RUANG KAJIAN HAKEKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN EKSISTENSIALISME SOREN KIERKEGAARD. Oleh : Fadhillah. Abstract
|
|
- Yanti Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RUANG KAJIAN HAKEKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN EKSISTENSIALISME SOREN KIERKEGAARD Oleh : Fadhillah Abstract Kehidupan manusia tak selalu sejalan dengan harapan dan keinginan setiap individu. Pemahaman tentang hakekat hidup manusia bagi setiap individu memiliki beberapa tingkatan. Soren Kierkegaard adalah salah satu filosof yang memiliki pandangan tentang hakekat manusia berdasarkan perkembangan kehidupan eksistensial individu yang meliputi 3 tahap, yaitu: tahap estetis, tahap etis dan tahap religius. Judul kajian ini adalah Hakekat Manusia Dalam Pandangan Eksistensialisme Soren Kiekegaard. Tujuan kajian ini adalah untuk menjelaskan dan memahami hakekat manusia dalam pandangan Soren Kiekegaard. Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah untuk menambah cakrawala dalam memahami makna dan hakekat hidup manusia dalam perspektif filsafat eksistensialisme Soren Kiekegaard, terutama relevansinya dengan kehidupan beragama. Metode pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah historis faktual, deskriptif, dan verstehen. Kata kunci: Hakekat manusia, eksistensi, tahap etis, estetis, tahap religius. A. Pendahuluan Eksistensialisme merupakan salah satu aliran besar dalam filsafat kontemporer yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran manusia dalam memandang hakekat hidup manusia. Dalam filsafat kontemporer, Soren Kierkegaard dikenal sebagai peletak dasar eksistensialisme. Dengan demikian
2 pengaruhnya cukup besar dalam perkembangan filsafat eksistensialisme, khususnya bagi Heidegger yang juga merupakan salah satu tokoh besar filsafat eksistensialisme. Pada umumnya Soren Kierkegaard dipandang sebagai sumber utama filsafat eksistensialisme, ia dipengaruhi oleh filsafat fenomenologi Husserl, filsafat hidup Bergson dan metafisika modern. Pokok pemikirannya menitikberatkan pada pemecahan yang konkrit terhadap persoalan mengenai arti berada. Menurut dia, persoalan tentang berada belum pernah dikemukakan dengan cara yang benar, karena pada umumnya orang mengira bahwa ia telah tahu tentang hal itu, padahal sebenarnya pengertian kita tentang berada hanya samar-samar saja. 1 ) Soren Kierkegaard ( ) dalam riwayat hidupnya dikenal sebagai tokoh filsafat yang melankolis. Ia dilahirkan pada tahun 1813, di kota Kopenhagen, Denmark sebagai anak bungsu dari 7 bersaudara. Ketika ia dilahirkan, ayahnya, Mikhael Kierkegaard sudah berusia 51 tahun, namun masih terus merasa berdosa dan melankolia sepanjang hidupnya, karena putra sulungnya lahir setelah 5 bulan ia menikah. Perasaan berdosa karena berzinah dihubungkan dengan musibah yang menimpa keluarganaya, yaitu ketika istri dan 5 anaknya meninggal secara hampir beruntun. 1 ) Harun Hadiwijono (1995 ),Sari sejarah Filsafat Barat 2. hlm Sikap melankolis ini diwariskan kepada anaknya, yaitu Soren Kierkegaard. 2 ) Beban mental ayahnya atas perasaan berdosa tersebut disampaikan kepada Kiekegaard yang sempat mengguncangkan hidup Kiekegaard. Atas kenyataan itu ia ungkapkan sebagai berikut: Then it was that the great earthquake occurd, the frightful upheaval which suddenly force upon me a new and infallible law for interpreting the facts (Ketika itu terjadilah gempa yang dahsyat, pergolakan yang memaksakan kepadaku untuk menerima berlakunya hukum yang baru dan kukuh untuk menafsirkan segala fakta) 3 Keadaan yang mengguncangkan hidup Kiekegaard atas nasib yang menimpa keluarganya tersebut menjadi alasan baginya untuk mengikuti apa yang menjadi harapan orang tuanya. Kierkegaard masuk kuliah ke Fakultas Theologi Universitas Kopenhagen pada tahun 1830 dengan motif untuk menyenangkan ayahnya. Oleh karena sebenarnya ia tidak meminatinya, tetapi justru lebih berminat mempelajari filsafat, sastra dan sejarah. Dalam masa ini ia bersikap 2 ) F. Budi Hardiman (2007), Filsafat Modern. hlm ) Fuad Hasan (1992), Berkenalan dengan Eksistensialisme, hlm
3 sebagai penonton kehidupan yang sinis. Sebagaimana keyakinan ayahnya, bahwa ia hidup untuk menjalani hukuman Allah yang ditimpakan keluarganya. Lambat laun sikap kritisnya menyebabkan ia tidak percaya pada keyakinan tersebut dan mulai melontarkan kritikan dan kecaman terhadap agama Kristen yang dianutnya dan sempat kehilangan norma moral, sampai pada tahun 1836, bahkan mencoba bunuh diri, namun setelah ayahnya meninggal pada tahun 1838, ia bertobat dan berhasil menyelesaikan studi teologinya. Salah satu kisah hidupnya yang penting adalah pertunangannya dengan Regina Olsen yang berakhir dengan putusnya hubungan tersebut dengan alasan ia tidak bisa menjalani kehidupan rumah tangga, sebab ia menyadari sebagai manusia dengan misi khusus. 4 ) Rasa prihatin Kiekegaard tehadap nasib ayahnya diungkapkan dalam tulisanya, yaitu sebagai berikut: How terrible about the man who once as alittle boy, while herding the flocks on the heatof Jutland, suffering greatly, in hunger and in want, stood upon a hill and cursed God- and the man was unable to forget it even when he was eighty two years old (J-243) Betapa pahitnya bagi orang ini, yang ketika sebagai anak kecil sedang menggembala dombanya di padang Jutland, dengan 4 ) F. Budi Hardiman (2007), Ibid. hlm penderitaannya yang sangat, dalam kelaparan serta kepapaannya, berdiri di atas bukit dan mengutuk Tuhan- dan orang ini tak pernah melupakan peristiwa itu meskipun usianya telah delapan puluh dua tahun 5 ) Keprihatinan Kiekegaard terhadap nasib ayahnya membuatnya lebih merasakan kedekatannya dengan kematian, sehingga ia harus selalu siap setiap waktu kapan maut dating merenggutnya. Hal ini diungkapkan dalam tulisannya sebagai berikut: I felt the stillness of death grew around whe when I saw in my father, an unhappy man who was to outlive us all, a cross on the tomb of all his hopes. There must be guilt upon the whole family, the punishment of God must be on it; it was to disappear, wiped out by the powerful hand of God Aku merasakan maut tumbuh di sekitar diriku bilamana aku menyaksikan ayahku, seorang yang tak berbahagia dan akan hidup lebih lama dari kami semua, ibarat salib di atas nisan segala harapannya. Niscaya suatu kesalahan telah menjadi tanggungan seluruh keluarga, kami musnah, dihapus dari muka bumi oleh tangan Tuhan yang perkasa 6 ). 5 ) Fuad Hasan (1992), loc.cit. 6 ) Fuad Hasan (1992), Ibid, hlm
4 Beberapa ungkapan kesedihan Kierkegaard atas kenyataan hidup yang dialami keluarganya akhirnya menentukan corak pemikiran eksistensialismenya. Latar belakang sejarah kehidupan Kierkegaard yang diwarnai oleh kesedihan nasib orang tuanya tersebut telah membentuk pribadi Kiekegaard sebagai seorang filosof melankolis yang berpengaruh besar dalam pandangannya yang berbeda dengan pemikiran eksistensialisme lainnya. Eksistensialisme Kierkegaard lebih bersifat religius subjektif. Hal ini dapat dilihat dalam pandangannya tentang 3 tahap perkembangan kehidupan eksistensial individu, yaitu mulai dari tahap estetis, tahap etis dan tahap religius sebagai tahap lompatan iman. B. Latar Belakang Pemikiran Eksistensialisme Kierkegaard Kierkegaard adalah murid Schelling di Berlin yang ikut bersimpati untuk menggempur pemikiran Hegelianisme di Berlin. Kritik Kierkegaard terhadap pemikiran Hegelianisme di Berlin antara lain dipicu oleh praktek keagamaan yaitu Lutherianisme sebagai agama resmi Denmark yang dinilai sangat sekuler dan duniawi. Secara ringkas kritik Kierkegaard terhadap Hegelianisme adalah disebut sebagai kritik atas abstraksionisme. Dengan melukiskan kenyataan sebagai dialektika Roh, Hegel sudah mengabstraksi segala sesuatu menjadi sebuah system abstrak yang meremehkan manusia konkrit atau individu. Hal inilah yang menjadi latar belakang Kierkegaard mengemukakan pandangan eksistensialismenya. 7 ) C. Pokok-Pokok Pemikiran Eksistensialisme Kierkegaard. Kierkegaard adalah filsuf yang memperkenalkan istilah eksistensialisme dalam konteks filsafat abad kontemporer. Kierkegaard menolak asumsi Hegelian bahwa kebenaran adalah totalitas objektif. Menurut dia, kebenaran adalah individu yang bereksistensi. Istilah eksistensi hanya dapat diterapkan pada manusia sebagai individu yang konkrit. Hanya aku yang konkrit yang bereksistensi, maka aku tak bisa direduksi ke realitas-realitas lain, entah sistem ekonomi, ide, masyarakat, dan lain-lain. Bereksistensi bukan berarti hidup menurut pola-pola abstrak dan mekanis, melainkan mengadakan pilihan-pilihan baru secara personal dan subjektif. Dengan kata lain: eksistensi adalah diri autentik yang bertindak, atau sebagai aktor/pelaku kehidupan yang berani, bukan sebagai spectator kehidupanku belaka 8 ). Konsekuensi atas kesadaran eksistensi manusia yang demikian, maka dalam hidup manusia harus berani mengambil keputusan untuk memilih di antara berbagai kemungkinan yang ada dengan penuh tanggung jawab. Manusia bukan hanya sebagai penonton bagi kehidupannya, tetapi sebagai pelaku 7 ) F. Budi Hardiman (2007), Ibid. hlm ) F. Budi Hardiman (2007), Ibid. hlm
5 yang aktif dan dinamis. Manusia tidak hanya larut dalam gerak kehidupan yang membuatnya melupakan tanggung jawabnya atas kehidupannya, baik di dunia ini, maupun tanggung jawab kepada Tuhan sebagai realitas absolute. Secara dialektis, eksistensi digambarkan sebagai perkembangan kehidupan eksistensial individu yang meliputi 3 tahap, yaitu: tahap estetis, tahap etis dan tahap religius. Tahap pertama, yaitu tahap estetis (mengindrai/mencecap) adalah tahap dimana individu diombang-ambingkan oleh dorongan-dorongan indrawi dan emosi-emosinya. Dalam tahap ini, prinsip hidup individu adalah mengejar kenikmatan segera (hedonis). Oleh karena itu, maka norma moral dalam tahap ini tidak cocok, karena akan menghambat pemuasan hasrat individu. Dalam tahap ini individu mudah tertarik pada hal-hal yang bersifat indrawi. Hal yang menjadi ketakutan bagi individu pada tahap ini adalah rasa bosan dan tidak enak.keputusasaan adalah tahap akhir dari eksistensi estetis. Jika ditinjau dari perkembangan pribadi /individu manusia, pada tahap estetis, manusia masih berada pada tahap/level yang sangat rendah, dimana motif yang menggerakkan aktivitasnya sematamata bersifat indrawi dan emosional. Oleh karena itu, maka tujuan aktivitas hidupnya pada tahap ini adalah mengejar kepuasan/hasrat individu. Dalam tahap ini manusia belum bisa menerima norma moral yang dianggap hanya sebagai penghambat dan penghalang baginya untuk mendapatkan kebahagiaan. Pada tahap ini manusia cenderung hedonis. Akibatnya, jika apa yang menjadi keinginan/kehendak dan harapannya ternyata tidak tercapai, maka akan mengalami kekecewaan dan keputusasaan. Dalam kenyataannya, tahap estetis bukan hanya dialami oleh manusia yang belum dewasa secara umur, namun banyak pula manusia dewasa, bahkan orang tua yang tidak berhasil mencapai kematangan mental juga mengalami tahap estetis hingga akhir hidupnya. Tahap kedua, yaitu tahap etis, adalah tahap lompatan kedua, dimana individu harus membuat pilihan bebas, dengan mengenali dan menguasai dirinya. Dalam tahap ini individu menyesuaikan diri dengan norma-norma moral yang berlaku dalam kehidupannya. Namun dalam tahap ini individu masih terkungkung pada dirinya sendiri. Dalam interaksi sosial, tahap etis merupakan tahap penting bagi kehidupan manusia yang berbudaya. Manusia dalam tahap ini sudah memiliki control terhadap perilakunya dalam berhadapan dengan individu yang lain. Segala gerak-gerik manusia dalam tahap ini diawasi oleh kesadaran moralnya agar mempertahankan eksistensinya di tengah masyarakat, meskipun manusia dalam tahap ini belum dapat dikatakan bebas dalam arti moral. Manusia masih merasa terkungkung oleh dirinya sendiri. Dengan kata lain, meskipun manusia telah dapat menerima norma moral yang berfungsi mengatur hidupnya, namun dalam arti 50
6 yang hakiki, manusia dalam tahap ini belum dapat dikatakan bebas. Tahap berikutnya adalah tahap ketiga, yaitu tahap religius/ lompatan iman. Pada tahap ini individu mengakui akan adanya Allah dan munculnya kesadaran diri sebagai pendosa yang membutuhkan pengampunan Allah. Tahap ini merupakan tahap non-rasional. Dalam tahap ini, Allah adalah paradoks absolute, yaitu sebagai suatu relasi yang tak terbatas sebagai dasar pertimbangan manusia dalam mengambil keputusan dalam bertindak, meskipun tidak rasional. 9 ) Dalam hal ini dicontohkan dengan kisah Abraham/Nabi Ibrahim (konteks Islam) yang rela mengorbankan putranya, yaitu Ismail untuk memenuhi perintah Allah. Manusia yang telah memasuki pada tahap ketiga ini, adalah manusia yang dengan pertimbangan non-rasional, yaitu berdasarkan keyakinan yang dimilikinya memilih iman sebagai dasar dalam pengambilan keputusannya untuk bertindak. Sejarah kehidupan manusia telah banyak menulis tentang bagaimana individu-individu yang terpilih sebagai utusan/ wakil Tuhan di bumi berani mengambil keputusan yang secara rasional tidak bisa diterima oleh akal sehat, namun bagi mereka logika yang benar adalah logika Tuhan yang hanya bisa diterima oleh hambanya yang beriman dan menyerahkan dirinya secara total atas kehendak dan keputusan tuhan melalui firman-nya. Contoh: Sejarah 9 ) F. Budi Hardiman (2007), Ibid. hlm para Nabi, misalnya Nabi Ibrahim (Kristen: Abraham) yang merupakan bukti akan kenyataan ini. Ketika Nabi Ibrahim disperintahkan untuk menyembelih putranya (perspektif Islam/Al-Qur an: Isma il), untuk dipersembahkan kepada Tuhan sebagai bukti kebesaran cinta seorang hamba kepada Tuhan Sang Pencipta, maka tanpa ragu, perintah tersebut segera dilaksanakan dengan ikhlas. Walaupun dalam sejarah Islam, akhirnya putra Ibrahim (Isma il) yang hendak disembelih, tiba-tiba telah berubah menjadi seekor domba. Kisah ini diabadikan dengan peringatan Hari Raya Qurban (Idul Adha) dan menjadi ajaran bagi umat Muhammad, sebagai Nabi berikutnya (Nabi akhir Zaman) untuk mengikuti jejaknya setiap tahun agar rela ber-qurban (memotong hewan Qurban bagi yang mampu) semata-mata karena Allah. Dengan demikian, tahap lompatan iman (religius) ini tidak hanya bisa diikuti oleh para Nabi, melainkan oleh pengikutnya yang ingin memperoleh kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia, maupun kebahagiaan yang abadi di hadapan Tuhan sebagai realitas absolute menurut pandangan eksistensialisme Soren Kierkegaard. Menurut pandangan Kierkegaard, keotentikan hidup manusia sebagai subyek atau aku baru akan tercapai kalau individu dengan mata tertutup, lompat dan meleburkan diri di dalam realitas Tuhan. Lompatan dari tahap etis ke tahap religius jauh lebih sulit dan sublime dari pada lompatan dari tahap estetis ke tahap etis. Karena, jika kita hendak melompat dari tahap estetis ke tahap etis, maka kita secara 51
7 rasional bisa mempertimbangkan segala resiko yang akan kita terima. Berbeda dengan lompatan dari tahap etis ke tahap religius (iman) yang hamper-hampir tak ada pertimbangan rasional, melainkan secara bulat (total) manusia dengan bekal iman yang dimiliki pasrah dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan sebagai realitas absolut, sebagai Pencipta seluruh realitas yang ada. Dalam hal ini yang dibutuhkan hanyalah keyakinan subjektif yang berlandaskan pada iman. 10 Perbedaan lain dari lompatan tahap etis ke tahap religius dengan lompatan tahap estetis ke tahap etis adalah pada masalah obyektivitas dan subyektivitas nilai. Nilai-nilai kemanusiaan pada tahap etis masih bersifat objektif (universal), sehingga ada rujukan yang bisa diterima, baik secara rasio, maupun common sense. Sebaliknya, pada tahap lompatan iman /religius, nilai-nilai religius bersifat murni subjektif, sehingga seringkali sulit diterima akal sehat. Oleh karena itu kadang-kadang perilaku manusia religius sering dicap tidak masuk akal (gila). Hidup dalam realitas Tuhan adalah hidup dalam subyektivitas transenden, tanpa rasionalisasi terhadap eksistensi nilainilai etis /kemanusiaan yang bersifat universal dan tanpa ikatan pada sesuatu yang bersifat duniawi atau mundane. 11 Kisah Ibrahim di atas, oleh Kierkegaard dianggap sebagai contoh 10 Zaenal Abidin, 2000, Filsafat Manusia (Memahami Manusia Melalui Filsafat), hlm Ibid. Hlm kasus manusia religius ideal yang memiliki keyakinan subjektif (iman) secara total. Dalam keyakinan Ibrahim, jika ia tidak melaksanakan perintah Tuhan, maka ia justru merasa berdosa. Hal ini berbeda dengan penilaian masyarakat yang bersumber pada nilai kemanusiaan yang bersifat universal. Penafsiran Kierkegaard terhadap beberapa kisah manusia religius ideal akhirnya mempengaruhi pula terhadap pandangannya tentang hakekat manusia dalam memandang norma moral bagi kehidupan individu. Bagi manusia pada umumnya memandang hakekat nilai moral bersifat universal dan rasional, sehingga harus menjadi pedoman bagi hidupnya. Berbeda dengan Kierkegaard yang memandang bahwa bagi manusia religius ideal, hakekat norma moral adalah apa yang menjadi perintah dan ketentuan Tuhan. Dengan kata lain, ada sifat subjektif dalam norma moral religius. Hal ini karena kehidupan manusia religius berhubungan dengan realitas Tuhan yang bersifat transenden, tidak terikat oleh aturan dan rasio manusia. D. Pengaruh Pandangan Eksistensialisme Kierkegaard Tentang Hakekat Manusia. Pandangan eksistensialisme Kierkegaard tentang hakekat manusia memberikan inspirasi bagi pemikiran eksistensialisme Martin Heidegger. Namun terdapat pebedaan yang mendasar dalam memandang segi keaslian dari eksistensi manusia. 52
8 Bagi Heidegger, tahap lompatan iman dianggap bukan hal yang otentik dari eksistensi manusia. Heidegger justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa sesuatu yang bersifat asli (primordial) dari eksistensi manusia adalah sebagai berikut: Elemen-elemen eksistensial manusia (Dasein) antara lain meliputi : rasa takut, pemahaman, penafsiran, keingintahuan, kedwiartian, atau kejatuhan. Apa yang dilakukan oleh Heidegger untuk menyingkap mistik keseharian, secara singkat dijelaskan dengan sikap fundamental /purba dan total terhadap Ada -nya yang disebut Sorge. Sikap ini merupakan strutur total Ada dasein yang merangkum segala ketersituasiannya, baik ontis, maupun ontologis. Manusia tanpa Sorge, bukanlah manusia, tetapi manusia macam itu tentu tidak ada. Sorge dirumuskan dalam satu kata panjang yang diucapkan dalam satu kata, yaitu : Sich-vorweg-schon-sein in-(der-welt-) als Sein-bei (innerweltlich begegnendem Seinden). Sorge meliputi 3 arti, yaitu: (1) sich vorweg berarti mendahului, ini merupakan elemen eksistensialitas Dasein; (2) schon sein in der Welt berarti sudah ada di dalam dunia, dan ini faktisitas Dasein; (3) Sein bei innerweltlich begegnendem Seienden berarti bermukim pada entitas yang dijumpai di dunia ini, dan inilah kejatuhan Dasein. Dengan demikian terdapat 3 unsur Sorge, yaitu : mengantisipasi masa depan (eksistensialitas), terlempar di dunia (faktisitas), dan larut dalam keseharian (kejatuhan). Semuanya berada secara serentak, karena keterlemparan, antisipasi dan kelarutan utuh menjadi satu dalam sikap yang paling mendasar sebagai manusia. Secara ringkas, Sorge adalah drama Dasein sebagai Ada di-dalamdunia.satu hal yang juga tak terelakkan dari antisipasi masa depan adalah kematian. Dengan demikian Sorge ada karena manusia ada begitu saja, larut dalam kelupaan akan Ada dan ada menuju akhir (kematian). Jika Sorge tidak ada, maka seluruh makna dan pemaknaan hidup Dasein juga sirna. Merenungkan kematian berarti merenungkan kehidupan itu sendiri. Renungan tentang kematian ini dalam karya Heidegger tentang Sein und Zeit merupakan inti dari makna hidup manusia yang bersifat menjadi (temporer) dalam arti selama ia mengada, maka realitasnya belum selesai. Akhir dari dinamika Dasein (manusia) adalah kematian. Renungan ini penting sebagai antisipasi terhadap eksistensi manusia agar menjadi jati dirinya, sehingga tidak terus menerus larut dalam keseharian yang melupakan Ada -nya, namun terkadang terbelenggu dalam kegelisahan dan kecemasan sekaligus untuk menuju kebebasan eksistensial 12 ) Dalam ilustrasi berikut dapat dilihat bagaimana manusia secara eksistensial, mau tidak mau berada dalam 3 kondisi sekaligus yang akhirnya harus menyadari bahwa eksistensinya menuju ketiadaan (kematian). Manusia berada dalam 12 ) Budi Hardiman (2003), Heidegger dan Mistik Keseharian,hlm
9 faktisitas dan situasi-kondisi yang tak terelakkan. Inilah pemahaman eksistensialisme Heidegger terhadap makna hidup manusia. Mensikapi fakta tersebut ada kalanya manusia menunjukkan keaslian esensi dirinya, namun sering kali terbenam dalam pendapat dan obrolan umum yang melupakan kepastian bahwa dirinya akan mati. Di sinilah perbedaan sikap Heidegger dengan Kierkegaard terhadap eksistensi manusia yang sebenarnya. Bagi Kierkegaard manusia bisa melompat ke tahap religius untuk melampaui eksistensinya, yaitu menyerahkan diri kepada Tuhan sebagai paradoks absolut. Demikianlah pengaruh pemikiran Kierkegaard bagi Heidegger tentang hakekat eksistensi manusia yang sesungguhnya. Kedua filsuf tersebut berbeda corak eksistensialismenya, antara lain disebabkan oleh latar belakang kehidupan mereka masing-masing. Heidegger lebih banyak berkiprah dalam dunia politik, sehingga hal tersebut juga mempengaruhi pandangannya tentang keberadaan manusia dalam masyarakat. Oleh Heidegger hal tersebut dianggap sebagai eksistensi dirinya sebagai manusia, yaitu bahwa manusia adalahmakhluk sosial; manusia adalah produk dari budaya masyarakatnya. Keadaan tersebut dianggap sebagai faktisitas /keterlemparan manusia yang tak terelakkan. Hal ini yang membedakan corak pemikirannya dengan Kiekegaard. Bagi Kiekegaard, manusia masih bisa memilih di antara berbagai alternatif dalam memilih jalan hidup yang dikehendaki, meskipun disadari pula bahwa keberadannya di dunia sangat ditentukan oleh Tuhan sebagai realitas transenden. Sikap Kiekegaard terhadap hal ini mempengaruhinya dalam memandang kematian. Bagi Kierkegaard, kematian adalah hal yang sewaktuwaktu pasti terjadi dan merenggut eksistensi manusia. Oleh karena itu manusia harus selalu siap menghadapinya dengan meleburkan diri hidup dalam realitas Tuhan sebagai realitas Transenden yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Dengan demikian tak perlu terlalu cemas dan takut menghadapi kematian, sebagaimana yang dialami oleh Heidegger, sebagaimana diuraikan di atas. E. Kesimpulan Pandangan tentang hakekat manusia menurut eksistensialisme Kierkegaard memberikan sumbangan pemikiran yang berharga bagi kehidupan manusia yang ingin mendapatkan ketenangan hidup dalam menghadapi berbagai problema yang tak terpecahkan oleh rasio manusia. Hal ini karena di balik realitas hidup manusia, masih ada realitas lain yang bersifat transenden, yaitu Tuhan. Agar manusia dapat mempoeroleh ketenangan hidup, manusia harus meleburkan diri ke dalam realitas transenden tersebut dengan cara hidup mengikuti aturan dan perintah Tuhan, menyerahkan diri secara total, sehingga kapanpun maut datang menjemput, manusia tidak perlu terlalu cemas dan takut. 54
10 Daftar Pustaka : Budi Hardiman, F., (2003), Heidegger dan Mistik Keseharian, Suatu Pengantar Menuju Sein und Zeit, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta. Budi Hardiman, F., (2007), Filsafat Modern, Dari Machiavelli sampai Nietsche, PT. gramedia, Jakarta. Bertens, K., (2002), Filsafat Barat Kontemporer, Inggris-Jerman, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakrta. Munir, Misnal (2008), Aliran-Aliran Utama Filsafat Barat Kontemporer, Penerbit Lima, Yogyakarta. Martin, Vincent, O.P., (2003), Filsafat Eksistensialisme, Kierkegaard, Sartre, Camus, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Russel, Bertrand (2007), Sejarah Filsafat Barat, Penerjemah: Sigit Jatmiko & Agung Prihantoro, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Bernard Delfgaauw (2001), Filsafat abad 20. Alih Bahasa : Soejono Soemargono, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta. Fuad Hasan (1992), Berkenalan Dengan Eksistensialisme, PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Grodin, Jean., (2008), Sejarah Hermeneutik, dari Plato sampai Gadamer, Penerjemah: Inyiak Ridwan Muzir, Ar- Ruzz Media, Yogyakarta Lemay,Eric & A.Pitts., Jenniver dg Ilustrasi oleh Paul Gordon (2005), Heidegger Untuk Pemula, Kanisius, Yogyakarta.. Hadiwijono, Harun., (2005), Sari Sejarah filsafat Barat 2, Kanisius, Yogyakarta. 55
RUANG KAJIAN HAKIKAT HIDUP MANUSIA DALAM KONSEP RUANG DAN WAKTU MENURUT FILSAFAT EKSISTENSIALISME HEIDEGGER. Oleh : Fadhillah.
RUANG KAJIAN HAKIKAT HIDUP MANUSIA DALAM KONSEP RUANG DAN WAKTU MENURUT FILSAFAT EKSISTENSIALISME HEIDEGGER Oleh : Fadhillah Abstract Human s essence cannot be separated from the essence of existence in
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Eksistensi Soren Kierkegaard Eksistensialisme secara etimologi yakni berasal dari kata eksistensi, dari bahasa latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang ditampilkan di luar tidak ditopang dengan penghayatan hidup yang dipilihnya. Dengan kata lain,
Lebih terperinciFilsafat Kierkegaard Oleh: Nina Amelia*)
Filsafat Kierkegaard Oleh: Nina Amelia*) Kierkegaard dikenal menentang filsafat yang bercorak sistematis, karena menurutnya, filsafat tidak merupakan suatu sistem, tetapi suatu pengekspresian eksistensi
Lebih terperinciFilsafat Kematian Heidegger
1 Filsafat Kematian Heidegger F. Budi Hardiman ECF 13 Oktober 2015 Renungan tentang kematian terletak di jantung Sein und Zeit. Sebagai keseluruhan dari keseluruhan struktur Dasein, Sorge merupakan suatu
Lebih terperinciEKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:
EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap
Lebih terperinciAreté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1
199 RESENSI BUKU 2 Simon Untara 1 Judul Buku : Tema-tema Eksistensialisme, Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Pengarang : Emanuel Prasetyono Penerbit : Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik yang berakal maupun yang tidak berakal. Salah satu diantara makhluk-nya memiliki struktur susunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Permasalahan Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis dari Perancis mengatakan bahwa manusia dilahirkan begitu saja ke dalam dunia ini, dan ia harus segera menanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya
Lebih terperinciModul ke: Kematian. 11Fakultas PSIKOLOGI. Shely Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi
Modul ke: 11Fakultas PSIKOLOGI Kematian Shely Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Kematian merupakan salah satu soal paling penting dari eksistensialitas manusia, dimana manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawah bumi dan di atasnya. Manusia ditempatkan ke dalam pusat dunia. 1 Pada masa itu budi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman modern adalah zaman dimana manusia dikembalikan kepada kemampuan dan keperkasaan dirinya sendiri. Manusia diletakkan didalam pusat seluruh tata kenyataan di bumi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,
Lebih terperinciFILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI
Modul ke: FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Defenisi Eksistensialisme Secara etimologis eksistensialisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil
Lebih terperinciFILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI
Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang
Lebih terperinciPENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid
MUSYAWARAH DAN PARTISIPASI PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid Salah satu kebenaran pokok dalam kehidupan adalah bahwa setiap keberhasilan senantiasa menuntut semangat pengorbanan. Tanpa semangat itu, keberhasilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman modern sangat sulit untuk menemukan sebuah kehadiran dan relasi yang bermakna. Karena, perjumpaan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP Manusia dalam kehidupannya adalah manusia yang hidup dalam sebuah institusi. Institusi yang merupakan wujud implementasi kehidupan sosial manusia. Di mana pun keberadaannya manusia tidak
Lebih terperinciBAB V. FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6)
BAB V FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6) Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan terhadap metoda-metoda dan
Lebih terperinciGagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.
TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan
Lebih terperinciFilsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Modul ke: 03Fakultas Shely PSIKOLOGI Filsafat Manusia Sosialitas Manusia Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Membahas mengenai sosialitas manusia menurut pemikiran filsuf mengenai
Lebih terperinciNama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.
Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id EKSISTENSIALISME Template Modul https://www.youtube.com/watch?v=3fvwtuojuso
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belenggu yang teramat berat ketika pihak otoritas gereja memaksakan kebenaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kelam kehidupan manusia pernah dialami di dunia barat hingga mendapat sebuatan dark age 1. Kebebasan di dunia barat pernah mendapat belenggu yang teramat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan
344 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tiga rumusan masalah yang ada dalam penelitian tesis berjudul Konstruksi Eksistensialisme Manusia Independen dalam Teologi Antroposentris Hassan Hanafi, maka
Lebih terperinciHAKEKAT DAN MAKNA TEKNOLOGI BAGI KEBERADAAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HEIDEGGER
RUANG KAJIAN HAKEKAT DAN MAKNA TEKNOLOGI BAGI KEBERADAAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HEIDEGGER Fadhilah Abstrak Perkembangan teknologi dalam 10 tahun terakhir menunjukkan berbagai fenomena yang secara esensial
Lebih terperinciMENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim
MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim Jika Tuhan itu ada, Mahabaik, dan Mahakuasa, maka mengapa membiarkan datangnya kejahatan?
Lebih terperinciHari Raya Korban? (Idul Adha)
Hari Raya Korban? (Idul Adha) Ini merupakan cerita yang terkenal pada saat Allah bertanya pada Abraham untuk mengorbankan anaknya. Juga merupakan cerita seorang anak muda yang dihukum mati oleh Tuhan.
Lebih terperinciFILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )
FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin
Lebih terperinciGenerasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios
Generasi Santun Buku 1A Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi
Lebih terperinciHari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:
Yesus menyatakan: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata
Lebih terperinciBAYI NATAL. Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Yesaya 9:5-6
BAYI NATAL Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong Yesaya 9:5-6 Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api. Sebab seorang anak telah lahir untuk kita,
Lebih terperinciFILSAFAT MANUSIA Sosialitas Manusia; Pandangan-pandangan mengenai Korelasi Manusia dengan yang-lain.
Modul ke: FILSAFAT MANUSIA Sosialitas Manusia; Pandangan-pandangan mengenai Korelasi Manusia dengan yang-lain. Fakultas PSIKOLOGI Firman Alamsyah, MA Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kebenaran selalu aktual di zaman yang dipengaruhi perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia memungkinkan manusia
Lebih terperinciBAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,
BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika
Lebih terperinciFilsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan
Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia هللا Wahyu كونية قولية Para Rasul Alam Akal Manusia Aktivitas Kehidupan 1 pg. Filsafat Islam Problem Tuhan berpisah dengan alam Tuhan bersatu
Lebih terperinciBAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN
BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,
Lebih terperinciMatematika Pernikahan
Matematika Pernikahan Pernikahan adalah karunia terpenting yang diberikan kepada umat manusia selama seminggu masa Penciptaan. Setelah menciptakan dunia yang sempurna, dilengkapi dengan segala yang diperlukan
Lebih terperinciLevel 3 Pelajaran 10
Level 3 Pelajaran 10 TIDAK ADA LAGI KESADARAN AKAN DOSA Oleh Don Krow Pada suatu hari, seorang pria mabuk masuk kedalam mobilnya, melajukan kendaraannya ke arah yang salah, dan menabrak secara frontal
Lebih terperinciBAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN
84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu
Lebih terperinciFilsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia
Filsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia Mahmudah *) *) Penulis adalah Doktoranda (Dra.), Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I.), dosen tetap Jurusan
Lebih terperinciEllen White & Tes Kesempurnaan yang Salah
Ellen White & Tes Kesempurnaan yang Salah Orang-orang yang percaya pada pelayanan Ellen G. White sebagai seorang nabi sejati, seringkali menjadi yang paling sulit untuk menerima Sabat lunar. Alasannya
Lebih terperinciTANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN
TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN Oleh Nurcholish Madjid Agama merupakan suatu cara manusia menemukan makna hidup dan dunia yang menjadi lingkungannya. Tapi, hidup kita dan ling kungan abad modern
Lebih terperinciEFEK KESEHARIAN TAKWA
c Menghormati Kemanusiaan d EFEK KESEHARIAN TAKWA Oleh Nurcholish Madjid Hadirin sidang Jumat yang terhormat. Dalam rangka memahami takwa lebih lanjut, saya ingin mengemukakan efek takwa dalam kehidupan
Lebih terperinciHaji adalah wujud ketundukan seorang Muslim kepada Rabb-nya secara sempurna.
Haji adalah wujud ketundukan seorang Muslim kepada Rabb-nya secara sempurna. Lebih dari 3 juta kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Padang Arafah, 9 Dzulhijjah 1434 H/15 Oktober 2013 untuk
Lebih terperinciGenerasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios
Generasi Santun Buku 1B Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi
Lebih terperinciQADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid
QADLA DAN QADAR Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid Berikut ini adalah kompilasi dari nukilan yang diambil dari Malfuzat yang berkaitan tentang takdir dan nasib manusia. Kumpulan
Lebih terperinciPenelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri
Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri Mungkin kelihatannya lebih mudah untuk mengandalkan beberapa ayat Alkitab yang kita gemari untuk membimbing dan menguatkan kita secara rohani. Akan tetapi, kita
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran
Lebih terperinciTEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi
TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi
Lebih terperinciBAB II EKSISTENSI MANUSIA MENURUT SOREN KIERKEGAARD
BAB II EKSISTENSI MANUSIA MENURUT SOREN KIERKEGAARD A. Biografi Soren Kierkegaard Soren Kierkegaard merupakan filosof Barat yang di kenal sebagai pelopor pertama dan terpenting dalam eksistensialisme.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini mempunyai nilai keindahan. Nilai keindahan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang menjadi
Lebih terperinciGod s Divine Favor 4 Anugerah Tuhan yang Ajaib 4 DIVINE INTERVENTION INTERVENSI (CAMPUR TANGAN TUHAN) YANG AJAIB
God s Divine Favor 4 Anugerah Tuhan yang Ajaib 4 DIVINE INTERVENTION INTERVENSI (CAMPUR TANGAN TUHAN) YANG AJAIB PEMBUKAAN: Hari ini kita akan melanjutkan seri kotbah Natal berjudul God s Divine Favor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang memiliki tempat dan peranan yang sangat penting. Teknologi bahkan membantu memecahkan persoalan manusia.
Lebih terperinciSebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan
Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat
Lebih terperinciSanto Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa.
1. Allah, Sumber Segala Kasih Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. Pada perjamuan malam ia boleh duduk dekat Yesus dan bersandar dekat dengan
Lebih terperinciSuatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu
CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan
Lebih terperinciMAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan
MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PRAGMATISME Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman pada masa modern ini banyak sekali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman pada masa modern ini banyak sekali tontonan baik dimedia massa ataupun dalam kehidupan nyata yang telah menghancurkan tatanan kejiwaan
Lebih terperinciKESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA
c Demokrasi Lewat Bacaan d KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA Oleh Nurcholish Madjid Kemarin, 28 Maret 1999, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha 1419 H, yang merupakan perayaan pengingatan kembali (sebuah
Lebih terperinciMENGATASI KEMURUNGAN DAN MENERIMA KEDAMAIAN & SUKACITA
MENGATASI KEMURUNGAN DAN MENERIMA KEDAMAIAN & SUKACITA 1. TUHAN YESUS, di dalam Matius 6:33, Roma 14:17 dan Markus 16: 17 Engkau perintahkan (mengarahkan) kepadaku untuk mencari Kerajaan Tuhan iaitu kebenaran,
Lebih terperinciAlkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Allah Menguji Kasih Abraham
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Menguji Kasih Abraham Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Byron Unger dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot dan
Lebih terperinciAlkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Allah Menguji Kasih Abraham
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Allah Menguji Kasih Abraham Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Byron Unger dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot dan
Lebih terperinciMenurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah
Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3
342 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab demi bab di atas, maka dapat penulis simpulkan: 1. Metafisika merupakan proto philosophy atau filsafat utama yang membahas segala sesuatu yang
Lebih terperinciMEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL
MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,
Lebih terperinciMATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL
MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita
Lebih terperinciPada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #1 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #1 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciSpiritual Hunger 2 - Kelaparan Roh 2 Center of Attention - Pusat Perhatian
Spiritual Hunger 2 - Kelaparan Roh 2 Center of Attention - Pusat Perhatian PEMBUKAAN: Hari ini kita akan melanjutkan seri khotbah Spiritual Hunger. Minggu lalu saya membagikan peranan Desire/Keinginan,
Lebih terperinciMenemukan Rasa Aman Sejati
Modul 11: Menemukan Rasa Aman Sejati Menemukan Rasa Aman Sejati Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the Captives Ministries Semua
Lebih terperinciINJIL YESUS KRISTUS BAGI DUNIA. melainkan beroleh hidup yang kekal Yohanes 3:16. (Bahasa Indonesian)
(Bahasa Indonesian) INJIL BAGI DUNIA Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-nya tidak binasa, melainkan
Lebih terperinciRevelation 11, Study No. 37 in Indonesian Langguage. Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 37, oleh Chris McCann
Revelation 11, Study No. 37 in Indonesian Langguage Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 37, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang
152 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang makna hidup pada pekerja seks komersial (PSK), diperoleh bahwa : a. The Freedom
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTENSIALISME RELIGIUS
xviii BAB 2 EKSISTENSIALISME RELIGIUS Pengantar Pada tulisan ini, eksistensialisme religius menjadi konsep kunci sebelum sepenuhnya bergulat dalam konsep-konsep selanjutnya. Bab ini akan menghantarkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang
220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga
Lebih terperinciPENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi
PENGAKUAN IMAN RASULI Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal,tuhan kita Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak
Lebih terperinciI Pendahuluan. Proses Usaha. Doa. Peluang
I Pendahuluan Proses Usaha Doa Motivasi Usaha Gap Sukses Langsung /Sukses tertunda Feedback Gap Peluang Tuhan mewajibkan kepada setiap hamba-nya untuk selalu berusaha tidak hanya berdoa dan beribadah sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang
Lebih terperinciMengenal-Nya karena Anugerah
HARI KE-1 Mengenal-Nya karena Anugerah Galatia 4:9 Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah... Sebelum saya menjelaskan tentang ayat ini, izinkanlah saya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan
Lebih terperinciALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
Lebih terperinciotaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada
KESIMPULAN UMUM 303 Setelah pembahasan dengan menggunakan metode tiga telaah, deskriptif-konseptual-normatif, pada bagian akhir ini, akan disampaikan kesimpulan akhir. Tujuannya adalah untuk menyajikan
Lebih terperinci5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.4 Nabi Hud AS.
5.4.1 Nabi Hud AS. dan Kaum Ad Kaum Ad bertempat di daerah Al-Ahqaf terletak di antara Yaman dan Oman dengan ibukota Iram dan termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nabi Nuh serta terkenal dengan kekuatan
Lebih terperinciFilsafat eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme Sejarah munculnya eksistensialisme Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976) Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar
Lebih terperinciEPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum
EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum MAKNA FILOSOFI Kata filosofi berasal dari perkataan yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi
Lebih terperinciAPAKAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ITU?
APAKAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ITU? Ilmu hanyalah spekulasi yang bersifat sementara. Fokus pembahasan Filsafat ilmu pada metoda dan dalam hubungannya dengan substansi. BAGAIMANA BERFILSAFAT DIMULAI?
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Hermeneutik dan Perkembangannya
13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Hermeneutik dan Perkembangannya Hermeneutik didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dalam menginterpretasi sesuatu. 24 Sesungguhnya hermeneutik kita terapkan dalam kehidupan
Lebih terperinciTEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin
A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya
Lebih terperinciModul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.
Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Kematian Manusia Kematian merupakan batas historisitas manusia yang telah dimengerti
Lebih terperinciMisiologi David Bosch
Misiologi David Bosch Definisi Sementara Misi. 1. Iman Kristen bersifat misioner, atau menyangkali dirinya sendiri. Berpegang pada suatu penyingkapan yang besar dari kebenaran puncak yang dipercayai penting
Lebih terperinciBagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3
Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Pengantar Dalam dua bagian pertama pelajaran ini, kita telah belajar pentingnya menerima Roh Kudus, membaca Alkitab, dan berkembang di mana kita ditanamkan. Dalam
Lebih terperinciApakah Allah Mengharapkan Terlalu Banyak?
Apakah Allah Mengharapkan Terlalu Banyak?... Rencana-Nya begitu besar! Sam berumur tujuh belas tahun dan untuk pertama kalinya ia jauh dari rumah. Di kota kelahirannya dia telah menyelesaikan sekolah dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan estetika
Lebih terperinciSiapakah Yesus Kristus? (4/6)
Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR
Lebih terperinciTHE YEAR OF FAVOR #5 TAHUN PERKENANAN #5 GOD S PURPOSE FOR FAVOR TUJUAN TUHAN MEMBERIKAN FAVOR
THE YEAR OF FAVOR #5 TAHUN PERKENANAN #5 GOD S PURPOSE FOR FAVOR TUJUAN TUHAN MEMBERIKAN FAVOR PEMBUKAAN: Hari ini saya ingin membagikan sebuah Firman Tuhan tentang God s Purpose for Favor atau Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tak dapat dielakkan jika manusia dalam kehidupannya selalu memiliki keinginan yang kuat akan suatu hal. Inilah yang kita kenal sebagai hasrat. Suatu dorongan
Lebih terperinciKesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A.
Kesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A. Kesalehan menjadi sesuatu yang langka di zaman kita. Barang langka cenderung menjadi mahal atau dianggap aneh. Seorang yang saleh itu dapat menjadi aneh
Lebih terperinci