BAB I PENDAHULUAN. No. 25/2004 yang telah mensyaratkan adanya konsistensi perencanaan anggaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. No. 25/2004 yang telah mensyaratkan adanya konsistensi perencanaan anggaran"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi manajemen keuangan publik agar lebih tepat guna mengharuskan Indonesia untuk menggunakan sistem penganggaran baru. Sistem tersebut berorientasi pada ketepatan penggunaan sumber daya yang ada dengan melihat hasil dari kinerja. Hal tersebut salah satunya ditandai dengan penerapan UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. UU No. 25/2004 yang telah mensyaratkan adanya konsistensi perencanaan anggaran dan pelaksanaan demi kesuksesan pembangunan. Kesuksesan pembangunan dapat dicapai dengan pencapaian output yang maksimal dan tepatguna. UU No. 17 Tahun 2003 menjadi salah satu pendukung penyuksesan anggaran pembangunan tersebut yaitu mengenai Keuangan Negara. Terdapat pendekatan penganggaran baru yang harus digunakan Pemerintah. Pendekatan tersebut ialah penganggaran berbasis kinerja (PBK) dan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM) pada APBN. Pendekatan tersebut mengharuskan adanya anggaran yang berkesinambungan. Menurut Bank Dunia pendekatan anggaran berkesinambungan ini idealnya dilaksanakan 3 hingga 5 periode anggaran. Indonesia memutuskan untuk menerapkan anggaran berkesinambungan selama tiga periode anggaran dengan tahun sebelumnya sebagai penentuan baseline. 1

2 Pemilihan tiga tahun anggaran dikarenakan agar tidak terjadi disparitas yang terlalu besar. Reformasi anggaran sampai saat ini masih dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada sistem-sistem sebelumnya. Sistem yang dijalankan Pemerintah Indonesia hingga tahun 2010 masih menggunakan pendekatan penganggaran tradisional. Pada pendekatan ini Pemerintah Indonesia masih berorientasi pada kontrol input dan tidak memperhatikan output yang dihasilkan. Penyusunan anggaran dengan menggunakan anggaran tradisonal bersifat inkremental. Pendekatan Inkremental hanya mengurangi ataupun menambah jumlah anggaran dari item-item yang sudah ada. Akan tetapi penyesuaian anggaran dari item-item tersebut tidak dilakukan kajian lebih lanjut. Sistem anggaran di Indonesia juga dikenal dengan zero based budegting. Zero based budgeting adalah sistem anggaran yang mengabaikan item-item dari anggaran tahun sebelumnya. Pengabaian ini bisa terlihat dari tidak adanya pengajian lebih lanjut mengenai item-item anggaran tahun sebelumya. Tidak adanya diskusi lebih lanjut mengenai hal tersebut menyebabkan terhambatnya capaian goal pembangunan nasional. Penganggaran menggunakan pendekatan tradisional yaitu pengalokasian menggunakan konsep inkremental dan penyusunan berdasarkan pos belanja bukan berdasarkan kinerja yang akan dicapai sehingga hal tersebut menimbulkan pengalokasian sumber daya yang jumlahnya terbatas tidak efisien (Nordiawan, 2006). Solusi-solusi dari permasalahan tersebut yaitu menggunakan pendekatan anggaran publik yang berorientasi pada output dan outcome. Keseriusan pemerintah dalam melakukan reformasi anggaran diwujudkan dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara. Pendekatan yang 2

3 diamanahkan dalam UU ini berfokus pada output dan outcome yang ingin dicapai pemerintah. Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk melaksanakan penganggaran yang berorientasi pada kinerja dengan menggunakan perspektif kerangka jangka menengah. Hal tersebut menyebabkan pemerintah berusaha untuk mengalokasikan anggaran sesuai dengan prioritas dalam kurun waktu jangka menengah. Prioritas-prioritas yang akan dilaksanakan berdasar pada program serta kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Wacana penerapan KPJM dan PBK secara menyeluruh sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun Realita yang terjadi ternyata gagal untuk dilaksanakan. Kegagalan disebabkan karena kurangnya aturan pendukung untuk menerapkan KPJM dan PBK. Kondisi tersebut menjadi landasan awal terbentuknya Peraturan Pemerintah (PP) No. 21/2004 yang mengamanahkan bahwa rencana kerja dan anggaran harus disusun menggunakan tiga pendekatan, yaitu anggaran terpadu (Unified Budget), KPJM, dan PBK. Terbentuknya PP No.21/2004 memacu keseriusan Pemerintah untuk melaksanakannya. Keseriusan juga dibuktikan dengan terbitnya surat edaran bersama (SEB) tahun 2009 oleh Kementerian Keuangan dan Bappenas. SEB menjadi pacuan awal dalam melakukan reformasi keuangan negara. SEB tahun 2009 menunjukkan komitmen bersama antara Kementerian Keuangan dan Bappenas untuk melakukan reformasi anggaran bersama. Tahun 2009 adalah tahun awal tahapan persiapan KPJM-PBK. Tahun tersebut dimulai dengan berbagai kegiatan seperti membuat panduan, melakukan pelatihan-pelatihan, dan sosialisasi. Penerapan sistem KPJM-PBK tersebut juga sudah dimulai sejak tahun 2009 dengan objek percobaan enam K/L sebagai tahap permulaan. Keenam K/L yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan Budaya, Kementerian Kesehatan dan Bappenas akan melaksanakan sistem KPJM dan PBK secara menyeluruh. 3

4 Penerapan KPJM dan PBK memerlukan kerjasama antara berbagai macam kementerian dan lembaga. Kementerian dan Lembaga tersebut ialah : 1. Kementerian Keuangan, 2. Bank Indonesia, 3. Bappenas, 4. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 5. Kementerian BUMN. Kelima instasi tersebut mempunyai tugas yang berbeda-beda akan tetapi saling berkaitan. Tugas masing-masing instansi disesuaikan dengan bidang yang dibawahi. Kerjasama dari kelima instansi tersebut diperuntukan untuk menetapkan asumsi dasar, kebijakan fiskal, pendapatan, defisit dan pembiayaan sebagai Baseline terutama dalam penerapan KPJM. Penerapan Baseline yang tepat akan mempengaruhi dari ketepatan jumlah alokasi anggaran yang akan dibuat oleh Pemerintah. Selain itu baseline juga digunakan sebagai landasan Pemerintah untuk menargetkan pendapatan tahun-tahun selanjutnya dalam rangka pemenuhan resource envelope anggaran. Penerapan UU No. 17 tahun 2003 menegaskan kewenangan antara kementerian keuangan dan Bappenas. Kewenangan perencanaan dipegang oleh Bappenas, sedangkan Kemenkeu bertugas dalam melakukan alokasi anggaran yang sudag direncanakan. Koordinasi yang baik kementerian keuangan dengan kelima K/L dalam menentukan baseline menjadi penentu keberhasilan anggaran yang akan mempengaruhi pembangunan nasional Republik Indonesia. Berbagai hambatan masih banyak dalam penerapan KPJM dan PBK. Penerapan kedua sistem ini secara benar dan sesuai dengan kerangka konseptualnya, akan mempermudah Pemerintah untuk output dan outcome yang ditargetkan seperti pertumbuhan ekonomi yang 4

5 terus meningkat, dan pembangunan nasional yang menyeluruh dan merata. Hal tersebut memerlukan adanya kerja keras dan kedisiplinan dari pihak K/L dalam menerapkan KPJM- PBK sesuai dengan kerangka konseptual dan guidance dari tahapan-tahapan penerapan yang telah disusun Kemenkeu. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan perencanaan dari Kemenkeu, penerapan KPJM PBK secara serentak dimulai pada tahun Penerapan ini diharapkan akan memberikan pengaruh yang signifikan dalam implementasi pengeluaran negara dengan lebih efektif dan efisien. Permasalahan dari awal penerapan ini masih banyak muncul. Pada awal tahun 2014 kementerian keuangan melakukan evaluasi dan menemukan banyak kekurangan. Kekurangan tersebut adalah selama ini konseptual framework dan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan dari KPJ-PBK masih belum diterapkan dengan konsisten, hanya sebatas peraturan tertulis. Ketidakkonsistenan dalam penerapan konseptual framework dan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan, otomatis akan mempengaruhi capaian yang diinginkan yaitu keberhasilan target output dan outcome. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang dengan indikator yang tepat serta alokasi anggaran yang tepat sasaran. Fokus penelitian ini terkait dengan evaluasi proses implementasi dari tahapan-tahapan penerapan KPJM-PBK pada kementerian keuangan dengan sasaran APBN sesuai dengan UU No.17 Tahun 2003, lampiran PP No 21 Tahun 2004 yang dijabarkan penerapannya pada buku 2 dan 3 yaitu mengenai pedoman penerapan yang dibuat oleh Kementerian Keuangan dan Bappenas. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapatkan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 5

6 a. Apakah penerapan KPJM-PBK di Indonesia telah sesuai dengan kerangka konseptual dan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan pada buku 2 dan buku 3 pedoman sistem penganggaran KPJM-PBK? b. Apakah kendala-kendala yang dihadapi Indonesia dalam proses implemetasi penerapan KPJM-PBK? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian KPJM-PBK ini adalah : 1. Melakukan evaluasi implementasi penerapan KPJM-PBK untuk mengetahui kesesuaiannya terhadap buku pedoman penerapan sistem KPJM-PBK. 2. Mengetahui kendala-kendala yang dialami oleh Pemerintah Indonesia. Indikator bisa terlihat dalam penyusunan anggaran sesuai prioritas pembanguan, ketersediaan resource envelope, defisit anggaran, adanya indikator kinerja dll. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada K/L baik ditingkat pusat maupun daerah di seluruh Indonesia dalam proses penerapan KPJM dan PBK ditahun-tahun selanjutnya, sehingga tujuan awal dari penerapan KPJM-PBK ini bisa terlaksana. Kemudian penelitian ini diharapkan bisa dijadikan masukan untuk Kementerian Keuangan dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan selama penerapan KPJM-PBK tahun sebelumnya, sehingga proses penerapan KPJM-PBK pada pembuatan APBN bisa dilaksanakan dengan benar sesuai dengan kerangka konseptual dan tahapan-tahapan yang telah diatur dalam buku panduan penerapannya. 6

7 1.5 Batasan Masalah Penelitian ini akan membahas dua dari tiga pendekatan penganggaran yang diamanahkan oleh UU No 17 Tahun 2003 dan PP 21 Tahun 2004 yaitu Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) dan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK). Mengevaluasi proses penerapan KPJM dan PBK pada APBN di Kementerian Keuangan periode terutama pada segi kesesuaian proses penerapan terhadap kerangka konseptual dan tahapan-tahapannya serta menemukan kendala-kendalanya. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini akan disajikan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisi mengenai tinjauan dari literatur-literatur yang melandasi penelitian yang terdiri dari peraturan perundang-undangan tentang KPJM-PBK beserta kajian buku maupun jurnal yang berhubungan dengan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menguraikan mengenai metode-metode yang akan digunakan peneliti dalam membantu mengetahui hasil dari penelitiannya. Peneliti menggunakan 7

8 metode kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder untuk membantu penyelesaian penelitiannya. BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian tersebut menguraikan mengenai evaluasi proses penerapan KPJM-PBK dan kesesuaiannya dengan kerangka konseptual, tahapan penerapan peraturan undang-undang yang mengaturnya, serta mengetahui kendala-kendala dari penerapan tersebut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan dari penelitian, dan saransaran yang terkait dengan penelitian. Saran-saran tersebut diharapkan bisa bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. 8

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi, terutama pada sektor publik. Suatu anggaran mampu merefleksikan bagaimana arah dan tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen kebijakan fiskal yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan fungsinya dalam mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penganggaran di sektor pemerintahan merupakan suatu proses yang cukup rumit. Karakteristik penganggaran di sektor pemerintahan sangat berbeda dengan penganggaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terus dilakukan untuk mendapatkan konsep KPJM dan PBK yang matang dan

BAB V PENUTUP. terus dilakukan untuk mendapatkan konsep KPJM dan PBK yang matang dan BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan KPJM dan PBK di Indonesia sudah terlaksana kurang lebih sepuluh tahun. Perjalanan ini masih cukup panjang, penyesuaian dan perbaikan masih harus terus dilakukan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP... 10 Daftar Isi i DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jadawal Penerapan PBK dan KPJM... 2 D a f t a r I s i ii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses perencanaan dan penganggaran pembangunan senantiasa merupakan satu entitas dalam siklus pembangunan. Konsep demikian telah dituangkan dalam kerangka hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA BADAN LAYANAN UMUM

KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA BADAN LAYANAN UMUM KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA BADAN LAYANAN UMUM Rini Tri Hastuti Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TANGGAL 31 JANUARI 2011 TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TANGGAL 31 JANUARI 2011 TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TANGGAL 31 JANUARI 2011 TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU - 2 - Daftar Isi Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) menyatakan anggaran sektor publik terutama pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) menyatakan anggaran sektor publik terutama pemerintah BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN. Oleh karena itu, proses penyusunan anggaran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyusunannya berupa pendekatan penganggaran terpadu (Unified Budget),

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyusunannya berupa pendekatan penganggaran terpadu (Unified Budget), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi dalam bidang pengelolaan keuangan negara sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU 17/2003) khususnya dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penganggaran berbasis kinerja (PBK) digunakan di berbagai negara penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN

DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN DISAMPAIKAN DALAM ACARA KICK OFF MEETING PENYUSUNAN RKP 2012 JAKARTA, 21 JANUARI

Lebih terperinci

KB 1 KPJM SEBAGAI SALAH SATU PENDEKATAN PENGANGGARAN. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah 30/01/2017

KB 1 KPJM SEBAGAI SALAH SATU PENDEKATAN PENGANGGARAN. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah 30/01/2017 Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah Diklat Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja Pusdiklat Anggaraan dan Perbendaharaan Kementerian Keuangan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Anggaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta

Lebih terperinci

REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1)

REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1) REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1) Ada lima tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia yaitu : 1). Perencanaan dan Penganggaran APBN; 2). Penetapan/Persetujuan APBN; 3). Pelaksanaan APBN; 4).

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU

TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU Disampaikan Dalam Acara Kick Off Meeting Penyusunan RKP 2012 DEPUTI BIDANG PENDANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 75, 2004 POLITIK. PEMERITAHAN. Pemeritah Pusat. Pemerintah Daerah. Kementerian Negara. Lembaga. Menteri. APBN.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, bangsa Indonesia sedang berupaya memperbaiki kinerja pemerintahannya melalui berbagai agenda reformasi birokrasi dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan pemerintahan yang berorientasi proses menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan pemerintahan yang berorientasi proses menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pengelolaan pemerintahan yang berorientasi proses menjadi berorientasi pada hasil merupakan sebuah pergeseran yang didorong oleh fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

DASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung

DASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung DASAR HUKUM. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbend. Negara;. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;. PP No.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT)

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT) PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT) 1 ANGGARAN BERBASIS KINERJA Metode Penganggaran bagi Manajemen yang mengaitkan setiap biaya yang dibebankan dalam kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya manajemen baru (the new public management), atau

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya manajemen baru (the new public management), atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan budaya manajemen baru (the new public management), atau mewirausahakan pemerintah (reinventing government) yang berorientasi kepada hasil, pelayanan publik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan cukup penting karena dengan anggaran manajemen dapat merencanakan, mengatur dan mengevaluasi jalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang No.17 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang No.17 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem manajemen pemerintahan semakin lama semakin berkembang dalam dua dekade terakhir yaitu dari berorientasi proses menjadi berorientasi hasil. Sistem manajemen

Lebih terperinci

MENGAPA ANGGARAN KINERJA?

MENGAPA ANGGARAN KINERJA? MENGAPA ANGGARAN KINERJA? Kurangnya keterkaitan antara: kebijakan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan Horizon anggaran sempit, berjangka satu tahunan Penganggaran kebanyakan berciri line-item, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional yang terjadi di Indonesia pada era akhir pemerintahan orde baru, telah mendorong tuntutan demokratisasi di berbagai bidang. Terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil pengujian penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. hasil pengujian penelitian, dan sistematika penulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam sebuah laporan ilmiah merupakan pengantar bagi pembaca untuk mengetahui apa yang diteliti. Bab ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan mengapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dubnick (2005), akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada ketersediaan anggaran. Kinerjalah yang diubah-ubah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada ketersediaan anggaran. Kinerjalah yang diubah-ubah sesuai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dasawarsa, anggaran negara Indonesia dibuat secara konvensional atau disebut pula metode tradisonal atau kinerja berbasis anggaran. Metoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan prima seharusnya dapat menjawab keluhan-keluhan tersebut, dimana

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan prima seharusnya dapat menjawab keluhan-keluhan tersebut, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui reformasi anggaran sudah dilakukan oleh pemerintah, tuntutan agar terwujudnya pemerintah yang amanah dan didukung oleh instansi pemerintah yang efektif,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung mencerminkan arah

BAB I PENDAHULUAN. komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung mencerminkan arah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan instrumen kebijakan multi fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Hal tersebut terlihat dari komposisi dan besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan publik dan memiliki wilayah yang lebih luas serta lebih kompleks daripada sektor swasta atau sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang keuangan negara, yaitu undang-undang No. 17 tahun tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 1 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dibidang keuangan negara, yaitu undang-undang No. 17 tahun tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 1 tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembenahan manajemen keuangan negara mulai dilakukan pemerintah Indonesia pada tahun 2003 yang ditandai dengan dikeluarkannya paket undangundang dibidang keuangan

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R i

K A T A P E N G A N T A R i K A T A P E N G A N T A R i KA PENGANR Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Reformasi

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENEG PPN/KEPALA BAPPENAS

SAMBUTAN MENEG PPN/KEPALA BAPPENAS SAMBUTAN MENEG PPN/KEPALA BAPPENAS PADA DISKUSI PANEL TENTANG SINERGI BAPPENAS DAN DEPARTEMEN KEUANGAN: OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN FUNGSI PERENCANAAN NASIONAL DAN FUNGSI PENGANGGARAN JAKARTA, 26 NOVEMBER

Lebih terperinci

PERUBAHAN MENDASAR PENYUSUNAN ANGGARAN NEGARA SESUAI UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2003 DAN IMPLEMENTASINYA PADA MASA TRANSISI

PERUBAHAN MENDASAR PENYUSUNAN ANGGARAN NEGARA SESUAI UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2003 DAN IMPLEMENTASINYA PADA MASA TRANSISI PERUBAHAN MENDASAR PENYUSUNAN ANGGARAN NEGARA SESUAI UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2003 DAN IMPLEMENTASINYA PADA MASA TRANSISI Oleh: Drs. L. Riyatno, MM *) INTISARI Saat ini semua instansi pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB 7 PENGANGGARAN PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt

BAB 7 PENGANGGARAN PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt BAB 7 PENGANGGARAN PUBLIK Prof., Ph.D, MBA, Akt TINJAUAN BAB 7.1. Teori Penganggaran Publik 7.1.1. Pengertian Anggaran Publik 7.1.2. Fungsi Anggaran Publik 7.1.3. Pengaruh dan Tujuan Anggaran Publik 7.1.4.

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA PENDAHULUAN UU No. 17 Tahun 2003 mengamanatkan beberapa perubahan substansial dalam sistem perencanaan dan penganggaran APBN Perubahan sistem perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semangat reformasi telah mendorong para pemimpin bangsa Indonesia untuk melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru. Keinginan untuk

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH...

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Gambar... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 TUJUAN DAN SASARAN... 2 1.3 LANDASAN HUKUM... 3 BAB II KERANGKA KONSEPTUAL KERANGKA PENGELUARAN JANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan yang sangat penting tidak hanya sebagai instrumen dalam pengambilan kebijakan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Otonomi daerah di Indonesia didasarkan pada undang-undang nomor 22 tahun 1999 yang sekarang berubah menjadi undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

No.860, 2014 BAPPENAS. Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga Penelaahan. Penyusunan. Pedoman.

No.860, 2014 BAPPENAS. Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga Penelaahan. Penyusunan. Pedoman. No.860, 2014 BAPPENAS. Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga. 2015-2019. Penelaahan. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alokasi anggaran kegiatan APBN maupun APBD harus dilakukan tepatwaktu,

BAB I PENDAHULUAN. Alokasi anggaran kegiatan APBN maupun APBD harus dilakukan tepatwaktu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Alokasi anggaran kegiatan APBN maupun APBD harus dilakukan tepatwaktu, tepat-sasaran sekaligus memiliki multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan mulai tahun anggaran 2005 dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan mulai tahun anggaran 2005 dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi dalam bidang perencanaan dan penganggaran di Indonesia mulai diterapkan mulai tahun anggaran 2005 dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Anggaran Organisasi Sektor Publik Bahtiar, Muchlis dan Iskandar (2009) mendefinisikan anggaran adalah satu rencana kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan pemerintahan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan salah satu komponen dalam melaksanakan suatu program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada perencanaan yang matang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran bagi suatu kementrian atau lembaga merupakan nafas kehidupan suatu organisasi. Aktivitas-aktivitas kementrian atau lembaga dalam mencapai tujuannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Anggaran merupakan salah satu bagian dari proses pengendalian manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, diukur dalam satuan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA K E M E N T E R I A N K E U A N G A N PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA Budget Goes To Campus UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA, 21 NOVEMBER 2017 POKOK BAHASAN PENDAHULUAN PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja menjadi perhatian utama bagi para pengambil keputusan di pemerintahan. Perubahan perubahan penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 menjadi tonggak sejarah dalam pengelolaan Keuangan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 menjadi tonggak sejarah dalam pengelolaan Keuangan Negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2003 menjadi tonggak sejarah dalam pengelolaan Keuangan Negara. Pemerintah berhasil menetapkan ketentuan hukum pengelolaan keuangan negara yakni UU Nomor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan.

BERITA NEGARA. KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1084, 2012 KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang masalah penelitian yang akan dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang masalah penelitian yang akan dilakukan. 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi yang merupakan latar belakang masalah. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia mendorong terciptanya. rangka bentuk tanggungjawab pemerintah kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia mendorong terciptanya. rangka bentuk tanggungjawab pemerintah kepada masyarakat. 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia mendorong terciptanya pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel. Sistem ini diharapkan dapat mewujudkan

Lebih terperinci

1. Landasan Berpikir (1)

1. Landasan Berpikir (1) 1 1. Landasan Berpikir (1) 1. RKA-K/L => merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan sebagai penjabaran dari Renja K/L dalam satu tahun anggaran beserta anggaran yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER Strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - 1 Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2018 DAK TA.2018 DAK REGULER DAK AFIRMASI DAK PENUGASAN Untuk penyediaan pelayanan

Lebih terperinci

pembangunan. Oleh sebab itu, untuk mengelola keuangan yang baik maka dibutuhkan pemahaman dan praktek yang baik dalam melaksanakan peraturan yang

pembangunan. Oleh sebab itu, untuk mengelola keuangan yang baik maka dibutuhkan pemahaman dan praktek yang baik dalam melaksanakan peraturan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkannya UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memasuki era otonomi daerah lebih mendasar daripada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memasuki era otonomi daerah lebih mendasar daripada berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memasuki era otonomi daerah lebih mendasar daripada berbagai paket kebijakan serupa di masa-masa lalu, yakni sejak diterapkannya Undang- Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergambar tidak produktif, tidak efisien, rendah kualitas, dan miskin kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. tergambar tidak produktif, tidak efisien, rendah kualitas, dan miskin kreativitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekarang ini, dalam penggunaan anggaran baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah seringkali tercermin dari kinerja organisasi sektor publik yang tergambar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah, sehingga

Lebih terperinci

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang BAB I INTRODUKSI Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

1. Tujuan dan Landasan Konseptual PBK; 2. Kerangka PBK; 3. Syarat Penerapan PBK; 4. Tahapan Kegiatan Penerapan PBK; 5. Mekanisme Penganggaran.

1. Tujuan dan Landasan Konseptual PBK; 2. Kerangka PBK; 3. Syarat Penerapan PBK; 4. Tahapan Kegiatan Penerapan PBK; 5. Mekanisme Penganggaran. 1. Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK); 2. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM); 3 Format Baru RKA-KL. 3. RKA KL di Indonesia (Menuju pengelolaan APBN yang transparan dan kredibel) Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government)

Lebih terperinci

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY Disampaikan Oleh : Direktur Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan DJPK Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World

BAB I PENDAHULUAN. Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World Bank memberikan definisi governance sebagai: The way statement is used in managing economic

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SAKIP adalah rangkaitan sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud pengelolaan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Publik. Pengertian, Ruang Lingkup, Konsep dan Asas Keuangan Negara Pertemuan 2 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

Manajemen Keuangan Publik. Pengertian, Ruang Lingkup, Konsep dan Asas Keuangan Negara Pertemuan 2 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP Manajemen Keuangan Publik Pengertian, Ruang Lingkup, Konsep dan Asas Keuangan Negara Pertemuan 2 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP Pengertian Keuangan Publik 1. Terminologi Keuangan Publik = Keuangan Negara =

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : :

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : : KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : : Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Pengelolaan Anggaran Negara HASIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang selama ini digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi, rendah kualitas, kurang inovatif,

Lebih terperinci

1 UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAYA

1 UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAYA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan anggaran merupakan bagian dari siklus anggaran yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban. Siklus anggaran dimulai dari

Lebih terperinci

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang berbeda antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang berbeda antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang berbeda antara sektor swasta dengan sektor pemerintah, termasuk diantaranya pemerintah daerah. Pada sektor swasta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjabaran latar belakang masalah pemilihan studi kasus berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan dan juga rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan politik nasional maupun daerah. Salah satu dampak dari reformasi tersebut adalah keluarnya Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya yang dilakukan secara terencana (Kartasasmita, 1994 dalam Riyadi

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya yang dilakukan secara terencana (Kartasasmita, 1994 dalam Riyadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana (Kartasasmita, 1994 dalam Riyadi dan Bratakusumah,

Lebih terperinci

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE Arison Nainggolan Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Methodist Indonesia arison86_nainggolan@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 tahun 2004, memberikan wewenang seluasnya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dewasa ini Lembaga Pemerintah di Indonesia memang lebih terkesan sebagai lembaga politik dari pada lembaga ekonomi. Akan tetapi sebagaimana bentuk-bentuk

Lebih terperinci