BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tidak populis dan menganggap pemerintahan Habibie gagal dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tidak populis dan menganggap pemerintahan Habibie gagal dalam"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah Perdebatan tentang pemberian referendum yang diberikan kepada masyarakat Timor-Timur pada tahun 1998 oleh Presiden Habibie menimbulkan pro dan kontra. Bagi masyarakat Indonesia pemberian referendum merupakan keputusan yang tidak populis dan menganggap pemerintahan Habibie gagal dalam mempertahankan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia dan Habibie juga dianggap lebih mementingkan opini dari negara-negara barat khususnya Amerika Serikat dan Australia. Sedangkan bagi dunia Internasional, pemberian referendum merupakan langkah maju Indonesia menuju negara yang lebih demokratis. Pemberian referendum tersebut menjadi dilema tersendiri bagi pemerintahan Habibie. Di tingkat domestik legitimasi pemerintahan Habibie semakin tergerus, karena Habibie dianggap tidak mempunyai hak konstitusional untuk memberi opsi referendum kepada Timor-Timur. Habibie dianggap hanya sebagai Presiden transisional. Sedangkan banyaknya tekanan dari dunia Internasional tentang pelanggaran HAM (Hak-hak Asasi Manusia) memaksa Presiden Habibie untuk segera menentukan sikap atas Timor-Timur. Disamping itu pemberian Nobel perdamaian terhadap Jose Ramos Horta dan Uskup Belo yang merupakan pejuang kemerdekaan dan tokoh agama Timor-Timur, semakin menyudutkan posisi Indonesia di forum Internasional. 1

2 2 Salah satu kasus HAM yang sangat menonjol adalah peristiwa Santa Cruz. Kasus ini bermula dari insiden penembakan yang dilakukan TNI terhadap demonstran di pemakaman Santa Cruz, insiden inilah yang mencoreng nama Indonesia di mata Internasional. 1 Dari Insiden ini pulalah yang kemudian menjadi batu loncatan diangkatnya kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Timor- Timur. Tekanan internasional khususnya dari Australia dan Amerika Serikat terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM di Timor-Timur itu kemudian memaksa Indonesia untuk mengeluarkan kebijakan sebagai usaha untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat Timor Timur. Serta mendorong Pemerintah Indonesia untuk membawa persoalan Timor-Timur tersebut ke tingkat internasional. Pemerintah Indonesia pada bulan Juni 1998 akhirnya memutuskan untuk memberikan otonomi khusus seluas-luasnya kepada Timor Timur. Akan tetapi usulan atas otonomi khusus tersebut belum juga menyelesaikan masalah dikarenakan masih banyaknya tekanan dari dalam dan luar negeri atas Timor- Timur untuk menentukan nasib sendiri. Hal ini memaksa Presiden Habibie untuk memberikan referendum kepada masyarakat Timor Timur untuk menentukan nasib sendiri dan dilakukan secara langsung. Jajak pendapat pun berakhir dengan kemenangan di pihak pro kemerdekaan Timor-Timur. Timor-Timur meraih kedaulatan sebagai sebuah negara pada tanggal 20 Mei Walaupun referendum berhasil dilaksanakan akan tetapi terjadi kerusuhan antara pihak pro kemerdekaan dan pro integrasi di Timor-Timur yang tidak puas akan hasil 1 Hamish McDonald, Desmond Ball, James Dunn, Gerry van Klinken, David Bourchier, Douglas Kammen, and Richard Tanter, (2002). Masters of Terror: Indonesia's Military and Violence in East Timor in 1999, Canberra: Strategic and Defence Studies Centre, Australian National University (Canberra Paper #145).

3 3 referendum tersebut. Dampak dari Kerusuhan ini semakin menambah kecaman dari masyarakat internasional yang berujung pada di embargonya Indonesia di bidang persenjataan oleh Amerika Serikat dan meningkatnya ketegangan hubungan dengan Australia. Dengan mengunakan instrumen politik luar negeri yang berupa diplomasi, pada masa setelah Habibie pun, Presiden Abdurrahman Wahid sebagai pengganti Habibie juga membawa isu referendum tersebut untuk meraih simpati dunia luar melalui diplomasi sebagai upaya untuk mengatasi masalah embargo yang dilakukan oleh Amerika Serikat serta sebagai usaha dalam pemulihan ekonomi. Dimana perekonomian Indonesia sempat terpuruk oleh krisis moneter pada akhir 1990-an. Diplomasi ini digunakan untuk mendapatkan dukungan internasional dalam menarik investor dan untuk mengembalikan citra Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia di dunia Internasional. b. Rumusan Masalah Berdasarkan atas latar belakang tersebut diatas, penulis memfokuskan penelitian ini menjadi dua rumusan masalah yaitu; 1. Apa yang melatarbelakangi Presiden Habibie memberikan referendum kepada masyarakat Timor-Timur?

4 4 2. Apa dampak pemberian referendum atas Timor-Timur terhadap posisi tawar Indonesia di forum Internasional atas isu HAM yang terjadi di Timor-Timur? c. Kajian Pustaka Sebagai bahan kajian akan penelitian ini, penulis mencoba untuk menggali dan meninjau ulang kajian pustaka yang sudah pernah ditulis beberapa peneliti sebagai bahan pertimbangan. Bahan kajian pustaka yang pertama akan mereviu tulisan dari Philips J. Vermonte tentang Demokratisasi dan politik luar negeri Indonesia dalam essay yang dimuat dalam interseksi.org. 2 Melalui tulisannya Vermonte melihat bahwa situasi ketidakpastian dalam proses transisi politik dalam demokratisasi sebuah negara tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal dimana proses-proses politiknya cenderung bersifat inward-looking. Disini aktoraktor politik dalam proses demokratisasi selalu memfokuskan diri pada upayaupaya untuk mengkonsolidasi kekuasaannya masing-masing dan adanya kecenderungan untuk menganalisis proses demokratisasi melalui pandangan 2 Philips J. Vermonte, Demokratisasi dan politik luar negeri Indonesia essay dalam interseksi.org. diperoleh dari, (diakses tanggal 6 Januari 2014).

5 5 dinamika politik domestik muncul karena pada akhirnya aktor-aktor politik domestiklah yang akan menentukan tindakan politik apa yang akan diambil. 3 Akan tetapi sebenarnya faktor-faktor eksternal lebih mudah untuk mempengaruhi proses demokratisasi. pengaruh ini terjadi dalam empat bentuk. bentuk yang pertama adalah contagion, contagion terjadi ketika demokratisasi di sebuah negara mendorong gelombang demokratisasi di negara lain. Berikutnya adalah mekanisme control, hal ini terjadi ketika sebuah pihak di luar negara berusaha menerapkan demokrasi di negara tersebut. Bentuk ketiga, consent, terjadi ketika ekspektasi terhadap demokrasi muncul dari dalam negara sendiri karena warga negaranya melihat bahwa sistem politik yang lebih baik, seperti yang berjalan di negara demokrasi lain yang telah mapan, akan bisa juga dicapai oleh negara tersebut. Dengan kata lain, pengaruh internasional datang sebagai sebuah inspirasi yang kuat bagi warga negara di dalam negara itu. Terakhir adalah bentuk keempat dari dimensi internasional dalam proses demokratisasi adalah conditionality, yaitu tindakan yang dilakukan organisasi internasional yang memberi kondisi-kondisi tertentu yang harus dipenuhi negara penerima bantuan. Keempat bentuk tersebut dapat menggambarkan proses outside-in, dimana dorongan demokratisasi datang dari luar batas sebuah negara. Proses lain yang dapat terjadi adalah proses inside-out, adalah proses dimana negara yang tengah 3 Guillermo O Donnel, Philippe Schmitter dan Laurence Whitehead,(1986). Transition from authoritarian rule: prospect for democracy. Baltimore: Johns Hopkins University, Buku I, hal.5.

6 6 mengalami proses demokratisasi menggunakan diplomasi dan politik luar negeri untuk mengkonsolidasikan demokrasinya. Dengan demikian dapat dilihat bahwa, politik luar negeri bisa digunakan sebagai alat untuk menjaga jarak atau membedakan diri dari rezim autoritarian yang digantikannya. Berikutnya sebagai konsekuensi dari alasan pertama, prospek bagi kerjasama internasional, terutama dengan negara-negara yang mapan demokrasinya akan semakin baik dan pada akhirnya memberi kontribusi positif bagi proses konsolidasi internal. Indonesia dalam proses demokratisasinya juga mengalami aspek outsidein dan inside-out. Melihat hubungannya dengan konteks inside-out, Indonesia pasca Orde Baru tahun 1998 tidak terlepas dari perubahan politik secara masif yang mengiringi kejatuhan dari pemerintahan Soeharto yang otoritarian. salah satu contoh yang yang bisa dijadikan acuan adalah ketika Habibie mengantikan Soeharto yang menggambarkan saling keterkaitan antara proses demokratisasi dan kebijakan luar negeri pada masa pemerintahan transisi. Pada masa pemerintahan Habibie terdapat pelajaran penting bahwa kebijakan luar negeri juga dapat memberi pengaruh yang negatif bagi pemerintahan transisi. Hal ini dapat dilihat dalam kasus Timor-Timur, Habibie pada akhir tahun 1998 mengeluarkan kebijakan yang bertentangan dengan keinginan masyarakat Indonesia sendiri, yaitu dengan memberi referendum untuk mengakhiri masalah di Timor-Timur.

7 7 Keputusan Habibie tersebut oleh sebagian pihak dianggap sebagai intervensi Australia terhadap Indonesia, dimana John Howard selaku perdana menteri Australia pada waktu itu mengirimkan surat kepada Habibie yang berisi dorongan agar masyarakat Timor-Timur untuk menentukan nasib sendiri (right of self-determination) dan Indonesia harus mengakuinya. 4 Dampak dari referendum tersebut membawa pengaruh terhadap legitimasi domestik Habibie dimana beliau dianggap tidak mempunyai hak konstitusional dalam memberikan opsi referendum terhadap Timor-Timur karena Habibie merupakan Presiden transisional. Habibie juga harus menghadapi menguatnya sentimen nasionalis, pada saat pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin oleh Australia masuk ke Timor-Timur. Hal ini berdampak pada turunnya tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap Habibie, ini telihat pada gagalnya Habibie untuk mencalonkan diri kembali menjadi presiden pada bulan september Dari tulisan Vermonte tersebut penulis berpendapat Vermonte belum menulis bagaimana reaksi dunia internasional terhadap referendum yang diberikan kepada Timor-Timur. Vermonte lebih menekankan pada proses yang mempengaruhi decision maker dari pada pengaruh yang lebih spesifik terhadap reaksi internasional. 4 Alexander Downer, (2000). East Timor looking back on 1999, Australian Journal of International Affairs, vol.54/1, hal.5.

8 8 Berbeda dengan Vermonte, Devania Annesya melalui tulisannya dalam Masalah Timor Timur dan Politik Luar Negeri RI yang dimuat dalam Jurnal Phobia, 5 lebih menyoroti masalah pelanggaran HAM dan faktor historislah yang mendorong masyarakat Timor-Timor khususnya yang pro kemerdekaan untuk bereaksi keras terhadap eksistensi mereka terhadap Republik Indonesia. Dalam jurnal tersebut dapat dilihat bahwa secara historis Timor-Timur dulunya merupakan jajahan dari bangsa Portugis dan bukan merupakan bagian dari wilayah NKRI yang berdasarkan pada wilayah-wilayah yang dahulunya merupakan bekas jajahan dari Belanda. Wilayah Timor-Timur sendiri merupakan wilayah yang komplek, dimana pasca Portugis meninggalkan Timor-Timur tahun 1975, dimana terjadi vacuum of power yang kemudian digunakan oleh Fretilin untuk menguasai Timor-Timur. Atas desakan dari gerakan pro integrasi Timor- Timur, mereka meminta Indonesia untuk mengambil alih Timor-Timur dari Fretilin yang beraliran kiri. Atas bantuan Australia, Indonesia berhasil menganeksasi Timor-Timur pada tahun Dalam masalah HAM yang terjadi di Timor-Timur. Deviana menulis insiden Santa Cruz merupakan turning point dari rasa kekecewaan warga Timor- Timor pro kemerdekaan untuk lebih menekan Indonesia sebagai upaya untuk memisahkan diri. Dari kejadian pelanggaran HAM tersebut, penulis melihat ada suatu hubungan yang siknifikan yang mempengaruhi Habibie untuk bersikap lebih reaktif terhadap Timor-Timur. Hal ini dilandasi pada masa pemerintahan Habibie, 5 Devania Annesya, Masalah Timor Timur dan Politik Luar Negeri RI dalam Jurnal Phobia,diperoleh dari (diakses tanggal 6 Januari 2014).

9 9 beliau sedang gencar-gencarnya melakukan penegakkan HAM. Hal ini terlihat dari salah satu Krida dari Hasta Krida yang dipaparkan Habibie dalam Pembukaan Studi Nasional HMI di TMII pada tanggal 21 April 1998, mengenai Peningkatan penghormatan dan penegakan HAM yang seimbang dengan kewajiban asasi manusia (KAM). 6 Deviana juga menyoroti tentang dukungan dunia Internasional yang membawa dampak yang cukup besar bagi kemerdekaan Timor-Timur. Dalam hal ini sekuritisasi menjadi hal utama untuk dilakukan oleh Timor Timur. Speech act yang dilakukan oleh securitizing actor membawa pengaruh yang cukup siknifikan dalam meraih dukungan internasional. Upaya sekuritisasi tersebut mencapai keberhasilannya tidak hanya saat Timor- Timur merdeka dari Indonesia, namun juga saat sejumlah negara mulai mendukung perjuangan kemerdekaan Timor- Timur. 7 Dari peristiwa tersebut dapat dilihat, Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang berkembang sesuai dengan dinamika yang terjadi. Terjadinya gejolak internal yang terjadi di Indonesia berpengaruh besar terhadap arah pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang pada saat itu ditandai dengan krisis ekonomi. Krisis ini menjadi pemicu berbagai aksi yang terjadi di masyarakat, seperti kerusuhan sosial, krisis kepercayaan, serta munculnya gerakan-gerakan separatis yang berujung pada upaya disintegrasi seperti yang terjadi pada Timor-Timur. 6 Pratiknya,A.W. et.al, (1999). Pandangan dan Langkah Reformasi B.J. Habibie, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hal Devania Annesya, Op Cit.

10 10 Terjadinya perubahan kondisi internal tersebut memaksa pemerintah untuk menyesuaikan kebijakan politik luar negerinya sesuai dengan situasi yang terjadi saat itu bagi kepentingan nasional. Kondisi sosial politik dan keamanan nasional ditambah dengan masalah ekonomi di Indonesia dapat menjadi faktor utama dalam pelaksanaan politik luar negeri. Upaya-upaya yang mengarah pada disintegrasi bangsa harus menjadi fokus utama supaya kesatuan dan kesatuan bangsa dapat terjaga. Apabila dilihat pada kasus Timor Timur, terlihat upaya internasionalisasi konflik domestik yang berujung pada pengokohan intervensi asing untuk memisahkan wilayah konflik dari Indonesia. Sehingga politik luar negeri Indonesia ditujukan untuk menjaga persatuan bangsa dan stabilitas nasional. Berbeda dengan dua penulis sebelumnya, Chakra Pratama Winarso dalam tulisannya tentang Hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia sebelum dan sesudah embargo senjata, dikaji dalam bidang militer, yang merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC, 8 lebih menekankan pada hubungan antara Indonesia dengan Amerika yang naik turun dan berpengaruh pada keputusan pengambil alihan Timor-timur sebagai upaya untuk mencegah Komunisme di Asia tenggara. Amerika Serikat memandang bahwa komunisme yang ada di dunia harus di berantas, disini keterbukaan Presiden Soeharto akan demokrasi dan liberalisasi 8 Chakra Pratama Winarso, Hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia Sebelum dan Sesudah Embargo Senjata, Dikaji Dalam Bidang Militer, Jurnal Atdikbud-USA. (diakses tanggal 7 Januari 2014).

11 11 dipandang sebagai suatu hal yang positif oleh Amerika Serikat. Dari latarbelakang memerangi komunisme inilah Soeharto melakukan aneksasi terhadap Timor- Timur, karena partai Fretlin di Timor-Timur beraliran Komunisme. Aneksasi yang dilakukan oleh Indonesia ini mendapat dukungan penuh oleh Amerika Serikat dengan memberikan bantuan berupa persenjataan, pelatihan, dan pendidikan militer. Akan tetapi hal ini menjadi ironi tersendiri bagi Indonesia dimana penjatuhan embargo senjata oleh Amerika Serikat berawal dari keputusan Presiden Soeharto untuk menyerang wilayah Timor-Timur yang sebelumnya merupakan wilayah jajahan Portugis. Selesainya perang dingin mengubah kancah geo politik Internasional, Amerika Serikat dan dunia mulai mempertanyakan penyerangan Indonesia terhadap Timor-Timur. Pelanggaran HAM yang muncul saat itu dengan ditandai dengan peristiwa Santa Cruz dan Balibo five menjadi hambatan bagi hubungan Indonesia dan Amerika Serikat terutama dalam bidang militer. Amerika Serikat menghentikan program pelatihan militer (IMET) terhadap TNI. Pada tahun 1998 rasa tidak puas akan hasil dari referendum membuat Kopasus dan kelompok Milisi yang pro Indonesia melancarkan aksi-aksi kekacauan yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM berat di Timor- Timur. Akibatnya Amerika Serikat menjatuhkan embargo senjata terhadap Indonesia. Di masa embargo senjata ini, Indonesia mengalami kesulitan untuk memperoleh suku cadang dan perawatan operasional kendaraan militer. Banyak pesawat angkut dan pesawat tempur yang dimiliki Indonesia terpaksa di

12 12 hanggarakan. Disamping itu Indonesia dalam menangangani masalah konflik etnis di kepulauan Maluku, TNI mengalami kesulitan dalam bidang logistik akibat diberlakukan nya embargo senjata oleh Amerika Serikat. Pada bulan November 2005 Amerika Serikat secara resmi mencabut embargo senjata terhadap Indonesia. Alasan Amerika Serikat mencabut embargo senjata terhadap Indonesia adalah Indonesia telah mengalami banyak perubahan yang berarti. Indonesia telah menjadi Negara yang lebih demokratis, hal ini ditunjukkan dengan berhasilnya diselenggarakan pemilu tahun 2004 secara jujur dan adil. Disamping itu Amerika Serikat juga merasa bahwa Indonesia merupakan Negara yang ikut dalam memerangi aksi terorisme. Peristiwa Bom Bali satu dan dua, serta serangkaian aksi-aksi terorisme yang terjadi Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia merupakan mitra kerja global dalam menangani terorisme di Asia Tenggara. Di sisi lain dapat dilihat bahwa kedekatan kembali Amerika Serikat dengan Indonesia setelah dicabutnya embargo senjata, lebih cenderung sebagai salah satu bentuk dari kebijakan security cooperation yang bertujuan untuk mempromosikan dan mempertahankan kepentingan Amerika Serikat dalam bentuk kebijakan politik serta strategi pertahanan dan keamanannya. Disamping itu, kebijakan security cooperation juga digunakan untuk melindungi asset-asset Amerika Serikat yang ada di Indonesia seperti FreePort McMoran di Papua dan Exxon Mobile di Aceh.

13 13 Dari penelitian-penelitian diatas penulis mencoba untuk mengkaji lebih dalam bagaimana sebuah keputusan yang tidak populis pemerintah bagi negaranya memberi pengaruh yang positif bagi pandangan Internasional. Hal ini merupakan dilema sendiri bagi decision maker untuk mengambil keputusan. Berdasarkan kajian pustaka yang dipaparkan tersebut penulis mengkajinya dengan mengabungkan analisa dari ketiga peneliti tersebut dan memberikan sudut pandang baru tentang pemberian referendum terhadap Timor-Timur melalui analisis rational choice dimana konsep tersebut menjelaskan cost and benefit pemberian referendum yang dilakukan oleh Habibie.. d. Kerangka Konseptual Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis mengambil kerangka dasar pemikiran dengan menggunakan teori pilihan rasional (rational choice) dengan tujuan untuk mengetahui Apa yang menjadi alasan utama Habibie dalam mengambil keputusan akan referendum terhadap Timor-Timur dan apa dampaknya bagi posisi tawar Indonesia di forum Internasional? Teori ini diterapkan untuk melihat bagaimana elite politik dalam menentukan kebijakan-kebijakan politik berdasarkan pertimbangan pilihan-pilihan rasional. Acuan dari teori ini pada perilaku manusia sebagai makhluk ekonomi, yang tindakannnya didasarkan pada motivasi insentif. Untuk itu manusia memiliki rasionalitas yang selalu dapat membuat tingkatan akan pilihan ataupun keputusan yang diambil sehingga dengan cara itu dapat diperbandingkan antara

14 14 kelebihan dan kekurangannya. Meskipun pada aplikasinya tingkatan akan pilihan atau keputusannya tersebut dapat berubah, tetapi decision maker selalu memilih alternatif yang peringkatnya tertinggi dari rangkaian pilihannya itu dan selalu membuat pilihan yang sama setiap kali dihadapkan pada alternatif yang sama. Pendekatan rational choice theory juga dikenal sebagai exchange theory. 9 Teori pilihan rasional dapat meletakkan posisi Presiden B.J. Habibie dalam interaksinya dengan konteks sosial dengan mengedepankan aspek sirkulasi yang rasional, yang dibentuk oleh kepentingan-kepentingan individu di dalamnya. Teori pilihan rasional juga melihat interaksi sosial sebagai pertukaran sosial (social exchange) selayaknya yang terjadi dalam perilaku ekonomi, dimana orang akan termotivasi untuk memperoleh sesuatu (reward) dan menciptakan manfaat (benefit). Dalam bukunya Patrick Dunleavy menegaskan pilihan rasional dalam suatu tindakan didasari kenyataan bahwa semua orang adalah maximizers (pencari pilihan terbaik) yang selalu mencari kemungkinan manfaat yang terbesar dan resiko terkecil dalam keputusannya. 10 Setiap kebijakan dan pilihan elite politik dalam pemerintahan dalam konteks pilihan rasional, sangat dipengaruhi juga oleh motif-motif mencari keuntungan dan kemanfaatan diri dari si pelaku (elite politik), yang tidak jarang 9 John Scott, "Rational Choice Theory", dalam G. Browning, A. Halcli, dan F. Webster (ed), From Understanding Contemporary Society: Theories of The Present, London: Sage Publication, Patrick Dunleavy, (1991) Democracy, Bureaucracy and Public Choice, Harvester Wheatsheaf, London.

15 15 berseberangan nilai-nilai reformasi demokrasi. Terjadinya tumpang tindih antara motif kepentingan pribadi dan tekanan menjalankan misi politik reformasi, disebut tepat oleh Barbara Geddes sebagai dilemma politisi. 11 Elite dalam pemerintahan tidak lepas dari dilemma semacam ini. Geddes menyatakan bahwa perilaku bernegara sebagai hasil akhir dari pilihan rasional yang dilakukan oleh para pejabat yang memiliki kepentingan-kepentingan pribadi, yang bertindak dalam kerangka institusi tertentu dan dalam konteks yang nyata. 12 Konsep dilemma politisi menurut Barbara Geddes yang kemudian di terapkan untuk melihat keputusan Habibie dalam mengambil keputusan referendum terhadap Timor-Timur didasari oleh manfaat untuk mendapatkan kepercayaan dari dunia Internasional dan mengabaikan tuntutan domestik sebagai langkah untuk menaikan citra pribadinya atau bisa juga mencitrakan Indonesia sebagai negara yang demokratis dimata Internasional. Dimana pada waktu itu Indonesia sedang terpuruk oleh krisis ekonomi dan dihadapkan pada masa transisi menuju negara yang demoratis. Dari sinilah Habibie beranggapan bahwa kepercayaan dunia Internasional dapat mengangkat posisi Indonesia lepas dari krisis multidimensi yang terjadi saat itu. Disini referendum bisa memiliki dampak yang lebih luas dalam mendapatkan pengakuan dunia Internasional bahwa Indonesia mampu untuk mengambil sikap yang tegas dan mampu untuk mengatasi masalah domestiknya. 11 Barbara Geddes,( 1994). Politician's Dilemma, Building State Capacity in Latin America, Barkeley: University of California Press. Hal Ibid. Hal. 8.

16 16 Habibie disini bersikap untuk mengamankan Indonesia supaya terhindar dari sanki Internasional yang lebih berat. e. Argumen Utama Berdasarkan beberapa kajian pustaka dan melalui kerangka konseptual, penulis mengajukan argumen untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini. Pertama yang menjadi alasan utama bagi Habibie untuk memberikan referendum terhadap Timor-Timur adalah untuk mendapatkan kepercayaan dunia Internasional dan mengangkat posisi Indonesia lepas dari krisis multidimensi yang terjadi saat itu. Sedangkan pemberian referendum itu sendiri membawa dampak positif bagi kepentingan politik luar negeri. Dampak positif yang didapat, Indonesia mendapatkan kepercayaan dunia internasional dan menjadikan Indonesia diakui sebagai negara yang demokratis. Seperti terlihat atas membaiknya hubungan Indonesia dengan Australia terutama di bidang kerjasama militer dan keamanan, serta dicabutnya embargo yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Indonesia, dimana Indonesia dianggap telah berhasil mengatasi masalah HAM di Timor-Timur. Dan ini berpengaruh terhadap naiknya posisi tawar Indonesia di dunia Internasional terutama menyangkut masalah HAM dimana Indonesia ikut berperan aktif didalamnya.

17 17 f. Jangkauan Penelitian Dimensi dan waktu penulisanakan penelitian ini dimulai sejak pemberian Referendum atas Timor-Timor oleh Presiden B.J. Habibie sampai pada dicabutnya embargo atas Indonesia tahun g. Metode Penelitian Metodologi penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dengan metode penelitian kualitatif, Library research, mengumpulkan, dan membahas data-data sekunder yang berasal dari berbagai literature seperti, buku- buku, artikel,jurnal, website, surat kabar, dan majalah. Metode kuantitatif dipilih penulis dikarenakan metode kualitatif dapat menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas dalam hal ini dampak atas pemberian referendum atas Timor- Timur terhadap Indonesia di forum Internasional. Dengan demikian penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih diarahkan pada analisis situasi terhadap kejadian atau fenomena yang terjadi dan menempatkan teori yang ada dalam menjelaskan kejadian tersebut. h. Sistematika Penulisan Dalam menulis tesis penilitian ini penulis membagi tulisannya dalam lima Bab, diantaranya yaitu: Bab I berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang permasalahan yang akan diteliti, rumusan masalah, kerangka pemikiran, kajian pustaka, argumen utama, dan metodologi penelitian.

18 18 Kemudian dalam Bab II berisikan tentang latarbelakang bergabunganya Timor Timur dengan Indonesia serta peristiwa Santa Cruz yang menjadi batu loncatan dibukannya kembali masalah-masalah HAM di Indonesia. Selanjutnya di Bab III memaparkan dinamika yang dihadapi Indonesia dalam meredam masalah HAM yang berkenaan dengan peristiwa Santa Cruz. Serta di bab ini juga akan membahas tentang pemberian referendum terhadap Timor-Timur. Sedangkan di Bab IV memaparkan bagaimana pencabutan embargo oleh Amerika Serikat dan upaya pemulihan hubungan antara Indonesia dengan Australia menyangkut masalah HAM di Timor-Timur serta peran Indonesia di forum HAM internasional. Terakhir adalah Bab V yang merupakan bagian penutup yang mencakup kesimpulan dari penelitian yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya supaya dapat menjawab rumusan masalah yang telah disebutkan di bagian awal penulisan.

BAB V KESIMPULAN. B.J. Habibie merupakan suatu keputusan yang seperti pedang bermata dua.

BAB V KESIMPULAN. B.J. Habibie merupakan suatu keputusan yang seperti pedang bermata dua. BAB V KESIMPULAN Pemberian Referendum terhadap Timor-Timur yang dikeluarkan Presiden B.J. Habibie merupakan suatu keputusan yang seperti pedang bermata dua. Dimana satu sisi mendapat pertentangan dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam peneltian ini peneliti dapat melihat bahwa, Menteri Luar Negeri Ali Alatas melihat Timor Timur sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur telah terpecah belah akibat politik devide at impera. Pada 1910 terjadi pemberontakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan melalui UU No. 7 Th. 1976 (LN. 1976-36) tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancis 19,5%, Italia 6,6%, dan Romans 0,4% ), Do not meddle in foreign disputes!, 5 yang artinya jangan ikut

BAB I PENDAHULUAN. Perancis 19,5%, Italia 6,6%, dan Romans 0,4% ), Do not meddle in foreign disputes!, 5 yang artinya jangan ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Swiss adalah negara berbentuk konfederasi yang terletak di jantung Eropa antara Perancis, Jerman, Austria, Italia dan Liechtenstein, dengan total luas wilayah hanya

Lebih terperinci

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU: STUDI KASUS OPERASI SEROJA / INTEGRASI TIMOR-TIMUR KE WILAYAH NKRI TINGKAT ANALISIS SISTEM GLOBAL Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI

Lebih terperinci

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp Pendahuluan Timor Timur berada di bawah penjajahan Portugal selama lebih dari empat abad sebelum akhirnya Revolusi Anyelir di tahun 1974 membuka jalan bagi kemerdekaan negaranegara koloninya. Setelah keluarnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah membawa perekonomian Indonesia dibawah kendali Lembaga Moneter Internasional

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Jl. Ki Hajar Dewantara No. 116 Iringmulyo Kota Metro Telp./Fax. (0725) 42445-42454 GBPP Nama

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik)

BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik) BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik) Dilihat dari gambaran umum dan penyebab konflik, maka dapat diciptakan sebuah model 2x2 matriks

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Ciptahadi Nugraha 10/296341/SP/23828 Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Seperti yang kita ketahui, dalam politik pemerintahan Australia terdapat dua partai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia. BAB VI KESIMPULAN Malcolm Fraser dilahirkan 21 mei 1930, dari keluarga petani dan peternak domba yang kaya, kakeknya Sir Simon Fraser adalah salah seorang pertama-tama dipilih sebagai senator mewakili

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Transisi Indonesia menjadi negara demokratis pada 1998 merupakan sebuah perubahan besar. Krisis ekonomi yang melatar belakangi terjadinya transisi pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme. Selama 24 (dua puluh empat) tahun rakyat Timor Leste berjuang

Lebih terperinci

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara Abdil Mughis Mudhoffir http://indoprogress.com/2016/12/kekerasan-sipil-dan-kekuasaan-negara/ 15 December 2016 IndoPROGRESS KEBERADAAN kelompok-kelompok sipil yang dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY

TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY i t a i g k a a n D Ziya Onis Terkatung-katungnya Nasib Turki di Eropa Review Paper oleh Ihsan Ali-Fauzi 1 Edisi 048,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak deklarasi Integrasi di Balibo pada 30 November 1975, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak deklarasi Integrasi di Balibo pada 30 November 1975, Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak deklarasi Integrasi di Balibo pada 30 November 1975, Indonesia menganggap Timor Timur sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri

Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------- POINTERS Dengan Tema : Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri OLEH : WAKIL KETUA MPR RI HIDAYAT NUR

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2 PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN 2010 2014 1 Ignatius Mulyono 2 1. Misi mewujudkan Indonesia Aman dan Damai didasarkan pada permasalahan bahwa Indonesia masih rawan dengan konflik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945) menyebutkan bahwa tujuan dari dibentuknya negara Indonesia adalah:

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945 BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD 1945 A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Dalam UUD 1945, pengaturan tentang pemerintah daerah diatur dalam Bab VI pasal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Sebagai bagian dari agenda untuk mewujudkan kondisi aman dan damai, upaya secara komprehensif mengatasi dan menyelesaikan permasalahan separatisme yang telah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik Demokratik de Timor Leste (juga disebut Timor Lorosa e) adalah sebuah negara di Asia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights pada tahun 1948 telah terjadi perubahan arus global di dunia internasional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Kesimpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal

BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Timor Timur merupakan salah satu negara yang pernah dijajah oleh Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal berlangsung begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak Asasi Manusia (HAM) menurut pasal 1 ayat 1 UU. No. 39 tahun 1999 yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dengan keberadaan manusia sebagai

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93120&lokasi=lokal

Lebih terperinci

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer.

BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer. BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Militer Indonesia merupakan kasus yang menarik bagi studi mengenai Militer dan Politik. Selain keterlibatan dalam sejarah kemerdekaan, selama tiga dekade militer Indonesia

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi dewasa ini sudah semakin berkembang baik dilihat dari jenis, pelaku maupun dari modus operandinya. Masalah korupsi bukan hanya menjadi masalah nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keanggotaan seseorang dari suatu komunitas bangsa biasanya berhubungan dengan hukum terkait kelahirannya, karena adanya hubungan darah ataupun karena imigrasi

Lebih terperinci

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA Oleh : PROF. DR. 1 TERIMA KASIH ATAS UNDANGAN UNTUK MENGIKUTI TEMU NASIONAL ORMAS KARYA KEKARYAAN GAGASAN TENTANG UPAYA MENGATASI KRISIS DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Perkembangan

Lebih terperinci

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website: WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

UPAYA ETNIS KURDI DALAM MENDAPATKAN PERAN POLITIK DI IRAK PASCA REZIM SADDAM HUSSEIN RESUME

UPAYA ETNIS KURDI DALAM MENDAPATKAN PERAN POLITIK DI IRAK PASCA REZIM SADDAM HUSSEIN RESUME UPAYA ETNIS KURDI DALAM MENDAPATKAN PERAN POLITIK DI IRAK PASCA REZIM SADDAM HUSSEIN RESUME Disusun oleh: EKA RIBUT SAPUTRA NIM : 151040024 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

REAKSI HARGA SAHAM DENGAN ADANYA PERISTIWA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2009

REAKSI HARGA SAHAM DENGAN ADANYA PERISTIWA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2009 REAKSI HARGA SAHAM DENGAN ADANYA PERISTIWA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2009 Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Menempuh Derajat Sarjana dalam Manajemen Pada Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Tinjauan Umum Teori Kepentingan Nasional Teori National Interest Versi Hans J. Morgenthau Teori National Interest Versi Donald Nuchterlin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1 Tinjauan Buku MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS Djoko Walujo 1 Penulis : Muis, A. Judul Buku : Indonesia di Era Dunia Maya Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa Batas Penerbit : Remaja Rosdakarya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun multilateral antar negara biasanya mengalami suatu kondisi dinamika pasangsurut yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kerangka utama yang mendasari pembentukan bangsa dan negara Republik Indonesia. Upaya kelompok atau golongan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai kedatangan Etnis Tionghoa ke Indonesia baik sebagai pedagang maupun imigran serta terjalinnya hubungan yang

Lebih terperinci

DEMOKRATISASI DIPLOMASI

DEMOKRATISASI DIPLOMASI DEMOKRATISASI DIPLOMASI Bima Arya Sugiarto icholson, seorang pakar diplomasi modern, pernah menyatakan bahwa diplomasi merupakan alat untuk mencapai kebutuhan nasional. Jika kebijakan luar negeri merupakan

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci