BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya tugas organisasi publik/pemerintah adalah melayani kebutuhan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, wajar jika hampir semua sektor pelayanan publik dikelola dan disediakan oleh pemerintah sehingga tampak pemerintah sangat berpengaruh terhadap akses-akses pelayanan tersebut. Jasa layanan yang dikelola oleh pemerintah sangat beragam mulai dari layanan berkesenian, kesehatan, listrik, pendidikan, perumahan, transportasi umum, penyediaan air minum, listrik, dan bidang-bidang lain yang tidak dimungkinkan untuk diselenggarakan oleh swasta karena dikawatirkan tujuan dari pelayanan tersebut tidak tercapai. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sampai saat ini masih banyak terdapat kelemahan-kelemahan yang harus segera dibenahi jika pemerintah tidak menginginkan kepercayaan masyarakat yang selama ini sudah mulai berkurang akan semakin berkurang karena lemahnya sektor pelayanan yang kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Taman Budaya merupakan institusi pemerintah yang dibuat untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam berekspresi seni. Seandainya seni hanya dikenal sebagai kegiatan menulis puisi atau cerpen, mungkin kebutuhan akan fasilitas seni tidak perlu sampai membutuhkan lokasi, gedung pertunjukan, 1

2 2 lampu-lampu panggung, dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya, seni tidak hanya berupa kegiatan seni pertunjukan, seperti seni teater, tari, wayang, dan musik serta pameran senirupa. Oleh karena itu pemerintah lalu membuat sebuah institusi guna memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan akan kegiatan seni tersebut sejauh kemampuannya. Institusi itulah yang kemudian bertugas memelihara dan mengambil kebijakan yang tepat berkenaan dengan fasilitas seni yang dikelolanya. Tidak semua provinsi memiliki Taman Budaya, sebab pada awalnya, keberadaan Taman Budaya memang terkait dengan political will pemerintah serta sejarah kepemerintahan. Biasanya keberadaan Taman Budaya berada di ibukota Provinsi. Namun, untuk keberadaan Taman Budaya Jawa Tengah yang berada di kota Surakarta adalah sebuah kekhususan. Kekhususan ini banyak terkait dengan latar belakang sosio-kultural Kota Surakarta maupun dengan institusi-institusi seni lain yang sudah ada di kota tersebut. Ketika arah pembangunan masyarakat kita tergoda pada peningkatan ekonomi, posisi kesenian menjadi sering terlupakan. Dalam kondisi yang demikian maka Taman budaya yang turut menyangga kehidupan berkesenian perlu membangun fondasi yang kokoh. Sebagai sebuah taman, Taman Budaya membuka diri seluas-luasnya. Meskipun secara geografis berada dalam wilayah Jawa Tengah, tetapi berbagai kegiatan kesenian yang dilaksanakan tidak hanya terbatas pada ruang lingkup kelompok kesenian yang berada di Jawa Tengah. Taman Budaya Jawa Tengah membuka diri bagi tampilnya berbagai kesenian dari seluruh wilayah Indonesia, bahkan kesenian dari manca negara.

3 3 Keterbukaan yang demikian dianggap perlu, sehingga masyarakat Jawa Tengah dapat melihat berbagai bentuk dan ragam kesenian yang tengah berkembang. Tetapi keterbukaan sekaligus menjadi tantangan tersendiri, setidaknya berkaitan dengan sumber daya, dana maupun fasilitas lain seperti sarana pementasan harus pula dapat mengimbangi kebutuhan. Taman Budaya pada dasarnya adalah pusat kesenian, artinya sebuah lokasi yang berisi fasilitas-fasilitas untuk berekspresi seni. Masyarakat yang membutuhkan fasilitas seperti itu biasanya adalah masyarakat yang sudah mempunyai mata pencaharian di bidang jasa, atau sudah lebih sebagai masyarakat perkotaan, tidak lagi sebagai masyarakat agraris-petani. Jadi sebenarnya pusat seni itu adalah sebuah institusi dari masyarakat perkotaan. Oleh karena itu, pendirian sebuah pusat seni sebaiknya juga dikaitkan dengan tingkat keurbanan masyarakat dari daerah di mana pusat seni tersebut hendak didirikan. Dalam pengertian itu, fasilitas yang dimiliki oleh Taman Budaya adalah lahan, bangunan-bangunan, peralatan yang mendukung (seperti: lampu, gamelan panil, kendaraan bermotor, dan lain-lain), sumber daya manusia/pegawai. Semua fasilitas dari Taman Budaya ini bisa diakses oleh setiap seniman dan atau kelompok kesenian, juga terbuka pemanfaatannya oleh umum, baik lingkungan pelajar, mahasiswa maupun masyarakat tanpa ada syarat tertentu, yang penting adalah surat permohonan/contact person dan kesediaan untuk diatur jadwalnya. Hal ini penting dilakukan karena Taman Budaya bukan hanya

4 4 dapat dimanfaatkan oleh segelintir orang saja melainkan dapat dimanfaatkan bagi siapapun sepanjang dipergunakan untuk peristiwa kesenian. Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan berkesenian seperti Taman Budaya Jawa Tengah terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan pengguna jasa, staf dengan pengunjung maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu. Konflik dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk oposisi atau interaksi yang bersifat antagonis, yang dikarenakan kelangkaan kekuasaan, sumber daya atau posisi sosial, dan sistem nilai yang berbeda. Dengan kata lain, konflik dapat pula dirumuskan sebagai ketidaksetujuan antara dua atau lebih

5 5 anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersamasama dan atau karena mereka memiliki status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggota anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut berusaha menjelaskan duduk persoalan dari sudut pandang mereka masing-masing. Taman Budaya Jawa Tengah merupakan unsur pelaksana operasional Dinas yang di pimpin oleh seorang Kepala Taman Budaya, yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat pada umumnya terutama di bidang seni dan para pekerja seni pada khususnya. Di Taman Budaya Jawa Tengah, seringkali terjadi ketidaksesuaian dalam peminjaman penggunaan gedung di wilayah Taman Budaya sebagai tempat mengadakan latihan. Antara kelompok seni yang satu dengan yang lain kadang-kadang bertumbukan jadwal dalam pemakaian gedung sebagai tempat latihan. Entah itu dari kelompok seni teater, tari, maupun musik. Sebenarnya sudah ada surat formal persetujuan penggunaan tempat yang telah disediakan oleh petugas yang menangani peminjaman tempat sebagai prosedur dalam meminjam tempat di wilayah Taman Budaya. Sehingga jika suatu kelompok telah memesan salah satu tempat di wilayah Taman Budaya pada tanggal tertentu dan pada jam tertentu pula, maka kelompok tersebut berhak menggunakan fasilitas gedung tersebut sesuai surat persetujuan penggunaan tempat. Tapi, terkadang ternyata antara kelompok seni yang satu dengan kelompok seni yang lain bertumbukan jadwal dalam

6 6 penggunaan gedung, sedangkan jika konfirmasi dengan petugas yang bertanggungjawab menangani peminjaman gedung di Taman Budaya Jawa Tengah, mereka mempersilakan kelompok-kelompok yang berselisih tersebut supaya menyelesaikan sendiri perselisihan tentang penggunaan tempat supaya mendapat keputusan bersama yang dianggap adil oleh kedua belah pihak. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengadakan penelitian di Taman Budaya Jawa Tengah untuk mengetahui bagaimana memanajemen konflik-konflik antar kelompok kesenian yang ada dan yang terjadi di Taman Budaya Jawa Tengah dalam hal penggunaan fasilitas gedung di Taman Budaya Jawa Tengah sebagai tempat latihan. B. Rumusan Masalah Dengan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi konflik-konflik antar kelompok kesenian dalam hal penggunaan fasilitas gedung di Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta sebagai tempat latihan? 2. Bagaimana memanajemen konflik-konflik antar kelompok kesenian yang terjadi di Taman Budaya Jawa Tengah dalam hal penggunaan fasilitas gedung di Taman Budaya Jawa Tengah sebagai tempat latihan?

7 7 C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah: 1. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi konflikkonflik antar kelompok kesenian dalam hal penggunaan fasilitas gedung di Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta sebagai tempat latihan 2. Untuk mengetahui bagaimana memanajemen konflik-konflik antar kelompok kesenian yang terjadi di Taman Budaya Jawa Tengah dalam hal penggunaan fasilitas gedung di Taman Budaya Jawa Tengah D. Manfaat Penelitian Manfaat yang di harapkan bisa diambil dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana memanajemen konflikkonflik antar kelompok kesenian yang terjadi di Taman Budaya Jawa Tengah dalam hal penggunaan fasilitas gedung di Taman Budaya Jawa Tengah sebagai tempat latihan. 2. Dapat memberi masukan bagi para kelompok kesenian dan bagi pihak Taman Budaya Jawa Tengah dalam hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. 3. Manfaat pribadi bagi peneliti adalah sebagai sarana untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang ilmu sosial dan ilmu politik di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8 8 E. Landasan Teori dan Kerangka Pikir 1. Landasan Teori Teori adalah himpunan konstruk (konsep) definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematika tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variabel untuk menjelaskan gejala tersebut. a) Budaya Organisasi Budaya organisasi adalah nilai dan kebiasaan kerja seluruh anggotanya yang dibakukan serta diterima sebagai standar perilaku kerja dalam rangka pencapaian sasaran dan hasil yang telah direncanakan terlebih dahulu. Dalam beberapa literatur pemakaian istilah corporate culture biasa diganti dengan istilah organization culture. Kedua istilah ini memiliki pengertian yang sama. Karena itu dalam penelitian ini kedua istilah tersebut digunakan secara bersamasama, dan keduanya memiliki satu pengertian yang sama. Ada beberapa definisi budaya organisasi yang dikemukakan oleh para ahli. Susanto dalam Moh. Pabundu Tika (2006; 14) memberikan definisi budaya organisasi sebagai nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak atau berperilaku. SP. Robbins (2006; 271) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Lebih lanjut, Robbins menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya

9 9 yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi. Ada beberapa karakteristik budaya organisasi, menurut SP. Robbins (2006; 10) karakteristik budaya organisasi antara lain: Inovasi dan keberanian mengambil risiko, perhatian terhadap detil, berorientasi kepada hasil, berorientasi kepada manusia, berorientasi tim, agresifitas, dan stabilitas. (1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko, yaitu sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargai tindakan pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan ide karyawan. (2) Perhatian terhadap detil, yaitu sejauh mana organisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian. (3) Berorientasi kepada hasil, yaitu sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut. (4) Berorientasi kepada manusia, yaitu sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi. (5) Berorientasi tim, yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar timtim tidak hanya pada individu-individu untuk mendukung kerjasama. (6) Agresifitas, yaitu sejauh mana orang-orang dalam organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi sebaik-baiknya. (7) Stabilitas, yaitu sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.

10 10 Dalam Introduction to the Journal of Organizational Behavior s special issue on professional service firms: where organization theory and organizational behavior might meet yang ditulis oleh Roy Sudabby, Royston Greenwood dan Celeste Wilderom disebutkan bahwa:...organizational structures and cultures are becoming increasingly complex, exacerbating challenges of co-ordination. Boundaries between professional specializations are becoming blurred, complicating decision processes. Competition between firms is increasingly vigorous (Hitt, Bierman, Uhlenbruck, & Shimizu, 2006)...Struktur organisasi dan budaya organisasi menjadi sangat kompleks, tantangan yang sulit untuk berkoordinasi. Batasan antara tenaga ahli profesional akan menghasilkan ketidakjelasan dan menyulitkan proses pengambilan keputusan. Kompetisi diantara firma menjadi sangat kuat. ( Hitt, Bierman, Uhlenbruck, & Shimizu, 2006) Secara umum lebih lanjut Robbins menyebutkan, setidaknya ada tiga fungsi budaya organisasi bagi kepentingan organisasi. Pertama menciptakan suatu identitas bersama bagi para pegawai yang pada gilirannya akan akan membangun komitmen bersama kepada organisasi tersebut. Kedua, di satu pihak membantu memelihara stabilitas dan integritas di organisasi. Ketiga, menjadi pembentuk perilaku perusahaan yang membantu para karyawan untuk membedakan hal-hal yang nyata dari yang ilusi dan sebagainya. Oleh karena itu budaya organisasi sering juga di sebut blue print of conduct yang bersifat mengkoordinasikan sebagai kegiatan karyawan agar lebih menjadi efektif dan efisien sebagai suatu keseluruhan organisasi. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa budaya organisasi merupakan sistem nilai yang diyakini dan dapat dipelajari, dapat diterapkan dan dikembangkan secara terus menerus. Budaya organisasi

11 11 juga berfungsi sebagai perekat, pemersatu, identitas, citra, brand, pemacupemicu (motivator), pengembangan yang berbeda dengan organisasi lain yang dapat dipelajari dan diwariskan kepada generasi berikutnya, dan dapat dijadikan acuan perilaku manusia dalam organisasi yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil/target yang ditetapkan. b) Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior). Menurut Drs. Ahmad Mulyana, M.Si 1, komunikasi organisasi mengarah pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal. Pembahasan teori ini menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasiannya serta budaya organisasi. c) Sumber Daya Sumber daya merupakan sarana yang dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sumber daya dibagi menjadi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya alam 1

12 12 adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menunjang aktifitas organisasi yang berasal dari alam, sedangkan sumber daya manusia merupakan sumber daya yang menunjang aktifitas organisasi berasal dari tenaga manusia. Menurut A.F. Stoner 2 manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya. d) Manajemen Konflik b.1. Pengertian Manajemen Konflik Suatu organisasi untuk tumbuh, berubah dan bertahan perlu mengelola dua hal termasuk kerjasama dan kompetisi diantara stakeholders (orang-orang yang mampu mempengaruhi organisasi dan orang-orang yang terkena kebijakan dari organisasi itu sendiri). Sementara itu masing-masing stakeholders mempunyai tujuan dan kepentingan sendiri yang mungkin overlapping atau tumpang tindih sampai dengan tingkat tertentu dengan kelompok-kelompok lain karena semua stakeholders mempunyai kepentingan sama untuk melanggengkan organisasinya masing-masing, sehingga selama mereka masih mempunyai keinginan langgeng dalam organisasinya maka overlapping atau ketidaksinkronan kepentingan diantara mereka selalu saja terjadi Namun tujuan dan kepentingan dari stakeholders tidak selamanya identik, dan konflik itu muncul ketika seorang atau sebuah kelompok berusaha untuk 2 ilmu_ekonomi_manajemen_manajer_msdm

13 13 mencapai dan memenuhi kepentingan dirinya yang mengakibatkan orang lain dirugikan. Sehingga konflik merupakan perbenturan kepentingan yang terjadi ketika perilaku untuk mengarah pencapaian tujuan itu dari seseorang atau kelompok orang terhambat oleh kepentingan atau tujuan orang lain. Karena tujuan, keinginan dan kepentingan dari masing-masing stakeholders itu berbedabeda maka konflik tidaklah mungkin terhindarkan. Meskipun konflik itu seringkali dianggap sesuatu yang negatif, tetapi penelitian dari beberapa peneliti justru melihat konflik itu baik untuk sebuah organisasi maupun kehidupan kelompok yang dapat memperbaiki kinerja atau efektivitas suatu organisasi atau kelompok. Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interest) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukan adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga. Menurut Robbins (2006; 545) konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Oleh karena konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan sangat erat

14 14 hubungannya dengan konflik karena dalam persaingan beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik, terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya.berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi. Menurut Jean Poitras and Aure lia Le Tareau dalam International Journal of Conflict Management 2008 menyebutkan:.conflicts are therefore a fundamental component of organizational life and, as such, they require careful attention from managers so that disputes are handled in the most beneficial way possible for the organization (Kolb and Putnam, 1992; Van de Vliert, 1997)....Oleh sebab itu, konflik merupakan salah satu komponen dasar dalam kehidupan organisasi yang juga membutuhkan perhatian yang baik dari manajer supaya perselisihan dapat teratasi dalam keadaan yang mungkin menguntungkan organisasi. (Kolb and Putnam, 1992; Van de Vliert, 1997) Lain halnya definisi konflik menurut T. Hani Handoko (2003; 346), pada hakekatnya konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompokkelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus

15 15 membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai, atau persepsi. Dari berbagai macam definisi di atas, maka dapat disimpulkan, konflik dapat diartikan sebagai ketidaksepakatan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama atau menjalankan kegiatan bersama-sama dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggota-anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut biasanya mencoba menjelaskan duduk persoalannya dari pandangan mereka. b.2. Model Konflik Konflik memiliki awal, dan melalui banyak tahap sebelum berakhir. Menurut Model Konflik dari Pondy dalam J. Winardi (2006; 225), ada banyak pendekatan yang baik untuk menggambarkan proses suatu konflik antara lain: konflik laten, konflik yang dipersepsikan, konflik yang dirasakan, konflik termanifestasi, dan konflik telah usai. (1). Konflik Laten ( Laten Conflict ) Pada fase ini, tidak ada tanda-tanda konflik yang terlihat dipermukaan, tetapi ada potensi di sana untuk terjadinya konflik karena beberapa hal yang berkaitan dengan sumber konflik. Sumber konflik meliputi interdependensi atau saling ketergantungan, perbedaan tujuan dan prioritas, adanya faktor birokrasi yang tidak memungkinkan

16 16 seseorang berkembang, tidak selarasnya kriteria kinerja yang digunakan untuk menilai anggota, kompetisi terhadap sumber-sumber daya karena sumber-sumber daya itu sangat langka. (2). Konflik yang di Persepsikan ( Perceived Conflict ) Pada fase ini para anggota atau orang-orang mulai sadar tentang adanya konflik dan mulai menganalisisnya. Konflik mulai meningkat ketika kelompok-kelompok yang ada mulai memperlihatkan sikap saling bermusuhan. (3). Konflik yang Dirasakan ( Felt Conflict ) Pada fase felt conflict ini, orang-orang merespon konflik secara emosional satu sama lain dan sikap mereka itu sudah terpola dan sudah mulai adanya pengelompokan. Hal ini dimulai dengan persoalan atau isuisu kecil yang makin lama makin membesar. (4). Konflik Termanifestasi ( Manifest Conflict ) Dimana pada fase ini mereka sudah fight each other/benar-benar menunjukkan ketidaksukaannya dan saling menyalahkan, sehingga organisasi tidak efektif karena diantara orang-orang itu saling menderita karena saling konflik itu sehingga tidak ada rasa kebersamaan atau kerjasama. (5). Konflik telah Usai ( Aftermath Conflict ) Merupakan kondisi setelah terjadinya konflik. Ketika sebuah konflik sudah dipecahkan atau diatasi dalam kondisi tertentu tetapi masih meninggalkan perasaan-perasaan ketidaksukaan, dendam atau bahkan

17 17 perasaan kooperatif. Ketika perasaan kooperatif yang terjadi, seperti ketika kebijaksanaan baru yang dihasilkan dapat menjernihkan persoalan di antara kedua belah pihak dan dapat meminimalisir konflik-konflik yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Tetapi jika yang tertinggal adalah perasaan ketidaksukaan/dendam, hal ini dapat menjadi kondisi yang potensial untuk konflik laten/episode konflik berikutnya. b.3. Jenis- jenis Konflik Ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi (T. Hani Handoko, 2003; 349) (1). Konflik Intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila seorang individu mmenghadapi ketidak pastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya. (2). Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.

18 18 (3). Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok, hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanantekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada. (4). Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama yang merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok. (5). Konflik antar organisasi yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien. b.4. Proses Konflik Proses konflik terdiri dari lima tahap: ketidakcocokan potensial, kognisi dan personalisasi, keinginan-keinginan penanganan konflik, perilaku, dan hasil ( Robbins, 2001:385 ). 1. Ketidakcocokan Potensial Ketidakcocokan potensial merupakan kondisi yang mengawali terjadinya konflik, ada komunikasi, struktur, variabel perubahan pribadi. Secara ringkas

19 19 menurut Robbins (2001: 385) penyebab-penyebab tersebut antara lain: komunikasi, struktur, dan variabel perubahan pribadi. Komunikasi meliputi salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisten. Struktur meliputi pertarungan antar departemen dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk merebutkan sumber daya-sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka. Faktor yang ketiga yaitu variabel perubahan pribadi meliputi ketidak sesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi. 2. Kognisi dan Personalisasi Jika kondisi-kondisi dalam tahap I ( ketidakcocokan potensial ) berlanjut secara negatif, maka potensial untuk oposisi atau ketidakcocokan menjadi tahap selanjutnya. Dalam tahap ini ada konflik yang dipersepsikan dan konflik yang dirasakan. Konflik yang dipersepsikan merupakan kesadaran oleh salah satu pihak atau lebih akan kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan timbulnya konflik. Konflik yng dirasakan merupakan pelibatan emosional dalam suatu onflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan, dan permusuhan ( Robbins, 2001: 388 ).

20 20 3. Keinginan- keinginan Penanganan konflik Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Menurut Robbins (2001: 389), ada beberapa cara untuk menangani konflik antara lain: instropeksi diri, mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat, identifikasi sumber konflik, mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih yang tepat. Instropeksi diri merupakan apa saja yang menjadi dasar dan persepsi kita. Hal ini penting untuk dilakukan sehingga kita dapat mengukur kekuatan kita. Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat merupakan hal yang sangat penting bagi kita karena kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan bersikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar jika kita melihat konflik yang terjadi dari semua sudut pandang. Identifikasi sumber konflik, konflik sebaiknya dapat teridentifikasi sumbernya sehingga sasaran penanganannya lebih terarah kepada sebab konflik. Jika hal-hal penyebab konflik sudah di ketahui, kita bisa mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih yang tepat. Untuk menangani konflik-konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi, setidaknya ada lima metode penanganan konflik dari Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003; 178), yaitu: berkompetisi, menghindari konflik, akomodasi, kompromi, dan kolaborasi.

21 21 (a). Berkompetisi dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang kalah (win-lose conflict) akan terjadi disini, di sebut juga tawar-menawar distributif dalam negosiasi. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan. (b). Menghindari konflik dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi. Situasi menang kalah terjadi lagi disini. Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, membekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut. (c). Akomodasi, yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Disebut juga sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut.

22 22 Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini. (d). Kompromi dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. (e). Berkolaborasi merupakan suatu usaha menciptakan situasi menangmenang (win-win conflict) dengan saling bekerja sama, disebut juga tawarmenawar integratif dalam negosiasi. Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadi hal yang harus kita pertimbangkan. 4. Perilaku Pada tahap ini konflik mulai tampak nyata. Tahap perilaku mencakup pernyataan, tindakan, dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku ini biasanya secara terang-terangan berupaya untuk melaksanakan maksud-maksud tiap pihak. Tetapi perilaku ini mempunyai suatu kualitas rangsangan yang terpisah dari maksud-maksud. Sebagai hasil salah perhitungan atau tindakan tidak terampil, kadangkala perilaku terang-terangan menyimpang dari maksud-maksud yang orisinal. 5. Hasil Hasil dari tahap ini bisa fungsional bisa juga disfungsional. konflik disfungsional bagi pihak yang kurang diuntungkan karena menghalangi kinerja

23 23 kelompoknya dan merupakan konflik fungsional bagi pihak yang diuntungkan karena mendukung tujuan dan kinerja kelompok ( Schermerhorn, 1999:339 ). (a). Hasil Fungsional Konflik Konflik dapat bersifat konstruktif bila konflik itu memperbaiki kualitas keputusan, merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong perhatian dan keinginan anggota kelompok, menyediakan media untuk menyampaikan masalah dan meredakan ketegangan, serta menumpuk suatu lingkungan evaluasi diri dan perubahan. Dengan demikian, heterogenitas anggota kelompok dan organisasi dapat meningkatkan kreativitas, memperbaiki kualitas keputusan, dan mempermudah perubahan. (b). Hasil Disfungsional Konflik Konflik disfungsional dapat mengurangi efektivitas kelompok. Konflik ini menghambat komunikasi, mengurangi keterpaduan kelompok dan dikalahkannya tujuan kelompok terhadap keunggulan pertikaian antara anggota- anggota. Jadi konflik ini dapat menghentikan berfungsinya kelompok dan secara potensial mengancam kelangsungan hidup kelompok. b.5. Faktor Penyebab terjadinya Konflik Menurut penelitian yang dilakukan, setidaknya ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan konflik, menurut Moh. Pabundu Tika (2006; 85), ada tujuh penyebab utama terjadinya konflik organisasi, yaitu: perbedaan pendapat, salah paham, salah satu atau kedua belah pihak merasa dirugikan,

24 24 perasaan yang terlalu sensitif, konflik yang disebabkan oleh struktur, perilaku yang tidak menyenangkan, dan konflik yang disebabkan faktor luar organisasi. Perbedaan pendapat dapat menimbulkan suatu konflik karena masingmasing pihak merasa dirinya paling benar. Salah paham merupakan salah satu yang dapat menimbulkan konflik. Salah paham ini bisa terjadi karena pihak satu tidak mengetahui maksud dan tujuan pihak lain, serta kurang komunikasi. Komunikasi mempunyai peranan penting dalam setiap organisasi karena merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan kegiatan pekerja ke tujuan dan sasaran organisasi. Cara memecahkan masalah komunikasi dapat dikelompokkan menurut arah berita yang dimaksud: ke bawah, ke atas, ke samping/horizontal, dan lintassaluran. Komunikasi ke atas, berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih rendah kepada mereka yang berotoritas lebih tinggi. Komunikasi ke bawah, dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Komunikasi ke samping/horizontal, terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Komunikasi lintas-saluran, terjadi bila muncul keinginan untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka. Mereka melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan orang- orang yang di awasi dan yang mengawasi tetapi bukan atasan atau bawahan mereka.

25 25 Faktor penyebab terjadinya konflik yang lain adalah Jika salah satu dianggap merugikan yang lain atau masing- masing merasa dirugikan pihak lain, akan dapat menyebabkan orang merasa tidak senang, bisa juga karena perasaan yang terlalu sensitif yang menurut sebagian orang dianggapnya wajar, tetapi pihak lain merugikan. Konflik yang disebabkan oleh struktur ini berupa ukuran/besarnya organisasi dan spesialisasi, ketidakjelasan yurisdiksi, gaya kepemimpinan tertutup, sistem imbalan yang merugikan, dan derajat ketergantungan antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Perilaku perorangan atau kelompok yang tidak sesuai dengan norma- norma organisasi bisa menyebabkan konflik dalam organisasi. Demikian pula tindakan manajer atau pimpinan puncak yang menekan bawahan bisa menimbulkan ketidaksenangan bahkan timbul frustasi dari bawahan yang ditekan. Sedangkan faktor penyebab terjadinya konflik dari luar organisasi ini terjadi karena pihak luar organisasi melakukan intervensi terhadap suatu organisasi. Intervensi bisa berupa persaingan, kualitas produk, penguasaan pasar, adu domba terhadap personal suatu organisasi, dan sebagainya. Ada beberapa faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi konflik dan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern menurut Juanita dalam Memenejemeni Konflik Dalam Suatu Organisasi (2002) 3, Dalam faktor intern dapat disebutkan beberapa hal, antara lain: kemantapan organisasi, sistem nilai, tujuan, dan sistem lain dalam organisasi. 3

26 26 1. Kemantapan organisasi. Organisasi yang telah mantap lebih mampu menyesuaikan diri sehingga tidak mudah terlibat konflik dan mampu menyelesaikannya. Analoginya adalah seseorang yang matang mempunyai pandangan hidup luas, mengenal dan menghargai perbedaan nilai dan lainlain. 2. Sistem nilai suatu organisasi ialah sekumpulan batasan yang meliputi landasan maksud dan cara berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau benar. 3. Tujuan suatu organisasi dapat menjadi dasar tingkah laku organisasi itu serta para anggotanya. 4. Sistem lain dalam organisasi, seperti sistem komunikasi, sistem kepemimpinan, sistem pengambilan keputusan,sistem imbalan dan lainlain. Dalam hal sistem komunikasi misalnya ternyata persepsi dan penyampaian pesan bukanlah soal yang mudah. Faktor ekstern yang dapat meyebabkan konflik meliputi: keterbatasan sumber daya, kekaburan aturan/norma masyarakat, derajat ketergantungan dengan pihak lain, dan pola interaksi dengan pihak lain. 1. Keterbatasan sumber daya, kelangkaan suatu hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan seterusnya dapat berakhir menjadi konflik. 2. Kekaburan aturan/norma di masyarakat dapat memperbesar peluang perbedaan persepsi dan pola bertindak. 3. Derajat ketergantungan dengan pihak lain, karena semakin tergantung satu pihak dengan pihak lain semakin mudah konflik terjadi.

27 27 4. Pola interaksi dengan pihak lain. Pola yang bebas memudahkan pemamparan dengan nilai-nilai ain sedangkan pola tertutup menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri. 2. Kerangka Pikir Suatu kegiatan penelitian, mulai dari perencanaan hingga penyelesaiannya harus mempunyai satu kerangka pemikiran yang utuh untuk memberi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam perumusan masalah. Dengan kata lain, kerangka pemikiran merupakan suatu uraian yang menjelaskan tentang variabel-variabel dan hubungan antar variabel yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah. Dalam sebuah organisasi seperti di Taman Budaya Jawa Tengah, sudah terbentuk budaya organisasi sebagai budaya yang membedakan dari organisasi/instansi pemerintah lainnya. Pembicaraan tentang budaya organisasi disini menyangkut nilai-nilai yang dianut, simbol-simbol, kebiasaan rutin dalam organisasi, teladan, penyesuaian diri dan cerita-cerita yang di hidupkan. Berawal dari para seniman maupun kelompok-kelompok kesenian yang terkesan sak-sak e 4 dan sak karepe dhewe 5 dalam berkesenian, maka muncullah sebuah wadah berupa Taman Budaya yang merupakan instansi pemerintah yang birokratis. Taman Budaya merupakan mediator dan fasilitator bagi para seniman dan kelompok kesenian dalam mengekspresikan jiwa seninya. Selain mempunyai budaya organisasi yang birokratis seperti instansi pemerintah 4 Sak-sak e: bebas/terserah 5 Sak karepe dhewe: apa yang diinginkan diri sendiri

28 28 lainnya karena di Taman Budaya Jawa Tengah ada jalur/mekanisme seperti instansi pemerintah yang lain, Taman Budaya Jawa Tengah juga menerapkan sistem manajemen personal. Maksudnya disini adalah selain melalui jalur birokrasi yang formal, di Taman Budaya Jawa Tengah juga menerapkan jalur informal, misalnya saja kalau untuk memesan tempat buat latihan pementasan di wilayah Taman Budaya Jawa Tengah bisa hanya lewat telfon atau bahkan sms ( short message service ). Dalam penelitian ini, peneliti melihat adanya fenomena dalam peminjaman gedung di wilayah Taman Budaya Jawa Tengah. Sebenarnya telah ada prosedur peminjaman gedung di wilayah Taman Budaya Jawa Tengah dan ada petugas yang khusus menanganinya. Tetapi ternyata hal itupun belum cukup untuk meniadakan sebuah konflik dari peminjaman sebuah gedung yang sama dan pada waktu yang sama pula dari beberapa kelompok seni sebagai pengguna fasilitas. Faktor komunikasi antar kelompok seni dan juga dengan pihak Taman Budaya Jawa Tengah yang kadang hanya mengandalkan sms (short message service) sering mengakibatkan ketidakjelasan berita yang bisa menyebabkan konflik. Sedangkan jika konfirmasi dengan petugas yang bertanggungjawab menangani peminjaman gedung di Taman Budaya Jawa Tengah, mereka mempersilakan kelompok-kelompok yang berselisih tersebut supaya berkompromi menyelesaikan sendiri perselisihan tentang penggunaan tempat supaya mendapat keputusan bersama yang dianggap adil oleh kedua belah pihak. Kalau ada kegiatan dari Taman Budaya Jawa Tengah sendiri yang dianggap lebih penting, maka pihak Taman Budaya Jawa Tengah berhak

29 29 membatalkan acara di luar kegiatan Taman Budaya Jawa Tengah atau mungkin mengganti dengan hari lainnya dengan kata lain pihak Taman Budaya Jawa Tengah kadang menyelesaikan konflik yang terjadi dengan akomodasi. Dalam hal ini, maka konflik antara kelompok kesenian-kelompok kesenian yang menggunakan fasilitas gedung di wilayah Taman Budaya Jawa Tengah merupakan konflik disfungsional bagi pihak yang kurang diuntungkan karena menghalangi kinerja kelompoknya dan merupakan konflik fungsional bagi pihak yang diuntungkan karena mendukung tujuan dan kinerja kelompok. Bagan 1.1 Kerangka Pikir Faktor Kelangkaan Sumber Daya Faktor Komunikasi Konflik Manajemen Konflik: Kompromi Akomodasi F. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu tipe penelitian yang bersifat memaparkan atau menggambarkan. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian dimana hasil akhirnya bukan berupa angka, melainkan berupa uraian deskripsi yang berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar yang kemudian berlanjut pada analisis untuk membuat gambaran mengenai masalah yang diangkat. Dalam masalah ini peneliti

30 30 berusaha untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang bagaimana memanajemen konflik-konflik antar kelompok kesenian yang terjadi dan yang ada di Taman Budaya Jawa Tengah dalam hal penggunaan fasilitas gedung di Taman Budaya Jawa Tengah. 2. Lokasi Penelitian Penelitian mengambil lokasi di Taman Budaya Jawa Tengah yang terletak di Surakarta karena di Taman Budaya Jawa Tengah merupakan salah satu tempat bagi para pekerja seni maupun kelompok seni di Surakarta pada khususnya dan luar Surakarta pada umumnya untuk menyalurkan ekspresi mereka. 3. Populasi dan Sampel a) Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari subjek yang akan di teliti. Populasi di gunakan untuk mengetahui subjek yang akan dijadikan sampel dalam penelitian. Sebagai populasi dari penelitian ini adalah seluruh pegawai Taman Budaya Jawa Tengah dan kelompok-kelompok pekerja seni sebagai pengguna jasa. b) Sampel adalah bagian dari keseluruhan populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu peneliti memiliki kecenderungan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang

31 31 mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Maksud dari sampling bertujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber. Setiap satuan sebelumnya dijaring dan dianalisis, kemudian satuan berikutnya dipilih untuk memperluas informasi yang telah di peroleh sebelumnya. Dalam penggunaan sampel ini pihak yang dijadikan sampel adalah pegawai kantor Taman Budaya Jawa Tengah yang mengetahui bagaimana prosedur dalam peminjaman gedung dan kelompok pekerja seni Surakarta sebagai pengguna jasa yang pernah mengalami konflik. 4. Sumber Data a) Data primer Sumber data primer, meliputi hasil wawancara dengan informan yaitu pihak yang kompeten dan dapat memberikan informasi mengenai data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, pihak-pihak tersebut dalam hal ini adalah: Pegawai Taman Budaya Jawa Tengah Kelompok kesenian/pekerja seni b) Data sekunder Diperoleh melalui dokumen-dokumen yang mendukung penelitian, baik itu dari dokumen dan arsip-arsip mengenai sejarah dan data teknis di Taman Budaya Jawa Tengah maupun artikel dari internet mengenai pengertian dari manajemen konflik.

32 32 5. Teknik Pengumpulan Data a) Observasi Yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung baik secara formal maupun informal berkaitan dengan pemasalahan yang diangkat. Dasar utama metode observasi adalah menggunakan indera visual, tetapi dapat juga melibatkan indera lain seperti pendengaran. Dengan teknik ini, kita tidak mengabaikan teknik-teknik pengumpulan data yang lain. b) Wawancara mendalam ( indepth interview ) Wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang segala sesuatu kepada informan untuk memperoleh informasi yang diharapkan. Teknik wawancara ini tidak dilakukan dengan menggunakan struktur yang ketat atau semi formal agar keterangan yang diperoleh dari informan memiliki kedalaman dan keluasan, sehingga mampu memperoleh informasi yang sebenarnya. Wawancara ini dilakukan dengan cara menanyakan permasalahan yang akan diteliti kepada salah satu informan, kemudian apabila jawabannya dirasa kurang menjelaskan permasalahan yang dimaksud, maka wawancara biasanya dilakukan lagi kepada informan lain dengan materi wawancara yang sama dan seterusnya, sampai kejelasan masalah yang diteliti dapat dipercaya. Dalam pelaksanaan wawancara dilakukan baik secara formal maupun informal disesuaikan dengan latar belakang informan, waktu, dan tempat penelitian.

33 33 c) Studi kepustakaan Teknik ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku literatur. Juga mengumpulkan data dokumenter yang relevan dengan objek penelitian. Dokumen tersebut antara lain berupa: laporan-laporan, artikel di media massa, dan lain-lain yang mampu mendukung data yang diperlukan arsip organisasi dan catatan lain sebagainya. 6. Validitas Data Validitas data bisa dilakukan melalui metode triangulasi (Liamputtong dan Ezzy dalam Sudarmo, 2008: 85). Validitas data juga bisa dipertahankan dengan menggunakan data interpretasi dari sekelompok orang-orang yang berbagi tentang situasi atau keadaan yang sama (Cassel dan Symon dalam Sudarmo). Untuk itu validitas penelitian ini dilakukan melalui multi sumber data/multiple information sources dengan menggunakan berbagai informan dan berbagai data dokumen juga metode pengumpulan data dan interpretasi data yang dikumpulkan dalam berbagai pandangan. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi. Dengan triangulasi, memungkinkan dikumpulkannya serangkaian bukti, baik itu data yang mendukung maupun tidak mendukung. Untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan penelitian ini data dikumpulkan secara sistematik, bukan secara kebetulan (Cassel dan Symon dalam Sudarmo, 2008: 85).

34 34 7. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model analisis interaktif (Interactive Model of Analysis), dengan teknik ini setelah data terkumpul dilakukan analisa melalui tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya. Ketiga komponen ini saling berinteraksi dan berkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengumpulan data, oleh karenanya analisa data dapat dilakukan sebelum, selama dan setelah proses pengumpulan data dilapangan. Menurut B. Miles dan A. Michael Huberman dalam H. B Sutopo (2002; 91) dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama yang saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis, tiga komponen tersebut: a. Reduksi Data (data reduction) Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar. Proses ini berlangsung terus selama pelaksanaan riset, yang dimulai bahkan sebelum pengumpulan data dilakukan. Reduksi data dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data berupa membuat singkatan, memusatkan tema, membuat batas permasalahan dan menulis memo. Proses reduksi data ini berlangsung sampai penelitian selesai ditulis.

35 35 b. Penyajian Data (data display) Penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan penyajian data, peneliti akan mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut. Penyajian data meliputi berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan yang dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menemukan apakah akan menarik kesimpulan ataukah terus melangkah untuk melakukan analisis. c. Penarikan Simpulan (conclution drawing) Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ia teliti dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pokok-pokok pernyataan, arahan sebab akibat dan proposisi-proposisi sehingga memudahkan dalam pengambilan simpulan. Peneliti yang kompeten akan menangani simpulan-simpulan itu dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis. Mula-mula belum jelas, namun kemudian menguat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Penarikan simpulan hanyalah merupakan sebagian dari suatu kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung supaya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya saja dengan berdiskusi dengan orang yang cukup mengerti permasalahan penelitian yang diteliti. Dalam penelitian, alat perekam akan

MEMENAJEMENI KONFLIK DALAM SUATU ORGANISASI

MEMENAJEMENI KONFLIK DALAM SUATU ORGANISASI MEMENAJEMENI KONFLIK DALAM SUATU ORGANISASI JUANITA, SE, M.Kes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Kemajuan-kemajuan di bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Kunci Komunikasi Organisasi Goldhaber (1986) menyatakan definisi komunikasi organisasi: organizationalcommunication is the process of creating and exchanging messages

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu :

Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu : Ir. Henrikus, SPsi, CHT Pengertian Konflik Robbins (1996) dalam Organization Behavior menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat

Lebih terperinci

SEPUTAR MANAJEMEN KONFLIK

SEPUTAR MANAJEMEN KONFLIK SEPUTAR MANAJEMEN KONFLIK Rosemarie Sutjiati Apa itu Konflik Saat mendengar kata konflik, banyak orang memiliki pandangan bahwa itu merupakan suatu hal yang bersifat negatif, tidak baik, bahkan dianggap

Lebih terperinci

Konflik dan Human Relations Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat

Konflik dan Human Relations Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Human Relations Modul ke: Konflik dan Human Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Amin Shabana Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian dan juga merupakan salah satu

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS APA YANG DIMAKSUD DENGAN KONFLIK? BEBERAPA PENGERTIAN : *Konflik adalah perjuangan yang dilakukan secara sadar dan langsung antara individu dan atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas Dalam penelitian kualitatif, analisis data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr.

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. MANAJEMEN KONFLIK Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. Konflik: percekcokan; perselisihan; pertentangan (KBBI) Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan:

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan: Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : 14121005 Pertanyaan: 1. Jelaskan pengertian konflik dan cara pandang konflik? 2. Jelaskan jenis, sebab dan proses terjadinya konflik? 3. Jelaskan

Lebih terperinci

Majamenen Konflik Dalam Sebuah Organisasi

Majamenen Konflik Dalam Sebuah Organisasi Majamenen Konflik Dalam Sebuah Organisasi (Perspektif Komunikasi Organisasi) Oleh : Anita Septiani Rosana*) Abstraksi Munculnya konflik dalam sebuah organisasi tidak selalu bersifat negatif. Konflik bisa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Moh. Nazir (1988: 63) yang dimaksud dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik Kerja 1. Pengertian Konflik Kerja Dalam setiap organisasi, agar setiap organisasi berfungsi secara efektif, maka individu dan kelompok yang saling bergantungan harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Prosedur Prosedur berasal dari salah satu kata dalam bahasa inggris, yaitu Procedure yang dapat diartikan sebagai cara atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi pada dasarnya merupakan wadah atau sarana untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap organisasi

Lebih terperinci

KONFLIK DAN NEGOSIASI

KONFLIK DAN NEGOSIASI BAB XI KONFLIK DAN NEGOSIASI Konflik Definisi Konflik Proses yang dimulai ketika satu pihak menganggap pihak lain secara negatif mempengaruhi atau akan secara negatif mempengaruhi sesuatu yang menjadi

Lebih terperinci

Perilaku Keorganisasian IT

Perilaku Keorganisasian IT Perilaku Keorganisasian IT-021251 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 PERILAKU ANTAR KELOMPOK DAN MANAJEMEN KONFLIK Pengertian Kelompok Kelompok? Perilaku kelompok? Dua karakteristik pokok dari kelompok,

Lebih terperinci

Nama : Burhanudin Indra NIM : Kelas : SI/22

Nama : Burhanudin Indra NIM : Kelas : SI/22 Nama : Burhanudin Indra NIM : 14122030 Kelas : SI/22 1. Jelaskan pengertian konflik dan cara pandang konflik 2. Jelaskna jenis, sebab dan proses terjadinya konflik 3. Jelaskan hubungan konflik dan kinerja

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tabel 1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung

METODE KAJIAN. Tabel 1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung METODE KAJIAN Kajian pengembangan masyarakat ini dilaksanakan di kelurahan Campaka kecamatan Andir kota Bandung dengan pertimbangan Kelurahan Campaka merupakan kelurahan yang telah tersentuh program-program

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Merupakan jenis penelitian deskriptif, karena penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu Februari sampai dengan Maret Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu Februari sampai dengan Maret Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian lapangan ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu Februari sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan organisasi adalah budaya organisasi. Budaya organisasi mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 GAYA PENANGANAN KONFLIK PADA CREDIT UNION KELING KUMANG KANTOR SENTRAL DI SINTANG

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 GAYA PENANGANAN KONFLIK PADA CREDIT UNION KELING KUMANG KANTOR SENTRAL DI SINTANG GAYA PENANGANAN KONFLIK PADA CREDIT UNION KELING KUMANG KANTOR SENTRAL DI SINTANG Resali resali@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAKSI Alasan dan tujuan penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik Organisasi 1. Definisi Konflik Menurut Schermerhorn, Wood, Walace, dkk (2002) yang dimaksud dengan konflik dalam ruang lingkup organisasi adalah suatu situasi dimana dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang berjudul Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Karya Diyana Millah Islami dan Relevansinya sebagai Materi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana analisis pengaruh budaya organisasi, kompetensi karyawan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. 2.1.1 Budaya Organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan lebih jauh mengenai proses strategi komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan lebih jauh mengenai proses strategi komunikasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk menggambarkan lebih jauh mengenai

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI

MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI Fahrina Yustiasari Liri Wati Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan Abstrak Dalam perjalanan hidup setiap individu di berbagai penjuru dunia, sikap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan budaya sekolah dan pengelolaan stres

Lebih terperinci

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM PERTEMUAN 14 MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM POKOK BAHASAN: Konflik dan Negoisasi DESKRIPSI Materi berupa uraian tentang dinamika yang terjadi dalam sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Workshop Mandiri Craft yang. mengalami perkembangan. gempa pada tahun 2006.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Workshop Mandiri Craft yang. mengalami perkembangan. gempa pada tahun 2006. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Workshop Mandiri Craft yang beralamat di Jalan Parangtritis Km 6,5 Cabean, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Pertimbangan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi modern. Mengelola sumber daya manusia secara efektif menjadi tanggung jawab setiap orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Menurut Pendapat Surakhmad (1980) Penelitian merupakan : kegiatan ilmiah guna menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong, (2007:6) penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah diskriptif kualitatif yang bertujuan memberikan gambaran masalah secara sistematis, cermat, rinci, dan mendalam mengenai implementasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik,

Lebih terperinci

Steven Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

Steven   Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak UPAYA-UPAYA KARYAWAN MENGHADAPI KONFLIK DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT ANEKA MAKMUR SEJAHTERA DI PONTIANAK Steven email: stevendjie91@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dalam pelaksanaan zakat sebagai pengurang pajak penghasilan.

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dalam pelaksanaan zakat sebagai pengurang pajak penghasilan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Jawa Timur, di Gedung Islamic Centre Lt. 2, Jl. Dukuh Kupang 122-124 Surabaya. Lokasi tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan proses berfikir yang bersifat deduktif,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan proses berfikir yang bersifat deduktif, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan proses berfikir yang bersifat deduktif, yaitu suatu penelitian yang didekati dari segi konsep dan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompetitif, tidak terkecuali persaingan dalam peningkatan kualitas di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

Team Building & Manajeman Konflik

Team Building & Manajeman Konflik Team Building & Manajeman Konflik www.kahlilpooh.wordpress.com SEMUA TENTANG PASKIBRA, PASKIBRAKA & OSIS KOTA MAGELANG PERSAHABATAN, YANG MERUPAKAN IKATAN SUCI, AKAN LEBIH SAKRAL DENGAN ADANYA KESULITAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 20 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran secara tepat tentang layanan di perpustakaan TPI untuk siaran program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja BAB II LANDASAN TEORI A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) stres merupakan suatu keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di daerah Gunungkidul masih banyak terdapat pelaku bank plecit yang. memberikan pinjaman dengan bunga tinggi kepada

BAB III METODE PENELITIAN. di daerah Gunungkidul masih banyak terdapat pelaku bank plecit yang. memberikan pinjaman dengan bunga tinggi kepada BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti memilih lokasi ini karena di daerah Gunungkidul masih

Lebih terperinci

KONFLIK & MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI

KONFLIK & MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI KONFLIK & MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI Week-13 By Ida Nurnida DEFINISI KONFLIK Perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain Prosesnya dimulai jika satu

Lebih terperinci

Suatu proses dimana satu pihak menganggap pihak lain secara negatif, merugikan dan perlu dihindari. Pandangan mengenai konflik:

Suatu proses dimana satu pihak menganggap pihak lain secara negatif, merugikan dan perlu dihindari. Pandangan mengenai konflik: Konflik Suatu proses dimana satu pihak menganggap pihak lain secara negatif, merugikan dan perlu dihindari. Pandangan mengenai konflik: 1. Pandangan tradisional, semua konflik membahayakan & harus dihindari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.

BAB III METODE PENELITIAN. karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini mutlak diperlukan adanya suatu metode penelitian yang nantinya akan memberikan arah bagi sipeneliti sehingga tidak keluar dari jalur penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan

III. METODE PENELITIAN. kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan mengkaji kasus-kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama, serta berusaha secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sama, serta berusaha secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Suatu organisasi didirikan dengan alasan bahwa organisasi dapat mencapai sesuatu yang tidak dapat secara individu atau perorangan. Di dalam organisasi terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus (case

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus (case 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus (case study approach) yaitu suatu model penelitian kualitatif dengan menggabungkan

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah merupakan sebuah konsep teoritik yang membahas mengenai beberapa metode yang digunakan dalam penelitian. Beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan suatu keadaan yang sebenarnya atau

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketaatan atas aturan dan juga kebijakan-kebijakan perusahaan, maka diharapkan

I. PENDAHULUAN. adanya ketaatan atas aturan dan juga kebijakan-kebijakan perusahaan, maka diharapkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan sesuatu yang pasti ada dalam suatu kelompok manusia atau organisasi. Kebudayaan yang kita miliki, secara sadar atau tidak akan mempengaruhi sikap dan

Lebih terperinci

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM HP : Lucky B Pangau.

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM   HP : Lucky B Pangau. Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI Lucky B Pangau,SSos MM E-mail : lucky_pangau@yahoo.com HP : 0877 3940 4649 Lucky B Pangau Seni Negosiasi 1 NEGOSIASI Adalah proses komunikasi yang gunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam Penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan tempat ini karena masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain didalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai politik di Provinsi Lampung terhadap wacana pemilihan gubernur oleh DPRD Provinsi, sehingga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini akan dibahas mengenai kesimpulan, implikasi dan saran dari penelitian. 5.1 Kesimpulan Persyaratan analisis data telah terpenuhi, dengan demikian kesimpulan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 11 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian dilakukan dalam usaha untuk memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Basrowi (2008:15), penelitian

Lebih terperinci

Modul ke: Pengelolaan Konflik. Fakultas FIKOM. Andi Youna Bachtiar, M.Ikom. Program Studi Public Relations.

Modul ke: Pengelolaan Konflik. Fakultas FIKOM. Andi Youna Bachtiar, M.Ikom. Program Studi Public Relations. Modul ke: Pengelolaan Konflik Fakultas FIKOM Andi Youna Bachtiar, M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Konflik Pengertian konflik yang mengacu kepada pendekatan sosial adalah seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang tepat untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang tepat untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Salah satu unsur penting dari manajemen adalah manusia. Pada setiap perusahaan yang menerapkan sistem manajemen yang baik tentunya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH: BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey pada pemerintah daerah Se-Eks Karisidenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Salah satu hal yang penting bagi suatu organisasi adalah komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Menurut Johnson ( Supraktiknya, 1995) konflik merupakan situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Proyek Konstruksi. Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Proyek Konstruksi. Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Konstruksi Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009 1 1. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manajer merupakan seseorang yang berusaha menggapai tujuan organisasi atau perusahaan dengan mengatur orang lain agar bersedia melakukan tugas yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Budaya Organisasi 1. Pengertian Budaya Organisasi Organisasi didefinisikan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu (orang), yang saling berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini zaman mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan maupun kebudayaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Hanifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Hanifah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan sebagai mahluk yang tidak dapat hidup sendiri atau disebut juga sebagai mahluk sosial. Setiap manusia bergantung satu sama lain dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia di kehidupannya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara pesaing juga melakukan hal yang serupa. Kondisi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sementara pesaing juga melakukan hal yang serupa. Kondisi tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan berusaha untuk mencari keunggulan kompetitif, sementara pesaing juga melakukan hal yang serupa. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Tipe penelitiannya adalah tipe kualitatif yang dideskriptifkan yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

MEMIMPIN TIM PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2015

MEMIMPIN TIM PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2015 MEMIMPIN TIM Nama Kelompok Nuriza Bania 041013081 Bagas Koro Samudra 041013121 Pratidina Eka Putri 041013142 Ivana Cristine Tarigan 041013151 Ranni Hayunda 041013283 Elvanisha 041113050 Okky Dwi Setiawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah tipe kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. tipe penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Sesuai dengan tujuan

BAB III. METODE PENELITIAN. tipe penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Sesuai dengan tujuan BAB III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Data-data serta argumentasi yang dibangun dalam penelitian ini, menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong,

BAB III METODE PENELITIAN. tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor penyebab perceraian pada keluarga tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong, kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era reformasi yang menuntut adanya perubahan dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar salah satu proses penting. Hasil belajar peserta didik turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan

BAB III METODE PENELITIAN. data kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif, karena data yang digunakan adalah data kualitatif yang diperoleh melalui metode dan analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia memiliki sifat bersosialisasi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di daerah Desa Progowati, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya, baik perusahaan swasta maupun pemerintah berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan yaitu bulan Januari sampai Mei 2016.

BAB III Metode Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan yaitu bulan Januari sampai Mei 2016. 41 BAB III Metode Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan yaitu bulan Januari sampai Mei 2016. Objek penelitian ini adalah novel Bait-Bait Multazam karya Abidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi persaingan khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang sejenis menjadi

BAB I PENDAHULUAN. situasi persaingan khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang sejenis menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan situasi persaingan khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang sejenis menjadi semakin ketat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting didalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting didalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting didalam lingkungan organisasi dan memberi kemajuan bagi organisasi karena mempunyai fungsi persuasif,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Selain itu,

III. METODE PENELITIAN. mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Selain itu, 35 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian adalah sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci