STUDl KARAKTERlSTlK PEWIOTOHGAH TANAH BEHGAN PISAU ROTBIRl PAOA "STILT SYSTEM"

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDl KARAKTERlSTlK PEWIOTOHGAH TANAH BEHGAN PISAU ROTBIRl PAOA "STILT SYSTEM""

Transkripsi

1 STUDl KARAKTERlSTlK PEWIOTOHGAH TANAH BEHGAN PISAU ROTBIRl PAOA "STILT SYSTEM" BleB FIRTO HERMAWAN AGUNG PWABOWO F FAKULTAS TEKNBLOGI PERTANIAAI INSTlTUT PERTANIAN BOGOR B O G O R

2 Firto ~ernawan Agung Prabowo. F Studi Karakteristik Pemtongan Tanah Dengan Pisau Rotari pada 'STILT Systema. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Tineke Mandang, MS. RINGKASAN Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh sudut potong pisau rot~ri rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik (u/v) serta arah pemotongan pisau rotari terhadap torsi yang dibutuhkan. Selain itu juga dilakukan pengamatan secara visual proses perpindahan tanah akibat gerakan pemotongan tanah dengan pisau rotari. Kadar air tanah rata-rata yang terukur sebesar 25.45% dan %. Arah pemotongan tanah dilakukan secara "down cut", yaitu pisau rotari berputar searah dengan arah gerak maju alat tarik dan "up cutu, yaitu putaran pisau rotari berlawanan dengan arah maju alat tarik. Pemadatan tanah dilakukan sama terhadap kedua taraf kadar air, yaitu dengan beban sebesar 120 KPa dan waktu pembebanan selama 70 detik. Nilai Cone Index (CI) ratarata pada kadar air % sebesar 5.33 kgf/cm2 ( N/cm2) dan pada *kadar air % sebesar 1.9 kgf /cm2 (18.62 N/cm2). Pada kedua taraf kadar air, untuk semua rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik (u/v), peningkatan sudut potong pisau rotari menyebabkan kebutuhan

3 torsi semakin meningkat. Peningkatan nilai torsi ini terjadi pada arah pemotongan secara "down cutv dan "up cutu. Pada kedua taraf kadar air, untuk semua taraf sudut potong pisau rotari, peningkatan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik (u/v) menyebabkan kebutuhan torsi semakin menurun. Penurunan nilai torsi ini terjadi pada arah pemotongan secara "down cut" dan "up cut". Kebutuhan torsi pada arah pemotongan secara "down cut" cenderung lebih besar daripada secara "up cut". Pengamatan kecenderungan arah pergerakan tanah dengan menggunakan batang pin menunjukkan bahwa dengan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik (u/v) sama dan sudut potong berubah, rata-rata arah sudut perpindahan tanah semakin kecil dengan meningkatnya sudut potong. Hal itu terjadi baik pada arah pemotongan secara "down cut" dan "up Cut". Pada sgdut potong sama dan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik (u/v) berubah menunjukkan rata-rata arah sudut perpindahan tanah yang cenderung hampir sama. Hal itu terjadi pada arah pemotongan secara ''down cut" maupun secara "up cut". Kecenderungan pergerakan lapisan tanah dengan menggunakan media kertas tissue menunjukkan kecenderungan yang sama pada setiap perlakuan dengan arah pemotongan yang sama. Lapisan tanah cenderung akan bergerak ke atas dan mengalami penurunan kembali setelah pisau rotari berlalu.

4 STUD1 KARAKTERISTIK PEMOTONGAN TANAH DENGAN PlSAU ROTARI PADA "STILT SYSTEM" Oleh FIRTO HERNAWAN AGUNG PRABOWO F SKRlPSl Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan MEKANISASI PERTANIAN Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 1992 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

5 INSTITUT PER'TANIAN BOGOR FAKULTAS TEKMOLOGI PERTANIAN STUD1 KARAKTERISTIK PEMOTONGAN TANAH DENGAN PISAU ROTARl PADA "STILT SYSTEM" SKRIPSI sebaqai salah satu syarat untuk memperoleh qelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan MEKANISASI PERTANIAN Fakultas Teknoloqi Pertanian Institut Pertanian Boqor Oleh HERNAWAN AGUNG PRABOWO F Lahir di Klaten tanqqal 20 Aqustus 1969 Tanggal lulus : 19 Oktober 1992 Disetujui Desember 1992

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Agustus 1969 di Klaten, adalah putra keempat dari ayah bernama Sukandar, BA dan ibu bernama Sri Hastami. Pada tahun 1976 penulis terdaftgr sebagai murid di Sekolah Dasar (SD) Bareng Lor I Klaten dan berhasil tamat belajar pada tahun Tahun 1985 lulus dari Sekolah Menenqah Pertama (SMP) Pangudi Luhur Bruderan Klaten. Pada tahun 1985 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri I (SMAN I) Klaten dan lulus tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1988 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru). Setelah menyelesaikan pendidikan di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) tahun 1989, penulis memilih Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknoloqi Pertanian. Selan- jutnya pada tahun 1990 penulis menqambil kelompok minat bidanq Alat dan Mesin Budidaya Pertanian (Alsin BDP). Penulis dinyatakan lulus dalam sidanq Ujian Sarjana pada tanqqal 19 Oktober 1992.

7 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat kasih dan dan perto- longan-nyalah maka penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Ir. Tineke Mandang, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran dan membimbing penulis dalam penyusunan tulisan ini. 2. Dr. Ir. Frans Jusuf Daywin, MSc. selaku Kepala Labora- torium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. 3. Dr. Ir. Mohammad Azron Dhalhar, MSAE. selaku Kepala Laboratorium Mekanika dan Fisika Tanah. 4. Ir. Asep Sapei, MS. dan Ir. Solahudin atas penggunaan planimeter dan unit Audio Visual. 5. Mr. Isao NISHIMURA (Expert JICA) selaku dosen penguji dalam Ujian Skripsi. 6. Ir. Kusen Morgan, MS selaku dosen penguji dalam Ujian Skripsi. 7. Micha CD Siregar 8. Keluarga Siregar, keluarga Sukiman, saudara-saudaraku di PMK-IPB serta semua pihak yang telah banyak memban- tu mulai dari persiapan penelitian sampai penulisan hasil penelitian ini selesai.

8 Keterbatasan dalam penyajian tulisan ini sangat penulis sadari. Mohon dimaklumi dengan setiap kekurangan yang ada. Akhirnya semoga tulisan ini dapat berguna bagi kita semua. Bogor, November 1992 penulis

9 DAFTAR IS1 I. KATA PENGANTAR... DAFTAR IS1... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... A. LATAR BELAKANG... B. TUJUAN... I1. TINJAUAN PUSTAKA... A. TANAH Bahan Penyusun Tanah Sifat Tanah Yang Berhubungan Dengan Pengolahan Tanah... B. PENGOLAHAN TANAH... C. BAJAK ROTARI SEBAGAI ALAT PENGOLAH TANAH... I.. Pisau ~otari Sudut Pisau... D. KARAKTERISTIK PEMOTONGAN TANAH DENGAN ROTARI Arah Pernotongan Tanah... i iii vi vii

10 2. Pengaruh Kecepatan Maju dan Kecepatan Putar Rotor Torsi Pada Kerja Rotari... I11. METODE PENELITIAN... A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu Tempat... B. BAHAN DAN ALAT Bahan Alat... C. PERLAKUAN... D. PROSEDUR PERCOBAAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Penelitian Utama... E. ANALISIS DATA... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... A. PEMADATAN TANAH... B. PENGARUH RASIO KECEPATAN LINIER ROTOR DAN KECEPATAN MAJU ALAT TARIK TERHA- DAP KEBUTUHAN TORSI... C. PENGARUH SUDUT POTONG PISAU ROTARI TERHADAP KEBUTUHAN TORSI... D. PERPINDAHAN TANAH SEBAGAI AKIBAT PE- MOTONGAN TANAH...

11 .... V KESIMPULAN DAN SARAN 7 1 A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRHN

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perlakuan Kondisi Tanah dan Alat Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Nilai Torsi denqan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik berubah dan sudut potong tetap pada kadar air % Nilai Torsi dengan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik berubah dan sudut potonq tetap pada kadar air % Nilai Torsi dengan sudut potong berubah dan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik (u/v) tetap pada kadar air % Nilai Torsi denqan sudut potonq berubah dan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik (u/v) tetap pada kadar air % Data penqukuran kecenderungan arah sudut perpindahan batanq pin pada kadar air % dan arah pemotongan secara "down cut1' Tabel 7. Data penqukuran kecenderungan arah sudut perpindahan batang pin pada kadar air % dan arah pemotonqan secara "up cut1'... 65

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Gambar 1. Beberapa bentuk pisau rotari (Lam Van Hai, 1984) Bajak rotari tipe Pull Power Take Off Driven (Howard Rotavator Company)... Halaman Gambar 3. Beberapa bentuk pisau rotari (Adam dan Furlong, 1959 dalam Gill 1986).. Gambar 4. Bagian sudut pisau pada pisau rotari Jepang (Lam Van Hai, 1984) Gambar Gambar Gambar 5. Lintasan pemotongan pisau rotari pada arah maju dengan kondisi u/v=7,r=22cm P=8cm (Lam Van Hai, 1984) Lintasan pemotongan pisau rotari pada arah maju dengan kondisi u/v=9,r=22cm P=Gcm (Lam Van Hai, 1984)... :. 7. Bentuk lintasan pemotongan tanah pada pisau rotari (Bernacki, 1962 dalam Hendrilc dan Gill, 1971)... Gambar 8. Bentuk potongan tanah dengan kondisi u/v yang berbeda (Chernenkov et al, 1981)... Gambar 9. Dimensi potongan tanah (Chernenkov A. D. et al., 1965, Hendrik dan Gill, 1971)... Gambar 10. Hubungan antara Tilling Pitch dengan Torsi puncak pada pisau tepi tunggal dan pisau tepi ganda (Lam Van Hai, 1984)... Gambar 11. Hubungan antara jenis pisau rotari dengan torsi yang dibutuhkan (Lam Van Hai, 1984)... Gambar 12. Gambar skematik "Soil Bin Unit" (Tanifuji Machine Industries co. LTD)..

14 Gambar 13. Gambar skematik "Rotary Motion Blade Unit" (Tanifuji Machine Industries Co LTD)... Gambar 14. Unit kontrol dan pencatatan data pada soil bin... Gambar 15. Sebagian peralatan yang digunakan pada penelitian... Gambar 16. Grafik hubungan nilai pemadatan tanah dengan waktu penekanan (a) kadar air %, (b) kadar air %... Gambar 17. Posisi kertas tissue dan batang pin sebelum kompaksi... Gambar 18. Posisi kertas tissue dan batang pin sesudah kompaksi... Gambar 19. Grafik hubungan nilai Cone Index (CI) dengan waktu pengukuran pada kadar air % dan kadar air %... Gambar 20. Grafik perbandingan nilai torsi dengan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik (u/v) berubah pada kadar air %. (a) arah pemotongan secara "down cut" (b) arah pemotongan secara "up cut". Gambar 21. Grafik perbandingan nilai torsi dengan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik (u/v) berubah pada kadar air %. (a) arah pemotongan secara-"down cut" (b) arah pemotongan secara "up cut". - Gambar 22. Bentuk lintasan pemotongan tanah oleh pisau rotari pada putaran yang pertama dengan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik berubah (u/v = 4, 7, 10). (a) arah pemotongan secara "down cut" (b) arah pemotongan secara "up cut". Gambar 23. Posisi pisau rotari dengan sudut potong 30 pada arah pemotongan tanah secara "down cut"...

15 Gambar 24. Posisi pisau rotari dengan sudut potong GOo pada arah pemotongan tanah secara "down cut" Gambar 25. Grafik perbandingan nilai torsi dengan sudut potong berubah pada kadar air %. (a) arah pernotongan secara "down cut", (b) arah pernotongan secara "up cut1' Gambar 26. Grafik perbandingan nilai torsi dengan sudut potong berubah pada kadar air %. (a) arah pemotongan se- cara "down cut1', (b,) arah pemotongan secara "up cut" Gambar 27. Pemegangan pisau rotari. (a) Flangedisk Type, (b) Holder Type Gambar 28. Grafik arah sudut perpindahan tanah, pada rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik berubah, sudut potong tetap. (a) arah pemotongan secara "down cutn (b) arah pernotongan secara "up cutu. 66 Gambar 29. Grafik arah sudut perpindahan tanah, pada sudut potong berubah, rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik tetap. (a) arah pemotongan secara "down cutu (b) arah pernotongan secara "up cut". 6 7

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data hasil analisa tekstur contoh tanah Lampiran 2. Data kadar air pada K A ~ Lampiran 3. Data kadar air pada KA Lampiran 4. Data kompaksi pada kadar air % 78 Lampiran 5. Data kompaksi pada kadar air % 7 9 Lampiran G. Grafik hubungan nilai kompaksi dengan waktu penekanan pada kadar air 25.45% 80 Lampiran 7. Grafik hubungan nilai kompaksi dengan waktu penekanan pada kadar air 32.19% 81 Lampiran 8. Data nilai torsi pada kadar air k Lampiran 9. Data nilai torsi pada kadar air % Lampiran 10. Data nilai Cone Index (CI) pada kadar air % dan % Lampiran 11. Data pengukuran kecenderungan arah perpindahan batang pin pada arah pemo tongan secara "down cut" Lampiran 12. Data pengukuran kecenderungan arah perpindahan batang pin pada arah pemo tongan secara "up cut" Lampiran 13. Data pengukuran kecenderungan arah perpindahan kertas tissue Lampiran 14. Data grafik nilai torsi cetakan dari komputer... 92

17 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha pertanian terus berkembang dari waktu ke waktu, termasuk bidang mekanisasi pertanian. Perkembangan bidang mekanisasi pertanian erat hubungannya dengan peningkatan produksi pertanian. Mekanisasi pertanian mencakup banyak segi atau aspek yang dikerjakan dalam hubungannya dengan pertanian, salah satunya adalah pekerjaan pengolahan tanah. Pengolahan tanah sangat penting peranannya dalam usaha pertanian karena mempunyai tujuan secara umum : mempersiapkan "seedbed" yang baik, memberantas gulma dan memperbaiki kondisi fisik tanah yang sesuai untuk penanaman. Pengolahan tanah menjadi dasar dan perlu dilaksanakan sebelum mulai penanaman. Hasil pengolahan tanah yang baik akan menciptakan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan alat-alat mekanis dalam memodifikasi sifat fisik tanah diperlukan dalam usaha pengolahan tanah. Alat-alat mekanis yang digunakan dalam pengolahan tanah bermacam-macam. Oleh karena itu diper-

18 lukan pemilihan alat yang tepat dan sesuai dengan keadaan tanah yang akan diolah. Hubungan yang optimum antara alat tarik, implemen dan tanah yang diolah perlu diperhitungkan untuk meningkatkan efisiensi kerja. Sistem pengoperasian yang dilakukan oleh operator terhadap mesin dan alat dalam pengolahan tanah berpengaruh juga terhadap efisiensi pemakaian alat pengolah tanah. Salah satu alat pengolah tanah yang sudah banyak digunakan di Indonesia adalah bajak rotari. Bajak rotari mempunyai keunggulan daripada bajak yang lain, yaitu bisa digunakan dalam pengolahan tanah pertama maupun pengolahan tanah kedua. Hal ini disebabkan karena bajak rotari mempunyai kemampuan untuk menghancurkan tanah maupun menggemburkan tanah. Bajak rotari terdiri dari pisau rotari yang berputar untuk menghancurkan dan menggemburkan tanah. Pisau rotari mempunyai bentuk yang berma- cam-macam. Bentuk pisau rotari dapat mempengaruhi hasil bajakan dan besarnya gaya mekanis yang diperlukan untuk merubah sifat fisik tanah. Perlakuan sudut potong y'ang berbeda pada pisau rotari akan menghasilkan gaya yang berlainan terhadap tanah.

19 Interaksi antara alat pengolah tanah denqan tanah yanq diolah sebagai suatu sistem dapat menjelaskan perpindahan tanah sebaqai akibat sistem alat olah tanah. Jika alat olah tanah beroperasi maka tanah akan menerima qaya yang diakibatkan oleh qerakan dan bentuk alat olah tersebut. B. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sudut potonq pisau rotari dan rasio kecepatan linier rotor dan kecepatan maju alat tarik (u/v) serta arah pemotongan pisau rotari terhadap torsi yanq dihasilkan. Arah pemotonqan pisau rotari yang diamati, dilakukan dengan arah pemotonqan secara up cut dan down cut. Selain itu juqa akan dilakukan pengamatan secara visual proses perpindahan tanah akibat gerakan pemotonqan pisau rotari.

20 11. TINJAUAN PUSTAKA 1. Bahan Penyusun Tanah pleks. Tanah merupakan sistem yang sangat kom- Volume tanah terdiri dari volume padat- an, cairan dan gas. Fase padatan terdiri dari mineral atau organik. Bagian mineral terdiri dari partikel yang mempunyai variasi ukuran, bentuk dan komposisi bahan kimianya sedangkan fraksi organik mencakup hasil dekomposisi akti- vitas organisme. Fase cairan adalah air tanah yang mengisi sebagian atau semua ruang terbuka antara partikel padat. Fase uap atau gas menem- pati ruang atau bagian pori antara partikel tanah yang tidak berisi air. Hubungan kimia dan fisik antara fase padatan, cairan dan gas tidak hanya dipengaruhi oleh sifatnya masing-masing tetapi juga dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan cahaya (Baver, 1972). Hardjowigeno (1986) menyatakan bahwa tanah merupakan kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, ter- diri dari campuran bahan mineral, bahan organik,

21 air dan udara dan media untuk tumbuhnya tanaman. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah atau setiap lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering umumnya mengandung 45% bahan mineral, 5% bahan organik, 20-30% udara, 20-30% air. 2. Sifat Tanah yang Berhubungan D'engan Pengolahan Tanah Sifat dinamis tanah ditunjukkan oleh perilaku tanah pada waktu mendapat tekanan. Perpindahan tanah bisa diakibatkan oleh gaya internal maupun gaya eksternal. Koefisien tahanan internal tanah umumnya dianggap sebagai sifat dinamis secara umum pada interaksi tanah dengan alat pengolah tanah (Baver, 1972). Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi dan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda-benda lain. Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak mele- kat pada alat pengolah tanah. Konsistensi dipengaruhi oleh tingkat kadar air tanah, sehingga Atterberg membagi empat jenis keadaan konsistensi, yaitu teguh, remah, plastis dan lekat.

22 Dalam pengolahan tanah perlu memperhatikan kadar air tanahnya. Dilihat dari perbedaan kadar air tanahnya, lahan yang akan diolah dibedakan menjadi 2, yaitu lahan kering dan lahan basah. Tekstur tanah merupakan sifat tanah yang perlu diperhatikan dalam pengolahan tanah. Tekstur tanah dipengaruhi oleh kandungan pasir, debu dan liat. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Struktur tanah merupakan gumpalan yang terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida besi dan lain-lain. Bahan tanah dapat dibedakan menurut ukurannya, yaitu kerikil yang berukuran lebih besar dari Zmm, pasir yang berukuran 2mm - 50u, debu yang berukuran 50u - 2u dan liat yang berukuran kurang dari 2u (Hardjowigeno, 1986). Pengolahan tanah diklasifikasikan menjadi pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua, meskipun perbedaannya tidak selalu nyata. Pengolahan tanah pertama dilakukan pertama kali pada pekerjaan perlakuan tanah secara umum, biasa-

23 nya dilakukan untuk mengurangi kekuatan tanah, tanaman penutup dan menyusun agregat tanah. Pengolahan tanah kedua memperbaiki kondisi tanah dengan cara menghancurkan tanah, mempertahankan kelembaban tanah dengan membasmi rumput, mengurangi evaporasi, memotong sisa tanaman dan mencampur dengan lapisan olah, memecah bongkahan tanah dan membuat tanah sesuai dengan perkecambahan. Operasi pengolahan tanah terus dilakukan dan mengalami perkembangan karena pengolahan tanah yang baik diperlukan untuk menaikkan produktivitas tanaman (Bainer, 1955). Pengolahan tanah dapat membuat kondisi tanah yang baik untuk penanaman dengan terjadinya pelonggaran dan penggemburan tanah. Pengolahan tanah yang baik ditunjukkan oleh konsistensi tanah yang remah. Dengan memecahkan massa tanah, infiltrasi dari curah hujan dan aerasi naik dan kekuatan tanah turun. Hal itu penting untuk menyatakan bahwa batas konsistensi remah yang diolah optimum (Baver, 1972). C. BAJAK ROTARI SEBAGAI ALAT PENGOLAH TANAH Pengolahan tanah dibagi menjadi dua tahap dan alat pengolah tanah untuk tiap tahap pengolahan

24 tanah berbeda. Alat pengolah tanah pertama digunakan untuk membongkar, membalik dan menghancurkan tanah. Alat pengolah tanah pertama terdiri dari antara lain: bajak singkal, bajak piringan, bajak rotari, chisel plow dan sub soiler plow. Sedangkan alat pengolah tanah kedua digunakan untuk lebih menghancurkan bongkahan tanah yang besar, meratakan tanah dan menyempurnakan hasil pengolahan tanah pertama. Alat pengolahan tanah kedua terdiri dari antara lain: garu, pulverizer dan cultivator (Smith, 1964). Alat yang digunakan pada pengolahan tanah tidak bisa dipisahkan dengan jelas karena ada alat-alat yang bisa dipergunakan dengan baik pada pengolahan tanah pertama maupun pengolahan tanah kedua (Bainer, 1955). Bajak rotari bisa dipergunakan pada pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua karena bajak rotari mempunyai kemampuan untuk menghancurkan tanah maupun menggemburkan tanah. Pada lahan sawah, bajak rotari membuat seedbed dengan pembajakan yang baik, lebih baik daripada menggunakan bajak singkal atau bajak piringan. Pengolahan tanah dengan bajak rotari lebih mudah dari pada pengolahan dengan bajak singkal dan bajak piringan

25 untuk penyiapan pengolahan tanah pada sistem penanaman padi. Alasan ini menjadi dasar yang digunakan untuk mengembangkan bajak rotari dan tenaga mesin pertanian (traktor), yang lebih disesuaikan dengan kondisi areal pertanian padi di Asia. Bajak rotari digunakan secara luas pada lahan padi di Jepang dan negara-negara Asia lainnya. Penggunaan bajak rotari di negara Jepang sangat meluas dan mencapai jumlah yang cukup besar. Pada tahun 1981 misalnya, Jepang membuat lebih dari tiga juta "power tiller" dan satu juta "ridding traktor" (Lam van hai, 1984). Smith (1955) membagi bajak rotari menjadi tiga tipe, yaitu: Pull auxiliary-engine (mesin bantu tarik), Pull per-take-off-driven (menggu- nakan tenaga putar pto) dan Self-propelled garden (tipe kebun swagerak). Pada Pull auxiliary-engine, bajak rotari ditarik ke depan oleh traktor namun mempunyai pisau pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang pada rangka bajak tersebut. Pisau pemotong berbentuk L dipasang pada suatu poros yang digerakkan horisontal. Pada Pull per-take- off-driven (Gambar 2. ) ba jak rotari tidak hanya ditarik maju oleh traktor, tetapi juga mempunyai pisau potong yang digerakkan

26 oleh traktor. Pisau potong biasanya dipasang pada poros yang digerakkan horisontal. Pada pisau potong ada yang dilengkapi kopling gesek peredam yang bisa memutuskan tenaga gerak dari pto ke pisau potong sehingga bisa mencegah patahnya pisau jika pisau membentur batu atau rintangan yang keras. 1. Pisau Rotari Secara umum ada dua jenis pisau rotari EDROPIAN TYPE (bentuk L) dan JAPANESE TYPE (bentuk C ) yang digunakan untuk lahan sawah dan kebun. Pisau bentuk C mempunyai dua tipe seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Kedua tipe tersebut adalah PICK TINE TYPE disebut "FUTZU ZUME" dan KNIFE TYPE disebut "NATA ZUME" atau "NATA BA" dalam bahasa Jepang. Bentuk pisau rotari Jepang (NATA ZUME) kelihatan sangat sederhana, tetapi memiliki bagianbagian sudut dan teori rancangan yang rumit (Lam Van Hai, 1984). Adam dan Furlong (1959) dalam Gill (1968) membagi bentuk pisau rotari menjadi tiga, seperti terlihat pada Gambar 3.

27 Hrn..,.* w s. 4 P W*.N". AmZh b&. cur- Gambar 1. Beberapa bentuk pisau rotari (Lam Van Hai 1984)

28 Gambar 2. Bajak rotari tipe Pull parer-take-offdriven (Howard Rotavator Company) HOE SLICER PICK Gambar 3. Beberapa bentuk tipe pisau rotari (Adam dan Furlong, 1959 dalam Gill 1968)

29 2. sudut Pisau Ketajaman dari pisau rotari Jepang (NATA ZUME) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keseluruhan pekerjaan. Pisau rotari terdiri dari dua bagian: "TATEBA" pisau membujur yang memotong tanah pada arah maju dan "YOKOBA" pisau samping atau pisau pembalik yang membajak dan melemparkan kembali gumpalan- gumpalan tanah tersebut. Bagian pisau rotari Jepang dapat dilihat pada Gambar 4. Pisau rotari mempunyai beberapa jenis bagian sudut (sudut kerja dan sudut ketajaman) yang sangat berhubungan dengan karakteristik kekuatan tanah. Bagian-bagian sudut harus dipertimbangkan dengan teoritis sesuai dengan kekuatan minimum tanah. Bagian sudut menentukan jumlah tanah yang dihancurkan, dilempar dan diaduk. Pisau pembalik rotari blade dibagi dalam dua bagian, yaitu permukaan sekop pertama OA dan permukaan sekop AB (gambar 4). Permukaan sekop pertama memberikan efek kekuatan pemotongan tanah, sedangkan pada sekop kedua memberikan efek penghancuran, pelemparan dan pengadukan tanah. Efek-efek ini akan menjadi efek

30 utama yany diberikan oleh permukaan sekop kedua (~akai, 1962). AB biasanya disamakan dengan OC, karena ketebalan bagian sama. Oleh karena itu untuk keefisienan kerja pisau tersebut maka perlu dipertimbangkan rancangan pemotongan dan sudut pada permukaan sekop pertama maupun yang kedua. Sudut potong (0) dibatasi oleh sudut ketajaman pisau atau sudut sisi (C) dan sudut antara lintasan dan garis singgung (6) seperti persamaan = C (1) C : sudut potong : sudut ketajaman pisau 6 : sudut antara lintasan dan garis singgung Sudut potong bervariasi, karena variasi dari sudut antara lintasan dan garis singgung walaupun sudut ketajaman pisau tetap selama pisau bekerja. Sudut antara lintasan dan garis sinyguny dapat dihitung sebagai berikut: H (2R-H) I3 = cos-'((30/~) ( u(r-h) (Rnu) ))(3)

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

STUDl KARAKTERlSTlK PEWIOTOHGAH TANAH BEHGAN PISAU ROTBIRl PAOA "STILT SYSTEM"

STUDl KARAKTERlSTlK PEWIOTOHGAH TANAH BEHGAN PISAU ROTBIRl PAOA STILT SYSTEM STUDl KARAKTERlSTlK PEWIOTOHGAH TANAH BEHGAN PISAU ROTBIRl PAOA "STILT SYSTEM" BleB FIRTO HERMAWAN AGUNG PWABOWO F 25. 0360 1992 FAKULTAS TEKNBLOGI PERTANIAAI INSTlTUT PERTANIAN BOGOR B O G O R Firto ~ernawan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian

Lebih terperinci

OIeh. MlRA VLTA OlAN ANGGRAENI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAMIAPI. IMSTlTUT PERTANIAN BOGOR

OIeh. MlRA VLTA OlAN ANGGRAENI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAMIAPI. IMSTlTUT PERTANIAN BOGOR OIeh MlRA VLTA OlAN ANGGRAENI F 24. 0247 1992 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAMIAPI IMSTlTUT PERTANIAN BOGOR B O G O R Mira Vita Dian Anqqraeni. F 24.0247. Analisis Kelengketan Tanah (Soil Stickiness) Pada Pengolahan

Lebih terperinci

OIeh. MlRA VLTA OlAN ANGGRAENI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAMIAPI. IMSTlTUT PERTANIAN BOGOR

OIeh. MlRA VLTA OlAN ANGGRAENI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAMIAPI. IMSTlTUT PERTANIAN BOGOR OIeh MlRA VLTA OlAN ANGGRAENI F 24. 0247 1992 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAMIAPI IMSTlTUT PERTANIAN BOGOR B O G O R Mira Vita Dian Anqqraeni. F 24.0247. Analisis Kelengketan Tanah (Soil Stickiness) Pada Pengolahan

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran Menurut Williams et al. (1993) budidaya sayuran meliputi beberapa kegiatan yaitu pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Budidaya

Lebih terperinci

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I Pertemuan ke-6 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

Gambar 1. Bagian-bagian bajak singkal (Smith, 1955)

Gambar 1. Bagian-bagian bajak singkal (Smith, 1955) PERANCANGAN BAJAK SINGKAL PADA LAHAN DENGAN KANDUNGAN LIAT TINGGI A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rancangan bajak singkal Sifat tanah liat yang padat, menggumpal dan sulit merembeskan air

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Mesin Bajak Sawah Mesin bajak sawah diatas menggunakan 4 pully dan 1 poros yang saling menghubungkan untuk melakukan putaran di poros tersebut terdapat mata baja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jagung. B. Pengolahan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jagung. B. Pengolahan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jagung Jagung adalah tanaman yang menghendaki keadaan hawa yang cukup panas dan lembab dari waktu tanam sampai periode mengakhiri pembuahan. Jagung tidak membutuhkan persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan pertumbuhan sekitar 1,5% tahun, sehingga mendorong permintaan pangan yang terus meningkat. Sementara

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara = V U Massa Padatan

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

IV. SIFAT FISIKA TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu

Lebih terperinci

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Konsistensi Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH PADA PENGOLAHAN TANAH

TINJAUAN PUSTAKA A. SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH PADA PENGOLAHAN TANAH TINJAUAN PUSTAKA A. SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH PADA PENGOLAHAN TANAH Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanah Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TRAKTOR Pengukuran Wheel Slip dan Pemasangan Bajak Rotari Pada Traktor Poros Tunggal

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TRAKTOR Pengukuran Wheel Slip dan Pemasangan Bajak Rotari Pada Traktor Poros Tunggal LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TRAKTOR Pengukuran Wheel Slip dan Pemasangan Bajak Rotari Pada Traktor Poros Tunggal Oleh : Kelompok 3 1. David Torhis Sitinjak 240110120033 2. Reinaldy Pradana 240110120040

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

HUBUNGAN SWAT FlSlK TANAH DElSGAW NILAI KOHDUKTIVITAS HIDROLIKA

HUBUNGAN SWAT FlSlK TANAH DElSGAW NILAI KOHDUKTIVITAS HIDROLIKA HUBUNGAN SWAT FlSlK TANAH DElSGAW NILAI KOHDUKTIVITAS HIDROLIKA ( HYDRAULIC CONDUCTIVITY ) Oleh JOKO SUKAMTO F 23. 0865 1992 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R JOKO SUKAMTO.

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM SIFAT SIFAT FISIK TANAH KELAS A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI. OLEH I Wayan Narka

PENUNTUN PRAKTIKUM SIFAT SIFAT FISIK TANAH KELAS A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI. OLEH I Wayan Narka 0 PENUNTUN PRAKTIKUM SIFAT SIFAT FISIK TANAH KELAS A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI OLEH I Wayan Narka FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 1 I. PENDAHULUAN Tanah merupakan akumulasi tubuh

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

MODIFIKASI PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING (Sistem Mekanisme Pengeruk Tanah)

MODIFIKASI PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING (Sistem Mekanisme Pengeruk Tanah) MODIFIKASI PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING (Sistem Mekanisme Pengeruk Tanah) OLEH: PRIAGUNG BUDIHANTORO F14103010 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks. Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian Leuwikopo dan di Laboratorium Mekanika

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data.

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM Oleh : ARIEF SALEH F14102120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Arief Saleh. F14102120.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah

METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah METODE PENELITIAN A. Rangkaian kegiatan Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah b. Pengolahan tanah c. Pesemaian d. Penanaman dan uji performansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 16 3 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan pertanian milik Institut Pertanian Bogor di Desa Cikarawang Bogor (Gambar 9), sedangkan pengujian karakteristik tanah

Lebih terperinci

Kata kunci : Sifat Fisik Tanah, Bajak Singkal, Bajak Rotary, Produktivitas Padi

Kata kunci : Sifat Fisik Tanah, Bajak Singkal, Bajak Rotary, Produktivitas Padi JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta Volume 5, Nomor 1, Maret 2017 Studi Kasus

Lebih terperinci

DRAFT SPESIFIK PENGOLAHAN TANAH : TERMINOLOGI DAN KEGUNAANNYA. Santosa 1

DRAFT SPESIFIK PENGOLAHAN TANAH : TERMINOLOGI DAN KEGUNAANNYA. Santosa 1 1 DRAFT SPESIFIK PENGOLAHAN TANAH : TERMINOLOGI DAN KEGUNAANNYA Santosa 1 PENDAHULUAN Draft spesifik tanah merupakan sifat mekanik tanah yang sangat terkait dengan besarnya gaya untuk mengolah tanah tersebut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) merupakan bagian yang paling luas dari total keseluruhan lahan kering di Indonesia. Penyebaranya

Lebih terperinci

ANAllSlS MASUKBN - KELUABAN ENERGI PADA PENANAMAN PAD! coryza Sativa L. I VARlETAS IR 64 DENGAM BEBERAPA PERLAKUAM PENGOLAHAM TA#AW

ANAllSlS MASUKBN - KELUABAN ENERGI PADA PENANAMAN PAD! coryza Sativa L. I VARlETAS IR 64 DENGAM BEBERAPA PERLAKUAM PENGOLAHAM TA#AW ANAllSlS MASUKBN - KELUABAN ENERGI PADA PENANAMAN PAD! coryza Sativa L. I VARlETAS IR 64 DENGAM BEBERAPA PERLAKUAM PENGOLAHAM TA#AW Oleh ENNY SETIYOWATI F 26. 1605 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Pertemuan ke-8. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

Pertemuan ke-8. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa Pertemuan ke-8 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot-otot manusia.

TINJAUAN PUSTAKA. manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot-otot manusia. TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Pada mulanya, semua tanaman budidaya untuk kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot-otot manusia. Berabad-abad kemudian tenaga otot

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini terutama

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sifat Fisik Tanah. 1. Tekstur Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sifat Fisik Tanah. 1. Tekstur Tanah TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Fisik Tanah 1. Tekstur Tanah Menurut Haridjadja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir tanah atau perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering CREATA - LPPM R T A N T S A N N I B O G O

Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering CREATA - LPPM R T A N T S A N N I B O G O Daftar Isi i ii Daftar Isi iii N I I Oleh : Frans Jusuf Daywin F. Godfried Sitompul Imam Hidayat Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. 24 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. 2. Bahan campuran yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo, III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. Pengambilan sampel dilakukan pada awal musim penghujan namun

Lebih terperinci

e 0 Tidak Lekat (non sticky)

e 0 Tidak Lekat (non sticky) KONSISTENSI TANAH Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan pertanaman yang diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebaiknya dilakukan pada keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting sebagai penghasil gula. Lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman

Lebih terperinci

DISAIN PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh: ALAM MUHARAM F

DISAIN PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh: ALAM MUHARAM F DISAIN PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING Oleh: ALAM MUHARAM F14102005 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pengolahan lahan merupakan salah satu hal yang penting, kegiatan bercocok tanam.

Pengolahan lahan merupakan salah satu hal yang penting, kegiatan bercocok tanam. Pengolahan Tanah PENDAHULUAN Pengolahan lahan merupakan salah satu hal yang penting, karena merupakan pondasi awal, sebelum bl melakukan lkk kegiatan bercocok tanam. Dengan pengolahan lahan yang baik maka

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

Garu (harrow) 1. Garu piringan (disk harrow)

Garu (harrow) 1. Garu piringan (disk harrow) Garu (harrow) Tanah setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya masih merupakan bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, maka untuk lebih menghancurkan dan meratakan permukaan tanah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

ALAT PENGOLAHAN TANAH PRIMER (BAJAK SINGKAL) (Laporan Praktikum Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian) Oleh: Hendri Setiawan

ALAT PENGOLAHAN TANAH PRIMER (BAJAK SINGKAL) (Laporan Praktikum Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian) Oleh: Hendri Setiawan ALAT PENGOLAHAN TANAH PRIMER (BAJAK SINGKAL) (Laporan Praktikum Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian) Oleh: Hendri Setiawan 1314071028 LABORATORIUM DAYA, ALAT, DAN MESIN PERTANIAN JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 57 PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH Semester : Genap 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Bagus Satrio Pinandito NIM : A1C011072 Rombongan : 12 Asisten : KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang akan digunakan adalah dari daerah Belimbing Sari,

Lebih terperinci

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH. MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH-AIR-TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2013) Lab. Fisika Tanah FPUB TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang

Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di bagian atas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak (soft cly) 2 Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran sekam padi.

1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak (soft cly) 2 Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran sekam padi. ` III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak (soft cly) yang berasal dari desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung tengah 2 Abu sekam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik (Effluent Sapi) Pemakaian pupuk buatan (anorganik) yang berlebihan dan dilakukan secara terus menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. 24 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. 2. Abu ampas tebu (baggase ash)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian 14 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Tanah Deskripsi profil dan hasil analisis tekstur tiap kedalaman horison disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 250 kg/cm 2 dan kuat tekan rencana ditargetkan mencapai 282 kg/cm 2. Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

JUDUL MODUL II: PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON DI LABORATORIUM MODUL II.a MENGUJI KELECAKAN BETON SEGAR (SLUMP) A. STANDAR KOMPETENSI: Membuat Adukan Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium B. KOMPETENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga fase yakni bahan-bahan padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir menempati 50% volume tanah

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F14104084 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR vii UJI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tanah tidak terlepas dari pandangan, sentuhan dan perhatian kita. Kita melihatnya, menginjaknya, menggunakannya dan memperhatikannya. Kita

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 03: Batuan & Tanah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 03: Batuan & Tanah Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 03: Batuan & Tanah Tanah Profil tanah Tanah yang kita ambil terasa mengandung partikel pasir, debu dan liat dan bahan organik terdekomposisi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Tektur Tanah = %pasir, debu & liat dalam tanah Tektur tanah adalah sifat fisika tanah yang sangat penting

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT TANAH PARANITA ASNUR

SIFAT-SIFAT TANAH PARANITA ASNUR SIFAT-SIFAT TANAH PARANITA ASNUR SIFAT FISIKA TANAH Batas- Batas Horison Batas horison satu dengan lainnya dapat terlihat jelas/baur Pengamatan taah di lapangan ketajaman peralihan horisonhorison dibedakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci