Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika
|
|
- Adi Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika (Rationality Use Antibiotics In Patients Diabetes Mellitus Type 2 with Diabetic Ulcer Complications) Septi Muharni 1* ; Nofri Hendri Sandi 1 ; Lestary Susanto 1 1Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau *Corresponding septi_muharni@yahoo.com ABSTRAK Pemilihan dan penggunaan terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan menentukan keberhasilan pengobatan untuk menghindari terjadinya resistensi. Penelitian telah dilakukan mengenai rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika di salah satu rumah sakit di Pekanbaru. Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptif analitik menggunakan data retrospektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika. Data yang digunakan berasal dari data rekam medis pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika. Penelitian rasionalitas ini dikaji berdasarkan tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat regimen (dosis, frekuensi, lama penggunaan, rute penggunaan), dan waspada efek samping obat. Hasil penelitian dari 27 kasus menunjukkan tepat indikasi sebesar 100%, tepat obat sebesar 92,6%, tepat pasien sebesar 95,4%, tepat dosis sebesar 83,1%, tepat frekuensi sebesar 83,1%, tepat rute pemberian sebesar 70,8%, waspada efek samping sebesar 100%. Kata Kunci: Rasionalitas, Antibiotik, Diabetes Mellitus, Ulkus Diabetik PENDAHULUAN Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi berbagai komplikasi akut maupun kronik (Maulana, 2009). Menurut survey yang dilakukan WHO (World Health Organization), Indonesia menempati urutan ke- 4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. WHO memprediksi kenaikan prevalensi diabetes mellitus di Indonesia dari 8,4 juta orang pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Anonim, 2009). Diabetes mellitus sering disebut the great imitator karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi akut maupun kronik. Salah satu komplikasi kronik diabetes mellitus adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insufisiensi dan neuropati, serta dapat berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis 28
2 untuk pertumbuhan kuman. Ulkus diabetika yang tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi yang semakin meluas dan dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi (Waspadji, 2006). Prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetika merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes mellitus. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2003 angka kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing 16% dan 25%. Nasib penyandang diabetes mellitus pasca amputasi pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun pasca amputasi dan 37% akan meninggal 3 tahun pasca amputasi (Waspadji, 2006). Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina Pekanbaru adalah rumah sakit swasta kelas B yang juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Di RSI Ibnu Sina penyakit diabetes mellitus tipe 2 merupakan 10 penyakit terbanyak, sedangkan untuk komplikasi ulkus diabetika merupakan komplikasi diabetes mellitus terbanyak ke-2. Berdasarkan data rekam medis RSI Ibnu Sina Pekanbaru pada tahun 2012 penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika sebesar 28% dan pada tahun 2013 sebesar 32%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan penderita ulkus diabetika dari tahun ke tahun. Untuk mengatasi masalah infeksi diperlukan pengobatan yang tepat, salah satunya menggunakan antibiotika. Antibiotika merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Tjay dan Rahardja, 2007). Di negara berkembang 30-80% penderita yang dirawat dirumah sakit mendapat terapi antibiotika. Dari persentase tersebut 20-65% penggunaannya dianggap tidak tepat (Lestari et al, 2011). Selain itu berdasarkan hasil penelitian rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien infeksi di instalasi rawat inap RSUD Undata Palu tahun 2012 didapatkan data rasionalitas tepat indikasi 96,5%, tepat obat 66,7%, tepat dosis 53%, tepat frekuensi pemberian antibiotika 53%, dan tepat durasi penggunaan antibiotika 49,4%, dari data tersebut penggunaan antibiotika pada pasien infeksi di instalasi rawat inap RSUD Undata Palu tahun 2012 belum dapat dikatakan rasional (Febrianto et al, 2013). Penggunaan antibiotika yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai permasalahan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotika, sehingga perlu diperhatikan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat regimen (dosis, frekuensi, lama pemberian dan rute pemberian) dan waspada efek samping (Anonim, 2008). Berdasarkan masalah di atas, penggunaan antibiotika pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika sangat perlu diperhatikan. Maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika di Instalasi Rawat Inap RSI Ibnu Sina Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotika meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat regimen (tepat dosis, frekuensi, lama pemberian dan rute pemberian) dan waspada efek samping pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika di Instalasi Rawat Inap RSI Ibnu Sina Pekanbaru selama 29
3 bulan Januari hingga Desember Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi rumah sakit terutama Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dalam meningkatkan terapi antibiotika pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan jenis studi deskriptif analitik menggunakan data retrospektif. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien yang mendapat terapi antibiotika pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika di RSI Ibnu Sina Pekanbaru. Populasi yang diambil adalah 68 data rekam medik pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika. Sampel yang diambil adalah 27 data rekam yang memenuhi kriteria inklusi. HASIL DAN DISKUSI Hasil penelitian rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina Pekanbaru tahun 2013, didapatkan hasil analisis data secara kuantitatif dan secara kualitatif. 1. Pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika berdasarkan derajat infeksi Analisa kuantitatif berdasarkan derajat ulkus diabetika adalah derajat sedang sebesar 15% dan derajat berat sebesar 85%. Dari data hasil penelitian derajat berat ulkus diabetika lebih banyak dibandingkan derajat sedang ulkus diabetika. Derajat infeksi ulkus diabetika menurut IDSA dibagi menjadi derajat infeksi ulkus ringan, sedang dan berat. Infeksi ulkus derajat ringan dilihat dari infeksi lokal hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan. Untuk infeksi ulkus diabetika derajat sedang dapat dilihat dari infeksi yang sudah melibatkan jaringan yang lebih dalam dari kulit dan jaringan subkutan (seperti selulitis, abses), sedangkan untuk infeksi ulkus diabetika derajat berat dilihat dari infeksi lokal dari derajat sedang yang disertai dengan suhu pasien yang >380C dan <360C, nadinya >90 kali/menit, pernapasan> 20 kali/menit dan sel darah putih > atau <4000 sel/ui (Lipsky et al, 2012). Berdasarkan hasil penelitian banyaknya pasien infeksi ulkus diabetika derajat berat dibandingkan infeksi ulkus derajat sedang dikarenakan pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan pasien rujukan dari Tabel 1. Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Ulkus Diabetika Berdasarkan Derajat Infeksi Ulkus Diabetika No Derajat Infeksi Ulkus Diabetika Jumlah 1 2 Sedang Berat 4 23 Total Persentase (%) n=27 14,8 85,2 30
4 puskesmas yang keadaannya tidak membaik bahkan semakin memburuk, sehingga diperlukannya penanganan yang intensif dan tepat. 2. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetik Tabel 2. Hasil Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetik Persentase (%) No Ketepatan Indikasi Jumlah n=27 Tepat Indikasi Tidak Tepat Indikasi Tepat Obat Tidak Tepat Obat ,6 7,4 3 Tepat Pasien Tidak Tepat Pasien ,4 4,6 4 Tepat Dosis Tidak Tepat Dosis ,1 16,9 5 Tepat Frekuensi Tidak Tepat Frekuensi ,1 16,9 6 Tepat Rute Pemberian Tidak Tepat Rute Pemberian ,8 29,2 7 Waspada Efek Samping Tidak Waspada Efek Samping Total Penggunaan obat yang rasional adalah dimana pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri, untuk suatu periode waktu yang adekuat. Kriteria rasionalitas meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat regimen (dosis, frekuensi, lama pemberian, rute pemberian), dan waspada efek samping. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat menyebabkan masalah terutama resistensi terhadap antibiotika (Anonim b, 2008). Pada penelitian ini akan dinilai dan dibahas tentang rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika sebanyak 27 pasien. 1. Tepat Indikasi Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2008, tepat indikasi berarti obat yang diberikan sesuai dengan indikasi atau sesuai dengan gejala yang dialami pasien. Indikasi pemakaian obat secara khusus adalah indikasi medis bahwa intervensi dengan obat memang diperlukan dan telah diketahui memberikan manfaat terapeutik (Anonim, 2008). IDSA mengeluarkan pedoman tentang antibiotika 31
5 untuk ulkus diabetika, dimana IDSA memberikan antibiotika berdasarkan derajat infeksi ulkus diabetika. Derajat infeksi ulkus diabetika dibagi menjadi infeksi derajat ringan, derajat sedang dan derajat berat. Derajat infeksi ulkus diabetika baik derajat ringan, sedang dan berat harus mendapatkan terapi antibiotika (Lipsky et al, 2012). Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang mudah berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman. Ulkus diabetika kalau tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi yang segera meluas dan dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi. Sehingga untuk mengatasai masalah tersebut diperlukannya pengobatan dengan antibiotika (Waspadji, 2006). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tepat indikasi sebesar 100% yang artinya 27 pasien tersebut dikatakan tepat indikasi. Pasien ini dikatakan tepat indikasi dilihat dari pemeriksaan fisik seperti suhu, pernapasan, dan nadinya serta dilihat dari pemeriksaan laboratorium yaitu leukosit pasien. Dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium menunjukkan bahwa semua pasien memerlukan terapi antibiotika. Dilihat dari data pasien semuanya mendapatkan antibiotika, sehingga semua pasien dikatakan tepat indikasi. 2. Tepat Obat Tepat obat (antibiotika) adalah dimana antibiotika yang digunakan efektif artinya dapat memberikan perbaikan keadaan pasien (yang dievaluasi pada jam untuk melihat apakah bakteri penyebab infeksi sensitif atau tidak terhadap antibiotika), kemudian antibiotika yang digunakan harus lebih besar manfaat dari pada resiko seperti efek samping atau pun toksisitasnya, sesuai dengan terapi empiris dan sesuai berdasarkan standar IDSA (Anonim, 2008). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tepat obat sebesar 92,6% dan tidak tepat obat sebesar 7,4%. Pasien ini dikatakan tepat obat karena antibiotika yang digunakan memberikan perbaikan keadaan pasien (yang dievaluasi pada jam untuk melihat apakah bakteri penyebab infeksi sensitif atau tidak terhadap antibiotika) hal ini dilihat dari data pemeriksaan fisik dan laboratorium. Kemudian antibiotika yang digunakan manfaatnya lebih besar daripada resikonya yang dilihat dan ini dapat dilihat dari efektifitas antibiotika yang memberikan perbaikan keadaan pasien, dimana ini merupakan bentuk manfaat dari penggunaan antibiotika tersebut, kemudian sesuai terapi empiris dan sesuai dengan standar IDSA. Kemudian tidak tepat obat sebesar 7,4%, pasien mendapatkan antibiotika metronidazol dan levofloksasin dengan sefotaksim. Kedua antibiotika ini dianggap tidak tepat karena antibiotika ini tidak memberikan perbaikan keadaan pasien dilihat dari fase evaluasi jam, kemudian antibiotika ini tidak memberikan manfaat yang lebih besar dilihat dari tidak terjadinya perubahan klinis dan laboratorium dari data pasien, dan antibiotika ini juga tidak sesuai dengan standar IDSA sehingga pada pasien ini dianggap tidak tepat obat. 3. Tepat Pasien Tepat pasien artinya antibiotika yang diberikan tidak kontraindikasi terhadap pasien dan ada atau tidak adanya kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis (Anonim b, 2008). Ketepatan pasien dapat dilihat dan dinilai dari riwayat penyakit terdahulu (RPD) 32
6 yang pernah dialami pasien dan dilihat dari kontraindikasi antibiotika yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tepat pasien sebesar 95,4% dengan jumlah 62 antibiotika yang digunakan tidak kontraindikasi terhadap pasien. Sedangkan tidak tepat pasien didapatkan 4,6% dengan jumlah 3 antibiotika. Ketiga antibiotika ini tidak dapat dilakukan penilaian karena pada pasien yang mendapatkan antibiotika ini yaitu pasien no 11 dan 26 sudah dikatakan tidak tepat obat, sehingga tidak bisa lagi untuk menilai tepat pasien. 4. Tepat Regimen ( Dosis, Frekuensi, Lama Pemberian, Rute Pemberian) a) Tepat dosis Tepat dosis adalah dimana pemberian besar dosis dilihat berdasarkan usia, fungsi hepar atau ginjal yang memerlukan penyesuaian dosis (Anonim, 2008). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tepat dosis sebesar 83,1% dengan jumlah 53 antibiotika. Antibiotika yang digunakan tersebut dikatakan tepat karena sudah sesuai dengan standar dosis yang digunakan yaitu DIH. Sedangkan tidak tepat dosis didapat sebesar 16,9% dengan jumlah 12 antibiotika. Antibiotika ini dikatakan tidak tepat dosis dikarenakan levofloksasin yang diberikan pada pasien 1000 mg/hari sedangkan berdasarkan DIH dosis levofloksasin adalah mg/hari. Penggunaan dosis berlebih ini akan mengakibatkan resiko efek samping yang tidak diinginkan pada pasien. b) Tepat Frekuensi Tepat frekuensi tergantung pada waktu paruh antibiotika yang digunakan (Anonim b, 2008). Pemberian antibiotika yang tidak tepat frekuensi baik yang kurang ataupun lebih akan menimbulkan efek merugikan bagi pasien. Pemberian antibiotika dengan frekuensi yang kurang dapat menyebabkan resistensi bakteri karena ketidakmampuan antibiotika mencapai kadar hambat minimum bakteri dalam darah. Sedangkan jika pemberian melebihi frekuensi akan meningkatkan resiko efek samping yang tidak diinginkan (Anonim, 2011). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tepat frekuensi sebesar 83,1% dengan jumlah 53 antibiotika. Antibiotika yang digunakan frekuensinya sudah sesuai dengan standar DIH. Sedangkan untuk tidak tepat frekuensi didapatkan sebesar 16,9% dengan jumlah 12 antibiotika. Antibiotika ini tidak dapat dilakukan penilaian karena pada pasien yang mendapatkan antibiotika ini sebelumnya sudah dikatakan tidak tepat obat, sehingga tidak bisa lagi untuk menilai tepat pasien. c) Tepat Lama Pemberian Lama pemberian antibiotika sangat penting dikarenakan jika suatu antibiotika tidak bekerja sesuai dengan lama penggunaannya akan mengakibatkan toleransi pada mikroorganisme yang belum tuntas dimusnahkan sehingga menjadi bakteri resisten (Mutschler, 1991; Setiabudy, 2012). Menurut pedoman yang dikeluarkan IDSA tahun 2012 tentang tatalaksana antibiotika pada infeksi ulkus diabetika, lama pemberian atau penggunaan antibiotika dibagi berdasarkan derajat infeksi ulkus diabetika yaitu untuk derajat ringan lama penggunaannya 1-2 minggu, untuk ulkus derajat sedang selama 1-3 minggu, dan untuk ulkus derajat berat selama 2-4 minggu (Lipsky et al, 2012). Berdasarkan hasil penelitian ini penilaian untuk lama pemberian antibiotika tidak dapat dilakukan, hal ini karena keterbatasan penelitian ini. Dimana dilihat dari lama rawat inap pasien rata rata tidak sampai 2 minggu, sedangkan sebagian besar pasien 33
7 dengan infeksi ulkus diabetika derajat berat yang lama pemberian antibiotika selama 2 4 minggu dan antibiotika yang dibawa pulang oleh pasien tidak diketahui. Sehingga untuk lama pemberian antibiotika pada penelitian ini tidak dapat dilakukan penilaian. d) Tepat Rute Pemberian Rute pemberian antibiotika tergantung beratnya gejala klinis pasien dan kemampuan pasien untuk meminum obat secara oral (Anonim, 2011). Rute pemberian yang didapatkan dari data penelitian ini adalah rute oral dan rute parenteral. keuntungan rute parenteral adalah mempunyai efek yang cepat, menghindari ketidakpatuhan saat penggunaan antibiotika karena sediaan parenteral selalu diberikan oleh perawat, dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar, muntah-muntah, tidak kooperatif, dan sangat berguna untuk keadaan darurat. Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan IDSA tahun 2012 tentang tatalaksana antibiotika pada infeksi ulkus diabetika, rute pemberian antibiotika dibagi berdasarkan derajat infeksi ulkus diabetika yaitu untuk derajat ringan dan sedang adalah secara oral, sedangkan untuk ulkus derajat berat adalah secara parenteral (Lipsky et al, 2012). Dari hasil penelitian didapatkan tepat rute pemberian sebesar 70,8% dengan jumlah 46 antibiotika. Antibiotika ini dikatakan tepat rute pemberian karena berdasarkan derajat infeksi ulkus diabetika, pasien mendapatkan rute pemberian yang sesuai dengan standar IDSA. Sedangkan tidak tepat rute pemberian didapat sebesar 29,2% dengan jumlah 19 antibiotika. Antibiotika ini dikatakan tidak tepat rute pemberian karena berdasarkan standar IDSA pasien dengan derajat sedang harusnya diberikan secara oral tetapi diberikan secara parenteral, dan pasien dengan derajat berat berdasarkan IDSA diberikan secara parenteral tetapi pada pasien diberikan secara oral. Sehingga penggunaannya menjadi tidak tepat rute pemberian. 5. Waspada efek samping Waspada efek samping artinya waspada terhadap ada tidaknya faktor konstitusi terjadinya efek samping (Anonim, 2008). Waspada efek samping ini dilihat dari data riwayat alergi pasien. Berdasarkan antibiotika yang digunakan semua memiliki efek samping hipersensitivitas. Pada data rekam medis pasien terdapat kolom riwayat alergi. Jika pasien memiliki riwayat alergi, maka dokter akan menuliskan alergi pasien pada kolom tersebut dan jika pasien tidak memiliki riwayat alergi kolom tersebut diberi tanda minus (-). Adanya data riwayat alergi pada pasien sudah menunjukkan waspada efek samping. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan waspada efek samping sebesar 100%, karena pasien ini tidak memiliki riwayat alergi karena pada data pasien kolom riwayat alergi diberi tanda minus (-), sehingga ini dikatatakan waspada efek samping. KESIMPULAN Dari hasil penelitian rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru tahun 2013 didapatkan tepat indikasi 100%, tepat obat 92,6%, tepat pasien 95,4%, tepat dosis 83,1%, tepat frekuensi 83,1%, tepat rute pemberian 70,8%, dan waspada efek samping 100%, dan dari data tersebut penggunaan antibiotika pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru belum dapat dikatakan rasional. 34
8 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008, Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Kader, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2009, Synopsis of Diabetes Mellitus, World Health Organization, Departement of Medicine, Geneva. Anonim, 2011, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2406/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Febrianto, A.W., Mukaddas A., Faustine I., 2013, Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu Tahun 2012, Online Jurnal of Natural science Vo.2(3): Lestari W., Almahdy A., Zubir N., Darwin D., 2011, Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gyysens di Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR.M.Djamil Padang, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 2, Agustus 2011, Lipsky, B.A., Berendt, A.R., Cornia, P.B., Pile, J.C., Peters, E.J.G., Armstrong, D.G., Deery, H.G., Embil, J.M., Joseph, W.S., Karchmer, A.W., Pinzur, M.S.,Senneville, E., 2012, Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections, IDSA Guidelines, Amerika Serikat. Maulana, M., 2009, Mengenal Diabetes Mellitus Panduan Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis, Penerbit Kata Hati, Yogyakarta. Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat (Edisi:5), Penerbit ITB, Bandung. Setiabudy, R., 2012, Farmakologi dan Terapi (Edisi:5), Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. Tjay, T. H., dan Rahardja K., 2007, Obat-Obat Penting Edisi VI, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta. Waspadji, S., 2006, Kaki Diabetes, Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV, Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. 35
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terjadi di seluruh dunia dan terus menerus mengalami peningkatan yang signifikan.menurut Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM), kini menjadi ancaman yang serius bagi umat manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2013 - JUNI 2014 Fahijratin N.K.Mantu 1), Lily Ranti Goenawi 1),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes mellitus (DM) adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel terhadap insulin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi penyebab kematian yang lebih umum bila dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi di negara sedang berkembang. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi pasien dengan diabetes melitus. Penyembuhan luka yang lambat dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
Lebih terperinciNidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan
Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan dengan Penyakit Gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis telah menjadi beban besar sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena morbiditas DM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Sekitar 10-40% anggaran kesehatan di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2008).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 menyatakan bahwa terdapat 3,2 juta penduduk dunia meninggal karena penyakit diabetes mellitus (DM) setiap tahunnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau. gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) atau biasa yang disebut penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek terus berkembang meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kronik yang cukup banyak dijumpai dewasa ini adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik (kadar gula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin
Lebih terperinci*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten
HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DAN KADAR GULA DARAH DENGAN TERJADINYA ULKUS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Saifudin Zukhri* ABSTRAK Latar Belakang : Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) adalah masalah kesehatan utama di dunia yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya hormon insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart & Sundeen, 2005). Diabetes
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat secara signifikan menjadi lebih dari 5 juta pada tahun
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus atau kencing manis salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya
Lebih terperinciKEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 I Made Mertha I Made Widastra I Gusti Ayu Ketut Purnamawati Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar Email: mertha_69@yahoo.co.id Abstract
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN
RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat, lemak, protein sebagai hasil dari ketidakfungsian insulin (resistensi insulin), menurunnya fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan di bidang sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup khususnya di daerah perkotaan di Indonesia, jumlah penyakit degeneratif khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian secara global. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah disertai dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian
Lebih terperincidalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.
BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,
Lebih terperinciHubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta
LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang berada di saluran kemih manusia. Organ-organ pada saluran kemih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus adalah sebuah penyakit yang timbul jika terjadi kelainan pada fungsi - fungsi tubuh tertentu yang memanfaatkan karbohidrat, lemak dan protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat penanganan yang seksama. Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat. World
Lebih terperinciTruly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak
EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit serius yang harus diatasi terutama di negara berkembang. Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolik terutama metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin dari sel beta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asuhan kefarmasian atau disebut pharmaceutical care merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam aspek pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Asuhan kefarmasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu jenis penyakit menahun, yang angka kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, yang menimbulkan konsolidasi paru
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H
HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia. Penyakit DM dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit degeneratif seperti jantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih merupakan kumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang tandai oleh gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang diikuti oleh komplikasi mikrovaskuler.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana terdapat
Lebih terperinci2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.
BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciPENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU
1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun
Lebih terperincidalam tubuh seperti penyakit kardiovaskuler, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal (Corwin, 2007). Penderita DM rentan mengalami infeksi yang
BAB 1 PENDAHULUAN Gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan praktis, seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih ini menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap pola perilaku di masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat tidak terbentuknya insulin oleh sel-β pankreas atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA
EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA Yosi Febrianti 1*, Nurul Ambariyah 2, dan Chichi Kartika Haliem 1 1 Program Studi Profesi Apoteker,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh (1). Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Chang, Daly,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan untuk mengatasi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat substansial, mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan di suatu daerah dan juga keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang insidensinya semakin meningkat. Sebanyak 346 juta orang di dunia menderita diabetes, dan diperkirakan mencapai
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang
Lebih terperinci