BAB II LANDASAN TEORI. mengungkapkan dan menjelaskan keberadaan atau eksistensi serta kekuatan yang
|
|
- Herman Bambang Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Institusional Teori institusional adalah salah satu cara memandang organisasi yang mengungkapkan dan menjelaskan keberadaan atau eksistensi serta kekuatan yang mendasari pengakuan aturan, norma, dan harapan (Irvine, 1999). Teori institusional digunakan untuk membantu menyediakan kerangka yang lebih komprehensif dalam melakukan evaluasi data yang diperoleh. Berdasarkan teori ini, asumsi yang diambil adalah bahwa kepentingan orang atau kelompok ditentukan juga oleh organisasi, politisasi, dan faktor institusional (Carpenter dan Feroz, 2001). Teori institusional baru yang mengusulkan bahwa struktur organisasi formal tidak hanya mencerminkan tuntutan teknis dan ketergantungan sumber daya yang ada, tetapi juga dibentuk oleh kekuatan institusi termasuk mitos rasional dan juga pengetahuan diperoleh dari sistem pendidikan opini publik, dan hukum (Powell, 2007). Gagasan inti yang tertanam dalam organisasi di lingkungan sosial dan politik menunjukkan bahwa praktek dan struktur organisasi seringkali merupakan cerminan atau tanggapan terhadap aturan, keyakinan, dan kebiasaan yang dibangun ke lingkungan lebih luas. Teori institusional pada bidang akuntansi terdapat dalam beberapa penelitian baik akuntansi manajemen, pengauditan, perpajakan, akuntansi sektor publik, dan juga akuntansi internasional. Seperti penelitian yang dilakukan oleh 9
2 digilib.uns.ac.id 10 Carpenter dan Feroz (2001) yang menggunakan teori institusional dalam menjelaskan keputusan pemerintah negara bagian Amerika Serikat untuk menerapkan standar akuntansi berdasarkan GAAP. Penelitian tersebut mengidentifikasi ketergantungan sumber daya sebagai bentuk potensi yang menekan institusi secara paksa dalam penerapan GAAP pada awalnya. Penerapan teori institusional pada penelitian ini berfokus pada New Institutional Economic (NIE) dimana organisasi ekonomi memiliki kecenderungan untuk semakin homogen. Seperti yang dinyatakan Irvine (1999) bahwa terdapat dorongan dari luar dan dalam organisasi yang bekerja dalam organisasi tersebut, dan cenderung membuat mereka semakin homogen. Dorongan yang membuat kecenderungan akan homogenitas semakin umum dalam lingkungan ekonomi saat ini. DiMaggio dan Powell (1983) memisahkan dorongan tersebut menjadi koersif, mimetik, dan normatif isomorfisme. Mereka berpendapat bahwa dorongan tersebut membuat organisasi semakin homogen seiring waktu karena pengaruh dari lingkungan dimana mereka beraktivitas. Penjelasan homogenitas dari teori institusional ini mungkin berkontribusi pada keputusan implementasi IFRS dan perilaku perusahaan dalam praktek manajemen laba (Lundqvist et al., 2008). Ketika suatu negara memutuskan untuk mengadopsi IFRS dan meninggalkan standar akuntansi yang sebelumnya, alasan utama yang muncul adalah motif ekonomi seperti IFRS akan membawa manfaat ekonomi bagi negara. Manfaat ekonomi yang dimaksud seperti penurunan biaya modal atau peningkatan yang signifikan dari investor asing di pasar modal.
3 digilib.uns.ac.id 11 Implementasi IFRS oleh banyak negara didasari atas tujuan homogenitas atau penyamaan standar pelaporan keuangan untuk memudahkan para pengguna laporan keuangan tersebut dalam mengambil keputusan. Hal tersebut juga dilatarbelakangi oleh globalisasi dalam dunia bisnis, akan tetapi ini menjadi suatu tantangan bagi perusahaan yang harus beradaptasi dengan standar yang mungkin baru bagi mereka. Akan tetapi, beberapa studi menunjukkan bahwa alasan suatu negara mengadopsi IFRS bukan hanya alasan ekonomi tetapi lebih pada pencapaian legitimasi institusional. Hamidah (2013) mengatakan pada kasus adopsi IFRS ke dalam PSAK oleh Indonesia dengan alasan untuk peningkatan investasi di Indonesia bukan faktor utama, melainkan muncul akibat tekanan dunia Internasional. Tekanan tersebut berasal dari G-20, IFAC (International Federation of Accountants), dan IOSCO (International Organization of Securities Commissions) dimana Indonesia tergabung sebagai anggota pada organisasiorganisasi tersebut. Carpenter dan Feroz (2001) mengatakan pembelajaran organisasi mengacu pada proses dimana organisasi cenderung mempertahankan praktek tertentu yang sudah ada sejak organisasi didirikan. Hal tersebut dapat berdampak pada perilaku manajemen atas penilaian akuntansi berdasarkan standar yang mungkin baru mereka terima dan berhubungan dengan praktek manajemen laba yang mungkin sudah menjadi budaya perusahaan. Berdasarkan teori institusional maka perlu diketahui bagaimana hubungan tujuan homogenitas dengan perilaku manajemen berdasarkan perbandingan praktek manajemen laba sebelum dan sesudah adposi IFRS oleh Indonesia.
4 digilib.uns.ac.id 12 B. Adopsi IFRS Perdebatan terkait harmonisasi dari standar akuntansi antar negara sudah dimulai sejak tahun 1960-an (Ali dalam Ballas et al., 2010). IFRS (International Financial Reporting Standards) merupakan peraturan akuntansi yang dibuat oleh IASB (International Accounting Standards Board) yang berpusat di London. IASB bertujuan untuk menciptakan seperangkat aturan yang ideal untuk diterapkan di banyak negara sehingga mengurangi perbedaan yang ada. Sebelumnya, selama 1973 hingga tahun 2001, IASC (International Accounting Standards Committee) telah membuat IAS (International Accounting Standards). IAS tersebut yang bisa dikatakan sebagai landasan dalam pembuatan IFRS. IFRS berpotensi untuk memperkecil batasan komparabilitas, meningkatkan transparansi pelaporan, mengurangi biaya informasi, meminimalisir asimetri informasi, sehingga meningkatkan likuiditas dan kompetisi di pasar (Choi dan Meek dalam Horton et al., 2010). Manfaat potensial tersebut dikarenakan adopsi IFRS yang bersifat wajib dapat memberikan informasi berkualitas pada pelaku pasar, atau peningkatan komparabilitas dibanding ketentuan standar akuntansi terdahulu (Horton et al., 2010). Belakangan semakin banyak negara yang melakukan adopsi maupun konvergensi standar akuntansinya dengan IFRS. Kebijakan yang dipilih dalam melakukan adopsi atau konvergensi tersebut tentu terbentuk tidak jauh dari kebijakan ekonomi dan politik yang diambil oleh negara tersebut (Ball, 2006). Tujuan penerapan dari IFRS ini untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dapat membantu pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan dimana saat ini pengguna laporan keuangan semakin
5 digilib.uns.ac.id 13 beragam. Ball (2006) menyatakan beberapa poin yang menjadi syarat kualitas laporan keuangan, yaitu: a. Menggambarkan kondisi ekonomi yang sesungguhnya. b. Meminimalisir kemungkinan manipulasi oleh manajemen. c. Berketepatan waktu (seluruh nilai tambah ekonomi dicatat sesegera mungkin). d. Asymmetric Timeliness. Ball (2006) juga membandingkan masalah hukum, politik, dan pengaruh pajak dengan standar. Maka IFRS didesain untuk: a. Mencerminkan substansi ekonomi lebih dari produk hukum. b. Mencerminkan untung dan rugi ekonomi dengan lebih tepat waktu. c. Membuat laba lebih informatif. d. Menyajikan neraca yang lebih bermanfaat. e. Membatasi diskresi yang dilakukan manajemen. Harmonisasi standar akuntansi secara internasional semakin menjadi kenyataan dengan banyaknya negara yang melakukan adopsi IFRS (Ramanna dan Sletten, 2009). Saat ini IFRS telah diterapkan oleh lebih dari 100 negara di dunia yang diperkirakan semakin bertambah tiap tahunnya. Semenjak tahun 2005, seluruh perusahaan terbuka di Eropa khususnya negara negara anggota Uni Eropa mewajibkan laporan konsolidasinya dibuat sesuai dengan IFRS, yang telah diumumkan sejak tahun 2002 (Ballas et al., 2010). Di sisi lain, juga ditemukan bahwa ada kemungkinan IFRS tersebut tidak sepenuhnya diterapkan sebagai satu standar, namun juga diperbolehkan GAAP sesuai negara tersebut. Ballas et al.
6 digilib.uns.ac.id 14 (2010) juga menjelaskan bahwa survei menunjukkan mayoritas negara Uni Eropa akan terus memerlukan atau mengizinkan GAAP nasionalnya untuk rekening individual, yang berarti menunjukkan munculnya dua sistem standar. Indonesia sendiri melakukan adopsi terhadap IFRS atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Adopsi merujuk pada proses penyamaan perbedaan-perbedaan antara IFRS dengan standar akuntansi yang digunakan di negara tersebut (Ball, 2006). Setiap negara dapat mewajibkan atau sekedar menyesuaikan standarnya sesuai dengan IFRS, tergantung pada kondisi politik dan ekonominya. Kondisi yang kompleks antar negara membutuhkan standar yang cukup fleksibel sehingga dapat menyesuaikan kondisi negara tersebut, yaitu principles-based. Standar yang ada dalam IFRS dibuat berdasarkan principles-based. Principle-based dalam IFRS diharapkan dapat meningkatkan relevansi laporan keuangan dimana nilai nilai yang dilaporkan relevan atau sesuai dengan kondisi sesungguhnya dan kondisi saat ini (IAS Plus, 2008). Pembuat standar membutuhkan prinsip prinsip atau dasar dengan tujuan untuk menghasilkan aturan dalam penyiapan laporan keuangan (Nobes, 2005). Black et al. (2007) mendefinisikan peraturan principle-based sebagai peraturan yang menjauh dari ketergantungan peraturan mendetail, peraturan preskriptif, dan peraturan yang secara luas menyatakan dasar-dasar untuk menetapkan standar yang diatur perusahaan dalam melakukan bisnis. Perdebatan masih terjadi antara para profesional dan akademisi mengenai penggunaan rules-based atau principlesbased. Mereka berpendapat bahwa standar berbasis prinsip tidak memiliki batasan
7 digilib.uns.ac.id 15 yang jelas atau beberapa pengecualian sehingga memungkinkan manajer melakukan transaksi yang secara teknis memenuhi standar padahal untuk mengindari suatu aturan (Folsom et al, 2011). The Big Four sendiri menyatakan bahwa standar berbasis prinsip akan mendorong manajer untuk memanfaatkan pelaporan keuangan sebagai tindakan komunikasi daripada tindakan kepatuhan (DiPiazza et al., 2006). Manajemen dalam hal ini akan berusaha menyampaikan informasi labanya sebaik mungkin kepada pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan mematuhi standar laporan yang telah ditetapkan. Jadi dasarnya adalah perusahaan yang menggunakan standar principles-based akan melaporkan laba dengan lebih informatif dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan standar rulesbased. Herz (2003) mengatakan bahwa standar berbasis prinsip membuka peluang yang lebih besar bagi manajemen untuk melakukan kebijakan memanipulasi laba, sehingga mengurangi kualitas informasi laba. C. Manajemen Laba Manajemen laba merupakan aktivitas pengelolaan laba yang diperoleh dengan penggunaan perlakuan akuntansi sesuai kebijakan manajemen. Cahyati (2011) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi manajemen untuk mengatur laba akuntansi dengan memanfaatkan atau kelonggaran penggunaan metode dan prosedur akuntansi. Manajer bisa saja mempengaruhi laba akuntansi tersebut untuk tujuan tujuan tertentu. Healy dan Wahlen (1998: 6) mendefinisikan manajemen laba yaitu: Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan penilaian dalam laporan keuangan commit dan dalam to user penyusunan transaksi untuk
8 digilib.uns.ac.id 16 mengubah laporan keuangan menjadi baik untuk menyesatkan beberapa stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang bergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Beberapa hal dalam definisi tersebut mengandung permasalahan tersendiri. Pertama adalah penggunaan penilaian oleh manajemen, dimana manajemen dapat membuat kebijakan akuntansi dalam usaha mempengaruhi nilai pos pos yang akan dilaporkan pada pelaporan keuangan dengan tujuan membuat laporan yang mencerminkan kinerja baik dari perusahaan. Kemudian pengertian bahwa manajemen laba dapat menyesatkan beberapa stakeholder dapat terjadi ketika manajemen selaku penanggungjawab laporan keuangan dapat merekayasa jumlah nilai dalam pos pos laporan keuangan yang secara rinci tidak dapat diketahui oleh para stakeholder, sehingga mengurangi transparansi laporan keuangan. Kedua masalah tersebut juga terdapat pada beberapa literatur yang membahas mengenai manajemen laba di beberapa negara, termasuk negara berkembang. Literatur tersebut dapat dijadikan acuan dalam penelitian manajemen laba. Seperti yang dilakukan Cilpakatti dan Rishi dalam Rudra dan Bhattacharjee (2012) yang melaporkan bahwa bank dengan profitabilitas rendah melakukan manajemen laba dengan menyediakan provisi kerugian pinjaman dan mengecilkan aset bermasalahnya untuk meningkatkan laba dan kecukupan modalnya. Healy dan Wahlen (1998) mengatakan banyak bukti dari penelitian tersebut menyatakan bahwa investor tidak dicurangi oleh manajemen laba tersebut dan laporan keuangan yang dibuat memberikan informasi yang berguna bagi investor. Manajemen laba dapat menimbulkan asimetri informasi yang akan diterima oleh pengguna laporan keuangan. Asimetri commit informasi to user adalah kondisi dimana manajer
9 digilib.uns.ac.id 17 mempunyai informasi superior dibandingkan dengan pihak lain (Lestari, 2013). Hal tersebut juga terjadi karena beberapa dorongan terhadap manajemen. Motivasi dari manajemen laba sendiri biasanya muncul akibat tekanan dan dorongan baik dari dalam maupun luar perusahaan (Lestari, 2013). Praktek manajemen laba kecil kemungkinan dilakukan oleh pihak manajemen jika tidak adanya dorongan, dimana dorongan tersebutlah yang memunculkan keinginan manajemen mencari jalan pintas untuk suatu pencapaian yaitu dengan manajemen laba. Healy dan Wahlen (1998) membagi beberapa motivasi yang melatarbelakangi manajemen laba, yaitu: 1. Motivasi Pasar Modal Penggunaan informasi akuntansi yang luas oleh investor maupun analis keuangan dapat menjadi dorongan tersendiri untuk manajemen dalam melakukan manajemen laba agar bisa mempengaruhi kinerja nilai sahamnya di pasaran. De Angelo (1988) melaporkan bahwa informasi laba sangat penting dalam penilaian pembelian saham dan menemukan bukti manajemen laba oleh perusahaan yang melakukan pembelian kembali saham dengan menurunkan laba melalui diskresi akrual. Studi lain terkait motivasi pasar modal ini telah menguji bahwa laba dikelola atau direkayasa untuk menemukan kecocokan dari estimasi analis keuangan, investor, maupun manajemen itu sendiri. 2. Motivasi Kontrak atau Perjanjian Banyak pihak menggunakan data keuangan berupa informasi akuntansi sebagai alat pengawasan dan pengaturan terhadap perusahaan, termasuk pada
10 digilib.uns.ac.id 18 perjanjian kontraktual yang dilakukan. Motivasi kontrak umumnya berkaitan dengan utang jangka panjang, dimana manajer mengatur laba dengan menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default. Manajemen laba terkait kontrak penting bagi pembuat standar dikarenakan beberapa alasan. Pertama adalah manajemen laba untuk alasan apapun dapat menyesatkan bagi pengguna laporan keuangan tersebut dan berdampak pada alokasi sumber daya. Kedua, laporan keuangan digunakan untuk menyampaikan informasi keuangan oleh manajemen tidak hanya kepada investor, namun juga kepada kreditur dan merupakan representasi dari dewan direksi. Penelitian yang dilakukan oleh Healy dan Wahlen ini mencontohkan pada perjanjian pinjaman dan perjanjian kompensasi. 3. Motivasi Peraturan Ketentuan kewajiban pelaporan keuangan oleh pemerintah maupun pembuat standar juga menimbulkan masalah manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini terjadi karena manajer memanfaatkan celah kelemahan peraturan dan standar akuntansi yang menggunakan estimasi akrual dan pemilihan metode akuntansi. Bukti dari penelitian penelitian terkait motivasi manajemen laba pada peraturan yang pernah dilakukan cukup sulit untuk ditafsirkan. Ini dikarenakan jumlah sampel yang digunakan rata rata cukup kecil sehingga dianggap kurang menggambarkan kondisi yang sebenarnya, sehingga dari bukti yang diperoleh
11 digilib.uns.ac.id 19 bahwa tidak ada kaitan langsung bagimana pembuat peraturan menanggapi manajemen laba. Teknik yang umumnya digunakan dalam mengukur praktek manajemen laba yaitu dengan mencoba menghilangkan bagian diskresioner pada komponen akrual dalam laba. Metode perhitungan dalam menentukan nilai besaran manajemen laba yaitu diskresioner akrual (discretionary accrual). Penerapan diskresioner akrual dalam menilai praktek manajemen laba telah dilakukan secara luas (Teoh et al. dalam Kothari et al., 2005). Kesimpulan yang ditarik dari hipotesis pengujian terkait dorongan melakukan manajemen laba bergantung pada kemampuan peneliti secara akurat mengestimasi diskresioner akrual (Kothari et al., 2005). Hal tersebut disebabkan oleh penafsiran berbeda dari hasil diskresioner akrual yang dapat dihitung dengan beberapa rumus sehingga membuat peneliti harus benar benar memahami perhitungan diskresioner akrual yang digunakan. Dechow et al. (1995) menyatakan bahwa seluruh model dari diskresioner akrual menolak hipotesis nol atas ketiadaan manajemen laba yang melebihi tingkat pengujian saat model tersebut diterapkan pada perusahaan yang mengalami kinerja keuangan buruk. Beberapa pengujian atas model diskresioner akrual dapat mendeteksi beberapa manipulasi data keuangan secara benar, namun kembali lagi kepada ketepatan penggunaan hipotesis dan penafsiran oleh peneliti. Dechow pernah melakukan beberapa penambahan pada model yang sudah ada. Beberapa teknik alternatif pernah dipersiapkan untuk mengidentifikasi diskresioner akrual, tetapi menyajikan lebih sedikit penambahan dibanding model model sebelumnya (Dechow et al., 2011).
12 digilib.uns.ac.id 20 Dechow et al. (2011) melakukan pendekatan dengan memanfaatkan karakteristik inheren dari manajemen laba yang berbasis akrual yang banyak diabaikan pada penelitian penelitian terdahulu yaitu dengan mengakui berbagai manajemen laba berbasis akrual dalam satu periode harus dibalik di periode lainnya. Kothari et al. (1995) melakukan pengujian terhadap diskresioner akrual dengan penyesuaian model untuk perusahaan yang dijadikan sampel, dimana diskresioner akrual memiliki kecocokan dengan return on asset (ROA) dan industri yang dijalani. Kothari juga menyatakan bahwa kecocokan dengan kinerja perusahaan yang dijadikan sampel belum memecahkan semua masalah yang timbul dari model yang buruk atau dari kesalahan peneliti untuk menilai dorongan praktek manajemen laba. Model diskresioner akrual Jones yang digunakan untuk estimasi crosssectional tiap tahun yaitu: TA it = β 0 + β 1 (1/ASSETS it-1 ) + β 2 ΔSALES it + β 3 PPE it + ε it Rudra dan Bhattacharjee (2012) dalam penelitiannya menggunakan model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow et al. (1995): TACCR it / Assets i,t-1 = a(1/assets i,t-1 ) + b(δ REV it - ΔREC it ) / Assets i,t-1 + c(ppe it / Assets i,t-1 ) + e it Sedangkan model Beaver dan Engel yang digunakan dalam Nasution dan Setiawan (2007): TACCR it = β0 + β1co it + β2loan it + β3npa it + β4δnpa it+1 + ε Berdasarkan model dalam literatur tersebut, maka penelitian ini mempertimbangkan diskresioner akrual absolut sebagai proksi untuk tingkat
13 digilib.uns.ac.id 21 praktek manajemen laba. Nilai absolut yang tinggi pada diskresioner akrual tersebut menunjukkan kualitas laba yang rendah. D. Hubungan Adopsi IFRS dengan Manajemen Laba dan Pengembangan Hipotesis Globalisasi yang terjadi dalam dunia bisnis, mendorong aktivitas bisnis yang tidak hanya berpusat pada satu wilayah (Graham dan Neu, 2003). Dorongan peningkatan pertumbuhan menjadi motivasi tersendiri bagi para pelaku bisnis, termasuk dalam aktivitas investasinya. Semakin tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam investasi di beberapa negara, membuat banyak investor mulai melakukan cakupan investasinya ke negara negara lainnya untuk meminimalisir pengeluarannya disamping berusaha meningkatkan keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh. Sistem keuangan yang berorientasi pada pasar yang mendorong investasi tersebut. Tingginya tingkat investasi beberapa tahun ini, membuat perusahaan berusaha mengambil kesempatan ini. Salah satu media yang digunakan untuk menarik investor yaitu laporan keuangan yang merupakan laporan kinerja keuangan perusahaan dalam satu periode. Banyak negara telah mengadopsi atau mengonvergensi standar pelaporan keuangannya dengan IFRS, sehingga perusahaan tertentu sudah diharuskan melakukan pencatatannya berdasarkan IFRS atau standar yang teradopsi dengan IFRS. Adopsi ini telah dimulai oleh negara anggota Uni Eropa dan juga Australia sejak 2005 (Jeanjean dan Stolowy, 2008). IFRS yang menerapkan principle-based tidak menentukan standar yang rinci sehingga membutuhkan penilaian (judgement) dari manajemen terkait
14 digilib.uns.ac.id 22 dengan perlakuan akuntansi yang dipilih. Penilaian yang digunakan manajemen dalam melakukan pelaporan keuangan dapat memunculkan potensi praktek manajemen laba dalam perusahaan. Terdapat beberapa pos dalam laporan keuangan yang pengakuannya dapat dimanipulasi. Pos pos tersebut antara lain depresiasi, cadangan keugian piutang, kerugian pinjaman pada industri perbankan, dan pajak ditangguhkan. Kasznik (1999) menemukan bukti bahwa perusahaaan cenderung melakukan manajemen laba ketika mereka dalam keadaan bahaya dan gagal memenuhi ekspektasi manajemen. Hal tersebut semakin terbuka peluangnya dengan penerapan standar principles-based. Barth et al. (2008) menggunakan sampel dari 21 negara berbeda yang menerapkan IAS sejak dan menemukan bahwa praktek manajemen laba berkurang, pengakuan kerugian lebih tepat waktu, dan relevansi laporan lebih baik dibanding dengan sampel perusahaan yang menerapkan standar lokal. Berlawanan dengan itu, Ewert dan Wagenhofer (2005) mengatakan kualitas informasi laba yang lebih baik diperoleh dari standar yang dibuat lebih ketat yang lebih membatasi perlakuan akuntansi dan menentukan aturan secara jelas, atau dengan kata lain penerapan standar rules-based. Dorongan memuaskan para calon investor melalui rekayasa laporan keuangan memang cukup umum dilakukan salah satunya dengan manajemen laba tersebut, termasuk pada entitas yang menggunakan standar rules-based. Tingkat kompetisi yang semakin besar antar perusahaan lintas negara membuat dorongan tersebut semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh Teoh et al. (1998) menguji kebijakan depresiasi dan cadangan kerugian piutang saat penawaran saham
15 digilib.uns.ac.id 23 perdana (Initial Public Offerring / IPO). Mereka menemukan bahwa perusahaan cenderung melakukan peningkatan laba melalui kebijakan depresiasi dan cadangan kerugian piutang pada saat melakukan IPO. Ditemukan juga bahwa rata rata unexpected accrual pada saat melakukan IPO meningkat menjadi cukup besar, yaitu 4 5% dari total aset. Healy (1985) mengatakan perusahaan dengan intensitas bonus yang lebih besar kemungkinan melaporkan akrual penangguhan laba ketika target tercapai dibanding perusahaan yang komparabilitas kinerjanya baik namun tidak memberikan bonus. Hal tersebut disebabkan manajer sudah merasa targetnya terpenuhi sehingga dapat menunda kelebihan bonusnya untuk periode selanjutnya dengan menangguhkan laba yang diperoleh dengan memanfaatkan judgement atas perlakuan beberapa pos. Seperti dikatakan oleh Capkun et al. (2013) yang menemukan bahwa sebelum 2005 dan setelah 2005 terjadi peningkatan manajemen laba untuk negara negara yang melakukan adopsi IFRS. Negara negara awal yang mengadopsi IFRS memiliki dorongan lebih untuk meningkatkan transparansi laporan keuangannya dalam rangka menarik modal dari luar dan ditemukan praktek manajemen laba yang menurun setelah adopsi sukarela. Adanya kasus pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur di pasar modal menjadi bukti bahwa transparansi dan kepatuhan terhadap pengungkapan wajib masih kurang (Utami et al. 2012). Oleh karena itu, diperlukan pengukuran yang dapat menentukan keterjadian manajemen laba setelah diterapkannya adopsi IFRS dengan diskresioner akrual.
16 digilib.uns.ac.id 24 Penelitian di beberapa negara menemukan perbedaan hasil dalam hal kaitan adopsi atau konvergensi IFRS terhadap manajemen laba. Capkun et al. (2013) menemukan peningkatan praktek manajemen laba pada beberapa negara yang dijadikan sampel. Rudra dan Bhattacharjee (2012) juga menemukan peningkatan aktivitas manajemen laba setelah adopsi IFRS. Berbeda dengan Barth et al. (2008) yang menemukan hasil sebaliknya, dimana penerapan IFRS mampu mengurangi manajemen laba karena dorongan transparansi yang lebih tinggi. Ditemukan juga hubungan positif antara kualitas informasi laba dengan implementasi IFRS, dengan syarat perlindungan investor di negara tersebut cukup baik (Houqe et al., 2011). Dikatakan juga meski terkait, namun belum tentu dapat disimpulkan bahwa penerapan standar yang dianggap berkualitas akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Sedangkan Santy et al. (2012) menemukan tidak adanya pengaruh adopsi IFRS pada industri perbankan terhadap praktek manajemen laba. Hal tersebut bergantung pada model dan sampel yang dipilih serta penafsiran dari peneliti. Sehingga dapat dikatakan penerapan IFRS ini memiliki pengaruh terhadap praktek manajemen laba. Sehingga rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 1 : Adopsi IFRS dalam PSAK berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
17 digilib.uns.ac.id 25 E. Skema Konseptual Gambar 2.1 Skema Konseptual Adopsi IFRS Manajemen Laba (Earning Management) Ukuran Perusahaan Leverage Ratio Market-to-book Ratio Kepemilikan Institusional
BAB I PENDAHULUAN. mendorong adanya peningkatan keuntungan oleh para pebisnis salah satunya
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antar negara di dunia saat ini dapat dikatakan tidak memiliki batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh globalisasi saat ini telah menghilangkan batasan-batasan geografis dalam kegiatan perekonomian dan menuntut adanya suatu sistem akuntansi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis di luar batas negaranya. Adanya kebutuhan akan pelaporan keuangan
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. untuk pengambilan keputusan oleh berbagai macam pihak berkepentingan seperti
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan pada sebuah perusahaan disusun untuk tujuan tertentu. Menurut FASB, tujuan pelaporan keuangan adalah untuk membantu membuat keputusan, menilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara, seringkali menyebabkan standar akuntansi yang digunakan oleh suatu negara berbeda dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membuat batasan negara sudah semakin tidak tampak sehingga mendorong terjadinya kegiatan bisnis di luar batas negara. Sebagai akibat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pengungkapan dan penyajian informasi secara akurat sangat dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengungkapan dan penyajian informasi secara akurat sangat dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan, agar laporan keuangan tersebut tidak menyesatkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri serta arus globalisasi yang semakin pesat menuntut perusahaan untuk mampu bergerak sejalan dengan perkembangan tersebut. Selain itu dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk menyediakan berbagai keterangan mengenai data ekonomi. Keterangan ini disediakan untuk siapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sebuah jembatan yang dapat menghubungkan keperluan bisnis. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. cara yang paling banyak ditempuh, menurut Suwito & Herawaty (2005),
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif dan rentan akan krisis, manajer tetap harus memenuhi tantangan mereka dalam rangka meningkatkan kemakmuran pemilik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari peningkatan pasar modalnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir bergerak menuju ke arah lebih
Lebih terperinci1 Universitas Bhayangkara Jaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang cepat dalam pasar modal global memberi arti bahwa dimensi internasional dari akuntansi menjadi semakin penting dari masa sebelumnya bagi kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (International Federation of Accountant) harus tunduk kepada SMO (Statment
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini standar akuntansi di Indonesia telah mengalami perubahan. Indonesia yang merupakan anggota G20 forum serta bagian dari IFAC (International Federation
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian seperti transaksi penjualan dan pembelian, melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi merupakan salah satu sektor yang berpengaruh dalam menentukan tingkat kesejahteraan suatu negara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aktivitas keseharian masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau persekutuan. Seiring dengan perkembangan bisnis tersebut maka akan tiba saatnya untuk mengubah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah sebuah aktifitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan digunakan manajemen untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya dalam mengelola sumber daya perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataannya, informasi yang diberikan perusahaan dalam laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan menerbitkan laporan keuangan sebagai sumber informasi utama bagi para penggunanya. Laporan keuangan harus mencerminkan keadaan dan kenyataan ekonomi perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
11 BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media penghubung antara manajemen perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari laporan keuangan adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di setiap negara, penyusunan laporan keuangan memiliki standar dan tahapan yang berbeda-beda. Standar dan tahapan tersebut ditentukan oleh kalangan profesi yang bergabung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemakai lainnya untuk proses pengambilan keputusan. Informasi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk informasi yang sangat bermanfaat yang dapat digunakan oleh para investor, kreditor dan para pemakai lainnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2001), Rahmawati, dkk., (2007) dan Nasution dan Setiawan (2007). Hasil penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, penelitian mengenai adanya indikasi laba di sektor perbankan konvensional telah dilakukan oleh banyak peneliti, antara lain Setiawati dan Na'im
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak bermunculan perusahaan multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis saat ini dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan pada perusahaan di masing-masing negara juga berbeda.untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambil keputusan dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus berubah karena adanya globalisasi. Setiap negara mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk pihak intern dan ekstern perusahaan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam laporan keuangan terkandung informasi mengenai laba yang sangat penting untuk pihak intern dan ekstern perusahaan untuk menilai kinerja manajemen. Laba
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan dengan IFRS (International Financial Reporting Standard).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah media yang dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak manajemen dengan para pihak berkepentingan (Margaretta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dampak krisis ekonomi global yang terus berkelanjutan berdampak pada kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai berimbas pada Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menjadi standar akuntansi tunggal yang berlaku secara global.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG International Financial Reporting Standards selanjutnya disingkat dengan IFRS dirancang untuk menjadi standar akuntansi tunggal yang berlaku secara global. Penerapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia telah melakukan konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya disajikan dalam laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pengkomunikasian informasi ekonomi yang bisa dipakai untuk penilaian (judgement) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Brigham Gapensi, 1996 dalam Natalia, 2010). Laporan keuangan merupakan. dan laporan arus kas (standar akuntansi keuangan no. 1).
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Maksimum profit atas produk atau jasa yang dihasilkan adalah harapan setiap perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya globalisasi mengakibatkan semakin berkembangnya transaksi bisnis lintas negara dan arus modal investasi. Perusahaan harus mampu bersaing dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (judgement) dalam pelaporan keuangan, sehingga dapat menyesatkan stakeholders
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan dari informasi yang dilaporkan pada laporan keuangan terhadap realitas usaha sebenarnya. Distorsi ini timbul dari sifat akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan arah perkembangan operasi bisnis yang bersifat global dan merupakan efek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Globalisasi telah menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam dunia bisnis saat ini. Banyaknya perusahaan yang melakukan operasi bisnis di luar negaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya fundamental untuk menyediakan informasi mengenai laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. baik organisasi profit maupun non profit untuk menghasilkan informasi yang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan mengenai transaksi (kejadian ekonomi dan keuangan) suatu organisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) yang sebelumnya
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah International Financial Reporting Standards (IFRS) yang sebelumnya bernama International Accounting Standards (IAS) diterbitkan untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hal penyediaan barang dan jasa yang bermutu, tetapi juga dalam hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman menghadapkan perusahaan dengan persaingan yang ketat untuk mempertahankan eksistensinya di pasar global. Agar dapat terus bersaing, perusahaan dituntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pengguna laporan keuangan. Masing-masing pengguna memiliki beragam kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini, isu globalisasi telah menjadi sebuah fenomena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini, isu globalisasi telah menjadi sebuah fenomena yang tidak dapat dihindarkan dalam dunia bisnis. Sebagai respon atas meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi menetapkan aturan
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun oleh : MUQOROBIN B
HUBUNGAN MANAJEMEN LABA (EARNING MANAGEMENT) DENGAN KINERJA OPERASI DI SEKITAR INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA TAHUN 1998 2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah. awal lagi dalam menerapkan IFRS yaitu dari tahun 2002.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah diadopsi oleh banyak negara di dunia, seperti Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Australia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas geografis dalam melakukan investasi dan perdagangan dan mengarah kepada pembentukan satu sistem
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai kepentingan yang berbeda
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam menyusun laporan keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam perlakuan, metode,
Lebih terperinciBAB I Investor asing yang berasal dari negara dengan label good governance dianggap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, kegiatan bisnis dan investasi semakin mudah untuk dilakukan oleh semua kalangan. Baik investasi yang dilakukan oleh para investor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru berkembang di Indonesia. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para penjual dan pembeli dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran dari laporan keuangan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran dari laporan keuangan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi stakeholder (pemangku kepentingan) dalam menilai kinerja suatu perusahaan, selain itu laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuju International Financial Reporting Standards (IFRS) telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tahapan konvergensi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) menuju International Financial Reporting Standards (IFRS) telah menjadi pusat perhatian para
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA IFRS (International Financial Reporting Standards) oleh International Accounting Standard Board (IASB).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 IFRS (International Financial Reporting Standards) IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor merupakan pihak yang menanamkan uangnya dalam bentuk modal pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas investasi yang dilakukannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam melakukan persaingan internasional, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang disediakan perusahaan, terkait dengan kinerja manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan, adalah laporan keuangan. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang. Konvergensi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan arus globalisasi, Pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 Forum telah bersepakat untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS. IAI mencanangkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Standar akuntasi merupakan suatu pedoman dalam proses penyusunan laporan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standar akuntasi merupakan suatu pedoman dalam proses penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan tersebut dapat bermanfaat bagi penggunanya dalam pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hubungan antar negara di dunia saat ini dapat dikatakan tidak memiliki batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi. Globalisasi telah
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Reformasi atas standar-standar akuntansi terhadap basis pengukuran akuntansi
BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi atas standar-standar akuntansi terhadap basis pengukuran akuntansi yang menggunakan nilai wajar (fair value) telah menimbulkan suatu perdebatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang terbuka banyak melibatkan perusahaan dalam suatu rangkaian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka. Perekonomian terbuka adalah terjadinya perdagangan internasional. Perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini menguji relevansi nilai pajak tangguhan sebagai dampak perubahan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia. Perubahan PSAK ini terjadi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan secara mendetail pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976). Jensen dan Meckling (1976) menyebut manajer
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. International Accounting Standard Board (IASB) telah menerbitkan rerangka
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang International Accounting Standard Board (IASB) telah menerbitkan rerangka konseptual dalam penyajian laporan keuangan. Rerangka konseptual ini memiliki karakteristik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perusahaan yang pesat dan semakin beragamnya perusahaan multinasional di berbagai negara merupakan tanda dari adanya globalisasi. Pada era globalisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas bisnis harus melaporkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laporan tersebut merupakan sebuah laporan pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat bagi investor untuk mengetahui kondisi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu laporan keuangan juga memiliki
Lebih terperinciAKUNTANSI INTERNASIONAL
AKUNTANSI INTERNASIONAL A. Definisi Akuntansi Internasional 1. Accounting for foreign subsidiary, akuntansi internasional hanya menyangkut proses penyusunan laporan konsolidasi dari perusahaan induk dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber ekonomi menjadi barang dan jasa agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan tujuan untuk
Lebih terperinciTEORI AKUNTANSI MAKALAH ADOPSI PENUH IFRS
TEORI AKUNTANSI MAKALAH ADOPSI PENUH IFRS Dosen : Anis Chariri, SE, MCom, Ph.D. Akt. Disusun oleh: Astri Laksitafresti Destaria Ferdiani Ranny Tanjungsari Yuliana C2C008022 C2C008035 C2C008116 C2C008153
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan. Melalui laporan keuangan, manajemen perusahaan dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Manajemen laba didasari oleh adanya teori keagenan yang menyatakan bahwa setiap individu cenderung untuk memaksimalkan utilitasnya. Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan terdiri atas laporan keuangan komersial yang bertujuan untuk memberikan informasi keuangan kepada manajer, pemegang saham, kreditor, serta stakeholders
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dananya untuk kegiatan operasional dan meningkatkan usahanya antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perusahaan dapat melakukan berbagai cara dalam memenuhi kebutuhan dananya untuk kegiatan operasional dan meningkatkan usahanya antara lain dengan hutang dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti sole proprietorship biasanya peran ini dilakukan oleh pemilik. Tetapi pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap entitas bisnis didirikandengan tujuan memperoleh laba, bertumbuhdan melanjutkan operasinya secara terus menerus. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan praktisi maupun akademisi, khususnya peneliti akuntansi karena berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengakuan, pengukuran, dan pelaporan laba perusahaan serta komponennya dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan standar yang digunakan perusahaan di Indonesia untuk menyusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi (DSAK, Kerangka Dasar Penyajian dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Laporan keuangan disajikan dengan tujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. keuangan oleh manajemen bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ekonomi suatu perusahaan pada periode tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi akuntansi yang berkualitas merupakan informasi yang penting dalam pengambilan keputusan ekonomi ataupun dalam pengambilan keputusan investasi. Calon investor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian nasional. Namun di dalam pembangunan sektor industri pihak pengembang kurang memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan sumber daya perusahaan dan kinerja manajemen digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi pada awal abad 20 menyebabkan banyaknya pluralisme dan pergerakan dari produk, manusia dan ide dalam waktu bersamaan. Perekonomian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu perubahan standar akuntansi dari semula rule based (local GAAP)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Isu perubahan standar akuntansi dari semula rule based (local GAAP) menjadi principle based (IFRS) masih saja menjadi perdebatan antar kalangan akademisi saat ini.
Lebih terperinci@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan pada perusahaan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan pada perusahaan untuk dilaporkan kepada publik sebagai suatu sarana dalam mencari investor dan juga sebagai saran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan informasi keuangan dapat dilakukan melalui laporan keuangan yang sangat bermanfaat bagi pemangku kepentingan yang terdiri dari pihak ekstern dan
Lebih terperinciPERBEDAAN DISCRETIONARY ACCRUALS ANTARA PERUSAHAAN MANUFAKTUR LABA DAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR RUGI
PERBEDAAN DISCRETIONARY ACCRUALS ANTARA PERUSAHAAN MANUFAKTUR LABA DAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR RUGI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Lebih terperinci