BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa salah satu keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari adanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa salah satu keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari adanya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh koneksi politik suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan begitu penting untuk memahami hubungan antara politisi dengan perusahaan serta pengaruhnya terhadap efisiensi alokasi sumber daya dalam perekonomian. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari adanya pengaruh lingkungan politik. Tujuan dari politik adalah untuk merumuskan kebijakan publik termasuk untuk kepentingan dunia bisnis. Sebaliknya, dunia bisnis dapat menunjang politik suatu negara, maka dapat dikatakan bahwa bisnis dan politik merupakan dua hal yang saling berkaitan. Dari hubungan antara bisnis dan politik seperti yang telah dijelaskan di atas muncul istilah perusahaan terkoneksi politik. Menurut Faccio (2006), suatu perusahaan dikatakan memiliki koneksi politik apabila setidaknya satu dari pemegang saham terbesar perusahaan (yaitu siapa pun baik secara langsung maupun tidak langsung mengendalikan 10% suara) atau jajaran direksi adalah seorang anggota parlemen, seorang menteri, atau seorang kepala negara, atau merupakan seseorang yang memiliki hubungan erat dengan politisi. Pendapat tersebut di dukung oleh Purwoto (2011) yang mendefinisikan bahwa perusahaan terkoneksi politik ialah perusahaan yang dengan cara-cara tertentu mempunyai ikatan secara politik atau mengusahakan adanya kedekatan dengan politisi atau pemerintah. 1

2 Menurut teori berbasis sumber daya perusahaan, nilai koneksi politik terutama didorong oleh hubungan dengan pemerintah, yang membantu perusahaan untuk mendapatkan sumber daya kunci dan dengan demikian meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan swasta yang beroperasi di lingkungan kelembagaan yang lemah dan yang kurang berhubungan politik dengan pemerintah, dengan memiliki manajemen yang terhubung secara politik membantu mereka untuk mengatasi pasar dan hambatan kelembagaan dan mencari manfaat yang menguntungkan dari pemerintah (Li et al., 2008). Berdasarkan teori keagenan, manajemen terhubung secara politik mungkin terkait dengan beban kebijakan di dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebagai pemilik utama, pemerintah memiliki kekuasaan untuk campur tangan dalam operasi BUMN, dan memiliki insentif untuk melakukannya dalam bentuk mengejar tujuantujuan politik dan sosial, seperti mengurangi pengangguran. Pemerintah biasanya menunjuk manajemen yang memiliki koneksi politik yang akan memprioritaskan keselarasan tujuan perusahaan dengan tujuan pemerintah daripada memaksimalkan nilai perusahaan.koneksi politik manajemen di perusahaan swasta umumnya memainkan peran berbeda dengan manajemen di BUMN. Di perusahaan swasta, manajemen ini membantu perusahaan untuk mendapatkan perlakuan yang menguntungkan dari pemerintah, sedangkan di BUMN, mereka menerima sedikit bantuan dari pemerintah melainkan memikul beban melaksanakan kebijakan pemerintah. 2

3 Dalam persektif teori keagenan, sering terjadi konflik antara principal dengan agen. Pada perusahaan milik negara, pemerintah bisa disebut sebagai principal sedangkan manajemen disebut sebagai agen. Untuk mengatasi masalah konflik tersebut biasanya pihak pemerintah menempatkan dewan komisaris yang terdiri dari presiden komisaris, komisaris independen dan anggota, untuk mengawasi jalannya kegiatan bisnis perusahaan. Keberadaan komisaris independen sangat diperlukan dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan dewan komisaris. Secara langsung, keberadaan komisaris independen menjadi penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan usahanya (Amri, 2011). Dewasa ini, pengaruh kepemilikan dan pengawasan didalam suatu perusahaan menjadi bahasan yang menarik. Dalam penelitian Yonnedy (2009), dewasa ini literatur keuangan berfokus pada dua isu penting, yaitu mekanisme kepemilikan dan kontrol. Dengan adanya isu tersebut mendorong perusahaan untuk menerapkan good corporate governance yang diyakini memiliki dampak positif pada nilai perusahaan. Oleh karena itu, hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja perusahaan telah menjadi isu yang menarik bagi kalangan akademisi, investor dan pembuat kebijakan, karena dengan mekanisme good corporate governance sebagai alternatif dengan kepemilikan pemerintah berfungsi sebagai mekanisme kontrol. 3

4 Koneksi politiksering terjadi di negara-negara berkembang dengan perlindungan hak milik lemah, termasuk salah satunya di Indonesia (Fisman, 2001; Berkman, 2010). Fenomena koneksi politik di Indonesia terjadi sejak rezim Soeharto, menurut Fisman (2001), bahwa bisnis dan koneksi politik bukanlah hal yang baru. Hal ini dapat dilihat dari rekam jejak mengenai hubungan antara perusahaan dan politisi yang kuat mulai pada era Presiden Soeharto, dan masih terus berlanjut setelah reformasi. Lebih lanjut, koneksi politik tampak jelas pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, dengan mengangkat komisaris BUMN yang berasal dari partai politik ataupun relawan untuk menduduki jabatan sebagai komisaris BUMN. Pengangkatan komisaris BUMN ini, banyak menuai pro kontra, karena dilatar belakangi oleh politik bagi kekuasaan. Hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan birokrat dalam mengawasi perusahaan, karena penunjukkan ini dikhawatirkan akan mengejar tujuan sosial atau keuntungan pribadi atas biaya perusahaan, yang berakibat akan mengurangi nilai perusahaan. Fenomena adanya campur tangan politik saat ini tidak hanya diperusahaan milik negara, akan tetapi telah menular ke perusahaan swasta, dengan banyaknya pemilik perusahaan swasta yang terjun ke politik. Misalnya, pemilik LION AIR, Rusdi Kirana yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Adanya hubungan pejabat BUMN dengan penguasa menjadikan BUMN menjadi sasaran empuk untuk menjadi sapi perah. Perusahaan pelat merah itu dijadikan tambang uang ilegal. Kecenderungan tersebut tidak hanya membuat BUMN sulit berkembang secara bisnis, tetapi juga turut melestarikan praktik korupsi. Dalam 4

5 penelitian Carney & Child (2013) korupsi tetap menjadi salah satu permasalahan utama hingga sekarang, salah satunya di BUMN yang dianggap sebagai sapi perah oleh partai politik. Hal ini tentunya dapat merugikan perekonomian, karena BUMN merupakan salah satu unsur penting bagi perekonomian Indonesia karena memberikan kontribusi langsung dari produk dan layanan mereka untuk APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan berkontribusi langsung dari realisasi fungsi sosial mereka untuk kemakmuran di Indonesia (Djajanto, 2007). Kasus hambalang merupakan contoh paling aktual dan faktual soal dugaan korupsi yang melibatkan penguasa, pengusaha, dan pimpinan partai yang berkuasa. Penguasa pemilik proyek bermain mata dengan politisi yang mempunyai otoritas anggaran di DPR, dan pengusaha rela merogoh kocek dalam-dalam untuk memuluskan proyek. Kasus Hambalang saat ini sedang diusut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dengan nilai total proyek Hambalang mencapai Rp 2,5 triliun. Selain terjadi di negara berkembang, dewasa ini koneksi politik telah terjadi di negara maju, seperti Amerika Serikat. Misalnya, dalam penelitian terbaru oleh Goldman dan Rocholl (2009) mengenai analisis respon terhadap kemenangan Partai Republik pada pemilihan Presiden AS tahun 2000 yang menunjukkan bahwa perusahaan yang terhubung dengan Partai Republik mengalami peningkatan nilai saham. Sebaliknya, perusahaan yang terhubung dengan Partai Demokrat mengalami penurunan nilai saham serta pengumuman nominasi dewan terhubung politik mengarah positif pada abnormal return saham. 5

6 Efek dari koneksi politikterhadap kinerja perusahaan telah banyak diteliti dan telah menjadi isu global, serta menghasilkan temuan yang beragam. Bukti menunjukkan bahwa koneksi politik di suatu perusahaan memiliki beberapa manfaat. Misalnya,eksekutif dan dewan komisaris yang memiliki koneksi politik telah membantu perusahaan memperoleh pinjaman dari bank (Liu& Wong, 2009; Khwaja & Mian, 2005), akses yang lebih mudah untuk mendapatkan modal dari pemerintah (Claessens, 2008), perlakuan pajak yang menguntungkan (Adhikari et al, 2006; Faccio, 2006), preferensi peraturan yang menguntungkan bagi perusahaan (Bunkanwanicha & Wiwattanakantang, 2009; Faccio, 2006) dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan (Li et al., 2008;Goldman et al.,2009; Fisman, 2001; Ding et al., 2014). Bukti lain menunjukkan hal yang berlawanan bahwa perusahaan yang terhubung politik memiliki kinerja yang negatif dibandingkan pesaingnya ( Fan et al., 2007; Francis et al., 2009; Sobel, 2014). Penelitian Fan et al. (2007) meneliti koneksi politikterhadap nilai perusahaan di Cina dan menyimpulkan bahwa koneksi politiktidak menguntungkan karena berpengaruh negatif terhadap penawaran umum baik sebelum dan sesudah Initial Public Offering (IPO). Selain itu, birokrat dan politisi mengekstrak sumber dari perusahaan milik negara yang berada di bawah kendali mereka untuk memenuhi tujuan yang tidak konsisten dengan memaksimalkan nilai perusahaan. Francis et al. (2009) menyebutkan bahwa perusahaan diperlakukan sebagai sapi perah ketika pihak eksekutif terhubung politik dan hubungan politik pihak eksekutif perusahaan mungkin telah memfasilitasi transfer kekayaan kepada pemegang saham melalui transaksi dengan pihak terkait. 6

7 Secara bukti empiris, peran yang dimainkan oleh kepemilikan pemerintah masih kontroversial. Studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa perusahaanperusahaan dengan kepemilikan publik (swasta) akan lebih baik dibanding BUMN karena mereka lebih efisien (La Porta, Lopez & Shleifer 2002; Wang et al. 2008). Orden dan Garmendia (2005) meneliti hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja perusahaan pada perusahaan Spanyol dengan hasil bahwa perusahaan dengan struktur kepemilikan pemerintah menunjukkan dampak negatif terhadap kinerja. Namun, sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah benar-benar dapat meningkatkan kinerja (Bai, & Zhang, 2004; Tian & Estrin, 2008; Wang, Xu, & Zhu, 2004). Ding et al. (2014) menyebutkan pengaruh politik dari aspek kepemilikan pemerintah memilikipengaruh positif terhadapkinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh politik dari aspek kepemilikan pemerintah menyediakan platform yang sangat diperlukan bagi para eksekutif yang terhubung secara politik untuk menerima manfaat yang menguntungkan dengan adanya kebijakan dari pemerintah. Dari segi literatur empiris, hubungan dewan komisaris dan manajemen yang terhubung politik dengan kinerja perusahaan menghasilkan hasil yang beragam. Hasil penelitian Wu et al. (2012) menunjukkan adanya efek positif koneksi politikdewan komisaris maupun Chief Executive Officer (CEO) terhadap kinerja di perusahaan swasta. Akan tetapi hal ini kontras dengan penelitian olehboubakri et al. (2008) dan Menozzi et al. (2010) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan dewan yang terhubung secara politik tidak memiliki insentif manajerial untuk memaksimalkan 7

8 kekayaan pemegang saham dan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan setelah privatisasi. Hal ini diperjelas dalam penelitian Fan et al. (2007)menemukanbukti efek negatif dari CEO terhubung politik pada kinerja perusahaan dan tata kelola perusahaan publik di Cina, karena para birokrat dan politisi mengekstrak sumber dari BUMN yang terdaftar di bawah kendali mereka untuk memenuhi tujuan yang tidak konsisten dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Di Indonesia,penelitian mengenai pengaruh koneksi politik terhadap kinerja perusahaanmasih sedikit. Beberapa penelitian mengenai koneksi politik yang telah dilakukan di Indonesia antara lain oleh Purwoto (2011) yang meneliti pengaruh koneksi politik, kepemilikan pemerintah, dan ketidakjelasan laporan keuangan terhadap kesinkronan dan risiko crash harga saham. Wijantini (2007) meneliti hubungan antara koneksi politik dan biaya tidak langsung dari financial distress. Rizqi (2008) meneliti mengenai expectation gap pada audit partai politik. Wulandari (2012) menganalisis pengaruh koneksi politik dan struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan. Wirawan (2014) meneliti dominasi dari kepemilikan keluarga, hubungan politik berpengaruh pada penerapan dan praktik tata kelola perusahaan serta pemilihan anggota direksi dan komisaris di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, masih terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh politik terhadap kinerja perusahaan, baik dari kepemilikan pemerintah maupun dari dewan komisaris dan manajemen. Ketidakkonsistenan dan masih jarangnya penelitian mengenai dampak koneksi politik terhadap kinerja 8

9 perusahaan di Indonesia mendorong peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai PENGARUH KONEKSI POLITIK TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE ). 1.2 Perumusan Masalah Bisnis dan koneksi politik merupakan dua hal yang saling berkaitan. Politik bertujuan untuk merumuskan kebijakan publik suatu negara meliputi juga kebijakan bagi perusahaan yang ada di negara tersebut. Oleh karena itu, keberhasilan bisnis yang dijalankan oleh sebuah perusahaan sebagian bergantung pada politik negara di mana perusahaan tersebut didirikan. Selain itu, koneksi politikbagaikan pedang bermata dua. Hal tersebut dapat meningkatkan atau justru membahayakan nilai perusahaan. Menurut Vermonte (2012),timbul hubungan timbal balik antara partai politik dengan perusahaan atau individu bermodal besar. Hubungan tersebut bermula dari pendanaan yang dibutuhkan dari partai politik perlu disokong dari dunia usaha dengan imbalan yang dapat berupa tender proyek pemerintah, peraturan pemerintah, penegakan peraturan yang berlaku, atau kebijakan pemerintah yang memudahkan bagi bisnis tertentu. Di tinjau dari segi teori dan bukti empiris, masih minimnya literatur yang membahas mengenai dampak koneksi politik diukur dari jenis kepemilikan pemerintah terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan-perusahaan dengan kepemilikan publik (swasta) akan lebih baik dibanding BUMN karena mereka lebih efisien (La Porta, 9

10 Lopez & Shleifer 2002; Wang et al. 2008). Orden dan Garmendia (2005) meneliti hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja perusahaan pada perusahaan Spanyol dengan hasil bahwa perusahaan dengan struktur kepemilikan pemerintah menunjukkan dampak negatif terhadap kinerja. Namun, sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah benar-benar dapat meningkatkan kinerja (Bai, & Zhang, 2004; Tian & Estrin, 2008; Wang, Xu, & Zhu, 2004). Ding et al. (2014) menyebutkan pengaruh politik dari aspek kepemilikan pemerintah memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh politik dari aspek kepemilikan pemerintah menyediakan platform yang sangat diperlukan bagi para eksekutif yang terhubung secara politik untuk menerima manfaat yang menguntungkan dengan adanya kebijakan dari pemerintah. Dari segi literatur empiris, hubungan dewan komisaris dan manajemen yang terhubung politik dengan kinerja perusahaan menghasilkan hasil yang beragam. Penelitian Wu et al. (2012) mengenai efek koneksi politik pada kinerja BUMN dan perusahaan swasta, menunjukkan hasil bahwa adanya efek positif koneksi politikdewan komisaris maupun Chief Executive Officer (CEO) terhadap kinerja di perusahaan swasta. Li et al. (2008) menyebutkan mempekerjakan eksekutif terhubung secara politik adalah cara yang layak dan efektif untuk perusahaan-perusahaan swasta untuk mengatasi pasar dan mengurangi kerugian serta memperoleh perlakuan yang baik dari pemerintah yang pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi, hal ini kontras dengan penelitian oleh Menozzi et al. (2010) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan dewan yang terhubung secara politik tidak memiliki insentif 10

11 manajerial untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan setelah privatisasi. Dalam penelitian Suharjono (2015) dan Sobel (2014) menyebutkan bahwa perusahaan dengan salah satu atau lebih dewan direksi atau komisaris terlibat politik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE perusahaan. Dengan demikian, masih terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh politik dari aspek kepemilikan pemerintah maupun dari dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini juga meneliti mengenai interaksi pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah dengan pengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh interaksi ini dirasa penting dikarenakan dari bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan pemerintah terhadap kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten, sehingga dimungkinkan ada variabel lain yang mempengaruhi, yaitu komisaris independen. Dalam hal ini, komisaris independen memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan melalui fungsi pengawasan terhadap jalannya operasional perusahaan. Pengaruh interaksi ini dirasa akan lebih kuat, karena menurut teori berbasis sumber daya nilai koneksi politik terutama didorong oleh hubungan dengan pemerintah, perusahaan BUMN yang memiliki hubungan langsung dengan pemerintahakan memiliki status yang istimewa dalam memperoleh pinjaman bank dan sumber kunci lainnya yang membantu perusahaan untuk mendapatkan sumber daya kunci untuk meningkatkan nilai perusahaan dan komisaris independen yang terkoneksi politik akan menambah manfaat yang mempermudah dalam mendapat sumber daya kunci dari 11

12 pemerintah tersebutserta melakukan fungsi pengawasan terhadap jalannya operasional perusahaan, sehingga peneliti berpendapat bahwa pengaruh akan lebih kuat. Hal ini diperkuat dalam penelitian Ding (2014) yang menyimpulkan bahwa efek interaktif antara pengaruh politik dari kepemilikan pemerintah dan pengaruh politik dari manajemen terhadap kinerja tampaknyamenunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah menyediakan platform yang sangat diperlukan bagi para eksekutif yang terhubung secara politik untuk menerima manfaat yang menguntungkan, dan dengan demikian mencapai kinerja yang lebih baik. Dengan adanya pengaruh interaksi ini diharapkan dapat diketahuiseberapa banyak manfaat yang diterima oleh perusahaan tersebut dari pemerintahketika suatu perusahaan dimiliki oleh pemerintah dengan komisaris independen yang terkoneksi politik. Berdasarkan uraian diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikanpemerintah memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan? 2. Apakah pengaruh koneksi politik dari aspek komisarisindependen memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan? 3. Apakah interaksi pengaruh antara pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah dengan aspek komisaris independen memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian 12

13 Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris adanya pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan dan komisaris independen terhadap kinerja. Secara rinci, tujuan penelitian adalah sebagai berikut ini. a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah terhadap kinerja perusahaan b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen terhadap kinerja perusahaan c. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi pengaruh antara pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah dengan aspek komisaris independen terhadap kinerja perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya berikut ini Bagi Akademisi Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian tentang koneksi politik dan kinerja perusahaan Bagi investor Bagi para investor, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam pertimbangan pengambilan keputusan investasi. Dengan dana yang ada, apakah 13

14 nantinya investor cenderung melakukan investasi pada perusahaan yang terkoneksi politik atau pada perusahaan yang tidak terkoneksi politik Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat sebagai acuan untuk menilai kinerja perusahaan, terutama kinerja perusahaan yang mempunyai koneksi politik. 14

(Tempo.co, 4 Juni 2012) mengatakan perusahaan perusahaan milik negara (BUMN) menjadi berantakan setelah dicampuri orang orang dari partai politik.

(Tempo.co, 4 Juni 2012) mengatakan perusahaan perusahaan milik negara (BUMN) menjadi berantakan setelah dicampuri orang orang dari partai politik. I. PENDAHULUAN Ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan ketidakstabilan politik pada akhir pemerintahan Soeharto menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak pasti, inflasi yang tinggi (77.63

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mencapai tujuan yang telah dibuat. Perusahaan yang dapat mencapai hampir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mencapai tujuan yang telah dibuat. Perusahaan yang dapat mencapai hampir BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kinerja Perusahaan Hasil kinerja perusahaan bisa dilihat dari seberapa jauh perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah dibuat.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab V terdiri dari kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian. pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian.

BAB V PENUTUP. Bab V terdiri dari kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian. pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian. BAB V PENUTUP Bab V terdiri dari kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Kesimpulan merupakan penyajian singkat mengenai hasil penelitian dan pembahasan, sedangkan saran merupakan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS 1. Kinerja Perusahaan Menurut Keats & Hitt (1988), kinerja merupakan konsep yang sulit, baik dari definisi maupun dari pengukurannya. Untuk mendapatkan hasil yang komprehensif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari pengaruh lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari pengaruh lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari pengaruh lingkungan di mana perusahaan tersebut didirikan. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. individu.

1.1 Latar Belakang. individu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan bisnis membutuhkan dukungan dari dunia politik.menurut Budiarjo (1982) definisi politik yaitu bermacammacam kegiatan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama bertahun-tahun, para ekonomi telah mengakui bahwa perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Selama bertahun-tahun, para ekonomi telah mengakui bahwa perusahaanperusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN Koneksi politik merupakan fenomena umum yang terjadi di berbagai negara. Karya besar Faccio (2006, 2007) di 47 negara telah membuktikan bahwa tidak ada satu negara pun di dunia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara Indonesia, isu mengenai tata kelola perusahaan mengemuka setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Sejak itulah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Sejalan dengan fungsi utama yang diinginkan dalam peraturan perpajakan yaitu fungsi anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpendapatan menengah ke bawah (The World Bank, 2015). Pemerintahan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berpendapatan menengah ke bawah (The World Bank, 2015). Pemerintahan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia, adalah salah satu negara berkembang dan termasuk negara berpendapatan menengah ke bawah (The World Bank, 2015). Pemerintahan Indonesia berbentuk Republik

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah menjadi isu hangat yang semakin berkembang di Indonesia. Konsep ini menjadi sering dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdana atau dikenal dengan Initial Public Offering (IPO) (Purbarangga dan

BAB I PENDAHULUAN. perdana atau dikenal dengan Initial Public Offering (IPO) (Purbarangga dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan perusahaan ketika menawarkan dan menjual sebagian sahamnya di pasar modal untuk pertama kali disebut sebagai penawaran umum perdana atau dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Political Connection Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia bisnis ditunjukan dengan tiga sumber potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan dituntut untuk gesit dalam mengembangkan inovasi dan strategi yang baru agar mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih dimiliki secara mayoritas atau dominan oleh keluarga pendiri perusahaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ekspansi dan pertumbuhan operasi yang berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ekspansi dan pertumbuhan operasi yang berkelanjutan. BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perusahaan membutuhkan sejumlah modal untuk pembiayaan kegiatan operasional dan investasi. Modal dalam jumlah yang besar merupakan hal yang vital bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aktivitas bisnis merupakan masalah kompleks yang sedang hangat dibicarakan di tengah-tengah usaha pemerintah untuk mengembalikan kestabilan dunia perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perekonomian di dunia telah berkembang tanpa mengenal batas negara karena pengaruh globalisasi. Setiap pemilik perusahaan multinasional saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya tuntutan publik terhadap lingkungan perusahaan yang jujur, bersih, dan bertanggung jawab. Masalah Corporate

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja perusahaan merupakan issue yang penting terutama di era globalisasi ini. Perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya tidak hanya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat yang membawa implikasi

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat yang membawa implikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Krisis keuangan global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan dampaknya

Lebih terperinci

Penelitian mengenai perusahaan keluarga telah beberapa dilakukan di Amerika Serikat. Dalam (Anderson dan Reeb, 2004), perusahaan keluarga mempunyai

Penelitian mengenai perusahaan keluarga telah beberapa dilakukan di Amerika Serikat. Dalam (Anderson dan Reeb, 2004), perusahaan keluarga mempunyai I. PENDAHULUAN Perusahaan keluarga merupakan salah satu dasar komunitas bisnis, mayoritas perusahaan di seluruh dunia dimiliki oleh keluarga (Burkart et al., 2003). Di Indonesia, lebih dari 90 persen bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada perusahaan korporasi yang relatif besar umumnya terdapat pemisahan fungsi pemilikan dan pengelolaan perusahaan. Pemegang saham mengalami kesulitan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan yaitu pihak pemilik dan pengelola, yang berkontribusi dalam modal, keahlian, serta tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nilai perusahaaan merupakan salah satu tolok ukur bagi investor dalam melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada setiap periode akuntansi, perusahaan akan mengungkapkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan catatan atas informasi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep Teori Keagenan (agency theory) menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan antara principal dan agen. Principal mempekerjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan operasionalnya. Saat ini semua perusahaan wajib membuat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan operasionalnya. Saat ini semua perusahaan wajib membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki rencana keuangan yang berbeda-beda di dalam kegiatan operasionalnya. Saat ini semua perusahaan wajib membuat laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari tahun 1959, pemerintah Indonesia dengan konfrontasi politiknya mulai mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Namun yang terjadi setelah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Good corporate governance (GCG) merupakan isu sentral di kalangan masyarakat bisnis terkini. Isu ini mulai muncul dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya dan meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Suatu perusahaan dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan pemegang saham. Dengan prinsip ini beberapa perusahaan mengabaikan pihak-pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengurangi konflik keganenan dapat melalui kebijakan dividen.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengurangi konflik keganenan dapat melalui kebijakan dividen. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tujuan manajemen keuangan terkait dengan keputusan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, namun seringkali terjadi konfik antara pemegang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian terkait hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian terkait hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian terkait hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan merupakan pembahasan yang luas tentang tatakelola perusahaan. Isu ini masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh Negara terhadap warga negaranya. Sumber penerimaan Negara berasal dari berbagai sektor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu memiliki nilai jual yang berbeda, yang biasa disebut dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor pertambangan merupakan sumber devisa potensial yang dimiliki Indonesia. Sekarang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap entitas, karena melalui laporan keuangan investor dan kreditur serta pemilik perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang untuk menunjukan performa yang lebih baik. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang untuk menunjukan performa yang lebih baik. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan secara global menuntut banyak perusahaan di negara berkembang untuk menunjukan performa yang lebih baik. Seperti halnya Indonesia, yang harus dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang lemah diidentifikasi sebagai salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan global (Otoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan bahkan paling penting dalam rangka untuk menopang anggaran penerimaan negara. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja dicapai melalui pengawasan atau pemantauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. tujuan laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang maupun badan dengan memberikan modal usaha dalam bentuk saham yang digunakan untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan peranan penting dalam perekonomian suatu Negara. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara tersebut terdapat pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah secara terusmenerus baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate governance menjadi isu yang sangat menarik dari waktu ke waktu, khususnya mulai mengemuka pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Governance (CG) merupakan tata kelola perusahaan yang baik sehubungan dengan pelayanan terhadap masyarakat luas. Isu mengenai Corporate Governance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat di mana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat. Perusahaan ini menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perekonomian yang semakin terbuka karena era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perekonomian yang semakin terbuka karena era globalisasi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem perekonomian yang semakin terbuka karena era globalisasi saat ini menjadikan menambah ketatnya persaingan, lalu hal ini memberikan peluang sekaligus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan pasar modal di Indonesia pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan pasar modal di Indonesia pada masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan pasar modal di Indonesia pada masa sekarang ini, menjadikan peranan laporan keuangan semakin penting. Laporan keuangan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan (Keown et al,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan (Indrayani, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan (Indrayani, 2009). Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan pengukur Corporate Governance (CG), terhadap kinerja keuangan perusahaan property and real estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beragam penelitian terkait tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB I PENDAHULUAN. Beragam penelitian terkait tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam penelitian terkait tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility; selanjutnya disingkat CSR) telah banyak dilakukan dalam literatur akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai menjadi perhatian ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan stakeholder. Laporan keuangan tersebut menyediakan informasi sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun pemerintah menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang memuat alokasi belanja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini banyak perusahaan maupun perorangan yang tertarik terhadap investasi dalam bentuk saham. Saham merupakan salah satu modal bagi perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsifungsi keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal. Ada beberapa pilihan untuk mendapatkan tambahan modal,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal. Ada beberapa pilihan untuk mendapatkan tambahan modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis mendorong perusahaan untuk melakukan pengembangan bisnis. Pada saat perusahaan memutuskan untuk melakukan ekspansi, perusahaan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance, BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance, kinerja keuangan serta ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Jensen dan Meckling menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap konflik. Konflik ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen kepada stakeholder terutama terhadap pemilik perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. manajemen kepada stakeholder terutama terhadap pemilik perusahaan. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen kepada stakeholder terutama terhadap pemilik perusahaan. Dalam laporan keuangan memuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2000, dunia dikagetkan dengan skandal akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2000, dunia dikagetkan dengan skandal akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2000, dunia dikagetkan dengan skandal akuntansi yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar salah satunya Enron dan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Dengan mendapatkan laba yang terus meningkat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Dengan mendapatkan laba yang terus meningkat perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya sebuah perusahaan didirikan sudah tentu memiliki tujuan. Tujuan utama dari perusahaan adalah untuk mencari keuntungan atau profit yang sebesar-besarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media yang dipakai perusahaan untuk menginformasikan apa yang telah dilakukan dan dialami perusahaan serta memberikan informasi atas hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan melaksanakan strategi untuk memenangkan persaingan, dan keterbatasan sumber daya perusahaan serta keterbatasan akses untuk perolehan tambahan dana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menyebabkan perekonomian berkembang tanpa mengenal batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala bidang. Salah satunya

Lebih terperinci

kepada 10 direksi remunerasi sebesar Rp 67,6 miliar dan 6 komisaris sebesar Rp 17,5 miliar. Porsi bonus ini di bawah 1 persen dari laba 2012.

kepada 10 direksi remunerasi sebesar Rp 67,6 miliar dan 6 komisaris sebesar Rp 17,5 miliar. Porsi bonus ini di bawah 1 persen dari laba 2012. 6 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Chief Executive Officer (CEO) adalah pihak yang dibayar paling tinggi dalam perusahaan dan paling banyak diekspos dibandingkan dengan eksekutif lain. Oleh

Lebih terperinci

(Noor et. al (2010)). Sistem perpajakan di Indonesia menggunakan

(Noor et. al (2010)). Sistem perpajakan di Indonesia menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya pajak terutang. Tarif pajak efektif yaitu persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Baik kreditur maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan selain memaksimalkan laba adalah memaksimalkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan selain memaksimalkan laba adalah memaksimalkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan selain memaksimalkan laba adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang bisa ditingkatkan dengan harga saham yang dimiliki.menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seringkali menjadi permasalahan yang banyak dihadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. seringkali menjadi permasalahan yang banyak dihadapi oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya sebuah bisnis, sumber pendanaan seringkali menjadi permasalahan yang banyak dihadapi oleh banyak perusahaan. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi ini, dibutuhkan manajemen perusahaan yang kompetitif untuk

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi ini, dibutuhkan manajemen perusahaan yang kompetitif untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat seperti saat ini, aset perusahaan yang tinggi saja tidak cukup menjamin sebuah perusahaan untuk tetap bertahan. Pada

Lebih terperinci