LAPORAN KINERJA KKP 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA KKP 2016"

Transkripsi

1

2 ii

3 KATA PENGANTAR aporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2016, yang merupakan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Presiden dalam arahannya telah menyampaikan bahwa Laut adalah Masa Depan Bangsa. Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai institusi pemerintah yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan telah menetapkan 3 pilar misi pembangunan dalam Rencana Strategis Tahun , yakni Kedaulatan (Sovereignty), Keberlanjutan (Sustainability), dan Kesejahteraan (Prosperity). Seluruh kebijakan yang ditempuh selama tahun 2016 merupakan penjabaran dari 3 pilar misi tersebut, yang dalam sistem pengelolaan kinerja KKP ditetapkan dalam 10 Sasaran Strategis dengan 20 Indikator Kinerja Utama dengan pendekatan 4 perspektif dalam metoda Balanced Scorecard. Laporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2016 menggambarkan capaian kinerja tahun 2016 dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja, beserta analisisnya. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target tahun 2016, akan menjadi rencana tindak lanjut untuk perbaikan kinerja tahun Masukan dan saran perbaikan yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk peningkatan kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam rangka mewujudkan Laut sebagai Masa Depan Bangsa. Jakarta, 27 Februari 2017 Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti iii

4 iv

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... vii ix BAB 1 BAB 2 BAB 3 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maksud dan Tujuan Tugas dan Fungsi KKP Sumber Daya Manusia KKP Potensi dan Permasalahan Pembangunan KP Sistematika Penyajian Laporan Kinerja... 9 PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis KKP Tahun Penetapan Kinerja KKP Tahun AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Capaian Kinerja Organisasi Analisis Capaian Kinerja Kinerja Anggaran BAB 4 PENUTUP v

6 DAFTAR TABEL Halaman 1.1. Komposisi Jabatan Fungsional Penetapan Kinerja KKP Tahun Perubahan/Revisi Target IKU dan Indikator Turunannya Tahun Capaian Kinerja Kkp Tahun Capaian Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Capaian Indikator Kinerja Pembentuk Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Capaian Pertumbuhan PDB Perikanan Capaian Persentase Kepatuhan (Compliance) Pelaku Usaha KP Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku Capaian Indikator Kinerja Pembentuk Iku Persentase Kepatuhan (Compliance) Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku Capaian Pulau-Pulau Kecil yang Mandiri Capaian Presentase Pengelolaan Wilayah KP yang Berkelanjutan Indikator Kinerja Pembentuk Nilai Pengelolaan Wilayah KP yang Berkelanjutan Capaian Nilai Peningkatan Ekonomi KP Indikator Turunan Iku Peningkatan Ekonomi KP Capaian Produksi Perikanan Capaian Indikator Pembentuk Produksi Perikanan Capaian Produksi Garam Rakyat Capaian Nilai Ekspor Hasil Perikanan Capaian Konsumsi Ikan Capaian Persentase Peningkatan Pnbp Dari Sektor KP Capaian Indeks Efektifitas Kebijakan Pemerintah Capaian Efektifitas Tata Kelola Pemanfaatan SDKP yang Adil, Berdaya Saing dan Berkelanjutan Indikator Pembentuk Kinerja Efektifitas Tata Kelola SDKP Persentase Penyelesaian Tindak Pidana KP Yang Disidik Secara Akuntabel dan Tepat Waktu Capaian Tingkat Keberhasilan Pengawasan di Wilayah Perbatasan Indeks Kompetensi dan Integritas Unit Kerja yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi (RB) KKP Nilai Kinerja Anggaran KKP Opini Atas Laporan Keuangan KKP Realisasi Anggaran Per Unit Kerja Eselon I KKP Tahun vi

7 DAFTAR GAMBAR Halaman 1.1. Struktur Organisasi KKP Keragaan SDM KKP Menurut Jenis Kelamin Keragaan SDM KKP Tingkat Pendidikan Keragaan pegawai Menurut Golongan dan Unit Kerja Peta Strategi KKP Nilai Pencapaian Sasaran Strategis KKP Tahun NTN Tahun Perbandingan Pertumbuhan PDB Nasional,Pertanian (Dalam Arti Luas) dan Perikanan Nilai Pertumbuhan PDB Perikanan, (Rp. Triliun) Kinerja Ekspor Hasil Perikanan Realisasi PNBP KKP Tahun Pelaksanaan Asesmen Pegawai Grafik Manajemen Pengetahuan Berdasarkan Aspek Ketergabungan dan Aspek Keaktifan Per Eselon I Tahun Manajemen Pengetahuan Berdasarkan Aspek Ketergabungan dan Aspek Keaktifan Per Eselon Tahun Grafik Target dan Realisasi Per Area RB KKP Tahun Nilai Kinerja Anggaran KKP Per Aspek Tahun Target dan Realisasi Anggaran Belanja KKP Tahun vii

8 viii

9 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2016 merupakan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Seluruh kebijakan yang ditempuh selama tahun 2016 merupakan lanjutan dari kebijakan tahun 2015 dengan berbagai perbaikan dalam rangka pelaksanaan 3 pilar misi pembangunan dalam Rencana Strategis (Renstra) Tahun , yakni Kedaulatan (Sovereignty), Keberlanjutan (Sustainability), dan Kesejahteraan (Prosperity). KKP telah menetapkan peta strategis tahun 2016 dengan 10 Sasaran Strategis (SS) dan 20 Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan metode Balanced Scorecard yang terdiri dari 4 perspective yakni: (1) stakeholders perspective; (2) customer perspective; (3) internal process perspective; (4) learning and growth perspective. Pencapaian Sasaran Strategis (SS) dan target Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Dari 20 IKU telah ditetapkan, terdapat 13 IKU (65%) yang pencapaiannya melebihi target (capaian >100%), 3 IKU (15%) pencapaiannya sesuai dengan target (capaian =100%), dan 4 IKU (20%) yang belum dapat mencapai target (capaian <100%). 2. Uraian 13 IKU yang capaiannya melebihi target yang telah ditetapkan (capaian > 100%) adalah: 1) Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP, tercapai 128,57%; 2) Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku (%), tercapai 109,18%; 3) Persentase Nilai Peningkatan Ekonomi Kelautan dan Perikanan, tercapai 102,47%; 4) Produksi perikanan, tercapai 100,33%; 5) Konsumsi Ikan, tercapai 100,14%; 6) Indeks efektivitas kebijakan Pemerintah, tercapai 118%; 7) Nilai efektivitas tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan, tercapai 124,13%; 8) Persentase penyelesaian tindak pidana KP yang akuntabel dan tepat waktu, tercapai 100,34%; 9) Persentase Peningkatan PNBP sektor perikanan, tercapai 2.971%; 10) Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan, tercapai 103,29%; 11) Indeks kompetensi dan integritas, tercapai 100,71%; 12) Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar, tercapai 121,84% 13) Nilai kinerja anggaran KKP, tercapai 101,38% 3. Uraian 3 IKU yang capaiannya sama dengan target (capaian =100%) adalah: 1) Jumlah pulau-pulau kecil yang Mandiri, tercapai 100%; 2) Persentase Nilai Pengelolaan Wilayah Kelautan dan Perikanan yang Berkelanjutan, tercapai 100%; 3) Opini atas Laporan Keuangan KKP, tercapai 100%. ix

10 4. Uraian 4 IKU yang capaiannya belum sesuai target (capaian <100%) adalah: 1) Pertumbuhan PDB Perikanan, tercapai 72,12%; 2) Produksi garam rakyat, tercapai 3,9%; 3) Nilai ekspor hasil perikanan, tercapai 61,14%; 4) Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi KKP, tercapai 98,73%; Kinerja keuangan KKP tahun 2016 dilaksanakan melalui pelaksanaan 10 program dalam APBN KKP Tahun Pagu alokasi anggaran berdasarkan DIPA terbit adalah sebesar Rp 13,5 triliun. Setelah adanya APBNP, pagu anggaran KKP menjadi Rp. 10,61 triliun, yang selanjutnya mengalami selfblocking, sehingga pagu anggaran KKP tahun 2016 menjadi Rp. 7,53 triliun. Dari pagu alokasi anggaran tersebut, sampai dengan akhir tahun 2016 dapat direalisasi sebesar 86,05%. Berbagai kebijakan, program dan kegiatan KKP tahun 2016 telah dilaksanakan dan memberikan dampak positif bagi stakeholders kelautan dan perikanan. Permasalahan yang dihadapi dan menyebabkan belum tercapainya target beberapa IKU akan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan program dan kegiatan tahun x

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2016 adalah merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , dimana pembangunan kelautan dan perikanan terkait dengan pelaksanaan Nawacita ke-1, ke-4, ke-6 dan ke-7. Presiden menyatakan bahwa Laut Masa Depan Bangsa, dan KKP mendapatkan mandat untuk menterjemahkannya ke dalam kebijakan, program dan kegiatan dalam mengelola sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia. Untuk itu KKP telah menetapkan 3 pilar misi pembangunan kelautan dan perikanan yakni Kedaulatan, Keberlanjutan dan Kesejahteraan, yang dituangkan dalam Renstra KKP Misi kedaulatan diartikan sebagai kemandirian dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan memperkuat kemampuan nasional untuk melakukan penegakan hukum di laut demi mewujudkan kedaulatan secara ekonomi, yang dilakukan melalui pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dan sistem perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil perikanan, dan keamanan hayati ikan. Misi keberlanjutan dimaksudkan untuk mengadopsi konsep blue economy dalam mengelola dan melindungi sumber daya kelautan dan perikanan secara bertanggung jawab dengan prinsip ramah lingkungan sebagai upaya peningkatan produktivitas, yang dilakukan melalui pengelolaan ruang laut; pengelolaan keanekaragaman hayati laut; keberlanjutan sumber daya dan usaha perikanan tangkap dan budidaya; dan penguatan daya saing produk hasil kelautan dan perikanan. Misi kesejahteraan diartikan bahwa pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang dilakukan melalui pengembangan kapasitas SDM dan pemberdayaan masyarakat serta inovasi iptek kelautan dan perikanan. Ketiga pilar misi tersebut dijabarkan dalam Renstra KKP melalui pendekatan metoda Balanced Scorecard (BSC) yang terdiri dari 4 perspektif, yakni (1) stakeholders prespective menjabarkan misi kesejahteraan; (2) customer perspective menjabarkan misi keberlanjutan dan misi kesejahteraan; (3) internal process perspective menjabarkan misi kesejahteraan, keberlanjutan dan kedaulatan; dan (4) learning and growth perspective merupakan input yang dapat mendukung terlaksanakanya proses untuk menghasilkan output dan outcome KKP. Setiap perspektif memiliki target dan indikator yang harus dicapai dan pada tahun Terdapat 20 Indikator Kinerja Utama yang merepresentasikan keberhasilan pencapaian dalam pembangunan kelautan dan perikanan. Untuk mencapai indikator-indikator tersebut, KKP melaksanakan 10 (sepuluh) program pembangunan kelautan dan perikanan yang dilaksanakan oleh 10 Unit Kerja Eselon I di lingkup KKP. Untuk memastikan keseluruhan program dan kegiatan pembangunan KP tersebut dapat terlaksana sesuai dengan rencana target waktu, kuantitas, kualitas dan sasarannya, telah disepakati perjanjian yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja antara Menteri dengan Eselon I dan diturunkan secara berjenjang sampai tingkat individu pegawai, dan telah diinisiasi sampai tingkat daerah (provinsi). 1

12 Kemudian capaian kinerja tersebut dilaporkan secara berkala sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas), sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan sesuai dengan Permen PAN dan RB nomor 53 tahun 2014, bahwa setiap Kementerian/Lembaga (K/L) diwajibkan melaporkan pelaksanaan akuntabilitas kinerjanya sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan organisasi, dan menyampaikan Laporan Kinerja (LKj) pada setiap akhir tahun kepada Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Maksud dan Tujuan Laporan Kinerja (LKj) KKP tahun 2016 merupakan salah satu bentuk media informasi atas pelaksanaan program/kegiatan dan pengelolaan anggaran KKP. Adapun tujuan penyusunan LKj KKP Tahun 2016 adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan sasaran KKP selama tahun Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan kemudian dirumuskan suatu simpulan yang dapat menjadi salah satu bahan masukan dan referensi dalam menetapkan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan ke depan Tugas dan Fungsi KKP Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 23/KEP.MEN/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja KKP, Tugas KKP adalah membantu Presiden RI dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Dalam melaksanakan tugas tersebut KKP menyelenggarakan fungsinya: i) perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang kelautan dan perikanan; ii) pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; iii) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; iv) pengawasan atas pelaksanaan tugasnya serta; v) penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terdapat 10 unit Eselon I sebagai berikut: 1. Sekretariat Jenderal (Setjen) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal dan bertugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan KKP. Susunan organisasi Setjen terdiri dari: Biro Perencanaan; Biro Kepegawaian; Biro Keuangan; Biro Hukum dan Organisasi; Biro Umum; Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat; Pusat Data, Statistik dan Informasi, serta Kelompok Jabatan Fungsional. 2. Inspektorat Jenderal (Itjen), yaitu unsur pengawasan fungsional di lingkungan kementerian. Itjen dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal. Susunan organisasi Itjen terdiri dari: Sekretariat Inspektorat Jenderal; Inspektorat I; Inspektorat II; Inspektorat III; Inspektorat IV; Inspektorat V; dan Kelompok Jabatan Fungsional. 3. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (Ditjen PT) mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan perikanan tangkap. Ditjen PT dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Susunan organisasi Ditjen PT terdiri dari: Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan; Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan; Direktorat Pelabuhan Perikanan; Direktorat Pengendalian Penangkapan Ikan; Direktorat Kenelayanan; dan Kelompok Jabatan Fungsional serta didukung oleh 22 Unit Pelaksana Teknis (UPT). 4. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (Ditjen PB) mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan perikanan budidaya. Ditjen 2

13 PB dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Susunan organisasi Ditjen PB terdiri dari: Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Kawasan Budidaya; Direktorat Perbenihan; Direktorat Pakan; Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya; Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan; Kelompok Jabatan Fungsional, serta didukung oleh 15 Unit Pelaksana Teknis (UPT). 5. Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDS), mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan daya saing dan sistem logistik produk kelautan dan perikanan serta peningkatan keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan. Ditjen PDSPKP dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Susunan organisasi Ditjen PDSPKP terdiri dari: Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Akses Pasar dan Promosi; Direktorat Bina Mutu dan Diversifikasi Produk Kelautan; Direktorat Bina Mutu dan Diversifikasi Produk Perikanan; Direktorat Sistem Logistik; Direktorat Pengembangan Investasi; dan Kelompok Jabatan Fungsional serta didukung oleh 1 UPT. 6. Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengelolaan ruang laut, pengelolaan konservasi dan keanekaragaman hayati laut, pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil. Ditjen PRL dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Susunan organisasi Ditjen PRL terdiri dari: Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Perencanaan Ruang Laut; Direktorat Pendayagunaan Pesisir; Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil; Direktorat Jasa Kelautan; Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut; dan Kelompok Jabatan Fungsional serta didukung oleh 8 UPT. 7. Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen PSDKP) mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Ditjen PSDKP dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Susunan organisasi Ditjen PSDKP terdiri dari: Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Pemantauan dan Peningkatan Infrastruktur; Direktorat Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan; Direktorat Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan; Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas; Direktorat Penanganan Pelanggaran; Kelompok Jabatan Fungsional dan didukung oleh 5 UPT. 8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang kelautan dan perikanan. Susunan organisasi Balitbang KP terdiri dari: Sekretariat Badan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir; Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan; Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan; dan Kelompok Jabatan Fungsional serta didukung oleh 14 UPT. 9. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (BPSDMPKP), mempunyai tugas menyelenggarakan pengembangan sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan. BPSDMPKP dipimpin oleh seorang Kepala Badan. Susunan organisasi BPSDMPKP terdiri dari: Sekretariat Badan; Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan; Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan; Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan; dan Kelompok Jabatan Fungsional serta didukung oleh 19 UPT. 10. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), yaitu unsur pelaksana dibidang menyelenggarakan perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan. BKIPM dipimpin oleh seorang Kepala Badan. Susunan organisasi BKIPM terdiri dari: Sekretariat Badan; Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan; Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan; Pusat Standardisasi, Kepatuhan, dan Kerja Sama; dan Kelompok Jabatan Fungsional serta didukung dengan 47 UPT. 3

14 11. Staf Ahli Menteri adalah unsur pembantu dalam memberikan telaahan, pertimbangan, dan saran pemecahan masalah secara konseptual mengenai hal-hal tertentu menurut keahliannya yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan. Susunan organisasi Staf Ahli Menteri terdiri dari: a) Staf Ahli Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya; b) Staf Ahli Bidang Kebijakan Publik; c) Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antarlembaga; dan d) Staf Ahli Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut. Struktur organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan seperti pada gambar berikut: GAMBAR 1.1. STRUKTUR ORGANISASI KKP STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN (Permen KP 23/2015) SA.BID. EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA SA.BID. KEBIJAKAN KERJA SA.BID. KEMASYARAKATAN DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA SA.BID. EKOLOGI DAN SUMBER DAYA LAUT ITJEN SET. ITJEN INSPEKTORAT I, INSPEKTORAT II, INSPEKTORAT III INSPEKTORAT IV, INSPEKTORAT V MENTERI SETJEN BIRO PERENCANAAN, BIRO KEPEGAWAIAN, BIRO KEUANGAN, BIRO HUKUM DAN ORG. BIRU UMUM, BIRO KERJA SAMA DAN HUMAS PUSAT PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI DITJEN PRL DITJEN PT DITJEN PB DITJEN PDS DITJEN PSDKP SET. DITJEN. DIT. PERENCANAAN RUANG LAUT DIT. PENDAYAGUNAAN PESISIR DIT. PENDAYAGUNAAN PULAU-PULAU KECIL DIT. JASA KELAUTAN DIT. KONSERVASI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT SET. DITJEN. DIT. PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN DIT. KAPAL PERIKANAN DAN ALAT PENANGKAP IKAN DIT. PELABUHAN PERIKANAN DIT. PENGENDALIAN PENANGKAPAN IKAN DIT. KENELAYANAN SET. DITJEN. DIT. KAWASAN BUDIDAYA DIT. PERBENIHAN DIT. PAKAN DIT. PRODUKSI DAN USAHA BUDIDAYA DIT. KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN SET. DITJEN. DIT. AKSES PASAR DAN PROMOSI DIT. BINA MUTU DAN DISERVIKASI PRODUK KELAUTAN DIT. BINA MUTU DAN DISERVIKASI PRODUK PERIKANAN DIT. SISTEM LOGISTIK DIT. PENGEMBANGAN INVESTASI SET. DITJEN. DIT. PEMANTAUAN DAN PENINGKATAN INFRASTRUKTUR DIT. PENGAWASAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DIT. PENGAWASAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DIT. PENGOPERASIAN KAPAL PENGAWAS DIT. PENANGANAN PELANGGARAN BALITBANG KP BPSDMPKP BKIPM SET BADAN PUSAT LITBANG PERIKANAN PUSAT LITBANG SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR PUSAT LITBANG DAYA SAING PRODUK BIOTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN SET BADAN PUSAT PENDIDIKAN KP PUSAT PELATIHAN KP PUSAT PENYULUHAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KP SET BADAN PUSAT KARANTINA IKAN DAN KEAMANAN HAYATI PUSAT SERTIFIKASI MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN PUSAT STANDARDISASI KEPATUHAN, DAN KERJASAMA 4

15 Pada awal tahun 2017 dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan, terdapat 1 Unit Kerja baru di KKP (Badan Riset dan SDM KP) yang merupakan penggabungan dari 2 Unit Kerja (Badan Litbang KP dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat KP) 1.4. Sumber Daya Manusia KKP Jumlah pegawai KKP (Pusat dan UPT) sampai dengan 31 Desember 2016 adalah orang, yang terdiri dari laki-laki orang atau 70,67% dan perempuan orang atau 29,33%. Pegawai KKP tersebut tersebar pada 10 Unit Kerja Eselon I dengan komposisi pegawai sebagai berikut: Setjen 598 orang, Itjen 196 orang, Ditjen PT orang, Ditjen PB 1.484, Ditjen PRL 558 orang, Ditjen PDS 407 orang, Ditjen PSDKP orang, BPSDMPKP orang, Balitbang KP orang dan BKIPM orang. Keragaan SDM KKP tahun 2016 berdasarkan data terpilah per unit kerja seperti pada tabel berikut: GAMBAR 1.2. KERAGAAN SDM KKP MENURUT JENIS KELAMIN Apabila dilihat menurut tingkat pendidikan, komposisi SDM KKP adalah sebagai berikut: S-3 sebanyak 181 orang (1,71%); S2 sebanyak orang (18,10%); S1/D4 sebanyak orang (40,52%); D3 sebanyak 1,172 orang (11,07%); SLTA/D1/D2 sebanyak orang (25,42%) dan di bawah SLTA sebanyak 315 (2,98%). GAMBAR 1.3. KERAGAAN SDM KKP BERDASARKAN PENDIDIKAN 5

16 Sedangkan keragaan SDM KKP tahun 2016 menurut golongan adalah sebagai berikut: Golongan IV sebanyak orang; Golongan III sebanyak orang; Golongan II sebanyak orang dan Golongan I sebanyak 180 orang. Keragaan SDM KKP menurut golongan kepangkatan dan unit kerja Eselon I seperti pada tabel berikut: GAMBAR 1.4. KERAGAAN PEGAWAI MENURUT GOLONGAN DAN UNIT KERJA SDM KKP yang menduduki jabatan fungsional sampai tahun 2016 berjumlah orang atau sekitar 35,84% dari seluruh SDM KKP, dengan komposisi per unit Eselon I sebagai berikut. TABEL 1. KOMPOSISI JABATAN FUNGSIONAL UNIT KERJA ESELON I JUMLAH PEGAWAI JUMLAH JABFUNG % (JABFUNG) SETJEN ,19 ITJEN ,45 DJPT ,98 DJPB ,37 DJPRL DJPSDKP 1, ,67 DJPDSPKP ,22 BALITBANG KP ,83 BPSDMPKP ,64 BKIPM ,26 TOTAL , Potensi dan Permasalahan Pembangunan KP A. Potensi Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau dan luas perairan laut 5,8 juta km2 (terdiri dari luas laut teritorial 0,3 juta km2, luas perairan kepulauan 2,95 juta km2, dan luas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,55 juta km2). Secara geo-politik Indonesia memiliki peran yang sangat strategis karena berada diantara benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik 6

17 dan Samudera Hindia, menempatkan Indonesia sebagai poros maritim dunia dalam konteks perdagangan global (the global supply chain system) yang menghubungkan kawasan Asia-Pasifik dengan Australia. Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 9,9 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan (ZEEI) (Komnas Kajiskan, 2016). Dari seluruh potensi sumber daya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 7,92 juta ton per tahun atau sekitar 80% dari potensi lestari, dan baru dimanfaatkan sebesar 6,83 juta ton pada tahun 2016 atau baru 86,23% dari JTB. Potensi mikro flora-fauna kelautan juga belum tereksplorasi sebagai penyangga pangan fungsional pada masa depan. Luas terumbu karang yang dimiliki Indonesia saat ini yang sudah terpetakan mencapai km2 (BIG, 2013). Namun, terumbu karang yang masih dalam kondisi sangat baik hanya sekitar 5,30%, kondisi baik 27,18%, cukup baik 37,25%, dan kurang baik sebesar 30,45% (LIPI, 2012). Laut Indonesia memiliki sekitar spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 950 spesies biota terumbu karang. Sumber daya ikan di laut meliputi 37% dari spesies ikan di dunia, dimana beberapa jenis diantaranya mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti tuna, udang, lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan hias, kekerangan, dan rumput laut. Perairan laut Indonesia juga menyimpan potensi sumber daya non hayati yang melimpah. Masih banyak wilayah perairan Indonesia yang memiliki potensi ekonomi namun belum terkelola secara memadai. Selain itu, potensi energi terbaharukan dari laut, seperti air laut dalam (deep sea water) masih menjadi tantangan untuk dikembangkan dan dimanfaatkan dimasa yang akan datang. Industri maritim, bioteknologi, jasa kelautan, produksi garam dan turunannya, biofarmakologi laut, pemanfaatan air laut selain energi, pemasangan pipa dan kabel bawah laut, dan/atau pengangkatan benda dan muatan kapal tenggelam, merupakan subsektor kelautan yang belum tergarap secara optimal. Sementara itu potensi luas areal budidaya air tawar saat ini tercatat ha, termasuk potensi di perairan umum daratan (sungai dan danau), dengan tingkat pemanfaatan ha (10,7%). Potensi luas areal budidaya air payau ha dengan tingkat pemanfaatan ha (21,9%). Potensi luas areal budidaya laut saat ini tercatat ha, dengan tingkat pemanfaatan ha (2,7%). Potensi luas areal budidaya rumput laut saat ini tercatat 1,1 juta ha atau 9% dari seluruh luas kawasan potensial budidaya laut yang sebesar ha. Adapun tingkat pemanfaatannya diperkirakan baru mencapai 25%. Adapun jenis rumput laut yang dimiliki Indonesia tercatat 555 jenis rumput laut. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung untuk pengembangan pakan ikan mandiri guna mengurangi ketergantungan akan pakan pabrikan yang sangat bergantung pada bahan baku impor, dalam hal ini tepung ikan. Data produksi pakan pelet mandiri saat ini tercatat ton dari 1,3 juta ton (2,7%) keseluruhan pakan ikan yang digunakan untuk produksi 2,6 juta ton ikan air tawar. Diprediksi pada tahun 2019, dengan target produksi ikan air tawar 6,5 juta ton, dibutuhkan 592 ribu ton pakan pelet mandiri dari 5,92 juta ton (10%) dari keseluruhan kebutuhan pakan. B. Permasalahan Bidang kelautan dan perikanan memiliki permasalahan yang kompleks karena keterkaitannya dengan banyak sektor dan juga sensitif terhadap interaksi terutama dengan aspek lingkungan. Terdapat berbagai isu pengelolaan perikanan laut di Indonesia yang berpotensi mengancam kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan, keberlanjutan mata pencaharian masyarakat di bidang perikanan, ketahanan pangan, dan pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya perikanan. Data BPS menunjukan terjadi penurunan rumah tangga perikanan dari 1,6 juta (Hasil Sensus Pertanian 2003) menjadi 800 ribu (Hasil Sensus Pertanian 2013) yang 7

18 menunjukkan profesi nelayan kurang menarik dan kurang menguntungkan. Terdapat 115 eksportir seafood yang collapse karena tidak ada bahan baku dan adanya missmanagement yang nilainya mencapai USD4-5 miliar. Sementara itu ekspor hasil perikanan Indonesia tercatat nomor 3 di Asia Tenggara padahal Indonesia memiliki luas laut dan potensi sumber daya ikan yang jauh lebih tinggi dibanding negara lain. Beberapa wilayah perairan laut Indonesia telah mengalami gejala overfishing. Selain itu, praktik-praktik Illegal, Unregulated and Unreported (IUU) Fishing yang terjadi di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI), baik oleh kapal perikanan Indonesia (KII) maupun oleh kapal perikanan asing (KIA) menyebabkan kerugian baik dari aspek sosial, ekologi/lingkungan, maupun ekonomi. Ancaman IUU Fishing dipicu kondisi sektor perikanan global, dimana beberapa negara mengalami penurunan stok ikan, pengurangan armada kapal penangkapan ikan akibat pembatasan pemberian izin penangkapan sedangkan permintaan produk perikanan makin meningkat. Di sisi lain, kemampuan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan di Indonesia belum memadai. IUU Fishing juga merupakan global crime, tidak saja tindak pidana perikanan tetapi menyangkut perbudakan, perdagangan manusia, penyelundupan hewan, narkoba dan lain-lain. Masalah perbatasan laut merupakan salah satu kendala dalam pengawasan sumber daya perikanan dan kelautan di wilayah perairan Indonesia. Beberapa perbatasan wilayah dengan negara tetangga belum diselesaikan. Hal ini menjadikan kasus perikanan di wilayah perbatasan belum bisa tuntas. Dalam pengembangan perikanan budidaya, masih dihadapkan pada permasalahan implementasi kebijakan tata ruang dan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulaupulau kecil, terbatasnya prasarana saluran irigasi, terbatasnya ketersediaan dan distribusi induk dan benih unggul, kesiapan dalam menanggulangi hama dan penyakit, penyediaan fasilitas kolam dan air yang baik serta permasalahan bahan baku pakan dan kestabilan harga, serta tingginya harga pakan. Rendahnya produktivitas perikanan budidaya juga disebabkan karena struktur pelaku usaha perikanan budidaya adalah skala kecil/tradisional (± 80%), dengan keterbatasan aspek permodalan, jaringan teknologi dan pasar. Disamping itu serangan hama dan penyakit ikan/udang, serta adanya pencemaran yang mempengaruhi kualitas lingkungan perikanan budidaya. Pemanfaatan potensi sumber daya perikanan mendorong peningkatan kegiatan perdagangan produk kelautan dan perikanan antarnegara maupun antararea di dalam wilayah NKRI. Semakin meningkatnya kegiatan lalu lintas hasil perikanan membawa konsekuensi meningkatnya risiko masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan berbahaya serta masuknya hasil perikanan yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu perlu diiringi dengan peningkatan sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan yang terpercaya dalam rangka mewujudkan kawasan perikanan budidaya yang bebas hama penyakit ikan berbahaya serta terjaminnya hasil perikanan yang aman untuk konsumsi manusia. Terkait dengan permasalahan garam, selama ini kebutuhan nasional garam dalam negeri dipenuhi dari impor. Sebagai negara yang memiliki panjang pantai nomor dua di dunia, sudah seharusnya kebutuhan nasional garam dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Saat ini produksi garam nasional belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri baik secara kuantitas maupun kualitas. Importasi garam tidak terkendali mengakibatkan produksi garam rakyat tidak terserap, dan harga jual turun mencapai Rp /kg. Selain itu dikarenakan usaha pegaraman masih tradisional, minimnya infrastruktur, dan tata niaga garam yang belum mendukung. Permasalahan lain yang dihadapi terkait dengan masih rendahnya produktivitas dan daya saing usaha kelautan dan perikanan yang disebabkan antara lain oleh belum optimalnya integrasi sistem produksi di hulu dan hilir, serta masih terbatasnya penyediaan sarana dan prasarana. 8

19 1.6. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, LKj KKP Tahun 2016 disusun dengan sistematika sebagai berikut: 1) Bab I Pendahuluan, pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi; 2) Bab II Perencanaan Kinerja, pada bab ini dibagi per subbab yang berisi perencanaan strategis KKP dan penetapan kinerja tahun 2016; 3) Bab III Akuntabilitas Kinerja, pada bab ini dibagi per subbab yang berisi hasil pengukuran kinerja, analisis dan evaluasi capaian kinerja, serta akuntabilitas keuangan KKP tahun 2016; 4) Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan kesimpulan menyeluruh dari Laporan Kinerja KKP dan rekomendasi perbaikan ke depan untuk meningkatkan kinerja. 9

20 10

21 BAB 2 PERENCANAAN KINERJA Renstra KKP tahun ditetapkan melalui Permen KP nomor 45 tahun 2015 tentang Perubahan Permen KP nomor 25 tahun 2015 tentang Rencana Strategis KKP Tahun Rencana Strategis KKP VISI Mewujudkan Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia yang MANDIRI, MAJU, KUAT dan BERBASIS KEPENTINGAN NASIONAL MISI KESEJAHTERAAN (Prosperity) KEBERLANJUTAN (Sustainability) MISI PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEDAULATAN (Sovereignty) Kedaulatan (Sovereignty): mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaulat, guna menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya kelautan dan perikanan, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. Keberlanjutan (Sustainability): mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Kesejahteraan (Prosperity): mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju, mandiri, serta berkepribadian dalam kebudayaan Ketiga hal di atas dilakukan secara bertanggung jawab berlandaskan gotong royong, sehingga saling memperkuat, memberi manfaat dan menghasilkan nilai tambah ekonomi, sosial dan budaya bagi kepentingan bersama. 11

22 TUJUAN Mewujudkan Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia yang MANDIRI, MAJU, KUAT dan BERBASIS KEPENTINGAN NASIONAL KEDAULATAN (Sovereignty) KESEJAHTERAAN (Prosperity) 2 1 Meningkatkan pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan Mengembangkan sistem perkarantinaan ikan, pengendalian mutu keamanan hasil perikanan, dan keamanan hayati ikan KEBERLANJUTAN (Sustainability) Mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, konservasi dan keanekaragaman hayati laut Meningkatkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan budidaya Meningkatkan daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan perikanan 6 7 Mengembangkan kapasitas SDM, dan pemberdayaan masyarakat Meningkatkan inovasi iptek kelautan dan perikanan SASARAN STRATEGIS Dalam penyusunan sasaran strategis, KKP menggunakan pendekatan metode Balanced Scorecard (BSC) yang dibagi dalam empat perspektif, yakni stakeholders prespective, customer perspective, internal process perspective, dan learning and growth perspective, sebagai berikut: GAMBAR 2.1. PETA STRATEGI KKP STAKEHOLDERS PERSPECTIVE PETA STRATEGI KKP SS1. TERWUJUDNYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN CUSTOMERS PERSPECTIVE SS2. TERWUJUDNYA KEDAULATAN DALAM PENGELOLAAN SDKP SS3. TERWUJUDNYA PENGELOLAAN SDKP YANG PARTISIPATIF, BERTANGGUNGJAWAB, DAN BERKELANJUTAN INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE PERUMUSAN KEBIJAKAN SS4. TERSEDIANYA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN YANG EFEKTIF PELAKSANAAN KEBIJAKAN SS5. TERSELENGGARANYA TATA KELOLA PEMANFAATAN SDKP YANG ADIL, BERDAYA SAING DAN BERKELANJUTAN PENGAWASAN KEBIJAKAN SS6. TERSELENGGARANYA PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN SDKP SECARA PROFESIONAL DAN PARTISIPATIF LEARN & GROWTH PERSPECTIVE HUMAN CAPITAL INFORMATION CAPITAL ORGANIZATION CAPITAL FINANCIAL CAPITAL SS7. TERWUJUDNYA ASN KKP YANG KOMPETEN, PROFESIONAL DAN BERKEPRIBADIAN SS8. TERSEDIANYA MANAJEMEN PENGETAHUAN YANG HANDAL DAN MUDAH DIAKSES SS9. TERWUJUDNYA BIROKRASI KKP YANG EFEKTIF, EFISIEN, DAN BERORIENTASI PADA LAYANAN PRIMA SS10. TERKELOLANYA ANGGARAN PEMBANGUNAN SECARA EFISIEN DAN AKUNTABEL 12

23 1. Stakeholders Prespective Terdiri dari 1 (satu) Sasaran Strategis, yaitu (SS-1) terwujudnya kesejahteraan masyarakat KP, dengan indikator kinerja: a) Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan b) Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan 2. Customer Perspective Terdiri dari 2 (dua) Sasaran Strategis, yaitu : Sasaran strategis kedua (SS-2) terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP, dengan indikator kinerja: a) Persentase Kepatuhan (Compliance) Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku. b) Jumlah pulau-pulau kecil yang mandiri. Sasaran strategis ketiga (SS-3) terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan, dengan indikator kinerja: a) Nilai Pengelolaan Wilayah Kelautan dan Perikanan yang Berkelanjutan. b) Nilai Peningkatan Ekonomi Kelautan dan Perikanan. c) Produksi perikanan. d) Produksi garam rakyat. e) Nilai ekspor hasil perikanan. f) Konsumsi ikan. g) Persentase peningkatan PNBP dari sektor KP. 3. Internal Process Perspective Sasaran strategis pada perspektif ini adalah merupakan proses yang harus dilakukan oleh KKP. Terdiri dari 3 (tiga) Sasaran Strategis, yakni : a) Sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai adalah tersedianya kebijakan pembangunan KP yang efektif, dengan indikator kinerja Indeks efektivitas kebijakan pemerintah. b) Sasaran strategis kelima (SS-5) terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan, dengan indikator kinerja efektivitas tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan. c) Sasaran strategis keenam (SS-6) terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan yang partisipatif, dengan indikator kinerja: 1) Persentase penyelesaian tindak pidana KP secara akuntabel dan tepat waktu. 2) Tingkat Keberhasilan Pengawasan di Wilayah Perbatasan. 4. Learning and Growth Perspective Sebagai input yang dapat mendukung terlaksananya proses untuk menghasilkan output dan outcome KKP, terdapat 4 (empat) sasaran strategis yakni: a) Sasaran strategis ketujuh (SS-7) yakni terwujudnya aparatur sipil negara (ASN) KKP yang kompeten, profesional, dan berkepribadian, dengan indikator kinerja Indeks Kompetensi dan Integritas. b) Sasaran strategis kedelapan (SS-8) yakni tersedianya manajemen pengetahuan yang handal, dan mudah diakses, dengan indikator kinerja persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar. 13

24 c) Sasaran strategis kesembilan (SS-9) yakni terwujudnya birokrasi KKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima, dengan indikator kinerja nilai kinerja Reformasi Birokrasi (RB) KKP. d) Sasaran strategis kesepuluh (SS-10) yakni terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien dan akuntable, dengan indikator kinerja: a) Nilai Kinerja Anggaran KKP. b) Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan KKP. 2.2 Penetapan Kinerja KKP Tahun 2016 Perjanjian kinerja merupakan instrumen pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja, dan merupakan tekad dan janji yang akan dicapai antara pimpinan unit kerja yang menerima amanah/tanggung jawab/ kinerja dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung jawab/kinerja. Penetapan Kinerja KKP tahun 2016, secara rinci sebagai berikut: TABEL PENETAPAN KINERJA KKP TAHUN 2016 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA STAKEHOLDER PERSPECTIVE TARGET TAHUN Terwujudnya kesejahteraan masyarakat KP Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan Tersedianya Kebijakan Pembangunan KP yang Efektif Terselenggaranya Tata Kelola Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang Adil, Berdaya Saing dan Berkelanjutan 1 Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP 42,00 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 8,00 CUSTOMER PERSPECTIVE 3 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku (%) 73,00 4 Jumlah pulau-pulau kecil yang Mandiri 15,00 5 Nilai Pengelolaan Wilayah Kelautan dan Perikanan yang Berkelanjutan (%) 6 Nilai peningkatan ekonomi KP (%) 67 7 Produksi perikanan (juta ton) Produksi garam rakyat (juta ton) 3,60 9 Nilai ekspor hasil perikanan (USD miliar) 6,82 10 Konsumsi ikan (kg/kap/thn) 43,88 11 Persentase peningkatan PNBP dari sektor KP (%) INTERNAL PERSPECTIVE 41 7,50 12 Indeks efektivitas kebijakan pemerintah 6,50 13 Efektivitas tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan 64,00 14

25 SASARAN STRATEGIS Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang partisipatif Terwujudnya Aparatur Sipil Negara (ASN) KKP yang Kompeten, Profesional, dan Berkepribadian Tersedianya Manajemen Pengetahuan yang Handal, dan Mudah Diakses Terwujudnya Birokrasi KKP yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima Terkelolanya Anggaran Pembangunan secara Efisien dan Akuntabel INDIKATOR KINERJA Persentase penyelesaian tindak pidana KP secara akuntabel dan tepat waktu (%)/ Persentase penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan yang disidik, dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (%) Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan (%) LEARNING AND GROWTH TARGET TAHUN ,00 96,00 16 Indeks kompetensi dan integritas 77,00 17 Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%) 50,00 18 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi KKP A (80) 19 Nilai kinerja anggaran KKP Baik (83) 20 Opini atas Laporan Keuangan KKP WTP (5) Penetapan kinerja KKP tahun 2016 diimplementasikan melalui 10 program pembangunan kelautan dan perikanan sebagai berikut: 1. Program Pengelolaan Perikanan Tangkap. Tujuan program adalah meningkatkan produktivitas perikanan tangkap dengan sasaran peningkatan hasil tangkapan dalam setiap upaya tangkap. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Pengelolaan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan, dan Sertifikasi Awak Kapal Perikanan; Pengelolaan Pelabuhan Perikanan; Pengendalian Penangkapan Ikan; Pengelolaan Kenelayanan; Pengelolaan Sumber Daya Ikan dan; Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perikanan Tangkap. 2. Program Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Budidaya. Tujuan program adalah meningkatnya produksi perikanan budidaya, dengan sasaran program peningkatan produksi perikanan budidaya (volume dan nilai). Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Pengelolaan Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan Ikan; Pengelolaan Perbenihan Ikan; Pengelolaan Kawasan Perikanan Budidaya; Pengelolaan Pakan Ikan; Pengelolaan Produksi Produksi dan Usaha Pembudidayaan Ikan dan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perikanan Budidaya. 3. Program Penguatan Daya Saing Produk Perikanan Tujuan program adalah meningkatnya produk olahan hasil perikanan yang bernilai tambah, nilai produk hasil perikanan nonkonsumsi, rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional, nilai ekspor hasil perikanan, dan nilai investasi bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, dengan sasaran peningkatan produk perikanan prima yang berdaya saing di pasar domestik dan internasional. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Penguatan Logistik Hasil Kelautan dan Perikanan; Akses Pasar 15

26 dan Promosi Hasil Kelautan dan Perikanan; Bina Mutu dan Diversifikasi Produk Perikanan; Bina Mutu dan Diversifikasi Produk kelautan; Investasi dan Keberlanjutan Usaha Hasil Kelautan dan Perikanan; Pengujian Penerapan Hasil Perikanan dan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen PDS. 4. Program Pengelolaan Ruang Laut. Tujuan program adalah mewujudkan tertatanya dan dimanfaatkannya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari, dengan sasaran peningkatan persentase pendayagunaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Perlindungan dan Pemanfaatan Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut; Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan; Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil; Pendayagunaan Pesisir; Perencanaan Ruang Laut; dan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen PRL 5. Program Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Tujuan program adalah meningkatnya ketaatan dan ketertiban dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dengan sasaran perairan Indonesia bebas IUU Fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang telah dilaksanakan adalah: Pengoperasian Kapal Pengawas; Penanganan Pelanggaran Bidang Kelautan dan Perikanan; Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan; Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan; Pemantauan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan Peningkatan Insfrastruktur Pengawasan dan Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen PSDKP. 6. Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan Perikanan. Tujuan program ini adalah menyiapkan ilmu, pengetahuan dan teknologi sebagai basis kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan dengan sasaran termanfaatkannya Iptek hasil penelitian dan pengembangan oleh para pemangku kepentingan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Penelitian dan Pengembangan Iptek Daya Saing Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan; Penelitian Sosial Ekonomi dan Analisis Kebijakan Kelautan dan Perikanan; Penelitian dan Pengembangan Iptek Perikanan; Penelitian dan Pengembangan Iptek Instrumentasi Kelautan dan Perikanan; Penelitian dan Pengembangan Iptek Sumber Daya laut dan Pesisir; Pengelolaan Inovasi dan Alih Teknologi KP; Penelitian Kewilayahan dan Klimat Kelautan dan Perikanan dan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. 7. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan. Tujuan program adalah meningkatkan kualitas SDM kelautan dan perikanan dengan sasaran meningkatnya kompetensi SDM kelautan dan perikanan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Pelatihan Kelautan dan Perikanan; Pendidikan Kelautan dan Perikanan; Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dn Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPSDMPKP. 8. Program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Tujuan program adalah lalu lintas hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan serta sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dengan sasaran yaitu meningkatnya lalu lintas hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan serta sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Untuk mencapai tujuan 16

27 dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Pembinaan dan Penerapan Sistem Perkarantinaan dan Keamanan Hayati Ikan; Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan; Pengendalian Sistem Perkarantinaan Ikan, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKIPM. 9. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur KKP. Tujuan program adalah meningkatkan pengendalian akuntabiltas kinerja pembangunan kelautan dan perikanan dengan sasaran program meningkatnya prosentase capaian kinerja pembangunan KP. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Pengawasan Akuntabilitas Aparatur pada Unit Kerja Mitra Inspektorat I dan Pelaksana Pembangunan KP; Pengawasan Akuntabilitas Aparatur pada Unit Kerja Mitra Inspektorat II dan Pelaksana Pembangunan KP; Pengawasan Akuntabilitas Aparatur pada Unit Kerja Mitra Inspektorat III dan Pelaksana Pembangunan KP; Pengawasan Akuntabilitas Aparatur pada Unit Kerja Mitra Inspektorat IV dan Pelaksana Pembangunan KP; Pengawasan Akuntabilitas Aparatur pada Unit Kerja Mitra Inspektorat V dan Pelaksana Pembangunan KP dan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Itjen KKP. 10. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KKP. Tujuan program adalah meningkatkan pembinaan dan koordinasi penyelenggaraan pembangunan kelautan dan perikanan dengan sasaran meningkatnya kesesuaian pelaksanaan dukungan manajerial. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Penyiapan Produk Hukum dan Penataan Organisasi KKP; Pengelolaan Kepegawaian KKP; Pengelolaan Keuangan KKP; Pengelolaan Perencanaan, Penganggaran, Kinerja dan Pelaporan KKP; Pengelolaan Administrasi dan Pelayanan Penunjang Pelaksanaan Tugas KKP; Perumusan Kebijakan Kelautan; Pengelolaan Kerja Sama KP dan Hubungan Masyarakat; Pengelolaan Data Statistik dan Informasi KP dan Pengelolaan Modal Usaha Kelautan dan Perikanan. Sehubungan dengan adanya APBN perubahan dan adanya self-blocking terhadap pendanaan APBN KKP Tahun 2016, terdapat perubahan beberapa target tahun 2016 untuk beberapa indikator kinerja turunan dari Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana berikut : TABEL 2.2. PERUBAHAN/REVISI TARGET IKU DAN INDIKATOR TURUNANNYA TAHUN 2016 INDIKATOR TARGET AWAL 2016 REVISI TARGET 1. Sasaran Strategis: Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan a. b. c. IKU: Persentase Pengelolaan wilayah KP yang berkelanjutan (%) 41,00 40,27 IKU Turunan: Jumlah kawasan pesisir rusak yang pulih kembali (Kawasan) IKU: Persentase peningkatan ekonomi KP (%) IKU Turunan: Jumlah kredit yang disalurkan (PT) (Rp. Triliun) IKU: Produksi perikanan IKU Turunan: Produksi Perikanan Budidaya (Ton) d. IKU: Produksi garam rakyat (Ton) 3,6 3,0 17

28 INDIKATOR TARGET AWAL 2016 REVISI TARGET 2. Sasaran Strategis: Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan a. IKU: Efektivitas tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan IKU Turunan: Jumlah hasil litbang KP yang terekomendasi untuk asyarakat dan/atau industri (unit) Sertifikat Pembudidaya CBIB (sertifikat) Jumlah Lokasi kawasan laut, wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan, bisnis plan, yang ditetapkan menjadi peraturan perundangan b. IKU: Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan (%)

29 BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Capaian Kinerja Organisasi Akuntabilitas Kinerja organisasi merupakan kinerja secara kolektif dari seluruh Unit Kerja Eselon I KKP. Dengan didasarkan atas perjanjian kinerja serta seluruh perjanjian kinerja level di bawahnya secara berjenjang, telah dilakukan pengukuran dan evaluasi kinerja secara berkala. Dalam pelaksanaannya, pengukuran dan pelaporan kinerja di KKP menggunakan sistem aplikasi pengelolaan kinerja (SAPK), dengan tampilan dashboard capaian KKP tahun 2016 seperti pada gambar berikut: PERSPEKTIF BOBOT KODE SS NAMA SS JML IKU NSS STATUS NSS SKORS NSS NKP STATUS NKP Stakeholders 25.00% SS1 SS2 Terwujudnya kesejahteraan masyarakat KP Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP % 101,07% 25,27% % Customer 25.00% SS3 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan 7 85,71% 95.20% 23.80% SS4 Tersedianya kebijakan pembangunan KP yang efektif % Internal Proses 25.00% SS5 SS6 Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan SDKP yang berkeadilan berdaya saing dan berkelanjutan Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan SDKP yang profesional dan partisipatif % % % 27.90% SS7 Terwujudnya ASN KKP yang kompeten, profesional dan berintegritas % Learning and Growth 25.00% SS8 SS9 Tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses Terwujudnya birokrasi KKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima % % % 25.86% SS10 Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien dan akuntabel % NPSS (Nilai Pencapaian Sasaran Strategis) merupakan gambaran nilai kinerja suatu organisasi secara keseluruhan. NPSS KKP di tahun 2016 mencapai 100,27%, yang diperoleh dari penjumlahan nilai kinerja ke empat perspective, yakni 101, 07% untuk stakeholders perspective, 95,20% untuk customer perspective, 111,59% untuk internal process perspective, dan 103,44% untuk learing and growth perspective. NPSS tahun 2016 capaiannya lebih rendah dibandingkan NPSS tahun 2015 yang besarnya 110,85%, yang disebabkan terdapat perspective yang dibawah 100%, yakni customer perspective. 19

30 GAMBAR 3.1. CAPAIAN SASARAN STRATEGIS TAHUN 2016 STAKEHOLDERS PERSPECTIVE 1 terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat Kelautan dan Perikanan CUSTOMERS PERSPECTIVE Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP 2 3 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE 4 Tersedianya kebijakan pembangunan yang efektif 5 Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan 6 Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan SDKP secara profesional dan partisipatif LEARN & GROWTH PERSPECTIVE 7 Terwujudnya ASN KKP yang kompeten, profesional dan berkepribadian 8 Tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses 9 Terwujudnya birokrasi KKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima berintegritas Terkelolanya anggaran pembangunan 10 secara efisien dan akuntabel Secara rinci capaian Indikator Kinerja Utama di masing-masing Sasaran Strategis KKP Tahun 2016 dapat diikuti pada tabel berikut: TABEL 3.1. CAPAIAN KINERJA KKP TAHUN 2016 SASARAN STRATEGIS STAKEHOLDERS PERSPECTIVE INDIKATOR KINERJA UTAMA CAPAIA KINERJA TAHUN 2016 TARGET REALISASI % 1. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat KP 1 Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP ,57 a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) ,24 103,09 b. Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi) 102,25 98,96 96,78 c. Nilai Tukar pengolah (NTPo) ,30 97,43 d. Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG) ,23 100,23 e. Rata-rata Pendapatan Pembudidaya (Rp/ bulan) ,72 f. Rata-rata Pendapatan Nelayan (Rp/bulan) ,62 g. Jumlah kelompok pelaku utama/usaha yang meningkat kelasnya dari jumlah kelompok pelaku utama/usaha yang disuluh (kelompok) ,35 2. Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 8,00 5,15 * 64,38 CUSTOMER PERSPECTIVE 2. Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP 3. Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku (%) 73,00 79,85 109,38 4. Jumlah pulau-pulau kecil yang Mandiri (pulau) ,00 20

31 SASARAN STRATEGIS 3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan INDIKATOR KINERJA UTAMA 5. Nilai Pengelolaan wilayah KP yang berkelanjutan (%) a. Jumlah WPP yang terpetakan potensi sumberdaya KP untuk pengembangan ekonomi kelautan yang berkelanjutan (WPP) CAPAIA KINERJA TAHUN 2016 TARGET REALISASI % 40,27 40,27 100, ,00 b. c. d. Jumlah kawasan konservasi perairan,pesisir, dan pulau-pulau kecil yang meningkat efektifitas pengelolaannya (kawasan) Jumlah kawasan pesisir rusak yang pulih kembali (kawasan) Jumlah WPP yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan /RPP (WPP) , , ,00 e. Luas kawasan konservasi (juta ha) 17,90 17,90 100,00 6. Nilai peningkatan ekonomi KP (%) 53 54,31 102,47 a. Nilai Investasi PT (Rp. Triliun) 25 27,23 108,92 b. Nilai investasi PB (Rp. Triliun) 24 23,93 99,72 c. Nilai Investasi hasil KP (Rp. Triliun) 12,50 4,23 33,84 d. e. Jumlah kredit yang disalurkan Perikanan Tangkap (Rp. Triliun) Jumlah kredit yang disalurkan Perikanan Budidaya (Rp. Triliun) 0,90 0,53 58,89 0,325 0,308 94,70 Produksi perikanan (juta ton) 23,43 23,51 100,33 7. a. Produksi Perikanan Tangkap (juta ton) 6,58 6,83 103,82 b. Produksi Perikanan Budidaya (juta ton) 16,85 16,67 98,96 8. Produksi garam rakyat (juta ton) 3 0,118 3,90 9. Nilai ekspor hasil perikanan (USD miliar) 6,82 4,17 61, Konsumsi ikan (kg/kapita/tahun) 43,88 43,94 100, Persentase peningkatan PNBP dari sektor KP (%) 7,50 222,87 2,971 INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE 4. Tersedianya kebijakan pembangunan KP yang 12. Indeks efektivitas kebijakan pemerintah 6,5 7, efektif 5. Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan 13. Efektivitas tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan (%) a. Jumlah hasil litbang KP yang terekomendasi untuk masyarakat dan/ atau industri (paket) 63 78,20 124, b. Utilitas UPI (Unit Pengolahan Ikan) (%) c. Sertifikat Pembudidaya CBIB (Cara Budidaya Ikan yang Baik) (unit) ,04 21

32 SASARAN STRATEGIS 6. Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan SDKP yang profesional dan partisipatif LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE 7. Terwujudnya ASN KKP yang kompeten, profesional dan berkepribadian 8. Tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses 9. Terwujudnya birokrasi KKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima 10. Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien dan akuntabel d. e. f. g. h. i. j. k. l. INDIKATOR KINERJA UTAMA Sertifikat HACCP (Hazaard Analytical Critical Control Point) (unit) Sertifikat CKIB (Cara Karantina Ikan yang Baik) (unit) Jumlah SDM KP yang terdidik, dilatih, disuluh dan diberdayakan untuk mendukung tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan (orang) Jumlah Lokasi kawasan laut, wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan, businessplan, yang ditetapkan menjadi peraturan perundangan (kawasan) Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan sertifikasi dari inovasi alat penangkap standar dan sertifikasi dari inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu penangkap ikan yang dihasilkan (dokumen) Sertifikat SKP (Sertifikasi Kelayakan Pengolahan) (unit) Sertifikat CPIB (Cara Pembenihan Ikan yang Baik) (unit) Jumlah rekomendasi dan inovasi Litbang yang diusulkan untuk menjadi bahan kebijakan (rekomendasi) Jumlah resolusi dan CMM RFMO yang diimplementasikan Persentase penyelesaian tindak pidana KP secara akuntabel dan tepat waktu (%) Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan (%) CAPAIA KINERJA TAHUN 2016 TARGET REALISASI % , , , , , ,29 100, ,40 103, Indeks kompetensi dan integritas (%) 77 84,85 110, Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%) 18. Nilai Reformasi Birokrasi KKP A (80,00) 50 60,92 121,84 BB (78,74) 98, Nilai kinerja anggaran KKP 83,00 84,15 101, Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan KKP WTP (5) WTP (5) 100,00 22

33 3.2 Analisis Capaian Kinerja Analisis capaian kinerja dilakukan pada setiap pernyataan kinerja Sasaran Strategis dan indikator kinerja untuk setiap perspektif sebagai berikut: A. STAKEHOLDERS PERSPECTIVE Sasaran Strategis (SS-1) : Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Sasaran Strategis Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat KP, memiliki dua Indikator Kinerja Utama, yakni IKM (Indeks Kesejahteraan Masyarakat) KP dan Pertumbuhan PDB Perikanan Kesejahteraan diartikan bahwa pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan adalah sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam kaitan ini, KKP senantiasa memberikan perhatian penuh terhadap seluruh stakeholders kelautan dan perikanan, yakni nelayan, pembudidaya ikan, pengolah/pemasar hasil perikanan, petambak garam, dan masyarakat kelautan dan perikanan lainnya. Indikator Kinerja Utama : IKU 1 - Indeks Kesejahteraan Masyarakat Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (IKMKP) adalah suatu ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan yang akan diukur dengan menggunakan 2 (dua) variabel pokok yakni ekonomi dan sosial. Berdasarkan evaluasi penilaian KKP Nilai Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP tahun 2016 adalah sebesar 54 atau naik 8,26% apabila dibandingkan dengan tahun 2015 yang besarnya 49,88. Realisasi tahun 2016 telah melampaui target yang ditetapkan yakni sebesar 42 atau tercapai 128,57% dari target. Apabila dibandingkan dengan target Renstra KKP tahun 2019 sebesar 51, maka pencapaiannya telah mencapai 105,88%. TABEL 3.2. CAPAIAN INDEKS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Sasaran Strategis - 1 IKU - 1 Terwujudnya birokrasi KKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (IKMKP) REALISASI TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN ,88 42,00 54,00 128,57 8,26 51,00 105,88 Perhitungan Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP di atas didasarkan pada 7 (tujuh) indikator kinerja pembentuk, yakni (1) Nilai Tukar Nelayan, (2) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan, (3) Nilai Tukar Pengolah, (4) Nilai Tukar Petambak Garam, (5) Rata-rata pendapatan nelayan, (6) Rata-rata pendapatan pembudidaya ikan, dan (7) Jumlah kelompok/pelaku utama/usaha yang meningkat klasnya dari jumlah kelompok/pelaku utama/usaha yang disuluh. Berdasarkan data BPS dan data yang dioleh KKP, capaian indikator kinerja pembentuk adalah sebagai berikut : 23

34 NO. TABEL 3.3. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PEMBENTUK INDEKS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN INDIKATOR KINERJA PEMBENTUK IKMKP REALISASI TARGET REALISASI % CAPAIAN 1. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 106,14 105,00 108,24 103,08 2. Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi) 99,66 102,25 98,96 96,78 3. Nilai Tukar Pengolah (NTPo) ,00 102,30 97,43 4. Nilai Tukar Petambak Garam (NTPg) ,00 102,23 100,23 5. Rata-rata pendapatan nelayan (Rp./bulan) , Rata-rata pendapatan pembudidaya (Rp./bulan) Jumlah kelompok/pelaku utama/usaha yang meningkat klasnya dari jumlah kelompok/ pelaku utama/usaha yang disuluh , ,35 a. Nilai Tukar Nilai Tukar diperoleh dari perbandingan indeks harga hasil produksi yang dijual oleh nelayan/pembudidaya ikan/pengolah/petambak garam (It) terhadap indeks harga biaya operasional produksi nelayan/pembudidaya ikan/pengolah/petambak garam (Ib). Nilai Tukar ini merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/ daya beli nelayan/pembudidaya ikan/pengolah/petambak garam, juga menunjukkan daya tukar dari produk perikanan dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi Nilai Tukar, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli nelayan/pembudidaya ikan/pengolah/petambak garam. Nilai Tukar ini menunjukkan indikator dini kesejahteraan nelayan/pembudidaya/ pengolah/ petambak garam. Apabila dilihat dari capaiannya, maka capaian Nilai Tukar di atas 100 dan telah melampaui target tahun 2016 adalah untuk nelayan, pengolah dan petambak garam, sedangkan pembudidaya ikan masih di bawah 100 dan masih belum mencapai target tahun 2016, yang antara lain disebabkan harga pakan yang merupakan komponen utama dalam biaya produksi (60-70%) masih cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan masih perlu diberikan bantuan pemerintah atau stimulan ekonomi untuk meningkatkan daya beli pembudidaya ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar antara lain adalah hasil produksi perikanan dalam waktu berjalan, harga komoditi produksi perikanan yang dihasilkan pada waktu berjalan, pengeluaran/ongkos yang dikeluarkan untuk memproduksi komoditi perikanan, harga barang/jasa konsumsi untuk memproduksi produk/komoditas perikanan, pengeluaran/ongkos yang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari, serta faktor harga ikan yang tidak mudah dikontrol dan dipengaruhi oleh situasi pasar. Nilai Tukar Nelayan (NTN) tahun 2016 sebesar 108,24 atau mencapai 103,08% dari target sebesar 105, dan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yang besarnya 106,15, NTN mengalami kenaikan 1,97%. Realisasi NTN ini menunjukan bahwa indeks harga yang diterima nelayan (harga jual ikan) masih lebih besar dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan (harga kebutuhan pokok). 24

35 GAMBAR 3.2. NTN TAHUN Berdasarkan data BPS, rata-rata Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) dari bulan Januari Desember 2016 sebesar 98,96 atau tercapai 96,78% dari target tahunan serta 96,08% dari target akhir RPJMN sebesar 103. Rata-rata ini naik dibandingkan dengan capaian NTPi tahun 2015 sebesar 99,49 atau terjadi kenaikan sebesar 0,53%. NTPi 98,96 menunjukkan belum tercapainya kesejahteraan pembudidaya, dengan demikian diperlukan kerja keras dalam pembangunan perikanan budidaya untuk peningkatan NTPi pada tahun berikutnya. Selanjutnya Nilai Tukar Pengolah (NTPo) tahun 2016 tercapai sebesar 105,00 atau 97,43% dari target, namun demikian jika dibandingkan dengan realisasi di tahun 2015 yang sebesar 100 mengalami kenaikan sebesar 2,30% Berdasarkan pendataan BPS yang didapat dari survei lapangan di tahun 2016, Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG) tahun 2016 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat. NTPG pada tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan indeks NTPG tahun Rata-rata Indeks NTPG tahun 2016 yang didapatkan sebesar 102,23 dibandingkan dengan rata-rata indeks NTPG tahun 2015 sebesar 98,82 atau mengalami peningkatan sebesar 3,45%. b. Rata-rata Pendapatan Rata rata pendapatan nelayan/pembudidaya ikan merupakan total pendapatan per orang yang dari aktivitas penangkapan/ pembudidayaan ikan yang diperoleh dari hasil penjualan dan tangkapan/ produksi budidaya setelah dikurangi modal kerja di peroleh dalam 1 (satu) bulan. Indikator ini memiliki defenisi dan teknik penghitungan yang sama dengan indikator rata rata pendapatan RTP per bulan. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2016, maka rata-rata pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan telah melampaui target. Realisasi indikator ini meliputi realisasi rata rata pendapatan nelayan di perairan laut dan perairan umum, dengan kontribusi masing-masing yakni di perairan laut sebesar Rp /bulan atau 105,43% dari target dan di perairan umum sebesar Rp /bulan atau 120,56% dari target. Besarnya kontribusi dari perairan laut 25

36 disebabkan karena luas wilayah penangkapan yang besar sehingga jumlah nelayan yang melakukan penangkapan ikan di laut juga lebih besar yakni sebanyak 2,19 juta orang dibandingkan dengan perairan umum yang hanya sebanyak 475 ribu orang. Realisasi indikator ini berbanding lurus dengan realisasi NTN yakni realisasi rata-rata pendapatan nelayan yang tinggi akan mendukung langsung realisasi NTN pada periode yang sama, sehingga faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi pencapaian NTN adalah relatif sama dengan faktor rata-rata pendapatan nelayan per bulan. Realisasi pendapatan pembudidaya/bulan tahun 2016 sebesar Rp atau 107,62% dari target sebesar Rp Pendapatan paling tinggi berasal dari sektor budidaya ikan air payau, terutama untuk budidaya udang baik windu maupun vaname dan budidaya ikan hias seperti budidaya ikan koi yang rata-rata per bulannya bisa mencapai diatas Rp.6 juta per bulan. Untuk usaha budidaya ikan air tawar pendapatannya rata-rata masih dibawah Rp.2 juta per bulan terutama lele, patin dan nila, yang jika dilihat dari penyebarannya jenis budidaya ini merupakan budidaya yang paling memasyarakat karena cara budidayanya relatif mudah dan tidak membutuhkan ruang yang luas, akan tetapi masih tingginya harga pakan menyebabkan margin usaha budidaya ikan air tawar masih rendah. c. Jumlah kelompok/pelaku utama/usaha yang meningkat kelasnya. Pada tahun 2016 jumlah kelompok yang meningkat kelasnya, yakni dari kelas Pemula ke Madya maupun dari kelas Madya ke Utama mencapai kelompok dari target sebanyak kelompok. Nilai ini diperoleh secara kumulatif dari kegiatan penumbuhan dan pengembangan kelas kelompok dari tahun sebelumnya yang hasil penilaiannya diperoleh pada tahun 2015, dan kelompok yang sudah dinilai pada tahun berjalan (tahun 2016). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, capaian untuk indikator peningkatan kelas kelompok ini mengalami peningkatan sebanyak kelompok. Pencapaian Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP yang didukung dengan pencapaian 7 (tujuh) indikator pembentuk tidak lepas dari adanya kegiatan prioritas yang dilaksanakan KKP pada tahun , yang meliputi pemberian bantuan kapal penangkap ikan dan alat tangkap ramah lingkungan pada nelayan. Tahun 2015 diberikan 165 kapal dan tahun 2016 sebanyak 700 kapal untuk kelompok dan koperasi nelayan. Disamping itu, KKP juga memberikan bantuan untuk para pembudidaya ikan pada tahun 2015 dan 2016 berupa abntuan paket usasa budidaya ikan dan rumput laut, kebun bibit rumput laut, paket pakan mandiri, biofloc ikan lele, Karamba Jaring Apung, excavator, dan lain-lain. Untuk kelompok pengolah dan pemasar, juga diberikan bantuan sarana sistem rantai dingin dan sarana pemasaran pada tahun Demikian pula untuk petambak garam, diberikan bantuan PUGAR (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat) berupa sarana prasarana untuk usaha garam. Seluruh bantuan pemerintah tersebut, didukung keberhasilannya dengan adanya peran penyuluh, baik penyuluh PNS, penyluh bantu, maupun penyuluh swasta, sehingga terjadi penumbuhan klas pada kelompok pelaku utama/usaha. Penyuluhan dilakukan baik melalui bimbingan teknis, sekolah lapang, juga dilakukan melalui cyber extention yang telah dimiliki KKP. Disamping itu, juga dilakukan fasilitasi pembentukan koperasi dan kerjasama dengan BUMN dalam rangka aksesibilitas pendanaan CSR. Indikator Kinerja Utama : IKU 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perikanan. Pertumbuhan ekonomi sektor perikanan merupakan perubahan PDB (atas dasar harga konstan) sektor perikanan dari satu periode ke periode berikutnya (dalam persen). PDB Perikanan tersebut hanya didasarkan pada sektor primer yang mencakup perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan PDB Perikanan tahun 2016 adalah sebesar 5,15% atau turun 34,72% apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDB tahun 2015 yang besarnya 26

37 7,89%. Realisasi pertumbuhan PDB Perikanan tahun 2016 belum melampaui target yang ditetapkan yakni sebesar 8,00% atau hanya tercapai 64,38% dari target. Apabila dibandingkan dengan target Renstra KKP tahun 2019 sebesar 12%, maka pencapaian baru mencapai 42,92%. TABEL 3.4. CAPAIAN PERTUMBUHAN PDB PERIKANAN Sasaran Strategis - 1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat KP IKU - 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) REALISASI *) TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN ,37 8,00 5,15 64,38-34,72 12,00 42,92 Sumber : BPS *) Data sementara Apabila dibandingkan dengan PDB kelompok pertanian dan PDB nasional, maka pertumbuhan PDB Perikanan masih berada di atas rata-rata pertumbuhan PDB nasional yang besarnya 5,02% dan pertumbuhan PDB pertanian yang besarnya 3,25%. Hal tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi sektor perikanan primer masih berada di atas rata-rata nasional. GAMBAR 3.3. PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PDB NASIONAL, PERTANIAN (DALAM ARTI LUAS) DAN PERIKANAN Sumber : BPS Apabila dilihat secara triwulanan, pertumbuhan PDB Perikanan selama tahun 2016 menunjukkan kecenderungan melambat, yakni berturut-turut 7,03 (triwulan 1), 5,56 (triwilan 2), 5,64 (triwulan 3), dan 2,62 (triwulan 4). Hal tersebut antara lain disebabkan tingginya curah hujan sebagai dampak fenomena La Nina dan adanya kondisi cuaca yang ekstrem, sehingga menyebabkan terjadinya perlambatan produksi perikanan. Apabila dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan berdasarkan harga konstan, maka terdapat peningkatan nilai yakni dari Rp.204,02 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp. 214,52 triliun pada tahun Hal ini menunjukkan adanya penambahan investasi dan peningkatan penyaluran bantuan permodalan di masyarakat. 27

38 GAMBAR GAMBAR 3.4. NILAI PERTUMBUHAN PDB PERIKANAN, (RP. TRILIUN) Sumber : BPS Beberapa upaya yang akan dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan PDB antara lain: (1) meningkkatkan produksi perikanan budidaya melalui pengembangan budidaya laut, termasuk budidaya rumput laut, (2) Meningkatkan investasi dibidang kelautan dan perikanan melalui penerapan Peraturan Presiden No 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Negatif Investasi, termasuk melakukan kerjasama dengan BKPM Pusat dan Daerah serta melakukan bisinis forum dengan stakeholders kelautan dan perikanan, (3) Meningkatkan penyaluran KUR Perikanan berkoordinasi dengan Kementerian Bidang Perekonomian, OJK dan pihak perbankan, (4) Mempercepat penyaluran dana pengelolaan pada Badan Layanan Umum pada KKP yaitu LPMUKP, (5) Mendorong sinergi kebijakan dan program dengan pemerintah daerah untuk peningkatan usaha kelautan dan perikanan baik skala UMKM maupun skala menengah dan besar. B. CUSTOMER PERSPECTIVE Sasaran Strategis (SS 2) : Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP KKP mempunyai peran penting dalam mewujudkan kemandirian dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan memperkuat kemampuan nasional untuk melakukan penegakan hukum di laut demi mewujudkan kedaulatan secara ekonomi. Sudah banyak program dan kegiatan di KKP yang sudah dilaksanakan untuk mewujudkan sasaran ini melalui peningkatan kepatuhan pelaku usaha kelautan dan perikanan serta membangun sentra bisnis kelautan dan perikanan berbasis di pulau-pulau kecil (PPK). Untuk itu terdapat dua indikator sebagai ukuran keberhasilan prestasi kinerja ini, yakni (i) Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, dan (ii) Jumlah PPK yang Mandiri. Indikator Kinerja Utama : IKU - 3 : Persentase Kepatuhan (compliance) Pelaku Usaha KP terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku IKU 3 merupakan kepatuhan para pelaku usaha kelautan dan perikanan dalam memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan sesuai dengan perijinan dan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang ditetapkan. Pada tahun 2016 telah melampaui target, yakni realisasinya mencapai 79,70% dari target sebesar 73% atau mencapai 109,38%. Capaian kinerja kepatuhan pelaku usaha KP di tahun 2016, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan capaian di tahun 2015 sebelumnya yang mencapai angka 82,91% atau turun 3,69%, kemudian jika dibandingkan dengan target di akhir RPJMN tahun 2019 posisnya sudah mencapai 91,91% dari target 87%. 28

39 TABEL 3.5. CAPAIAN PERSENTASE KEPATUHAN (COMPLIANCE) PELAKU USAHA KP TERHADAP KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU Sasaran Strategis - 2 IKU - 3 Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku (%) REALISASI KENAIKAN TARGET REALISASI (%) CAPAIAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN ,91 8,00 79,85 109,38-3, Indikator Kinerja pembentuk dari IKU 3 tersebut di atas adalah : a. Kapal perikanan yang taat terhadap ketentuan sistem pemantauan kapal perikanan; b. Ketaatan unit usaha Penangkapan lkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Ketaatan kapal perikanan yang mampu diperiksa di laut terhadap peraturan perundangundangan; d. Ketaatan unit usaha pengolahan hasil perikanan (UPI) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Ketaatan Distribusi ikan yang sesuai dengan ketentuan; f. Ketaatan unit usaha budidaya perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; g. Ketaatan pemanfaatan Wilayah Perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan h. Ketaatan pelaku usaha kelautan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku. TABEL 3.6. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PEMBENTUK IKU PERSENTASE KEPATUHAN (COMPLIANCE) PELAKU USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN TERHADAP KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU NO INDIKATOR KINERJA PEMBENTUK Ketaatan kapal perikanan terhadap ketentuan sistem peman tauan kapal perikanan Ketaatan unit usaha Penangkapan Ikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketaatan kapal perikanan yang mampu diperiksa di laut terhadap peraturan perundang-undangan Ketaatan unit usaha pengolahan hasil perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Persentase ketaatan distribusi ikan yang sesuai dengan ketentuan Ketaatan unit usaha budidaya perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Persentase ketaatan pemanfaatan WP3K terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku Persentase Ketaatan pelaku usaha kelautan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku REALISASI 2015 (%) TARGET (%) 2016 REALISASI (%) (%) 84, ,78 87,22 95,67 93,37 94,20 101,00 97,69 96,78 96,07 99,00 82,61 88,29 97,33 110, ,85 120,00 79,74 82,23 83,87 102,00 45,84 30,00 50,10 120,00 36,78 38,00 73,02 120,00 29

40 Uraian terhadap capaian indikator kinerja pembentuk adalah sebegai berikut : a. Ketaatan Kapal Perikanan terhadap Ketentuan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (%) Telah tercapai sebesar 69,78% dari target sebesar 80%. Capaian tersebut merupakan capaian rata-rata kepatuhan berdasarkan hasil pemantauan selama periode Januari-Desember 2016, yang diperoleh dari jumlah kapal perikanan yang taat dibagi dengan kapal yang wajib memasang transmitter. Capaian tahun 2016 (69,78%) dibandingkan dengan capaian tahun 2015 (84,31%), terjadi penurunan sebesar 14,53%. Menurunnya tingkat capaian dari tahun sebelumnya, dikarenakan beberapa hal sebagai berikut : 1) Belum semua kapal perikanan yang berukuran 30 GT memasang transmiter, tercatat hanya kapal dari kapal perikanan (72,66%) yang sudah memasang transmiter (per Desember 2016); 2) Kapal-kapal yang belum memasang transmitter sebagian besar kapal perikanan baru yang belum melakukan operasi penangkapan/pengangkutan termasuk kapalkapal bantuan pemerintah; 3) Beberapa kapal sedang melaksanakan pengurusan perpanjangan dokumen kapal dikarenakan adanya pengukuran ulang kapal.: b. Ketaatan Usaha Penangkapan lkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Telah dilakukan pemeriksaan kapal perikanan sebanyak kapal perikanan. Dari sejumlah kapal yang diperiksa tersebut, sebanyak kapal perikanan telah sesuai ketentuan sehingga dinyatakan laik operasi, dan sebanyak kapal perikanan tidak sesuai ketentuan (tidak laik operasional). Beberapa kapal yang dinyatakan tidak laik operasi disebabkan antara lain : 1) Masa berlaku SIPI/SIKPI baik izin Pusat/Propinsi dan Kabupaten termasuk kapal INKA MINA telah habis; 2) Kapal perikanan tidak memiliki dokumen atau belum terdaftar yang didominasi oleh kapal-kapal izin daerah; 3) Kapal tidak memiliki surat keterangan andon pada pelabuhan pangkalan tujuan atau masih dalam proses Permohonan SIPI ANDON; 4) Kapal masuk tidak sesuai dengan pelabuhan pangkalan sesuai izin serta masuk kepelabuhan pangkalan dengan alasan darurat (emergency dan cuaca buruk); 5) Nomor mesin kapal yang tercantum dalam dokumen tidak sesuai dengan fisik; 6) Alat penangkap ikan yang tercantum dalam dokumen tidak sesuai dengan fisik; 7) Transmitter VMS tidak aktif. Kegiatan pendukung utama yang telah dilakukan meliputi: (1) pembinaan teknis pengawasan penangkapan ikan, (2) monitoring dan evaluasi ketaatan kapal melalui Hasil Pemeriksaan Kapal (HPK) dan Surat Laik Operasi (SLO) kapal perikanan yang beroperasi di WPPNRI, (3) monitoring dan evaluasi pengawasan melalui buku 30

41 lapor pangkalan yang menangkap di WPPNRI, (4) monitoring dan evaluasi hasil verifikasi kapal perikanan, (5) peningkatan kapasitas pengawas, verifikasi dalam rangka Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI). c. Ketaatan kapal perikanan yang mampu diperiksa di laut terhadap peraturan perundang-undangan IKU ini telah tercapai sebesar 96,07% dari target sebesar 78%. Capaian tahun 2016 (96,07%) dibandingkan dengan capaian tahun 2015 (97,69%), terjadi penurunan sebesar 1,62%, yang disebabkan pelanggaran oleh KIA, adapun tingkat ketaatan KII meningkat dari 98,91% menjadi 99,42%. Kedepan kegiatan pengawasan ketaatan kapal di laut harus semakin mengoptimalkan informasi intelijen dan Airbone Surveillance supaya operasi kapal pengawas lebih tepat sasaran. IKU ini merupakan IKU baru sehingga pencapaiannya belum bisa dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. Kegiatan utama yang mendukung tercapainya indikator kinerja ini adalah operasi Kapal Pengawas di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI). Rekapitulasi hasil operasi pengawasan SDKP oleh kapal pengawas selama tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1) Jumlah kapal yang dihentikan dan diperiksa (henrik) oleh kapal pengawas adalah sebanyak unit kapal ikan yang terdiri dari unit Kapal Ikan Indonesia (KII) dan 149 unit Kapal Ikan Asing (KIA). 2) Jumlah kapal yang ditahan oleh kapal pengawas adalah sebanyak 163 unit kapal ikan yang terdiri dari 140 unit Kapal Ikan Asing (KIA) dan 23 unit Kapal Ikan Indonesia (KII). Dari 163 unit kapal yang ditangkap,yang diadhoc adalah 159 unit kapal, sedangkan 4 KIA lainnya tenggelam pada saat proses adhoc. Perbandingan jumlah kapal perikanan yang ditangkap terhadap jumlah kapal yang diperiksa 3,93%. Khususnya untuk KII, dari kapal yang diperiksa, hanya 23 unit yang melakukan pelanggaran (0,58%). Rendahnya tingkat persentase pelanggaran tersebut, menunjukkan meningkatnya tingkat kepatuhan kapal perikanan Indonesia dalam melaksanakan penangkapan ikan di WPP NRI. Sedangkan untuk KIA, jumlah yang di adhoc sebanyak 136 kapal dari 149 kapal yang diperiksa atau 91,28%, menunjukkan masih rawannya perairan Indonesia dari ancaman Illegal fishing oleh kapal ikan asing. Pemeriksaan telah dilakukan terhadap unit kapal perikanan, terdiri atas Kapal Perikanan Indonesia (KII) dan 371 Kapal Perikanan Asing (KIA). Dari hasil pemeriksaan kapal perikanan saat melakukan kegiatan penangkapan ikan tersebut, KKP telah berhasil menangkap 539 kapal perikanan yang melakukan tindak pidana perikanan, terdiri atas 185 KII dan 354 KIA. d. Unit usaha pengolahan hasil perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Telah dilakukan pengawasan terhadap Unit Pengolahan Ikan (UPI) sebanyak 630 UPI, yang terdiri dari skala kecil sebanyak 409 UPI dan skala besar sebanyak 221 UPI. Dari 31

42 sejumlah tersebut, sebanyak 608 UPI (skala kecil 388, skala besar 220) telah sesuai ketentuan peraturan perundangan. Kegiatan utama yang dilaksanakan selama tahun 2016, antara lain : 1) Supervisi Pengawasan unit Pengolahan Ikan dilakukan di 18 lokasi yaitu Muara Angke, Kendari, Palabuhanratu, Cirebon Tegal, Pekalongan, Bogor Tanjung Pinang, Manado, Batam, Batang, Surabaya, Banyuwangi, Kupang, Pontianak, Sukamandi, Benoa dan Banten. 2) Verifikasi UPI skala besar di 15 lokasi yaitu yaitu Rembang, Banten, Makasar, Probolinggo, Bali, Pati, Kendari, Pekalongan, Tanjung Pandan, Batam, Padang, Bogor, Palabuhanratu, dan Bandung. 3) Uji petik pengawasan unit pengolahan ikan di 21 lokasi yaitu Muara Angke, Belawan, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Bitung, Tangerang, Bandung, Kupang, Brondong, Blanakan, Morodemak, Cilacap, Kendari, Surabaya, Tuban, Gresik, Bogor, Ternate, Pengambengan, dan Banten e. Distribusi ikan yang sesuai dengan ketentuan. Tercapai sebesar 91,95% dari target sebesar 66%. Kinerja ini belum bisa dibandingkan dengan capaian tahun 2015 dikarenakan merupakan IKU baru. Dari sebanyak 71 buah Ijin Pemasukan Hasil Perikanan (IPHP) dan 78 unit usaha penyediaan dan pendistribusian bahan produk ekspor yang diperiksa pada tahun 2016, diperoleh sebanyak 149 yang taat terhadap ketentuan, yang terdiri dari 71 buah Ijin Pemasukan Hasil Perikanan (IPHP) dan 78 unit usaha penyediaan dan pendistribusian bahan produk ekspor. 11 buah Ijin Pemasukan Hasil Perikanan (IPHP) tidak taat ketentuan disebabkan karena beberapa hal seperti periode masih ada tetapi melebihi kuota. Selain itu, periode sudah habis, tetapi kuota masih ada. Sedangkan usaha penyediaan dan pendistribusian bahan produk ekspor yang tidak taat sebanyak 4 (empat) unit, hal ini disebabkan karena perijinan belum lengkap. Perusahaan-perusahaan yang belum sesuai ketentuan selanjutnya direkomendasikan untuk melengkapi dokumen sesuai ketentuan sehingga bisa melaksanakan kegiatan impor dan ekspor sesuai ketentuan. Kegiatan pendukung utama yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian IKU adalah sebagai berikut: 1) Supervisi pengawasan distribusi hasil perikanan peruntukan domestik dan ekspor; 2) Verifikasi ketaatan usaha ekspor impor di wilayah perbatasan yang rawan pelanggaran distribusi hasil perikanan; 3) Pengawasan distribusi hasil perikanan di pintu-pintu pemasukan hasil perikanan; 4) Pengumpulan bahan keterangan, klarifikasi dan tindaklanjut temuan lapangan terhadap pelanggaran distribusi hasil perikanan. f. Unit usaha budidaya perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tercapai sebesar 83,87% dari target sebesar 82,23%. Capaian tahun 2016 (83,87%) dibandingkan dengan capaian tahun 2015 (79,74%), terjadi peningkatan sebesar 2,13%. Pencapaian tersebut diperoleh dari perbandingan usaha perikanan budidaya yang telah sesuai ketentuan sebanyak 801 unit usaha dengan jumlah unit usaha budidaya yang dilakukan pengawasan sebanyak 955 unit usaha. Adapun untuk usaha perikanan budidaya di perairan umum dan air tawar yang telah sesuai ketentuan sebanyak 344 (82,69%) dari jumlah perikanan budidaya di perairan umum dan air tawar yang diawasi sebanyak 416. Sedangkan untuk usaha perikanan budidaya di air laut dan air payau yang telah sesuai ketentuan sebanyak 529 (82,40%) dari jumlah perikanan budidaya di perairan umum dan air tawar yang diawasi sebanyak 642. Selama periode tahun 2016, kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: 32

43 1) Supervisi pengawasan usaha budidaya ikan; 2) Evaluasi hasil pengawasan; 3) Verifikasi usaha budidaya ikan, obat dan pakan ikan; 4) Inventarisasi tanda pencatatan usaha pembudidayaan ikan (TPUPI), dan tanda pencatatan kapal pengangkut ikan(tpkpi); 5) Uji petik pengawasan peredaran ikan yang dilarang masuk ke WPPNRI dan yang diatur pengelolaannya; 6) Uji petik pengawasan kapal pengangkut ikan hidup hasil budidaya di sentra budidaya dan pelabuhan chek point. g. Pemanfaatan wilayah perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tahun 2016 telah tercapai sebesar 50,10% dari target sebesar 30%. Capaian IKU ini merupakan akumulasi dari capaian 4 indikator pembentuk: 1) Persentase ketaatan pelaku usaha kegiatan perikanan dan non perikanan yang tidak menimbulkan pencemaran, capaian kinerja sebesar 48,57%; 2) Persentase ketaatan pelaku usaha pemanfaatan alih lahan pesisir terhadap ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku, capaian kinerja sebesar 64,29%; 3) Persentase ketaatan pelaku usaha pemanfaatan pulau-pulau kecil terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, capaian kinerja sebesar 45,45 %; 4) Persentase ketaatan pelaku usaha pemanfaatan pasir laut, timah dan granit dan sumberdaya non hayati lainnya terhadap peraturan perundang-undangan, capaian kinerja sebesar 42,11%. Kegiatan utama yang telah dilakukan dalam rangka mendukung pencapaian IKU tersebut antara lain: 1) Pengawasan Pencemaran Perairan di Tanjung Pinang, Probolinggo, Surabaya, Pekalongan, Brondong, Tegal, Sorong dan Maluku Tenggara; 2) Pengawasan Pemanfaatan alih lahan pesisir di Probolinggo, Batam, Pekalongan, Sumatera Barat, Gresik, Maluku Tenggara, Jakarta dan Benoa; 3) Pengawasan Pulau-pulau kecil di Sebatik, Maluku Tenggara, Mentawai, NTB & Babel; 4) Pengawasan Pemanfaatan pasir laut di Lampung, Bawean, Sampang, Karangantu dan Babel; 5) Pengawasan Kegiatan Eksploitasi Mangrove di Kota Batam dan Kabupaten Kepulauan Meranti; 6) Pengawasan Pemanfaatan Kawasan Konservasi di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan di Perairan TWP Kapoposang, Provinsi Sulawesi Selatan; 7) Pengawasan Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati. h. Kepatuhan Pelaku usaha kelautan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tahun 2016 telah tercapai sebesar 73,02% dari target sebesar 38%. Capaian IKU ini merupakan akumulasi dari capaian 4 indikator pembentuk: 1) Persentase ketaatan pelaku usaha kegiatan perikanan dan non perikanan yang tidak menimbulkan pencemaran, capaian kinerja sebesar 48,57%; 33

44 2) Persentase ketaatan pelaku usaha pemanfaatan alih lahan pesisir terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, capaian kinerja sebesar 64,29%; 3) Persentase ketaatan pelaku usaha pemanfaatan pulau-pulau kecil terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, capaian kinerja sebesar 45,45%; 4) Persentase ketaatan pelaku usaha pemanfaatan pasir laut, timah dan granit dan sumberdaya non hayati lainnya terhadap peraturan perundang-undangan, capaian kinerja sebesar 42,11%. Indikator Kinerja Utama : IKU - 3 : Jumlah PPK yang mandiri Pulau-pulau kecil yang mandiri adalah pulau-pulau kecil yang diupayakan untuk mampu memanfaatkan potensi kelautan dan perikanan yang ada melalui pengembangan sentra bisnis kelautan dan perikanan berbasis pulau-pulau kecil sehingga diharapkan dapat menciptakan peluang investasi, meningkatkan produksi perikanan tangkap, meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah khususnya di pulau-pulau kecil, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pulau-pulau kecil. Sentra bisnis kelautan dan perikanan berbasis pulau-pulau kecil merupakan konsep pembangunan sentra kelautan dan perikanan berbasis pulau-pulau kecil dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. Tahun 2016 terdapat sebanyak 15 pulau yang menjadi lokasi pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) atau mencapai 100% dari target. Dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 5 pulau, maka capaian tahun 2016 naik 200%. Apabila dibandingkan denga target 2019 sebesar 25 pulau, maka capaian baru mencapai 60%. TABEL 3.7. CAPAIAN PULAU-PULAU KECIL YANG MANDIRI Sasaran Strategis - 2 IKU - 4 Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP Jumlah pulau-pulau kecil (PPK) yang mandiri REALISASI TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN Program pembangunan SKPT adalah suatu program KKP sebagai upaya bangsa dalam membantu daerah perbatasan dan terluar untuk membangun kemandirian, kedaulatan bangsa serta menjaga teritorial wilayah perbatasan secara detail dan terperinci sesuai dengan Nawacita ke-3 yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Tujuan dari SKPT adalah membangun dan mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan secara berkelanjutan. Lokasi SKPT di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan telah ditetapkan 34

45 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 51/KEPMEN-KP/2016 tentang Penetapan lokasi pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan, sebagai berikut: (1). Simeulue, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh, (2). Kota Sabang, Provinsi Aceh, (3). Mentawai, Kabupaten Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, (4). Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, (5). Natuna, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, (6). Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau, (7). Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, (8). Talaud, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara, (9). Tahuna, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, (10). Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, (11). Rote, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur; (12). Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur; (13). Tual, Kota Tual, Provinsi Maluku; (14). Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku; (15). Morotai, Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara; (16). Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku; (17). Biak, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua; (18). Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua; (19). Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua; dan (20). Merauke, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Untuk tahun 2017, KKP telah menetapkan 12 lokasi SKPT prioritas. Kriteria pemilihan lokasi SKPT antara lain: Merupakan PPKT (pulau-pulau kecil terluar) atau Kabupaten atau Kota yang memiliki PPKT dan/atau daerah perbatasan atau Kawasan Strategis Nasional. Mempunyai komoditas unggulan sektor kelautan dan perikanan yang berpeluang untuk dikembangkan. Terdapat ketergantungan masyarakat akan sumber daya kelautan dan perikanan sangat tinggi. Adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah. Memiliki SDM di bidang kelautan dan perikanan. Telah tersedia sarana dan prasarana di bidang kelautan dan perikanan. Telah diterbitkan Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Pembangunan SKPT. Dalam pedoman tersebut diatur mengenai fokus pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan diarahkan pada 4 (empat) aspek, yaitu peningkatan nilai tambah, peningkatan daya saing, modernisasi dan korporatisasi usaha, dan penguatan produksi dan produktivitas pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan. Disamping itu ditetapkan pula strategi pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan yakni: Pembangunan dan pengembang an sarana dan prasarana kelautan dan perikanan secara terintegrasi untuk menopang usaha ekonomi nelayan dan pembudidaya yang bersifat tradisional dan konvensional dapat berkembang menjadi bisnis kelautan dan 35

46 perikanan yang berskala ekonomi dan berorientasi pasar. Penguatan SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi nelayan lebih baik, sehingga produktivitas produk dan hasil pengolahan perikanan meningkatkan. Selain itu, mendorong bisnis perikanan menggunakan sistem dan model bisnis yang lebih modern melalui kroporatisasi, sehingga manfaat diperoleh dalam jumlah yang lebih besar. Pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai produksi dari bisnis kelautan dan perikanan nelayan dan pembudidaya, mulai hulu hingga hilir melalui kemitraan dengan pelaku usaha dan stakeholder terkait. Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi pelaksanaan bisnis kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan. Pendampingan dilakukan dengan menempatkan tenaga pendamping/ fasilitator yang bertugas memberikan pembinaan bagi nelayan dan pembudidaya serta kelembagaannya, sehingga nelayan dan pembudidaya memiliki kapasitas yang baik dalam hal manajemen dan teknis terkait bisnis kelautan dan perikanan yang dikembangkan, serta kelembagaan usaha menjadi efektif. Selama tahun 2015 Program SKPT telah dilaksanakan di 5 lokasi yaitu (1) Tahuna, (2) Simelue, (3) Natuna, (4) Merauke, (5) Saumlaki. Dari 5 lokasi tersebut bisnis proses yang telah berjalan hingga dilakukannya ekspor ikan malalalugis ke Korea Selatan adalah SKPT Tahuna. Sedangkan SKPT lainnya yang telah menunjukkan tingkat keberhasilan yang baik adalah Simelue dan Merauke. Selanjutnya pada tahun 2016 dikembangkan lagi 10 lokasi SKPT. Dari 10 SKPT tersebut, SKPT Timika telah berhasil melakukan ekspor kepiting ke Singapura dan Malaysia. Terdapat 5 lokasi dari 15 lokasi SKPT yang dikembangkan pada tahun 2016, yang proses bisnisnya sudah mulai berjalan yaitu : (1) Sangihe, (2) Simelue, (3) Timika, (4) Merauke, (5) Saumlaki. Pada tahun 2016, kegiatan yang telah dilaksanakan di 15 lokasi SKPT antara lain adalah: (1) pemberian Bantuan Pemerintah berupa kapal penangkap ikan, alat penangkap ikan, budidaya ikan dan rumput laut, para-para rumput laut, ice flake machine, kendaraan berpendingin, (2) pembangunan Integrated Cold Storage, reklamasi lahan, pembangunan kantor karantina ikan, (3) pelatihan, (4) pembentukan koperasi, (5) kegiatan hasil sinergi dengan BUMN Perikanan. Untuk meningkatkan kemandirian pulau-pulau kecil perlu dilaksanakan pembangunan infrastruktur lanjutan dan rekayasa sosial untuk mendukung kegiatan ekonomi setempat dalam rangka pemanfaatan sumberdaya alam berkelanjutan Sasaran Strategis (SS 3) : Terwujudnya pengelolaan SDKP yang Partisipatif, Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan Sasaran startegis ini memiliki 7 Indikator Kinerja Utama yakni (i) Presentase pengelolaan WPP berkelanjutan, (2) nilai ekonomi KP, (3) produksi perikanan, (4) produksi garam rakyat, (5) nilai ekspor hasil perikanan, (6) konsumsi ikan perkapita, dan (7) persentase PNBP dari sektor KP. 36

47 Indikator Kinerja Utama IKU 5 : Nilai Pengelolaan Wilayah KP yang berkelanjutan Pengelolaan wilayah KP yang berkelanjutan adalah kenaikan persentase dari nilai pengelolaan WPP, KKPD-KKPN, jenis penyakit ikan karantina dan pemulihan kawasan pesisir yg rusak. Nilai pengelolaan wilayah KP yang berkelanjutan tahun 2016 mencapai target sebesar 100% dan mengalami kenaikan dibanding tahun 2015 sebesar 22,03 %. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2019, maka capaian tahun 2016 adalah sebesar 61,95%. TABEL 3.8. CAPAIAN PRESENTASE PENGELOLAAN WILAYAH KP YANG BERKELANJUTAN Sasaran Strategis - 3 IKU - 5 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang Partisipatif, Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan Nilai Pengelolaan Wilayah KP yang berkelanjutan 2016 KENAIKAN 2019 REALISASI 2015 TARGET REALISASI (%) CAPAIAN (%/TAHUN) TARGET % CAPAIAN ,27 40,27 100,00 22, ,95 Indikator Kinerja Utama ini memiliki indikator kinerja pembentuk, yakni (1) Jumlah WPP yang menerapkan RPP, (2) Jumlah kawasan konservasi perairan dan PPK yang meningkat efektivitas pengelolaannya, (3) Jumlah kawasan pesisir yang rusak pulih kembali, (4) Jumlah WPP yang terpetakan potensi KP, dan (5) Luas kawasan konservasi perairan (ha), dengan rincian sebagai berikut. NO TABEL 3.9. INDIKATOR KINERJA PEMBENTUK NILAI PENGELOLAAN WILAYAH KP YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA PEMBENTUK Jumlah WPP yang terpetakan potensi sumberdaya KP untuk pengembangan ekonomi kelautan yang berkelanjutan (WPP) Jumlah kawasan konservasi perairan,pesisir, dan pulaupulau kecil yang meningkat efektifitas pengelolaannya (kwsn) REALISASI 2015 (%) TARGET (%) 2016 REALISASI (%) (%) , ,00 3. Jumlah kawasan pesisir rusak yang pulih kembali (kwsn) ,00 4. Jumlah WPP yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) ,00 5. Luas kawasan konservasi (jt Ha) 16,5 17,90 17,90 100,00 Capaian indikator kinerja pembentuknya adalah sebagai berikut : a. Jumlah WPP yang terpetakan potensi sumberdaya KP untuk pengembangan ekonomi kelautan yang berkelanjutan Jumlah WPP yang Dikelola Sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP), yang mengukur kesesuaian antara pelaksanaan pengelolaan WPP dengan RPP yang telah disusun dan ditetapkan untuk masing masing WPP berdasarkan kewilayahan dan jenis ikan (RPP Jenis/Spesies). Kesesuaian yang dimaksud yaitu kesesuaian antara WPP yang telah dilakukan pengelolaan berdasarkan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) dengan 2 (dua) asumsi: (1) RPP kewilayahan yang telah ditetapkan, dan (2) RPP kewilayahan yang implementasi atau pengelolaan rencana aksinya telah mencapai 75 persen dari rencana aksi yang ada 37

48 Pada tahun 2016, capaian indikator ini adalah 100%, dimana terdapat 5 (lima) WPP NRI yang telah dikelola sesuai dengan rencana pengelolaan perikanannya, yaitu: WPP RI 573, meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor WPP RI 711, meliputi meliputi perairan Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan WPP RI 712, meliputi perairan Laut Jawa WPP RI 715, meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram, dan Teluk Berau WPP RI 718, meliputi Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut b. Pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan PPK yang efektif. Kawasan konservasi perairan, pesisir, dan PPK adalah kawasan perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil yang dilakukan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya (UU 27/2007, PP 60/2009). E-KKP3K merupakan suatu panduan baku/standar untuk mengevaluasi capaian pengelolaan berkelanjutan suatu kawasan konservasi perairan. Terbagi dalam 3 level pengelolaan, yaitu: (1) level perunggu, yaitu kawasan konservasi yang baru berdiri atau dicadangkan melalui SK Pencadangan Kawasan Konservasi oleh Kepala Daerah; (2) level perak, merupakan kawasan yang dikelola minimum, berdasarkan kriteria yaitu: telah ditetapkan oleh Men KP, ada unit pengelola, mempunyai rencana pengelolaan dan rencana zonasi kawasan konservasi, SOP pengelolaan kawasan, rencana pengelolaan dan zonasi diimplementasikan, dan ada sarana dan prasarana pendukung pengelolaan; (3) level emas, merupakan kawasan konservasi perairan mandiri dimana kawasan tersebut telah siap dalam hal pendanaan yang berkelanjutan serta dapat mengelola sumberdaya yang terdapat di dalam kawasan secara baik dan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2016 ini, target indikator kinerja ini adalah sebesar 28 kawasan, realisasi pada tahun ini sebesar 28 kawasan atau sesuai target sebesar 100%. Penilaian efektifitas pengelolaan dilakukan terhadap kawasan konservasi perairan daerah dan kawasan konservasi perairan nasional, yaitu: KKPD Alor, Sukabumi, Nusa Penida, Kei, Sabang, Batang, Raja Ampat, TWP Pieh, TWP Anambas, TWP Gili Matra, TWP Padaido, TWP Kapoposang, TWP Laut Banda, SAP Aru Tenggara, SAP Raja Ampat, SAP Waigeo Barat, TNT Laut Sawu. c. Jumlah kawasan pesisir rusak yang pulih kembali Pada tahun 2015 jumlah kawasan pesisir yang rusak pulih kembali ditargetkan sebanyak 50 kawasan dan terealisasi sebesar 55 Kawasan atau terealisasi 110%. Sedangkan tahun 2016 target awal sebesar 55 kawasan tetapi dikarenakan efisiensi target berubah menjadi 37 kawasan dan teralisasi 100%. Upaya pemulihan pesisir yang rusak di 37 kawasan telah dilakukan melalui kegiatan: (1) penanaman vegetasi pantai di 5 kawasan (Sukabumi, Tasikmalaya, Pangandaran, Pekalongan dan Pesisir Selatan), (2) kegiatan bantuan sarana pengendalian pencemaran di 1 kawasan (Simeuleu), (3) kegiatan PRPM di 2 kawasan (Sinjai dan Pangandaran), (4) kegiatan PKPT di 25 kawasan, (5) kegiatan pengelolaan pesisir terpadu di 4 kawasan (Gorontalo Utara, Kubu Raya, Lombok Barat dan Bitung). Capaian 37 kawasan tersebar di 20 provinsi, yakni (1) Kab. Pulau Morotai, (2) Kab. Lombok Utara, (3) Kab. Tanah Laut, (4) Kab. Sambas, (5) Kab. Trenggalek, (6) Kab. Pekalongan, (7) Kab. Kebumen, (8) Kab. Pandeglang, (9) Kab. Bangka Barat, (10) Kab. Aceh Barat, (11) Kab. Agam, (12) Kab. Luwu Utara, (13) Kota Kendari, (14) Kab Maluku Tenggara, (15) Kab. Gorontalo Utara, (16) Kab. Sumba Timur, (17) Kab. Kepulauan Meranti, (18) Kab. Brebes, (19) Kab. Kotawaringin Timur, (20) Kab. Tanjung Jabung Barat, (21) Kab. Gresik, (22) Kab. Garut, (23) Kab. Singkawang, (24) Kota Bitung, dan (25) Kab. Pangandaran. 38

49 d. Luas kawasan konservasi (juta ha) Jumlah luas kawasan konservasi adalah jumlah kumulatif capaian kawasan konservasi yang telah dicadangkan melalui Surat Keputusan Kepala Daerah, melalui beberapa tahapan yang diatur melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/ MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan yaitu: usulan inisiatif, identifikasi dan penilaian potensi calon kawasan konservasi perairan, dan tahap selanjutnya pencadangan kawasan melalui SK Kepala Daerah. Cara menghitung jumlah luas kawasan konservasi perairan adalah dengan menginventarisasi dan menjumlahkan luas kawasan konservasi baru yang telah dicadangkan melalui SK Kepala Daerah/ SK Menteri dan menambahkan luasan kawasan konservasi tersebut ke dalam data base capaian kumulatif kawasan konservasi perairan yang ada dalam data base kawasan konservasi perairan. Pada tahun 2016, sejumlah upaya berupa koordinasi, membentuk tim penetapan kawasan konservasi dan evaluasi dokumen penetapan serta pelibatan pemerintah daerah di sejumlah lokasi potensial sebagai kawasan konservasi pada tahun Luas kawasan konservasi dalam tiga tahun terakhir terus mengalami perluasan. Capaian jumlah luas kawasan pada tahun 2016 adalah Hektar. Capaian ini berasal dari luas kawasan tahun 2015 ( Hektar) dan penambahan luas kawasan tahun 2016 ( ,57 Hektar) serta koreksi luas kawasan yang dicadangkan ( ,378 Hektar). Koreksi terhadap luas kawasan konservasi dilakukan karena (i) perubahan luas kawasan yang sudah ditetapkan melalui Keputusan Menteri kelautan dan Perikanan dan (ii) pencadangan ulang oleh Gubernur sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Indikator Kinerja Utama IKU 6 : Nilai Peningkatan Ekonomi Kelautan dan Perikanan Capaian indikator kinerja utama ini pada tahun 2016 adalah sebesar 54,31 atau tercapai 102,47%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015 yang capaiannya mencapai 72, maka capaian tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 24,57%. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2019 yang besarnya 100, maka capaian tahun 2016 baru sebesar 54,31%. TABEL CAPAIAN NILAI PENINGKATAN EKONOMI KP Sasaran Strategis - 3 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang Partisipatif, Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan IKU - 6 Nilai peningkatan ekonomi KP (%) REALISASI TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN ,00 54,31 102,47-24, ,31 Indikator kinerja utama ini memiliki 5 (lima) indikator kinerja pembentuk, yaitu: (1) nilai invenstasi perikanan tangkap, (2) nilai investasi perikanan budidaya, (3) nilai inventasi hasil kelautan dan perikanan, (4) jumlah kredit yang disalurkan perikanan tangkap, dan (5) jumlah kredit yang disalurkan perikanan budidaya. 39

50 NO TABEL INDIKATOR TURUNAN IKU PENINGKATAN EKONOMI KP INDIKATOR KINERJA PEMBENTUK 2016 (RP. TRILIUN) TARGET REALISASI % CAPAIAN 1. Nilai Investasi PT 25,00 27,23 108,92 2. Nilai Investasi PB 24,00 23,93 99,72 3. Nilai Investasi Hasil KP 12,50 4,23 33,84 4. Jumlah kredit yang disalurkan (PT) 0,90 0,53 58,89 5. Jumlah kredit yang disalurkan (PB) 0,325 0,308 94,70 Capaian indikator kinerja pembentuknya adalah sebagai berikut : a. Nilai Investasi Perikanan Secara garis besar nilai investasi bidang perikanan dapat berasal dari investasi pemerintah dan investasi masyarakat. Investasi pemerintah merupakan kontribusi pemerintah terhadap pembangunan perikanan yang dialokasikan melalui anggaran negara baik pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Sedangkan investasi masyarakat dapat berasal dari PMA, PMDN, dan UMKM. Investasi yang berasal dari PMA merupakan kontribusi perusahaan swasta asing (menggunakan modal asing dan/atau tenaga kerja asing) terhadap pembangunan perikanan, sedangkan PMDN merupakan kontribusi perusahaan swasta dalam negeri (menggunakan fasilitas penanaman modal dalam negeri dan/atau tenaga kerja lokal) terhadap pembangunan perikanan. Investasi masyarakat yang berasal dari UMKM merupakan kontribusi swasta dan masyarakat pembudidaya, nelayan dan pengolah hasil perikanan (menggunakan modal sendiri dan/atau tenaga kerja sendiri). Realisasi investasi yang melebihi target 100% adalah hanya untuk perikanan tangkap, sedangkan untuk perikanan budidaya dan hasil kelautan dan perikanan capaiannya masih dibawah target. Kendala yang dihadapi pada tahun 2016 dalam pencapaian IKU jumlah investasi bidang perikanan budidaya antara lain adalah masih minimnya koordinasi dengan instansi yang terkait, serta belum adanya tools yang efektif dan efisien dalam pengumpulan data investasi. Strategi yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut di atas dan rencana tindak lanjut untuk mencapai target IKU yang telah ditetapkan pada tahun 2017 antara lain adalah lebih mengoptimalkan koordinasi dan sinkronisasi data dengan instansi terkait (PTSP, BKPM, dan BKPMD) dalam upaya pendataan dan promosi investasi bidang perikanan budidaya. b. Jumlah kredit yang disalurkan untuk usaha perikanan Indikator ini merupakan indikator yang menunjukkan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga perbankan dan non perbankan serta bantuan pemerintah. Penyaluran permodalan dari Perbankan berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan skim kredit komersil lainya, sedangkan non perbankan berupa pegadaian dan LBPD. Pada tahun tahun sebelumnya, kredit program dilakukan melalui skema Kredit Usaha Rakyat atau KUR dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi atau KKP-E namun untuk tahun 2016 ini skema KKP-E sudah ditiadakan. Selain itu, beberapa bank daerah memiliki skema kredit program sendiri yang menjadi produk dari bank tersebut. Realisasi jumlah kredit yang disalurkan tahun 2016 belum mencapai target. Beberapa hal yang menyebabkan natar lain adalah : (1) terdapat perubahan kebijakan terkait kredit program yang disalurkan bank pelaksana kepada kreditur, yakni dijadikan 1 (satu) 40

51 skema yaitu KUR, dan skema KPP-E tidak ada lagi, (2) keterbukaan bank terhadap data nelayan/pembudidaya yang sudah menjadi debitur kredit program masih sangat terbatas, (3) masih adanya persyaratan yang belum dapat dipenuhi nelayan/ pembudidaya ikan, seperti agunan. Strategi untuk meningkatkan pencapaian IKU tersebut pada tahun mendatang adalah (i) meningkatkan jumlah produk Sertifikat Hak atas Tanah Nelayan (SeHAT Nelayan) sebagai agunan kredit, (ii) mendorong pembudidaya khususnya yang telah mendapatkan sertifikat melalui SeHAT-Kan agar mengakses kredit program; (iii) menjaga komunikasi dan koordinasi dengan perbankan penyalur kredit program untuk mempercepat penyaluran kreidt; dan (iv) melalui berbagai forum berupaya mendorong Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk melakukan sosialisasi penguatan usaha perikanan kepada nelayan dan pembudidaya ikan, termasuk melalui kredit program. Indikator Kinerja Utama IKU 7 : Produksi Perikanan Produksi Perikanan merupakan gabungan produksi Perikanan Budidaya dan Produksi Perikanan Tangkap, yaitu jumlah hasil produksi perikanan budidaya yang dihasilkan oleh seluruh kabupaten/kota meliputi; perikanan tawar, payau, dan laut (termasuk rumput laut). Sedangkan produksi Perikanan Tangkap jumlah produksi yang berasal dari produksi perikanan tangkap (laut dan perairan umum) di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah produksi perikanan pada tahun 2016 realisasinya sebesar 23,51 juta ton dari target 23,43 juta ton atau mencapai 100,33%, namun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 sebesar 23,99 juta ton mengalami penurunan 2,00%. Komposisi produksi perikanan di tahun 2016 disumbangkan dari produksi perikanan tangkap sebesar 6,83 juta ton atau 29,06%, dibandingkan dengan sumbangan dari produksi perikanan budidaya sebesar 16,67 juta ton atau 70,94%. Komposisi produksi perikanan di tahun ini tidak berbeda jauh dengan komposisi produksi perikanan ditahun 2015 yaitu dari perikanan tangkap sebesar 27,18% dan dari perikanan budidaya sebesar 72,82%, hal ini menunjukan kedepannya produksi perikanan tangkap lebih ditekankan pada pengendalian dan keberlanjutan, sehingga perikanan budidaya menjadi tumpuan untuk melipatgandakan produksi perikanan secara nasional. TABEL CAPAIAN PRODUKSI PERIKANAN Sasaran Strategis - 3 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang Partisipatif, Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan IKU - 7 Produksi perikanan (juta ton) REALISASI * TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN ,99 23,43 23,51 100,33-2,00 39,97 58,82 Indikator kinerja utama ini memiliki 2 (dua) indikator kinerja pembentuk, yaitu: (1) produksi perikanan tangkap, dan (2) produksi perikanan budidaya. 41

52 TABEL CAPAIAN INDIKATOR PEMBENTUK PRODUKSI PERIKANAN 2016 NO INDIKATOR KINERJA TURUNAN SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 1. Produksi Perikanan Tangkap juta ton 6,58 6,83 103,82 2. Produksi Perikanan Budidaya juta ton 16,85 16,67 98,96 JUMLAH juta ton 23,43 23,51 100,33 Capaian indikator kinerja pembentuknya adalah sebagai berikut : a. Produksi Perikanan Tangkap Indikator Kinerja Produksi Perikanan Tangkap merupakan hasil perhitungan gabungan dari volume produksi yang didaratkan perusahaan perikanan, pelabuhan perikanan dan hasil estimasi di desa sampel yakni desa perikanan yang terpilih sebagai desa untuk dilakukan kegiatan pengumpulan/pendataan statistik perikanan tangkap, dipilih secara metodologi melalui kerangka survei. Realisasi produksi perikanan tangkap pada tahun 2016 mencapai 6,83 juta ton atau 103,82% dari target sebesar 6,58 juta ton. Produksi perikanan tangkap tersebut mengalami kenaikan sebesar 4,75% dibandingkan tahun Produksi perikanan tangkap tersebut, terdiri dari (1) produksi perikanan tangkap di laut mencapai 6,36 juta ton atau mengalami kenaikan sebesar 4,81% dibandingkan tahun 2015 dan (2) produksi perikanan tangkap di perarian umum mencapai 474 ribu ton atau mengalami kenaikan sebesar 4,20% dibandingkan tahun Jenis ikan hasil tangkapan di perairan laut sebagian besar adalah jenis ikan cakalang (skipjack tuna), layang (scad), kembung (short-bodied mackerel), madidihang (yellowfin tuna) dan tongkol krai (frigate tuna), sedangkan di perairan umum didominasi oleh ikan jenis gabus (snakehead murrel), baung (asian redtail catfish), nila (nile tilapia), lele (walking catfish) dan patin jambal (cat fishes). b. Produksi Perikanan Budidaya Pada tahun 2016 produksi perikanan budidaya mencapai angka 16,68 juta ton dari target sebesar 16,85 juta ton atau tercapai 98,99%. Produksi perikanan budidaya didominasi oleh rumput laut sebesar 11,68 juta ton (70,06%) dan ikan sebesar 4,99 juta ton (29,94%), yang terdiri dari ikan Nila, Lele, Udang, Bandeng, dll. Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh faktor anomali cuaca (La Nina). Rencana aksi untuk pencapaian target produksi perikanan budidaya ke depan melalui: (i) Pengelolaan Sistem Produksi 42

53 Pembudidayaan Ikan; (ii) Pengelolaan Sistem Perbenihan Ikan; (iii) Pengelolaan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidayaan Ikan; (iv) Pengelolaan Sistem Usaha Pembudidayaan Ikan; (v) Pengelolaan Sistem Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan Ikan. Indikator Kinerja Utama IKU 8 : Produksi Garam Rakyat Jumlah Produksi Garam Rakyat dihitung dari jumlah produksi garam yang dihasilkan oleh penerima manfaat dari Program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) di 51 kabupaten. Target awal jumlah produksi garam rakyat yang dihasilkan berdasarkan Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2016 adalah sebesar 3,6 juta ton. Namun, karena cuaca di daerah - daerah penghasil garam pada umunya terjadi anomali maka target dikoreksi menjadi 3 juta ton. Hingga akhir masa produksi 2016 menghasilkan ton. Dalam kaitan ini, BMKG telah memprediksi terjadi La Nina pada bulan Juli - September 2016, dimana musim hujan jauh lebih lama dibandingkan dengan musim kemarau. Curah hujan pada 37 kabupaten penghasil garam selama bulan Juli - Desember 2016 diatas normal dengan nilai curah hujan terendah 200 mm dan tertinggi 400 mm, menyebabkan tidak tercapainya target produksi garam rakyat tahun 2016 TABEL CAPAIAN PRODUKSI GARAM RAKYAT Sasaran Strategis - 4 IKU - 8 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang Partisipatif, Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan Produksi garam rakyat (juta ton) 2016 KENAIKAN TARGET REALISASI (%) CAPAIAN (%/TAHUN) 2019 REALISASI 2015 TARGET % CAPAIAN ,92 3,00 0,118 4,67-95,96 4,50 4,04 Beberapa kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka peningkatan produksi garam antara lain : (1) melalui pemberian bantuan pembedayaan petambak garam rakyat (2) membangun sarana dan prasarana pendukung untuk peningkatan produksi garam rakyat seperti jalan produksi, gudang garam berstandar SNI (3) integrasi lahan (4) penerapan prisma meja garam untuk melindungi lahan garam dari hujan (5) kerjasama dengan PT Garam dalam rangka menjaga kualitas dan harga garam rakyat. Indikator Kinerja Utama IKU 9 : Nilai Ekspor Hasil Perikanan (USD miliar) Nilai Ekspor hasil perikanan adalah jumlah komoditas produk perikanan, baik hidup, segar, dingin, maupun olahan yang dikategorikan dalam kode HS (Harmonized System) tahun 2012 sebanyak 475 kode HS dalam 10 digit yang dijual ke luar negeri yang dikonversi dalam bentuk uang (US Dollar). 43

54 Berdasarkan analisis data peluang pangsa pasar ekspor produk perikanan di tahun 2016, diprediksikan terjadi peningkatan volume dan nilai ekspor dengan target nilai ekspor sebesar USD 6,82 miliar. Realisasi nilai ekspor tersebut pada tahun 2016 hanya mencapai USD 4,17 miliar atau 61,14% dari target. Namun demikian, nilai ekspor pada tahun 2016 tetap terjadi peningkatan sebesar 5,57% jika dibandingkan dengan tahun Hal ini menunjukkan adanya peningkatan nilai tambah dari volume produk perikanan yang diekspor. TABEL CAPAIAN NILAI EKSPOR HASIL PERIKANAN Sasaran Strategis - 3 IKU - 9 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang Partisipatif, Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan Nilai ekspor hasil perikanan (USD miliar) 2016 KENAIKAN TARGET REALISASI (%) CAPAIAN (%/TAHUN) 2019 REALISASI 2015 TARGET % CAPAIAN ,95 6,82 4,17 61,14 5,57 9,54 43,71 Apabila dilihat dari komoditas, peningkatan nilai ekspor terbesar terjadi pada komoditas udang sebesar 6,95%, ekspor rajungan dan kepiting sebesar 3,91% dan ekspor cumi/ sotong/gurita sebesar 58,62%. Dilihat dari volume ekspor terjadi penurunan terbesar terjadi pada komoditas TTC. GAMBAR GAMBAR 3.5. KINERJA EKSPOR HASIL PERIKANAN Beberapa kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka peningkatan nilai ekspor produk kelautan dan perikanan antara lain (1) peningkatan mutu produk kelautan dan perikanan untuk komoditas ekspor yang bernilai ekonomis penting seperti udang, tuna, rajungan dll melalui pengembangan sistem rantai dingin, sertifikasi mutu, pemenuhan persyaratan dari negara pengimpor dll, (2) Pengembangan diversifikasi produk ekspor yang didukung dengan hasil riset dan market intelligence, (3) Peningkatan jejaring internasional melalui promosi dagang seperti partisipasi dalam pameran internasional/ ekspo, (4) pembentukan wisma niaga ikan di beberapa negara, (5) perluasan pasar ekspor/negara tujuan/negara mitra dan (6) penguatan branding produk kelautan perikanan di dunia internasional. 44

55 Indikator Kinerja Utama IKU 10 : Konsumsi Ikan (kg/kapita/tahun) Konsumsi ikan adalah jumlah kebutuhan/permintaan ikan yang menggambarkan fungsi dari jumlah penduduk dan necara permintaan ikan untuk konsumsi domestik. Ikan mencakup ikan segar dan olahan sesuai dengan ketentuan dari BPS. Konsumsi ikan pada tahun 2016 adalah sebesar 43,93 kg/kapita atau tercapai 100,14%. Apabila diban dingkan dengan capaian tahun 2015 yang besarnya 41,11 kg/kapita, maka capaian tahun 2016 mengalami peningkatan 6,88%. Dibandingkan dengan target tahun 2019 yang besarnya 54,49 kg/kapita, maka capaian tahun 2016 telah mencapai 80,64%. TABEL CAPAIAN KONSUMSI IKAN Sasaran Strategis - 3 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang Partisipatif, Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan IKU - 10 Konsumsi ikan (kg/kapita/tahun) REALISASI TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN ,11 43,88 43,94 100,14 6,88 54,49 80,64 Kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka mendukung pencapaian target peningkatan konsumsi ikan adalah Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang dilaksanakan di 34 provinsi. Disamping itu dilakukan bazar produk perikanan, lomba memasak menu ikan, pembangunan sentra kuliner di daerah potensial, dan promosi dalam negeri produk olahan dan segar. 45

56 Indikator Kinerja Utama IKU 11 : Persentase Peningkatan PNBP dari Sektor KP (%) PNBP sektor KP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat sektor KP yang bukan berasal dari penerimaan perpajakan. Peningkatan PNBP dari sektor perikanan diantaranya ditentukan dari PNBP Sumber Daya Alam yang berasal dari perizinan usaha perikanan tangkap, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Kelautan dan Perikanan. Realisasi PNBP tahun 2016 meningkat tajam dibandingkan dengan tahun Capaian persentase peningkatan PNBP tahun 2016 mencapai % atau jauh melebihi target yang besarnya 7,5%. Peningkatan PNBP ini terutama diperoleh dari PNBP Sumber Daya Alam yakni dari Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP) dan Pungutan Hasil Perikanan (PHP). Disamping itu, terdapat peningkatan yang besar pada PNBP karantina ikan pada tahun 2016 karena kewenangan penerbitan Health Certificate (HC) sudah dilaihkan ke pusat. TABEL CAPAIAN PERSENTASE PENINGKATAN PNBP DARI SEKTOR KP Sasaran Strategis - 4 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang Partisipatif, Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan IKU - 11 Persentase peningkatan PNBP (%) REALISASI TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN ,50 222, , , GAMBAR 3.6. REALISASI PNBP KKP TAHUN Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendorong pencapaian PNBP antara lain adalah (1) penataan perizinan usaha perikanan tangkap, (2) pelaksanaan gerai perizinan usaha di 31 lokasi selama tahun 2016, (3) peningkatan sarana dan prasarana di UPT KKP dalam rangka pelayanan publik. 46

57 C. INTERNAL PERSPECTIVE Sasaran Strategis (SS 4) : Tersedianya Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Partisipatif Indikator Kinerja Utama (IKU) pada sasaran strategis ini adalah Indeks efektifitas kebijakan pemerintah. Indikator Kinerja Utama : IKU 12 : Indeks Efektivitas Kebijakan Pemerintah Indeks ini adalah suatu ukuran untuk menilai sejauh mana kebijakan yang diterbitkan oleh KKP dapat diterima oleh stakeholders KP, serta mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut. Penilaian IKU dilakukan melalui survei terhadap stakeholder/customer/kelompok sasaran. Target tahun 2016 untuk indeks efektifitas kebijakan pemerintah adalah sebesar 6,5 dan tercapai 7,67 atau 118% dari target. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 sebesar 6, maka realisasi tahun 2016 naik sebesar 27,83%. Dibandingkan dengan target tahun 2019 sebesar 8, capaian realisasi tahun 2016 sudah mencapai 95,87%. TABEL CAPAIAN INDEKS EFEKTIFITAS KEBIJAKAN PEMERINTAH Sasaran Strategis - 4 Tersedianya Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Partisipatif IKU - 12 Indeks efektifitas kebijakan pemerintah (indeks 1-10) 2016 KENAIKAN TARGET REALISASI (%) CAPAIAN (%/TAHUN) 2019 REALISASI 2015 TARGET % CAPAIAN ,5 7, , ,87 Upaya yang telah dilakukan dalam rangka mencapai nilai indeks efektifitas kebijakan pemerintah antara lain melibatkan stakeholders dalam proses penyusunan kebijakan, melakukan sosialisasi intensif kepada seluruh stakeholders di daerah, menyusun policy brief atas kebijakan yang telah diambil dan mengevaluasi dampak dari kebijakan tersebut untuk dilakukan penyempurnaan lebih lanjut. Di samping itu, digunakan fasilitas media sosial untuk menyerap aspirasi stakeholders. Sasaran Strategis (SS 5) : Terselenggaranya Tata Kelola Pemanfaatan SDKP yang Adil, Berdaya Saing dan Berkelanjutan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada sasaran strategis ini adalah Efektifitas Tata kelola pemanfaatan SDKP berdaya saing dan berkelanjutan. Indikator Kinerja Utama : IKU 13 : Efektifitas Tata kelola pemanfaatan SDKP berdaya saing dan berkelanjutan Target tahun 2016 untuk Efektifitas Tata kelola pemanfaatan SDKP berdaya saing dan berkelanjutan sebesar 63% dan telah terealisasi sebesar 78,20% atau mencapai 124,13% dari target. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yang besarnya 87, terjadi penurunan sebesar 10,11%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target tahun 2019 sebesar 95%, capaian tahun 2016 sudah mencapai 82,32%. 47

58 TABEL CAPAIAN EFEKTIFITAS TATA KELOLA PEMANFAATAN SDKP YANG ADIL, BERDAYA SAING DAN BERKELANJUTAN Sasaran Strategis - 5 Tersedianya Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Partisipatif IKU - 13 Indeks efektifitas kebijakan pemerintah (indeks 1-10) 2016 KENAIKAN 2019 REALISASI 2015 TARGET REALISASI (%) CAPAIAN (%/TAHUN) TARGET % CAPAIAN NO ,20 124,13-10, ,32 IKU ini memiliki 12 IKU turunan yang merupakan indikator pembentuk sebagai berikut: TABEL INDIKATOR PEMBENTUK KINERJA EFEKTIFITAS TATA KELOLA SDKP INDIKATOR PEMBENTUK Jumlah hasil litbang KP yang terekomendasi untuk masyarakat dan/atau industri (paket) REALISASI TARGET REALISASI % CAPAIAN Utilitas UPI (Unit Pengolahan Ikan) (%) Nilai Investasi Hasil KP , Sertifikat HACCP (Hazaard Analytical Critical Control Point) (unit) Sertifikat CKIB (Cara Karantina Ikan yang Baik) (unit) Jumlah SDM KP yang terdidik, dilatih, disuluh dan diberdayakan untuk mendukung tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan (orang) Jumlah Lokasi kawasan laut, wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan, businessplan, yang ditetapkan menjadi peraturan perundangan (kawasan) Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan sertifikasi dari inovasi alat penangkap standar dan sertifikasi dari inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu penangkap ikan yang dihasilkan. (dokumen) Sertifikat SKP (Sertifikasi Kelayakan Pengolahan) (unit) Sertifikat CPIB (Cara Pembenihan Ikan yang Baik) (unit) Jumlah rekomendasi dan inovasi Litbang yang diusulkan untuk menjadi bahan kebijakan (rekomendasi) Jumlah resolusi dan CMM RFMO yang diimplementasikan , , , , ,

59 a. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan KP yang terekomendasi untuk masyarakat dan/atau industri pada tahun 2016 mencapai 28 buah rekomendasi teknologi atau 103,70% dari target. Berdasarkan penilaian dari Tim Komisi Litbang KP dengan melihat tingkat penerapan di masyarakat dan analisis ekonominya, rekomendasi teknologi yang dihasilkan semakin siap diaplikasikan kepada masyarakat. b. Pengukuran Utilitas UPI merupakan satu kegiatan pemantauan terhadap tingkat produksi unit pengolahan ikan yang dibandingkan dengan kapasitas produksi (kapasitas terpasang) pada unit pengolahan ikan dalam kurun satu tahun. Tahun 2016 capaian utilitas UPI rata-rata adalah 81%. c. Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) merupakan salah satu bagian penting untuk menjamin mutu dan keamanan pangan hasil pembudidayaan ikan. Pada tahun 2016 telah dicapai sebanyak unit pembudidayaan ikan bersertifikat CBIB atau 112,04% jika dibandingkan dengan target tahunan. Jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 maka tahun 2016 meningkat sebesar 2,89%. Realisasi jumlah unit pembudidayaan ikan bersertifikat CBIB skala kecil dan skala besar pada tahun 2016 dicapai melalui berbagai upaya antara lain melakukan koordinasi dengan instansi daerah terkait untuk ikut mensosialisasikan pentingnya unit budidaya yang bersertifikat CBIB, rapat koordinasi sertifikasi CBIB tingkat nasional, temu teknis auditor CBIB, penilaian sertifikasi, pengawasan sertifikasi CBIB, serta pengelolaan sistem sertifikasi CBIB. d. HACCP merupakan suatu sistem manajemen keamanan pangan yang sudah terbukti dan didasarkan pada tindakan pencegahan terhadap bahaya keamanan hasil perikanan yang untuk dikonsumsi manusia dari bahaya yang bersifat biologi, kimia dan fisik. Sertifikat penerapan HACCP merupakan salah satu persyaratan mutlak dan wajib harus dimiliki oleh unit Pengolahan ikan, bila akan melakukan ekspor hasil produksi perikanannya. Sertifikasi penerapan HACCP mengacu kepada tata cara penerbitan HACCP sesuai Peraturan Kepala BKIPM Nomor PER.03/BKIPM/2011 tentang Pedoman Teknis Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Pada tahun 2016 telah diterbitkan sebanyak sertifikat HACCP dari target sebanyak atau mencapai 156,69%. Kenaikan sertifikat HACCP tersebut menunjukkan tingkat kesadaran pelaku usaha yang semakin baik sehingga banyak yang mengajukan permohonan sertifikasi penerapan HACCP dalam rangka ekspor hasil perikanan. Selain itu, capaian melampaui target dikarenakan penambahan ruang lingkup produk dari UPI yang sudah ada dalam rangka diversifikasi produk hasil perikanan yang dapat di ekspor. 49

60 e. Penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) bertujuan untuk mendorong Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) melaksanakan manajemen kesehatan ikan yang baik dengan menerapkan prinsip-prinsip biosekuriti pada produksi budidaya ikan sehingga dapat memenuhi jaminan kesehatan ikan. Pada tahun 2016, realisasi UUPI yang telah disertifikasi CKIB sebanyak 197 unit, yang terdiri dari 6 unit grade A, 113 unit grade B, dan 78 unit grade C. Realisasi ini sudah mencapai 112,57% dari target sebesar 175 unit. Pencapaian indikator ini diperoleh dari kegiatan inspeksi penerapan CKIB pada UUPI yang dilakukan oleh Pusat dan UPT serta sosialisasi penerapan CKIB. f. Pada tahun 2016 untuk penyuluhan mengalami kenaikan capaian sebesar Orang dengan kontribusi pada bidang pendidikan sebesar 368 Orang, sedangkan pada bidang pelatihan mengalami pengurangan capaian dari tahun sebelumnya sebanyak orang dikarenakan dinamika anggaran pada tahun ini dan Bidang Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat KP sebanyak Orang. Faktor keberhasilan pencapaian target serta kenaikan jumlah peserta didik yang kompeten selama tahun 2016 diantaranya adalah: peningkatan kapasitas peserta didik di satuan pendidikan KP, efektivitas sistem pembelajaran, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan. Penajaman tugas, wewenang dan metode kerja penyuluh perikanan juga menjadi prioritas. Dilatarbelakangi wilayah Indonesia yang luas, maka penempatan penyuluh perikanan dengan jumlah personil penyuluh yang terbatas, akan tersebar bahkan sampai ke lokasi terpencil. Koordinasi dan komunikasi merupakan permasalahan yang pasti akan ada. Hal ini memerlukan terobosan menyuluh yang modern, berkembang dari metode konvensional yang selama ini ada. Untuk itu, diinisiasi pengembangan program penyuluhan bersama Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB). FEMA IPB dengan tenaga ahli yang dimilikinya bersinergi dengan Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan, dan juga Jurusan Penyuluh Perikanan. g. Lokasi Kawasan Laut dan Wilayah Pesisir yang memiliki Rencana Zonasi (RZ) dan/ atau Masterplan dan Bisnisplan sampai saat ini sudah dilakukan pengumpulan data untuk menyusun dokumen RZ kawasan perairan laut antar wilayah. Juga koordinasi untuk menyusun rencana zonasi KSN (Kawasan Strategis Nasional) dan KSNT (Kawasan Strategis Nasional Tertentu) yang ditetapkan melalui peraturan perundangan serta survey untuk menyusun dokumen master plan Pulau- Pulau Kecil Terluar. Pada tahun 2016 Jumlah Lokasi kawasan laut, wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan, bisnis plan, yang ditetapkan menjadi peraturan perundangan (Jumlah kawasan strategis nasional/tertentu yang memiliki dokumen rencana zonasi dan/atau masterplan (kawasan)) mencapai 14 lokasi dan telah disusun 11 (sebelas) masterplan Pembangunan Pulau dan Kawasan Terintegrasi, yakni Mentawai (Provinsi Sumatera Barat), Pulau Sebatik (Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara), Pulau Moa (Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku), Pulau Rote (Kabupaten Rotendao, Provinsi Nusa Tenggara Timur), Pulau Morotai (Provinsi Maluku Utara), Pulau Salibabu (Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara), Tual (Provinsi Maluku), Kabupaten Sarmi (Provinsi Papua), Kabupaten Biak Numfor (Provinsi Papua), Kabupaten Mimika (Provinsi Papua) dan Pancangsanak (Pangandaran Kalipucang- Segara Anakan Nusakambangan), Perencanaan Ruang Laut dan 1 (satu) penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Pulau Jawa dan 2 (dua) dokumen Kawasan Strategis Nasional sebagai Bahan Perpres yaitu Rencana Zonasi Jabodetabekpunjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan 50

61 Cianjur) dan Rencana Zonasi Batam, Bintan dan Karimun. KKP juga sudah menyusun rancangan Peraturan Pemerintah: Rencana Tata Ruang Laut Nasional. h. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) bidang kelautan dan perikanan yang disusun dan dikonsensuskan oleh Komisi Teknis bidang Kelautan dan Perikanan. RSNI selanjutnya diterbitkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). i. Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) unit pengolahan ikan merupakan persyaratan dasar satu unit pengolahan ikan. SKP merupakan bukti bahwa UPI tersebut sudah layak di bidang keamanan pangan untuk melakukan proses produksi. Realisasi SKP Tahun 2016 sebesar atau tercapai 225,19% dari target sebesar 790. j. Unit pembenihan yang menerapkan CPIB dilakukan melalui penilaian sertifikasi CPIB untuk menentukan kesesuaian penerapan yang dilakukan terhadap persyaratan SNI Perbenihan, Manajemen Mutu, Keamanan Pangan dan Lingkungan. Sampai dengan akhir tahun 2016 realisasi jumlah unit pembenihan yang bersertifikat mencapai 805 unit atau sekitar 118,73% dari target tahunan sebanyak 678 unit. Pada tahun 2015 jumlah unit yang bersertifikat mencapai 625 unit atau sekitar 113,02% dari target tahunan sebanyak 553 unit. Kondisi ini menandakan bahwa semangat unit pembenihan untuk menerapkan Cara Pembenihan Ikan Yang Baik (CPIB) sangat bagus, hal ini tidak terlepas dari adanya: (i) dukungan dan komitmen Pemerintah Daerah dalam menerapkan CPIB pada unit pembenihan di wilayah binaannya; (ii) meningkatnya minat pembenih terhadap penerapan cara pembenihan ikan yang baik dan sosialisasi yang intensif; dan (iii) pembinaan CPIB yang terencana dan terukur baik oleh Pusat maupun daerah melalui kontrak kinerja. Sedangkan untuk capaian unit pembenihan sertifikasi CPIB per status unit usaha Pembenihan Ikan Air Tawar (PIAT), Pembenihan Ikan Air Payau (PIAP), dan Pembenihan Ikan Air Laut (PIL) pada tahun 2016 mencapai 805 unit yang terdiri dari pembenihan PIAT mencapai 601 unit, PIAP 154 unit dan PIL 50 Unit. k. Kontribusi Balitbang KP dalam memberikan masukan/rumusan kebijakan berbasis ilmiah untuk pengelolaan sumber daya KP yang lestari dan berkelanjutan dijadikan bahan kebijakan untuk stakeholder (MKP, Eselon I KKP, Pemda, K/L lain). Bukti capaian akhir yang harus disampaikan berupa rekomendasi, bahan kebijakan/ informasi terapan, policy brief, naskah akademik, dokumen penyampaian dan bahan kebijakan yang telah dirumuskan (peraturan, buku pedoman, dan keputusan). Capaian indikator Jumlah rekomendasi dan/atau inovasi Litbang yang diusulkan untuk menjadi bahan kebijakan pada tahun 2016 yaitu sebesar 20 buah atau 100% dari target yang ditetapkan sebesar 20 buah rekomendasi dan/atau inovasi Litbang yang diusulkan untuk menjadi bahan kebijakan. l. Partisipasi Indonesia di RFMO membawa manfaat ekonomi secara signifikan, khususnya dalam rangka menjamin kelancaran ekspor tuna Indonesia ke manca negara. Manfaat utama dari keikutsertaan dan adopsi resolusi/cmm yang diterbitkan RFMOs pada tahun 2016 adalah: Kuota SBT 750 ton/tahun ( ) menjadi ton/ tahun ( ) Catch Limit Bigeye Tuna di WCPFC (5.889 ton) Pelaksanaan kegiatan Port Sampling Program IOTC dan CCSBT Sasaran Strategis (SS 6) : Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan SDKP yang Profesional dan Partisipatif Dalam mengendalikan dan mengawasi SDKP di wilayah Indonesia, KKP melalui PPNS perikanan mempunyai kewenangan menindak para pelaku tindak pidana kelautan dan perikanan mulai dari penyidikan sampai dengan penyelesaian perkara yang ditangani (P-21). Untuk mengukur Sasaran ini menggunakan dua IKU, yaitu (i) Persentase penyelesaian tindak pidana KP yang akuntabel dan tepat waktu; dan (ii) Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan. 51

62 Indikator Kinerja Utama : IKU 14 : Persentase penyelesaian tindak pidana KP yang akuntabel dan tepat waktu Capaian IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 85,29% atau 100,34% dari target. Capaian tahun 2016 turun dibanding tahun 2015 karena adanya perubahan dasar perhitungan persentase penyelesaian tindak pidana KP yang disidik dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai kinerja tersebut diperoleh dari perbandingan jumlah kasus yang telah terselesaikan sampai tahap P-21 dengan jumlah kasus yang dilakukan proses hukum. Sampai dengan tahun 2016, jumlah kasus yang telah diselesaikan sampai tahap P21 sebanyak 174 kasus dari jumlah kasus yang diproses sebanyak 204 kasus. TABEL PERSENTASE PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KP YANG DISIDIK SECARA AKUNTABEL DAN TEPAT WAKTU Sasaran Strategis - 5 Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan SDKP yang Profesional dan Partisipatif. IKU - 14 Persentase penyelesaian tindak pidana KP yang akuntabel dan tepat waktu REALISASI TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN , ,29 100, ,30 102,39 Pencapaian target indikator kinerja ini dilakukan melalui kegiatan utama penyelesaian tindak pidana perikanan dengan didukung oleh kegiatan penanganan pelanggaran lainnya, yaitu kegiatan penanganan barang bukti dan awak kapal, pembentukan forum koordinasi, dan pembinaan PPNS Perikanan. Sampai dengan Desember 2016, jumlah kasus tindak pidana kelautan dan perikanan yang telah ditangani sebanyak 237 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 220 kasus telah dilakukan proses hukum. Pada akhir tahun 2016 terdapat 16 kasus yang baru diterima dari hasil operasi pengawasan, dimana proses penyidikan dan penyelesaiannya (sampai tahap P21) sangat terkait dengan instansi lain (Kejaksaan). Indikator Kinerja Utama : IKU 15 : Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan (%) Pengawasan di wilayah perbatasan diukur melalui perbandingan jumlah importir dan eksportir yang tidak mematuhi persyaratan impor/ekspor di wilayah perbatasan. Berdasarkan laporan kegiatan pengawasan pada exit dan entry point pada wilayah perbatasan yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis BKIPM, antara lain Stasiun KIPM Kelas I Entikong, Stasiun KIPM Kelas II Tarakan, Stasiun KIPM Kelas II Tahuna, Stasiun KIPM Kelas I Kupang, Balai KIPM Kelas II Jayapura dan Stasiun Kelas II Merauke., capaian pengawasan di exit dan entry point wilayah perbatasan pada 2016 sebesar 75.4% dari target 73% atau mencapai 103,29%. Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2015, maka terjadi penurunan 21,25%. Dan bila dibandingkan dengan target tahun 2019, maka capaian tahun 2016 baru 86,67%. 52

63 TABEL CAPAIAN TINGKAT KEBERHASILAN PENGAWASAN DI WILAYAH PERBATASAN Sasaran Strategis - 6 Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan SDKP yang Profesional dan Partisipatif. IKU - 15 Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan (%) REALISASI TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN , ,40 103, ,00 86,67 Adapun titik dan lokasi pengawasan di exit dan entry point wilayah perbatasan adalah sebagai berikut: Stasiun KIPM Kelas I Etikong: Warga Badan, Aruk, Jagoibabang Stasiun KIPM Kelas II Tarakan: Sebatik, Nunukan Stasiun KIPM Kelas II Tahuna: Pulau Marore, Pulau Miangas Stasiun KIPM Kelas I Kupang: Matoain, Matomasin, Rote Ndao Balai KIPM Kelas II Jayapura: Skaw Stasiun KIPM Kelas II Merauke: Sota. Dalam rangka mewujudkan kedaulatan di wilayah perbatasan, dari 42 (empat puluh dua) lokasi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang ditetapkan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), BKIPM telah memberikan layanan dan pengawasan di 27 (dua puluh tujuh) lokasi garda batas. Dua puluh tujuh lokasi tersebut adalah Sabang, Rokan Hilir, Bengkalis, Indragiri hilir, Dumai, Natuna, Anambas, Batam, Bintan, Karimun, Sangihe, Talaud, Aruk, Jagoi Babang, Nanga Badau, entikong, Nunukan, Sebatik, Kupang, Wini, Atambua, Motaain, Motamasiin, Saumlaku, Morotai, Sota dan Skow. D. LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE Sasaran Strategis (SS 7) : Terwujudnya ASN KKP yang Kompeten, Profesional dan Berkepribadian. Indikator Kinerja Utama : IKU 16 : Indeks Kompetensi dan Integritas Indikator Kinerja Utama (IKU) pada sasaran strategis ini adalah Indeks Kompetensi dan Integritas. Tingkat kompetensi SDM KKP merupakan kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga ASN tersebut dapat melaksanakan tugas secara profesional, efektif dan efisien. Integritas merupakan suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip, dan digunakan untuk menggambarkan kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Nilai Indeks Kompetensi dan Integritas diperoleh dari rata-rata nilai 4 (empat) variabel pembentuk, yaitu (1) Persentase nilai kompetensi dan integritas (diperoleh dari hasil uji asesment pegawai) dibanding standar (sesuai Kepmen No. 3A tahun 2014); (2) Persentase pencapaian output Sasaran Kinerja Pegawai (SKP); (3) Persentase tingkat kehadiran pegawai, dari data finger print absen yang terintegrasi dengan Sekretariat Jenderal, dan (4) Persentase kepatuhan ASN dalam penyerahan LHKASN/LHKPN. Penilaian Indeks kompetensi dan integritas dilakukan terhadap ASN yang mengikuti asesment untuk pengisian Jabatan pimpinan tinggi utama, madya dan pratama KKP. 53

64 Indeks Kompetensi dan Integritas tahun 2016 ditargetkan sebesar 77 dan telah direalisasi sebesar 77,55 atau tercapai 100,71%. Dibandingkan dengan tahun 2015 yang besarnya 91,75 terjadi penurunan sebesar -15,48%. Hal tersebut disebabkan karena untuk tahun 2016 penerapan asesmen dilakukan hampir seluruh pegawai KKP, sementara pada tahun 2015 hanya terbatas pada Eselon 1 dan 2. Apabila dibandingkan dengan target 2019 yang besarnya 85 capaian tahun 2016 telah mencapai 91,24%. TABEL INDEKS KOMPETENSI DAN INTEGRITAS Sasaran Strategis - 7 IKU - 16 Terwujudnya ASN KKP yang kompeten, profesional dan berkepribadian Indeks Kompetensi dan Integritas SDM KKP REALISASI TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN , ,55 100,71-15, ,24 Kegiatan yang telah dilakukan selama tahun 2016 dalam rangka pencapaian nilai Indeks Kompetensi dan Integritas sebagaimana di atas adalah: 1) Asesmen pegawai. Asesmen/Penilaian Kompetensi Individu sangat diperlukan guna memperoleh peta profil kompetensi individu. Hasil penilaian kompetensi tersebut merupakan salah satu unsur sebagai bahan pertimbangan bagi Tim Baperjakat dalam memberikan pertimbangan Pimpinan dalam rangka mutasi dan promosi Pegawai Negeri Sipil di KKP. Sampai dengan Desember 2016 telah dilakukan asesmen terhadap orang atau 64,51% dari pegawai KKP. GAMBAR 3.7. PELAKSANAAN ASESMEN PEGAWAI 2) Integrasi Sasaran Kinerja Organisasi dengan Sasaran Pegawai (SKP) Berbasis IT, serta penerapan kebijakan No SKP, No Tukin dalam rangka mendorong ketertiban ASN untuk mengisi SKP. Tunjangan Kinerja dibayarkan pada saat SKP seluruhnya diisi; 3) Integrasi sistem evaluasi kehadiran pegawai melalui data finger print yang terhubung terkoneksi antara Eselon 1 dengan Sekretariat Jenderal serta penambahan titik mesin presensi dari 10 menjadi 15 terpasang di seluruh gedung KKP; 54

65 4) Peningkatan kepatuhan ASN dalam menyerahkan LHKASN/LHKPN melaliui sosialisasi tata cara pengisian dan pengiriman peringatan secara berkala; 5) Melaksanakan saresahan etika birokrasi yang dikuti oleh Pejabat Eselon I dan II KKP dan Pejabat Struktural lingkup KKP dalam rangka membangun budaya kerja yang profesional dan berkepribadian. telah dilakukan beberapa upaya diantaranya; 6) Membentuk Komite Integritas dan Tunas Integritas di setiap Eselon I KKP serta melakukan workshop dan sosialisasi pembangunan budaya integritas di KKP; 7) Membangun budaya integritas dan memperoleh integrity assessment dari KPK senilai 8,76 atau dengan predikat baik; KKP telah mendapat penghargaan sebagai Agent of Change dalam rangka revolusi mental dari Kemenko PMK. Sasaran Strategis (SS 8): Tersedianya manajemen pengetahuan (MP) yang handal dan mudah diakses. Indikator Kinerja Utama : IKU 17 : persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar Indikator Kinerja Utama (IKU) pada sasaran strategis ini adalah persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar. Sistem Manajemen Pengetahuan adalah suatu rangkaian yang memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui dan dipelajari. Penghitungan persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang standar, diperoleh dari persentase unit kerja level 1 dan 2 yang tergabung dan mendistribusikan informasinya dalam sistem informasi manajemen pengetahuan terpilih dibandingkan dengan seluruh unit kerja di KKP. Pada tahun 2016 ditargetkan 50% unit kerja yang menerapkan sistem MP yang terstandar, dan terealisasi sebesar 60,92% atau mencapai 121,84% dari target. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yang mencapai 46,88%, realisasi tahun 2016 meningkat 29,95%. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2019, realisasi tahun 2016 sudah mencapai 60,92%. TABEL UNIT KERJA YANG MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN YANG TERSTANDAR Sasaran Strategis - 8 Tersedianya manajemen pengetahuan (MP) yang handal dan mudah diakses IKU - 17 Persentase Unit Kerja yang menerapkan sistem MP yang terstandar (%) REALISASI TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN , ,92 121,84 29, ,92 Persentase rata-rata dari realisasi aspek ketergabungan dan aspek keaktifan pada setiap Eselon I lingkup KKP adalah sebagai berikut: 55

66 GAMBAR 3.8. GRAFIK MANAJEMEN PENGETAHUAN BERDASARKAN ASPEK KETERGABUNGAN DAN ASPEK KEAKTIFAN PER ESELON I TAHUN 2016 GAMBAR 3.9. MANAJEMEN PENGETAHUAN BERDASARKAN ASPEK KETERGABUNGAN DAN ASPEK KEAKTIFAN PER ESELON TAHUN ,50% Ketergabungan Pimpinan Eselon 3 dan 4 Lingkup KKP 65,15% Ketergabungan Pimpinan Eselon 1 dan 2 Lingkup KKP 11,75% Keaktifan Pimpinan Eselon 3 & 4 Lingkup KKP 18,18% Keaktifan Pimpinan Eselon 1 & 24 Lingkup KKP Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain dengan sosialisasi kepada unit kerja pengguna, pemberian contoh-contoh informasi yang dapat di-sharing, meningkatkan partisipasi user yang sudah tergabung. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian IKU penerapan Manajemen Pengetahuan antara lain: i. Pengumpulan data user ( ) dari masing-masing unit Eselon I dan II untuk pembuatan user aplikasi manajemen pengetahuan. j. Optimalisasi penggunaan aplikasi manajemen pengetahun melalui : Penyimpanan dokumen secara online Polling dan penyampaian penghargaan Sirkulasi Undangan secara online Data umum pegawai berdasarkan struktur organisasi Jadwal dan hasil kegiatan Disposisi Percakapan dan komunikasi Sasaran Strategis (SS 9) : Terwujudnya birokrasi KKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima. Indikator Kinerja Utama : IKU 18 : Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi KKP Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan 56

67 mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspekaspek: (a) kelembagaan atau organisasi; (b) ketatalaksanaan atau business process; dan (c) sumber daya manusia aparatur. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Indikator kinerja Utama pada sasaran strategis ini adalah Nilai Kinerja RB (Reformasi Birokrasi) KKP. Nilai kinerja RB KKP diperoleh dari indeks RB hasil penilaian Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPAN & RB) terhadap 8 (delapan) Area Perubahan RB, yaitu: (1). manajemen perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur; birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi; (2). peraturan perundang-undangan; regulasi yang tertib, tidak tumpang tindih, dan kondusif; (3). organisasi; yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing); (4). tata laksana; sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai dengan prisip-prinsip good governance; (5). sdm aparatur; sdm aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, kapabel, profesional, berkinerja tinggi, dan sejahtera; (6). akuntabilitas; meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi; (7). pengawasan; meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN; (8). pelayanan publik; pelayanan prima yang sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat. Target nilai RB KKP tahun 2016 nilai A (80,5), sementara itu berdasarkan hasil penilaian Tim Kemenpan dan RB, nilai RB KKP mencapai 78,74 (BB) atau tercapai 97,81%. Dibandingkan dengan nilai RB tahun 2015 yang besarnya 70,51 terjadi peningkatan sebesar 11,67%. Dibandingkan dengan target 2019 dengan nilai RB sebesar 86 (AA), capaian tahun 2016 telah mencapai sebesar 91,55%. TABEL NILAI KINERJA REFORMASI BIROKRASI (RB) KKP Sasaran Strategis - 9 IKU - 18 Terwujudnya birokrasi KKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima Nilai Kinerja RB KKP REALISASI TARGET REALISASI (%) CAPAIAN KENAIKAN (%/TAHUN) TARGET 2019 % CAPAIAN BB (70,51) A (80,5) BB (78,74) 97,81 11,67 AA (86) 91,55 GAMBAR GRAFIK TARGET DAN REALISASI PER AREA RB KKP TAHUN

68 Kegiatan yang telah dilakukan dalam mendukung indikator nilai kinerja reformasi birokrasi sesuai per area antara lain: 1. Manajemen Perubahan a. Pembentukan tim RB KKP, tim PMPRB KKP b. Bimtek RB bagi asesor c. Penyusunan roadmap RB yang telah mencakup 8 area dan quick win d. Kegiatan Konsensus PMPRB Peraturan perundang-undangan a. Sistem pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan b. Simplifikasi/penyederhanaan peraturan perundangan dan menghilangkan aturanaturan yang bermasalah utamanya yang mengatur investasi dan perizinan kelautan dan perikanan, yang telah diselesaikan 6 peraturan menteri KP yang disimplifikasi. c. Penyusunan Peraturan, terdiri dari (1 Undang-undang, 3 Peraturan Pemerintah, 3 Peraturan Presiden, 75 Peraturan Menteri, 88 Keputusan Menteri, 197 Keputusan a.n. Menteri, 2 Peraturan Sekretaris Jenderal, 131 Keputusan Sekretaris Jenderal) 3. Penguatan kelembagaan a. Penataan organisasi KKP melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang KKP, yang berisi tentang penggabungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan dengan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, pengurangan 1 (satu) Staf Ahli Menteri, serta penambahan fungsi pelaksanaan pengembangan kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu. Hal tersebut telah diikuti dengan diselesaikannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja KKP, dimana terdapat penggabungan beberapa unit kerja es 2, pengurangan unit kerja eselon 3 dan 4; b. Penataan organisasi UPT melalui peningkatan eselonering 3 (tiga) UPT dan 21 pembentukan UPT baru. Hal tersebut telah ditetapkan dalam Kepmen KP No. 25 /KEPMEN-KP/2016 ttg Kriteria Klasifikasi UPT di Bidang PSDKP dan Permen KP No. 33/PERMEN-KP/2016 ttg OTK UPT PSDKP, sebagai berikut: Peningkatan Stasiun Pengawasan (eselon IV) menjadi Pangkalan Pengawasan (eselon III) sebanyak 3 UPT Pembentukan UPT Baru sebanyak 6 (enam) UPT Pangkalan SDKP dan 15 (lima belas) UPT Stasiun Pengawasan SDKP c. Usulan Pembentukan Politeknik Karawang, Kupang, dan Bone saat ini masih menunggu surat persetujuan di Menpan-RB. d. Penataan organisasi perangkat daerah sebagai tindak lanjut dari UU 23/2014 tentang pemerintahan Daerah yang terkait dengan pembagian urusan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta peraturan terkait dengan organisasi perangkat daerah sebagai berikut : Permen KP Nomor 26/PERMEN-KP/2016 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah. Kepmen KP Nomor 45/KEPMEN-KP/2016 tentang Hasil Pemetaan Urusan Pemerintah di Bidang Kelautan dan Perikanan. Kepmen KP Nomor 61/KEPMEN-KP/2016 tentang Perubahan Atas Kepmen KP Nomor 45/KEPMEN-KP/2016 tentang Hasil Pemetaan Urusan Pemerintah di Bidang Kelautan dan Perikanan. e. Penataan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) 58

69 f. Penerbitan Kepmen KP No. 73/PERMEN-KP/2016 tentang Unit Pengelola SKPT di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan 4. Penguatan tata laksana a. Penyusun peta strategi berbasis BSC b. Penyusunan SOP peta bisnis proses serta penerapan Sistem Operasional Prosedur (SOP) Online dalam website KKP c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan keterbukaan informasi publik dilakukan secara berkala d. Pengembangan e-government (simpeg, e-kinerjaku, e-dalwas, e-pegawai, simwas, infohukum online, dll) yang terintegrasi dalam domain kkp.go.id. 5. SDM Aparatur a. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur/Reformasi Birokrasi b. Reformasi Birokrasi/PMPRB lingkup Setjen c. Pembinaan Disiplin dan Etika Pegawai d. Pengisian Calon Pejabat Struktural melalui Seleksi Terbuka e. Pembuatan Aplikasi Penilaian Prestasi Kerja Pegawai f. Asesmen untuk seluruh pegawai; g. Program Tour of Duty h. Inisiasi program pensiun dini dengan Golden Hand Shake. 6. Penguatan Akuntabilitas Kinerja a. Penerapan sistem pengelolaan kinerja berbasis BSC di seluruh Unit Kerja KKP. b. Penyusunan dan penerapan penandatanganan Perjanjian Kinerja (PK) sampai dengan level individu staf hingga ke daerah (Dekon/TP). c. Monitoring, evaluasi, pelaporan kinerja dan keuangan secara periodik melalui aplikasi Kinerjaku, SMART, Edalwas, e-monev, dan SPAN. d. Penyusunan pedoman pelaksanaan SAKIP KKP. e. Peningkatan SDM terkait akuntabilitas kinerja. f. Publikasi dokumen perencanaan dan pelaporan kinerja dan anggaran KKP serta diseminasi kepada publik. g. Transformasi penyusunan program dan anggaran yang kemudian dikenal dengan istilah susinisasi melalui penyederhanaan nomenklatur kegiatan yang konkret dan efisiensi dalam penyusunan anggaran dalam rangka peningkatan kualitas belanja APBN KKP. h. Pengintegrasian sistem perencanaan dan penganggaran (Edalwas-Kinerjaku-SKP) dan pembentukan tim pengelola kinerja untuk mengawal pelaksanaan SAKIP KKP i. Memanfaatkan informasi laporan kinerja dan hasil evaluasi AKIP dan evaluasi program sebagai feedback untuk peningkatan akuntabilitas kinerja dan efektifitas program melalui: a) Pelaksanaan Retreat I dan II, b) Penetapan target IKU tahun berikutnya berdasarkan analisa capaian pada LKj tahun sebelumnya, c) Pertemuan rutin Forum Manajemen Kinerja I dan II, d) dashboard verifikator pada aplikasi Kinerjaku 7. Pengawasan Intern a. Evaluasi atas penanganan gratifikasi b. Penyatuan Manajemen Resiko dengan SPIP c. Pencanangan zona integritas d. Telah ditetapkan unit kerja berpredikat WBK/WBBM (Direktrat Perizinan, Ditjen Perikanan Tangkap). 59

70 8. Pelayanan Publik a. Penyusunan SOP pelaksanaan standar pelayanan publik b. Survey kepuasan masyarakat c. Penyusunan rencana penerapan TI dalam memberikan pelayanan d. Pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) terutama untuk melayani perizinan di bidang kelautan dan perikanan. Sasaran Strategis (SS 10): Terkelolanya Anggaran Pembangunan Secara Efisien dan Akuntabel. Terdapat dua Indikator Kinerja Utama untuk sasaran strategis ini, yakni : Indikator Kinerja Utama : IKU 19 : Nilai Kinerja Anggaran KKP Nilai Kinerja anggaran adalah proses menghasilkan suatu nilai capaian kinerja untuk setiap indikator yg dilakukan dengan membandingkan data realisasi dengan target yang telah direncanakan sebelumnya. Nilai ini diperoleh dari data input dan output yang dimasukkan setiap Satuan Kerja lingkup KKP kedalam aplikasi SMART Kemenkeu. Cara menghitung indikator tersebut dengan menggunakan Peraturan Menteri Keuangan No.249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan RKA- K/L melalui pengukuran Aspek: 1) Penyerapan Anggaran (P), dilakukan dengan membandingkan antara akumulasi realisasi anggaran seluruh satker dengan akumulasi pagu anggaran seluruh satker. 2) Konsistensi (K) antara perencanaan dan implementasi, dilakukan berdasarkan rata-rata ketepatan waktu penyerapan anggaran setiap bulan yaitu dengan membandingkan antara akumulasi dan akumulasi realisasi anggaran bulanan seluruh satker rencana penarikan dana bulanan seluruh satker dengan jumlah bulan. 3) Pencapaian Keluaran (PK), dilakukan dengan membandingkan antara rata-rata realisasi volume keluaran dengan target volume keluaran dan rata-rata realisasi Indikator kinerja keluaran dengan target indikator kinerja keluaran. 4) Tingkat efisiensi (NE), dilakukan berdasarkan rata-rata efisiensi untuk setiap jenis keluaran pada setiap satker, yang diperoleh dari hasil perbandingan antara realisasi anggaran per volume keluaran dengan pagu anggaran per volume keluaran. Target Nilai Kinerja anggaran KKP tahun 2016 adalah sebesar 83 (baik). Capaian nilai kinerja KKP tahun 2016 sebesar 84,15 atau tercapai 101,38% Dibandingkan dengan tahun 2015 yang besarnya 81,40 terjadi peningkatan sebesar 3,37%. Dibandingkan dengan target 2019 sebesar 94, capaian tahun 2016 mencapai 89,52%. TABEL NILAI KINERJA ANGGARAN KKP Sasaran Strategis - 9 IKU - 19 Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien dan akuntabel. Nilai Kinerja Anggaran KKP 2016 KENAIKAN TARGET REALISASI (%) CAPAIAN (%/TAHUN) 2019 REALISASI 2015 TARGET % CAPAIAN , ,15 101,38 3, ,52 Pada tabel di atas terlihat bahwa capaian kinerja anggaran KKP pada tahun 2016 sebesar 84,15 (101,38%). Nilai kinerja anggaran di dalam aplikasi SMART tersebut masih 60

71 menggunakan pagu sebelum self-blocking. Sehingga apabila penghitungan dilakukan dengan menggunakan pagu setelah self-blocking, maka nilai kinerja anggaran KKP akan lebih tinggi dari 84,15. Dari hasil monitoring SMART per tanggal 24 Februari 2017, nilai kinerja anggaran KKP dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut: GAMBAR NILAI KINERJA ANGGARAN KKP PER ASPEK TAHUN 2016 Dalam rangka meningkatkan kinerja anggaran telah dilakukan peningkatan kualitas belanja melalui efisiensi peruntukan penggunaan APBN dengan melakukan melalui efisiensi harga satuan, menyusun SOP implementasi program dan efisiensi kegiatankegiatan pendukung. Indikator Kinerja Utama : IKU 20 : Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan KKP Opini BPK-RI atas laporan keuangan adalah merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. Hasil evaluasi BPK-RI atas laporan keuangan KKP tahun 2016 adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), yang menunjukan bahwa laporan keuangan KKP dianggap memberikan informasi yang bebas dari salah saji material. Hal ini memberi arti bahwa auditor meyakini berdasarkan buktibukti audit yang dikumpulkan KKP dianggap telah menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik, dan kalaupun ada kesalahan, kesalahannya dianggap tidak material dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 21.B/LHP/XVII/05/2016 dan Nomor 21.C/LHP/XVII/05/2016 tanggal 31 Mei 2016, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Bahwa LK KKP mencapai WTP ditunjukkan dengan temuan dibawah 1% realisasi anggaran, pengelolaan BMN yang semakin baik, implementasi SPIP mencapai tingkat maturitas SPIP yang memadai, tuntutan ganti rugi telah diselesaikan. Secara Nasional, KKP masuk dalam 16 kelompok Kementerian Teknis yang menerima Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan dari BPK-RI. 61

Laporan Kinerja KKP 2015 [ i ]

Laporan Kinerja KKP 2015 [ i ] KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan anugerah sehingga dapat diselesaikannya buku Laporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015, yang merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii Kementerian Kelautan dan Perikanan KINERJA

KATA PENGANTAR. iii Kementerian Kelautan dan Perikanan KINERJA KATA PENGANTAR aporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2017, yang merupakan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA LINGKUP PUSAT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA LINGKUP PUSAT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 39/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 39/KEPMEN-KP/2016 TENTANG 1 KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/KEPMEN-KP/SJ/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/KEPMEN-KP/SJ/2017 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/KEPMEN-KP/SJ/2017 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/KEPMEN-KP/2016 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346 Pos Elektronik ditjenpsdkp@kkp.goid

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/KEPMEN-KP/05 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 05 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/KEPMEN-KP/2016 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian K

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/KEPMEN-KP/2013 TENTANG 1 KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/KEPMEN-KP/2013 TENTANG KELAS JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Menimbang: DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 1/PER-SJ/2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 1/PER-SJ/2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 1/PER-SJ/2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL,

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 1/PER-SJ/2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 1/PER-SJ/2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 1/PER-SJ/2016 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL, Menimbang : a. Mengingat : 1. bahwa dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 13/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/SJ/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menindaklanjuti serangkaian kebijakan dan strategi yang secara utuh tertuang di dalam Rencana Stragis KKP tahun 2010-2014, Ditjen PSDKP sesuai tugas dan fungsinya telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 16/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) Triwulan I Tahun 2017 sebagai wujud pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dalam kerangka pembangunan kelautan dan perikanan saat ini dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2016 Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. Ir. Nilanto Perbowo, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2016 Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. Ir. Nilanto Perbowo, M. KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LakilLToshiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 III-

KATA PENGANTAR. LakilLToshiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 III- KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) disusun dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

DRAFT RENCANA STRATEGIS

DRAFT RENCANA STRATEGIS DRAFT RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2015-2019 1 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman i ii I. PENDAHULUAN A. Kondisi Umum 2 1. Struktur Organisasi 2 2. Tugas dan Fungsi 3 B. Capaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Ilustrasi Organisasi 3.1.1 Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Sejak era reformasi bergulir di tengah percaturan politik Indonesia,

Lebih terperinci

NAWACITA SETENGAH TIANG CATATAN ATAS KEDAULATAN PANGAN VERSI NOTA KEUANGAN RAPBN 2016

NAWACITA SETENGAH TIANG CATATAN ATAS KEDAULATAN PANGAN VERSI NOTA KEUANGAN RAPBN 2016 NAWACITA SETENGAH TIANG CATATAN ATAS KEDAULATAN PANGAN VERSI NOTA KEUANGAN RAPBN 2016 ABDUL HALIM Sekretaris Jenderal KIARA KERANGKA PRESENTASI Kedaulatan Pangan versi Presiden Jokowi Sasaran Utama Pembangunan

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN KP TAHUN 2016 DAN RENCANA TAHUN 2017

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN KP TAHUN 2016 DAN RENCANA TAHUN 2017 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN KP TAHUN 2016 DAN RENCANA TAHUN 2017 Kepala Disampaikan pada Rapat Kerja Teknis BPSDMKP Bogor, 3 Februari 2016 Visi & Misi KKP 2015-2019

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KKP Meningkatnya dukungan

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. - 602 - CC. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Kelautan 1. Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45/PERMEN-KP/2015 perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi saat ini; c. bahwa berdasa

2018, No Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45/PERMEN-KP/2015 perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi saat ini; c. bahwa berdasa BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2018 KEMEN-KP. Renstra Tahun 2015-2019. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PERMEN-KP/2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo adalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010 RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010 VISI - KKP Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2014 KEMEN KKP. Dekonsentrasi. Kelautan dan Perikanan. Gubernur. Tugas Pembantuan. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN III 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN III 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Triwulan III Tahun ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja terhadap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 10/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

-2-2. Ung-Ung Perbendaharaan 1 Tahun (Lembaran 2004 tentang Republik Indonesia Tahun , Tambahan Lembaran Republik Indonesia 4355); 3. Ung-Ung 15

-2-2. Ung-Ung Perbendaharaan 1 Tahun (Lembaran 2004 tentang Republik Indonesia Tahun , Tambahan Lembaran Republik Indonesia 4355); 3. Ung-Ung 15 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 855, 2016 KEMEN-KP. Dekonsentrasi. Urusan Pemerintah. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PERMEN-KP/2016 TENTANG LINGKUP URUSAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN I 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN I 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Triwulan I Tahun 2014 ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja

Lebih terperinci

RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP

RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN PENGELOLAAN DITJEN PSDKP SDKP TAHUN TA. 2018 2017 Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP OUTLINE 1. 2. 3. 4. ISU STRATEGIS IUU

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PERUBAHAN (RENJA-P) TAHUN 2016

RANCANGAN RENCANA KERJA PERUBAHAN (RENJA-P) TAHUN 2016 RANCANGAN RENCANA KERJA (RENJA-P) TAHUN 2016 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Landasan Hukum Penyusunan. 2 1.3 Maksud

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) APBD tahun 2015 disusun untuk memenuhi kewajiban Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan sesuai Perpres RI No.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/I/2016

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/I/2016 PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/I/2016 TENTANG RENCANA KERJA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan adanya kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka LAPORAN KINERJA Sekretariat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGUMPULAN DATA KINERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Tugas dan Fungsi...

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 NOMOR SP DIPA-32.5-/217 DS6-9464-235-812 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TA Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LAPORAN KINERJA TA Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan LAPORAN KINERJA TA 2016 Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan TIM PENYUSUN Penasehat Penanggung Jawab Penyusun Kontributor Luthfi Assadad Arif Rahman Hakim Nur Fitriana

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Industrialisasi. Kelautan. Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PERMEN-KP/2016 TENTANG LINGKUP URUSAN PEMERINTAH BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016 YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan laporan yang disusun sebagai pertanggungjawaban hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam satu tahun. Laporan ini mengukur

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.24/MEN/2010 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010 Menimbang MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan adanya kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 1 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dan kinerja aparatur KP dengan sasaran adalah meningkatnya pendapatan dan taraf hidup masyarakat kelautan dan serta kompetensi SDM aparatur

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/VIII/2016

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/VIII/2016 PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/VIII/2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS LAMPIRAN PADA PERATURAN NOMOR PER. /BALITBANG kp.3.1/bpol/rc.310/v/2016

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013 Halaman 1 dari 26 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Kebijakan Pembangunan Kelautan & Perikanan di Indonesia

Kebijakan Pembangunan Kelautan & Perikanan di Indonesia Kebijakan Pembangunan Kelautan & Perikanan di Indonesia Disampaikan oleh : Menteri Kelautan & Perikanan pada RAKORNAS BIDANG KEMARITIMAN Jakarta, 4 Mei 2017 LAUT MASA DEPAN BANGSA Visi : Mewujudkan Sektor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1931, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Dekonsentrasi. Tugas Pembantuan. Tahun 2017 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PERMEN-KP/2016 TENTANG LINGKUP

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/KEPMEN-KP/SJ/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/KEPMEN-KP/SJ/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/KEPMEN-KP/SJ/2015 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Abdur Rouf Syam

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Abdur Rouf Syam KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Kinerja (LKj) Sekretariat Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya

Lebih terperinci

DAFTAR PENYUSUN. Penasehat : Penanggung Jawab : Ketua Tim Penyusun : Tim Penyusun : Penerbit : Kepala PusatPenelitian dan Pengembangan

DAFTAR PENYUSUN. Penasehat : Penanggung Jawab : Ketua Tim Penyusun : Tim Penyusun : Penerbit : Kepala PusatPenelitian dan Pengembangan DAFTAR PENYUSUN Penasehat : Kepala PusatPenelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir : Ir. M. Eko Rudianto, M.Buss.IT Penanggung Jawab : Kabid Data, Informasi, Monitoring dan Evaluasi : Ir.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj) LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj) PUSAT PENDIDIKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TRIWULAN I TAHUN 2017 BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN i KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Pusat

Lebih terperinci

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah. II. URUSAN PILIHAN A. BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kelautan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 2. Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan PORTOFOLIO DIREKTORAT PERBENIHAN Tugas pokok dan fungsi : Berdasarkan Peraturan Menteri No. Per. 5/MEN/200 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Perbenihan terdiri

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu berisi visi,

Lebih terperinci

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN Voluntary National Review (VNR) untuk Tujuan 14 menyajikan indikator mengenai rencana tata ruang laut nasional, manajemen

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

L A K I P D J P B T r i w u l a n I I I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

L A K I P D J P B T r i w u l a n I I I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya dan kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INTEGRASI MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI, DAN BLUE ECONOMY

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG NOMOR : 180/1918/KEP/421.115/2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 RANCANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci