PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT. Nining Irianti A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT. Nining Irianti A"

Transkripsi

1 PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT Nining Irianti A DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT Nining Irianti Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

3 i Judul Skripsi Nama NRP Mayor : Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Jawa Barat : Nining Irianti : A : Arsitektur Lanskap Menyetujui; Dosen Pembimbing Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr. NIP Mengetahui; Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. NIP Tanggal Disetujui:

4 ii RINGKASAN NINING IRIANTI. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Industri PT Pino Deli Pulp and Paper Mills Karawang Jawa Barat (Di bawah bimbingan Nizar Nasrullah). Pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia, pada dasarnya menimbulkan suatu dampak yang positif maupun negatif. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif salah satu diantaranya yaitu menurunnya kualitas lingkungan yang ada. Penurunan kualitas lingkungan merupakan akibat dari meningkatnya permintaan dan eksploitasi sumber daya alam. Menurunnya kualitas lingkungan ini ditandai dengan timbulnya masalah penggunaan lahan yang berlebihan untuk keperluan pambangunan sehingga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah lahan yang berfungsi sebagai komponen penyeimbang lingkungan khususnya di daerah perkotaan. Kawasan Industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills merupakan salah satu dari banyak kawasan industri yang berkembang di Propinsi Jawa Barat yang terletak di Kabupaten Karawang. Karawang merupakan salah satu wilayah dengan potensi ekonomi yang cukup besar karena berada pada titik temu jalur-jalur transportasi utama di Jawa Barat. Dengan hadirnya sebuah kawasan industri yang disertai dengan dampakdampak yang mengikutinya maka diperlukan ruang terbuka hijau yang dapat menanggulangi masalah lingkungan tersebut. Hal tersebut yang mendasari dilakukannya penelitian mengenai perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri ini. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan ruang terbuka hijau yang diharapkan dapat berfungsi sebagai penyangga dampak negatif dari perkembangan pabrik kertas terhadap lingkungan sekitar. Dampak negatif pencemaran adalah pengaruh limbah yang ditimbulkan dari keberadaan pabrik kertas. Selain itu, ruang

5 iii terbuka hijau juga direncanakan berfungsi untuk meningkatkan kenyamanan bagi karyawan dan masyarakat sekitar. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan tahapan kerjanya didasarkan pada tahapan perencanaan menurut Simonds (1983). Tahapan-tahapan perencanaan tersebut antara lain: commission, research, analysis, synthesis, construction, operation. Penelitian ini dibatasi sampai pada tahapan synthesis. Dengan luas kawasan industri sekitar 450 hektar dan daerah pengembangan sekitar 67 hektar, konsep dasar perencanaan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills adalah menata ruang terbuka hijau untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan khususnya partikulat (debu) akibat kegiatan industri seperti kegiatan plant (pabrik), pembangkit listrik, bengkel, pengangkutan bahan baku, serta lalu lintas kendaraan bermotor serta untuk konservasi hayati, air, tanah juga untuk meningkatkan kenyamanan, keindahan lanskap dan menyediakan fasilitas yang dapat meningkatkan produktifitas kerja karyawan dengan membuat tata hijau yang sesuai baik secara estetika, maupun secara fungsional. Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green belt dan pereduksi kebisingan), tata hijau untuk ameliorasi iklim mikro, tata hijau untuk konservasi tanah dan air, tata hijau untuk habitat satwa, serta tata hijau sebagai fungsi estetis. Tata hijau penyangga mempunyai fungsi antara lain untuk menjerap debu serta peredam kebisingan. Tata hijau sebagai penjerap debu dialokasikan di green belt di keliling batas kawasan industri. Tata hijau sebagai penjerap debu menggunakan vegetasi semak dan pohon. Pemilihan vegetasi terutama yang memiliki daun yang rimbun, permukaan daun yang kasar atau berbulu, serta toleran terhadap polutan. Untuk menjerap debu (emisi), digunakan 3 spesies tanaman pada area yang berbeda. Vegetasi pohon yang digunakan pada area green belt yaitu kayu putih (Eucalyptus sp.) sesuai dengan hasil analisis jerapan debu oleh tanaman dengan metode gravimetri. Jumlah vegetasinya yaitu batang. Pola penanaman yang digunakan

6 iv yaitu pola penanaman dengan jarak tanam 3 m x 3 m, dengan keliling pabrik meter maka jumlah baris untuk penanaman vegetasi tersebut adalah 4 baris. Pada area green belt juga ditanam tanaman akasia (Acacia mangium) dengan jumlah satu baris tanaman sebagai pembatas area green belt dengan area industri dengan jumlah tanaman 4133 batang. Vegetasi semak yang digunakan yaitu bougenvill (Bougenvilla sp.) yang ditanam menutupi cabang pohon utama. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah debu yang keluar dari area industri. Selain itu, tata hijau penyangga untuk menjerap debu serta peredam kebisingan juga dikembangkan pada area industri seperti area plant (pabrik), area coustic soda, area pengolahan limbah dan air bersih, area unit pembuatan kertas, dan area gudang ruang konperting. Pada area-area tersebut digunakan tanaman akasia (Acacia mangium). Jumlah tanaman yang digunakan yaitu 8889 batang dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Vegetasi tersebut dikombinasikan dengan semak bougenvill (Bougenvilla sp.), yang ditanam mengelilingi area green belt yang menutupi batang utama pohon yang dimaksudkan untuk mencegah debu keluar. Tata hijau untuk ameliorasi iklim mikro di daerah tropis yang paling utama adalah sebagai peneduh. Vegetasi peneduh terutama dialokasikan di sekitar tepi jalan dan lokasi parkir. Tata hijau untuk konservasi tanah dan air terutama di sekitar tepi sungai yang curam dan peka terhadap erosi serta area bukit di depan main office yang rawan terhadap longsor. Tata hijau untuk habitat satwa terutama ditempatkan di bukit di depan main office. Penggunaan vegetasi untuk fungsi estetis digunakan di semua area terutama area selamat datang, area main office, area sekitar jalan dan median jalan, serta area perumahan karyawan. Rencana fasilitas yang akan dikembangkan berupa penataan fasilitas yang diperlukan serta penambahan fasilitas yang terkait dengan rambu-rambu lalu lintas sebagai penunjuk jalan, pemisahan jalur dan pengamanan tikungan. Penggunaan elemen air terutama di depan area main office dapat menambahkan kesan sejuk dan segar serta memperlunak kesan monoton pada bangunan. Selain itu, dilakukan penambahan fasilitas di kawasan industri tersebut dengan menambahkan fasilitas di

7 v perumahan, fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi, fasilitas shelter, area parkir, lampu, serta bangku taman. Fasilitas-fasilitas tersebut digunakan untuk menunjang produktifitas dari karyawan pabrik tersebut. Sirkulasi merupakan sarana penghubung antara area aktifitas atau antar ruang dan berbagai fasilitas penunjang yang terdapat di kawasan industri. Sirkulasi primer yang dibuat merupakan sirkulasi utama yang menghubungkan setiap kawasan industri. Sirkulasi utama ini merupakan jalan dengan lebar hingga 20 meter. Pada sirkulasi primer ini terdapat trotoar atau pedestrian dengan lebar 1-2 meter, sedangkan sirkulasi sekunder merupakan jalan kolektor dengan lebar 8 hingga 12 meter. Pada sirkulasi sekunder ini juga terdapat pedestrian dengan lebar 0,5-1 meter. Di persimpangan jalan dibuat road island untuk mengurangi kemonotonan dengan menggunakan vegetasi semak, penutup tanah dan pohon. Sirkulasi direncanakan dengan memisahkan jalur sirkulasi untuk kendaraan yang besar seperti truk dan kontainer dengan kendaraan yang berukuran kecil seperti mobil dan motor, serta sirkulasi pejalan kaki atau pedestrian. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan karyawan yang sedang melakukan aktifitas di dalam pabrik, baik yang menggunakan kendaraan ataupun yang berjalan kaki.

8 vi KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya penyusunan skripsi penelitian dengan judul Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Jawa Barat. Skripsi penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Keberhasilan studi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, dan pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingannya selama penyusunan skripsi 2. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama masa perkuliahan. 3. Staf Divisi Foresty PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang, atas segala bimbingan dan masukannya selama penelitian. 4. Semua dosen, staf administrasi dan pegawai Departemen Arsitektur Lanskap IPB. 5. Kedua orang tua, T. Sugito dan Siti Sukarni atas doa, bimbingan, dukungan serta motivasi yang tidak pernah henti. 6. Teman-teman seperjuangan ARL 43 atas kebersamaannya selama ini. 7. Rekan-rekan mahasiswa ARL angkatan 42, 41, 40, 39, 38. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi skripsi penelitian ini belum sempurna. Walaupun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat. Bogor, 22 November 2010 Penulis

9 vii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 21 September 1988 di Klaten, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di Taman Kanak-kanak (TK) Ade Irma Suryani Nasution, Biak Kota, Papua pada tahun Kemudian penulis melanjutkan studi di Sekolah Dasar (SD) Negeri I, Biak Kota, Papua pada tahun Setelah itu, penulis melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I, Biak Kota, Papua pada tahun Kemudian penulis melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I Cawas, Klaten, Jawa Tengah pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor lewat jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada tahun 2006, dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, pada tahun Selama menjalani studi di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif sebagai koordinator kemahasiswaan pada Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Klaten yaitu Keluarga Mahasiswa Klaten. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota divisi acara dalam kegiatan SAVIOR (Save Our Earth and Environtment). Penulis juga tercatat sebagai salah satu Asisten Dosen untuk mata kuliah Desain Penanaman Lanskap (ARL 312) pada tahun ajaran

10 viii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat... 3 Kerangka Berfikir... 4 TINJAUAN PUSTAKA Perindustrian... 6 Industri dan Klasifikasinya... 6 Kawasan Industri... 6 Kondisi Lingkungan di Kawasan Industri... 7 Dampak Kegiatan Industri Pencemaran Udara dan Sumber Pencemaran Zat Pencemar Udara Pohon Sebagai Pereduksi Polutan Udara Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan Dampak Pencemaran Terhadap Manusia Gejala Kerusakan yang Disebabkan oleh Polutan Ruang Terbuka Hijau Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Industri METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Batasan Penelitian... 26

11 ix Metode Penelitian Metode gravimetric Alat yang digunakan Tahapan pengerjaan metode gravimetri Rumus-rumus yang digunakan dalam menganalisa kapasitas daun menjerap debu INVENTARISASI Aspek Fisik Sejarah P.T. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Produk yang dihasilkan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Kebijakan Lingkungan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Proses Produksi Kertas Proses Pembuatan Kertas Wilayah Administrasi Topografi Geologi Tanah Iklim Hidrologi Bahan pencemar/polutan Limbah Cair Sampah Unit/bagian Kawasan Industri Fasilitas Pos jaga Tempat Parkir Rambu-rambu lalu lintas Anjungan Tunai Mandiri Geust House dan perumahan karyawan Poliklinik... 49

12 x Foresty Division Tempat Sampah Jaringan Utilitas Listrik Telepon Air Bersih Drainase Jalan Aspek Sosial Jumlah Pegawai Aspek Ekonomi Vegetasi dan Satwa ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Penggunaan tanah dalam tapak dan sekitar tapak Sirkulasi Tanah Drainase dan Topografi Hidrologi Iklim Masalah pencemaran dan Alternatif Pemecahannya Debu Kebisingan Hasil Analisis Kapasitas Jerapan Debu Vegetasi dan satwa Fasilitas dan Jaringan Utilitas KONSEP Konsep Ruang Konsep Tata Hijau Konsep Sirkulasi... 66

13 xi Konsep Fasilitas PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt Pereduksi Kebisingan Tata Hijau untuk Ameliorasi Iklim mikro Tata Hijau untuk Konservasi Tanah dan Air Tata Hijau untuk Habitat Satwa Tata Hijau sebagai Fungsi Estetis Fasilitas Fasilitas perumahan Fasilitas olahraga Fasilitas rekreasi Shelter Lampu Bangku Taman Parkir Rambu-rambu lalu lintas Sirkulasi KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 83

14 xii DAFTAR TABEL No Teks Halaman 1. Kelompok, jenis, bentuk, sumber, dan cara pengumpulan data Kriteria jenis tanaman Hasil Pengamatan Kadar Debu dan Kebisingan Disetiap Unit dalam Kawasan Industri Berat Debu yang Dijerap Daun Tiga Spesies Pohon Pada Tiga Kali Pengamatan Kapasitas Jerapan Debu Tiga Spesies Pohon Per Hari Pada Tiga Kali Pengamatan Jerapan Debu Tiga Spesies Pohon Per Hari Sesuai Dengan Diameter Tajuk dan Luas Tajuk Jumlah pohon yang ditanam di seluruh kawasan industri Lokasi Penanaman Tiga Spesies Pohon Dengan Luas area dan Jarak Tanam Tertentu Luas dan persentase setiap ruang di kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Rencana Penanaman di Kawasan Industri Jenis Penanaman dan Jenis Tanaman di Kawasan Industri... 73

15 xiii DAFTAR GAMBAR No Teks Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian Sistem input-output industri dan kemungkinan limbah (Gintings, 1995) Lokasi Penelitian Bagan Tahapan Penelitian Gelas beker ukuran 100 ml Kuas, pinset dan penjepit gelas beker Oven Timbangan Gelas Beker yang Diisi Air Aquades Contoh Daun yang Diambil di Lapang Gelas beker gelas ditimbang Gelas beker diisi air aquades 50 ml Sampel daun dicuci (a) Hasil Pencucian daun, (b) Hasil pencucian daun yang dimasukkan ke dalam oven Debu yang kering Kertas ditimbang Model daun ditimbang Diagram alir Proses Pembuatan Kertas Wilayah administrasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Unit kawasan Industri Perumahan karyawan Poliklinik Struktur Organisasi Forestry Division Drainase... 52

16 xiv 25. Jalan Vegetasi di kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Konsep Penanaman Pada Jalur Sirkulasi... 67

17 xv DAFTAR LAMPIRAN No Teks Halaman 1. Gambar Peta Kondisi Awal Gambar Konsep Ruang Gambar Konsep Sirkulasi Gambar Site Plan Gambar Rencana Penanaman Jalan Gambar segmen Gambar segmen Gambar segmen Gambar potongan A-A Gambar potongan B-B Gambar potongan C-C Gambar potongan D-D Gambar potongan jalan... 96

18 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia, pada dasarnya menimbulkan suatu dampak yang positif maupun negatif. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif salah satu diantaranya yaitu menurunnya kualitas lingkungan yang ada. Penurunan kualitas lingkungan merupakan akibat dari meningkatnya permintaan dan eksploitasi sumber daya alam. Menurunnya kualitas lingkungan ini ditandai dengan timbulnya masalah penggunaan lahan yang berlebihan untuk keperluan pambangunan sehingga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah lahan yang berfungsi sebagai komponen penyeimbang lingkungan khususnya di daerah perkotaan. Di Indonesia, pembangunan secara fisik yang berorientasi ekonomi menjadi prioritas utama dibandingkan berorientasi ekologi. Seperti halnya pembangunan terpusat di kota-kota besar. Namun, pesatnya pembangunan mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan lahan yang berdampak pada semakin berkurangnya ruang-ruang terbuka hijau di kota-kota besar. Hal ini memberikan dampak langsung maupun tidak langsung kepada daerah-daerah pinggiran kota untuk memenuhi kebutuhan lahan yang telah habis di dalam kota. Implikasinya antara lain terjadinya proses urbanisasi dan industrialisasi pada daerah di sekitar kota. Menurut Simonds (2006) ruang terbuka hijau mempunyai peran yang penting dalam suatu kawasan perkotaan, terutama karena fungsi serta manfaatnya yang tinggi dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan alami perkotaan. Salah satu fungsi ruang terbuka adalah untuk mempertahankan kondisi ekologis lingkungan kota. Penanaman tanaman di perkotaan dalam bentuk ruang terbuka hijau merupakan usaha yang bermanfaat untuk penanggulangan berbagai masalah lingkungan. Peran ruang terbuka hijau dalam memberikan kenyamanan dan kesejahteraan warga kota adalah penyumbang ruang bernafas yang segar sebagai paru-paru kota, sumber air dalam tanah, mencegah erosi, keindahan dan kehidupan satwa, menciptakan iklim mikro, serta sebagai unsur pendidikan.

19 2 Hal tersebut berlaku pula untuk kawasan industri. Kawasan industri merupakan suatu kawasan yang terdapat banyak industri yang menghasilkan limbah yang berupa limbah cair, polusi udara maupun polusi kebisingan. Fakuara (1987) menjelaskan selain kendaraan bermotor dan industri rumah tangga yang ada, maka cerobong asap industri juga merupakan sumber-sumber pencemar yang dapat mengeluarkan debu dan gas-gas ke udara. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, beban pencemaran di seluruh wilayah DKI Jakarta dari kegiatan industri yang berupa debu adalah sekitar ton/tahun. Bila dilihat dari total beban pencemaran maka kegiatan industri persentase kontribusinya terhadap debu sekitar 14,6%. Untuk beban pencemaran yang ditimbulkan dari kegiatan rumah tangga adalah debu ton/tahun atau bila ditinjau dari persentase terhadap total beban pencemar maka persentase kontribusinya terhadap debu sekitar 33%. Kemudian untuk kendaraan bermotor beban pencemar yang bersumber dari lalulintas/transportasi terdapat bahan pencemar debu sekitar ton/tahun dengan persentase 44,10%. Serta untuk pembakaran sampah beban pencemarnya sekitar 9,6%. (Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1993). Adanya zat-zat pencemar seperti di atas satu atau pun lebih dalam kuantitas, sifat dan lama waktu keberadaannya pada konsentrasi tertentu yang sudah melampaui nilai ambang batas (NAB) dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada kualitas barang atau benda, dapat menimbulkan bau, menyebabkan kerusakan pada tanaman, sehingga dapat mengganggu kenyamanan hidup manusia dan biota (Wardoyo, 1983). Total dari partikel-partikel yang tersuspensi mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan fotosintesa dalam tanaman, sementara gas (ozone, aldehyde, dsb) sangat berpengaruh terhadap kerusakan terhadap kerusakan jaringan, mengurangi pertumbuhan, pembentukan buah yang belum waktunya serta dapat menggugurkan daun-daun tanaman (World Bank, 1978). Pencemaran udara yang terjadi di kawasan industri ini merupakan suatu masalah penurunan mutu lingkungan hidup yang memerlukan suatu penanganan yang cukup serius. Untuk mengatasi masalah pencemaran udara antara lain dengan merencanakan sebuah ruang terbuka hijau yang baik dimana menggunakan pohon-pohon yang memiliki fungsi sebagai penyaring dan penetral

20 3 bahan-bahan pencemar udara, serta sebagai pabrik oksigen (O 2 ) yang sangat dibutuhkan tidak saja bagi manusia tetapi juga bagi makhluk-makhluk hidup lainnya. Tanaman, baik berupa pohon, semak atau perdu mempunyai peranan penting dalam mengurangi pencemaran udara. Kemampuan penjerapan partikel sangat dipengaruhi oleh karakteristik morfologi tanaman. Tanaman yang dibutuhkan sebagai pengendali lingkungan harus mampu menyerap gas pencemar udara dalam jumlah relatif besar tanpa mengalami gangguan fisiologis yang berarti pada tanaman tersebut. Gangguan fisiologis dapat berupa menurunnya jumlah klorofil, jumlah glukosa sebagai hasil fotosintesis dan jumlah nitrogen daun. Oleh karena itu, di dalam merencanakan ruang terbuka hijau pada kawasan industri dibutuhkan pohon-pohon yang mampu menyerap gas polutan namun rindang dan tetap hijau. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan ruang terbuka hijau yang diharapkan dapat berfungsi sebagai penyangga dampak negatif dari perkembangan pabrik kertas terhadap lingkungan sekitar. Dampak negatif pencemaran adalah pengaruh limbah dan polusi yang ditimbulkan dari keberadaan pabrik kertas. Selain itu, ruang terbuka hijau juga direncanakan berfungsi untuk meningkatkan kenyamanan bagi karyawan dan masyarakat sekitar dan merencanakan fasilitas-fasilitias yang terdapat pada ruang terbuka hijau. Fungsi-fungsi ruang terbuka hijau tersebut dapat dicapai melalui penataan vegetasi dengan komposisi vegetasi yang sesuai dengan fungsi masing-masing ruang terbuka hijau. Selain itu, panggunaan vegetasi yang toleran juga sangat penting untuk menjaga keberlangsungan vegetasi tersebut dengan melakukan beberapa penghitungan untuk mendapatkan beberapa spesies vegetasi yang toleran ditanam di kawasan industri tersebut. Manfaat Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola kawasan industri kertas dan pemerintah daerah beserta pihak-pihak

21 4 yang terkait mengenai penataan ruang terbuka hijau di dalam rencana pengembangan kawasan industri kertas. Realisasi studi diharapkan dapat memberikan manfaat ruang terbuka hijau bagi masyarakat di sekitar kawasan industri kertas, serta bagi lingkungan di sekitar dan di dalam kawasan indusri kertas. Selain itu, penelitian ini, diharapkan dapat menjadi alternatif pemikiran untuk merencanakan ruang terbuka hijau yang baik dengan memilih spesiesspesies tanaman yang toleran dan sesuai ditanam pada kawasan industri kertas, sehingga dapat mengurangi polusi di sekitar kawasan industri kertas tersebut. Kerangka Pikir Kawasan industri pabrik kertas yang berada di kabupaten karawang yaitu kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills. Perencanaan ruang terbuka hijau yang dilakukan dengan menganalisa aspek fisik yang berupa wilayah administrasi, topografi, iklim, polusi/emisi, unit-unit/bagian-bagian kawasan industri, kemudian menganalisa aspek bio-fisik yang berupa vegetasi dan satwa, serta menganalisa aspek sosial yaitu kependudukan, tata guna lahan, pegawai, dan aktivitas industri. Tahapan selanjutnya yaitu mensintesis setiap data yang diperoleh dengan melihat potensi dan kendala, penghitungan kapasitas daun menyerap debu dengan menggunakan metode grafimetri, distribusi polutan serta pembagian ruang-ruang. Hasil yang diperoleh dari analisis dan sintesis tersebut berupa konsep ruang terbuka hijau, zonasi ruang terbuka hijau, serta alternatif vegetasi yang digunakan. Proses berfikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

22 5 Kabupaten Karawang Kawasan Industri Pabrik Kertas Kawasan Industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Jawa Barat Ruang Terbuka Hijau Aspek Fisik Aspek bio-fisik Aspek sosial Wilayah administrasi, topografi, iklim, polusi/emisi, unitunit/bagian-bagian kawasan industri. Vegetasi dan satwa Kependudukan, tata guna lahan, pegawai, aktivitas industri. Potensi dan kendala, penghitungan kapasitas daun menyerap debu dengan menggunakan metode gravimetri, distribusi polutan, pembagian ruang-ruang, masukan dari pengguna. Konsep/rencana ruang terbuka hijau, zonasi ruang terbuka hijau, vegetasi yang digunakan. Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

23 6 TINJAUAN PUSTAKA Perindustrian Industri adalah kegiatan yang memanfaatkan sumber daya alam dengan penggunaan teknologi dan modal untuk memperoleh produk yang memiliki nilai tambah dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Industri dapat diklasifikasikan karakternya seperti berat-ringan, primer-sekunder, jasa-kegunaan dan faktorfaktor pembatasnya seperti orientasi tenaga kerja, orientasi transportasi, dan sumberdaya alam (Tandy, 1975) Menurut Gallion dan Eisner (1986) dalam Martyaningsih (2003), beberapa bentuk kegiatan industri merupakan suatu bagian penting dari struktur ekonomi daerah. Tempat-tempat pekerjaan, pusat penelitian dan pengembangan, pabrik rakitan elektronik, industri berat, pabrik, dan percobaan bom atom semuanya tergabung dalam istilah industri. Jenis industri yang diperbolehkan oleh suatu daerah di dalam wilayahnya akan menentukan kualitas kehidupan. Tandy (1975) menjelaskan ada faktor-faktor primer yang mempengaruhi lokasi industri atau pabrik, yaitu ketersediaan material, energi, tenaga kerja, pasar hasil industri dan pengolahan limbah. Sedangkan faktor sekunder yang mempengaruhi adalah transportasi. Industri dan Klasifikasinya Kegiatan suatu industri dapat berjalan baik dan berkesinambungan apabila unsur-unsur pokok penunjang kegiatan industri tersedia. Unsur-unsur pokok penunjang tersebut adalah: (1) sumber daya alam, seperti bahan baku, air, dan energi ;(2) sumber daya manusia, meliputi tenaga kerja dan keahlian ;(3) sarana dan prasarana, seperti lahan dan peralatannya. Gintings (1995) mengklasifikasikan industri menjadi tiga, yaitu: 1. Industri dasar atau hulu, yaitu industri yang mempunyai ciri-ciri padat modal, berskala besar, menggunakan teknologi maju dan teruji, dan lokasi industri dekat dengan bahan baku.

24 7 2. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, lokasi industri dekat dengan pasar, menggunakan teknologi madya dan teruji, banyak menyerap tenaga kerja. 3. Industri kecil, yaitu industri yang menggunakan peralatan yang sederhana, sistem pengolahan bahan lebih sederhana dari industri dasar dan industri hilir, sistem tata letak pabrik dan pengolahan limbah belum mendapat perhatian, banyak menyerap tenaga kerja.. Selain penggolongan tersebut, industri juga diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: (1) industri primer, yaitu industri yang merubah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, (2) industri sekunder, yaitu industri yang merubah barang setengah jadi menjadi barang jadi, (3) industri tertier, yaitu industri yang sebagian meliputi industri jasa ataupun industri lanjutan yang mengolah bahan industri sekunder. Berdasarkan ISIC (International Standard on Industrial Clasification) industri diklasifikasikan sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan, yaitu industri manufaktur, industri enjinering (industri rekayasa), industri barang logam, industri mesin dan peralatan pabrik, industri mesin listrik, peralatan-peralatan rumah tangga dan perlengkapan listrik, industri kendaraan dan industri mesin perkakas Kawasan Industri Pengertian kawasan industri seperti yang tercantum pada pasal 1 ayat (1) Keppres No. 98/1993, adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. Pada Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang di daerah dinyatakan bahwa kriteria suatu kawasan perindustrian adalah : (a) kawasan yang memenuhi persyaratan lokasi industri, (b) tersedianya sumber air baku yang cukup, (c) adanya sistem pembuangan limbah, (d) tidak menimbulkan dampak sosial negatif yang berat dan (e) tidak terletak di kawasan tanaman pangan basah yang berfungsi dan yang berpotensi untuk pengembangan irigasi. Suatu kawasan industri harus terpisah dari pusat bisnis dan area pemukiman di kota ( Tandy, 1975). Selanjutnya dikatakan, lokasi kawasan

25 8 industri sebaiknya mempunyai pelayanan transportasi yang baik, tetapi jangan terisolasi dari kota sehingga dapat mempersulit akses daripada pekerja. Lokasi kawasan industri juga harus merupakan daerah yang mempunyai arah angin yang dapat mencegah asap, debu, gas dan bunyi. Menurut National Industrial Zoning Committee s (USA) 1967, yang dimaksud dengan kawasan industri adalah sebuah kawasan industri di atas tanah cukup luas, yang secara administrasi dikontrol oleh seorang atau sebuah lembaga yang cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya, topografinya, zoning yang tepat, ketersediaan infrastrukturnya (utilitas), dan kemudahan aksessibilitas transportasi (Dirdjojuwono, 2004). Definisi lain, menurut Industrial Development Handbook dari ULI (Urban Land Institute), Washington D.C. (1975), dalam Dirdjojuwono (2004) kawasan industri adalah suatu daerah atau kawasan yang biasanya didominasi oleh aktivitas industri. Kawasan industri biasanya mempunyai fasilitas kombinasi yang terdiri atas peralatan-peralatan pabrik (industrial plants), penelitian dan laboratorium untuk pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta prasarana lainnya seperti fasilitas sosial dan umum yang mencakup perkantoran, perumahan, sekolah, tempat ibadah, ruang terbuka dan lainnya. Di dalam Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang di Daerah dinyatakan bahwa kriteria suatu kawasan perindustrian adalah (a) memenuhi persyaratan lokasi industri, (b) tersedia sumber air baku yang cukup, (c) terdapat sistem pembuangan limbah, (d) tidak memberikan dampak sosial negatif yang berat, dan (e) tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah yang beririgasi dan yang berpotensi untuk pengembangan irigasi. Perhatian pemerintah dalam pengadaan dan pengembangan kawasan industri dapat dilihat dari beberapa aturan yang dikeluarkan pemerintah tentang kawasan industri. Diantaranya, (1) Keppres No. 53/1989 tentang kawasan industri; (2) Keppres No. 33/1990 tentang penggunaan tanah bagi pembangunan kawasan industri; (3) Keppres No. 98/1993 tentang perubahan Keppres No. 53/1989; (4) Keppres No. 41/1996 tentang kawasan industri; (5) SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 50/MPP/Kep/2/1997 tentang kawasan industri. (Dirdjojuwono, 2004).

26 9 Adapun pengertian kawasan industri sesuai dengan Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1996 tanggal 4 Juni 1996 dan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 50/MPP/Kep/2/1997 tanggal 20 Februari 1997 adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Kemudian persyaratan-persyaratan penunjang kawasan industri antara lain: 1. Luas Kawasan Industri sekurang-kurangnya 20 hektar. 2. Tanah yang dimiliki oleh satu perusahaan atau beberapa perusahaan yang luasnya sekurang-kurangnya 10 hektar di dalam kawasan peruntukan industri yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah serta sudah dimanfaatkan untuk kegiatan industri, dapat ditetapkan sebagai Kawasan Industri. Perusahaan tersebut di atas mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan perusahaan kawasan industri. 3. Perusahaan Kawasan Indutri berkewajiban untuk: a. menyediakan lahan Industri Siap Pakai dan atau Bangunan Pabrik Siap Pakai; b. membuat Rencana Tapak Kawasan Industri sesuai dengan Ketentuan Pemerintah Daerah; c. menyusun AMDAL (ANDAL, RKL dan RPL); d. membangun dan memelihara prasarana dan utilitas seperti jalan, saluran drainase, pipa pengumpul limbah industri, membangun, mengoperasikan dan memelihara unit pusat pengolah limbah; e. membuat tata tertib Kawasan Industri antara lain berisikan ketentuanketentuan hak/kewajiban perusahaan kawasan dan perusahaan industri di dalam kawasan, terutama dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan, pengoperasian fasilitas sosial/fasilitas umum. Penyelenggaraan kawasan industri dapat dilakukan oleh beberapa badan usaha seperti (a) BUMN, (b) Koperasi, (c) perusahaan swasta nasional, (d) perusahaan dalam rangka penanaman modal asing, dan (e) badan usaha antar badan-badan usaha (a), (b), (c), dan (d). terkait dengan hal tersebut, maka wadah

27 10 perkumpulan penyelenggaraan kawasan industri tergabung dalam Himpunan Kawasan Industri Indonesia (Dirdjojuwono, 2004). Peranan kawasan industri dilihat dari tujuan pembangunan kawasan industri yang diatur pada pasal 2 Keppres No. 41/1996, yaitu (a) mempercepat pertumbuhan industri, (b) memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, (c) mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri, dan (d) meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan. Kondisi Lingkungan di Kawasan Industri Industrialisasi mencerminkan kemajuan ilmu dan teknologi, ditujukan untuk memenuhi tuntutan keperluan hidup manusia yang semakin meningkat. Namun pembangunan dan perkembangan industri kerap diidentikkan sebagai dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif tersebut umumnya berupa pemandangan yang kurang menyenangkan, bentang perkerasan yang mengurangi proporsi ruang terbuka hijau sehingga mengurangi fungsi tertentu vegetasi, memacu perkembangan tata ruang yang tidak terarah pada kawasan sekitar industri dan yang sering dikeluhkan adalah timbulnya masalah pencemaran. Pencemaran yang timbul berkaitan dengan jenis industri yang menjadi sumber pencemaran tersebut (Tandy, 1975). Perubahan lanskap alami menjadi suatu lanskap baru karena digunakan oleh manusia untuk industri akan menyebabkan perubahan sistem ekologi yang dapat menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun negatif (Tandy, 1975). Menurutnya masalah-masalah yang timbul karena penggunaan lahan untuk industri antara lain terhadap bentukan lahan, nilai lanskap, konservasi lahan dan polusi baik polusi udara, air, tanah, dan radiasi. Selanjutnya membedakan masalah umum karena penggunaan lahan untuk industri (masalah hidrologi dan perubahan bentuk lahan) dengan masalah khusus yang spesifik tergantung dari jenis industri. Suatu industri akan menghasilkan polutan spesifik tergantung pada input dan proses yang akan digunakan. Dampak Kegiatan Industri

28 11 Menurut Wardhana (1995) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah dampak industri, yaitu: 1. Dampak tak langsung, dampak ini umumnya berhubungan dengan masalah sosial masyarakat, atau disebut juga sebagai dampak psikosioekonomi. Dampak ini antara lain dapat dilihat dari munculnya masalah urbanisasi, perubahan perilaku, timbulnya kriminalitas, dan perubahan sosial budaya. 2. Dampak langsung, dampak ini dapat dilihat dari terjadinya masalah pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan. Pencemaran terjadi akibat bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas masuk ke dalam lingkungan sehingga terjadi perubahan kualitas lingkungan. Sumber bahan beracun dan berbahaya dapat diklasifikasikan: (1) industri kimia organik maupun anorganik, (2) penggunaan bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan baku atau bahan penolong, (3) peristiwa kimia-fisika, biologi dalam pabrik (Gintings, 1995). Kualitas lingkungan dipengaruhi berbagai komponen yang ada dalam lingkungan, seperti kualitas air, kepadatan penduduk, flora dan fauna, kesuburan tanah, dan lain-lain. Apabila limbah masuk ke dalam lingkungan, menurut Gintings (1995), ada beberapa kemungkinan yang dapat diciptakan, yaitu: 1. Lingkungan tidak menambah pengaruh yang berarti, keadaan ini terjadi karena volume limbah kecil dan parameter pencemar yang terdapat di dalamnya sedikit dengan konsentrasi kecil. Karena itu jika limbah masuk, lingkungan masih mampu menetralisirnya. 2. Ada pengaruh perubahan tetapi jika tidak menyebabkan pencemaran, artinya lingkungan memberikan toleransi terhadap perubahan serta tidak menimbulkan dampak negatif. 3. Memberi perubahan dan menimbulkan pencemaran, artinya zat-zat pencemar dengan konsentrasi tinggi yang masuk ke dalam lingkungan sudah terlalu banyak dan mengakibatkan lingkungan tidak mampu untuk menetralisirnya.

29 12 Kualitas limbah yang dihasilkan suatu industri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) volume air limbah, (2) kandungan bahan pencemar, (3) frekuensi pembuangan limbah. Hubungan antara sub kegiatan dengan kegiatan lain yang terdapat kemungkinan limbah diproduksi dapat dilihat pada Gambar 2. INPUT PROSES OUTPUT LIMBAH Bahan baku, tenaga kerja, mesin, dan peralatan limbah Industri primer, Industri sekunder, Industri tertier Produk utama, produk sampingan limbah Nilai ekonomis, dan tidak bernilai ekonomis Gambar 2. Sistem input-output industri dan kemungkinan limbah (Gintings, 1995) Lingkungan sebagai badan penerimaan pencemar akan menyerap bahanbahan beracun dan berbahaya dalam limbah sesuai dengan kemampuan. Sebagai badan penerima adalah udara, permukaan tanah, air sungai, dan lautan yang masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan secara fisik, kimia, biologis sebagai akibat dari bahan pencemar, membawa perubahan nilai lingkungan yang disebut perubahan kualitas (Gintings, 1995). Menurut Dirdjojuwono (2004), mengingat pengembangan kawasan industri mempergunakan areal yang cukup luas dan merupakan kegiatan yang bersifat mengubah fungsi lahan, maka sudah tentu akan membawa dampak perubahan lingkungan baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif, terutama dalam kaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan berbagai prasarana lingkungan dengan kegiatan lain di sekitarnya. Dampak perubahan lingkungan tersebut antara lain: 1. Aksessibilitas dan prasarana transportasi untuk bahan baku, hasil produksi dan komuter pekerja dari dan ke permukimannya; 2. Sumber air baku industri yang relatif tinggi penggunaannya;

30 13 3. Sistem drainase dan sanitasi lingkungan yang tidak dikelola dengan baik secara terpadu dapat menimbulkan banjir akibat terkonsentrasinya beban yang tidak sesuai dengan kapasitas aliran air (run off); 4. Pengendalian limbah baik bersifat cair, padat, maupun gas yang dapat membahayakan manusia dan kegiatan lainnya yang ada disekitar kawasan industri ini; 5. Integrasi antar kawasan industri lain yang terdapat di sekitarnya baik dalam pemanfaatan sarana dan prasarana serta sumberdaya alamnya termasuk pola tata ruangnya antara lain masalah alokasi ruang pemukiman buruh lengkap dengan berbagai permasalahan lingkungan. Pencemaran Udara dan Sumber Pencemaran Berdasarkan Undang-Undang No: 23 Tahun 1997, tentang ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 ayat (12) disebut: Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Menurut Azwar (1981) mengatakan, pencemaran adalah terdapatnya segala sesuatau yang sifatnya membahayakan kelangsungan hidup manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan itu pada udara yang berada di luar rumah, sebagai akibat tingkah laku manusia yang umumnya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ataupun yang terjadi secara alamiah. Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No: 20 Tahun 1986, tentang lingkup tugas departemen perindustrian dalam pengendalian pencemaran industri terhadap lingkungan hidup, Pasal 1 (ayat 2) disebutkan bahwa: Pencemaran industri atau pencemaran sebagai akibat kegiatan industri adalah penurunan kualitas lingkungan hidup karena masukknya za-zat pencemar baik dalam bentuk benda padat, benda cair atau gas yang berasal dari kegiatan industri ke suatu lingkungan atau ke dalam tanah, air dan udara, atau pun karena pengaruh

31 14 gangguan berupa suara atau bunyi-bunyian, getaran, bau-bauan, debu dan lain sebagainya. Menurut Andrews (1972) sumber polusi udara dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu: a) Gesekan permukaan seperti gesekan (gosokan) dari beberapa materi misalnya aspal, tanah, besi dan kayu yang membuang partikel padat ke udara pada berbagai ukuran. b) Penguapan, yang berasal dari cairan yang mudah menguap misalnya bensin, minyak cat dan uap yang dihasilkan oleh industri logam, kimia, dan lain-lain. c) Pembakaran, seperti pembakaran bahan bakar fosil misalnya minyak, solar, bensin, batu bara, pembakaran hutan dan sebagainya. Pembakaran tersebut merupakan proses oksidasi sehingga menghasilkan gas-gas CO 2, CO, SOx, NOx atau senyawa hidrokarbon yang tidak terbakar sempurna. Menurut pergerakannya sumber pencemar dibagi menjadi dua yaitu sumber tidak bergerak (stasioner) dan sumber bergerak (mobil). Sumber pencemar yang termasuk dalam sumber stasioner antara lain pemukiman, industri, pembangkit tenaga listrik; sedangkan sumber bergerak terutama berasal dari transportasi (Sutamihardja, 1985). Zat Pencemar Udara Zat pencemar udara adalah setiap macam zat yang ditambahkan pada udara, bisa mengakibatkan perubahan yang berupa perubahan fisik maupun kimia (Sitanggang, 1999). Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya. Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai berikut : a. Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut berasal dari komponen

32 15 udara alamiah seperti karbon dioksida, yang meningkat di atas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya timbal. b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara. Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan besar : 1. Sumber alamiah Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan mikroorganisme, dan lainlain. Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu. 2. Sumber buatan manusia Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan-bahan pencemar bermacammacam antara lain adalah kegiatan-kegiatan berikut : a. Pembakaran, seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO). b. Proses peleburan, seperti proses peleburan baja, pembuatan soda, semen, keramik, aspal. Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah debu, uap dan gas-gas. c. Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral dan logam. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama adalah debu. d. Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama asap, debu, dan bau. e. Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Pencemarannya terutama adalah dari instalasi pengolahan air buangannya. Sedangkan bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas H 2 S yang menimbulkan bau busuk.

33 16 f. Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain adalah debu, uap dan gas-gas g. Proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu. h. Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah gas-gas dan debu radioaktif. Ada beberapa bahan pencemar udara yang sering ditemukan di kota-kota. Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar dapat berupa: a. Partikel (debu, aerosol, timah hitam) b. Gas (karbon monoksida / CO, sulfur oksida / SO x, hidrokarbon, nitrogen oksida / NO x, H 2 S dan oksidant ozon) c. Energi (suhu dan kebisingan). Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga. Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang

34 17 besaral dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat patut mendapat perhatian. Pohon Sebagai Pereduksi Polutan Udara Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat dimana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan dimana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara dan Indrawan, 1978). Pohon merupakan tanaman yang memiliki batang tunggal dan tumbuh dengan ketinggian lebih dari tiga meter (Laurie, 1986). Lebih lanjut Carpenter et al. (1975) menjelaskan bahwa perbedaan antara pohon dan semak tidak terlalu jelas, tetapi pohon dicirikan dengan batang tunggal yang mengarah ke atas, dan perdu mempunyai beberapa batang yang demikian. Berdasarkan ukurannya, Carpenter et al. (1975) menciri menjadi tiga ukuran, yaitu: ukuran pendek (<9 meter), menengah (antara 9-18 meter, dan tinggi (>18 meter)). Sebagian dari tumbuhan berkayu ini, pada waktu tertentu akan kehilangan daunnya (deciduous) dan sebagian lagi tetap hijau sepanjang tahun (evergreen). Tumbuhan terutama pepohonan mengabsorbsi karbon dioksida dan melepaskan oksigen ke udara melalui proses fotosintesa. Pada waktu yang bersamaan, tumbuhan mengurangi jumlah polutan dalam tanah maupun air. Pohon juga menghilangkan sejumlah polutan yang berarti dan partikel dari udara (Butz, 1972). Lebih lanjut dijelaskan bahwa polutan udara sendiri dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Polutan itu sendiri akan berinteraksi dengan tanaman dan akan dipakai dalam proses fisiologi tanaman. Tanaman tertentu pepohonan dapat menyerap polutan udara secara selektif, asalkan tingkat polusi tersebut tidak sedemikian tinggi sehingga dapat merusak atau bahkan mematikannya. Dijelaskan oleh Prawiranata et al. (1989), selain dari senyawa kimia yang terdapat secara alami, produk buangan tertentu dari industri dan

35 18 kendaraan, baik berbentuk gas atau butiran-butiran halus, mengotori atmosfir di berbagai daerah dan dapat menimbulkan kerusakan khusus pada tumbuhan. Ditambahkan oleh Grey dan Deneke (1978) salah satu karakteristik tanaman yang dapat menjebak dan menahan polutan padat, yaitu butir-butir debu, adalah tanaman yang daunnya berambut. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan Polutan-polutan udara baik secara fisik, kimia, dan fisiologis dapat ditetapkan sebagai zat-zat atau bahan-bahan yang berpengaruh merugikan terhadap fungsi-fungsi pertumbuhan tanaman (Grey dan Deneke, 1978). Menurut Dahlan (1995), setiap jenis tanaman memperlihatkan respon yang berbeda dengan yang diberikannya pencemaran. Pada tanaman yang sensitif pencemaran udara menimbulkan dampak negatif, sedangkan pada tanaman tertentu perlakuan pencemar memicu pertumbuhan tanaman. Dari hasil penelitian menunjukkan pada tanamaan Saputangan, polutan menyebabkan pertambahan daun meningkat dan menurunkan kandungan karbohidrat. Demikian juga yang dijelaskan oleh Sugiharti (1998), pencemaran udara memberikan pengaruh nyata terhadap kecepatan fotosintesis dan respirasi tanaman Asam londo dan menurunkan kandungan karbohidrat sebesar 10,67%. Selanjutnya tanaman tersebut digolongkan sebagai tanaman yang peka terhadap pencemaran udara. Tanaman lainnya yang tergolong peka adalah Asam jawa dan Trembesi, pada kedua jenis ini pencemaran udara berpengaruh nyata pada kecepatan fotosintesis dan penurunan kandungan karbohidrat yang cukup besar, namun kecepatan respirasi tidak berpengaruh nyata. Kaliandra, Kembang merak dan Flamboyan digolongkan sebagai tanaman yang tidak peka. Dampak Pencemaran Terhadap Manusia Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai gangguan kesehatan, seperti bronchitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Dampak kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara berbeda-beda antarindividu. Populasi yang paling rentan adalah kelompok

36 19 individu berusia lanjut dan balita. Menurut penelitian di Amerika Serikat, kelompok balita mempunyai kerentanan enam kali lebih besar jika dibandingkan dengan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan karena mereka lebih aktif dan dengan demikian menghirup udara lebih banyak, sehingga mereka lebih banyak menghirup zat-zat pencemar. (Farida, 2004) Pencemaran udara berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan dibedakan menjadi 3 jenis : 1. Irintasia. Biasanya polutan ini bersifat korosif, merangsang proses peradangan hanya pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu saluran pernapasan mulai dari hidung hingga tenggorokkan. Misalnya sulfur dioksida, sulfur trioksida, amoniak, dan debu. Iritasi terjadi pada saluran pernapasan bagian atas dan juga dapat mengenai paru-paru itu sendiri. 2. Asfiksia. Hal ini terjadi karena berkurangnya kemampuan tubuh dalam menangkap oksigen atau mengakibatkan kadar O 2 menjadi berkurang. Keracunan gas karbon monoksida mengakibatkan CO akan mengikat hemoglobin, sehingga kemampuan hemoglobin mengikat O 2 berkurang dan terjadilah asfiksia. Penyebabnya adalah gas nitrogen, oksida, metan, gas hidrogen dan helium. 3. Anestesia. Bersifat menekan susunan syaraf pusat sehingga kehilangan kesadaran, misalnya aeter, aetilene, propan,e dan alkohol alifatis. 4. Toksis. Titik tangkap terjadinya berbagai jenis, yaitu : menimbulkan gangguan pada sistem pembuatan darah, misalnya benzene, fenol, toluen dan xylene. Keracunan terhadap susunan syaraf, misalnya karbon disulfid, metal alkohol.(farida, 2004) Gejala Kerusakan yang Disebabkan oleh Polutan Menurut Siahaan (1996) dampak pencemaran udara dapat diamati pada daun tanaman berupa klorisis, nekrosis dan bercak kuning. Pencemaran udara secara nyata menimbulkan tekanan pada tanaman terutama pada parameter pertambahan tinggi dan diameter. Berdasarkan hasil penelitian Ekawati (1998) menunjukkan bahwa pencemaran udara yang diemisikan oleh sepeda motor secara nyata berpengaruh

37 20 pada kerusakan (abnormalitas) sel daun beberapa jenis tanaman. Terjadinya pertambahan atau pengurangan ukuran sel merupakan indikasi terjadinya penambahan atau pengurangan massa sel. Hal ini merupakan respon tanaman untuk mempertahankan keseimbangan fungsi fisiologis, terutama pada sel daun sebagai tempat terjadinya fotosintesis. Perubahan bentuk sel, variasi penambahan atau kenaikan maupun penurunan ukuran sel, menunjukkan respon dari masingmasing sel tanaman terhadap tekanan yang diberikan oleh lingkungan berupa udara yang tercemar. Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka dalam lingkungan hidup adalah lingkungan alam dan manusia. Ruang terbuka ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) ruang terbuka sebagai sumber produksi, yaitu antara lain perhutanan, produksi mineral, peternakan, pengairan, dan lain-lain, (2) ruang terbuka sebagai perlindungan, misalnya cagar alam, daerah budaya dan sejarah, (3) ruang terbuka untuk kesehatan, kenyamanan, antara lain untuk melindungi kualitas air, pengaturan pembuangan air dan sampah, rekreasi, taman lingkungan, taman kota (laurie, 1986). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007, RTH di perkotaan ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/ jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. RTH di definisikan sebagai ruang terbuka yang manfaatnya lebih bersifat pengisian hijauan tanaman, baik yang bersifat alamiah atau budidaya tanaman dan sebagainya (Inmendagri No. 14 tahun 1988). Menurut Box dan Harrizon (1993), Ruang Terbuka Hijau Kota adalah tanah, air, dan bentukan geologi terdiri dari tanaman dan hewan secara alami dan dapat dicapai dengan berjalan kaki bagi sebagian besar penduduk. Nurisjah dan Pramukanto (1995) menyatakan bahwa RTH merupakan areal bagian dari suatu ruang terbuka (open space) kota secara optimal digunakan sebagai daerah penghijauan dan berfungsi secara langsung maupun tidak langsung

38 21 untuk kehidupan dan kesejahteraan warga kotanya. RTH di kawasan perkotaan merupakan salah satu bagian dari ruang kota yang sangat penting nilainya, tidak hanya ditinjau dari segi fisik dan sosial, tetapi juga dari penilaian ekonomi dan ekologis. Tujuan pembentukan RTH di wilayah perkotaan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 antara lain: a) menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan; b) mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan perkotaan; dan c) meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman. Sedangkan manfaat RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 adalah: a) sarana untuk mencerminkan identitas daerah; b) sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; c) sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; d) meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; e) menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; f) sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula; g) sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; h) memperbaiki iklim mikro; dan i) meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan. Kriteria penaataan RTH merupakan keterkaitan antara bentang alam dengan jenis pemanfaatan ruang serta kriteria vegetasi. Alokasi RTH: (1) rencana RTH dikembangkan sesuai dengan jenis pemanfaatan ruang kotanya, (2) pada lahan yang bentang alamnya bervariasi menurut keadaan lereng dan kegiatan diatas permukaan laut serta kedudukannya terhadap jalur sungai, jalur jalan dan jalur pengamanan utilitas, (3) pada lahan di wilayah perkotaan yang dikuasai badan hukum atau perorangan yang tidak dimanfaatkan dan atau ditelantarkan (Supriyatno, 1996). Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Gold (1980) menyatakan bahwa proses perencanaan terdiri atas tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan. Pada tahap persiapan dilakukan penetapan tujuan sebagai landasan tahap perencanaan selanjutnya. Pada tahap inventarisasi dilakukan pengumpulan data, menyangkut aspek fisik, teknis,

39 22 sosial, budaya, ekonomi. Berbagai masalah, hambatan, potensi, dan alternatif pengembangan tapak akan diketahui melalui tahap analisis. Disesuaikan dengan tujuan perencanaan semula, pada tahap sintesis dicari pemecahan atas masalah dan pengembangan terhadap potensi tapak. Selanjutnya dalam tahap perencanaan, dipilih satu alternatif perencanaan hasil sintesis. Ia dapat berupa alternatif atau modifikasi dan kombinasi beberapa alternatif perencanaan. Pada dasarnya berbagai permasalahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang timbul merupakan konsekuensi perilaku manusia. Permasalahan tersebut dipikul oleh manusia juga. Masyarakat dengan perilakunya telah terpola dalam budaya yang merupakan ajar turun-temurun (Clapham, 1981). Menurut Tuan (1984) aspek persepsi, sikap, dan nilai-nilai lingkungan pada masyarakat kawasan perencanaan penting untuk turut dipertimbangkan dalam mencari pemecahan suatu permasalahan lingkungan. Seorang perencana perlu berupaya memahami budaya dan ruang terbuka hijau masyarakat kawasan perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Industri Manusia membutuhkan kehadiran lingkungan hijau ditengah-tengah lingkungan tempat tinggal atau tempat aktifitasnya, yang terbebas dari polusi, sehat dan nyaman. Manfaat ruang terbuka hijau menurut Carpenter et.al (1975) adalah sebagai pelembut kesan keras dari struktur fisik, menolong manusia mengatasi tekanan-tekanan dari kebisingan, udara panas dan polusi di sekitarnya serta sebagai pembentuk kesan ruang. Tandy (1975) menjelaskan bahwa pada umumnya kawasan industri dicirikan dengan adanya bangunan pabrik, gudang, maupun fasilitas lainnya yang bersifat perkerasan, pemandangan gersang, suasana tidak nyaman dan panas. Ruang terbuka hijau kurang diperhatikan. Menurut Dirdjojuwono (2004), bagi sebuah kawasan industri, fasilitas ruang terbuka hijau merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengembang, karena ruang terbuka hijau berfungsi sebagai penyaring polusi, baik polusi udara maupun suara, di samping tentunya sebagai daya tarik kawasan.

40 23 Selanjutnya, tidak semua lahan di kawasan industri digunakan untuk bangunan pabrik, pemukiman atau sarana komersial lainnya. Lahan di luar bangunan, selain diperuntukkan bagi fasilitas umum dan fasilitas sosial, juga disediakan untuk RTH. Fungsi RTH antara lain: 1) Memperindah penampilan lahan kawasan serta menyediakan lingkungan yang menarik bagi pembeli atau penyewa prospektif, 2) Penghijauan lahan sehingga memberikan udara yang sejuk dan segar, 3) Menyediakan pohon-pohon pelindung; 4) Menutup tanah yang tidak digunakan untuk bangunan dan jalan, misalnya dengan rumput, semak atau perdu; 5) Sebagai pagar pembatas antara dua fungsi lahan yang berbeda atau antara dua jalur jalan di dalam kawasan; dan 6) Sebagai daerah resapan air untuk penangkal banjir (Dirdjojuwono, 2004). RTH mempunyai peranan yang penting di dalam suatu kawasan industri, dimana suatu kawasan industri yang banyak menghasilkan limbah dan polusi yang berasal dari aktivitas-aktivitas industri membutuhkan kehadiran suatu lingkungan hijau dalam suatu ruang terbuka hijau. Hal ini berkaitan dengan fungsi RTH, sebagaimana yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007, yaitu: a) pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; b) pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; c) tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati; d) pengendali tata air; dan e) sarana estetika kota. Perencanaan lanskap sekitar kawasan industri dapat menggunakan pendekatan Turner (1987). Aplikasi pendekatan tersebut dilaksanakan terpisah maupun kombinasi: Zoning. Menciptakan zona industri dengan membuat kawasan pembatas terhadap lingkungan sekitar. Umum dilakukan terhadap industri berukuran besar. Inovatif. Industri diterima sebagai elemen kontras terhadap lingkungan sekitar. Dengan demikian tidak perlu pembatas khusus, sebagaimana zoning, antara area industri dan lingkungan sekitarnya. Konservatif. Menyatukan industri dengan lingkungan sekitar melalui persamaan elemen desain (seperti bentuk, pola, warna, material) setempat.

41 24 Penutupan. Cara paling efektif menyeragamkan industri dengan lanskap sekitar. Fasilitas tertentu dapat ditutup dengan elemen lanskap alami maupun buatan.

42 25 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, berlangsung dari bulan Maret 2010 sampai bulan Agustus Penelitian ini mengambil tempat di Kawasan Industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat (Gambar 3). Peta Kabupaten Karawang Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

43 26 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan alat berupa GPS untuk mengambil titik-titik koordinat, meteran untuk mengukur panjang, kamera digital untuk pengambilan foto, dan peta dasar kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Jawa Barat, serta menggunakan sampel daun spesies tanaman yang terdapat di kawasan industri tersebut. Bahan dan alat yang digunakan untuk menganalisis sampel daun tersebut yaitu air aquades, gunting pangkas, kantong plastik, label, kuas kecil, gelas piala, dan oven. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi sampai tahap perencanaan. Hasil penelitian berupa konsep ruang terbuka hijau, zonasi ruang terbuka hijau, alternatif vegetasi yang digunakan. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan tahapan kerjanya didasarkan pada tahapan perencanaan menurut Simonds (1983). Tahapan-tahapan perencanaan tersebut antara lain: commission, research, analysis, synthesis, construction, operation (Gambar 4). Tahapan penelitian yang akan dilakukan mencakup: 1. Commission, merupakan tahapan persiapan kegiatan dengan menetapkan tujuan, pengurusan perijinan kepada pihak-pihak yang terkait, penyusunan rencana kerja dan biaya, pengumpulan informasi tentang program dari instansi terkait dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan industri kertas. 2. Research merupakan tahap survei atau inventarisasi yang dilakukan di lapang untuk mengumpulkan data yang menyangkut aspek fisik, aspek bio-fisik, dan aspek sosial tapak yang berhubungan dengan perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri kertas. Data diperoleh melalui studi pustaka dan survei lapang. Studi pustaka diperoleh dari buku-buku acuan, laporan serta pustaka lain yang berhubungan dengan studi perencanaan. Survei dilakukan langsung di lapang melalui perekaman dan wawancara. Perekaman terutama terhadap aspek bio-fisik dilakukan dengan pengamatan dan pemotretan. Selain itu, juga

44 27 diperoleh dari peta-peta eksisting kawasan. Wawancara dilakukan terhadap pihak pengelola kawasan dan masyarakat. Di dalam ini juga dilakukan penghitungan kapasitas daun menyerap debu dengan menggunakan metode gravimetri untuk mengukur tanaman yang dapat mengurangi polutan setiap populasinya. Metode ini dilakukan dengan mengambil sampel daun spesies tanaman yang ada di kawasan industri tersebut sebanyak 3 spesies tanaman, yaitu kayu putih (Eucalyptus sp.), tanjung (Mimusoph elengi), dan Akasia (Acacia mangium) sekitar 10 gram daun. Daun diambil 3 kali yaitu tanggal 12 April 2010, 26 April 2010, dan 10 Mei Kemudian sampel daun tersebut dicuci dengan menggunakan aquades. Air sisa cucian tersebut kemudian dioven, sehingga tersisa debu yang dijerap oleh daun. Keterangan mengenai kelompok, jenis, bentuk, sumber, dan cara pengambilan data, akan dijelaskan pada tabel Analysis dilakukan untuk mengetahui potensi dan kendala tapak seperti aspek fisik, aspek bio-fisik, dan aspek sosial. Analisis tidak hanya dilakukan terhadap faktor di dalam tapak, namun juga terhadap faktor di luar tapak yang berhubungan dengan perencanaan ruang terbuka hijau. Pada tahapan ini juga dilakukan penghitungan emisi dan menghitung populasi pohon di ruang terbuka hijau dengan menggunakan kapasitas daun menjerap debu dengan menganalisi jumlah populasi pohon yang dapat menyerap seluruh emisi debu pabrik. 4. Synthesis merupakan studi skematik dengan mengembangkan seluruh aspek (fisik, bio-fisik, dan sosial) yang telah dianalisa. Berbagai potensi dicari alternatif pengembangannya, dan kendala dicarikan alternatif pemecahannya. Kemudian dilakukan penetapan konsep yang menjadi dasar perencanaan ruang terbuka hijau kawasan, zonasi ruang terbuka hijau, alternatif vegetasi yang digunakan untuk ruang terbuka hijau di kawasan industri kertas. Hasil dari tahapan ini merupakan gambar site plan tapak yang menggambarkan ilustrasi dari hasil perencanaan kawasan industri kertas tersebut.

45 Commission Research Analysis Synthesis Construction 28 Operation Penetapan tujuan, pengurusan perijinan kepada pihakpihak yang terkait, penyusunan rencana kerja dan biaya, pengumpulan informasi Survei, pengumpulan data, wawancara, pengamatan, dan studi pustaka Analisis tapak (potensi dan kendala), metode grafimetri, penghitungan emisi. Studi skematik pengembangan seluruh aspek yang telah dianalisa, alternatif pengembangan potensi dan kendalanya. Persiapan dokumen proyek, penyerahan kontrak, pengawasan proyek Pengontrolan, penyesuaian, perbaikan, pengamatan, pembelajaran. Pertemuan Kesepakatan kerja Base map, data-data yang Program pengembangan Persiapan perancangan dan Proyek lengkap mendukung estimasi biaya Gambar 4. Bagan Tahapan Penelitian

46 29 Tabel 1. Kelompok, jenis, bentuk, sumber, dan cara pengumpulan data Kelompok Data Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Cara pengumpulan Data Fisik Wilayah administrasi Topografi Iklim (Curah Hujan, Kelembaban, Arah dan Kecepatan Angin, Suhu Udara, Penyinaran Matahari) Polusi/Emisi Unit-Unit/ Bagian Industri Bagian- Kawasan Primer, sekunder Primer, Sekunder Sekunder Primer, sekunder Primer, sekunder Bio-fisik Vegetasi Primer, sekunder Kapasitas debu jerapan Sosial Kependudukan Primer, Sekunder Tapak, Pengelola Kawasan Industri PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, Karawang, Jawa Barat. Tapak, Pengelola Kawasan Industri PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, Karawang, Jawa Barat. Stasiun Klimatologi daerah setempat. Tapak, Pengelola Kawasan Industri PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, Karawang, Jawa Barat. Tapak, Pengelola Kawasan Industri PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, Karawang, Jawa Barat. Tapak, Pengelola Kawasan Industri PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, Karawang, Jawa Barat. Survei Lapang, Studi Pustaka. Survei Lapang, Studi Pustaka. Studi Pustaka Survei Lapang, Studi Pustaka. Survei Lapang, Studi Pustaka. Survei Lapang, Studi Pustaka. Primer Tapak, laboratorium Survei Lapang, percobaan di laboratorium Tapak, Badan Pusat Survei Lapang, Statistik (BPS) Kab. Studi Pustaka Karawang, Pengelolaan Kawasan Industri PT. Pindo Deli Pulp and Paper, Karawang, Jawa Barat. Karyawan Sekunder Pengelolaan Kawasan Industri PT. Pindo Deli Pulp and Paper, Karawang, Jawa Studi Pustaka

47 30 Barat. Aktivitas Sekunder Pengelolaan Kawasan Industri PT. Pindo Deli Pulp and Paper, Karawang, Jawa Barat. Tata guna lahan Primer, Sekunder Tapak, Pengelola Kawasan Industri PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, Karawang, Jawa Barat. Studi Pustaka Survei Lapang, Studi Pustaka.

48 31 Metode gravimetri Metode gravimetri merupakan metode yang digunakan untuk menghitung kapasitas daun menjerap debu sehingga pada akhirnya akan diperoleh jumlah populasi pohon yang akan ditanam pada suatu kawasan. Alat yang digunakan (Gambar 5-9): 1. Gelas beker ukuran 100 ml sebanyak 9 buah (sebanyak sampel daun yang diambil). Gambar 5. Gelas beker ukuran 100 ml 2. Kuas, pinset dan penjepit gelas beker. Gambar 6. Kuas, pinset dan penjepit gelas beker

49 32 3. Oven. 4. Timbangan Gambar 7. Oven Gambar 8. Timbangan

50 33 5. Air aquades. Masing-masing gelas beker diisi dengan air aquades sebanyak 50 ml. Bahan yang digunakan: Gambar 9. Gelas Beker yang Diisi Air Aquades Sampel daun tanaman sebanyak 10 gram (10-20 lembar daun). Sampel daun ini diambil dari tiga jenis tanaman yang berbeda, dengan kriteria tanaman sebagai berikut: Tabel 2. Kriteria jenis tanaman No Spesies berbunga Evergreen Tajuk Rapat Daun jarum bergerigi Berbulu 1 Kayu Putih (Eucalyptus sp.) v v v 2 Akasia (Acacia mangium) v - - v v v 3 Tanjung (Mimusoph elengi) v v v Tabel di atas menunjukkan kriteria jenis tanaman yang digunakan pada analisis kapasitas daun menjerap debu yaitu kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (Akasia mangium), Tanjung (Mimusoph elengi). Kayu putih (Eucalyptus sp.) memiliki tajuk yang rapat yang berbunga sepanjang tahun, sedangkan Akasia (Akasia mangium) memiliki daun yang berbulu dengan tajuk rapat dan berbunga sepanjang tahun, dan Tanjung (Mimusoph elengi) memiliki tajuk yang rapat serta berbunga sepanjang tahun.

51 34 Berikut ini merupakan gambar beberapa contoh daun yang diambil sebagai sampel (Gambar 10). (a) Kayu putih (Eucalyptus sp.) (b) Akasia (Akasia mangium) (c) Tanjung (Mimusoph elengi) Gambar 10. Contoh daun yang diambil di lapang

52 35 Tahapan pengerjaan metode gravimetri Tahapan pengerjaan metode gravimetri (Gambar 11-17) adalah sebagai berikut: 1. Gelas beker kosong ditimbang, kemudian hasil penimbangan tersebut dicatat. Gambar 11. Gelas beker gelas ditimbang 2. Gelas beker kosong tersebut diisi dengan air sebanyak 50 ml. Gambar 12. Gelas beker diisi air aquades 50 ml 3. Sampel daun kemudian dicuci dengan menggunakan kuas. Gambar 13. Sampel daun dicuci

53 36 4. Hasil cucian daun tersebut kemudian dioven selama 2 hari pada suhu 100 o c (a) (b) Gambar 14. (a) Hasil Pencucian daun, (b) Hasil pencucian daun yang dimasukkan ke dalam oven. 5. Setelah kering, gelas beker ditimbang lagi. Gambar 15. Debu yang kering Mengukur luas daun 1. Kertas ukuran 10 cm x 10 cm ditimbang Gambar 16. Kertas ditimbang

54 37 2. Membuat model daun dengan kertas, kemudian ditimbang Gambar 17. Model daun ditimbang 3. Luas daun diperoleh dengan perhitungan: Berat model daun x luas kertas ukuran 10 x 10 cm 2 Berat kertas ukuran 10 x 10 cm 2 Rumus-rumus yang digunakan dalam menganalisa kapasitas daun menjerap debu 1. Untuk memperoleh berat debu hasil jerapan daun digunakan rumus: Berat beker gelas yang telah berisi debu yang sudah dioven selama 2 hari dikurangi dengan berat beker gelas kosong. 2. Untuk memperoleh kapasitas jerapan debu per spesies tanaman pada setiap harinya digunakan rumus: Kapasitas jerapan debu : Berat beker gelas setelah dioven Berat beker gelas kosong (Gram) Luas daun (cm 2 ) Kapasitas jerapan debu per hari : Kapasitas jerapan debu 14 hari

55 38 3. Untuk memperoleh kapasitas jerapan debu setiap spesiesnya, digunakan rumus: Luas tajuk x Kapasitas jerapan debu Luas tajuk dihitung dengan rumus: 4/3.. r Penghitungan emisi (partikulat debu) adalah sebagai berikut: Diameter equivalen : 4,809 m d : 3,5 m D : 7,68 m (elevasi 10) Diameter equivalen : 2 x d x D (d+d) : 2 x 3,5 x 7,68 (3,5 + 7,68) : 4,809 m Luas : ¼D 2 : ¼ x 3,14 x 4,8092 : 18,1543 m 2 Emisi : gas velocity x luas penampang cerobong x kadar partikulat : 36,02 m/sec x 18,1543 m 2 x 18,84 mg/m 3 : 12319,81297 mg/sec : 12319,81297 mg/sec x 24 jam : mg/hari (Partikulat debu) : 1,036 ton/hari (Partikulat debu) 5. Untuk memperoleh jumlah pohon yang akan ditanam di kawasan industri per spesiesnya digunakan rumus: Jumlah emisi yang dibuang per hari Kapasitas jerapan debu per pohon 6. Untuk memperoleh jumlah baris tanaman yang akan digunakan di dalam proses penanaman di kawasan industri, digunakan rumus: Jumlah pohon (Keliling kawasan industri x jarak tanam)

56 39 INVENTARISASI Aspek Fisik Sejarah P.T. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mill adalah anak perusashaan dari Sinar Mas Group yang merupakan salah satu perusahaan kertas swasta nasional besar yang menggunakan bahan baku bubur kertas (Pulp). PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills ini mulai berproduksi pada tahun 1977 dengan status perusahan adalah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), tetapi mulai tahun 1994 statusnya berubah menjadi Penanaman Modal Asing (PMA). Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, kini PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills bergabung dengan Sinar Mas Group dibawah payung APP ( Asia Pulp and Paper). Dalam proses produksinya, PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills membutuhkan supply steam (uap) dan energi yang berasal dari power plant gas dan batubara. Oleh karena itu, supply steam dan energi tersebut dihasilkan dari Power plant PT. Dian Swantatika Sentosa (PT. DSS) yang merupakan sister company PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills dibawah payung sinar mas group. PT. DSS merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang power plant atau pembangkit tenaga uap. PT. DSS dibentuk untuk memenuhi kebutuhan uap dalam proses pembuatan kertas. Pada tahun 1996, PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 1 mendirikan satu perusahaan lagi yang diberi nama PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2. PT. Pindo Deli Pulp and Paper 2 merupakan pengembangan usaha dalam Sinar Mas Grup untuk meningkatkan persaingan dengan pabrik kertas yang lain. Produk yang dihasilkan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills merupakan salah satu penghasil kertas terbesar di Indonesia. Produk yang dihasilkan meliputi kertas printing dan kertas non printing. Jenis kertas yang diproduksi sangat bervariasi mulai dari HVS paper, Art Paper, Art Board, Uncoated Paper dan Cast Coated Paper dan Cast Coated Board. PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills terkenal dengan produk

57 40 andalannya yaitu Top Quality Paper dengan merk dagang Bola Dunia. Produk dari PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills digunakan di sekolah-sekolah, perkantoran dan perusahan. Kini PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills tidak hanya memproduksi kertas saja, tetapi juga memproduksi tissue dengan merk Paseo, Nice dan Jolly serta corrugated sheet/box. Kebijakan Lingkungan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Kepedulian perusahaan terhadap masalah lingkungan membuahkan hasil dengan memperoleh sertifikat ISO dari SGS Yarsley International Sertification Service United Kingdom pada tahun 2003 untuk PT.Pindo Deli Pulp and Paper Mills berdasarkan hasil audit Sistem Manajemen Lingkungan yang mereka lakukan pada tahun Selain itu PT. PIndo Deli Pulp and Paper Mills juga telah mendapat Ecolabel Europe serta standar nasional dan untuk produk tissue telah mendapat label halal. PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills juga telah mendapatkan PROPER (Program Penilaian Kinerja Perusahaan) peringkat BIRU karena telah mampu menjalankan persyaratan minimum dalam pengelolaan lingkungan. PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills saat ini sedang berupaya untuk mendapatkan PROPER HIJAU. Oleh karena itu, pengelolaan terhadap lingkungan harus lebih ditingkatkan. Proses Produksi Kertas PT PDPPM adalah perusahaan yang memiliki kegiatan utama sebagai perusahaan pembuat kertas. Kegiatan tersebut menggunakan bahan dasar berupa selulosa. Pulp merupakan bahan baku utama dalam pembuatan kertas. Pulp merupakan kumpulan dari serat selulosa yang dihasilkan dari tumbuhan yang telah mengalami proses pengolahan. Bahan dasar pembuatan pulp pada umumnya adalah kayu. Bahan baku lain yang juga biasa digunakan adalah bahan baku non kayu dan serat bekas. Pulp yang digunakan dalam proses kegiatan ada dua macam yaitu Needle Bleached Kraft Pulp (NBKP) dan Leaft Bleached Kraft Pulp (LBKP). NBKP merupakan pulp dengan serat panjang (softwood) yang berasal dari jenis pohon

58 41 berdaun jarum. Sedangkan (LBKP) merupakan pulp dengan serat pendek diperoleh dari jenis kayu berdaun lebar (hardwood). Pada proses pembuatan kertas, tidak hanya NBKP saja yang digunakan meskipun NBKP memiliki beberapa keunggulan, namun NBKP juga biasa digunakan bersamaan dengan pulp serat pendek LBKP. Tujuannya antara lain untuk memperbaiki formasi dan kekuatan lembaran kertas yang dihasilkan serta menekan biaya produksi karena serat panjang memiliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan serat pendek. Pada pembuatan kertas, bahan baku yang digunakan tidak hanya pulp namun juga air dan bahan kimia. Air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak yaitu ± 90%. Pemberian zat-zat kimia yang diberikan memiliki pengaruh pada sifat fisik kertas yang dihasilkan. Zat zat kimia yang digunakan seperti PAC, Kalsium Karbonat, dan lain-lain. Proses Pembuatan Kertas Industri pulp dan kertas mengubah bahan baku serat menjadi pulp, kertas dan kardus. Urutan proses pembuatannya adalah persiapan bahan baku, pembuatan pulp (secara kimia, semi kima, mekanik atau limbah kertas), pemutihan, pengambilan kembali bahan kimia, pengeringan pulp dan pembuatan kertas. Skema diagram prosesnya terlihat pada Gambar 18. Proses yang membutuhkan energi paling tinggi adalah proses pembuatan pulp dan proses pengeringan kertas. Gambar 18. Diagram alir proses pembuatan kertas

59 42 Tahapan utama dan proses sederhana dalam pembuatan pulp dan kertas adalah sebagai berikut : Pembuatan pulp pada Pulper: Dalam tanki pencampur, pulp dicampur dengan air menjadi slurry. Slurry kemudian dibersihkan lebih lanjut dan dikirimkan ke mesin kertas. Bahan baku dimasukkan kedalam PULPER untuk defiberization dan mempercepat beating serta fibrillation dikarenakan pemekaran serat. Cleaner: Proses pemutihan untuk tipe pulp Kraft dilakukan dalam beberapa menara dimana pulp dicampur dengan berbagai bahan kimia, kemudian bahan kimia diambil kembali dan pulp dicuci. Pemurnian: Pulp dilewatkan plat yang berputar pada alat pemurnian bentuk disk. Pada proses mekanis ini terjadi penguraian serat pada dinding selnya, sehingga serat menjadi lebih lentur. Tingkat pemurnian pada proses ini mempengaruhi kualitas kertas yang dihasilkan. Pembentukan: Selanjutnya, proses dilanjutkan dengan proses sizing dan pewarnaan untuk menghasilkan spesifikasi kertas yang diinginkan. Sizing dilakukan untuk meningkatkan kehalusan permukaan kertas; pada saat pewarnaan ditambahkan pigmen, pewarna dan bahan pengisi. Proses dilanjutkan dengan pembentukan lembaran kertas yang dimulai pada headbox, dimana serat basah ditebarkan pada saringan berjalan. Pengepresan: Lembaran kertas kering dihasilkan dengan cara mengepres lembaran diantara silinder pada calendar stack. Pengeringan: Sebagian besar air yang terkandung didalam lembaran kertas dikeringkan dengan melewatkan lembaran pada silinder yang berpemanas uap air. Calender Stack: Tahap akhir dari proses pembuatan kertas dilakukan pada Calendar Stack, yang terdiri dari beberapa pasangan silinder dengan jarak tertentu untuk mengontol ketebalan dan kehalusan hasil akhir kertas. Pope Reel: Bagian ini merupakan tahap akhir dari proses pembuatan kertas yaitu pemotongan kertas dari gulungannya. Pada bagian ini, kertas yang digulung dalam gulungan besar, dibelah pada ketebalan yang diinginkan, dipotong menjadi lembaran, dirapikan kemudian dikemas. Dari keseluruhan proses yang terjadi, partikulat debu dihasilkan dari proses penggunaan bahan bakar batu bara yang digunakan pada tahapan proses

60 43 pembuatan kertas tersebut. Bahan bakar batu bara yang digunakan tersebut merupakan pembangkit energi utama dalam proses pembuatan kertas. Polutan debu yang dihasilkan berasal dari cerobong asap pembangkit listrik (Power Plant) batu bara. Wilayah Administrasi PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills berlokasi di Desa Kuta Mekar Btb. 6-9 Ciampel Karawang, Jawa Barat, Indonesia, dengan luas 450 hektar. Secara geografis P.T Pindo Deli Pulp and Paper Mills sebelah barat dibatasi oleh jalan tol, sebelah timur dibatasi oleh kali citarum, sebelah utara dibatasi oleh kali Citarum, dan sebelah selatan di batasi oleh desa Kuta Pohasi. Keterangan mengenai wilayah administrasi PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, akan dijelaskan pada Gambar 19. Gambar 19. Wilayah administrasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Topografi Tapak pabrik kertas PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills merupakan dataran rendah yang dipergunakan sebagai area produksi dengan ketinggian 0-5 m d.p.l. Sebagian kecil tapak di PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills merupakan daerah berbukit. Daerah berbukit ini terletak di depan area main office. Daerah

61 44 berbukit ini rawan terhadap longsor, sehingga ditanami berbagai tanaman seperti Kayu Putih (Eucalyptus sp.) serta berbagai tanaman perdu. Geologi Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills, sebagian besar lokasi pabrik terletak pada satuan batuan endapan aluvium sungai yang terdapat di sepanjang sungai Citarum. Tebal endapan umumnya kurang dari 3 m, endapan ini terdiri dari lempung, liat, pasir, kerikil dan kerakal. Endapan masih bersifat lepas, permeabilitasnya berkisar dari rendah sampai tinggi. Endapan ini peka terhadap erosi dan rawan longsor namun perataan tanah tidak menunjukkan tanda-tanda erosi dan longsor. Selain itu, wilayah pabrik merupakan struktur batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan bahan lepas terutama aluvium vulkanik. Aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Tanah Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills, tanah yang berada di kawasan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills merupakan tanah latosol dan tanah aluvial sebab PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills berada di sepanjang sungai Citarum. Tanah latosol mempunyai karakteristik yang baik untuk pertumbuhan tanaman dan tergolong jenis tanah yang subur dengan ketebalan solum berkisar antara 1,5-5 meter, kepekaan terhadap erosi tergolong kecil sampai sedang, mengandung cukup unsur hara, udara dan air tanah serta keadaan tanah yang granular merangsang drainase yang baik. Tanah aluvial merupakan tanah yang dominan di lokasi tapak yang mempunyai sifat drainase yang kurang baik, peka terhadap erosi namun memiliki kesuburan dan produktivitas yang tinggi jika drainase tanah diperbaiki. Tanah aluvial yang terdapat di sekitar aliran Sungai Citarum telah ditumbuhi rumput dan pohon-pohon secara alami dan merupakan kawasan konservasi. Namun, pada area

62 45 ini masih sering terjadi longsor sehingga perlu diadakan perencanaan yang baik untuk menanggulangi longsor tersebut. Iklim Data iklim diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut setiap satu semester (6 bulan) sekali dari tahun 2008 hingga tahun 2009, dimana rata-rata suhu tahunan di kawasan industri ini adalah C, dengan kelembaban udara rata-rata sebesar 72 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 1,9 m/dt. Arah angin yang dominan sepanjang tahun adalah arah utara-selatan. Dengan Curah hujan tahunan berkisar antara mm/tahun. Hidrologi Kawasan Industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills terletak pada wilayah aliran Sungai Citarum. Kebutuhan air untuk kawasan industri dapat dicukupi dari aliran Sungai Citarum tersebut. Debit air Sungai Citarum dengan beberapa sungai di sekitarnya adalah 12,3 m 3 /detik (Sumber data analisis tahunan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, Karawang, Jawa Barat). Debit air tersebut bersumber dari beberapa sungai seperti pembangunan waduk atau bendungan di sungai Cisadane, Cibeet, Ciherang, Cilamaya, Ciasem, dan Cipunegara. Bahan pencemar/polutan Bahan pencemar yang dihasilkan industri kertas adalah debu dan pencemaran suara yang berupa kebisingan. Selain debu dan kebisingan, industri kertas juga menghasilkan pencemaran terhadap udara berupa gas SO2, NO2 dan CO, limbah cair, dan sampah. Keterangan mengenai kadar debu dan kebisingan, akan dijelaskan pada Tabel 3.

63 46 Tabel 3. Hasil Pengamatan Kadar Debu dan Kebisingan Disetiap Unit dalam Kawasan Industri. No Sumber/lokasi Kadar Debu Nilai Ambang Batas Kadar Debu Kebisingan Nilai Ambang Batas Kebisingan 1 Main Office 82,7µg/m µg/m 3 52,9dB(A) 70 db(a) 2 Mess karyawan 74,7 µg/m µg/m 3 49,9 db(a) 45 db(a) 3 Sebelah barat PM µg/m µg/m 3 51,3 db(a) 70 db(a) 4 Dumping sludge WWT 115,7 µg/m µg/m 3 55,2 db(a) 70 db(a) 5 Area penduduk BTB 6 62 µg/m µg/m 3 58,5 db(a) 45 db(a) 6 Area sebelah timur 59,9 µg/m µg/m 3 64 db(a) 70 db(a) workshop pallet 7 Area depan gudang 53,5 µg/m µg/m 3 65,4 db(a) 70 db(a) garam CSP 8 Area tanah kosong 82,3 µg/m µg/m 3 59,5 db(a) 70 db(a) sebelah utara PLN/GI 9 Area samping filling 59,5 µg/m µg/m 3 60,6 db(a) 70 db(a) station CSP 10 HRSG µg/m µg/m Auxilary Boiler ,5 µg/m µg/m Burner PM ,5 µg/m µg/m Power Plant Batu Bara µg/m µg/m HRSG µg/m µg/m Sumber analisis tahunan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Dari tabel tersebut diperolah informasi bahwa kadar debu paling banyak yaitu pada power plant batu bara. Sehingga untuk analisis metode gravimetri, dilakukan di area power plant batu bara. Sedangkan kadar debu terendah terdapat pada area depan gudang garam CSP. Untuk kebisingan tertinggi terdapat pada area depan gudang garam CSP. Sedangkan kebisingan terendah terdapat mess karyawan. Limbah Cair Implikasi dari pemakaian air oleh kegiatan industri adalah meningkatnya volume air kotor. Air kotor tersebut merupakan dampak dari penjernihan kertas dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Tidak hanya itu, air kotor tersebut juga meninggalkan bau yang kurang sedap. Volume air kotor tersebut akan diolah terlebih dahulu di Waste Water Treatment sebelum akhirnya dibuang ke Sungai Citarum atau diolah lebih lanjut di Fresh Water Treatment yang nantinya dapat dipergunakan kembali untuk keperluan industri.

64 47 Sampah Kegiatan industri akan menghasilkan sampah terutama karena kegiatan manusia yang menggunakan tapak. Sampah yang dihasilkan mencakup sampah organik dan non organik. Sampah-sampah yang sekiranya dapat didaur ulang, dipergunakan kembali untuk kegiatan industri. Sampah-sampah tersebut berupa sampah kertas atau kardus. Unit/bagian Kawasan Industri PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills ini terbagi ke dalam beberapa bagian/unit-unit kawasan industri (Gambar 20) yaitu: a. Power Plant Power plant merupakan pembangkit listrik dan uap untuk menggerakkan paper mesin. Power plant ini terbagi menjadi dua bagian yaitu power plant yang menggunakan bahan bakar gas, dan power plant yang menggunakan bahan bakar batu bara. Power Plant yang berbahan bakar gas memiliki polusi yang lebih sedikit dibandingkan dengan power plant batubara. b. Caustic Soda Caustic Soda merupakan tempat penyimpanan garam yang digunakan sebagai bahan untuk pemutihan kertas. c. Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment) Pengolahan air limbah merupakan tempat untuk mengolah air limbah bekas pengolahan pabrik yang kemudian dijadikan air yang memenuhi nilai ambang batas sehingga dapat dibuang ke sungai dan tidak mencemari lingkungan sungai. d. Pengolahan Air Bersih (Fresh Water Treatment) Pengolahan air bersih merupakan tempat untuk mengolah air yang bersumber dari WWT menjadi air yang siap untuk digunakan kembali dalam kegiatan industri. e. Unit Pembuatan Kertas Unit pembuatan kertas merupakan unit-unit pembuatan kertas yang terdiri dari pabrik-pabrik pembuatan kertas. f. Gudang Ruang Konperting

65 48 Gudang ruang konperting merupakan gudang yang berisi hasil-hasil dari pembuatan kertas. Sumber PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Gambar 20. Unit-unit dalam kawasan Industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Fasilitas Fasilitas pendukung yang terdapat pada PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills adalah: Pos jaga Pos jaga masing-masing terletak di pintu masuk ke lokasi pabrik/plant. Setiap kendaraan yang akan masuk ke lokasi pabrik akan diberikan kartu pengenal yang dikembalikan lagi ketika akan keluar. Tempat Parkir Tempat parkir terletak di setiap area pabrik dengan atap seng sebagai peneduh. Tidak terdapat pembatas jalur hijau peneduh di area parkir. Tempat parkir terdapat di area selamat datang yang merupakan tempat parkir bagi kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Kemudian, tempat parkir di area pabrik merupakan tempat parkir bagi kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Untuk kendaraan roda empat seperti truk, diparkir di bawah pohon

66 49 yang rindang. Belum terdapat tempat parkir khusus untuk kendaraan roda empat yang lebih besar seperti truk. Rambu-rambu lalu lintas Rambu-rambu lalu lintas yang ada antara lain kaca cembung pada ketinggian 2,5 yang diletakkan pada tikungan yang tajam, papan penunjuk arah, zebra cross dan pagar pembatas jalan yang tidak permanen. Pagar-pagar pembatas jalan ini mempunyai ketinggian 0,5 m dengan panjang 1 m. Pagar yang tidak permanen dipakai untuk membatasi jalur kendaraan dua arah. Anjungan Tunai Mandiri Anjungan tunai mandiri terletak di dekat masjid dan kantin. Anjungan tunai mandiri ini hanya terdapat satu unit saja, sehingga menyulitkan karyawan untuk melakukan transaksi tunai. Geust House dan perumahan karyawan Geust house dan perumahan karyawan terletak di area selamat datang di depan kawasan pabrik. Perumahan karyawan ini terbagi menjadi dua yaitu untuk karyawan yang belum berkeluarga dan karyawan yang telah berkeluarga. Untuk karyawan yang belum berkeluarga menempati tempat seperti asrama atau mess karyawan. Sedangkan karyawan yang telah berkeluarga menempati perumahan karyawan yang terletak di sebelah asrama atau mess karyawan tersebut (Gambar 21). Gambar 21. Perumahan karyawan Poliklinik Poliklinik dibangun dengan tujuan untuk menjaga kesehatan masyarakat pada umumnya dan karyawan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills pada

67 50 khususnya. Poliklinik tersebut juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit sebagai rujukan lain bagi para karyawan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills (Gambar 22). Gambar 22. Poliklinik Foresty Division Salah satu divisi yang menangani masalah-masalah penghijauan dan lanskap di kawasan pabrik dan juga di kawasan sekitar pabrik. Divisi ini dikepalai oleh seorang kepala departemen yang membawahi 9 orang (Gambar 23). Corporate Affair Division Mill Forestry Support and Admin Plantation Nursery Infrastruktur dan Logistik Gambar 23. Struktur Organisasi Forestry Division Corporate Affair Division merupakan pimpinan tertinggi yang ada pada divisi forestry. Sedangkan mill forestry merupakan pimpinan kedua yang

68 51 mengkoordinasi seluruh kegiatan lapangan divisi foresty. Kemudian support and admin merupakan penanggung jawab administrasi dari divisi forestry. Plantation merupakan unit dari divisi forestry yang bertanggung jawab menangani masalah penanaman di kawasan industri. Sedangkan nursery merupakan unit dari divisi forestry yang bertanggung jawab menangani masalah pembibitan tanaman yang akan ditanam di kawasan industri, serta infrastruktur dan logistik merupakan unit dari divisi forestry yang bertanggung jawab menangani masalah infrastruktur yang ada di kawasan industri. Tempat Sampah Limbah/sampah yang terdapat di Pindo Deli Pulp and Paper terbagi menjadi dua yaitu limbah/sampah yang berasal dari kegiatan industri dan limbah/sampah yang tidak berasal dari kegiatan industri. Limbah/sampah yang berasal dari kegiatan industri dimanfaatkan kembali untuk didaur-ulang sehingga bias dimanfaatkan kembali untuk kegiatan industri. Sedangkan untuk limbah/sampah yang tidak berasal dari kegiatan industri dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Jaringan Utilitas Listrik Sumber listrik PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills adalah power plant gas dan power plant batu bara. Selain itu juga, terdapat generator PLN sebagai pembangkit listrik cadangan. Listrik untuk keperluan plant dialirkan melalui kabel-kabel di bawah tanah. Untuk power plant gas dan batu bara, PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang menghasilkan 85 MW untuk mensupply energi listrik ke seluruh unit pabrik/plant. Telepon Jaringan telepon yang diterapkan adalah sistem bawah tanah dan setiap kantor memiliki jumlah extention telepon sama dengan jumlah sekretaris dan kepala bagian dengan menggunakan sistem satu nomor induk.

69 52 Air Bersih Penyediaan air bersih untuk keperluan PT Pindo Deli Pulp and Paper mills menggunakan air sungai Citarum dan juga air dari hasil pengolahan pada fresh water treatment. Drainase Sistem pengaliran air kotor dari perumahan maupun kantor dilengkapi dengan septik tank dan air hujan dialirkan melalui selokan-selokan (Gambar 24) dan bermuara di Sungai Citarum sedangkan air yang digunakan untuk keperluan produksi kertas sebelum dibuang ke sungai Citarum terlebih dahulu diolah di waste water treatment. Gambar 24. Drainase Jalan Lebar jalan (row) dalam lokasi pabrik bervariasi antara 8 m untuk jalur kecil samapi 20 m untuk jalur kolektor dan jalan arteri. Selokan yang terdapat di tepi jalan mempunyai kedalaman berkisar 0,5-1 m dengan lebar 0,5-1 m. Trotoar untuk pejalan kaki hanya berada pada beberapa lokasi seperti di sekitar main office. Lebar trotoar sekitar 1 m. Panjang jalan keseluruhan yaitu 1000 m. (Gambar 25).

70 53 Gambar 25. Jalan Utama di Area Pabrik Aspek Sosial Jumlah Pegawai Pengguna tapak PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills antara lain karyawan pabrik, kontraktor, karyawan perusahaan jasa angkutan dan tamu perusahaan. Karyawan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang berjumlah sekitar orang baik karyawan tetap, karyawan kontrak, maupun karyawan outsourcing menggunakan tapak hanya pada area operasionalnya saja kecuali bagi staf divisi pemeliharaan kawasan pabrik pada saat pemantauan. Lokasi pabrik PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills digunakan setiap hari oleh seluruh karyawan dengan pergantian pekerja setiap 8 jam sedangkan untuk staf divisi pemeliharaan hanya berada di lokasi pada jam kerja ( ). Sebagian besar karyawan berasal dari sekitar pabrik atau pendatang yang menetap di sekitar pabrik, Bekasi dan Jakarta. Aspek Ekonomi Kegiatan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills ini baik untuk proses produksi, distribusi, pemeliharaan sarana dan prasarana maupun untuk pengelolaan lingkungan selalu tersedia dana. Dana tersebut berasal dari pendapatan industri. Secara ekonomi, keberadaan industri ini meningkatkan perekonomian daerah tersebut dan membuka lapangan pekerjaan.

71 54 Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang ada bervariasi mulai dari pohon, semak, perdu/herba dan rumput atau tanaman penutup tanah. Jenis-jenis vegetasi yang dominan pada tapak antara lain kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (Acacia mangium). Vegetasi tersebut banyak terdapat di depan area main office (area bukit). Vegetasi yang terdapat di area selamat datang yaitu trembesi (Samanea saman). Vegetasi yang lain seperti dadap merah yang terdapat di depan main office. Untuk area main office sendiri terdapat vegetasi teh-tehan (Acallypha macrophyla) yang dibentuk topiari, serta tanaman soka (Ixora sp.). Di area pabrik/plant banyak ditanami vegetasi Kayu putih (Eucalyptus sp.) serta tanjung (Mimusoph elengi). (Gambar 26). Gambar 26. Vegetasi di kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills

72 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills. Oleh karena itu letak pemukian perlu direlokasikan lagi sampai jarak tertentu dari pabrik yang cukup aman dari limbah pabrik dengan membuat barier (area penyangga) antara lokasi industri dengan pemukiman. Barier yang ideal adalah dominasi vegetasi pohon karena lebih efektif dalam mengurangi pencemaran udara. Tapak PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills potensial untuk ditanami berbagai berbagai jenis tanaman yang dapat mengurangi pencemaran udara dan air. Pengembangan tata ruang kawasan industri yang tidak terkendali menyebabkan tapak di sekitar industri yang seharusnya menjadi daerah penyangga atau industri lain berubah menjadi pemukiman penduduk. Penataan ulang land use sekitar kawasan pabrik yang berupa lahan kosong yang tidak dimanfaatkan diperlukan untuk menekan pengaruh dampak negatif industri terhadap masyarakat sekitar kawasan industri. Penggunaan tanah dalam tapak dan sekitar tapak Tapak terutama digunakan untuk fisik bangunan produksi dan ruang terbuka. Ruang terbuka dalam tapak digunakan untuk jalur transportasi keluar masuk barang, karyawan, tamu, tempat parkir, keamanan kawasan dan area pabrik, serta taman untuk evakuasi. Penataan penggunaan ruang terbuka lebih ditekankan untuk kelancaran sirkulasi dan keamanan areal pabrik. Perencanaan ruang terbuka hijau perlu ditingkatkan. Penghijauan dilakukan pada daerah-daerah yang kosong dan terbuka serta pemilihan vegetasi dari segi fungsi dan estetika masih kurang diperhatikan. Daerah di sekitar tapak pabrik digunakan sebagai lahan untuk pertanian yang dimiliki seutuhnya oleh pabrik. Namun, pengelolaannya diserahkan kepada warga masyarakat sekitar pabrik. Pada hari-hari berangin, udara panas dan terpolusi akan terbawa menjauhi lokasi industri searah dengan arah angin. Jika

73 56 industri dikelilingi dengan vegetasi buffer (penyangga) maka udara terpolusi akan mengalami penurunan suhu dan penyaringan udara terpolusi saat melewati vegetasi buffer (penyangga). Pada hari-hari panas dan tidak berangin, udara panas dan terpolusi yang bertekanan tinggi terdesak naik dan jatuh ke lokasi di sekitarnya (green belt) yang bertekanan lebih rendah. Jika industri dikelilingi vegetasi buffer (penyangga) maka udara yang terpolusi akan disaring dan diturunkan suhunya sebelum melewati pemukiman di sekitarnya. Sirkulasi Jalur pejalan kaki/ pedestrian hanya terdapat di sekitar area selamat datang hingga area main office, sehingga untuk area plant/pabrik tidak terdapat pedestrian sehingga kenyamanan bagi pengguna jalan khususnya pejalan kaki terasa kurang nyaman. Tidak terdapat pemisahan jalur untuk kendaraan besar maupun kendaraan kecil sehingga kelancaran berlalu lintas menjadi sedikit terganggu. Tanah Sebagian besar tapak PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills termasuk jenis tanah latosol keuali daerah di tepi sungai Citarum. Tanah latosol mempunyai sifatsifat fisik yang baik. Tanah latosol di lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills memiliki ph sebesar 6-7. Secara umum tanah latosol ini tergolong subur dan baik untuk penanaman. Tanah aluvial terdapat di sekitar sungai Citarum. Tanah ini peka terhadap vegetasi eksisting. Tanah aluvial yang terdapat di sekitar sungai Citarum memiliki kemiringan relatif besar dan mempunyai struktur yang kompak yang terdiri dari banyak lapisan sediman yang jenuh dan tidak stabil untuk bangunan sehingga sebaiknya digunakan untuk daerah konservasi tanah dan air. Drainase dan Topografi Drainase yang baik diperlukan untuk menciptakan dan memperbaiki sistem aerasi bagi pertumbuan perakaran tanaman. Selain itu, drainase yang baik

74 57 di lokasi pabrik diperlukan untuk mengalirkan dan membuang debu yang tercuci oleh hujan. Di kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills tersebut, drainase yang ada masih membutuhkan perawatan yang intensif seperti melakukan pembersihan drainase dari sampah sehingga aliran airnya tidak tersumbat. Hidrologi Debit sungai Citarum yang cukup besar dapat digunakan sebagai sumber air untuk penyiraman tanaman. Area konservasi alami di tepi sungai dapat dijadikan untuk konservasi tanah dan air. Selain itu juga dapat digunakan sebagai tempat untuk menjerap lumpur yang terbawa oleh air hujan (run off) sehingga pendangkalan sungai dapat dikurangi serta pada saat musim hujan air sungai tersebut tidak akan meluap. Iklim Curah hujan yang relatif tinggi ( mm/tahun) berguna untuk menjaga ketersediaan air terutama pada musim kering sehingga penggunaan air untuk keperluan pabrik serta pemeliharaan tanaman di sekitar pabrik tetap terpenuhi. Selain itu, faktor hujan berhubungan dengan pencemaran yang terjadi pada lingkungan pabrik terutama pencemaran debu yang diakibatkan oleh asap buangan kendaraan. Hujan yang deras dan lebat dapat menjaga keberlangsungan hidup vegetasi karena dapat mencuci debu yang menempel pada daun dan batang sebaliknya hujan dengan intensitas dan frekuensi yang rendah tidak dapat mencuci debu yang menempel sehingga debu akan mengeras di permukaan daun dan batang. Akibatnya pada bulan-bulan kering, intensitas penyiraman tanaman perlu ditingkatkan karena mengerasnya debu selain dapat mengurangi efektifitas tanaman untuk menyaring debu namun dapat pula mengakibatkan kematian pada tanaman serta merusak pemandangan karena vegetasi yang kotor. Penggunaan tanaman berdaun lebar lebih baik daripada tanaman berdaun jarum karena lebih efektif untuk menyaring debu dan memungkinkan pencucian debu dari permukaan.

75 58 Suhu, kelembaban dan kecepatan rata-rata angin pada tapak relatif tinggi dan berada di luar comfort zone dan persentase penyinaran matahari yang relatif tinggi menimbulkan iklim mikro yang tidak nyaman bagi pengguna tapak. Pengurangan suhu dan radiasi matahari yang diterima tapak dapat dilakukan dengan penanaman vegetasi terutama pada tempat-tempat yang sering digunakan baik dilewati oleh pejalan kaki atau digunakan sebagai tempat istirahat buruh dan supir pada waktu istirahat. Modifikasi iklim mikro dilakukan menggunakan elemen lanskap dan penanaman green belt adalah yang terbaik (Tandy,1975). Penanaman vegetasi selain memberikan keteduhan pada bagian bawah tajuk juga menyebabkan meningkatnya kelmbaban pada tapak di bawahnya sehingga perlu dibuat koridorkoridor angin untuk mengurangi kelembaban. Angin dapat menerbangkan debu yang ada sehingga penanaman semak, perdu yang tidak terlalu masif diperlukan untuk menyaring debu dan melewatkan angin yang sudah tersaring. Masalah pencemaran dan Alternatif Pemecahannya Masalah umum dalam perencanaan lanskap kawasan industri adalah perlindungan masyarakat dari pemandangan terhadap struktur dan kegiatan industri, gangguan debu, dan kebisingan. Debu Keseluruhan area kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills tidak melebihi dari nilai ambang batas yang ditentukan oleh pemerintah. Namun, demikian perlu direncanakan suatu ruang terbuka hijau yang dapat mengurangi dampak dari debu tersebut. Untuk mengurangi penyebaran debu digunakan pohon-pohon yang efektif untuk menyerap debu dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan kondisi arah angin yang terjadi di dalam dan sekitar kawasan industri. Dengan penghitungan metode gravimetri yang dilakukan maka diperoleh penanaman vegetasi di dalam maupun di luar kawasan industri sebaiknya mengelilingi seluruh kawasan industri tersebut.

76 59 Pohon-pohon dengan daun yang besar dan permukaannya kasar, berstruktur masif dan penutupan tajuk yang relatif luas dan rapat paling efektif untuk mengurangi penyebaran debu di dalam maupun di sekitar kawasan industri. Penanaman vegetasi juga dilakukan secara berstrata di seluruh kawasan industri. Untuk melindungi bagian bawah tajuk sabuk pelindung yang terbuka akibat penggunaan pohon yang tinggi maka penanaman tanaman semak dan perdu diperlukan untuk menyaring debu dan mengurangi kecepatan angin. Penanaman rumput, semak dan perdu menghasilkan pantulan (albedo) yang lebih rendah dari penggunaan perkerasan. Semak, perdu dan pohon mengurangi kecepatan angin dekat permukaan bumi dan menjaga turbulensi yang berlebihan (Tandy,1975). Kebisingan Kebisingan yang terjadi di kawasan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills masih di bawah batas ambang normal. Tetapi kawasan yang paling banyak menyumbang kebisingan terbesar yaitu kawasan power plant batu bara. Pengurangan kebisingan dilakukan dengan membuat pagar untuk meredam kebisingan baik berupa struktur bangunan atau tanaman, modifikasi angin, suhu udara dan elevasi tapak. Pemilihan tanaman yang efektif untuk barrier kebisingan diusahakan saling melengkapi dengan tanaman yang efektif untuk menjadi filter debu.

77 60 Hasil Analisis Kapasitas Jerapan Debu Hasil analisis metode gravimetri adalah sebagai berikut: Tabel 4. Berat Debu yang Dijerap Daun Tiga Spesies Pohon Pada Tiga Kali Pengamatan. Nama Spesies Kayu Putih (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia mangium) Tanjung (Mimusoph elengi) Pengamatan 1 (12 Pengamatan 2 (26 Pengamatan 3 (10 April 2010) April 2010) Mei 2010) Ulangan Berat Luas Berat Debu Luas Berat Debu Luas debu (Gram) daun (cm) (Gram) daun (cm) (Gram) daun (cm) 1 0,032 59,1 0,035 51,5 0,037 52,1 2 0,03 67,8 0, ,035 58,2 3 0,03 63,3 0,023 64,1 0,04 70,7 1 0,183 83,9 0,164 83,5 0,195 85,7 2 0,3 95 0,3 96,7 0,315 96,3 3 0, ,121 77,9 0,148 86,2 1 0, ,149 35,4 0,157 32,8 2 0, ,064 36,5 0,079 32,1 3 0,057 31,8 0,168 34,9 0, ,7 Tabel di atas merupakan tabel penghitungan berat debu dan luas daun setiap spesiesnya yang dilakukan dengan tiga kali pengamatan yaitu pengamatan 1 pada tanggal 12 april 2010, pengamatan 2 pada tanggal 26 April 2010, dan pengamatan 3 pada tanggal 10 Mei 2010, dengan tiga kali ulangan setiap spesiesnya. Dari setiap pengamatan yang dilakukan baik itu pengamatan 1, 2 dan 3 berat debu terlihat mengalami kenaikan. Hal tersebut menunjukkan terjadinya deposit debu pada permukaan daun, walaupun terjadi hujan.

78 61 Tabel 5. Kapasitas Jerapan Debu Tiga Spesies Pohon Per Hari Pada Tiga Kali Pengamatan. Nama spesies Kayu Putih (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia mangium) Tanjung (Mimusoph elengi) Rata-rata (mg/cm 2 ) Pengamatan 1 (12 April 2010) (mg/cm 2 ) Pengamatan 2 (26 April 2010) (mg/cm 2 ) Pengamatan 3 (10 Mei 2010) (mg/cm 2 ) Rata-rata (mg/cm 2 ) Rata-rata per hari (mg/cm 2 ) 0,482 2,92 2,387 1,9 0,13 0,524 1,494 3,593 1,8 0,13 0,626 2,423 4,013 2,3 0,16 0,544 2,279 3,331 2,03 0,44 Tabel 5 menunjukkan kapasitas jerapan debu per hari. Dari pengamatan yang dilakukan, baik itu pengamatan 1, 2, dan 3 diperoleh hasil bahwa kapasitas jerapan debu mengalami kenaikan setiap pengamatan yang dilakukan (14 hari). Namun, pada pengamatan ketiga pada spesies kayu putih (Eucalyptus sp.) terjadi penurunan sebanyak 0,54 mg/cm 2, karena dipengaruhi oleh turunnya hujan sebelum pengambilan sampel berlangsung. Dari keseluruhan hasil pengamatan dan penghitungan kapasitas jerapan debu per hari maka diperolah hasil, bahwa spesies tanjung (Mimusoph elengi) memiliki kapasitas jerapan debu per hari paling tinggi dibandingkan dengan kedua spesies tanaman yang lain yaitu sebesar 0,16 mg/cm 2.

79 62 Tabel 6. Jerapan Debu Tiga Spesies Pohon Per Hari Sesuai Dengan Diameter Tajuk dan Luas Tajuk. Nama spesies tanaman Diameter tajuk (m) Luas tajuk (cm 2 ) Jerapan debu per pohon (mg) Kayu Putih (Eucalyptus , ,4 sp.) Akasia (Acacia , ,67 mangium) Tanjung (Mimusoph elengi) , ,4 Tabel di atas menunjukkan jerapan debu per spesiesnya. Dengan diameter tajuk pohon yang berbeda dari ketiga spesies tanaman tersebut, maka diperoleh luas tajuk yang paling tinggi adalah spesies Akasia (Acacia Mangium), sehingga jerapan debu yang dihasilkan juga paling tinggi yaitu 34801,67 mg/hari. Tabel 7. Jumlah pohon yang ditanam di seluruh kawasan industri Nama spesies tanaman Kayu Putih (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia mangium) Tanjung (Mimusoph elengi) Emisi (mg/hari) Persentase Jumlah emisi yang diambil Jumlah pohon (pohon) % % % Total Tabel di atas menunjukkan jumlah pohon yang ditanam di seluruh kawasan industri. Dengan pembagian persentase jumlah pohon yang paling banyak dipakai adalah kayu putih (Eucalyptus sp.) sebesar 40%, maka tanaman tersebut ditanam paling banyak di area green belt yaitu Hal tersebut dikarenakan visual dari tanaman kayu putih (Eucalyptus sp.) lebih estetis dari kedua tanaman yang lain, serta tanaman kayu putih (Eucalyptus sp.) lebih menunjukkan identitas dari pabrik kertas tersebut.

80 63 Tabel 8. Lokasi Penanaman Tiga Spesies Pohon Dengan Luas area dan Jarak Tanam Tertentu. Nama spesies tanaman Kayu Putih (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia mangium) Akasia (Acacia mangium) Kayu Putih (Eucalyptus sp.) Kayu Putih (Eucalyptus sp.) Kayu Putih (Eucalyptus sp.) Tanjung (Mimusoph elengi) Lokasi Luasan area (Ha) Jarak tanam Jumlah pohon (Pohon) Jumlah baris pohon dengan Jarak tanam 3 m x 3 m pada batas kawasan Green belt 14 3 m x 3 m Green belt 14 3 m x 3 m 4133 Area pabrik 8 3 m x 3 m Pemukiman 7 3 m x 3 m Bukit 10 3 m x 3 m Area hijau di kawasan industri Area selamat datang 81 3 m x 3 m m x 6 m Tabel di atas merupakan tabel jumlah baris pohon dengan jarak tanam 3 m x 3 m, sehingga untuk area green belt di keliling kawasan industri maka tanaman yang di tanam yaitu kayu putih (Eucalyptus sp.) yang ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m dengan jumlah 4 baris. Vegetasi dan satwa Perencanaan penanaman dilakukan dengan memperhatikan fungsi dari jenis-jenis tanaman baik untuk memperbaiki iklim mikro, memperbaiki kualitas udara, estetika, konservasi tanah dan air, habitat satwa terutama burung dan sesuai dengan keinginan pengguna tapak yang lebih menginginkan tanaman hias daun dan tanaman yang produktif terutama tanaman penghasil buah-buahan. Vegetasi-vegetasi yang sudah ada seperti kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (Acacia mangium), serta tanjung (Mimusoph elengi), dipertahankan karena efektif dalam meminimalisir jumlah polutan yang ada di kawasan pabrik/plant, sesuai dengan hasil analisa metode gravimetri. Untuk area bukit vegetasi yang ada dipertahankan, namun ditambahkan vegetasi yang lain untuk menjadikan area bukit sebagai area konservasi.

81 64 Fasilitas dan Jaringan Utilitas Fasilitas rambu-rambu lalu lintas masih banyak yang kurang memenuhi standar keamanan di jalan sehingga perlu ditambahkan seperti pemisahan jalur dengan fasilitas pemisah jalur, serta pengamanan tikungan. Fasilitas tempat parkir pun perlu ditambah lagi, agar dapat menampung jumlah kendaraan. Tidak hanya itu, penggunaan elemen air juga perlu ditambahkan di depan main office, untuk menambah kesan sejuk di area main office.

82 65 KONSEP Konsep dasar perencanaan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills adalah menata ruang terbuka hijau untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan khususnya partikulat (debu) akibat kegiatan industri seperti kegiatan plant (pabrik), pembangkit listrik, bengkel, pengangkutan bahan baku, serta lalu lintas kendaraan bermotor serta untuk konservasi hayati, air, tanah juga untuk meningkatkan kenyamanan, keindahan lanskap dan menyediakan fasilitas yang dapat meningkatkan produktifitas kerja karyawan dengan membuat tata hijau yang sesuai baik secara estetika, maupun secara fungsional. Konsep Ruang Konsep ruang dibuat berdasarkan penggunaan lahan di kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper mills. Ruang pada kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills direncanakan dibagi menjadi area industri dan non-industri. Area industri mencakup area pabrik/plant yang dicirikan dengan adanya kegiatankegiatan produksi mulai dari proses pembuatan kertas hingga proses finishing. Sedangkan area non-industri meliputi area sabuk hijau (Green Belt) di sekitar kawasan industri, area pemukiman, area hijau di dalam kawasan industri, serta area selamat datang. Tabel 9. Luas dan persentase setiap ruang di kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang. No Ruang Sub ruang Luas (Ha) persentase 1 Industri Kawasan pabrik ,4 2 Non industri Green belt (sabuk 14 2,7 hijau) Pemukiman 7 1,4 Area hijau di 81 15,6 dalam kawasan industri Area bukit 10 1,9 Area selamat 5 1 datang Total

83 66 Konsep Tata Hijau Tata hijau yang dikembangkan di area industri mempunyai fungsi utama untuk menjerap polutan terutama debu dan gas buangan kendaraan, peredam kebisingan, pelembut struktur bangunan, efek ameliorasi mikroklimat, konservasi tanah dan air, habitat satwa, estetika dan identitas. Untuk area non industri tata hijau yang dikembangkan mempunyai fungsi utama sebagai sabuk hijau untuk mengurangi penyebaran ekstensif debu, peredam kebisingan terhadap daerah sekitarnya, produktif, konservasi tanah dan air. Sedangkan untuk area hijau di dalam kawasan industri lebih ditekankan untuk menjerap polutan terutama debu dan gas buangan kendaraan, peredam kebisingan, efek ameliorasi mikroklimat, konservasi tanah dan air, habitat satwa, dan identitas. Penanaman vegetasi dilakukan secara berstrata dalam ketinggian mulai dari penutup tanah, semak, herba dan pohon. Pada area selamat datang tata hijau yang dikembangkan mempunyai fungsi utama sebagai estetika, peneduh, serta identitas. Untuk area sirkulasi atau jalan, tata hijau yang dikembangkan mempunyai fungsi utama untuk menjerap polutan terutama gas buangan kendaraan, peredam kebisingan, peneduh, estetika, serta identitas. Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi di dalam kawasan industri akan tetap mengikuti pola yang sudah ada. Namun, sirkulasi ini akan dibagi menjadi dua sistem sirkulasi yaitu sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder. Sirkulasi primer dan sekunder dibuat berdasarkan lebar jalan yang ada. Sirkulasi primer berupa jalur/jalan yang lebar yang mengelilingi kawasan industri, sedangkan sirkulasi sekunder berupa jalur/jalan yang kecil yang menghubungkan setiap unit kawasan industri. Konsep penanaman di jalan menggunakan vegetasi peneduh dengan tajuk massif dan berstrata, berbentuk memayung, bersifat evergreen, penanaman dilakukan dengan jumlah banyak, serta tahan terhadap polusi (Gambar 27).

84 67 Gambar 27. Konsep Penanaman Pada Jalur Sirkulasi Primer Konsep Fasilitas Penataan fasilitas yang diperlukan adalah fasilitas rekreasi aktif dan pasif bagi pengguna kawasan yang nyaman dan rekreatif sehingga memberikan kesegaran dan kesenangan kembali. Rekreasi aktif lebih diarahkan untuk area-area non-industri meliputi area sabuk hijau (green belt) sekitar kawasan industri, area pemukiman, area ruang terbuka hijau di dalam kawasan industri, serta area selamat datang. Rekreasi pasif lebih ditekankan dibuat pada area-area industri. Rekreasi aktif lebih diarahkan untuk kegiatan olah raga maupun outbond, sedangkan rekreasi pasif lebih diarahkan sebagai sarana menghilangkan penat atau sekedar beristirahat.

85 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green belt dan pereduksi kebisingan), tata hijau untuk ameliorasi iklim mikro, tata hijau untuk konservasi tanah dan air, tata hijau untuk habitat satwa, serta tata hijau sebagai fungsi estetis. Tata Hijau Penyangga Green Belt Tata hijau penyangga mempunyai fungsi antara lain untuk menjerap debu serta peredam kebisingan. Tata hijau sebagai penjerap debu dialokasikan di green belt di keliling kawasan industri. Tata hijau sebagai penjerap debu menggunakan vegetasi semak dan pohon. Pemilihan vegetasi terutama yang memiliki daun yang rimbun, permukaan daun yang kasar atau berbulu, berdaun jarum, memiliki kerapatan trikoma tinggi, serta toleran terhadap polutan. Untuk menjerap debu (emisi), digunakan 3 spesies tanaman pada area yang berbeda. Vegetasi pohon yang digunakan pada area green belt yaitu kayu putih (Eucalyptus sp.) sesuai dengan hasil analisis jerapan debu oleh tanaman dengan metode gravimetri. Jumlah vegetasinya yaitu batang. Pola penanaman yang digunakan yaitu pola penanaman dengan jarak tanam 3 m x 3 m, dengan keliling pabrik meter maka jumlah baris untuk penanaman vegetasi tersebut adalah 4 baris. Pada area green belt juga ditanam tanaman akasia (Acacia mangium) dengan jumlah satu baris tanaman sebagai pembatas area green belt dengan area industri dengan jumlah tanaman 4133 batang (Gambar 4). Vegetasi semak yang digunakan yaitu bougenvill (Bougenvilla sp.) yang ditanam menutupi cabang pohon utama. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah debu yang keluar dari area industri (Gambar 11). Selain itu, tata hijau penyangga untuk menjerap debu serta peredam kebisingan juga dikembangkan pada area industri seperti area plant (pabrik), area coustic soda, area pengolahan limbah dan air bersih, area unit pembuatan kertas, dan area gudang ruang konperting. Pada area-area tersebut digunakan tanaman akasia (Acacia mangium). Jumlah tanaman yang digunakan yaitu 8889 batang

86 69 dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Vegetasi tersebut dikombinasikan dengan semak bougenvill (Bougenvilla sp.), yang ditanam mengelilingi area green belt yang menutupi batang utama pohon yang dimaksudkan untuk mencegah debu keluar (Gambar 11). Pereduksi Kebisingan Vegetasi yang digunakan untuk peredam kebisingan adalah yang mempunyai tajuk yang rapat, kerapatan daun yang tinggi dan mempunyai daun yang padat dari permukaan tanah sampai ke atas, ukuran daun besar, kuat, berstruktur keras, dan ditempatkan dekat dengan sumber kebisingan. Vegetasi ini lebih difokuskan untuk ditanam di area power plant baik itu power plant batu bara maupun power plant gas. Dengan luas 8 Ha, jumlah populasi pohon yang ditanam sebanyak 8889 batang. Jenis tanaman yang digunakan untuk meredam kebisingan antara lain kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (acacia manguim) serta tanjung (Mimusoph elengi) bila ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Sebab, vegetasi untuk peredam kebisingan harus ditanam rapat, sehingga area dengan sumber kebisingan yang relatif besar ditanam dengan jarak tanam yang relatif rapat (Gambar 7). Kombinasi semak seperti bougenvill (Bougenvilla sp.) ditanam di sekitar area power plant tersebut untuk menutupi celah dari penanaman vegetasi pohon sehingga kebisingan dari power plant dapat direduksi dengan baik (Gambar 11). Tabel 10. Rencana Penanaman di Kawasan Industri No Jenis penanaman Luas penanaman Jarak tanam (m x m) Populasi (Batang) (Ha) 1 Area Green Belt 14 3 x Area Pabrik/Plant 8 3 x Area Bukit 10 3 x Area Pemukiman 7 3 x Area Selamat Datang 5 3 x Area Hijau di Kawasan Industri 81 6 x

87 70 Tata Hijau untuk Ameliorasi Iklim mikro Tata hijau untuk ameliorasi iklim mikro di daerah tropis yang paling utama adalah sebagai peneduh. Vegetasi yang dipilih yaitu vegetasi dengan tajuk massif dan berstrata, berbentuk memayung, bersifat evergreen, penanaman dilakukan dengan jumlah banyak, serta tahan terhadap polusi. Vegetasi peneduh terutama dialokasikan disekitar tepi jalan dan lokasi parkir, dengan posisi dan radius yang relatif tegak lurus terhadap arah penyinaran matahari serta vegetasi yang ditanam (Gambar 13). Vegetasi yang digunakan tidak mempunyai cabang terendah yang lebih rendah dari tinggi kendaraan bermuatan yang umum lewat, tajuk tidak terlalu rapat sehingga masih ada cahaya matahari yang masuk untuk mengurangi tingkat kelembaban, bentuk tajuk memayung seperti spread, bulat, atau dome dengan cabang dan batang yang keras, evergreen, tanaman hias daun, maupun hias bunga. Jenis tanaman yang dipilih sebagai peneduh antara lain: Swietenia mahogani (mahoni), Samanea saman (trembesi), Cassia multijuga (cassia) dan tanjung (Mimusoph elengi). Untuk area selamat datang, tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh di tepi jalan yaitu tanaman tanjung (Mimusoph elengi). Tanaman ini di tanam di sepanjang jalan dari pintu masuk hingga area main office (Gambar 4) dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Kombinasi vegetasi semak juga ditanam pada area ini seperti soka (Ixora sp.) (Gambar 9). Untuk area Power Plant tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah tanjung (Mimusoph elengi) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak bougenvil (Bougenvilla sp.). Untuk area Caustic Soda tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah trembesi (Samanea saman) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak bougenvil (Bougenvilla sp.). Untuk area Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment) dan area Pengolahan Air Bersih (Fresh Water Treatment) tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah mahoni (Swietenia mahogani) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak soka (Ixora sp.). Untuk area Unit Pembuatan Kertas dan Gudang Ruang Konperting tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah cassia (Cassia multijuga) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak soka (Ixora sp.) (Gambar 5).

88 71 Tata Hijau untuk Konservasi Tanah dan Air Tata hijau untuk konservasi tanah dan air terutama di sekitar tepi sungai yang curam dan peka terhadap erosi serta area bukit di depan main office yang rawan terhadap longsor. Vegetasi yang digunakan mempunyai penutupan yang rapat, perakaran yang dalam dan laju transpirasi rendah. Untuk area disekitar tepi sungai ditanam tanaman Barringtonia asiatica dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Untuk area bukit ditanam tanaman kayu putih (Eucalyptus sp.). Pola penanaman yang dilakukan adalah dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Selain itu, semak seperti soka (Ixora sp.) digunakan pada penanaman di area bukit ini. (Gambar 10) Tata Hijau untuk Habitat Satwa Tata hijau untuk habitat satwa terutama ditempatkan di bukit di depan main office. Vegetasi sebagai habitat burung terutama yang menghasilkan makanan yang disukai burung baik buah, biji, nektar maupun serangga, mempunyai struktur daun setengah rapat sampai rapat, struktur percabangan yang banyak, tajuk yang kuat dan tidak terlalu lebat. Pola penanaman yang dilakukan berkelompok, sebab lebih disukai oleh habitat burung. Jenis-jenis tanamannya antara lain, Bauhinia purpurea (bunga kupu-kupu), Terminalia cattapa (ketapang), Callophyllum inophyllum (Nyamplung), Antidesma bunius (buni), beringin (Ficus benjamina). Tanaman seperti bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) di tanam di tepi bukit yang mengarah ke area selamat datang, sehingga terlihat lebih estetis karena tanaman tersebut memiliki bunga yang indah. Tanaman tersebut ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Untuk tanaman ketapang (terminalia cattapa), nyamplung (Callophyllum inophyllum), dan buni (Antidesma bunius) di tanam bergantian (selang-seling) dengan jarak tanam 6 m x 6 m. (Gambar 10). Tata Hijau sebagai Fungsi Estetis Penggunaan vegetasi untuk fungsi estetis digunakan di semua area terutama area selamat datang, area main office, area sekitar jalan dan median jalan, serta area perumahan karyawan. Tanaman untuk fungsi estetis dipilih yang berukuran relatif kecil (mungil), indah baik hias daun, hias bunga maupun karena

89 72 struktur percabangan yang menarik. Pemilihan tanaman yang berukuran kecil seperti semak, dan penutup tanah bertujuan agar gedung main office tetap mencolok dan tidak terhalangi oleh tanaman sebagai pelengkap bangunan. Walaupun demikian, jenis pohon tetap digunakan terutama jenis pohon peneduh karena iklim tapak yang relatif panas. Jenis tanaman semak yang digunakan adalah soka (Ixora sp.) dan tanaman teh-tehan (Acalypha macrophylla). Tanaman penutup tanah yang digunakan adalah tanaman kacang-kacangan (Arachis pintoi). Penanaman di taman depan main office dan area penerimaan ditata secara semi formal (simetris dan geometris organik) dan dikombinasikan dengan gradasi ketinggian melalui pemangkasan dan modifikasi kontur tapak yang relatif datar. Pemangkasan dengan metode topiyari yang sudah ada dipertahankan karena tanaman terlihat lebih estetis. Penggunaan vegetasi dapat dikombinasikan dengan elemen taman yang lain seperti air dan batu. Penggunaan elemen air dilakukan dengan membuat kolam dan air terjun untuk menyegarkan dan memberikan kesan dinamis. Pembuatan kolam air terjun pada taman di depan main office memberikan pemandangan yang baik dan dapat mengurangi kesan kaku oleh area pabrik di sekitarnya. Penanaman di sekitar kolam terutama menggunakan tanaman semak dan perdu hias sedangkan pohon besar digunakan sebagai peneduh. Fungsi tanaman sebagai pengarah dan pelembut struktur bangunan juga termasuk tata hijau untuk fungsi estetis. Vegetasi pengarah terutama digunakan dalam lokasi industri, sebagai pemisah jalur kendaraan atau di kiri dan kanan jalan. Kriteria pemilihan tanaman antara lain mempunyai batang yang besar, percabangan sedikit, daun sedikit, tinggi. Vegetasi pengarah ditata secara simetris dengan preferensi terhadap satu jenis tanaman dan untuk mengurangi kesan monoton pola penanaman dapat dikombinasikan dengan pola organik. Selain itu, digunakan kombinasi tanaman jenis evergreen dan deciduous akan memberikan aksen dan variasi visual menurut musim. Penggunaan tanaman pengarah diutamakan yang dapat memenuhi fungsi estetis. Khusus untuk median jalan digunakan semak rendah dengan bentuk daun dan bunga yang menarik. Vegetasi sebagai pelembut struktur bangunan digunakan di sekitar dinding plant dan bangunan gudang yang memberikan kesan kaku dan monoton. Pemilihan tanaman berdasarkan nilai estetis tanaman, terutama tanaman semak

90 73 dan pohon yang mempunyai tajuk yang tidak lebat, bentuk tajuk melingkar atau kolumnar dan jenis-jenis tanaman yang mempunyai sedikit percabangan seperti ketapang (Terminalia cattapa). Tabel 11. Jenis Penanaman dan Jenis Tanaman di Kawasan Industri No Jenis Penanaman Jenis Tanaman Keterangan 1 Green Belt Pada Area Batas Kawasan 2 Pereduksi kebisingan 3 Tepi jalan sepanjang area selamat datang hingga main office 4 Tepi jalan di sepanjang area pabrik/plant Kayu Putih (Eucalyptus sp.), akasia (Acacia mangium), bougenvil (Bougenvilla sp.), Tanjung (Mimusoph elengi) kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (Acacia manguim) tanjung (Mimusoph elengi) bougenvil (Bougenvilla sp.) tanjung (Mimusops elengi). soka (Ixora sp.) tanjung (Mimusoph elengi), bougenvil (Bougenvilla. sp), trembesi (Samanea saman), mahoni (Swietenia mahogani), soka (Ixora sp.), cassia (Cassia multijuga). Keliling kawasan industri tersebut sekitar meter. Penanaman yang dilakukan dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Jumlah baris tanaman yang ditanam adalah 4 baris. di area power plant dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Kombinasi semak menutupi celah batang pohon utama. Di sepanjang jalan dari pintu masuk hingga area main office dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Di sepanjang jalan yang menghubungkan pabrik/plant yang satu dengan yang lain penanaman dengan jarak tanam 6 m x 6 m. 5 Hutan konservasi Barringtonia asiatic, kayu putih (Eucalyptus sp.), soka (Ixora sp.) 7 Gerbang Area Selamat Datang palem raja (Roystonea regia), Delonix regia (flamboyan), soka (Ixora sp.). 8 Main Office Teh-Tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp.) 9 Median jalan Teh-Tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp.) Di area tepi sungai yang rawan terkena erosi dan area bukit yang rawanlongsor. Penanaman dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Penanaman dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Penanaman dengan dibentuk menjadi topiyari sehingga terlihat lebih formal. Penanaman dengan dibentuk menjadi pola organik. Fasilitas Rencana fasilitas yang akan dikembangkan berupa penataan fasilitas yang diperlukan serta penambahan fasilitas yang terkait dengan rambu-rambu lalu lintas sebagai penunjuk jalan, pemisahan jalur dan pengamanan tikungan. Selain itu, dilakukan penambahan fasilitas di kawasan industri tersebut dengan menambahkan fasilitas di perumahan, fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi, fasilitas

91 74 shelter, area parkir, lampu, serta bangku taman. Fasilitas-fasilitas tersebut digunakan untuk menunjang produktifitas dari karyawan pabrik tersebut. Fasilitas perumahan Penempatan perumahan karyawan terletak di area depan dengan mempertimbangkan pola penyebaran debu dari lokasi industri dan jarak dengan lokasi perumahan karyawan yang ada. Rumah untuk karyawan dibedakan antara rumah untuk karyawan yang sudah berkeluarga dan rumah untuk karyawan yang belum berkeluarga. Tanaman yang ditanam merupakan tanaman yang dapat mencegah masuknya debu ke area pemukiman yaitu dengan menanam tanaman kayu putih (Eucalytus sp.) dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Fasilitas olahraga Fasilitas olahraga yang ada terletak di lahan kosong di sekitar area perumahan. Fasilitas olahraga yang tersedia yaitu lapangan sepak bola dan lapangan basket. Lapangan olahraga tetap ditempatkan pada posisi semula karena terletak pada zona non produksi sehingga berolahraga pun dapat menjadi aman dan nyaman. Di sekitar lapangan olahraga ditanam vegetasi yang berguna untuk menambah kesejukan yaitu dengan menanam kayu putih (Eucalyptus sp.), atau tanjung (Mimusoph elengi), dengan jarak tanaman 3 m x 3 m. Fasilitas rekreasi Fasilitas rekreasi disediakan di area non produksi berupa hutan rekreasi di area bukit. Hutan rekreasi tersebut nantinya digunakan sebagai sarana untuk outbond sehingga perlu ditanam berbagai macam tanaman yang sesuai dengan hutan rekreasi tersebut. Hutan rekreasi ini juga dibuat sesuai dengan hutan sebenarnya dimaksudkan agar suasana yang tercipta di hutan ini lebih terasa dengan adanya kicauan burung dan habitat satwa yang lainnya. Shelter Shelter diletakkan di depan kantor, dan di depan area pabrik yang dipisahkan dengan jalur hijau berupa semak dan perdu untuk meningkatkan kenyamanan. Lampu Lampu jalan yang digunakan memiliki tinggi tiang sekitar 20 meter dengan sistem mati hidup (on-off) lampu secara switch dan sudut penerangan

92 75 diusahakan sekitar 80 o. Jenis lampu yang digunakan adalah tipe sodium high pressure atau merkuri karena lampu sesuai untuk daerah industri dan mempunyai daya guna yang relatif tinggi. Jarak antar lampu yang digunakan sekitar 50 meter kecuali di tempat-tempat yang rawan. Lampu taman yang digunakan terdiri dari 2 tipe untuk variasi. Lampu tipe 1 mempunyai ketinggian 1,05 m dan tipe 2 mempunyai ketinggian 1,16 m dengan sistem mati hidup (on-off) lampu secara switch. Bangku Taman Bangku taman dialokasikan pada ruang pasif di sekitar lapangan olahraga. Bentuk bangku yang direncanakan adalah bangku sandaran. Ukuran bangku sandaran adalah panjang 1,8 m, lebar 0,5 m dan tinggi 0,45 m. Bangku taman dibuat dari bahan besi dengan beralaskan rumput. Parkir Tempat parkir mencakup parkir untuk bis dan kendaraan pribadi. Tempat parkir diletakkan di setiap area plant atau pabrik. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan karyawan yang memiliki kendaraan bermotor. Rambu-rambu lalu lintas Rambu lalu lintas yang diperlukan antara lain kaca cembung dan pembatas jalan. Kaca cembung diletakkan pada tikungan yang berbahaya karena terhalang oleh dinding atau pagar yang masif. Pembatas jalan digunakan untuk jalan-jalan kolektor dua arah yang lebar dan sering dilewati kendaraan berukuran besar. Sirkulasi Sirkulasi merupakan sarana penghubung antara area aktifitas atau antar ruang dan berbagai fasilitas penunjang yang terdapat di kawasan industri. Sirkulasi primer yang dibuat merupakan sirkulasi utama yang menghubungkan setiap kawasan industri. Sirkulasi utama ini merupakan jalan dengan lebar hingga 20 meter. Pada sirkulasi primer ini terdapat trotoar atau pedestrian dengan lebar 1-2 meter. Sedangkan sirkulasi sekunder merupakan jalan kolektor dengan lebar 8 hingga 12 meter. Pada sirkulasi sekunder ini juga terdapat pedestrian dengan lebar 0,5-1 meter. Di persimpangan jalan dibuat road island untuk mengurangi kemonotonan dengan menggunakan vegetasi semak, penutup tanah dan pohon.

93 76 Sirkulasi direncanakan dengan memisahkan jalur sirkulasi untuk kendaraan yang besar seperti truk dan kontainer dengan kendaraan yang berukuran kecil seperti mobil dan motor, serta sirkulasi pejalan kaki atau pedestrian. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan karyawan yang sedang melakukan aktifitas di dalam pabrik, baik yang menggunakan kendaraan ataupun yang berjalan kaki.

94 77 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Perencanaan ruang terbuka hijau PT Pindo Deli Pulp and Paper mills diarahkan untuk mengurangi dampak negatif kegiatan industri baik dalam lingkungan kerja maupun terhadap masyarakat sekitar. Masalah yang utama pada kawasan industri tersebut adalah pencemaran udara terutama debu/partikulat, dan iklim mikro yang panas. Pengurangan penyebaran debu ke lingkungan kawasan industri dan sekitarnya dilakukan dengan menanam tanaman yang toleran dan baik ditanam pada lingkungan tersebut. Metode grafimetri digunakan untuk menghitung kapasitas jerapan, sehingga dapat dihitung populasi pohon yang dapat menjerap jumlah emisi. Dengan jumlah emisi sebesar 1,03 ton/hari direncanakan penggunaan vegetasi yang dapat menyerap seluruh polutan partikel dengan jumlah populasi pohon yang ditanam sebanyak pohon di seluruh kawasan industri dengan komposisi 40% tanaman kayu putih (Eucalyptus sp.) sebanyak batang, 30% tanaman akasia (Acacia mangium) sebanyak 8933 batang, serta 30% tanaman Tanjung (Mimusoph elengi) sebanyak batang. Pohon tersebut ditanam pada sabuk hijau (Green Belt) disekeliling batas tapak dan pada kawasan yang tidak digunakan sebagai area pabrik. Perbaikan iklim mikro dilakukan dengan menggunakan tanaman peneduh yang estetik seperti tanaman teh-tehan yang dibentuk topiari serta tanaman yang memiliki bunga dan daun yang indah. Rencana fasilitas yang akan dikembangkan berupa penataan fasilitas yang diperlukan serta penambahan fasilitas yang terkait dengan rambu-rambu lalu lintas sebagai penunjuk jalan, pemisahan jalur dan pengamanan tikungan. Selain itu, dilakukan penambahan fasilitas di kawasan industri tersebut dengan menambahkan fasilitas di perumahan mencakup fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi, fasilitas shelter, area parkir, lampu, serta bangku taman. Fasilitas-fasilitas tersebut digunakan untuk menunjang produktifitas dari karyawan pabrik tersebut.

95 78 SARAN Penataan ulang tata guna lahan perlu dilakukan di sekitar tapak pabrik yang memisahkan kawasan industri dengan kawasan pemukiman agar masyarakat sekitar terlindung dari akibat pencemaran. Serta perlu direncanakan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan fungsinya.

96 79 DAFTAR PUSTAKA Andrews WA Environmental Pollution. Prentice-Hall. Inc. New Jersey. Anonymous Himpunan Peraturan Lingkungan Hidup dan Kependudukan. CV. Eko Jaya. Jakarta. Anonymous Parameter Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Apriyantono, A., Dedi F., Ni Luh P., Sedarnawati, dan Slamet B Analisis Pangan. UPT. Produksi Media Informasi. Institut Pertanian Bogor. Azwar, E Pencemaran Udara. Widyapura VII: Brooks. RG Site Planning Environtment, Process, and Development. Prentice Hall Career and Technology. Engelwood Cliffs. New Jersey. P: Box and Harrizon Landscape for Living. Departement or Agriculture. Washington, DC. Carpenter, P.L., T.D. Walker, and F.O.Lanphear Plants in the Landscape. W.H. Freeman and Co. San Fransisco. Clapham. H.F Trees in Urban Design. Van Nostrand Reinhold Co. New York. 168 p. Dahlan EN The Effects of Air Pollutants Released by Car on Plants Leaves: Final Report for OSAKA GAS Foundation. Bogor Agricultural University. Dirdjojuwono. R.W Kawasan Industri Indonesia: Sebuah Konsep Perencanaan dan Aplikasinya. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. 214 hal. Ekawati, D Pengaruh Asap Kendaraan Bermotor Terhadap Struktur Anatomi Daun Beberapa Tanaman Hutan Kota (Skripsi). Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. (tidak dipublikasikan). Fakuara, Y., S. Widarmana dan Pranggodo, B Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Farida Dampak Pencemaran Terhadap Kesehatan.

97 80 Forman. R.T.T. and Michel Gordon Landscape Ecology. John Wiley and Sons Inc. New York. 619 p. Fitter. AH. dan RKM. Hay Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta. Gintings. P Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 231 hal. Gold, S. M Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co., Inc. New York. 332 p. Grey, G.W. and F.J. Deneke Urban Forestry. John Willey and Sons, Inc. New York. Gultom, J.T Pengaruh Salinitas Air dan Pencemaran Udara yang Diemisikan oleh Kendaraan Bermotor terhadap Beberapa Jenis Anakan Tanaman Perkotaan (Skripsi). Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. (tidak dipublikasikan). Harris. C.W. and N.T. Dines Time-Savers Standarts for Landscape Architecture. Mc Graw-Hill. Inc. USA. 800 p. Kep. Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri. Kep. Presiden No. 98 tahun 1993 pasal 1 ayat (1) tentang Pengertian Kawasan Industri KLH (Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup) Pengelolaan Pencemaran Udara. Debar Alam Sekitar. Edisis 1986/1987. KLH. Jakarta. Kovacs, M Biological Indicator in Environmental Protection. Ellis Horwood. New York. Kozlowski, T.T. and J.B. Mudd Response of Plants to Air Pollution. Academic Press. New York. Laurie, M Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan. Intermatra. Bandung. Loedin, L Pemantauan Kualitas Udara di Propinsi DKI Jakarta. Makalah Seminar. Jakarta. (tidak dipublikasikan). Martyaningsih Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta Timur Melalui Perencanaan Ruang Terbuka Hijau. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

98 81 Nurisjah dan Pramukanto Perencanaan Lanskap. Praktikum Perencanaan Lanskap. Institut Petanian Bogor. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah. Biro Bina Lingkungan Hidup. Rangkuman Deskriptif. Buku II. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang Zat Pencemaran udara. Prawiranata, W., S. Harran, dan P. Tjondronegoro Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Siahaan. R. H Ketahanan Beberapa Tanaman Perkotaan Famili Leguminosae Terhadap Pengaruh Asap Kendaraan Bermotor dan Debu Semen. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sitanggang, Pencemaran Lingkungan Hidup Kota Jakarta. Mitra Gama Widya. Jakarta. Simonds. J.O. and Barry W. Starke Landscape Architecture: A Manual of Environtment Planning and Design. Mcgraw-Hill Book Company. New York. 396p. Simonds. J.O. and Barry W. Starke Landscape Architecture: A Manual of Environtment Planning and Design. Mcgraw-Hill Book Company. New York. 396p. SK Menteri Perindustrian No. 20 tahun 1996 pasal 1 ayat (2) tentang Lingkup Tugas Departemen Perindustrian dalam Pengendalian Pencemaran Industri Terhadap Lingkungan Hidup. Soerianegara, I, & A. Indrawan, Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Departemen Managemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Sugiharti Identifikasi Ciri Arsitekturis Tanaman untuk Elemen Lanskap Tepi Jalan. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 90 hal. Supriyanto. B Tata Ruang dalam Pembangunan Nasional (Suatu Strategi dan Pemikiran). Lembaga Strategi Pengembangan Ilmu. 301 hal. Sutamiharja Sumber Pencemar Udara. Intermedia grup. Bandung. 70 hal.

99 82 Tandy, C Landscape of Industry. Leonard Hill Books. Tjasjono, B Klimatologi Umum. Penerbit ITB. Bandung. Threshow, M dan FK. Anderson Plant Stress From Air Pollution. John Willey and Sons Ltd. Chichester, New York. Turner. T Landscape Planning. Nichols Publishing Company. New York. 213 p. Tuan. Yi-Fu Topophilia: A Studi of Environtment Perceptio, Attitudes, and Values. Prentice-Hall inc. New Jersey. 260 p. Utami, L. B Kajian Potensi Tanaman Perindang Sebagai Pengendali Pencemaran Udara di Terminal Raja Basa Bandar Lampung. Jurnal Sains dan Teknologi. (12): Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Wardoyo Dampak Lingkungan Hidup. Andi Offset. Yogyakarta. World Bank Environmental Consideration for The Industrial Development Sector. 1-6.

100 83 LAMPIRAN

101 84 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR PETA KONDISI AWAL DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 1

102 85 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR KONSEP RUANG DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 2

103 86 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR KONSEP SIRKULASI DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 3

104 87 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR SITE PLAN DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 4

105 88 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR RENCANA PENANAMAN JALAN DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 5

106 89 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR GAMBAR SEGMEN 1 DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 6

107 90 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR GAMBAR SEGMEN 2 DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 7

108 91 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR GAMBAR SEGMEN 3 DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 8

109 92 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR GAMBAR POTONGAN A-A DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 9

110 93 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR GAMBAR POTONGAN B-B DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 10

111 94 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR GAMBAR POTONGAN C-C DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 11

112 95 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR GAMBAR POTONGAN D-D DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 12

113 96 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT JUDUL GAMBAR GAMBAR POTONGAN JALAN DOSEN PEMBIMBING DR. IR. NIZAR NASRULLAH, M. AGR. DIBUAT OLEH: NINING IRIANTI (A ) NO GAMBAR 13

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia, pada dasarnya menimbulkan suatu dampak yang positif maupun negatif. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perindustrian Industri dan Klasifikasinya

TINJAUAN PUSTAKA Perindustrian Industri dan Klasifikasinya 6 TINJAUAN PUSTAKA Perindustrian Industri adalah kegiatan yang memanfaatkan sumber daya alam dengan penggunaan teknologi dan modal untuk memperoleh produk yang memiliki nilai tambah dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber:  Gambar 3. Lokasi Penelitian 25 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, berlangsung dari bulan Maret 2010 sampai bulan Agustus 2010. Penelitian ini mengambil tempat di Kawasan Industri PT Pindo

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar belakang Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini di dominasi oleh industri berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang

Lebih terperinci

FAKTOR EKOLOGI SEBAGAI INDIKATOR STATUS GIZI

FAKTOR EKOLOGI SEBAGAI INDIKATOR STATUS GIZI FAKTOR EKOLOGI SEBAGAI INDIKATOR STATUS GIZI Edited by: Suyatno,, Ir. MKes E-mail : suyatno@undip.ac.id Hp : 08122815730 Blog : suyatno.blog.undip.ac.id Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberi silang pada salah satu huruf di lembar jawab! 1. Di Indonesia, pengaturan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya kemajuan dan kestabilan pembangunan nasional menempatkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai kota metropolitan dengan kondisi perekonomian yang selama

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN Analisis aspek lingkungan dalam studi kelayakan bisnis mengacu pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ) yang disusun oleh konsultan AMDAL. Di Indonesia AMDAL

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA Pengelolaan lingkungan diperlukan agar lingkungan dapat terus menyediakan kondisi dan sumber daya yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Lingkungan abiotis terdiri dari atmosfer,

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri seharusnya memiliki kualitas sesuai standar yang ditentukan. Dalam proses pembuatannya tentu diperlukan

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK Dr. RAMLAWATI, M.Si. Drs. H. HAMKA L., M.S. SITTI SAENAB, S.Pd., M.Pd. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri dan Klasifikasinya Industri merupakan suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran Lingkungan Pencemaran Lingkungan Arsitektur Ekologi dan Berkelanjutan Minggu ke 4 By : Dian P.E. Laksmiyanti, St, MT Email : dianpramita@itats.ac.id http://dosen.itats.ac.id/pramitazone Ini yang sering nampak Pencemaan

Lebih terperinci

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR Oleh : WAHYU WARDANI L2D 098 471 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN 1. Pencemaran Udara Pencemaran lingkungan kadang-kadang tampak jelas oleh kita ketika kita melihat timbunan sampah di pasar-pasar, pendangkalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA Abstrak Tingkat pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat bahkan beberapa kota sudah melampaui ambang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi telah dikenal sebagai salah satu sektor indikatif yng sangat berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor ini akan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara. Terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung

Lebih terperinci

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

Lebih terperinci

Sebelum membaca postingan ini, apa yang kalian ketahui tentang ilmu Kimia? Dan apa itu Kimia?Oke, let s learn it!

Sebelum membaca postingan ini, apa yang kalian ketahui tentang ilmu Kimia? Dan apa itu Kimia?Oke, let s learn it! Yuk, Belajar Kimia! Yuk, Belajar Kimia! Sebelum membaca postingan ini, apa yang kalian ketahui tentang ilmu Kimia? Dan apa itu Kimia?Oke, let s learn it! Setiap orang mempunyai pandangan tersendiri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara semakin hari semakin memprihatinkan. Terutama dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut Ismiyati dkk (2014), kendaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).

Lebih terperinci

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah campuran gas yang merupakan lapisan tipis yang meliputi bumi dan merupakan gas yang tidak kelihatan, tidak berasa dan tidak berbau. Pencemaran udara datang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gas seperti sulfur dioksida vulkanik, hidrogen sulfida, dan karbon monoksida selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gas seperti sulfur dioksida vulkanik, hidrogen sulfida, dan karbon monoksida selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup besar. Di sisi lain dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan dan pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang berada di bumi merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Penggunaannya akan tidak terbatas selama udara mengandung unsur-unsur

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paru-paru merupakan alat ventilasi dalam sistem respirasi bagi tubuh, fungsi kerja paru dapat menurun akibat adanya gangguan pada proses mekanisme faal yang salah satunya

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 1. Cara mengurangi pencemaran lingkungan akibat rumah tangga adalah... Membakar sampah plastik dan kertas satu minggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada udara yang bersih atau tercemar. Pencemaran udara terjadi ketika komposisi udara dipengaruhi

Lebih terperinci

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kontaminan Adalah semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih. 2. Cemaran (Pollutant) Adalah kontaminan

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerahnya, kondisi fisik yang dimaksud yaitu topografi wilayah. Pengaruh kondisi fisik ini

Lebih terperinci