Bab II Tinjauan Pustaka
|
|
- Sudomo Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Penelitian terdahulu yang relevan Penelitian terdahulu mengenai pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menentukan rute yang optimum dan penentuan lokasi KP Pratama di Kota Bandung agar menjangkau pelayanan yang optimal telah dilakukan oleh beberapa peneliti: Penelitian yang dilakukan Aprilana (1997), dengan judul Analisis Rute Jalan yang Optimum Menggunakan Program Network ArcInfo. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui rute jalan yang optimum dari satu tempat asal ke tujuan dan mengetahui klasifikasi slope (kemiringan) dan jenis status lahan yang dilalui rute jalan yang optimum tersebut. Pada penelitian ini kriteria jalan raya yang optimum adalah dekat (jumlah total panjang ruas jalan yang terkecil), cepat (jumlah total waktu yang paling kecil dan kecepatan rata-rata > 48 km/jam), murah (jumlah total biaya perjalanan yang paling kecil). Untuk analisis rute jalannya menggunakan software arcinfo. Analisis yang digunakan adalah operasi overlay. Hasil penelitian diperoleh peta rute yang terdekat, informasi lalulintas, informasi setiap jenis lereng di Purwakarta yang dilalui rute terdekat, informasi setiap jenis lahan di Purwakarta. Slamet Muchlasin (2007) meneliti tentang penentuan kriteria yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi KP Pratama dan menentukan lokasi KP Pratama di kota Bandung agar menjangkau pelayanan yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan kriteria yang berpengaruh dalam menentukan lokasi KP Pratama adalah tingkat kesesuaian dengan rencana tata guna lahan, kedekatan dengan wajib pajak/potensi wilayah, dan kedekatan dengan instansi pendukung. Wilayah sangat potensial terletak di Kelurahan Cisantren Kidul, wilayah dengan potensi tinggi berada di Kelurahan Ciumbuelieut, Mekarmulya dan Kelurahan Sekejati Penelitian yang dilakukan Liber Iriyanto Sinaga (2007) dengan judul Analisis Variabel yang mempengaruhi Nilai Sewa Unit-unit Usaha pada Bangunan Komersial Bertingkat Berbasis Struktur Data Jaringan 3 Dimensi (Studi Kasus : Unit-unit usaha di gedung Istana BEC, Kota Bandung. Tujuan penelitian ini
2 8 untuk memperoleh variabel-variabel faktor fisik (luas dan jumlah akses) dan lokasi (tingkatan lantai, jarak ke lift, jarak ke eskalator, jarak ke tangga, dan jarak ke pintu masuk) yang paling mempengaruhi nilai pasar sewa unit-unit pada bangunan komersial bertingkat. Hasil penelitian menunjukkan variabel utama yang mempengaruhi nilai sewa unit adalah jumlah akses (+), tingkatan lantai (-), jarak ke eskalator (-), jarak ke pintu masuk (-), dan jarak ke lift (-). II.2 Struktur data jaringan Suatu jaringan pada umumnya memiliki struktur data jaringan yang dibentuk berdasarkan struktur data topologi titik dan garis (Lo 2002 dalam Sinaga 2007). Topologi merupakan suatu metode matematis yang digunakan untuk mendefinisikan relasional spasial seperti suatu objek terhubung dengan objek apa, suatu objek bersebelahan dengan apa, suatu objek berada di dalam apa atau apa berada di dalam suatu objek. Bentuk utama dari model topologi disebut juga model data Arc-Node. Dimana Arc, adalah rangkaian titik-titik yang diawali dan diakhiri oleh sebuah Node. Oleh karena itu, node merupakan titik persimpangan atau tempat bertemunya dua atau lebih Arc (Aronoff 1989 dalam Sinaga 2007). Model data topologi terbagi menjadi topologi node, topologi arc, topologi poligon, dan data koordinat dari node, seperti yang ditunjukkan pada gambar II.1. berupa gambar struktur data jaringan. node 1 edge 2 5 Id Koord (x,y) Konektifitas From To CostFT CostTF 1 0, , , , , , , ,0 dst Gambar II.1 Struktur data jaringan Berdasarkan gambar II.1 terlihat perbedaan yang mendasar antara struktur topologi umum dengan struktur data jaringan. Perbedaannya pada struktur data
3 9 topologi disusun berdasarkan topologi titik, garis, dan poligon. Sedangkan struktur data jaringan hanya berdasarkan topologi garis dan titik. Besar hubungan dua node dapat diberi bobot untuk lebih mewakili besar hubungan antara dua node tersebut (Sinaga 2007). II.3 Analisis jaringan dengan analisis lintasan terpendek Dalam penentuan lintasan terpendek, terdapat beberapa algoritma yang membahas pencarian lintasan terpendek (Sinaga 2007), yaitu : 1. Algoritma brute-force Mencari lintasan terpendek dengan exhaustive search yaitu dengan mengenumerasi setiap lintasan yang mungkin dengan cara yang sistematis. Dari setiap kemungkinan tersebut dievaluasi satu persatu, selanjutnya bandingkan setiap lintasan yang telah dievaluasi, lintasan yang memberikan nilai terkecil merupakan lintasan terpendek yang dicari, seperti yang ditunjukkan pada gambar II.2 berupa gambar jaringan jalan dengan masingmasing costnya. Gambar II.2 Jaringan jalan dengan masing-masing cost. Dengan menggunakan algoritma brute-force, seandainya akan dicari lintasan terpendek dari node 1 ke node 6. Kemungkinan lintasan dari node 1 ke node 6 ada 4 kemungkinan. Kemudian enumerasi dan evaluasi setiap kemungkinan tersebut. Algoritma ini akan memberikan solusi yang optimal untuk semua kasus graf dengan bobot yang tidak negatif. Tetapi, untuk jumlah simpul yang banyak, algoritma ini kurang tepat, karena membutuhkan waktu komputasi yang lama. Penghitungan jarak tempuh terpendek dari kemungkinan lintasan dari node 1 ke node 6 sesuai gambar II.2 tersaji pada tabel II.1.
4 10 No. Lintasan Jarak Keterangan solusi Tabel II.1 Alternatif lintasan terpendek dari simpul 2. Algoritma djikstra Algoritma djikstra menggunakan prinsip greedy dalam menentukan lintasan terpendeknya. Pada setiap langkah, ambil sisi yang berbobot minimum yang menghubungkan sebuah simpul yang sudah terpilih dengan sebuah simpul lain yang belum terpilih. Lintasan dari simpul asal ke simpul yang baru haruslah merupakan lintasan terpendek diantara semua lintasan yang belum terpilih. Langkah-langkah pencarian lintasan terpendek menggunakan algoritma djikstra : 1. Graf yang dibuat direpresentasikan dalam matriks ketetanggaan dengan anotasi M = [m ij ]. m ij = bobot sisi (i,j) m ii = 0, lintasan dari simpul i ke simpul i (dari dan ke simpul yang sama). m ij =, tidak ada lintasan dari simpul i ke simpul j. 2. Pembuatan tabel dengan anotasi S = [s i ] s i = 1, untuk simpul i yang termasuk lintasan terpendek. s i = 0, untuk simpul i yang tidak termasuk dalam lintasan terpendek. 3. Dibuat tabel keluaran dengan anotasi D = [d i ], yaitu jarak dari simpul awal ke simpul tujuan dan T = [t i ], yaitu waktu dari simpul awal ke simpul tujuan. Dengan : i = simpul awal (dari) yang direpresentasikan oleh garis dalam tabel. J = simpul tujuan (ke) yang direpresentasikan oleh kolom dalam tabel.
5 11 Penyelesaian lintasan terpendek dengan algoritma djikstra pada contoh graf II.2 tersaji pada tabel II (a) matriks ketetanggaan Simpul asal Simpul Tujuan Lintasan Terpendek Jarak (b) lintasan terpendek Tabel II.2 Lintasan terpendek dengan algoritma djikstra 3. Pemrograman dinamis. Lintasan terpendek dicari dengan cara menguraikan solusi menjadi sekumpulan langkah atau tahapan sehingga solusi dari persoalan dapat dipandang sebagai rangkaian keputusan yang saling berkaitan. Solusi pada tahap k+1=(solusi pada tahap k)+(solusi pada tahap k ke tahap k+1), dengan k = 1,2,3,..., n. Pendekatannya terbagi atas: maju (forward atau up-down) dan mundur (backward atau bottom-up). Penyelesaian lintasan terpendek dari simpul 1 ke simpul 6 pada contoh graf gambar II.2 dengan pemrograman dinamis mundur ditunjukkan pada tabel II.3. Lintasan terpendek terpilih dari 3 tahapan pemilihan. Tahapan pertama dimulai dari simpul tujuan (6) dan tahapan terakhir adalah simpul awal (1). Lintasan terpilih yaitu (total 100) dan (total 130) maka lintasan terpendek yang terpilih adalah lintasan Tahap 3 Tahap 2 Tahap 1 S2 S3 S2 S1 L3 S1 L2 So L Tabel II.3 Lintasan terpendek dengan pemrograman dinamis Dari ketiga algoritma pencari lintasan terpendek tersebut, masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan sebagai berikut (Sinaga 2007) : Algoritma brute-force selalu menghasilkan solusi yang optimal. Akan tetapi, algoritma ini hanya cocok untuk simpul yang sedikit, karena waktu
6 12 komputasinya yang besar. Jika waktu komputasi dianotasikan dengan O, maka waktu komputasi yang diperlukan yaitu O(n.n!), dengan n = jumlah simpul. Algoritma dijkstra sama halnya dengan algoritma brute-force selalu menghasilkan solusi optimal. Perbedaannya adalah bahwa algoritma ini waktu komputasinya lebih kecil yaitu O(n 2 ). Program dinamis selalu menghasilkan solusi yang optimal dengan waktu komputasi O(n 3 ). Jika pada algortima dijkstra hanya mencari lintasan terpendek dari satu ke semua simpul lain, maka pada program dinamis semua pasangan lintasan terpendek dicari. Berdasarkan pertimbangan bahwa agar metode ini dapat digunakan untuk suatu data yang besar seperti data jaringan jalan dan data objek pajak yang banyak, penelitian ini menggunakan algoritma dijkstra, sehingga dalam proses pencarian rute terpendek tidak memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu, penulis memanfaatkan analisis jaringan pada software ArcView GIS 3.3 yang menggunakan algoritma djikstra dalam analisis lintasan terpendek untuk mengidentifikasi jarak tempuh terpendek dan waktu tempuh tercepat dari KP PBB Bandung Satu ke objek pajak yang akan dinilai individual atau sebaliknya. II.4 Penilaian individual Penilaian individual merupakan penilaian terhadap objek pajak dengan cara memperhitungkan semua karakteristik dari setiap objek pajak (Kep-533/PJ/2000 tanggal 20 Desember 2000). Penilaian Individual diterapkan untuk objek Pajak umum yang bernilai tinggi (tertentu), baik objek pajak khusus, ataupun objek pajak umum yang telah dinilai dengan Computer Assisted Valuation (CAV) namun hasilnya tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya karena keterbatasan aplikasi program. Proses penilaiannya adalah dengan memperhitungkan seluruh karakteristik dari objek pajak tersebut. Pelaksanaan pendataan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP), sedangkan untuk data-data tambahan dengan menggunakan Lembar Kerja Objek Khusus (LKOK) ataupun dengan lembar catatan lain untuk menampung informasi
7 13 tambahan sesuai keperluan penilaian masing-masing objek pajak. Proses penghitungan nilai dilaksanakan dengan menggunakan formulir penilaian sebagaimana dalam lampiran buku petunjuk teknis penilaian objek khusus PBB atau dengan lembaran khusus untuk objek-objek tertentu seperti jalan tol, bandar udara, pelabuhan laut, lapangan golf, pompa bensin dan lain-lain. Setiap penilaian harus memperhatikan tanggal penilaian yang menjadi dasar ketetapan PBB per 1 Januari tahun pajak sebagaimana diatur pada Pasal 8 ayat 2 UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun Tahapan penilaian individual (Kep-533/PJ/2000 tanggal 20 Desember 2000). 1. Persiapan Kegiatan persiapan penilaian individual pada prinsipnya sama dengan yang dilakukan dalam penilaian massal. a. Menyusun Rencana Kerja b. Menyiapkan SPOP, LSPOP dan LKOK. c. Menyeleksi data-data objek pajak yang perlu dilakukan Penilaian Individual. d. Mengumpulkan data-data lama, sebagai pelengkap, dari objek pajak yang akan dinilai. 2. Penilaian dengan pendekatan data pasar Pada saat ini, untuk kepentingan penilaian, objek pajak PBB, pendekatan data pasar sesuai digunakan untuk penilaian individual terhadap tanah. Sedangkan penilaian untuk bangunan menggunakan pendekatan biaya. a. Pengumpulan data Pelaksanaan kerja pengumpulan data pasar dalam penilaian individual dapat menggunakan formulir pengumpulan data pasar untuk penentuan nilai tanah secara massal. Untuk mendapatkan analisis data yang wajar harus di pertimbangkan hal-hal sebagai berikut : i) Kesesuaian penggunaan dan luas tanah data pembanding dengan objek pajak yang dinilai secara individu. ii) Lokasi dan waktu transaksi yang wajar.
8 14 b. Penilaian Konsep dasar penilaian perbandingan data pasar untuk penilaian individual adalah membandingkan secara langsung data pembanding dengan objek pajak yang dinilai dengan menggunakan faktor-faktor penyesuaian yang lebih lengkap. Penilaian dilakukan dengan cara sebagai berikut : i) Dalam menentukan nilai tanah diperhatikan : 1. Kualitas dan kuantitas data pembanding yang terkumpul. 2. Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) dimana objek pajak berada. ii) Cara membandingkan data dengan faktor-faktor penyesuaian. Faktor-faktor yang mempengaruhi objek pajak yang dinilai dengan diidentifikasi secara detail dan dibandingkan dengan faktor yang sama pada data pembanding, Petugas penilai dapat memilih minimal 3 (tiga) data pembanding yang sesuai dari beberapa data pembanding yang terkumpul. Pada umumnya perbandingan yang dilakukan, meliputi faktor : 1). Lokasi. 2). Aksesibilitas. 3). Waktu transaksi. 4). Jenis data (harga transaksi atau harga penawaran). 5). Penggunaan tanah. 6). Elevasi. 7). Lebar depan (terutama untuk objek komersil). 8). Bentuk tanah. 9). Jenis hak atas tanah. 10). dan lain sebagainya. Besarnya penyesuaian yang akan diberi sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman penilai dengan menyebutkan dasar-dasar pertimbangannya. iii) Hasil penilaian tanah dengan pendekatan data pasar. 1). Apabila diperoleh nilai tanah yang selisihnya terhadap NIR masih dibawah 10%, maka yang digunakan sebagai dasar ketetapan PBB objek pajak yang dinilai adalah NIR. 2). Apabila selisih nilai tanah terhadap NIR sebesar 10% atau lebih, maka nilai tanah hasil penilaian secara individu tersebut dijadikan
9 15 sebagai bahan rekomendasi untuk penentuan NIR tahun pajak yang akan datang yang merupakan sumber informasi bagi Kantor Pelayanan PBB. 3. Penilaian dengan pendekatan biaya Pendekatan biaya digunakan dengan cara menambahkan nilai bangunan dengan nilai tanah. a. Pengumpulan data i) Pengumpulan data tanah Pada dasarnya pengumpulan data tanah dilakukan dengan cara mengisi SPOP. Disamping itu penilai juga diminta untuk mengumpulkan data tanah sebagai berikut : 1) luas 2) lebar depan 3) aksesibilitas 4) kegunaan 5) elevasi 6) kontur tanah 7) lokasi tanah 8) lingkungan sekitar 9) data transaksi di lokasi sekitar Untuk memudahkan pelaksanaan pengumpulan data tanah dan data transaksi digunakan formulir tersendiri. ii) Pengumpulan data bangunan Pengumpulan data bangunan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1) Mengumpulkan data objek pajak dengan mempergunakan SPOP, LSPOP dan LKOK. 2) Data lain yang belum tertampung dicatat dalam catatan tersendiri. b. Penilaian (i) Penilaian tanah Penilaian tanah adalah sebagaimana dalam penilaian dengan pendekatan data pasar.
10 16 (ii) Penilaian bangunan Penilaian bangunan dilakukan dengan cara menghitung nilai perolehan baru bangunan kemudian dikurangi dengan penyusutan bangunan. Nilai perolehan baru bangunan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh/membangun bangunan baru. Penghitungan nilai perolehan baru bangunan ini meliputi biaya komponen utama, komponen material dan fasilitas bangunan. Biaya-biaya tersebut hendaklah sesuai dengan tanggal penilaian dan lokasi objek pajak. Pada dasarnya penilaian individual adalah dengan memperhitungkan karakteristik dari seluruh objek pajak. Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) dapat digunakan sebagai alat bantu dalam penilaian, akan tetapi apabila karakteristik-karakteristik dari objek pajak baik untuk komponen utama, komponen material dan komponen fasilitas bangunan belum tertampung dalam DBKB, perhitungan dapat dilakukan sendiri dengan pendekatan survai kuantitas. c. Konversi Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) (i). Nilai tanah per meter persegi hasil dari analisis penilai dikonversi ke dalam "Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan" berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KMK.04/1993 tanggal 23 Pebruari 1993 Lampiran I dan II sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 273/KMK.04/1995. (ii). Nilai bangunan per meter persegi hasil dari analisis penilai dikonversi ke dalam "Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan" berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KMK.04/1993 tanggal 23 Pebruari 1993 Lampiran I dan II sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 273/KMK.04/1995. (iii). Untuk objek pajak yang terdiri dari lebih dari satu bangunan, konversi dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai seluruh bangunan dan dibagi luas seluruh bangunan. Nilai bangunan per meter persegi rata-rata
11 17 tersebut kemudian dikonversi ke dalam "Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan" berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KMK.04/1993 tanggal 23 Pebruari 1993 Lampiran I dan II sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 273/KMK.04/1995. Objek pajak yang dinilai secara individu memenuhi kriteria : 1. Luas Objek Pajak : a. Luas tanah > m 2 ; b. Jumlah lantai > 4 lantai; c. Luas bangunan > m 2 ; atau 2. Objek Pajak yang nilainya sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 (satu milyar rupiah); atau objek pajak khusus. Dalam prakteknya, pembagian objek pajak ke dalam masing-masing tim penilaian individual hanya didasarkan kepada pengalaman atau pertimbangan tertentu tanpa mendasarkan pada aturan yang baku. Dasar pembagian objek pajak pada masingmasing tim adalah : 1. Pemerataan jenis penggunaan bangunan. Dengan adanya pemerataan ini, setiap tim memperoleh objek pajak yang mewakili dengan jenis penggunaan Stasiun Pengisian Bahanbakar Umum (SPBU), rumah sakit, hotel, dan pusat perbelanjaan. 2. Pemerataan jarak dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangungan (KP PBB) Bandung Satu. Dasar adanya pemerataan jarak adalah bahwa setiap tim akan memperoleh objek pajak yang bervariasi dari segi jarak dari KP PBB Bandung Satu. Berdasarkan Kep-533/PJ/2000 tanggal 20 Desember 2000, dapat disarikan bahwa tahapan penilaian individual meliputi persiapan, pengumpulan data, penilaian tanah, penilaian bangunan, dan penetapan pajak. Dalam penelitian ini, penulis hanya melakukan penelitan tentang penentuan prioritas pendataan objek pajak penilaian individual. Sedangkan tahapan penilaian dan seterusnya tidak dikaji dalam penelitian ini.
12 18 II.5 Menyusun standarisasi Data dari berbagai kriteria belum bisa digunakan dalam menentukan prioritas pendataan objek pajak yang akan dinilai secara individu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan satuan kriteria. Jarak tempuh mempunyai satuan meter, waktu tempuh mempunyai satuan detik, pokok ketetapan mempunyai satuan rupiah, dan status pelunasan tidak mempunyai satuan. Agar bisa dimasukkan dalam persamaan matematika untuk menentukan prioritas, dilakukan standarisasi terhadap data. Standarisasi dilakukan dengan salah satu formula sebagaimana dalam Malczewski (1999), yaitu : - untuk standarisasi nilai maksimum x ij x ij =...(II.1) max x j - untuk standarisasi nilai minimum x j min x ij =...(II.2) x ij dengan : x ij = Skor hasil standarisasi objek pajak i, dengan i = 1,2,3,...,22 dan kriteria j, dengan j = pokok ketetapan, status pelunasan, jarak atau waktu tempuh. x ij = Nilai objek pajak i untuk kriteria j. x max j = Nilai terbesar kriteria j. x min j = Nilai terkecil kriteria j. Standarisasi nilai maksimum dilakukan untuk kriteria pokok ketetapan dan status pelunasan, sedangkan standarisasi nilai minimum dilakukan untuk kriteria jarak dan waktu tempuh. II.6 Penentuan prioritas pendataan Penentuan prioritas pendataan penilaian inidividual menggunakan turunan rumus Bayes. Metode Bayes merupakan metode yang baik di dalam mesin pembelajaran berdasarkan data training, dengan menggunakan probabilitas bersyarat sebagai
13 19 dasarnya (Achmad Basuki, 2006). Formula Bayes yang digunakan untuk menghitung probabilitas : P(H i A) = P(A H i ) P(H i ) P(A)...(II.3) dengan : P(H i ) = Probabilitas hipotesis H i, dengan i = 1,2,3,...,n P(A) = Probabilitas kejadian A. P(H i A) = Probabilitas hipotesis H i di dalam kejadian A. P(A H i ) = Probabilitas kejadian A di dalam hipotesis H i.
Lampiran K Jarak dan waktu tempuh yang diperlukan berdasarkan jumlah tim menurut Kep-369/WPJ.09/KB.01/2007 tanggal 31 Mei 2007
97 Lampiran K Jarak dan waktu tempuh yang diperlukan berdasarkan jumlah tim menurut Kep-369/WPJ.09/KB.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 Tim 1 Hari Rute (ID Jarak Waktu tempuh Alamat objek pajak) tempuh (m) (det.ik)
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK DI KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBab III Pelaksanaan Penelitian
20 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Gambaran umum wilayah penelitian Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak di antara 107 0 32 38.91 Bujur Timur dan 6 0 55
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 91 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 91 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENILAIAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI DASAR PENGENAAN
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DALAM RANGKA PEMBENTUKAN
Lebih terperinciALGORITMA MENCARI LINTASAN TERPENDEK
Abstrak ALGORITMA MENCARI LINTASAN TERPENDEK Indra Fajar 1, Gustian Siregar 2, Dede Tarwidi 3 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
1 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN DAN PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciProgram Dinamis. Oleh: Fitri Yulianti
Program Dinamis Oleh: Fitri Yulianti 1 Program Dinamis Program Dinamis (dynamic programming): - metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan solusi menjadi sekumpulan tahapan (stage) - sedemikian sehingga
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. I.1 Latar belakang
1 Bab I. Pendahuluan I.1 Latar belakang Model penilaian atas bangunan bertingkat yang digunakan dalam menentukan Nilai Jual Objek Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) masih menggunakan metode biaya.
Lebih terperinciProgram Dinamis (dynamic programming):
Materi #0 Ganjil 0/05 (Materi Tambahan) Program Dinamis (Dynamic Programming) Program Dinamis Program Dinamis (dynamic programming): metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan solusi menjadi sekumpulan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK
PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah lintasan terpendek pada pencarian sebuah lintasan dengan jarak yang paling minimum. Untuk mencari lintasan terpendek dari sebuah node sumber ke node lain adalah
Lebih terperinciPROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT
PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id 1 Program Dinamis (dynamic programming): - metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan solusi
Lebih terperinciTIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #10 Ganjil 2015/2016 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI
Materi #10 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Pendahuluan 2 Permasalahan pemrograman dinamis secara umum memiliki proses keputusan yang bersifat multi tahapan (multi-stage). I1 D1 I2 D2 In Dn R1 R2 Rn 6623
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi telah menjadi salah satu kebutuhan penting dalam kegiatan sehari-hari di kehidupan bermasyarakat. Kemajuan teknologi informasi yang ada sekarang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan merupakan Ibukota Sumatera Utara, yang secara geografis terletak pada posisi antara 03. 30' - 03. 48' LU dan 98. 35' - 98. 44' BT dengan ketinggian 30 meter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembuatan Web Sistem Informasi Geografis (SIG) salah satunya didorong karena penggunaan internet yang sangat luas dimasyarakat dan pemerintah, karena internet maka
Lebih terperinciProgram Dinamis (Dynamic Programming)
Program Dinamis (Dynamic Programming) Bahan Kuliah IF2211 Strategi Algoritma Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Teknik Informatika STEI-ITB 1 2 Program Dinamis Program Dinamis (dynamic programming): - metode
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
34 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Prioritas pendataan berdasarkan jarak tempuh Jarak tempuh yang dikaji terbagi menjadi dua, yaitu jarak tempuh dari KP PBB Bandung Satu dan jarak tempuh dari
Lebih terperinciPER - 50/PJ/2008 PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN
PER - 50/PJ/2008 PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN Contributed by Administrator Tuesday, 30 December 2008 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 50/PJ/2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam intensitas aktifitas sosial ekonomi seiring dengan kemajuan ekonomi yang telah terjadi. Jumlah penduduk yang semakin
Lebih terperinciProgram Dinamis (Dynamic Programming)
Program Dinamis (Dynamic Programming) Program Dinamis Program Dinamis (dynamic programming): metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan solusi menjadi sekumpulan langkah (step) atau tahapan (stage)
Lebih terperinciProgram Dinamis Sebagai Algoritma Dalam Link State Routing Protocol
Program Dinamis Sebagai Algoritma Dalam Link State Routing Protocol Biyan Satyanegara / 13508057 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.
Lebih terperinciLandasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut:
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) A. Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut: a) Bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang penting
Lebih terperinciDesign and Analysis Algorithm. Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom. Pertemuan 09
Design and Analysis Algorithm Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom Pertemuan 09 Contents 1 2 5 Algoritma Program Dinamis Lintasan Terpendek (Shortest Path) Penganggaran Modal (Capital Budgeting) 1/0 Knapsack
Lebih terperinciOleh : CAHYA GUNAWAN JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2012
Oleh : CAHYA GUNAWAN 1.05.08.215 JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2012 PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari sering dilakukan perjalanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem informasi adalah suatu sistem manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan. Tujuan dari sistem
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dalam Meningatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bantul. Pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi Bangunan
Lebih terperinciBAB III ALGORITMA BRANCH AND BOUND. Algoritma Branch and Bound merupakan metode pencarian di dalam ruang
BAB III ALGORITMA BRANCH AND BOUND Algoritma Branch and Bound merupakan metode pencarian di dalam ruang solusi secara sistematis. Ruang solusi diorganisasikan ke dalam pohon ruang status. Pohon ruang status
Lebih terperinciPENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) MENGGUNAKAN ALGORITMA RECURSIVE BEST FIRST SEARCH (RBFS)
PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) MENGGUNAKAN ALGORITMA RECURSIVE BEST FIRST SEARCH (RBFS) Hari Santoso 146060300111019 haripinter@gmail.com Prodi Sistem Komunikasi dan Infromatika Teknik Elektro
Lebih terperinciJournal of Informatics and Technology, Vol 1, No 1, Tahun 2012, p
PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA PELAYANAN AGEN TRAVEL KHUSUS PENGANTARAN WILAYAH SEMARANG BERBASIS SIG DENGAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND Windi Rayina Rosa, Drs. Suhartono, M.Kom, Helmie Arif Wibawa, S.Si,
Lebih terperinciDynamic Programming. Pemrograman Dinamis
Pemrograman Dinamis Pemrograman dinamis merupakan suatu teknik analisa kuantitatif untuk membuat tahapan keputusan yang saling berhubungan. Teknik ini menghasilkan prosedur yang sistematis untuk mencari
Lebih terperinciPenerapan Dynamic Programming pada sistem GPS (Global Positioning System)
Penerapan Dynamic Programming pada sistem GPS (Global Positioning System) Christy Gunawan Simarmata - 13515110 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi
Lebih terperinci1 of 11 7/26/17, 12:19 AM
1 of 11 7/26/17, 12:19 AM KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-24/PJ/2016 TENTANG TATA CARA PENILAIAN UNTUK PENENTUAN NILAI JUAL
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau dan kota terbesar di Provinsi Riau. Kebanyakan orang hanya mengenal Pekanbaru sebagai penghasil minyak dan gas saja.
Lebih terperinciPenghematan BBM pada Bisnis Antar-Jemput dengan Algoritma Branch and Bound
Penghematan BBM pada Bisnis Antar-Jemput dengan Algoritma Branch and Bound Chrestella Stephanie - 13512005 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciPenerapan Program Dinamis dalam Menentukan Rute Terbaik Transportasi Umum
Penerapan Program Dinamis dalam Menentukan Rute Terbaik Transportasi Umum Indam Muhammad / 13512026 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.
Lebih terperinciMODUL I PROGRAM DINAMIS
MODUL I PROGRAM DINAMIS 1.1 Tujuan Praktikum Program dinamis merupakan modul pertama yang dipelajari dalam Praktikum Stokastik. Adapun yang menjadi tujuan praktikum dalam modul program dinamis adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah lintasan terpendek berkaitan dengan pencarian lintasan pada graf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah lintasan terpendek berkaitan dengan pencarian lintasan pada graf berbobot yang menghubungkan dua buah simpul sedemikian hingga jumlah bobot sisi-sisi
Lebih terperinciPerbandingan Algoritma Dijkstra dan Algoritma Floyd-Warshall dalam Penentuan Lintasan Terpendek (Single Pair Shortest Path)
Perbandingan Algoritma Dijkstra dan Algoritma Floyd-Warshall dalam Penentuan Lintasan Terpendek (Single Pair Shortest Path) Raden Aprian Diaz Novandi Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Purwadhi (1994) dalam Husein (2006) menyatakan: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Ada beberapa pengertian dari sistem informasi geografis, diantaranya yaitu: a) Purwadhi (1994) dalam
Lebih terperinciPenyelesaian Sum of Subset Problem dengan Dynamic Programming
Penyelesaian Sum of Subset Problem dengan Dynamic Programming Devina Ekawati 13513088 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10
Lebih terperinciPENERAPAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND DALAM MENENTUKAN RUTE TERPENDEK UNTUK PERJALANAN ANTARKOTA DI JAWA BARAT
PENERAPAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND DALAM MENENTUKAN RUTE TERPENDEK UNTUK PERJALANAN ANTARKOTA DI JAWA BARAT M. Pasca Nugraha Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Program Studi Teknik Informatika Institut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Traveling Salesperson Problem selanjutnya dalam tulisan ini disingkat menjadi TSP, digambarkan sebagai seorang penjual yang harus melewati sejumlah kota selama perjalanannya,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dibahas landasan teori mengenai teori-teori yang digunakan dan konsep yang mendukung pembahasan, serta penjelasan mengenai metode yang digunakan. 2.1. Jalur Terpendek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah dalam menentukan lintasan terpendek di antara titik tertentu dalam suatu graph telah banyak menarik perhatian. Persoalan dirumuskan sebagai kasus khusus dan
Lebih terperinciPER - 36/PJ/2011 PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERHUTANAN
PER - 36/PJ/2011 PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERHUTANAN Contributed by Administrator Friday, 18 November 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 36/PJ/2011
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Perancangan program aplikasi yang akan dibuat menggabungkan algoritma Brute Force dan algoritma Greedy yang digunakan secara bergantian pada tahap-tahap tertentu. Karena itu, pada
Lebih terperinciPenerapan Algoritma Branch And Bound Dalam Optimasi Assigment Problem
Penerapan Algoritma Branch And Bound Dalam Optimasi Assigment Problem Halim Munawar - 13505106 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika(STEI) - ITB Jl. Ganesa No.10, Bandung,
Lebih terperinciDAFTAR ISI I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Istilah dan Pengertian PEMBENTUKAN BASIS DATA
DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Istilah dan Pengertian II. PEMBENTUKAN BASIS DATA A. Pengumpulan Data Objek dan Subjek PBB 1. Persiapan a. Penelitian Pendahuluan b.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat kita lihat betapa kompleksnya persoalan persoalan dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer saat ini sangat pesat sekali, dampaknya dapat kita lihat betapa kompleksnya persoalan persoalan dalam kehidupan perkantoran, pendidikan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS MASALAH
BAB III ANALISIS MASALAH Bab ini berisi analisis perbandingan performansi dan hasil akhir penyelesaian masalah pemotongan bar steel dengan algoritma brute force, algoritma greedy, dan algoritma program
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas
Lebih terperinciTUGAS RESUME MATERI KULIAH ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA STRATEGI ALGORITMA : H
TUGAS RESUME MATERI KULIAH ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA STRATEGI ALGORITMA NAMA NIM : HERIANTI : H12111003 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI STATISTIKA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencarian rute terpendek merupakan masalah dalam kehidupan sehari-hari, berbagai kalangan menemui masalah yang sama dalam pencarian rute terpendek (shortest path) dengan
Lebih terperinciImplementasi Algoritma Dijkstra pada Peta Spasial
Implementasi Algoritma Dijkstra pada Peta Spasial Dosen Pembimbing : Dr. Ing Adang Suhendra SSi, SKom, MSc Nama : Idham Pratama Abstract Aplikasi ini bertujuan untuk menentukan lokasi yang spesifik dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, penyelesaian suatu masalah dapat ditangani oleh suatu algoritma. Jenis masalah dapat berkisar dari masalah yang mudah sampai
Lebih terperinciPada perkembangannya ternyata model transportasi ini dapat juga digambarkan dan diselesaikan dalam suatu bentuk jaringan
MODEL ARUS JARINGAN DEFINISI Jaringan (network) = (N, A); N=node, A=arc = sisi=busur. Arc (sisi) terarah mempunyai arah. Jaringan terarah mempunyai semua sisi yang terarah. Path (lintasan) = sekumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mudik merupakan salah satu kegiatan tahunan yang terjadi di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mudik merupakan salah satu kegiatan tahunan yang terjadi di Indonesia. Hampir seluruh masyarakat di Indonesia melakukan kegiatan ini, terutama masyarakat yang berada
Lebih terperinciPenentuan Rute Terbaik pada Permainan Taxi Rider
Penentuan Rute Terbaik pada Permainan Taxi Rider Perbandingan antara Algoritma Greedy dan Pemrograman Dinamis Ezra Hizkia Nathanael - 13510076 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan
Lebih terperinciPencarian Jalur Terpendek dengan Algoritma Dijkstra
Volume 2 Nomor 2, Oktober 207 e-issn : 24-20 p-issn : 24-044X Pencarian Jalur Terpendek dengan Algoritma Dijkstra Muhammad Khoiruddin Harahap Politeknik Ganesha Medan Jl.Veteran No. 4 Manunggal choir.harahap@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya
5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya Traveling salesman problem (TSP) merupakan salah satu permasalahan yang telah sering diangkat dalam berbagai studi kasus dengan penerapan berbagai
Lebih terperinciA. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa
A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa wilayah dalam bentuk informasi spatial (keruangan). GIS
Lebih terperinciParadigma Pemrograman Dinamis dalam Menentukan Rute Distribusi Bahan Bakar Minyak Berdasarkan Kebutuhan Penduduk di Suatu Daerah
Paradigma Pemrograman Dinamis dalam Menentukan Rute Distribusi Bahan Bakar Minyak Berdasarkan Kebutuhan Penduduk di Suatu Daerah Aditya Agung Putra (13510010) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Graph Graf adalah struktur data yang terdiri dari atas kumpulan vertex (V) dan edge (E), biasa ditulis sebagai G=(V,E), di mana vertex adalah node pada graf, dan edge adalah rusuk
Lebih terperinciBUPATI BONE BOLANGO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR TAHUN 2013
BUPATI BONE BOLANGO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONE BOLANGO, Menimbang : bahwa dengan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI. Lintasan Terpendek Lintasan terpendek merupakan lintasan minumum yang diperlukan untuk mencapai suatu titik dari titik tertentu (Pawitri, ) disebutkan bahwa. Dalam permasalahan pencarian
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar belakang masalah
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang masalah Berdasarkan maksud dan tujuan Petunjuk dan Pelaksana (Juklak) Kep- 533/PJ/2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis atau Geografic Information Sistem (GIS) merupakan sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa,
Lebih terperinciPenggunaan Algoritma Dynamic Programming pada Aplikasi GPS Car Navigation System
Penggunaan Algoritma Dynamic Programming pada Aplikasi GPS Car Navigation System Muhammad Anis 1350868 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah dalam menentukan rantaian terpendek diantara pasangan node (titik) tertentu dalam suatu graph telah banyak menarik perhatian. Persoalan dirumuskan sebagai kasus
Lebih terperinciAlgoritma Brute Force (lanjutan)
Algoritma Brute Force (lanjutan) Contoh lain Mencari Pasangan Titik yang Jaraknya Terdekat Persoalan: Diberikan n buah titik (2-D atau 3- D), tentukan dua buah titik yang terdekat satu sama lain. y p 5
Lebih terperinci8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data
Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 29 Tahun : 2015
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 29 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN, PENDATAAN,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Defenisi Graf Graf G didefenisikan sebagai pasangan himpunan (V,E), ditulis dengan notasi G = (V,E), yang dalam hal ini V adalah himpunan tidak kosong dari simpul-simpul
Lebih terperinciAplikasi Teori Graf dalam Pencarian Jalan Tol Paling Efisien
Aplikasi Teori Graf dalam Pencarian Jalan Tol Paling Efisien Rianto Fendy Kristanto ) ) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung 40, email: if706@students.if.itb.ac.id Abstract Makalah ini membahas tentang
Lebih terperinciOPTIMASI RUTE PERJALANAN AMBULANCE MENGGUNAKAN ALGORITMA A-STAR. Marhaendro Bayu Setyawan
OPTIMASI RUTE PERJALANAN AMBULANCE MENGGUNAKAN ALGORITMA A-STAR Marhaendro Bayu Setyawan 2206 100 021 AGENDA PEMBUKAAN DASAR TEORI Latar belakang Permasalahan Batasan masalah Tujuan Permasalahan Lintasan
Lebih terperinciModel Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan
Model Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Peta Tematik Data dalam SIG disimpan dalam bentuk peta Tematik Peta Tematik: peta yang menampilkan informasi sesuai dengan tema. Satu peta berisi informasi dengan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 208 TAHUN 2012 TENTANG
JlL>/ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 208 TAHUN 2012 TENTANG PENILAIAN DAN PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Algoritma Algoritma merupakan urutan langkah langkah untuk menyelesaikan masalah yang disusun secara sistematis, algoritma dibuat dengan tanpa memperhatikan bentuk
Lebih terperinciPERANCANGAN APLIKASI MENCARI JALAN TERPENDEK KOTA MEDAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DJIKSTRA
PERANCANGAN APLIKASI MENCARI JALAN TERPENDEK KOTA MEDAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DJIKSTRA Fitria Ariska Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan ABSTRAK
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 31 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDATAAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMata Kuliah Penelitian Operasional II OPERATIONS RESEARCH AN INTRODUCTION SEVENTH EDITION BY HAMDY A. TAHA BAB 6.
Mata Kuliah Penelitian Operasional II OPERATIONS RESEARCH AN INTRODUCTION SEVENTH EDITION BY HAMDY A. TAHA BAB 6 Analisis Jaringan Dipresentasikan oleh: Herman R. Suwarman, S.Si Pendahuluan- Ilustrasi
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK DAN POKOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 32 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, selalu dilakukan perjalanan dari satu titik atau lokasi ke lokasi yang lain dengan mempertimbangkan efisiensi waktu dan biaya sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sangat pesat. Sehubungan dengan keadaan tersebut hampir seluruh aspek kehidupan memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Simulasi Sistem didefinisikan sebagai sekumpulan entitas baik manusia ataupun mesin yang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam prakteknya,
Lebih terperinciEksplorasi Algoritma Brute Force, Greedy, dan Dynamic Programming untuk Persoalan Integer Knapsack
Eksplorasi Algoritma Brute Force, Greedy, dan Dynamic Programming untuk Persoalan Integer Knapsack Muhamad Pramana Baharsyah, Sulistyo Unggul Wicaksono 2, Teguh Pamuji 3, Rinaldi Munir 4 Abstrak Laboratorium
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DAN PELAYANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciWALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KLASIFIKASI DAN PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI KOTA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman serba modern ini, peta masih digunakan oleh kebanyakan orang untuk menuju suatu tempat. Lintasan yang dipilih untuk menuju tujuan pastilah lintasan yang
Lebih terperinciMODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR
MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh : NUGROHO HARIMURTI L2D 003 364 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.03/2014
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENDATAAN OBJEK PAJAK DAN SUBJEK PAJAK ATAU WAJIB PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2009, 2014 KEMENKEU. Pajak. PBB. Pendaftaran. Pendataan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.03/20144 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciPBB (PAJAK BUMI DAN/ATAU BANGUNAN)
PBB (PAJAK BUMI DAN/ATAU BANGUNAN) 1. OBYEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Objek PBB : Bumi dan atau Bangunan. Bumi : - permukaan bumi : tanah / daratan perairan : pedalaman (sungai, terusan, danau, rawa, tambak,
Lebih terperinciGambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Algortima Semut Koloni semut merupakan algoritma yang bersifat heuristik untuk menyelesaikan masalah optimasi. Algoritma ini diinspirasikan oleh lingkungan koloni semut pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyelesaikan masalah maka perlu dirumuskan terlebih dahulu langkahlangkah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer merupakan salah satu alat bantu untuk menyelesaikan masalah. Untuk dapat menyelesaikan masalah maka perlu dirumuskan terlebih dahulu langkahlangkah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Traveling Salesmen Problem (TSP) Travelling Salesman Problem (TSP) merupakan sebuah permasalahan optimasi yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan seperti routing. Masalah
Lebih terperinciPenerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem
Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem Arie Tando (13510018) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinci