statistika Lapangan

37 16 Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

38 Analisis Analisis merupakan tahap pengolahan data. Data primer dan sekunder yang telah diperoleh melalui survei lapang dan wawancara diolah dengan metode analisis deskriptif sehingga diketahui potensi serta kendala yang ada pada tapak. Potensi yang ada pada tapak dikembangkan dan disesuaikan dengan tujuan perancangan tapak, sedangkan kendala yang ada ada tapak dimodifikasi sehingga kualitasnya meningkat sesuai dengan syarat dan standar yang berlaku. Analisis mengenai jenis burung yang ada pada tapak, penyebaran, serta habitatnya juga dilakukan. Dari daftar yang telah dicatat selama pengamatan, setelah itu dibuat satu grafik yang menggambarkan antara jumlah kumulatif dari jenis-jenis yang dicatat terhadap hari pengamatan, sehingga terlihat suatu garis kurva penemuan jenis. Grafik yang terus meningkat mencerminkan kekayaan jenis burung di lokasi tapak. Gambar Contoh grafik MacKinnon (Sumber: MacKinnon, 1995) Jika grafik telah mendatar dan jenis baru tidak tercatat lagi di lembar daftar baru maka diasumsikan bahwa jenis-jenis burung yang terdapat di lokasi pengamatan telah tercatat seluruhnya. Jika grafik terus naik pada setiap pergantian lembar maka kemungkinan pada habitat tersebut masih terdapat jenis baru yang belum tercatat.

39 Sintesis Tahap sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan pengembangan potensi dari TPU Tanah Kusir yang akan dikembangkan sesuai dengan tujuan perancangan ulang. Pada tahap sintesis ditetapkan konsep perencanaan tapak yang merupakan dasar dari setiap kebijakan yang akan dihadirkan pada tapak. Konsep dituangkan dalam konsep dasar, dilanjutkan dengan konsep ruang, sirkulasi, vegetasi dan fasilitas. Hasil dari tahap ini berupa peta-peta konsep Perencanaan dan Perancangan Lanskap Tahap ini adalah tahap pengembangan konsep dalam bentuk perencanaan lanskap yang menggambarkan fasilitas yang dapat dikembangkan untuk mendukung aktivitas, tata letaknya dan elemen lanskap yang mendukung tapak sesuai dengan tujuan yang diinginkan, yaitu mewujudkan kawasan pemakaman yang ramah burung. Hasil dari tahapan ini adalah gambar rencana tapak dan gambar detail fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak Batasan Studi Studi ini dibatasi hingga tahap perancangan ulang TPU Tanah Kusir yang meliputi penataan vegetasi, utilitas, fasilitas, serta sirkulasi. Sehingga dapat berfungsi sebagai RTH pemakaman yang ramah burung di tengah maraknya isu berkurangnya habitat burung saat ini.

40 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. TPU Tanah Kusir merupakan salah satu pemakaman umum terbesar di Jakarta dengan luas tapak secara keseluruhan sebesar m 2. TPU Tanah Kusir mulai dibuka sejak tahun Nama Tanah Kusir itu sendiri bermula dari tanah milik seorang kusir. Perumahan Warga Perumahan Warga Taman Bendi Perumahan Warga Perumahan Warga Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011)

41 Gambar 4.2. Foto Keadaan Eksisting TPU Tanah Kusir 20

42 21 Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir terletak di Jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. TPU Tanah Kusir terletak pada empat kelurahan, yaitu Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Bintaro, Kebayoran Lama Utara dan Ulujami serta terletak pada dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kebayoran Lama dan Pesanggrahan. Tapak berbatasan langsung dengan Kali Pesanggrahan yang melintasi tapak pada bagian Barat. Bagian Utara berbatasan langsung dengan RTH yang dikelola oleh Suku Dinas Pertamanan Jakarta Selatan, yaitu Taman Bendi Utara dan Taman Bendi Selatan, serta berbatasan dengan perumahan warga. Bagian Timur berbatasan dengan perumahan warga, sedangkan pada bagian Selatan berbatasan dengan Kali Pesanggrahan dan perumahan warga (Gambar 4.1). TPU Tanah Kusir didominasi untuk area pemakaman, kantor, kios, serta perumahan warga. Tapak terbagi dua oleh Jalan Bintaro Raya menjadi Tanah Kusir Wilayah Utara dan Tanah Kusir Wilayah Selatan. Terdapat pula perlintasan rel kereta yang menghubungkan Stasiun Kebayoran dengan Stasiun Pondok Betung yang melintasi tapak Aksesibilitas Akses yang ada untuk mencapai tapak cukup mudah sebab tapak berada di jalan utama yaitu Jalan Bintaro Raya yang menghubungkan daerah Kebayoran Lama dengan Bintaro (Gambar 4.5). Keadaan akses di sekitar tapak sudah terfasilitasi dengan baik, adanya halte pemberhentian angkutan kota, jalan yang tidak rusak, serta adanya jalur pejalan kaki (Gambar 4.3). Banyak angkutan kota yang melalui jalan tersebut, diantaranya adalah Metro Mini 71 dengan tujuan terminal Blok-M hingga Bintaro dan Metro Mini 74 dengan tujuan terminal Blok- M hingga Rempoa. Selain itu, TPU Tanah Kusir juga dapat diakses dengan angkutan kota S10 dengan trayek Pasar Kebayoran Lama - Tanah Kusir yang melalui Jalan Bendi Besar dan Jalan Peninggaran. Tidak jauh dari tapak terdapat pula pintu tol Veteran untuk mempermudah akses menuju ke tapak. Berbeda dengan akses di sekitar tapak yang cukup bagus, akses yang ada di dalam tapak kurang terfasilitasi dengan baik (Gambar 4.4). Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya lahan parkir dan jalan yang tidak rata dan rusak. Jalur

43 22 sirkulasi dalam tapak memiliki lebar yang beragam mulai dari 1 m hingga 5 m sesuai dengan fungsi jalur tersebut. Jalur dalam tapak terbagai dalam dua fungsi, yaitu jalur yang menghubungkan antara petak makam dan antar blad (kaveling), serta jalur utama dalam tapak yang memisahkan antar unit pemakaman yang berbeda. Gambar Keadaan akses di sekitar TPU Tanah Kusir Gambar Keadaan jalur sirkulasi dalam TPU Tanah Kusir Selain aksesibilitas untuk manusia, terdapat pula aksesibilitas untuk burung yang berupa koridor hijau di dalam TPU Tanah Kusir. Koridor hijau tersebut berada di sepanjang Kali Pesanggrahan yang melewati kawasan TPU Tanah Kusir.

44 23 Sumber: Google Earth diakses pada 7 Juli

45 Fasilitas dan Utilitas TPU Tanah Kusir telah memiliki kantor pengelola serta musholla dan toilet umum. TPU Tanah Kusir memiliki empat gerbang utama, yaitu gerbang untuk Tanah Kusir Utara, Tanah Kusir Selatan, Unit Pemakaman Budha, serta Unit Pemakaman Khusus. Kios-kios tempat usaha juga cukup banyak dalam tapak. Kios-kios yang terdiri dari kios resmi dan liar tersebut sebagian menjual bunga, batu nisan, makanan dan minuman. Kios yang terdapat di sekitar pintu gerbang utama sebagian besar terdiri dari penjual bunga. Kios yang terdapat di sepanjang jalan Bintaro Raya terdiri dari penjual yang menawarkan jasa pembuatan batu dan papan nisan. Sedangkan kios yang berada di dalam area pemakaman dan tersebar acak merupakan para penjual makanan dan minuman yang mendirikan kiosnya secara liar (Gambar 4.6). Terdapat pula tempat parkir di dalam tapak (Gambar 4.7), namun tempat parkir tersebut kurang mampu menampung jumlah kendaraan yang datang ke TPU Tanah Kusir sehingga para pengendara memarkir kendaraannya secara bebas di sepanjang jalur sirkulasi dalam tapak. Kali Pesanggrahan membuat TPU Tanah Kusir menjadi terpisah-pisah karena membelah tapak tersebut, namun sedang diadakan pembangunan jembatan yang akan digunakan untuk menghubungkan bagian tapak yang terpisah oleh sungai tersebut. Fasilitas pendukung yang ada pada tapak adalah taman yang berada di beberapa titik di sekitar kantor pengelola dan pintu gerbang utama. Selain itu, terdapat pula pagar pembatas yang membatasi area pemakaman dengan jalan, area pemakaman dengan pemukiman, serta area pemakaman dengan Kali Pesanggrahan. Pagar yang membatasi area pemakaman dengan sungai kurang tinggi (Gambar 4.8) dan bukan merupakan pagar yang tertutup sehingga apabila air sungai meluap, air dapat membanjiri pemakaman dan meninggalkan sampah yang terbawa oleh air sungai. Pagar yang tidak tertutup secara keseluruhan tersebut berpengaruh juga pada banyaknya akses liar kedalam TPU Tanah Kusir dari pemukiman sekitarnya. Akses tersebut digunakan oleh warga sekitar sebagai jalan pintas untuk keluar-masuk area pemakaman. Fasilitas penunjang yang lain seperti tempat sampah dan papan petunjuk juga dapat ditemui di dalam tapak.

46 25 Gambar Kios dan pedagang liar yang terdapat di dalam tapak Gambar Tempat parkir di TPU Tanah Kusir Gambar Keadaan pagar pembatas antara area pemakaman dengan sungai Jaringan utilitas di dalam dan sekitar tapak terdiri dari jaringan listrik dan telepon. Jaringan listrik berfungsi sebagai sumber energi untuk penerangan dan sumber energi untuk mesin pompa air pada bangunan, petak pemakaman, serta taman.

47 26 BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS 5.1. Kondisi Fisik Lokasi Geografis dan Hubungan dengan Lokasi Habitat Burung Sekitar Tapak Lokasi tapak secara geografis antara '53,52" BT '24,35" BT dan antara 6 14'43,64" LS '30,98" LS. Tapak berada pada ketinggian mdpl dengan kemiringan relatif datar. Kawasan TPU Tanah Kusir merupakan salah satu akses yang digunakan sebagai koridor terbang oleh burung. Berdasarkan Peta Persebaran Burung dan Usulan Koridor Burung di Jakarta yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (Gambar 5.1), TPU Tanah Kusir merupakan salah satu habitat burung diantara dua lokasi utama habitat burung di Jakarta. Lokasi utama habitat burung yang dihubungkan oleh TPU Tanah Kusir tersebut adalah Bantaran Kali Pesanggrahan dan Hutan Kota Srengseng. Populasi burung yang ada di Kota Jakarta merupakan hasil pergerakan populasi burung dari sumber-sumber populasi burung di sekitar Kota Jakarta. Daerah-daerah sumber populasi burung yang ada di sekitar Kota Jakarta yaitu Kebun Raya Bogor yang terdapat di bagian selatan dari Kota Jakarta serta Pulau Dua, Cagar Alam Pulau Rambut, Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Teluk Jakarta yang berlokasi di sisi sebelah utara dari Kota Jakarta. Populasi burung yang berada di Kota Jakarta merupakan hasil perpindahan dari sumber populasi tersebut. Burung-burung yang berasal dari sumber populasi di sekitar Kota Jakarta melakukan perpindahan dari selatan ke utara, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu pengembangan RTH sebagai koridor hijau di Jakarta sangat dibutuhkan agar tempat untuk singgah burung-burung tersebut tidak terputus.

48 27 Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

49 28 Usulan koridor burung di Jakarta tersebut sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta , yaitu akan diadakan pengembangan RTH di jalur hijau jalan yang akan mendukung perpindahan populasi burung di antara lokasi-lokasi utama habitat burung. Gambar 5.2 merupakan gambar Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta tahun yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (2011). Gambar Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta Berdasarkan Peta Persebaran Burung dan Usulan Koridor Burung di Jakarta, kawasan TPU Tanah Kusir merupakan RTH penghubung dari lima lokasi utama habitat burung di Jakarta. Lokasi-lokasi tersebut adalah Bantaran Kali Pesanggrahan, Perumahan Pondok Indah, Kawasan Kebayoran, Kawasan Senayan, serta Hutan Kota Srengseng. Pola pergerakan burung dari lokasi utama menuju ke TPU Tanah Kusir dijelaskan pada Gambar 5.3. Terputus atau tidaknya pergerakan populasi burung ke tapak juga ditentukan oleh koridor hijau yang ada di sekitar tapak. Koridor hijau tersebut dapat berupa RTH dan juga jalur hijau jalan yang ada di sekitar tapak. Koridor

50 hijau yang tersedia di sekitar tapak saat ini antara lain terdiri dari jalur sungai, perkebunan warga, serta jalur hijau jalan (Gambar 5.4). 29 Gambar Pola Pergerakan Burung dari Lokasi Utama menuju ke Tapak Gambar Penutupan lahan di sekitar tapak Hidrologi Sumber Air Bersih Sumber air pada tapak berasal dari sumur-sumur bawah tanah. Air diambil menggunakan mesin pompa yang ada pada setiap bangunan. Selain itu, terdapat pula Kali Pesanggrahan yang juga berfungsi sebagai sumber air. Pemanfaatan air dari sungai tersebut digunakan untuk menyiram tanaman pada area pemakaman.

51 30 Air bersih juga diperlukan oleh hewan yang ada di dalam tapak, terutama burung. Pada umumnya, burung akan mendatangi genangan air untuk mereka minum dan mandi Saluran dan Badan Air Sistem drainase pada tapak memanfaatkan topografi dan kemiringan lahan. Terdapat pula gorong-gorong (saluran pembuangan air) di beberapa titik pada bagian samping jalur sirkulasi tapak. Namun saluran pembuangan air tersebut tidak terdapat pada area pemakaman yang dekat dengan sungai, oleh karena itu area pemakaman Tanah Kusir sering mengalami banjir (Gambar 5.5). Banjir biasanya berlangsung cukup lama karena air yang telah masuk ke area pemakaman dari hujan dan sungai yang meluap akan sulit keluar karena tidak adanya saluran drainase pada area pemakaman tersebut. Gambar Banjir akibat tidak adanya saluran drainase pada area pemakaman Jenis saluran drainase yang terdapat pada TPU Tanah Kusir yaitu saluran drainase terbuka yang terdapat pada sepanjang Kali Pesanggrahan dan saluran drainase tertutup yang terdapat pada gorong-gorong. Saluran drainase terbuka adalah jenis saluran drainase dengan permukaan bawahnya berupa tanah, sehingga penyerapan air kedalam tanah dapat berlangsung dengan sempurna. Sedangkan saluran drainase tertutup merupakan jenis saluran drainase dengan permukaan bawahnya berupa beton. Pada umumnya, penggunaan saluran drainase tertutup dilengkapi dengan jalur pejalan kaki di atasnya untuk memaksimalkan fungsi efisiensi penggunaan lahan. Jenis saluran drainase terbuka lebih disukai burung dibandingkan jenis drainase tertutup.

52 31 Badan air yang terdapat di TPU Tanah Kusir adalah Kali Pesanggrahan yang melewati sebagian besar wilayah tapak. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Pesanggrahan sebesar 177 km 2. Hulunya terdapat di perumahan Budi Agung, Tanah Sereang Kota Bogor, serta bagian hilirnya bertemu dengan Cengkareng Drain. Hampir 70% kawasan terbangun dari luas DAS Pesanggrahan. Sempadan dari Kali Pesanggrahan merupakan salah satu habitat dari beberapa jenis burung yang ada di Jakarta. Namun pada pertengahan tahun 2012, Proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) atau proyek pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di Jakarta, dimulai. Kali Pesanggrahan sepanjang 27 km dari Cirendeu sampai Cengkareng mengalami normalisasi. TPU Tanah Kusir merupakan salah satu daerah yang terkena proyek pelebaran sungai tersebut. Normalisasi Kali Pesanggrahan dilakukan dengan melebarkan badan sungai, dari semula 15 m menjadi 40 m. Guna melakukan normalisasi Kali Pesanggrahan, Pemprov DKI akan merelokasi makam yang berada di TPU Tanah Kusir dengan luas m 2. Makam yang terkena proyek normalisasi Kali Pesanggrahan di sisi utara sebanyak 798 makam, dan sisi selatan ada 978 makam. Normalisasi Kali Pesanggrahan yang melewati TPU Tanah Kusir tersebut juga dibarengi dengan pembuatan jalan di samping sungai yang mengalami pelebaran. Lebar jalan tersebut memakan lahan sebesar 10 m dari sisi kanan dan kiri Kali Pesanggrahan. Gambar 5.6 merupakan peta rencana pelebaran Kali Pesanggrahan yang didapat dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta yang bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta. Pelebaran Kali Pesanggrahan tersebut dilengkapi dengan pembuatan tanggul beton di sepanjang badan sungai dengan tinggi 3 m dan juga pengerukan sungai. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi dampak banjir yang terjadi di wilayah TPU Tanah Kusir. Namun hal tersebut akan membuat burung sulit menjangkau perairan. Beberapa titik banjir di TPU Tanah Kusir akan dijelaskan pada Gambar 5.7. Selain Kali Pesanggrahan, badan air yang terdapat di TPU Tanah Kusir adalah rawa yang berfungsi untuk menarik burung mendatangi tapak.

53 32 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

54 33 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

55 Pembagian Ruang pada Tapak Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, pembagian ruang didasarkan atas penggunaan lahannya. Pembagian ruang tersebut terbagi menjadi lahan yang sudah terpakai, lahan belum siap pakai perlu pematangan, lahan belum siap pakai butuh perpetakan, serta lahan untuk penggunaan lainnya (Gambar 5.8). Lahan yang sudah terpakai terdiri dari pembagian lahan berdasarkan jenis pemakamannya, yaitu makam unit Islam, unit Kristen, unit Budha, serta unit Khusus. Lahan belum siap pakai perlu pematangan terdiri dari ladang, empang, rawa, kebun dan rumah. Lahan belum siap pakai butuh perpetakan terdiri dari lapangan dan semak. Sedangkan lahan untuk penggunaan lainnya terdiri dari taman, makam wakaf, tempat parkir dan kantor TPU. Tabel Luas area berdasarkan pembagian penggunaan lahan No Penggunaan Lahan Luas (m 2 ) 1 Lahan yang sudah terpakai Unit Budha ,1 Unit Kristen ,6 Unit Islam ,7 Unit Khusus ,8 Jumlah ,2 2 Lahan belum siap pakai perlu pematangan 3 Lahan belum siap pakai butuh perpetakan Kebun ,9 Ladang ,8 Rumah ,8 Rawa ,7 Empang Jumlah ,2 Lapangan 0 Semak 0 Jumlah 0 4 Lahan untuk penggunaan lainnya Makam wakaf 8.839,1 Taman 545,5 Kanto TPU 656,9 Tempat parkir ,6 Jumlah ,2 Total area keseluruhan , 5

56 35 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

57 36 Akibat dari dilakukannya proyek normalisasi Kali Pesanggrahan, luas wilayah TPU Tanah Kusir berkurang sebesar m 2 di sepanjang sempadan Kali Pesanggrahan. Sehingga luas area TPU Tanah Kusir apabila proyek normalisasi sungai tersebut telah selesai akan menjadi ,5 m 2. Sebanyak makam akan direlokasi pada bagian yang tidak terkena proyek pelebaran sungai tersebut. Namun, TPU Tanah Kusir merupakan salah satu pemakaman yang padat sehingga hanya sedikit tempat kosong yang tersedia di TPU Tanah Kusir. Akibatnya, sebanyak makam akan direlokasi di bagian yang belum terdapat petak makam sebelumnya. Area yang belum terdapat petak makam adalah bagian penggunaan lahan dalam kategori lahan belum siap pakai perlu pematangan. Lahan yang digunakan dalam kategori tersebut adalah lahan kebun yang telah dibabat habis pada bagian selatan TPU Tanah Kusir. Hal ini membuat luas kebun sebagai habitat satwa burung semakin berkurang, maka perlu dibuat pembagian ruang guna mengakomodasi kegiatan manusia dan kelangsungan hidup burung pada wilayah TPU Tanah Kusir. Gambar 5.9 menjelaskan tentang beberapa area di TPU Tanah Kusir berdasarkan penggunaan lahannya saat ini. Pembagian ruang dapat dilakukan dengan membagi tapak menjadi beberapa bagian, yaitu penggunaan lahan untuk pemakaman dengan manusia sebagai penggunanya dan penggunaan lahan untuk konservasi burung dengan fokus utama pada habitat burung. Tapak yang semakin berkurang luasnya karena proyek pelebaran sungai dapat memungkinkan adanya fungsi ganda dari penggunaan lahan. Lahan pemakaman juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu habitat burung. Menurut MacKinnon (2010), terdapat beberapa jenis burung yang memiliki habitat di tanah lapang dan semak. Biasanya jenis-jenis burung tersebut mencari makan dan membuat sarang di lahan yang terbuka. Lahan pemakaman yang telah terpakai juga dapat digunakan sebagai pengembangan habitat burung untuk jenis burung-burung arboreal. Penanaman pohon di sekitar makam dapat menarik burung untuk datang dan mencari makan pada pohon-pohon besar di atas lahan pemakaman.

58 37 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

59 Iklim Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Pondok Betung Ciledug Tangerang tahun , terlihat bahwa suhu rata-rata dari ketiga tahun tersebut sebesar 27,8 O C. Sedangkan kelembaban rata-rata dari tahun sebesar 79 % dengan jumlah curah hujan rata-rata sebesar 2.098,4 mm per tahun. Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan di lapang, didapatkan data iklim mikro pada TPU Tanah Kusir dengan suhu rata-rata di bawah naungan sebesar 35,4 O C sedangkan suhu rata-rata tanpa naungan sebesar 39,8 O C. Kelembaban rata-rata di bawah naungan pada tapak sebesar 37,2 % sedangkan kelembaban rata-rata tanpa naungan sebesar 31,2 %. Terdapat perbedaan iklim yang cukup tinggi antara data dari Stasiun Klimatologi Pondok Betung Ciledug Tangerang tahun dengan data iklim mikro pada tapak yang diukur secara langsung. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keadaan tapak yang kurang vegetasi peneduh dan cenderung terbuka. Keberadaan naungan pepohonan dan bangunan dari sinar matahari langsung sangat penting bagi manusia guna mengurangi tingginya suhu pada suatu wilayah Topografi Topografi daerah TPU Tanah Kusir relatif datar (Gambar 5.12) dengan kemiringan 0-8% pada ketinggian mdpl (Gambar 5.11). Namun setelah diadakannya proyek pelebaran sungai, perataan tanah dilakukan secara besarbesaran di sepanjang aliran sungai. Gambar Perataan tanah di sepanjang Kali Pesanggrahan

60 39 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

61 40 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

62 Aspek Biofisik Vegetasi Jenis tanaman yang ada di TPU Tanah Kusir sebagian besar berjenis rumput dan semak yang kurang tertata dengan baik. Rumput dan semak tersebut digunakan untuk memperindah makam, namun penggunaan jenis rumput dan semak tidak sama pada setiap makam tergantung keinginan keluarga jenazah. Sebagian besar semak yang digunakan antara lain melati (Jasminum sp.), tehtehan (Acalypha macrophylla), puring (Codiaeum sp.), tapak dara (Catharanthus roseus), bugenvil (Bougainvillea sp.), kaca piring (Gardenia jasminoides), soka (Ixora sp.) dan lain-lain. Gambar Semak yang tersebar secara acak di TPU Tanah Kusir Gambar Contoh pepohonan yang ada di TPU Tanah Kusir

63 42 Tabel Data Pohon Pelindung di TPU Tanah Kusir No. Jenis Wilayah Selatan Wilayah Utara 1 Akasia 3 2 Albasia Alpukat 1 4 Angsana Asem 1 6 Bambu Kupu-kupu 5 7 Asem Ranji 1 8 Belimbing 1 9 Benda 1 10 Beringin Bintaro Cemara Cempedak 1 14 Cheri 9 15 Dadap Duri 1 16 Flamboyan 5 17 Glodogan Jati 1 19 Jati Mas Jengkol 1 21 Kapuk 1 22 Kawi Jaran 1 23 Kayu Manis 1 24 Kedodondong Jaran Kelapa 2 26 Kelapa Sawit 2 27 Ketapang Ki Hujan Mangga 8 30 Mahoni 7 31 Mindi 1 32 Nangka 2 33 Palm Pangsar (Amplas) Pete Pohon yang mati 3 37 Putat 1 38 Rambutan Sawo Duren Sawo Kecik Selampe 1 42 Sengon 4 43 Serutan 5 44 Singkong Utan 1 45 Tabebuya Tanjung Tilayu 1 Jumlah Sumber: Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan, 2012 Selain semak dan rumput, pepohonan juga banyak terdapat pada TPU Tanah Kusir. Pepohonan tersebut tersebar di sepanjang jalur sirkulasi dan di

64 43 sempadan Kali Pesanggrahan. Tabel 5.2 merupakan data pohon pelindung di TPU Tanah Kusir yang didapatkan dari Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan. Berdasarkan data yang diperoleh sebelum diadakannya proyek pelebaran sungai tersebut, terdapat 47 jenis pohon pelindung yang ada di TPU Tanah Kusir dengan jumlah keseluruhan pohon sebanyak pohon. TPU Tanah Kusir wilayah Utara memiliki jumlah pohon pelindung yang lebih banyak dibandingkan di wilayah Selatan. Namun pada wilayah Selatan jenis pohon pelindungnya lebih beragam yaitu sebanyak 38 jenis, sedangkan pada wilayah Utara jenisnya hanya sebanyak 21 jenis. Hal ini akan berpengaruh dengan keanekaragaman jenis burung yang terdapat pada wilayah TPU Tanah Kusir. Proyek normalisasi Kali Pesanggrahan tersebut juga menggusur habitat burung yang ada di sepanjang sungai secara langsung. Hal ini disebabkan karena pelebaran sungai tersebut dilakukan dengan menebang semua vegetasi yang ada di sepanjang sempadan sungai, padahal vegetasi yang ada di sepanjang sempadan Kali Pesanggrahan merupakan salah satu habitat utama yang ada di TPU Tanah Kusir. Selain itu, vegetasi yang terdapat di sepanjang Kali Pesanggrahan merupakan salah satu koridor hijau yang menghubungkan jalur pergerakan burung dari lokasi utama habitat di Bantaran Kali Pesanggrahan dan Hutan Kota Srengseng. Penanaman vegetasi yang dapat mengundang burung untuk datang sangat diperlukan pada tapak untuk memperbaiki ekosistem dan populasi burung yang sempat hilang karena proyek pelebaran sungai. Selain itu, penanaman vegetasi juga berfungsi sebagai pengatur iklim mikro pada kawasan TPU Tanah Kusir agar menjadi lebih nyaman bagi pengguna. Penanaman vegetasi tersebut dapat dilakukan di seluruh area tapak tergantung fungsi dari tanamannya Satwa Banyak satwa yang ditemui di dalam dan sekitar tapak. Satwa-satwa tersebut menggunakan lahan TPU Tanah Kusir sebagai habitat dan tempat mencari makan. Banyaknya tanaman pada tapak, mempengaruhi banyaknya jenis hewan yang ada. Selain itu, Kali Pesanggrahan juga makin memperkaya keanekaragaman hayati yang ada di TPU Tanah Kusir. Satwa yang terdapat di

65 44 TPU Tanah Kusir antara lain berbagai jenis burung, serangga (seperti kupu-kupu, capung, belalang, kumbang, lebah, rayap, semut dan sebagainya), katak, kadal, ular, biawak serta berbagai jenis ikan yang ada di Kali Pesanggrahan. Selain itu terdapat pula hewan yang dipelihara oleh warga sekitar dan dilepas di dalam tapak seperti ayam, anjing, kucing, kambing, serta monyet. Gambar Satwa yang terdapat di TPU Tanah Kusir Burung Pengamatan burung dilakukan sebanyak dua periode pengamatan. Periode pertama adalah pada saat sebelum diadakannya pembangunan proyek pelebaran Kali Pesanggrahan (bulan April 2012), sedangkan periode yang kedua adalah pada saat dilaksanakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan (bulan Agustus 2012). Pengambilan data burung dengan dua periode tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data perbandingan jumlah jenis burung sebelum dan setelah diadakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Berdasarkan hasil pengamatan burung periode pertama pada tapak mengunakan metode McKinnon List, diperoleh beberapa jenis burung yang ada di TPU Tanah Kusir. Burung-burung tersebut tersebar sesuai dengan jenis habitatnya. Gambar Burung yang terdapat di area Tanah Kusir

66 45 Namun, sebagian besar burung yang terdapat pada tapak merupakan jenis burung gereja-erasia, burung walet sapi, serta burung cucak kutilang. Klasifikasi ekologi jenis burung di TPU Tanah Kusir serta status dan undang-undang perindungannya di Indonesia dijelaskan pada Tabel 5.5. Tabel Data Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Jakarta wilayah Selatan Periode Pertama dan Periode Kedua No. Nama Lokal Nama Ilmiah Periode I Periode II 1 Cipoh Kacat Aegithina tiphia 2 Raja-udang meninting Alcedo meninting 3 Kareo padi Amaurornis phoenicurus 4 Burung-madu kelapa Anthreptes malacensis 5 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus 6 Wallet sapi Collocalia esculenta 7 Cabai jawa Dicaetum trochileum 8 Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris 9 Layang-layang batu Hirundo tahitica 10 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 11 Bondol peking Lonchura punctulata 12 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularsis 13 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 14 Cinenen pisang Orthotomus sutorius 15 Gelatik Jawa Padda oryzivora 16 Burung-gereja erasia Passer Montanus 17 Perenjak Jawa Prinia familaris 18 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 19 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 20 Kipasan belang Rhipidura javanica 21 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 22 Gemak loreng Turnix suscitator 23 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Keterangan: : Ditemui : Tidak Ditemui Pada data di atas (Tabel 5.3), terjadi penurunan jenis burung yang terdapat pada TPU Tanah Kusir wilayah Selatan. Jenis burung yang tidak ditemui karena adanya proyek pelebaran sungai adalah Raja-udang meninting, Kareo padi, Cekakak Jawa, Gelatik Jawa, Kipasan belang, dan Gemak loreng. Namun ada pula jenis burung yang bertambah, yaitu jenis Layang-layang batu. Penurunan jenis pada TPU Tanah Kusir wilayah selatan yang semula sebanyak 22 jenis pada Periode I turun menjadi 17 jenis pada Periode II (Gambar 5.17).

67 46 Gambar Grafik MacKinnon Hasil Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Wilayah Selatan Tabel Data Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Jakarta wilayah Utara Periode Pertama dan Periode Kedua No. Nama Lokal Nama Ilmiah Periode I Periode II 1 Cipoh Kacat Aegithina tiphia 2 Raja-udang meninting Alcedo meninting 3 Burung-madu kelapa Anthreptes malacensis 4 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus 5 Wallet sapi Collocalia esculenta 6 Cabai jawa Dicaetum trochileum 7 Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris 8 Layang-layang batu Hirundo tahitica 9 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 10 Bondol peking Lonchura punctulata 11 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularsis 12 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 13 Cinenen pisang Orthotomus sutorius 14 Burung-gereja erasia Passer montanus 15 Caladi tilik Picoides moluccensis 16 Perenjak Jawa Prinia familaris 17 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 18 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 19 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 20 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Keterangan: : Ditemui : Tidak Ditemui Penurunan jenis juga terjadi pada TPU Tanah Kusir wilayah Utara sebagai akibat dari proyek pelebaran Kali Pesanggrahan (Tabel 5.4). Jenis pada pengamatan periode I sebanyak 18 jenis, namun pada pengamatan periode II menjadi 16 jenis (Gambar 5.18). Jenis yang hilang pada TPU Tanah Kusir wilayah Utara antara lain Raja-udang meninting, Wiwik kelabu, Cekakak Jawa,

68 dan Caladi tilik. Namun burung yang bertambah pada wilayah Utara ini antara lain Cinenen pisang dan Perenjak Jawa. 47 Gambar Grafik MacKinnon Hasil Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Wilayah Utara Pada saat dilaksanakan proyek pelebaran sungai, jumlah jenis burung yang terdapat di TPU Tanah Kusir mengalami pengurangan yang cukup besar. Jenis burung yang hilang merupakan jenis burung yang melakukan aktifitas di sekitar sungai. Hal ini terjadi karena hilangnya habitat burung dan karena adanya suara bising dari aktifitas alat-alat besar proyek. Pembuatan habitat baru sangat diperlukan pada TPU Tanah Kusir agar jenis burung yang hilang dapat kembali ke tapak. Hal tersebut dapat dilakuakan dengan penanaman vegetasi yang sesuai dengan habitat burung agar dapat dijadikan tempat hidup dan sumber pakan yang baru. Selain itu, pembuatan badan air juga berguna untuk menarik burung mendatangi tapak. Badan air merupakan sumber air bagi burung untuk minum dan mandi. Perbandingan burung yang tidak ditemui pada pengamatan periode I dan periode II serta persebarannya dijelaskan oleh Gambar 5.19 dan Gambar 5.20.

69 48 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

70 49 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

71 50 Tabel Klasifikasi Ekologi Jenis Burung di TPU Tanah Kusir serta Status dan Undang-undang Perlindungannya di Indonesia No. 1 Klasifikasi Ekologi Burung Burung darat pemakan bahan atau organisme tidak terkubur dalam tanah 2 Burung pemangsa/ pemakan daging 3 4 Burung besar pemakan buah di pohon Burung sedang/besar pemakan serangga bersifat arboreal 5 Burung besar pemakan serangga bersifat arboreal 6 Burung pemakan serangga bersifat aerial Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia Suku Rallidae (Mandar) 1. Kareo padi (Amaurornis phoenicurus) Suku Turnicidae (Gemak) 2. Gemak loreng (Turnix suscitator) Suku Alcedinidae (Burung udang) 3. Raja-udang meninting (Alcedo meninting) UU No & PP No Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris) Endemik UU No & PP No Suku Columbidae (Pergam dan Punai) 5. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) Suku Chloropseidae (Cipoh) 6. Cipoh Kacat (Aegithina tiphia) Suku Picidae (Burung pelatuk) 7. Caladi tilik (Picoides moluccensis) Suku Cuculidae (Kukuk) 8. Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus) Suku Apodidae (Walet dan kapinis) 9. Wallet sapi Collocalia esculenta Suku Hirundinidae (Layang-layang) 10. Layang-layang batu (Hirundo tahitica)

72 51 Lanjutan Tabel 5.5 Klasifikasi Ekologi No. Burung 7 Burung sedang/ kecil pemakan serangga bersifat arboreal 8 Status: Burung kecil pemakan nektar, buah dan biji Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia No. Suku Rhipiduridae (Kipasan) 11. Kipasan belang (Rhipidura javanica) UU No & PP No Suku Silviidae (Perenjak dunia lama) 12. Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) 13. Cinenen pisang (Orthotomus sutorius) 14. Perenjak Jawa (Prinia familaris) Endemik Suku Zosteropidae (Burung kacamata) 15. Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) Suku Dicaeidae (Burung cabe) 16. Cabai jawa (Dicaeum trochileum) Endemik Suku Nectarinidae (Burung madu dan jantung) 17. Burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis) UU No & PP No Burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) UU No & PP No Suku Ploceidae (Burung gereja, bondol, dan manyar) 19. Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides) Endemik 20. Bondol peking (Lonchura punctulata) 21. Gelatik Jawa (Padda oryzivora) Endemik 22. Burung-gereja erasia (Passer Montanus) Suku Pycnonotidae (Kutilang) 23. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) 24. Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) Endemik = Burung yang hanya dijumpai di Indonesia (Sumber: MacKinnon, 2010)

73 Aspek Sosial Keadaan dan Pendapat Warga Sekitar Kawasan TPU Tanah Kusir dikelilingi oleh banyak perkampungan, yaitu perkampungan Pesanggrahan, Tanah Kusir, Nimun, Bendi dan Ulujami. Sebagian besar warga sekitar kawasan bekerja sebagai karyawan, namun ada juga warga sekitar kawasan yang menggantungkan hidupnya pada TPU Tanah Kusir. Mereka bekerja sebagai penggali makam, pembaca doa pada acara pemakaman, penjual makanan dan minuman, serta penjual batu nisan dan karangan bunga di TPU Tanah Kusir. Menurut warga sekitar kawasan, dulunya TPU Tanah Kusir memiliki banyak jenis burung. Namun pada saat ini, jenis burung tersebut berkurang banyak seiring berkurangnya pepohonan di TPU Tanah Kusir. Berkurangnya pohon terjadi karena semakin banyaknya pemakaman baru yang mengharuskan pihak Tanah Kusir membuka lahan baru. Menurut warga, saat ini perjumpaan dengan jenis-jenis burung tertentu tergolong jarang, misalnya adalah burung Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), intensitas jenis burung tersebut yang ditemui oleh warga di sekitar sungai berkurang. Hal ini semakin bertambah parah setelah diadakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan, warga sudah tidak melihat jenis burung tersebut di sekitar sungai. Bukan hanya burung Cekakak sungai, burung-burung yang biasa terlihat di sekitar Kali Pesanggrahan saat ini hilang seiring dengan hilangnya pepohonan tempat habitat mereka. Warga berharap agar penambahan fasilitas di TPU Tanah Kusir ditambah, terutama kios dan tempat parkir. Menurut warga, kendaraan yang parkir sembarangan membuat keadaan sirkulasi menjadi berantakan sebab kendaraankendaraan tersebut parkir di jalur sirkulasi. Pembuatan kios juga diperlukan untuk memfasilitasi pedagang liar agar tidak berantakan. Selain itu, warga juga berharap agar saluran drainase diperbaiki karena sering terjadi banjir. Serta penanaman pohon yang perlu dilakukan untuk menurunkan suhu TPU Tanah Kusir pada siang hari agar terdapat tempat untuk berteduh. Pembuatan sirkulasi pada area pemakaman juga diperlukan untuk memfasiltasi peziarah yang datang.

74 Hasil Analisis dan Solusi Tabel Hasil analisis dan solusi pada tapak No. Aspek Lanskap Aspek Fisik 1 Lokasi Lokasi strategis diantara lokasi utama burung di Jakarta 2 Hidrologi Kali Pesanggrahan dan rawa 3 Penggunaan Lahan Lahan pemakaman dan kebun Analisis Solusi Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi Pemecahan Kendala Koridor hijau menuju tapak dari Lokasi utama habitat burung masih kurang Sering terjadinya banjir pada tapak karena kurangnya saluran drainase Proyek pelebaran Kali Pesanggrahan yang membuat area vegetasi sepanjang sungai di TPU Tanah Kusir semakin berkurang Pemanfaatan RTH pada lokasi sebagai habitat burung baru sekaligus sebagai salah satu koridor hijau di Jakarta Pemanfaatan Kali Pesanggrahan sebagai koridor hijau pada tapak sekaligus tempat yang menjadi sumber air untuk menarik burung mendatangi tapak Penanaman vegetasi pengundang burung pada lahan pemakaman dan kebun Perbanyakan penanaman vegetasi pada lokasi dan di sekitar lokasi Pembuatan saluran drainase tertutup pada tapak untuk mengurangi banjir Penanaman kembali vegetasi di sepanjang Kali Pesanggrahan 4 Sirkulasi Jalur utama dalam tapak cukup besar 5 Iklim Suhu sedang pada pagi dan sore hari Kurangnya akses sirkulasi pada bagian dalam tapak Suhu tinggi pada siang hari Dapat dimanfaatkan untuk penanaman vegetasi sepanjang jalur sirkulasi Pemanfaatan waktu optimal pada pagi dan sore hari untuk olah raga dan berlari mengelilingi kawasan Pembuatan sirkulasi pejalan kaki untuk mempermudah mengakses makam Perbaikan iklim mikro dengan penambahan vegetasi

75 54 Lanjutan Tabel 5.6 No. Aspek Lanskap 6 Topografi dan Kemiringan Analisis Solusi Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi Pemecahan Kendala Relatif datar dengan ketinggian mdpl Aspek Biofisik 7 Vegetasi Beragamnya vegetasi yang dapat menarik burung pada tapak 8 Fauna Banyak jenis fauna yang tersebar dalam tapak 9 Burung Beragamnya jenis burung yang terdapat di dalam tapak Aspek Sosial 10 Warga sekitar kawasan Penyedia jasa perdagangan, pengurus makam, penggali kubur, pembacaan doa Perataan lahan di sepanjang sungai yang membuat perbedaan ketinggian semakin jelas terlihat Penebangan besarbesaran vegetasi di sepanjang Kali Pesanggrahan Menjauhnya fauna dari Kali Pesanggrahan sejak diadakannya proyek pelebaran sungai Berkurangnya jenis burung karena proyek pelebaran sungai Pendirian kios yang sembarangan Pemanfaatan lahan yang memang cocok sebagai pemakaman dan memungkinkan adanya penanaman vegetasi baru di semua area Pemanfaatan vegetasi yang beragam untuk menarik burung mendatangi tapak Keragaman fauna pada tapak sebagai sumber pakan burung yang mendukung keragaman jenis burung yang ada di dalam tapak Keragaman jenis burung mendukung dalam menghadirkan suasana nyaman pada tapak serta mendukung pembuatan koridor hijau di Jakarta Pemanfaatan jasa warga sekitar Pembuatan turap untuk meminimalisir kecelakaan karena perbedaan ketinggian yang cukup besar di beberapa titik Penanaman kembali vegetasi di sepanjang Kali Pesanggrahan Pembuatan habitat baru untuk fauna di sekitar tapak Pembuatan habitat baru untuk mengundang kembali jenis burung yang berkuran Pembuatan lokasi kios baru agar tidak terdapat kios ilegal dalam area pemakaman

76 Sintesis Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada tiap aspek, maka dibuatlah konsep yang dijadikan acuan untuk kebijakan perancangan ulang TPU Tanah Kusir. Konsep tersebut terdiri dari konsep dasar dan konsep pengembangan yang terdiri dari konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, serta konsep fasilitas Konsep Dasar Konsep dasar TPU Tanah Kusir yang direncanakan adalah pemakaman sebagai koridor ruang terbuka hijau (RTH). Koridor ruang terbuka hijau merupakan jalur yang menghubungkan antar RTH sekaligus sebagai salah satu bentuk habitat burung. Hal ini dimaksudkan agar alur terbang burung tidak terputus pada suatu titik dengan memanfaatkan potensi tapak sebagai ruang terbuka hijau yang belum termanfaatkan secara maksimal, namun tidak menghilangkan fungsi awal dari pemakaman itu sendiri. Habitat burung yang direncanakan dapat mendukung keberadaan jenis burung yang terdapat di dalam tapak dan sekitar tapak sekaligus sebagai salah satu koridor hijau yang terdapat di Jakarta Konsep Ruang Konsep ruang pada TPU Tanah Kusir bertujuan untuk menata ruang yang akan dikembangkan pada tapak. Merujuk pada keadaan eksisting pada saat ini, pembagian ruang dibagi berdasarkan penggunaan lahannya. Ruang pada tapak dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti, zona konservasi dan zona pendukung (Gambar 5.21). Zona inti merupakan area makam sebagai pusat aktifitas pada tapak yang terbagi menjadi unit Islam, unit Kristen, unit Budha, unit khusus dan makam relokasi. Unit Islam, unit Kristen, unit Budha dan unit khusus berdasarkan area makam eksisting yang telah ada saat ini, namun unit relokasi merupakan area yang belum terdapat petak makam didalamnya. Lahan yang digunakan untuk unit relokasi adalah area kebun, area makam yang masih kosong, serta area rawa yang dilakukan penimbunan. Zona konservasi merupakan area pengembangan fungsi habitat burung pada tapak. Lahan yang digunakan untuk zona konservasi adalah

77 56 kebun dan ladang yang dibabat habis dan perlu dilakukan penanaman ulang. Area konservasi bersifat temporer dan dapat berkurang sewaktu-waktu seiring dengan bertambahnya kebutuhan lahan untuk makam. Sedangkan zona pendukung merupakan area pendukung kegiatan pada tapak yang terdiri dari ruang penerimaan dan ruang pelayanan. Lahan yang digunakan untuk zona pendukung adalah area permukiman yang terdapat di dalam TPU Tanah Kusir Konsep Sirkulasi Konsep Sirkulasi pada TPU Tanah Kusir berfungsi sebagai penghubung antar ruang pada tapak atau dalam ruang itu sendiri. Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sirkulasi primer, sirkulasi sekunder dan sirkulasi tersier (Gambar 5.22). Sirkulasi primer merupakan jalur utama pada tapak yang menghubungkan antar unit pemakaman yang berbeda. Sirkulasi sekunder merupakan jalur yang terdapat dalam masing-masing unit makam dan berfungsi sebagai penghubung antar blad (kaveling). Sedangkan sirkulasi tersier merupakan jalur yang terdapat dalam blad dan berfungsi sebagai penghubung antar petak makam Konsep Vegetasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008, terdapat kriteria vegetasi untuk RTH pemakaman, salah satunya adalah sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung. Selain dapat berfungsi sebagai penambah estetika dan peneduh area makam, tanaman yang digunakan juga sebagai penarik burung. Berdasarkan peraturan tersebut, maka dibuatlah konsep konsep vegetasi pada tapak yang dibagi menjadi empat fungsi, yaitu fungsi pengarah, fungsi konservasi, fungsi estetika, serta fungsi penyangga (Gambar 5.23). Fungsi pengarah yaitu pemanfaatan vegetasi yang memiliki fungsi mengarahkan pada area sirkulasi dan juga dapat berfungsi sebagai pengarah angin. Fungsi konservasi yaitu pemanfaatan vegetasi sebagai habitat burung, serta dimanfaatkan untuk mengkonservasi tanah dan air. Fungsi estetika adalah pemanfaatan vegetasi yang mampu menghadirkan visual yang baik untuk menambah keindahan tapak. Sedangkan fungsi penyangga merupakan

78 57 pemanfaatan vegetasi sebagai pembatas antar area pada tapak. Selain itu, vegetasi dengan fungsi penyangga juga memiliki fungsi sebagai penahan angin. Jenis vegetasi yang digunakan merupakan jenis vegetasi eksisting dan jenis vegetasi penarik burung yang sesuai dengan habitat burung pada tapak Konsep Fasilitas Konsep fasilitas bertujuan untuk menata fasilitas dengan standar dan daya dukung yang ada pada tapak. Fasilitas yang akan dikembangkan antara lain gerbang, tempat parkir, kios, musholla, gedung pengelola, toilet, pergola, serta papan informasi. Pengaturan fasilitas dalam tapak bertujuan untuk mendukung aktivitas pada tapak serta mendukung konservasi habitat burung yang terdapat di TPU Tanah Kusir.

79 58 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

80 59 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

81 60 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,

82 61 BAB VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Rencana Ruang Ruang yang direncanakan berdasarkan konsep ruang yang telah dibuat dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti, zona konservasi dan zona pendukung. Subzona dari masing-masing pembagian tersebut yaitu makam unit Islam, unit Kristen, unit Budha, unit khusus serta makam relokasi pada zona inti. Ruang konservasi pada zona konservasi, ruang penerimaan dan ruang pelayanan pada zona pendukung. Hubungan antar ruang tersebut berbeda-beda tergantung interaksinya. Hubungan antar ruang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu erat, cukup erat dan tidak erat. Dikatakan memiliki hubungan yang erat karena ruang tersebut saling mempengaruhi dan berdekatan. Cukup erat berarti tidak selalu saling berdekatan namun saling mempengaruhi. Sedangkan hubungan tidak erat berarti tidak saling berdekatan dan tidak mempengaruhi. Berikut merupakan diagram hubungan antar ruang yang direncanakan pada tapak. Gambar 6.1. Diagram hubungan antar ruang pada tapak Kebutuhan pada masing-masing ruang pada tapak juga dibuat dalam rencana ruang. Berikut ini merupakan penjelasan dari rencana pembagian ruang

83 dengan aktivitas dan fasilitas pendukungnya serta luasan yang diperlukan untuk mengakomodasi kegiatan pada tapak. 62 Tabel 6.1. Jenis Ruang, Luasan, Aktivitas serta Fasilitas yang diperlukan pada tapak. Zona Sub Zona Luas (m 2 ) Aktivitas Fasilitas Unit Islam ,3 Pemakaman jenazah Makam Unit Kristen ,3 dan berziarah Inti Unit Budha ,8 Beristirahat Pergola Unit Khusus ,1 Jalan santai dan Jalan setapak Makam Relokasi ,6 jogging Konservasi Ruang Konservasi ,8 Jalan santai dan menikmati pemandangan Jalan setapak dan papan informasi Duduk-duduk dan pengamatan burung Bangku, pergola, papan informasi Pendukung Ruang Penerimaan Ruang Pelayanan ,5 Keluar masuk area Parkir kendaraan Duduk-duduk Pengelolaan dan pusat informasi Parkir kendaraan Beribadah Membersihkan diri Makan dan Minum Membeli bunga dan nisan Keamanan Pintu masuk dan gerbang Tempat parkir Taman dan bangku Gedung pengelola dan papan informasi Tempat parkir Musholla Toilet Kantin Kios Pos jaga Gambar 6.2. Ilustrasi Zona Inti (Bagian Luar)

84 63 Gambar 6.3. Ilustrasi Zona Inti (Bagian Dalam) Gambar 6.4. Ilustrasi Zona Pendukung

85 64 64

86 65 65

87 66 66

88 6.8 67

89 6.9 68

90

91

92

93

94

95

96

97 76 Elemen desain yang terdapat pada perancangan ulang tapak TPU Tanah Kusir adalah titik, garis, bentuk, bangun dan warna. Elemen desain berupa titik dijelaskan dengan penempatan titik-titik fasilitas yang menjadi point of interest dari tapak. Penempatan air mancur, bangku taman, tempat sampah, toilet, pos jaga, serta lampu jalan dan lampu taman merupakan berbagai jenis titik yang ada pada tapak. Sedangkan titik utama dari tapak adalah gedung pengelola dan makam Bung Hatta yang menjadi pusat dan daya tarik dari segala kegiatan di tapak. Elemen garis sangat jelas terlihat pada jalur sirkulasi. Jalur sirkulasi cenderung lurus dan formal, sesuai dengan tema pemakaman yang formal. Jalur sirkulasi juga dilengkapi dengan tanaman yang disusun rapi pada pinggir jalur, deretan tanaman tersebut juga membentuk suatu garis. Kali Pesanggrahan yang terdapat dalam tapak juga merupakan suatu garis, namun merupakan garis yang tidak formal. Elemen bentuk yang terdapat pada tapak sebagian besar adalah bentuk persegi. Kumpulan dari banyak garis juga merupakan suatu bentuk. Garis-garis sirkulasi yang saling bertemu tersebut membentuk suatu bidang persegi dan persegi panjang yang merupakan batas dari tiap blad. Setiap bentuk dari hasil pertemuan jalur sirkulasi tersebut mewakili tiap blad pada tapak. Elemen bangun (ruang) yang terdapat pada tapak sebagian besar berbentuk kotak. Hal ini terlihat dari bangunan gedung pengelola, kios, musholla, serta pos jaga yang berbentuk kotak. Bentuk kotak digunakan untuk pemanfaatan ruang agar maksimal. Elemen warna yang dominan pada tapak adalah warna hijau. Hal ini dikarenakan penggunaan rumput dan pohon pada seluruh area pemakaman. Warna putih, coklat dan abu-abu juga dominan digunakan untuk fasilitas yang ada pada tapak. Selain elemen desain, terdapat pula prinsip desain pada perancangan ulang TPU Tanah Kusir. Prinsip desain yang diangkat dalam tapak adalah unity, harmony, emphasis, balance, serta scale and proportion. Unity (kesatuan) yang terdapat pada tapak terlihat pada penggunaan warna yang sama pada keseluruhan area pemakaman. Warna yang dominan adalah hijau yang berasal dari elemen

98 77 softscape dari desain secara keseluruhan. Selain itu, pembuatan makam dengan model yang sama juga membuat suatu kesatuan desain pada tapak. Harmony (keselarasan) terdapat pada fasilitas yang dirancang. Fasilitasfasilitas tersebut memiliki warna yang selaras satu dengan yang lain, yaitu penggunaan warna putih, coklat dan abu-abu. Sedangkan emphasis (kontras) yaitu makam Bung Hatta yang menjadi vocal point dan daya tarik pada tapak. Makam tersebut berbeda dengan makam lain yang ada pada tapak, makam Bung Hatta memiliki bangunan yang cukup besar menyerupai rumah. Balance (keseimbangan) jelas terlihat pada desain makam yang simetris dan formal. Desain makam di kiri dan kanan jalan dibuat simetris dan sama. Scale and proportion terdapat pada penggunaan tanaman pada tapak. Tanaman dengan fungsi estetika cenderung rendah hingga sedang dan tanaman dengan fungsi pengarah pada sepanjang jalan utama cenderung tinggi. Tanaman pada zona konservasi cenderung sedang hingga tinggi dan tanaman dengan fungsi penyangga memiliki ukuran yang tinggi Rencana Sirkulasi Sirkulasi merupakan jalur penghubung antar ruang dalam tapak untuk mempermudah aktifitas. Sirkulasi yang direncanakan dapat mengakomodasi kendaraan bermotor, sepeda dan pejalan kaki. Sirkulasi dibagi menjadi tiga tipe, yaitu sirkulasi primer, sirkulasi sekunder dan sirkulasi tersier (Gambar 6.17). Sirkulasi primer memiliki lebar 3,8 m serta dapat mengakomodasi kendaraan roda empat dan roda dua, sepeda, serta pejalan kaki. Sirkulasi primer memiliki fungsi sebagai penghubung antar ruang utama dalam tapak dan menghubungkan tiap unit pemakaman yang berbeda dengan perkerasan berupa aspal. Sirkulasi sekunder memiliki lebar 1,5 m berupa bata blok dan hanya dapat mengakomodasi pejalan kaki. Fungsi dari sirkulasi sekunder adalah untuk menghubungkan tiap blad dalam unit pemakaman. Sirkulasi tersier merupakan jalur penghubung antar petak makam dalam tiap blad. Sirkulasi tersier tidak diakomodasi oleh perkerasan sebab sirkulasi ini terletak di samping makam. Sirkuasi tersier ditutup oleh hamparan rumput yang juga berfungsi sebagai pakan burung. Sirkulasi tersier ini hanya dapat diakses oleh pejalan kaki.

99 78 Tabel 6.2. Rencana Sirkulasi di TPU Tanah Kusir No Jenis Sirkulasi Pengguna Lebar (m) Material Lokasi 1 Sirkulasi Primer Jalur utama Kendaraan bermotor, sepeda dan pejalan kaki 2 Sirkulasi Sekunder Jalur pejalan kaki Pejalan kaki 1,5 Bata blok 3,8 Aspal Antar ruang utama dan unit pemakaman yang berbeda Antar blad di dalam tiap unit pemakaman 3 Sirkulasi Tersier Jalur pejalan kaki Pejalan kaki - Rumput Antar makam di dalam blad 6.3. Rencana Vegetasi Berdasarkan konsep vegetasi yang telah dibuat, vegetasi yang direncanakan dikategorikan menjadi empat fungsi, yaitu vegetasi dengan fungsi estetika, fungsi konservasi, fungsi pengarah, serta fungsi penyangga. Jenis vegetasi yang direncanakan menggunakan jenis tanaman eksisting pada tapak dan tanaman pengundang burung serta penarik serangga sebagai pakan burung. Berdasarkan Tabel Klasifikasi Ekologi Jenis Burung di TPU Tanah Kusir (Tabel 5.5) dan juga Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, Serta Status Burung (Lampiran 1), jenis vegetasi untuk fungsi bagi burung dikelompokkan menjadi tanaman yang menghasilkan biji, tanaman yang menghasilkan buah kecil, serta tanaman yang menghasilkan nektar dan penarik serangga. Tabel 6.3. Tabel Fungsi Tanaman bagi Burung dan Jenis Burung yang dapat diundang Fungsi Tanaman bagi Burung Penghasil Biji Jenis Burung yang dapat diundang Nama Lokal Nama Ilmiah Cipoh Kacat Aegithina tiphia Kareo padi Amaurornis phoenicurus Cabai jawa Dicaetum trochileum Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Bondol peking Lonchura punctulata Gelatik Jawa Padda oryzivora Burung-gereja erasia Passer montanus Tekukur biasa Streptopelia chinensis Gemak loreng Turnix suscitator

100 79 Lanjutan Tabel 6.3. Fungsi Tanaman bagi Burung Penghasil Buah Kecil Penghasil Nektar dan Penarik Serangga (Sumber: MacKinnon, 2011) Nama Lokal Burung-madu kelapa Wiwik kelabu Cabai jawa Burung-gereja erasia Cucak kutilang Merbah cerukcuk Kacamata biasa Cipoh Kacat Raja-udang meninting Kareo padi Burung-madu kelapa Wiwik kelabu Wallet sapi Cabai jawa Cekakak Jawa Layang-layang batu Burung-madu sriganti Cinenen kelabu Cinenen pisang Burung-gereja erasia Caladi tilik Perenjak Jawa Cucak kutilang Merbah cerukcuk Kipasan belang Gemak loreng Kacamata biasa Jenis Burung Nama Ilmiah Anthreptes malacensis Cacomantis merulinus Dicaetum trochileum Passer montanus Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Zosterops palpebrosus Aegithina tiphia Alcedo meninting Amaurornis phoenicurus Anthreptes malacensis Cacomantis merulinus Collocalia esculenta Dicaetum trochileum Halcyon cyanoventris Hirundo tahitica Nectarinia jugularsis Orthotomus ruficeps Orthotomus sutorius Passer montanus Picoides moluccensis Prinia familaris Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Rhipidura javanica Turnix suscitator Zosterops palpebrosus Tanaman dengan fungsi estetika sebagian besar merupakan tanaman semak hingga pohon rendah (Tabel 6.4). Tanaman dengan fungsi estetika pada tapak sebagian besar akan dikembangkan pada zona inti, yaitu pada area makam. Tanaman yang direkomendasikan merupakan tanaman yang memiliki keindahan dari warna dan bentuk. Tanaman dari fungsi ini juga berfungsi sebagai penarik serangga. Penggunaan tanaman dengan buah yang besar sangat dihindari pada area ini sebab dapat membahayakan peziarah. Tanaman dengan fungsi konservasi pada tapak sebagian besar akan dikembangkan pada zona konservasi (Tabel 6.5). Tanaman yang digunakan merupakan pepohonan yang berfungsi sebagai penarik burung sekaligus sebagai habitat burung. Tanaman dalam fungsi ini memiliki buah dan biji-bijian sebagai

101 80 pakan burung. Tanaman konservasi ini juga berguna untuk mengkonservasi tanah dan air pada tapak. Tanaman dengan fungsi pengarah merupakan tanaman yang memiliki batang tinggi (Tabel 6.6). Tanaman dengan fungsi ini berguna sebagai pengarah sirkulasi dan pengarah angin, serta sebagai pengarah untuk menuju area tertentu. Tanaman pengarah akan dikembangkan di sepanjang sirkulasi primer. Sama seperti tanaman estetika, penggunaan tanaman dengan buah yang besar juga sangat dihindari pada area ini sebab dapat membahayakan pengguna jalan. Selanjutnya merupakan tanaman dengan fungsi penyangga (Tabel 6.7). Tanaman untuk jenis ini merupakan tanaman yang terdiri dari pohon sedang hingga besar. Pemanfaatan jenis tanaman penyangga adalah untuk memberikan kenyamanan sebagai pembatas agar aktivitas di dalam tapak tidak terganggu oleh aktivitas di luar tapak. Tanaman penyangga juga diharapkan dapat menarik burung untuk mendatangi tapak. Tabel 6.4. Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Estetika No. Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi bagi Burung Fungsi bagi Manusia BJ BH NS ES PN PR 1 Belimbing sayur Averhoa bilimbi 2 Bunga Kupu-kupu Bauhinia purpurea 3 Bugenvil Bougainvillea glabra 4 Kaliandra Caliandra callothyrsus 5 Kenanga Cananga odorata 6 Kayu manis Cinnamomum burmanii 7 Dadap merah Erythrina christagalli 8 Kaca piring Gardenia jamsminoides 9 Pisang hias Heliconiacollinsiana 10 Soka Ixora spp 11 Melati Jasminum sambac 12 Tembelekan Lantana camara 13 Bunga sepatu kecil Malvaviscus arboreus 14 Saputangan Maniltoa schefferi 15 Tabebuia Tabebuia aurea 16 Palem Livistona rotundifolia Keterangan: BJ: Penghasil Biji ES: Estetika BH: Penghasil Buah Kecil PN: Peneduh NS: Penghasil Nektar dan Penarik Serangga PR: Produksi (Sumber Jenis Tanaman: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011)

102 81 Tabel 6.5. Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Konservasi No. Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi bagi Burung Fungsi bagi Manusia BJ BH NS ES PN PR 1 Nangka Artocarpus communis 2 Belimbing Averrhoa carambola 3 Gandaria Bouea macrophylla 4 Sawo duren Chrysophyllum cainito 5 Kelapa Cocos nucifera 6 Jamblang Eugenia cumini 7 Melinjo Gnetum gnemon 8 Mangga Mangifera indica 9 Sawo Manilkara achras 10 Sawo kecik Manilkara kauki 11 Tanjung Mimusops elengi 12 Kersen/Talok Muntingia colobura 13 Pisang Musa paradisiaca 14 Rambutan Nephelium lappaceum 15 Ceremai Phyllanthus acidus 16 Cheri Prunus avium 17 Jambu biji Psidium guajava 18 Arbei Rubus rosaefolium 19 Kedodondong Spondias dulcis 20 Jambu air Syzygium aquaeum 21 Cengkeh Syzygium aromaticum 22 Asem Tamarindus indica 23 Jati Tectona Grandis Keterangan: BJ: Penghasil Biji ES: Estetika BH: Penghasil Buah Kecil PN: Peneduh NS: Penghasil Nektar dan Penarik Serangga PR: Produksi (Sumber Jenis Tanaman: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Tabel 6.6. Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Pengarah No. Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi bagi Burung Fungsi bagi Manusia BJ BH NS ES PN PR 1 Cemara kipas Thuja occidentalis 2 Palem raja Roystonia regia 3 Glodogan tiang Polyalthia longifolia Keterangan: BJ: Penghasil Biji ES: Estetika BH: Penghasil Buah Kecil PN: Peneduh NS: Penghasil Nektar dan Penarik Serangga PR: Produksi (Sumber Jenis Tanaman: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011)

103 82 Tabel 6.7. Tabel Alternatif Vegetasi dengan Fungsi Penyangga No. Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi bagi Burung Fungsi bagi Manusia BJ BH NS ES PN PR 1 Srikaya Annonona squamosa 2 Bisbul Diospyros philippinensis 3 Damar Agathis damara 4 Sengon Albizzia falcataria 5 Bambu Bambusa sp 6 Kapuk Ceiba pentandra 7 Flamboyan Delonix regia 8 Sempur Dillenia suffruticosa 9 Beringin Ficus benjamina 10 Asem kranji Pithecellobium dulce 11 Pete Pithecolloblum dulce 12 Angsana Pterocarpus indicus 13 Ki Hujan / Trembesi Samanea saman 14 Mahoni Swietenia macrophylla 15 Ketapang Terminalia catappa Keterangan: BJ: Penghasil Biji ES: Estetika BH: Penghasil Buah Kecil PN: Peneduh NS: Penghasil Nektar dan Penarik Serangga PR: Produksi (Sumber Jenis Tanaman: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011)

104

105

106 Rencana Fasilitas Rencana fasilitas pada TPU Tanah Kusir diharapkan dapat mengakomodir aktivitas yang ada. Berikut merupakan rencana fasilitas yang dibuat pada tapak: a. Makam Makam yang direncanakan merupakan makam yang memiliki bentuk yang seragam (Gambar 6.19). Penataan makam dilakukan untuk memperindah kawasan pemakaman serta membuat makam menjadi lebih rapi. Hal ini juga dapat mengurangi kesan seram pada makam. Tidak akan ada lagi makam dengan bangunan di atasnya. Semua makam dalam area Tanah Kusir akan dibuat seragam dengan menggunakan rumput dengan panjang makam 2 m dan lebar 1 m, serta jarak antar satu makam dengan makam lainnya minimal 0,5 m (Permen PU No. 5 Tahun 2008). Ketinggian makam juga dibuat seragam yaitu 15 cm dan di atas makam diletakkan nisan yang seragam berbentuk persegi dengan bahan marmer. Jumlah petak makam yang dapat ditampung sebanyak petak (Lampiran 6). b. Papan Informasi Papan informasi dibuat untuk memudahkan pengguna tapak memperoleh informasi tentang lokasi (Gambar 6.20). Papan informasi diletakkan di tepi jalur sirkulasi, di ruang penerimaan, di ruang pelayanan, serta di area konservasi. Papan informasi berisi informasi tentang lokasi dan peraturan yang terdapat pada TPU Tanah Kusir. Papan informasi mudah dilihat, dibaca dan dimengerti serta menggunakan warna yang kontras dengan latar belakangnya. c. Pergola Pergola terbuat dari kayu dan berfungsi sebagai tempat berteduh para pengguna tapak (Gambar 6.21). Pergola juga dapat ditumbuhi dengan tanaman rambat. Pergola diletakkan di beberapa titik sepanjang jalur sirkulasi sekunder. Bentuk pergola dibuat terbuka agar tidak menghalangi jalan pengguna tapak. d. Bangku Taman dan Tempat Sampah Bangku taman diletakkan di tepi jalur sirkulasi, berfungsi sebagai tempat istirahat sejenak para pengguna tapak. Bangku taman yang dibuat harus nyaman, memiliki sandaran belakang dan sandaran tangan, mudah dalam pemeliharaan, tahan lama, serta memiliki bentuk yang sederhana (Gambar 6.19). kapasitas yang

107 86 dapat ditampung tiap bangku taman adalah 3 orang dengan menggunakan standar ukuran manusia (Harris dan Dines, 1995). Tempat sampah diletakkan di seluruh area tapak untuk membuat tapak selalu bersih dari sampah yang berserakan. Tempat sampah yang dibuat adalah tempat sampah yang mudah dikenali, mudah dilihat, mudah dijangkau, tahan lama, mudah dalam pemeliharaan, serta dilengkapi penutup (Gambar 6.19). Penempatan tempat sampah berdekatan dengan bangku taman dan kios pedagang. Tempat sampah dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan jenis sampahnya, yaitu tempat sampah organik dan tempat sampah anorganik. Ukuran tempat sampah cukup besar agar dapat menampung sampah yang lebih banyak. Volume samapah yang dapat ditampung adalah 87,4 liter. e. Gerbang dan name sign Gerbang dibuat di semua pintu masuk jalur utama pada tapak. Bentuk gerbang mengikuti bentuk gerbang eksisting yang telah ada sekarang. Begitu pula name sign, bentuknya mengikuti bentuk eksisting yang telah ada sekarang. Name sign diletakkan di zona penerimaan dengan tampilan yang menarik. Pada malam hari, name sign tersebut dilengkapi penerangan sehingga tetap dapat dilihat. Jumlah gerbang dan name sign pada tapak adalah 7 unit. f. Tempat Parkir Tempat parkir diharapkan dapat menampung bus, mini bus, mobil, sepeda motor, hingga sepeda. Tata letak kendaraan pada tempat parkir adalah tempat parkir dengan sudut 45 O (Gambar 6.22). Bahan yang digunakan untuk tempat parkir disamakan dengan bahan untuk jalur utama yaitu berupa aspal. Keuntungan menggunakan aspal adalah tahan lama, pemeliharaan mudah dan murah, serta tahan gesekan. g. Taman Taman diharapkan dapat menambah kesan estetika tapak. Taman dibuat pada area penerimaan. Taman harus simpel, mudah dilihat dan dinikmati, memberikan kesan yang menarik, serta tidak menggangu pengguna jalan. h. Gedung Pengelola Gedung pengelola merupakan kantor bagi pengelola makam, pusat segala informasi pada tapak. Hal-hal yang berhubungan dengan admisnistrasi

108 87 pemakaman terdapat pada gedung tersebut. Setiap orang yang ingin membuat makam baru, harus menghubungi pengelola. Pembayaran retribusi makam juga dilakukan pada gedung pengelola. Penempatan gedung pengelola pada area yang mudah diakses. i. Musholla Musholla berfungsi untuk tempat ibadah umat Islam. Selain itu, musholla juga dapat digunakan untuk tempat jenazah disembayangkan sebelum dikebumikan. Musholla dilengkapi dengan tempat wudhu dan letaknya berdampingan dengan toilet (Gambar 6.23). Jumlah musholla 5 unit dengan kapasitas 40 orang/unit. j. Toilet Toilet diletakkan pada area penerimaan dan pelayanan. Tempat pembuangan toilet (septic tank) diletakkan pada area yang jauh dari area makam agar tidak mencemari makam. Keberadaan toilet tidak jauh dari musholla agar mudah dijangkau oleh pengguna tapak. Jumlah toilet sebanyak 14 unit. k. Kios Kios berfungsi menjual berbagai kebutuhan yang dibutuhkan pengguna tapak (Gambar 6.24). Kios dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kios bunga, kios papan nisan, serta kios makanan (kantin). Kios diletakkan berdampingan pada area pelayanan dengan maksud mempermudah pengguna tapak untuk menjangkaunya. Jumlah kios pada tapak sebanyak 40 unit. l. Pos Jaga Pos jaga berfungsi sebagai tempat berteduh para penjaga keamanan tapak (Gambar 6.24). Pos jaga ini juga berfungsi untuk mengamati dan memeriksa pengunjung yang keluar masuk tapak. Jumlah pos jaga pada tapak sebanyak 19 unit. m. Air Mancur Air mancur dibuat untuk menambah estetika makam serta untuk mengakomodasi burung (Gambar 6.25). Selain dapat digunakan sebagai tempat burung minum, air mancur dan kolam kecil tersebut juga dapat digunakan oleh burung untuk mandi.

109 88 n. Lampu Penerangan Lampu penerangan dibuat pada sepanjang area sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, tempat parkir, bangunan, kios, serta blok makam. Lampu penerangan dibuat untuk memberikan keamanan pada pengguna tapak, mengarahkan tujuan, serta memperlihatkan keadaan lanskap pemakaman pada malam hari. Lampu penerangan untuk jalan memiliki ketinggian 8 m, sedangkan lampu taman yang diletakkan pada area makam memiliki ketinggian 2,5 m (Gambar 6.26). Lampu taman dilengkapi dengan tempat makan burung yang berfungsi sebagai penarik burung. o. Saluran Drainase Saluran drainase dibuat di sebelah jalur sirkulasi. Jenis saluran drainase yang digunakan adalah drainase tertutup pada area di dalam pemakaman yang terletak di dalam tanah dan saluran drainase terbuka pada sepanjang jalur utama dengan lebar saluran sebesar 25 cm. Saluran drainase berfungsi untuk mengalirkan air agar tidak terjadi penggenangan pada area makam sehingga banjir dapat dihindari.

110

111

112

113

114

115

116

117

118 97 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman yang sesuai untuk pengembangan RTH ramah satwa burung. Terdapat 24 jenis burung yang ditemui pada tapak. Namun karena adanya proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) pada tahun 2012, jenis burung yang terdapat pada tapak berkurang menjadi 17 jenis. Jenis burung yang hilang antara lain, Raja-udang meninting (Alcedo meninting), Kareo padi (Amaurornis phoenicurus), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Gelatik Jawa (Padda oryzivora), Kipasan belang (Rhipidura javanica), Gemak loreng (Turnix suscitator), dan Caladi tilik (Picoides moluccensis). Untuk mengembalikan fungsi habitat burung tersebut, maka dibuatlah perancangan ulang kawasan TPU Tanah Kusir. Konsep yang diangkat adalah pemakaman sebagai koridor ruang terbuka hijau (RTH). Pembagian ruang pada tapak dibagi menjadi zona inti (320,4 m 2 ), zona konservasi (71,2 m 2 ) dan zona pendukung (37,2 m 2 ). Sirkulasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu sirkulasi primer (lebar 3,8 m), sirkulasi sekunder (lebar 1,5 m) dan sirkulasi tersier. Vegetasi yang dikembangkan dikategorikan menjadi empat fungsi yaitu vegetasi dengan fungsi estetika, fungsi konservasi, fungsi pengarah, serta fungsi penyangga. Fasilitas yang mendukung aktivitas juga dikembangkan pada tapak Saran Diperlukan kajian lebih lanjut tentang keanekaragaman jenis burung setelah proyek pelebaran Kali Pesanggrahan selesai sehingga dapat diketahui jenis vegetasi yang sesuai untuk dikembangkan berdasarkan alternatif jenis vegetasi yang disarankan.

119 98 DAFTAR PUSTAKA PERATURAN/ PANDUAN [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Pondok Betung Ciledug Tangerang Data Iklim Jakarta Selatan Januari-Desember Jakarta: Tidak dipublikasikan. [Distama] Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta Perencanaan Penghijauan Jalur Koridor Burung di Wilayah DKI Jakarta. Jakarta: Tidak dipublikasikan. [Distama] Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta Peta Dasar TPU Tanah Kusir. Jakarta: Tidak dipublikasikan. [Distama] Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta Peta Penggunaan Lahan TPU Tanah Kusir. Jakarta: Tidak dipublikasikan. [Perda DKI Jakarta] Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta: [penerbit tidak diketahui]. [Perda DKI Jakarta] Peraturan Daerah No.3 tahun 2007 tentang Pemakaman. Jakarta: [penerbit tidak diketahui]. [Permen PU] Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanafaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta: [penerbit tidak diketahui]. [Permendagri] Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan. Jakarta: [penerbit tidak diketahui]. [PP] Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman. Jakarta: [penerbit tidak diketahui]. [SUDIN Makam] Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan. Data Pohon Pelindung di TPU Tanah Kusir Jakarta: Tidak dipublikasikan. PUBLIKASI Bell S Elements of Visual Design in the Landscape. New York: Spoon Press.

120 99 Branch MC Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar dan Penjelasan (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Gold SM Recreation Planning and Design. New York: McGraw-Hill Book Co. Hakim R Arsitektur Lanskap. Manusia Alam dan Lingkungan. Jakarta: Universitas Trisakti. Hakim R, Utomo A Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, Prinsip Unsur dan Aplikasi Disain. Jakarta: Bumi Aksara. Harris CW, Dines NT Time-Saver Standars for Landscape Architecture. Singapore: Mc-Graw Hill Inc. Herwono JB, Prasetyo LB Konsepsi Ruang Terbuka Hijau di Kota sebagai Pendukung Pelestarian Burung. Jakarta: Media konservasi. Laurie M Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan). Bandung: Intermedia. Lynch K Site Planning. London: The MIT Press Cambridge. Mackinnon J Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mackinnon J Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: Burung Indonesia. Molnar DJ, Rutledge AJ Anatomy of Park: The Essentials of Recreation Area Planning and Design. Illinois: Waveland Press, Inc. Mulyawati D, Amama F Kajian Cepat Keragaman Burung di Taman Kota Bogor. Bogor: Burung Indonesia Odum EP Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: University Gadjah Mada Press. Reid GW From Concept to Form In Landscape. New York: Van Nostrand Reid. Simonds JO Landscape Architechture. New York: McGraw Hill Book Company.

121 LAMPIRAN

122 101 Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung No. Nama Burung Karakter Makanan Perkembangbiakan Habitat Kebiasaan Penyebaran Status 1 Cipoh kacat (Aegithina tiphia) Tubuh berukuran kecil (14 cm). Berwarna hijau dan kuning dengan dua garis putih mencolok pada sayap. Tubuh bagian atas hijau zaitun. Sayap kehitaman. Sisi bulu sayap putih. Lingkar mata kuning. Tubuh bagian bawah kuning. Ras masing-masing pulau bervariasi warna hijaunya. Iris putih keabuabuan, paruh hitam kebiruan, kaki hitam kebiruan. Ulat kupu-kupu, semut, kumbang, laba-laba, telur serangga, biji-bijian. Sarang berbentuk cawan rapi, dari tumbuhan halus, diantara dahan pohon berdaun, biasanya hanya beberapa m dari tanah. Telur beranekawarna putih, merah jambu, abu-abu, berbintik atau berbercak merah, abu-abu, coklat, nila, jumlah dua butir. Berbiak bulan Maret- Juni. Sarangnya kadang-kadang dipakai oleh burung Kedasi untuk menitipkan telurnya. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Menghuni taman, hutan mangrove, hutan terbuka dan hutan sekunder. Umumnya menyendiri atau berpasangan, berlompatan di cabangcabang berdaun pohonpohon kecil, tempat burung ini bersembunyi dengan baik. India, Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Palawan, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali. Status penetap. Jumlah sedang dan frekuensi sangat sering. Perjumpa an sangat mudah. 2 Raja-udang meninting (Alcedo meninting) 3 Kareo padi (Amaurornis phoenicurus) Tubuh ukuran kecil (15 cm). Punggung biru terang/metalik. Tubuh bagian bawah merah-jingga terang. Penutup telinga biru mencolok. Iris coklat, paruh kehitaman, kaki merah. Tubuh berukuran besar (30 cm). Warna abu dan putih mencolok. Mahkota dan Tubuh bagian atas abu-abu; muka, dahi, dada dan bagian atas perut putih; bagian bawah perut dan ekor bagian bawah merah karat. Iris merah, paruh kehijauan dengan pangkal merah, kaki kuning. Ikan kecil, serangga air, larva capung dan kumbang. Sarang berupa saluran dalam tanah di tepi sungai. Biji rumput, ikan,belalang, serangga, cacing. Sarang dari tumpukan vegetasi pada daerah tertutup rapat, kadang dekat tanah, kadang agak tinggi. Telur berwarna agak putih, jumlah 4-6 butir. Berbiak bulan Maret, Juni, Oktober, Desember, Januari. Telur kuning suram, berbintik coklat dan abu-abu, jumlah 3-6 butir. Berbiak sepanjang tahun. Sungai, danau, perairan tawar, perairan payau, dengan daerah pepohonan. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Mangrove, tambak, sawah, sungai, rawa, danau. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Terbang sangat cepat dari satu tenggeran ke tenggeran yang lain. Gerakan kepala turun naik saat mencari makan. Menyelam secara cepat saat menangkap mangsa, dibawa ke tenggeran untuk dimakan. Hidup sendiri atau pasangan. Berjalan mengendap-endap dalam semak. Keluar ke tempat terbuka untuk mencari makan. India, Cina, Asia tenggara, Filipina. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok. India, Cina selatan, Asia tenggara, Filipina, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara. Status penetap. Jumlah dan frekuensi sangat jarang. Perjumpa an agak sulit. Status penetap. Jumlah sedang dan frekuensi agak sering. Perjumpa an sedang.

123 102 4 Burungmadu kelapa (Anthreptes malacensis) Tubuh berukuran sedang (13 cm). berwarna-warni. Jantan: mahkota dan punggung hijau bersinar, tunggir, penutup sayap, ekor, dan setrip kumis ungu bersinar, pipi, dagu, dan tenggorokan coklat tua buram, bagian lain pada tubuh bagian bawah kuning. Betina: tubuh bagian atas hijau-zaitun, tubuh bagian bawah kuning muda. Iris merah, aruh hitam, kaki hitam abu-abu. Nektar bunga-bunga yang berbentuk terompet, misalnya benalu, pisang, kembang sepatu, juga serangga, ulat, laba-laba dan buah yang lembut. Telur dua butir diletakkan dalam sarang yang tergantung, berbentuk kantung terbuat dari serat rumput yang dijalin dengan sarang laba-laba dan dilapisi dengan kaas rumput. Berbiak sepanjang tahun. Burung dataran rendah yang tersebar luas dan umum sampai ketinggian mdpl, di seluruh Sunda Besar (termasuk pulaupulau di sekitarnya). Umumnya menetap yang dikenal baik di pekarangan terbuka, perkebunan kelapa, semak pantai, dan hutan mangrove. Bersifat teritorial secara garesif mengusir burung madu lain dari pohon sumber makanan yang disukainya. Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Di Jawa dan Bali burung ini tersebar luas dan umum terdapat di dataran rendah. Status penetap. Jumlah banyak dan frekuensi sangat sering. Perjumpa an sangat mudah. 5 Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus) Tubuh berukuran kecil (21 cm). Dewasa: Kepala abu-abu. Punggung coklat. Perut dan ekor merah sawo matang. Muda: Tubuh bagian atas coklat bergaris-garis hitam. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan garis-garis halus. Iris merah padam, paruh atas kehitaman, paruh bawah kuning, kaki kuning. Buah kecil, labalaba, kumbang, serangga lain. Bersifat parasit pada sarang Cica daun, Cinenen, Perenjak, Pijantung. Telur berwarna kebirubiruan, jumlah 1 butir. Berbiak bulan Oktober, Februari, April. Hutan terbuka, hutan sekunder, kebun, pedesaan, perkotaan. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Lebih sering terdengar suara pada musim penghujan. Sering diganggu oleh burungburung kecil. Suara panggilannya dikenali umum namun burung ini sukar diihat. Pada musim kemarau hampir tidak terdengar suaranya. India Timur, Cina selatan, Filipina. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi. Status penetap. Jumlah sedikit dan frekuensi sedang. Perjumpa an sedang.

124 103 6 Walet sapi (Collocalia esculenta) Tubuh berukuran kecil (9 cm). Berwarna hitam-biru mengilap. Ekor sedikit bertakik, dagu abuabu, perut putih mencolok. Merupakan wallet yang paling kecil dan paling umum di seluruh Sunda Besar dan Nusa Tenggara. Iris coklat, paruh dan kaki hitam. Serangga-serangga kecil yang sedang terbang. Sarangnya berbentuk cawan tida teratur dari lumut, rumput, dan tumbuhan lainnya, direkatkan dengan air liurnya dan dibuat di tempat yang agak terang di dekat mulut gua, celah-celah batu atau sudut-sudut bangunan. Bertelur dua butir berbentuk lonjong memanjang, berwarna putih, serta bersarang sepanjang tahun. Sering berada di hutan dan padang berpohon terbuka. Terbang lemah berputar-putar, merupakan kelompok burung walet kecil yang terbang bersama-sama namun tidak beraturan. Kadang terbang rendah di atas permukaan tanah atau permukaan air untuk mandi dan minum. Sering terbang berputar dalam lingkaran sempit mengelilingi atau melewati mahkota pohon-pohon besar yang sedang berbunga untuk mencari tawon kecil. Asia, Himalaya, Cina, Asia Tenggara, Indonesia sampai Papua Nugini dan Australia Di Jawa dan Bali merupakan burung burung walet yang paling umum di semua ketinggian. Status penetap. Jumlah banyak dan frekuensi sangat sering. Perjumpa an sangat mudah. 7 Cabai Jawa (Dicaeum trochileum) Tubuh berukuran sangat kecil (8 cm). Jantan: Kepala, punggung, tunggir, dada merah padam atau agak kejinggaan. Sayap dan ujung ekor hitam. Perut putih keabuabuan. Ada bercak putih pada lengkung sayap. Betina: Tunggir merah. Tubuh bagian atas lainnya coklat, tersapu merah pada kepala dan mantel. Tubuh bagian bawah putih buram. Muda: Tubuh bagian atas coklat kehijauan. Bercak jingga pada tunggir. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Buah benalu, biji, serangga kecil. Sarang berbentuk kantung menggantung, dari rumput dilapisi kapas rumput, pada ujung pohon tinggi. Telur berbintik tipis, jumlah 2 butir. Berbiak bulan Januari-Oktober, April, Mei. Pekarangan, perkotaan, habitat terbuka, pantai, hutan mangrove. Bersifat aktif terbang hilir mudik dengan cepat. Sering mengunjungi benalu untuk memakan buahnya yang lengket. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok. Status penetap. Jumlah sedang dan frekuensi sering. Perjumpa an sangat mudah.

125 104 8 Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris) Tubuh berukuran sedang (25 cm). Dewasa: Kepala coklat tua. Tenggorokan dan kerah coklat. Perut dan punggung biru ungu. Penutup sayap hitam. Bulu terbang biru terang. Bercak putih sayap saat terbang. Remaja: Tenggorokan keputih-putihan. Iris coklat tua, paruh merah, kaki merah. Serangga dan binatang kecil lainnya termasuk larva kumbang air. Sarang berupa saluran dalam tanah. Telur berwarna putih, jumlah 3-4 butir. Berbiak bulan Maret, September. Lahan terbuka, pepohonan, dekat air bersih. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Bertengger pada dahan yang rendah pada pohon yang terpisah atau pada tonggak di daerah berumput terbuka, menukik ke atas mencari serangga dan mangsa lainnya. Berburu di lahan rerumputan, jarang di atas air. Lebih banyak diam daripada Cekakak sungai, tapi suara sering terdengar. Jawa, Bali. Status penetap, Endemik. Jumlah sedikit dan frekuensi sedang. Perjumpa an agak mudah. 9 Layanglayang batu (Hirundo tahitica) Tubuh berukuran kecil (14 cm). Berwarna kuning tua, merah, biru. Tubuh bagian atas berwarna biru baja. dahi coklat berangan. Perbedaan dengan Layang-layang api: bagian bawah putih kotor, ekor kurang memanjang dan tanpa pita panjang, tanpa garis biru baja pada dada, ukuran sedikit lebih kecil. Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat. Serangga yang ditangkap sewaktu terbang, kadangkadang semut dan serangga lain yang dipatuk dari atas tanah. Sarang berbentuk bola dari gumpalan lumpur, pada mulut masuk dilapisi bulu, dilekatkan pada jembatan, bangunan, atau bebatuan. Telur berwarna kuning tua kemerahjambuan, berbintik halus coklat kemerahan, jumlah 2-4 butir. Berbiak bulan Desember-Agustus. Daerah terbuka dekat air. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Ditemukan dalam kelompok kecil dan terpisah-pisah. Mencari makan sendiri-sendiri. Terbang melayang atau melingkar rendah di atas air. Kadang bergabung dengan Walet lain. India Selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Filipina, Sunda Besar, Tahiti. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua. Status penetap. Jumlah sangat sedikit dan frekuensi jarang. Perjumpa an sedang.

126 Bondol Jawa (Lonchura leucogastroid es) Tubuh berukuran agak kecil (11 cm). Berwarna hitam, coklat, dan putih. Tubuh agak bulat. Tubuh bagian atas coklat tanpa coretan. Muka dan dada atas hitam. Sisi perut dan tubuh putih. Ekor bawah coklat tua. Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah biru, kaki keabu-abuan. Biji-bijian rumput, padi. Sarang berbentuk bola berongga longgar, dari potongan rumput dan bahan lain, pada pohon cukup tinggi. Telur berwarna putih, jumlah 4-5 butir. Berbiak sepanjang tahun. Semua lahan pertanian, lahan berumput alami, pepohonan. Membentuk kelompok besar saat musim panen padi, tapi biasanya berpasangan atau dalam kelompok kecil. Mencari makan di atas tanah atau memetik biji bulir rerumputan. Menghabiskan banyak waktu dengan bersuara gaduh dan menelisik di pepohon besar. Sumatera, Jawa, Bali, Lombok. Status penetap. Jumlah banyak dan frekuensi banyak. perjumpa an sangat mudah. 11 Bondol peking (Lonchura punctulata) Tubuh berukuran agak kecil (11 cm). Tubuh bagian atas coklat, bercoretan, dengan tangkai bulu putih. Tenggorokan coklat kemerahan. Tubuh bagian bawah putih. Bersisik coklat pada dada dan sisi tubuh. Remaja: Tubuh bagian bawah kuning tua tanpa sisik. Iris coklat, paruh abu-abu kebiruan, kaki hitam abu-abu. Biji-bijian rumput. Sarang berbentuk botol khas, dari rumput, pada semak, pohon kecil, palem, di ketinggian.telur berwarna putih, jumlah 4-6 butir. Berbiak sepanjang tahun. Padang rumput terbuka, lahan pertanian, sawah, kebun, semak sekunder, pepohonan. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bergabung dengan kelompok bondol lain. Bertingkah laku tidak karuan dan sangat lincah. India, Cina, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, Nusa Tenggara, Sulawesi. Status penetap. Jumlah sangat banyak dan frekuensi sangat sering. Perjumpa an sangat mudah.

127 Burungmadu sriganti (Nectarinia jugularis) Tubuh berukuran kecil (10 cm). Jantan: Tubuh bagian bawah kuning terang. Dagu dan dada hitam-ungu metalik. Punggung hijau zaitun. Betina: Tubuh bagian bawah kuning. Tanpa warna hitam pada dagu dan dada. Alis biasanya kuning muda. Iris coklat tua, paruh hitam, kaki hitam. Nektar Benalu, Mengkudu, Pepaya, Dadap, serangga kecil, laba-laba. Sarang berbentuk kantung, dari rumput terjalin dengan kapas alang-alang, pada dahan yang rendah. Telur berwarna keputih-putihan, berbintik abu-abu putih, jumlah 2 butir. Berbiak sepanjang tahun. Pekarangan, semak pantai, hutan mangrove. Sering ribut dalam kelompok kecil, berpindah-pindah dari satu pohon atau semak ke yang lain. Jantan kadang berkejaran mondar mandir dengan galak. Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Filipina, Australia. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Papua. Status penetap. Jumlah banyak dan frekuensi sangat sering. Perjumpa an sangat mudah. 13 Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) Tubuh berukuran kecil (11 cm). Jantan: Mahkota, dagu, tenggorokan, dan pipi merah karat. Bulu lain abu-abu. Perut putih. Betina: Kepala tidak semerah jantan. Pipi dan kerongkongan atas putih. Iris coklat kemerahan, paruh coklat, kaki merah jambu. Laba-laba, ulat serta serangga kecil. Sarang berupa kantung yang dijahit dari daun besar atau beberapa lembar daun kecil, direkatkan dengan jaring labalaba. Sarang terbuat dari akar halus, biji kapuk, dihiasi kantung telur labalaba dan kepompong kupu. Telur berwarna agak putih berbintik kemerah-jambuan, jumlah 2-3 butir. Berbiak sepanjang tahun, kecuali bulan Agustus. Hutan terbuka, tepi hutan, hutan mangrove, semak tepi pantai, kebun, vegetasi sekunder, rumpun bambu. Tersebar sampai ketinggain 950 mdpl. Aktif di lantai hutan dan puncak pohon. Palawan, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa. Status penetap. Jumlah sedang dan frekuensi agak jarang. Perjumpa an sedang.

128 Cinenen pisang (Orthotomus sutorius) Tubuh berukuran kecil (10 cm). Dahi dan mahkota merah karat. Perut putih. Ekor panjang dan sering ditegakkan. Alis kekuningtuaan. Kekang dan sisi kepala keputihan. Tengkuk keabuabuan. Punggung, sayap, dan ekor hijau zaitun. Tubuh bagian bawah putih. Sisi tubuh abu-abu. Bulu biak jantan: bulu ekor tengah lebih memanjang. Iris kuning tua pucat, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahjambuan, kaki merah jambu. Kumbang, tempayak, ulat, serangga kecil, telur serangga. Sarang jahitan kapas pada 1-2 helai daun, terlipat dengan jaring laba-laba atau kepompong, dekat permukaan tanah. Telur berwarna putih agak hijau, berbercak merah jambu, jumlah 2-3 butir. Berbiak bulan April, September-Januari. Hutan terbuka, hutan sekunder, kebun, pekarangan, semak. Tersebar luas sampai ketinggian mdpl. Lincah, selalu bergerak. Tinggal di semak bawah dan bersembunyi dalam rerimbunan. India - Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Jawa. Status penetap. Jumlah banyak dan frekuensi sangat sering. Perjumpa an sangat mudah. 15 Gelatik Jawa (Padda oryzivora) Berwarna terang, berukuran agak besar (16 cm), berparuh merah. Dewasa: kepala hitam dengan bercak putih mencolok pada pipi, tubuh bagian atas dan dada abuabu, perut merah jambu, ekor bawah putih, ekor hitam. Remaja: kepala kemerahjambuan dengan mahkota abu-abu, dada merah jambu. Iris merah, paruh merah jambu, kaki merah. Padi, jagung, rumput, biji-bijian. Sarang dibuat dalam lubang pohon, gedung dantempat lain. Sarang dilapisi dengan potongan daun palem, tumbuhan epifit atau rumput. Di Jawa bersarang dari bulan April sampai Agustus. Telur empat hingga tujuh butir berwarna agak putih. Hidup di perkotaan, pekarangan, dan lahan pertanian. Bergabung dalam kelompok besar pada rumpun tebu atau pepohonan tinggi. Secara teratur menyerbu lading jagung, sawah dan gudang gandum. Bersifat sangat social, suka saling menyelisik di tenggeran. Sewaktu berebut tempat sarang, suka menggoyangkan badan dengan gerakan yang rumit. Endemic di Jawa Bali dan Bawean diintroduksi secara luas dari Asia Tenggara sampai Australia. Status penetap. Jumlah dan frekuensi sangat jarang. Perjumpa an sangat sulit.

129 Burunggereja Erasia (Passer montanus) Tubuh berukuran sedang (14 cm). Mahkota warna coklat berangan. Dagu, tenggorokan, bercak pipi dan setrip mata warna hitam. Tubuh bagian bawah kuning tua keabuabuan. Tubuh bagian atas berbintik coklat dengan tanda hitam dan putih. Remaja: berwarna lebih pucat dengan tanda khas yang kurang jelas. Iris coklat, paruh abuabu, kaki coklat. Biji-bijian, buah kecil serta serangga. Sarang berbentuk kubah tidak rapih, dari jalinan rumpur kering, dilapisi bulu di bagian dalam, pada vegetasi lebat, lubang pohon, sudut bangunan. Telur berwarna putih, berbintik halus coklat abu-abu, jumlah 3-6 butir. Berbiak sepanjang tahun. Berasosiasi dekat dengan manusia. Lahan pertanian, kebun, tegalan, sawah, pedesaan, perkotaan. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Hidup berkelompok. Mencari makan di tanah. Erasia, India, Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Filipina, Australia, Pasifik. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Papua. Status penetap. Jumlah sangat banyak dan frekuensi sangat sering. Perjumpa an sangat mudah. 17 Caladi tilik (Dendrocopos moluccensis) Tubuh berukuran kecil (13 cm). Berwarna hitam dan putih. Topi coklat gelap. Tubuh bagian atas coklat gelap berbintik putih. Tubuh bagian bawah putih kotor bercoret hitam. Sisi muka putih, bercak pipi abu-abu, setrip malar hitam lebar. Jantan: ada garis merah tipis di belakang mata. Iris merah, paruh atas hitam, paruh bawah abu-abu, kaki hijau. Semut, kumbang dan serangga lain. Sarang berupa lubang pada pohon. Telur berwarna putih, jumlah 2-3 butir. Berbiak bulan April- Juni, Oktober. Lahan terbuka, hutan sekunder, hutan mangrove. Terbang berpindah pohon dengan bersuara. Mencari makan dengan mematuk kulit atau batang pohon mati. India, Asia tenggara. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara. Status penetap. Jumlah sedikit dan frekuensi sedang. Perjumpa an sedang.

130 Perenjak Jawa (Prinia familaris) Berukuran agak besar (13 cm), berwarna zaitun. Ekor panjang, dengan garis sayap putih khas serta ujung hitam-putih. Tubuh bagian atas coklat-zaitun, tenggorokan dan dada tengah putih, sisi dada dan sisi tubuh abu-abu, perut dan tungging kuning pucat. Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kekuningan, kaki merah jambu. Kumbang, kupukupu, larva dan serangga kecil. Sarang biasanya diletakkan pada semak yang rendah dengan bentuk kubah memanjang, dijahit serta diikatkan pada tumbuhan yang ada di sekitarnya dengan serat dan jaring labalaba. Lubang masuk terdapat pada bagian atas. Telur dua sampai empat butir berwarna biru pucat berbintik coklat dan merah. Di Jawa tercatat berbiak setiap bulan dengan puncak bertelur dari bulan Maret sampai Juni. Menghuni habitat sekunder terbuka terutama taman dan kebun. Burung yang hidup berkelompok dan rebut mengeluaran suara keras serta menjentikkan ekornya ke atas dan ke bawah, serta ke samping. Berburu di permukaan tanah sampai ke atas puncak pohon. Terbatas di Jawa, Bali dan Sumatera. Di Jawa burung ini umum ditemui sampai ketinggian mdpl. Status penetap. Jumlah sedikit dan frekuensi sedang. Perjumpa an sedang. 19 Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) Tubuh berukuran sedang (20 cm). Topi hitam. Tunggir keputihputihan. Tungging kuning jingga. Dagu dan kepala atas hitam. Kerah, tunggir, dada, dan perut putih. Sayap hitam. Ekor coklat. Iris merah, paruh hitam, kaki hitam. Buah kecil dan beberapa serangga. Sarang berbentuk cawan rapi, dari ranting, daun, serat halus. Telur berwarna kemerah-jambuan, berbintik halus padat warna ungu dan abuabu, jumlah 2-3 butir. Berbiak setiap bulan kecuali November. Pepohonan terbuka, semak, tepi hutan, vegetasi sekunder, taman, pedesaan, perkotaan. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Hidup dalam kelompok yang aktif dan ribut. Sering berbaur dengan cucak lain. Cina selatan, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Jawa. Introduksi: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Selatan. Status penetap. Jumlah banyak dan frekuensi sangat sering. Perjumpa an sangat mudah.

131 Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) 21 Kipasan belang (Rhipidura javanica) 22 Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) Tubuh berukuran sedang (20 cm). Mahkota coklat gelap. Alis putih. Kekang hitam. Tubuh bagian atas coklat. Tenggorokan, dada, dan perut putih. Coretan pada sisi lambung. Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu merah jambu. Tubuh berukuran sedang (19 cm). Dewasa: Tubuh bagian atas abuabu jelaga. Alis, dagu, dan tenggorokan putih. Garis hitam khas pada dada. Tubuh bagian bawah putih. Ujung bulu ekor putih lebar. Remaja: tunggir dan penutup ekor atas kemerahan. Pita dada kurang terlihat. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Tubuh berukuran sedang (30 cm). Warna coklat kemerahjambuan. Ekor tampak panjang. Bulu ekor terluar dengan tepi putih tebal. Bulu sayap lebih gelap dibanding tubuh. Ada bercak-bercak hitam putih khas pada leher. Iris jingga, paruh hitam, kaki merah. Cacing, kumbang, jengkerik, ulat, kuncup dan buahbuahan kecil. Serangga. Biji rumput. Sarang berbentuk cawan dalam, dari ranting, daun, serat, pada dahan halus. Telur berwarna keputih-putihan, berbintik banyak coklat dan ungu, jumlah 2-3 butir. Berbiak sepanjang waktu. Sarang berbentuk cawan, dari tumbuhan halus direkatkan dengan jaring lablaba, pada dahan ramping atau tumbuhan merambat, dekat permukaan tanah. Telur berwarna kuning tua,berbintik abu-abu, jumlah 2 butir. Berbiak bulan Maret-Mei, April- Juni. Sarang sederhana, datar, berupa ranting tersusun pada semaksemak rendah. Telur berwarna putih polos, jumlah 2 butir. Berbiak sepanjang waktu. Habitat terbuka, vegetasi sekunder, kebun, tepi jalan. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Daerah terbuka, hutan sekunder, hutan mangrove, pekarangan. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Tempat terbuka, lapangan, kebun, tegalan, perkampungan. Hidup dalam kelompok, berbaur dengan jenis Cucak lain. Lebih sering mencari makan di atas tanah. Bersifat aktif, berpindah dari satu tenggeran ke yang lain. Kadang sendirian, berpasangan, atau kelompok keluarga. Kadang bergabung dalam kelompok campuran.. Hidup dekat dengan manusia. Mencari makan di permukaan tanah. Sering duduk berpasangan di tempat terbuka. Bila terganggu terbang rendah di permukaan tanah, dengan kepakan sayap pelan. Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Filipina, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok, Introduksi: Sulawesi. Semenanjung Malaysia, Filipina, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok. Asia tenggara, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara. Introduksi: Sulawesi, Maluku. Status penetap. Jumlah sedikit dan frekuensi jarang. Perjumpa an sedang. Status penetap. Jumlah sedikit dan frekuensi sedang. perjumpa an sedang. Status penetap. Jumlah banyak dan frekuensi sangat sering. Perjumpa an sangat mudah.

132 Gemak Loreng (Turnix suscitator) Berukuran kecil (16 cm), mirip puyuh berwarna coklat pirang. Betina: ukuran lebih besar, dagu dan tenggorokan hitam. Mahkota kehitaman dengan bintik abu-abu dan putih pada kepala. Jantan: mahkota berbintik coklat, dagu dan muka bercoret coklat dan putih. Terdapat garis-garis hitam di dada dan bagian sisi tubuh. Tubuh bagian atas pada kedua jenis kelamin berbintik-bintik coklat, serta di dada dan bagian sisi tubuh merah karat. Iris coklat, paruh dan kaki abu-abu. Rerumputan, bijibijian, serangga. Sarang dari rumput dan akar halus, berupa lingkaran kasar, tersembunyi pada rerumputan. Telur berwarna keputihputihan atau kuning pucat, berbintik coklat abu-abu hitam, jumlah 3-4 butir. Berbiak sepanjang tahun. Padang rumput, semak belukar, persawahan. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Hidup sendirian atau berpasangan. Bila terkejut atau dihalau akan melompat, terbang rendah diatas tanah sejauh kurang lebih 20 m, kemudian masuk ke rerumputan untuk bersembunyi. India, Jepang, Asia tenggara, Cina selatan, Filipina. Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara. Status penetap. Jumlah dan frekuensi jarang. Perjumpa an sangat sulit. 24 Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) Tubuh berukuran kecil (11 cm). Berwarna hijau kekuningan. Lingkar bulu keperakan di sekitar mata. Ras buxtoni dan auriventer (Jawa barat, Sumatera, Kalimantan): mirip Kacamata gunung; ada garis kuning sempit di bawah perut tengah, paha abu-abu muda. Ras melanurus (Jawa): Tubuh bagian bawah kuning, ada bercak kuning di atas paruh, Tubuh bagian atas hijau zaitun, tenggorokan dan tungging kuning, sedikit atau tidak ada warna kuning di atas kekang. Iris coklat, paruh coklat tua, kaki abu-abu zaitun. Serangga kecil, larva, laba-laba dan buah kecil. Sarang berbentuk cawan, dari akar, tulang daun, tangkai daun, dihiasi lumut, pada cabang pohon atau rumpun bambu, jauh dari permukaan tanah. Telur berwarna biru pucat, jumlah 3 butir. Berbiak bulan Januari-Oktober. Dataran rendah, perbukitan, hutan primer, hutan sekunder, hutan mangrove. Membentuk kelompok besar dengan jenis lain. Beterbangan dengan lincah di antara puncakpuncak pohon. India utara, Cina selatan, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali. Tersebar sampai ketinggian mdpl. Status penetap. Jumlah banyak dan frekuensi sedang. Perjumpa an agak mudah.

133 112 Lampiran 2 Gambar 8.1. Gambar Jenis burung di TPU Tanah Kusir

134 Lampiran 3. Tabel Jenis Burung di Lokasi Utama Habitat Burung sekitar TPU Tanah Kusir. (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2012) Tabel Jenis Burung di Kali Pesanggrahan No Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia 1 Gemak loreng Turnix suscitator 2 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 3 Kangkok Hodgson Cuculus fugax Migran 4 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus 5 Celepuk reban Otus lempiji 6 Serak Jawa Tyto alba 7 Walet linchi Collocalia linchi 8 Raja udang meninting Alcedo meninting UU No & PP No Cecakak Jawa Halcyon cyanoventris Endemik UU No & PP No Cekakak sungai Todirhamphus chloris UU No & PP No Caladi tilik Piccoides moluccensis 12 Layang-layang batu Hirundo tahitica 13 Cipoh kacat Aegithina tiphia 14 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 15 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 16 Cinenen pisang Orthotomus sutorius 17 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 18 Perenjak Jawa Prinia familiaris Endemik 19 Kipasan belang Rhipidura javanica UU No & PP No Burung-madu kelapa Anthreptes malaccensis UU No & PP No Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis UU No & PP No Cabai Jawa Dicaeum trochileum Endemik 23 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus 24 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Endemik 25 Bondol peking Lonchura punctulata 26 Burung gereja Erasia Passer montanus 113 Tabel Jenis Burung di Hutan Kota Srengseng No Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia 1 Blekok sawah Ardeola speciosa PP No Elang alap Cina Accipiter soloensis Migran UU No & PP No Kareo padi Amaurornis phoenicurus 4 Merpati batu Columba livia 5 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 6 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus 7 Celepuk reban Otus lempiji 8 Walet linchi Collocalia linchi 9 Raja udang meninting Alcedo meninting UU No & PP No Cecakak Jawa Halcyon cyanoventris Endemik UU No & PP No Caladi tilik Piccoides moluccensis 12 Cipoh kacat Aegithina tiphia 13 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 14 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 15 Remetuk laut Gerygone sulphurea 16 Cinenen pisang Orthotomus sutorius 17 Cinenen Jawa Orthotomus sepium Endemik 18 Perenjak Jawa Prinia familiaris Endemik 19 Kipasan belang Rhipidura javanica UU No & PP No Kekep babi Arthamus leucorhynchus 21 Burung-madu kelapa Anthreptes malaccensis UU No & PP No Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis UU No & PP No Pijantung kecil Arachnothera longirostra UU No & PP No

135 Cabai Jawa Dicaeum trochileum Endemik 25 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus 26 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Endemik 27 Burung gereja Erasia Passer montanus Tabel Jenis Burung di Perumahan Pondok Indah No Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia 1 Kowak malam kelabu Nycticorax nycticorax 2 Punai gading Treron vernans 3 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 4 Betet biasa Psittacula alexandri 5 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus 6 Cabak kota Caprimulgus affinis 7 Walet linchi Collocalia linchi 8 Walet sarang putih Collocalia fuchipaga 9 Walet palem Asia Cypsiurus balasinensis 10 Raja udang meninting Alcedo meninting UU No & PP No Cekakak sungai Todirhamphus chloris UU No & PP No Sepah kecil Pericrocotus cinnamomeus 13 Layang-layang batu Hirundo tahitica 14 Cipoh kacat Aegithina tiphia 15 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 16 Kepudang kuduk hitam Oriolus chinensis 17 Remetuk laut Gerygone sulphurea 18 Cinenen pisang Orthotomus sutorius 19 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 20 Kipasan belang Rhipidura javanica UU No & PP No Kekep babi Arthamus leucorhynchus 22 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis UU No & PP No Cabai Jawa Dicaeum trochileum Endemik 24 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus 25 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Endemik 26 Bondol peking Lonchura punctulata 27 Burung gereja Erasia Passer montanus Tabel Jenis Burung di Kawasan Kebayoran Baru No Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia 1 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 2 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus 3 Cabak kota Caprimulgus affinis 4 Walet linchi Collocalia linchi 5 Walet sarang putih Collocalia fuchipaga 6 Cekakak sungai Todirhamphus chloris UU No & PP No Takur ungkut-ungkut Megalaima haemacephala 8 Caladi ulam Dendrocopus macei 9 Caladi tilik Piccoides moluccensis 10 Layang-layang api Hirundo rustica Migran 11 Layang-layang batu Hirundo tahitica 12 Cipoh kacat Aegithina tiphia 13 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 14 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 15 Kepudang kuduk hitam Oriolus chinensis 16 Gelatik batu kelabu Parus major 17 Remetuk laut Gerygone sulphurea 18 Cinenen pisang Orthotomus sutorius

136 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 20 Sikatan bubik Muscicapa dauurica Migran 21 Kipasan belang Rhipidura javanica UU No & PP No Kekep babi Arthamus leucorhynchus 23 Kerak kerbau Acridotheres javanicus 24 Burung-madu kelapa Anthreptes malaccensis UU No & PP No Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis UU No & PP No Cabai Jawa Dicaeum trochileum Endemik 27 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus 28 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Endemik 29 Bondol peking Lonchura punctulata 30 Burung gereja Erasia Passer montanus Tabel Jenis Burung dikawasan Senayan No Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia 1 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 2 Betet biasa Psittacula alexandri 3 Celepuk reban Otus lempiji 4 Cabak kota Caprimulgus affinis 5 Walet linchi Collocalia linchi 6 Kapinis rumah Apus affinis 7 Cekakak sungai Todirhamphus chloris UU No & PP No Takur ungkut-ungkut Megalaima haemacephala 9 Caladi ulam Dendrocopus macei 10 Sepah kecil Pericrocotus cinnamomeus 11 Layang-layang batu Hirundo tahitica 12 Cipoh kacat Aegithina tiphia 13 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 14 Kepudang kuduk hitam Oriolus chinensis 15 Gelatik batu kelabu Parus major 16 Remetuk laut Gerygone sulphurea 17 Cinenen Jawa Orthotomus sepium Endemik 18 Bentet kelabu Lanius schach 19 Kekep babi Arthamus leucorhynchus 20 Kerak ungu Acridotheres tristis 21 Kerak kerbau Acridotheres javanicus 22 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis UU No & PP No Cabai Jawa Dicaeum trochileum Endemik 24 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus 25 Burung gereja Erasia Passer montanus

137 Lampiran 4. Data Pengamatan Iklim Mikro TPU Tanah Kusir pada hari Minggu tanggal 29 Juli Tabel Perbandingan Suhu pada TPU Tanah Kusir

138 Tabel Perbandingan Suhu pada TPU Tanah Kusir No. Titik Sample Di Bawah Naungan Tanpa Naungan Rata-rata Suhu Tertinggi Suhu Terendah Grafik Perbandingan Suhu di TPU Tanah Kusir Jakarta Tabel Perbandingan Kelembaban pada TPU Tanah Kusir No. Titik Sample Di Bawah Naungan Tanpa Naungan Rata-rata Kelembaban Tertinggi Kelembaban Terendah 26 16

139 118 Grafik Perbandingan Kelembaban di TPU Tanah Kusir Jakarta Lampiran 5. Kapasitas dan Jumah Petak Makam Jakarta Selatan, 2010 Tabel 2.11 Kapasitas dan Jumlah Petak Makam Menurut TPU, 2010 Table Capacity and Number of Burial Plot by TPU (Public Burial Place), 2010 Unit/ TPU/ Unit Kapasitas Petak Makam/ Burial Plot Capacity Petak Makam/ Burial Plot Kadaluarsa/ Expired Masih Berlaku/ in Use Sisa Petak Makam/ Rest of Burial Plot [1] [2] [3] [4] [5] 1. Tanah Kusir Utara Tanah Kusir Selatan Menteng Pulo Setiabudi Menteng Pulo Tebet Jeruk Purut Kamp. Kandang Srengseng Sawah Tanjung Barat Kebagusan Jagakarsa Pisangan Pejaten/ Cikoko Grogol Selatan Cidodol Wijaya Pasar Minggu Jumlah/ Total Sumber/ Source : Sudin Pemakaman Kota Administrasi Jakarta Selatan

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG SYAM REZZA FAHLEVI. Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan dan Perancangan Lanskap Planning atau perencanaan merupakan suatu gambaran prakiraan dalam pendekatan suatu keadaan di masa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah TINJAUAN PUSTAKA 1. Lanskap Sekolah Menurut Eckbo (1964) lanskap adalah ruang di sekeliling manusia mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Menurut Hubbard dan Kimball (1917) dalam Laurie

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu

Lebih terperinci

RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI

RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 Ruang Terbuka Hijau

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU. WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 5 TAHUN 2010 Menimbang : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN BUNDARAN MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN (RTHKP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Pertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438)

Pertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438) Pertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438) DOSEN DR. SRI HANDAYANI, MPD. RISKHA MARDIANA, ST. ADI ARDIANSYAH, SPD.MT. STATUS DAN SIFAT 4 SKS SIFAT WAJIB TEORI DAN PRAKTEK PRASYARAT GAMBAR ARSITEKTUR Maksud

Lebih terperinci

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai Dari data hasil Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk Kota Binjaitahun 2000 2010 telah mengalami penurunan menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 10 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa perkembangan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN JEMBATAN TENGKU AGUNG SULTANAH LATIFAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHM AT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

PROSES PERANCANGAN BSD CITY BOTANICAL PARK DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR RAHMAT HIDAYAT A

PROSES PERANCANGAN BSD CITY BOTANICAL PARK DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR RAHMAT HIDAYAT A PROSES PERANCANGAN BSD CITY BOTANICAL PARK DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR RAHMAT HIDAYAT A34204005 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RAHMAT HIDAYAT,

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO Ristanti Konofo 1, Veronica Kumurur 2, & Fella Warouw 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado 2 & 3 Staf

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS 26 BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS 5.1. Kondisi Fisik 5.1.1. Lokasi Geografis dan Hubungan dengan Lokasi Habitat Burung Sekitar Tapak Lokasi tapak secara geografis antara 106 45'53,52" BT - 106 46'24,35"

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu 19 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA) ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA) Juliana Maria Tontou 1, Ingerid L. Moniaga ST. M.Si 2, Michael M.Rengkung, ST. MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur 16 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Grama Tirta Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat (Gambar 2 dan 3). Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No. 21 - Bogor GAMBARAN UMUM P2KH merupakan inisiatif untuk mewujudkan Kota Hijau secara inklusif dan komprehensif yang difokuskan pada 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR Oleh: Cahyo Nugroho A02495006 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang)

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) AINI HARTANTI A34204035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan perekonomian di kota-kota besar dan metropolitan seperti DKI Jakarta diikuti pula dengan berkembangnya kegiatan atau aktivitas masyarakat perkotaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 60 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN RUANG TERBUKA HIJAU

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 60 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN RUANG TERBUKA HIJAU GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 60 TAHUN 201424 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB II KAJIAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Permasalahan... 4 1.3 Tujuan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10 MK. DASAR DASAR ARSITEKTUR LANSKAP (ARL 200) Perencanaan Perencanaan merupakan suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan kondisi yang diharapkan dari suatu tapak serta cara untuk mencapai kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci