BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mencapai tujuan yang telah dibuat. Perusahaan yang dapat mencapai hampir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mencapai tujuan yang telah dibuat. Perusahaan yang dapat mencapai hampir"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka Kinerja Perusahaan Hasil kinerja perusahaan bisa dilihat dari seberapa jauh perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah dibuat. Perusahaan yang dapat mencapai hampir semua tujuan yang telah dibuat, biasanya sebagai keuntungan, dapat dikatakan sebagai perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang perhatian dan kepentingan dengan data dan kegiatan yang perusahaan. Berdasarkan evaluasi dan interpretasi dari data keuangan, analis bisa melihat atau mengevaluasi kinerja perusahaan dalam menciptakan nilai tambah ke dalam nilai dasar perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Nuraeni (2010) berpendapat bahwa kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola mengalokasikan sumber daya yang dimiliki. Dengan demikian, kinerja merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi analisis perubahan harga saham (Nuraeni, 2010). Nuraeni (2010) juga menjelaskan bahwa tujuan dari 15

2 penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan. Ada beberapa pihak yang berkepentingan terhadap penilaian kinerja suatu perusahaan. Pihak pihak tersebut antara lain pemilik (investor), manajer, pemberi pinjaman atau kreditor, karyawan, organisasi pekerja, agen pemerintah dan masyarakat umum (publik). Dalam menilai hasil dan kinerja suatu perusahaan, pihak pihak tersebut memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tujuan mereka. Pihak pertama yang berkepentingan terhadap penilaian kinerja perusahaan adalah manajemen perusahaan. Hal ini dikarenakan manajemen perusahaan yang bertanggung jawab atas kinerja perusahaan. Mereka bertanggung jawab atas efisiensi operasi, profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang, serta penggunaan yang efektif dan efisien atas sumber daya yang dikelola. Pihak selanjutnya yang berkepentingan terhadap penilaian kinerja perusahaan adalah pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan secara khusus berkepentingan atas profitabilitas baik jangka pendek maupun jangka panjang dari modal yang telah ditanamkan. Pemilik mengharapkan laba perusahaan dan dividen yang dibagikan meningkat. Pihak selanjutnya ialah para pemberi pinjaman atau kreditor yang memberikan dana bagi perusahaan untuk berbagai jangka waktu. Mereka berkepentingan pada kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman yang jatuh tempo serta kemampuan untuk membayar kembali pokok pinjaman. 16

3 Alat untuk mengukur kinerja dalam penelitian ini menggunakan return on equity dan return on asset. Return on equity adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Wira (2008) menyimpulkan bahwa return on equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Wira (2008) menyebutkan bahwa return on equity merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan. Return on equity yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli. Alat untuk mengukur kinerja dalam penelitian ini selain menggunakan return on equity adalah return on asset. Hal ini dapat memberikan gambaran tingkat pengembalian keuntungan yang dapat diperoleh investor atas investasinya (Prasinta, 2012). Selain itu dengan ROA, investor dapat melihat bagaimana perusahaan mengoptimalkan penggunaan asetnya untuk dapat memaksimalkan laba yang juga menjadi tujuan GCG untuk menggunakan aset dengan efisien dan optimal (OECD, 2004). ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan keseluruhan total aset yang dimiliki (Attar, Islahuddin, & Shabri, 2014). ROA mengukur seberapa efektif perusahaan dapat mengubah pendapatan dari pengembalian investasinya menjadi asset. 17

4 2.1.2 Pengaruh Koneksi Politik dan Kepemilikan Pemerintah Perusahaan dapat dikatakan memiliki hubungan politik apabila paling tidak salah satu dari pimpinan perusahaan, pemegang saham mayoritas atau kerabat mereka pernah atau sedang menjabat sebagai pejabat tinggi negara, anggota parlemen, atau pengurus partai yang berkuasa (Faccio, 2006).Koneksi politik bagaikan pedang bermata dua. Hal tersebut dapat meningkatkan atau justru membahayakan nilai perusahaan. Wahab (2011a) menyebutkan bahwa perusahaan yang mempunyai koneksi politik adalah perusahaan atau konglomerat yang mempunyai hubungan dekat dengan pemerintah. Perusahaan yang mempunyai hubungan dekat dengan pemerintah dapat diartikan sebagai perusahaan milik pemerintah, yaitu perusahaan yang berbentuk BUMN atau BUMD. Penelitian awal mengenai hubungan politik ialah mengenai hubungan kedekatan antara perusahaan dengan penguasa, salah satunya ialah oleh Fisman (2001) yang meneliti tentang nilai dari koneksi politik. Dalam penelitian tersebut subjek penelitiannya ialah perusahaan terbuka di Indonesia pada masa Suharto yang memiliki kedekatan politik dengan Suharto kala itu. Penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh terhadap volatilitas harga saham perusahaan yang memiliki kedekatan politik ketika ada isu yang menggoyang Presiden Suharto. Carney dan Child (2013) menyatakan bahwa hubungan politik perusahaan dengan kroni Suharto telah menurun semenjak reformasi. Hubungan politik perusahaan di Indonesia pada tahun 2008 pun turun sampai 51% (dari tahun 1996). Contoh lain mengenai pengaruh hubungan politik antara perusahaan dengan partai penguasa 18

5 juga tercermin di Amerika. Perusahaan dengan hubungan politik memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi (Goldman, Rocholl, & So, 2009) Fan et al. (2004) melaporkan hasil penelitian bahwa perusahaan yang memiliki CEO berkoneksi politik memiliki kinerja lebih rendah sekitar 37% dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki koneksi politik apabila diukur dengan stock return perusahaan mereka tiga tahun pasca IPO. Selain itu, ukuran kinerja (seperti market-to-book value dan return on asset) bagi perusahaan yang dikuasai oleh negara berhubungan negatif dengan tingkat kepemilikan negara (Fan et. al., 2007). Hasil penelitian Faccio (2006) menunjukkan bahwa perusahaan yang berkoneksi politik memiliki kinerja lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki koneksi politik pada basis akuntansi. Hal ini dimungkinkan karena ketika politisi menyalurkan sumber daya ke perusahaan yang dituju dapat menimbulkan distorsi insentif, dan misalokasi investasi serta meningkatkan korupsi (Ang et al., 2010). Perusahaan yang terhubung secara politik dapat meminta bantuan tertentu dari pemerintah untuk perusahaan-perusahaan mereka. Sebagaimana dicatat sebelumnya, banyak dari perusahaan terdaftar di Cina yang diprivatisasi dari perusahaan milik negara, dan pemerintah sebagai pemegang saham pengendali. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa perusahaanperusahaan yang dimiliki negara memperoleh manfaat dengan hubungan tersebut. Bukti dari China menunjukkan sebaliknya, Fan et al.(2007) menyimpulkan bahwa kepemilikan pemerintah memiliki efek negatif terhadap kinerja perusahaan. Kartikawati (2007) dan Fauziah (2011) juga menyatakan bahwa 19

6 konsen-trasi kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Pemerintah dapat memperlambat kinerja dari perusaahan tersebut dikarenakan pemerintah belum mampu untuk mengelola perusahaan dengan baik. Bahkan pe-merintah dapat mengintervensi kinerja perusahaan demi kepentingan pemerintah semata.namun, hal menarik bahwa sebagian besar bukti empiris menunjukkan bahwa perusahaan milik pemerintah memiliki kinerja baik ( Ding et al., 2014) Shleifer dan Vishny (1998) mendapati bahwa pemerintah dapat memanfaatkan perusahaan-perusahaan yang dimiliki untuk kepentingannya, apabila dibandingkan dengan kepemilikan swasta adalah lebih baik. Megginson dan Netter (2001) menggambarkan bahwa perusahaan swasta lebih efisien daripada perusahaan milik negara. Berbeda dari temuan ini, Tian dan Estrin (2008) mendapati efek kepemilikan pemerintah terhadap nilai perusahaan akan berbentuk U, melampaui batas tertentu, kepemilikan tersebut benar-benar dapat meningkatkan nilai perusahaan Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan perseroan (Rifai, 2009). Keberadaan komisaris independen sangat diperlukan dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan 20

7 dewan komisaris. Secara langsung, keberadaan komisaris independen menjadi penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan usahanya (Amri, 2011). Keberadaan komisaris independen dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi dengan lebih luaskepada investor. Komisaris independen lebih efektif dalammelakukan pengawasan terhadap perusahaan karena kepentingan mereka tidakterganggu oleh ketergantungan pada organisasi. Berdasar ketentuan Bursa Efek Indonesia tanggal 1 Juli 2000 komposisi komisaris independen minimal 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Kriteria komisaris independen secara rinci diatur dalam peraturan Bapepam LK IX.I.5 tahun 2004,yaitu berikut ini. 1. Berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. 2. Tidak mempunyai saham emiten atau perusahaan publik langsung maupun tidak langsung. 3. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan komisaris, direksi, dan pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik. 4. Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emitan atau perusahaan publik baik langsung maupun tidak langsung. Selain berfungsi untuk memantau manajemen, dewan komisaris diwajibkan untuk memberitahu manajemen tentang strategi bisnis perusahaan. 21

8 Beberapa penelitian empiris menunjukkan bahwa komposisi dewan perusahaan mempengaruhi nilai pemegang saham. Komposisi dewan komisaris adalah topik yang sangat sering diteliti diperusahaan swasta, tetapi masih sedikit penelitian dalam konteks perusahaan milik negara. Coles et al. (2008) menemukan hubungan berbentuk U antara ukuran dewan dan kinerja. Mereka berpendapat bahwa perusahaan yang kompleks membutuhkan jumlah dewan komisaris terutama dari pihak luar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang sederhana. Dalam penelitian Wu et al. (2012) mengenai efek koneksi politik pada kinerja BUMN dan perusahaan swasta dengan hasil menunjukkan bahwa adanya efek positif koneksi politikdewan komisaris maupun Chief Executive Officer (CEO) terhadap kinerja di perusahaan swasta. Akan tetapi, hal ini kontras dengan penelitian oleh Boubakri et al. (2008) dan Menozzi et al.(2010) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan dewan yang terhubung secara politik tidak memiliki insentif manajerial untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan setelah privatisasi. 2.2 Landasan Teori Teori Keagenan Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami koneksi politik, dimana pemerintah sebagai principal, sedangkan manajemen/eksekutif bertindak sebagai agen. Masalah konflik agensi dalam korporasi biasanya terjadi karena pemilik perusahaan (principal) tidak dapat 22

9 berperan aktif dalam manajemen perusahaan. Mereka mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab pengelolaan perusahaan kepada para eksekutif (agen) untuk bekerja atas nama dan untuk kepentingannya. Delegasi otoritas ini menyebabkan para eksekutif memiliki insentif untuk membuat keputusan-keputusan strategik, taktikal dan operasional yang dapat menguntungkan mereka sendiri. Akibatnya, muncullah konflik agensi (agency conflict) yang sulit diselaraskan teori agensi (agency theory). Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu kontrak di mana ada satu atau lebih orang (yaitu principal atau pemegang saham atau pemilik) melibatkan atau menunjuk orang lain (yaitu agen atau manajemen) untuk bertindak atas nama pemilik. Tindakan tersebut meliputi pendelegasian beberapa wewenang dari pemilik untuk pengambilan keputusan.para pemilik perusahaan berharap bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan mereka. Manajemen diharapkan mampu menggunakan sumber daya yang dipercayakan oleh pemilik seoptimal mungkin. Dengan demikian, para pemilik berharap manajemen dapat menyejahterakan mereka baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Dalam teori keagenan dijelaskan hubungan antara pemegang saham dengan pihak manajer, pemerintah sebagai pemegang saham pengendali seharusnya bisa mengawasi atau mengkontrol kinerja dari manajer, tetapi seringkali pemerintah justru mempunyai tujuan lain selain meningkatkan kinerja. Selain itu, pengaruh negatif koneksi politik dalam persektif teori keagenan, bahwa perusahaan dengan kepemilikan pemerintah dengan manajemen atau dewan komisarisyang terhubung 23

10 politik tidak hanya mengurangi nilai berbasis sumber daya, tetapi juga dapat mengakibatkan hubungan negatif dengan kinerja perusahaan. Hal ini berlaku baik di kalangan BUMN pusat dan lokal, karena mereka akhirnya dikendalikan oleh pemerintah pusat dan daerah, yang memiliki kekuatan dan insentif untuk campur tangan dalam operasi perusahaan untuk mencapai tujuan sosial dan politik. Di BUMN lokal, beberapa insentif dengan adanya koneksi politik adalah desentralisasi, masalah karir dan prospek promosi (Jin et al. 2005). BUMN pusat dengan manajemen dan dewan komisaris terhubung politik dalam memiliki perusahaan lebih untuk menjamin keselamatan ekonomi nasional salah satunya untuk mengurangi pengangguran (Jin et al. 2005). Marciano (2008) menyatakan bahwa perusahaan pemerintah yang dikendalikan oleh para birokrat memiliki tujuan yang didasarkan pada kepentingan politis dan bukan untuk menyejahterakan masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Shen dan Lin (2009) menemukan pemerintah atau birokrat mempunyai kepentingan sosial dan politis daripada memikirkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya kontrol dari pihak pemerintah terhadap pihak manajer sebagai pengelola perusahaan. Koneksi politik manajer di perusahaan swasta umumnya memainkan peran berbeda dari rekan-rekan mereka di BUMN. Di perusahaan swasta tidak dikenakan beban kebijakan pemerintah. Hal ini dikarenakan sulit bagi pemerintah untuk campur tangan dalam operasi mereka. Selain itu, manajer terhubung politik di perusahaan swasta tampaknya tidak akan khawatir tentang tujuan sosial dan politik pemerintah. 24

11 2.2.2 Teori Berbasis Sumber Daya Teori berbasis sumber daya perusahaan dapat digunakan untuk menjelaskan efek positif dari koneksi politik. Menurut teori ini, keunggulan kompetitif suatu perusahaan berdasarkan kepemilikan sumber daya berwujud dan tidak berwujud yang sulit atau mahal bagi perusahaan lain untuk mendapatkan. Studi sebelumnya telah mendokumentasikan bahwa manajemen terhubung secara politik dapat membantu perusahaan mereka mendapatkan sumber daya kunci pemerintah dan dukungan (Adhikari et al., 2006; Claessens et al., 2008). Oleh karena itu, dampak positif dari koneksi politik terutama didorong oleh keuntungan memperoleh sumber kunci dari pemerintah. Perusahaan dikendalikan oleh nonpemerintah menempatkan mereka dalam posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan BUMN, terutama di negara-negara berkembang, dengan kurangnya perlindungan hak milik dan lembaga pendukung pasar yang dibutuhkan oleh perusahaan swasta (McMillan, 1995). Namun, mempekerjakan eksekutif terhubung secara politik adalah cara yang layak dan efektif untuk perusahaan-perusahaan swasta untuk mengatasi pasar dan mengurangi kerugian serta memperoleh perlakuan yang baik daripemerintah yang pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan (Li et al., 2008). Perusahaan BUMN dengan kepemilikan pemerintahmemiliki hubungan langsung dengan pemerintah, dan dengan demikian memiliki status yang istimewa dalam memperoleh pinjaman bank dan sumber kunci lainnya (Brandt dan Li, 2003). Selain itu, link kepemilikan pemerintah lebih eksplisit dan stabil dari 25

12 linkpribadi eksekutif yang terhubung secara politik. Oleh karena itu, perlu untuk BUMN memiliki eksekutif yang terhubung politik untuk mendapatkan perlakuan yang menguntungkan dari pemerintah. Dengan kata lain, kepemilikan pemerintah mencairkan efek dari hubungan politik pihak eksekutif yang meringankan pengaruh positif dari adanya hubungan politik tersebut terhadap nilai perusahaan dan kinerja (Wu et al. 2011) 2.3 Penelitian Terdahulu Fenomena koneksi politikdalam dunia bisnis telah banyak dipelajari baik dari perspektif teoritis maupun empiris. Pada awalnya koneksi politikterjadi di negara-negara berkembang dengan perlindungan hak milik terbelakang (Fisman, 2001; Berkman, 2010). Akan tetapi dewasa ini, koneksi politiktelah terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat, seperti dalam penelitian terbaru oleh Goldman dan Rocholl (2009) mengenai analisis respon terhadap kemenangan Partai Republik pada pemilihan Presiden AS tahun 2000 yang menunjukkan bahwa perusahaan yang terhubung dengan Partai Republik mengalami peningkatan nilai saham, sedangkan perusahaan yang terhubung dengan Partai Demokrat mengalami penurunan nilai saham serta pengumuman nominasi dewan terhubung politik mengarah pada abnormal return saham positif. Bertambahnya penelitian dampak koneksi politik memberikan bukti campuran dari efeknya pada nilai pasar dan kinerja perusahaan. Beberapa studi menemukan bahwa koneksi politik yang berharga, seperti hubungan dengan perusahaan bantuan pemerintah untuk memperoleh keunggulan komparatif, yang 26

13 meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai perusahaan (Fisman, 2001; Goldman et al, 2009; Johnson dan Mitton, 2003; Li et al. 2008). Selain itu, keuntungan termasuk akses ke sumber daya utama, termasuk pinjaman bank, diberikan dengan syarat yang menguntungkan (Claessens et al ), perlakuan pajak yang menguntungkan (Adhikari et al. 2006;. Faccio, 2006), dan mempermudah mendapatkan dana talangan yang disponsori pemerintah (Faccio et al., 2006). Sebaliknya, penelitian lain menemukan bahwa hubungan politik memiliki efek negatif terhadap nilai perusahaan dan kinerja. Berdasarkan sampel dari 42 negara, Faccio (2007) melaporkan bahwa perusahaan terhubung secara politik memiliki kinerja yang lebih rendah dibanding perusahaan lain yang tidak terhubung politik, meskipun hubungan politik memberikan sejumlah manfaat. Penelitian lain di Indonesia terkait dengan hubungan politik perusahaan, dilakukan oleh Primasari (2013). Penelitiannya menemukan bahwa koneksi politik mempunyai pengaruh secara signifikan dan positif terhadap audit fee dan penerapan good corporate governance dapat mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap audit fee. Wulandari (2012) dalam penelitiannya membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki hubungan politik memiliki kinerja yang lebih buruk dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki hubungan politik. Wirawan (2014) menyebutkan hubungan politik perusahaan tidak terbukti secara empiris dapat memberikan pengaruh negatif terhadap penerapan tata kelola perusahaan. 27

14 Penelitian mengenai hubungan politik dari manajemen dan dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan masih sedikit, dan hasilnya tidak konsisten. Dalam penelitian Fan et al. (2007) menyediakan bukti efek negatif dari CEO terhubung politik pada kinerja perusahaan dan tata kelola perusahaan publik di Cina. Perusahaan China baru terdaftar dengan CEO terhubung secara politik lebih cenderung untuk memiliki dewan yang dihuni oleh birokrat pemerintah atau mantan birokrat, dan umumnya tidak memiliki kompetensi yang memadai, seperti yang ditunjukkan oleh sedikit direksi dengan latar belakang profesional yang relevan, sehingga gagal untuk bersaing dengan perusahaan lain yang tidak terhubung ditandai dengan turunnya kinerja operasi dan return saham dari perusahaan (Fan et al. 2007). Singkatnya, penelitian Fan et al. (2007) memberikan lebih banyak dukungan untuk argumen bahwa birokrat dan politisi mengekstrak sumber dari BUMN yang terdaftar di bawah kendali mereka untuk memenuhi tujuan yang tidak konsisten dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Boubakri et al. (2008) mengatakan bahwa perusahaan dengan dewan yang terhubung secara politik tidak memiliki insentif manajerial untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan setelah privatisasi. Menozzi et al. (2010) meneliti pengaruh dewan terhubung secara politik yang mewakili negara atau pemerintah daerah setempat di Italia dengan hasil penelitian bahwa komisaris terhubung politik mempunyai efek positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja dan berdampak negatif pada kinerja yang diwakili oleh proksi return on asset. Zhang (2011) menemukan bahwa koneksi politik CEO dan ketua dewan memiliki efek 28

15 negatif pada tiga tahun kinerja saham pasca IPO perusahaan, namun efek negatif ini hanya ada di perusahaan yang dikendalikan oleh pemerintah daerah (BUMN lokal). Zhou (2014) menggunakan sampel perusahaan publik di Cina yang mengalami pergantian CEO antara tahun 2000 dan 2010, dengan hasil bahwa pergantian CEO yang terhubung politik berdampak positif terhadap return saham. Wu et al.(2012) melakukan penelitian mengenai efek koneksi politik pada kinerja BUMN dan perusahaan swasta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya efek positif koneksi politikdewan komisaris maupun CEO terhadap kinerja di perusahaan swasta. Bunkanwanicha dan Wiwattanakantang (2009) menemukan bahwa koneksi politik di Thailand menawarkan beberapa temuan menarik. Setelah perusahaan terhubung politik ada peningkatan market to book ratio mengungguli perusahaan lain yang tidak terkoneksi politis dan perusahaan diuntungkan melalui pembuatan kebijakan pemerintah secara langsung. Li et al. (2008) menyebutkan mempekerjakan eksekutif terhubung secara politik adalah cara yang layak dan efektif untuk perusahaan-perusahaan swasta untuk mengatasi pasar dan mengurangi kerugian serta memperoleh perlakuan yang baik dari pemerintah yang pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian mengenai hubungan politik dengan kontrol utama pemerintah masih sedikit dengan hasil yang tidak konsisten. perusahaan-perusahaan dengan kepemilikan publik (swasta) akan lebih baik dibanding BUMN karena mereka lebih efisien (La Porta, Lopez & Shleifer 2002; Wang et al. 2008). Orden dan Garmendia (2005) meneliti hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja 29

16 perusahaan pada perusahaan Spanyol dengan hasil bahwa perusahaan dengan struktur kepemilikan pemerintah menunjukkan dampak negatif terhadap kinerja. Namun, sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah benar-benar dapat meningkatkan kinerja (Bai, & Zhang, 2004; Tian & Estrin, 2008; Wang, Xu, & Zhu, 2004). Ding et al. (2014) menyebutkan pengaruh politik dari aspek kepemilikan pemerintah memilikipengaruh positif terhadapkinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh politik dari aspek kepemilikan pemerintah menyediakan platform yang sangat diperlukan bagi para eksekutif yang terhubung secara politik untuk menerima manfaat yang menguntungkan dengan adanya kebijakan dari pemerintah. Berdasarkan uaian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa masih terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh politik terhadap kinerja perusahaan, baik dari aspek kepemilikan pemerintah maupun dari aspek dewan komisaris dan manajemen. Dari hasil penelitian yang masih tidak konsisten tersebut membuat peneliti tertarik untuk memasukan proksi komisaris independen. Keberadaan komisaris independen sangat diperlukan dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan dewan komisaris. Secara langsung, keberadaan komisaris independen menjadi penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas), sehingga nantinya dapat mengawasi kinerja perusahaan. Selain itu, penelitian mengenai pengaruh koneksi politik terhadap kinerja masih jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan proksi/alat ukur kinerja perusahaan yaitu ROE dan 30

17 ROA, selain belum banyak digunakan dalam penelitian diatas, ROE dan ROA yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham (Widodo, 2007). 2.4 Pengembangan Hipotesis Martono (2011) mendefinisikan hipotesis sebagai jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka. Hipotesis juga merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya hasil penelitian yang tidak konsisten antara pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah dan pengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen terhadap kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini, hipotesis yang dirumuskan adalah adanya pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah dan pengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen terhadap kinerja perusahaan serta interaksi pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah dan pengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen terhadap kinerja perusahaan Variabel Independen Koneksi Politik Variabel koneksi politik dalam penelitian ini menggunakan dua proksi yaitu pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah dan pengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen. 31

18 Pengaruh Koneksi Politik dari Aspek Kepemilikan Pemerintah Koneksi politikbagaikan pedang bermata dua. Hal tersebut dapat meningkatkan atau justru membahayakan nilai perusahaan. Perusahaanperusahaan dengan kontrol pemerintah memiliki efek negatif karena memiliki tanggung jawab politik dan sosial, daripada berusaha untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Fan et al. (2007) meneliti koneksi politik terhadap nilai perusahaan di Cina, dan menyimpulkan bahwa koneksi politik tidak menguntungkan karena mereka berpengaruh negatif terhadap kinerja penawaran umum baik sebelum dan sesudah IPO. Selain itu, birokrat dan politisi mengekstrak sumber dari BUMN yang terdaftar di bawah kendali mereka untuk memenuhi tujuan yang tidak konsisten dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Menurut teori berbasis sumber daya, nilai koneksi politik terutama didorong oleh hubungan dengan pemerintah yang membantu perusahaan untuk mendapatkan sumber daya kunci yang dapat meningkatkan nilai mereka. Li et al. (2008) menyebutkan perusahaan dengan kepemilikanpemerintah lebih menguntungkan daripada memiliki eksekutif yang terhubung secara politik. Hal ini disebabkan adanya hubungan langsung dengan pemerintah menyebabkan perusahaan tersebut menerima manfaat langsung. Selain itu, perusahaan dengan kepemilikan pemerintah juga memperoleh banyak manfaat akibatnya adanya hubungan politik. Perusahaan yang terkoneksi politik akan mendapat kemudahan memperoleh pinjaman dari bank (Liu & Wong, 2009; Khwaja & Mian, 2005), akses yang lebih mudah untuk mendapatkan modal dari pemerintah (Claessens, 2008), mendapatkan tarif pajak yang lebih 32

19 rendah (Faccio,2010), preferensi peraturan yang menguntungkan bagi perusahaan (Bunkanwanicha & Wiwattanakantang, 2009; Faccio, 2006). Ding et al. (2014) menemukan bahwa pengaruh politik dari aspek kepemilikan pemerintah meningkatkan kinerja akuntansi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang dikendalikan pemerintah menikmati keuntungan tertentu dari pemerintah yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H1: Pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan Pengaruh Koneksi Politik dari Aspek Komisaris Independen Suatu perusahaan yang memiliki koneksi politik pada dewan dan CEO mendapatkan beberapa manfaat. Berdasarkan teori agensi bahwa keberadaan komisaris independen sangat diperlukan dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan dewan komisaris. Secara langsung, keberadaan komisaris independen menjadi penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan usahanya (Amri, 2011). Keberadaan komisaris independen dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi dengan lebih luas kepada investor. Komisaris 33

20 independen lebih efektif dalammelakukan pengawasan dan memberikan nasehat atau masukan yang diberikannya terhadap perusahaan karena kepentingan mereka tidakterganggu oleh ketergantungan pada organisasi. Menurut teori berbasis sumber daya, keunggulan kompetitif suatu perusahaan berdasarkan kepemilikan sumber daya berwujud dan tidak berwujud yang sulit atau mahal bagi perusahaan lain untuk mendapatkan. Studi sebelumnya telah mendokumentasikan bahwa manajemen dan dewan komisaris terhubung secara politik dapat membantu perusahaan mereka mendapatkan sumber daya kunci pemerintah (Adhikari et al. 2006; Claessens et al. 2008). Oleh karena itu, dampak positif dari koneksi politik terutama didorong oleh keuntungan memperoleh sumber kunci dari pemerintah. Wu et al. (2012) melakukan penelitian mengenai efek koneksi politik pada kinerja BUMN dan perusahaan swasta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya efek positif koneksi politik dewan komisaris maupun CEO terhadap kinerja di perusahaan swasta. Namun demikian, bukti empiris lainmenunjukkan hal yang berlawanan.fan et al. (2007) menyimpulkan bahwa birokrat dan politisi mengekstrak sumber daya dari BUMN yang terdaftar di bawah kendali mereka untuk memenuhi tujuan yang tidak konsisten untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H2: Pengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. 34

21 Interaksi Pengaruh Politik dari Aspek Kepemilikan Pemerintah, dengan Pengaruh Politik dari Aspek Komisaris Independen Pengaruh interaksi ini dirasa penting dikarenakan dari bukti empiris mengenai pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah terhadap kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten, sehingga dimungkinkan ada variabel lain yang mempengaruhi, yaitu komisaris independen. Dalam hal ini, peneliti berargumen bahwa komisaris independen memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan melalui fungsi pengawasan yang efektif terhadap jalannya perusahaan. Pengaruh interaksi ini dirasa akan lebih kuat, karena menurut teori berbasis sumber daya nilai koneksi politik terutama didorong oleh hubungan dengan pemerintah, perusahaan yang memiliki hubungan langsung dengan pemerintahakan memiliki status yang istimewa dalam memperoleh pinjaman bank dan sumber kunci lainnya yang membantu perusahaan untuk mendapatkan sumber daya untuk meningkatkan nilai perusahaan dan komisaris independen yang terkoneksi politik akan menambah manfaat yang memudahkan dalam mendapat sumber daya kunci dari pemerintah tersebut. Keberadaan komisaris independen menjadi penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan usahanya (Amri, 2011). Peneliti berpendapat bahwa pengaruh akan 35

22 lebih kuat. Adanya pengaruh interaksi ini diharapkan dapat diketahui seberapa banyak manfaat yang diterima oleh perusahaan tersebut dari pemerintah ketika suatu perusahaan dimiliki oleh pemerintah dengan komisaris independen yang terkoneksi politik. Hasil penelitian Ding (2014) mengenai interaksi antara pengaruh politik dari aspek kepemilikan pemerintah dengan pengaruh politik dari aspek manajemen terhadap kinerja perusahaan menunjukkan bahwa perusahaanyang dikendalikan olehnon pemerintah, dengan board chair terhubung politik tidak berpengaruh terhadap kinerja. Sebaliknya, ketika perusahaan dikendalikan oleh pemerintah, dengan board chair terhubung politik memiliki pengaruh dan mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Dapat disimpulkan dalam kasus interaksi bahwa pengaruh politik terhadap kinerja perusahaan, tergantung dari jenis kepemilikan. Efek interaktif antara pengaruh koneksi politik dari kepemilikan pemerintah dan pengaruh politik dari manajemen terhadap kinerja tampaknyamenunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah menyediakan platform yang sangat diperlukan bagi para eksekutif yang terhubung secara politik untuk menerima manfaat yang menguntungkan, dan dengan demikian mencapai kinerja yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H3: Pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintahterhadap kinerja perusahaan akan lebih kuat apabila komisaris independen mempunyai koneksi politik 36

23 2.4.2 Variabel Kontrol Corporate Governance Perkembangan konsep corporate governance sesungguhnya telah dimulai jauh sebelum isu corporate governance menjadi kosakata paling sering dibicarakan di kalangan eksekutif bisnis. Banyak terdapat definisi yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang corporate governance, yang diberikan baik oleh perorangan (individual) maupun institusi (institutional). Menurut Pratolo (2007),GCG adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak merugikan stakeholder organisasi tersebut. Corporate governance merupakan konsep untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan akuntabilitas manajemen jaminan kepada stakeholder berdasarkan kerangka aturan ini. Tujuan utama adalah untuk mencapai transparansi manajemen perusahaan bagi para pengguna laporan keuangan. Jika perusahaan bisa menerapkan konsep ini sehingga pertumbuhan ekonomi bisa terus berjalan dengan baik bersama-sama dengan manajemen perusahaan transparansi yang juga berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi banyak pihak. Thomas (2006) menyebutkan bahwa GCG merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal. Pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan 37

24 pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Menurut Dani dan Hasan (2005), faktoryang mempengaruhi kinerja keuangan antara lain GCG, karena prinsip-prinsip dasar dari GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja keuangan pada suatu perusahaan. Semakin baik corporate governance yang dimiliki suatu perusahaan maka diharapkan semakin baik pula kinerja dari suatu perusahaan tersebut. GCGmerupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya. Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui pengawasan atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap stakeholders dan pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Rizqiasih, 2010) Growth Dalam melihat pengaruh dari kebijakan yang diambil oleh perusahaan seperti kebijakan dividen dan hutang terhadap nilai perusahaan, baik investor maupun pelaku pasar juga akan mempertimbangkan potensi pertumbuhan yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Fama (1978), nilai suatu perusahaan sematamata dipengaruhi oleh peluang investasi. Oleh karena itu, investasi merupakan suatu keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Myers (1977) mengaitkan peluang investasi dengan pencapaian tujuan perusahaan (Adam dan Goyal, 2003). 38

25 Peluang investasi memberikan petunjuk yang lebih luas bahwa nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang. Pemilihan opsi-opsi investasi adalah tergantung oleh kebijakan manajer untuk melakukan expenditure di masa mendatang. Manajer harus dapat melakukan kebijakan yang tepat terkait dengan investasi sehingga nilai perusahaan dapat meningkat. Keputusan investasi sangat penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan. Perusahaan dengan kesempatan investasi yang besar mengindikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek ke depan yang cerah, sehingga akan berdampak positif pada harga saham Leverage Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan dengan tujuan penggunaan asset (aktiva) atau dana tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan (Mulyaniet al. 2013). Leverage juga didefinisikan sebagai rasio dari hutang jangka panjang terhadap total aktiva (Kim dan Zhang, 2013). Ketika perusahaan mengalami kekurangan dana untuk pembiayaan kegiatan operasional perusahaan, maka perusahaaan akan mencari pinjaman dari luar perusahaan. Dengan dana yang cukup, maka manajer termotivasi untuk bisa memanfaatkan dana tersebut untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui laba yang didapatkan di masa depan 39

26 Menurut Clarke et al. (2013), leverage merupakan rasio hutang terhadap total ekuitas menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasi perusahaan. Rasio utang sangat penting bagi kreditor dan calon kreditor potensial pemerintah daerah dalam membuat keputusan pemberian kredit. Rasiorasio ini digunakan oleh kreditor untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar utangnya (Mahmudi, 2009). Penelitian mengenai hubungan leverage dengan kinerja dilakukan oleh Dogan (2013), Gwey et al. (2014) dan Ludjianto et al. (2014). Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa leverage mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Semakin tinggi tingkat leverage, maka perusahaan akan cenderung melaporkan profitabilitas yang tinggi dan semakin besar kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan laba yang tinggi pula. Namun, investor juga perlu mempertimbangkan risiko yang harus ditanggung saat berinvestasi ke dalam perusahaan yang nilai leverage tinggi. Semakin tinggi leverage, maka risiko keuangan yang harus ditanggung akan semakin tinggi pula Kualitas Audit Dalam penelitian tentang hubungan ukuran kantor audit dengan kualitas audit dan audit pricing, Choi et al. (2010) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan audit (KAP) terhadap kualitas audit. Hasil analisis mereka mendukung pandangan yang menyatakan 40

27 bahwa kantor audit yang lebih besar menyediakan audit yang lebih berkualitas dibandingkan dengan kantor audit yang berukuran kecil. Secara teoritis, kantor akuntan publik yang besar dengan investasi yang lebih besar dalam modal reputasi akan lebih meminimalkan kesalahan dalam pemeriksaan laporan keuangan melalui auditor reputation effect (Haat et al., 2008). Selain itu, sebuah perusahaan audit besar juga akan memiliki tingkat independensi yang lebih tinggi dari manajemen (Haat et al., 2008) Akan tetapi Watkins et al. (2004) menyatakan hal yang tidak sependapat dengan pernyataan tersebut. Pertama, kepemilikan sumber daya tidak lebih penting daripada penggunaan sumber daya tersebut. Sebuah kantor akuntan besar tidak akan lebih berkualitas dibandingkan dengan kantor akuntan yang lebih kecil, jika sumber daya yang dimiliki tidak digunakan untuk memberikan pendapat secara independen Umur Perusahaan Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan berdiri.seiring waktu, perusahaan belajar untuk semakin baik dan lebih efisien serta memiliki keunggulan kompetitif dalam inti bisnisnya dan mendorong keberhasilan dan kemakmuran organisasi (Jovanovic, 1982). Martinez (2006) menyatakan bahwa proses pembelajaran mempengaruhi profitabilitas perusahaan dimana ketika perusahaan memiliki keahlian dalam proses bisnisnya maka menyebabkan efisiensi biaya dan meningkatkan profit margin yang kemudian berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. 41

28 Dengan perusahaan yang telah lama berdiri maka investor sebagai penanam modal lebih percaya dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri karena perusahaan yang telah lama berdiri diasumsikan akan menghasilkan laba yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan baru, sehingga perusahaan yang lama berdiri lebih menarik perhatian investor (Zen dan Herman, 2007).Dengan demikian, umur perusahaan dapat dikaitkan dengan kinerja keuangan suatu perusahaan. Perusahaan yang berdiri lebih lama memiliki pengalaman lebih banyak dan mengetahui kebutuhan konstituennya atas informasi tentang perusahaan. 2.5 Kerangka Berfikir Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh politik dari aspek kepemilikan dan dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel independen pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah dan pengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen. Variabel kontrol merupakan pendukung variabel independen dalam penelitian ini menggunakan corporate governance, growth, leverage, kualitas audit dan umur perusahaan. Berikut ini merupakan kerangka pemikiran yang menggambarkan model penelitian dan hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian. 42

29 Variabel Independen Variabel Kontrol Gambar 2.1 Kerangka Berfikir 43

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa salah satu keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa salah satu keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh koneksi politik suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan begitu penting untuk memahami hubungan antara politisi dengan perusahaan serta pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab V terdiri dari kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian. pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian.

BAB V PENUTUP. Bab V terdiri dari kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian. pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian. BAB V PENUTUP Bab V terdiri dari kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Kesimpulan merupakan penyajian singkat mengenai hasil penelitian dan pembahasan, sedangkan saran merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

(Tempo.co, 4 Juni 2012) mengatakan perusahaan perusahaan milik negara (BUMN) menjadi berantakan setelah dicampuri orang orang dari partai politik.

(Tempo.co, 4 Juni 2012) mengatakan perusahaan perusahaan milik negara (BUMN) menjadi berantakan setelah dicampuri orang orang dari partai politik. I. PENDAHULUAN Ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan ketidakstabilan politik pada akhir pemerintahan Soeharto menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak pasti, inflasi yang tinggi (77.63

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian yang semakin berkembang dewasa ini seiring dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan bentuk yang berbeda. Hal ini tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep Teori Keagenan (agency theory) menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan antara principal dan agen. Principal mempekerjakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Political Connection Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia bisnis ditunjukan dengan tiga sumber potensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam memahami corporate governance (Aditya, 2012). Hubungan keagenan diartikan sebagai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan komisaris independen terhadap tax membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1. Teori

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS 1. Kinerja Perusahaan Menurut Keats & Hitt (1988), kinerja merupakan konsep yang sulit, baik dari definisi maupun dari pengukurannya. Untuk mendapatkan hasil yang komprehensif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja perusahaan merupakan issue yang penting terutama di era globalisasi ini. Perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya tidak hanya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Baik kreditur maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah menjadi isu hangat yang semakin berkembang di Indonesia. Konsep ini menjadi sering dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun berjalan. Laporan keuangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen, terutama kepada pemilik saham. Laporan keuangan juga merupakan alat untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sedangkan tujuan jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sedangkan tujuan jangka panjang BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan mempunyai tujuan jangka pendek dan jangka panjang, tujuan jangka pendeknya adalah perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan pengukur Corporate Governance (CG), terhadap kinerja keuangan perusahaan property and real estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara Indonesia, isu mengenai tata kelola perusahaan mengemuka setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Sejak itulah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam lingkungan bisnis yang tidak pasti, sebuah perusahaan perlu memperhatikan risiko yang melekat pada setiap aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori. Penelitian ini dilandasi oleh teori-teori yang berkaitan dengan pengungkapan sukarela, teori tersebut meliputi: teori keagenan (agency theory), teori sinyal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih dimiliki secara mayoritas atau dominan oleh keluarga pendiri perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsifungsi keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar perusahaan semakin kompetitif yang harus di dukung dengan penyajian laporan keuangan yang rapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan yang kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu organisasi. Tujuan jangka pendek perusahaan yaitu memaksimalkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat serta teknologi yang semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan informasi mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertalian keluarga, baik yang tergolong keluarga inti atau perluasannya (baik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertalian keluarga, baik yang tergolong keluarga inti atau perluasannya (baik yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perusahaan Keluarga Menurut Sugiarto (2009), perusahaan keluarga didefinisikan sebagai suatu bentuk perusahaan dengan kepemilikan dan manajemen yang dikelola dan dikontrol oleh

Lebih terperinci

(Noor et. al (2010)). Sistem perpajakan di Indonesia menggunakan

(Noor et. al (2010)). Sistem perpajakan di Indonesia menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya pajak terutang. Tarif pajak efektif yaitu persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan, salah satunya adalah mengoptimalkan nilai pemegang saham. Dengan memaksimalkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitiaan. Bagian 1.1 menjelaskan mengenai latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance (GCG) semakin hangat. Dampak dari penerapan good corporate governance ini banyak dirasakan manfaatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat. Perusahaan ini menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia,

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan corporate governance di Indonesia memang tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia, bahkan kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat untuk melakukan evaluasi atas suatu kinerja perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi keuangan dan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pelaku usaha atas usaha yang dijalankannya atau perusahaan yang telah didirikannya pasti memiliki harapan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan dituntut untuk gesit dalam mengembangkan inovasi dan strategi yang baru agar mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian di dunia terus mengalami berbagai perubahan dan hal ini memicu para pengusaha berusaha lebih keras dalam mengembangkan usahanya, apalagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perusahaan mempunyai tujuan dalam melakukan kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari profit, tujuan utama perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate Governance (GCG) atau lebih dikenal dengan tata kelola perusahaan.bermanfaat sebagai suatu perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada perusahaan korporasi yang relatif besar umumnya terdapat pemisahan fungsi pemilikan dan pengelolaan perusahaan. Pemegang saham mengalami kesulitan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan (Agency Theory) Praktik manajemen laba tidak dapat dipisahkan dari adanya teori keagenan dan asimetri informasi. Teori keagenan adalah teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, tuntutan untuk mengelola suatu entitas adalah dengan akuntabilitas dan transparansi sangat diperlukan. Akuntabilitas dan transparansi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab, misalnya saja perusahan mengalami rugi terus-menerus, penjualan yang tidak laku, bencana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja dicapai melalui pengawasan atau pemantauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan menginformasikan posisi keuangan perusahaan kepada berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan pemegang saham. Dengan prinsip ini beberapa perusahaan mengabaikan pihak-pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah,

BAB I PENDAHULUAN. yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir, Corporate Governance menjadi topik yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah, pertama Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen perusahaan pada dasarnya memiliki kepentingan ganda yaitu untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham dan kepentingan perusahaan itu sendiri. Untuk itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan yang berfungsi sebagai pendanaan perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Informasi mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan investor dalam menentukan kebijakan investasi. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Jensen dan Meckling menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap konflik. Konflik ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Terdapat perusahaan yang terdaftar di pemerintah dan ada pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara tersebut terdapat pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah secara terusmenerus baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan, yang biasa disebut agency

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian yang semakin merosot di Indonesia disebabkan oleh krisis moneter, serta merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan yang diambil oleh pihak manajemen yaitu keputusan investasi, keputusan

Lebih terperinci

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA KAPITA SELEKTA AKUNTANSI zmmmm Disusun oleh: IRMA YANDA 97 312 125 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005 TEORI AGENSI Teori agensi memprediksi dan menjelaskan pihak-pihak yang terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Gitman & Zutter (2012) menyatakan bahwa tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Gitman & Zutter (2012) menyatakan bahwa tujuan utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Gitman & Zutter (2012) menyatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (wealth of shareholders).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian pustaka 1. Teori Stakeholder (stakeholder theory) Konsep tanggung jawab sosial telah mulai dikenal sejak awal tahun 1970an yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara didunia pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dituntut untuk menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang berbasis prinsip tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (principal) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (principal) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih (principal) yang mempekerjakan orang lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha belakangan ini telah sampai pada tahap persaingan global dan terbuka dengan dinamika perubahan yang demikian cepat.dalam situasi kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan kesejahteraan pemilik saham atau memaksimumkan kekayaan pemegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan struktur modal, good corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komisaris yang lebih besar dari jumlah direksi. Dari penelitian Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. komisaris yang lebih besar dari jumlah direksi. Dari penelitian Bank BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada September 2007, Bank Indonesia (BI) melakukan sebuah Pilot Project Self Assessment yang merupakan salah satu mekanisme yang diterapkan untuk mengukur tingkat GCG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang disebut dengan corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata kelola pada perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pilihan utang dan modal sebagai sumber pendanaan, merupakan keputusan penting yang mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan memiliki beberapa alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu daya tarik berinvestasi bagi investor dalam pasar primer maupun pasar sekunder adalah dividen. Dividen merupakan salah satu faktor yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal

Lebih terperinci