BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sudirman Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LOKASI PENGAMBILAN BAHAN LUMPUR Sudah satu tahun lebih sejak 29 Mei 2006, lautan lumpur panas telah menyembur di daerah Porong Sidoarjo, Jawa Timur, 35 Km di selatan kota kedua terbesar Indonesia, Surabaya. Awal terjadinya erupsi lumpur berada pada sumur eksplorasi gas Banajr Panji-1 yang telah mencapai pengeboran pada kedalaman 3 Km dari permukaan tanah. Lumpur awalnya mengalir lewat celah pengeboran sampai 1,8 Km dimana semen dimasukan untuk menghentikan aliran tersebut. Hal ini menyebabkan lumpur yang tertekan mencari celah lain untuk sampai ke permukaan yang akhirnya muncul di sekitar 180 m dari posisi sumur eksplorasi tersebut. Erupsi lumpur ini bukan hanya terus berlanjut tetapi debitnya pun meningkat dari pada awalnya 5000 m 3 /hari sampai m 3 /hari yang dilaporkan pada Januari Diliahat dari kejadian ini dan berdasarkan data-data geologi, hal ini adalah peristiwa geologis yang disebut Mud Volcano yang kemungkinan besar sulit untuk dihentikan dan bisa berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama hingga puluhan tahun. Bahan lumpur untuk sampel uji diambil di bagian utara dari kolam lumpur di Porong Sidoarjo Jawa Timur yaitu daerah yang terdekat dengan pusat semburan lumpur yang terbesar. Hal ini dimaksudkan agar sampel yang terambil belum terkontaminasi dengan zat atau mineral ikutan lain yang ada dalam kolam penampungan atau pond, sehingga sampel yang terambil merupakan lumpur yang masih baru. 6
2 Gambar 2.1 : Peta lokasi pengambilan sampel lumpur dari Porong, Sidoarjo Jawa Timur (3) Gambar 2.2 : Citra satelit kolam penampungan luapan lumpur (4). 2.2 FENOMENA GUNUNG LUMPUR Banjar Panji-1 adalah Sumur eksplorasi yang menargetkan gas yang ada pada jaman Oligo-Miocene pada Forasi Karbonat Kujang di Basin Jawa Timur. Pada tanggal 29 Mei 2006 adalah awal terjadinya erupsi gas, air dan lumpur di lokasi pengeboran eksplorasi milik PT. Lapindo Brantas. Semburan lumpur ini kemudian disebut LuSi atau Lumpur mud Sidoarjo yang terjadi pada saat pengeboran disekitar lubang bor Banjar Panji-1. Hal ini diduga dipipicu oleh pengeboran pada daerah overpressured porous and permeable limestones pada kedalaman 2830 meter di bawah permukaan tanah, dan diyakini bahwa lubang bor menyebabkan adanya koneksi tekanan tinggi 7
3 antara aquifer dan lapisan lumpur dibawah tanah. Jika pada titik ini tidak terlindung oleh steel casing, maka tekanan yang besar akan menyebabkan hydarulic fracture atau keretakan, dan fracture dapat menjalar sampai ke permukaaan dimana fluida dan sediment yang terperangkap dapat ikut terbawa sehingga terjadi erupsi. Gambar 2.3 : Skema tiga dimensi dari proses pembentukan mud volcano (5) Mud volcano atau gunung lumpur adalah gejala alam yang unik dan biasa terjadi di daerah compressional tectonic belts serta slope di bawah laut. Pada basin Jawa Timur, terdapat serangkaian East-west Striking half-graben yang aktif pada masa Paleogene dan aktif kembali terkompresi pada masa awal Miocene sampai sekarang. Pada basin oligo-miocene sampai sekarang dipenuhi material carbonate laut dangkal dan lumpur laut yang beberapa bagian mengalami overpressured dan sebagian kecil dari daerah inilah lokasi dari sumur eksplorasi Banjar Panji-1 Porong Sidoarjo. 8
4 Skema 3 dimensi proses terjadinya erupsi lumpur pada sumur Banjar Panji-1 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.4 : Skema tiga dimensi proses terjadinya luapan lumpur di Porong, Sidoarjo (6). 9
5 Menurut sumber data geologi yang ada, dari bulan Maret sampai Mei 2006 proses pengeboran awalnya memasuki (A)lapisan masa Pleistocene yaitu formasi Pucangan dan Kabuh, (B)Pada Mei 2006 kemudian ~1000 M memasuki lapisan overpressured muds dan sebagian sand interbeds yaitu pada lapisan upper Kalibeng Formation, (C)lalu ~1300 M memasuki lapisan interbeded sands and muds,dan (D)akhirnya mata bor menenembus lapisan limestone yang dianggap sebagai Formasi Kujung yang juga overpressured dan kemudian terjadi kick atau influx fluida ke dalam sumur bor, karena tidak ada casing hal ini menyebabkan hydrofracture di lapisan tersebut. Selanjutnya fluida dan drilling mud memasuki sumur bor dan menekan keatas melewati lapisan berpori ( permeable ) dan fracture system. Hal ini terjadi terus-menerus yang menyebabkan terjadinya mixing pada lapisan lumpur dan terdorong keatas hingga mencapai permukaan. Karena banyaknya material yang keluar maka pada lapisan tersebut terjadi pergeseran kebawah sehingga di permukaan tanah terjadi subsidence, dan pada lubang dipermukaan akan terbentuk kaldera. Lumpur panas yang keluar berasal dari suatu lapisan tebal di bawah tanah yang berisi lumpur overpressured shale yang dapat keluar karena adanya perbedaaan tekanan tinggi, lebih tinggi dari pada tekanan hidrostatis. Lapisan itu bersifat labil dan sangat mudah bergerak. Hal ini karena belum matangnya proses sedimentasi pada lapisan tersebut atau lapisan ini belum terkompaksi secara sempurna. Lumpur ini berasal dari sedimentasi batuan vulkanik yang umurnya tidak lebih dari 5 juta tahun yang diendapkan pada laut dangkal. Hal ini diperkuat dengan rasa air yang keluar bersama lumpur tersebut yang terasa asin. Hasil analisa memperlihatkan kandungan air didominasi oleh unsur Natrium (Na), Magnesium (Mg), dan Kalsium (Ca) dengan rata-rata kandungan diatas 8 mg/l dan Klorida (Cl) rata-rata 1.8 mg/l ( ). Pada lapisan batuan yang telah mengalami proses perubahan hidrotermal (panas air) yang berasal dari endapan laut kuno biasanya dijumpai adanya kandungan mineralmineral seperti pirit, albit, kaolinit, dan halit. Mineral-mineral ini kemungkinan terkandung dalam lumpur yang menyembur di Porong ini, dan dapat dilihat hasilnya jika dilakukan pengujian dengan difraksi sinar-x. 10
6 Tabel 2.1 Kandungan mineral Lumpur dari Mud Volcano (7) Nama Mineral Nama Senyawa Rumus Senyawa Albite Sodium aluminum silicate NaAlSi 3 O 8 Quartz Silicone Oxide SiO 2 Orthoclas Potasium sodium aluminum silicate (Na,K) (Al Si 3 O 8 ) Kaolinite Aluminum hydroxide silicate Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 Potassium calcium magnesium sufate Halite hydrate K 2 Ca 2 Mg(SO 4 ) 4.2H 2 O 2.3 Karakteristik Lumpur Sidoarjo Sediment laut dangkal dapat terkumpul pada lempeng oceanic dan bergeser kebawah lempeng continental, jika sediment tersebut terakumulasi secara cepat kebawah lempeng continental maka air dapat terjebak di dalam pori dan hal ini dapat menyebabkan sediment tidak terkompaksi oleh tekanan, sehingga reservoir lumpur terjebak di dalam. Pada kasus di Sidoarjo reservoir lumpur terdapat di sekitar 2.7 Km dibawah permukaan tanah. Analisa kimia mengenai kandungan yang terdapat didalam lumpur asal Sidoarjo ini dapat diperlihatkan melalui tabel 2.2. Pada sampel lumpur yang merupakan campuran antara padatan dan cairan ini kemudian dilkukan pengendapan untuk memisahkan antara air dan padatannya. Air hasil pemisahan ini terasa asin, hal ini menjelaskan adanya kandungan garam didalamnya. Lumpur ini diperkirakan berasal dari lapisan sedimentasi laut dangkal Madura Purba yang terkubur pada zaman Pleistocene pada daerah Upper Kalibeng Formation. Karena lumpur yang keluar merupakan lumpur panas, hasil mixing antara fluidsediment yang ada pada lapisan ini kemungkinan besar didaerah tersebut juga berlangsung aktivitas geotermal yang memiliki temperatur tinggi sehingga erupsi lumpur tersebut memiliki temperatu sekitar 60 0 C dan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang bersifat asam. Hasil analisa XRD untuk sampel lumpur memperlihatkan adanya keunikan pada karakteristiknya yaitu terdapatnya mineral albit. 11
7 Mineral albit merupakan mineral silikat yang terbentuk dari proses altreasi pada lingkungan yang asam yang berasal dari mineral jenis feldspar dengan proses yang disebut albitisasi baik pada temperatur tinggi maupun rendah. Adanya mineral ini menunjukan bahwa lumpur ini berasal dari proses sedimentasi pada lautan dangkal. Sedangkan pada lapisan lempung biasa terdapat kandungan Kaolonit, Montmorillonit, dan Illit. Perdebatan terjadi apakah lumpur tersebut aman untuk dialirkan kelaut. Menurut para pakar, lumpur ini berasal dari laut maka tidak ada salahnya jika kembali dialirkan ke laut. Dari hasil komposisi kimia dari lumpur juga dapat memperlihatkan bahwa kandungan unsur yang terdapat dalam lumpur rata-rata memilki ambang batas standar yang diperbolehkan untuk dibuang ke laut. Namun mekanismenya harus ditentukan secara seksama. Hasil Lab No Parameter Satuan Standar Minimum Maksimum 1 Bau bau bau 2 Temperatur C ph Besi (Fe) mg/l Mangan (Mn) mg/l Tembaga (Cu) mg/l Seng (Zn) mg/l Fluorida (F) mg/l Chromium (Cr) mg/l Cadmium (Cd) mg/l Timbal (Pb) mg/l Cobalt (Co) mg/l Nikel (Ni) mg/l Sianida (CN) mg/l 0.5 < Belerang (S) mg/l Nitrat mg/l 30 < Nitrit mg/l Amoniak bebas mg/l 5 < Klorin (Cl) mg/l Phenol mg/l Oil and grease mg/l
8 2.4 PROSES PEMBAKARAN BAHAN KERAMIK Keramik adalah bahan padat anorganik non logam yang dibakar pada suhu tinggi. Bahan keramik merupakan bahan dasar penyusun kerak bumi seperti SiO 2, Al 2 O 3, CaO, MgO, K 2 O, Na 2 O dan sebaginya yang tersedia di alam. Beberapa produk keramik diantaranya adalah gerabah, porselan, gelas, semen, bata dan refrraktori. Produk keramik dapat diproduksi dalam berbagai bentuk ukuran, komposisi bahan, temperatur pembakaran dan bermacam-macam bentuk produk. Beberapa proses yang dilakukan untuk pembuatan keramik yaitu: penyiapan bahan mentah, proses pembentukan, dan proses pembakaran. Proses pembakaran terdiri dari beberapa tahapan yaitu: Reaksi pendahuluan menuju sintering, termasuk didalamnya habis terbakarnya bahan pengikat, sintering, dan pendinginan termasuk didalamnya annealing secara thermal dan kimia. Sintering adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi produk selama pembakaran. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam produk, partikel-partikel telah saling bergabung, bersama-sama membentuk agregat yang lebih kuat. Istilah sintering sering diinterpretasikan untuk menyatakan telah terjadinya penyusutan dan densifikasi. Temperatur sintering produk umumnya tidak melebihi 1/2 sampai 2/3 temperatur leleh namun cukup untuk mendifusi atom dalam keadaan padat. Sintering terdiri dari tiga tahap yaitu : 1. Tahap awal, memiliki ciri : Bentuk pori membulat Pembentukan leher di titik kontak antar partikel Densitas relatif berkisar densitas teoritis 2. Tahap menengah, memiliki ciri : Ukuran leher bertambah Jumlah porositas berkurang Jarak antar partikel mengecil Terbentuk saluran pori berbentuk pipa Densitas relatif mencapai densitas teoritis 13
9 3. Tahap akhir, memiliki ciri : Hubungan antar pori terputus Terbentuk pori yang terisolasi di batas partikel Ukuran butir meningkat Gambar 2.5: Perubahan geometri partikel bola selama sintering, (a) Sebelum berlangsung, (b) Tahap awal, (c) Tahap antara, (d) Tahap akhir, (e) Proses selesai ( ). Tahap awal sintering sangat berpengaruh terhadap penyusutan benda uji. Pembentukan dan pertumbuhan leher terjadi melalu beberapa mekanisme perpindahan massa, diantarnya : 1. Evaporasi kondensasi 2. Difusi kisi pada permukaan 3. Difusi permukaan 4. Difusi batas butir 5. Difusi kisi pada batas butir 14
10 Gamabar 2.6 Mekanisme perpindahan massa pada sintering : (1) Evaporasi kondensasi; (2) Difusi kisi pada permukaan; (3) Difusi permukaan; (4) Difusi batas butir; (5) Difusi kisi pada batas butir Mekanisme 1, 2, dan 3 dikenal sebagai mekanisme adhesi karena hanya menyebabkan perpindahan massa dari permukaan menuju leher tanpa mengalami penyusutan permukaan partikel. Sedangkan mekanisme 4 dan 5 dikenal sebagai densifikasi karena menyebabkan penyusutan produk sinter. Gambar 2.7 : Skematik geometri partikel bola yang mengalami perpindahan massa ( ). Berdasarkan pengetahuan bahwa pembakaran pada suhu tertentu terhadap suatu material akan menyebabkan perubahan sifat fisik mekanik dan mineraloginya, maka dalam penelitian ini akan dicoba mencampurkan lumpur tersebut dengan bahan lain agar sesuai untuk bahan pembuatan batubata misalnya, ditambahkan clay atau pasir, yang kemudian dibakar pada suhu tertentu untuk melihat perubahan sifat fisik dan mekaniknya. 15
11 Dalam pembuatan batubata ataupun bahan keramik lainnya, ada tiga faktor bahan baku yang berperan dalam prosesnya, faktor-faktor tersebut adalah : 1. Bahan pengikat 2. Bahan pengisi 3. Bahan pelebur 1) Bahan pengikat, harus memiliki sifat plastis dan fungsinya pada saat sebelum dibakar adalah kemudahan untuk dibentuk dan kekuatan kering. Sedangkan apabila telah dibakar akan memberikan warna yang spesifik dan kekutan bakar yang tinggi. Contohnya ball clay. 2) Bahan pengisi, sifatnya harus memiliki susut yang rendah dan titik lebur yang tinggi. Sebelum dibakar berfungsi sebagai kerangka/agregat yang mencegah perubahan bentuk dan mengatur susut kering. Setelah dibakar dapat sebagai kerangka/agregat dan mengurangi susut bakar, tetapi bahan pengisi ini dapat memperbesar porositas. Comtohnya silika 3) Bahan pelebur, biasanya memiliki susut lebur rendah. Sebelum pembakaran berfungsi sebagai kerangka/agregat, mengurangi susut kering dan mencegah perubahan bentuk. Setelah pembakaran bahan pelebur dapat membentuk massa gelas, mengikat butiran agregat satu dengan lain sehingga menjadi kompak, mengurangi porositas dan menambah susut bakar. Contohnya feldspar. Pengujian sifat fisik dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari batubata yang dihasilkan apakah dapat digolongkan ke dalam klasifikasi batubata sebagai bahan konstruksi yang memiliki sifat fisik cukup baik atau tidak. Karena pembakaran produk yang dihasilkan berasal dari lumpur asal Sidoarjo ini akan diterapkan untuk pembuatan batubata, maka acuan yang dipakai adalah Standar Nasional Indonesia dalam pembuatan batubata dan sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan batubata adalah : 1. Penyusutan 16
12 2. Densifikasi 3. Waktu pembakaran 4. Kuat lentur Penyusutan Linear Penyusutan linear atau penyusutan panjang adalah proses berkurangnya ukuran panjang dari suatu benda uji dari tanah-tanah dan masa-masa keramik, baik dalam keadaan kering maupun dalam keadaan sesudah dibakar yang dibandingkan terhadap waktu pembakaran. Penyusutan dalam keramik dibedakan antara susut kering dan susut bakar. Susut kering adalah pengurangan panjang suatu benda uji dari keadaan plastis ke keadaan kering udara, yang diperhitungkan dari keadaan plastis, atau berkurangnya ukuran benda uji setelah dikeringkan terhadap ukuran benda uji pada waktu masih basah atau setelah dicetak (dalam %). Susut kering sebaiknya tidak lebih dari 10% (menurut manuskrip Standard SNI,1983) Susut bakar adalah berkurangnya ukuran benda uji setelah dibakar terhadap ukuran benda uji setelah kering (dalam %). Biasanya susut kering dijumlah dengan susut bakar, hasil penjumlahan tersebut sering disebut susut jumlah. l Penyusutan = x 100% lo W W x W 1 2 Susut Bakar = 100% dimana : l adalah perubahan panjang benda uji (mm) lo adalah panjang awal (mm) sedangkan untuk penyusutan linear dihitung dengan menggunakan rumus : n L t = ZT ( ). Lo A 1 2 m Susut Bakar Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui seberapa berat benda uji pada awal sebelum pembakaran dengan berat setelah pembakaran pada suhu tertentu. Hal ini dimaksudkan supaya dapat diketahui pengurangan berat benda uji seiring dengan penambahan atau pengurangan bahan bakunya dari berbagai suhu pembakaran. 17
13 Cara pengukuran densifikasi adalah benda uji setelah kering, dibakar, kemudian ditimbang dan diukur panjang, lebar serta tingginya. Volum benda uji dapat dihitung dari perkalian panjang, lebar, dan tinggi Kuat Lentur Kuat lentur adalah hasil bagi momen lentur yang terbesar dan momentum perlawanan yang terjadi pada beban lentur maksimum atau pada patahnya benda uji. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar benda uji dapat menahan beban (beban pada saat patahnya benda uji). Pengujian dilakukan dengan alat khusus dimana benda uji ditempatkan pada dua buah batang penumpu berbentuk silinder atau persegi panjang dan berjarak sumbu 10 cm kemudian diberi beban secara tegak lurus dengan kecepatan tertentu sampai benda uji patah. Beban maksimum yang mematahkan benda uji diberi symbol G. adapun kuat lentur benda uji dapat dihitung dengan rumus: K = 3. G. P 2 2. L. t Dimana : K = kuat lentur (kg/cm 2 ) G = beban yang mematahkan benda uji (kg) P = Jarak antara kedua titik penumpu (cm) L = Lebar benda uji (cm) t = Tebal benda uji (cm) Gambar 2.8 : Skema pengujian kuat lentur (8) 18
BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo
BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BAHAN BATA KONSTRUKSI HASIL PEMBAKARAN DENGAN MEMANFAATKAN LUMPUR ASAL SIDOARJO
KARAKTERISTIK BAHAN BATA KONSTRUKSI HASIL PEMBAKARAN DENGAN MEMANFAATKAN LUMPUR ASAL SIDOARJO Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN
BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang di gunakan dalam pembuatan sampel bata skala lab adalah : 1. Lumpur Sidoarjo yang sudah dipasahkan dan dikeringkan dari airnya, 2. Lempung
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO
KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi
Lebih terperinciBAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5
Lebih terperinciNo. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI
No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur
BAB III DASAR TEORI 3.1. Semen Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur dengan air. Semen dihasilkan dari pembakaran kapur dan bahan campuran lainnya seperti pasir silika dan tanah
Lebih terperinciPENELITIAN ENDAPAN LUMPUR DI DAERAH PORONG KABUPATEN SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR
PENELITIAN ENDAPAN LUMPUR DI DAERAH PORONG KABUPATEN SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR Rudy Gunradi 1, Sabtanto Joko Suprapto 2 1,2 Kelompok Program Penelitian Konservasi SARI Lumpur dengan kandungan bahan
Lebih terperinciBAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON
BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM CAMPURAN BETON NORMAL
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM CAMPURAN BETON NORMAL Jonie Tanijaya 1 dan Mardiana Oesman 2 1 Program Studi Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciPotensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beraneka ragam, diantaranya minyak bumi, gas bumi, batubara, gas alam, geotermal, dll.
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN
PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEMEN PORTLAND
LAPORAN PENELITIAN PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEMEN PORTLAND Oleh : YONI DWI PRASETYO (0631010080) CITRA IKA LESTARI (0631010091) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR
BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. Gambar 1 : Peta Area Terdampak
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Peta Area Terdampak Peta tersebut menjelaskan bahwa daerah yang masuk area wilayah sebagaimana yang ada dalam Peta diatas penanganan masalah sosial ditanggung oleh PT. Lapindo
Lebih terperinciBAB II ZAT DAN WUJUDNYA
BAB II ZAT DAN WUJUDNYA Zat adalah : Sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Wujud zat ada 3 macam : padat, cair, dan gas 1. MASSA JENIS ZAT ( ) Yaitu perbandingan antara massa dan volume zat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan
Lebih terperinciTARIF LINGKUP AKREDITASI
TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan
Lebih terperinciI. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan
I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari
Lebih terperinciKriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology
Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI 1987 Construction s Materials Technology Pasir Beton Pengertian Pasir beton adalah butiranbutiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan ukuran butirnya sebagian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar sebagai penopang tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan
Lebih terperinciBAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum
BAB V KIMIA AIR 5.1 Tinjauan Umum Analisa kimia air dapat dilakukan untuk mengetahui beberapa parameter baik untuk eksplorasi ataupun pengembangan di lapangan panas bumi. Parameter-parameter tersebut adalah:
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT
BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT 4.1 Tinjauan Umum Manifestasi permukaan panas bumi adalah segala bentuk gejala sebagai hasil dari proses sistem panasbumi
Lebih terperinciLampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)
Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA
BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA 3.1 Data Geokimia Seperti yang telah dibahas pada bab 1, bahwa data kimia air panas, dan kimia tanah menjadi bahan pengolahan data geokimia untuk menginterpretasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu senyawa yang sangat penting bagi semua makhluk hidup. Pada dasarnya air memegang peranan penting dalam proses fotosintesis, respirasi maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU
85 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No Parameter Satuan A. FISIKA Bau Jumlah
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN AIR BAKU
BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat
Lebih terperinciGUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR
GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR I. DATA PEMOHON Data Pemohon Baru Perpanjangan Pembaharuan/ Perubahan Nama Perusahaan Jenis Usaha / Kegiatan Alamat........
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian
11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan
Lebih terperinciBAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan
Lebih terperinciL A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH
L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH 323 BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI KECAP PARAMETER BEBAN PENCEMARAN Dengan Cuci Botol (kg/ton) Tanpa Cuci Botol 1. BOD 5 100 1,0 0,8 2. COD 175 1,75 1,4 3. TSS
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu tahapan paling awal dalam perencanaan pondasi pada bangunan adalah penyelidikan tanah. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR
POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR Amalia dan Broto AB Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama
Lebih terperinciTANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :
TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB III TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Tambang Zeolit di Desa Cikancra Tasikmalaya Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi.
Lebih terperinciBAB V KERAMIK (CERAMIC)
BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu unsur yang hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk bangunan rumah misalnya, beton dijadikan elemen penting sebagai konstruksi
Lebih terperinciSemen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses
Semen (Portland) Semen didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping (bahan utama) dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana ekologis nasional lumpur panas yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur dimulai pada tanggal 28 Mei 2006, saat gas beracun dan lumpur
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Bata Beton Bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan utama semen Portland, air dan agregat yang dipergunakan untuk pasangan dinding. Bata
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISIS
BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Lebih terperinciNO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 16 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia
SNI 0324612002 Standar Nasional Indonesia ICS 91..30 Badan Standarisasi Nasional Prakata Metode oengambilan dan pengujian beton inti ini dimaksudkan sebagai panduan bagi semua pihak yang terlibat dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Agregat Halus Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil olahan sesuai dengan SNI 03-6820-2002. Riyadi (2013) pada penelitian
Lebih terperincia. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis
BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi
Lebih terperinciBAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN
BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN 5.1 Tinjauan Umum Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara batuan dengan fluida hidrotermal. Proses yang
Lebih terperinciHubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan
STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan
Lebih terperinciselanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipakai adalah laboratorium BKT FTSP UII, laboratorium Teknik Lingkungan dan laboratorium terpadu Universitas Islam Indonesia. Adapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Kebanyakan para peneliti telah bereksperimen dengan penambahan suatu bahan lain
Lebih terperinciTARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA
TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris
Lebih terperinciLOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra
LOGO I Made Indra Maha Putra 3308100041 Pembimbing : Alfan Purnomo, S.T.,M.T. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur Sidang Lisan Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri di Indonesia semakin pesat dalam bermacammacam bidang, mulai dari industri pertanian, industri tekstil, industri elektroplating dan galvanis,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, jembatan, jalan, bendungan menggunakan beton. Pada bangunan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan
Lebih terperinciPENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Abdul Halim, M. Cakrawala dan Naif Fuhaid Jurusan Teknik Sipil 1,2), Jurusan Teknik Mesin 3), Fak. Teknik, Universitas
Lebih terperinciJenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-028-IDN Alamat Bidang Pengujian : Jl. Jend. Ahmad Yani No. 315, Surabaya 60234 Bahan atau produk Gaplek SNI 01-2905-1992 butir 7.1 Pati Serat Pasir/Silika
Lebih terperinciMETALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh
METALURGI SERBUK By : Nurun Nayiroh Metalurgi serbuk adalah metode yang terus dikembangkan dari proses manufaktur yang dapat mencapai bentuk komponen akhir dengan mencampurkan serbuk secara bersamaan dan
Lebih terperinciBAB VI KACA (GLASS) BAB VI KACA (GLASS)
BAB VI KACA (GLASS) Kaca (glass) termasuk salah satu anggota keramik. Aplikasi kaca yang sudah dikenal luas adalah wadah (botol, gelas), lensa, kaca serat(fiberglass). Kaca adalah material silikat nonkristalin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan
Lebih terperinciLOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION
LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume
Lebih terperinciKeramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing
Keramik KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik Keramik Keramik Definisi: material padat anorganik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi yang mendorong kita lebih memperhatikan standar mutu serta produktivitas
Lebih terperinciSNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-080-IDN Bahan atau produk yang Jenis Pengujian atau sifat-sifat yang Spesifikasi, metode pengujian, teknik yang Kimia/Fisika Pangan Olahan dan Pakan Kadar
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF
TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF DIMAS P. DIBIANTARA 3110.105.020 Dosen Konsultasi: Dr. Eng. Januarti Jaya Ekaputri, ST.,MT.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.
Lebih terperinciMATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1
MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar
68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga
20 III. METODE PENELITIAN A. Umum Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Obyek dalam penelitian ini adalah paving block dengan
Lebih terperinciBAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam
BAB III BAHAN KERAMIK Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan bahan bukan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam (metallic) dan non logam (non metallic) dengan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut
Lebih terperinciPotensi Lumpur Lapindo Sebagai Bahan Baku Tambahan Pembuatan Batu Bata
Potensi Lumpur Lapindo Sebagai Bahan Baku Tambahan Pembuatan Batu Bata *) Rofikatul Karimah *) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas 246 Malang 65144 Karimah@umm.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan manusia maupun kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air adalah merupakan bahan yang sangat vital
Lebih terperinciJenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-607-IDN Fisika/Kimia/ Tepung terigu Keadaan produk: Bentuk, Bau, Warna SNI 3751-2009, butir A.1 Mikrobiologi Benda asing SNI 3751-2009, butir A.2 Serangga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses peleburan logam. Slag berupa residu atau limbah, wujudnya berupa gumpalan logam, berkualitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah. Nawy (1995), dalam
Lebih terperinciBAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA
BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA IV.1 TINJAUAN UMUM Pengambilan sampel air dan gas adalah metode survei eksplorasi yang paling banyak dilakukan di lapangan geotermal.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tragedi lumpur Lapindo Brantas terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar Desa Renokenongo (Wikipedia,
Lebih terperinciNama : Peridotit Boy Sule Torry NIM : Plug : 1
DIAGENESA BATUAN SEDIMEN Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat,
Lebih terperinciTIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik
TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 1 KERAMIK #1 TIN107 Material Teknik Definisi Keramik 2 Sebuah klasifikasi dari material yang berbahan dasar tanah liat (clays), pasir (sands) dan feldspar. Tanah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Karakteristik Tanah Lempung Tanah selalu mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi pekerjaan konstruksi. Kebanyakan problem tanah dalam keteknikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Beton merupakan material struktur yang sudah sangat dikenal dan telah digunakan secara luas oleh manusia dalam membuat struktur bangunan. Dalam ilmu geologi,
Lebih terperinci