BAB I PENDAHULUAN. Counterfeiting atau pemalsuan adalah tindakan pelanggaran atau penyalahan terhadap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Counterfeiting atau pemalsuan adalah tindakan pelanggaran atau penyalahan terhadap"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Counterfeiting atau pemalsuan adalah tindakan pelanggaran atau penyalahan terhadap hak legal dari sang pemilik intellectual property (Clark, 1997). Secara teknik, kata counterfeiting merujuk hanya pada kasus pelanggaran hak merek dagang (trademark), namun dalam prakteknya counterfeiting juga mencakup tindakan pembuatan sebuah barang yang mana bentuk fisiknya sengaja dibuat sangat mirip dengan barang aslinya. Hal tersebut terkadang dapat menyesatkan konsumen dalam mencari barang yang asli yang ingin mereka beli (Organization for Economic Co-operation and Development [OECD], 2007). Tindakan pemalsuan biasanya identik dengan mata uang atau dokumen, tetapi saat ini pemalsuan bisa juga mencakup pemalsuan pada pakaian, aksesoris, piranti lunak (software), obat-obatan, jam, bahkan sampai pada barang otomotif ( Counterfeiting of Consumer Goods, 2007). Barang tiruan biasanya dijual dengan harga yang lebih murah serta memiliki kualitas yang inferior jika dibandingkan dengan barang aslinya, sehingga pemalsuan barang pada sebuah merek dapat merusak citra merek, hak paten, trademark, serta hak cipta dari barang tersebut ( Counterfeiting of Consumer Goods, 2007). Belakangan ini, counterfeiting atau pemalsuan merupakan kegiatan yang semakin marak saja di beberapa belahan dunia. Mulai dari Amerika hingga Asia. Berdasarkan data yang diperoleh OECD (2007), perdagangan counterfeit dan pirated goods mencapai sekitar 5-7 persen dari total perdagangan barang di dunia dan telah mencapai angka USD 200 miliar pada tahun Jumlah ini belum termasuk produksi dan konsumsi domestik akan counterfeit dan pirated product melalui internet. Jika jumlah ini masuk dalam perhitungan, 1

2 maka jumlah total dari counterfeiting secara mendunia bisa mencapai lebih dari ratusan miliar dollar. OECD (2007) mengemukakan bahwa sudah banyak tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat untuk membasmi tindakan pemalsuan ini, salah satunya adalah pembuatan undang-undang anti pemalsuan. Namun, meskipun begitu, pemilik trademark tetap memiliki kesulitan dalam membujuk pemerintah setempat untuk membuat tindakan lain untuk membasmi pemalsuan. Menurut Clark (1997) hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni: Pertama, pemalsuan masih menjadi prioritas yang rendah jika dibandingkan dengan aksi kriminal lainnya Kedua, masih sulitnya bagi pemerintah untuk memonitor aktivitas counterfeiter secara keseluruhan. Terakhir, prosedur pembuatan hukum tentang pemalsuan yang masih kompleks. Indonesia juga termasuk salah satu negara yang banyak melakukan kegiatan perdagangan barang-barang tiruan dan pemalsuan merek suatu produk. Hal ini terbukti dari riset yang dilakukan oleh (European Union Customs Authoritites [EUCA], 1998), menurut organisasi tersebut, Indonesia tercatat turut memberikan kontribusi sebesar 1,2 persen atas keterlibatannya dalam hal tindakan pemalsuan. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia, setiap bulan sedikitnya 100 kasus pemalsuan berbagai merek produk. Adapun produk yang paling banyak dipalsukan adalah tekstil, elektronik, serta makanan dan minuman. Hal ini mengakibatkan kerugian negara sebesar triliunan rupiah akibat potensi kehilangan sumber pendapatan dari pajak penjualan (PPn) (Lembaga Indonesia Pengetahuan Indonesia [LIPI], 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas 2

3 Indonesia (LPEM UI, 2006), jumlah kehilangan GDP yang diakibatkan oleh pemalsuan mencapai 0,06 0,38 persen. Pemalsuan tersebut diduga dilakukan oleh sindikat Malaysia, Cina, dan Hongkong. Berikut ini jumlah kerugian yang dialami negara akibat adanya pemalsuan atau counterfeiting. Tabel 1.1 Jumlah kerugian Indonesia dari adanya pemalsuan Pemalsuan yang berasal dari dalam negri Pemalsuan yang berasal dari impor GDP Pendapatan Pajak Jumlah Pengangguran Rp. 2,09 triliun Rp. 202,75 miliar tenaga kerja Rp. 352,35 miliar Rp. 16,64 miliar tenaga kerja Sumber : Telah diolah kembali Selain mengalami kehilangan Gross Domestic Product (GDP), negara juga mengalami kehilangan pendapatan pajak karena barang-barang palsu tersebut diproduksi dan diperdagangkan tidak melewati Direktorat Jenderal Pajak. Widiyanti (2006) menyatakan bahwa dengan berkurangnya GDP yang diterima oleh negara, maka hal tersebut mempengaruhi jumlah pengangguran di Indonesia. Akibat dari maraknya pemalsuan ini, maka jumlah employment loss akibat pemalsuan yang diproduksi di dalam negeri adalah sebesar tenaga kerja, dan jumlah employment loss akibat pemalsuan yang berasal dari impor adalah sebesar tenaga kerja. Chatib Basri (2006) mengatakan bahwa pemalsuan di Indonesia semakin marak karena kesadaran masyarakat terhadap barang palsu masih rendah. Terlebih, ciri fisik barang palsu dan asli sangat mirip sehingga konsumen sulit membedakannya. Di sisi lain, harganya hanya berbeda sekitar 10 persen. Hal ini terbukti dari maraknya penjualan baju, aksesoris, tas-tas dan sepatu tiruan dari desainer merek internasional yang banyak dijajakan di pusat grosir seperti ITC mangga dua. Barang-barang tiruan ini dibuat dengan variasi kualitas yang berbeda-beda. 3

4 Anissa Febriani (2008) menyatakan selain barang fashion yang bermerek internasional, ada beberapa jenis barang lagi yang marak dipalsukan di Indonesia, yaitu obat-obatan dan pembajakan pada piranti lunak (software). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh International Pharmaceutical Manufactures Group, 40 persen dari toko obat yang ada di Indonesia, menjual obat-obatan palsu. Berdasarkan studi lain yang dilakukan oleh Business Software Alliance, pembajakan di Indonesia telah mencapai tingkat 88 persen (Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan [MIAP], 2008). Pemalsuan merugikan banyak pihak. Selain merugikan pemerintah, produsen pun terkena dampaknya. Para produsen akan mengalami berkurangnya penerimaan atau pendapatan atas penjualan barang mereka, merusak nama baik atau citra merek, dan mengurangi inovasi. Konsumen pun juga bisa kena dampaknya, yaitu rusaknya kesehatan, berkurangnya kualitas hidup, financial loss, dan opportunity loss (MIAP, 2008). Oleh karena itu, saat ini pemalsuan merupakan masalah yang harus dihadapi dengan serius oleh beberapa industri, seperti industri fashion, industri software, industri obatobatan, agricultural, dan apparel industries. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Penjualan counterfeited goods terutama barang fashion, yang belakangan ini semakin marak telah menjadi perhatian banyak masyarakat, pelaku bisnis, dan pemerintah. Pasalnya, hal ini merupakan tindakan yang melanggar hukum dan ilegal karena dengan adanya barang-barang tiruan ini, maka perusahaan yang memproduksi barang yang asli akan menderita kerugian (OECD, 2007). Fenomena ini menjadi hal yang sangat menarik untuk diteliti mengingat semakin maraknya penjualan barang-barang tiruan terutama untuk barang fashion bermerek (fashion branded item) di Indonesia terutama di beberapa kota besar, seperti Jakarta. Oleh 4

5 karena itu, permasalahan yang ingin diteliti dalam studi ini adalah faktor sosial dan personal (social and personality factors) manakah dari konsumen berpengaruh terhadap sikap mereka akan pemalsuan barang fashion (attitude towards fashion counterfeiting). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menguji apakah sikap konsumen terhadap pemalsuan barang fashion tersebut pada akhirnya juga berpengaruh pada keinginan mereka untuk membeli barang-barang fashion tiruan (purchase intention towards countefeited fashion goods). 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Menganalisis apakah terdapat pengaruh antara faktor sosial dan personal (social and personality factors) terhadap sikap konsumen akan pemalsuan barang fashion (attitude towards fashion counterfeiting). 2. Menganalisis apakah sikap tersebut akan mempengaruhi keinginan konsumen untuk membeli barang fashion tiruan tersebut (purchase intention to counterfeited fashion goods) 3. Menganalisis perbedaan sikap (attitude) yang muncul antara buyers dengan nonbuyers counterfeited goods. 5

6 1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini dapat ditujukan bagi peneliti, perusahaan, dan bagi pihak lain, dengan rincian sebagai berikut : Manfaat penelitian bagi akademik: Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan gambaran dan masukan atau insight yang lebih jelas dalam bidang ilmu perilaku konsumen dalam pembahasan fenomena counterfeiting yang semakin marak di beberapa negara. Terutama mengenai hubungan antara faktor sosial dan personal konsumen terhadap sikap mereka pada pemalsuan barang-barang fashion. Melalui penelitian ini pula diharapkan diketahui perbedaan sikap konsumen terhadap barang-barang tiruan dan perbedaan sikap antara buyer dan non-buyer Manfaat penelitian bagi perusahaan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk dapat lebih memahami dan sadar mengenai sikap konsumen terhadap barang tiruan sehingga mereka dapat merancang anti-counterfeited goods strategy untuk mengatasi kerugian yang akan mereka alami karena isu tersebut. 6

7 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI Sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I: Pendahuluan Bab ini mencakup latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Pada bagian ini juga diuraikan pendekatan penelitian secara singkat dan sistematika penulisan skripsi. Bab II: Landasan Teori Pada bab ini akan diuraikan hasil dari tinjauan kepustakaan atau riset data sekunder berupa serangkaian teori yang relevan untuk digunakan sebagai landasan penelitian. Bab III: Metodologi Penelitian Bagian ini memberikan gambaran mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, yang mencakup rancangan penelitian, metode pengumpulan data (data primer dan sekunder), ukuran dan metode pengambilan sampel, variabel penelitian, measurement and scaling, desain/sistematika kuesioner, dan metode analisis data. Bab IV: Pengolahan dan Analisis Data Bab ini memberikan gambaran mengenai pengolahan dan analisis data primer yang berhasil dikumpulkan, sehingga diperoleh hasil penelitian sebagai jawaban atas tujuan penelitian. Bab V: Kesimpulan dan Saran Pada bagian ini akan diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, saransaran yang mengacu pada implikasi manajerial yang berhubungan dengan hasil penelitian, serta saran untuk penelitian selanjutnya. 7

BAB 1 PENDAHULUAN. penyalahan terhadap hak legal dari suatu organisasi yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. penyalahan terhadap hak legal dari suatu organisasi yang memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Counterfeiting atau peniruan adalah tindakan pelanggaran atau penyalahan terhadap hak legal dari suatu organisasi yang memiliki intellectual property (Clark, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi mempermudah pertukaran informasi dan interaksi antar negara. Globalisasi memberikan dampak positif dan juga dampak negatif. Salah satu dampak negatif dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap merek dagang yang identik sehingga melanggar hak pemegang merek

BAB I PENDAHULUAN. terhadap merek dagang yang identik sehingga melanggar hak pemegang merek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Counterfeiting atau pemalsuan adalah suatu tindakan penyalahgunaan terhadap merek dagang yang identik sehingga melanggar hak pemegang merek dagang (Bian dan Moutinho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Contohnya saja produk 3F (food, fashion, dan fun) ketiga produk tersebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Contohnya saja produk 3F (food, fashion, dan fun) ketiga produk tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemalsuan barang bermerek memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat jaman sekarang, hal itu sering sekali kita temui dan fenomena tersebut tidak hanya terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk palsu atau produk tiruan ataupun yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Produk palsu atau produk tiruan ataupun yang sering dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk palsu atau produk tiruan ataupun yang sering dikenal dengan produk KW di Indonesia kerap menjadi permasalahan yang masih belum dapat diselesaikan secara tuntas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berinvestasi dalam membangun merek yang luxury atau mewah, maka

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berinvestasi dalam membangun merek yang luxury atau mewah, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri fashion merupakan industri bisnis yang terbilang sangat besar dan perkembangan industri fashion yang sangat dinamis. Pada industri fashion, terutama pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dunia. Belanja atau membeli produk bajakan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dunia. Belanja atau membeli produk bajakan merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembajakan komersial meliputi pembajakan produk-produk industri dan produk-produk kebutuhan rumah tangga saat ini telah merebak dan menjadi suatu fenomena dunia. Belanja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan trend yang sedang berkembang. Contohnya saja produk fashion

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan trend yang sedang berkembang. Contohnya saja produk fashion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini, fashion dunia atau segala sesuatu disangkaut pautkan dengan trend yang sedang berkembang. Contohnya saja produk fashion produk tersebut merupakan produk

Lebih terperinci

FAKTOR SOSIAL DAN PERSONAL YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN MEMBELI BARANG FASHION TIRUAN (COUNTERFEITED FASHION GOODS)

FAKTOR SOSIAL DAN PERSONAL YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN MEMBELI BARANG FASHION TIRUAN (COUNTERFEITED FASHION GOODS) FAKTOR SOSIAL DAN PERSONAL YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN MEMBELI BARANG FASHION TIRUAN (COUNTERFEITED FASHION GOODS) Desyra Sukma Dewanthi 1 BINUS University ABSTRACT In current time there are more rampant

Lebih terperinci

BAB III FENOMENA PERDAGANGAN BARANG PALSU DI INDONESIA

BAB III FENOMENA PERDAGANGAN BARANG PALSU DI INDONESIA BAB III FENOMENA PERDAGANGAN BARANG PALSU DI INDONESIA Dalam bagian bab III ini akan lebih membahas tentang fenomena-fenomena perdagangan barang palsu yang berkaitan erat dengan hak kekayaan intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Organization for Economic Cooperation and Development

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Organization for Economic Cooperation and Development BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemalsuan produk adalah suatu kejahatan ekonomi yang terjadi di seluruh dunia. Menurut laporan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) disebutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. baik yang berskala besar maupun yang berskala kecil, mereka berlomba-lomba untuk

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. baik yang berskala besar maupun yang berskala kecil, mereka berlomba-lomba untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang semakin maju saat ini didukung perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat persaingan yang ketat antar industri perdagangan ekonomi baik yang berskala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang mode dan cara berpakaian mendukung perkembangan pasar produk fashion menjadi cukup pesat. Adanya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanja atau membeli barang gray market merupakan suatu fenomena perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Belanja atau membeli barang gray market merupakan suatu fenomena perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masuknya barang-barang gray market ke suatu negara terutama barang elektronik ponsel pintar telah merebak dan menjadi suatu fenomena dunia. Belanja atau membeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Ainoheartshop didirikan pada awal tahun 2012, pada awalnya hanya menjual aksesoris seperti cincin, kalung, gelang pada media sosial seperti facebook

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sikap konsumen Indonesia terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sikap konsumen Indonesia terhadap BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sikap konsumen Indonesia terhadap barang tiruan (counterfeit goods) yang pada akhirnya mempengaruhi keinginan pembelian mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, ciptaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, ciptaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Umum Hak kekayaan intelektual atau disingkat HKI berperan penting dalam melindungi sebuah ciptaan yang dihasilkan oleh seseorang. Ciptaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menantang bagi pemilik bisnis. Munculnya berbagai produk bajakan yang. tersendiri bagi sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. menantang bagi pemilik bisnis. Munculnya berbagai produk bajakan yang. tersendiri bagi sebuah perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Banyak perusahaan berusaha untuk menemukan kecocokan antara peluang pasar yang ada saat ini dengan kapasitas dan strategi yang dimiliki perusahaan tersebut agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana yang diatur dalam. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana yang diatur dalam. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional Republik Indonesia yang tergambar melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan perilaku konsumen Indonesia yang memuja produk fashion luar negeri dibandingkan dengan produk lokal rasanya bukan menjadi suatu rahasia lagi. Setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia (Kotler dan Keller, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia (Kotler dan Keller, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era ekonomi yang sulit seperti sekarang ini, setiap orang tetap harus memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia (Kotler dan Keller, 2008).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fashion merupakan suatu kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, tidak terkecuali masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu penting disadari bahwa fashion

Lebih terperinci

PELANGGARAN MEREK TERKENAL MELALUI JUAL-BELI BARANG DI MEDIA JEJARING SOSIAL FACEBOOK

PELANGGARAN MEREK TERKENAL MELALUI JUAL-BELI BARANG DI MEDIA JEJARING SOSIAL FACEBOOK 1 PELANGGARAN MEREK TERKENAL MELALUI JUAL-BELI BARANG DI MEDIA JEJARING SOSIAL FACEBOOK Oleh: Ni Nyoman Nadia Ratna P Ni Ketut Supasti Darmawan I Ketut Sandi Sudarsana Bagian Hukum KeperdataanFakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada tahap awal, untuk memulai penelitian ini, peneliti melakukan pre-testing

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada tahap awal, untuk memulai penelitian ini, peneliti melakukan pre-testing BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Pelaksanaan Pre-Testing Pada tahap awal, untuk memulai penelitian ini, peneliti melakukan pre-testing terlebih dahulu terhadap kuesioner.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pertahanan Amerika pada tahun 1960 yaitu ARPANET. (Advanced Research Project Agency Network) yang ditujukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pertahanan Amerika pada tahun 1960 yaitu ARPANET. (Advanced Research Project Agency Network) yang ditujukan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Dengan adanya kebutuhan tersebut, manusia dituntut agar dapat memenuhinya. Salah satu cara dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen sebagai disiplin ilmu pemasaran yang terpisah dimulai ketika para pemasar menyadari bahwa para konsumen tidak selalu bertindak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam survei yang dilakukan MarkPlus Insight mengenai The Urban. Challenges menemukan bahwa sekitar 52,5% responden mengunjungi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam survei yang dilakukan MarkPlus Insight mengenai The Urban. Challenges menemukan bahwa sekitar 52,5% responden mengunjungi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam survei yang dilakukan MarkPlus Insight mengenai The Urban Shopping Behavior in The Rising Indonesia: Opportunities and Challenges menemukan bahwa sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu bersaing dalam menarik konsumen. Para pengusaha sebagai produsen harus saling

BAB I PENDAHULUAN. selalu bersaing dalam menarik konsumen. Para pengusaha sebagai produsen harus saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini menuntut setiap perusahaan untuk selalu bersaing dalam menarik konsumen. Para pengusaha sebagai produsen harus saling

Lebih terperinci

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL GLOBAL TRADING SYSTEM 1. Tarif GATT (1947) WTO (1995) 2. Subsidi 3. Kuota 4. VERs 5. ad. Policy 6. PKL NEGARA ATAU KELOMPOK NEGARA NEGARA ATAU KELOMPOK NEGARA TRADE BARRIERS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu bangsa yang sedang berkembang, bangsa Indonesia sedang giat-giatnya mengejar ketertinggalanya di segala bidang. Salah satu upaya untuk mengejar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek dagang di Indonesia semakin banyak macam pilihannya. Teknologi informasi dan komunikasi mendukung perkembangan macammacam merek yang dikenal oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ledakan populasi menyebabkan kehidupan manusia semakin bertambah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ledakan populasi menyebabkan kehidupan manusia semakin bertambah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ledakan populasi menyebabkan kehidupan manusia semakin bertambah rumit yang mana kehidupan ini tercermin dari suatu kebutuhan. Dalam hal ini, kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hak kekayaan intelektual sanagt penting bagi pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang dilindungi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini periklanan sangat dibutuhkan untuk menunjang peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini periklanan sangat dibutuhkan untuk menunjang peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini periklanan sangat dibutuhkan untuk menunjang peningkatan penjualan. Perusahaan tidak hanya memperhatikan bentuk iklan yang dikomunikasikan pada konsumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion kini merambah begitu besar. Para pelaku bisnis dan perancang busana berlombalomba untuk menciptakan

Lebih terperinci

Laporan Akhir DAMPAK PEMALSUAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat - FEUI

Laporan Akhir DAMPAK PEMALSUAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat - FEUI DAMPAK PEMALSUAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Copyright @ 2010 Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat - FEUI KATA PENGANTAR Laporan ini adalah laporan tahap akhir penelitian berjudul Dampak Pemalsuan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Penyusunan Melengkapi pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: WAA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini sangat banyak produk-produk yang baru bermunculan, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini sangat banyak produk-produk yang baru bermunculan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sangat banyak produk-produk yang baru bermunculan, baik produk makanan, pakaian, perhiasan dan lain sebagainya. Produk bermerek dan tidak bermerek memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pesatnya pesaingan dalam era globalisasi, organisasi dituntut agar mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk mencapai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri sepatu di era globalisasi seperti sekarang ini berada dalam persaingan yang semakin ketat. Terlebih lagi sejak tahun 2010 implementasi zona perdagangan

Lebih terperinci

PROFIL EKONOMI AMERIKA SERIKAT

PROFIL EKONOMI AMERIKA SERIKAT PROFIL EKONOMI AMERIKA SERIKAT UNITED STATES of AMERICA Populasi: 309.349.689 Import Utama: Pasokan industri ( minyak mentah, dll ), barang modal ( komputer, peralatan telekomunikasi, otomotif, mesin kantor,

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lima tahun terakhir persaingan di dunia otomotif semakin ramai dan kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di industri otomotif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan cenderung mudah berpindah saluran dan retailer yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan cenderung mudah berpindah saluran dan retailer yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel dihadapkan dengan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gejolak ekonomi dan kemajuan teknologi tergabung membentuk kembali lanskap

Lebih terperinci

1 Analisis sikap..., Ayu Puspitasari P., FE UI, 2009 Universitas Indonesia

1 Analisis sikap..., Ayu Puspitasari P., FE UI, 2009 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pergeseran perekonomian dari perekonomian tradisonal ke perekonomian baru memberikan serangkaian kemampuan yang sama sekali baru ke tangan konsumen dan pelaku bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pembelian merupakan kesimpulan terbaik konsumen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pembelian merupakan kesimpulan terbaik konsumen untuk melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keputusan pembelian merupakan kesimpulan terbaik konsumen untuk melakukan pembelian. Keputusan pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh perilaku pembelian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Faktor-Faktor Sosial dan Personal Faktor sosial dan personal mengacu pada faktor-faktor yang berasal baik dari dalam diri konsumen (internal) maupun dari lingkungan eksternal

Lebih terperinci

Hak Cipta dan Kepemilikan Produk

Hak Cipta dan Kepemilikan Produk Hak Cipta dan Kepemilikan Produk AGENDA Gambaran Umum Kekayaan Intelektual Palsu / Tiruan (Replika) Merk Dagang Hak Cipta Kesalahan pemahaman yang umum terjadi mengenai IP (kekayaan intelektual) Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia pemasaran dewasa ini sangat pesat, yang ditunjukkan dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada konsumen. Kemudahan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kaum manusia. Tiada orang yang dapat memungkiri kebutuhan teknologi bagi kehidupan manusia hari ini. Penemuan

Lebih terperinci

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun;

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun; DESAIN INDUSTRI SEBAGAI BAGIAN PERLINDUNGAN HUKUM DI BIDANG HAKI Oleh: Widowati ABSTRAKSI Tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memperoleh profit. Agar profit dapat diraih biasanya perusahaan melakukan

Lebih terperinci

Panduan Produk Palsu Legal & Content Lazada

Panduan Produk Palsu Legal & Content Lazada Panduan Produk Palsu Legal & Content Lazada AGENDA Gambaran Umum Kekayaan Intelektual Palsu / Tiruan (Replika) Merk Dagang Hak Cipta Kesalahan pemahaman yang umum terjadi mengenai IP (kekayaan intelektual)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sudah ada dan semakin berkembang dari waktu ke waktu, disamping itu pula kosmetik berperan penting untuk menunjang

Lebih terperinci

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI) HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI) 1. Pembahasan HAKI Keberadaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam hubungan antar manusia dan antar negara merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

PELAKSANAAN UNDANG -UNDANG MEREK PADA UKM (USAHA KECIL MENENGAH) KEC. CEPER KAB. KLATEN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM DARI TINDAK PEMALSUAN MEREK

PELAKSANAAN UNDANG -UNDANG MEREK PADA UKM (USAHA KECIL MENENGAH) KEC. CEPER KAB. KLATEN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM DARI TINDAK PEMALSUAN MEREK PELAKSANAAN UNDANG -UNDANG MEREK PADA UKM (USAHA KECIL MENENGAH) KEC. CEPER KAB. KLATEN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM DARI TINDAK PEMALSUAN MEREK SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya globalisasi perdagangan internasional menjadi hal yang tidak bisa dihindari lagi. Karena Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka maka memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam miliar USD Indonesia IT Market CAGR*

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam miliar USD Indonesia IT Market CAGR* BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha di Indonesia tidak lepas dari pengaruh perkembangan teknologi informasi. Dengan adanya teknologi informasi tersebut memberikan kemudahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan yang mendukung penelitian ini. Berfokus pada pengaruh citra merek,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan yang mendukung penelitian ini. Berfokus pada pengaruh citra merek, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah uraian mengenai penelitian terdahulu serta persamaan dan perbedaan yang mendukung penelitian ini. Berfokus pada pengaruh citra merek,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. pemilik hak dengan tetap menjujung tinggi pembatasan-pembatasan yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. pemilik hak dengan tetap menjujung tinggi pembatasan-pembatasan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya manusia yang ada di negara Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya mengalami perkembangan dan kemajuan yang cukup pesat. Kekayaan

Lebih terperinci

DAMPAK EKONOMI PEMALSUAN DI INDONESIA

DAMPAK EKONOMI PEMALSUAN DI INDONESIA DAMPAK EKONOMI PEMALSUAN DI INDONESIA (ECONOMIC IMPACT OF COUNTERFEITING IN INDONESIA) TIM PENELITI: DR. EUGENIA MARDANUGRAHA SITA WARDHANI, SE, MSC BUDHI ISMAYADI, SE, ME DENNIS BERGKAMP, SE BENEDICT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik. Perkembangan kosmetik di

BAB I PENDAHULUAN. yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik. Perkembangan kosmetik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang cukup padat menjadikan Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik. Perkembangan kosmetik di Indonesia tumbuh cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi teknologi berbasis sumber daya kecerdasan manusia. Seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, dunia telah membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang memegang

Lebih terperinci

DAMPAK EKONOMI PEMALSUAN DI INDONESIA

DAMPAK EKONOMI PEMALSUAN DI INDONESIA DAMPAK EKONOMI PEMALSUAN DI INDONESIA (ECONOMIC IMPACT OF COUNTERFEITING IN INDONESIA) TIM PENELITI: DR. EUGENIA MARDANUGRAHA SITA WARDHANI, SE, MSC BUDHI ISMAYADI, SE, ME DENNIS BERGKAMP, SE BENEDICT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang disampaikan Salvatore

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, sosial dan budaya, dan lain-lain. Sebagai contoh, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, sosial dan budaya, dan lain-lain. Sebagai contoh, lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Lingkungan bisnis meliputi lingkungan eksternal perusahaan dan internal perusahaan. Perusahaan tidak boleh hanya mempertimbangkan lingkungan internal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya terdapat tiga fungsi aparatur pemerintah seiring dengan bergulirnya reformasi birokrasi, yaitu fungsi penyelenggaraan pemerintah, fungsi penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era modernisasi saat ini persaingan bisnis baik di pasar domestik maupun pasar internasional sangat ketat. Perusahaan yang ingin berkembang dan bertahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring trend gaya hidup masyarakat sekarang ini, industri kafe dan restoran

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring trend gaya hidup masyarakat sekarang ini, industri kafe dan restoran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring trend gaya hidup masyarakat sekarang ini, industri kafe dan restoran di Indonesia semakin meningkat pesat. Sekjend Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi seorang konsumen niat beli terhadap suatu produk muncul dari sebuah keinginan yang disebabkan oleh dampak dari suatu proses pengamatan dan pembelajaran, apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia fashion akhir-akhir ini mengakibatkan banyak persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia fashion akhir-akhir ini mengakibatkan banyak persaingan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia fashion akhir-akhir ini mengakibatkan banyak persaingan antar pengusaha. Pengusaha berlomba-lomba untuk merebut pangsa pasarnya. Pengusaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang sering berfluktuasi tidak jarang menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga menyebabkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perekonomian Indonesia. Industri Ritel memiliki kontribusi terbesar

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perekonomian Indonesia. Industri Ritel memiliki kontribusi terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Ritel merupakan industri yang strategis dalam kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia. Industri Ritel memiliki kontribusi terbesar kedua terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong ! 1 BAB I PENDAHULUAN A.! Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan kegiatan perdagangan di dunia, termasuk Indonesia. Dengan adanya HKI, diharapkan

Lebih terperinci

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan)

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan) Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan) Badan Kebijakan Fiskal Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Februari 2014 Tema Undang-undang Perindustrian Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil Menengah atau UMKM merupakan sektor penting sebagai mesin penggerak utama ekonomi global. Hal ini dapat terlihat dari mendominasinya jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagus Nurul Akbar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagus Nurul Akbar, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fashion merupakan suatu bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat dipisahkan dalam aspek penampilan. Saat ini fungsi fashion bukan lagi sekedar penutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fashion adalah istilah umum untuk gaya atau mode. Fashion dan wanita merupakan dua hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Setiap wanita ingin tampil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka,

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya membantu dalam pembuatan merek merek luar negeri saja. Padahal. sepatu lokal ke pasar dalam negeri atau bahkan luar negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya membantu dalam pembuatan merek merek luar negeri saja. Padahal. sepatu lokal ke pasar dalam negeri atau bahkan luar negeri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri sepatu lokal di Indonesia sejak krisis moneter tahun 1998 hingga saat ini mengalami penurunan dalam perjalanannya dan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganut sistem demokrasi, salah satunya adalah Indonesia. 2. komersial maupun organisasi non komersial,

BAB I PENDAHULUAN. menganut sistem demokrasi, salah satunya adalah Indonesia. 2. komersial maupun organisasi non komersial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari sejarahnya, ilmu dan praktek PR ( public relations atau hubungan masyarakat) modern berkembang paling pesat di negara yang menganut sistem demokrasi, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Semakin maraknya bisnis retail di berbagai kota di Indonesia, baik yang berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor industri ritel semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang ditandai dengan semakin banyaknya pelaku usaha

Lebih terperinci

adi nugroho desain kemasan ME RK LA BEL LING PER IZIN AN

adi nugroho desain kemasan ME RK LA BEL LING PER IZIN AN adi nugroho desain kemasan ME RK LA BEL LING PER IZIN AN 1 let s talk about protecting good design 2 Anda lulus dan bekerja sebagai Desainer Kemasan. Apa? Desainer Kemasan? 3 Standar Kompetensi Kerja Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan perekonomian dan pembangunan adalah masalah pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan perekonomian dan pembangunan adalah masalah pemanfaatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu pokok permasalahan yang sangat berpengaruh dalam penyelenggaraan perekonomian dan pembangunan adalah masalah pemanfaatan berimbang atas sumber daya alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menduduki urutan kedua setelah Brazil.

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran mengenai industri farmasi selama bertahun-tahun, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran mengenai industri farmasi selama bertahun-tahun, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gambaran mengenai industri farmasi selama bertahun-tahun, perusahaan farmasi secara berkelanjutan terus melakukan inovasi menawarkan produk-produk baru, membantu

Lebih terperinci