EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI FOOT ULCER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI FOOT ULCER"

Transkripsi

1 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE DENGAN KOMPLIKASI FOOT ULCER DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO TAHUN 04 NASKAH PUBLIKASI Oleh: AULIA ARUM FITRIANI K 0005 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 05

2

3 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE DENGAN KOMPLIKASI FOOT ULCER DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO TAHUN 04 EVALUATION OF ANTIBIOTICS USE IN TYPE DIABETES MELLITUS PATIENTS WITH FOOT ULCER COMPLICATIONS IN INSTALLATION OF INPATIENT dr. SOERADJI TIRTONEGORO HOSPITAL 04 Aulia Arum Fitriani*, Nurul Mutmainah Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.Ahmad Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 570 * auliaarum78@gmail.com ABSTRAK Diabetes merupakan suatu penyakit serius yang mempengaruhi semua organ vital dalam tubuh ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Kurang lebih 5% penderita DM akan mengalami komplikasi ulkus selama perjalanan penyakitnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien diabetes melitus tipe dengan komplikasi foot ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04. Jenis penelitian ini bersifat observasional (non-eksperimental) yang dilakukan secara restropektif dan dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Data yang dianalisis meliputi tepat pasien, obat dan dosis yang disesuaikan dengan standar terapi. Kriteria inklusi sampel meliputi diagnosis utama penyakit diabetes tipe dengan komplikasi foot ulcer dengan atau tanpa penyakit penyerta, dan menggunakan antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan antibiotik yang digunakan pada pasien foot ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04 yaitu ceftriaxone 76%, cefixime 8%, cefotaxime, dan cefadroxil. Antibiotik kombinasi ceftriaxone-metronidazole 60%, ceftriaxone-clindamycin %, cefotaxime-metronidazole, dan cefiximemetronidazole %. Hasil evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik yaitu 00% tepat pasien, 68% tepat obat dan 76% tepat dosis. Kata kunci : foot ulcer, diabetes melitus tipe, antibiotik, RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro ABSTRACT Diabetes is a serious disease that affects all of vital organs in the body characterized by high blood sugar levels. Approximately 5% of people with diabetes will develop complications of ulcer during their lifetime of the disease. This study aimed to evaluate the use of antibiotics in type diabetes mellitus patients with foot ulcer complications in dr. Soeradji Tirtonegoro hospital during 04. This research is an observational (non-experimental) research that was conducted retrospectively and was analyzed descriptively. The analyzed data included appropriate of patient, drug and dose that was adjusted with standard therapy. The inclusion criteria of sample included the primary diagnosis of type diabetes mellitus with foot ulcers complications, with or without comorbidities and used antibiotics. The results of this research showed that antibiotics use in patients with foot ulcers in dr. Soeradji Tirtonegoro hospital during 04 were ceftriaxone 76%, cefixime 8%, cefotaxime, and cefadroxil. The combinations of antibiotics were ceftriaxone-metronidazole 60%, ceftriaxone-clindamycin %, cefotaxime-metronidazole, and cefixime-metronidazole %. The appropiate uses of antibiotics according to this research were 00% for appropiate of patient, 68% for drug and 76% for dose. Keywords: foot ulcer, type diabetes mellitus, antibiotics, dr. Soeradji Tirtonegoro hospital

4 PENDAHULUAN Diabetes merupakan penyakit serius yang mempengaruhi semua organ vital dalam tubuh dan ditandai tingginya kadar gula dalam darah (Singh, 0). Diabetes melitus ini akan menyebabkan terjadinya perubahan patofisiologi dalam tubuh seperti mata, ginjal dan ekstremitas bawah (Decroli, 008). Dalam waktu lama diabetes yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi akut dan kronis. Neuropati diabetik paling sering dialami yaitu neuropati perifer dan merupakan faktor risiko terjadinya foot ulcer (Perkeni, 0). Penyebab umum pasien diabetes mendapat perawatan di rumah sakit adalah masalah pada kaki diabetik seperti infeksi, ulserasi dan gangren (Mathangi, 0). Foot ulcer yaitu luka pada kaki penderita diabetes yang berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Kurang lebih 5% penderita diabetes akan mengalami komplikasi ulcer selama perjalanan penyakitnya (Singh, 0). Kekambuhan dapat terjadi saat seseorang mempunyai riwayat penyakit foot ulcer sebelumnya, prevalensi kekambuhan dapat mencapai 70% dalam 5 tahun (Leese, 009). Pengobatan foot ulcer terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Uji kultur bakteri perlu dilakukan bila terjadi kegagalan terapi terhadap antibiotik empiris (Leese, 009). Di Amerika Serikat 8% angka amputasi disebabkan diabetes. Adanya foot ulcer dapat mengganggu aktivitas, oleh karena itu komplikasi ini merupakan salah satu beban bagi pasien diabetes dan tenaga kesehatan meskipun penyakit ini dapat dicegah (Singh, 0). Penelitian sebelumnya yang dilakukan Hadiki melaporkan pemakaian antibiotik untuk pasien rawat inap diabetes komplikasi foot ulcer (8) dan hanya % dari peresepan tersebut dinilai tepat dalam hal pemilihan jenis antibiotik, 4% yang sebenarnya tidak perlu diberikan dan 5% tidak tepat dalam pemberian antibiotik berdasarkan dosis dan lama pemberian (Hadiki, 04). Lama pemberian atau durasi antibiotik pada pasien foot ulcer harus berdasarkan pada tingkat keparahan ulcer. Antibiotik dapat dihentikan apabila gejala infeksi sudah dapat teratasi (Lipsky dkk, 0). Berdasarkan hal di atas maka dilakukan penelitian tentang penggunaan antibiotik pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi foot ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro untuk mengevaluasi pemilihan obat sesuai dengan standar yang ada. Rumah sakit ini dipilih sebagai tempat penelitian karena prevalensi pasien diabetes dengan komplikasi foot ulcer cukup tinggi.

5 METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional (noneksperimental) dengan rancangan penelitian secara deskriptif dan pengambilan data dengan teknik purposive sampling. B. Definisi Operasional Definisi operasional penelitian yang dilakukan diantaranya:. Evaluasi pemilihan obat yaitu penilaian pemilihan obat yang berdasarkan ketepatan pasien, obat dan dosis pada foot ulcer.. Tepat pasien adalah pemilihan obat sesuai kondisi patologi dan fisiologi pasien dengan melihat ada tidaknya kontraindikasi.. Tepat obat merupakan kesesuaian pemberian obat yang digunakan sesuai dengan standar IDSA 0 dilihat dari pemeriksaan leukosit dan gula darah. 4. Tepat dosis adalah pemilihan dosis yang diberikan sesuai dengan besaran dosis, frekuensi dan durasi. C. Alat dan Bahan. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengumpulan data yang berisi identitas pasien, nomor rekam medik dan obat yang diberikan pada pasien di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04.. Bahan Bahan penelitian yang digunakan yaitu catatan rekam medik pasien yang berisi identitas pasien (nama, jenis kelamin dan umur), nomor rekam medik, obat dan diagnosis penyakit pasien diabetes di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04. D. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro. E. Populasi dan Sampel Populasi sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe dengan komplikasi foot ulcer di instalasi rawat inap RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04. Sampel pada penelitian yang terpilih memiliki kriteria inklusi sebagai berikut :. Diagnosa utama penyakit diabetes melitus tipe dengan komplikasi foot ulcer. Menerima obat antibiotik

6 . Mempunyai data rekam medik dengan kelengkapan identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur, nomor register) jenis obat, dosis, frekuensi dan data laboratorium (serum kreatinin, white blood cells dan gula darah) F. Teknik Pengambilan Sampel Pengumpulan data secara retrospektif menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu dengan melakukan pengambilan data pasien rawat inap diabetes melitus tipe dengan komplikasi foot ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04. G. Jalannya Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro. Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut:. Tahap Persiapan Pada tahap ini adalah pembuatan proposal dan mengurus surat izin atau pengantar dari fakultas Farmasi kepada RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro untuk mendapat izin melakukan penelitian.. Tahap Penelusuran Data Proses penelusuran data dimulai dari observasi catatan rekam medik RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro. Kemudian dilakukan pengelompokkan pasien dilihat dari kriteria inklusi, sehingga diketahui jumlah total kasus yang masuk dalam kriteria inklusi penelitian dengan pasien yang di diagnosis foot ulcer. Pengambilan rekam medik meliputi identitas pasien (nomor rekam medik, umur dan jenis kelamin), diagnosis utama, jenis antibiotik, obat lain dan data laboratorium (serum kreatinin, white blood cells dan gula darah).. Tahap Pengolahan Data Data yang telah terkumpul akan dilakukan pengolahan dengan teknik analisis meliputi ketepatan pasien, obat dan dosis. Analisis Data Seluruh hasil yang terkumpul dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap foot ulcer dengan prosedur pengobatan yang berdasarkan tepat pasien, obat dan dosis di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04. 4

7 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pasien Berdasarkan jenis data analisis penelitian ini, jumlah total pasien foot ulcer di instalasi rawat inap RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro sebanyak 59 pasien sebagai subyek penelitian, pasien dinyatakan gugur karena menjalani rawat jalan, 5 data pasien hilang dan 7 data pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap. Tabel. Karakteristik Pasien Infeksi Foot Ulcer yang Dirawat di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Tahun 04 yang Memenuhi Kriteria Inklusi Jumlah Persentase Karakteristik Pasien N= 5 Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Diagnosis Ulkus DM Ulkus DM + Hipertensi Ulkus DM + Anemia Ulkus DM + Hipertensi + Anemia Kondisi Keluar Sembuh Membaik Belum sembuh Diijinkan pulang Pulang paksa GFR (Glomerular filtration rate) menurut MDRD (Modification of Diet in Renal Disease) Normal Ringan Sedang Berat Hasil penelitian menunjukkan dari 5 pasien foot ulcer 6 pasien perempuan dan pasien laki-laki. Dalam kasus ini jenis kelamin bukan merupakan faktor penyebab timbulnya foot ulcer namun lebih dikarenakan oleh faktor keturunan, gaya hidup dan usia. Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi prevalensi terjadinya foot ulcer. Kejadian foot ulcer meningkat sesuai dengan bertambahnya usia (Decroli, 008). Tindakan medis akan dilakukan dengan melihat diagnosis yang ditegakkan oleh dokter, diagnosis pasien ditentukan dengan cara melihat gejala, keluhan serta riwayat penyakit dari pasien. Sering dijumpai diagnosis utama diikuti dengan penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi kondisi dan penyakit pasien. Dalam penelitian ini, penyakit penyerta pasien foot ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro yaitu hipertensi dan anemia. Ginjal merupakan organ penting yang ada dalam tubuh, jika fungsi ginjal terganggu maka sisa metabolisme dalam tubuh tidak dapat dikeluarkan dan akan menjadi racun bagi tubuh. Kerusakan ginjal pasien dilihat dari nilai GFR yang dihitung dengan metode % 8% 6% 6 00% 5% 8% 4 56% 60% 8% 48% 0% 5

8 MDRD. Metode MDRD dipilih karena metode ini adalah metode terbaik untuk memperkirakan nilai GFR (Carroll, 006). Pada penelitian ini dilihat dari nilai GFR derajat kerusakan ginjal pasien yaitu sedang (48%), ringan (8%), berat (0%) dan normal (). Karakteristik Terapi. Antibiotik Infeksi kaki merupakan bentuk komplikasi paling sering dijumpai pada pasien diabetes. Tanda-tanda dari infeksi umumnya meliputi rasa nyeri, kemerahan, peningkatan suhu dan bengkak. Pemilihan antibiotik empiris direkomendasikan berdasarkan keparahan infeksi. Penggunaan antibiotik pada kasus infeksi sangatlah disarankan, terutama pada infeksi berat. Pada infeksi parah disarankan menggunakan antibiotik spektrum luas dan menunggu hasil kultur bakteri (Lipsky dkk, 0). Berdasarkan data rekam medik di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04 pasien diabetes dengan komplikasi foot ulcer mendapatkan 4 golongan antibiotik yaitu cephalosporin (cefotaxime, cefadroxil, cefixime, ceftriaxone), quinolone (ciprofloxacin), clindamycin dan metronidazole. Tabel. Karakteristik Terapi Antibiotik Foot Ulcer yang Dirawat di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Tahun 04 yang Memenuhi Kriteria Inklusi No Pola Pemberian Antibiotik Nama Obat Jumlah Persentase N= 5 Antibiotik Cephalosporins. Cefotaxime. Cefadroxil. Cefixime 4. Ceftriaxone 9 8% 76% Quinolone Ciprofloxacin 8% Clindamycin Metronidazole Clindamycin Metronidazole 8 % 7% Obat Tunggal Ceftriaxone Ciprofloxacin Cefadroxil 8% Obat Kombinasi Ceftriaxone + Metronidazole Ceftriaxone + Clindamycin Cefotaxime + Metronidazole Cefixime + Metronidazole 5 60% % % Lama pemberian 4-7 hari 7 hari % 4 Keparahan Ringan Sedang Berat % 68% % Tabel menunjukkan gambaran penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04. Hasil analisis penelitian ini antibiotik yang banyak digunakan adalah golongan cephalosporin. Mekanisme kerja cephalosporin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri (Permenkes, 0). 6

9 Dalam keadaan tertentu diperlukan kombinasi antibiotik. Kombinasi obat dipilih dengan melihat keparahan dari ulcer yang diderita oleh pasien. Diketahui antibiotik kombinasi yang banyak digunakan adalah kombinasi antara ceftriaxone dan metronidazole dengan persentase sebesar 60%. Ceftriaxone dipilih karena merupakan antibiotik yang digunakan pada derajat keparahan sedang, yang mana sebagian besar pasien dalam penelitian ini didiagnosis infeksi sedang (68%). Menurut Frykberg dkk, (00), kombinasi ceftriaxone dan metronidazole digunakan untuk terapi ulcer dengan derajat keparahan sedang. Kombinasi dengan metronidazole dapat ditambahkan apabila dalam kasus tertentu terdapat bakteri anaerob (Permenkes, 0).. Obat lain Penggunaan obat lain diberikan kepada pasien untuk mengatasi keluhan pasien. Banyaknya macam obat non-antibiotik yang diberikan pada pasien menyebabkan obat tersebut perlu dikelompokkan berdasarkan kelas terapinya. Pada tabel di bawah ini menunjukkan obat lain yang diberikan pada pasien diabetes dengan komplikasi foot ulcer. Tabel. Penggunaan Obat Lain pada Pasien Foot Ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Tahun 04 No Kelas Terapi Nama Obat Jumlah Persentase Antihipertensi Captropil Valsartan Amlodipin Furosemid Flunarizin Verapamil Diltiazem % % 8% Antidiabetik Metformin (OHO) Glimepirid (OHO) Gliklazid (OHO) Levemir (Insulin) Novorapid (Insulin) Novomix (Insulin) 7 0 8% % 40% % Analgetik, antipiretik dan NSAID Asam mefenamat Paracetamol Aspirin Ketorolac % 0% 6% 8% 4 H -reseptor antagonis Ranitidin, 8 5 Vitamin dan mineral Vitamin B Asam folat Aspar K 4 6% % 6 Hepato proktektor Curcuma 7 Antiemetik Ondansentron 8% Metroklopramid 8 Mukolitik Ambroxol 9 Neurotonik / Neurotopik Citicolin Piracetam 0 Kortikosteroid Dexametason Hemostatik Asam Traneksamat 4 6% Antihiperlipidemia Gemfibrozil 7

10 Data dari tabel dapat dilihat penggunaan obat non-antibiotik pada pasien foot ulcer yang sering diresepkan yaitu antidiabetik dan antihipertensi. Dapat disimpulkan sebagian besar penyakit penyerta pada pasien diabetes dengan komplikasi foot ulcer yaitu hipertensi (5%). Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit diabetes. Target penurunan tekanan darah bagi penderita diabetes yaitu < 0/80 mmhg. Pengobatan hipertensi dapat digunakan baik dengan tunggal maupun kombinasi, selain pengobatan secara farmakologis pengobatan non-farmakologis seperti: mengurangi konsumsi garam, meningkatkan aktifitas fisik, menurunkan berat badan dan menghentikan merokok dapat juga membantu mengontrol tekanan darah. Antidiabetik dan antihipertensi yang sering digunakan yaitu novorapid (40%) dan valsartan (%). Analgesik antipiretik diperlukan karena tanda dari infeksi pada kaki diabetik adalah adanya inflamasi berupa nyeri, kemerahan, adanya peningkatan suhu dan bengkak (Lipsky dkk, 0). Nutrisi dan vitamin diperlukan untuk menjaga kestabilan daya tahan tubuh, semakin bertambahnya usia maka metabolisme dalam tubuh semakin menurun. Pada pasien geriatri sangat berisiko mengalami defisiensi nutrisi terlebih lagi mereka sangat memerlukan asupan vitamin dan nutrisi yang tinggi untuk meningkatkan energi (Schwarzpaul dkk, 006). Nutrisi dan metabolisme pasien harus diperhatikan dengan baik karena dapat mempengaruhi penyembuhan luka dan infeksi (Frykberg dkk, 006). Ketepatan Penggunaan Obat. Tepat Pasien Suatu obat dinyatakan tepat pasien jika penggunaan obat sesuai dengan kondisi fisiologis dan patofisiologis atau tidak adanya kontraindikasi dengan pasien. Tabel. Ketepatan Pasien Foot Ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Tahun 04 No Ketepatan Pasien Jumlah Persentase Tepat pasien 5 00% Tidak tepat pasien - - Dari analisis ketepatan pasien diperoleh persentase sebesar 00% dibuktikan dengan tidak adanya catatan kontraindikasi berupa alergi pada suatu antibiotik. Untuk golongan antibiotik yang patut diwaspadai yaitu golongan aminoglikosida dan dalam penelitian ini tidak ditemukannya peresepan antibiotik golongan aminoglikosida. Ketepatan pemilihan antibiotik pada penanganan infeksi sangatlah penting dalam penentuan keberhasilan terapi, ketidaktepatan pemilihan antibiotik dapat meningkatkan risiko terhadap keamanan pasien, meluasnya resistensi dan tingginya biaya pengobatan (Permenkes, 0). 8

11 . Tepat Obat Ketepatan obat adalah ketepatan pemberian antibiotik dengan standar IDSA 0 berdasarkan pengobatan foot ulcer yang dipantau berdasarkan gula darah sewaktu atau gula darah puasa, serum kreatinin dan white blood cells. Ketepatan obat dinilai dari melihat kadar WBC pasien, pasien dikatakan foot ulcer berat apabila kadar WBC > 000 sel/mikroliter (x0 /µl) menurut IDSA 0. Pada ketidaktepatan obat untuk metronidazole menurut IDSA 0 tidak dicantumkan metronidazole sebagai antibiotik foot ulcer, sedangkan pada IDSA 00 dicantumkan metronidazole sebagai antibiotik alternatif untuk foot ulcer. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (0), kombinasi dengan metronidazole dapat ditambahkan apabila dalam kasus tertentu terdapat bakteri anaerob. Dari 5 kasus diperoleh tepat obat 68% dan tidak tepat obat %. Tabel 4. Ketidaktepatan Antibiotik Menurut IDSA 0 No Jenis Obat No. Kasus Ceftriaxone 0,, 7,8, 0 Alasan Ketidaktepatan Dengan nilai WBC : 7,4 x0 /µl;,6 x0 /µl;, x0 /µl; 8,0 x0 /µl; 6,5 x0 /µl seharusnya termasuk infeksi berat dengan pemberian vancomycin + ceftazidime (Lipsky dkk, 0). Ciprofloxacin Dengan nilai WBC : 8, x0 /µl seharusnya termasuk infeksi berat dengan pemberian vancomycin + ceftazidime (Lipsky dkk, 0). Jumlah Persentase 5 0% Cefixime 4,5 Tidak tercantum dalam IDSA Guidelines 0 8% Total 8 %. Tepat Dosis Ketepatan dosis antibiotik dapat dilihat dari dosis, frekuensi dan lama pemberian antibiotik menurut IDSA 0. Faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan dosis dalam penelitian ini yaitu lamanya pemberian atau durasi pemberian antibiotik yang tidak sesuai dengan standar. Menurut Lipsky dkk (0), lama durasi pemberian antibiotik yang diperlukan pasien foot ulcer ringan - minggu dan ulcer berat - minggu. Penyesuaian dosis pada pasien geriatri ditentukan berdasarkan kondisi organ vital pasien seperti ginjal, penentuan dosis menurut BNF (British National Formulary, 009) dapat ditentukan dengan melihat nilai klirens kreatinin. Dalam penelitian ini berdasarkan nilai klirens kreatinin derajat kegagalan ginjal pasien yaitu ringan (57-79 ml/menit) dan moderat (0-49 ml/menit), oleh karena itu tidak perlu adanya penyesuaian dosis. Hal ini dapat dilihat berdasarkan BNF (British National Formulary, 009), untuk cefadroxil klirens kreatinin < 6 ml/menit dosis pemberian perlu diturunkan, cefixime klirens kreatinin < 0 ml/menit perlu penurunan dosis, cefotaxime klirens kreatinin < 5 ml/menit gunakan setengah dosis, ceftriaxone klirens kreatinin < 0 ml/menit perlu penurunan dosis 9

12 dan berdasarkan Antibiotic Dosing In Renal Impairment (0) untuk metronidazole dan clindamycin tidak perlu adanya penyesuaian dosis. Tabel 4. Evaluasi Ketepatan Dosis Pemberian Antibiotik Pasien Foot Ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Tahun 04 Menurut IDSA 0 Nama obat Dosis Frekuensi Durasi Jumlah Dosis Frekuensi Kesesuaian Standar S TS Persentase Antibiotik Kombinasi Ceftriaxone + g x 7 hari -4g x/hari (BNF, 009) 5% Metronidazole 500 mg x < 7 hari 500 mg x/hari (BNF, 009) 8% Cefixime + 00 mg x 7 hari mg x /hari (BNF, 009) Metronidazole 500 mg x < 7 hari 500 mg x/hari (BNF, 009) Cefriaxone + g x 7 hari -4g x/hari (BNF, 009) 8% Clindamycin 00 mg 4x < 7 hari 00 mg 4x/hari (BNF, 009) Cefotaxime + 00 mg x g x/hari (BNF, 009) < 7 hari Metronidazole 500 mg x 500 mg x/hari (BNF, 009) Antibiotik Tunggal Ceftriaxone g x 7 hari -4g x/hari (BNF, 009) Ciprofloxacin 500 mg x 7 hari mg x (BNF, 009) 8% Cefadroxil 500 mg x <7 hari 500 mg- g x (BNF, 009) tepat dosis dan tidak tepat dosis % 9 76% 6 Keterangan: S = Sesuai TS = Tidak Sesuai KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Gambaran pengobatan antibiotik pada pasien diabetes dengan komplikasi foot ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04 adalah antibiotik yang banyak digunakan yaitu golongan chepalosporin dengan presentase (9%), yaitu ceftriaxone (76%), cefixime (8%), cefotaxime (), cefadroxil () dan antibiotik kombinasi ceftriaxonemetronidazole (60%), ceftriaxone-clindamycin (%), cefotaxime-metronidazole (), cefixime-metronidazole (%). Hasil evaluasi ketepatan penggunaan antibiotika yaitu 00% tepat pasien, 68% tepat obat dan 76% tepat dosis. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan juga permasalahan yang didapat, peneliti memberikan saran dan masukan:. Diharapkan dalam terapi pengobatan foot ulcer di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 04, diperhatikan lama pemberian dan kombinasi antibiotik.. Perlu dilakukan penelitian secara prospektif tentang kerasionalan pengobatan foot ulcer sehingga dapat diketahui keadaan yang sebenarnya. 0

13 DAFTAR ACUAN BMJ Group and RPS Publishing Royal Pharmaceutical Society, 009, British National Formulary 57March 009, Germany: GGP Media, Carroll L.E., 006, The Stages of Chronic Kidney Disease and the Estimated Glomerular Filtration Rate, The Journal of Lancaster General Hospital, (), Decroli E., Karimi J., Manaf A., dan Syahbuddin S., 008, Profil Ulkus Diabetik pada Pende Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr M. Djamil Padang, Majalah Kedokteran Indonesia, 58(), -7 Frykberg, R.G., Zgonis T., Amstrong, D.G, Driver, V.R., Giurini, J.M., Kravitz S.R., 006, Diabetic Foot Disorders: A Clinical Practice Guideline 006 revision, J Foot Ankle Surgery Hadiki Habib, 04, Audit Kualitatif Pemberian Antibiotik untuk Pasien Gangren Diabetik Disertai Insufisiensi Adrenal Sekunder: Laporan Kasus, 4(), 4-44 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES), 0, Pedoman Interprestasi Data Klinik, Jakarta, 5-54 Leese, G., Nathwani, D., Young, M., Seaton, A., Kennon, B., Hopkinson, H., Stang, D., Lipsky, B., Jeffcoate, W., Berendt, T., 009, Use of antibiotics in people with diabetic foot disease: A consensus statement, The Diabetic Foot Journal, (), -0 Lipsky, B.A., Berendt, A.R., Cornia, P.B., Pile, J.C., Peters, E.J.G., Armstrong, D.G., Deery, H.G., Embil, J.M., Joseph, W.S., Karchmer, A.W., Pinzur, M.S., Senneville, E., 0, 0 Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections, IDSA Guidelines, - 47 Mathangi T, Prabhakaran P, 0, Prevalence of Bacteria Isolated from Type Diabetic Foot ulcers and the Antibiotic Susceptibility Pattern, International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, (0), 9-7 Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES), 0, Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, no. 406, Jakarta Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 0, Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe di Indonesia, PERKENI, Jakarta Scharwarzpaul, S., Strassburg, A., Luhrmann, Neuhauser-Berthold, M., 006, Intake of Vitamin and Mineral Supplements in an Elderly German Population, Annal of Nutrions & Metabolism, German, 50: 55-6 Singh S, Pai DR, dan Yuhhui C, 0, Diabetic Foot Ulcer Diagnosis and Management, Clinical Research on Foot & Ankle,(), -9 Sydney Children s Hospital Network (SCHN) Policy, 0, Antibiotic Dosing in Renal Impairment - CHW Practice Guideline, The Children s Hospital at Westmead, Sydney, -9

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika (Rationality Use Antibiotics In Patients Diabetes Mellitus Type 2 with Diabetic Ulcer Complications)

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI Oleh: ELDESI MEDISA ILMAWATI K 100110038 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: EKA KURNIA SARI K. 100 080 001 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2013 - JUNI 2014 Fahijratin N.K.Mantu 1), Lily Ranti Goenawi 1),

Lebih terperinci

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE JANUARI - JUNI

EVALUASI KETEPATAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE JANUARI - JUNI EVALUASI KETEPATAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE JANUARI - JUNI 2015 SKRIPSI Oleh: NURUL DINI SEPMAWATI K100120052 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK 1 POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK Robiyanto*, Nur Afifah, Eka Kartika Untari Prodi Farmasi, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. oral yang digunakan pada pasien Prolanis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. oral yang digunakan pada pasien Prolanis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai obat antidiabetik oral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang insidensinya semakin meningkat. Sebanyak 346 juta orang di dunia menderita diabetes, dan diperkirakan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat secara signifikan menjadi lebih dari 5 juta pada tahun

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh :

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh : EVALUASI KETEPATAN OBATANTIDIABETIK DAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATIDI RSUD X SURAKARTA JANUARI-JULI 0 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ELIT RIZAL FALAH K 00 00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG TAHUN 2015

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG TAHUN 2015 IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: NUR WIJAYANTI K 100 130 007 FAKULTAS

Lebih terperinci

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. Dalam

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes merupakan penyakit serius yang mempengaruhi semua organ vital dalam tubuh dan ditandai tingginya kadar gula dalam darah (Singh, 2013). Diabetes melitus ini

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN Herlyanie 1, Riza Alfian 1, Luluk Purwatini 2 Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup.dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kadar HbA1C 6,5serta lama ulkus 3 bulan merupakan faktor-faktor risiko terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes.

ABSTRAK. Kadar HbA1C 6,5serta lama ulkus 3 bulan merupakan faktor-faktor risiko terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes. ABSTRAK KADAR HbA1C YANG TINGGI DAN ULKUS YANG LAMA SEBAGAI FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERJADINYA AMPUTASI PADA PASIEN KAKI DIABETES DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE 2014

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE 2014 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh : GITA AYU PRADINA K 100 110 101 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terutama di Instalasi Rekam Medik dan dilaksanakan pada Agustus 2015 Januari 2016. B. Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis telah menjadi beban besar sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena morbiditas DM

Lebih terperinci

D. Definisi Operasional Variabel 39 E. Pengumpulan Data.. 41 F. Pengolahan Data dan Analisa. 42 BAB IV. HASIL DAN PENELITIAN A. Gambaran Umum...

D. Definisi Operasional Variabel 39 E. Pengumpulan Data.. 41 F. Pengolahan Data dan Analisa. 42 BAB IV. HASIL DAN PENELITIAN A. Gambaran Umum... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING iii DALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERNYATAAN v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Studi Pendahuluan Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lampiran 1. Surat Ijin Studi Pendahuluan Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta LAMPIRAN 78 Lampiran 1. Surat Ijin Studi Pendahuluan Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 79 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian ini mengidentifikasi penggunaan obat off-label dosis pada pasien dewasa rawat inap di Rumah

Lebih terperinci

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : AYU ANGGRAENY K 100110010 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ARUM NURIL HIDAYAH K 100 090 008 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: ATIKAH DWI ERLIANA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penggunaan Obat pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014

Lampiran 1. Data Penggunaan Obat pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014 32 Lampiran 1. Data Penggunaan Obat pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014 Ranitidin 500 3x500 2x400 1. 835170 L/34 th Ulcer Metronidazol 50 /amp

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sangat ditunjang oleh pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI Oleh : CANTIKA NUKITASARI K100130065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) adalah masalah kesehatan utama di dunia yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya hormon insulin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti. Metode ini merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam, sub bagian Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bersifat non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien diare di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah

Lebih terperinci

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu. BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Sekitar 10-40% anggaran kesehatan di dunia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Sewon 2 Bantul telah ditemukan sebanyak 36 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi maupun eksklusi. Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup tinggi meskipun terapi pengobatan dan pencegahan terhadap kejadian infeksi semakin berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif menggunakan desain pendekatan prospektif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Choirul Anik Nuryati M

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Choirul Anik Nuryati M ANALISIS PERESEPAN OBAT ANTIDIABETES BERDASARKAN KETEPATAN DOSIS PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTLASI RAWAT JALAN RSUD DR. MOEWARDI PERIODE MARET 2014-MARET 2015 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan pengambilan data dilakukan dengan pendekatan retrospektif melalui penelusuran terhadap

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARIDESEMBER 204 NASKAH PUBLIKASI Oleh: ELDESI MEDISA ILMAWATI K 000038 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo Oleh: MAYA FEBRIANI NIM: 13612565 PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease ABSTRAK GAMBARAN PASIEN RAWAT INAP DIABETIC KIDNEY DISEASE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE OKTOBER 2010 SEPTEMBER 2011 Widyasanti, 2012; Pembimbing I : dr. Sylvia Soeng, M.Kes Pembimbing II : Dra.

Lebih terperinci

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2 INTISARI PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DI PUSKESMAS NOPEMBER BANJARMASIN Tria Shinta 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Dreiyani Abdi M 3 Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif

Lebih terperinci

Stara I pada K

Stara I pada K ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIDIABETIK METFORMIN DAN GLIMEPIRID PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD X TAHUN 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Stara

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Wahyudi 1, Aditya Maulana P.P, S.Farm.M.Sc., Apt.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat BAB I PENDAHULUAN I.A Latar Belakang Diabetes merupakan salah satu penyakit yang diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat dari 2.8% di tahun 2000 menjadi 4.4% di tahun 2030. Jumlah penderita

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005; I. PENDAHULUAN Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia dimana penyakit ini dapat menimbulkan gangguan ke organ-organ tubuh lainnya karena terjadi defisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Balita Rawat Inap di RSUD Kab Bangka Tengah Periode 2015

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual 3.1.1 Skema Kerangka Konseptual Pola Penggunaan Angiotensin Reseptor Bloker pada Pasien Stroke Iskemik Etiologi - Sumbatan pembuluh darah otak - Perdarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J HUBUNGAN ANTARA KADAR KREATININ DARAH DAN KADAR UREUM DARAH DENGAN KADAR GULA DARAH PADA KEJADIAN PENYAKIT NEFROPATI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk

Lebih terperinci

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No. PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN PERIODE 10 APRIL 30 MEI 2015 Halisah 1, Riza Alfian

Lebih terperinci

INTISARI POLA PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA DEPO GERIATRI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI POLA PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA DEPO GERIATRI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI POLA PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA DEPO GERIATRI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD ULIN BANJARMASIN Cici Paramitha 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ; Khairullah Azhar 3 Diabetes

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh orang di seluruh dunia. DM didefinisikan sebagai kumpulan penyakit metabolik kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Mengenali tanda-tanda awal penyakit diabetes mellitus menjadi sangat penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila timbul komplikasi, umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 Lisa Citra N. Kuluri 1), Fatimawali

Lebih terperinci

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah ABSTRAK Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah Dini Nur Muharromah Yuniati Diabetes melitus (DM) merupakan suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE 2016 Jones Vita Galuh Syailendra, 2014 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes. Pembimbing 2 : Budi Widyarto, dr.,

Lebih terperinci

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya Yessy Mardianti Sulistria Farmasi /Universitas Surabaya yessy.mardianti@yahoo.co.id Abstrak Diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif

Lebih terperinci