BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Industri Telekomunikasi Indonesia Sejarah Awal Sejarah industri telekomunikasi di Indonesia bermula ketika pada tahun 1906 pemerintah kolonial Belanda mendirikan Post, Telegraph, en Telephone Dienst (PTT). Seiring dengan kemerdekaan Indonesia, PTT kemudian diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan mengalami beberapa kali pergantian bentuk dan nama perusahaan, sampai akhirnya ini dikenal dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Sampai dengan tahun 2005, Telkom menguasai 65% pangsa pasar telekomunikasi di Indonesia. Sementara itu, PT Indosat Tbk., BUMN telekomunikasi lainnya yang menjadi rival utama Telkom, menguasai 30% pangsa pasar. Sisanya dikuasai oleh beberapa pemain lain, termasuk yang bergerak dalam layanan telekomunikasi bergerak (mobile). Pada awal perkembangannya antara tahun 1970-an sampai awal tahun 1990-an, industri telekomunikasi Indonesia masih bersifat monopoli. Kebijakan yang bersifat monopoli ini oleh pemerintah kemudian dirasakan tidak lagi relevan dengan perkembangan industri dan teknologi yang berkembang sangat pesat. Monopoli secara langsung maupun tidak langsung 28

2 29 telah menghambat investasi, inovasi, dan wirausaha dalam bisnis telekomunikasi Perubahan Peraturan Perundangan Industri telekomunikasi di Indonesia pada awalnya diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi, dimana sektor telekomunikasi Indonesia dikuasai oleh pemerintah. Kebutuhan akan adanya persaingan yang lebih sehat dalam industri telekomunikasi semakin kuat pada masa pascakrisis ekonomi Indonesia. Langkah deregulasi terhadap industri ini kemudian diambil pemerintah melalui UU nomor 36 Tahun Undangundang tersebut bertujuan untuk mengintroduksi lingkungan usaha yang kompetitif dalam industri telekomunikasi Indonesia. Pemerintah Indonesia melakukan transisi dari monopoli menuju kompetisi secara gradual. Langkah Pemerintah Indonesia untuk dapat menghadirkan persaingan yang lebih sehat dalam industri telekomunikasi tidak hanya berhenti pada kebijakan duopoli Telkom dan Indosat. Industri telekomunikasi yang kompetitif diyakini akan membawa banyak keuntungan, tidak hanya kepada konsumen, namun juga kepada perusahaan dan para pemangku kepentigannya. Dalam industri telekomunikasi terdapat lima model kompetisi, yaitu (1) kompetisi penuh dan terbuka, dimana lisensi akan diberikan kepada semua pemain yang memenuhi syarat; (2) lisensi berbasis wilayah geografis, di mana satu pemain untuk satu wilayah geografi; (3) lisensi sesuai segmentasi layanan, di mana satu pemain untuk segmen layanan tertentu; (4)

3 30 duopoli, dan (5) kompetisi terbatas (oligopoli). Sedangkan Indonesia terhitung sejak September tahun 2000 telah mengadopsi model kompetisi duopoli. Campur tangan pemerintah dalam mengawali transisi menuju kompetisi penuh dan terbuka masih diperlukan. Peran terbatas pemerintah yang perlu dipertahankan adalah meregulasi harga dan tarif untuk menghindari pengambilan keuntungan secara sepihak dan menekan budaya antikompetisi, diantaranya menjamin akses yang adil bagi seluruh pemain atas fasilitas dan jaringan (interkoneksi). Selama tahun 2005, pemerintah telah mengeluarkan 8 regulasi telekomunikasi baru terkait dengan masalah radio frequency spectrum fee, regulasi tentang telekomunikasi dengan menggunakan satelit, perubahan tarif interkoneksi dari revenue based menjadi cost based, registrasi pelanggan prabayar, dan peraturan mengenai 3G Regulator Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasi Regulator di sektor telekomunikasi Indonesia adalah Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasi yang bertanggung jawab kepada Menteri Komunikasi dan Informatika. Namun setelah adanya gerakan untuk melakukan liberalisasi di sektor telekomunikasi pada tahun 1999 yang ditandai dengan dikeluarkannya UU Nomor 36 Tahun 1999, maka kekuasaan Dirjen Postel tersebut secara perlahan dan bertahap akan

4 31 ditransfer ke badan regulator baru yang independen yaitu, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia Iklim persaingan di industri telekomunikasi yang kian kompetitif, sejak disahkannya UU Nomor 26 Tahun 1999 pada tanggal 8 September 1999, mendorong berbagai pihak meminta dibentuknya badan regulasi independen. Sebuah badan regulasi mandiri diharapkan dapat melindungi kepentingan publik dan mendukung serta melindungi kompetisi dalam bisnis telekomunikasi menjadi lebih sehat, efisien, dan menarik bagi investor. Pada tanggal 11 Juli 2003 akhirnya pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2003 tentang Penetapan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Tujuan dibentuknya badan regulasi independen yang mulaiefektif beroperasi sejak tanggal 5 Januari 2004 tersebut antara lain adalah untuk mengurangi peran pemerintah dalam industri telekomunikasi yang selama ini merupakan pihak yang mendanai (financier), regulator, dan pemberi lisensi (licenser). Sebagai lembaga yang independen, BRTI bertugas mengatur dan mengontrol industri telekomunikasi di Indonesia serta memiliki wewenang untuk mengeluarkan lisensi bagi operator layanan telekomunikasi seluler baru di masa mendatang. Selain itu, badan ini juga dapat menyediakan input bagi pemerintah dalam membuat kebijakankebijakan terkait masalah telekomunikasi.

5 Struktur Pasar Hingga akhir tahun 2007, terdapat 5 perusahaan yang mendapatkan izin sebagai operator telepon seluler GSM di Indonesia, yaitu Telkomsel, Indosat, XL, NTS dan HCPT dan sebagian besar operator seluler GSM tersebut dimiliki oleh investor asing. Mulai dari Telkomsel yang merupakan operator seluler terbesar di Asia Tenggara dengan 35% sahamnya milik Singapore Telecom (SingTel), Indosat yang 42% sahamnya dimiliki oleh Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT), Excelcomindo Pratama yang 27,3% sahamnya dibeli Telekom Malaysia dengan harga US$ 314 juta, NTS sebagai pemegang lisensi 3G yang 51% sahamnya dibeli oleh Maxis Communication Bhd, Malaysia, dan HCPT yang 60% sahamnya dimiliki oleh Hutchinson Telecommunications International Limited dari Hongkong. Hal diatas menunjukan bagaimana iklim persaingan yang dihadapi oleh operator telepon seluler di Indonesia kini sudah mendekati pada situasi yang bersifat oligopoli. Ada tiga karakteristik kunci yang melekat pada situasi pasar oligopoli, yaitu: (1) pergerakan industri didominasi oleh kiprah beberapa operator dengan skala besar; (2) masing-masing operator menjual atau menawarkan produk yang identik atau memiliki pembedaan yang relatif terbatas; dan (3) industri memiliki hambatan untuk masuk yang signifikan besarannya sehingga tidak mudah bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri yang dimaksud. Dari perspektif operator telepon seluler, penerapan strategi pemasaran pada situasi pasar yang bersifat oligopoli tentu

6 33 memerlukan upaya ekstra terutama dalam memaknai elastisitas harga terhadap besaran permintaan pulsa oleh pelanggan Kondisi Persaingan Pasar Seluler Tahun Walaupun industri telekomunikasi seluler GSM ini semakin marak bertambahnya perusahaan operator seluler di Indonesia, data tahun 2007 masih menunjukan operator seluler yang sudah lama beroperasi di Indonesia seperti Telkomsel, Indosat, dan XL, yang masih merupakan tiga besar penguasa pasar seluler di Indonesia, dimana Telkomsel menguasai 55% pangsa pasar, Indosat 28% pangsa pasar, XL 15%, dan sisanya operator-operator seluler lain. Persaingan yang terjadi antara operator seluler di Indonesia ini umumnya dalam bentuk persaingan: 1. Harga layanan 2. Kualitas 3. Jangkauan jaringan 4. Jenis layanan 5. Fitur yang ditawarkan 6. Pelayanan pelanggan 7. Teknologi baru dan berbagai jasa telekomunikasi yang terkonvergensi Persaingan dalam tahun tersebut terlihat dari pergerakan dan perubahan dalam peningkatan jumlah BTS (coverage driven), jumlah pelanggan dengan meluncurkan paket produk prabayar dan pascabayar untuk menarik pelanggan

7 34 baru atau merebut pelanggan lama dari operator lainnya. Secara bertahap persaingan ini bergerak dengan memberikan beberapa cara untuk lebih agresif seperti pemotongan harga, menyediakan tarif flat untuk panggilan nasional bahkan dengan membebaskan biaya abonemen pelanggan pascabayar (price driven). Setelah melalui tahap price driven maka industri seluler akan menghadapi service quality driven, masyarakat Indonesia saat ini yang sebagai pemakai layanan jasa telekomunikasi seluler sangat memperhatikan kualitas dari perangkat telekomunikasi telepon seluler yang diberikan oleh operator. Persaingan harga yang terjadi membuat masyarakat dapat dengan mudah beralih ke operator lainnya jika pelayanan servis dan kualitas operator tersebut dianggap buruk oleh masyarakat seperti; sms yang datang terlambat, sinyal yang tidak stabil, suara yang terputus-putus ketika sedang menelpon membuat citra yang tidak baik bagi operator seluler tersebut dimata pelanggan. Pada pertengahan tahun 2007 mulai kembali bergerak menuju persaingan tarif atau kembali menuju penggunaan business model price driven, dimana penurunan tarif yang agresif dalam bentuk permainan iklan dipelopori oleh XL dan operator lain mulai mengikuti termasuk operator-operator baru (attackers). Kembalinya kepada persaingan tarif membuat operator lupa akan pentingnya coverage sebagai pendukung kualitas dari layanan seluler. Setelah melewati persaingan coverage driven, price driven dan service quality driven industri telekomunikasi seluler mulai memasuki persaingan value-adedd services driven. Dalam industri telekomunikasi seluler global telah melewati beberapa fase perubahan teknologi dan upaya untuk adaptasi dengan teknologi tersebut. Perkembangan industri telekomunikasi seluler Indonesia dalam teknologi

8 35 seluler itu berawal dari SMS, MMS, EDGE hingga ke teknologi 3G yang pertama kali diluncurkan oleh Telkomsel dan inovasi-inovasi Value-Added Service (VAS) yang terus dilakukan pula oleh operator-operator lain di tahun VAS ini juga merupakan cara untuk menghindari persaingan dalam harga, karena pelanggan dalam memilih produk telekomunikasi seluler GSM akan mempertimbangkan harga serta fitur-fitur baru yang ditawarkan, hal ini juga termasuk strategi diferensiasi untuk menghindari persaingan harga, karena diferensiasi menciptakan sesuatu yang baruyang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik dan diferensiasi memberikan penyekat terhadapt persaingan karena adanya loyalitas merek dari pelanggan yang mengakibatkan berkurangnya kepekaan terhadap harga Pemain dalam Industri Telekomunikasi GSM PT. Telkomsel Telkomsel didirikan pada tanggal 26 Mei 1995, dimana Telkomsel merupakan usaha patungan antara PT Telkom dan PT Indosat (yang kala itu belum menjadi perusahaan publik), dengan komposisi saham 51% milik PT Telkom dan 49% milik Indosat. Meski sudah memiliki izin sebagai operator GSM nasional bersama Satelindo, Telkomsel ternyata tidak diizinkan untuk beroperasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena pemerintah telah menunjuk Satelindo sebagai operator GSM pertama di wilayah Jakarta dan kawasan ibukota lainnya.

9 36 Sejak mulai beroperasinya hingga tahun 2008, Telkomsel telah mengalami perubahan dalam komposisi kepemilikan saham. Hingga tahun 2000, komposisi kepemilikan saham di Telkomsel adalah: 42,72% Telkom; 35% Indosat; 17,28 KPN Mobile, dan 5% Sedco. Namun hingga akhir tahun 2007, SingTel menguasai 35% saham Telkomsel, sementara 65% sisanya dikuasai oleh Telkom (Gambar 4.1). Sumber: Gambar 4.1 Komposisi Pemegang Saham PT. Telkomsel Telkomsel memiliki 2 jenis kartu, yaitu prabayar (Simpati dan Kartu As) dan pascabayar (HALO). Telkomsel merupakan operator seluler pertama yang memperkenalkan jenis kartu prabayar GSM melalui produknya, Kartu Simpati. Jumlah Pelanggan Pada akhir tahun 2007, Telkomsel tercatat sebagai pemain utama yang menguasai pangsa pasar penyedia jaringan seluler GSM di Indonesia dengan jumlah pelanggan 47,8 juta orang (Grafik 4.1), melebihi dua pemain besar lainnnya, yaitu PT Indosat Tbk. Dan PT Excelcomindo Pratama Tbk.

10 37 Pertumbuhan jumlah pelanggan Telkomsel dari tahun sebesar 49% dan dari tahun sebesar 47%, serta penurunan pertumbuhan jumlah pelanggan terlihat antara tahun dimana pada masa itu pertumbuhannya sebesar 35%, penurunan pertumbuhan ini akibat dari persaingan yang ketat dalam industri telekomunikasi seluler GSM. Jumlah Pelanggan Telkomsel, Jumlah Pelanggan (dalam ribuan) Tahun Sumber: Laporan Tahunan Telkomsel. Grafik 4.1 Jumlah Pelanggan Seluler Telkomsel Pendapatan Meskipun Telkomsel melakukan penurunan tarif, pendapatan operasional telkomsel tumbuh dengan kuat tahun Pendapatan operasional Telkomsel tumbuh 26% menjadi Rp. 36,67 triliun di tahun Produk prabayar Telkomsel yang dicatat dari 96% dari total pelanggan 2007

11 38 merupakan kontributor utama pendapatan. Hal ini memberikan kontribusi 81% untuk pendapatan usaha pada tahun Sumber: Grafik 4.2 Kinerja Telkomsel Jangkauan Area Pada awalnya Telkomsel dilarang beroperasi di Jakarta akhirnya harus memulai layanannya di Batam, Bintan, Pekanbaru, dan Medan terlebih dahulu sebelum masuk ke Pulau Jawa. Hal ini telah menciptakan keunggulan kompetitif yang sulit ditandingi oleh 2 kompetitor utamanya (Indosat dan XL), di mana pada tahun 1997 Telkomsel merupakan perusahaan operator seluler pertama di Indonesia yang berhasil menjangkau seluruh 27 propinsi Indonesia. Hal ini terlihat pada Gambar 4.3 dengan meningkatnya jumlah BTS Telkomsel setiap tahunnya dan mencapai BTS pada akhir tahun 2007 di seluruh Indonesia.

12 39 Jumlah BTS Telkomsel, Jumlah BTS Tahun Sumber: Laporan Tahunan Telkomsel. Grafik 4.3 Jumlah BTS Telkomsel PT. Indosat, Tbk. Indosat merupakan operator seluler dengan jumlah pelanggan terbesar kedua setelah Telkomsel. Sejak didirikan pada tahun 1967, Indosat merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di bidang penyelenggaraan jasa telekomunikasi internasional di Indonesia. Pada tahun 1980, pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh saham Indosat, sehingga sejak saat itu Indosat beroperasi sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada tahun 1993, Indosat mulai mengembangkan bisnis di sektor jasa telepon seluler GSM melalui kepemilikan di PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo). Dengan pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan Indosat, maka Indosat

13 40 menjadi operator GSM pertama di Indonesia yang mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix. Jumlah Pelanggan Indosat merupakan operator seluler Indonesia yang menduduki posisi kedua dari segi jumlah pelanggan. Jumlah pelanggan seluler Indosat selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2004, jumlah pelanggan Indosat mencapai 9,7 juta pelanggan terus meningkat menjadi 24,5 juta sampai dengan akhir tahun 2007 (Grafik 4.4). Sedangkan pertumbuhan jumlah pelanggan antara tahun sebesar 49%, pertumbuhan menurun pada masa tahun dengan pertumbuhan pelanggan hanya 15% dan kembali meningkat sebesar 47% pada masa tahun Jumlah Pelanggan Indosat, Jumlah Pelanggan (dalam ribuan) Tahun Sumber: Laporan Tahunan Indosat. Grafik 4.4 Jumlah Pelanggan Seluler Indosat

14 41 Pendapatan Bisnis telekomunikasi seluler merupakan sumber pendapatan terbesar bagi PT Indosat, sumber pendapatan yang memberikan kontribusi terbesar dalam bisnis telekomunikasi Indosat adalah pendapatan pemakaian (usage charge). Pada tahun 2005, proporsi pendapatan dari usage charge terhadap total pendapatan adalah 55%, menurun sedikit dari tahun sebelumnya. Sebaliknya, proporsi pendapatan dari Value Added Features terhadap total pendapatan justru naik cukup tinggi. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan penggunaan fitur nilai tambah, khususnya SMS, dan SMS nilai tambah yang memungkinkan akses terhadap berbagai informasi, seperti: ramalan bintang serta berita olahraga dan bisnis. Belum lagi perusahaan juga mengembangkan fitur nilai tambah lainnya bagi pelanggan, seperti voice mail, GPRS, dan MMS. Sumber: Laporan Tahunan Indosat. Grafik 4.5 Operating Revenues Indosat

15 42 Grafik 4.5 menunjukan pendapatan usaha Indosat meningkat dari tahun 2003 sampai dengan 2007, tetapi pertumbuhan pendapatan terbesar terjadi antara tahun 2006 ke 2007 dimana meningkat sejumlah Rp. 4,3 triliun. Jangkauan Area Selama tahun 2005, Indosat telah berhasil memperluas pelayanan jasa telekomunikasi seluler sehingga mampu menjangkau seluruh di Indonesia dan mencakup 410 kabupaten. Selain itu, Indosat juga melakukan langkah akselerasi dengan membangun jaringan secara berkelanjutan sehingga berhasil meningkatkan jumlah BTS menjadi atau meningkat 25 % dibandingkan tahun Dan jumlah BTS Indosat pada akhir tahun 2007 mencapai unit atas suksesnya Indosat dalam pembangunan BTS dari tahun 2006 (Grafik 4.6). Jangkauan area Indosat terbagi atas 5 wilayah, yaitu Sumatera, Jakarta dan Banten, Jawa Tengah dan Barat, Jawa Timur dan Kalimantan, serta Bali Nusra dan Sumalpapua.

16 43 Jumlah BTS Indosat Jumlah BTS Tahun Sumber: Laporan Tahunan Indosat. Grafik 4.6 Jumlah BTS Indosat PT. Excelcomindo Pratama, Tbk. PT Excelcomindo Pratama (XL) didirikan pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan anam PT Grahametropolitan Lestari, bergerak di bidang perdagangan dan jasa umum. Pada tahun 1995, seiring dengan kerjasama antara Rajawali Group pemegang saham, PT Grahametropolitan Lestari dengan beberapa investor asing (Nynex, AIF dan Mitsui), PT Grahametropolitan Lestari mengubah nama menjadi PT Excelcomindo Pratama dengan kegiatan usaha sebagai penyelenggara jasa teleponi dasar. Sebagai perusahaan ketiga yang mendapat lisensi untuk mengoperasikan sistem seluler GSM di Indonesia, XL mulai beroperasi secara komersial pada

17 44 tanggal 8 Oktober 1996 dengan menyediakan layanan teleponi dasar dengan menggunakan teknologi GSM 900. Dalam perkembangannya, XL memiliki Izin Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler untuk sistem GSM 900 dan GSM 1800 serta izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup. XL juga memiliki Izin Penyelenggaraan Jasa Internet (ISP) dan Izin Penyelenggaraan Jasa Internet Teleponi untuk Keperluan Publik (VoIP). Jumlah Pelanggan Setiap tahunnya, XL juga mengalami pertumbuhan jumlah pelanggan, tetapi tahun 2007 merupakan tahun pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana jumlah pelanggan XL meningkat sebesar 62% menjadi 15,5 juta pelanggan di tahun 2007 dari 9,6 juta pelanggan di tahun 2006 (Grafik 4.7). Tahun merupakan pertumbuhan pelanggan tersbesar bagi XL dengan 84%, tetapi menurun pertumbuhannya menjadi 37% pada tahun dan kembali mengalami peningkatan pada masa tahun dengan jumlah pertumbuhan 61%. Peningkatan pertumbuhan ini adalah hasil dari pelanggan baru yang menggunakan produk XL.

18 45 Jumlah Pelanggan XL, Jumlah Pelanggan (dalam ribuan) Tahun Sumber: Laporan Tahunan XL. Pendapatan Grafik 4.7 Jumlah Pelanggan Seluler XL Kontribusi pendapatan dari layanan yang diberikan kepada pelanggannya, sebagian besar diterima dari layanan voice. Tetapi selama tahun 2004, tingkat pertumbuhan pendapatan yang paling tinggi berasal dari jenis layanan SMS dan setiap tahunnya pendapatan usaha XL terus meningkat hingga tahun 2007 yang pada saat itu pendapatan meningkat sebesar 29% dengan nilai 8,3 triliun Rupiah (Grafik 4.8) dan voice traffic meningkat karena perubahan strategi tarif untuk mendapat pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama.

19 46 Pendapatan Usaha XL Jumlah (dalam miliar Rupiah) Tahun Sumber: Laporan Tahunan XL. Grafik 4.8 Pendapatan Usaha XL Jangkauan Area Pada awalnya, XL memfokuskan perhatian pada pembangunan infrastruktur dan cakupan jaringan di are Pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Sejak tahun 2002, XL mulai memperluas jaringannya ke Pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Batam. Jangkauan area XL semakin luas dapat dilihat dari peningkatan jumlah BTS di Indonesia dari unit pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 meningkat menjadi unit (Grafik 4.9).

20 47 Jumlah BTS XL, Jumlah BTS Tahun Sumber: Laporan Tahunan XL. Grafik 4.9 Jumlah BTS XL PT. Hutchison CP Telecommunicatons Hutchinson CP Telecommunications (HCPT) Indonesia merupakan anak perusahaan yang berbasis di Hongkong yaitu Hutchinson Telecommunications International Limited. Hutchinson CP Telecommunications Indonesia dulu bernama PT Cyber Access Communication, dimana telah mendapat lisensi 3G sejak Oktober 2003, tetapi pada saat itu belum menjadi operator seluler. Perusahaan ini adalah pemegang 2G/1800 Nasional dan lisensi 3G/WCDMA Mhz yang pada saat ini sudah beroperasi secara komersial dengan merek dagang Three (3) yang diluncurkan pada tanggal 30 Maret 2007.

21 48 Jumlah Pelanggan Operasi HCPT di Indonesia diluncurkan pada semester pertama tahun 2007 dibawah merek dagang 3, sehingga jumlah pelanggan pada kuartal I dan kuartal II tahun 2007 belum dapat dilihat perkembangan jumlahnya, sejak kuartal III tahun 2007 terdapat 1,6 juta pelanggan yang terus meningkat menjadi 2 juta pelanggan di akhir kuartal IV tahun 2007 (Grafik 4.10). Jumlah Pelanggan 3, 2007 Jumlah Pelanggan (dalam ribuan) Q Q Q Q Tahun Sumber: Laporan Tahunan Hutchison Telecom. Grafik 4.10 Jumlah Pelanggan Seluler 3 Jangkauan Area Selama tahun 2007, jangkauan jaringan terus diperluas dengan cakupan Jawa, Bali, Lombok dan Batam serta pada bula Oktober wilayah Sumatera diluncurkan, memperluas jangkauan ke seluruh kota-kota besar. Pada

22 49 Desember 2007, dalam rangka untuk mempercepat perluasan jaringan, diumumkan bahwa HCPT Indonesia menyewa menara BTS dari PT. Excelcomindo Pratama Tbk. dengan sistem tower sharing. HCPT Indonesia juga menandatangani kontrak dengan Nokia Siemens Network untuk unit BTS dan kontrak turnkey dengan ZTE untuk membangun jaringan di kepulauan Kalimantan dan Sulawesi. Melalui langkah ini HCPT Indonesia menargetkan untuk memiliki unit BTS pada akhir Sumber: Gambar 4.2 Coverage Jaringan 3 di Indonesia PT. Natrindo Telepon Seluler PT Natrindo Telepon Seluler (NTS) merupakan pemegang merek kartu AXIS sebagai penyedia layanan seluler GSM di Indonesia yang menawarkan layanan komunikasi yang inovatif dan ekonomis. NTS dulu

23 50 bernama Lippo Telecom yang fokus awal operasi pada tahun 2001 di wilayah Jawa Timur. NTS di dukung oleh dua operator terkemuka di Asia yaitu Saudi Telecom Company (STC), penyedia layanan telekomunikasi nasional terdepan di Kerajaan Arab Saudi. Dan Maxis Communication Berhad (Maxis) penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Malaysia. Kedua investor utama tersebut bertekad memberikan kontribusi penuh bagi pengembangan industri telekomunikasi di Indonesia. Jumlah Pelanggan Jumlah Pelanggan NTS, Jumlah Pelanggan Tahun Sumber: Laporan Tahunan NTS. Grafik 4.11 Jumlah Pelanggan Seluler NTS Berdasarkan Grafik 4.11 diatas terlihat operasional NTS dimulai tahun 2006 dengan jumlah pelanggan seluler sebesar tetapi karena NTS

24 51 kekurangan dana untuk investasi sehingga minimnya pembangunan dan perluasan jangkauan membuat NTS mengalami penurunan jumlah pelanggan menjadi di akhir tahun Analisis Analisis Lingkungan Makro 1. Faktor Politik (Political Factors) Pada tahun 2004 dimulainya Orde Reformasi dimana Indonesia mulai menerapkan pemilihan presiden periode secara langsung oleh rakyat, yang menghasilkan terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI. Secara politis, kondisi Indonesia memasuki Orde Reformasi semakin baik, seluruh rakyat Indonesia mendapatkan haknya untuk memilih dan dipilih dengan bebas tanpa tekanan dari siapapun serta dijamin keamanannya di masa reformasi ini. Partai politik tumbuh subur, tercatat sebanyak 42 partai politik peserta pemilu tahun 2004, yang kemudian bertambah lagi dari tahun ke tahun. Setiap warga negara bebas berbicara dan menyampaikan pendapatnya baik melalui media massa maupun aksi aksi demonstrasi dengan dibingkai aturan hukum yang berlaku. Semua itu tidak didapat di rezim Orde Baru. Proses otonomi daerah (desentralisasi kekuasaan) sejak

25 52 diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, sudah dilaksanakan dengan proses pemilihan kepala daerah melalui PILKADA, praktek nepotisme sedikit demi sedikit berkurang sehingga aktor ekonominya berusaha secara kompetitif. Jadi periode Orde Reformasi lebih kuat transaksi informasi alokasi sumber daya diserahkan pada pasar, aktor ekonominya kompetitif (berusaha menghapuskan nepotisme), desentralisasi, internasionalis, melalui insentif ekonomi. Dalam penerapan demokrasi yang sesungguhnya ini ternyata memakan biaya yang sangat mahal sehingga dana pembangunan banyak teralokasikan untuk pembiayaan pesta demokrasi tersebut sehingga mempengaruhi ekonomi Indonesia. 2. Faktor Ekonomi (Economic Factors) Pada tahun 2004 penerapan sistem pemerintahan yang lebih demokratis membuat perekonomian Indonesia sedikit goyang dikarenakan dana pembangunan banyak teralokasikan untuk pembiayaan pesta demokrasi tersebut, mulai dari PILPRES secara langsung, hingga ke berbagai Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) di wilayah Indonesia. Tetapi setelah dua tahun kondisi ekonomi Indonesia mulai membaik, hal ini terlihat dari pertumbuhan PDB di Indonesia meningkat setiap tahunnya dari tahun 2003 sampai dengan 2005, sedangkan pada tahun 2006

26 53 pertumbuhan PDB Indonesia menurun dari 5,7% menjadi 5,5% dan meningkat lagi menjadi 6,3% di tahun 2007 (Tabel 4.1), hal ini menunjukan peningkatan kinerja perekonomian Indonesia selama tahun 2007 sehingga mempengaruhi peningkatan akan daya beli masyarakat indonesia. Tabel 4.1 Beberapa Indikator Makroekonomi Sumber: BPS dan Bank Indonesia.

27 54 Stabilitas makroekonomi yang terjaga menopang tingginya pertumbuhan ekonomi pada tahun Akselerasi pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didukung oleh tingginya pertumbuhan permintaan domestik, baik konsumsi masyarakat maupun investasi. Pertumbuhan ekonomi yang pesat telah mendorong permintaan yang tinggi akan layanan telekomunikasi. Industri telekomunikasi akan terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diharapkan akan meningkatkan permintaan layanan telekomunikasi. 3. Faktor Sosial (Sociocultural Factors) Masyarakat semakin menuntut mobilitas dan fleksibilitas dari alat komunikasinya, telepon rumah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan telepon seluler yang sebelumnya merupakan barang mewah, sehingga hanya kelompok tertentu yang bisa memilikinya, sekarang dengan mudah dan relatif lebih murah untuk mendapatkannya. Dengan adanya perubahan terhadap gaya hidup migrasi ke arah seluler dan pilihan produk mobile lainnya. Permintaan akan layanan seluler terus meningkat seiring dengan jumlah populasi Indonesia yang terus meningkat dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 (Tabel 4.2). Semua lapisan masyarakat

28 55 Indonesia mulai dari lapisan menengah keatas hingga sebagian lapisan menengah ke bawah memiliki akses untuk dapat menggunakan sarana telekomunikasi khususnya seluler sehingga peluang bisnis industri telekomunikasi seluler masih besar sejalan dengan perkembangannya. Tabel 4.2 Jumlah Populasi Indonesia Tahun Populasi ,355, ,225, ,063, ,864, ,627,000 Sumber: Euromonitor International from UN. (diolah) 4. Faktor Teknologi (Technological Factors) Teknologi merupakan faktor penting dan key success factor dalam industri telekomunikasi seluler GSM. Peramalan teknologi yang terencana memnungkinkan perusahaan untuk memimpin persaingan dan mendapatkan pangsa pasar yang besar. Pada periode tahun Indonesia termasuk lambat dalam mengembangkan teknologi yang ada, khususnya di bidang telekomunikasi dan infrastruktur. Hal ini dapat dilihat dari peringkat Indonesia dalam Global Competitiveness

29 56 Index (GCI) di dunia masih menduduki peringkat diatas 49 (Tabel 4.3). Tabel 4.3 Peringkat Indonesia dalam GCI Sumber: WEF (2005, 2006, 2007) Teknologi dan Infrastruktur adalah faktor sangat mempengaruhi pertumbuhan bisnis (Grafik 4.12), apabila perkembangan dari teknologi dan infrastruktur di Indonesia lamban maka daya saing global (Global Competitiveness) Indonesia rendah.

30 57 Sumber: WEF (2005, 2006, 2007) Grafik 4.12 Faktor-Faktor yang menghambat Pertumbuhan Bisnis di Indonesia dalam Laporan Global Competitiveness Tahun Hal diatas diperkuat lagi dengan tidak memadainya ketersediaan atau terbatasnya energi dan pasokan listrik di seluruh Indonesia sampai pada saat ini untuk mendukung teknologi telekomunikasi seluler yang akan terus dikembangkan.

31 58 5. Faktor Lingkungan (Ecological Factors) Dunia bisnis semakin dituntut tanggung-jawabnya terhadap lingkungan. Industri telekomunikasi telah mencoba membuat produk yang ramah lingkungan, dan bagi jasa telekomunikasi relatif tidak menghasilkan limbah. Tetapi pembangunan infrastruktur telekomunikasi seluler seperti menara telekomunikasi akan menimbulkan kontroversi dari masyarakat dan pemerintah sendiri. Masyarakat sekitar menara telekomunikasi akan mempermasalahkan radiasi yang dihasilkan dari sinyal frekuensi menara tersebut, sedangkan pemerintah akan melihat dari sisi tata letak pembangunan menara yang harus sesuai rencana tiap-tiap daerah agar tidak merusak keindahan kota. Selain dari hal diatas, letak geografis dari Indonesia juga menjadi faktor penghambat perkembangan industri telekomunikasi karena wilayah Indonesia rentan akan terjadinya bencana alam yang tidak terduga sehingga dapat menimbulkan ganguguan serius terhadap sinyal atau jaringan dan memberi dampak kerugian kepada operator telekomunikasi. 6. Faktor Hukum dan Regulasi (Law and Regulation Factors) Pemerintah merupakan regulator yang membuat, menerapkan dan menegakkan peraturan yang relevan terhadap perkembangan telekomunikasi. Sejak diberlakukannya

32 59 Undang-undang No. 36/1999 mengenai telekomunikasi dan regulasi pemerintah tahun 2002 yang mengijinkan operator seluler luar negeri memasuki pasar Indonesia, sejak saat itulah industri telekomunikasi Indonesia masuk pada babak liberalisasi telekomunikasi, dimana dulu industri telekomunikasi seluler GSM hanya di monopoli oleh Indosat berubah menjadi duopoli anatar Indosat dan Telkomsel yang pada akhirnya sampai dengan tahun 2007 sudah terdapat 5 pemain dalam industri ini karena adanya investor dari luar negeri. Dengan semakin berkembangnya telekomunikasi seluler di sepanjang tahun maka semakin meningkat pula permohonan dari operator lama maupun operator baru untuk menambah menara telekomunikasi, tetapi di sisi lain, pemerintah sendiri menginginkan pembangunan sesuai dengan estetika tata kota. Peraturan dibuat pemerintah agar tidak terjadi hutan tower, khususnya di DKI Jakarta dikeluarkan Peraturan Gubernur No. 89/2006 dimana menetapkan peraturan menara telekomunikasi bersama, yaitu menara telekomunikasi yang dapat digunakan oleh lebih dari satu operator dan dalam penempatan lokasi pembangunan menara telekomunikasi harus sesuai dengan zona-zona persebaran dari rencana tata ruang kota yang tersedia. Regulasi

33 60 dan peraturan ini menghambat perkembangan infrastruktur dari industri telekomunikasi seluler di Indonesia Analisis Strategi Generik 1. Diferensiasi Strategi diferensiasi ini telah dilakukan Telkomsel sejak awal berdiri hingga sekarang, sehingga pada masa persaingan industri telekomunikasi tahun Telkomsel dapat bersaing dengan kompetitor lain karena mereka memiliki diferensiasi melalui luasnya coverage yang mereka tawarkan kepada pelanggan yang diikuti oleh kualitas yang lebih baik dari kompetitor sehingga mengurangi kepekaan akan harga karena Telkomsel berada di kelas premium. Diferensiasi kapasitas atau coverage Telkomsel ini dapat terus dilakukan karena memiliki dana investasi yang kuat dan terlihat dari operating expenses mereka dari tahun 2003 sampai dengan 2007 mengeluarkan dana tambahan sebesar ± 2 triliun Rupiah per tahunnya bahkan lebih pada tahun 2006 dan 2007 (Grafik 4.13). Hal ini menunjukan bagaimana Telkomsel berani untuk mengalokasikan dana untuk investasi guna meningkatkan jangkauan coverage yang dapat menjangkau pelosok-pelosok

34 61 daerah di seluruh Indonesia sehingga banyak pelanggan menggunakan produk Telkomsel. Operating Expenses Telkomsel Jumlah (dalam miliar Rupiah) Tahun Sumber: Laporan Tahunan Telkomsel. Grafik 4.13 Operating Expenses Telkomsel Selain dari keunggulan coverage, Telkomsel juga merupakan operator yang inovatif dengan banyak melakukan inovasi dalam fitur VAS (Value Added Service) seperti Telkomsel Football, Telkomsel Pelindung Dataku, Telkomsel You ve Got Mail di tahun 2007, VAS ini juga yang membuat pelanggan lain beralih ke produk Telkomsel dan menjaga loyalitas dari pelanggan Telkomsel sebelumnya akan fitur-fitur baru yang ditawarkan.

35 62 2. Keunggulan Biaya Menyeluruh Strategi Keunggulan biaya menyeluruh (Cost Leadership) dalam industri telekomunikasi seluler di Indonesia dilakukan oleh Bakrie Telecom dengan produknya Esia dengan teknologi CDMA yang sangat gencar dengan iklan menelpon hanya membayar Rp. 1000/jam sesama Esia. Hal ini yang menyebabkan operator dari industri telekomunikasi seluler GSM harus mengganti strategi mereka agar dapat bersaing dan tidak kehilangan pelanggan. Sehingga pada tahun 2007, XL merupakan pelopor operator seluler GSM yang berani untuk melakukan price innovation dengan penurunan harga dan penerapan iklan tarif Rp. 1/detik kepada pelanggan, tetapi XL tetap mendapatkan pendapatan usaha sebesar Rp. 10/detik selama 2 menit pertama (Grafik 4.14). Sumber: Data Internal XL. Grafik 4.14 Price Innovation XL

36 63 Dengan diberlakukannya price innovation tersebut diatas untuk produk XL menyebabkan adanya peningkatan jumlah pelanggan dari tahun 2006 ke 2007 yang menyebabkan EBITDA XL meningkat dari 2,5 triliun Rupiah menjadi 3,5 triliun Rupiah (Grafik 4.15) dengan Marjin EBITDA 39% menjadi 42%. EBITDA XL Jumlah (dalam miliar Rupiah) Tahun Sumber: Laporan Tahunan XL. Grafik 4.15 EBITDA XL 3. Fokus Dalam strategi fokus ini dibangun untuk memenuhi target tertentu secara baik, dimana dilakukan oleh PT. Indosat Tbk menerapkan untuk produk IM3 mereka dengan memusatkan dan mentargetkan kepada segmen anak muda (usia ±14 25

37 64 tahun) dengan harga murah sejak dari awal IM3 diluncurkan pada tahun 2001 dengan trend, fitur GPRS, dan VAS. Tetapi dengan strategi fokus dari Indosat ini yang hanya mengandalkan segmen anak muda mengalami keterbatasan dalam pencapaian bagian pasar secara keseluruhan. Karena hal tersebut tahun 2005 Indosat terus melakukan pembangunan infrastruktur telekomunikasi untuk meningkatkan coverage agar strategi fokus kepada anak muda mereka didukung dengan jangkauan kualitas layanan seluler sehingga dapat bertahan dalam persaingan industri telekomunikasi seluler GSM tetapi berada dalam posisi terjepit di tengah-tengah, sehingga seakan-akan perkembangan Indosat seperti jalan di tempat. Berdasarkan analisa dan pembahasan diatas dapat tarik kesimpulan strategi generik 3 besar operator dalam menghadapi persaingan di industri telekomunikasi seluler GSM terlihat dalam Gambar 4.3 berikut:

38 65 (KEUNGGULAN STRATEGIS) Kekhasan yang Posisi Biaya Rendah Dirasakan pelanggan Seluruh industri DIFERENSIASI KEUNGGULAN BIAYA MENYELURUH (TINGKAT STRATEGIS) Hanya Segmen tertentu FOKUS Gambar 4.3 Strategi Generik Operator Analisis Business Model Sejak awal perkembangan industri telekomunikasi seluler GSM di Indonesia setiap operator memiliki business model masing-masing untuk dapat menghadapi persaingan yang ketat dan mendapatkan pangsa pasar yang besar. Di Indonesia untuk industri telekomunikasi seluler memiliki 4 jenis business model, yaitu : 1. Coverage Driven 2. Price Driven 3. Service Quality Driven 4. Value Added Services Driven

39 66 Sumber: Data Internal XL. Gambar 4.4 Stages of Cellular Market Development Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur Utama XL, Bapak Hasnul Suhaimi, dapat dianalisa Telkomsel yang sejak didirikan tahun 1995 hingga sekarang, mereka selalu menerapkan business model coverage driven, dimana strategi awal yang terpenting dalam industri ini adalah luasnya jangkauan akan layanan seluler mereka sehingga kualitas mereka terjaga. Telkomsel tidak seperti mencari pelanggan karena mereka terus membangun infrastruktur BTS pada daerah yang memiliki penduduk bahkan daerah yang belum memiliki penduduk Telkomsel tetap melakukan pembangunan untuk meningkatkan jangkauan. Pertumbuhan infrastruktur BTS Telkomsel setiap tahunnya sangat signifikan, setiap tahunnya penambahan BTS rata-rata antara unit di seluruh Indonesia (Grafik 4.16). Hal ini menunjukan

40 67 bagaimana Telkomsel berdiferensiasi dalam hal coverage untuk menambah kapasitas yang lebih besar hingga ke daerah daerah sehingga pelanggan baru akan menggunakan produk Telkomsel dan mempertahankan pelanggan lama. Jumlah BTS Telkomsel Jumlah Tahun Sumber: Laporan Tahunan Telkomsel. Grafik 4.16 Jumlah BTS Telkomsel Tahun Indosat yang sejak tahun 1994 dengan Satelindo menawarkan harga murah dibawah harga Telkomsel dengan penerapan business model price driven, dimana harga adalah yang paling penting untuk mendapatkan pelanggan. Dan IM3 yang hadir pada tahun 2001 juga menawarkan produknya dengan harga murah, dimana pada tahun 2004 Satelindo dan IM3 bergabung menjadi Indosat hadir dengan 2 produk, yaitu Mentari untuk target pasar keluarga dan IM3 untuk target pasar anak muda yang keduanya menawarkan dengan harga murah, tetapi tahun , sesuai dengan pernyataan Bapak

41 68 Hasnul Suhaimi yang pada itu menjadi Direktur Utama Indosat menyatakan Indosat lambat dalam pembangunan jangkauan/coverage sehingga pertumbuhan pendapatan mereka menurun dari tahun 2004 s/d 2006, dimana sesuai dengan Grafik 4.17 terlihat pertumbuhan pendapatan terbesar terjadi hanya antara tahun 2006 dan 2007, karena Indosat sudah sadar akan pentingnya coverage dalam industri ini. Pendapatan Usaha Indosat Jumlah Tahun Sumber: Laporan Tahunan Indosat. Grafik 4.17 Pendapatan Usaha Indosat Sedangkan XL yang sejak muncul sebagai operator ke-3 pada tahun 1996 menerapkan business model service quality driven, dimana kualitas dari layanan seluler harus baik, baik dari segi sinyal, suara, fitur, maupun pelayanan dalam hal ini customer service XL. Tetapi XL sendiri

42 69 kurang tanggap dalam hal penerapan service quality driven karena dari tahun XL hanya memiliki jumlah BTS sebanyak 240 unit, dengan jumlah BTS yang sedikit itu sulit untuk mendapatkan kualitas yang baik. Kemudian tahun 2005 setelah mendapatkan suntikan dana dari Telekom Malaysia, XL mulai menyadari bahwa coverage itu meupakan strategi penting untuk mendapatkan kualitas yang baik sehingga sejak tahun 2005 XL selalu menambah jumlah BTS mereka lebih dari 2500 unit BTS per tahunnya hingga tahun Keterlambatan Indosat dan XL dalam mengembangkan coverage di Indonesia dibandingkan dengan Telkomsel yang telah melaksanakan pembangunan coverage dan kapasitas secara total sejak mulai beroperasi membuat Telkomsel menguasai pangsa pasar operator seluler GSM di Indonesia hingga tahun 2007 (Gambar 4.4). Pangsa Pasar Operator Seluler GSM Indonesia, % 2% 28% 55% Telkomsel Indosat XL Lainnya Sumber: Laporan Tahunan Operator. Gambar 4.5 Pangsa Pasar Operator Seluler GSM Indonesia Tahun 2007

43 70 Bedasarkan analisa penulis dan teori business model yang menggabungkan enam elemen (Fleisher dan Bensoussan, 2007), Telkomsel memiliki value preposition dalam penyesuaian kebutuhan pelanggan yaitu dengan memberikan layanan jangkauan yang luas kepada pelanggan dengan coverage hampir mencakup seluruh Indonesia (value network) sehingga menghasilakn kualitas servis yang bagus serta Telkomsel memberikan inovasi value added services atau fitur-fitur baru kepada pelanggan pada tahun Telkomsel sendiri memiliki market segment khusus yaitu bagi masyarakat kelas premium untuk mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan potensial (revenue models) dengan produk Simpati karena jangkauan mereka yang luas untuk memperkuat kualitas servis mereka kepada pelanggan. Serta produk Kartu As Telkomsel ingin menjangkau market segment masyarakat menengah kebawah dengan harga murah dan bonus-bonus yang diberikan. Sedangkan Indosat yang sejak awal selalu muncul dengan harga murah dengan market segment untuk anak muda dan keluarga dengan value preposition dalam fitur-fitur baru dan nilai tambah servis yang sesuai untuk segmen anak muda. Dan XL yang melakukan price innovation pada tahun 2007 dengan penerapan value chain and cost models sehingga mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan yang potensial (revenue models) dan sejak tahun 2005 XL terus melakukan pengembangan jaringan dan kapasitas dengan penambahan jumlah BTS (value network).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat hanya menggunakan surat, yang berkembang dengan telepon rumah,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat hanya menggunakan surat, yang berkembang dengan telepon rumah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan sarana komunikasi mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat. Semula komunikasi masyarakat hanya menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini sangat pesat. Salah satunya pada perkembangan telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pengaruh switching..., Adhitya Buwono, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pengaruh switching..., Adhitya Buwono, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telekomunikasi seluler saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan yang utama bagi masyarakat Indonesia, khususnya telekomunikasi seluler berbasis Global System for Mobile

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat memberikan pengaruh yang besar terhadap perusahaan jasa telekomunikasi di Indonesia, yaitu melalui perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan saat ini menjadi industri yang paling berkembang dalam 10 tahun terakhir di

BAB I PENDAHULUAN. dan saat ini menjadi industri yang paling berkembang dalam 10 tahun terakhir di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri telekomunikasi seluler adalah industri yang bergerak dibidang jasa dan saat ini menjadi industri yang paling berkembang dalam 10 tahun terakhir di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah perkembangan teknologi yang berbasis telekomunikasi. Ini menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi menuntut semua sektor bisnis harus memiliki strategi agar dapat bersaing dengan para pesaing lainnya. Salah satunya dengan memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manfaat kompetisi yang semakin ketat di sektor telekomunikasi kini mulai dirasakan oleh masyarakat luas. Persaingan teknologi dan persaingan bisnis antar-operator telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perusahaan jasa telekomunikasi di Indonesia. Salah satu perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor pendapatan ekonomi di suatu negara. Bahkan menjadi tolak ukur maju tidaknya ekonomi suatu wilayah.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan telekomunikasi sebagai

PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan telekomunikasi sebagai 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan telekomunikasi sebagai media penghubung menjadi semakin penting bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan telekomunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, tercatat 10 operator telepon di Indonesia. Telkom (PT

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, tercatat 10 operator telepon di Indonesia. Telkom (PT BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini, tercatat 10 operator telepon di Indonesia. Telkom (PT Telkom), Telkomsel (PT Telekomunikasi Selular), Satelindo (PT Indosat Tbk.) dan XL (PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telekomunikasi saat ini memegang peranan penting pada setiap lini kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini dunia dipenuhi dengan tumbuh pesatnya industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanskap bisnis telekomunikasi mengalami perubahan yang sangat cepat, tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun persaingan. Dari sisi teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat dirasakan pengaruhnya adalah semakin mudahnya pemenuhan kebutuhan manusia dalam hal berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkomunikasi. Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi menjadi sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. saling berkomunikasi. Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi menjadi sesuatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam dunia teknologi dan telekomunikasi menempatkan industri telekomunikasi seluler menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh setiap orang. Komunikasi adalah alat bagi seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak Pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di Indonesia dari monopoli menjadi kompetisi melalui UU No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi di negara ini, banyak muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan yang sangat pesat saat ini. Setiap perusahaan bersaing untuk memberikan yang terbaik agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jasa Telekomunikasi di Indonesia berawal dari pengoperasian layanan telegraf

BAB I PENDAHULUAN. Jasa Telekomunikasi di Indonesia berawal dari pengoperasian layanan telegraf BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perkembangan Telekomunikasi di Indonesia Jasa Telekomunikasi di Indonesia berawal dari pengoperasian layanan telegraf elektromagnetik yang menghubungkan Jakarta dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dikaji di dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor telekomunikasi, karena derasnya arus globalisasi sangat berdampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat. Mobilitas serta meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam berkomunikasi di mana saja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana semakin banyak dan beragamnya produk - produk yang ditawarkan oleh perusahaan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan teknologi, dunia usaha dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam industri tersebut semakin meningkat. Persaingan yang terjadi tidak terlepas dari ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Terhadap Obyek Studi Sekilas tentang PT XL Axiata Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Terhadap Obyek Studi Sekilas tentang PT XL Axiata Tbk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Terhadap Obyek Studi 1.1.1. Sekilas tentang PT XL Axiata Tbk PT XL Axiata Tbk. ( XL atau Perusahaan ) didirikan pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam beberapa tahun terakhir telah mendukung perkembangan kegiatan pemasaran dan mendorong percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan peluang-peluang baru bagi pemain industri telekomunikasi baik

I. PENDAHULUAN. memberikan peluang-peluang baru bagi pemain industri telekomunikasi baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telekomunikasi merupakan salah satu industri yang paling kompetitif di Indonesia. Industri telekomunikasi nasional mengalami pertumbuhan pesat seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS

6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS BAB VI ANALISA STRATEGI BERSAING AXIS Telekom Indonesia 6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS AXIS saat ini merupakan perusahaan telekomunikasi selular no 4 di Indonesia, di atasnya adalah Telkomsel,

Lebih terperinci

Jielly Senewe

Jielly Senewe Jielly Senewe 080213007 XL XL adalah salah satu penyedia layanan seluler terdepan di Indonesia yang sebagian besar sahamnya dimiliki TM International Berhad, melalui Indocel Holding Sdn Bhd, Emirates Telecommunications

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia usaha telekomunikasi makin berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang digunakannya. Telekomunikasi Indonesia yang pada awalnya berupa komunikasi menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan khususnya di sektor telekomunikasi, membuat perusahaan lebih cenderung untuk berusaha mempertahankan

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVRSITAS AIRLANGGA BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya dimiliki oleh

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVRSITAS AIRLANGGA BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya dimiliki oleh BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN II. 1 Gambaran Umum Obyek Penelitian PT. Indosat berdiri pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal Asing atau PMA, kemudian memulai operasinya pada tahun 1969. Di tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini sangatlah pesat. Seiring dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi telekomunikasi membuat individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi komunikasi saat ini tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat umum tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya perkembangan bisnis operator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Seiring berkembangnya era globalisasi di Indonesia, banyak muncul industri-industri serta perusahaan baru, salah satu bidang tersebut adalah industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi memunculkan banyaknya perubahan, khususnya di bidang teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1984,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan berbagai strategi untuk keberlangsungan perusahaan. Ditengah

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan berbagai strategi untuk keberlangsungan perusahaan. Ditengah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis dewasa ini semakin cepat, banyak perusahaan menerapkan berbagai strategi untuk keberlangsungan perusahaan. Ditengah persaingan yang ketat, bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO) Kementerian Komunikasi dan Informatika sebelumnya bernama Departemen Penerangan (1945-1999),

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Indosat Tbk adalah salah satu perusahaan penyelenggara jasa

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Indosat Tbk adalah salah satu perusahaan penyelenggara jasa 50 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Indosat Tbk adalah salah satu perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi dan informasi terkemuka di Indonesia yang menyediakan layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan telepon seluler membutuhkan suatu jasa penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan telepon seluler membutuhkan suatu jasa penyelenggara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, media komunikasi kini berkembang semakin pesat. Salah satu media komunikasi yang terus berkembang dan semakin canggih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis yang tajam mulai bermunculan di segala sektor bisnis. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia bahkan di dunia ini dapat diakui banyak menarik minat para pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia bahkan di dunia ini dapat diakui banyak menarik minat para pelaku BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, salah satu industri yang menarik untuk digali mengenai loyalitas pelanggannya adalah industri telekomunikasi seluler. Industri yang mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu kebutuhan masyarakat modern adalah kebutuhan sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu kebutuhan masyarakat modern adalah kebutuhan sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebutuhan masyarakat modern adalah kebutuhan sarana komunikasi. Banyak sarana yang menawarkan produk untuk memenuhiakan kebutuhan konsumen yang praktis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat menyediakan produk inovatif untuk mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat menyediakan produk inovatif untuk mendukung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin memperketat persaingan di industri telekomunikasi, khususnya pada perusahaan operator telekomunikasi. Pasalnya, perusahaan harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan teknologi sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Selama kurang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan teknologi sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Selama kurang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia akan teknologi sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Selama kurang lebih dua puluh tahun ini dunia mengalami perkembangan yang begitu pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sektor telekomunikasi, membuat perusahaan lebih cenderung untuk berusaha

BAB I PENDAHULUAN. di sektor telekomunikasi, membuat perusahaan lebih cenderung untuk berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan khususnya di sektor telekomunikasi, membuat perusahaan lebih cenderung untuk berusaha mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telekomunikasi telepon seluler yang signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telekomunikasi telepon seluler yang signifikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi telekomunikasi telepon seluler yang signifikan dilihat dari pertumbuhan jumlah pelanggannya dewasa ini memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam bidang pemasaran produk untuk mendapatkan pangsa pasar yang tinggi kini semakin ketat. Ketatnya persaingan tersebut ditambah pula dengan semakin kritisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. raksasa, yaitu PT Telkomsel (Telekomunikasi Seluler) dan PT Satelindo (Satelit

BAB I PENDAHULUAN. raksasa, yaitu PT Telkomsel (Telekomunikasi Seluler) dan PT Satelindo (Satelit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi seluler di Indonesia baru saja memasuki babak baru. Lima tahun pertama kehadirannya di Indonesia di dominasi oleh dua operator selular raksasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk inovatif dan melakukan penyesuaian terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk inovatif dan melakukan penyesuaian terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, persaingan usaha semakin ketat dan terbuka menuntut perusahaan untuk inovatif dan melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang digunakan saat ini adalah telepon rumah. dibawa kemanapun kita pergi. Lambat laun telepon rumah mulai ditinggalkan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang digunakan saat ini adalah telepon rumah. dibawa kemanapun kita pergi. Lambat laun telepon rumah mulai ditinggalkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang sangat pesat. Komunikasi merupakan

Lebih terperinci

Company LOGO. Pengantar (Inovasi) Aplikasi Bergerak. Produk Aplikasi Bergerak di Indonesia

Company LOGO. Pengantar (Inovasi) Aplikasi Bergerak. Produk Aplikasi Bergerak di Indonesia Company LOGO Pengantar (Inovasi) Aplikasi Bergerak Produk Aplikasi Bergerak di Indonesia Produk Telekomunikasi Seluler di Indonesia 3G / 3.5G (HSDPA) GSM Mobile CDMA Fixed Wireless CDMA Internet Mobile

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini.

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan yang sangat signifikan telah terjadi dalam perjalanan industri telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan akan berkomunikasi dimana dan kapan saja merupakan sebuah tuntutan manusia yang dinamis pada saat ini. Salah satu kebutuhan tersebut adalah komunikasi data

Lebih terperinci

Pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan mahasiswa program studi pendidikan ekonomi UNS dalam membeli produk IM3

Pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan mahasiswa program studi pendidikan ekonomi UNS dalam membeli produk IM3 1 Pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan mahasiswa program studi pendidikan ekonomi UNS dalam membeli produk IM3 Oleh : Fitri Nurul Azizi NIM K 7402076 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa dekade terakhir ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan dengan sangat pesat. Perkembangan teknologi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai macam alat komunikasi yang semakin memudahkan penggunanya

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai macam alat komunikasi yang semakin memudahkan penggunanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, telekomunikasi telah menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat memunculkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membuka suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membuka suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi membuka suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dan di sisi lain keadaan tersebut memunculkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Pangsa pasar industri telekomunikasi seluler Indonesia 2011

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Pangsa pasar industri telekomunikasi seluler Indonesia 2011 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia (Adam 2011). Jumlahnya menurut catatan World Bank (2010) mencapai 239 870 937 jiwa. Nielsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi atau komunikasi di Indonesia sudah sedemikian pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang memasuki dunia globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PELANGGAN LAYANAN. 50,000 34,900 24,270 PT Telkom, Tbk data 25,000 16,700 14,500 15,000 9,528 6,978

BAB I PENDAHULUAN PELANGGAN LAYANAN. 50,000 34,900 24,270 PT Telkom, Tbk data 25,000 16,700 14,500 15,000 9,528 6,978 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, pertumbuhan bisnis telekomunikasi kian subur. Sampai akhir tahun 2008 saja sudah tercatat 10 operator telekomunikasi yang beroperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Industri Telekomunikasi Indonesia ( INTI ) sebagai Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. PT Industri Telekomunikasi Indonesia ( INTI ) sebagai Badan Usaha Milik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Industri Telekomunikasi Indonesia ( INTI ) sebagai Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) berdiri pada tanggal 30 Desember 1974 dengan misi untuk menjadi basis dan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I. 1. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. I. 1. Latar Belakang 1 BAB I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang Belanja iklan produk setiap tahunnya terus bergerak naik sebesar 20%. Produk telekomunikasi, perawatan tubuh (toiletries), kosmetik, rokok, makanan dan minuman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik kebutuhan yang bersifat biogenetik seperti rasa lapar dan haus maupun kebutuhan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan alat komunikasi yang disebut Handphone (HP) atau telepon

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan alat komunikasi yang disebut Handphone (HP) atau telepon 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pemanfaatan alat komunikasi yang disebut Handphone (HP) atau telepon seluler (Ponsel) semakin marak dewasa ini. Bahkan anak SD tidak jarang yang memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebutuhan masyarakat akan alat komunikasi pada saat ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebutuhan masyarakat akan alat komunikasi pada saat ini sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan masyarakat akan alat komunikasi pada saat ini sangat penting, apalagi dalam hal usaha komunikasi sangat dibutuhkan. Banyak alat komunikasi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hutchison Telecom International ialah salah satu perusahaan layanan telekomunikasi terbesar di dunia, yang memiliki visi untuk memberikan layanan komunikasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. jasa telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. : Jl. Medan Merdeka Barat 21 Jakarta, Indonesia.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. jasa telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. : Jl. Medan Merdeka Barat 21 Jakarta, Indonesia. 48 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Data Perusahaan Indosat (lengkapnya PT Indosat Tbk) adalah salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap. lingkunagan baik secara langsung maupun tidak langsung telah

BAB I PENDAHULUAN. cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap. lingkunagan baik secara langsung maupun tidak langsung telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap lingkunagan baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya teknologi dari tahun ke tahun, membuat kehidupan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya teknologi dari tahun ke tahun, membuat kehidupan dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya teknologi dari tahun ke tahun, membuat kehidupan dunia semakin modern dan mudah. Hal tersebut berlaku juga dalam bidang telekomunikasi, teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Seiring dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Dengan tingginya persaingan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat. Ketatnya persaingan menuntut

I. PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat. Ketatnya persaingan menuntut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroprasi di Indonesia. Keadaan tersebut memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun terus meningkat seiring perkembangan jaman. Selain itu didukung

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun terus meningkat seiring perkembangan jaman. Selain itu didukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi komunikasi saat ini tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat umum tetapi juga menjadi ladang bisnis yang prospektif. Bisnis operator selular dari tahun

Lebih terperinci

Analisis Industri Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk

Analisis Industri Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk Industrial Competitive Analysis Dosen: Drs Ahmad Jamli, MA Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk Kelompok 2: Candra WP Dwi Joko PWA Eri Ardono S PT XL Axiata, Tbk Pada tahun 1996, XL mulai beroperasi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Gambar 1.1 Logo Esia Sumber :www.myesia.com Esia adalah sebuah merek dari layanan operator telekomunikasi yang dikeluarkan oleh PT.Bakrie Telecom Tbk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. XL AXIATA, Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. XL AXIATA, Tbk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil PT. XL AXIATA, Tbk XL adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Mulai beroperasi secara komersial sejak 8 Oktober

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap hari manusia melakukan komunikasi, baik untuk bisnis ataupun non bisnis. Kebutuhan akan alat komunikasi yang meningkat tidak lepas dari perkembangan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG Suatu perusahaan didirikan untuk menghasilkan laba yang optimal, dengan adanya laba yang diperoleh tersebut, perusahaan akan memiliki kemampuan untuk berkembang dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluncuran pertama kali layanan pasca bayar secara komersial pada tanggal 26

BAB I PENDAHULUAN. peluncuran pertama kali layanan pasca bayar secara komersial pada tanggal 26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan telekomunikasi di Indonesia sudah mencapai tahap yang mengagumkan. Data saat ini menunjukkan bahwa pengguna ponsel di negeri ini sudah mencapai angka yang

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. atraktif, hal senada ditunjukkan di industri telekomunikasi dengan perluasan

Bab I. Pendahuluan. atraktif, hal senada ditunjukkan di industri telekomunikasi dengan perluasan Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan laju perkembangan teknologi informasi yang sangat atraktif, hal senada ditunjukkan di industri telekomunikasi dengan perluasan pasar dan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Market Share Operator Selular Indonesia Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Market Share Operator Selular Indonesia Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif khususnya di bidang jasa telekomunikasi dan informasi, penyedia jasa berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia Telekomunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai suatu organisasi bisnis, tujuan utama dari korporasi adalah profit atau keuntungan. Mengingat banyak pemangku kepentingan terutama pemegang saham yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi informasi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 1.1.1 Profil Umum PT. Indosat,Tbk Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai perusahaan penanaman modal asing pertama di Indonesia yang menyediakan layanan

Lebih terperinci

Market Share Operator Selular GSM Q

Market Share Operator Selular GSM Q BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya manusia dikenal dengan makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain (Efendy, 2003:8). Dengan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh perusahaan milik negara mulai tahun 1961. Pengembangan dan modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan terjadi bila terdapat produk yang sama dari beberapa produsen berbeda memperebutkan pasar sama. Persaingan dapat ditemukan di berbagai bentuk bisnis, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi yang terjadi di tengah perekonomian memberikan dampak bagi dunia usaha. Salah satu industri yang terkena efek globalisasi yaitu industri telekomunikasi.

Lebih terperinci

Dalam subbab ini penulis memberikan beberapa SIMCARD GSM yang dipakai oleh penulis.

Dalam subbab ini penulis memberikan beberapa SIMCARD GSM yang dipakai oleh penulis. SIMCARD (KARTU HP) SIMCard (Kartu HP) merupakan chip yang berbentuk seperti kartu diletakkan di dalam handphone. SIMCard ini sering juga disebut dengan RUIM (Removable User Identity Module). Dengan kartu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan beberapa bagian lainnya yang meliputi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik bukanlah sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik bukanlah sekedar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkomunikasi merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik bukanlah sekedar gagasan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari suatu informasi. Berkembangnya teknologi komunikasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencari suatu informasi. Berkembangnya teknologi komunikasi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan arus globalisasi, telekomunikasi telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat yang tidak dapat dihindari untuk mencari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mengakibatkan persaingan di segala bidang usaha menjadi. Menghadapi hal tersebut maka perusahaan harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mengakibatkan persaingan di segala bidang usaha menjadi. Menghadapi hal tersebut maka perusahaan harus selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi mengakibatkan persaingan di segala bidang usaha menjadi semakin ketat. Menghadapi hal tersebut maka perusahaan harus selalu berorientasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan telepon selular di Indonesia diprediksikan mengalami peningkatan dengan jumlah yang cukup tajam. Hal ini merupakan dampak dari semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah struktur modal, dimana struktur modal menjadi variabel independen (X), sedangkan nilai perusahaan sebagai

Lebih terperinci