LAHAN POTENSIAL UNTUK PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI PROPINSI BALI
|
|
- Sugiarto Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999 LAHAN POTENSIAL UNTUK PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI PROPINSI BALI E. JuARmt dan SumANTo Balai Penelitian Temak, P.O. Box 221, Bogor ABSTRAK Penelitian untuk nienentukan prioritas wilayah penyebaran dan pengembangan peternakan di Propinsi Bali dapat didekati dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ) yang menggunakan parantater penduduk, kesesuaian ekologis lalian dan populasi ternak. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada talrun 1998 dengan ntenggtrnakan data sekunder. Tingkat kepadatan ekonomi ternak secara unuim memperliltatkan bahwa tingkat kepadatan ekonomi ternak untuk masing-masing ternak adalah bervariasi. Untuk ternak sapi potong dan buras umumnya pada tingkat yang sudah padat, babi pada tingkat yang sedang. Sementara itu, pada kerbau, kambing dnn ayam ras menunjukkan kepadatan ekonomi yang rendah. Khusus untuk kedua ternak terakhir populasi di Bali memang masih cukup rendah. Daya dukung pakan alanti ternak ruminansia di Propinsi Bali secara keselunihan masih aman dan dapat menambalt ternak niminansia sebanyak 105,708 satuan Ternak (ST), kecuali perlu diperhatikan di kabupaten Badung dan Klungkung. Dari 46 kecamatan yang diantati di Propinsi Bali menunjukkan baliwa 52,2% kecamatan merupakan wilayah pertumbuhan untuk sapi potong, 21,7% kecamatan untuk kerbau, 34,8% kecamatan untuk Katubing, 54,4% kecamatan untuk babi, 50,0% kecamatan untuk buras dan itik serta 41,3% kecamatan untuk ayam ras. Sednngkan untuk kerbau dan kambing wilayah pertumbuhannya masih terbatas. Kata kunci : Wilayah pertumbulian, ternak PENDAHULUAN Dalam perkembangan kemajuan iptek dan pembangunan tenitama dalam kaitannya dengan tekanan penduduk, perencanaan penggunaan lalian untuk masa datang dalam suatu wilayah merupakan suatu kebutullan, tanpa kecuali untuk setmla kegiatan. Tingkat kepadatan penduduk meningkat per talltlnnya dan konsekuensinya adalah keperluan lahan untuk pemukiman akan meningkat pula. Ballkan penmtukan lalian pertanian telah terkikis juga dan benlbah menjadi wilayah non-pertanian. Populasi ternak talnm 1997 yang dominan adalah Babi ( ekor) dan sapi potong ( ekor), sedangkan untuk unggas adalah ayam buras ( ekor). Kantong-kantong produksi sapi potong banyak diserap keluar wilayah, tenltama ke DKI dan Jawa Barat dan tak terkecuali untuk unggas juga ke wilayah Mataram, NTB (terutania ayam buras). Dengan mempertimbangkan ketersediaan lalian untuk wilayah ternak semakin kurang dan kepadatan penduduk yang semakin tinggi serta majunya perkembangan pembahan lalian pertanian ke nonpertanian, maka dalam pengembangan pembanguman peternakan (khususnya ternak ruminansia) di wilayah Propinsi Bali perlu informasi dasar tenting kelayakan fisik lallannya dan daya dukung pakan alami. 527
2 SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999 Analisis potensi wilayah peternakan yang berupa visualisasi evaluasi potensi untuk penyebaran dan pengembangan ternak merupakan salah satu langkah untuk penyediaan informasi dasar yang penting bagi perencanaan yang konsepsional dan benvawasan masa depan. Dalam kasus-kasus tertentu penkembangan dalam pengembangan petemakan masih menghadapi ketidakpastian usalia baik secara teknis, ekonms maupun hukum. Oleh karena itu, tulisan ini salah satu tujuannya adalah untuk menyiapkan informasi berupa wilayah yang potensial untuk penyebaran dan pengembangan ternak dipandang dari tiga unsur potensi kesesuaian ekologis lahan, kepadatan penduduk, potensi ternak dan daya dukung pakan terutama ternak ruminansia. Materi Sumber data MATERI DAN METODE Dalam menyusun wilayah yang potensial dan kesesuaian ekologis lahan untuk ternak, kegiatannya lebih banyak memanfaatkan sumberdata sekunder, kecuali untuk lial-hal yang khusus, benipa penggalian sumberdata yang ditunjang dengan pengamatan di lapangan, dilakukan kegiatan survei. Hal yang terakhir ada kaitannya untuk menentukan arahan pengembangan wilayah untuk ternak yang dimaksudkan sebagai hasil verifikasi data dilapangan : Data sekunder diperoleh dari intansi terkait yang mencalcup data tingkat kepamatan, meliputi data sumberdaya manusia, sumberdaya lahan, sumberdaya pertanian, sumberdaya peternakan. Khusus data peta yang mencakup peta dasar : kelerengan, ketinggian tempat, panjang kemarau, kesuburan tanah, genangan air dan penggunaan tanah diperoleh di intaansi Bakosortanal pusat dan Puslittanak, Bappeda dan BPN propinsi yang bersangkutan. Metoda Kepadatan penduduk Ukuran kepadatan penduduk dapat dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu kelompok jarang penduduk (<50 jiwa/km2), sedang ( jiwa/km2), padat (> jiwa/km) dan sangat padat (>500 jiwa/km2). Kepadatan ekonomi ternak Kepadatan ekonomi ternak diukur dari jumlah populasi dalam 1000 penduduk. Untuk rumunansia dalam Satuan Teniak (ST) dan ternak Unggas dalam ekor. Satuan ternak Data ternak ruminansia dan babi dihitung dalam satuan ternak (ST). Satu ST setara dengan 250 kg berat hidup, yaitu berat rata-rata sapi lokal dewasa (Juwarini dan Petheram, 1983). Nilai faktor konversi adalah 0,8 unhilc kerbau 0,7 untuk sapi 0,06 domba, 0,06 kambing PE, 0,05 kambing kacang, 0,16 babi.untuk kuda disetarakan dengan sapi. Kesesuaian ekologis lahan untuk ternak Kesesuaian ekologis lahan untuk ternak adalah mengganmbarkan kondisi lalian yang dapat digunakan sebagai usaha bidang peternakan, khususnya untuk ternak niminansia. Kesesuaian lahan ini dihasilkan dari kombinasi keadaan kemiringan tanali, ketinggian tempat, panjang kemarau, kesuburan tanali dan genangan air tanah. Hasil analisis tersebut secara detail telah dikaji 528
3 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999 oleh Tim APW BALAI PENELITIAN TERNAK (1998a). Sedangkan untuk ternak unggas diasumsikan bahwa umumnya kesesuaian lahannya relatif tidak menjadi kendala. Daya dukung hakan Daya dukung wilayah terhadap peternakan tradisional adalah kemampuan wilayah tersebut untuk menghasilkan pakan terutama berupa hijauan yang dapat menampung bagi kebutuhan sejumlah populasi ternak dalam bentuk segar ataupun kering, tanpa melalui pengolahan dan tanpa tambahan khusus. Sementara itu, indeks daya dukung (IDD) tersebut diperoleh dari total hijauan pakan tercerna yang tersedia dibagi jumlah kebutuhan pakan tercerna bagi sejumlah populasi ternak diwilayah itu dengan mempertimbangkan nilai manfaat lain secara optimum. Perhitungan nilai IDD secara detail dapat dilihat pada ASHARI et al. (1996). Location Quotient (LQ) adalah salah satu metoda untuk menganalisis pusat pusat pertumbuhan suatu wilayah yang biasanya diukur dari ratio pendapatan daerahnya (TARMiDI, 1996). Metoda pendekatan tersebut telah dikembangkan dan dipergunakan di bidang peternakan dengan membandingkan dasar populasi ternaknya, tetapi hasilnya masih diakui banyak mengandung kelemahannya. Pendekatan dasar analisis ini adalah sama, namun terdapat penyesuaian cara perhitungan untuk LQ. Dari rumus dasar LQ dikembangkan untuk bidang peternakan menjadi LQ = AxBxCxN AMxBMxCMxn Dimana : A B C N AM BM CM n Populasi Ternak X (ST) di Kabupaten tertentu. lias kesesuaian ekologis lahannya di Kabupaten tertentu. Sumber data diperoleh dari hasil analisis potensi wilayah penyebaran dan pengembangan peternakan yang dilakukan oleh Puslitbangnak (1998). Kepadatan Penduduk Di kabupaten tertentu otal populasi seluruh ternak (ST) di Propinsi Bali. otal Populasi Ternak X (ST) di Propinsi Bali. luas kesesuaian lahannya di Propinsi Bali. Kepadatan Penduduk Di Propinsi Bali. Total populasi seluruh ternak di Kabupaten tertentu Nilai LQ mempunyai makna sebagai berikut 1. LQ > 1 berarti bahwa lokasi tersebut merupakan kawasan produksi ternak yang dapat mensuplay untuk luar daerah. 2. LQ = 1 berarti bahwa lokasi yang bersangkutan, tingkat produksinya hanya dapat untuk memenuhi keperluan daerah sendiri. 3. LQ < 1 berani bahwa lokasi yang bersangkutan masih perlu mendatangkan produksi dari luar daerah. Dengan melihat hasil nilai LQ untuk masing-masing ternak, maka akan tampak tingkatan wilayah pertumbuhannya dan selanjutnya dikombinasikan dengan wilayah kepadatan penduduk dan daya dukung pakan (ruminansia) maka dapat ditentukan status wilayahnya berupa wilayah penyebaran, pengembangan, konsumen dan wilayah pemantapan. 529
4 Seminar Nasional Aeternakan dan Veteriner 1999 Pengertian 1. Wilayah Penyebaran dan Pengembangan (PP) : merupakan wilayah untuk penyebaran clan pengembangan ternak dan umumnya lokasinya masih barn. 2. Wilayah Pengembangan : (PP) menlpakan wilayah untuk pengembangan ternak, dimana hanya akan dikembangkan terna pada lokasi yang sudah ada. Tidak menambah lokasi barn. 3. Wilayah pemantapan : merupakan wilayah ternak yang produktifitasnya relatif selalu harus mantap.tidak ada penambahan dari luar. 4. Wilayah konsumen : merupakan wilayah pemasaran lokal, karena kepadatan penduduk sudah tinggi. Kondisi fisik lahan Tohograr HASIL DAN PEMBAHASAN Propinsi Bali menlpakan daerah pegunungan dan perbukitan yang meliputi hampir 85% dari luas total wilayah. Relief pulau Bali membentuk rantai pegunungan yang membentang dari barat ke timur yang menlpakan rentetan bentangan sebagaimana di temui di pulau Jawa dan Sumatera. Rantai pegunungan tersebut menyebabkan pulau Bali secara geografis terbagi menjadi dua bagian yang berbeda, yaitu dataran rendalt/landai di wilayah bagian selatan dan dataran rendah yang sempit dari kaki perbukitan dan pegunungan di bagian utara. Ditinjau dari kemiringan lahan, sebagian besar pulau Bali terdiri dari lahan dengan kemiringan antara 0-2% sampai 15-40%. Kemiringan 0-2% mendominasi daerah pantai bagian selatan dan sebagian kecil pantai bagian utara pulau Bali. Sedangkan kemiringan 15-40% secara dominan terdapat di bagian tengah pulau mengikuti deretan perbukitan, membentang dari arah barat ke timur. Pada wilayah yang berbukit dan bergunung tersebut, lereng permukaan lahan umumnya miring hingga terjal. Sebagian daerah perbukitan di Bali merupakan bukit kapur seperti daerah perbukitan Jimbaran dengan puncak tertinggi hanya 202 m. Demikian pula pulau Nusa Penida yang merupakan gugusan pulau tersendiri terdiri atas perbukitan kapur dengan puncak tertinggi 529 m. Luas lahan per Kabupaten berdasarkau ketinggian dan Kelerengan disajikan pada Tabel 1 dan 5. Tabel 1. Kabupaten/ Lnas lahan menurut ketinggian tempat Sumber : KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL, 1996 Ketinggian tempat m dpl (ha) Kotamadya :.IW0 Jumlah Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangascin Buleleng Denpasar
5 SeminarNosional Peternakan dan Veteriner 1999 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hampir semua Kabupaten memiliki wilayah yang mencakup semua kelompok dari pantai sampai gunung atau pegunungan yang berarti bahwa semua Kabupaten tersebut mempunyai baik wilayah pantai maupun gunung kecuali Kabupaten Bangli yang tidak mempunyai pantai dan Kodya Denpasar yang tidak memiliki gunung. Tabel 2. Kabupaten/ Somber: KANToR WELAYAH PERTANAHAN NAsioNAL, 1996 Iklim Luas lahan menurut kelerengan per Kabupaten di Propinsi Bali Pada umumnya musim kemarau di Bali mulai pada bulan April sampai dengan bulan September. Di wilayah Denpasar dan sekitarnya Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan-bulan Desember, Januari dan Pebruari.(rata-rata 500 mm di tahun 1997). Suhu minimum rata-rata di Denpasar dan sekitarnya berkisar antara 22 sampai 25 C, sedangkan suhu maksimum rata-rata antara C. Hasil pengamatan selama 4 tahun ( ) pada beberapa stasiun klimatologi menunjukkan rata-rata temperatur tahunan daerah pantai utara dan selatan bagian barat adalah 27,2 C, sedangkan pada daerah dataran tinggi dengan elevasi rata-rata 393 m dpl., adalah 23,6 C. Kecepatan angin bervariasi antara km/jam. Kelembaban relatif pada dataran tinggi bervariasi antara 72-93% dengan rata-rata kelembaban relatif tahunan 85,8%. Curah hujan rata-rata per talum diperkirakan non, dengan klsaran antara mm. Potensi air permukaan didukung o1eh 247 sungai termasuk anak sungai (162 buah sungai mengalir ke laut) dengan arah aliran terbagi dua ke utara dan selatan. Jenis dan tekstur tanah Lereng (ha) Kotamadya Q,% 2-15% 15-40% >40% Jumlah Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Bali Sebagian besar jenis tanali adalah vulkanik, maka Propinsi Bali sangat cocok untuk kegiatan pertanian. Jenisjenis tanah yang dominan adalah regosol ( ha) dan latosol ( lla) Di amping dua jenis tanah tersebut, terdapat tanah mediteran seluas ha. Dan tanah andosol ha. Berdasarkan tekstur tanallnya, propinsi Bali dapat dibedakan menjadi 3 bagian utama yaitu tekstur halus, sedang dan kasar. Tekstur sedang (tekstur lempung) mempunyai wilayah penyebaran terbesar (49,33% dari luas wilayah Bali), sedangkan tekstur halus (liat) mencakup 27,82% dan tekstur kasar (pasir) meliputi 22,84% total wilayah propinsi ini. 53 1
6 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999 Luas kesesuaian ekologis Iahan untuk ternak Wilayah kesesuaian ekologis untuk ternak merupakan hasil perlakuan kltusus dari peta-peta dasar (kemiringan, kesuburan Iahan, panjang kemarau, ketinggian ternpat dan genangan air). Hasil secara rinci terhadap luas wilayah yang sesuai untuk ternak per kecamatan diseluruh di Propinsi Daerah Tingkat I Bali telah dilaporkan olelt Tim APW BALiTNAK (1998). Dalam laporan tersebut ditampilkan Was wilayah kesesuaian ekologis untuk kelompok tenlak Kerbau, Sapi potong Multiguna (tennasuk untttk ternak kambing kacang, dontba dan babi) dan kelompok ternak Sapi Perah (termasuk untuk ternak sapi kereman dan kambing perah). Secara garis besar distribusi sebaran luas kesesuaian ekologis lahan untuk ternak tersebut di masing-masing kabupaten di Propinsi Bali dapat dilihat pada Tabel dibawali ini. Ternak sapi potong multiguna Tabel 3. No. Luas (ha) kesesuaian Iahan untuk temak sapi potong multiguna Di Propinsi Bali Keterangan : S 1=Sangat Sesuai ; S2=Sesuai ; S3=Sesuai Marginal Ns = Tidak Sesuai Dari label di atas memberi petunjuk baltwa luas kesesuaian ekologis Iahan untuk kelompok sapi potong di selunih wilayah Bali sekurang-kurangnya mencapai lta, yang terdiri dari S1= ha, S2= lta dan S3= lta. Ternak kerbau Tabel 4. No. Kabupaten Kabupaten SI Luas (lia) Kesesuaian Lahan Untuk Temak Kerbau Di Propinsi Bali Sl Luas kesesttaian Iahan 1. Jebrana Badung Buleleng Karangasein Klungku»g Tabanan Gianyar Bangli Total ,322 Luas kesesttaian Iahan 1. Jebrana Badung Buleleng Karangascin Kltutgkung Tabanan Gianyar Bangli Total Sl=Sangat Keterangan : sesuai ; S2=Sesuai ; S3=Sesuai marginal Ns = Tidak sesuai ;' : data kurang lengkap S2 S2 S3 S3 Ns Ns 532
7 Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1999 Dari Tabel 8.3. di atas memberi petunjuk bahwa luas kesesuaian ekologis lahan untuk ternak kerbau di seluruh wilayah Bali sekurang-kurangnya mencapai ha, yang terdiri dari S1= ha, S2= ha dan S3= 0.0 ha. Ternaksapiperah Distribusi luas kesesuaian ternak sapi perah di masing-masing kabupaten dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 5. No. Potcnsi manusia dan kclcmbagaan pctcrnakan Kepadatan penduduk (Jiwa/km2) Ternak Populasi Ltas (ha) kesesuaian lalian untuk ternak sapi perah di Propinsi Bali Kabupaten Keterangan : S l =Sangat sesuai ; S2=Sesuai ; S3=Sesuai marginal Ns = Tidak sesuai SI Luas kesesuaian lahan 1. Jebram Badung Buleleng Karangasein Kiungkung Tabanan Gianyar Bangli Total Dari tabel di atas inemberi petunjuk bahwa luas kesesuaian ekologis lallan untuk sapi perah di seluruh wilayah Bali mencapai lla, yang terdiri dari S1= ha, S2= ha clan S3= ha. Propinsi Bali dengan luas daerah 5.682,86 kmz, dengan jumlah total penduduk jiwa (1997) termasuk daerah padat penduduk dengan tingkat kepadatan lebih dari linla ratus ribu jiwa (516 jiwa) per kilometer persegi dan sex ratio 0,99. Sebagian besar penduduk Bali tinggal di pedesaan-pedesaan, di wilayah bagian selatan pulau ini. Dilihat per wilayah Tk. 11, Kodya Denpasar mempunyai kepadatan yang paling tinggi yaitu mencapai jiwa/ kn1z, disusul Kabupaten-Gianyar, Badung dan Klungkung. Kabupatenkabupaten selebihnya masih dibawall 500 jiwa per kin persegi. Perkembangan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan. Kepadatan penduduk pada tahun 1993 mencapai 491 jiwa/kn12 dan meningkat menjadi 516 jiwa/km2 pada talmn Penyebaran kepadatan penduduk per kepamatan di bali tahun 1997 dapat dilillat pada Lampiran 1. Data populasi ternak yang dominan tahun 1997 di propinsi Bali adalah sebagai berikut : sapi potong ekor, babi ekor, kambing ekor, ayam karnpung ekor, ayam ras petelur clan pedaging ekor dan itik ekor. S2 S3 Ns 533
8 Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1999 Penyebaran populasi ternak di wilayali Bali sangat beragam variasinya. Secara garis besar penyebaranjenis ternak di masing-masing kabupaten dapat dilillat pada tabel dibawah ini. Tabel 6. Populasi temak menunlt jenisnya per Kabupaten di Propinsi Bali Talutn 1997 No. Daerali TirgkatIf Sapi Babi Kambing Kerbau Kuda Domba 1 Jembrana Tabarian Badung Gianyar K1wlgkung Bangli Sumber: Dinas Petemakan Propinsi Bali, 1997; BPS Propinsi Bali (1997) Jenis/Komoditas temak (ekor) 7 Karangasem Buleleng Denpasar BALI Tabel 7. Populasi unggas menunlt jenisnya per Kabupaten di Propinsi Bali Talum 1997 No. Daerah Tuigkat II A. Buras Sumber: DiNAS PETERNAKAN PROPINSI BALI, 1997 ; BPS PRi.)PINSI BALI (1997) Jenis/Komoditas temak(ekor) A. Ras Pet. A. Ras Ped. Jumlah Itik 1 Jembrana Tabmian Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI Dad tabel diatas menunjukkan bahwa populasi ternak sapi potong terkonsentrasi di Karangasem, Kambing/Ayam Buras di Jembrana, Babi di Badung dan itik/ayam Ras. Namun berdasarkan kepadatan ekonomi ternak, konsentrasi penyebaran ternak sedikit niengalami perubahan dan akan diumikan seperti dibawah ini.
9 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999 Kepadatan ekonomi ternak (ST/1000 jiwa) Sebaran kepadatan ekonomi ternak per kepamatan di wilayah Propinsi Bali dilampirkan pada Lampiran 1. dan hasilnya untuk masing-masing ternalc dalam kabupaten dirangkum dalam tabel dibawah ini. Tabel 8. Kepadatan ekonomi temak (ST/1000 Jiwa) di Propinsi Bali talum 1997 Jenis Badung Buleleng Bangli Karang Klung- Gianyar Jembrana Tabanan Temak Asem kung Sapi Potong Kerbau Kambing Babi Buras Itik A. Ras Kep penduduk Sebaran kepadatan ekonomi ternak di propinsi Bali memperlihatkan bahwa sapi potong terkonsentrasi di kabupaten Bangli ; kerbau, kambing, buras dan ayant ras di Jembrana, babi di Klungkung dan itik di Badung. Dilihat dati tingkat kepadatan ekonomi ternak, maka dapat dirangkup penyebarannya sebagai berikut Tabel 9. Jtunlah Kecamatan pada masing-masing tingkat kepadatan ekonomi temak di Bali talutn 1997 Tingkatkepadatan Sapi Potong Kerbau Kambing Babi Buras Itik Ayam Ras Sangatpadat(1) Padat(2) Sedang(3) Rendah(4) Total Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa tingkat kepadatan ekonomi ternak untuk masingmasing ternak adalah bervariasi. Untuk ternak sapi potong dan buras umuntnya pada tingkat yang sudah padat, babi pada tingkat yang sedang. Sedangkan pada kerbau, kambing dan ayam ras menunjukkan kepadatan ekonomi yang rendah. Khusus untuk kedua ternak terakhir populasi di Bali memang masih cukup rendah.
10 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999 Indeks daya dukung pakan alami untuk ternak ruminansia Berdasarkan sebaran penggunaan lahan, pola tanam dan kondisi agroklimat di Propinsi Bali maka nilai indek daya dukung (IDD) pakan alami dan kemampuan wilayah untuk temak ruminansia dapat ditentukan. Hasil perhitungan ini diperoleh dengan cara penerapan salah satu metode yang dikembangkan oleh ASHARI et al. (1996). Secara rinci hasil analisis IDD per kabupaten di propinsi Bali tercantum pada Tabel. 10. Tabel 10. Nilai IDD, kemampuan wilayah dan kapasitas penambahan temak ruminansia di Propinsi Bali No Kabupaten IDD Total Persediaan Pakan (BKC Ton/ H) Total Kebutuhan (BKC Ton/ tlh) Kemampuan Wilayah (ST) Populasi Rtuninansia (ST) Kapasitas Penambahan (ST) 1 Badung Bangli Buleleng Gianyar Jembrana Klungkung Karangasem Tabanan Total Tabel di atas memperlihatkan bahwa sejumlah daerah pada tingkat wilayah Kabupaten memiliki angka pada IDD lebih dari 2 (dua) hal ini memberikan makna ballwa daerah yang bersangkutan masih mampu menampung bahkan mempunyai potensi untuk ditingkatkan populasi temaknya. Sebaliknya pada beberapa daerah yang mempunyai nllal IDD lebili kecil dari 2 (dua) maka terlihat keterbatasan daya tampung yang dicerminkan dengan terbatasnya pada kapasitas penambahan ternak, kondisi seperti ini mengisyaratkan balnva daerah yang bersangkutan dalam melakukan usaha peternakan sudah selayaknya mendatangkan pakan terutama hijauan dari luar daerah. Alternatif lain adalah melakukan introduksi budidaya tananlan pakan ternak secara intensif dengan memanfaatkan sumber daya lahan yang masih belum di usaliakan secara intensif. Tabel diatas juga memperlihatkan bahwa secara keseluruhan dalam lingkup Wilayah Propinsi Bali masih mempunyai potensi untuk penambahan ternak ruminansia seperti tercantum pada tabel di atas ( ST). Hal ini disebabkan ketersediaan pakan secara perhitungan masih melebihi dari jumlah yang dibutuhkan. Namun demikian tidak senwa Wilayah Kabupaten di Propinsi Bali mempunyai peluang sama. Nilai IDD yang rendah dapat dijumpai di kabupaten Badung dan Klungkung. Hal ini disebabkan oleh populasi ternak yang sudah padat dan kondisi lalian dan agro ekosistentnya yang kurang menunjang. Pada wilayali/kabupaten yang dinyatakan mengalaini pengurangan ternak sebagaimana telah disebutkan berarti mengisyaratkan perlunya dilakukan pengembangan hijauan tanaman pakan ternak, atau memanfaatkan sumberdaya lahan yang masili belum diusahakan secara intensif guna penyediaan hijauan pakan ternak.
11 Seminar Nasional Peternakan Jan Veteriner 1999 Wilayah pertumbuhan ternak dan status untuk pengembangan Dengan menggunakan metoda LQ yang dipadukan dengan unsur kepadatan ekonomi ternak, kepadatan penduduk dan status IDD, maka wilayah-wilayah pertumbuhan ternak clan status pengembangannya di propinsi Bali dapat ditentukan. Unit terkecil wilayah administratif analisis adalah kecamatan. Hasilnya secara rinci dapat dilihat pada lampiran 2 dau 3.Wiiayah dengan nilai LQ > 1 memberi makna bahwa wilayah tersebut selama ini memang mempakan daerah produksi atau kantong-kantong temak. Dengan demikian analisis selanjutnya hanya difokuskan pada wilayah pertuntbuhan tersebut. Disadari bahwa wilayah dengan LQ kurang dari 1 bukau berarti tidak adapat dijadikan untuk wilayah potensial penyebaran dan pengembangan.. Dari Lampiran 2 dapat dikatakan bahwa dari sebanyak 46 kecamatan di Bali, 52,2% merupakan wilayah untuk pertumbuhan sapi potong; 21,73 untuk kerbau, 34,78% untuk Kambing; 54,35% untuk Babi, 50,0% untuk Buras ; 50,0% untiik itik dan 41,3% untuk Ayam Ras. Sementara itu, wilayah pertuntbuhan unttik kerbau, kambing dan ayani ras masiit terbatas. Status kecamatan untttk pengembangan ternak sapi potong di Bali umumnya merupakan wilayah pemantapan dan konsumen, karena kepadatan penduduk dan ternak sudah tinggi.ini berarti bahwa produktifitas ternak sapi potong relatif lianls tetap dipertahankan sepanjang waktu. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi ada kecendeningan fungsi lahan ternak akan berubah menjadi fungsi untilk pemukinian dengan cepat.dengan pembahan tersebut ftingsi lahan tersebut, maka cendening wilayah tersebut akan tidak sesuai lagi sebagai lokasi ternak, apalagi diprediksi bahwa nilai IDDnya sangat rendah, niisalnya di kecamatan Susut, Negara clan Kitingki,ing. Tern<ak kerbau niasili dapat disebarkan dan ketrtbangkan di kecamatan Gerokgak dan Melaya Wilayah pengembangan adalah di kecamatan Seririt, Negara, Manggis. Karangasent dan Kerambitan. Sedangkan wilayah konsunten terjadi di kecamatan Buleleng. Kediri dan Tabauan Status kecamatan untuk pengembangan lemak kambing unimunya Nvilayah pengembangan di kecamatan Bangli. Susut. Seririt. Dawan. Kerambitan. Tabanan, Kediri. Sedangkan wilayah penyebaran di kecamatan Bustutgbiu. Mendovo dan Pekutatan. Wilayah konsunten Ierdapat di kecamatan Buleleng, Gianyar. Ubud. Blaltbatuh. Sukimati dan Klungkung Dengan ntelihat cara pandang yang sama sepcrli ketiga contoll diatas. maka untuk ternak Babi, Buras. itik dan Ayant Ras dapat diinterprestasikan. DAFTAR PUSTAKA AsHARI, E. JUARINI, SI.trtANTO, B. WIBO~WC~, SLR-VI-MAN, dan K. DIWYANTc). 1996a. Analisa Potensi Wilayalt Penvebaran dan Pengembangan Petemakan. I. Pen,antar Penwhaman, lialai Penelitian Temak Ciawi. BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRC~PINSt BALI Peta Penagunaan Tanalt. Peta Elevasi. Peta Kelerengan Proputsi Bali. Skala Denpasar. BPS PROPINSI BALI Propinsi Bali Ualam Angka. Denpasar. DINAS PETERNAKAN PROPENSI BALI Laporan Taltunan Denpasar. TARMIDI, D.T Analisis Transportasi Wilayah. Kumpulan Materi Pelajaran Diklat Substansif Dinas PU Cipta Karya Bidang Penyusunan Tencana tata Rtlang Kabupaten di Liltgkungan Pemerintahan Propinsi Dati I Jawa Barat. Tailggal 13 s/d 26 Oktober 1996, Bandung. 537
12 Seminar Nasional Petennakan dan Veteriner 1999 Tim BALAI PENELITIAN TERNAK CIAWL AIIalisis Potensi Wilayall Penyebaran dan Pengembangan Petenakan.Di Propinsi Bali Laporan. Kerjasalna antara Pemimpin Proyek Pengembangan Sumberdaya, Sarana. Dan Prasarana Petenakan Propinsi Bali dengan Puslitbang Petenakan Bogor.
13 cn Lamplran 1. Tingkat Kepadatan ekonomi temak per kecamatan di Bali tahun 1997 Kabupaten Kecamatan Sapi Potong Kerbau Kambing Babi Buras Itik Avam Ras Penduduk Badung Kuta I%lengwi Abiansemal Petang Buleleng Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan n Tejaluka Bangli Susut Bangli Tembuku a Kintamani Karangasem Rendang : Sidemen nlanggis Karangasem a Abang Bebandem m Selat Kubu Klungkung Nusa Penida Banjarangkan e Klungkung Dawan Gian_var Sukawati Blahbatuh Gianvar Tampaksiring Ubud Tegallalang Payangan Jembrana Melava Negara Mendoyo Pekutatan
14 Kabupaten Kecamatan Sapi Potong Kerbau Kambing Babi Buras Itik Ayam Ras Penduduk n Tabanan Salaemadeg a Karabitan ti Keterangan : Tabanan a Kediri b klarga Baturiti Penebel a Pupuan o. Kepadatan Ekonomi Temak : Penduduk(Jiwa/km2) Ruminan (ST11000jivva) Unggas(Ekor11000ji%va) Sangat Padat (1) > 300 >5000 > 1000 Padat (2) > > > Sedang (3) > > Rendah (4) < 50 < 1000 < 50
15 Lampiran 2. Wilayah pertumbuhan temak tingkat Kecamatan (LQ >1) di Propinsi Bali Kabupaten Sapi Potong Kerbau Kambing Babi Bums Itik Avam Ras Badung Abiansemal 5* Nlengwi 6 Abiansema16 hlengwi 4 Abiansemal Abiansemal 5 Niengwi 6 Abiansemal 4 hlengwi 6 Kuta 6 Bangli Susut 6* Bangli 2 Bangli 6 Tembuku 6 Tembuku 2 Susut 6 Tembuku 6 Susut 2* Susut 6 Susut 2 Susut 2 Tembuku 6 Bangli 6 Tembuku 6 Bangli 6 Bangli 2 Buleleng Buleleng 4* Gerokgak I Busungbiu 1 Buleleng 4 Buleleng 5 Buleleng 4 Buleleng 4 Tejaluka 6* Seririt 2 Buleleng 4* Sawan 2 Sermt 6 Seririt 2 K.Tambahan 6 Seririt 2 Buleleng 4* Seririt 2 Seririt 2 Busungbiu 1 Sawan 2 Sukasada 2 Sav%an 6* Tejaluka 2 Sawan 2 Ktambaltan 6 K.Tantbahan 2 Banjar 2 Gianvar Blahbatuh 5 Gianvar 4 Ubud 5 Ubud 6 Gianyar 2 Sukawati 4 Gianvar 5 Ubug 4 Blahbatuh 5 T. Siring 6 Blahbatuh 2 Gianyar 5 Blahbatuh 4 Sukawati 5 Sukawati 5 Ubud 4 Ubud 4 Sukawati 4 Gianvar 4 Sukawati 4 Jembrana Negara 2 Negara 2 rlendovo I Negara 2 Negara 1 Pekutatan 1 Nlelaya 2 \{elava I Pekutatan 1 hiendovo 1 hiendovo 1 Klungkung Klungkung 5* Dewan 2* Klungkung 5 Dewan 6 Klungkung 4 Banjarangkan 6 Ranjarangkan 6* Klungkung 4* Banjarangkan 6 Klungkung 4 Banjarangkan 2 Klungkung 4 Dewan 6 Banjarangkan 6 Karang- Karangasetm 6 hlanggis 2 Alanggis 6 Atanggis 6 Sidenten 2 Alanggis 6 Asent Sidemen 6 K. Asem 2 Sidemen 2 Bebandem 6 Nlanggis 4 K. Asem 6 Tlanggis 6 Sidemen 2 Selat 2 K. Asem 2 Tabanan Karambitan 2 Kerambitan 2 Kerambitan 2 Tabanan I Kerambitan 2 Kerambitan 2 Dlarga 6 Kediri 5 Kediri 4 Tabanan 2 Kerambitan 2 Tabanan 1 Tabanan 4 Kediri 6 Alarga 6 Tabanan 4 Kedm 2 Kedm 1 Kediri I Kedm 4 Penebe16 Tabanan 4 Nlarga 2 Pupuan I Baturiti 6* Salaemadeg 2 Kctcrangan : 1. Wilavah Penvebaran dan pengembangan. 2. Wilayah Pengembangan. * IDD tidak aman (< 2). klmsus ruminansia 3. Wilayah Pemantapan, 4. Wilayah Konsumen, 5. Wilayah Pengembangan dan Konsumen. 6. Wilayah Pemantapan clan Kosumen 6
16 Lampiran 3. Wilavah non pertumbuhan temak tingkat Keearnatan (LQ 51) di Bali Kabupaten Sapi Potong Kerbau Kambing Babi Buras Itik Avam Ras. Badung Kuta 2 * Petang 2 Petang 3 Petang 1 Kuta 2 rleng\vi 5 Kuta 2 Kuta 2 Petang 2 Petang 2* Bangli Kintamani 3 Kintamani 1 Kintamani 1 Kintamani 2 Kintamani 1 Kintamani 2 Tembuku 2 Bangli 2 Buleleng Busungbiu 1 Gerokgak I Gerokgak I Gerokgak 1 Gerokgak I Gerokgak 1 Gerokgak 2 Sukasada 2* Busungbiu 1 Sukasada 2 Sukasada 2 Seririt 2 Sukasada 2* Tejaluka 2* Sukasada 2 Tejaluka 2 Tejaluka 2 Tejaluka 2 Banjar 2* K.Tambahan 2 Busungbiu 1 Banjar 2 Sawan 2* Banjar 2 Sawan 2 n K.Tambahan 2 Gianyar 4 Suka wati T. Siring 2 T Siring 2 Blahbatuh 4 T. Siring 2 Blahbatuh 4 Ubud 4 Tegallalang 2 Tegallalang 2 Gianvar 4 Tegallalang 2 T. Siring 2 z Tegallalang 6 Pavangan 2 Pavangan 6 Tegallalang 6 Pavangan 2 Tegallalang 2. Jembrana Payangan 6 Pavangan 6 Payangan 2 co Rlendoyo 1 Dfendovo 1 rfelava I Dlelava 1 Negara 6 Tfelava 1 hielava 1 Pekutatan I Pekutatan 1 Negara 2 Dlendovo 1 Pekutatan 3 Pekutatan I Negara 2 Klungkung Nusapenida 3* Nusapenida 1* Pekutatan 1 Nusapenida 2 Nusapenida 2 Nusapenida 1 Nusapenida 1 a Karangasem Banjarangkan 2* Dawan 2 Dawan 2 ~_ Rendang 3* Rendang 1 * Rendang 3 Rendang I Rendang 1.Abang 6 Abang 2 Abang 6 Abang 2 Sidemen 2 Bebandem 6 Bebandem 2 Karangasem 2 Kubu 1 Abang 2 Selat 6 Selat 2 Selat 2 Karangasem 6 Kubu 3 Kubu 1 Kubu 1 Selat 2 b,o Kubu 1 Tabanan Penebel 6 Salaemadeg Salaemadeg 1 Salaemadeg I Salaemadeg 2 Salaemadeg 1 Salaemadeg 1 Pupuan l 1 Dfarga 2 Darga 2 Marga 2 Dfarga 2 Karabitan 6 nlarga 2 Baturiti 2* Baturiti 2 Baturiti 2 Baturiti 2 Tabanan 6 Baturiti 2* Penebel 2 Penebel 2 Penebe 2 Penebel 2 Baturiti 2 Penebe12 Pupuan l Pupuan l Pupuan 2 Pupuan 1 Pupuan 1 Pupuan I Keterangan : 1. \k'ilayah Penyebaran dan pengembangan, 2. WilaNUh Pengembangan, 3. Wilayah Pemantapan, 4. W'ilavah Konsumen, 5. Wilavah Pengembangan dan Konsumen, 6. Wilayah Pemantapan dan Kosumen
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLampiran I.51 : PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 09/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI
Lebih terperinciBuku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1
Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 KATA PENGANTAR Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI Bulan November 2015 memuat informasi hasil analisis: Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Agustus
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. b. c. bahwa dengan Peraturan
Lebih terperinciBuku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1
Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 KATA PENGANTAR Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI Bulan Oktober 2015 memuat informasi hasil analisis: Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Juli
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KERAWANAN BAHAYA SAMBARAN PETIR DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DI PROVINSI BALI
Analisis Tingkat Kerawanan Bahaya sambaran Petir Dengan Metode Simple Additive Weighting di Propinsi Bali (Tomy Gunawan, dkk.) ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BAHAYA SAMBARAN PETIR DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE
Lebih terperinciJUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) KODE KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH
JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) PROVINSI BALI KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 5101 JEMBRANA 4 6 10 5102 TABANAN 4 16 20 5103 BADUNG 3 10 13 5104 GIANYAR 4 9 13 5105 KLUNGKUNG
Lebih terperinciDATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN BALI
DATA DASAR PROVINSI KEPULAUAN BALI KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI BALI KAB/KOTA RAWAT INAP
Lebih terperinciBuku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1
Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 PENGERTIAN Standardized Precipitation Index (SPI) adalah indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan curah hujan terhadap normalnya, dalam suatu
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN
PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN Alamat : Jalan Raya Puputan Niti Mandala Phone : (0361) 226119, 235105, Fax (0361) 226319 Denpasar Bali 80235 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK
Lebih terperinciWILAYAH POTENSIAL UNTUK PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
EPP.Vol.5.No.1.2008:36-43 36 WILAYAH POTENSIAL UNTUK PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Land Potential for Livestock Development and Distribution at
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)
No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)
No. 20/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi
Lebih terperinciPERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015
PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 215 Ir. Ni Putu Suastini, MSi (Penyuluh Pertanian Madya) Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng 215 PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS
Lebih terperinciPERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015
PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 215 Ir. Ni Putu Suastini, MSi (Penyuluh Pertanian Madya) Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng 215 PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG
Lebih terperinciKEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI
1 KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Klas II Negara - Bali secara berkala menerbitkan Buletin Analisis dan Prakiraan Hujan Propinsi Bali, yang didasarkan pada data yang diperoleh dari stasiun UPT BMKG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah
Lebih terperinciKEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI
i KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Klas II Negara - Bali secara berkala menerbitkan Buletin Analisis dan Prakiraan Hujan Propinsi Bali, yang didasarkan pada data yang diperoleh dari stasiun UPT BMKG
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)
No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ARAM II) DIPERKIRAKAN TURUN 0,81 PERSEN DIBANDINGKAN PRODUKSI TAHUN 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode penelitian, yang diperlukan dalam penulisan landasan konseptual Laporan Seminar Tugas Akhir
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KERAWANAN BAHAYA SAMBARAN PETIR DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DI PROVINSI BALI
ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BAHAYA SAMBARAN PETIR DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DI PROVINSI BALI ANALYSIS OF THE LEVEL OF AREA VULNERABILITY TO LIGHTNING STRIKE USING SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING
Lebih terperinciBalai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999 PRIORITAS WILAYAH PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN TERNAK DI PROPINSI JAWA TENGAH SumANTo, E. JuARINi, BROTO Wmowo,dan ASHARI Balai Penelitian Ternak, P.O. Box
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi
70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa
Lebih terperinciGEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA
GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA PULAU BALI 1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" -
Lebih terperinciDAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI. Oleh. Komang Arthawa Lila, MS
DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI Oleh Ir. Komang Arthawa Lila, MS JURUSAN ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 RINGKASAN Secara geografis daerah Bali memang bukan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI
EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2014 Pusat Litbang Sumber Daya Air i KATA PENGANTAR Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan
Lebih terperinciKONDISI UMUM BANJARMASIN
KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Bali Dalam Angka Denpasar
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2015. Bali Dalam Angka 2015. Denpasar Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar 2015, Sejarah/Kronologi Kawasan Hutan Provinsi Bali s/d Tahun 2015. Denpasar
Lebih terperinciDAFTAR LOKASI DESA KKN PPM PERIODE XV TAHUN 2017 (MAHASISWA PROGRAM REGULER)
DAFTAR LOKASI DESA KKN PPM PERIODE XV TAHUN 2017 (MAHASISWA PROGRAM REGULER) NO DESA KECAMATAN KABUPATEN 1 PUNGGUL ABIANSEMAL BADUNG 2 TAMAN ABIANSEMAL BADUNG 3 BONGKASA ABIANSEMAL BADUNG 4 BONGKASA PERTIWI
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat asung kerta wara nugraha- Nya kami dapat menyusun BUKU SARANA KESEHATAN PROVINSI BALI
KATA PENGANTAR Puji syukur Angayu bagia kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat asung kerta wara nugraha- Nya kami dapat menyusun BUKU SARANA KESEHATAN PROVINSI
Lebih terperinci28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec
BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)
Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Tenak Kerbau 2008 KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB) PROCULA R. MATITAPUTTY
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan Gambar 2, pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2011. Secara geografis
Lebih terperinciGeographycal Situation. KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation
Geographycal Situation KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation Geographycal Situation 1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Klungkung merupakan Kabupaten yang luasnya terkecil kedua setelah Kodya Denpasar
Lebih terperinciBAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR
BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang
70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciI. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah
KABUPATEN JOMBANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas Batas Wilayah Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa 4 kelurahan serta 1.258 dusun. Luas wilayah
Lebih terperinciDAYA DUKUNG HIJAUAN PAKAN DALAM KONSERVASI SAPI PUTIH TARO I W. Suarna dan I M. Sara Wijana. SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN Bogor, 9 Desember 2016
DAYA DUKUNG HIJAUAN PAKAN DALAM KONSERVASI SAPI PUTIH TARO I W. Suarna dan I M. Sara Wijana SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN Bogor, 9 Desember 2016 PENDAHULUAN Memastikan kelestarian lingkungan hidup merupakan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 16 TAHUN 2009 RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BALI TAHUN 2009-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BALI TAHUN 2009-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa ruang merupakan
Lebih terperinciTabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95
Lebih terperinciSeuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.
Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
Lebih terperinciBab 4 P E T E R N A K A N
Bab 4 P E T E R N A K A N Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif Luas wilayah Kabupaten Sampang 1 233.30 km 2. Kabupaten Sampang terdiri 14 kecamatan, 6 kelurahan dan 180 Desa. Batas administrasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung Kabupaten Badung merupakan satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang mempunyai wilayah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan
78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah
Lebih terperinciKONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok
IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 19/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2016, NTP BALI NAIK 0,44 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Februari 2016 tercatat mengalami kenaikan sebesar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti tidak akan ada kehidupan di bumi ini jika tidak ada air. Air merupakan komponen lingkungan hidup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman terpenting dalam peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan beras. Produksi padi dunia
Lebih terperinciTabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )
8 Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) (Sumber: Bapeda Kota Semarang 2010) 4.1.2 Iklim Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Semarang tahun 2010-2015, Kota
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN WILAYAH
P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Lebih terperinciRISET KESEHATAN DASAR 2010 ( RISKESDAS 2010 ) DAFTAR SAMPEL BLOK SENSUS
DAFTAR SENSUS 01 JEMBRANA KLASIFIKASI MOR MOR 010 MELAYA 004 TUWED 2 005B 100018 2 DUSUN MUNDUK BAYUR ASHADI 020 NEGARA 013 LELATENG 1 029B 105081 3 LINGKUNGAN KETAPANG I GST NGR PUTRA 021 JEMBRANA 001
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang berpeluang sangat besar untuk dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Kebutuhan
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinciPROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING (Prospect of Beef Cattle Development to Support Competitiveness Agrivusiness in Bengkulu) GUNAWAN 1 dan
Lebih terperinciTAHAP SEMULA ROMBEL PERUBAHAN ROMBEL SEMULA NO NAMA NO PESERTA BIDANG STUDI SERTIFIKASI NAMA INSTANSI. Mengetahui :
PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON (UNIERSITAS PENDIDIKAN GANESHA) DAFTAR PERUBAHAN DAN PESERTA PLPG KUOTA TAHUN 0 KABUPATEN/ KOTA : BADUNG PESERTA INSTANSI PERUBAHAN WASIS SETYO 0000 SMA N KUTA I I GUSTI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup
Lebih terperinciPOTENSI LAHAN PENGEMBANGAN SAPI POTONG MENUNJANG KETERSEDIAAN DAGING DI KABUPATEN 50 KOTO SUMATERA BARAT
POTENSI LAHAN PENGEMBANGAN SAPI POTONG MENUNJANG KETERSEDIAAN DAGING DI KABUPATEN 50 KOTO SUMATERA BARAT (The Potency of Land Capacity for Beef Cattle Development in the 50 Koto District of West Sumatera)
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)
No. 22/03/51/Th. IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 2,74 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 16 TAHUN 2009
PEMERINTAH PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BALI TAHUN 2009-2029 DAFTAR ISI BAB I Ketentuan Umum... 10 BAB II BAB III Kedudukan,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara
GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini tidak lagi bagaimana meningkatkan produksi, tetapi bagaimana sebuah komoditi mampu diolah sehingga diperoleh nilai tambah (value added)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,
Lebih terperinciTINGKAT PARTISIPASI TENAGA KERJA WANITA DALAM USAHA PEMELIHARAAN TERNAK DI NUSA TENGGARA TIMUR (KASUS AMARASI)
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998 TINGKAT PARTISIPASI TENAGA KERJA WANITA DALAM USAHA PEMELIHARAAN TERNAK DI NUSA TENGGARA TIMUR (KASUS AMARASI) SOPHIARATNAWATYI, NELSONH. KARIOl, dan T.S.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) sapi perah Kabupaten Bogor seluas 94,41 hektar, berada dalam dua wilayah yang berdekatan
Lebih terperinciPRODUKSI PANGAN INDONESIA
65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK i UCAPAN TERIMA KASIH ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon
KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis 1. Batas Administrasi Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari koridor tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang Pantai Selatan
Lebih terperinci3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa
3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah
Lebih terperinci4.1. Letak dan Luas Wilayah
4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 5.1.1 Letak, kondisi geografis, dan topografi Kabupaten Bangli terletak di tengah-tengah pulau Bali, dan menjadi satusatunya kabupaten yang tidak
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015)
No. 47/07/51/Th. IX, 1 Juli 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ARAM I) DIPERKIRAKAN NAIK 0,39 PERSEN A. PADI Produksi padi di Bali pada tahun
Lebih terperinci3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik
Lebih terperinci