KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Kepala BKIPM, Dr. Ir. Rina, M.Si. BKIPM - KKP i

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Kepala BKIPM, Dr. Ir. Rina, M.Si. BKIPM - KKP i"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Salah satu asas penyelenggaraan good governance adalah asas akuntabilitas yang menetukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja. Laporan Kinerja (LKj) ini merupakan wujud pertanggungjawaban BKIPM atas kinerja selama tahun 2016, sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kinerja BKIPM Tahun 2016, yang terdiri dari 35 Indikator Kinerja Utama (IKU). Penyusunan LKj ini mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Rencana Strategis BKIPM Tahun Berbagai prestasi kinerja telah diraih BKIPM sepanjang tahun 2016, antara lain di bidang pelayanan publik: penerapan sistem e-payment (EDC) PNBP di 47 UPT, di bidang penegakkan hukum: 153 kasus pelanggaran dengan nilai komoditas yang diselamatkan sebesar Rp306,8 milyar, serta realisasi PNBP sebesar Rp52,86 milyar (meningkat 163%). Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan kinerja ini. Akhir kata, semoga laporan kinerja ini dapat memenuhi harapan sebagai pertanggungjawaban kami kepada semua stakeholder atas mandat yang diemban dan kinerja yang telah ditetapkan dan sebagai pendorong peningkatan kinerja organisasi BKIPM. Jakarta, Januari 2017 Kepala BKIPM, Dr. Ir. Rina, M.Si i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK IKHTISAR EKSEKUTIF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi 1.3 Arah Kebijakan dan Strategi BKIPM 1.4 Isu Strategis 1.5 Sistematika dan Penyajian BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Visi dan Misi 2.2 Tujuan 2.3 Sasaran Indikator dan Target Kinerja 2.4 Pengukuran Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja 3.2 Analisi dan Evaluasi 3.3 Realisasi Anggaran 3.4 Capaian Kinerja Lainnya BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Rekomendasi i ii iii v vi ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan IKU Tabel 3.1 Capaian Kinerja BKIPM Tahun 2016 Tabel 3.2 Realisasi IK1 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.3 Tingkat kepatuhan pengguna jasa Tabel 3.4 Realisasi IK2 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.5 Realisasi IK3 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.6 Realisasi IK4 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.7 Realisasi IK5 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.8 Realisasi IK6 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.9 Realisasi IK7 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.10 Realisasi IK8 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.11 Realisasi IK9 pada Tahun dan Target RPJM 27 Tabel 3.12 Realisasi IK10 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.13 Realisasi IK11 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.14 Realisasi IK12 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.15 Realisasi IK13 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.16 Realisasi IK14 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.17 Realisasi IK15 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.18 Realisasi IK16 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.19 Realisasi IK17 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.20 Realisasi IK18 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.21 Realisasi IK19 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.22 Realisasi IK20 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.23 Realisasi IK21 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.24 Realisasi IK22 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.25 Realisasi IK23 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.26 Realisasi IK24 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.27 Realisasi IK25 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.28 Realisasi IK26 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.29 Realisasi IK27 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.30 Realisasi IK28 pada Tahun dan Target RPJM iii

5 Tabel 3.31 Realisasi IK29 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.32 Nilai Pengawasan Internal dan Eksternal Tabel 3.33 Nilai Pemenuhan Fasilitas Tabel 3.34 Realisasi IK31 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.35 Realisasi IK32 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.36 Realisasi IK33 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.37 Realisasi IK34 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.38 Realisasi IK35 pada Tahun dan Target RPJM Tabel 3.39 Rincian Realisasi Anggaran BKIPM Tahun iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Struktur Organisasi BKIPM Gambar 2.1 Peta Strategi BKIPM tahun 2016 Gambar 3.1 Nilai Pencapaian Sasaran Strategis BKIPM Gambar 3.2 Pemeriksaan Karantina Instalasi KIPM Puspa Agro Gambar 3.3 Titik Pengambilan Sampel Air di Teluk Hurun Lampung Gambar 3.4 Koordinasi Penegakkan Hukum dengan Polri dan Bea Cukai Gambar 3.5 Pemetaan Jenis Agen Hayati di DAS Mahakam Gambar 3.6 Pengawasan Terpadu di Perbatasan Sota - Papua New Guinea Gambar 3.7 Pelepasan Benih Ikan Bersama Gubernur Kalimantan Selatan v

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1 Realisasi PNBP BKIPM Tahun Grafik 3.2 Perbandingan Jumlah HC dengan Nilai Ekspor Grafik 3.3 Komoditas Hidup dan Non Hidup Yang Dominan Dilalulintaskan Grafik 3.4 Realisasi Penyerapan DIPA BKIPM Tahun vi

8 IKHTISAR EKSEKUTIF Nilai pencapaian sasaran strategis (NPSS) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada 2016 adalah sebesar 100,93%. Nilai ini diperoleh dari pencapaian Sasaran Strategis (SS) dan target Indikator Kinerja Utama (IKU) BKIPM yang telah ditetapkan dengan hasil sebagai berikut: A. Capaian Kinerja Utama Capaian kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi BKIPM yaitu Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundangundangan kelautan dan perikanan Realisasi kepatuhan (compliance) pelaku usaha perkarantinaan ikan dan mutu terhadap peraturan perundang-undangan sebesar 98% dari target 73%. Capaian ini menunjukkan bahwa pelaku usaha kelautan perikanan yang menggunakan jasa karantina termasuk pelaku usaha masuk dalam kategori kepatuhan tinggi. 2. Kasus Penolakan Ekspor oleh Negara Mitra Kasus penolakan ekspor hasil perikanan ke negara mitra yang terjadi selama tahun 2016 masih dapat dikendalikan di bawah 10 kasus, sehingga target penolakan produk perikanan di negara mitra tercapai 100%. Kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra pada tahun 2016 terjadi di: Rusia sebanyak 4 (empat) kasus yang disebabkan oleh kandungan mikrobiologi (2 kasus) dan heavy metal (2 kasus); Korea sebanyak 3 (tiga) kasus yang disebabkan oleh kandungan benzopyrene (2 kasus) dan carbon monoxide (1 kasus); Perancis, Belanda, China, dan Kanada masing-masing sebanyak 2 (dua) kasus. Peolakan ekspor hasil perikanan Perancis disebabkan mercury dan cadmium; Belanda disebabkan mercury (2 kasus); China yang disebabkan kandungan kloramphenicol dan TVB-N; serta Kanada disebabkan oleh sensory evaluation (2 kasus). Jerman, Spanyol dan Italy masing-masing 1 (satu) kasus. Jerman disebabkan oleh Salmonella tipe b, Spanyol disebabkan oleh poor temperature control dan Italy disebabkan oleh mercury; Untuk Negara Vietnam dan Norwegia tidak terjadi kasus penolakan. Terhadap kasus penolakan yang terjadi tersebut telah dilakukan investigasi. Sehingga tidak berdampak terhadap terjadinya suspend. 3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penerimaan Negara Bukan Pajak BKIPM yang bersumber dari perkarantinaan ikan, 10

9 pengendalian mutu dan uji profisiensi tahun 2016 ditargetkan meningkat sebesar 7,5% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Rp14,02 Milyar, namun dalam realisasinya sebesar Rp52,86 Milyar (meningkat sebesar %). Peningkatan PNBP BKIPM terjadi dikarenakan adanya peningkatan sistem pengawasan ekspor, impor dan antar area terhadap komoditas perikanan yang dilalulintaskan, implementasi e-payment di 47 UPT KIPM, dan integrasi sistem sertifikasi mutu dan karantina ikan sebagaimana amanat Undang-Undang No.23/ Nilai ekspor hasil perikanan disertifikasi karantina Nilai produk perikanan ekspor yang disertifikasi BKIPM pada tahun 2016 mencapai US$5,99 milyar dengan volume 1,09 juta ton dan 2,61 milyar ekor. Nilai ekspor ini meningkat 8,51% dibandingkan tahun 2015 sebesar US$5,52 milyar. Indikator ini menunjukan bahwa BKIPM memberikan kontribusi untuk ikut mengawal terhadap target produksi perikanan dan target ekspor produk perikanan melalui jaminan mutu produk yang dilalulintaskan. Dari keseluruhan ekspor perikanan tahun 2016 tersebut, sebanyak 92,31% merupakan ikan konsumsi, yaitu sebesar US$5,71 milyar dimana udang vaname merupakan komoditas dengan estimasi nilai ekspor terbesar, yaitu sebesar US$141,95 juta disusul tuna (US$69,24 juta), tawes (US$57,74 juta), dan kepiting sebesar (US$57,07 juta). Untuk nilai ekspor ikan hias yang dilaporkan pada UPT BKIPM pada tahun 2016 sebesar US$45,56 juta mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 44,28%. Negara tujuan ekspor terbesar untuk komoditas konsumsi yang dilaporkan adalah Amerika Serikat (230,49 ribu ton), China (136,09 ribu ton), Jepang (103,17 ribu ton), Vietnam (84,54ribu ton) dan Thailand (68,97 ribu ton). 5. Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor Dalam rangka mendukung keterimaan produk perikanan Indonesia di Negara tujuan ekspor sebagai otoritas penjamin mutu dan keamanan hasil perikanan, BKIPM menetapkan kinerja jumlah UPI yang memenuhi persyaratan ekspor melalui sertifikasi HACCP. Terdapat 667 UPI dan produk perikanan yang memenuhi syarat ekspor ke 38 negara mitra. Jumlah UPI tersebut meningkat sebesar 16% dari target 575 unit, sedangkan produk perikanan yang memenuhi syarat ekspor meningkat sebesar 29.58% dari target Jenis penyakit ikan karantina yang dicegah penyebarannya antar zona Pencegahan masuk dan tersebarnya jenis penyakit ikan karantina antar zona yang berjumlah 13 jenis di 141 lokasi, dapat tercapai 95,74% dari target 84 %. Pengendalian penyakit ikan karantina antar zona ini akan terus ditingkatkan kinerjanya dalam rangka mendukung target produksi perikanan budidaya. 11

10 7. Keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan Layanan dan pengawasan KIPM di perbatasan adalah salah satu indikator kinerja KKP dalam program prioritas nasional. Penetapan sasaran perbatasan yang harus dilayani dan diawasi mengacu pada jumlah perbatasan yang ditetapkan oleh BNPP. Tingkat keberhasilan layanan dan pengawasan KIPM di perbatasan dalam tahun 2016 tercapai 75,4% (26 lokasi) dari target sebesar 73%. B. Capaian Kinerja Kegiatan Strategis lainnya 1. Pelayanan Sertifikat Ekspor, Impor dan domestik Kinerja pelayanan sertifikasi KIPM terhadap pengiriman produk perikanan tujuan ekspor, impor dan domestik di 243 lokasi tahun 2016, sebagai berikut: Sertifikasi kesehatan ikan (karantina): sertifikat (105,30% dari target sertifikat). Nilai produk yang disertifikasi US$ 1,91 milyar. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 terdapat peningkatan sebesar 27.91% dari US$ 1,77 milyar. Sertifikasi mutu dan keamanan hasil perikanan: sertifikat (104,32% dari target sertifikat). Nilai produk yang disertifikasi US$ 4,08 milyar. Jika dibandingkan tahun 2015 terdapat peningkatan sebesar 5,33%, dari US$ 3,87 milyar. 2. Sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu pada Unit Pengolahan Ikan Pada tahun 2016, realisasi jumlah sertifikasi HACCP pada unit pengolah ikan mencapai sertifikat dari target sertifikat. 3. Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang teregistrasi di negara mitra Pada tahun 2016, UPI di Indonesia yang memperoleh approval number sebanyak 174 unit atau melampaui dari target sebanyak 150 unit. 4. UPI yang menerapkan sistem traceability Pada tahun 2016, UPI di Indonesia yang menerapkan sistem traceability (ketertelusuran bahan baku) sebanyak 41 unit dari target 39 unit. 5. Penetapan Instalasi karantina ikan (IKI) milik pihak ketiga Pada tahun 2016, IKI milik pelaku usaha yang ditetapkan berjumlah 429 unit dari target sebesar 230 unit. 6. Penetapan Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) UUPI yang tersertifikasi SCKIB pada tahun 2016 sebanyak 197 unit dari target CKIB sebanyak 140 unit. 7. Persentasi penyakit ikan eksotik yang dicegah masuk ke dalam wilayah RI Realisasi capaian indikator tersebut pada tahun 2016 sebesar 83,3% dari target 80%, atau mencapai 129,87%. 12

11 8. Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan ISO 9001 dan ISO Pada tahun 2016, 13 UPT yang telah diakreditasi terkait penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 dan 12 UPT yang didaftarkan untuk diakreditasi ISO Laboratorium penguji yang konsisten dalam penerapan ISO Pada tahun 2016, telah dilakukan verifikasi ISO pada 20 laboratorium UPT yang telah melakukan penambahan ruang lingkup pengujian. 10. Penanganan pelanggaran dan penegakan hukum Pelanggaran bidang KIPM pada tahun 2016 berjumlah 153 kasus dengan nilai produk yang diselamatkan Rp. 306,8 Milyar. Penanganan lebih lanjut dalam bentuk penindakan hukum, yaitu Pulbaket: 119 kasus, Penyidikan: 14 kasus; P19: 2 kasus; P21: 1 kasus dan putusan pengadilan: 17 kasus. Pelanggaran yang terjadi menurun 2.61% dibandingkan tahun 2015 (157 kasus). 11. Layanan KIPM di SKPT Selain melaksanakan tugas dan fungsi di exit-entry point (bandara/pelabuhan), BKIPM juga mendukung program pembangunan kelautan dan perikanan di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). Pada tahun 2016, BKIPM telah mengalokasikan kegiatan pembangunan ataupun operasional layanan di 14 lokasi SKPT, yaitu Sabang, Simeuleu, Mentawai, Anambas, Natuna, Nunukan, Tahuna, Talaud, Morotai, Saumlaki, Tual, Biak, Timika, dan Merauke dengan anggaran sebesar Rp Dwelling time Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kementerian Kelautan dan Periksanan (KKP) terus mendorong perbaikan sistem dwelling time atau waktu bongkar muat yang terdapat di berbagai pelabuhan di Tanah Air. Dalam dwelling time atau waktu tunggu layanan di pelabuhan, BKIPM memberikan kontribusi selama 0,03 hari dari waktu tunggu layanan nasional selama 3,7 hari. Hasil tersebut merupakan rata-rata waktu tunggu layanan di UPT BKIPM, yaitu di sejumlah pelabuhan besar di Indonesia, seperti di Pelabuhan Belawan (Sumatra Utara) kontribusi BKIPM 8 menit 42 detik terhadap dwelling time 3,9 hari, di Pelabuhan Tanjung Priok kontribusi BKIPM 37 menit 8 detik terhadap dwelling time 2,07 hari, di Pelabuhan Tanjung Perak (Jawa Timur) kontribusi BKIPM 26 menit 2 detik terhadap dwelling time 3,4 hari, dan di Pelabuhan Tanjung Emas (Jawa Tengah) kontribusi BKIPM mengambil waktu 76 menit 34 detik terhadap dwelling time 5,19 hari 13

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) merupakan salah satu unit eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan. BKIPM mempunyai tugas menyelenggarakan perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKIPM dituntut untuk melaksanakan secara prudent, transparan, akuntabel, efektif dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Salah satu asas penyelenggaraan good governance adalah asas akuntabilitas yang menetukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelengara negar harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja. Laporan kinerja disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban BKIPM dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2016 untuk mencapai visi dan misi BKIPM. Di samping itu, juga sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap satuan kerja di lingkungan BKIPM serta sarana untuk mendapatkan masukan bagi stakeholders demi perbaikan kinerja BKIPM. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilisat, Laporan Kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nonor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. 14

13 1.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dalam melaksanakan tugasnya, BKIPM mempunyai fungsi: a) penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program perkarantinaan ikan, sistem jaminan mutu, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan; b) pelaksanaan perkarantinaan ikan, sistem jaminan mutu, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan; c) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan perkarantinaan ikan, sistem jaminan mutu, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan; d) pelaksanaan administrasi Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan; dan e) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi BKIPM, Kepala Badan dibantu oleh 4 (empat) Unit Eselon II, yaitu: 1) Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan; 2) Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan; 3) Pusat Standardisasi, Kepatuhan, dan Kerjasama; dan Sekretariat Badan, serta 47 Unit Pelaksana Teknis (UPT KIPM), yaitu: 2 (dua) Balai Besar, 12 (dua belas) Balai, 32 (tiga puluh dua) Stasiun, dan 1 (satu) Balai Uji Standar, 193 (seratus sembilan puluh tiga) Wilayah Kerja, serta kelompok Jabatan Fungsional, diantaranya Pengendali Hama dan Penyakit Ikan, Pengawas Perikanan bidang Mutu Hasil Perikanan, Pranata Komputer, Pranata Humas, Arsiparis, Statistisi dan jabatan fungsional umum lainnya. Jumlah SDM aparatur yang mendukung BKIPM saat ini berjumlah orang pegawai, dengan komposisi pegawai 10% di Pusat dan 90% di UPT KIPM. Distribusi pegawai yang berimbang ini diperlukan dalam membentuk workforce yang efektif dan efisien. Selain itu, BKIPM juga mempertimbangkan komposisi dari segi jabatan, golongan, pendidikan dan kompetensi. Komposisi yang berimbang merupakan dukungan dalam pencapaian sasaran kinerja BKIPM dalam perspektif learning and growth. 15

14 Struktur organisasi BKIPM dapat dilihat dalam Gambar 1.1. Gambar 1.1 Struktur Organisasi BKIPM (Permen KP No.23/2015) 1.3 Arah Kebijakan dan Strategi BKIPM Arah kebijakan dan strategi pembangunan BKIPM disusun dan dilaksanakan dengan mengacu pada arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan, serta diselaraskan dengan perkembangan lingkungan yang terjadi. Arah kebijakan pembangunan BKIPM tahun 2016 adalah mengacu pilar pembangunan kelautan dan perikanan 2015 yaitu penegakan kedaulatan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan (sovereignity), pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan berkelanjutan (sustainability) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan (prosperity). 1. Pengelolaan sumber daya perikanan secara berdaulat dan berkelanjutan. dilaksanakan melalui strategi: 16

15 a. Pencegahan penyebaran penyakit ikan eksotik ke dalam wilayah RI, dan pencegahan penyebaran penyakit ikan karantina antar zona dalam wilayah RI. b. Pengawasan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang, dan dibatasi di exit/entry point ekspor, impor, maupun antar area. c. Penerapan Biosecurity (monitoring di sentra budidaya). d. Kepatuhan (compliance) pelaku importasi produk KP sesuai ketentuan. e. Kepatuhan (compliance) Unit Pengolahan Ikan dalam persyaratan ekspor. 2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat KP dilaksanakan melalui penguatan daya saing dan nilai tambah produk perikanan dengan penerapan sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan. a. Pengembangan sistem pencegahan dan penyebaran penyakit ikan karantina, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang sesuai standar melalui: Sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan domestik; Sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (HACCP) dan penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) pada Unit Usaha Perikanan; Registrasi Unit Pengolahan Ikan di negara mitra; Penerapan sistem traceability rantai pasok bahan baku pada Unit Pengolahan Ikan (UPI); Konsistensi penerapan sistem manajemen mutu (ISO 9001), sistem manajemen inspeksi (ISO 17020), dan sistem layanan laboratorium (ISO 17025). b. Harmonisasi sistem penjaminan Mutu yang Implementatif Harmonis sistem, perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan dengan negara mitra (MoU/MRA) serta negara tujuan ekspor lainnya; Penyelesaian penanganan kasus ekspor hasil perikanan 3. Pelaksanaan reformasi birokrasi dan tata kelola, akan dilaksanakan melalui strategi: a. Pengelolaan sumber daya manusia berbasis kompetensi (Competency Based Human Resource Management); b. Perbaikan pelayanan publik melalui penerapan Standar Pelayanan; c. Peningkatan kemudahan akses dan transparansi informasi publik; d. Penerapan manajemen berbasis kinerja dan efektivitas pengelolaan anggaran. 17

16 1.4 Isu Strategis Isu strategis pembangunan perkarantinaan, keamanan hayati ikan, mutu, dan keamanan hasil perikanan mengacu kepada mandat untuk mendukung terwujudnya kedaulatan pengelolaan dan pemanfaaatan sumbedaya kelautan dan perikanan, melalui: 1. Pencegahan masuk dan tersebarnya penyakit ikan karantina antar zona. 2. Penerapan Biosecurity (monitoring di sentra budidaya). 3. Kepatuhan importasi produk KP sesuai ketentuan. 4. Kepatuhan Unit Pengolahan Ikan dalam persyaratan ekspor. 5. Pengendalian dan Pengawasan Jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan besifat invasive. 6. Penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra. 7. Monitoring kesegaran ikan, residu dan cemaran bahan berbahaya. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah, khususnya tentang pembagian urusan bidang kelautan dan perikanan mengamanatkan bahwa penyelenggaraan karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan adalah merupakan fungsi pusat. Hal ini memberikan tantangan kepada BKIPM, khususnya terkait penyiapan sumber daya manusia dan penyediaan sarana prasarana pengujian mutu hasil perikanan. Hal ini terkait adanya mandat bahwa penerbitan HC ekspor mutu yang semula diselenggarakan dan diterbitkan oleh Propinsi (LPPMHP) dilimpahkan kewenangan penyelenggaraan dan penerbitannya ke UPT BKIPM. 18

17 1.5 Sistematika dan Penyajian Sistematika dan penyajian LKj Tahun 2016 merujuk pada aturan dan ketentuan yang berlaku, sebagai berikut: a. Bab I - Pendahuluan, menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi. b. Bab II - Perencanaan Kinerja, menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan. c. Bab III - Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi yang digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja. d. Bab IV - Penutup, menjelaskan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. e. Lampiran, memuat Penetapan Kinerja Tahun 2016 dan hal-hal lainnya. 19

18 BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 Visi dan Misi Aspek yang berkaitan dengan visi KKP sesuai dengan mandat yang diberikan kepada BKIPM adalah dukungan untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat dan mandiri dalam memastikan produk perikanan yang berkualitas dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, BKIPM menetapkan visi pembangunan karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan Tahun 2015-, yaitu: Hasil Perikanan Yang Sehat Bermutu, Aman Dan Terpercaya. 20 Misi yang diemban oleh BKIPM untuk mewujudkan visi tersebut adalah: 1. Mewujudkan produk perikanan yang berdaya saing melalui penjaminan persyaratan mutu produk hasil perikanan. 2. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan melalui pengendalian Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan jenis agen yang dilindungi, dilarang dan dibatasi. 3. Mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju, mandiri melalui pola konsumsi ikan yang bermutu serta budidaya ikan yang bebas dari hama dan penyakit. 2.2 Tujuan Tujuan pembangunan BKIPM merupakan penjabaran dari visi dan misi guna mendukung prioritas pembangunan kelautan dan perikanan. Tujuan pembangunan yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran program prioritas BKIPM adalah melindungi kelestarian sumber daya hayati perikanan dan kelautan dari Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan jenis agen yang dilindungi, dilarang, dibatasi serta menjamin mutu hasil perikanan nasional dengan sasaran: 1. meningkatnya kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang undangan kelautan dan perikanan di wilayah pengeluaran/pemasukan ekspor, impor, dan antar area kepatuhan pelaku usaha kelautan dan perikanan dalam ekspor, impor dan antar area; 2. meningkatnya jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dapat dicegah penyebarannya antar zona, melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area; 3. menurunnya jumlah kasus penolakan/penahanan ekspor hasil perikanan per negara mitra; 4. meningkatnya Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan ekspor serta; 5. meningkatnya pencegahan penyebaran jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan besifat invasif melalui kajian dan analisis resiko.

19 2.3 Sasaran, Indikator dan Target Kinerja Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran telah ditetapkan indikator sasaran sebagai ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai rencana tingkat capaian (target) masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategis. Dengan demikian, setiap tujuan yang ditetapkan memiliki indikator yang terukur. BKIPM telah menyusun Rencana Strategis Tahun yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala BKIPM Nomor 85/KEP-BKIPM/2015. Rencana strategis tersebut dijabarkan ke dalam Peta Strategis dan Perjanjian Kinerja mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun Gambar 2.1 Peta Strategi BKIPM Tahun

20 Dengan adanya kebijakan pemerintah mengenai efisiensi anggaran yang menyebabkan beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan sampai dengan akhir tahun, maka BKIPM melakukan perubahan target dari 6 IKU. Perubahan ini sebagaimana tertuang pada Perjanjian Kinerja (PK) BKIPM yang ditandatangi Kepala BKIPM dengan Menteri Kelautan dan Perikanan pada Oktober Sasaran strategis dan target IKU pada PK BKIPM setelah revisi disajikan dalam Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan IKU INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET SEMULA MENJADI Sasaran Strategis 1 Terwujudnya kesejahteraan masyarakat KP 1 Pertumbuhan PDB perikanan % 8 8 Sasaran Strategis 2 Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan 2 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap % ketentuan peraturan perundang undangan kelautan dan perikanan 3 4 Jumlah pulau-pulau kecil yang mandiri Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra Sasaran Strategis 3 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan 5 Persentase peningkatan PNBP BKIPM % 7,5 7,5 6 Peningkatan nilai ekspor hasil perikanan melalui sertifikasi % 10,38 10,38 karantina 7 Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan ekspor Unit Persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang % dicegah penyebarannya antar zona 9 Jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat Kajian invasif melalui kajian analisis risiko Sasaran Strategis 4 Tersedianya kebijakan pembangunan BKIPM yang efektif 10 Indeks efektivitas kebijakan pemerintah Indeks 6,5 6,5 Sasaran Strategis 5 Terselenggaranya sistem perkarantiaan, mutu dan keamanan hayati ikan yang sesuai standar 11 Sertifikat kesehatan ikan ekspor yang memenuhi persyaratan Sertifikat negara tujuan % %

21 INDIKATOR KINERJA Sertifikat kesehatan ikan domestik yang memenuhi persyaratan daerah tujuan Instalasi karantina ikan milik pihak ketiga yang layak untuk ditetapkan Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) Persentase produk perikanan yang masuk ke dalam wilayah RI yang sesuai dengan persyaratan mutu dan keamanan hasil perikanan Lokasi Perairan Laut yang dipetakan dari cemaran Marine Biotoxin dan Logam Berat Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang teregistrasi di negara mitra SATUAN Sertifikat Unit Unit % Lokasi Unit TARGET SEMULA MENJADI Lokasi yang termonitor kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya Pelaku usaha (UPI) yang menerapkan sistem traceability Lokasi Unit Sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan ISO 9001 dan ISO Jumlah laboratorium yang memenuhi persyaratan laboratorium penguji Unit kerja lingkup otoritas kompeten yang konsisten dalam penerapan sistem pengendalian mutu Sertifikat 24 Tenaga Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI) dan Pengawas Mutu (Wastu) yang lulus uji kompetensi Orang Jumlah negara yang harmonis/kerjasama dalam sistem Negara perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan serta keamanan hayati ikan (MoU/MRA/Approval) Sasaran Strategis 6 Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sistem perkarantinaan, mutu dan keamanan hayati ikan secara profesional dan partisipatif 26 Persentase penyakit ikan eksotik yang dicegah masuk ke % dalam wilayah RI 27 Persentase penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan, % keamanan hayati ikan dan sistem mutu yang diselesesaikan Unit Unit Unit

22 INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET SEMULA MENJADI Lokasi yang terpetakan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif Lokasi yang dipetakan dari penyebaran penyakit ikan karantina Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan Lokasi Lokasi % Sasaran Strategis 7 Terwujudnya aparatur sipil negara BKIPM yang kompeten, profesional dan berintegritas 31 Indeks kompetensi dan integritas BKIPM % Sasaran Strategis 8 Tersedianya manajemen pengetahuan BKIPM yang handal dan mudah diakses 32 Persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar % Sasaran Strategis 9 Terwujudnya birokrasi BKIPM yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima 33 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BKIPM Indeks A (87) A (87) Sasaran Strategis 10 Terkelolanya anggaran pembangunan BKIPM secara efisien dan akuntabel Nilai kinerja anggaran BKIPM Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BKIPM % % Baik (83) 100 Baik (83)

23 2.4 Pengukuran Kinerja Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NPSS) diperoleh melalui serangkaian penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diperoleh indeks capaian IKU. Penghitungan indeks capaian IKU perlu memperhitungkan jenis polarisasi IKU yang berlaku, yaitu maximize, minimize, dan stabilize. Ketentuan penetapan indeks capaian IKU adalah: 1. angka maksimum adalah 120; 2. angka minimum adalah 0; 3. Formula penghitungan indeks capain IKU untuk setiap jenis polarisasi adalah berbeda, sebagaimana penjelasan berikut: a. Polarisasi Maximize Pada polarisasi maximize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang lebih tinggi dari target, dengan formula: Indeks Capaian IKU =Realisasi/Target x 100% b. Polarisasi Minimize Pada polarisasi minimize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang lebih kecil dari target, dengan formula: Indeks Capaian IKU = {(1 + (1-Realisasi/Target)} x 100% c. Polarisasi Stabilize Pada polarisasi stabilize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang berada dalam suatu rentang tertentu dibandingkan target. 4. Status indeks capaian IKU adalah sebagai berikut: 100 X 120 (memenuhi ekspektasi) 80 X<100 (Belum memenuhi ekspektasi) X<80% (tidak memenuhi ekspetasi) 25

24 3.1 Capaian Kinerja BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA Pengukuran capaian kinerja BKIPM tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dan realisasi IKU pada masing-masing perspektif. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, diperoleh data bahwa capaian Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NPSS) sebesar 100,93%. Nilai tersebut berasal dari capaian kinerja pada masing-masing perspektif, berdasarkan pelaporan melalui sistem aplikasi pengelolaan kinerja di go.id. Nilai NPSS BKIPM dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Nilai Pencapaian Sasaran Strategis BKIPM Nilai merah pada sasaran strategis terwujudnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, disebabkan tidak tercapainya indikator Pertumbuhan PDB perikanan, yang hanya terealisasi 5,77% dari target sebesar 8%. Relisasi capaian kinerja BKIPM tahun 2016 disajikan pada Tabel 3.1 di bawah ini. 26

25 3 4 Tabel 3.1 Capaian Kinerja BKIPM Tahun 2016 INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REAL % Sasaran Strategis 1 Terwujudnya kesejahteraan masyarakat KP 1 Pertumbuhan PDB perikanan % 8 5,77 72,13 Sasaran Strategis 2 Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan 2 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku % usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang undangan kelautan dan perikanan Jumlah pulau-pulau kecil yang mandiri Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra Pulau Kasus Sasaran Strategis 3 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan 5 Persentase peningkatan PNBP BKIPM % 7,5 164, Peningkatan nilai ekspor hasil perikanan % 10,38 8,51 91,98 melalui sertifikasi karantina 7 Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi Unit ,00 persyaratan ekspor 8 Persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina % 84 95,74 113,98 yang dicegah penyebarannya antar zona 9 Jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan Kajian bersifat invasif melalui kajian analisis risiko Sasaran Strategis 4 Tersedianya kebijakan pembangunan BKIPM yang efektif 10 Indeks efektivitas kebijakan pemerintah Indeks 6,5 8, Sasaran Strategis 5 Terselenggaranya sistem perkarantiaan, mutu dan keamanan hayati ikan yang sesuai standar 11 Sertifikat kesehatan ikan ekspor yang Sertifikat ,65 memenuhi persyaratan negara tujuan 12 Sertifikat kesehatan ikan domestik yang Sertifikat memenuhi persyaratan daerah tujuan 13 Instalasi karantina ikan milik pihak ketiga yang Unit layak untuk ditetapkan 14 Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang Unit menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) 14 <

26 INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REAL % 15 Persentase produk perikanan yang masuk ke dalam wilayah RI yang sesuai dengan Unit persyaratan mutu dan keamanan hasil perikanan 16 Lokasi Perairan Laut yang dipetakan dari Lokasi cemaran Marine Biotoxin dan Logam Berat Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang teregistrasi di negara mitra Lokasi yang termonitor kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya Pelaku usaha (UPI) yang menerapkan sistem traceability Sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan ISO 9001 dan ISO Jumlah laboratorium yang memenuhi persyaratan laboratorium penguji Unit Lokasi Unit Sertifikat Unit Unit , , ,65 23 Unit kerja lingkup otoritas kompeten Unit yang konsisten dalam penerapan sistem pengendalian mutu 24 Tenaga Fungsional Pengendali Hama Penyakit Orang Ikan (PHPI) dan Pengawas Mutu (Wastu) yang lulus uji kompetensi 25 Jumlah negara yang harmonis/kerjasama Negara ,56 dalam sistem perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan serta keamanan hayati ikan (MoU/MRA/Approval) Sasaran Strategis 6 Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sistem perkarantinaan, mutu dan keamanan hayati ikan secara profesional dan partisipatif 26 Persentase penyakit ikan eksotik yang dicegah % 80 83,33 104,16 masuk ke dalam wilayah RI 28

27 INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REAL % Persentase penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan, keamanan hayati ikan dan sistem mutu yang diselesesaikan Lokasi yang terpetakan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif % Lokasi , Lokasi yang dipetakan dari penyebaran penyakit ikan karantina Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan Lokasi Sasaran Strategis 7 Terwujudnya aparatur sipil negara BKIPM yang kompeten, profesional dan berintegritas 31 Indeks kompetensi dan integritas BKIPM % 77 86,77 Sasaran Strategis 8 Tersedianya manajemen pengetahuan BKIPM yang handal dan mudah diakses 32 Persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan % 50 61,44 sistem manajemen pengetahuan yang terstandar Sasaran Strategis 9 Terwujudnya birokrasi BKIPM yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima 33 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BKIPM Indeks A A (87) Sasaran Strategis 10 Terkelolanya anggaran pembangunan BKIPM secara efisien dan akuntabel 34 Nilai kinerja anggaran BKIPM % Baik 35 Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BKIPM % % (83) ,4 (88,52) Sangat Baik (95,99) ,29 103, ,75 115,

28 3.2 Analisis dan Evaluasi Stakeholder Perspective Capaian kinerja BKIPM pada Stakeholder Perspective berasal dari satu sasaran strategis, yakni terwujudnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan. Sasaran Strategsi 1. Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan menjadi tolok ukur dari dampak keberhasilan program dan kegiatan BKIPM. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran terwujudnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan adalah pertumbuhan PDB perikanan. IK1. Pertumbuhan PDB Perikanan Indikator Pertumbuhan PDB Perikanan merupakan indikator yang dicascading langsung dari IKU Level 0 KKP. Realisasi terhadap capaian indikator ini mengacu pada data yang dikelaurkan oleh BPS. Angka pertumbuhan PDB Perikanan tahun 2016 masih mengacu pada angka pertumbuhan sementara dari BPS sebesar 5,77%. Realisasi pertumbuhan PDB Perikanan ini masih di bawah target sebesar 8,00%, atau hanya mencapai 72,13%. Namun demikian, angka ini masih lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan PDB nasional, yang hanya sebesar 5,02%. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan PDB sub sektor perikanan, antara lain peningkatan produksi perikanan, pemberian bibit rumput laut, dan pemberian sarana prasarana kepada para nelayan dan pembudidaya ikan. Tabel 3.2 Realisasi IK1 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 TARGET % thd Target Pertumbuhan PDB Perikanan 8,37 5,77%* 12 48,03 Ket.: * nilai sementara berdasarkan data BPS 30

29 Customer Perspective Capaian kinerja BKIPM pada Customer Perspective berasal dari dua sasaran strategis, yaitu 1) terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan; 2) terwujudnya pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan. Sasaran Strategis 2. Terwujudnya Kedaulatan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan Keberhasilan pencapaian sasaran strategis terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan diperoleh dari pencapaian indikator persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku, jumlah pulau-pulau kecil yang mandiri, dan jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra berikut ini. IK2. Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku Kepatuhan adalah ketaatan pelaku usaha/pengguna jasa baik perorangan atau badan hukum yang melakukan kegiatan proses pengelolaan ikan dan produk perikanan dan/atau melakukan kegiatan lalu lintas ikan telah memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundangundangan (regulasi) yang berlaku di bidang perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan. Kegiatan pemasukan dan pengeluaran lalu lintas ikan (impor/ekspor) wajib dilengkapi sertifikat kesehatan ikan; melalui tempat-tempat pemasukan/pengeluaran yang ditetapkan, serta dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina untuk keperluan tindakan karantina. Pada sistem pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, kewajiban yang harus ditaati adalah memiliki kelayakan pengolahan ikan, menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan melalui penilaian kesesuaian, serta sertifikasi terhadap unit pengolahannya maupun produknya. Indikator persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku diukur dari 3 variabel, yaitu perilaku kepatuhan pelaku usaha, kepatuhan pelaku usaha terhadap regulasi, dan kepatuhan standar komoditas yang akan dilalulintaskan bebas dari hama dan penyakit ikan karantina, serta produk yang aman untuk dikonsumsi manusia. 31

30 Tingkat penilaian perilaku kepatuhan pelaku usaha dapat digolongkan menjadi 4 (empat) ketegori perilaku: a. tingkat kepatuhan tinggi, dengan rentang nilai %; kategori apabila pelaku usaha taat dengan kesadaran sendiri secara sukarela dan mempunyai reputasi yang baik jika ditinjau dari profil pelaku usaha. b. tingkat kepatuhan sedang, dengan rentang nilai 70-85%; kategori apabila dengan tidak sengaja pelaku usaha sebagai akibat ketidaktahuan terhadap regulasi dan standar komoditas dan telah memperbaiki perilaku kepatuhannya dan tidak pernah melanggar regulasi/prosedur/persyaratan, atau pelaku usaha yang dikenakan pembekuan sementara (internal suspend) dan telah menindaklanjuti hasil investigasi sebagai akibat adanya kejadian kasus penolakan ekspor. c. tingkat kepatuhan rendah, dengan rentang nilai 51-69%; kategori apabila pelaku usaha yang resisten untuk patuh atau memanfaatkan kesempatan (celah) untuk tidak patuh, dan mengulangi pelanggarannya, atau pelaku usaha yang dikenakan pembekuan (suspend) dan tidak dapat menindaklanjuti hasil investigasi akibat adanya kejadian kasus penolakan ekspor. d. tingkat kepatuhan sangat rendah, dengan rentang nilai 0-50%; kategori pelaku usaha yang dengan sengaja dan terbukti melanggar ketentuan regulasi serta dilakukan penegakkan hukum terhadap pelanggaran yang terjadi. Tabel 3.2 Realisasi IK1 pada Tahun dan Target RPJM TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JASA STANDAR Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi 0-50% 51-69% 70-85% % Regulasi dan Komoditas 17 Orang 17 Orang 16 Orang orang 32

31 Dari Tabel 3.3 di atas, jumlah pelaku usaha perikanan ekspor dan impor yang terdata di sistem sisterkaroline adalah orang. Sebanyak pengguna jasa (98%) masuk ke dalam kategori tingkat kepatuhan tinggi, 16 pengguna jasa (0,6%) masuk kategori kepatuhan sedang, 17 pengguna jasa (0,7%) masuk kategori kepatuhan rendah, 17 pengguna jasa (0,7%) masuk kategori kepatuhan sangat rendah. Sehingga realisasi indikator kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan perikanan terhadap regulasi karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan pada tahun 2016 mencapai 98% dari target 73%. Angka capaian ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan capaian pada tahun Tabel 3.4 Realisasi IK2 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku TARGET % thd Target 83, ,64 IK3. Jumlah pulau-pulau kecil yang mandiri Indikator jumlah pulau-pulau kecil yang mandiri merupakan indikator KKP yang diturunkan langsung ke beberapa Eselon 1. Target indikator yang cascading ke BKIPM sejumlah 15 pulau/ lokasi SKPT, yaitu Biak, Mentawai, Merauke, Moa, Morotai, Natuna, Nunukan, Saumlaki, Sarmi, Simeuleu, Talaud, Tahuna, Timika, Rote Ndao, dan Tual. Namun demikian, BKIPM mengusulkan perubahan target menjadi 14 karena Rote Ndao bukan merupakan wilayah kerja BKIPM, sehingga tidak ada kegiatan operasional dan pengalokasian anggaran ke lokasi tersebut. Relaisasi indikator ini pada tahun 2016 adalah 14 lokasi, sehingga capaiannya 100%. Upaya yang dilakukan BKIPM untuk mendukung terealisasi indikator ini adalah melalui pelaksanaan operasional karantina ikan dan mutu, serta penyediaan sarana dan prasarana. Kegiatan tersebut telah di 14 wilayah kerja BKIPM, yaitu Biak, Mentawai, Merauke, Moa, Morotai, Natuna, Nunukan, Saumlaki, Sarmi, Simeuleu, Talaud, Tahuna, Timika, Tual. Anggaran yang dialokasikan pada 14 pulau tersebut sebesar Rp Tabel 3.5 Realisasi IK3 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 TARGET % thd Target Jumlah pulau-pulau kecil yang mandiri ,16 33

32 IK4. Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra Kontribusi BKIPM dalam meningkatkan kinerja ekspor produk hasil perikanan di pasar internasional adalah dengan menekan jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra agar tidak melampaui jumlah sepuluh (<10) per negara mitra. Indikator ini dihitung berdasarkan notifikasi penolakan yang diterima otoritas kompeten dari negara mitra yang jumlah kasus penolakannya tertinggi. Kasus penolakan ekspor hasil perikanan ke negara mitra yang terjadi selama 2016 masih dapat dikendalikan di bawah 10 kasus. Penolakan ekspor hasil perikanan tertinggi terjadi di negara Rusia, yaitu 4 kasus yang disebabkan oleh kandungan mikrobiologi dan heavy metal. Kasus penolakan lainnya yang terjadi adalah sebagai berikut: 3 kasus di Korea Selatan yang disebabkan oleh Benzopyrene dan Carbon monoxide (CO), 2 kasus di Belanda yang disebabkan oleh merkuri, 2 kasus di Perancis yang disebabkan oleh merkuri dan cadmium, 2 kasus di China yang disebabkan oleh TVB dan Chloramp, 2 kasus di Kanada yang disebabkan oleh Sensory Evaluation, serta 1 kasus di Jerman, Spanyol dan Italia (Jerman disebabkan oleh Salmonella tipe b, Spanyol disebabkan oleh poor temperature control dan Italy disebabkan oleh mercury). Sedangkan untuk negara mitra negara Vietnam dan Norwegia tidak terjadi kasus penolakan (nihil). Tabel 3.6 Realisasi IK4 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN INDIKATOR 2016 Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra TARGET % thd Target < Penanganan terhadap penolakan ekspor tersebut telah dilakukan dengan memberlakukan status internal suspend kepada UPI dan investigasi guna mencari akar permasalahan terjadinya kasus sehingga produk perikanan yang akan diekspor tidak terjadi penolakan kembali. Sasaran Strategis 3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan Keberhasilan sasaran terwujudnya pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang partisipatif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan diukur dengan indikator sebagai berikut. 34

33 IK5. Persentase peningkatan PNBP BKIPM Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Kelautan Dan Perikana, tarif PNBP di BKIPM dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu karantina ikan, mutu hasil perikanan, dan uji profisiensi. Realisasi PNBP BKIPM sampai dengan Desember 2016 adalah sebesar Rp dari target Rp atau mencapai 376,96%. Jika dibandingan dengan realisasi PNBP pada tahun 2015, terjadi penambahan PNBP sebesar Rp , atau meningkat sebesar 163%. Grafik 3.1 Realisasi PNBP BKIPM Tahun Tingginya peningkatan realisasi PNBP dikarenakan usaha BKIPM dalam meningkatkan pengawasan ekspor/impor/antar area terhadap komoditas perikanan yang dilalulintaskan, implementasi e-payment di 47 UPT KIPM, dan integrasi sistem sertifikasi mutu dan karantina ikan sebagaimana amanat UU Nomor 23/2014. Tabel 3.7 Realisasi IK5 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN INDIKATOR 2016 TARGET Persentase peningkatan PNBP BKIPM (5,45)% 28,15% 164,05% 15% - % thd Target 35

34 IK6. Peningkatan nilai ekspor hasil perikanan melalui sertifikasi karantina Indikator peningkatan nilai ekspor hasil perikanan melalaui sertifikasi karantina diukur dengan membandingkan nilai ekspor tahun berjalan (A) dengan tahun sebelumnya (B), dengan rumus perhitungan sebagai berikut: %_NE= ((A-B))/B x 100% Ket. : NE : peningkatan nilai ekspor A : nilai ekspor tahun berjalan B : nilai ekspor tahun sebelumnya Frekuensi ekspor perikanan yang dilaporkan melalui UPT BKIPM pada 2016 sebanyak , dengan volume untuk komoditas hidup sebanyak 2,61 milyar ekor dan komoditas non hidup sebesar 1,09 juta ton. Nilai ekspor perikanan pada 2016 sebesar US$5,99 milyar. Dari keseluruhan ekspor perikanan tahun 2016 tersebut, sebanyak 92,31% merupakan ikan konsumsi, yaitu sebesar US$5,71 milyar dimana udang vaname merupakan komoditas dengan estimasi nilai ekspor terbesar, yaitu sebesar US$141,95 juta disusul tuna (US$69.24 juta), tawes (US$57,74 juta), dan kepiting sebesar (US$57.07 juta). Untuk nilai ekspor ikan hias yang dilaporkan pada UPT BKIPM pada tahun 2016 sebesar US$45,56 juta mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 44.28%. Negara tujuan ekspor terbesar untuk komoditas konsumsi yang dilaporkan adalah Amerika Serikat (230,49 ribu ton), China (136,09 ribu ton), Jepang (103,17 ribu ton), Vietnam (84,54ribu ton) dan Thailand (68,97 ribu ton). Grafik 3.2 Perbandingan Jumlah HC dengan Nilai Ekspor 36

35 Jika dibandingkan dengan nilai ekspor perikanan yang dilaporkan melalui UPT BKIPM pada tahun 2015 sebesar US$5,52 milyar, terjadi peningkatan sebesar 8,51% pada Meskipun terjadi peningkatan nilai ekspor, namun belum dapat memenuhi target sebesar 10,38%. Hal ini disebabkan, pada tahun 2016 terjadi penurunan harga yang cukup besar dibandingkan pada tahun 2015, seperti lobster dari US$42,6/kg menjadi US$10,97/kg. Tabel 3.8 Realisasi IK6 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Peningkatan nilai ekspor hasil perikanan melalui sertifikasi karantina TARGET % thd Target 6,53% 8,51% 12% 67,17% IK7. Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan ekspor Inspeksi dan verifikasi terhadap pelaksanaan SSOP/GMP dan penerapan HACCP di UPI dilaksanakan untuk memastikan bahwa UPI tersebut secara konsisten menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. sebagaimana diamanatkan pada Permen KP Nomor PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pada proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Realisasi indikator ini diukur dengan menghitung jumlah UPI yang mendapatkan sertifikat HACCP dari otoritas kompeten, sebagai salah satu persyaratan ekspor ke negara mitra. Realisasi jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor pada 2016 mencapai 667 UPI dari target 575 UPI atau mencapai 116%. Sedangkan jika dibandingkan dengan target, realisasi ini sudah mencapai 102%, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.8 di bawah ini. Tabel 3.9 Realisasi IK7 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan ekspor 2014 CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 TARGET % thd Target ,62 37

36 IK8. Persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dicegah penyebarannya antar zona Upaya pencegahan masuk dan tersebarnya HPIK di Indonesia didasarkan pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/KEPMEN-KP/2016 tentang Status Tidak Bebas Hama dan Penyakit Ikan Karantina di Wilayah Negara Republik Indonesia yang sudah ada di dalam wilayah Indonesia. Berdasarkan Keputusan Menteri tersebut, terdapat 13 jenis Penyakit Ikan Karantina yang tersebar di 141 lokasi. Indikator persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dicegah penyebarannya antar zona (P) diukur dengan membandingkan jumlah jenis HPIK yang sudah ditemukan (A) dan jumlah jenis HPIK yang menyebar dari zona tidak bebas ke zona bebas (B), dengan rumus perhitungan sebagai berikut: %= 1-((A - B))/B x 100% Ket.: A: Jumlah total lokasi sebaran HPIK yang baru B: Jumlah total lokasi sebaran HPIK berdasarkan Kepmen KP No.58/2016 Capaian indikator ini diperoleh dari hasil kegiatan pemetaan penyakit ikan karantina Tahun 2016 yang dilakukan di 339 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Hasil pemetaan Tahun 2016 ditemukan 6 lokasi sebaran baru Penyakit Ikan Karantina, sehingga tingkat keberhasilan capaian indikator ini adalah 95,74% dari target 84% atau mencapai 113%. Tabel 3.10 Realisasi IK8 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dicegah penyebarannya antar zona TARGET % thd Target 64% 95,74% 98% 97,69 38

37 Lokasi sebaran baru penyakit ikan karantina dimaksud terdapat di: 1) Kabupaten Tangerang ditemukan Infectious myonecrosis virus (IMNV) pada Litopenaeus vannamei; 2) Kota Cirebon ditemukan Aeromonas salmonicida pada Clarias batracus; 3) Kabupaten Cilacap ditemukan Taura syndrome virus (TSV) pada Litopenaeus vannamei; 4) Kabupaten Lamongan ditemukan Infectious hypodermal and haematopoietic necrosis virus (IHHNV) pada Litopenaeus vannamei; 5) Kabupaten Karangasem ditemukan Infectious myonecrosis virus (IMNV) pada Litopenaeus vannamei; dan 6) Kota Muara Enim ditemukan Edwardsiella ictaluri pada Clarias batracus. Pengendalian sebaran Penyakit Ikan Karantina pada Tahun 2016 lebih berhasil jika dibandingkan dengan pengendalian sebaran pada Tahun Jika pada Tahun 2015 hanya mencapai 64%, pada Tahun 2016 pengendaliannya mencapai 95,04%. Dengan demikian terdapat peningkatan upaya pengendalian sebesar 31,04%. IK9. Jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif melalui kajian analisis resiko Indikator jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif melalui kajian analisis risiko diukur dengan menghitung jenis ikan yang dikaji analisis risikonya dengan mengacu kepada rencana kerja tahunan telah ditetapkan melalui Keputusan Kepala BKIPM. Pada tahun 2016, telah dilakukan kajian analisis risiko sebanyak 10 kajian, sebagaimana target sebanyak 10 kajian atau mencapai 100%. Sehingga sampai dengan tahun 2016 ini, BKIPM telah melakukan kajian analisis risiko sebanyak 21 kajian dari target RPJM sebesar 80 kajian, atau mencapai 26,25%. Tabel 3.11 Realisasi IK9 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif melalui kajian analisis risiko TARGET % thd Target ,47 Adapun kajian analisis risiko jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif Tahun 2016 terdiri dari Analisis Risiko Pemasukan Spesies Asing Invasif: 1) Kerang Mediterania; 2) Red Claw; 3) Cichlasoma urophthalmus dan C. trimaculatum; 4) Tetraodon sp; 5) Katak Tebu; 6) Alligator Gar; 7) Lionfish; 8) Ikan Roach; 9) Lates niloticus; dan 10) Tilapia zillii. Sehingga sampai dengan tahun 2016, BKIPM telah melakukan kajian terhadap 21 jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasive. 39

38 Internal Process Perspective Capaian kinerja BKIPM pada Internal Process Perspective berasal dari tiga sasaran strategis sebagai berikut. Sasaran Strategis 4. Tersedianya kebijakan pembangunan BKIPM yang efektif Keberhasilan pencapaian sasaran strategis Tersedianya kebijakan pembangunan BKIPM yang efektif diperoleh dari pencapaian tiga belas indikator kinerja berikut ini. IK10. Indeks efektivitas kebijakan pemerintah Indeks efektivitas kebijakan pemerintah adalah suatu ukuran untuk menilai sejauh mana kebijakan yang diterbitkan oleh KKP dapat diterima oleh stakeholders kelautan perikanan, serta mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut. Indikator indeks efektivitas kebijakan pemerintah merupakan indikator di Level 0 yang diturunkan ke seluruh level I dengan metode lingkup dipersempit. Indeks efektivitas kebijakan bidang perkarantinaan ikan mutu dan keamanan hasil perikanan diukur melalui survei ke pengguna jasa. Pelaksanaan survei efektivitas telah dilakukan oleh Pusat Karantina Ikan terhadap Permen KP No.33/2014 dan Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan terhadap Kepmen KP No.52A/2013 pada November 2016, sehingga realisasi indikator ini pada 2016 sebesar 8,47 dari target 6,5 atau mencapai 120%. Tabel 3.12 Realisasi IK10 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 TARGET Indeks efektivitas kebijakan pemerintah 8,1 8, % thd Target 40

39 Sasaran Strategis 5. Terselenggaranya sistem perkarantiaan, mutu dan keamanan hayati ikan yang sesuai standar Keberhasilan pencapaian sasaran strategis Terselenggaranya sistem perkarantiaan, mutu dan keamanan hayati ikan yang sesuai standar diperoleh dari pencapaian tiga belas indikator kinerja berikut ini. IK11. Sertifikat kesehatan ikan ekspor yang memenuhi persyaratan negara tujuan Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) atau yang disingkat HC merupakan bukti pengendalian penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan yang diterbitkan apabila suatu produk/hasil perikanan telah memenuhi persyaratan atau standar yang berlaku sehingga aman untuk dikonsumsi manusia dan kelestarian hayati ikan. Penerbitan HC mutu didasarkan pada hasil surveilan terhadap konsistensi penerapan HACCP selama proses produksi di Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan hasil pengujian sesuai dengan Keputusan Kepala BKIPM Nomor 59 Tahun Sedangkan penerbitan HC karantina ikan mengacu pada PP Nomor 15 Tahun 2002, SOP Nomor 01 Tahun 2015 dan SOP Nomor 03 Tahun Target indikator ini pada 2016 sebesar sertifikat, terdiri dari HC karantina sebesar dan HC mutu sebesar Total HC yang diterbitkan sampai dengan Desember 2016 adalah sebanyak sertifikat atau mencapai 115,65%, terdiri dari HC karantina sebesar sertifikat dan HC mutu sebesar sertifikat. Tabel 3.13 Realisasi IK11 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN INDIKATOR 2016 Sertifikat kesehatan ikan ekspor yang memenuhi persyaratan negara tujuan TARGET % thd Target ,54 41

40 Dari HC mutu yang diterbitkan tersebut, terjadi peningkatan sebesar sertifikat jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar sertifikat. Volume ekspor tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 12,66%, dari 664,95 ribu ton pada tahun 2015 menjadi 737,91 ribu ton pada tahun Untuk nilai ekspor juga terjadi peningkatan sebsar 5,33%, dari US$ 3,87 milyar pada tahun 2015 menjadi US$ 4,08 milyar pada tahun Untuk HC karantina pada tahun 2016, meningkat sebesar sertifikat dibandingkan tahun 2015 sebesar sertifikat. Volume ekspor non konsumsi mengalami peningkatan dari 2,17 milyar ekor dan 383,32 ribu ton pada tahun 2015 menjadi 2,61 milyar ekor dan 355,91 ribu ekor tahun 2016, dengan nilai ekspor sebesar US$1,91 milyar. IK12. Sertifikat kesehatan ikan domestik yang memenuhi persyaratan daerah tujuan Sertifikasi kesehatan ikan domestik dilakukan melalui tindakan karantina ikan dalam rangka mencegah tersebarnya HPIK antar area di dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Pada tahun 2016 realisasi indikator ini sebesar sertifikat dari target sebesar sertifikat atau mencapai 220%. Tabel 3.14 Realisasi IK12 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN INDIKATOR 2016 Sertifikat kesehatan ikan domestik yang memenuhi persyaratan daerah tujuan TARGET % thd Target ,61 Komoditas hidup yang dominan dilalulitaskan dan dilaporkan melalui UPT adalah benih vannamei 9,47 miliar ekor, benih windu 2,57 miliar ekor, udang vaname 1,93 milyar ekor, bandeng 1,41 milyar ekor, benih bandeng 590,33 juta ekor, dan ikan lainnya sebsar 680,79 juta ekor. Sedangkan untuk komoditas non hidup yang dominan adalah tongkol 51,19 ribu ton, rumput laut 49,20 ribu ton, bandeng 24,48 ribu ton, cakalang 20,50 ribu ton, tuna 1 9, 3 5 ribu ton, dan produk lainnya sebesar 232,93 ribu ton. 42

41 Grafik 3.3 Komoditas Hidup dan Non Hidup Yang Dominan Dilalulintaskan IK13. Instalasi karantina ikan milik pihak ketiga yang layak untuk ditetapkan Instalasi Karantina Ikan adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina guna mencegah masuk dan tersebarnya HPIK dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya HPI dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Instalasi Karantina Ikan milik Pihak Ketiga adalah instalasi karantina yang dibangun oleh perorangan atau badan hukum dan telah ditetapkan dalam bentuk sertifikat instalasi karantina ikan, yang pengelolaannya di bawah pengawasan UPT KIPM. Indikator instalasi karantina ikan milik pihak ketiga yang layak untuk ditetapkan diukur dengan menghitung jumlah instalasi karantina ikan milik pihak ketiga yang telah ditetapkan sebagai Instalasi Karantina Ikan (IKI) melalui keputusan Kepala BKIPM. Pada tahun 2016, telah ditetapkan 429 unit IKI dari target 230 unit atau mencapai 185,22%. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015, realisasi ini meningkat sebesar 165%. Tabel 3.15 Realisasi IK13 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN INDIKATOR 2016 Instalasi karantina ikan milik pihak ketiga yang layak untuk ditetapkan TARGET % thd Target

42 IK14. Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) adalah metode yang berisikan standar operasional prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan penggunaan fasilitas instalasi karantina dilakukan secara efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar biosekuriti untuk menjamin kesehatan ikan. Penerapan CKIB bertujuan untuk mendorong Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) melaksanakan manajemen kesehatan ikan yang baik dengan menerapkan prinsip-prinsip biosekuriti pada produksi budidaya ikan sehingga dapat memenuhi jaminan kesehatan ikan. Pada tahun 2016, realisasi UUPI yang telah disertifikasi CKIB sebanyak 197 unit, terdiri dari 6 unit grade A, 113 unit grade B, dan 78 unit grade C. Realisasi ini mencapai 112,57% dari target sebesar 175 unit. Namun demikian, Jika dibandingkan dengan target RPJM tahun, realisasi ini baru mencapai 39,4%. Oleh sebab itu, dalam 3 tahun mendatang perlu dilakukan terus sosialisasi kepada para pengguna jasa dan meningkatkan pelayanan karantina agar semua pengguna jasa memanfaatkan pelayanan sertifikasi CKIB tersebut. Tabel 3.16 Realisasi IK14 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN INDIKATOR 2016 Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) TARGET % thd Target ,4 IK15. Persentase produk perikanan yang masuk ke dalam wilayah RI yang sesuai dengan persyaratan mutu dan keamanan hasil perikanan Indikator persentase produk perikanan yang masuk ke dalam wilayah RI yang sesuai dengan persyaratan mutu dan keamanan hasil perikanan dihitung dengan membandingkan jumlah total permohonan dengan jumlah permohonan yang ditolak. %Produk Mutu=(A-B)/A x100% Ket: A : Jumlah Izin Pemasukan Hasil Perikanan B : Jumlah Izin Pemasukan Hasil Perikanan yang ditolak 44

43 Capaian indikator ini diperoleh dari jumlah izin pemasukan hasil perikanan sebanyak 74 buah (tidak ada izin yang ditolak), sehingga presentase produk perikanan yang masuk ke dalam wilayah RI yang sesuai dengan persyaratan mutu dan keamanan hasil adalah (74-0) / 74 x 100%= 100% dari target sebesar 75%. Tabel 3.17 Realisasi IK15 pada Tahun dan Target RPJM CAPAIAN INDIKATOR KINERJA 2016 INDIKATOR Persentase produk perikanan yang masuk ke dalam wilayah RI yang sesuai dengan persyaratan mutu dan keamanan hasil perikanan TARGET % thd Target 100% 80% 125 Pelaksanaan penanganan importasi produk perikanan yang dilaksanakan oleh UPT di pintupintu masuk impor saat ini baru berdasarkan verifikasi dokumen impor dan pengambilan sample produk. Sampel yang telah diambil tersebut diuji untuk memastikan bahwa produk tersebut sesuai dengan mutu dan keamanan yang dipersyaratkan. Penanganan importasi hasil perikanan telah dilaksanakan oleh BKIPM di beberapa wilayah pintu pemasukan hasil perikanan, yaitu Jakarta, Surabaya, Banyuwangi, Semarang, dan Lampung. Gambar 3.2 Pemeriksaan Karantina Instalasi KIPM Puspa Agro 45

44 IK16. Lokasi perairan laut yang dipetakan dari cemaran marine biotoxin dan logam berat Pemetaan perairan cemaran marine biotoxin dan logam berat di Indonesia perlu dilakukan mengingat sebagai negara tropis yang memiliki sebaran terumbu karang yang cukup luas, perairan Indonesia sangat berpotensi terjadinya blooming binatang bersel satu tertentu yang memproduksi ciguatoxin (CTX). Daerah terumbu karang merupakan daerah yang cocok bagi tempat hidup bentik dinoflagellata yang biasanya menempel pada algae (ganggang) laut yang hidup di batu-batu karang. Keracunan ciguatoxin atau disebut Ciguatera Fish Poisoning (CFP) adalah keracunan karena mengkonsumsi ikan yang berada di perairan karang pada musim tertentu yang mengandung organism yang memproduksi ciguatoxin (blooming) seperti kakap, kerapu, baronang, dan barakuda. Dengan kegiatan pemetaan ini diharapkan dapat diketahui dan dimonitor perairanperairan mana saja yang berpotensi tercemar oleh marine biotoxin dan logam berat sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan khususnya di BKIPM dan di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Indikator lokasi perairan laut yang dipetakan dari cemaran marine biotoxin dan logam berat diukur dengan menghitung realisasi jumlah lokasi perairan (teluk, selat, wilayah pesisir) laut yang dipetakan dari cemaran Marine Biotoxin dan Logam Berat. Target awal pada tahun 2016 adalah sejumlah 5 lokasi, yaitu perairan di Jakarta, Surabaya, Lampung, Makassar dan Ambon. Namun demikian, karena adanya adanya efisiensi anggaran (retreat II KKP), kegiatan monitoring dan pemetaan marine biotoxin dan logam berat tidak dilanjutkan sehingga dilakukan penyesuaian target menjadi 1 lokasi. Capaian pada tahun 2016 sebesar 100%, yaitu pemetaan cemaran marine biotoxin dan logam berat di perairan Teluk Hurun, Lampung bersamaan dengan terjadinya Harmful Algae Blooming (HAB) pada triwulan II Tabel 3.18 Realisasi IK16 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Lokasi Perairan Laut yang dipetakan dari cemaran Marine Biotoxin dan Logam Berat TARGET % thd Target

45 Dari hasil identifikasi, pada Stasiun I mengandung plankton penghasil biotoxin, yaitu Alexandrium sp., Dynophisis sp., dan Pyrodinium sp. Pada Stasiun II mengandung plankton penghasil biotoxin, yaitu Nitzshia sp., Alexandrium sp., Dynophisis sp., dan Pyrodinium sp. Pada Stasiun III mengandung plankton penghasil biotoxin, yaitu Nitzshia sp., Alexandrium sp., Dynophisis sp., dan Pyrodinium sp. Hal ini menunjukkan ikan perairan Lampung khususnya Teluk Hurun memiliki potensi untuk terkontaminasi biotoxin (Gambar 3.3). Gambar 3.3 Titik Pengambilan Sampel Air di Teluk Hurun Lampung 47

46 IK17. Unit Pengolahan Ikan yang teregistrasi di negara mitra Dalam rangka penyerasian/harmonisasi sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan antara Indonesia dengan negara-negara tujuan ekspor, maka masing-masing negara yang akan melakukan ekspor harus meregistrasi/mendaftarkan UPI yang telah bersertifikat HACCP. Registrasi UPI ini bertujuan supaya UPI yang melakukan ekspor diakui oleh Otoritas Kompeten negara mitra, mempermudah penelusuran dan penyelesaian apabila UPI terkena kasus, dan mempermudah melakukan evaluasi terhadap UPI. Indikator Unit Pengolahan Ikan yang teregistrasi di negara mitra diukur dengan menghitung jumlah UPI bersertifikat HACCP yang mendapatkan nomor registrasi dari Kepala BKIPM dan mendapat persetujuan (approval number) dari negara mitra. Pada tahun 2016, jumlah UPI telah diregistrasi ke negara mitra dan memperoleh approval number bertambah sebesar 174 unit dari target 150 unit. Rincian UPI tersebut adalah Uni Eropa 4 unit, Kanada 27 unit, Korea Selatan 37 unit, China 53 unit, Vietnam 53 unit. Untuk Custom Union (Rusia, Belarus, Kazakhstan, Armenia, dan Kirgystan), tidak terdapat penambahan UPI baru yang didaftarkan. Tabel 3.19 Realisasi IK17 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang teregistrasi di negara mitra 2014 CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 TARGET % thd Target IK18. Lokasi yang termonitor kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya Pemantauan ikan dilakukan terhadap kesegaran ikan, residu kimia dan bahan berbahaya pada ikan segar, baik yang yang beredar di sekitar pelabuhan perikanan dan bahan baku yang digunakan industri perikanan skala besar di sekitar pelabuhan perikanan. Pengujian dilakukan berdasarkan potensi dan jenis ikan yang ada di lokasi pemantauan, karena dengan jenis ikan dapat diketahui bahaya yang akan mempengaruhi mutu ikan. Pemantauan tidak dilakukan terhadap semua parameter uji tetapi dilakukan dengan pengujian selektif. Kegiatan monitoring kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya tidak dilanjutkan pada semester II tahun 2016 akibat adanya efisiensi anggaran hasil retreat KKP, dengan realisasi 48

47 pada triwulan II tahun 2016 sebanyak 17 lokasi. PPI Muara Angke, PPN Karangantu, PPN Palabuhanratu, PPS Nizam Zachman, PPS Bitung, PPS Cilacap, PPN Brondong, Ternate, PPP Bajomulyo, Pelabuhan Tasik Agung, Bangkalan, Perairan Probolinggo, Perairan Sorong, Perairan Makassar, Perairan Lampung, Perairan Ambon, Perairan Bali. Tabel 3.20 Realisasi IK18 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN INDIKATOR 2016 Lokasi yang termonitor kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya TARGET % thd Target ,13 Dari pengujian mikrobiologi beberapa sampel ikan yang diambil dari pelabuhan perikanan, miniplant/supplier maupun pasar ikan masih ada hasilnya yang melebihi batas aman yang disebabkan dari kontaminasi peralatan atau personil yang menangani ikan belum menerapkan prinsi-prinsip sanitasi, higiene dan sistem rantai dingin dalam penanganan ikan. Untuk pengujian kandungan ciguatoxin dari sampel ikan karang yang ditangkap dari perairan Bali, Probolinggo, Makassar, Sorong, Ambon dan Lampung semuanya negatif ciguatoxin, hal ini menjadi dasar bahwa hasil perikanan Indonesia bebas dari racun ciguatoxin dan diterima oleh seluruh pasar internasional. IK19. Pelaku usaha (UPI) yang menerapkan sistem traceability Sistem traceability merupakan bagian penting dalam sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai persyaratan internasional. Setiap produk hasil perikanan yang akan didistribusikan dari hulu ke hilir harus dapat ditelusuri melalui pemenuhan alur informasi dan basis data. Sistem traceability ditujukan untuk mengendalikan produk apabila terjadi insiden keamanan pangan atau produk yang bermasalah akan mudah ditelusuri. Pada 2016, realisasi indikator ini sebesar 41 UPI dari target 42 UPI atau mencapai 97,62%. Jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2015, terjadi penurunan sebsar 24 unit. Hal ini disebabkan karena adanya perbaikan/revisi checklist verifikasi penerapan sistem traceability pada UPI. Namun demikian, untuk pelaksanaan pada tahun 2017, diharapkan akan dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. 49

48 Tabel 3.21 Realisasi IK19 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Pelaku usaha (UPI) yang menerapkan sistem traceability TARGET % thd Target ,06 IK20. Sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan HACCP merupakan suatu sistem manajemen keamanan pangan yang didasarkan pada tindakan pencegahan terhadap bahaya keamanan hasil perikanan yang untuk dikonsumsi manusia dari bahaya yang bersifat biologi, kimia dan fisik. Dengan penerapan sistem HACCP, identifikasi suatu yang mungkin akan muncul di dalam proses, tindakan pengendalian yang dibutuhkan akan dapat ditempatkan sebagaimana mestinya sehingga pemantauan terhadap bahaya keamanan pangan akan mudah dilaksanakan. Hal ini untuk memastikan bahwa keamanan pangan memang dikelola dengan efektif dan untuk menurunkan ketergantungan pada metode tradisional seperti pengujian pada produk akhir (end product testing). Sertifikat penerapan HACCP merupakan salah satu persyaratan mutlak dan wajib harus dimiliki oleh unit Pengolahan ikan, bila akan melakukan ekspor hasil produksi perikanannya. Sertifikasi penerapan HACCP mengacu kepada tata cara penerbitan HACCP sesuai Peraturan Kepala BKIPM Nomor PER.03/BKIPM/2011 tentang Pedoman Teknis Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Indikator sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan diukur dengan menghitung jumlah realisasi sertifikat HACCP yang diterbitkan pada tahun berjalan. Pada tahun 2016 telah diterbitkan sebanyak sertifikat HACCP dari target sebanyak atau mencapai 156,69%. INDIKATOR KINERJA Sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan Tabel 3.22 Realisasi IK20 pada Tahun dan Target RPJM 2014 CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 TARGET % thd Target ,02 50

49 IK21. Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan ISO 9001 dan ISO Indikator Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan ISO 9001 dan ISO diukur dengan menghitung jumlah UPT dan unit kerja lingkup OK yang tersertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 dan menghitung jumlah UPT yang telah menerapkan SNI ISO/IEC 17020:2012 dan mendaftarkan akreditasi ke KAN. Untuk mencapai ISO 9001:2015 dilakukan dalam 7 tahap, yaitu Pelatihan ISO 9001:2015, Pelatihan Internal Audit, Pemutakhiran Dokumen, Sosialisasi Dokumen, Pelaksanaan internal audit, Pelaksanaan eksternal audit, dan Kaji Ulang Manajemen. Sedangkan untuk mencapai sertifikasi ISO 17020:2012 dilakukan dengan tahapan: Pelatihan ISO 17020:2012, pelaksanaan supervisi, Penerapan ISO 17020:2012, Audit internal, Kaji ulang manajemen, Pendaftaran, dan Monitoring dan evaluasi. Target indikator kinerja unit pelaksana teknis yang menerapkan ISO 9001:2015 adalah 13 unit kerja. Pada 2016, telah dilakukan verifikasi terhadap 13 satuan kerja, yaitu Pusat SKK, Direktorat Produksi, Balai Besar KIPM Jakarta I, Balai Besar KIPM Makassar, Balai KIPM Surabaya II, Balai KIPM Jakarta II, Balai KIPM Medan I, Balai KIPM Denpasar, Balai KIPM Surabaya I, Balai KIPM Semarang, Stasiun KIPM Lampung, Stasiun KIPM Merauke, Stasiun KIPM Cirebon. Sehingga capaian indikator ini adalah sebesar 100%. Sedangkan target indikator kinerja unit pelaksana teknis yang menerapkan ISO 17020:2012 adalah 12 unit kerja. Sampai dengan bulan Desember 2016, telah tercapai 12 unit kerja, yaitu Stasiun KIPM Merak, Balai KIPM Mataram, Balai KIPM Palembang, Balai Besar KIPM Jakarta I, Stasiun KIPM Batam, Stasiun KIPM Jambi, Stasiun KIPM Palangkaraya, Stasiun KIPM Medan II, Stasiun KIPM Etikong, Stasiun KIPM Jogjakarta, Stasiun KIPM Bandung, dan Stasiun KIPM Pangkal Pinang. Tabel 3.23 Realisasi IK21 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan ISO 9001 dan ISO TARGET % thd Target ,19 51

50 IK22. Jumlah laboratorium yang memenuhi persyaratan laboratorium penguji Berdasarkan Keputusan Kepala BKIPM Nomor 8/KEP-BKIPM/2015 tentang Standar Kompetensi Laboratorium Pengujian Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada UPT BKIPM, setiap UPT wajib menambah ruang lingkup akreditasi pengujian HPIK sesuai dengan sebaran HPIK dan meningkatkan kemampuan pengujian di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai dengan komoditas perikanan yang berada di wilayah masing-masing. Oleh karena itu, perlu dilakukan verifikasi dan evaluasi terhadap konsistensi penerapan sistem manajemen mutu laboratorium SNI ISO/IEC 17025:2008 di UPT BKIPM dalam penambahan ruang lingkup pengujian HPIK dan mutu hasil perikanan. Target indikator kinerja ini pada 2016 adalah 17 unit kerja yang melakukan penambahan ruang lingkup pengujian. Pada 2016, terdapat 20 unit kerja yang telah melakukan penambahan ruang lingkup pengujian, yaitu Balai Besar KIPM Makassar, Balai KIPM Medan I, Balai KIPM Surabaya I, Balai KIPM Surabaya II, Balai Besar KIPM Jakarta I, Balai KIPM Jakarta II, Balai KIPM Denpasar, Balai KIPM Jayapura, Stasiun KIPM Lampung, Stasiun KIPM Pekanbaru, Balai KIPM Semarang, Balai KIPM Palembang, Stasiun KIPM Cirebon, Stasiun KIPM Medan II, Balai KIPM Manado, Stasiun KIPM Ambon, Stasiun KIPM Merak, Stasiun KIPM Kupang, Stasiun KIPM Kendari, dan Stasiun KIPM Bandung. Sehingga capaian pada 2016 sebesar 117,64%. Tabel 3.24 Realisasi IK22 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Jumlah laboratorium yang memenuhi persyaratan laboratorium penguji TARGET % thd Target ,55 IK23. Unit Kerja lingkup otoritas kompeten yang konsisten dalam penerapan sistem pengendalian mutu Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi terhadap sistem pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang telah dilaksanakan melalui kegiatan official control mulai dari hulu sampai hilir, maka Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) selaku Otoritas Kompeten perlu melakukan verifikasi terhadap penerapan kegiatan tersebut, untuk memastikan bahwa sistem apakah sudah berjalan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan oleh negara tujuan dan atau peraturan/prosedur yang telah ditetapkan di Indonesia. 52

51 Indikator unit kerja lingkup otoritas kompeten yang konsisten dalam penerapan sistem pengendalian mutu diukur dengan menghitung jumlah unit kerja yang diberikan rekomendasi hasil verifikasi. Untuk mencapai indikator ini dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu verifikasi official control dan kompilasi data hasil verifikasi. Target indikator ini adalah sejumlah 23 unit kerja. Pada 2016, telah dilakukan verifikasi penerapan sistem pengendalian mutu terhadap 23 unit kerja, yaitu LPPMHP Lampung, LPPMHP Surabaya, BUSKIPM, Laboratorium Bangil, Laboratorium Situbondo, Dinas KP Provinsi Kepulauan Riau, Dinas KP Provinsi Maluku, Dinas KP Provinsi Kalimantan Timur, Dinas KP Sulawesi Tenggara, Dinas KP Jawa Barat, Dinas KP Jawa Tengah, BPAP Jepara, BBPBAT Sukabumi, PT. Mutu Agung Lestari, PT. SGS Indonesia, PPISHP DKI Jakarta, PPS Nizam Zachman, PPS Cilacap, PPS Kendari, PPN Prigi, PPN Pekalongan, PPN Karangantu, dan PPN Brondong. Sehingga capaian indikator ini pada 2016 sebesar 100%. Tabel 3.25 Realisasi IK23 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan ISO 9001 dan ISO TARGET % thd Target ,31 IK24. Tenaga Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI) dan Pengawas Mutu (Wastu) yang lulus uji kompetensi Indikator tenaga fungsional PHPI dan Wastu yang lulus uji kompetensi diukur dengan menghitung jumlah fungsional yang mengikuti uji kompetensi dan lulus. Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah penyusunan kurikulum/materi uji kompetensi untuk fungsional PHPI dan Wastu dan Pelaksanaan Uji Kompetensi fungsional PHPI/Wastu di dua lokasi yaitu Jakarta dan Makasar. Pelaksanaan uji kompetensi pada tahun 2016 dilakukan dalam 2 tahap, yaitu untuk PHPI pada Mei 2016 dan Wastu pada Juni Jumlah fungsional PHPI yang mengikuti uji kompetensi sebanyak 196 orang dan yang lulus 192 orang. Sedangkan fungsional Wastu yang mengikuti uji kompetensi berjumlah 16 orang dan yang lulus 16 orang. Target indikator Tenaga Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI) dan Pengawas Mutu (Wastu) yang lulus uji kompetensi sebesar 200 orang. Realisasi pada pada 2016, yaitu sebesar 208 orang atau mencapai 104%. 53

52 INDIKATOR KINERJA Tabel 3.26 Realisasi IK24 pada Tahun dan Target RPJM Tenaga Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI) dan Pengawas Mutu (Wastu) yang lulus uji kompetensi CAPAIAN 2015 INDIKATOR TARGET 245 % thd Target 84,89 IK25. Jumlah negara yang harmonis/kerjasama dalam sistem perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan serta keamanan hayati ikan (MoU/MRA/Approval) Indikator di atas diukur dengan menghitung jumlah negara/lembaga yang memberikan pengakuan atau kesepakatan (MoU/MRA) terkait penerapan sistem perkarantinaan ikan dan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Target indikator jumlah negara yang harmonis/kerjasama dalam sistem perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan serta keamanan hayati ikan (MoU/MRA/Approval) adalah 35 negara. Pada 2016, BKIPM dapat mempertahankan harmonisasi sistem perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan dengan negara mitra yang harmonis sebanyak 38 negara atau mencapai 105,56%. Negara mitra tersebut adalah Kanada, China, Vietnam, Korea Selatan, Norwegia, 28 negara anggota Uni Eropa, dan 5 negara anggota Eurasian Economic Union (Rusia, Belarys, Kazakhstan, Armenia, dan Kirghizstan). Pada 2016, BKIPM telah berhasil memproses perpanjangan MRA dengan Korea Selatan. Hal ini ditandai dengan penandatanganan yang dilakukan oleh Kepala BKIPM dengan Direktur Jenderal National Fishery Product Quality Management Service (NFQS) pada tanggal 2 September 2016 di Denpasar. Di samping itu, juga telah dilakukan penendatanganan Letter of Intent on Promotion of Sanitary and Phyto-Sanitary Electronic Certification (SPS E-Certification) for Fish and Fisheries Product pada tanggal 23 November Letter of Intent ini merupakan kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Kementerian Perdagangan Luar Negeri Belanda. INDIKATOR KINERJA Tabel 3.27 Realisasi IK25 pada Tahun dan Target RPJM Jumlah negara yang harmonis/kerjasama dalam sistem perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan serta keamanan hayati ikan (MoU / MRA/Approval) CAPAIAN 2015 INDIKATOR TARGET 38 % thd Target

53 Sasaran Strategis 6. Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sistem perkarantinaan, mutu dan keamanan hayati ikan secara profesional dan partisipatif Keberhasilan pencapaian sasaran strategis terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sistem perkarantinaan, mutu dan keamanan hayati ikan secara profesional dan partisipatiff diperoleh dari pencapaian indikator persentase penyakit ikan eksotik yang dicegah masuk ke dalam wilayah RI, lokasi yang dipetakan dari penyebaran penyakit ikan karantina, tingkat keberhasilan pemberantasan dan penanggulangan pelanggaran karantina ikan, lokasi yang terpetakan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif berikut ini. IK26. Persentase penyakit ikan eksotik yang dicegah masuk ke dalam wilayah RI BKIPM memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan pencegahan penyakit eksotik masuk ke dalam wilayah Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/ KEPMEN-KP/2015 dan Keputusan Menteri Kelautandan Perikanan nomor 81/KEPMEN-KP/2015. Dalam Keputusan Menteri tersebut, jenis-jenis penyakit eksotik itu adalah 1) Channel Catfish Virus Disease (CCVD); 2) Spring Viraemia of Carp Disease (SVCD); 3) Infectious Pancreatic Necrosis Disease (IPND); 4) Infectious Haematopoeitic Necrosis Disease (IHND); 5) Grouper Iridovirus Disease (GIVD); 6) White Tail Disease (WTD); 7) Monodon Slow Growth Syndrome (MSGS) atau Laem Singh Virus (LSNV)/Retinopathy; 8) Epizootic Haematopoietic Necrosis Disease (EHND); 9) Viral Haemorhagic Septicaemia Disease (VHSD); 10) Abalone Viral Gangliometris (AVG); 11) Infection with Ostreid Herpesvirus-1; 12) Early Mortality Syndrome (EMS)/Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND); 13) Infection with Xenohaliotis californiensis; 14) Nocardiosis/Gill Tubercolosis (Nocardia crassostreae); 15) Nocardiosis/Gill Tubercolosis (Nocardia asteroides); 16) Infection with Bonamia exitiosa; 17) Infection with Bonamia ostreae; 18) Infection with Martelia refringens; 19) Infection with Perkinsus marinus; 20) Infection with Gyrodactylus salaris; 21) Sand Paper Disease (Ichtyophonus hoferi); 22) Infection with Batrachochytrium dendrobatidis; 23) Epizootic Ulcerative Syndrome (Aphanomyces invadans); 24) Aphanomycosis/Crayfish Plaque (Aphanomyces astaci). Formulasi penghitungan: %Eks=(1- B/A) x 100% Ket: A : Jumlah jenis penyakit ikan karantina eksotik (berdasarkan Kepmen KP No. 80/2015, dan Kepmen KP No. 81/2015). B : Jumlah jenis penyakit ikan karantina eksotik yang tidak dapat berdasarkan laporan hasil uji laboratorium, hasil pemantauan HPIK. 55

54 Pada 2016, BKIPM menargetkan pencegahan penyakit ikan eksotik yang masuk ke dalam wilayah RI sebesar 77%. Capaian indikator ini adalah sebesar 83,33% atau 114,71%. Data ini diperoleh dari laporan kegiatan impor di 18 UPT KIPM, di mana terdapat 4 jenis penyakit ikan eksotik yang tidak dilakukan pencegahan pemasukannya, yaitu: IPNV, VHSV, IHNV, dan Infection with Ostreid Herpesvirus-1 pada Balai KIPM Jakarta II serta VHSV pada Balai KIPM Semarang. Permasalahan tidak dilakukan pencegahan terhadap 4 jenis penyakit tersebut adalah karena belum tersedianya bahan uji laboratorium pada kedua UPT tersebut. Oleh karena itu, perlu dialokasikan bahan uji pada UPT tersebut pada Tahun Anggaran Tabel 3.28 Realisasi IK26 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Persentase penyakit ikan eksotik yang dicegah masuk ke dalam wilayah RI TARGET % thd Target 100% 83,33% 96% 86,80 IK27. Persentase penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan, keamanan hayati ikan dan sistem mutu yang diselesaikan Indikator persentase penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan, keamanan hayati ikan dan sistem mutu yang diselesaikan merupakan upaya yang dilakukan BKIPM untuk menyelesaikan setiap pelanggaran perkaratinaan dan penolakan ekspor hasil perikanan yang terjadi. Untuk karantina, penanganan pelanggaran komoditas perikanan dilakukan dengan pengawasan, pengamatan, pencatatan, dan pengumpulan bahan keterangan (wasmatcapulbaket). Wasmatcapulbaket dilanjutkan dengan: 1) diterbitkan Surat Perintah Penyidikan, jika kasus memenuhi unsur pidana UU Nomor 16 Tahun 1992; 2) serahkara, jika kasus memenuhi unsur pidana di luar UU Nomor 16 Tahun 1992; 3) pemusnahan atau penolakan, jika kasus tidak memenuhi unsur pidana UU Nomor 16 Tahun 1992; dan 4) pelepasliaran atau diserahkan ke BKSDA. Sedangkan untuk mutu dan keamanan hasil perikanan, penanganan kasus merupakan upaya penyelesaian dan tindak lanjut terhadap notifikasi penolakan ekspor dari otoritas kompeten negara mitra. Proses kegiatan ini meliputi evaluasi kasus dan pemberian sanksi pelarangan ekspor sementara (internal suspend) kepada UPI; investigasi ke UPI; perbaikan hasil investigasi oleh UPI; evaluasi terhadap perbaikan hasil investigasi; pembukaan sanksi; dan pengiriman 56

55 informasi ke otoritas kompeten negara mitra. Formulasi penghitungan: %kasus= (A+B)/N x 100% Ket: A : Kasus pelanggaran perkarantinaan dan keamanan hayati ikan yang diselesaikan B : Kasus penolakan ekspor hasil perikanan yang diselesaikan N : Total kasus pelanggaran pelanggaran Target indikator persentase penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan, keamanan hayati ikan dan sistem mutu yang diselesaikan pada 2016 adalah sebesar 95%. Dari total 171 kasus (153 kasus pelanggaran karantina dan 18 kasus penolakan ekspor), BKIPM telah menyelesaikan dan menindaklanjuti semua kasus tersebut. Sehingga capaian indikator ini pada 2016 adalah 100% atau mencapai 105,26%. Tabel 3.29 Realisasi IK27 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Persentase penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan, keamanan hayati ikan dan sistem mutu yang diselesesaikan TARGET % thd Target 90,91% 100% 95% 26,25 Kegiatan penanganan pelanggaran yang dilakukan UPT KIPM terdiri dari: a) pengumpulan bahan keterangan (pulbaket) yang ditindak lanjuti dengan pelepasliaran sebanyak 119 kasus. Pulbaket dilakukan terhadap kasus yang nilai barang tidak signifikan; b) Proses penyidikan 14 kasus; c) P19 sebanyak 2 kasus; d) P21 sebanyak 1 kasus; e) Putusan Pengadilan sebanyak 17 kasus. 57

56 Gambar 3.4 Koordinasi Penegakkan Hukum dengan Polri dan Bea Cukai Nilai sumber daya ikan yang diselamatkan adalah sebesar Rp306,8 milyar dengan volume sebanyak ekor dan Kg, untuk komoditas seperti kepiting, benih lobster, arwana, kura-kura, napoleon, kuda laut, kepiting tapak kuda, mutiara, sirip hiu dan produk perikanan lainnya. IK28. Lokasi yang terpetakan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif Pemasukan, penyebaran dan penggunaan berbagai spesies asing baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja yang kemudian menjadi invasif telah menyebabkan 58

57 kerugian ekologi, ekonomi dan sosial yang cukup besar. Pemetaan sebaran jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif adalah proses inventarisasi agen hayati pada suatu wilayah perairan umum Indonesia untuk mengetahui sebaran jenis yang tergolong dilindungi, dilarang dan invasif. Indikator lokasi yang terpetakan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif diukur dengan menghitung jumlah lokasi perairan umum daratan (danau, waduk, rawa dan Daerah Aliran Sungai (DAS), perairan umum lainnya), serta sentra-sentra budidaya, penjualan ikan hias dan ikan konsumsi di wilayah kerja UPT BKIPM yang dipantau dan dipetakan melalui survei jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif. Target indikator ini pada 2016 adalah sebesar 56 lokasi, dengan realisasi 56 lokasi atau 100%. Tabel 3.30 Realisasi IK28 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Lokasi yang terpetakan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif TARGET % thd Target ,12 Hasil pemetaan jenis asing, dilindungi, dilarang dan/atau besifat invasif. Kegiatan ini dilaksanakan oleh UPT KIPM di 56 lokasi ditemukan jenis sebagai berikut: a. Jenis ikan dilindungi: (1) Belida (Notopterus notopterus) di DAS Kelekar, DAS Wampu Langkat, DAS Mahakam Hilir, Danau Ranau; (2) Botia (Chromobotia macracanthus) di Danau Sentarum; (3) Mimi (Tachypleus tridentatus) di DAS Bengawan Solo; (4) Pesut Mahakam (Orcaella breviostris) di DAS Mahakam; b. Jenis ikan dilarang dan/atau invasif: (1) Keong mas (Pomacea caniculata) di Sungai Cidanau; (2) Red Devil (Amphilopus citrinellus); (3) Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) Sungai Cidanau, Waduk Cirata, Sungai Ciliwung, Waduk Gajah Mungkur, Danau Limboto; (4) Cichlid (Hemicromis elongatus) di Waduk Darma, Sungai Konaweha, Waduk Cirata; (5) Parambassis sp di Waduk Cirata, Sungai Ciliwung, Danau Limboto. 59

58 Gambar 3.5 Pemetaan Jenis Agen Hayati di DAS Mahakam IK29. Lokasi yang dipetakan dari penyebaran penyakit ikan karantina Indikator lokasi yang dipetakan dari penyebaran penyakit ikan karantina diukur dengan cara menghitung jumlah kabupaten/kota yang telah dilakukan pemantauan sebaran penyakit ikan karantina. Kegiatan pemantauan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada musim kemarau dan musim penghujan. Target indikator ini pada 2016 adalah sebesar 339 kabupaten/kota. Capaian pada 2016 sebesar 339 kabupaten/kota telah dilakukan pemantauan HPIK atau mencapai 100%. 60

59 INDIKATOR KINERJA Tabel 3.31 Realisasi IK29 pada Tahun dan Target RPJM Lokasi yang dipetakan dari penyebaran penyakit ikan karantina CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 TARGET % thd Target ,69 IK30. Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan merupakan kombinasi dari nilai pengawasan dan pemenuhan fasilitas. Nilai pengawasan merupakan nilai rata-rata dari pengawasan internal (sertifikasi domestik masuk, domestik keluar, ekspor, impor, koordinasi lintas instansi serta monitoring dan evaluasi) dan pengawasan eksternal (survei kepuasan masyarakat). Sedangkan nilai pemenuhan fasilitas didapatkan dari nilai rata-rata pemenuhan sarana prasarana dan sumber daya manusia. Formula penghitungan: ((A+B))/2 x 100% Ket: A : Nilai rata-rata pengawasan B : Nilai rata-rata pemenuhan fasilitas Indikator ini diperoleh dari nilai pengawasan internal-eksternal dan nilai pemenuhan fasilitas yang dilakukan pada 6 lokasi wilayah perbatasan, yaitu Entikong, Motaain, Natuna, Saumlaki, Marore, dan Sabang (Tabel 3.31 dan 3.32). Tabel 3.32 Nilai Pengawasan Internal dan Eksternal NO LOKASI Entikong Motaain Natuna Saumlaki Marore Sabang Rata - Rata PENGAWASAN INTERNAL 87,00 74,67 69,67 84,44 68,67 68,89 75,56 PENGAWASAN EKSTERNAL 76,55 83,96 73,78 77,00 83,83 76,48 78,60 RATA-RATA (%) 81,78 79,31 71,72 80,72 76,25 72,69 77,08 61

60 Tabel 3.33 Nilai Pemenuhan Fasilitas NO LOKASI Entikong Motaain Natuna Saumlaki Marore Sabang Rata - Rata PENGAWASAN INTERNAL 85,00 85,00 90,00 90,00 85,00 85,00 86,67 PENGAWASAN EKSTERNAL 50,00 70,00 70,00 75,00 50,00 50,00 60,83 RATA-RATA (%) 67,50 77,50 80,00 82,50 67,50 67,50 73,75 Capaian tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan adalah nilai rata-rata hasil evaluasi dan verifikasi pengawasan internal dan eksternal sebesar 77,08% dan nilai pemenuhan fasilitas sebesar 73.75%, sehingga nilai rata-rata tingkat keberhasilan pengawasan yaitu 75,4%. Gambar 3.6 Pengawasan Terpadu di Perbatasan Sota - Papua New Guinea 62

61 Learning And Growth Perspective Capaian kinerja BKIPM pada Learning and Growth Perspective berasal dari empat sasaran strategis sebagai berikut. Sasaran Strategis 7. Terwujudnya aparatur sipil negara BKIPM yang kompeten, profesional dan berkepribadian Keberhasilan pencapaian sasaran strategis terwujudnya harmonisasi sistem penjaminan mutu yang implementatif diperoleh dari pencapaian indikator Indeks kompetensi dan integritas BKIPM berikut ini. IK31. Indeks kompetensi dan integritas BKIPM Indeks Kompetensi dan Integritas BKIPM merupakan nilai yang diperoleh dari jumlah nilai komponen-kompenen yang menjadi kriteria kompetensi dan integritas dari organisasi BKIPM yang meliputi : a. Nilai persentase penginputan SKP seluruh unit kerja lingkup BKIPM; b. Nilai rata-rata persentase kehadiran pegawai lingkup BKIPM; c. Nilai rata-rata hasil assessment pegawai lingkup BKIPM; d. Nilai persentase pelaporan LHKPN/LHKASN dari seluruh pegawai lingkup BKIPM. Nilai indeks didapatkan dengan menjumlahkan seluruh nilai dari masing-masing komponen kemudian membagi dengan jumlah komponen. Target kinerja Indeks Kompetensi dan Integritas BKIPM pada tahun 2016 adalah 77% dengan nilai realisasi 86,7% atau mencapai 112,6. Nilai Indeks Kompetensi dan Integritas BKIPM merupakan kinerja yang baru diimplementasikan tahun 2016, karena pada tahun 2015 BKIPM menggunakan indikator Indeks Kesenjangan Kompetensi. indikator ini pada 2016 sebesar 8,47 dari target 6,5 atau mencapai 120%. Tabel 3.34 Realisasi IK31 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 TARGET Indeks kompetensi dan integritas BKIPM 92,03% 86,7% 85% 102 % thd Target 63

62 Permasalahan yang dihadapi dalam pengukuran kinerja ini adalah bahwa nilai Asessment yang diperlukan adalah nilai yang diperoleh melalui assessment yang dilaksanakan oleh Pihak Ketiga yang hasil asssementnya diserahkan kepada Biro Kepegawaian untuk dikelola. Nilai assessment tersebut tidak memungkinkan untuk dihitung sendiri oleh Bagian Kepegawaian karena harus melalui proses analisa data yang kompleks. Selain itu, perhitungan persentase pelaporan LHKPN/LHKASN masih terkendala oleh data wajib lapor yang terus mengalami perubahan akibat dinamika organisasi yang menyebabkan pemegang jabatan yang wajib melaporkan kekayaan pejabatnya seperti kepala UPT yang menjadi Kuasa Pengguna Anggaran, pejabat pengadaan/penerimaan, bendahara, dan jabatan lainnya di beberapa unit kerja terus mengalami perubahan yang mengakibatkan data pelaporan juga mengalami perubahan. Perhitungan indikator kinerja ini terbantu oleh pengisian SKP dan absensi pegawai yang sudah bisa dilakukan secara online, serta peraturan yang semakin ketat dalam pengisiannya sehingga nilai yang diperoleh dari komponen ini cenderung baik. Pengembangan SDM BKIPM, menekankan manusia sebagai pelaku yang memiliki etos kerja produktif, keterampilan, kreativitas, disiplin, profesiona-lisme, loyalitas serta memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembang kan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maupun kemampuan manajemen. Hal ini harus terus dikembangkan baik secara kualitas maupun kuantitas guna keberhasilan pembangunan BKIPM. Sasaran Strategis 8. Tersedianya manajemen pengetahuan BKIPM yang handal dan mudah diakses Keberhasilan pencapaian sasaran strategis tersedianya manajemen pengetahuan BKIPM yang handal dan mudah diakses diperoleh dari pencapaian indikator persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar berikut ini. IK32. Persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar Sistem manajemen pengetahuan merupakan suatu rangkaian yang memanfaatkan teknologi informasi yang dugunakan oleh instansi pemerintah atau swasta untuk mengidentfikasi, menciptakan, menjelaskan dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali. Indikator persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan 64

63 yang terstandar merupakan cascading adopsi langsung dari level 0 KKP. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggunakan teknologi informasi Bitrix24 dalam penerapan manajemen pengetahuan di lingkungan KKP dengan alamat web kinerjakkp.bitrix24.com. Melalui sistem informasi Bitrix24 ini, pegawai KKP dapat melakukan interaksi dalam bentuk uraian teks, gambar, audio, video maupun penyebaran informasi dan polling. Perhitungan capaian indikator ini pada tahun 2016 diperoleh dari 2 komponen, yaitu jumlah satuan kerja/struktural pusat BKIPM yang telah terintegrasi dalam manajemen pengetahuan dan keaktivan dalam berinteraksi dan berbagi pengetahuan. Pada level 1, pengukuran indikator ini dihitung dari nilai rata-rata implementasi manajemen pengetahuan pada level 2. Sedangkan pada level 2, di hitung dari jumlah level 3 dan level 4 yang bergabung dengan sistem informasi Bitrix24. Pada 2016, realisasi indikator ini mencapai 61,4% dari target sebesar 50%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh struktural BKIPM di pusat telah ikut ambil bagian dalam berbagi informasi yang terkait dengan kebijakan dan pengetahuan yang berkembang dalam pembangunan kelautan dan perikanan. Kegiatan yang menunjang indikator ini adalah: a. pengumpulan data user dari masing-masing satuan kerja Pusat lingkup BKIPM, untuk pembuatan user aplikasi manajemen pengetahuan; b. optimaslisasi penggunaan aplikasi manajemen pengetahuan dengan memperbarui berita dan informasi lingkup BKIPM. Tabel 3.35 Realisasi IK32 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar Ket.: Pada tahun 2016, menggunakan rumus perhitungan yang baru TARGET % thd Target 83,33 61, ,25 65

64 Sasaran Strategis 9. Terwujudnya birokrasi BKIPM yang efektif, efisien dan beroriantasi pada layanan prima Keberhasilan pencapaian sasaran strategis terwujudnya birokrasi BKIPM yang efektif, efisien dan beroriantasi pada layanan prima diperoleh dari pencapaian indikator nilai kinerja reformasi birokrasi BKIPM berikut ini. IK33. Nilai kinerja reformasi birokrasi BKIPM Nilai kinerja reformasi birokrasi BKIPM merupakan nilai yang diperoleh dari proses penilaian baik secara mandiri oleh Inspektorat Jenderal melalui Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) maupun penilaian dari Kementerian PAN dan RB. Penilaian ini dilakukan terhadap pelaksanaan Sembilan program mikro reformasi birokrasi. Penilaian Kinerja Reformasi Birokrasi BKIPM dilakukan melalui Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) maupun penilaian dari instansi luar oleh Kementerian PAN dan RB terhadap pelaksanaan sembilan program mikro Reformasi Birokrasi. Target indikator nilai kinerja reformasi birokrasi BKIPM pada 2016 adalah 87 (kategori A/ Memuaskan), dengan nilai realisasi pada 2016 sebesar 88,52. Hasil ini lebih tinggi dari nilai kinerja reformasi birokrasi yang diperoleh pada tahun 2015 yaitu A (84,29). INDIKATOR KINERJA Tabel 3.36 Realisasi IK33 pada Tahun dan Target RPJM CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 TARGET % thd Target Nilai kinerja reformasi birokrasi BKIPM 84,29 88,52 >90 98,36 Secara keseluruhan pelaksanaan Sembilan program mikro reformasi birokrasi yang menjadi komponen pendukung penilaian kinerja ini berjalan dengan baik. Namun sebagian besar pelaksanaan program reformasi birokrasi kurang didukung data pelaksanaan evaluasi dan tindakan perbaikan. Beberapa elemen juga belum dipenuhi, yaitu pelaksanaan assessment terhadap seluruh pegawai yang target pelaksanaannya akan dilakukan secara terintegrasi oleh Biro Kepegawaian di tahun

65 Sasaran Strategis 10. Terkelolanya anggaran pembangunan BKIPM secara efisien dan akuntabel Keberhasilan pencapaian sasaran strategis terkelolanya anggaran pembangunan BKIPM secara efisien dan akuntabel diperoleh dari pencapaian indikator nilai kinerja anggaran BKIPM dan persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BKIPM berikut ini. IK34. Nilai kinerja anggaran BKIPM Nilai kinerja anggaran adalah proses menghasilkan suatu nilai capaian kinerja untuk setiap indikator yang dilakukan dengan membandingkan data realisasi dengan target yang telah direncanakan sebelumnya. Data berasal dari sistem aplikasi SMART Kemenkeu dan menggunakan rumus perhitungan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011. Penilaian kinerja dilakukan dengan menghitung nilai kinerja atas aspek implementasi dan nilai kinerja atas aspek manfaat, dikalikan dengan bobot masing-masing aspek berkenaan. Selanjutnya, Nilai Kinerja (NK) untuk pelaksanaan program dihitung dengan menjumlahkan perkalian nilai aspek implementasi dan aspek manfaat dengan bobot masing-masing. Realisasi indikator ini pada 2016 adalah 95,99% dari target 83%, atau mencapai 115,65%. Tabel 3.37 Realisasi IK34 pada Tahun dan Target RPJM INDIKATOR KINERJA CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 Nilai kinerja anggaran BKIPM Baik (86,88%) Sangat baik (95,99%) TARGET % thd Target 90% 105,66 IK35. Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BKIPM Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Laporan keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Pada 2016, realisasi indikator persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BKIPM sebesar 100%. Capaian ini berdasarkan hasil audit semester I tahun 2016 yang dilakukan BPK, di mana semua hasil temuan telah ditindaklanjuti dan diselesaikan. 67

66 INDIKATOR KINERJA Tabel 3.38 Realisasi IK35 pada Tahun dan Target RPJM Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BKIPM CAPAIAN 2015 INDIKATOR 2016 TARGET % thd Target 100% 100% 100% Realisasi Anggaran Berdasarkan data per 27 Januari 2016 dengan menggunakan aplikasi online monitoring SPAN, realisasi penyerapan DIPA BKIPM TA 2016 untuk semua jenis belanja sebesar Rp ,64 miliar atau mencapai 97,52% dari total pagu sebesar Rp ,00 milyar. Realisasi penyerapan DIPA tahun 2016 ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 97,34%. Realisasi penyerapan DIPA dalam periode sebagaimana terlihat dalam Grafik 3.2 di bawah ini. Grafik 3.4 Realisasi Penyerapan DIPA BKIPM Tahun

67 Untuk realisasi per jenis belanja pada tahun 2016 ini, realisasi belanja pegawai mencapai sebesar Rp (97,53% dari pagu Rp ), belanja barang sebesar Rp (97,38% dari pagu Rp ), dan belanja modal mencapai sebesar Rp (97,69% dari pagu Rp ). Adapun rincian realisasi per jenis belanja selama periode adalah sebagai berikut. Tabel 3.39 Rincian Realisasi Anggaran BKIPM Tahun

68 3.4 Capaian kinerja lainnya A. Bulan Bakti Kegiatan Bulan Bakti Karantina dan Mutu Hasil Perikanan dilaksanakan selama bulan Mei 2016, dengan tema Melalui Gerakan Masyarakat Sadar Mutu dan Karantina (GEMASATUKATA) Kita Wujudkan Kedaulatan, Keberlanjutan dan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan. Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan peran BKIPM; membangkitkan dan menggerakan kesadaran masyarakat dalam pengendalian penyakit ikan, mutu dan keamanan hayati ikan; serta pemberian apresiasi kepada stakeholders. Serangkaian acara yang dilaksanakan pada bulan bakti, antara lain: Sosialisasi dan edukasi kepada stakeholder yang melibatkan orang; Pelepasliaran lobster di Manado, Jakarta dan Batam dengan jumlah total sebanyak ekor dan penanaman 1000 batang mangrove di pantai Bengkulu, Palu dan Denpasar; Donor darah 500 Kantong kerjasama dengan PMI; Pelepasan benih ikan arwana banjar red (184 ekor), papuyu ( ekor), kelabau ( ekor), gurame ( ekor), jelawat (5.000 ekor), dan patin ( ekor). 70

69 B. Dwelling time Gambar 3.7 Pelepasan Benih Ikan Bersama Gubernur Kalimantan Selatan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kementerian Kelautan dan Periksanan (KKP) terus mendorong perbaikan sistem dwelling time atau waktu bongkar muat yang terdapat di berbagai pelabuhan di Tanah Air. Dalam dwelling time atau waktu tunggu layanan di pelabuhan, BKIPM memberikan kontribusi selama 0,03 hari dari waktu tunggu layanan nasional selama 3,7 hari. Hasil tersebut merupakan rata-rata waktu tunggu layanan di UPT BKIPM, yaitu di sejumlah pelabuhan besar di Indonesia, seperti di Pelabuhan Belawan (Sumatra Utara) kontribusi BKIPM 8 menit 42 detik terhadap dwelling time 3,9 hari, di Pelabuhan Tanjung Priok kontribusi BKIPM 37 menit 8 detik terhadap dwelling time 2,07 hari, di Pelabuhan Tanjung Perak (Jawa Timur) kontribusi 71

70 BKIPM 26 menit 2 detik terhadap dwelling time 3,4 hari, dan di Pelabuhan Tanjung Emas (Jawa Tengah) kontribusi BKIPM mengambil waktu 76 menit 34 detik terhadap dwelling time 5,19 hari. C. E-payment PNBP Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) meluncurkan layanan pembayaran non tunai atau e-payment untuk pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pelayanan non tunai telah diaplikasikan di 47 Unit Pelaksana Teknis BKIPM. Layanan e-payment ini bertujuan mempercepat proses penyetoran PNBP ke negara, sekaligus mendukung program pelayanan birokrasi yang bersih dan transparan. Selain itu, penggunaan layanan non tunai tersebut juga bisa membantu petugas dalam meringkas transaksi keuangan agar aman, mudah, cepat dan terkontrol. Melalui e-payment pengguna jasa BKIPM tidak perlu repot-repot menyiapkan uang tunai, pembayaran bisa langsung dilakukan secara debit ataupun kartu kredit melalui mesin EDC (Electric Data Capture) kepada Bank Persepsi, yaitu Bank BNI, Bank BRI dan Bank Mandiri 72

71 73

72 BAB 4 PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Pada tahun berjalan, BKIPM secara rutin telah melakukan pemantauan capaian indikator kinerja, output maupun realisasi anggaran. Hal ini dilakukan sebagai early warning system atas pencapaian target kinerja di tahun anggaran berjalan, serta bahan evaluasi dalam penyusunan dokumen perencanaan tahun berikutnya. Secara umum, capaian sasaran strategis dan IKU BKIPM yang diperjanjikan telah tercapai sesuai rencana dan target yang ditetapkan. Namun demikian, terdapat beberapa kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2016, antara lain: a. Ada beberapa indikator kinerja yang tingkat capaiannya di atas 120%, yang mengindikasikan target yang ditetapkan masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan anggaran yang dialokasikan; b. Belum optimalnya perencanaan target kinerja serta monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian target yang ditetapkan; c. Belum optimalnya pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di wilayah perbatasan dan sentra kelautan dan perikanan terpadu. 4.2 REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi kinerja BKIPM pada tahun 2016, sebagai upaya peningkatan kinerja pada tahun berikutnya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti, sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas perencanaan kinerja dengan memanfaatkan data realisasi tahun sebelumnya sebagai dasar penentuan target tahun berikutnya. Penganggaran juga diintegrasikan dengan penentuan target kinerja sehingga lebih menggambarkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja. b. Meningkatkan kualitas monitoring dan evaluasi kinerja yang dilakukan secara periodik (bulanan dan triwulanan) agar pelaksanaannya lebih efektif dan menghasilkan rencanarencana aksi yang mendukung pencapaian target IKU. c. Meningkatkan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di wilayah perbatasan dan sentra kelautan perikanan terpadu, melalui koordinasi dengan koordinasi dan penanganan terpadu bersama Bea Cukai, Polri, TNI, Kejaksaan, Kemendag, Barantan. 74

73 LAMPIRAN

74 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja BKIPM Tahun

75 77

76 78

77 Lampiran 2. Aktifitas Perkarantinaan Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan 79

78 Pemeriksaan Domestik Masuk Ikan Bubara, Kakap, Tenggiri, Kaci-Kaci, Asal Dobo 80

79 81

80 Pelepasliaran Lobster Bertelur di Perairan Pulau Panjang Jepara 82

81 Pemeriksaan Media Pembawa (Importasi) Fish Feed di Instalasi Puspa Agro 83

82 Pemurnian Bakteri di Laboratorium Balai KIPM Semarang 84

83 Lampiran 3. Bulan Bakti BKIPM 85

84 Pembukaan Bulan Bakti BKIPM bersama Gubernur Bangka Belitong 86

85 Puncak Kegiatan Bulan Bakti BKIPM bersama Gubernur Kalimantan Selatan 87

86 Lampiran 3. Retreat Evaluasi Program Prioritas KKP Tahun Retreat III KKP Tahun

87 Retreat I KKP Tahun

88 90

89 Lampiran 4. Penerapan Pelayanan Publik di BKIPM 91

90

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.-/217 DS2632-8649-856-81 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BKIPM KATA PENGANTAR

LAPORAN KINERJA BKIPM KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (LKj BKIPM) tahun 2015 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban BKIPM dalam penggunaan anggaran yang

Lebih terperinci

LKj - BKIPM 2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

LKj - BKIPM 2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN i KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (LKj BKIPM) tahun 2014 disusun berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah - BKIPM 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah - BKIPM 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BKIPM tahun 2013 disusun berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi

Lebih terperinci

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346 Pos Elektronik ditjenpsdkp@kkp.goid

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Per

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Per No.1757, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. UPT Pelayanan Operasional KIPM. Kriteria Klasifikasi. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PERMEN-KP/2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN SERTIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK (CKIB)

STANDAR PELAYANAN SERTIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK (CKIB) 2016 STANDAR PELAYANAN SERTIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN STANDAR PELAYANAN SERTIFIKASI DAN INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK (CKIB) SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN

Lebih terperinci

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan adanya kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan adanya kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka LAPORAN KINERJA Sekretariat

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tabel 1 Sasaran program, Indikator Kinerja, Target, Realisasi dan Persentase Capaian

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tabel 1 Sasaran program, Indikator Kinerja, Target, Realisasi dan Persentase Capaian IKHTISAR EKSEKUTIF Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian merupakan institusi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati dengan visi Menjadi Pusat

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STANDAR PELAYANAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013 Halaman 1 dari 26 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Tugas dan Fungsi...

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) Triwulan I Tahun 2017 sebagai wujud pertanggungjawaban

Lebih terperinci

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN III 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN III 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Triwulan III Tahun ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja terhadap

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2013 SEKRETARIAT BKIPM

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2013 SEKRETARIAT BKIPM i Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2013 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN I 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN I 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Triwulan I Tahun 2014 ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SUPM NEGERI PARIAMAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA SUPM NEGERI PARIAMAN TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA SUPM NEGERI PARIAMAN TAHUN 2016 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan laporan yang disusun sebagai pertanggungjawaban hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam satu tahun. Laporan ini mengukur

Lebih terperinci

TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Jakarta 10110 Telp/Fax : (021)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 13/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

PROGRAM UNGGULAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM)

PROGRAM UNGGULAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM) PROGRAM UNGGULAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM) BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM) KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan.. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

BALAI KARANTINA IKAN KELAS I NGURAH RAI JL. Air Port I Denpasar Bali 80362

BALAI KARANTINA IKAN KELAS I NGURAH RAI JL. Air Port I Denpasar Bali 80362 BALAI KARANTINA IKAN KELAS I NGURAH RAI JL. Air Port I Denpasar Bali 80362 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN Te NOMOR 40/KEP-BKIPM/2017 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.12-/216 DS9275-658-42-941 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018

ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018 ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018 Banun Harpini Kepala Badan Karantina Pertanian Realisasi Anggaran Per Kegiatan TA 2017 (Per 29 Mei 2017 - jam 9.00) No Kegiatan Pagu Total Realisasi Total

Lebih terperinci

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan PORTOFOLIO DIREKTORAT PERBENIHAN Tugas pokok dan fungsi : Berdasarkan Peraturan Menteri No. Per. 5/MEN/200 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Perbenihan terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dalam kerangka pembangunan kelautan dan perikanan saat ini dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN 2017

LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN 2017 LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN Lampiran Matrik Kinerja TA. (Kegiatan dan Target) PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR KINERJA LOKASI 2 4 5 6 PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERKARANTINAAN

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

L A K I P D J P B T r i w u l a n I I I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

L A K I P D J P B T r i w u l a n I I I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya dan kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, sehingga Laporan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 11/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 11/KEP-BKIPM/2017 TENTANG KEPUTUSAN PERIKANAN NOMOR 11/KEP-BKIPM/2017 TENTANG TIM MANAJEMEN PERUBAHAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERIKANAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI UNTUK INDONESIA POROS MARITIM DUNIA. Kerangka Rencana Strategis Perum Perindo

KONTRIBUSI UNTUK INDONESIA POROS MARITIM DUNIA. Kerangka Rencana Strategis Perum Perindo KONTRIBUSI UNTUK INDONESIA POROS MARITIM DUNIA Kerangka Rencana Strategis Perum Perindo 2016-2020 Laut adalah Masa Depan Peradaban 17.504 Pulau Negara Kepulauan 5,8 juta km2 Luas Wilayah 8500 spesies ikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 16/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/SJ/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014 L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 4, D J P B KATA PENGANTAR Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus

Lebih terperinci

reformasi birokrasi yang harus diwujudkan dan dilaksanakan oleh seluruh instansi pemerintahan. Salah satu wujud atas pelaksanaan tugas dan

reformasi birokrasi yang harus diwujudkan dan dilaksanakan oleh seluruh instansi pemerintahan. Salah satu wujud atas pelaksanaan tugas dan 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik adalah amanat reformasi birokrasi yang harus diwujudkan dan dilaksanakan oleh seluruh instansi pemerintahan. Salah satu

Lebih terperinci

PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN

PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Tugas pokok Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan adalah tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, norma, standar,

Lebih terperinci

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo adalah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) merupakan suatu hal yang penting bagi terselenggaranya manajemen

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin menyusun Rencana Kerja Tahunan untuk Tahun Anggaran 2018. Rencana Kerja Tahunan Balai Karantina

Lebih terperinci

LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016

LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016 LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum... 2 1.3. Maksud dan Tujuan... 2 1.4. Ruang Lingkup... 3 1.5. Sistematika Penyajian Laporan...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017 Rapat Koordinasi Terpadu Perikananan Budidaya 2017 dilaksanakan pada tanggal 7-10 Mei 2017 di Grand Serpong Hotel, Kota Tangerang

Lebih terperinci

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73 C. Pengelolaan Keuangan... 67 BAB IV PENUTUP... 73 Kesimpulan... 73 LAMPIRAN : - Pernyataan Telah Direviu - Formulir Checklist Reviu - Reviu Matrik Rencana Strategis Pengadilan Tinggi Jakarta Tahun 2010-

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Balai Besar KIPM Jakarta I

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Balai Besar KIPM Jakarta I KATA PENGANTAR Perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan dari rule government menjadi good government menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

2017, No Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomo

2017, No Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1262, 2017 KEMEN-KP. Penugasan Pelaksanaan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan. Perubahan. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK

PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas rahmat dan hidayahnya, penyusunan Pedoman Teknis Sertifikasi Cara Karantina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) bagi suatu organisasi pemerintah merupakan suatu kewajiban sebagai upaya mewujudkan tata kelola system yang modern. RSB

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 74 /KEP-BKIPM/2015 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 74 /KEP-BKIPM/2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16 JAKARTA 10110, KOTAK POS 4130 JKP 10041 TELEPON (021) 3519070 (LACAK),

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2017 D A F T A R I S I KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN)

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN) 14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Laporan Kinerja (LKj) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Siak Tahun 2016, merupakan wujud dari

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TA Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LAPORAN KINERJA TA Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan LAPORAN KINERJA TA 2016 Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan TIM PENYUSUN Penasehat Penanggung Jawab Penyusun Kontributor Luthfi Assadad Arif Rahman Hakim Nur Fitriana

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN AERTEMBAGA BITUNG

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN AERTEMBAGA BITUNG BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN AERTEMBAGA BITUNG LAPORAN KINERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN

Lebih terperinci

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) 5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK NILAI-NILAI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Pelayanan Memberikan layanan yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanggungjawaban rencana strategis kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu jalur pertanggungjawaban keuangan dan jalur pertanggungjawaban kinerja.

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii i Kata Pengantar Seraya memanjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Kepegawaian Daerah telah dapat melalui tahapan lima tahun kedua pembangunan jangka menengah bidang kepegawaian

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KKP 2016

LAPORAN KINERJA KKP 2016 ii KATA PENGANTAR aporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2016, yang merupakan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1. GAMBARAN UMUM a. Kondisi Umum 1. Kedudukan Kecamatan Kandis merupakan bagian dari Kabupaten Siak, yang dibentuk berdasarkan pemekaran dari kecamatan Minas yang diundangkan sesuai Perda

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BUPATI BARRU, TTD. Ir. H. ANDI IDRIS SYUKUR, MS.

KATA PENGANTAR BUPATI BARRU, TTD. Ir. H. ANDI IDRIS SYUKUR, MS. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata ala yang telah memberi rahmat dan karunia-nya, sehingga dokumen Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Barru Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 1-1? 134Hoci 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

H a l a m a n i KATA PENGANTAR

H a l a m a n i KATA PENGANTAR SUPM NEGERI LADONG BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2016 H a l a m a n i KATA PENGANTAR Dalam rangka mengukur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2016 Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. Ir. Nilanto Perbowo, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2016 Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. Ir. Nilanto Perbowo, M. KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci