PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK"

Transkripsi

1 1 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V DAN VI SD NEGERI PENGKOK 1 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh: Muhammad Romadhon NIM: K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 2 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V DAN VI SD NEGERI PENGKOK 1 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh: Muhammad Romadhon NIM: K Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

3 3

4 4

5 5 ABSTRAK Muhammad Romadhon. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V DAN VI SD NEGERI PENGKOK 1 TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan Pengaruh latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok. (2) Bentuk latihan pliometrik yang lebih baik pengaruhnya antara latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 berjumlah 40 siswa. Sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan semua populasi yang ada. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan lompat jauh. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%. Untuk memenuhi asumsi hasil penelitian dilakukan uji persyaratan analisis yang terdiri uji normalitas dan uji homogenitas. Subyek penelitian dibagi dalam 2 kelompok yaitu masing-masing kelompok ada 20 orang dengan ordinal pairing. Kelompok 1 mendapatkan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing, sedangkan kelompok 2 mendapatkan latihan pliometrik single leg bounding. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Tidak ada perbedaan pengaruh antara latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil penghitungan uji perbedaan K1 dan K2 diperoleh nilai t hitung sebesar 0,6083 dan t tabel sebesar 1,680 dengan taraf signifikasi 5%. (t hit < t tabel 5% ). (2) Latihan plometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding sama-sama memberikan pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. Peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada K 1 12,762% > K 2 11,025%.

6 6 MOTTO...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Mujaadilah: 11) Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S. Muhammad: 7) Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Alam Nasyrah: 5)

7 7 PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada : Bapak dan Ibu tercinta Kakak dan Adik-adik tersayang D hani, yang selalu memberi semangat Teman-teman Angkatan 2005 Teman teman JPOK FKIP UNS dan Almamater

8 8 KATA PENGANTAR Dengan ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Kegururuan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 5. Drs. Sukono sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 6. Bapak Mulyono, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Pengkok 1 yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Siswa putra Kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat. Surakarta, April 2010 Penulis

9 9 DAFTAR ISI Halaman JUDUL PENGAJUAN PERSETUJUAN iii PENGESAHAN ABSTRAK MOTTO PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN... A1 A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah... C. Pembatasan Masalah... D. Perumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian... BAB II LANDASAN TEORI... A.Tinjauan Pustaka Lompat Jauh... a. Unsur Kondisi Fisik Dalam Lompat Jauh... b. Komponen Teknik Dalam Lompat Jauh Latihan Pliometrik... a. Pengertian dan Tujuan Latihan Pliometrik... i ii iv v vi vii viii ix xii xiii xiv

10 10 b. Dasar Fisiologi Latihan Pliometrik c. Prinsip-Prinsip Latihan Pliometrik d. Bentuk Latihan Pliometrik Untuk Meningkatkan 18 Kemampuan Lompat Jauh e. Penyusunan Program Latihan Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single 21 Leg Landing... 1 a. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Multiple Box To Box 21 Jumps With Single Leg Landing... 1 b. Pengaruh Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps 22 With Single Leg Landing Latihan Pliometrik Single Leg Bounding a. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Single Leg Bounding b. Pengaruh Latihan Pliometrik Single Leg Bounding B. Kerangka Pemikiran C. Perumusan Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Rancangan Penelitian C. Variabel Penelitian D. Definisi Operasional Variabel E. Populasi dan Sampel F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data B. Pengujian Reliabilitas C. Uji Prasyarat Analisis Data Uji Normalitas Uji Homogenitas 36

11 11 D. Hasil Analisis Data Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan Uji perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan E. Pembahasan Hasil Analisis Data.. 41 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN......

12 12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Awalan Lompat Jauh. 9 Gambar 2. Tumpuan Lompat Jauh... Gambar 3. Melayang di Udara pada Lompat Jauh Gaya Jongkok... Gambar 4. Pendaratan Dalam Lompat Jauh... Gambar 5. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing... Gambar 6. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Single Leg Bounding

13 13 DAFTAR TABEL Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok.. Tabel 2. Range Kategori Reliabilitas... Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji HomogenitasData. Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok 1 Halaman dan Kelompok 2 36 Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok 1... Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok 2. Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 38 Tabel 9. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai PerbedaanPeningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Dalam Persen Pada K 1 dan K

14 14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes awal Lompat Jauh Gaya Jongkok Lampiran 2. Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan Lompat Jauh dan Latihan Pliometrik Lampiran 3. Program Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing Lampiran 4. Program Latihan Pliometrik Single Leg Bounding Lampiran 5. Data Tes Awal Lompat Jauh Gaya Jongkok Lampiran 6. Data Tes Akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok Lampiran 7. Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok Lampiran 8. Data hasil tes awal Lompat Jauh Gaya Jongkok Berdasar Rangking Lampiran 9. Pemasangan subyek penelitian berdasarkan hasil tes Awal Lompat Jauh Gaya Jongkok Lampiran 10. Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok pada kelompok 1 (kelompok Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing) Lampiran 11. Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok pada kelompok 2 (Latihan Pliometrik Single Leg Bounding).. 61 Lampiran 12. Uji Reliabilitas Dengan Anava (tes awal) Lampiran 13. Uji Reliabilitas Dengan Anava (tes akhir) Lampiran 14. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors Lampiran 15. Uji Homogenitas Lampiran 16. Uji Perbedaan

15 15 Lampiran 17. Menghitung nilai peningkatan power otot tungkai dalam persen pada kelompok 1 dan kelompok Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta Lampiran 19. Surat Keterangan Penelitian dari SD Negeri Pengkok Lampiran 20. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian... 97

16 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Dengan adanya prestasi olahraga yang baik, harga diri atau martabat dari suatu bangsa akan menjadi lebih baik di mata bangsa atau negara negara lain. Untuk mencapai hal tersebut, tentu tidaklah mudah dalam meraihnya. Harus ada usaha yang sungguh sungguh dan kerja keras dari semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik bagi atlet, pelatih, maupun faktor faktor pendukung lainnya. Dalam upaya meningkatkan kematangan bagi seorang atlet, harus diadakan pembinaan dari usia yang sedini mungkin. Pembinaan dalam cabang olahraga mutlak diperlukan agar dapat berprestasi dengan baik di kelak kemudian hari. Sebab suatu prestasi yang maksimal sangat dipengaruhi oleh bibit yang unggul, yang apabila kita lakukan pembinaan dengan baik. Aip Syarifudin dan Yusuf Adisasmita (1996:62) menyatakan bahwa Pada anak-anak usia muda, keadaan jaringan-jaringan tubuhnya masih elastis dan umumnya jaringan-jaringan tubuhnya mempunyai kadar fleksibilitas yang tinggi. Selain itu kemampuan fisik dan mentalnya pada anak usia muda masih dalam relatif mantap, sehingga lebih mudah dalam melakukan pembinaannya. Pada anak-anak usia muda, di dalam melakukan kegiatan fisiknya, terutama dalam bentuk ketrampilan gerak lebih cepat dalam mengambil suatu keputusan. Jaringan-jaringan tubuh anak usia muda mempunyai fleksibilitas yang tinggi. Olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan di sekolah, mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Cabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Tujuan utama dalam melakukan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh jauhnya. Untuk dapat mencapai jarak lompatan yang sejauh jauhnya, seorang pelompat harus memiliki kondisi fisik dan penguasaan teknik yang baik. Penguasaan teknik dalam lompat jauh merupakan unsur pokok untuk dapat mencapai

17 17 lompatan yang sejauh jauhnya. Unsur unsur teknik dasar dalam lompat jauh adalah meliputi, awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratan. Agar dapat melakukan lompat jauh dengan baik dan dapat mencapai jarak yang sejauh jauhnya, selain menguasai teknik dasar, juga harus didukung dengan kondisi fisik yang memadai. Faktor kondisi fisik merupakan faktor yang menjadi tuntutan di setiap cabang olahraga. Menurut M. Sajoto (1995:8) menyatakan bahwa Kondisi fisik adalah suatu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar tawar lagi. Faktor biologis atau fisik yaitu yang berkaitan dengan struktur, postur dan kemampuan biomotorik yang ditentukan secara genetik merupakan salah satu faktor penentu prestasi yang terdiri dari beberapa komponen dasar yaitu : kekuatan (strength), kecepatan (speed), kelentukan (flexibility), kelincahan (agility), daya tahan (endurance), daya ledak (explosive power), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination). Kemampuan biomotorik manusia yang komplek ini dapat ditingkatkan sesuai dengan kekhususan cabang olahraga masing-masing. Untuk mencapai prestasi tersebut tidak dapat hanya dengan spekulatif, tetapi harus melalui latihan-latihan yang intensif. Latihan yang dilakukan tersebut tentunya harus bersifat khusus dan mengembangkan komponen-komponen yang diperlukan dalam lompat jauh. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh khususnya siswa Sekolah Dasar, diperlukan bentuk latihan yang dapat meningkatkan penguasaan teknik, sekaligus meningkatkan kemampuan fisik yang diperlukan untuk lompat jauh. Untuk dapat memberikan latihan fisik dan teknik untuk menunjang prestasi lompat jauh, diperlukan jenis metode latihan yang tepat. Metode yang cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh diantaranya adalah latihan pliometrik. Latihan pliometrik merupakan latihan dengan memanfatkan berat badan sendiri atau menggunakan beberapa alat untuk merangsang latihan. Latihan pliometrik terdiri dari bermacam-macam bentuk pembebanan latihan. Latihan pliometrik yang teratur dengan pembebanan yang tepat merupakan salah satu bentuk dan jenis latihan untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh. Karena latihan pliometrik merupakan salah satu metode untuk meningkatkan power khususnya power otot tungkai.

18 18 Tujuan latihan pliometrik adalah kelelahan lokal pada otot dan sistem nerves pusat. Menurut Bompa (1994 : 47) bahwa Intensitas latihan pliometrik tinggi, sehingga ketepatan dalam menentukan masa interval kerja sangat penting. Ketepatan dalam memberikan interval kerja sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan hasil latihan seorang atlet. Agar latihan dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan, maka harus direncanakan dan diprogramkan dengan baik. Bentuk latihan pliometrik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan fisik sekaligus memperbaiki gerakan teknik tumpuan dan saat melayang di udara cukup bervariasi. Dalam penelitian ini ingin mengembangkan bentuk latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding tersebut belum diketahui dengan pasti, mana yang lebih memberikan perbaikan untuk hasil lompatan yang sejauh jauhnya. Untuk mengetahui bentuk latihan yang manakah yang dapat memberikan pengaruh yang lebih baik dalam latihan, perlu diteliti. Berdasakan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai perbedaan pengaruh latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Perlunya pembinaan prestasi olahraga sejak usia dini. 2. Untuk meningkatkan pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok diperlukan metode latihan yang baik. 3. Untuk mencapai hasil lompatan yang optimal, perlu adanya perbaikan teknik dan kondisi fisik yang baik. 4. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding merupakan salah satu bentuk latihan yang dapat digunakan untuk memperbaiki teknik dan kondisi fisik.

19 19 C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari penafsiran yang salah terhadap permasalahan penelitian, maka perlu dibatasi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. 2. Latihan pliometrik single leg bounding untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. 3. Kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka masalah yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh latihan pliometrik antara multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010? 2. Latihan pliometrik manakah yang lebih baik pengaruhnya antara multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Perbedaan pengaruh latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/ Bentuk latihan pliometrik yang lebih baik pengaruhnya antara multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat

20 20 jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, guru olahraga, maupun bagi siswa yang dijadikan objek penelitian, antara lain: 1. Dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh bagi siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. Sehingga dapat mendukung prestasi dalam lompat jauh. 2. Dapat dijadikan masukan dan pedoman bagi guru olahraga SD Negeri Pengkok 1 dalam memberikan latihan untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh. 3. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memilih latihan yang efektif guna meningkatkan kemampuan lompat jauh.

21 21 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh adalah gerakan melompat yang menggunakan tumpuan dengan satu kaki yang bertujuan untuk mencapai jarak yang sejauh jauhnya. Dalam hal ini Aip Syarifuddin (1992:90) mengemukakan bahwa : Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas dan ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh jauhnya. Lompat jauh merupakan perpaduan antara lari dan lompatan atau tolakan. Untuk mendapatkan hasil lompatan yang maksimal harus diawali dengan berlari dengan kecepatan yang maksimal. Selanjutnya menolak sekuat kuatnya dengan menggunakan salah satu kaki. Karena lari dengan kecepatan maksimal dan tolakan dengan kekuatan tinggi akan mendapat keuntungan berupa dorongan ke depan pada saat badan terangkat ke atas. Pada lompat jauh menurut Soegito (1992:39) terdapat tiga macam gaya, antara lain: 1) Gaya jongkok di udara (sit down in the air) 2) Gaya bergantung di udara (hanging in the air) 3) Gaya berjalan di udara (walking in the air) Tujuan dari lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh jauhnya. Untuk dapat mencapai jarak lompatan yang maksimal, sangat diperlukan penguasaan teknik dan kondisi fisik yang baik. Gunter Bernhard (1993:45) berpendapat bahwa: Unsur unsur dasar bagi suatu prestasi dalam lompat jauh dan pembangunannya adalah: a. Faktor faktor kondisi: kecepatan, tenaga lompat dan tujuan yang diarahkan kepada keterampilan. b. Faktor faktor teknik: ancang ancang, persiapan lompat dan perpindahan, fase melayang dan pendaratan.

22 22 Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar faktor faktor yang menentukan terhadap kemampuan lompat jauh adalah faktor teknik dan kondisi fisik. Untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam lompat jauh, unsur unsur tersebut harus dikembangkan melalui latihan secara intensif dengan berdasarkan pada prinsip latihan yang benar. a. Unsur Kondisi Fisik Dalam Lompat Jauh Dalam olahraga khususnya lompat jauh, disamping memiliki kemampuan teknik yang baik, juga harus mempunyai kondisi fisik yang baik pula. M. Sajoto (1995:8) mengatakan bahwa, Kondisi fisik adalah suatu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar tawar lagi. Kondisi fisik sebagai modal dasar yang dapat dijadikan sebagai syarat untuk melakukan lompatan dengan jarak yang semaksimal mungkin. Unsur fisik yang diperlukan untuk masing masing olahraga tidak sama, sesuai dengan karakteristik dari olahraga tersebut. Demikian juga unsur fisik yang diperlukan untuk mencapai prestasi dalam nomor lompat jauh, tidak sama dengan nomor olahraga yang lain. Unsur kondisi fisik yang harus dimiliki oleh pelompat jauh menurut Tamsir Riyadi (1985:95) antara lain adalah daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi. Dari berbagai unsur kondisi fisik tersebut, unsur yang paling menentukan terhadap pencapaian prestasi dalam lompat jauh adalah kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai. Hal ini sesuai dengan pendapat Jess Jarver (1986:32) yang mengatakan bahwa: jauhnya lompatan tergantung pada kecepatan lari, kekuatan dan percepatan pada saat take off (memindahkan kecepatan horisontal ke gerakan bersudut). Dalam upaya untuk meningkatkan prestasi dalam lompat jauh, maka kecepatan dan daya ledak otot tungkai pelompat harus ditingkatkan. Dalam lompat jauh, power otot tungkai sangat besar peranannya dalam memperoleh prestasi yang maksimal. Bahkan dapat dikatakan bahwa power otot tungkai merupakan kondisi fisik yang utama dalam lompat jauh. Dengan otot tungkai yang kuat, maka akan berpengaruh terhadap daya eksplosif otot tungkai dalam tolakan

23 23 untuk mendapatkan dorongan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan mereka yang memiliki otot tungkai yang lemah. Gerak explosif power dapat dilihat pada seorang pelompat jauh saat menolakkan kaki tumpu sekuat mungkin pada balok tumpu dalam waktu yang singkat untuk dapat mengangkat tubuh naik ke depan secara parabola, serta dapat memperoleh jangkauan lompatan yang lebih jauh. Semakin besar daya ledak otot tungkai dalam melakukan tumpuan atau tolakan, maka akan memperoleh tekanan atau tolakan yang sama besarnya dan perlawanan arahnya, sehingga dapat memperoleh jarak lompatan yang jauh. b. Komponen Teknik Dalam Lompat Jauh Teknik merupakan unsur yang sangat penting yang harus dikuasai agar dapat berprestasi dalam olahraga termasuk lompat jauh. Penguasaan teknik yang baik akan memberikan keuntungan dan kegunaan dengan terjadinya efisiensi dan efektifitas gerakan untuk mencapai hasil yang optimal. Penguasaan teknik yang baik juga akan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cedera, memberi perasaan lebih mantap dan percaya diri dalam penampilan. Lompat jauh merupakan rangkaian gerakan yang terdiri dari lari awalan, tumpuan pada papan tumpu, melayang di udara dan pendaratan pada bak lompat. Yusuf Adisasmita (1992:65) menyatakan bahwa: lompat jauh terdiri dari unsur unsur awalan, tumpuan, melayang di udara dan cara melakukan pendaratan. Dari beberapa uraian dapat disimpulkan bahwa teknik dasar yang ada dalam lompat jauh terdiri dari empat tahap, yaitu awalan (ancang ancang), tolakan (take off), melayang di udara dan pendaratan (landing). Gerakan gerakan dalam lompat jauh tersebut merupakan suatu rangkaian yang harus dilakukan secara harmonis, tidak terputus putus atau secara berurutan di dalam pelaksanaannya. Unsur unsur teknik lompat jauh tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Awalan Tujuan dari awalan yaitu untuk mendapatkan kecepatan yang maksimal pada saat akan melompat dan membawa pelompat pada posisi yang optimum untuk tolakan.

24 24 Awalan dalam lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat cepatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soegito (1992:36) yang menyatakan bahwa, Kecepatan waktu mengambil awalan untuk lompat jauh harus sama dengan lari jarak pendek. Pelompat harus lari semakin cepat sehingga mencapai kecepatan penuh dapat dicapai sesaat sebelum salah satu kaki menumpu. Kecepatan yang tinggi dalam melakukan awalan akan mendapatkan dorongan ke depan yang lebih besar saat badan melayang di udara. Jarak kira kira 3 atau 4 langkah sebelum sampai di balok tumpuan, dengan tanpa mengurangi kecepatan pelompat harus dapat berkonsentrasi untuk melakukan tumpuan dengan kuat. Menurut Soegito (1992:36) rangkaian cara dalam mengambil awalan sebagai berikut: a. Berdirilah di belakang tanda titik awalan anda. Berkonsentrasi sejenak. b. Berlarilah dengan cepat dengan irama yang tetap menuju balok tumpuan. c. Setelah ± 4 langkah dari balok tumpuan, berkonsentrasilah pada tumpuan tanpa mengurangi kecepatan. d. Pada saat melakukan tumpuan, badan agak condong ke belakang. Pelaksanaan awalan dalam lompat jauh dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 1. Awalan Lompat Jauh (Soegito, 1992:37) Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan simultan dan dengan kecepatan yang maksimal. Jarak atau panjangnya awalan merupakan hal yang sangat penting yang perlu diperhitungkan. Panjangnya awalan dalam lompat jauh yaitu kira kira meter dari balok tumpuan.

25 25 2) Tumpuan Tumpuan merupakan gerak lanjutan dari kecepatan lari yang maksimal. Tumpuan dalam lompat jauh adalah menjejakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tumpuan yang baik. Tujuan gerakan tumpuan ini adalah untuk merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan. Teknik bertumpu pada balok tumpuan harus dilakukan dalam tempo yang cepat dan tepat. Dimana tumit bertumpu lebih dahulu baru diteruskan ke seluruh telapak kaki. Pandangan tetap ke depan. Teknik gerakan melompat dilakukan dengan mengayunkan kaki setinggi mungkin ke depan atas dan dengan bantuan ayunan kedua lengan ke atas agar seluruh badan terangkat ke atas. Cara bertumpu pada balok tumpuan harus kuat. Tumit bertumpu lebih dahulu diteruskan dengan seluruh telapak kaki. Pandangan mata tetap lurus ke depan agak ke atas, tidak menunduk melihat balok tumpuan. Pelompat jauh yang baik harus mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan berkonsentrasi pada gerakan berikut yang harus dilakukannya, yaitu gerakan melayang di udara. Sudut lompatan yang baik pada saat melayang di udara adalah ± 45. Gambar 2. Tumpuan Lompat Jauh (Soegito, 1992:38) 3) Saat Melayang

26 26 Pada saat badan melayang di udara diusahakan membuat gerakan sesuai dengan kemampuan, hal ini bertujuan untuk menambah jarak jangkauan. Sikap pada saat melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi ke atas. Pada tahap melayang, pelompat harus berusaha untuk dapat mempertahankan diri supaya tidak cepat jatuh ke tanah. Karena pada saat melayang diperlukan keseimbangan tubuh yang baik untuk mempersiapkan pendaratan. Jonath U. et all (1987:200) menyatakan: Pada fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiakan pendaratan. Pada saat itu keseimbangan harus dijaga jangan sampai terjatuh, bahkan kalau mungkin harus diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jarak jangkauan lompatan. Menurut Soegito (1992:39) menyatakan bahwa: Dalam mengambil sikap di udara adalah dalam melakukan gaya jongkok di udara, sikap melayang ini adalah sikap seolah olah berjongkok di udara. Secara lebih jelas, bentuk gerakan saat melayang di udara pada lompat jauh gaya jongkok dapat dilihat pada gambar: Gambar 3. Melayang di Udara Pada Lompat Jauh Gaya Jongkok (Soegito, 1992:40) 4) Mendarat

27 27 Pada waktu badan akan mendarat kedua tungkai diluruskan ke depan dan rapat, kedua lengan diayunkan ke depan bersamaan dengan membungkukkan badan ke depan. Pada saat jatuh di bak lompat, diusahakan jatuh pada kedua ujung kaki dan sejajar. Perlu dijaga agar dalam pendaratan jangan jatuh pada bagian pantat terlebih dahulu. Setelah mendarat dengan segera tubuh dibawa ke depan, agar tidak jatuh ke belakang. Soegito (1992:41) mengemukakan mengenai hal hal yang perlu diperhatikan dalam pendaratan sebagai berikut: 1. Pada saat badan akan jatuh ke tanah lakukan gerakan pendaratan sebagai berikut: a. Luruskan kedua kaki ke depan b. Rapatkan kedua kaki c. Bungkukkan badan ke depan d. Ayunkan kedua tangan ke depan e. Berat badan dibawa ke depan 2. Pada saat jatuh di tanah atau mendarat: a. Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar b. Segera lipat kedua lutut c. Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah belakang Untuk lebih jelasnya, pelaksanaan teknik pendaratan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 4. Pendaratan Dalam Lompat Jauh (Soegito, 1992:42)

28 28 Pada lompat jauh, mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh tanah, kaki mengeper dan lengan diayun ke depan. 2. Latihan Pliometrik a. Pengertian dan Tujuan Latihan Pliometrik Pengertian latihan pliometrik tidak terlepas dari pengertian latihan pada umumnya. Adapun pengertian latihan atau training secara umum menurut Harsono (1988:101) adalah Proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang ulang dengan kian hari kian menambah beban latihannya atau pekerjaannya. Adapun menurut A. Hamidsyah Noer ( 1995:9) bahwa: Latihan adalah suatu proses penyesuaian tubuh yang dilakukan dengan berulang-ulang secara sistematis dan ajeg dengan penambahan beban secara bertahap untuk mencapai prestasi maksimal. Latihan dalam olahraga meliputi latihan fisik, teknik, taktik, dan mental. Latihan pliometrik merupakan salah satu jenis dari latihan fisik. Latihan fisik merupakan salah satu unsur dari latihan olahraga secara menyeluruh. Dalam hal ini Harsono (1988:153) menyatakan bahwa tujuan latihan fisik adalah Untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga mencapai prestasi yang lebih baik. Latihan pliometrik merupakan metode latihan yang bersifat khusus. Latihan pliometrik merupakan metode latihan yang dikembangkan untuk meningkatkan power otot. Tipe kerja dalam latihan pliometrik yaitu cepat dan eksplosif, sehingga latihan pliometrik cocok untuk mengembangkan power otot. Menurut Chu D.A. (19992:1) bahwa Pliometrik adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang merupakan perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan. Perpaduan antara kecepatan dan kekuatan merupakan perwujudan dari daya ledak otot. b. Dasar Fisiologis Latihan Pliometrik

29 29 Tipe kerja latihan pliometrik yaitu dengan adanya kontraksi kontraksi otot yang dilakukan dengan cepat dan kuat. Menurut Radcliffe & Farentinos (1985:2) bahwa Pliometrik mengacu pada latihan latihan yang ditandai dengan kontraksi kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau peregangan otot otot yang terlibat. Gerakan gerakan yang dilakukan dalam latihan pliometrik bersifat refleks dan reaktif. Radcliffe & Farentinos (1985:9) menyatakan bahwa, Dasar dasar proses gerak sadar maupun tak sadar yang terlibat dalam pliometrik adalah apa yang disebut refleks peregangan (stretch reflex), juga disebut refleks spindle atau refleks miotatik. Dalam hal ini Pyke (1991:144) menyatakan bahwa, Latihan dan drill pliometrik didasarkan pada prinsip prinsip peregangan pendahuluan (pra peregangan) otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk penyerapan kejutan dari tegangan awal yang dilakukan otot sewaktu pendaratan. Ciri khas dari latihan pliometrik adalah adanya peregangan pendahuluan (prestretching) dan tegangan awal (pre-tention) pada saat melakukan kerja. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa latihan pliometrik merupakan latihan yang menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe gerakan dalam latihan pliometrik adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe tipe seperti ini merupakan tipe dari kemampuan daya ledak. Oleh karena itu latihan pliometrik merupakan latihan yang sangat cocok untuk meningkatkan daya ledak (power). c. Prinsip Prinsip Latihan Pliometrik Latihan pliometrik merupakan bagian dari latihan olahraga, khususnya latihan fisik secara umum. Prinsip prinsip latihan olahraga secara umum, juga berlaku untuk latihan pliometrik. Prinsip prinsip yang harus diterapkan pada latihan pliometrik, menurut Sarwono & Ismaryati (1999:39-42) antara lain, (a) memberi regangan (stretch) pada otot, (b) beban lebih yang meningkat (progresive overloade), (c) kekhususan latihan, (d) pulih asal. Prinsip prinsip latihan pliometrik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Memberi Regangan (stretch) Pada Otot

30 30 Dasar gerak latihan pliometrik adalah adanya refleks peregangan sebelum kontraksi otot untuk melawan beban yang berlangsung dengan cepat. Menurut Sarwono & Ismaryati (1999:39) bahwa, Tujuan dari pemberian regangan yang cepat (segera) pada otot otot sebelum melakukan kontraksi (gerak), secara fisiologis untuk, (1) memberi panjang awal yang optimum pada otot, (2) mendapatkan tenaga elastis dan (3) menimbulkan refleks regang. Gerakan pliometrik didasarkan pada kontraksi refleks dari serabut serabut otot dengan pembebanan yang cepat yang didahului dengan peregangan otot secara cepat pula. Dengan adanya regangan otot sebelum berkontraksi dapat memberikan stimulasi pada sistem neuromuskuler dan meningkatkan refleks peregangan dinamis pada otot. 2) Beban Lebih Yang Meningkat (Progressive Overload) Prinsip beban lebih atau overload merupakan prinsip dasar latihan, termasuk dalam latihan pliometrik. Prinsip beban lebih dapat merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong peningkatan kemampuan otot atau tubuh. Kemampuan orang dapat meningkat jika mendapatkan beban latihan lebih berat dari beban yang diterima sebelumnya secara teratur dan kontinyu. Dalam hal ini Pate R., Rotella R.& McClenaghan B. (1993:318) mengemukakan bahwa, sebagian besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari hari. Dengan demikian agar kemampuan atlet dapat meningkat, maka beban yang diberikan dalam latihan harus merupakan beban yang lebih berat dari beban yang telah terbiasa diterima sebelumnya. Dengan pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya, maka akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut. Sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Oleh karena itu prinsip beban lebih ini harus benar benar diterapkan dalam pelaksanaan latihan. Harus selalu diingat, bahwa peningkatan beban latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau berlebihan. Jika beban latihan yang diberikan tersebut selalu tinggi dan berlebihan, maka yang diperolah bukanlah kemajuan kondisi fisik, tetapi malah sebaliknya yaitu kemunduran kondisi fisik. Karena beban yang berlebihan kemungkinan dapat menimbulkan cedera, sehingga kondisi fisiknya menurun karena

31 31 sakit. Untuk menghindari pemberian beban yang berlebihan, maka pemberian beban latihan diberikan secara progresif. Penggunaan beban secara progresif adalah latihan yang dilakukan dengan menggunakan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Menurut Soekarman (1987:60) bahwa Dalam latihan, beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai maksimum. Dan jangan berlatih melebihi kemampuan. Dengan pemberian beban yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektivitas kemampuan fisik. Pembebanan dalam latihan pliometrik memiliki ciri ciri yang bersifat khusus. Menurut Radcliffe & Farentinos (1985:17) bahwa, program latihan pliometrik harus diberikan beban lebih dalam hal tahanan atau beban (resistif), kecepatan (temporal), dan jarak (spasial). Peningkatan beban latihan pliometrik dapat dilihat dari beban yang digunakan, kecepatan gerak dan jarak tempuh. 3) Kekhususan Latihan Pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi fisik, pola gerakan dan sistem energi yang digunakan dalam latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap komponen tersebut. Berdasarkan hal tersebut, agar aktivitas latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang diberikan harus bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan pola gerak jenis olahraga yang akan dikembangkan. Dalam hal ini Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa, latihan itu harus bersifat khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan. Latihan hendaknya melibatkan gerakan yang langsung menuju pada nomor nomor cabang olahraga yang bersangkutan. Prinsip kekhususan juga berlaku untuk latihan pliometrik. Program latihan yang diberikan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Kekhususan tersebut yaitu menyangkut kelompok otot utama yang digunakan, sistem energi dan pola gerakan (keterampilan) yang sesuai dengan nomor olahraga yang dikembangkan. Bentuk latihan yang dilakukan harus bersifat khas sesuai cabang

32 32 olahraga tersebut. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan. Agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, maka program latihan yang disusun juga harus berpegang pada prinsip kekhusususan latihan ini. Baik dalam pola gerak, jenis kontraksi otot, kelompok otot yang dilatih dan sistem energi yang dikembangkan dalam latihan tersebut harus sesuai dengan ciri ciri dan karakteristik lompat jauh. 4) Pulih Asal Prinsip pemulihan sering juga disebut dengan recovery atau sering pula disebut prinsip interval. Dalam suatu latihan tubuh harus mendapat pulih asal yang cukup. Penggunaan prinsip interval ini cukup besar manfaatnya dalam proses pelaksanaan latihan. Menurut Suharno H.P. (1993:17), manfaat prinsip interval ini antara lain untuk: (a) Menghindari terjadinya overtraining, (b) Memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan, (c) Pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan. Cedera dalam latihan sering terjadi karena adanya pembebanan yang berat dan dilakukan secara terus menerus. Dengan interval istirahat yang cukup akan dapat memberikan kesempatan pada tubuh untuk istirahat, sehingga dapat menghindari terjadinya cedera. Interval yang cukup juga dapat memberikan kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap beban latihan. Prinsip pulih asal ini harus diterapkan dalam latihan, termasuk dalam latihan pliometrik. Lama waktu pulih asal untuk latihan pliometrik, menurut Chu (1992:14) yaitu, menggunakan rasio antara kerja dan istirahat 1:5 sampai 1:10. Dalam hal ini Radcliffe & Farentinos (1985:20) mengemukakan bahwa, periode istirahat 1 2 menit di sela sela set biasanya sudah memadai untuk sistem neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan pliometrik untuk pulih kembali. Dengan pulih asal (recovery) yang cukup, tubuh akan siap kembali untuk melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya. Jika tidak ada waktu pemulihan yang cukup, atlet akan mengalami kelelahan yang berat dan akibatnya penampilan akan menurun.

33 33 d. Bentuk Latihan Pliometrik Untuk Meningkatkan Kemampuan Lompat Jauh Komponen utama dalam lompat jauh adalah kemampuan fisik dan teknik. Pelatih dituntut untuk dapat menyusun dan memberikan progaram latihan untuk mengembangkan unsur fisik dan unsur teknik yang diperlukan dalam lompat jauh secara terpadu. Sesuai dengan prinsip kekhususan latihan, latihan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh harus bersifat khusus. Program latihan yang disusun untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh harus sesuai dengan karakteristik atau pola gerakan lompat jauh. Tanpa memperhatikan hal tersebut, maka latihan yang dilakukan tidak akan efektif dan efisien. Bentuk dan metode latihan yang digunakan juga harus bersifat khusus, yang dapat mengembangkan unsur unsur dalam lompat jauh tersebut. Latihan pliometrik untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh terutama adalah dengan bentuk latihan melompat lompat. Bentuk latihan pliometrik yang dapat digunakan untuk mengembangkan prestasi lompat jauh, diantaranya yaitu latihan melompat menggunakan satu kaki dengan alat bantu kotak (box) dan latihan melompat dengan memantul. Bentuk latihan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding. (Chu, 1992:46,61). Pada lompat jauh gaya jongkok, pelaksanaan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing menggunakan bantuan 6 kotak kecil dengan tinggi 12 inci. Dan untuk latihan pliometrik single leg bounding tidak menggunakan alat bantu kotak, tetapi dengan menggunakan tempat yang datar untuk melompat dan memantul. e. Penyusunan Program Latihan Pelaksanaan latihan harus direncanakan, disusun dan diprogram dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai. Untuk mencapai prestasi olahraga yang setinggi mungkin, mutlak diperlukan penyusunan program latihan yang baik dan tepat. Program latihan harus disusun dengan teliti dan seksama dengan memperhatikan prinsip

34 34 prinsip latihan yang benar. Dalam hal ini Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984:12-14) mengemukakan bahwa: Pada pembuatan program latihan harus meliputi faktor berikut: a. Tipe latihan b. Intensitas latihan c. Frekuensi latihan d. Lama latihan e. Peningkatan Menurut M. Sajoto (1995:33-35) dalam menyusun program latihan harus memperhatikan, (a) Jumlah beban, (b) Repetisi dan set, (c) Frekuensi dan lama latihan. Adapun hal hal yang harus diperhatikan dalam menyusun program latihan untuk latihan melompat lompat antara lain adalah intensitas latihan, repetisi dan set serta frekuensi dan lama latihan. 1) Intensitas Intensitas latihan adalah jumlah beban dalam latihan yang dilakukan dengan sungguh sungguh dan benar pelaksanaannya. (A. Hamidsyah Noer, 1995:12). Ukuran kesungguhan dalam pelaksanaan latihan merupakan bentuk dari intensitas latiahan. Intensitas dapat pula diartikan sebagai ukuran berat ringannya beban latihan. Dalam hal ini Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984:12) mengemukakan bahwa, Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap efek tubuh. Pelaksanaan latihan pliometrik menurut Pyke (1991:144) yaitu meliputi, Latihan memantul mantul, lompatan dalam dan dapat juga latihan lempar pantul. Jadi pelaksanaan latihan ini adalah melompat lompat dengan memantul, sehingga tidak ada waktu istirahat antar lompatan yang dilakukan. Dengan demikian latihan pliometrik ini dilaksanakan dalam intensitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Bompa (1994:42) yaitu bahwa latihan pliometrik dengan lompat lompat memantul itu dilakukan dengan intensitas submaximal. 2) Repetisi dan Set

35 35 Repetisi adalah jumlah ulangan gerakan dalam latihan, sedangkan set adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. Penentuan jumlah repetisi dan set yang harus dilakukan atlet harus ditentukan dengan tepat. Dalam latihan melompat lompat dengan memantul, menurut Bompa (1994:44) yaitu dengan jumlah repetisi 3-25, sedangkan jumlah setnya yaitu Adapun istirahat antar setnya yaitu 3-5 menit. Sedangkan menurut Nosseck (1982:81) bahwa dosis latihan lompat untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai adalah dengan: intensitas 30-50%, repetisinya 6-12, antara 4-6 seri, interval istirahat 2-5 menit, dengan irama latihan cepat dan eksplosif. Berdasarkan uraian di atas, maka latihan melompat lompat yang dilakukan untuk melakukan kemampuan melompat dalam lompat jauh adalah dengan repetisi 3-5, dalam 2-4 set, dengan istirahat antar set selama 3 menit. 3) Frekuensi dan Lamanya Latihan Frekuensi dan lamanya latihan merupakan dua hal yang saling berkaitan dalam pelaksanaan latihan. Frekuensi merupakan jumlah berapa kali latihan yang dilakukan setiap minggunya. Sedangkan lamanya latihan yaitu lamanya waktu yang diperlukan dalam latihan sampai mendapatkan pengaruh yang nyata. Dalam hal ini M. Sajoto (1995:35) mengemukakan bahwa, Para pelatih dewasa ini umumnya setuju untuk menjalankan program latihan 3 kali seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih. Dengan latihan yang dilakukan 3 kali seminggu secara teratur selama 6 minggu, kemungkinan sudah menampakkan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan kondisi fisik. 3. Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing a. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing

36 36 Gerakan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing adalah melompat dari bawah naik ke atas kotak atau box dengan menggunakan satu kaki, kemudian turun dari kotak dengan menggunakan satu kaki yang sama. Gerakan dilanjutkan ke kotak-kotak berikutnya dengan tanpa mengubah kaki tumpuan. Kedua lengan diayun dari belakang ke depan untuk memperoleh keseimbangan. Latihan ini dilakukan dengan kedua kaki secara bergantian, kemudian diberikan porsi yang lebih banyak pada kaki yang dianggap lebih kuat untuk melakukan tumpuan. Pelaksanaan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Gambar 5. Pelaksanaan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing. (Chu, 1992:46) Penekanan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing yaitu pada saat siswa melakukan gerakan melompat dan menuruni kotak dengan satu kaki dan diikuti dengan ayunan kedua lengan dari belakang ke depan. Dengan gerakan ini dimungkinkan dapat meningkatkan power otot tungkai, juga pengembangan saat berada di udara dengan adanya ayunan lengan untuk koordinasi keseimbangan. b. Pengaruh Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing merupakan latihan melompat-lompat dengan menggunakan satu kaki yang dilakukan secara berulang-ulang. Dengan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg

37 37 landing dimungkinkan dapat meningkatkan power otot tungkai. Sebab selama latihan, otot-otot tungkai dituntut untuk melompat-lompat secara berulang-ulang. Pelaksanaan tumpuan dalam latihan ini dilakukan dengan satu kaki. Karena lompatan tersebut dilakukan dengan satu kaki, maka beban tubuh akan ditopang dan dilawan hanya dengan satu kaki. Berdasakan hal tersebut, maka beban yang diangkat akan lebih berat. Hal ini menyebabkan pengembangan power otot tungkai lebih besar. Dalam latihan ini gerakannya dari bawah melompat ke atas kotak dengan satu kaki kemudian turun dengan kaki yang sama. Gerakan tersebut dapat meregangkan otot paha dan merangsang kontraksi otot paha. Hal ini menyebabkan pengembangan kekuatan dan power otot tungkai yang lebih besar. Dengan power otot tungkai yang besar, maka akan menghasilkan tenaga tumpuan yang lebih besar pula. Sehingga jarak lompatan menjadi lebih jauh. Latihan ini dilakukan dengan melompat ke atas, maka beban otot tungkai menjadi lebih berat. Hal ini disebabkan karena pengaruh gaya gravitasi bumi yang menarik badan ke bawah. Dengan adanya gaya tersebut, maka beban otot tungkai menjadi lebih berat. Sehingga pada latihan ini memiliki kelebihan, yaitu dengan adanya beban berat badan pada otot tungkai, akan sangat baik untuk meningkatkan power otot tungkai. Dengan power otot tungkai yang besar, maka akan dapat meningkatkan kemampuan dalam lompat jauh. Penekanan latihan ini ditujukan untuk meningkatkan power otot tungkai, dan penekanan gerakan memantul tidak diperhatikan. Dengan demikian latihan ini memiliki kelemahan, yaitu tidak ada unsur pantulan untuk melatih kaki pada saat malakukan tolakan dalam lompat jauh. 4. Latihan Pliometrik Single Leg Bounding a. Pelaksanaan Latihan Pliometrik Single Leg Bounding Pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding yaitu melompat-lompat ke arah depan di tempat yang datar dengan menggunakan satu kaki dan memantul dengan satu kaki yang sama pula. Lompatan dilakukan dengan memantul. Gerakan diawali

38 38 dengan berdiri dua kaki, kemudian melompat-lompat dan memantul dengan satu kaki yang sama. Kaki yang lain ditekuk ke atas dan kedua lengan diayunkan dari belakang ke depan untuk menjaga keseimbangan. Gerakan ini dilakukan terus menerus dengan kedua kaki secara bergantian. Kaki yang lebih dominan diberikan porsi latihan yang lebih banyak. Gambaran pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding adalah sebagai berikut: Gambar 6. Pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding.(chu,1992:61) Gerakan dalam latihan pliometrik single leg bounding adalah dengan melompatlompat dan memantul dengan menggunakan satu kaki yang sama. Dengan latihan ini diharapkan dapat meningkatkan power otot tungkai. b. Pengaruh Latihan Pliometrik Single Leg Bounding Pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding dilakukan secara kontinyu dan berulang-ulang. Dengan latihan melompat-lompat yang dilakukan secara berulangulang tersebut maka akan dimungkinkan dapat meningkatkan power otot tungkai. Hal ini sesuai dengan pendapat Pyke (1991:144) bahwa semua latihan (lompatan

39 39 memantul) itu sangat baik untuk menghasilkan tenaga pada jenis gerakan eksplosif, karena latihan itu menjembatani perbedaan antara kekuatan dan power. Gerakan dalam latihan ini adalah dengan melompat dan memantul ke depan dengan satu kaki. Sehingga pada saat melompat dan memantul secara berulang-ulang, otot paha akan berkontraksi dan menahan beban tubuh. Dengan demikian power otot tungkai menjadi meningkat. Selain hal tersebut, dalam gerakan ini akan memberikan pengembangan koordinasi untuk keseimbangan yang dibutuhkan dalam lompat jauh. Dalam latihan pliometrik single leg bounding, dilakukan dengan melompat ke depan dan dengan memantul. Sehingga kelebihan pada latihan ini disamping dapat meningkatkan power otot tungkai, juga dapat melatih kemampuan tolakan ke depan atas pada saat menolak dalam lompat jauh. Latihan pliometrik single leg bounding mempunyai kelemahan. Pada latihan ini dilakukan menggunakan satu kaki sebagai tumpuan dengan cara melompat-lompat ke depan dan dengan memantul. Beban tubuh menjadi lebih ringan jika dibanding dengan latihan Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing. Hal ini dipengaruhi oleh dorongan ke depan dan gaya gravitasi yang lebih ringan daripada melompat ke atas. Dengan demikian beban otot tungkai menjadi lebih ringan dalam menopang berat badan. B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan tersebut di atas, dapat diuraikan kerangka berfikir sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing dan Single Leg Bounding Program latihan yang dilakukan secara sistematis, teratur dan berkelanjutan dengan dosis latihan yang tepat, akan memberikan penyesuaian terhadap kerja fisik yang selalu meningkat. Perubahan-perubahan akibat latihan tersebut ditandai dengan meningkatnya kemampuam fungsi organ dan otot, yang akan memberikan kemungkinan adanya peningkatan dalam mencapai prestasi olahraga. Dalam rangka meningkatkan jarak lompatan, siswa diberikan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing. Penekanan latihan pliometrik

40 40 multiple box to box jumps with single leg landing adalah pada saat siswa melakukan lompatan dengan satu kaki pada balok atau box, kemudian dilanjutkan melompat dengan satu kaki ke depan bawah. Dengan latihan tersebut dimungkinkan dapat meningkatkan power otot tungkai dan koordinasi dari elemen teknik dasar lompat jauh. Latihan yang kedua adalah latihan pliometrik single leg bounding. Metode latihan pliometrik single leg bounding merupakan metode latihan dalam lompat jauh. Dimana latihan tersebut dilakukan dengan cara melompat dan memantul dengan menggunakan satu kaki secara bergantian. Metode latihan tersebut menekankan pada tumpuan dan tolakan kaki pada saat menumpu dan saat melakukan tolakan dalam lompat jauh. Tumpuan dalam latihan ini selalu dilakukan dengan menggunakan satu kaki secara bergantian. Dengan tumpuan satu kaki maka akan menghasilkan power otot tungkai dan memberikan pengembangan keseimbangan posisi badan pada saat di udara. Dengan demikian, latihan ini dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan kemampuan lompatan dalam lompat jauh. Ini disebabkan karena dalam latihan ini dapat memberikan peningkatan power otot tungkai dan juga dapat meningkatkan koordinasi tangan untuk menjaga keseimbangan pada saat di udara. 2. Pengaruh Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing dan Single Leg Bounding Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada pola gerakan yang dilakukan dan alat bantu yang dipakai. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing merupakan latihan melompat naik dan turun ke beberapa kotak atau box dengan menggunakan satu kaki. Sedangkan pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding yaitu melompat dan memantul pada daerah yang datar dengan menggunakan satu kaki secara bergantian. Perbedaan pelaksanaan latihan tersebut akan menyebabkan perbedaan pengaruh yang ditimbulkan terhadap perkembangan kemampuan otot-otot yang terlibat. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing merupakan latihan melompat naik turun ke beberapa kotak atau box dengan menggunakan satu

41 41 kaki, sehingga beban tubuh menjadi lebih berat. Dalam latihan ini juga terjadi peregangan dan pembebanan otot tungkai yang lebih besar. Gerakan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing diawali dengan meregangkan otot paha. Secara fisiologis, maka otot mengalami refleks stretch sebelum melakukan kontraksi otot. Lompatan dalam latihan ini dapat menghasilkan tenaga tumpuan yang lebih besar dan lebih maksimal. Hal ini menyebabkan pengembangan kekuatan dan power otot tungkai yang cukup besar. Sehingga dengan meningkatnya power otot tungkai, akan memberikan pengaruh terhadap jauhnya lompatan dalam lompat jauh. C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan dari kajian teoritis dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/ Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing memiliki pengaruh lebih baik dari single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010.

42 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di halaman sekolah dan lapangan lompat jauh SD Negeri Pengkok 1, Kedawung, Sragen. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 12 Desember 2009, dengan frekuensi latihan 3 kali pertemuan dalam satu minggu selama 6 minggu. B. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian matching by subject design yang biasa disebut dengan M S. Metode eksperimen adalah metode yang menggunakan suatu kegiatan percobaan yang biasa disebut dengan perlakuan. Dengan adanya perlakuan tersebut akan terlihat hubungan sebab akibat dari pengaruh pelaksanaan perlakuan yng diberikan. Pembagian kedua kelompok dalam penelitian eksperimen diperoleh dari hasil matching nilai tes awal, sehingga kedua kelompok itu berangkat dari titik tolak yang sama. Dalam hal ini Sutrisno Hadi (1995:484) mengemukakan teorinya bahwa Matching by subject tentu sekaligus juga group matching karena hakekatnya subject matching adalah sedemikian rupa sehingga pemisahan pemisahan subyek (pair of subject) masing masing ke group eksperimen dan group kontrol secara otomatis akan menyeimbangkan kedua group itu. Untuk menyeimbangkan kedua kelompok dalam penelitian ini menggunakan subject matching ordinal pairing, yaitu anak yang kemampuannya seimbang dipasangkan, kemudian anggota tiap-tiap pasangan dipisahkan pada kelompok 1 dan 2. Adapun pembagian kelompok eksperimen tersebut adalah sebagai berikut:

43 43 Kelompok 1 Kelompok dst 7 Gambar 7. Pembagian Kelompok Dalam Eksperimen Rancangan penelitian eksperimen Matched by Subject Design tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: R Y 1 (op) K 1 X 1 Y 2 K 2 X 2 Y 2 Gambar 8. Rancangan Penelitian Keterangan: R = Pengambilan sampel secara total sampling Y 1 = Tes awal lompat jauh op = Melalui prosedur subject matching ordinal pairing K 1 = Kelompok 1 K 2 = Kelompok 2 X 1 = Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing X 2 = Latihan pliometrik single leg bounding Y 2 = Tes akhir lompat jauh gaya jongkok C. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah Gejala-gejala yang bervariasi dan menjadi objek penelitian (Suharsini Arikunto, 1983:92). Dalam penelitian ini variabel-variabel dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (independen) Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

44 44 a. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing b. Latihan pliometrik single leg bounding 2. Variabel Terikat (dependen) Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan lompat jauh gaya jongkok. D. Definisi Operasional Variabel 1. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing Latihan ini merupakan latihan pliometrik, dengan menggunakan alat bantu kotak atau box. Pelaksanaan latihan ini adalah dengan cara melompat menggunakan salah satu kaki ke atas kotak, kemudian turun lagi ke depan bawah dengan menggunakan satu kaki yang sama. Untuk menjaga keseimbangan maka kedua lengan diayunkan ke depan. Gerakan dilakukan beberapa kali dari kotak pertama sampai kotak yang terakhir dengan cara yang sama. 2. Latihan pliometrik single leg bounding Latihan pliometrik ini dilakukan dengan cara melompat ke depan dengan satu kaki dan memantul dengan menggunakan kaki yang sama juga. Pada saat melompat, kedua lengan diayunkan ke depan untuk memperoleh keseimbangan badan. Pelaksanaan latihan ini dilakukan di tempat yang datar. 3. Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam malakukan lompatan dalam lompat jauh gaya jongkok. Kemampuan seseorang dapat dilihat dari hasil lompatan yang telah dilakukan. Semakin jauh jarak lompatan yang dicapai, maka semakin bagus kemampuan orang tersebut dalam melakukan lompatan. E. Populasi dan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010, sebanyak 40 siswa. Karena masing - masing siswa yang menjadi populasi sekaligus menjadi sampel dalam penelitian, maka penelitian ini adalah penelitian populasi.

45 45 F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik tes dan pengukuran. Tes yang dilakukan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah tes lompat jauh gaya jongkok. Tiap siswa diberi kesempatan 3 kali percobaan, Aip Syarifudin (1992:104). Tes tersebut yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal dilaksanakan sebelum kedua kelompok atau sampel diberi perlakuan. Sedangkan tes akhir dilaksanakan setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda dalam jangka waktu yang telah ditentukan yaitu selama 6 minggu. Mencari Reliabilitas Sebelum dilakukan analisis dilakukan uji prasyarat tes yaitu dengan uji reliabilita. Hal ini dimaksudkan untuk mencari keajegan hasil tes. Untuk mencari reliabilitas tes dilakukan menggunakan teknik Anava, dengan rumus sebagai berikut: MS A MS W R = MS A (Mulyono. B, 2008:44) Keterangan: R = Koefisien reliabilitas MS A = Jumlah rata rata dalam kelompok MS W = Jumlah rata rata antar kelompok G. Teknik Analisis Data Data yang sudah diperoleh dikumpulkan, disusun dan dianalisis secara statistik dengan langkah sebagai berikut: 1. Uji Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors (Sudjana, 1992:466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah sebagai berikut:

46 46 1) Pengamatan X 1, X 2,..., X n dijadikan bilangan baku Z 1, Z 2,...,Z n dengan menggunakan rumus: X i X Z i = s Keterangan: X i = Nilai tiap kasus X = Rata rata s = Simpangan baku 2) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(z i ) = P(z z i ). 3) Selanjutnya dihitung proporsi z 1, z 2,..., z n yang masih kecil atau sama dengan z i. Jika proporsi dinyatakan oleh S(z i ), Maka S(z i ) = Banyaknya z 1, z 2,..., zn yang z i 4) Hitung selisih F(z i ) S(z i ) kemudian ditentukan harga mutlaknya. n 5) Ambil harga yang paling besar diantara harga harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L hitung. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan memberi varians yang terbesar dengan varians terkecil yang diperoleh. Adapun rumus yang digunakan menurut Sutrisno Hadi (1982:386) adalah: Fdbvb:dbvk = SD² bs SD² kt (Sutrisno Hadi, 1982:386) Keterangan: dbvb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar dbvk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil SD² bs = varians yang lebih besar SD² kt = varians yang lebih kecil

47 47 2. Uji Perbedaan Uji perbedaan penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik uji t dengan rumus sebagai berikut: Md t = d² N (N 1) (Sutrisno Hadi, 1995:457) Keterangan: Md = Mean deviasi (beda) dari pasangan d² = Jumlah deviasi kuadrat N = Jumlah pasangan Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut: D Md = N Keterangan: D = Jumlah selisih (deviasi) masing masing subyek N = Jumlah pasangan Data yang diperoleh dari hasil penghitungan t test baik tes awal maupun tes akhir dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan db = N Penghitungan Persentase Peningkatan Untuk mengetahui hasil dari perlakuan penelitian digunakan penghitungan persentase peningkatan pada kelompok 1 dan kelompok 2 dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Mean Different Persentase peningkatan = X 100% Mean Pretest Mean Different = mean posttest mean pretest

48 48 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Data Setelah dilaksanakan penelitian, diperoleh data. Data yang dikumpulkan berupa tes lompat jauh gaya jongkok. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok 1 dan kelompok 2. Data tersebut kemudian dikelompokkan dan dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran. Berturut-turut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, hasil analisis data serta pembahasan dan pengujian hipotesis. Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang dilakukan pada kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok Kelompok 1 dan Kelompok 2. Kelompok Tes N Hasil Hasil Terendah Tertinggi Mean SD Kelompok 1 (Multiple Awal Box To Box Jumps With Single Leg Landing) Akhir Kelompok 2 (Single Leg Bounding) Awal Akhir

49 49 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan kelompok 1 memiliki rerata kemampuan lompat jauh adalah 2.860, sedangkan setelah mendapat perlakuan memiliki rerata kemampuan lompat jauh adalah Adapun rata-rata kemampuan lompat jauh pada kelompok 2 sebelum diberi perlakuan adalah 2.848, sedangkan setelah mendapat perlakuan memiliki rata-rata kemampuan lompat jauh adalah B. Pengujian Reliabilitas Agar data yang dianalisis adalah hasil dari suatu tes atau pengukuran yang baik, maka perlu uji reliabilitas. Dalam penelitian ini diadakan uji reliabilitas tehadap hasil tes awal kemampuan lompat jauh. Adapun hasil dari analisis yang dilakukan dengan uji reliabilitas tes awal diperoleh R = 0,9897. Hasil tersebut kemudian di konsultasikan dengan tabel kategori reliabilitas tes termasuk dalam kategori Tingkat Tinggi, dan dapat digunakan sebagai alat ukur. Adapun dalam mengartikan katagori koefisien reabilitas tes tersebut dengan menggunakan pedoman tabel koefisien dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B. (1992:22) yaitu : Tabel 2. Range Kategori Reliabilitas No Kategori Validita Reliabilita Obyektivita 1 Tingkat Tinggi 0,80 1,00 0,90 1,00 0,95 1,00 2 Tinggi 0,70 0,79 0,80 0,89 0,85 0,94 3 Cukup 0,50 0,69 0,60 0,79 0,70 0,84 4 Kurang 0,30 0,49 0,40 0,59 0,50 0,69 5 Tidak Signifikan 0,00 0,29 0,00 0,39 0,00 0,49 C. Uji Prasyarat Analisis Data Sebelum data hasil penelitian dianalisis dengan teknik t-tes, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu dengan 1) uji normalitas, 2) uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Bentuk data yang normal merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum digunakan untuk menganalisis data. Pengujian normalitas data dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 dengan mengikuti uji Liliefors pada taraf = 0,05. Hasil pengujian tersebut disajikan dalam tabel berikut:

50 50 Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kelompok N M SD Lo L t5% K ,860 0,3979 0,117 0,190 K ,848 0,3949 0,124 0,190 Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K 1 diperoleh nilai L hitung sebesar 0,117, dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K 1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan data hasil uji normalitas yang dilakukan pada K 2 diperoleh nilai L hitung sebesar 0,124, dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K 2 termasuk berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka apabila nantinya kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan rata-rata kemampuan lompat jauh. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut : Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kelompok N SD 2 F o F t5% K ,108 K ,106 1,015 2,120 Dari hasil uji homogenitas varians yang tertera dalam tabel di atas, diperoleh hasil dengan db = 20 lawan 20, angka F tabel 5% = 2,120 Sedangkan harga F hitung = 1,015. Yang ternyata lebih kecil dari harga F tabel 5%. Karena F hitung < F tabel 5%, maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki varians yang homogen.

51 51 D. Hasil Analisis Data 1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan Sebelum dilakukan uji perbedaan dengan t-tes telah diadakan "Matching", yaitu tes awal yang mempunyai kemampuan setara dipasang-pasangkan dibagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok 1 dan kelompok 2. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kedua kelompok tersebut. Dalam penentuan kelompok, kelompok 1 mendapat perlakuan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan kelompok 2 mendapat perlakuan dengan latihan pliometrik single leg bounding. Hasil t-test untuk tes awal antara K 1 dan K 2 dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 5. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2 Kelompok N Mean Md t o T t5% K ,860 K ,848 0,012 0,0957 1,680 Dari rangkuman hasil t-test untuk tes awal di atas, pada K 1 dapat diketahui bahwa rata-rata sebesar 2,860 sedangkan K 2 diketahui bahwa rata-rata sebesar 2,848 dan untuk Mean deviasi sebesar 0,012. Dengan derajat kebebasan N - 1 = 20-1 = 19 pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 1,680 sedangkan nilai t hitung sebesar 0,0957. Ternyata kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol. Maka hipotesis nol diterima. Sehingga dari hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 menunjukkan bahwa kedua kelompok tersebut adalah homogen. 2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan a. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan Setelah melakukan latihan selama 6 minggu, kemudian diadakan tes akhir. Dan untuk membuktikan apakah latihan yang diberikan telah menunjukkan pengaruh yang meyakinkan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok, maka dicari dengan uji t-test antara tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok. Adapun

52 52 hasil t-test untuk mengetahui peningkatan prestasi tes awal ke tes akhir antara K 1 dan K 2 dapat dilihat dalam tabel berikut ini : a.1 Hasil Uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada K 1 Tabel 6. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K 1 Tes N Mean Md t o t t5% Awal 20 2,860 Akhir 3,225 0,365 3,1626 1,680 Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K 1 dapat diketahui bahwa pada tes awal rata-rata sebesar 2,860 dan tes akhir sebesar 3,225 untuk Mean deviasi sebesar 0,365. Dengan derajat kebebasan 19 (N 1 = 20-1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 1,680 sedangkan nilai t o sebesar 3,1626. Berarti t o lebih besar dari t tabel maka hipotesis nol ditolak. Dengan demikian antara tes awal dan tes akhir pada K 1 ada perbedaan yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat perlakuan, K 1 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang signifikan. a.2 Hasil Uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada K 2 Tabel 7. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K 2 Tes N Mean Md t o t t5% Awal Akhir ,314 2,7413 1,680 Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K 2 dapat diketahui bahwa pada tes awal rata-rata sebesar 2,848 dan tes akhir sebesar 3,162 untuk Mean deviasi sebesar 0,314. Dengan derajat kebebasan 19 (N 1 = 20-1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 1,680 sedangkan nilai t o sebesar 2,7413. Berarti t o lebih besar dari t tabel maka hipotesis nol ditolak. Dengan demikian antara tes awal dan tes akhir pada K 2 ada perbedaan yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat perlakuan, K 2 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang signifikan.

53 53 a.3 Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antar Kelompok Untuk mengetahui ada perbedaan hasil latihan antara K 1 dan K 2 setelah diberi perlakuan, dapat dilihat pada hasil t-test untuk tes akhir dari kedua kelompok dalam tabel berikut ini : Tabel 8. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok Kelompok N Mean Md t o t t5% K 1 3,23 20 K 2 3,16 0,07 0,6083 1,680 Berdasarkan rangkuman di atas, pada tes akhir pada K 1 diketahui rata-rata sebesar 3,23 dan untuk K 2 diketahui rata-rata sebesar 3,16. Mean deviasi sebesar 0,07 dengan derajat kebebasan 19 (N 1 = 20-1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t o sebesar 0,6083 sedangkan nilai t tabel sebesar 1,680. Berarti t o lebih kecil dari t tabel maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian pada tes akhir kemampuan lompat jauh gaya jongkok antara K 1 dan K 2 tidak terdapat perbedaan. a.4 Perbedaan Persentase Peningkatan Untuk mengetahui kelompok yang memiliki persentase peningkatan yang lebih baik, diadakan perhitungan perbedaan persentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok dalam persen pada kelompok 1 dan 2 adalah : Tabel 9. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Dalam Persen Pada K 1 dan K 2 Kelompok N Mean Pretest Mean Posttest Mean Different Persentase Peningkatan K ,860 3,225 0,365 12,762%

54 54 K ,848 3,162 0,314 11,025% Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok sebesar 12,762%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok sebesar 11,025%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki persentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang lebih besar dari pada kelompok 2. E. Pembahasan Hasil Analisis Data Dari hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberi perlakuan diperoleh nilai t antara tes awal pada K 1 dan K 2 sebesar 0,0957, sedangkan t tabel sebesar 1,680. Ternyata t hitung yang diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian K 1 dan K 2 sebelum diberi perlakuan dalam keadaan seimbang. Berarti apabila setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan yang diberikan selama penelitian, antara K 1 dan K 2 berangkat dari titik tolak kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang sama. Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 diperoleh nilai t sebesar 3,1626. Ternyata t hitung = 3,1626 > t tabel 5% = 1,680, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Yang berarti bahwa latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing memiliki pengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 diperoleh nilai t sebesar 2,7413. Ternyata t hitung = 2,7413 > t tabel 5% = 1,680, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Yang berarti bahwa latihan pliometrik single leg bounding memiliki pengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada K 1 dan K 2 diperoleh nilai t sebesar 0,6083 sedangkan nilai t tabel sebesar 1,680. Ternyata t yang

55 55 diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan selama 6 minggu, tidak terdapat perbedaan pengaruh antara hasil tes akhir K1 dan K2. Pengaruh pada latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok dengan hasil perhitungan diperoleh nilai t hit sebesar 3,1626 dan pengaruh latihan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok dengan hasil perhitungan diperoleh nilai t hit sebesar 2,7413 dan t tabel sebesar 1,680. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun ajaran 2009/2010 tidak ada perbedaan. Dalam penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan kelompok 2 dikarenakan : 1) Subyek yang dijadikan sampel melakukan kegiatan lain yang dapat mempengaruhi penelitian ini. 2) Subyek sering tidak fokus pada program latihan yang diberikan.

56 56 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpukan sebagai berikut : 1. Tidak ada perbedaan pengaruh antara latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. t hitung = 0,6083 < t tabel = 1, Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing (K 1 ) dan single leg bounding (K2), sama-sama dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. K 1 12,762 % > K 2 11,025 %. B. Implikasi Kesimpulan dari hasil penelitian ini menimbulkan implikasi, adapun implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, latihan yang diberikan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan beban latihan yang meningkat, menunjukkan bahwa latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010. Dari uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada K 1 dan K 2 diperoleh nilai t sebesar 0,6083 sedangkan nilai t tabel sebesar 1,680. Ternyata t yang diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan pengaruh antara hasil tes akhir K1 dan K2. Dengan demikian, untuk melatih kemampuan lompat jauh gaya jongkok dapat dilakukan dengan cara memberikan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan latihan pliometrik single leg bounding, untuk variasi-variasi

57 57 latihan agar siswa tidak jenuh. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menentukan metode latihan khususnya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. C. Saran Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada guru penjasorkes khususnya di SD Negeri Pengkok 1, disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan latihan pliometrik single leg bounding dapat digunakan sebagai variasi latihan untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. 2. Dalam melatih kemampuan lompat jauh, modifikasi latihan dapat dilakukan dengan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan latihan pliometrik single leg bounding agar siswa tidak mengalami kejenuhan dalam latihan.

58 58 DAFTAR PUSTAKA A. Hamidsyah Noer Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka. Aip Syarifuddin Atletik. Jakarta: Depdikbud. Bernhard, G Atletik, Alih Bahasa Tim Redaktur Effar & Dahara Prize Offset. Semarang : Effar & Dahara Prize Offset. Bompa T.O Power Training For Sport, Plyometric For Maximum Power Development. Kendall/Hant : Low Of University Chu D.A Jumping Into Plyometrics. California: Leisure Press Champaign, Illinois. Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro Kesehatan Dan Olahraga. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Harsono Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti. Jarver J Belajar dan Berlatih Atletik, Alih Bahasa BE. Handoko. Bandung: Pionir Jaya. Jonath. U., Haag. E & Krempel. R Atletik 1, Alih Bahasa Suparmo. Jakarta: PT Rosda Jaya Putra. M. Sajoto Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Press. Mulyono. B Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. Pate. R., Clenaghan. M.B. & Rotella.R Dasar-Dasar Ilmu Kepelatihan, Alih Bahasa Kasiyo Dwijowinoto. Semarang: IKIP Semarang Press. Pyke F.S Better Coaching. Australia. Australian Coaching Council Incorporated. Radcliffe. J.C. & Farentinos R.C Plyometrics Explosive Power Training. Amerika: human Kinetics Publishers, Inc. Soegito Teori dan Praktek Atletik 1. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. Soekarman Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta: Inti Idayu Press.

59 59 Sudjana Metode Statistika. Bandung. Penerbit Tarsito. Sutrisno Hadi Statistika III. Yogyakarta: Andi Offset. Tamsir Riyadi Petunjuk Atletik. Yogyakarta: FPOK IKIP Yusuf Adisasmita Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta: Depdikbud.

60 60 Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok (Aip Syarifudin, 1992:104) a. Alat-alat: 1. Roll meter 2. Bak Pasir 3. Bendera 4. Cangkul 5. Perata Pasir b. Petugas: 1. Pencatat hasil 1 orang 2. Pengawas tolakan/tumpuan 1 orang 3. Pemberi tanda 1 orang 4. Pengukur jarak lompatan 2 orang b. Pelaksanaan: Siswa melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan awalan dengan teknik dan ketentuan seperti dalam perlombaan atletik. Tiap siswa diberi kesempatan tiga kali percobaan. c. Penilaian: Jarak lompatan terbaik dari tiga kali percobaan yang diukur mulai dari tepi dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki/badan yang terdekat dengan papan tolak. d. Teknik pengukuran hasil lompatan Hasil lompatan diukur dengan cara sebagai berikut: - Angka nol (roll meter) diletakkan pada bekas pendaratan yang terdekat dengan balok tolakan. - Roll meter ditarik lurus ke balok tumpuan - Hasil yang dicatat yaitu jarak antara tempat pendaratan sampai pada batas balok tolakan/tumpuan bagian luar.

61 61 Lampiran 2 Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan Lompat Jauh Keterangan petunjuk pelaksanaan program latihan lompat jauh gaya jongkok: Latihan lompat jauh gaya jongkok dilaksanakan setiap kali latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing dan single leg bounding setelah selesai dilakukan. Adapun latihan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Melompat tanpa awalan dengan menggunakan 2 kaki Latihan ini dilakukan dengan cara siswa berdiri berurutan di tepi bak lompat, kemudian melompat ke dalam bak lompat dengan menggunakan 2 kaki, dan mendarat dengan menggunakan 2 kaki secara bersamaan. 2. Melompat tanpa awalan dengan menggunakan 1 kaki Latihan ini dilakukan dengan cara siswa berdiri berurutan di tepi bak lompat, kemudian melompat ke dalam bak lompat dengan menggunakan 1 kaki, dan mendarat dengan menggunakan 2 kaki secara bersamaan. Pada waktu melayang di udara gaya yang digunakan adalah gaya jongkok. 3. Melompat dengan menggunakan awalan Dalam latihan ini lompatan dimulai dengan mengambil awalan dari jarak yang sudah ditentukan, kemudian lari dengan secepat-cepatnya menuju ke bak lompat. Setelah sampai pada tumpuan, salah satu kaki menumpu untuk melakukan lompatan ke depan atas menuju bak lompat dan mendarat dengan menggunakan 2 kaki secara bersamaan Pada waktu melayang di udara gaya yang digunakan adalah gaya jongkok.

62 62 Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan Pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing Keterangan Program Latihan Pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing: 1. Latihan dilaksanakan dalam 3 bagian, yaitu : a. Pendahuluan (pemanasan) selama 15 menit. b. Inti (pelaksanaan program latihan) Pelaksanaan latihan ini dimulai dengan posisi sampel berdiri menghadap box yang diletakkan berjajar. Salah satu kaki melompat ke atas box, kemudian melompat kedepan bawah dengan kaki yang sama. Gerakan dilakukan berulang-ulang sampai enam kali. Latihan dilakukan sesuai dengan intensitas yang telah ditentukan. Setelah itu melakukan istirahat sesuai yang telah ditentukan. Kemudian melakukan lagi set berikutnya sesuai dengan set yang telah ditetapkan pada program latihan. Setelah selesai melakukan latihan fisik, kemudian dilanjutkan latihan lompat jauh gaya jongkok. Gambar Pelaksanaan latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing. (Chu, 1992:46) c. Penenangan (penutup) selama 15 menit. 2. Repetisi dan set ditingkatkan setiap 2 minggu sekali.

63 63 Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan Pliometrik single leg bounding Keterangan Program Latihan Pliometrik single leg bounding: 1. Latihan dilaksanakan dalam 3 bagian, yaitu : a. Pendahuluan (pemanasan) selama 15 menit. b. Inti (pelaksanaan program latihan) Pelaksanaan latihan ini dimulai dengan posisi sampel berdiri. Salah satu kaki melompat ke depan atas dan jatuh dengan kaki yang sama. Gerakan dilakukan berulang-ulang sampai enam kali. Latihan dilakukan sesuai dengan intensitas yang telah ditentukan. Setelah itu melakukan istirahat sesuai yang telah ditentukan. Kemudian melakukan lagi set berikutnya sesuai dengan set yang telah ditetapkan pada program latihan. Setelah selesai melakukan latihan fisik, kemudian dilanjutkan latihan lompat jauh gaya jongkok. Gambar Pelaksanaan latihan pliometrik single leg bounding. (Chu,1992:61) c. Penenangan (penutup) selama 15 menit. 2. Repetisi dan set ditingkatkan setiap 2 minggu sekali.

64 64 Lampiran 3. Program Latihan Latihan Pliometrik Multiple Box To Box Jumps With Single Leg Landing Minggu Ke Hari Repetisi Set Tes Awal I II III IV V VI Tes Akhir Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Istirahat Antar Set menit menit menit menit menit menit Ritme Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat

65 65 Lampiran 4. Program Latihan Latihan Pliometrik Single Leg Bounding Minggu Ke Hari Repetisi Set Tes Awal I II III IV V VI Tes Akhir Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Istirahat Antar Set menit menit menit menit menit menit Ritme Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat

66 66 Lampiran 5. Data Lompatan Terbaik Tes Awal Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelas V dan VI SDN Pengkok I NO NAMA LOMPATAN TERBAIK (m) 1 Fengki Kiki Yono Fuad Dwi Saputro Teguh Hariyanto Aqsol Afif Ma'ruf Depri Pujianto Dwi Andriyono Faisal Agung Prabowo Joni Aryanto Nanung Veriyan BP Prengki Iwan Andi PS Rosyid Prasetyo Rendi Setyanto Rahayu Sugiyanto Sulis Setyawan Toni Rohmadi Tri Mustaim Wahyudi Widodo Puput Jatmiko Aminudin Ananda Adi Prasetyo Nova Ariyanto Teguh Prasetyo Ivan Rudiyanto Alfian Mauli Anang Prasetyo Arif Taufik Hidayat Dedy Khoirul Anwar Eko Widi Priyanto Febri Yulianto Muhammad Yusuf Nofa Ardiana Nico Wisnu Haryanto 2.33

67 34 Rokhim Shofa Rosyid Fakhrudin Latif Aji Saputro Walid Al Afghani Suwardi M. Joni Kurniawan

68 68 Lampiran 6. Data Lompatan Terbaik Tes Akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelas V dan VI SDN Pengkok I NO NAMA LOMPATAN TERBAIK (m) 1 Fengki Kiki Yono Fuad Dwi Saputro Teguh Hariyanto Aqsol Afif Ma'ruf Depri Pujianto Devi Andriyono Faisal Agung Prabowo Joni Aryanto Nanung Veriyan BP Prengki Iwan Andi PS Rosyid Prasetyo Rendi Setyanto Rahayu Sugiyanto Sulis Setyawan Toni Rohmadi Tri Mustaim Wahyudi Widodo Puput Jatmiko Aminudin Ananda Adi Prasetyo Nova Ariyanto Teguh Prasetyo Ivan Rudiyanto Alfian Mauli Anang Prasetyo Arif Taufik Hidayat Dedy Khoirul Anwar Eko Widi Priyanto Febri Yulianto Muhammad Yusuf Nofa Ardiana Nico Wisnu Haryanto 2.85

69 34 Rokhim Shofa Rosyid Fakhrudin 3 37 Latif Aji Saputro Walid Al Afghani Suwardi M. Joni Kurniawan

70 70 Lampiran 7. Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelas V dan VI SDN Pengkok I NO NAMA Lompat Jauh GJ Tes Awal Tes Akhir 1 Fengki Kiki Yono Fuad Dwi Saputro Teguh Hariyanto Aqsol Afif Ma'ruf Depri Pujianto Dwi Andriyono Faisal Agung P Joni Aryanto Nanung Veriyan BP Prengki Iwan Andi Rosyid Prasetyo Rendi Setyanto Rahayu Sugiyanto Sulis Setyawan Toni Rohmadi Tri Mustaim Wahyudi Widodo Puput Jatmiko Aminudin Ananda Adi P Nova Ariyanto Teguh Prasetyo Ivan Rudiyanto Alfian Mauli Anang Prasetyo Arif Taufik Hidayat Dedy Khoirul A Eko Widi Priyanto Febri Yulianto Muhammad Yusuf Nofa Ardiana Nico Wisnu H

71 34 Rokhim Shofa Rosyid Fakhrudin Latif Aji Saputro Walid Al Afghani Suwardi M. Joni Kurniawan

72 72 Lampiran 8 Data hasil tes awal lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V dan VI SD negeri Pengkok 1 tahun pelajaran 2009/2010 berdasarkan urutan rangking. No Nama Hasil Rangking 1 FUAD DWI S IVAN RUDIYANTO DEPRI PUJIANTO DEVI ANDRIYONO AQSOL AFIF FENGKI KIKIYONO NOVA ARIYANTO FAISAL AGUNG EKO WIDIYANTO NOFA ARDIANA WALID AL AFGHANI TONI ROHMADI TEGUH HARIYANTO FEBRI YULIANTO RAHAYU SUGIYANTO LATIF AJI SAPUTRO PRENGKI IWAN SUWARDI ANANDA ADI P TRI MUSTAIM SULIS SETYAWAN JONI ARYANTO MUHAMMAD YUSUF SHOFA WAHYUDI ROSYID FAKHRUDIN ARIF TAUFIK H DEDI KHOIRUL A M. JONI K ALFIAN MAULI AMINUDIN PUPUT JATMIKO WIDODO TEGUH PRASETYO

73 35 ROKHIM NICO WISNU H ANANG P RENDI S ROSYID P NANUNG V

74 74 Lampiran 9 Pemasangan subyek penelitian berdasarkan hasil tes awal lompat jauh gaya jongkok KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 No Nama Jauh Lompatan (m) Rangking Nama Jauh Lompatan (m) Rangking 1 FUAD DWI IVAN R DEVI.A DEPRI P AQSOL A FENGKI K FAISAL A NOVA A EKO W NOFA A TONI R WALID AL TEGUH H FEBRI Y LATIF AJI RAHAYU S PRENGKI SUWARDI TRI M ANANDA A SULIS S JONI A SHOFA M. YUSUF WAHYUDI ROSYID F DEDI.K.A ARIF T M. JONI K ALFIAN M PUPUT.J AMINUDIN WIDODO TEGUH P NICO W ROKHIM ANANG P RENDI S NANUNG ROSYID P

75 75 Lampiran 10 Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir lompat jauh gaya jongkok pada kelompok 1 (kelompok latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing). No Nama Tes Awal Tes Akhir Peningkatan 1 FUAD DWI S DEVI A AQSOL AFIF FAISAL AGUNG EKO W TONI ROHMADI TEGUH H LATIF AJI S PRENGKI IWAN TRI MUSTAIM SULIS S SHOFA WAHYUDI DEDI KHOIRUL M. JONI K PUPUT JATMIKO WIDODO NICO WISNU H ANANG P NANUNG V

76 76 Lampiran 11 Rekapitulasi hasil tes awal dan tes akhir lompat jauh gaya jongkok pada kelompok 2 (kelompok latihan pliometrik single leg bounding). No Nama Tes Awal Tes Akhir Peningkatan 1 IVAN R DEPRI P FENGKI K NOVA A NOFA ARDIANA WALID AL A FEBRI Y RAHAYU S SUWARDI ANANDA ADI P JONI ARYANTO M.YUSUF ROSYID F ARIF TAUFIK ALFIAN MAULI AMINUDIN TEGUH P ROKHIM RENDI S ROSYID P

77 77 Lampiran 12 Uji Reliabilitas dengan Annava Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes awal lompat jauh gaya jongkok Langkah I No. I II III X 1 X 2 X 3 T 1 2 X 1 2 X 2 2 X 3 2 T

78 Jumlah Langkah II EX = EX 2 = ET 1 = 2807 Langkah III X 1 X 2 X 2 T 1 X 1 2 SS T = X 2 - ( X) 2 n.k = = = SS A = (T i ) 2 - ( X) 2 k n.k = = = X 2 2 X 2 2 T 1 2 SS W = X 2 - (T i ) 2 k = = = 0.7 Langkah IV: SS T = SS A + SS W = = 17.43

79 79 Langkah V df T = (n). (k) - 1 = (40). (3) - 1 = 119 df A = n - 1 = 39 df W = n. (k - 1) = 40. (3-1) = 80 Langkah VI df T = df A + df W = = 119 Langkah VII MS A = SS A df A = = MS W = SS W df W = = Langkah VIII Letakkan semua harga yang diperoleh ke dalam tabel ANAVA Sumber df SS MS Diantara Subyek df A = 39 SS A = MS A = Dalam Subyek df W = 80 SS W = MS W = Total df T = 119 SS T = Langkah IX Sekarang dapat dihitung : R = MS A - MS W MS A

80 80 = = = Dimasukkan ke dalam formula Spearman Brown : r = 2. ry 1.Y ry 1.Y 2 = 2 x = = Jadi nilai reliabilitas hasil tes awal Lompat Jauh Gaya Jongkok yaitu 0,9897.

81 81 Lampiran 13 Uji Reliabilitas dengan Annava Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir lompat jauh gaya jongkok Langkah I No. I II III X 1 X 2 X 3 T 1 2 X 1 2 X 2 2 X 3 2 T

82 Jumlah Langkah II EX = EX 2 = ET 1 = 3518 Langkah III X 1 X 2 X 2 T 1 X 1 2 SS T = X 2 - ( X) 2 n.k = = = SS A = (T i ) 2 - ( X) 2 k n.k = = = SS W = X 2 - (T i ) 2 k = = = Langkah IV: SS T = SS A + SS W = = X 2 2 X 2 2 T 1 2

83 83 Langkah V df T = (n). (k) - 1 = (40). (3) - 1 = 119 df A = n - 1 = 39 df W = n. (k - 1) = 40. (3-1) = 80 Langkah VI df T = df A + df W = = 119 Langkah VII MS A = SS A df A = = MS W = SS W df W = = Langkah VIII Letakkan semua harga yang diperoleh ke dalam tabel ANAVA Sumber df SS MS Diantara Subyek df A = 39 SS A = MS A = Dalam Subyek df W = 80 SS W = MS W = Total df T = 119 SS T = Langkah IX Sekarang dapat dihitung : R = MS A - MS W MS A

84 84 = = = Dimasukkan ke dalam formula Spearman Brown : r = 2. ry 1.Y ry 1.Y 2 = 2 x = = Jadi nilai reliabilitas hasil tes akhir Lompat Jauh Gaya Jongkok yaitu 0,9836.

85 85 Lampiran 14 Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors 1. Uji normalitas data tes awal pada kelompok 1. Dari penghitungan data diperoleh: M = SD = Data disusun dalam tabel sebagai berikut: No. Xi Zi F(Zi) S (Zi) {F (Zi) - S (Zi)} Keterangan: L-hitung = L 0,95(20) = (Lilliefors n = 20, dengan taraf nyata= 0,05) Kesimpulan: Karena L hit < L tab, maka hipotesis nol diterima sehingga data di atas berdistribusi normal

86 86 2. Uji normalitas data tes awal pada kelompok 2. Dari penghitungan data diperoleh: M = SD = Data disusun dalam tabel sebagai berikut: No. Xi Zi F(Zi) S (Zi) {F (Zi) - S (Zi)} Keterangan: L-hitung = L 0,95(20) = (Lilliefors n = 20, dengan taraf nyata = 0,05) Kesimpulan: Karena L hit < L tab, maka hipotesis nol diterima sehingga data di atas berdistribusi normal.

87 87 3. Uji normalitas data tes akhir pada kelompok 1. Dari penghitungan data diperoleh: M = SD = Data disusun dalam tabel sebagai berikut: No. Xi Zi F(Zi) S (Zi) {F (Zi) - S (Zi)} Keterangan: L-hitung = L 0,95(20) = (Lilliefors n = 20, dengan taraf nyata = 0,05) Kesimpulan: Karena L hit < L tab, maka hipotesis nol diterima sehingga data di atas berdistribusi normal.

88 88 4. Uji normalitas data tes akhir pada kelompok 2. Dari penghitungan data diperoleh: M = SD = Data disusun dalam tabel sebagai berikut: No. Xi Zi F(Zi) S (Zi) {F (Zi) - S (Zi)} Keterangan: L-hitung = L 0,95(20) = (Lilliefors n=20, dengan taraf nyata= 0,05) Kesimpulan: Karena L hit < L tab, maka hipotesis nol diterima sehingga data di atas berdistribusi normal.

89 89 Lampiran 15 Uji Homogenitas Tabel kerja untuk menghitung nilai homogenitas antara hasil tes awal lompat jauh gaya jongok pada kelompok 1 dan kelompok 2. Hasil perhitungan data untuk uji homogenitas: Variabel Kelompok 1 Kelompok 2 No. 2 2 Atributif Y 1 Y 1 Y 2 Y Data Tes Jumlah Rerata SD Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dihitung uji homogenitas dengan rumus: Fdbvb : dbvk = SD 2 bs SD 2 kt = = 1.015

90 90 Dengan df = 20 lawan 20, angka F tabel = 2,120. Sedangkan harga Fhitung adalah 1,015, ternyata nilainya lebih kecil dari Ftabel. Sehingga hipotesis nol diterima, artinya bahwa data kedua kelompok tersebut homogen.

91 91 Lampiran 16 Uji Perbedaan Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal dan akhir lompat jauh pada kelompok 1 dan kelompok 2. Hasil Tes No. Awal Akhir 2 X 1 2 X 2 (X 1 ) (X 2 )

92 Jumlah Mean a. Menghitung Mx, SD 2 x, dan SD 2 MX untuk kelompok awal: Me = X = 114 = N 40 SD 2 e = X 2 - Mx1 N = = = SD 2 Me = SD 2 e = Ne b. Menghitung Mx, SD 2 x, dan SD 2 MX untuk kelompok tes akhir : Mk = X = 128 = N 40 SD 2 k = X 2 - Mx1 N =

93 93 = = SD 2 Mk = SD 2 e = Ne SD bm = SD 2 Mk + SD 2 Me = = c. Statistik uji : t = [Mk - Me] SD bm = = = Dari perhitungan diketahui harga t-hit = 4,2217 lebih besar dari t-tabel (0.05;40) = sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa : ada perbedaan antara kelompok tes awal dengan tes akhir.

94 94 Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal dan tes akhir lompat jauh gaya jongkok pada kelompok 1. Hasil Tes Kelompok 1 No. Awal Akhir 2 X 1 2 X 2 (X 1 ) (X 2 ) Jumlah Mean Std

95 95 a. Menghitung Mx, SD 2 x, dan SD 2 MX untuk tes awal : Me = X = 57 = N 20 SD 2 e = X 2 - Mx1 N = = = SD 2 Me = SD 2 e = Ne b. Menghitung Mx, SD 2 x, dan SD 2 MX untuk tes akhir : Mk = X = 65 = N 20 SD 2 k = X 2 - Mx1 N = = = SD 2 Mk = SD 2 e = Ne

96 96 SD bm = SD 2 Mk + SD 2 Me = = c. Statistik uji : t = [Mk - Me] SD bm = = = Dari perhitungan diketahui harga t-hit = lebih besar dari t-tabel (0.05;40) = sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa : ada perbedaan K1 antara tes awal dan tes akhir.

97 97 Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal dan tes akhir lompat jauh gaya jongkok pada kelompok 2. Hasil Tes Kelompok 2 No. Awal Akhir X 1 2 X 2 2 (X 1 ) (X 2 ) Jumlah Mean Std

98 98 a. Menghitung Mx, SD 2 x, dan SD 2 MX untuk tes awal : Me = X = 57 = N 20 SD 2 e = X 2 - Mx1 N = = = SD 2 Me = SD 2 e = Ne b. Menghitung Mx, SD 2 x, dan SD 2 MX untuk tes akhir : Mk = X = 63 = N 20 SD 2 k = X 2 - Mx1 N = = = SD 2 Mk = SD 2 e = Ne

99 99 SD bm = SD 2 Mk + SD 2 Me = = c. Statistik uji : t = [Mk - Me] SD bm = = = Dari perhitungan diketahui harga t-hit = 2,7413 lebih besar dari t-tabel (0.05;40) = sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa : ada perbedaan K2 antara tes awal dan tes akhir.

100 100 Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan hasil tes akhir lompat jauh pada kelompok 1 dan kelompok 2. Hasil Tes Kelompok No. II I 2 X 1 2 X 2 (X 1 ) (X 2 ) Jumlah Mean Std

101 101 a. Menghitung Mx, SD 2 x, dan SD 2 MX untuk kelompok II : Me = X = 63 = N 20 SD 2 e = X 2 - Mx1 N = = = SD 2 Me = SD 2 e = Ne b. Menghitung Mx, SD 2 x, dan SD 2 MX untuk kelompok I : Mk = X = 65 = N 20 SD 2 k = X 2 - Mx1 N = = = SD 2 Mk = SD bm = SD 2 e Ne SD 2 Mk + SD 2 Me = 0.005

102 102 = = c. Statistik uji : t = [Mk - Me] SD bm = = = Dari perhitungan diketahui harga t-hit = 0,6083 lebih kecil dari t-tabel (0.05;40) = sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa : tidak ada perbedaan antara kelompok I dan II.

103 103 Lampiran 17 Menghitung nilai peningkatan kemampuan lompat jauh dalam persen pada kelompok 1 dan kelompok Hasil penghitungan pada kelompok 1. Mean test awal = 2,860 Mean tes akhir = 3,225 Mean different = 0,365 Prosentase peningkatan = = Mean different Mean test awal 0,365 2,860 X 100% X 100% = 12,762% 2. Hasil penghitungan pada kelompok 2. Mean test awal = 2,848 Mean tes akhir = 3,162 Mean different = 0,314 Prosentase peningkatan = Mean different Mean test awal X 100% = 0,314 2,848 X 100% = 11,025% Kesimpulan : Dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan kemampuan lompat jauh pada kelompok 1 adalah sebesar 12,762%. Sedangkan peningkatan kemampuan lompat jauh pada kelompok 2 adalah sebesar 11,025%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ternyata kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang lebih baik daripada kelompok 2.

104 104

105 105

106 106

107 107

108 108

109 109

110 110

111 111 Pengarahan Tes Lompat Jauh dan Latihan Pliometrik Pemanasan

112 112 Latihan pliometrik multiple box to box jumps with single leg landing Latihan pliometrik single leg bounding

113 113 Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok Pengukuran Hasil Lompatan

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS XI SMKN 1 GROGOL KEDIRI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA i PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KECEPATAN LARI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh Ari Agung Priyatmoko

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan berat badan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh ( Studi eksperimen dengan latihan Double Leg bound dan Alternate Leg Bound pada siswa putra kelas VIII MTS

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016 HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik khususnya dalam nomor lompat. Lompat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan serta peningkatan prestasi. Peningkatan ini perlu, karena atletik

Lebih terperinci

Pengaruh Latihan Pliometrik antara Box Jump dan Leaps terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Kelas XI Geomatika SMK Negeri 1 Bireun

Pengaruh Latihan Pliometrik antara Box Jump dan Leaps terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Kelas XI Geomatika SMK Negeri 1 Bireun Jurnal Serambi PTK, Volume IV, No.1, Juni 2017 ISSN : 2355-9535 12 Pengaruh Latihan Pliometrik antara Box Jump dan Leaps terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Kelas XI Geomatika SMK Negeri

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SKRIPSI Oleh: YUYUN DWI ARI WIBOWO X.5606045 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh 15 BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Sugiyono (2008:107) Terdapat tiga metode penelitian bila dilihat dari tingkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 56 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil tes awal dan tes akhir kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang dilakukan pada kelompok I (Box Jump /K1) dan kelompok II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses latihan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Proses latihan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses latihan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam memberikan peningkatan kemampuan atlet mencapai prestasi puncak. seperti yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mensana end Corporisano merupakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dan akrab terdengar di telinga kita, bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia olahraga yang sifatnya persaingan satu dengan lainnya, termasuk dalam olahraga permainan sepakbola untuk mencapai prestasi dibutuhkan kemampuan kondisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Menurut Mochamad Djumidar (2004: 65) lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suati titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA

EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA 73 EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA Deni Afrizal 1, Bambang Kridasuwarso 2, Ika Novitaria Marani

Lebih terperinci

pada siswa Siswa Putra Kelas XI MAN 3 Kediri Tahun 2016)

pada siswa Siswa Putra Kelas XI MAN 3 Kediri Tahun 2016) PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Eksperimen Latihan Double Leg Bound dan Knee Tuch Jump pada siswa Siswa Putra Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempar lembing merupakan salah satu nomor lempar dan nomor yang diperlombakan dalam cabang atletik. Peraturan-peraturan umum perlombaan lempar lembing 1) lembing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat. Kata ini berasal dari bahasa

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2)

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) 6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atletik di ambil dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang artinya bertanding atau berlomba, menurut Syarifuddin (1992: 2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Eksperimen Latihan Double Leg Bound dan Knee Tuch Jump Pada Siswa Putra Kelas XI

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB. PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB. BLITAR Johan Kalpirtanata Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena gerakan-gerakannya merupakan dasar dari seluruh gerakan olahraga. Oleh karena itu atletik menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga. Jenis latihan ini telah dikenal dan sering digunakan oleh sebagian besar

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : GUSTYA YOPIE KURNIAWAN NPM :

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : GUSTYA YOPIE KURNIAWAN NPM : HUBUNGAN FLEKSIBILITAS TOGOK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian Sugiyono (2012, hlm. 72) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini di Indonesia karate berkembang dengan baik, bahkan merupakan salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap kejuaran ditingkat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN Asep Dedi Paturohman NPM: GIC.14.0703 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP LEBIH MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH DARI PADA PELATIHAN PLYOMETRIC BOX JUMP PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP PGRI 2 DENPASAR ABSTRAK Lompat jauh merupakan cabang atletik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kajian Teori 1. Hakikat Kecepatan Upaya pencapaian prestasi atau hasil optimal dalam berolahraga, memerlukan beberapa macam penerapan unsur pendukung keberhasilan seperti kecepatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui olahraga akan dapat ditingkatkan kekuatan keterampilan kerja, kesegaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Melalui olahraga akan dapat ditingkatkan kekuatan keterampilan kerja, kesegaran jasmani BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia secara terus menerus melasanakan pembangunan di segala bidang termasuk pembinaan di bidang olahraga. Melalui

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar dan Beban Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui olahraga. Budaya olahraga harus terus di kembangkan guna

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui olahraga. Budaya olahraga harus terus di kembangkan guna 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu pendukung pembentukan manusia yang berkualitas adalah melalui olahraga. Budaya olahraga harus terus di kembangkan guna meningkatkan kualitas hidup manusia

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM:

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM: HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADA SISWA PUTRA KELAS X SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak jaman peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan. yaitu Athlon atau athlum yang berarti lomba atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan. yaitu Athlon atau athlum yang berarti lomba atau BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakangerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BARRIER HOPS DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP TINGGI LONCATAN PADA MAHASISWA PUTRA UKM BOLAVOLI UNS TAHUN 2014

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BARRIER HOPS DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP TINGGI LONCATAN PADA MAHASISWA PUTRA UKM BOLAVOLI UNS TAHUN 2014 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BARRIER HOPS DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP TINGGI LONCATAN PADA MAHASISWA PUTRA UKM BOLAVOLI UNS TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh: JOKO SANTOSO K 5609047 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Oleh MUHAMMAD RISKI ADI WIJAYA K

Oleh MUHAMMAD RISKI ADI WIJAYA K PERBEDAAN PENGARUH METODE AEROBIC INTERVAL TRAINING (SQUARE) DAN (TABATA) TERHADAP PENINGKATAN VO2 MAX. PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI PENCAK SILAT JPOK FKIP UNS 2014 Oleh MUHAMMAD RISKI ADI WIJAYA

Lebih terperinci

Perbedaan Pengaruh Latihan Plyometrics dan Berat Badan Terhadap Peningkatan Prestasi Lompat Jauh Oleh : Arif Nur Setyawan.

Perbedaan Pengaruh Latihan Plyometrics dan Berat Badan Terhadap Peningkatan Prestasi Lompat Jauh Oleh : Arif Nur Setyawan. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN BERAT BADAN TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LOMPAT JAUH OLEH : ARIF NUR SETYAWAN. ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan Pengaruh

Lebih terperinci

PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh JODIEKA PERMADI

PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh JODIEKA PERMADI 1 PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH Jurnal Oleh JODIEKA PERMADI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 ABSTRACT EFFECT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena olahraga mempunyai beberapa tujuan seperti untuk pendidikan, rekreasi, kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Imanuel Agus Santoso K

SKRIPSI. Oleh : Imanuel Agus Santoso K PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DRILL DAN BERMAIN TERHADAP KEMAMPUAN LARI CEPAT 100 METER PADA SISWA KELAS VII PUTRA SMP NEGERI 3 COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : Imanuel Agus

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH. HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH Zukrur Rahmat 1 Abstrak Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN ALAT BANTU DAN TANPA ALAT BANTU TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LOMPAT JAUH GAYA MELENTING PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Mahlich Ibrahim NIM. K

Skripsi Oleh : Mahlich Ibrahim NIM. K PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PASSING BAWAH DENGAN JARAK BERTAHAP DAN JARAK TETAP TERHADAP KEMAMPUAN PASSING BAWAH PADA LPSB HARIMAU BEKONANG SUKOHARJO USIA 14-16 TAHUN 2009 Skripsi Oleh : Mahlich Ibrahim

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BOX JUMP

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BOX JUMP PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BOX JUMP DAN LEAPS TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN 2010/2011 SKRIPSI Oleh : HERU SETIAWAN X 4606017 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik untuk tingkat nasional (yang diselenggarakan oleh PASI) maupun tingkat

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso Abstrak Ada banyak bentuk-bentuk latihan kebugaran yang dapat dipilih oleh seorang atlet. Bantuk-bentuk latihan diperlukan untuk menjaga

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BOX JUMP

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BOX JUMP PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BOX JUMP DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION UNTUK MENINGKATKAN POWER OTOT TUNGKAI PADA SISWA EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI SMK ST.MIKAEL SURAKARTA TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh : GIGIH SASMITO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pendidikan jasmani di sekolah harus ada usaha ke arah perbaikan metode melatih dalam kemampuan gerak siswa. Perbaikan metode dalam proses belajar melatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN Asep Dedi Paturohman 1) Deni Mudian 2) Iyan Nurdiyan Haris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga lari sekian ratus meter, sepak bola, voli, badminton, lompat jauh,

BAB I PENDAHULUAN. olahraga lari sekian ratus meter, sepak bola, voli, badminton, lompat jauh, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam segi fisik, penunjang untuk memperoleh kesehatan yang prima adalah dengan berolahraga. Olahraga tentu tidak hanya sebatas pada olahraga lari sekian ratus meter,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRASETYA K

SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRASETYA K PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN LARI CEPAT DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI (Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Dan Pada Siswa Putra Kelas V Sekolah Dasar Se-Dabin V Kecamatan MojolabanTahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN a. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian akan dilaksanakan di : Lokasi : SMAN 2 Ciamis Waktu : 2-28 September 2013 b. Populasi dan sampel Dalam tercapainya suatu tujuan

Lebih terperinci

Yan Indra Siregar. Abstrak

Yan Indra Siregar. Abstrak 120 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SLIDE JUMP SPRINT DENGAN LATIHAN DEPTH JUMP WITH LATERAL MOVEMENT TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DAN HASIL LARI 100 METER PADA MAHASISWA PKO STAMBUK 2014 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan bagian dari budaya kehidupan yang telah lama dianggap sebagai cara yang tepat untuk meningkatkan kesehatan baik sehat jasmani maupun rohani, disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: HENGKI SAPUTRA NPM: Dibimbing oleh : 1. BUDIMAN AGUNG PRATAMA, M.Pd 2. YULINGGA NANDA HANIEF, M.Or

JURNAL. Oleh: HENGKI SAPUTRA NPM: Dibimbing oleh : 1. BUDIMAN AGUNG PRATAMA, M.Pd 2. YULINGGA NANDA HANIEF, M.Or JURNAL PENGARUH KEKUATAN OTOT PERUT DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPATAN DALAM LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 Oleh: HENGKI SAPUTRA

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN ROLL

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN ROLL PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN ROLL DEPAN DENGAN MATRAS MENDATAR DAN MATRAS MIRING TERHADAP HASIL BELAJAR ROLL DEPAN SISWA PUTRI KELAS V DAN VI SD NEGERI MAJENANG 3 SUKODONO KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu bagian dari nomor lompat dalam olahraga atletik. Ada banyak pakar yang mengartikan lompat jauh, diantaranya

Lebih terperinci

MUHAMMAD IKHWANUDIN NPM

MUHAMMAD IKHWANUDIN NPM JURNAL PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TUMPUAN SATU KAKI BERGANTIAN DENGAN DUA KAKI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS XI SMAN 1 KALIDAWIR KECAMATAN KALIDAWIR KABUPATEN TULUNGAGUNG

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Lompat kangkang merupakan unsur keterampilan gerak manipulatif karena,

1. PENDAHULUAN. Lompat kangkang merupakan unsur keterampilan gerak manipulatif karena, 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat kangkang merupakan unsur keterampilan gerak manipulatif karena, selain unsur kelincahan untuk melewati rintangan berupa peti lompta (box), juga didukung

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBINAAN PRESTASI LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BERBEBAN SECARA PERIODIK PADA ATLETIK USIA ANAK REMAJA

PENINGKATAN PEMBINAAN PRESTASI LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BERBEBAN SECARA PERIODIK PADA ATLETIK USIA ANAK REMAJA PENINGKATAN PEMBINAAN PRESTASI LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BERBEBAN SECARA PERIODIK PADA ATLETIK USIA ANAK REMAJA Oleh: Titin Kuntum Mandalawati,S.Pd.,M.Or. PGSD IKIP PGRI MADIUN PENDAHULUAN Lompat jauh

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH METODE MASSED PRACTICE

PERBEDAAN PENGARUH METODE MASSED PRACTICE PERBEDAAN PENGARUH METODE MASSED PRACTICE DAN DISTRIBUTED PRACTICE TERHADAP KETRAMPILAN GROUNDSTROKE BACKHAND TENIS LAPANGAN PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER SMAN 1 SAMBUNGMACAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN HASIL LOMPATAN PADA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SMP NEGERI 16 KOTA BEKASI

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN HASIL LOMPATAN PADA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SMP NEGERI 16 KOTA BEKASI HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN HASIL LOMPATAN PADA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SMP NEGERI 16 KOTA BEKASI Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. *) ABSTRAK Penelitian yang penulis lakukan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PEMBEBANAN LINIER

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PEMBEBANAN LINIER PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PEMBEBANAN LINIER DAN NON LINIER TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN SMASH TENIS MEJA PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI TENIS MEJA JPOK FKIP UNS SURAKARTA TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kecepatan Lari a. Pengertian Kecepatan Lari Lari merupakan salah satu nomor dalam atletik, yang terdiri dari empat tahap yaitu menumpu ke depan, mendorong, pemulihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

HUBUNGAN LARI 60 METER DENGAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 KEDUNGWUNI TAHUN PELAJARAN 2008/2009

HUBUNGAN LARI 60 METER DENGAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 KEDUNGWUNI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 HUBUNGAN LARI 60 METER DENGAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 KEDUNGWUNI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN ALTERNATING PROGRESSIVE

PENGARUH LATIHAN ALTERNATING PROGRESSIVE PENGARUH LATIHAN ALTERNATING PROGRESSIVE DAN LATIHAN BROKEN SET TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS 50 M PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI RENANG JPOK FKIP UNS TAHUN AJARAN 2013 SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. Olahraga adalah suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. Olahraga adalah suatu kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan

Lebih terperinci

MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI)

MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI) MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI) Titin Kuntum Mandalawati, M.Or PGSD IKIP PGRI Madiun titinmandalawati@yahoo.com ABSTRAK Lompat jauh merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang 1 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Permainan Sepak Takraw Sepak takraw berasal dari dua kata yaitu sepak dan takraw. Sepak berarti gerakan menyepak sesuatu

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN TEKNIS DAN TAKTIS TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING

PENGARUH PEMBELAJARAN TEKNIS DAN TAKTIS TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING PENGARUH PEMBELAJARAN TEKNIS DAN TAKTIS TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI I NGUNTORONADI WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh: Erwansyah Nasrul

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WORO BAGUS DWI NUSWANTORO NPM:

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WORO BAGUS DWI NUSWANTORO NPM: PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIK DOUBLE LEG SPEED HOP DAN SINGLE LEG SPEED HOP TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA NEGERI PLOSOKLATEN KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 04-05

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apabila seorang atlet ingin mendapatkan prestasi yang maksimal tentu saja kemampuan yang dimiliki atlet harus ditingkatkan semaksimal mungkin. Dalam upaya

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN RINTANGAN DAN RAIHAN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI 01 BANGSRI KARANGPANDAN KARANGANYAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SD Negeri Surodadi 1 Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari

Lebih terperinci