BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada setiap penelitian tentunya terdapat teori-teori yang dapat menunjang penelitian tersebut. Pada penelitian ini akan dibahas teori mengenai Laporan Keuangan, yang berkaitan dengan variable yang akan diteliti yaitu teori keagenan, laporan keuangan, prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model Altman, Springate dan Zmijewski. Berikut penjelasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu : 1. Teori Keagenan Perusahaan merupakan pusat perjanjian kontrak yang memiliki kepentingan berbeda antara berbagai pihak, yaitu pemegang saham, manajemen yang diwakili oleh manajer, supplier dan pihak-pihak lainnya termasuk calon investor dan karyawan. Teori yang menjelaskan hubungan antara pihak-pihak tersebut (pihak principal dan agent) disebut teori keagenan (agency theory). Konflik kepentingan antara pemilik dan manajer dalam perusahaan menjadi masalah yang mendasari teori keagenan. Manajer yang disebut agen dan pemilik yang disebut principal merupakan dua pihak yang masing-masing memiliki tujuan berbeda dalam mengendalikan perusahaan terutama menyangkut bagaimana memaksimumkan kepuasan dan kepentingan dari hasil yang dicapai melalui aktivitas usaha (Tjager, 2003). 10

2 11 Teori keagenan ini berlaku terhadap kegiatan manajemen dalam pembuatan keputusan akan investasi dimana manajer berperan sebagai agent tersebut melakukan kebijakan untuk mengelola investasi perusahaan pada tahun berjalan sebagai perwakilan dari para pemegang saham sebagai principal. Manajer dituntut untuk melaporkan laporan keuangan perusahaan dengan wajar dan dapat diandalkan kepada pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan tersebut. Adanya tindakan manajemen laba,baik manajemen laba riil maupun akrual yang dilakukan saat manajer mengusulkan untuk diadakannya suatu proyek investasi baru bagi perusahaan, menunjukkan adanya agency problem yang timbul yang dapat merugikan para stakeholder perusahaan di masa depan (Wolk et al, 2004). 2. Teori Signaling Menurut (Jama an, 2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan mnganemberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal tersebut dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah

3 12 perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate (Jama an, 2008). Teori signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut baik maka harus ditangkap pasar dan dipersepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang memiliki kualitas buruk (Hartono, 2005). 3. Laporan Keuangan 3.1 Pengertian Laporan keuangan Menurut PSAK No.1 (2012), Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Sedangkan menurut Kamaludin dan Indriani (2011) laporan keuangan adalah suatu ringkasan dari transaksi keuangan dan hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Yang berfungsi memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang dari suatu badan ekonomi untuk pengambilan suatu keputusan dari beberapa alternative kegiatan ekonomi.

4 13 Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan labarugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan (Munawir, 2010). Laporan keuangan dalam setiap perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang memberikan gambaran tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi mengenai kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat penting bagi berbagai pihak, karena berguna bagi pihak-pihak yang ada di dalam (internal) perusahaan maupun pihak-pihak yang berada di luar (eksternal) perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan (Arief, Yanuar dan Synthia, 2010). 3.2 Komponen-Komponen Laporan Keuangan Laporan Keuangan dalam PSAK No. 1 (2013) terkait Penyajian Laporan Keuangan terdiri dari komponen-komponen berikut ini (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2013) :

5 14 1. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah aset tetap, properti investasi, aset tidak berwujud, aset keuangan, investasi dengan menggunakan metode ekuitas, persediaan, piutang dagang dan piutang lainnya, kas dan setara kas, total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK Laporan Laba Rugi dan penghasilan Komprehensif lain Perusahaan dapat menyajikan suatu laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, dengan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain disajikan dalam dua bagian. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Perusahaan menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukan: a) Total laba rugi komprehensif selama suatu periode b) Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25, c) Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode. 4. Laporan Arus kas Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut.

6 15 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan.mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan, dan memberikan informasi yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan. 6. Informasi Komparatif Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh PSAK/ISAK. 7. Laporan Posisi Keuangan pada Awal Periode Laporan posisi keuangan pada awal periode sebelumnya yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. 3.3 Tujuan Laporan Keuangan Berikut ini tujuan-tujuan laporan keuangan yang semuanya bersifat umum, berkaitan dengan pemakai eksternal yang bermacam-macam jenisnya. Menggambarkan tujuan laporan keuangan dimulai dari yang paling umum, kemudian bergerak kebagian yang lebih spesifik (Mamduh dan Abdul, 2009 : 31).

7 16 TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN Tujuan Umum Diturunkan Tujuan Pemakai Eksternal Diturunkan Tujuan Perusahaan (lembaga) Tujuan Spesifik Memberi informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial) untuk membat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan lainnya yang serupa rasional Memberi informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditur, dan pemakai lainnya saat ini atau masa yang akan datang (potensial), untuk memperkirakan jumlah, waktu (timing), dan ketidakpastian dari penerimaan kas dari dividen atau bunga, dan dari penjualan, pelunasan surat-surat berharga atau hutang pinjaman Memberi informasi untuk menolong investor, kreditur, dan pemakai lainnua untuk memperkirakan jumlah, waktu (timing ), dan ketidakpastian aliran kas masuk bersih ke perusahaan (lembaga) Memberi informasi sumber daya ekonomi kewajiban, dan modal saham Memberi informasi pendapatan yang Komprehensif Memberi informasi aliran Kas Sumber : Mamduh dan Abdul, 2009 : 31 Gambar 2.1. Tujuan Pelaporan Keuangan 4. Kesulitan Keuangan (Financial Distressi) dan Kebangkrutan Sering kali pengertian kesulitan keuangan (financial distress) disamakan dengan pengertian kebangkrutan, padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Berikut uraian pengertian financial distress dan kebangkrutan.

8 Pengertian Kesulitan Keuangan (Financial Distress) Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan terancam bangkrut karena memiliki kesulitan keuangan. Akan timbul biaya-biaya kebangkrutan jika perusahaan mengalami kebangkrutan, diantaranya: keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual dan lain sebagainya (Muslim, 2011). 4.2 Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan merupakan klimaks dari suatu proses financial distress yang dialami perusahaan. Kebangkrutan sebagai suatu keadaan dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada kreditur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan, yaitu profit, tidak tercapai (Endri, 2009). Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusaan mengalami kekurangan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Undang-Undang kepailitan No. 4 tahun 1998, yaitu : Debitur atau kreditur yang memiliki dua atau lebih kreditur tidak membayar sedikitnya suatu utang yang telah jatuh tempo dan dapat dinyatakan pailit dengan keputusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seorang krediturnya. Sedangkan menurut (Mamduh dan Abdul, 2009) Beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutan diantaranya adalah bersumber dari analisis aliran kas baik untuk saat ini maupun untuk masa mendatang. Sumber lainnya adalah analisis strategi perusahaan yang memfokuskan pada persaingan yang dihadapi oleh

9 18 perusahaan, struktur biaya relative terhadap pesaingnya, kualitas manajemen, kemampuan manajemen mengendalikan biaya, dan lainnya. Analisis semacam ini bisa digunakan sebagai pendukung analisis aliran kas, karena kondisi perusahaan semacam diatas akan mempengaruhi aliran kas perusahaan. Kesulitan keuangan jangka pendek dapat berkembang menjadi semakin parah walaupun biasanya bersifat sementara. Manfaat informasi kebangkrutan bagi beberapa pihak, antara lain (Harahaf, 2010) : 1) Pemegang Saham Pemegang saham tentunya ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset, utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Pastinya mereka juga ingin melihat prestasi manajemen dalam mengelola perusahaannya, dan ingin mengetahui jumlah dividen yang akan diterima, jumlah pendapatan persaham, jumlah laba yang ditahan. Serta mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu kewaktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan perusahaan lainnya. 2) Investor Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. 3) Analisis Pasar Modal Analisis pasar modal selalu melakukan analisis yang tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan go public maupun yang berpotensi masuk kepasar modal untuk mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disarankan untuk dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan. Informasi ini akan disampaikan kepada langganannya berupa investor baik individu maupun lembaga. 4) Manajer Manajer dapat mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manager selalu memerlukan keputusan yang tepat dan cepat apabila dihadapkan dengan seribu satu masalah setiap saat.

10 19 5) Karyawan dan Serikat Pekerja Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja di situ atau pindah dan mengetahui hasil usaha perusahaan agar dapat menilai apakah penghasilan yang diterimanya selama ini pantas atau tidak. 6) Instansi Pajak Semua kewajiban pajak tergambar dalam laporan keuangan, dengan demikian diperlukannya laporan keuangan bagi instansi pajak sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga untuk dasar penindakan. 7) Pemberi Dana (kreditur) Perusahaan calon debitur laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi untuk menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan diluncurkan 8) Supplier Laporan keuangan menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan. 9) Pihak pemerintah Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah bertanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (missal sektor perbankan). Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah berkepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal agar dapat mencegah hal yang tidak diharapkan. 4.3 Faktor Faktor Penyebab Kebangkrutan Secara garis besar penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi dua faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.(darsono dan Ashari, 2005)

11 20 Faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi : (Darsono dan Ashari, 2005) 1. Manajemen yang tidak efisien akan menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya dikarenakan mengalami kerugian secara terus menerus. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen. Sebagai contoh dari manajer yang tidak efisien adalah manajer yang tidak mampu menyusun rencana dengan memperhitungkan rencana dan biaya, serta tidak dapat memaksimumkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) yang minimum. 2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutanghutang yang dimiliki, dimana hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan. Salah satu contohnya, apabila perusahaan memiliki hutang yang mengharuskan membayar bunga seperti utang bank dan obligasi karena bunga tersebut dapat menggerogoti laba perusahaan. Dan piutang yang telah jatuh tempo yang terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka modal perusahaan akan semakin kecil karena aktiva tidak dapat berputar dengan baik. 3. Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Karena membuat kerugian

12 21 bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini bisa membentuk manajemen korup ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor. Sedangkan faktor ekstrnal yang bisa megakibatkan kebangkrutan berasal dari faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan, supplier, debitor, kreditor, pesaing ataupun dari pemerintah.sedangkan faktor eksternal yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi perekonomian secara makro ataupun faktor persaingan global. Faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan, yaitu : (Darsono dan Ashari, 2005) 1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusaaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. 2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang di gunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat di atasi. 3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang

13 22 yang diberikan pada debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dini terhadap aktiva perusaan. 4. Hubungan yang tidak dapat harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam undang-undang no 4 tahun 1998, kreditor bisa memalitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebur, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor. 5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan dan memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan. 6. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan Negara-negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi perusahaan. Kasus perkembangan pesat ekonomi Cina yang mengakibatkan tersedotnya kebutuhan bahan baku ke Cina dan kemampuan Cina memproduksi barang dengan harga yang murah adalah contoh kasus perekonomian global yang harus diantisiasi oleh perusahaan. Tingginya kebutuhan baja di Cina yang mengakibatkan harga baja naik tajam, mengakibatkan banyak industri pengecoran logam di daerah Klaten bangkrut karena biaya yang mengalami kenaikan sehingga produknya menjadi tidak kompetitif.

14 Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan Menurut (Mamduh & Abdul, 2009) Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan agar pihak manajemen dapat melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk dengan menggunakan data-data akuntansi. Berikut beberapa alternative perbaikan berdasarkan besar kecilnya permasalahan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan. Pemecahan secara informal Dilakukan apabila masalah belum begitu parah, masalah perusahaan hanya bersifat sementara dengan prospek masa depan yang masih bagus. 1. Perusahaan yang sedang mengalami kesulitan bisa meminta perpanjangan (extension) waktu pembayaran kewajiban (hutang, pinjaman, tagihan pemasok dan lain sebagainya). 2. Komposisi (Composition) dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan secara sukarela. Meskipun kreditor dapat merugi sementara, tetapi rehabilitasi perusahaan yang bersangkutan akan lebih menguntungkan dari pada menempuh prosedur formal. Pemecahan secara formal Dilakukan apabila masalah sudah parah :

15 24 a. Perusahaan dimerjerkan kedalam perusahaan lain dimana identitas perusahaan bisa dilanjutkan sebagai bagian dari perusahaan baru hasil merjer atau identitasnya hilang sama sekali karena diserap seluruhnya kedalam merger. b. Perusahaan dilikuidasi yaitu perusahaan sama sekali dihapus melalui likuidasi atau diserahkan kepihak trustee. 4.5 Model-Model Prediksi Financial Distress Pada bagian ini akan diuaraikan lebih rinci mengenai 3 (tiga) model prediksi financial distress yang cukup popular. Antara lain model-model tersebut adalah Altman (1968), Springate (1978), dan Zmijewski (1983) 1. Altman (1968) Altman (1968) menggunakan metode step-wise multivariate discriminant analysis (MDA) dalam penelitiannya. Seperti regesi logistik, teknik statistika ini juga biasa digunakan untuk membuat model dimana variable dependennya merupakan variable kualitatif. Penelitian Altman (1968) pada awalnya mengumpulkan 22 rasio perusahaan yang berguna dalam memprediksi financial distress. Dari 22 rasio tersebut, dilakukan pengujian-pengujian untuk memilih rasio-rasio mana yang akan digunakan dalam membuat model. Pengujian dilakukan dengan melihat signifikansi statistik rasio, korelasi antar rasio, kemampuan prediksi rasio, dan judgment dari peneliti sendiri (Rismawaty, 2012).

16 25 Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 Di mana : Z X1 X2 X3 X4 X5 = Nilai Z-Score(Altman) = (Aktiva lancar Hutang lancar)/total Aktiva = Laba yang ditahan/total Aset = Laba sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset = Nilai pasar saham biasa dan preferen/nilai buku total hutang = Penjualan/Total Aset Penelitian yang dilakukan oleh Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai-nilai kelima variable tersebut sebagai berikut ini. Perusahaan Bangkrut Perusahaan Tidak Bangkrut X1 -,061 0,414 X2 -,626 0,355 X3 -,318 0,154 X4 0, X Table 2.1 nilai-nilai kelima variable Altman Nilai Z adalah -,258 untuk perusahaan yang bangkrut dan 4,885 untuk perusahaan yang tidak bangkrut. Nilai Z kritis adalah 1,8. Perusahaan dengan nilai Z di bawah 1,8 mempunyai probabilitas kebangkrutan yang tinggi. Dengan Nilai Pasar Dengan Nilai Buku Tidak Bangkrut Jika Z > 2,675 2,90 Bangkrut Jika Z < 1,81 1,20 Daerah Rawan 1,81-2,675 1,20-2,90 Table 2.2 Titik Cutoff yang dilaporkan Altman

17 26 Daerah rawan merupakan kemungkinan munculnya klasifikasi yang salah. Tabel berikut ini menyajikan perbandingan internasional rasio-rasio keuangan untuk perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai Z yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori (Supardi, 2003) dalam (Gustina, 2014), yaitu: a. Jika nilai Z < 1,81 maka termasuk perusahaan bangkrut. b. Jika nilai 1,81< Z < 2,675 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). c. Jika nilai Z > 2,675 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut Uraian masing-masing variable tersebut adalah sebagai berikut (Supardi, 2003) dalam (Gustina, 2014), yaitu : a. Working capital to total assets (X1) atau modal kerja / total aktiva. Modal kerja yang dimaksud dalam X1 adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio X1 pada dasarnya merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut dapat negatif apabila aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator kebangkrutan seperti yang disebut diatas, maka indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuidasi perusahaan adalah indikator internal seperti

18 27 ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal (harta kekayaan menurun), penambahan utang yang tak terkendali, dan beberapa indikator lain. b. Retained earning / total assets (X2) atau laba ditahan / total aktiva. Rasio ini mengukur akumulasi laba semua perubahan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh pada rasio ini semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk mempelancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relative muda pada umumnya akan menunjukan hasil rasio tersebut rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada awal masa berdirinya. c. Earning before interest and tax / total assets (X3) atau laba sebelum bunga dan pajak / total asset. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator yang dapat digunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan member kredit pada konsumen yang tidak membayar pada waktu yang ditetapkan. d. Market value equity / book value of debt (X4) atau nilai pasar dari modal / nilai buku hutang. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang

19 28 jangka panjang, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. e. Sales / total assets (X5) atau penjualan / total aktiva. Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue. Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyak perusahaan yang tidak go public, dan dengan demikian tidak mempunyai nilai pasar. Untuk beberapa Negara seperti Indonesia, perusahaan semacam itu merupakan bagian terbesar yang ada. Altman kemudian mengembangkan model alternative dengan menggantikan variable X4 (Nilai pasar saham preferen dan biasa/nilai buku total hutang). Dengan cara demikian model tersebut bisa dipakai baik untuk perusahaan yang go public maupun yang tidak go public. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam itu adalah sebagai berikut. Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5 Di mana : X1 X2 X3 X4 X5 = (Aktiva lancar Hutang lancar)/total Aktiva = Laba yang ditahan/total Aset = Laba sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset = Nilai pasar saham biasa dan preferen/nilai buku total hutang = Penjualan/Total Aset

20 29 Model baru tersebut mempunyai kemampuan prediksi yang cukup baik juga (94% benar atau 62 benar dari total sampel 66), sedangkan yang asli (95% benar atau 63 benar dari 66 total sampel). Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-Score model Altman (1983), yaitu : a. Jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut b. Jika nilai 1,23< Z < 2,9 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). c. Jika nila Z > 2,9 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. 2. Springate (1978) Model ini dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate. Dengan mengikuti prosedur yang dikembangkan Altman, Springate menggunakan step-wise multiple discriminate analysis untuk memilih empat dari 19 rasio keuangan yang popular sehingga dapat membedakan perusahaan yang berada dalam zona bangkrut atau zona aman. Model Springate merumuskan sebagai berikut : S = 1,03X1 + 3,07X2 + 0,66X3 + 0,4X4 Keterangan : S = Nilai S-Score (Springate) X1 = Working Capital / Total Assets X2 = Net Profit Before Interest and Taxed / Total Assets X3 = Net Profit Before Taxes / Current Liabilities X4 = Sales / Total Assets

21 30 Springate (1978) mengemukakan nilai cut-off yang berlaku untuk model ini adalah 0,862. Nilai S yang lebih kecil dari 0,862 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut diprediksi akan mengalami kebangkrutan. Model ini memiliki akurasi 92,5% dalam tes yang dilakukan Springate Variable Potensi Kebangkrutan dibagi menjadi 3 (Yoseph, 2012) dalam (Gustina, 2014), yaitu : Cut Off S<0,862 0,862<S<1,062 S>1,062 Keterangan Menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius, hal ini perlu ditindak lanjuti oleh manajemen perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan Menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi rawan. Dalam kondisi ini manajemen harus berhati-hati dalam mengelola asset-asset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan (non-bangcurpty company). Tabel 2.3 Titik Cut-Off Perusahaan Manufaktur yang Telah Go Publik dalam Springate 3. Zmijewski (1984) Zmijewski (1984) mengkritik metode pengambilan sampel yang digunakan pendahulu-pendahulunya. Menurutnya, teknik matched-pair sampling cenderung memunculkan bias dalam hasil penelitian pendahulunya. Oleh karena itu, Zmijewski menggunakan teknik random sampling dalam penelitiannya (Rismawaty, 2012). Dalam penelitiannya, Zmijewski (1984) mensyaratkan suatu hal yang krusial. Proposi dari sampel dan populasi harus ditentukan di awal, sehingga didapat besaran frekuensi financial distress. Frekuensi ini diperoleh dengan membagi jumlah sampel yang mengalami financial distress dengan jumlah sampel keseluruhan.

22 31 Sampel yang digunakan Zmijewski (1984) berjumlah 840 perusahaan, terdiri dari 40 perusahaan yang mengalami financial distress dan 800 yang tidak mengalami financial distress. Data diperoleh dari compustat Annual industrial File. Data dikumpulkan dari tahun Metode statistik yang digunakan Zmijewski (1984) yaitu regresi logit. Dengan menggunakan metode tersebut, maka Zmijewski (1984) menghasilkan model sebagai berikut : X = -4,803 3,599X1 + 5,406X2 1,000X3 Dimana : X X1 X2 X3 = Nilai X-Score (Zmijewski) = ROA (Net income / total assets) = Leverage (Total debt / total assets) = Liquidity (Current assets / current liabilities) Zmijewski (1984) menyatakan bahwa perusahaan dianggap distress jika probabilitasnya lebih besar dari 0,5, dengan kata lain, nilai X-nya adalah 0. Maka dari itu, nilai cutoff yang berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti perusahaan yang nilai X-nya lebih besar dari atau sama dengan 0 diprediksi akan mengalami financial distress di masa depan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki nilai X lebih kecil dari 0 diprediksi tidak akan mengalami distress. Zmijewski (1984) telah mengukur akurasi modelnya sendiri, dan mendapatkan nilai akurasi 94,9%.

23 Penelitian Terdahulu Sampai saat ini sudah ada beberapa penelitian yang membandingkan ketepatan antar model prediksi financial distress. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : Hasanah (2010) membandingkan rasio keuangan model Altman dan model Springate. Sampel penelitian ini terdiri dari 5 bank sehat dan 2 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah analisis diskriminan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan model Altman dan model Springate memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan. Dalam penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio WCTA, RETA dan MVEBVD pada model Altman serta rasio WCTA pada model Springate secara statistik berbeda untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dengan bank yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan WCTA dan MVEBVD pada model Altman serta rasio keuangan WCTA pada model Springate yang secara statistik signifikan untuk memprediksi kondisi kesulitan keuangan pada sektor perbankan. Rismawaty (2012) menggunakan empat model prediksi financial distress yaitu model Altman, Springate, Ohlson, dan Zmijewski. Kemudian peneliti memilih sampel secara matched-paired seluruh sampel berjumlah 48 perusahaan, terdiri dari 24 perusahaan yang mengalami financial distress dan 24 yang tidak mengalami financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

24 33 indonesia. Peneliti lalu menguji akurasi keempat model diatas. Setelah itu melakukan prediksi atas 18 perusahaan di luar sampel dengan menggunakan model yang terbaik. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa model Zmijewski adalah model yang paling sesuai diterapkan untuk perusahaan manufaktur di Indonesia, karena tingkat keakuratannya paling tinggi dibandingkan model prediksi lainnya. Setelah dilakukan prediksi terhadap 18 perusahaan diluar sampel menggunakan model Zmijewski, diketahui bahwa ada 5 perusahaan yang diprediksi akan mengalami financial distress di masa depan. Juliana (2012) memilih tiga model Springate, Zmijewski, dsn Altman dalam Prediksi kebangkrutan. Sampel yang digunakan adalah 10 perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tahun terdapat 7 perusahaan diprediksi bangkrut pada model Springate sedangkan model Zmijewski tidak ada perusahaan yang diprediksi bangkrut dan pada model Altman Z-Score sebanyak 15 perusahaan diprediksi bangkrut sehingga menjadikan Altman Z-Score sebagai model yang lebih baik dengan memberikan prediksi kebangkrutan. Robin (2013) mengambil metode purposive sampling dan diperoleh sebanyak 11 perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari masing-masing sampel perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang dipublikasikan melalui situs Adapun yang menjadi variable bebas adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Altman dan Springate. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

25 34 perbedaan yang signifikan antara hasil analisis kebangkrutan Model Altman Z-Score dan Model Springate, dimana model Altman Z-Score lebih akurat daripada model Springate dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Rustiana (2014) memilih lima model prediksi kebangkrutan yang digunakan terdiri dari Model Altman Z-Score Modifikasi, Ohlson Y-Score, Zmijewski X-Score, Grover G-Score, dan Springate S-Score. Sampel penelitian ini terdiri dari 432 perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun Dari penelitian tersebut tidak terdapat perbedaan tingkat akurasi antara model prediksi kebangkrutan Altman Z-Score modifikasi, Ohlson Y-Score, Zmijewski X- Score, Grover G-Score, dan Springate S-Score untuk memprediksi keputusan perusahaan melakukan voluntary auditor switching. Karena penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat akurasi antara kelima model prediksi kebangkrutan, maka tidak dapat disimpulkan model yang paling akurat untuk memprediksi keputusan perusahaan melakukan voluntary auditor switching. Meskipun demikian, perhitungan peringkat ketepatan prediksi menunjukkan bahwa model Grouver G-Score merupakan model prediksi kebangkrutan dengan peringkat ketepatan tertinggi (81,71%) dibandingkan dengan model-model lainnya, peringkat kedua ditempati oleh model Altman Z-Score modifikasi (70,37%), diikuti oleh model Springate S-Score (68,06%) pada peringkat ke-tiga, dan model Zmijewski X-Score (50,46%) pada peringkat ke-empat, sementara Ohlson Y-Score merupakan model prediksi kebangkrutan dengan peringkat ketepatan terendah (25,23%).

26 35 Lili dan Trisnadi (2014) memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan model Altman Z-Score, Springate, Zmijewski, Foster dan Grover pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk periode Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu laporan keuangan tahunan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil analisis antara kelima model analisis kebangkrutan yang digunakan pada penelitian ini. Tingkat akurasi untuk model Altman Z-Score adalah 0% sedangkan model Springate sebesar 80%. Namun tingkat akurasi untuk model Zmijewski, Foster dan Grover adalah sebesar 100%. Diantara kelima model analisis kebangkrutan tersebut memiliki tingkat akurasi paling tinggi adalah Zmijewski, Foster dan Grover. Penelitian Galuh (2014) menggunakan variable boneka atau dummy variable. Populasi diperoleh 30 perusahaan sampel dengan rincian, 15 perusahaan kategori financial distress dan 15 perusahaan kategori non-financial distress pada perusahaan yang terdaftar dalam Efek Syariah tahun Alat analisis yang digunakan adalah Regresi Binary Logistic atau Regresi Logistik Biner dapat disimpulkan bahwa Model Zmijewski merupakan model prediksi financial distress terbaik karena memiliki tingkat signifikansi paling kuat diantara model yang lain. Maka secara otomatis variable-variabel yang ada di dalam model Zmijewski merupakan faktor yang menentukan financial distress perusahaan di masa yang akan datang. Variablevariabel tersebut adalah rasio profitabilitas (earning after tax / total assets), rasio solvabilitas (total debt / total assets), dan rasio likuiditas (current assets / current liabilities).

27 36 Penelitian Haseley (2012) membandingkan kemampuan prediksi model Altman dan model Springate dengan menggunakan 30 sampel perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan 30 sampel perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan yang terdaftar di Bursa Efek Thailand yang berkisar dari tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Altman memiliki nilai prediksi lebih tinggi sebesar 70,56% jika diabndingkan dengan model Springate yang hanya 65,56%

28 37 Ikhisiar Penelitian Terdahulu No 1 2 Nama Peneliti Hasanah, 2010 Rismawaty, Juliana, Robin, Rustiana 2014 Lili& Trisnadi, Galuh, Haseley, 2012 Variabel Penelitian Rasio Keuangan, model Altman dan model Springate, Early Warning System. Financial Distres,model Altman, model Springate, model Ohlson, dan model Zmijewski Financial Distress, model Springate, model Zmijewski dan model Altman. Kebangkrutan perusahaan, model Altman dan model Springate Kebangkrutan perusahaan,voluntary Auditor Switching, Altman Z-Score modifikasi, Ohlson Y-Score, Zmijewski X- Score, Grover G-Score, dan Springate S-Score Kebangkrutan perusahaan, model Altman, model Springate, model Zmijewski, model Foster dan Grover. Kebangkrutan perusahaan model Altman, model Springate, dan model Zmijewski Kebangkrutan perusahaan model Altman dan model Springate pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Thailand Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan rasio keuangan model Altman dan model Springate memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Model Zmijewski adalah model yang paling sesuai diterapkan untuk perusahaan manufaktur di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model Altman Z-Score adalah model yang lebih baik dalam memprediksi kebangkrutan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwamodel Altman Z-Score lebih akurat dalam memprediksi kebangkrutan. perhitungan peringkat ketepatan prediksi menunjukkan bahwa model Grouver G- Score merupakan model prediksi kebangkrutan dengan peringkat ketepatan tertinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat akurasi paling tinggi adalah Zmijewski, Foster dan Grover. disimpulkan bahwa Model Zmijewski merupakan model prediksi financial distress terbaik. Hasil penelitian menunjukan bahwa model Altman diprediksi memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dibandingkan dengan model Springate. Sumber : Diolah dari berbagai jurnal dan hasil penelitian Tabel 2.4 Ikhisiar Penelitian Terdahulu

29 38 B. Rerangka Pemikiran Penelitian yang digunakan oleh penelitian ini adalah pendekatan penelitian komparatif yang akan membandingkan antara tiga model kebangkrutan yaitu model Altman, Springate atau Zmijewski yang lebih tepat untuk memprediksi kebangkrutan pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Untuk dapat mengetahui terjadinya kondisi bermasalah pada perusahaan Manufaktur tersebut diantaranya menggunakan model Altman, yang terdiri atas lima variable yakni Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest Tax to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Debt, dan Sales to Total Assets.Kemudian analisa model Altman dilakukan dengan menggunakan data kelima variable tersebut, hasil analisa dari model Altman dapat dibagi dalam beberapa kategori yakni perusahaan yang dikategorikan distress dan Perusahaan yang non distress. Sehingga dengan menggunakan analisis tersebut dapat diketahui apakah Perusahaan tersebut bermasalah atau tidak. Model Springate yang terdiri atas empat variable yakni, Working Capital to Total Assets, net Profit Before Interest and Taxes to Total Assets, Net Profit Before Taxes to Current Liability dan Sales to Total Assets.Kemudian analisa metode Springate dapat dilakukan dengan menggunakan keempat variable tersebut, hasil analisa dari model Springate dapat dibagi dalam beberapa kategori yakni perusahaan yang dikategorikan distress dan Perusahaan yang non distress. Sehingga dengan menggunakan analisis tersebut dapat diketahui apakah Perusahaan tersebut bermasalah atau tidak.

30 39 Selanjutnya menggunakan model Zmijewski yang terdiri atas tiga variable yakni, ROA (Net income), Leverage (Total debt) dan Liquidity (Current assets). Kemudian analisa metode Zmijewski dapat dilakukan dengan menggunakan ketiga variable tersebut, hasil analisa dari model Zmijewski dapat dibagi dalam beberapa kategori yakni perusahaan yang dikategorikan distress dan Perusahaan yang non distress. Sehingga dengan menggunakan analisis tersebut dapat diketahui apakah Perusahaan tersebut bermasalah atau tidak. Langkah selanjutnya adalah menguji hasil model Altman, Springate dan Zmijewski dan mencari tahu manakah yang lebih tepat dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Dari ketiga model penelitian diatas, setelah dilakukan penelitian pada perusahaan yang bangkrut maupun tidak bangkrut. Dapat terlihat manakah model yang benar-benar akurat dalam memprediksi tingkat kebangkrutan. Salah satu contoh, apabila mengambil beberapa sample perusahaan yang sudah bangkrut namun setelah diteliti oleh salah satu model kebangkrutan tersebut ternyata tidak mengalami kebangkrutan, maka dapat disimpulkan bahwa model financial distress tersebut kurang akurat dalam memprediksi kebangkrutan. Begitupun sebaliknya, apabila mengambil sample perusahaan yang seharusnya tidak bangkrut namun ternyata setelah diteliti mengalami kebangkrutan, maka model tersebut terbilang kurang akurat dalam memprediksi tingkat kebangkrutan.

31 40 Kerangka Pemikiran Perbandingan Model Prediksi Kebangkrutan Altman, Springate dan Zmijewski LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN KINERJA MODEL ALTMAN X1 = Rasio Likuiditas X2, X3 = Rasio Profitabilitas X4, X5 = Rasio Aktivitas MODEL SPRINGATE X1 = Rasio Likuiditas X2 = Rasio Profitabilitas X3, X4= Rasio Aktivitas MODEL ZMIJEWSKI X1 = ROA / ROI X2 = Debt Ratio X3 = Current Ratio FINANCIAL DISTRESS PREDIKSI RIIL Distress Non Distress Non Distress Distress dibandingkan Hasil (Model paling baik) Gambar 2.2. Rerangka Pemikiran

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat di gunakan sabgai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan

BAB II TINJAUAN TEORI. Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Financial Distress. Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan. Financial distress terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi fungsi manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dimana dihapuskan batasan antar Negara, menyebabkan persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kebangkrutan. 1. Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kebangkrutan. 1. Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai BAB II LANDASAN TEORI A. Kebangkrutan 1. Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Evanny Indri Hapsari (2012) Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur di BEI pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis laporan keuangan Laporan keuangan merupakan dasar menyediakan banyak informasi yang diperlukan para pemakai untuk membuat keputusan ekonomis sehubungan

Lebih terperinci

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT ADHI KARYA (PERSERO),TBK PERIODE 2007-2011 Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM :23209191 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Hasil Perhitungan Variabel Independen Model Altman (z-score) Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumus (formula)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Penyebab, dan Manfaat Informasi Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Dalam kenyataannya, tidak semua perusahaan mampu bertahan hidup dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Komponen Z-Score Uraian pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa model Altman (Z-Score) yang telah dikemukakan oleh Altman untuk negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan, baik tujuan perusahaan dalam jangka pendek maupun tujuan dalam jangka panjang. Dimana pada dasarnya tujuan utama perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. menginventasikan dana diberbagai bentuk aset.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. menginventasikan dana diberbagai bentuk aset. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Ahmad Rodono & Herni (2010) Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya perekonomian serta teknologi saat ini, ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya perekonomian serta teknologi saat ini, ditambah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh profit dan berkembang dalam jangka waktu yang lama. Namun dengan semakin majunya perekonomian serta teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan berisi tentang posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing : Tri Utami Saputri : 2A214851 : S1 - Akuntansi : Dr. Renny, SE., MM LATAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress (Kesulitan Keuangan) Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan tidak hanya merugikan pihak internal perusahaan itu sendiri saja, namun banyak pihak yang akan juga dirugikan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah menghasilkan barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress atau kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (1996 : 49) laporan keuangan perusahaan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk mengoptimalkan keuntungan atau laba. Dimana tujuan ini dapat dicapai jika perusahaan melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Adanya pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan lainnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 24 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, meliputi Neraca, Perhitungan Laba-Rugi dan laba ditahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya atau dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pengambilan semple pada tanggal 29 Maret sampai bulan Desember 2016 pada Bursa Efek Indonesia yang menyediakan data laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh 32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode ini mengkhususkan pada studi kasus. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI Nur Said 20205906 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB21 23210838 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan ekonomi mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubugannya dengan yang lain (Harvarindo 2010:12). Dimana angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:1) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan adalah Pengertian laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:1) Laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin terglobalisasi perekonomian menyebabkan persainganantar perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun perusahaan syariah. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen Keuangan merupakan salah satu bidang yang paling penting dalam sebuah perusahaan berskala besar ataupun kecil baik profit maupun non profit, akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pada pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pada pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep Penelitian 2.1.1 Teori Sinyal Signaling Theory (Teori Sinyal) menyatakan bahwa terdapat kandungan informasi pada pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori - teori 1. Profitabilitas a. Pengertian Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian 1. Pengertian Property dan Real Estate Menurut buku Realestate Sebuah Konsep Ilmu dan Problem Pengembang di Indonesia ( Budi Santoso,2000) definisi real estate adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada tahun 1997 memakan biaya fiskal yang amat mahal. Krisis tersebut telah menumbuhkan kesadaran akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendukung seperti kerangka penelitian dan hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendukung seperti kerangka penelitian dan hipotesis BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini membahas antara lain berupa teori-teori yang mendukung atau mendasari dalam penelitian yang meliputi: pengertian kebangkrutan, penyebab kebangkrutan, model prediksi kebangkrutan,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Liquidity Ratios IV.1.1 Current Ratio Rasio lancar (current ratio), dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Analisis kebangkrutan penting dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan yang go public akan merugikan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. (Santoso, 2005). Perusahaan property and real estate adalah perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. (Santoso, 2005). Perusahaan property and real estate adalah perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian di Indonesia yang masih belum menentu mengakibatkan tingginya risiko suatu perusahaan sehingga mengalami kesulitan keuangan atau bahkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini direncanakan selama enam bulan yang dimulai dari September 2013 sampai dengan Februari 2014 dimana penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi financial distress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan profit,

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan profit, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan profit, untuk itu perusahaan membutuhkan modal/pendanaan sebagai dasar untuk melakukan aktivitas operasinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori II.1.1 Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Undang-Undang Kepailitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan ketat menimbulkan persaingan antar para pelaku bisnis. Keadaan yang seperti ini memaksa para pelaku bisnis untuk

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN 2.1 Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

1 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. debt to equity ratio, arus kas operasi, return on assets dan earnings terhadap

1 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. debt to equity ratio, arus kas operasi, return on assets dan earnings terhadap 1 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh debt to equity ratio, arus kas operasi, return on assets dan earnings terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kondisi Rasio-Rasio Keuangan Bank di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Altman Z-score. Analisis kesulitan keuangan yang dapat menyebabkan kebangkrutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah perusahaan-perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah perusahaan-perusahaan BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah - property dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Saham dan Pasar Modal Saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan. untuk digunakan pihak manajemen dalam membiayai kegiatan operasional. Imbal hasil investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya, dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Penyebab Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Kegagalan keuangan perusahaan adalah ketidakmampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perolehan laba merupakan tujuan akhir yang dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah perolehan laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan cara yang digunakan oleh suatu entitas untuk menggambarkan bagaimana kondisi entitas tersebut terutama mengenai posisi keuangannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rentabilitas Menurut Munawir (2004:86), rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Dalam dunia usaha untuk meningkatkan kegiatan usaha pemilik usaha selalu dihadapkan dengan suatu masalah. Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Dalam PSAK No. 1, 2012 : 1,3, dalam Denny (2014) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus mempertahankan dan mampu berkembang di berbagai. mengalami financial distress bahkan kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus mempertahankan dan mampu berkembang di berbagai. mengalami financial distress bahkan kebangkrutan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, persaingan antar perusahaan semakin ketat dengan adanya perusahaan pendatang baru dan akan terus bersaing. Setiap perusahaan dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional, terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. operasional, terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama didirikan suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan keuntungan perusahaan dan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Dari dua tujuan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar keuangan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Investasi di Pasar Modal Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BURHANUDDIN Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau ABSTRAK

BURHANUDDIN Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau ABSTRAK Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode (2013-2015) BURHANUDDIN 110462201295 Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kebijakan Hutang 1. Pengertian Kebijakan Hutang Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Pada prinsipnya hutang akan menguntungkan apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan salah satunya berupa informasi

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan salah satunya berupa informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap entitas usaha, baik badan hukum maupun perseorangan, tidak dapat terlepas dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan salah satunya berupa informasi

Lebih terperinci

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan diterbitkan oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 dikemukakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Definisi Laporan Keuangan Dalam Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntaan Indonesia, 1974) dikatakan bahwa laporan keuangan ialah neraca dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori Indeks KOMPAS 100 Indeks KOMPAS 100 adalah indeks harga saham dari 100 perusahaan go

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori Indeks KOMPAS 100 Indeks KOMPAS 100 adalah indeks harga saham dari 100 perusahaan go BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Indeks KOMPAS 100 Indeks KOMPAS 100 adalah indeks harga saham dari 100 perusahaan go public yang mempunyai kapitalisasi, fundamental, dan likuiditas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajernen,

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajernen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan mernenuhi kewajiban-kewajiban keuangan jangka pendek atau yang harus segera dibayar. Masalah likuiditas merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Laporan Keuangan 1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Kieso (2002 : 3) adalah sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengalami kemajuan ataupun kemunduran dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengalami kemajuan ataupun kemunduran dalam menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi ekonomi yang dalam setiap aktivitasnya memiliki tujuan. Perusahaan membutuhkan informasi sebagai alat pemantau perkembangan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal mengalami suatu fenomena dimana pasar modal mulai menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. modal mengalami suatu fenomena dimana pasar modal mulai menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal berkembang cepat sejak tahun 1989, sepanjang tahun ini pasar modal mengalami suatu fenomena dimana pasar modal mulai menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Munawir (2010:2) mengungkapkan bahwa: Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi yang semakin kompetitif, banyak perusahaan melakukan strategi dengan melakukan investasi tambahan melalui penjualan saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian global telah tumbuh pesat dengan banyak melahirkan berbagai macam bidang industri di dunia ekonomi sehingga membuat siklus ekonomi terus mengalami perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2010 2014 mengalami peningkatan sekitar 6-7 persen. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. model Grover, Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada perusahaan Food

BAB II KAJIAN PUSTAKA. model Grover, Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada perusahaan Food 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULU Prihanthini dan Sari (2013) meneliti mengenai Prediksi kebangkrutan dengan model Grover, Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada perusahaan Food and

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Signaling Teori Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan

Lebih terperinci