BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai"

Transkripsi

1 Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, manajemen dan informasi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preentif. Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan. Sehubungan dengan penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah Penilaian Profil Sanitasi. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan data dasar (baseline) yang memberikan gambaran lengkap dan menyeluruh (teknis / nonteknis dan mencakup berbagai aspek) tentang sanitasi di Kabupaten Banggai. Data dasar ini diambil dari data primer dan sekunder, dan nantinya akan dipakai dalam penyusunan SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten) dan proses monitoring. Proses penyusunan data dasar ini diawali dengan pemetaan sistem sanitasi yang ada saat ini (existing) dan dilanjutkan dengan menilai tingkat layanan dan cakupan sanitasi di Kabupaten Banggai. Pemetaan akan menggambarkan alur lengkap perjalanan limbah mulai dari timbulnya / diproduksinya limbah hingga dibuang kembali kelingkungan. Ini mencakup tiga komponen: air limbah domestik, persampahan, dan drainase lingkungan serta prohisan dan limbah terkait. Selain pemetaan sanitasi, Pokja harus mengidentifikasi isu strategis dan permasalahan mendesak sanitasi yang ada. Informasi tentang kedua hal ini menjadi salah satu dasar utama BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 53

2 dalam penyusunan SSK yang akan dilakukan kemudian. Biasanya, sudah banyak inisiatif / rencana pembangunan sanitasi yang disusun Kabupaten Banggai. Penting bagi Pokja mengidentifikasi berbagai rencana tersebut guna memberi gambaran tentang sejauh mana Kabupaten Banggai telah melakukan usaha pengembangan sanitasi. Ini juga akan memberi dasar dan pertimbangan yang kuat pada saat Pokja menyusun strategi pembangunan sanitasi dalam SSK. 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi Wilayah Kajian Wilayah kajian Buku Putih Sanitasi mencakup 4 Kecamatan dari 23 Kecamatan di Kabupaten Banggai, dengan sasaran utama adalah kawasan permukiman sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Tahun yang meliputi: Kecamatan Luwuk Utara, Luwuk, Luwuk Selatan dan Kecamatan Nambo Dasar Penetapan Wilayah Kajian Berdasarkan pertimbangan dan hasil koordinasi dan diskusi yang dilakukan oleh Kelompok Kerja Saniatasi Kabupaten Banggai, maka disepakati bahwa penetapan wilayah kajian yaitu meliputi 4 (empat) kecamatan dengan pertimbangan sebagai berikut: Kepadatan penduduk; Lokasi rawan sanitasi; Termasuk dalam kategori Pusat Kegiatan Nasional Promosi (PKNp) sesuai Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Banggai Tahun ; Hasil rapat internal Bidang Perencanaan Pokja Sanitasi Kabupaten Banggai tanggal Mei Tahun 214 di Kantor Bappeda Banggai. Menjadi Pedoman Sektor Sanitasi Kabupaten Banggai dalam pembenahan Kondisi sanitasi ke depan ke arah yang lebih baik. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 54

3 Peta 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi PETA WILAYAH KAJIAN WILAYAH KAJIAN SANITASI Batas Wilayah Kajian Sanitasi Sumber: RTRW Kabupaten Banggai, diolah BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 55

4 3.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilaksanakan melalui keluarga, institusi local / desa, fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah dan melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Untuk mengetahui kondisi PHBS di masyakarat, secara lebih terukur dapat dilakukan dengan melihat kondisi PHBS pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah. Dalam hal ini mengetahui secara kuantitas ketersediaan dari prasarana dan sarana sanitasi dan air bersih/air minum yang digunakan masyarakat baik di rumah tangga maupun di sekolah dalam kondisi tercukupi dan layak dari segi kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai sebagai SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten di bidang kesehatan sesuai dengan kewenangan Pemerintah Kabupaten Banggai dan Peraturan Perundangundangan yang berlaku. Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai menyusun berbagai kebijakan, program dan kegiatan. Khusus dalam mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), ada beberapa kegiatan yang diagendakan di Kabupaten Banggai untuk mendukung kegiatan tersebut, adapun rencana kegiatan PHBS dan promosi hygiene adalah peningkatan penddikan tenaga penyuluh kesehatan, kegiatan peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan dan penyuluhan masyarakat Pola Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Yang menjadi tatanan dalam penelitian ini adalah rumah tangga, sebagai responden dipilih ibu rumah tangga yang berusia 45 tahun (batas maksimal usia responden 65 tahun) adalah 25,1% dan usia 354 tahun adalah 18,2%, dengan harapan usia tersebut relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta ibu rumah tangga lebih mudah ditemui dibanding bapakbapak. Jumlah Ibu rumah tangga yang dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 68 responden. Karakteristik responden dilihat berdasarkan umur, status perkawinan, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan kotor perbulan, jumlah anggota keluarga dan keberadaan balita dalam rumah tangga. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 56

5 Variabelariabel di atas perlu dikaji, karena sangat erat hubungannya dengan kepedulian masyarakat dalam penerapan sanitasi di dalam rumah tangga, seperti pendidikan responden sangat erat dengan pengetahuan responden harapannya semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pengetahuan kesehatan; pekerjaan dan penghasilan keluarga perbulan sangat erat hubungannya dengan dengan pengembangan program sanitasi, sehingga dapat memperkirakan potensi partisipasi masyarakat dalam pembangunan, pemeliharaan ketersediaan sanitasi/ RAKSA (Rumah, Air Bersih, Kakus/ Jamban, Sampah dan Air Limbah) yang memenuhi syarat kesehatan; jumlah anggota keluarga erat sekali hubungannya dengan ukuran rumah yang sesuai standar. Di Kabupaten Banggai rumah merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia disamping sandang dan pangan, rumah dikatakan sehat apabila rumah tersebut memenuhi empat kriteria dasar sanitasi yang baik, yaitu memiliki jamban yang sehat, akses air bersih, sampah dan sarana pembuangan air limbah. Kondisi Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga di Kabupaten Banggai, dapat dilihat dari ketersediaan jamban yang sehat, akses air bersih yang lancar dan tersedia setiap saat, ketersediaan sarana persampahan dan pembuangan air limbah. Disamping itu dapat dilihat dari partisipasi masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit baik yang dilakukan melalui bidan desa, poskesdes, puskesmas dan dokter. Lingkungan mempunyai peranan yang sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh karena itu upaya pemberantasan penyakit harus dimulai dari lingkungan yang sehat. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk. Salah satu faktor yang menunjukkan tinggi rendahnya angka kesakitan suatu daerah disebabkan oleh sanitasi dasar terutama air bersih, pengelolaan makanan yang tidak sehat serta tingkat kesadaran masyarakat yang rendah. Oleh Karena itu upaya promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan biaya yang murah dan terjangkau serta memberikan fungsi yang sangat luas bagi masyarakat, upaya ini dilakukan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan. Kegiatan penyuluhan kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 57

6 Gambar 3.1 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting Sumber : Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai 214 Dari tabel di atas hasil studi EHRA di Kabupaten Banggai dengan responden 68 orang yang tersebar di 15 desa Pada Gambar di atas menunjukkan bahwa perilaku CTPS responden sebesar (93,6%) tidak melakukan CTPS di lima Waktu Penting seperti : Sebelum makan, setelah makan, setelah BAB (Buang Air Besar), setelah mencebokin bayi/anak, sebelum menyuapi anak, sebelum menyiapkan masakan dan setelah memegang hewan serta sebelum sholat. Sedangkan yang melakukan perilaku CTPS hanya sebesar (6,4%) responden saja. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 58

7 Gambar 3.2 Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS Sumber : Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai 214 Dari hasil studi EHRA persentase penduduk yang melakukan BABS yang terbagi pada cluster sebanyak 74,5%, Cluster 1 sebanyak 76,5%, Cluster 2 sebanyak 72,3%, Cluster 3 sebanyak 9,5% dan cluster 4 sebanyak 75,5%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diatas Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa dari persentase total menunjukkan 75,5% tidak melakukan praktik BABS (Buang Air Besar Sembarangan), masih ada 24,5% yang melakukan BABS. Bila dilihat berdasarkan strata, terlihat bahwa di desa/kelurahan strata 2 yang masih melakukan praktik BABS 27,7%. Hal tersebut menggambarkan bahwa responden surei studi EHRA sudah memiliki kesadaran tinggi untuk tidak melakukan BABS. Terutama dengan gencarnya program dari Dinas Kesehatan melalui Bidang Kesehatan Lingkungan berupa program STBM (Sanitasi Total berbasis Masyarakat). BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 59

8 Gambar 3.3 Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air) Sumber : Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai 214 Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa di Kabupaten Banggai masih ada sekitar 26 % masyarakat yang pengelolaan air minumnya memiliki potensi tercemar pada saat penanganan air maupun pada wadah penyimpan air minum. Sementara 74 % masyarakat sudah aman dalam pengelolaan air. Gambar 3.4 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat Sumber : Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 6

9 Pengelolaan sampah seperti terlihat pada Gambar 3.4 di atas, menunjukkan bahwa 83% masyarakat tidak melakukan praktik pengolahan/ pemilahan sampah. Sisanya hanya sekitar 17% saja masyarakat yang melakukan praktik pengolahan/ pemilahan sampah sebelum dibuang. Secara umum rincian cara pembuangan di atas kemudian disederhanakan berdasarkan dua kategori besar, yakni: 1) penerima layanan sampah dan 2) penerima non layanan sampah. Bagi masyarakat yang bukan penerima layanan non sampah tidak melakukan pemilahan sampah sebelum dibuang sendiri ke tempat pembuangan sampah sementara. Jadi terlihat bahwa perilaku pemilahan sampah masih belum terealisasi dengan baik untuk di Kabupaten Banggai berdasarkan hasil sampling Surei Studi EHRA. Gambar 3.5 Grafik Pencemaran SPAL Sumber : Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai 214 Pada Gambar 3.5 berdasarkan hasil pengamatan terlihat persentase tidak ada pencemaran SPAL pada seluruh desa/kelurahan 4,3% dan ada pencemaran karena SPAL 59,7%. Persentase Pencemaran SPAL terbesar terjadi di wilayah strata 2 sebesar 57,4%. Persentase tidak ada pencemaran SPAL terbesar terjadi wilayah strata sebesar 77%. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 61

10 Permasalahan mendesak yang dihadapi terkait PHBS terkait sanitasi Kurangnya tenaga penyuluh Kurangnya alokasi dana yang diperuntukkan prohisan Masih kurangnya penyedotan tangki septik Masih kurangnya kerjasama dengan sanitarian untuk penyampaian tentang Promosi Higien dan Sanitasi Belum adanya kesetaraan jender dalam promosi kesehatan masyarakat Belum optimalnya kerja sama denga pihak swasta Dinas yang menangani Kegiatan PHBS yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Cipta Karya dan Dinas BPLH belum maksimal Tatanan Sekolah Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak usia 519 tahun dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak, sebab di sekolah seorang anak dapat mempelajari berbagai pengetahuan termasuk kesehatan. Promosi kesehatan di sekolah membantu meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan, keluarga serta masyarakat sekitar, sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan institusi pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat institusi pendidikan (pengajar, anak didik dll.) dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Institusi pendidikan dalam hal ini adalah dari tingkat SD/MI, SLTP/MTs sampai dengan SLTA/ MA. Sekolah harus memberikan pengajaran baik kepada guru maupun murid bagaimana cara memelihara jamban sekolah yang akan di bangun dan sarana cuci tangan. Seringkali terjadi jamban di sekolah hanya terdiri atas dua unit, yaitu satu untuk guru dan yang lain untuk murid. Sementara kondisi jamban murid sangat berbeda jauh dengan jamban guru, dimana jamban murid sangat jauh dari kondisi bersih dan terpelihara atau tidak jarang dalam kondisi rusak. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 62

11 Akibatnya banyak murid yang kemudian buang air kecil maupun buang air besar di halaman sekolah. Kebiasaan ini membuat sekolah menjadi bau dan sangat rentan untuk menjadi sarang penyakit. Selain itu, seringkali jamban di sekolah tidak dilengkapi dengan penerangan yang cukup. Murid yang merasa takut untuk menggunakan jamban yang kondisinya gelap, berbau dan kotor. Kondisi seperti ini harus dihindari dengan cara membuat jamban dengan penerangan yang cukup baik dari lampu ataupun sinar matahari beserta entilasi yang memadai. PHBS tatanan institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. Ada 12 indikator dari 3 ariabel yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah, salah satu ariabel yaitu ariabel lingkungan sekolah sehat dengan indikator air bersih, jamban, sampah dan warung sekolah. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 63

12 Tabel 3.1: Rekapitulasi Jumlah sarana air bersih dan sanitasi tingkat Sekolah Dasar/MI Jumlah Siswa No Status Sekolah Jumlah Dasar Sekolah L Sekolah Dasar Negeri Sekolah Dasar Swasta MI Total P Jumlah Guru L P Sumber Air Bersih *) PDAM SPT /PL Toilet Guru**) T L/P dan Fas Cuci Pengolahan tangan sampah T Y T Y T Y T Toilet Siswa***) L SGL Fas. Saluran Drainase L T L/P P dan P Sumber : Hasil Kajian Sanitasi Sekolah Dinas Kesehatan 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 64

13 Berdasarkan dari hasil kajian sanitasi sekolaah yang telah dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Banggai dari tiga puluh sekolah dasar di wilayah kajian dokumen Buku Putih Sanitasi dengan menggunakan 4 kuisioner dapat diketahui kondisi sarana saniatsi sekolah dasar yaitu untuk toilet guru sangat baik 6,7%, baik 33,3% dan yang kurang baik sebanyak 6%, toilet siswa sangat baik 6,7%, Baik 23,3% dan yang kurang baik sebanyak 7%, untuk fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sangat baik sebanyak 33,3%, Baik 2% dan yang kurang baik sebanyak 46,7%, sarana air bersih sangat baik sebanyak 83,3%, baik 1% dan kurang baik sebanyak 6,7%, pengelolaan sampah sangat baik hanya 13,3%, baik % dan kurang baik sebanyak 86,7%, saluran drainase sangat baik 13,3%, baik 2% dan kurang baik sebanyak 66,7%, ketersediaan dana untuk kegiatan higiene dan sanitasi sangat baik sebanyak 36,7%, baik sebanyak 1% dan yang kurang baik sebanyak 53,3%, sedangkan pendidikan higiene dan sanitasi sangat baik berkisar 26,7%, baik 46,7%, dan kurang baik sebanyak 26,7%. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.2 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Dasar (MI) Kondisi Sangat Baik % Baik % Kurang Prosentase Baik (%) Toilet Guru 2 6,7 1 33,3 18 6, Toilet siswa 2 6,7 7 23,3 21 7, Fasilitas CTPS 1 33,3 6 2, 14 46,7 Sarana Air Bersih 25 83,3 3 1, 2 6,7 Pengelolaan sampah 4 13,3, 26 86,7 Drainase 4 13,3 6 2, 2 66,7 Ketersediaan dana 11 36,7 3 1, 16 53,3 Pendidikan HS 8 26, ,7 8 26,7 Sumber : Hasil Kajian Sanitasi Sekolah Dinas Kesehatan 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 65

14 Untuk hasil kajian sanitasi sekolah dasar yang dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Banggai di empat kecamatan wilayah kajian dokumen Buku Putih Sanitasi dengan menggunakan 4 kuisioner di tiga puluh sekolah dasar dapat diketahui Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) sanitasi pada sekolah dasar terkait dengan prilaku cuci tangan pakai sabun baik sebanyak 9,25% dan kurang baik sebanyak 9,75% sedangkan penggunaan jamban/ toilet pada siswa sekolah dasar baik sebanyak 89,75% dan yang kurang Baik sebanyak 1,25%, dan perilkau buang sampah yang baik sebanyak 94,75% dan yang kurang baik sebanyak 5,25% saja. Untuk lebih detailnya dapat di lihat pada tabel 3.3 di bawah ini: Tabel 3.3 PHBS terkait Sanitasi di Sekolah Dasar/MI Perilaku Higiene dan Sanitasi Baik % Kurang baik % Cuci tangan pakai sabun 37 9, ,75 Penggunaan toilet/jamban , ,25 Perilaku buang sampah , ,25 Sumber : Kajian Sanitasi Sekolah Dinas Kesehatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Limbah domestik atau sering juga disebut limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian dan kotoran manusia. Seperti pada limbah pada umumnya limbah rumah tangga merupakan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kumankuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan sebagainya. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan peresapan dengan memperhatikan beberapa hal, diantaranya tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya, tidak mengotori permukaan tanah sehingga bisa mengakibatkan tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah, mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lainnya, tidak menimbulkan bau yang mengganggu, konstruksi agar dibuat secara sederhana dan jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 1 m. Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banggai pada saat ini masih membutuhkan banyak interensi penanganan dari pemerintah. Keseluruhan aspek BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 66

15 pengelolaan air limbah domestik ditangani oleh pemerintah Kabupaten Banggai melalui instansi teknis/skpd terkait, yakni: Dinas Kesehatan, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang serta Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam pelaksanaannya, tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan air limbah domestik memerlukan koordinasi lintas SKPD terkait disamping perbaikan aspek kerangka hukum (legal framework) dalam pengelolaan air limbah domestik. Secara teknis, cakupan pelayanan pengelolaan air limbah di Kabupaten Banggai masih sangat rendah berdasarkan hasil studi EHRA tahun 214, dimana untuk jenis air limbah tinja (black water) yang memiliki fasilitas sanitasi yang menggunakan tangki septik indiidu dan yang menggunakan cubluk. Pada beberapa kawasan padat penduduk, pendirian tangki septik belum memenuhi syarat standar jarak tangki septik dengan sumber air bor/sumur sehingga menimbulkan resiko yang tinggi terhadap kondisi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi air bersih dengan adanya pencemaran air bawah tanah. Pada kawasan lainnya perilaku buang air besar sembarangan masih cukup tinggi terutama pada kawasan yang berdekatan dengan sungai dan pesisir pantai. Pengelolaan air limbah rumah tangga (grey water) masih disalurkan secara langsung pada saluran drainase lingkungan dan kota tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Sebagaimana halnya kotakota yang sedang berkembang lainnya, belum ada pemisahan saluran yang jelas antara peruntukan drainase air limpasan hujan dan air limbah. Kondisi ini kemudian menunjukkan situasi rendahnya kualitas infrastruktur yang ada untuk penanganan air limbah domestik di Kabupaten Banggai. Menumbuhkan tingkat kesadaran masyarakat yang masih sangat rendah dalam pengelolaan air limbah domestik merupakan tantangan tersendiri di Kabupaten Banggai disamping faktor rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena masih minimnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap perilaku hidup dan lingkungan yang sehat terutama pada kawasankawasan tertentu yang padat dan kumuh Kelembagaan Instansi Pemerintah Kabupaten Banggai yang menangani dan terkait dalam pengelolaan limbah cair antara lain : Dinas Kesehatan yaitu ditangani oleh bidang penyehatan lingkungan, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang bidang Kebersihan dan Persampahan serta Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup oleh sub bidang pemantauan dan pemulihan lingkungan hidup. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 67

16 Kegiatan pengelolaan dan pengendalian limbah cair baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga di Kabupaten Banggai merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten Banggai. Mekanisme kerja dalam penanganan Limbah Cair mencakup kegiatan Pembangunan, Pengelolaan, Pengawasan dan Bimbingan Teknis, sesuai dengan Tupoksi masingmasing. Dilihat tupoksi SKPD yang ada di Kabupaten Banggai, SKPD yang menangani air limbah dalam hal pengawasan dan bimbingan teknis adalah Kantor Lingkungan Hidup, yaitu berada dalam Bidang Pemantauan, Pengawasan, Penataan dan Konserasi SDA dan Sub Bidang Pemantauan, Pengawasan dan Penataan Lingkungan. Sedangkan SKPD yang menangani air limbah dalam hal perencanaan dan pembangunan sarana pengelolaan limbah adalah Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai, yaitu berada dalam Sub Bagian Perencanaan Program dan Seksi Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan. Diluar Dinas PU, pembangunan sarana pengelolaan air limbah tidak dibangun secara spesifik tapi merupakan sarana pendukung dari sarana utama yang mereka bangun. Sebagai contoh Dinas Kesehatan pada saat membangun rumah sakit maka dinas ini membangun IPLT sebagai saran pendukung dari rumah sakit tersebut. Diluar SKPD tersebut umumnya penanganan masih bersifat internal. Perangkat peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan air limbah belum ada, sehingga kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah belum memiliki legalitas yang kuat. Ditingkat masyarakat dan swasta belum ada upaya yang terfokus terhadap sistem pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi standar pelayanan penyehatan lingkungan. Dengan kedudukan, sehingga berpengaruh pada belum tersedianya perangkat peraturan terkait pengelolaan air limbah di tingkat daerah. Berikut struktur organisasi yang kelembagaan yang masih lemah baik ditingkat masyarakat, swasta dan pemerintah maka upaya pencapaian target pengelolaan air limbah belum ada langkahlangkah nyata menangani pengelolaan limbah di Kabupaten Banggai. Adapun Struktur organisasi SKPD terkait dalam pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Banggai, adalah : BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 68

17 Diagram Pengelolaan Air Limbah Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Banggai KEPALA BPLH KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAG KEUANGAN DAN ASET SUBBAG PERENCANAAN PROGRAM BIDANG ANALISIS PENCEGAHAN DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BIDANG PEMANTAUAN DAN PEMULIHAN BIDANG PEMBINAAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGK. SUB BIDANG TEKNIK AMDAL SUB BIDANG PENGAWASAN SUB BIDANG PEMANTAUAN SUB BIDANG PENYULUHAN LINGKUNGAN SUB BIDANG PENINGKATAN KUALITAS DAN KAPASITAS PENANG. DAMPAK LINGK. SUB BIDANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI SUB BIDANG PEMULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG PENATAAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN UPT Sumber: BPLH Kabupaten Banggai 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 69

18 Diagram Pengelolaan Air Limbah Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai KEPALA DINAS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAG KEUANGAN DAN ASET SUBBAG PERENCANAAN PROGRAM BIDANG PENYEHATAN LINGKUNGAN BIDANG PERMUKIMAN BIDANG PENATAAN RUANG DAN PERKOTAAN BIDANG KEBERSIHAN DAN PERSAMPAHAN BIDANG PEMADAM KEBAKARAN SEKSI PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH SEKSI PERUMAHAN SEKSI TATA RUANG SEKSI KEBERSIHAN SEKSI PENCEGAHAN KEBAKARAN SEKSI SANITASI LINGKUNGAN SEKSI PENATAAN BANGUNAN SEKSI PENATAAN PERKOTAAN SEKSI PERSAMPAHAN SEKSI PEMADAM KEBAKARAN SEKSI PEMELIHARAAN JARINGAN AIR BERSIH SEKSI PENATAAN LINGKUNGAN SEKSI PERTAMANAN SEKSI TEKNOLOGI DAUR ULANG PERSAMPAHAN BIDANG PERALATAN UPT Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 7

19 Tabel 3.4: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat Menyusun rencana program air limbah domestik dalam Menyusun rencana anggaran program air limbah Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah Membangun sarana IPLT dan atau IPAL rangka pencapaian target domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA domestik awal (Tangki Septik) ke IPLT (truk tinja) dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik bangunan (tangki septik, dan saluran drainase permukiman) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) dalam hal pengelolaan air limbah domestik air limbah domestik domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 71

20 PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI Swasta Masyarakat Melakukan monitoring dan ealuasi terhadap capaian Melakukan monitoring dan ealuasi terhadap kapasitas Melakukan monitoring dan ealuasi terhadap Melakukan monitoring dan ealuasi terhadap baku target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik efektiitas layanan air limbah domestik, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik mutu air limbah domestik Sumber : Hasil Analisis Pokja 214 Peraturan terkait air limbah domestik belum tersedia, baik dalam bentuk peraturan daerah maupun dalam bentuk peraturan bupati. Untuk itu di perlulkan regulasi yang memadai tentang pengelolaan air limbah domestik dalam hal kewajiban rumah tangga untuk menyediakan tangki septik dan industri rumah tangga serta industri lain yang menghasilkan limbah rumah tangga. Tabel 3.5: Daftar peraturan terkait air limbah domestik Kabupaten Banggai Ketersediaan Peraturan Pelaksanaan Ada (sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksankanan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banggai Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kabupaten Banggai dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 72

21 Ketersediaan Peraturan menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah Ada (sebutkan) Retribusi MCK ++ Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Tidak Ada Pelaksanaan Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksankanan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan Sumber: Hasil Analisis Pokja, Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem air limbah yang ada di Kabupaten Banggai masih dilakukan secara on site (sistem sanitasi setempat). Sistem ini dikelola secara indiidu oleh masyarakat melalui sistem pembuangan akhir limbah tanpa sistem seperti di buang di halaman, kebun, saluran, air/sungai, tegalan, tanahtanah kosong dan dengan sistem seperti cubluk dan tangki septik. Pembuangan air limbah masih dilakukan perorangan yaitu sistem setempat karena belum ada pembuangan limbah terpusat (offsite system) Gambar 3.6 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Sumber : Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai Tahun 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 73

22 Pada Gambar 3.4 tempat penyaluran akhir tinja untuk pembuangan ke tangki septik masih banyak yaitu 7%, Pipa sewer 1%, cubluk/lobang tanah 9%, langsung ke drainase 4%, Sungai/danau/pantai 1%, dan yang tidak tahu 15%. Gambar 3.7 Grafik Presentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Sumber : Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai Tahun 214 Untuk Gambar 3.7 di atas menunjukkan bahwa di seluruh desa/kelurahan secara global untuk ariabel tangki septik suspek aman sebesar 5,7%, dan hanya berbeda sedikit dengan tangki septik suspek tidak aman yaitu sebesar 49,3%. Untuk praktek pembuangan kotoran balita di rumah responden yang memiliki balita sebesar 23% membuang ke WC, ke tempat sampah 5,8%, ke kebun/pekarangan/jalan 1,5%, sungai/selokan/got 4,8%, lainlain,2% dan tidak tahu 64,8%. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 74

23 Gambar 3.8: Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik Diagram Sistem Sanitasi: AIR LIMBAH DOMESTIK Produk Input (A) (B) (C) (D) (E) User Interface Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal Pengangkutan / Pengaliran (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Laut / Sungai Tangki Septik (indiidual / komunal) Drainase lingkungan Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai 214 Berdasarkan sistem sanitasi pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Banggai, maka disimpulkan bahwa terdapat 3 (tiga) kategori sistem kegiatan pengelolaan air limbah domestik yaitu: 1. Sistem langsung, dimana air limbah yang berasal dari kakus (wc gantung) tanpa melalui proses langsung dibuang ke laut, sehingga kondisi ini dapat mencemari badan air. 2. Sistem semi tidak langsung, dimana sudah menggunakan kloset leher angsa akan tetapi proses pembuangannya langsung dibuang ke laut atau sungai. 3. Sistem tidak langsung, dimana sudah menggunakan kloset leher angsa dan menggunakan tangki septik serta pembuangannya melaui drainase dan sungai. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 75

24 Tabel 3.6: Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota Sarana tidak layak Sarana Layak BABS* Nama Kecamatan/ Kelurahan No Offsite Sistem Onsite Sistem Indiidual (KK) Cubluk, Tangki septik tidak aman** (KK) Jamban keluarga dgn tangki septik aman MCK umum MCK++ Tangki Septik Komunal IPAL (KK) /Jamban Bersama (KK) (KK) Komunal (KK) (i) Kawasan / terpusat Berbasis Komunal Sambungan Rumah (KK) (KK) 1 (ii) Kecamatan Luwuk Utara Kilongan 2 Bumi Beringin Boyou Biak Bunga Kamumu Salodik Awu Kilongan Permai Lenyek Buon Mandiri Kecamatan Luwuk (iii) (i) () (i) (ii) (iii) (ix) (x) 1 Tontouan Luwuk Baru Soho Bungin Lumpoknyo Karaton Keleke Bungin Timur Mangkio Baru Kecamatan Luwuk Selatan 1 Bubung BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 76

25 Sarana tidak layak Sarana Layak BABS* No Offsite Sistem Onsite Sistem Nama Kecamatan/ Kelurahan Indiidual (KK) Cubluk, Tangki septik tidak aman** (KK) Jamban keluarga dgn tangki septik aman MCK umum MCK++ Tangki Septik Komunal IPAL (KK) /Jamban Bersama (KK) (KK) Komunal (KK) (i) (ii) Kawasan / terpusat Berbasis Komunal Sambungan Rumah (KK) (KK) (iii) (i) () (i) (ii) (iii) (ix) (x) 2 Tanjung Tuwis Tombang Permai Maahas Bukit Mambual HangaHanga Permai HangaHanga Kompo Simpong Jole Kecamatan Nambo Nambo Padang Nambo Lempek Koyoan Nambo Bosaa Nambo Lempek Baru Koyoan Permai Lontio Lontio Baru Padungnyo Sayambongin Lumbe 75 2 Sumber : Data Sekunder Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 77

26 Tabel 3.7: Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik No Jenis Satuan (i) (ii) Jumlah/ Kondisi Kapasitas Berfungsi Tdk berfungsi Ket. (iii) (i) () (i) (ii) IPAL Komunal unit MCK ++ unit Tangki septik komunal unit unit M3/hari M3/hari Sistem Onsite 1 Berbasis komunal 2. Truk Tinja 3 IPLT : kapasitas Sistem Offsite 4 IPAL Kawasan/Terpusat kapasitas sistem Sumber : Data Sekunder Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 78

27 Peta 3.2 : Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Banggai Peta 3.2 Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik U A : Sistem A : Buang Air Besar Sembarangan (BABS) B : Sistem B : Sistem Setempat (On Site) C : Sistem C : Sistem Terpusat (Offsite) D : Sistem D : Sistem Komunal Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai 214 Diolah BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 79

28 Peran Serta Masyarakat Perbedaan kondisi fisik dan sosial ekonomi, termasuk kepadatan penduduk, akan mempengaruhi pilihan masyarakat terhadap sistem dan layanan sanitasi yang cocok untuk mereka. Pemberdayaan Masyarakat merupakan sebuah proses dalam memberikan kesempatan dan memberdayakan masyarakat melalui partisipasi, alih pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Masyarakat yang merupakan komponen dalam suatu komunitas menempati posisi penting dalam pengelolaan sanitasi. Namun sejauh ini partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang proporsional dari berbagai pihak. Disadari juga bahwa pembangunan sanitasi seringkali mengabaikan kepentingan kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Demikian juga dengan aspek kesetaraan jender. Kita kerap kali tidak memasukkan aspek ini dalam proses pengambilan keputusan. Pengabaian aspek jender dalamperencanaan, implementasi, dan pengawasan / pemantauan. Pembangunan fasilitas sanitasi seringkali menimbulkan ketimpangan penyediaan layanan bagi kelompok perempuan. Dengan Pemberdayaan, masyarakat menjadi lebih bertanggung jawab untuk mengidentifikasi permasalahan mereka, menentukan prioritas, memobilisasi sumber daya, memobilisasi kontribusi (incash dan inkind), bernegosiasi, menyusun perencanaan, pelaksanaan dan mengealuasi kegiatankegiatan. Peran serta masyarakat dan jender dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Banggai dalam pengolahan air limbah dapat di kategorikan sebagai berikut : a. Bagi masyarakat yang sudah sadar dan mampu secara finansial untuk penanganan limbah cair tidak mengalami kesulitan, artinya secara teknis dan kebutuhan sarana prasarana dapat secara langsung disediakan oleh si pemrakarsa. b. Bagi masyarakat yang belum sadar dan mayoritas tidak mampu (secara finansial) sangat sulit untuk penanganan limbah cair di lingkungannya hal ini keterbatasan akan kesadaran dan biaya yang harus dikeluarkan. Kesadaran masyarakat mengelola air limbah masih sebatas dilingkup rumah tangga masingmasing seperti membersihkan kamar mandi dan toilet di rumah BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 8

29 masingmasing akan tetapi masih banyak masyarakat yang buang air besar di selokan atau di sungaisungai. Sedangkan tingkat kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelola MCK umum masih rendah, ini dapat dilihat dari tidak terawatnya MCKMCK umum baik itu yang berada di permukiman warga maupun di tempattempat umum seperti terminal dan pasar. Program/proyek layanan Air limbah yang berbasis masyarakat yang ada di Banggai yaitu PPIP (Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan). Sumber dana program ini berasal dari APBN. Tabel 3.8: Daftar Program/Kegiatan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat No 1 Nama Pelaksana/ Program/Kegiatan PJ On Site Komunal : OMS Desa PPIP : MCK Bubung Lokasi Tahun Penerima Program/ manfaat kegiatan Desa Bubung L Jumlah Sarana P 213 Kondisi Sarana Saat Ini Berfungsi 1 Unit Tidak Berfungsi Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai 214 Secara keseluruhan Peran serta serta masyarakat dan jender dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Banggai dalam pengolahan air limbah belum maksimal, masih mengandalkan kegiatan atau proyek dari Pemerintah, baik penyediaan sarana prasarana maupun perawatannya. Tabel 3.9: Pengelolaan sarana air limbah domestik oleh Masyarakat No 1 Jenis Sarana MCK Tahun Sarana Lokasi Dibangun 213 Pengelola Lembaga Desa Bubung KPP Biaya operasi Pengosongan dan tangki septik/ipal Kondisi pemeliharaan Tdk Aktif Tidak ada iuran Waktu Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 81 Layanan

30 Komunikasi dan Media Peran media pemerintah dalam pengelolaan air limbah masih rendah. Sejauh ini kegiatan yang dilakukan baru berupa kegiatan sosialisasi programprogram kegiatan sektor air limbah domestik seperti pembangunan MCK, PPIP, dan PAMSIMAS. Komunikasi antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat, antara Pemerintah Daerah dengan dunia usaha dan antara Pemerintah daerah dengan LSM maupun media massa masih minim yang terkait bidang sanitasi khususnya pengolahan limbah rumah tangga. Isu sanitasi dapat terakses ke desadesa saat ini melalui penyuluhan penyuluhan yang dilakukan oleh kader kesehatan atau ibu PKK. Saat ini masyarakat masih membuang limbah rumah tangga secara konensional belum ada pengolahan secara teknis, dikarenakan kalangan masyarakat yang berpendidikan menengah ke bawah belum mampu mengakses media cetak secara mudah dan masyarakat tersebut kurang tertarik pada isu sanitasi apalagi isu limbah rumah tangga yang menurut mereka tidak akan menimbulkan suatu masalah meskipun belum ada pengolahannya. Hanya kalangan tertentu yang tertarik terhadap isu limbah rumah tangga. Gambar 3.9: Kegiatan Penyuluhan dan Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Banggai Sumber : Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 82

31 Peran Swasta Di Kabupaten Banggai, pengolahan limbah rumah tangga masih dilakukan oleh masyarakat sendiri itupun masih secara konensional. Pihak Pemerintah Daerah maupun pihak swasta belum ada partisipasinya yang bergerak dalam pengolahan limbah rumah tangga, dikarenakan anggaran pemerintah daerah masih terbatas dan pihak swasta masih menganggap untuk menanamkan inestasi pengolahan limbah rumah tangga di Kabupaten Banggai secara finansial belum layak. Tabel 3.1: Peran Swasta dalam Penyediaan layanan air limbah domestik No Nama Proider/Mitra Potensial Tahun mulai Jenis kegiatan/ operasi/ Kontribusi Terhadap Berkontribusi Sanitasi Volume Potensi Kerjasama Data Peran Swasta dalam Penyediaan layanan air limbah domestik di Kabupaten Banggai Tidak Ada Pendanaan dan Pembiayaan Belum adanya inestor atau pihak swasta yang masuk atau berkontribusi dalam pengelolaan limbah domestik masyarakat. Pengelolaan Limbah Domestik saai ini masih tergantung pada dana APBD maupun danadana dari pemerintah pusat dalam bentuk programprogram bantuan dengan sistem MultiSources of funding yaitu program yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Berikut ini tabel alokasi APBD untuk kegiatan sektor air limbah di Kabupaten Banggai: BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 83

32 Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Kabupaten Banggai Tahun No 1 Belanja (Rp) Komponen 29 Air Limbah (1a+1b) 1.a Pertumbu Ratarata 213 han (%) , ,79,77 Pendanaan Inestasi air limbah 1.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 1.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai 214 Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Tahun No 1 1.a 1.b SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan 213 (%) ,56% % Retribusi Air Limbah Realisasi retribusi Potensi retribusi Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai 214 Realisasi retribusi sanitasi komponen air limbah domestik mengalami naik turun selama kurun waktu tahun Hal ini karena potensi retribusi sektor air limbah belum benarbenar dimaksimalkan oleh stakeholder terkait. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 84

33 Permasalahan Mendesak Permasalahan mendesak terkait dengan pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Banggai dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.13 Permasalahan Mendesak Pengelolaan Air Limbah di Kabupaten Banggai No Permasalahan Mendesak a. Akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana sanitasi sangat rendah b. Tingkat pelayanan pengelolaan air limbah di Permukiman dan perdesaan melalui on site sistem c. Tingkat pelayanan air limbah di perdesaan dan Permukiman masih rendah ditandai dengan tidak berfungsinya dengan baik MCK. d. Sebagian besar pengelolaan air limbah domestik belum memenuhi standar teknis e. Rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah di daerah a. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik. b. Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik yang berbasis masyarakat. c. Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan peran masyarakat d. Kurang memadai sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan air limbah a. Ketersedian perangkat peraturan perundangundangan belum memadai untuk mendukung pengelolaan air limbah domestik b. Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran air limbah c. Belum lengkapnya norma, standar, pedoman dan manual (NSPM), dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) 4. a. b. c. d. 5. a. b. c. d. e. Lemahnya fungsi lembaga di daerah yang menangani air limbah Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator pengelolaan air limbah Rendahnya kapasitas SDM yang terkait dengan pengelolaan air limbah Lemahnya koordinasi instansi terkait dalam penetapan kebijakan pengelolaan air limbah Belum adanya tarif pengelolaan air limbah yang mengakibatkan rendahnya pelayanan pengelolaan air limbah Terbatasnya sumber pendanaan pemerintah daerah yang mengakibatkan rendahnya pelayanan pengelolaan air limbah Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk pengelolaan dan pengembangan air limbah. Rendahnya skala prioritas penanganan air limbah Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 85

34 No Permasalahan Mendesak 6. a. Rendahnya partisipasi /peran swasta dalam pengelolaan air limbah domestik. b. Potensi yang ada pada dunia usaha/swasta belum sepenuhnya di gali oleh pemerintah 7. a. Belum adanya master plan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banggai b. Belum adanya IPLT c. Belum adanya penyaluran air limbah rumah tangga di lingkungan permukiman d. Menurunnya kualitas air tanah dan air permukaan akibat pencemaran air limbah permukiman yang menyebabkan tingginya biaya pengolahan air minum e. Belum mencukupinya MCK di sekolahsekolah f. Masih minimnya peralatan truk tinja Sumber : Hasil Analisis Pokja, data sekunder dan EHRA 3.4. Pengelolaan Persampahan Sejalan dengan waktu Kabupaten Banggai terus mengalami perkembangan, jumlah penduduk, baik akibat pertambahan alami berupa angka kelahiran yang lebih tinggi dibanding dengan angka kematian, tetapi juga karena perpindahan penduduk terutama urbanisasi yang sangat tinggi. Jumlah penduduk yang terus meningkat secara langsung akan menyebabkan peningkatan timbunan sampah yang bila tidak diantisipasi sejak awal akan berpotensi menimbulkan berbagai gangguan akibat tidak tertanganinya sampah sesuai ketentuan teknis dan lingkungan. Pencemaran sampah selanjutnya dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan umum maka pembangunan prasarana dan sarana di Kabupaten Banggai termasuk bidang persampahan harus diupayakan untuk disediakan mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan dan kualitas pelayanan yang menjamin kesinambungan pelayanan persampahan itu sendiri. Rencana pengelolaan sampah di Kabupaten Banggai dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu untuk jangka pendek dan jangka panjang. Rencana jangka pendek menengah lima tahun pertama pengelolaan sistem persampahan dengan menerapkan sistem pembuangan. Pengelolaan persampahan di masa datang harus dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak swasta secara terpusat, artinya proses mulai dari pengumpulan sampah sampai dengan pengelolaan di TPA dikoordinir oleh pemerintah atau swasta. Karena keterbatasan pembiayaan pembangunan dari pemerintah, maka pelayanan terhadap masyarakat yang dipandang bersifat cost recoery (pengembalian modal inestasi) dapat BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 86

35 diserahkan kepada pihak swasta dalam berbagai bentuk macam Kerjasama Pihak Pemerintah Masyarakat dan Swasta (KPMS). Pola operasional pengelolaan persampahan adalah penduduk sebagian mengangkut sampah dari rumah tangga ke TPS terdekat. Kemudian dari TPS diangkut dengan truk sampah ke TPA. Tetapi untuk penduduk yang berada di kawasan pusat kota langsung diangkut oleh truk sampah yang melalui jalanjalan utama. Pada kenyataannya banyak permasalahan penanganan sampah di lapangan seperti menumpuknya sampah dipinggir jalan (karena keterlambatan pengangkutan atau tidak terangkut ke TPA) rute dan jadwal pengangkutan yang tidak pasti, makin banyaknya TPA liar dan pembuangan sampah ke sungai/laut karena tidak adanya pelayanan yang memadai. TPA seadanya yang masih open dumping sehingga kecendurungan mencemari lingkungan sangat tinggi. Kondisi ini juga sangat dipengaruhi oleh keterbatasan dana operasi dan pemeliharaan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dan lemahnya penegakan hukum yang terkait dengan penerapan sangsi serta ketidak pedulian masyarakat akan perlunya menjaga kebersihan lingkungan. Lebih jauh terkesan bahwa penanganan persampahan tidak didasarkan pada perencanaan yang matang bahkan beberapa kota seperti halnya kota Luwuk belum memiliki dokumen perencanaan sama sekali Kelembagaan Kondisi pengelolaan persampahan di Kabupaten Banggai saat ini dapat dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas infrastruktur maupun aspek non infrastruktur. Dari segi kualitas maupun kuantitas infrastruktur, masih belum memadai apabila dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Banggai yang cukup besar. Hal tersebut juga disebabkan kondisi geografis Kabupaten Banggai yang merupakan daerah pesisir dan daerah pegunungan sehingga sangat sulit untuk mengelola persampahan di seluruh wilayah kabupaten. Kegiatan pengelolaan dan pengendalian persampahan baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga di Kabupaten Banggai merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten Banggai yang dikelola oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Banggai. Mekanisme kerja dalam penanganan limbah cair mencakup kegiatan Pembangunan, Pengelolaan, BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 87

36 Pengawasan dan Bimbingan Teknis, sesuai dengan Tupoksi masingmasing. Dilihat tupoksi SKPD yang ada di Kabupaten Banggai, SKPD yang menangani persampahan dalam hal pengawasan dan bimbingan teknis adalah Kantor Lingkungan Hidup, yaitu berada dalam Bidang Kebersihan dan Penataan Lingkungan. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai sebagai SKPD yang terkait dalam pengelolaan persampahan telah berusaha maksimum untuk melakukan peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan hingga saat ini. Dengan jumlah personil sebanyak 13 orang telah berusaha keras meningkatkan pengelolaan persampahan. Dengan kemampuan yang ada, maka pemerintah Kabupaten Banggai menitipkan harapan pada Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) untuk bisa lebih mengembangkan diri lagi dalam rangka pencapaian target, khususnya dalam pengelolaan persampahan beberapa tahun kedepan. Dengan personil dan peralatan yang ada tidaklah beralasan bahwa tekad tersebut harus segera tercapai mengingat perkembangan daerah yang begitu cepat dalam pembangunannya, sehingga diharapkan pemerintah daerah Kabupaten Banggai untuk segera menindaklanjuti program pengelolaan persampahan, dengan prioritas layanannya pada kawasan Permukiman di Kabupaten Banggai. Berdasarkan tabel 3.14 di bawah ini dapat dilihat bahwa sebagian besar pemangku kepentingan sektor persampahan di Kabupaten Banggai masih dipegang oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (Bidang Kebersihan dan Persampahan), sedangkan peran serta swasta dan masyarakat masih sangat terbatas, hanya berupa penyedian tempattempat sampah di sekitar lokasi di tempat mereka tinggal dan beraktifitas, sedangkan untuk pengelolaan lebih lanjut masih menjadi tanggung jawab pemerintah. Berikut ini adalah daftar pemangku kepentingan terkait pengelolaan persampahan di Kabupaten Banggai. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 88

37 Tabel 3.14: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah* Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin usaha pengelolaan sampah Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah PERENCANAAN PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana komposting PENGELOLAAN PENGATURAN DAN PEMBINAAN MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan ealuasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan ealuasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan ealuasi terhadap efektiitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Sumber : Hasil Olah Data Pokja Sanitasi Kabupaten Banggai 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 89

38 Tabel 3.15: Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Banggai Ketersediaan Substansi Pelaksanaan Belum Tidak Efektif (Sebutkan) Ada Dilaksanakan Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Ket. Ada Dilaksanakan PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan Ada Dalam RPJMD pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi sampah atau kebersihan Sumber : Hasil Olah Data Pokja Sanitasi Kabupaten Banggai 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 9

39 Sistem dan Cakupan Pelayanan Kriteria dan dasar pelayanan persampahan berdasarkan target Pembangunan Nasional adalah 7 % sampah domestik dan 1 % sampah non domestik harus mendapatkan penanganan melalui sistem pelayanan umum. Pemerintah Kabupaten Banggai belum mampu melayani persampahan secara menyeluruh, terutama untuk daerah perdesaan yang jauh dari ibukota kabupaten dan kawasan Permukiman yang dekat dengan ibukota kabupaten Banggai. Konsentrasi untuk pendistribusian sampah dari TPS ke TPA sementara, hanya sekitar kawasan pusat kota dan kawasan. Secara umum pengelolaan sampah dilakukan melalui 3 tahapan: 1. Pengumpulan Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju ke tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu. 2. Pengangkutan Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA), Jumlah Arm roll Truk Sampahyang ada sebanyak 5 Unit, Container sebanyak 21 unit. 3. Pembuangan akhir Pada tahap pembuangan akhir, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. TPA sampah di kabupaten Banggai berlokasi di kawasan Mololuntun Kecamatan Luwuk Utara. TPA (Tempat Pengolahan Akhir) ini masih menggunakan sistem open dumping. Saat ini TPA sudah difungsikan namun belum maksimal karena keterbatasan peralatan alat berat serta keterbatasan sumber daya aparatur BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 91

40 (SDM) pengelola TPA. Sistem pengolahan sampahnya pun secara dibakar sehingga polusinya sangat mengancam kesehatan, apalagi hutan di kawasan TPA Mololuntun juga sudah tidak dalam kondisi baik, sehingga tidak mampu lagi menyerap CO2 dari asap sampah yang dibakar. Pengelolaan sampah dewasa ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahanpermasalahan tersebut meliputi tingginya laju timbulan sampah, Cakupan layanan yang masih rendah, kepedulian masyarakat yang masih sangat rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah yang selalu menimbulkan permasalahan tersendiri. Dalam memaksimalkan pelayanan pengelolaan persampahan Permukiman dibutuhkan arahan yang tepat, bukan hanya pada kebutuhan akan pendanaan tetapi juga adalah bagaimana pengelolaan kegiatan pelayanan yang terdiri atas beberapa kegiatan utama, antara lain adalah pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Disamping itu, tak bisa dipungkiri bahwa peranan masyarakat sangat besar dalam pelayanan pengelolaan persampahan dimana perlunya peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sehat bebas dari sampah karena sebaik apapun sarana maupun sistem pengelolaan persampahan apabila masyarakat tidak memiliki kesadaran akan tetap menjadi masalah yang tak bisa diselesaikan. Pelayanan persampahan di Kabupaten Banggai, khususnya di Kawasan Permukiman dalam wilayah ibukota kabupaten saat ini didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana yang belum memenuhi standar minimal, sehingga dalam pelaksanaan operasional pelayanan persampahan masih belum maksimal. Jumlah sarana dan prasarana persampahan di Kabupaten Banggai saat ini baru memiliki 11 unit kendaraan dump truk. Berdasarkan hasil studi EHRA kondisi sampah di lingkungan dan pengelolaan sampah rumah tangga di kabupaten Banggai terlihat bahwa frekuensi pengangkutan sampah dan ketepatan waktu pengangkutan sampah tidak memadai dan tidak tepat waktu mencapai prosentase 1%. Sedangkan untuk pengelolaan sampah tidak memadai sebesar 88,9% dan pengolahan sampah setempat yang tidak diolah sebesar 84,5%. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 92

41 Gambar 3.1 Grafik Pengelolaan Sampah Sumber : Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai 214 Pengelolaan sampah seperti terlihat pada Gambar 3.1 diatas, menunjukkan bahwa praktek pengelolaan sampah terbesar adalah dibakar dengan total 33,9% responden, dibuang ke TPS yang dilakukan oleh responden sendiri total 25,7%, dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 1% responden, dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 2,8% responden dan dibuang ke sungai/kali/laut/danau 23,9% responden, dibiarkan sampai membusuk,5% responden, membuang ke lahan kosong dan dibiarkan saja sampai membusuk 1,5% responden, dikumpulkan oleh kolektor informal dan lainlain,8% responden. Bila dilihat berdasarkan desa/kelurahan, hanya di Kelurahan Baru 81,4%, Mangkio Baru 7%, Maahas 69,2% dan Bungin Timur 55% responden membuang sampah ke TPS dengan dibuang sendiri oleh responden tanpa adanya petugas pengangkut sampah. Untuk semua desa/kelurahan dominan melakukan pengelolaan sampah dengan cara dibakar. Secara umum rincian cara pembuangan di atas kemudian disederhanakan berdasarkan dua kategori besar, yakni: 1) penerima layanan sampah dan 2) penerima non layanan sampah. Bagi masyarakat yang bukan penerima layanan non BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 93

42 sampah tidak melakukan pemilahan sampah sebelum dibuang sendiri ke tempat pembuangan sampah sementara. Gambar 3.11 Grafik Pengangkutan Sampah Sumber : Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai 214 Dari Gambar 3.11 terlihat bahwa untuk pengangkutan sampah dari rumahrumah penduduk baru sebesar 6% yang terlayani sampahnya diangkut beberapa kali dalam seminggu. Sisanya 2% penduduk yang sampahnya terangkut sekali dalam seminggu. Sementara itu, masih ada sekitar 2% penduduk yang sampahnya tidak pernah diangkut. Berdasarkan Gambar 3.12 di bawah, masyarakat di Kabupaten Banggai pada umumnya masih belum memisahkan antara sampah organik dan anorganik, mereka masih sebatas mengumpulkan sampah ke tong sampah, bak sampah dan kantong plastik yang selanjutnya dibuang ke TPS dan kemudian diangkut ke TPA oleh truk sampah yang ada. Disamping itu masih banyak masyarakat yang langsung membakar sampah di belakang atau di depan rumah mereka dan ada juga yang menimbunnya kedalam lubanglubang sampah yang mereka bangun sendiri. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 94

43 Gambar 3.12 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan Setempat (C) Penampungan Sementara (TPS) (D) Pengangkutan (E) (Semi) Pengolahan Akhir Setempat (F) Daur Ulang/ Pembuangan Akhir Sampah Organik dan An Organik Dibuang di Saluran Air Sampah Plastik Di Bakar Laut/ Pantai Tanah Kosong/Pekarang an Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai, 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BANGGAI 95

44 Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Banggai untuk user interface berupa tempat sampah dari ban mobil bekas yang dimodifikasi, bak sampah pasangan bata, penampungan awal berupa TPS Kontainer, Pengangkutan Truk, Pengolahan akhir TPA. Tabel 3.16: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota Nama No Kecamatan/ Kelurahan Volume Terlayani Institusi Tidak Terlayani Jumlah Timbulan Penduduk Sampah (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) , , ,35 1 5,35 3R TPA Pengelola Kecamatan Luwuk Utara 1 Kilongan 2 Bumi Beringin 3 Boyou ,2 1 11,2 4 Biak , ,61 5 Bunga , ,83 6 Kamumu 65 6,5 1 6,5 7 Salodik 765 7,65 1 7,65 8 Awu ,48 1 1,48 9 Kilongan Permai , ,92 1 Lenyek 54 5,4 1 5,4 11 Buon Mandiri 725 7,25 1 7, ,15 Kecamatan Luwuk 1 Tontouan ,15 2 Luwuk 8.3 8,3 1 8,3 3 Baru ,64 1 3,64 4 Soho , ,16 5 Bungin ,88 1 4,88 6 Lumpoknyo , ,55 7 Karaton Keleke , ,44 9 Bungin Timur ,5 1 31,5 1 Mangkio Baru ,3 1 38,3 Kecamatan Luwuk Selatan BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 96

45 Nama No Kecamatan/ Kelurahan Volume Terlayani Institusi Tidak Terlayani Jumlah Timbulan Penduduk Sampah (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 868 8,68 1 8, , , ,55 1 9, , , ,8 1 7,8 3R TPA Pengelola 1 Bubung 2 Tanjung Tuwis 3 Tombang Permai 4 Maahas 5 Bukit Mambual 6 HangaHanga Permai , ,27 7 HangaHanga , ,27 8 Kompo , ,22 9 Simpong , ,55 Jole , ,42 1 6,27 1 Kecamatan Nambo 1 Nambo Padang 627 6,27 2 Nambo Lempek 791 7,91 1 7,91 3 Koyoan 651 6,51 1 6,51 4 Nambo Bosaa 795 7,95 1 7,95 5 Nambo Lempek Baru 771 7,71 1 7,71 6 Koyoan Permai 546 5,46 1 5,46 7 Lontio 838 8,38 1 8,38 8 Lontio Baru 571 5,71 1 5,71 9 Padungnyo ,32 1 1,32 1 Sayambongin 651 6,51 1 6,51 11 Lumbe 591 5,91 1 5,91 Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai Tabel 3.16 di atas memperlihatkan bahwa masih banyak timbulan sampah di desa/kelurahan yang ada di wilayah kajian Buku Putih Sanitasi belum terlayani baik itu melalui institusi pengelola (Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang) maupun melalui TPA itu sendiri. Sehingga permasalahan sampah di wilayah Kabupaten Banggai khususnya di wilayah kajian perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak terkait. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 97

46 Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana persampahan yang ada di Kabupaten/Kota No (i) Jenis Prasarana / Sarana (ii) Satuan (iii) Jumlah/ Ritasi Kapasitas /hari (i) Pengumpulan Setempat Gerobak unit 24 Becak/Becak Motor unit 2 Penampungan Sementara Bak Biasa unit Container unit 21 Transfer Depo unit 3. Pengangkutan Dump Truck unit 11 Arm Roll Truck unit 5 Compaction Truck unit (Semi) Pengolahan Akhir 4 Terpusat TPS 3R unit SPA (stasiun peralihan unit antara) 5 TPA/TPA Regional Sanitary landfill Ha Controlled landfill Ha Open dumping Ha 3 6 Alat Berat Bulldozerl unit 1 Whell/truck loader unit Excaator / backhoe unit 1 7 IPL sistem Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai, 214 Kondisi Ket. () Tdk berfungsi (i) Berfungsi (ii) 1 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 98

47 Peta 3.3 Peta Cakupan Layanan Persampahan PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Banggai Peta 3.3 Cakupan Layanan Persampahan U A : Sistem A : Layanan Penuh B : Sistem B : Layanan Pengangkutan Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai 214 Diolah BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 99

48 Peran Serta Masyarakat Saat ini kesadaran masyarakat tentang pemilihan sampah organik dan anorganik masih minim. Akibatnya sampah organik dan anorganik di tempat pembuangan akhir (TPA) maupun di tempat pembuangan sampah (TPS) tercampur dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Sejauh ini peran dari masyarakat baru sebatas pengangkutan sampah dari rumah mereka masingmasing ke TPSTPS yang ada dan belum ada pemilihan atau pemisahan sampah organik dan anorganik. Sedangkan untuk masyarakat yang berada dekat dengan TPA, mereka lansung membuang sampah ke TPA tersebut dengan terlebih dahulu mengumpulkannya di kantong plastik. Pengelolaan sampah tingkat desa/kelurahan masih pengelolaan tradisional dan masyarakat sendiri yang mengelola campur tangan pihak swasta belum ada, pengumpulan sampah dari rumahrumah persentase banyak dikumpulkan oleh kaum ibuibu rumah tangga. Untuk tingkat kabupaten, peran Pemerintah Daerah adalah dengan pengangkutan sampah dari rumahrumah ke TPS dan TPA yang ada dengan menggunakan truk sampah. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Kabupaten Banggai memiliki 11 truk sampah dengan kapasitas Terlayani 66 M3/hari ke TPA. Volume sampah di Kabupaten Banggai melebihi kemampuan armada dan tenaga kerja dari Seksi Persampahan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang untuk menanganinya. Untuk itu perlu dimasyarakatkannya program 3R (Recycle, Reduce dan Reuse) agar olume sampah yang harus dibawa ke TPA dapat diminimalisasi. Program 3R ini belum dilaksanakan di Kabupaten. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 1

49 Tabel 3.18: Daftar Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat* No 1 Nama Program/ Pelaksana/ kegiatan PJ Peningkatan Penerima Tahun Lokasi manfaat Program/ Kegiatan L P 212 Kondisi Sarana Saat Ini Jumlah Sarana Berfungsi Tidak Berfungsi Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan : Bank Dinas Kecamatan Cipta Karya Luwuk 1 Sampah Total Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai, 214 Tabel 3.19: Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat No Jenis Kegiatan Lokasi Kerjasama Pengelola Lembaga Kondisi dengan pihak Ket. lain Data Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat di Kabupaten Banggai Tidak Ada Untuk Program layanan yang berbasis masyarakat dalam sektor persampahan belum ada di Kabupaten Banggai Pemetaan Media Belum ada media komunikasi cetak yang ada di Kabupaten Banggai yang mempunyai program khusus untuk mempromosikan kebijakan dan kampaye pengolahan sampah. Kegiatan komunikasi yang telah dilakukan oleh Pemrintah Daerah adalah mensosialisasikan kebijakan pengelolaan persampahan termasuk sosialisasi draft Rencana Peraturan Daerah tentang pengelolaan persampahan BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 11

50 yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan. Gambar 3.13: Kegiatan Penyuluhan dan Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Banggai Sumber : Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media Peran Swasta Sejauh ini belum ada partisipasi dunia usaha/swasta untuk sektor persampahan karena sektor persampahan masih dianggap sebagai sektor yang kurang mendatangkan keuntungan kepada mereka. Tabel 3.2: Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Persampahan di Kabupaten/Kota No Nama Proider/ Mitra Potensial Tahun mulai Jenis kegiatan/ operasi/ Kontribusi Berkontribusi Terhadap Sanitasi Volume Potensi Kerjasama Data Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Persampahan di Kabupaten Banggai Tidak Ada BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 12

51 Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan untuk pengelolaan persampahan masih dari APBD Kabupaten Banggai. Untuk penarikan retribusi nilainya berariasi dibagi kedalam beberapa golongan. Perda tentang retribusi sampah baru disosialisasikan di tingkat masyarakat, namun belum berjalan secara efektif dalam pemungutan retribusi. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 13

52 Tabel 3.21: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi persampahan No 2 2.a 2.b Belanja (Rp) Subsektor Pertumbuhan Ratarata 214 (%) Sampah (2a+2b) ,96% Pendanaan Inestasi Sampah ,96% Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan biaya OM 2.c berdasarkan infrastruktur terbangun Sumber Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai Tabel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan (%) 2 Retribusi Sampah 2.a Realisasi retribusi ,59% 2.b Potensi retribusi ,38% Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 14

53 Rekapitulasi realisasi pendanaan persampahan untuk setiap tahunnya rata rata Rp atau mengalami pertumbuhan 81,97% Permasalahan Mendesak Pokokpokok permasalahan pengelolaan persampahan di Kabupaten Banggai, terlihat dalam tabel 3.23 sebagai berikut: Tabel 3.23 Permasalahan mendesak No Permasalahan Mendesak a. Makin Besarnya Timbulan Sampah Peningkatan laju timbulan sampah perhari sekitar 5 % yang tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana persampahan yang memadai b. Rendahnya kualitas dan tingkat Pengelolaan Persampahan c. Rendahnya tingkat pelayanan atau daerah yang terlayani oleh pemerintah d. TPA yang ada masih menggunakan sistem open dumping e. Belum maksimalnya tempat penampungan sementara (TPS) f. Peralatan untuk pengelolaan sampah masih terbatas g. Sarana persampahan di sekolah masih minim Sebagian mayarakat di Wilayah Kabupaten Banggai, terutama masyarakat di wilayah pedesaan dan wilayah Permukiman, dalam penanganan sampah masih dengan membakar dan membuang sampah kelaut secara indiidual. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan akan pentingnya pengolahan sampah secara baik, benar serta belum diterapkannya konsep 3R dimasyarakat sehingga masyarakat dalam penanganan sampah masih dengan pembakaran sampah dan pembuangan sampah di laut secara terbuka, hal ini juga disebabkan karena belum terjangkaunya wilayah perdesaan oleh truck pengangkut sampah karena luasnya Daerah Kabupaten Banggai sehingga petugas persampahan tidak dapat melayani keseluruhan Wilayah Kabupaten Banggai. Pengumpulan yang tidak memadai, dimulai pada tingkat indiidu masyarakat, rumah tangga, sampai wilayah terkecil, kemudian penanganan akhir dari semua produksi sampah yang ada masih kurang benar dan tidak maksimal, semua jenis sampah bisa mengancam kesehatan masyarakat, mengurangi keindahan dan kenyamanan kawasan Permukiman serta menurunkan derajad kebersihan lingkungan a. Perda tentang sampah baru pada tahap sosialisasi b. Dinas berfungsi sebagai regulator sekaligus menjalankan kegiatan sebagai operator c. Masih belum didukung oleh SDM. d. Masih rendahnya koordinasi dalam pengelolaan sampah a. Pengelolaan Persampahan masih belum menjadi prioritas BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 15

54 No Permasalahan Mendesak b. Alokasi dana untuk pengelolaan sampah masih minim c. Perlunya meningkatkan peran swasta 6. Kondisi kendaraan pengangkut sampah sudah memprihatinkan 7. a. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya b. Belum ada inestasi dunia usaha Sumber: Hasil Olah Data Pokja, Pengelolaan Drainase Permukiman Perencanaan drainase permukiman bertujuan untuk mencari alternatif kiat pengendalian akumulasi limpahan air hujan yang berlebihan dan penyaluran limbah agar dalam pembangunannya dapat terpadu dengan pembangunan sektor lain yang terkait, sehingga sesuai dengan penataan lingkungan permukiman. Bila dilihat dari kondisi topografi wilayah kota Kabupaten Banggai yakni Kecamatan Luwuk, Luwuk Utara, Luwuk Selatan dan Nambo, secara umum adalah gabungan antara daerah berbukit dan landai karena merupakan wilayah pegunungan dan pesisir pantai. Walaupun demikian alur jaringan drainase di daerah kajian mwngikuti ketinggian (kontur) dan mengikuti pola jaringan jalan yang ada, di mana sistem pembuangan air hujan masih menjadi satu dengan sistem pembuangan air kotor. Hampir semua sistem drainase bermuara ke sungai dan laut sebagai badan air penerima. Secara umum sistem drainase wilayah kajian relatif banyak telah tertangani secara fisik, baik pada saluran primer, sekunder maupun tersier. Namun dengan adanya perkembangan wilayah dan terbukanya jalanjalan baru serta terbangunnya beberapa kawasan permukiman menyebabkanb kantongkantong air sebagai tangkapan hujan telah banyak beralih fungsi sehingga menyebabkan olume air yang mengalir ke dalam saluran semakin besar, selain itu adanya endapan lumpur (sedimen) akibat bawaan air hujan mengakibatkan olume saluran semakin terbatas untuk mengalirkan air. Hal ini mengakibatkan rawan banjir dan genangan pada daerahdaerah tersebut. Sistem drainase yang ada saat ini seperti umumnya terdiri dari sistem primer, sekunder dan tersie. Sistem drainase primer yaitu saluransaluran pembuang, drainase dan sungaisungai yang ada di sekeliling kota tersebut sebagai badan penerima air dari sistem drainase sekunder, sedangkan drainase sekunder adalah saluran penerima air dari saluran BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 16

55 saluran tersier, yang berasal dari saluransaluran di kawasan permukiman/perumahan dan lainlain. Drainase di Kabupaten Banggai pada kenyataannya belum semua jalan memiliki saluran. Sedangkan jalan yang sudah dilengkapi dengan saluran masih ada yang belum permanen (saluran tanah), tidak mempunyai pembuangan akhir, dipenuhi sampah atau tertimbun tanah. Terdapat pula jalanjalan dengan kondisi jaringan drainase terputus. Drainase yang bermuara ke sungai/laut masih sebagian besar telah tersumbat oleh tumpukan pasir yang dibawah oleh arus air, dan kondisi ini diperparah bahwa penampang saluran tersebut pada bagian hulu sebagian memiliki dimensi yang kecil, tertimbun sampah serta berkelokkelok atau pada beberapa bagian terputus Kelembagaan Pengelolaan drainase di Kabupaten Banggai ditangani oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Bidang Penyehatan lingkungan dengan tupoksi pengelolaan dan penataan lingkungan perumahan dan permukiman. Selain itu untuk drainase primer pengelolaannya di bawah kewenangan Dinas PU Pengairan. Diagram Pengelolaan Drainase Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai KEPALA DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAG KEUANGAN DAN ASET SUBBAG PERENCANAAN PROGRAM BIDANG PENYEHATAN LINGKUNGAN BIDANG PERMUKIMAN BIDANG PENATAAN RUANG DAN PERKOTAAN BIDANG KEBERSIHAN DAN PERSAMPAHAN BIDANG PEMADAM KEBAKARAN SEKSI PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH SEKSI PERUMAHAN SEKSI TATA RUANG SEKSI KEBERSIHAN SEKSI PENCEGAHAN KEBAKARAN SEKSI SANITASI LINGKUNGAN SEKSI PENATAAN BANGUNAN SEKSI PENATAAN PERKOTAAN SEKSI PERSAMPAHAN SEKSI PEMADAM KEBAKARAN SEKSI PEMELIHARAAN JARINGAN AIR BERSIH SEKSI PENATAAN LINGKUNGAN SEKSI PERTAMANAN SEKSI TEKNOLOGI DAUR ULANG PERSAMPAHAN BIDANG PERALATAN UPT Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 17

56 SKPD yang menangani drainase dalam hal pengawasan dan bimbingan teknis adalah Badan Pengelola Lingkungan Hidup, yaitu berada dalam Bidang Pengawasan dan Pengendalian. Diagram pengelolaan Drainase Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Banggai KEPALA BADAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAG KEUANGAN DAN ASET SUBBAG PERENCANAAN PROGRAM BIDANG ANALISIS PENCEGAHAN DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BIDANG PEMANTAUAN DAN PEMULIHAN BIDANG PEMBINAAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGK. SUB BIDANG TEKNIK AMDAL SUB BIDANG PENGAWASAN SUB BIDANG PEMANTAUAN SUB BIDANG PENYULUHAN LINGKUNGAN SUB BIDANG PENINGKATAN KUALITAS DAN KAPASITAS PENANG. DAMPAK LINGK. SUB BIDANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI SUB BIDANG PEMULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG PENATAAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN UPT Sumber : BPLH Kabupaten Banggai Ditingkat masyarakat dan swasta belum ada upaya yang merupakan inisiatif sendiri dalam pembangunan dan pemeliharaan drainase lingukungan. Di Kabupaten Banggai upaya masyarakat lebih kepada usaha tiap indiidu untuk membuat drainase sederhana berupa galian tanah depan rumah masingmasing dan biasanya tidak berfungsi karena tidak semua rumah dalam jalur tersebut membuat drainase sederhana yang serupa. Asumsi yang terbentuk bahwa masalah drainase adalah kewajiban pemerintah membuat sebagian masyarakat tidak peduli dengan sistem drainase lingkungan. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 18

57 Tabel 3.24: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Permukiman PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat Menyusun target pengelolaan drainase permukiman skala kab/kota Menyusun rencana program drainase permukiman dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase permukiman dalam rangka pencapaian target Membersihkan saluran drainase permukiman Memperbaiki saluran drainase permukiman yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase permukiman) dalam pengurusan IMB Menyediakan adis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase permukiman di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase permukiman (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase permukiman Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase permukiman Melakukan monitoring dan ealuasi terhadap capaian target pengelolaan drainase permukiman skala kab/kota Melakukan monitoring dan ealuasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase permukiman Melakukan monitoring dan ealuasi terhadap efektiitas layanan drainase permukiman, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase permukiman PERENCANAAN PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase permukiman PENGELOLAAN PENGATURAN DAN PEMBINAAN MONITORING DAN EVALUASI Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 19

58 Tabel 3.25: Daftar Peraturan Drainase Permukiman Kabupaten Banggai Ketersediaan Substansi Pelaksanaan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Ket. Target capaian pelayanan pengelolaan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah DRAINASE PERMUKIMANN drainase permukiman di Kab/Kota ini Kab/Kota dalam menyediakan drainase permukiman Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase permukiman Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase permukiman, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase permukiman sebagai saluran pematusan air hujan Sumber : Data Daftar Peraturan Drainase Permukiman Kabupaten Banggai Tidak Ada Sistem dan Cakupan Pelayanan Secara umum drainase di Banggai masih menggunakan sistem gabungan (mix drain) di mana air hujan dan pembuangan limbah cair rumah tangga disalurkan dalam satu saluran. Peruntukan saluran drainase tersebut hanya untuk memindahkan genangan air ke sungai dan laut. Di Kabupaten Banggai pada saat hujan lebat air meluap terjadi genangan air dimanamana. Kejadian ini akan mengganggu aktiitas masyarakat karena sebagian besar genangan terjadi di jalan raya termasuk di jalanjalan protokol seperti jalan di daerah sekitar kelurahan Luwuk, Karaton, Jole, Bungin, dan Kelurahan Simpong. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 11

59 Gambar 3.14 Grafik Prosentase Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin Sumber: Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai 214 Pada grafik 3.8 di atas menggambarkan bahwa pada seluruh desa yang menjadi daerah surei dari total responden menunjukkan ada 87,4% yang tidak pernah mengalami banjir, 5% yang sekali dalam setahun mengalami banjir, 4,1% beberapa kali dalam setahun,,8% sekali atau beberapa dalam sebulan dan 2,6 % yang tidak tahu. Bila dilihat grafik di atas yang menyatakan ya terjadi banjir rutin persentasenya 12,6%, dan yang menyatakan tidak persentasenya 87,4% ini dikarenakan masyarakat Kabupaten Banggai yang kurang mengerti arti genangan, arti genangan sendiri adalah diatas 3 CM lama genangan 2 jam lebih dan luas genangan satu hektar. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 111

60 Gambar 3.15 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Permukiman di Kabupaten Banggai Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan/ Penampungan awal (C) Pengangkutan/ Pengaliran (D) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (E) Daur Ulang/ Pembuangan Akhir Lubang Pembuangan Cuci Piring Air Cucian Dapur Dibuang Langsung ke Tanah/ Sumur Resapan Air Mandi Drainase Sekunder Lubang Pembuangan Air Mandi Sungai Air Cucian Pakaian Drainase Tersier Curaha Air Hujan Talang Pantai/Laut Jalan/ Fasilitas Umum Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai Pada umumnya jaringan drainase yang ada di Kabupaten Banggai masih bersifat sederhana dan konensional. Untuk daerah permukiman jaringan drainase terdiri dari galian dengan pengerasan disisi kanan kirinya yang fungsinya masih tergabung antara untuk i) tempat pembuangan dan pengaliran grey water bahkan black water dan ii) penyaluran air hujan. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 112

61 Tabel 3.26: Luas Wilayah Genangan Nama No Wilayah Genangan Kecamatan/ Luas Ketinggian Lama Frekuensi Kelurahan (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun) Penyebab Kecamatan Luwuk Utara 1 Kilongan 2 Bumi Beringin 3 Boyou 4 Biak 5 Bunga 6 Kamumu 7 Salodik 8 Awu 9 Kilongan Permai 1 Lenyek 11 Buon Mandiri Kecamatan Luwuk 1 Tontouan 2 Luwuk 3 Baru 4 Soho 5 Bungin 6 Lumpoknyo 7 Karaton 8 Keleke 9 Bungin Timur 1 1 Bubung Tanjung Tuwis 3 Tombang Permai 4 Maahas 5 Bukit Mambual 6 HangaHanga Permai 7 HangaHanga 8 Kompo 9 Simpong Jole 2 Ha (beberapa titik) 75 cm 5 jam 2 Hujan 5 m2 6 cm 25 m2 5 jam 3 cm 2 5 jam Hujan 2 Hujan 45 m2 Mangkio Baru Kecamatan Luwuk Selatan cm 5 jam 2 Hujan 1 Ha 75 cm 5 jam 2 Hujan 1 Ha 65 cm 5 jam 2 Hujan BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 113

62 Nama No Wilayah Genangan Kecamatan/ Luas Ketinggian Lama Frekuensi Kelurahan (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun) Penyebab Kecamatan Nambo 1 Nambo Padang 2 Nambo Lempek 3 Koyoan 4 Nambo Bosaa 5 Nambo Lempek Baru 6 Koyoan Permai 7 Lontio 8 Lontio Baru 9 Padungnyo 1 Sayambongin 11 Lumbe Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai Secara umum sistem pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Banggai belum tertata dengan baik, kondisi eksisting yang ada adalah bahwa limbah grey water dan black water langsung dibuang ke saluran terbuka yang ada, baik itu berupa drainase maupun selokanselokan yang ada. Kemudian diteruskan ke sungai atau ke danau sebagai tempat penampungan terakhir. Berdasarkan hasil studi EHRA untuk sektor drainase dapat disimpulkan sebagai berikut : a. 14,6 % penduduk di Kabupaten Banggai membuang air bekas/air limbah Dapur ke sungai, Bekas Kamar Mandi sekitar 14,3 %, Bekas cuci Pakaian 15,4% b. Sedangkan untuk kejadian banjir, sebanyak 75,8% responden menjawab tidak pernah terjadi banjir, dan sisanya 24,2% menjawab pernah terjadi banjir itupun dalam skala yang relatif sangat kecil. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 114

63 Tabel 3.27: Kondisi sarana dan prasarana drainase yang ada di Kabupaten Banggai Kondisi No Jenis Prasarana / Satuan Sarana (i) (ii) Frekuensi Jumlah/ Kapasitas Berfungsi Tdk berfungsi Pemeliharaan (kali/tahun) (iii) (i) () (i) (ii) Saluran Primer S. Primer A m S. Primer B m Saluran Sekunder Saluran Sekunder A1 m Saluran Sekunder A2 m Saluran Sekunder B1 m Bangunan Pelengkap Rumah Pompa unit Pintu Air unit Sumber : Data Kondisi sarana dan prasarana drainase yang ada di Kabupaten Banggai Tidak Ada Peran Serta Masyarakat Drainase di Kabupaten Banggai ratarata bermasalah, yang dalam hal ini disebabkan karena Kabupaen Banggai memiliki keanekaragaman kondisi alam, dimana terdapat pegunungan, sungaisungai. Bila datang hujan, maka saluran drainase tak bisa mengalir secara lancar ke sungai dan bahkan meluap dan banjir di manamana. Hal itu diperparah dengan budaya buang sampah yang masih rendah membuat drainase penuh dengan sampah. Peran serta masyarakat didalam penanganan saluran drainase masih cukup kecil ini dapat kita lihat dari banyaknya jumlah dari saluran drainase yang tidak berfungsi sesuai dengan yang kita harapkan. Kesadaran masyarakat untuk pengelolaan drainase masih sangat rendah karena belum adanya sosialiasi dan pembelajaran dari Pemerintah Daerah tentang pentingnya pengelolaan drainase. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat ini dapat dilihat dari banyak saluransaluran yang mampet karena sampah menumpuk dan banyaknya rumput yang BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 115

64 tumbuh di sepanjang selokanselokan yang ada. Kegiatan peran serta masyarakat didalam mendukung penanganan drainase hanya dilakukan pada saat acara acara tertentu seperti hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang kegiatannya dilakukan secara gotong royong dengan membersihkan saluran yang ada. Peran serta masyarakat yang bisa diharapkan dan dekat dengan kegiatan kesehatan adalah kader Posyandu. Kader Posyandu merupakan kader yang mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan masyarakat khususnya para ibu rumah tangga yang kesehariannya selalu melakukan aktifitas yang berhubungan dengan saluran drainase. Para kader Posyandu bisa diharapkan untuk memberikan bimbingan terhadap para ibu rumah tangga didalam hal memberikan informasi betapa pentingnya kegiatan menjaga saluran drainase yang telah ada. Apabila kegiatan ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka prosentase saluran drainase dalam kondisi buruk dapat menurun. Sehingga dari segi kesehatan, kualitas kesehatan masyarakat dapat meningkat. Tabel 3.28 Daftar Program/Kegiatan Drainase Permukimann Berbasis Masyarakat Nama No Pelaksana/ Program/ PJ Kegiatan PPIP 1 : Pembangunan Drainase PPIP 2 : Pembangunan Drainase PPIP 3 : Pembangunan PPIP 4 Desa Lumpuknyo Lumpuknyo OMS Desa Desa Tontouan Tontouan OMS Desa : Pembangunan Drainase Penerima Program/ manfaat kegiatan OMS Desa Bunga Drainase Lokasi Tahun Desa Bunga OMS Desa Desa Sayambongin Sayambongin L P Total Kondisi Sarana Saat Ini ****) Jumlah Sarana Berfungsi Tidak Berfungsi M V M V 4 M V 9 M V 1.37 M Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai, 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 116

65 Selama ini proyek/kegiatan layananan yang berbasis masyarakat sektor pengelolalaan drainase yang ada di Kabupaten Banggai sampai dengan tahun 213 hanya melalui Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) yang sumber dananya berasal dari APBN. Tabel 3.29: Pengelolaan Sarana Drainase Permukimann oleh Masyarakat No Jenis Sarana Lokasi Pengelolaan Lembaga Kondisi Iuran Ket. Data Pengelolaan Sarana Drainase Permukiman Oleh Masyarakat Tidak Ada BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 117

66 Peta 3.4 Peta Jaringan Drainase dan Wilayah Genangan Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai, 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BANGGAI 118

67 Komunikasi dan Media Belum ada media komunikasi cetak yang ada di Kabupaten Banggai yang mempunyai program khusus untuk mempromosikan kebijakan dan kampaye pengolahan sampah bahkan dari media pemerintah kabupaten sekalipun. Gambar 3.16: Kegiatan Penyuluhan dan Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Banggai Sumber : Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media Peran Swasta Di Kabupaten Banggai, pengelolaan drainase masih di lakukan oleh masyarakat sendiri dan Pemerintah Daerah. Partisipasi dunia usaha secara riil untuk sektor drainase belum ada. Bentuk partisipasi dunia usaha hanya berupa pembangunan drainase di lingkungan perumahan yang ada dan masih tidak terintegrasi dengan drainase/selokan yang ada disekitarnya. Belum ada pihak swasta yang bergerak dalam pengelolaan drainase, dikarenakan pihak swasta masih menganggap secara finansial belum layak. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 119

68 Tabel 3.3: Penyedia layanan pengelolaan drainase permukiman yang ada di Kabupaten No Nama Proider/ Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Volume Potensi Kerjasama Sanitasi Data Penyedia Layanan Pengelolaan Drainase Permukiman di Kabupaten Banggai Tidak Ada Pendanaan dan Pembiayaan Dalam Pembangunan Drainase Primer Kota pembangunannya masih bersumber dari APBD Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat yang dikelola oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, dan drainase sekunder maupun tersier sumber dana berasal dari dana bantuan pemerintah pusat melalui ProgamProgram pengembangan masyarakat misalnya PNPM Mandiri yang dikelola oleh BPMPD dan PPIP yang dikelola oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 12

69 Tabel 3.31: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan drainase permukiman No 3 Subsektor Belanja (Rp) Pertumbuhan (%) Ratarata Drainase (3a+3b) a Pendanaan Inestasi drainase b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 3.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun ,29% ,29% Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai Tabel 3.32: Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase No 3 SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan (%) Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi 3.b Potensi retribusi Data Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase di Kabupaten Banggai Tidak Ada BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 121

70 Permasalahan Mendesak Permasalahan mendesak terkait sektor drainase di Kabupaten Banggai dapat dilihat pada tabel 3.33 di bawah ini: Tabel 3.33: Permasalahan Mendesak Drainase di Kabupaten Banggai No 1. Permasalahan Mendesak a. Dampak perubahan iklim (climate change) menyebabkan perubahan pola curah hujan dan meningkatnya permukaan air laut karena meningkatnya temperatur ratarata Bumi. b. Adanya Land Subsidence (penurunan muka air tanah) yang disebabkan antara lain eksploitasi air tanah yang berlebihan c. Perkembangan kota yang menyebabkan limpasan air permukaan (run off) meningkat sehingga memerlukan pengendalian debit puncak. d. Perkembangan kawasan Permukiman yang padat sehingga melahirkan sebagian kawasan kumuh, kotor dan rendah kualitas lingkungannya yang disebabkan oleh ketidakdisiplinan penduduk dalam membuang air limbah dan sampah di saluran drainase 2. a. Belum efektifnya implementasi rencana tata ruang b. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase (apakah fungsi saluran drainase untuk sistem pemutusan air hujan atau apakah juga untuk pembuangan air limbah dapur dan cuci) c. Belum dilengkapi pengaturan mengenai operasi dan pemeliharaan sistem drainase d. Kurang kesadaran masyarakat sekitar untuk memelihara saluran drainase sesuai fungsinya e. Masih terdapat masyarakat yang membuang sampah di saluran drainase f. Kurangnya operasional dan perawatan terhadap saluran drainase yang ada g. Kurangnya sosialisasi tentang fungsi dan manfaat dari saluran drainase h. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan dan pelayanan drainase 3. Rendahnya sumber pendanaan darinase 4. Rendahnya partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan dan pembiayaan drainase Sumber : Hasil Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Banggai, Tahun 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 122

71 3.6. Pengelolaan Terkait Komponen Sanitasi Komponen yang berhubungan dengan sanitasi adalah pengelolaan air bersih, air limbah industri rumah tangga dan pengelolaan limbah medis Pengelolaan Air Bersih Pengelolaan program air bersih di Kabupaten Banggai kewenangannya di bawah dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, dalam hal ini di tugas pokok dan fungsinya yang dibantu oleh Perusahaan daerah air minum (PDAM). Tugas dan Pokok fungsi PDAM: Perusahaan Daerah Air Minum Banggai mempunyai tugas menyelenggarakan pengelolaan air minum dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan yang mencakup aspek sosial, kesehataan dan pelayanan umum. Adapun fungsi PDAM adalah pelayanan umum/jasa dan penyelenggaraan kemanfaatan umum. Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak Sumber : Laporan Studi EHRA Kabupaten Banggai 214 Berdasarkan Gambar 3.17 untuk sumber air minum dan memasak,untuk air minum prosentase terbesar responden menggunakan Air isi ulang 5,9%, air ledeng dari PDAM 45%. Berdasarkan Gambar terlihat sudah ada peningkatan kesadaran BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 123

72 masyarakat tentang air minum yang bagus dengan banyaknya penggunaan air isi ulang. Di Banggai, untuk depodepo air isi ulang dilakukan pemeriksaan secara berkala setiap 3 bulan sekali. Sehingga dapat diketahui tingkat keamanan kualitas air. Untuk penggunaan air buat memasak banyak memanfaatkan air ledeng dari PDAM 65,5%. Tabel 3.34 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Banggai No Uraian Pengelola Tingkat Pelayanan Kapasitas Produksi Satuan 4 Kapasitas Terpasang/Disalurkan M Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit Kapasitas Terjual M Jumlah Kehilangan Air (UFW) M Nilai Jual Rp Jumlah Pelanggan Per Kecamatan % M3 Luwuk Pelanggan Luwuk Selatan Pelanggan Luwuk Utara Pelanggan Nambo Pelanggan Sistem Perpipaan PDAM 32, Keterangan belum dilayani PDAM Sumber : PDAM/BPS Kabupaten Banggai 212 Dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Banggai, 11 kecamatan sudah terlayani kebutuhan air dengan sistem perpipaan PDAM, dengan cakupan pelayanan jika diperhitungkan dari jumlah penduduk yang sudah terlayani adalah 32,9%. BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 124

73 Peta 3.5 Peta Jaringan Air Bersih Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata ruang Kabupaten Banggai, 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 125

74 Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata ruang Kabupaten Banggai, 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 126

75 Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata ruang Kabupaten Banggai, 214 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 127

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB III Profil Sanitasi Wilayah

BAB III Profil Sanitasi Wilayah BAB III Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Perkembangan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008-2012 Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008 2012 No Uraian Belanja

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Pesisir Barat merumuskan strategi layanan sanitas didasarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014 KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi BAB IV Strategi Pengembangan Sanitasi Program pengembangan sanitasi untuk jangka pendek dan menengah untuk sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase di Kabupaten Aceh Jaya merupakan rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 No PERMASALAHAN MENDESAK ISU-ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN INDIKATOR STRATEGI INDIKASI PROGRAM INDIKASI KEGIATAN A SEKTOR AIR LIMBAH A TEKNIS/AKSES 1 Belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KOTA TERNATE BAB 3

BAB 3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KOTA TERNATE BAB 3 Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kabupaten. Rumusan strategi Kota Ternate untuk layanan

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain: BAB I PENDAHULUAN Program dan dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, juga merupakan

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Program prioritas sanitasi disusun berdasarkan kesesuaian prioritas penanganan sanitasi sebagaimana terdapat pada dokumen perencanaan daerah di bidang infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab ini menjelaskan mengenai strategi sanitasi yang mencakup tidak hanya aspek teknis saja tetapi juga aspek non teknis (kelembagaan, pendanaan, komunikasi, partisipasi

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten Tabel 2.20 Kerangka Kerja Logis Air Limbah 1. Belum adanya Master Plan air limbah domestic Program penyusunan Masterplan 2. Belum ada regulasi yang mengatur limbah domestic 3. Belum adanya sarana dan Prasarana

Lebih terperinci

STRATEGI MONEV SETRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN PELALAWAN

STRATEGI MONEV SETRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN PELALAWAN STRATEGI MONEV Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SSK perlu dilakukan secara rutin oleh pokja kabupaten. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik bagi pengambil keputusan berkaitan capaian sasaran pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Tujuan Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Secara umum kegiatan pengelolaan limbah cair di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan cukup

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA Secara umum kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten masih belum memadai hal ini dikarenakan beberapa faktor, utamanya masih terbatasnya infrastruktur

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) 2014 KABUPATEN KEPULAUAN ARU PROPINSI MALUKU

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) 2014 KABUPATEN KEPULAUAN ARU PROPINSI MALUKU BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1,, dan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Aru Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk menentukan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai

BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Maksud dilakukannya

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN 3.1. Enabling And Sustainability Aspect 3.1.1 Aspek Non Teknis 1) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Isu strategis aspek Kebijakan Daerah

Lebih terperinci

1. Sub Sektor Air Limbah

1. Sub Sektor Air Limbah 1. Sub Sektor Air Limbah Permasalahan mendesak Tujuan Sasaran Strategi Indikasi Program Indikasi Kegiatan Praktek BABS saat ini 23% 1.Menyusun perda/perbup mengenai Penyusunan Perda/Perbup Konstruksi,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2 KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2 Tabel 2.1 Luas daerah dan pembagian daerah administrasi Tabel 2.2 Jumlah Penduduk perkecamatan dan rata-rata kepadatannya Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dari hasil evaluasi yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pembuangan air limbah di lingkungan permukiman pesisir Kelurahan Tanjung Kecamatan

Lebih terperinci

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III - 1

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III - 1 3.1. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 3.1.1. Tatanan Rumah Tangga 3.1.2. Tatanan Sekolah 3.2. Pengelolaan Air Limbah Domestik 3.2.1 Kelembagaan Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat memiliki beberapa permasalahan pembangunan. Antara lain permasalahan lingkungan serta sanitasi yang buruk. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari persoalan kemiskinan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL)

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) Tabel 1. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan mendesak Tingginya Praktek BABS hingga saat ini sebesar 33,20% (13.230 KK) Isu-isu Strategis Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam organisasi

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT LAMPIRANLAMPIRAN Lampiran : Hasil analisis SWOT o Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isuisu yang diidentifikasi (teknis dan nonteknis) Subsektor Air Limbah Sub Sektor : AIR LIMBAH No. Faktor

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi Kota Kendari disusun dengan mengacu pada visi misi Kota Kendari yang tertuang dalam RPJMD Kota Kendari, dengan adanya

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. ASPEK NON TEKNIS Perumusan Isu strategis berfungsi untuk mengontrol lingkungan baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB III : STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III : STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 8 BAB : STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Untuk mencapai tujuan setiap sub sektor sanitasi sebagaimana yang telah direncanakan, perlu diketahui faktor-faktor kunci keberhasilan dan strategi pelaksanaan.

Lebih terperinci

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam menentukan visi dan misi sanitasi kabupaten Takalar, mengacu kepada visi dan misi kabupaten yang terdapat dalam RPJMD. Dengan adanya kesamaan persepsi dalam

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Dalam bab ini akan dijelaskan strategi untuk melakukan pemantauan/ monitoring dan evaluasi dengan fokus kepada pemantauan dan evaluasi Strategi Kabupaten Berskala Kota ()

Lebih terperinci

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Sub Sektor Air Limbah Program Penyusunan Master Plan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari perencanaan. Dokumen ini sangat diperlukan

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi Bab 3: Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi Bab ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Salatiga tahun 2013-2017 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian serta strategi

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018 KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) AIR LIMBAH PERMASALAHAN MENDESAK ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN PERNYATAAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 30% penduduk Wakatobi tidak memiliki jamban

Lebih terperinci

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal Lampiran 5 Diskripsi Program Utama A. Komponen Air Limbah Domestik 1. Program Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota sabang belum memiliki Qanun atau Peraturan Walikota; mengenai pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 1.1. LATAR BELAKANG BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA Permasalahan Mendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi Indikasi Program Indikasi Kegiatan SISTEM PENGELOLAAN AIR A. Sistem/Teknis a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Lampiran E. Deskripsi Program & Kegiatan Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Komponen Air Limbah Program Penyusunan Masterplan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1 Enabling and Sustainibility Aspect 3.1.1 Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Berdasarkan analisa SWOT ditemukan isu strategis pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 L-3 Kerangka Kerja Logis TABEL KKL Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 TABEL KKL SUBSEKTOR KEGIATAN AIR LIMBAH IPLT masih dalam proses optimalisasi BABs masih 34,36% Cakupan layanan sarana prasarana

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Kepulauan BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Strategi monitoring evaluasi merupakan salah satu strategi pendukung yang akan turut menentukan keberhasilan program pembangunan dibig sanitasi. Monitoring

Lebih terperinci