BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Visi Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai lembaga pendidikan
|
|
- Hendri Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Sebagai salah satu sub sistem dari sistem pendidikan nasional, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Oleh karena itu, Pendidikan Menengah Kejuruan menempuh langkah-langkah kebijakan yang mengarah kepada kemampuan untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia yang mampu menghadapi persaingan bebas melalui visi pendidikan menengah kejuruan, yaitu terwujudnya lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan yang berstandar internasional dan nasional. Untuk mencapai target yang ditetapkan dalam visi tersebut, misi yang diemban Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1994:11) adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan sistem pendidikan menengah kejuruan yang permeable dan fleksibel. b. Mengembangkan sistem pendidikan menengah kejuruan yang berintegrasi antara jalur pendidikan sekolah dengan luar sekolah berwawasan mutu dan keunggulan, sesuai tuntutan kebutuhan pasar kerja.
2 2 c. Memberdayakan sekolah dalam rangka mewujudkan pelayanan prima bagi masyarakat. d. Mengembangkan ilmu belajar berwawasan global yang berakar pada norma dan nilai budaya bangsa Indonesia. Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa dan mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta pengembangan sikap professional. Makna yang tersirat dari rumusan tersebut sekolah kejuruan hendaknya memiliki hal-hal sebagai berikut : 1. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja. 2. Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan dunia kerja. 3. Hubungan yang erat dengan Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) merupakan kunci sukses dunia pendidikan kejuruan. 4. Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi. 5. Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas sebagai objek latihan untuk memperoleh keterampilan. (Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 1994:15) Hal senada diungkapkan oleh Djojonegoro (1993:37), bahwa karakteristik pendidikan kejuruan adalah sebagai berikut : 1) Pendidikan kejuaruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja. 2) Pendidikan kejuruan didasarkan atas demand driven hands-on experience. 3) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek. 4) Pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan operasional lebih besar dari pada pendidikan umum.
3 3 Karakteristik Sekolah Menengah Kejuruan di atas menunjukkan bahwa tranformasi pendidikan kejuruan harus merupakan replika dunia kerja, sehingga pencapaian keterampilan, kebiasaan berfikir dan etos kerja dapat terbentuk sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Pernyataan di atas mengandung makna, bahwa dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bagi para siswa di sekolah kejuruan memerlukan latihan keterampilan dimana situasi belajar harus merupakan simulasi tuntutan pekerjaan lapangan atau melaksanakan pekerjaan produksi untuk di pasarkan dan layanan jasa bagi konsumen. Pandangan tersebut sejalan dengan karakteristik pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah kejuruan yakni proses belajar yang harus dilaksanakan di sekolah melalui pembelajaran teori di ruang kelas, praktek di lapangan atau di ruang workshop milik sekolah, serta mengembangkan praktek kerja yang dilakukan di industri. Agar kegiatan praktek di workshop sekolah dapat berjalan dengan baik, maka elemen-elemen pendukungnya harus tersedia secara memadai. Dari sekian banyak elemen pendukung tersebut, maka fasilitas praktek dan instruktur merupakan salah satu elemen penting yang harus dipersiapkan oleh pihak penyelenggara pendidikan, dalam hal ini sekolah. Fasilitas praktek dalam proses pembelajaran adalah salah satu faktor penting, karena berperan sebagai instrumental input dalam pendidikan memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Fasilitas praktek
4 4 mampu memperjelas kebutuhan peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusyan, Kusnidar dan Arifin (Irine, 2006:54) Kegiatan belajar akan berjalan dalam proses yang terarah dan mencapai tujuannya, jika dalam proses belajar mengajar itu tersedia berbagai fasilitas yang diperlukan oleh instruktur. Ketika fasilitas praktek telah tersedia, maka elemen lain yang memberikan peranan penting dalam keberlangsungan proses belajar mengajar adalah keberadaan guru/instruktur yang akan melaksanakan perannya untuk mendidik, mengajar dan melatih para peserta didik sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Peranan instruktur ini sangat sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Zahara Idris dan Lisman Jaman (1995:36) yang dikutip oleh Yayan Rusliana bahwa : Secara umum dapat disebutkan bahwa pendidik/instruktur mempunyai peranan sebagai berikut : 1) Sebagai komunikator. Maksudnya instruktur itu berfungsi mengajarkan ilmu dan keterampilan kepada peserta didik. 2) Sebagai fasilitator. Maksudnya instruktur itu berfungsi sebagai pelancar proses belajar. 3) Sebagai motivator. Maksudnya instruktur itu berperan untuk menimbulkan minat dan semangat kerja peserta didik secara terus menerus. 4) Sebagai administrator. Maksudnya instruktur itu berfungsi melaksanakan tugas-tugas yang bersifat administratif, misalnya melaksanakan administrasi workshop. 5) Sebagai konselor. Maksudnya instruktur itu berfungsi untuk membimbing peserta didik yang mengalami kesulitas, khususnya dalam pelaksanaan praktek.
5 5 Proses belajar yang harus dilaksanakan di sekolah melalui pembelajaran teori di ruang kelas, praktek di lapangan atau di ruang workshop milik sekolah akan dilanjutkan dengan kegiatan mengembangkan praktek kerja nyata yang dilakukan di DU/DI sebagai institusi pasangan sekolah. Program diatur sedemikian rupa sehingga relevansi dan kesinambungan proses belajar dapat dipelihara. Praktek di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) selanjutnya dikembangkan menjadi program Praktek Kerja Industri (Prakerin). Pelaksanaan Prakerin di Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang keahlian yang relevan untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu. (Depdikbud, 1993:7). Fokus utama pada pendidikan menengah kejuruan adalah program penguasaan keterampilan dan keahlian yang diperoleh dari hasil pengalaman belajar praktek langsung pada bidang pekerjaan tertentu yang relevan, yang diselenggarakan atas kerjasama antara pihak sekolah dengan indutri pasangan, seperti dijelaskan dalam tujuan Pendidikan Sistem Ganda atau Prakerin (MPKN, 1996:7-8) yaitu : 1) Menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan.
6 6 2) Memperkokoh link and match antara SMK dan dunia kerja. 3) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas. 4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. Praktek Kerja Industri (Prakerin) dilaksanakan agar peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu, pengetahuan, dan keterampilan yang telah di dapat di workshop sekolah dengan dunia kerja yang nyata yaitu yang berada di dunia industri. Ketersediaan fasilitas praktek di DU/DI yang dianggap lebih memadai dibandingkan dengan ketersediaan fasilitas praktek yang ada di workshop sekolah, merupakan kesempatan yang baik untuk para peserta didik agar dapat memanfaatkan fasilitas praktek tersebut dengan seoptimal mungkin. Disamping itu untuk dapat mencapai efektifitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan peserta didik yang diharapkan dapat memiliki keahlian vocational dapat terlaksana, maka dapat memanfaatkan pula tenaga instruktur profesional yang dimiliki oleh pihak DU/DI yang merupakan seorang instruktur yang memahami dan menguasai materi yang akan disampaikannya. Seperti diungkapkan oleh Moh. Uzer Usman (2002:9) bahwa : Melalui perannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar/pelatih, instruktur hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran atau pelatihan yang akan diajarkannya, senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik.
7 7 B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran pemanfaatan fasilitas praktek selama Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang? 2. Bagaimana gambaran kinerja instruktur selama Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang? 3. Bagaimana gambaran pelaksanaan efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Se-Kabupaten Subang? 4. Seberapa besar kontribusi pemanfaatan fasilitas praktek terhadap efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang? 5. Seberapa besar kontribusi kinerja instruktur terhadap efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang? 6. Seberapa besar kontribusi pemanfaatan fasilitas praktek dan kinerja instruktur terhadap efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang?
8 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui gambaran pemanfatan fasilitas praktek selama Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang. b. Mengetahui gambaran kinerja instruktur selama Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang. c. Mengetahui gambaran pelaksanaan efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang. d. Mengetahui besaran kontribusi pemanfaatan fasilitas praktek terhadap efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang. e. Mengetahui besaran kontribusi kinerja instruktur terhadap efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se- Kabupaten Subang. f. Mengetahui besaran kontribusi pemanfaatan fasilitas praktek dan kinerja instruktur terhadap efektivitas Praktek Kerja Industri
9 9 (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang. 2. Manfaat penelitian Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Manfaat secara teoritis Diharapkan dapat bermanfaat memberikan kontribusi terhadap pengembangan kajian ilmu administrasi khususnya pengembangan manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi serta pengembangan potensi sekolah melalui analisis keadaan lapangan maupun harapan adanya pengembangan konsepsi teoritis. 2. Manfaat secara praktis Hasil analisis kontribusi pemanfaatan fasilitas praktek dan kinerja instruktur terhadap efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan pengkajian lebih mendalam mengenai pengembangan pemanfaatan fasilitas praktek dan kinerja instruktur yang didukung oleh potensi sekolah untuk menunjang Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada masing-masing sekolah.
10 10 D. Anggapan Dasar 1. Pelaksanaan kegiatan praktek kerja industri (prakerin) yang meliputi pembuatan barang (produk) dan layanan jasa (perawatan dan perbaikan), memerlukan sumberdaya yang perlu dioptimalisasikan baik yang ada di sekolah maupun memberdayakan sumber daya dari luar atau mitra kerja. Sumber daya yang diperlukan agar kegiatan prakerin ini dapat dilaksanakan dengan baik diantaranya adalah fasilitas praktek. Fasilitas pembelajaran atau fasilitas praktek adalah alat yang dipergunakan dan dimanfaatkan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, sedangkan prasarana adalah sesuatu yang ada sebelum adanya sarana (Suharsimi Arikunto, 1988;10). Oleh karena itu apabila fasilitas praktek dimanfaatkan secara optimal maka kegiatan prakerin akan berjalan dengan efektif. 2. Kinerja instruktur adalah prestasi yang dapat dicapai seseorang atau organisasi berdasarkan kriteria dan alat ukur tertentu yaitu efektivitas, efisiensi dan produktivitas. Instruktur merupakan salah satu faktor penentu dalam menunjang keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Instruktur merupakan sumber daya manusia yang berperan sebagai ujung tombak dalam proses praktek di DU/DI. Hal ini berarti upaya peningkatan mutu pendidikan, pengajaran dan pemberian keterampilan pada peserta didik dapat ditekankan pada peningkatan kualitas kinerja instruktur sebagai pengganti posisi guru pada saat peserta didik sedang melaksanakan kegiatan prakerin di DU/DI (Drucker, 1997).
11 11 3. Efektivitas berarti terjadi suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan/kegiatan. Efektivitas berarti keefektifan atau daya guna atau adanya kesesuaian antara orang-orang yang melaksanakan tugas dalam suatu kegiatan dengan sasaran yang dituju. Suharsimi Arikunto (1988:32) menyatakan bahwa efektifitas diukur dari seberapa jauh tujuan dapat diwujudkan. Efektivitas dipakai paling khas dalam hubungan dengan hasil atau produk yang sangat diinginkan. Efektivitas juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan. Abin Syamsuddin (1996:20) mengemukakan bahwa efektivitas pada dasarnya menunjukkan kepada suatu ukuran tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan sebagaimana telah terlebih dahulu ditetapkan. Parameternya dapat diungkapkan sebagai angka nilai ratio antara jumlah hasil yang dicapai dalam kurun waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah yang diproyeksikan atau ditargertkan dalam kurun waktu tersebut. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa efektivitas prakerin pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan se- Kabupaten Subang dipengaruhi oleh pemanfaatan fasilitas praktek dan kinerja instruktur. E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya dapat ditetapkan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
12 12 Hipotesis 1 : Pemanfaatan fasilitas praktek berkontribusi signifikan terhadap efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Subang. Hipotesis 2 : Kinerja Instruktur berkontribusi signifikan terhadap efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se- Kabupaten Subang. Hipotesis 3 : Kelengkapan fasilitas praktek dan Kinerja Instruktur secara bersama-sama berkontribusi signifikan terhadap efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se- Kabupaten Subang. F. Definisi Operasional Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Menurut Masri Singarimbun (2003:46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
13 13 1. Pemanfaatan fasilitas praktek Pemanfaatan fasilitas praktek adalah proses penggunaan alat-alat praktek yang dipergunakan di dalam kegiatan prakerin untuk memperoleh nilai guna dari alat tersebut melalui pencapaian suatu produktifitas. Indikator pemanfaatan fasilitas praktek menurut Ibrahim Bafadal 2003:7) yang meliputi kegiatan : a. Perencanaan sarana dan prasarana b. Pengadaan sarana dan prasarana c. Pendistribusian sarana dan prasarana d. Penggunaan/pemanfaatan sarana dan prasarana e. Inventarisasi sarana dan prasarana f. Pemeliharaan sarana dan prasarana g. Penghapusan sarana dan prasarana 2. Kinerja Instruktur Kinerja instruktur adalah implementasi dari rencana yang telah disusun oleh instruktur yang dilakukan oleh sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan dan merupakan tingkat profesional instruktur dalam proses pembelajaran praktek selama periode tertentu yang diwujudkan melalui performance instruktur didalam menjalankan kegiatan bimbingan prakerin. Indikator kinerja instruktur menurut Wijaya dan Rusyan (1992:7-9) meliputi :
14 14 a. Penguasaan bahan pengajaran b. Pengelolaan praktek belajar mengajar c. Pengelolaan workshoppenggunaan media d. Pelaksanaan fungsi bimbingan dan penyuluhan e. Administrasi praktek 3. Efektifitas Praktek Kerja Industri Efektifitas mempunyai arti yang berbeda-beda menurut setiap orang. Ini dimaksudkan bahwa perbedaan pengertian tersebut tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Komaruddin (1983:149) mendefinisikan efektifitas sebagai..keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Efektifitas praktek kerja industri adalah efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan (dalam bentuk keberhasilan pencapaian tujuan) pada bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) yang relevan untuk mencapai penguasaan kemampuan tertentu. Indikator efektivitas prakerin menurut Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional (MPKN, 1996:8 ) meliputi : a. Keahlian vocational (kognitif, apektif, dan psikomotorik)
15 15 b. Keterkaitam dan kesepadanan (link and match) antara sekolah dengan DU/DI c. Efisiensi proses pendidikan d. Pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja Variabel-variabel penelitian yang tercantum di atas merupakan landasan rancangan model penelitian ini. Untuk lebih jelasnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1.1 Hubungan antara variabel penelitian X1 Y X2 Keterangan : X 1 = Pemanfaatan Fasilitas Praktek X 2 = Kinerja Instruktur Y = Efektivitas Praktek Kerja Industri (Prakerin) Pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan Se- Kabupaten Subang
16 16 G. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian ini digunakan kuisioner (angket) sebagai alat pengumpulan data. H. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:57) Nazir (1988:3) mengatakan populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Kemudian populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap. Populasi dari penelitian ini adalah siswa SMK Se-Kabupaten Subang pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif yang telah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI). 2. Sampel Penelitian Arikunto (1998:117) mengemukakan bahwa : sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data
17 17 dan dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono (1997:57) memberikan pengertian bahwa : sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa : sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. Hal ini harus representatif, disamping itu peneliti wajib mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling, dan karakteristik populasi dalam sampel. Karena populasi merupakan populasi yang homogen (sejenis) maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (simple random sampling) dan bersifat proporsional, artinya sampel diambil dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
122 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini, diperoleh fakta empirik mengenai pemanfaatan fasilitas praktek dan kinerja instruktur terhadap efektifitas prakerin di Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan majunya perkembangan dunia pada saat ini diharapkan lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah ketatnya persaingan dalam memasuki dunia kerja, para calon tenaga kerja dituntut untuk memiliki mental kuat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting di dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Terutama dalam menghadapi arus globalisasi saat ini, dimana perkembangan
Lebih terperinciKESIAPAN MENTAL MASUK DUNIA KERJA DITINJAU DARI PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA DAN PENERIMAAN BIMBINGAN KARIR SISWA SMK Dl DIY.
Didaktika, Volume 7. Nomor 1. Januari 2006 KESIAPAN MENTAL MASUK DUNIA KERJA DITINJAU DARI PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA DAN PENERIMAAN BIMBINGAN KARIR SISWA SMK Dl DIY Salamah Abstract. The aim
Lebih terperinciPERANAN PRAKERIN DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU TAMATAN SMK
PERANAN PRAKERIN DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU TAMATAN SMK 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Untuk mengembangkan potensi ilmu pengetahuan pada masing-masing siswa maka sekolah (SMK) mempunyai jadwal khusus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan berkembang kearah perekonomian global. Industrinya dituntut untuk mampu bersaing dipasar regional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan dunia kerja erat hubungannya dengan dunia pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia selalu mendapat perhatian mutlak bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan. SDM yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan SDM yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan kehidupan di masa
Lebih terperinciEfisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja
1. Mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja 2. Didasarkan kebutuhan dunia kerja Demand-Driven 3. Penguasaan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja 4. Kesuksesan siswa pada Hands- On atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dinyatakan bahwa negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan tersebut, setiap warga
Lebih terperinciSTUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, dan memberikan peningkatan kualitas dalam persaingan di dunia kerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan industri suatu bangsa bisa dikatakan sangat ditentukan oleh kualitas tenaga kerja terampil yang terlibat langsung dalam proses produksi, disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingkat keberhasilan pembangunan Indonesia di segala bidang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat keberhasilan pembangunan Indonesia di segala bidang sangat tergantung pada sumber manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan perkembangan seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia telah diarahkan pada tujuan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang menentukan keberlangsungan kehidupan bangsa yang beradap, berakhlak, dan berkarakter. Melalui pendidikan diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tantangan pendidikan saat ini dan masa yang akan datang adalah menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan adalah kebutuhan yang mutlak perlu dipenuhi selama hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah kebutuhan yang mutlak perlu dipenuhi selama hidup dalam kehidupan manusia. Tidak adanya pendidikan mustahil suatu komunitas manusia bisa
Lebih terperinciBAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di
BAB I PENDABULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di dalam pelaksanaannya sejak disahkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan peran dan fungsi, guna mencapai tujuan pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi atau universitas adalah lembaga ilmiah, dan kampus adalah masyarakat ilmiah. Kedudukan perguruan tinggi baik sebagai lembaga ilmiah ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan dalam pendidikan nasional (pendidikan menengah) yang mempersiapkan peserta didik terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan informasi serta persaingan yang ketat di antara organisasiorganisasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kita telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya keterbukaan informasi serta persaingan yang ketat di antara organisasiorganisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar mampu memilih karir, berkompetisi,
Lebih terperinciPersonal Philosophy Pages
Personal Philosophy Pages Oleh: Ridwan Daud Mahande #13702261009# Mahasiswa S3-PTK PPs UNY Pendidikan kejuruan merupakan salah satu istilah dalam penyelenggaraan pendidikan berorientasi kerja yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses belajar mengajar merupakan hal yang paling utama dari proses pendidikan secara keseluruhan, proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prestasi kerja pengajar dari suatu lembaga pendidikan, selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi kerja pengajar dari suatu lembaga pendidikan, selalu menekankan pelaksanaan tugas pengajar, sedangkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan adalah bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan perdagangan bebas asean (asean free trade area/afta) sejak tahun 2003 dan pasar bebas dunia tahun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran DUDI terhadap implementasi pendidikan sistem ganda di SMKN 1 Salatiga, dapat ditarik kesimpulan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shinta Aryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang bertujuan menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan dan keahlian agar dapat langsung bekerja sesuai dengan minat dan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pendidikan Sistem Ganda Sekolah Menengah Kejuruan pada umumnya harus menyelenggarakan Pendidikan Sistem Ganda yang merupakan suatu bentuk.penyelenggaraan pendidikan keahlian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, salah satu masalah yang menarik untuk dikaji yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan adalah mengenai kesiapan kerja siswa. Saat ini, banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan masa depan bangsa, melalui pendidikan ini cita-cita luhur untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting sebagai ujung tombak dalam menentukan masa depan bangsa, melalui pendidikan ini cita-cita luhur untuk mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman. Pendidikan yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh sebuah lembaga pendidikan,
Lebih terperinciSeminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia
Relevansi Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada Sekolah Kejuruan dengan Kebutuhan Dunia Kerja Oleh: Aaltje D. Ch. Wayong Dosen Fakultas Teknik UNIMA Abstrak Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal menengah yang secara khusus mempersiapkan peserta didiknya untuk siap bekerja di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Praktek Kerja Industri (Prakerin) a. Pengertian Praktik Kerja Industri Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap peserta mengalami proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja yang semakin ketat dan kompetitif. Melalui kesepakatan global ini, tenaga kerja dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Link and match adalah kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Lebih terperinciBAB 1 P E N D A H U L U A N
BAB 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Salah satu bagian dari Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dengan urgensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dengan urgensi dan signifikansi yang memadai bagi kehidupan manusia. Ini semua terindikasi dari fungsi strategis
Lebih terperinciEVALUASI DAN DESAIN HIPOTETIK PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SISWA SMK NEGERI 2 PADANG PANJANG
EVALUASI DAN DESAIN HIPOTETIK PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SISWA SMK NEGERI 2 PADANG PANJANG FERA SUSANTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka. mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus mengantisipasi tantangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebijakan pembangunan dibidang pendidikan diarahkan untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Engkoswara, (2001: 2). Kegiatan ini merupakan fungsi pokok kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah pada dasarnya mencakup kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Engkoswara, (2001: 2). Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik. Untuk itu, sekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkelanjutan (continuous
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya pembangunan suatu organisasi yang berkesinambungan, sumber daya manusia mempunyai peran yang sangat vital dalam proses pencapaian tujuan. Untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan terdapat pada Peraturan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan terdapat pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 19/2005 Ps 26 (3). Isinya meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena menyangkut kualitas suatu bangsa. Pendidikan juga berarti menyiapkan kaderkader bangsa siap
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. keadaan sebagaimana adanya dan pengungkapan fakta-fakta yang ada, walaupun
23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau
Lebih terperinci2015 PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENGUASAAN KOMPETENSI HOUSEKEEPING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI HOTEL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan upaya pembangunan Bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Perubahan merupakan proses sosial dimana orang dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kehidupan manusia baik secara individu atau kelompok, merupakan fenomena sosial yang berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Perubahan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Dalam posisinya sebagai administrator dan manajer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pengangguran di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah efektivitas
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah efektivitas proses. Adapun variabel bebasnya adalah kompetensi guru. Sedangkan yang menjadi
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal. Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Hamsa Wicaksana (10320093) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak Kegiatan pendidikan hakekatnya merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas tamatan / lulusan agar lebih sesuai dengan tuntutan kebijaksanaan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan Sistem Ganda Kualitas tamatan / lulusan agar lebih sesuai dengan tuntutan kebijaksanaan departemen pendidikan nasional tentang pendekatan pendidikan sistem ganda
Lebih terperinciPENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA
PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (Studi Situs SMK Muhammadiyah 2 Cepu) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama kalangan swasta bersama-sama telah dan terus berupaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah memberikan perhatian yang lebih kepada bidang pendidikan kejuruan yang diwujudkan dengan penyesuaian
Lebih terperinciTINJAUAN TEORITIK DAN EMPIRIK PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN. Pertemuan 1 Ana, S.Pd. M.Pd, dkk
TINJAUAN TEORITIK DAN EMPIRIK PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Pertemuan 1 Ana, S.Pd. M.Pd, dkk Konsep Dasar Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Rumusan Pendidikan Kejuruan dikemukakan oleh Rupert Evans
Lebih terperinciUndang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Perwitasari, Hubungan Fasilitas Praktikum TKJ di Sekolah... 425 Hubungan Fasilitas Praktikum TKJ di Sekolah, Kesesuaian Tempat Prakerin, dan Kompetensi TKJ Siswa dengan Hasil Uji Kompetensi Keahlian Dian
Lebih terperinciKESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK DI KABUPATEN BANDUNG
208 KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK DI KABUPATEN BANDUNG Muhammad F. Rizqi 1, Inu H. Kusumah 2, Sulaeman 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Merujuk pada rumusan masalah dan didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Efektifitas
Lebih terperinciPEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA
Hari Amanto, Amat Mukhadis & Mardji, Pemetaan Kompetensi... 49 PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA
Lebih terperinciHUBUNGAN MINAT BERWIRAUSAHA DENGAN PRESTASI PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XII TEKNIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN
HUBUNGAN MINAT BERWIRAUSAHA DENGAN PRESTASI PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XII TEKNIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2008/2009 Isky Fadli Fu adi Prodi Pendidikan Teknik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Waktu, Populasi dan Sampel Penelitian Pada bagian ini, peneliti akan menguraikan mengenai lokasi, waktu, populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian. 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu Negara, sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia tersebut merupakan aset terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis.perkembangan dan perubahan terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.perubahan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN. Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan penelitian evaluasi pelaksanaan
BAB V SIMPULAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan penelitian evaluasi pelaksanaan pendidikan sistem ganda di SMK Bhakti Utama diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1 Komponen Context
Lebih terperinciPENGARUH KINERJA GURU DAN SARANA PRAKTIK TERHADAP TINGKAT KEPUASAN SISWA DALAM PRAKTIK TUNE UP MOTOR BENSIN KELAS XI DI SMK JAKARTA 1
PENGARUH KINERJA GURU DAN SARANA PRAKTIK TERHADAP TINGKAT KEPUASAN SISWA DALAM PRAKTIK TUNE UP MOTOR BENSIN KELAS XI DI SMK JAKARTA 1 Oleh: Fajar Hadimianto; Dartu. Program Studi Pendidikan Otomotif, Universitas
Lebih terperinci2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asean Free Trade Area (AFTA) adalah sebuah kesepakatan perdagangan bebas dimana hanya akan ada satu pasar dan basis produksi dengan lima elemen utama yaitu aliran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan di dunia usaha yang semakin ketat dan seiring dengan majunya teknologi, menuntut setiap perusahaan untuk selalu melakukan yang terbaik dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang optimal terhadap kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan sekolah didirikan, kurikulum disusun dan guru diangkat serta sarana dan prasarana pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan siswa atau anak didik.
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada. perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk menyiapkan siswa untuk melanjutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan mengutamakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. domestik maupun internasional pada era globalisasi di abad ke-21 ini tak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat baik di pasar domestik maupun internasional pada era globalisasi di abad ke-21 ini tak terkecuali perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan zaman dimana kebudayaan, moral maupun tingkat ketergantungan manusia meningkat. Kondisi kebutuhan dan tantangan dunia kerja di era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan dalam bidang kerjasama berbagai produk. Barang jadi di pasaran merupakan produk dari hasil kerjasama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut diselenggalarakan pada semua jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga. lingkungannya, namun dalam proses pendidikan banyak faktor yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak lepas dari kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga lingkungannya, namun dalam proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara tentang proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan bangsa Indonesia sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa diatur dalam Undang-Undang Republik
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinci