IMPLEMENTASI SISTEM SERTIFIKASI HALAL BERBAGAI KATEGORI INDUSTRI PANGAN DAN UJI COBA IMPLEMENTASINYA DI KANTIN SAPTA-FATETA-IPB HA PHI RO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI SISTEM SERTIFIKASI HALAL BERBAGAI KATEGORI INDUSTRI PANGAN DAN UJI COBA IMPLEMENTASINYA DI KANTIN SAPTA-FATETA-IPB HA PHI RO"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI SISTEM SERTIFIKASI HALAL BERBAGAI KATEGORI INDUSTRI PANGAN DAN UJI COBA IMPLEMENTASINYA DI KANTIN SAPTA-FATETA-IPB HA PHI RO DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin Sapta-Fateta-IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Ha Phi Ro NIM F

4

5 ABSTRAK HA PHI RO. Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin Sapta-Fateta-IPB. Dibimbing oleh FERI KUSNANDAR dan JOKO HERMANIANTO. Mengkonsumsi makanan halal merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, sehingga penyediaan pangan halal menjadi sangat penting. Dewasa ini penyediaan pangan halal telah menjadi perhatian industri pangan hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan Indonesia menjadi negara yang memelopori bagaimana jaminan halal oleh produsen pangan dilakukan. Jumlah permintaan produk pangan halal semakin meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk Muslim dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan halal. Jaminan produksi pangan halal oleh industri pangan dilakukan melalui proses sertifikasi halal. Di Indonesia, proses sertifikasi halal dilakukan oleh lembaga independen di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI). Saat ini LPPOM MUI sudah menyediakan Sistem Pelayanan Sertifikasi Halal Online (CEROL-SS23000) untuk memudahkan produsen dalam pendaftaran dan proses sertifikasi halal. Tujuan kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari sistem sertifikasi halal untuk berbagai kategori industri pangan yang dilakukan oleh LPPOM MUI melalui sistem pelayanan sertifikasi online (sistem CEROL) dan implementasinya melalui persiapan sertifikasi halal di kantin Sapta-Fateta-IPB. Pengambilan data primer dilakukan untuk mengidentifikasi kategori industri pangan dan mempelajari sistem sertifikasi halal di LPPOM MUI. Survei kuesioner dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan dan kepuasan produsen dalam memanfaatkan sistem pelayanan sertifikasi halal online (CEROL-SS23000). Kata kunci: CEROL-SS23000, LPPOM MUI, produk halal, sertifikasi halal.

6 ABSTRACT HA PHI RO. The Implementation of Halal Certification System for Various Categories of the Food Industries and Trial Implementation at Sapta Canteen Fateta IPB. Supervised by FERI KUSNANDAR dan JOKO HERMANIANTO. Consuming halal food is a mandatory for every Muslim. For this reason, it is important for food producers to provide halal food. Demand of halal food increases significantly in line with the growth of Muslim population and the awareness of Muslim to consuming halal food. Due to the high population of Muslim around the world halal food production has become the concern of food industries in the last twenty years, including in Indonesia. The assurance of halal food production by food industries was done through certification process. In Indonesia, the process of halal certification was conducted by an independent agency under the Indonesian Council of Ulama (MUI), namely the Institute for Foods, Drugs and Cosmetics (LPPOM MUI). Indonesia has become the pioneer in establishment of halal certification system. Currently LPPOM MUI has established Halal Certification Online Service System (CEROL-SS23000) in order to facilitate the registration of manufacturers and halal certification process. The objectives of this internship program was to study the halal certification system for various food industry categories conducted by LPPOM MUI, through the Certification Online Service System (CEROL system), and implementation through the preparation of halal certification in the catering Sapta-Fateta-IPB. The primer data was obtained through survey to some categories of food industries to evaluate Certification Online Service System (CEROL-SS23000) based on producer perception. Keywords: CEROL-SS23000, halal certificate, halal food, LPPOM MUI.

7 IMPLEMENTASI SISTEM SERTIFIKASI HALAL BERBAGAI KATEGORI INDUSTRI PANGAN DAN UJI COBA IMPLEMENTASINYA DI KANTIN SAPTA- FATETA-IPB Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi :Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin Sapta- Fateta-IPB Nama : Ha Phi Ro NIM : F Disetujui oleh Dr Ir Feri Kusnandar,MSc Pembimbing I Dr Ir Joko Hermanianto Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Feri Kusnandar,MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya dan shalawat serta salam penulis kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah implementasi sistem sertifikasi halal, dengan judul Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin Sapta-Fateta-IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan dan menyemangati saya selama saya kuliah di Indonesia. Terima kasih kepada Bapak Dr Ir Feri Kusnandar dan Bapak Dr Ir Joko Hermanianto selaku pembimbing yang sangat membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir maupun selama saya kuliah di IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Ir Hendra Utama dan staf dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obatobatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) yang telah membantu penulis selama magang. Terima kasih kepada kak Endah sebagai staf di LPPOM MUI yang telah membantu saya dalam uji coba implementasi CEROL untuk kantin Sapta-Fateta-IPB. Terima kasih penulis juga ucapkan kepada teman-teman saya yaitu Rizki Wijayanti dan Cynthia yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2014 Ha Phi Ro

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Magang 4 Manfaat Magang 4 METODOLOGI MAGANG 5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang 5 Metode Kegiatan Magang 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Kategori Industri Pangan 6 Analisis Data Kelompok Produk yang Disertifikasi 8 Analisis Data Jumlah Perusahaan yang Melakukan Registrasi CEROL- SS23000 di Tiap Negara 10 Mempelajari Sistem CEROL-SS23000 dan Aplikasinya Untuk Industri Pangan 12 KESIMPULAN DAN SARAN 15 Kesimpulan 15 Saran 15 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

13 DAFTAR TABEL 1 Jumlah dan jenis industri yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI 6 2 Kelompok Produk yang Disertifikasi Halal 9 3 Jumlah Perusahaan di Tiap Negara yang Melakukan Registrasi CEROL- SS Hasil Pengisian Kuesioner 13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner Terhadap Sistem CEROL-SS

14

15 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Mengkonsumsi makanan halal merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Secara harfiah halal berarti lepas atau tidak terkait, sedangkan arti pangan halal adalah makanan atau minuman yang diijinkan untuk dikonsumsi atau tidak terkait dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya (Girinda 2006). Pangan halal diantaranya adalah makanan/minuman yang tidak berasal/ tidak mengandung babi, tidak mengandung komponen yang memabukkan, binatang yang bukan buas, atau bertaring, dan babi. Titik kritis bahan pangan yang berasal dari hewan yang dihalalkan untuk dikonsumsi adalah cara penyembelihan, peralatan yang digunakan untuk penyiapannya, dan bahan yang digunakan atau ditambahkan dalam proses pengolahan. Untuk bahan makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan laut telah jelas halal, yang menjadi titik kritis keharamannya adalah alat dan bahan yang ditambahkan dalam proses pengolahan dan pengemasan. Dalam hukum Islam surah Al-Baqarah ayat 173 mengatakan Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan kepada kamu memakan bangkai, dan darah, dan daging babi, dan binatang-binatang yang tidak disembelih tidak karena Allah maka sesiapa terpaksa (memakannya karena darurat) sedang ia tidak menginginnya dan tidak pula melampaui batas (pada kadar benda yang dimakan itu), maka tidaklah ia berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik yang menyangkut bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, dan bahan penolong (Adisasmito 2008). Peraturan yang mengatur pangan halal adalah Undang-undang Pangan No 18 tahun 2012, bagian kedelapan mengenai jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan, pasal 95 ayat 1 menyebutkan pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap penerapan sistem jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan terhadap pangan. Selain itu, pasal 97 ayat 3 menyebutkan bahwa pencantuman label di dalam dan/atau pada kemasan pangan memuat paling sedikit keterangan mengenai nama produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi; halal bagi yang dipersyaratkan; tanggal, bulan, tahun kedaluwarsa; tanggal dan kode produksi; nomor izin edar; asal usul bahan pangan tertentu. Halal telah menjadi isu global. Berdasarkan hasil survei lembaga Amerika Serikat, Pew Research Center (2011), jumlah penduduk Muslim pada tahun 2010 mencapai 23.4% dari total penduduk dunia atau sekitar 1.6 miliar. Jumlah ini diprediksi akan mengalami peningkatan sebesar 3% pada tahun 2030 atau mencapai 26.4% dari total populasi dunia (setara dengan 2.2 miliar jiwa). Hal tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan produk pangan halal di pasar internasional. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Muslim di pasar internasional, para produsen pangan harus melakukan sertifikasi halal. Kelompok produk pangan yang dapat disertifikasi halal oleh LPPOM MUI ada 33 yaitu kelompok daging dan produk olahan, susu dan makanan bayi, roti,

16 2 flavor, kosmetik, obat-obatan, dan sebagainya. LPPOM MUI mengkategorikan produk perusahaan pendaftar sertifikat halal MUI dan proses sertifikasi halal MUI berdasarkan tingkat kritis bahan dan tingkat kesulitan penelusuran kehalalannya. Kategori tersebut dibagi menjadi empat (3) yaitu (1)- Tidak berisiko (bila tidak melibatkan bahan kritis); (2)- Berisiko (bila melibatkan satu atau lebih bahan kritis); (3)- Risiko sangat tinggi (bila melibatkan bahan hewani dan/atau bahan yang sulit ditelusuri kehalalannya (LPPOM MUI 2013). Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa penerapan SJH (Sistem Jaminan Halal) di perusahaan memenuhi persyaratan LPPOM MUI. Sertifikat halal adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI melalui keputusan sidang Komisi Fatwa yang menyatakan kehalalan suatu produk berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI (LPPOM MUI 2012). Tujuan proses sertifikasi halal oleh produsen pangan adalah untuk mendapatkan citra positif dimata konsumen dan memperoleh kepercayaan terhadap kehalalan produk yang dihasilkannya. Untuk memperoleh sertifikat halal tersebut, produsen harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam memproduksi pangan halal yang mengacu pada ketentuan yang berlaku sesuai syariah agama Islam. Di Indonesia, lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan proses sertifikasi halal kepada produsen pangan adalah Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Setelah melalui proses audit sesuai ketentuan yang berlaku, MUI mengeluarkan sertifikat halal sebagai bukti bahwa pangan yang diproduksi oleh suatu industri pangan telah dinyatakan halal. Sistem sertifikasi halal yang dikembangkan oleh LPPOM MUI adalah sistem manajemen terintegrasi yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumberdaya manusia, dan prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI. Selain itu, sistem jaminan halal juga merupakan persyaratan sertifikasi halal, yaitu menilai SJH Sistem Jaminan Halal. Status SJH adalah nilai hasil audit implementasi SJH, status SJH terdiri dari A (sangat baik), B (cukup), C (gagal). Masih banyak produsen pangan yang belum menyadari pentingnya sertifikasi halal karena sertifikasi halal masih bersifat sukarela. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh masih terdapat pandangan produsen bahwa proses sertifikasi halal sulit. Di awal, proses sertifikasi halal oleh LPPOM MUI pada tahun , permohonan sertifikasi halal masih bersifat manual, dimana produsen harus mengirimkan langsung dokumen persyaratan ke LPPOM MUI. Hal ini membutuhkan waktu proses yang lama dan jumlah dokumen yang sangat banyak. Sejak tahun 2011, LPPOM MUI mengembangkan sistem pelayan sertifikasi halal secara online yang disebut CEROL-SS CEROL-SS23000 adalah sistem pelayanan sertifikasi halal secara online. Sistem ini bertujuan untuk memberikan pelayanan sertifikasi halal yang lebih cepat dan lebih baik sehingga memudahkan produsen pangan dalam memperoleh sertifikat halal. Keunggulan sistem ini adalah waktu proses lebih cepat, dapat memonitor perkembangan proses sertifikasi secara real time dan mengurangi penggunaan kertas (LPPOM MUI 2013).

17 Dalam sistem yang baru, perusahaan yang mengajukan sertifikasi baik pendaftaran baru, pengembangan maupun perpanjangan melakukan pendaftaran secara online, tidak harus datang menyerahkan dokumen. Formulir pendaftaran diisi lengkap, disertai dengan dokumen pendukungnya sesuai dengan status pendaftaran (baru/ pengembangan/ perpanjangan) dan proses bisnis (industri pengolahan, rumah potong hewan, restoran, dan industri jasa). Bidang sistem jaminan halal (SJH) memeriksa manual SJH yang diisi oleh perusahaan dan bukti implementasi melalui sosialisasi, pelatihan internal dan audit internal. Manual SJH yang diisi oleh perusahaan meliputi 11 kriteria SJH, yaitu kebijakan halal, tim manajemen halal, pelatihan dan edukasi, bahan, produk, fasilitas produksi, proses tertulis untuk aktivitas kritis, kemampuan telusur, penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria, audit internal, dan kaji ulang manajemen. Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi persyaratan pendaftaran, bagian auditing akan mengirimkan Pre-audit Memorandum yang berisi informasi tentang semua kekurangan yang harus segera ditindaklanjuti perusahaan. Setelah semua kekurangan tersebut dipenuhi oleh perusahaan dan dokumen dinyatakan lengkap dan akad sertifikasi lunas, bidang auditing dapat melakukan penjadwalan audit, dan hasil audit akan dibahas di rapat auditor. Rapat auditor merupakan rapat yang membahas hasil audit, temuan-temuan di lapang. Jika terjadi perubahan, misalnya data sesungguhnya berbeda dengan data yang dilaporkan di Cerol, bahan yang ditemukan digudang tidak ada di Cerol, penambahan bahan dan sebagainya, pihak perusahaan harus mengubah data yang kurang atau data tambahan yang ada di Cerol. Auditor harus memberikan formulir perubahan sebagai pengendali kepada pihak perusahaan untuk diisi pada saat audit dilaksanakan, sehingga pada saat rapat auditor, semua data yang mengalami perubahan telah diubah. Hasil rapat auditor akan dibahas di Rapat Komisi Fatwa, dan akan memutuskan produk yang mengajukan sertifikasi halal sudah halal atau masih dapat kekurangan persyaratan sehingga status halal produk belum dapat diputuskan. Jika produk sudah dinyatakan halal dalam Rapat Komisi Fatwa, maka sertifikat halal akan diterbitkan. Koperasi Sapta Fateta IPB merupakan koperasi sebagai sarana penunjang persaudaraan pegawai dan civitas Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Koperasi merupakan badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Koperasi Sapta Fateta IPB memiliki Badan Hukum Nomor 185 A/PAD/BH/KDK105/IV/2004 yang diperoleh pada tanggal 28 April Berlokasi di Gedung Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Kampus IPB Dramaga dan bergerak di bidang pengolahan dan penjualan makanan dan minuman. Koperasi beranggotakan beberapa pelaku usaha kecil/pedagan yang menjalankan usaha di lingkungan koperasi dan menyediakan beragam jenis makanan dan minuman di masing-masing kios/counter 3

18 4 Tujuan Magang Tujuan kegiatan magang ini untuk mengetahui sistem sertifikasi halal untuk berbagai kategori industri pangan, sistem pelayanan sertifikasi halal online(cerol-ss23000) dan persiapan implementasi CEROL-SS2300 di kantin Sapta-Fateta-IPB. Manfaat Magang Manfaat dari kegiatan magang ini adalah memberikan informasi mengenai sistem sertifikasi halal dan sistem pelayanan sertifikasi online (CEROL-SS23000) sehingga dapat memudahkan produsen dalam memperoleh sertifikat halal, serta dapat memenuhi jumlah permintaan produk halal bagi konsumen Muslim maupun non Muslim.

19 METODOLOGI MAGANG 5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilakukan di LPPOM MUI yang bertempat di Gedung Global Halal Center, jalan Pemuda No.5, Bogor. Dalam kegiatan magang ini penulis ditempatkan pada bagian sistem jaminan halal. Kegiatan magang ini dilakukan selama empat bulan, terhitung mulai bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2013, setiap hari kerja dengan mengikuti jam kerja yang diterapkan. Kegiatan magang yang dilakukan berupa kegiatan kerja, pengambilan data primer, pembuatan kuesioner dan pengolahan data yang telah tersedia di LPPOM MUI. Untuk persiapan implementasi CEROL-SS23000 di kantin Sapta-Fateta-IPB. Metode Kegiatan Magang Kegiatan magang ini terdiri dari empat tahap. Tahap satu adalah mengindentifikasi kategori industri pangan yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI. Tahap dua adalah mempelajari sistem sertifikasi halal untuk masing-masing kategori industri pangan. Tahap tiga adalah mengkaji implementasi Sistem Pelayanan Sertifikasi Halal Online (CEROL-SS23000). Tahap empat adalah mempersiapkan dokumen untuk proses sertifikasi halal di kantin Sapta-Fateta- IPB. Identifikasi kategori industri pangan yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI pada tahap I dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, pengumpulan data primer melalui diskusi dengan staf di LPPOM MUI dan dan melalui kajian literatur. Literatur yang digunakan adalah buku-buku dan data-data yang tersedia di LPPOM MUI. Kategori industri pangan berdasarkan kelompok produk yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI. Tahap selanjutnya setelah mengidentifikasi kategori industri pangan adalah mempelajari sistem sertifikasi halal untuk masing-masing kategori industri pangan tersebut. Sistem sertifikasi halal untuk masing-masing kategori industri pangan diperoleh melalui studi literatur dan berdiskusi dengan tim Sistem Jaminan Halal (SJH). Setelah mengetahui proses sertifikasi halal, tahap tiga adalah mengkaji efektivitas Sistem Pelayanan Sertifikasi Halal Online (CEROL SS23000) dan aplikasinya untuk sistem sertifikasi halal pada masing-masing kategori industri pangan. Untuk mengetahui aplikasi sistem CEROL-SS23000, maka dilakukan pengambilan data sekunder dan survei. Survei bertujuan untuk mengetahui tingkat kemudahan aplikasi sistem CEROL-SS23000 dari perspektif perusahaan pangan. Tahap terakhir yaitu mempersiapkan dokumen untuk proses sertifikasi halal di Kantin Sapta-Fateta-IPB. Pada tahap ini diperlukan menyusun Manual Sistem Jaminan Halal, dan mempersiapkan dokumen mengenai kantin Sapta-Fateta-IPB sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh LPPOM MUI.

20 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Kategori Industri Pangan LPPOM MUI mensertifikasi halal produsen pangan berdasarkan pada kelompok produk pangan. Kelompok produk di LPPOM MUI dibagi menjadi 33 kelompok produk, yaitu daging dan produk daging olahan, ikan dan produk olahannya, bakery ingredient, pemanis, dan lain-lainnya. Tiga puluh tiga kelompok produk tersebut kemudian digolongkan menjadi lima kategori, yaitu industri pengolahan, industri ingredien, rumah potong hewan, restoran/katering dan lain-lain (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah dan jenis industri yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI Jenis Industri Jumlah Industri pada Tahun 2011 % 2012 % 2013 % Industri Pengolahan Industri Ingredien Restoran/Katering Rumah Potong Hewan Lain-lain Total Sumber : LPPOM MUI 2013 Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah industri yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI pada tahun Peningkatan tersebut terjadi karena industri pangan mulai menyadari pentingnya produk halal yang beredar di Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar yaitu juta dari total jumlah penduduk 220 juta jiwa (88%) (BPS 2007), sehingga industri pangan mulai meningkatkan produk halal dengan mensertifikasi halal di LPPOM MUI agar dapat memenuhi permintaan produk halal oleh konsumen Muslim maupun non-muslim. Industri pengolahan memiliki peran dalam pertumbuhan perekonomian wilayah melalui pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa dampak positif yang muncul diantaranya adalah peningkatan penyerapan angkatan kerja, peningkatan nilai investasi wilayah, pemerataan usaha, peningkatan nilai tambah bahan mentah dan peningkatan pendapatan perkapita suatu wilayah (Rejekiningsih 2004, Stanny 2009, Eriyatno 2011). Dengan berkembangnya industri pengolahan dan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, maka produk-produk yang beredar di Indonesia perlu sertifikat halal agar dapat meningkatkan nilai jual produk dan meningkatkan kepercayaan konsumen Muslim terhadap produk tersebut. Hal ini juga terlihat pada data LPPOM MUI jumlah industri pengolahan dapat serifikat halal pada tahun 2011, 2012 dan 2013 cukup besar yaitu 41.81%, 41.36%, dan 32.43%. Industri pegolahan telah berkembang dengan cepat dengan teknologi pengolahan yang semakin canggih, yaitu adanya ingredien-ingredien tertentu untuk meningkatkan kualitas, penampilan, masa simpan, rasa serta aroma seperti

21 penyedap rasa, flavor, pengawet, pewarna dan sebagainya. Saat ini, ingredieningredien memiliki risiko tinggi mengandung bahan yang haram, misalnya pewarna merah bisa berasal dari darah yang jelas haram dalam hukum Islam. Gelatin merupakan biopolimer turunan dari kolagen yang memiliki kegunaan luas (Haug and Draget 2009). Pada umumnya, gelatin yang berasal dari mamalia banyak digunakan karena tingginya titik lebur, titik gelasi dan reversibilitas termalnya (Haug and Draget 2009), namun mamalia yang digunakan bisa berasal dari babi yang merupakan hewan haram untuk dikonsumsi, atau dari hewan lain yang disembelih tidak sesuai hukum Islam. Oleh karena itu, industri ingredien sangat membutuhkan sertifikasi halal untuk menelusuri tingkat kehalalan ingredien-ingredien tersebut, sehingga jumlah industri ingredien paling banyak disertifikasi pada tahun 2011, 2012, 2013 yaitu 48.78%, 48.35%, dan 57.48%. Rumah potong hewan adalah kompleks bangunan dengan desain tertentu yang dipergunakan sebagai tempat memotong hewan secara benar bagi konsumen masyarakat luas dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan teknis tertentu. Dengan demikian diharapkan bahwa daging yang diperoleh dapat memenuhi kriteria aman (safety), sehat (sound), utuh (wholesomeness), halal dan berdayasaing tinggi. Rumah potong hewan merupakan tempat dimana daging halal berasal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging halal untuk masyarakat Indonesia yang mayoritas agama Islam. Pada kenyataannya rumah potong hewan masih sedikit yang memiliki sertifikat halal. Hal ini terlihat pada data dari LPPOM MUI, yaitu pada tahun , dan 2013 jumlah rumah potong hewan yang mengajukan sertifikasi halal masih sedikit yaitu 0.04, 0.02, dan Hal ini mungkin disebabkan oleh kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi daging halal dan kasadaran produsen untuk memproduksi daging halal masih rendah. Selain itu, rendahnya jumlah rumah potong hewan yang mengajukan sertifikasi halal juga disebabkan data Tabel 1 merupakan data yang diambil dari LPPOM MUI pusat belum termasuk data dari LPPOM provinsi, sehingga jumlah rumah potong hewan mengajukan sertifiksai halal di LPPOM provinsi belum tercatat di data LPPOM MUI pusat. Pada umumnya, agama mengatur tentang apa saja yang diperbolehkan dan apa yang dilarang untuk dilakukan, termasuk perilaku konsumsi (Shafie dan Othman 2006). Perilaku konsumen seperti perilaku pada umumnya, dipengaruhi oleh aspek kultural, sosial, personal dan karakteristik psikologis. Faktor kultural dianggap paling besar pengaruhnya terhadap keinginan dan perilaku seseorang. Kebiasaan seseorang ketika membeli daging di toko atau pasar tradisional adalah tidak menanyakan daging tersebut berasal dari rumah potong hewan yang memiliki sertifikat halal atau belum memiliki sertifikat halal. Konsumen menganggap bahwa Indonesia mayoritas agama Islam sehingga daging-daging yang diproduksi mungkin akan halal juga. Hal ini dapat mengakibatkan produsen rumah potong hewan tidak mementingkan masalah harus ada atau tidaknya sertifikat halal, produsen menganggap bahwa hewan dipotong dengan membaca bismilah saja sudah termasuk halal, namun belum tentu semua rumah potong hewan dengan cara penyembelihan sesuai dengan hukum agama Islam, misalnya ayam untuk keperluan cepat dan dalam jumlah yang banyak, kemungkinan ayam yang disembelih mati karena ditumpuk, disiram air panas, bukan karena sebab disembelih dan sebagainya. Hal ini menyebabkan daging yang dihasilkan menjadi haram. 7

22 8 Dari Tabel 1, terlihat juga bahwa jumlah katering/restoran yang disertifikasi halal masih sedikit, yaitu pada tahun 2011, 2012, dan 2013 jumlah restoran/katering yang memiliki sertifikat halal sebesar 2.13%, 1.95%, dan 1.33%. Hal ini mungkin disebabkan, masyarakat belum peduli kehalalan makanan yang mereka konsumsi. Ini menunjukkan bahwa kesadaran konsumen Muslim untuk mengkonsumsi makanan bersertifikat halal masih rendah. Pengusaha katering/restoran juga cenderung acuh atau tidak peduli terhadap makanan yang mereka produksi (sajikan). Para pengusaha makanan tersebut beranggapan bahwa mereka memproduksi atau membuat makanan sudah dengan komposisi atau bahan-bahan yang aman, namun perlu diketahui yang aman belum tentu makanan tersebut halal. Diperlukan bukti yang kuat dengan cara para pengusaha mendaftarkan rumah makannya agar bersertifikat halal karena sertifikat halal merupakan jaminan yang pasti bagi konsumen Muslim bahwa makanan yang hendak dikonsumsinya tersebut halal atau haram. Analisis Data Kelompok Produk yang Disertifikasi Industri pangan telah berkembang dengan cepat. Pangan saat ini tidak hanya diolah secara sederhana, namun telah diolah dengan teknologi tinggi dengan penambahan berbagai bahan tambahan agar dapat meningkatkan kualitas, penampilan, aroma, warna, masa simpan, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan teknologi pangandan dengan berbagai produk pangan yang berbeda-beda, LPPOM MUI telah mengidentifikasi kelompok produk yang disertifikasi halal, yaitu ada 33 kelompok produk (Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa pada tahun 2011, 2012 dan 2013, jumlah kelompok produk Flavor Seasoning and Fragrance paling banyak disertifikasi halal, yaitu sebesar 37.90%, 34.03% dan 46.46%. Hal ini disebabkan, besarnya konsumen Muslim di Indonesia, banyak industri pangan yang mempersyaratkan ingredien yang digunakan termasuk flavor, harus memiliki sertifikat halal. Menurut General Manager Dept of Planning dan Koordinator Auditor Halal Internal PT Ajinomoto Indonesia Mojokerto Factory, Yudho Koesbandryo, halal merupakan salah satu titik kritis dalam pemilihan flavor di perusahaannya (Yudho 2011). Selain itu, flavor bisa terdiri dari banyak bahan penyusun yang masing-masing bisa bercabang menjadi jenis flavor lainnya (Osmena 2011). Berdasarkan masalah kehalalan produk pangan, rumah potong hewan menempati posisi yang sangat penting karena dari sini sumber bahan baku produk makanan berasal. Berdasarkan data LPPOM MUI, rumah potong hewan pada tahun 2011, 2012 dan 2013 adalah paling sedikit disertifikasi halal, yaitu sebesar 0.04%, 0.02% dan 0.02%. Hal ini dikarenakan belum adanya aturan tegas untuk seluruh rumah potong hewan untuk sertifikasi halal, padahal Indonesia menjadi negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Menurut Hakim (2010) yang perlu dikritisi adalah rumah potong hewan tidak mau disertifikasi halal padahal keluar dari rumah potong hewan, daging-daging yang dijual di pasar-pasar tidak ada registrasi, tidak ada pengawasan.

23 Tabel 2 Kelompok Produk yang Disertifikasi Halal 9 N Kelompok Produk o Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Bahan Tambahan Bakery (Roti dan Kue) Bakery Ingredient Minuman dan Bahan Minuman Coklat Konfeksioneri dan Bahan Pendukungnya Bumbu, Rempah dan Kodimen Kosmetik Telur & Produk Telur Olahan Enzim Ekstrak Ikan dan Produk Olahannya Flavor Seasoning and Fragrance Tepung Pati dan Produk Turunan/Olahannya Gelling Agent (Pembentuk Gel) Herbal (Jamu) Es Krim dan Bahan Pendukungnya) Susu dan Makanan Bayi/Balita Selai dan Jelly Daging dan Produk Daging Olahan Obat-obatan Susu dan Produk Susu Olahan Mie Pasta dan Produk Olahannya Minyak Lemak dan Produk Olahannya Vitamin, Mineral dan zat gizi lainnya Tumbuhan dan Produk Tumbuhan Olahan Protein dan Asam Amino Restoran dan Katering Nasi dan Lauk Pauk Rumah Potong Hewan Snack (Makanan Ringan) Suplemen dan Bahan Suplemen Sweeteners (Pemanis) Others (Lain-lain) Total Sumber : LPPOM MUI 2013

24 10 Dunia obat-obatan berkembang semakin cepat mengikuti kualitas dan kuantitas penyakit yang tidak kalah cepat berkembang. Aspek kehalalan kembali menjadi kesulitan bagi farmasi yang telah memanfaatkan apa saja, asalkan bisa memberikan kesembuhan, penggunaan bahan dari babi, organ manusia, dan bahan haram lainnya. Hingga saat ini jumlah produk obat-obatan yang disertifikasi halal masih sedikit, yaitu pada 2011 jumlahnya 0%, 2012 jumlahnya 0.03% dan 2013 yaitu 0.06%. Hal ini disebabkan pengkajian mengenai kehalalan obat-obatan ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan, terutama berkaitan dengan minimalnya informasi yang bisa diakses masyarakat umum. Pada obat-obatan yang beredar melalui resep dokter sangat sulit ditelusuri kandungan dan komposisi bahannya karena akses yang didapatkannya juga sangat terbatas. Disadari atau tidak, dalam kehidupan wanita sehari-hari tidak bisa terlepas dari produk kosmetik. Produk perawatan tubuh ini digunakan oleh sebagian besar wanita mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur. Oleh karena itu, banyak perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan akan kosmetik dengan berbagai macam inovasi produk. Produk kosmetik yang beredar di pasaran nyatanya masih banyak yang belum mencantumkan label halal pada kemasan produknya. Namun, dengan besarnya konsumen Muslim di Indonesia, produk kosmetik mulai banyak yang sudah mencantumkan label halal, hal ini juga terlihat pada data LPPOM MUI yaitu pada tahun 2011 jumlah kosmetik memiliki sertifikat halal sebesar 0.74%, meningkat pada tahun 2012 yaitu 3.25% dan pada tahun 2013 sebesar 2.92%. Analisis Data Jumlah Perusahaan yang Melakukan Registrasi CEROL- SS23000 di Tiap Negara Dalam sistem perdagangan internasional masalah sertifikasi dan penandaan kehalalan produk mendapat perhatian baik dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen umat Islam diseluruh dunia. Negara-negara produsen akan mengekspor produknya ke negara-negara berpenduduk Islam termasuk Indonesia. Dalam perdagangan internasional tersebut label/tanda halal pada produk mereka telah menjadi salah satu instrumen penting untuk mendapatkan akse spasar untuk memperkuat daya saing produk domestiknya di pasar internasional. Tabel 3 yang menunjukkan perusahaan-perusahaan dari 29 negara yang telah registrasi CEROL-SS2300 tahun 2012 dan Dari Tabel 3, terlihat bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah perusahaan terbanyak yang melakukan registrasi CEROL-SS23000, yaitu dengan nilai peningkatan sebesar Saat ini, konsumen Muslim di Indonesia memiliki kepedulian tinggi terhadap kehalalan barang dan jasa yang mereka konsumsi (Sucipto 2009). Oleh karena itu, produk pangan yang beredar di Indonesia semakin banyak yang disertifikasi halal untuk memenuhi permintaan jumlah produk halal yang semakin meningkat. Selain Indonesia, Cina juga merupakan negara dengan jumlah perusahaan terbanyak kedua yang melakukan registrasi CEROL-SS23000, yaitu dengan nilai peningkatan sebesar 307. Hal ini disebabkan Indonesia dan Cina terus meningkatkan kerja sama ekspor impor sehinga produk yang masuk ke Indonesia perlu sertifikat halal. Berdasarkan data Badan Pusat

25 Statistik pada tahun 2013, Cina masih menjadi negara pengimpor terbesar Indonesia yang memberikan peranan sebesar 12.33% (BPS 2013). Tabel 3 Jumlah Perusahaan yang Melakukan Registrasi CEROL-SS23000 di Tiap Negara No Negara Total Perusahaan yang Registrasi CEROL-SS peningkatan 1 Argentina Australia Bangladesh Belgia Belarus Cina Perancis Jerman Hongaria India Indonesia Italia Jepang Malaysia Belanda Selandia Baru Filipina Saudi Arabia Singapura Spanyol Swiss Afrika Selatan Thailand Turki Vietnam Republik Korea Sri Langka Inggris Amerika Serikat Sumber : LPPOM MUI 2013 Dari Tabel 3 juga terlihat bahwa sebagian besar perusahaan di benua Eropa dan Amerika, seperti Argentina, Belgia, Italia, Spanyol dan lain-lain mulai melakukan registrasi CEROL-SS Hal ini menunjukkan bahwa halal mulai menjadi pusat perhatian dunia. Oleh karena itu, Indonesia dapat menjadi pusat sertifikasi halal dunia. Indonesia unggul pada faktor sistem sertifikasi yang saat ini menjadi acuan sertifikasi halal dunia (MUI,2010), potensi pasar yang merupakan pasar produk halal terbesar di dunia (Kassim, 2009). Sementara itu, jumlah perusahaan di Singapura yang registrasi CEROL- SS2300 juga mengalami peningkatan cukup besar yaitu 41. Hal ini diduga karena jumlah penduduk beragama Islam di Singapura sekitar 15.3 % dari total penduduk, 11

26 12 yang di Singapura menempati rangking ketiga setelah agama Budha dan Taoisme (Sharon Siddique 1995). Dengan jumlah penduduk beragama Islam yang cukup besar di Singapura sehingga perusahaan-perusahaan di Singapura mulai banyak yang registrasi CEROL-SS23000 untuk mensertifikasi halal, agar dapat memenuhi jumlah permintaan produk halal di Singapura. Selain itu, India juga memiliki jumlah perusahaan yang registrasi CEROL- SS23000 meningkat cukup besar yaitu 34. Hal ini dikarenakan perekonomi India tumbuh dengan pesat, bahkan India menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat kedua setelah Cina (Irwan Suhanda 2007). Salah satu ekspor utama India adalah produk pertanian, bahan kimia dan farmasi, mineral dan lainnya. Oleh karena itu, India memerlukan sertifikasi halal produk yang dihasilkannya agar dapat mengekspor ke negara-negara yang merpersyaratkan adanya sertifikat halal, salah satunya adalah negara Indonesia. Mempelajari Sistem CEROL-SS23000 dan Aplikasinya Untuk Industri Pangan Sistem CEROL-SS23000 dibuat dengan banyak keunggulan, yaitu waktu proses sertifikasi lebih cepat, dapat memonitor perkembangan proses sertifikasi secara real time, dapat mengunduh sertifikat halal dari sistem, tidak ada batas waktu dalam pengisian data sehingga dapat dikerjakan secara bertahap, dan yang paling unggul adalah bisa mengurangi penggunaan kertas. Selain itu, sertifikasi halal CEROL-SS23000 juga dapat melayani pengajuan approval bahan jika terdapat penggantian bahan selama masa berlakunya sertifikat halal, pengiriman laporan berkala sebagai bentuk komitmen untuk menjaga kehalalan produk, dan dapat mencari nomor sertifikat halal dari produk yang telah disertifikasi. Tingkat kemudahan aplikasi sistem CEROL-SS23000 bagi perusahaan yang sertifikasi halal produk dipelajari melalui survei kepada perusahaan. Kuesioner dibuat dengan 15 pertanyaan yang akan dijawab melalui 5 skala yaitu sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4) dan sangat setuju (5). Kuesioner disebarkan ke pelatihan LPPOM MUI dan dengan mengirim ke perusahaan, dan kuesioner berhasil beredar pada 1 perusahaan kecil, 11 perusahaan menengah, dan 5 perusahaan besar.kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1 dan data hasil penyebaran kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, rata-rata jawaban pertanyaanpertanyaan perusahaan menengah dan perusahaan besar adalah pada skala 4 (setuju). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan menengah dan perusahaan besar menganggap aplikasi sistem CEROL-SS23000 memudahkan perusahaan memperoleh sertifikat halal. Pada perusahaan kecil diperkirakan rata-rata jawaban pertanyaan adalah tidak setuju-netral. Hal ini dikarenakan UKM kurangnya kesadaran dan adanya persepsi bahwa penggunaan TI (teknologi informasi) akan menyebabkan biaya tinggi sehingga lebih memilih jalur yang sudah biasa dilaluinya daripada melalui jalur baru yang sebenarnya lebih singkat dan efisien (Dans 2001). Pada kenyataannya, hasil pengisian kuesioner rata-rata jawaban pertanyaan pada skala 4.2 (setuju). Hal ini menunjukkan perusahaan kecil setuju aplikasi sistem CEROL-SS23000 memudahkan perusahaan memperoleh sertifikat halal.

27 13 Tabel 4 Penilaian responden terhadap penerapan sistem CEROL dalam proses sertifikasi halal oleh LPPOM MUI Pertanyaan Perusahaan Kecil Perusahaan Menegah Perusahaan Besar Pengetahuan aplikasi CEROL Pembacaaan User Manual CEROL terlebih dahulu User Manual CEROL sangat informatif Sistem CEROL lebih mudah digunakan Kemudahan sistem CEROL untuk memperoleh sertifikat halal Waktu penerbitan sertifikat halal lebih singkat Tidak ada kendala dalam berkomunikasi melalui CEROL Pemberian respon cepat terhadap registrasi perusahaan Pelayanan melalui CEROL sudah baik Tidak ada kendala ketika sign-up/logn in dalam CEROL Tidak ada kendala ketika registrasi di CEROL Tidak ada kendala dalam pembayaran registrasi Tidak ada kendala dalam mengupload data Tidak ada kendala dalam pembayaran akad Tidak ada kendala dalam monitoring proses sertifikasi halal Rata-rata Keterangan : 1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Netral 4 = Setuju 5 = Sangat setuju Selain itu, pada kuesioner juga ada 5 pertanyaan tambahan. Berdasarkan 5 pertanyaan tambahan tersebut diketahui bahwa perusahaan-perusahaan mengetahui adanya sistem CEROL-SS23000 melalui internet dan pelatihan dari LPPOM MUI. Perusahaan-perusahaan juga mengakui kelebihan dari sistem CEROL-SS23000, yaitu dapat mengajukan permohonan sertifikasi halal dimana saja, tidak menggunakan banyak waktu. Selain itu, ada beberapa perusahaan juga mengakui kelebihannya, yaitu menghemat penggunaan kertas, mendapat update informasi secara otomatis dan online, dapat mengetahui dengan jelas sampai mana proses sertifikasi halal berjalan dengan adanya menu view history, proses monitoring lebih mudah. Perusahaan berharap fitur-fitur dalam CEROL-SS23000 bisa dibuat lebih menarik, waktu respon dapat dipercepat pada saat pre-audit, perbaikan dalam waktu meng-upload dokumen, perusahaan menganggap masih terlalu lama waktu yang dibutuhkan untuk meng-upload dokumen. Ketika meng-upload data mudahmudahan tidak error karena pengalaman perusahaan ketika meng-upload dokumen, kadang-kadang sistem CEROL-SS23000 tiba-tiba error sehingga harus logn in kembali agar dapat meng-upload dokumen. Perusahaan berharap personil untuk konsultasi mengenai CEROL-SS23000 diperbanyak, karena perusahaan mengalami kesulitan ketika menghubungi, sering tidak di tempat dan tidak ada personil lain sebagai penggantinya, dan mohon agar konsultasi melalui dapat direspon tanpa harus dihubungi melalui telepon. Selain itu, sebaiknya ada dialog box antara pihak perusahaan dengan pihak LPPOM MUI untuk bertanya mengenai masalah dalam mengurus sertifikasi halal. Kuota untuk meng-upload data dapat ditambahkan (sistem selain Microsoft Word, seperti PDF atau JPEG),

28 14 karena meng-upload membutuhkan waktu yang lama dan sering gagal. Komunikasi yang berkaitan dengan sertifikasi halal, izin penggunaan bahan baru, dan komunikasi lainnya dapat diintegrasikan dengan sistem CEROL-SS23000, agar history komunikasi terdokumentasi dengan baik, meskipun ada pergantian personil (karena adanya turn over karyawan), karyawan baru dapat mengetahui history sebelumnya. Harapan perusahaan mengenai sistem CEROL-SS23000 tidak hanya sebagai sistem untuk pengajuan SH (sertifikat halal) saja, tetapi juga dapat mengakses SH produk perusahaan ingin cari tahu seperti dalam daftar produk halal. Apabila ada revisi dalam User Manual CEROL-SS23000 dapat diinformasikan melalui CEROL-SS23000 ke perusahaan yang telah registrasi di CEROL-SS23000, dan ditambahkan infomasi di User Manual CEROL-SS23000 lebih spesifik dan kompleks agar ketika ada kendala tidak harus melalui atau telepon. Perusahaan berharap adanya penambahan fitur misalnya Notification List, sehingga tidak perlu membuka satu persatu menu ( Material List, Produk List, Matrix List), adanya menu yang dapat menghapus informasi bahan dalam jumlah banyak dan tidak harus menghapus satu persatu, dan adanya penambahan fitur daftar rincian biaya proses sertifikasi halal. Semoga pihak LPPOM MUI melakukan sosialisasi secara berkala agar sistem Cerol SS selalu dipahami dan selalu update informasi terbaru. Namun, ada juga pernyataan dari salah satu perusahaan bahwa User Manual CEROL-SS23000 sangat informatif, dan mudah dipahami. Uji Implementasi SJH dan CEROL-SS23000 di Kantin Sapta-Fateta-IPB Kantin Sapta-Fateta-IPB berlokasi di Gedung Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Kampus IPB Dramaga dan bergerak di bidang pengolahan dan penjualan makanan dan minuman. Untuk memperoleh makanan dan minuman yang terjamin kehalalannya, kantin Sapta mengajukan sertifikasi halal di LPPOM MUI. Proses sertikasi halal memerlukan penyusunan dan penerapan dari Manual SJH sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh sertifikat halal. Manual SJH adalah sistem manajemen terintergrasi yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumber daya manusia dan prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI. Kantin Sapta-Fateta-IPB menyusun Manual SJH berdasarkan buku Persyaratan Sertifikasi Halal HAS yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI. Penyusunan Manual SJH mencakup sebelas (11) kriteria sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI yaitu kebijakan halal, tim manajemen halal, pelatihan dan edukasi, bahan, produk, fasilitas produksi, prosedur tertulis aktivitas kritis, kemampuan telusur, penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria, audit internal, dan kaji ulang manajemen. Selain menerapkan SJH, kantin Sapta-Fateta-IPB juga harus mengikuti kebijakan dan prosedur sertifikasi halal yang ditetapkan LPPOM MUI dalam dokumen HAS 23000:2. Kantin Sapta-Fateta-IPB telah melakukan pendaftaran dan pembuatan username agar kantin dapat masuk ke aplikasi CEROL-SS23000, dan melakukan login untuk dapat masuk ke tahap mengupload dokumen halal yang diperlukan selama proses sertifikasi halal. Proses mengupload dokumen halal kantin Sapta-Fateta-IPB telah berhasil melewati tahap List of Product yaitu

29 mengupload nama 22 kios yang berada di kantin. Langkah berikutnya kantin mendaftarkan bahan yang digunakan untuk seluruh kios-kios di kantin yang akan disertifikasi. Selanjutnya kantin akan mengupload matriks produk yang menunjukkan bahan yang digunakan untuk semua makanan di setiap kios di kantin. Kantin Sapta-Fateta-IPB sedang melengkapi dokumen halal setelah menerima audit memorandum dari pihak LPPOM MUI. 15 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Halal telah menjadi perhatian dunia, penduduk Muslim di dunia semakin meningkat. Perusahaan pangan mulai menyadari pentingnya sertifikasi halal, sehingga jumlah perusahaan pangan yang mendaftar untuk sertifikasi halal semakin meningkat. Negara Indonesia paling banyak perusahaan yang sertifikaasi halal, dan Cina juga merupakan negara dengan jumlah perusahaan paling banyak kedua setelah Indonesia yang disertifikasi halal. Selain itu, negara-negara yang berkembang seperti United Kingdom dan United State of America juga mulai mendaftarkan diri untuk disertifikasi halal produk pangan. Saat ini, tidak hanya produk pangan yang disertifikasi halal, tapi produk obat-obatan dan kosmetik juga mulai menyadari pentingnya halal bagi konusmen Muslim. Saat ini LPPOM MUI telah menyediakan sistem pelayanan sertifikasi halal secara online (CEROL- SS23000), dan diakui oleh perusahaan pangan yaitu proses sertifikasi halal lebih mudah, cepat dan dapat menghemat waktu. Kantin Sapta-Fateta-IPB telah berhasil registrasi di CEROL-SS23000 dan sedang dalam tahap pemberitahuan jadwal audit dari pihak LPPOM MUI. Saran LPPOM MUI lebih mendorong pentingnya sertifikasi halal dan mengadakan sistem pelatihan khusus untuk Rumah Potong Hewan (RPH), karena RPH masih sedikit yang memiliki sertifikat halal dengan kerja sama dengan dinas terkait atau pemerintah daerah. Vietnam telah memiliki lembaga sertifikasi halal, namun lembaga ini masih belum terbentuk yang lengkap yaitu belum memiliki tenaga ahli, belum memiliki prosedur sertifikasi halal yang lengkap. Lembaga ini bekerja dengan tenaga yang berasal dari orang-orang yang mendalami syariah Islam, dan berjalan dengan prinsip-prinsip yang berdasarkan hukum Islam. Lembaga sertifiksi halal di Vietnam diharapkan akan bisa membangun lembaga sertifikasi halal yang memiliki prosedur sertifikasi yang lengkap; memiliki tenaga ahli bidang kimia, biologi, teknologi pangan dan sebagainya; dan jika perlu diaplikasikan 11 kriteria SJH dari LPPOM MUI yang sangat lengkap dan dapat menjaga konsistensi untuk menghasilkan produk yang halal.

30 16 DAFTAR PUSTAKA [LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Customer User Manual-Manufacturing [terhubung berkala] pdf (3 Januari 2013). [LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Surat Keputusan LPPOM MUI tentang Kategori Produk Perusahaan Pendaftar Sertifikat Halal MUI dan Proses Sertifikasi Halal MUI Berdasarkan Tingkat Kritis Bahan dan Tingkat Kesulitan Penelusuran Kehalalannya. Bogor (ID): LPPOM MUI [LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika HAS Persyaratan Sertifikasi Halal. Bogor (ID): LPPOM MUI [PRC] Pew Research Center The Future of Global Muslim Population: Projections for [terhubung berkala] pubs/1872/muslim-population-projectionsworldwide-fast-growth (3 Januari 2011). [BPS] Badan Pusat Statistik Statistik Indonesia Tahun Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik Berita Resmi Statistik. No. 17/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 Dans E IT Responsiveness in Small and Medium Enterprise: It Pays to Be on Top IT. Instituto de Empresa Mario de Molina. Eriyatno Membangun Ekonomi Komparatif. PT. Elex Media Komputindo Jakarta. Essoo, Nittin, Dibb, Sally Religious influences on shopping behaviour: an exploratory study.journal of Marketing Management 1(5):75 Girindra, Aisjah Menjamin Kehalalan dengan Label Halal.Persfektif Food Review Indonesia Vol.1 No 9.hal Bogor. Osmena G Industri Falvor Dituntut Lebih Inovatif. [terhubung berkala] preview.php?view2&id=56604#.uxideeqknc (20April2011) Hakim Lukmanul Masih Sedikit RPH Bersertifikat Halal. [terhubung berkala] (27 Mei2013) Haug IJ, Draget KI Gelatin. Di dalam: GO Phillips, PA Williams, Ed Handbook of Hydrocolloids. Ed ke-2. Woodhead Publishing Limited, Cambridge. pp Irwan Suhanda India, Bangitnya Raksasa Dunia. Gramedia Pustaka: Jakarta. Hal. XXIII Kassim A The Global Market Potential of Halal. Ministry For Religious Affairs, Domestic Trade And Consumer Affairs. Malaysia. Penang. Yudho K Industri Falvor Dituntut Lebih Inovatif. [terhubung berkala] preview.php?view2&id=56604#.uxideeqknhc (20April2011) [MUI] Majelis Ulama Indonesia Perkembangan Produk Halal Indonesia.LPPOM-MUI. Jakarta

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Persyaratan Sertifikasi Halal Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Tujuan : Peserta memahami prinsip-prinsip dari Kebijakan dan Prosedur dalam Sertifikasi Halal. Peserta dapat menerapkan Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah IV. SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah lembaga yang berfungsi membantu Majelis Ulama Indonesia

Lebih terperinci

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal Apa itu Perbuatan Hukum asal perbuatan adalah terikat dengan hukum syara. (Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram) Hukum Halal/Haram Menjadi dasar dalam proses Sertifikasi

Lebih terperinci

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar, BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar dengan menempati peringkat ke 1 di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) merupakan pelaku ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian. Karena. kegiatan

Lebih terperinci

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Serial artikel sosialisasi halalan toyyiban PusatHalal.com Materi 5 KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Oleh DR. Anton Apriyantono Mengkonsumsi pangan yang halal dan thoyyib (baik, sehat, bergizi dan aman) adalah

Lebih terperinci

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR Konsep dasar halal dan haram dalam islam Halal dan Haram adalah Hak absolut Allah dan RasulNya Kejelasan halal dan haram Dalam islam sesuatu itu terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita tentu ingin selalu tampil cantik di mana pun dan kapan pun. Banyak yang dilakukan untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan agar terlihat menawan. Hal yang paling

Lebih terperinci

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan MANUAL SJH STANDAR Manual SJH Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan dalam menerapkan SJH Prinsip Manual Sistem Menuliskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, makanan mempunyai peranan yang penting bagi manusia. Peran tersebut antara lain untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA 1 Kebijakan Halal Apakah pimpinan perusahaan memilik kebijakan tertulis yang menunjukkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk memproduksi produk halal secara konsisten? Apakah kebijakan halal disosialisasikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. Jumlah populasi muslim telah mencapai seperempat dari total populasi dunia dan diperkirakan

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN HALAL Pangan di dalam UU RI No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun yang

Lebih terperinci

MANUAL Sistem Jaminan Halal

MANUAL Sistem Jaminan Halal MANUAL Sistem Jaminan Halal Perusahaan : (Diisi Nama Perusahaan) Disusun Oleh : Manual SJH 0 HALAMAN PENGESAHAN Manual Sistem Jaminan Halal Perusahaan [.] ini merupakan dokumen perusahaan terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H) SISTEM JAMINAN HALAL (S J H) 2014 MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% beragama Islam merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk halal. Apabila

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produk Pangan 1. Pengertian Pangan Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan yang selanjutnya disingkat UUP, Pangan adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ]

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan... 2 1. Pendahuluan...3 1.1 Informasi Umum

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2014 PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA Konferensi Tingkat Tinggi Association of South East Asia Nations (ASEAN) ke-9 tahun 2003 menyepakati Bali Concord II yang memuat 3 pilar untuk mencapai vision 2020 yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan politik

Lebih terperinci

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN DOKUMEN KEHALALAN BAHAN Tujuan Memahami pentingnya analisa dokumen. Memahami jenis-jenis dokumen kehalalan bahan dan penggunaannya dalam sertifikasi halal Memahami dokumen standar untuk bahan hewani, tumbuhan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UKM telah teraktualisasi sejak masa krisis sampai saat sekarang ini. Selama masa krisis hingga saat ini, keberadaan UKM mampu menjadi motor penggerak utama ekonomi

Lebih terperinci

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan masyarakatnya

Lebih terperinci

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU 1 MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU 1. Pengajuan persetujuan bahan baru di Cerol 2. Pengajuan Surat Keterangan di Cerol 3. Pengiriman Laporan Berkala di Cerol 4. Kebijakan mengenai Daftar Bahan yang Disetujui

Lebih terperinci

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU 1 MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU 1. Pengajuan approval bahan baru di Cerol 2. Pengajuan Surat Keterangan di Cerol 3. Pengiriman Laporan Berkala di Cerol 4. Kebijakan mengenai Daftar Bahan yang Disetujui

Lebih terperinci

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL A. UMKM Makanan dan Minuman di Surabaya Usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan pelaku ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah muslim terbesar didunia, lebih kurang 80% penduduknya menganut agama Islam. Dalam Islam, halal dan haram adalah bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi saat ini, maka kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.1.23.3516 TENTANG IZIN EDAR PRODUK OBAT, OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, SUPLEMEN MAKANAN DAN MAKANAN YANG BERSUMBER, MENGANDUNG, DARI BAHAN

Lebih terperinci

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang? {mosimage} KH M Anwar Ibrahim, Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat Rancangan Undang-undang (RUU) Jaminan Produk Halal kini dalam pembahasan di DPR. Selama proses pembahasan itu mulai terasa ada upaya 'melengserkan'

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur puyuh adalah produk utama yang dihasilkan oleh ternak puyuh dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa serta harga relatif murah.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROFIL RESPONDEN Identifikasi permasalahan proses sertifikasi halal diperoleh berdasarkan hasil diskusi bersama pakar LPPOM MUI, pengamatan langsung selama kegiatan magang, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas Muslim di seluruh dunia telah membentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola khusus mereka dalam mengkonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016 KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016 Yth. Ketua Rektor UNDIP; Yth. Dr. Widayat, Ketua konsorsium;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan sebagai isi dari apa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka pangan harus tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam jenisnya

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO KEAMANAN PANGAN DI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi yang dapat diperoleh konsumen akan semakin banyak dan turut pula mempengaruhi pola

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di bidang makanan dan minuman seperti usaha membuka tempat makan (restoran/rumah makan), camilan dan kuliner

Lebih terperinci

TEMA SEMINAR Ketersediaan Kuliner Halal dalam menyukseskan Visit Indonesia 2011 dan tahun selanjutnya.

TEMA SEMINAR Ketersediaan Kuliner Halal dalam menyukseskan Visit Indonesia 2011 dan tahun selanjutnya. TERM OF REFERENCE (TOR) KETERSEDIAAN KULINER HALAL DALAM MENYUKSESKAN VISIT INDONESIA Rabu, 6 April 2011, Pk. 08.00 16.00 WIB Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta LATAR BELAKANG Visi Indonesian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan yaitu agama, ras, pengetahuan, persepsi, dan lain-lain. Agama

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA HALAL DETECTOR : APLIKASI CERDAS PENDETEKSI KEHALALAN PRODUK DI HANDPHONE BERBASIS ANDROID

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA HALAL DETECTOR : APLIKASI CERDAS PENDETEKSI KEHALALAN PRODUK DI HANDPHONE BERBASIS ANDROID LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA HALAL DETECTOR : APLIKASI CERDAS PENDETEKSI KEHALALAN PRODUK DI HANDPHONE BERBASIS ANDROID BIDANG KEGIATAN: PKM-KC Disusun oleh: Prawito Hudoro H54100010 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari 237.641.326 penduduk Indonesia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 WAHYUNI AMELIA WULANDARI 2, WIWIT ESTUTI 3 dan GUNAWAN 2 2 BPTP Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Kota Bengkulu 38119 3

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH 86 SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH Pujiati Utami Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, Makanan merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang guna kelangsungan hidupnya. Untuk itu sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk BAB I PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG MASALAH Dalam Islam umat muslim diwajibkan mengkonsumsi makanan yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah daging dalam tubuh dan menjadi sumber

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Jaminan Halal Pada UKM Bidang Olahan Pangan Hewani Application of Halal Assurance System on UKM Field of Animal Food Processing

Penerapan Sistem Jaminan Halal Pada UKM Bidang Olahan Pangan Hewani Application of Halal Assurance System on UKM Field of Animal Food Processing KHADIMUL UMMAH Journal of Social Dedication e-issn: 2599-1000 ISSN: 2599-0713 DOI: http://dx.doi.org/10.21111/ku.v1i1.1421 Penerapan Sistem Jaminan Halal Pada UKM Bidang Olahan Pangan Hewani Application

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UMKM KOTA PEKALONGAN 2016 DAFTAR ISI Prakata Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI BAB II DESKRIPSI INDUSTRI 2.1. Pengertian Suplemen Makanan Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara,

Lebih terperinci

Kepala Bidang Auditing : Dr. Ir. Mulyorini R. Hilwan, MS dan Dr. Liesbetini Hartoto, MS

Kepala Bidang Auditing : Dr. Ir. Mulyorini R. Hilwan, MS dan Dr. Liesbetini Hartoto, MS LAMPIRAN 41 Lampiran 1. Susunan pengurus LPPOM MUI Sesuai dengan SK Dewan Pimpinan MUI No. Kep - 459/MUI/VIII/2010 tentang Penetapan Pengurus LPPOM-MUI, maka ditetapkan susunan Pengurus LPPOM-MUI PERIODE

Lebih terperinci

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan (makanan dan minuman) yang halal dan baik merupakan syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan

Lebih terperinci

STELLA MARIA RAHARDJO

STELLA MARIA RAHARDJO EVALUASI KESESUAIAN PELABELAN PRODUK SUSU FORMULA DAN MAKANAN BAYI YANG BEREDAR DI KOTA SEMARANG DITINJAU DARI JENIS NOMOR REGISTRASI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH AUDIT INTERL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH 1. Ringkasan Hasil Audit Internal : 1a. Waktu Audit Internal : 1b. Auditor : 1c. Auditee : 1d. Temuan : 1e. Tindakan Koreksi : Form Laporan Berkala 2. Ringkasan

Lebih terperinci

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam BAB XA mengenai Hak Asasi Manusia pada pasal

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia menjadikan kebutuhan akan makanan juga besar. Sumber dari pemenuhan akan pangan ini berasal dari sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan globalisasi yang berkembang saat ini, gaya hidup masyarakat pada umumnya mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut dapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Maksud Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kerangka Pemikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan perdagangan bebas, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dan informasi dalam dunia usaha atau bisnis, informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada konsumen. Konsumen semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rhodamine B adalah zat pewarna yang tersedia di pasar untuk industri tekstil. Zat ini sering disalah gunakan sebagai zat pewarna makanan dan kosmetik di berbagai negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal-hal yang besar hingga bagian terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM sangat berperan dalam peningkatan lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan dasar yang dirasakan atau disadari. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, terlebih

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO KEAMANAN PANGAN DI INDUSTRI FORMULA BAYI, FORMULA LANJUTAN, DAN FORMULA PERTUMBUHAN DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA Dr. HM. Asrorun Ni am Sholeh,MA Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia @ans PENGERTIAN Fatwa adalah jawaban atau penjelasan dari ulama mengenai masalah keagamaan

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa 1 Al-Qur an yang menyatakan bahwa halal dan haram merupakan sesuatu yang sangat prinsip dalam Islam karena di dalamnya terkait hubungan antara manusia dengan Allah. Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang

Lebih terperinci

BAB VI JAMINAN KEHALALAN DAN MEKANISMENYA

BAB VI JAMINAN KEHALALAN DAN MEKANISMENYA 44 BAB VI JAMINAN KEHALALAN DAN MEKANISMENYA Sistem jaminan Pproduk Halal dari berbagai negara dievaluasi dengan mengikuti kerangka infrastruktur sistem jaminan keamanan pangan ditambah beberapa hal yang

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN PANGAN AMAN DAN HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam segala bidang di Indonesia akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya perubahan perilaku konsumen, kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA A. Pengertian Pangan Asal Ternak Bila ditinjau dari sumber asalnya, maka bahan pangan hayati terdiri dari bahan pangan nabati

Lebih terperinci

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL -1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYANYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

LPPOM MUI_CEROL Provinsi 2016 Rev.1

LPPOM MUI_CEROL Provinsi 2016 Rev.1 berlaku 1 Oktober 2016 CEROL-SS23000 adalah Sistem pelayanan sertifikasi halal LPPOM MUI secara online. Dengan sistem ini perusahaan dapat mengajukan permohonan sertifikasi halal produk secara online tanpa

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne No.1220, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Kategori Pangan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LPPOM MUI_CEROL Provinsi 2016 Rev.1

LPPOM MUI_CEROL Provinsi 2016 Rev.1 berlaku 1 Oktober 2016 CEROL-SS23000 adalah Sistem pelayanan sertifikasi halal LPPOM MUI secara online. Dengan sistem ini perusahaan dapat mengajukan permohonan sertifikasi halal produk secara online tanpa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi rakyat Indonesia, pernyataan ini terdapat dalam UU pangan No. 7 tahun 1996. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci