SIKAP PEREMPUAN TERHADAP PEMBERITAAN BPOM TAK PERNAH TARIK PHENYLPROMELAMINE DI SURAT KABAR KOMPAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIKAP PEREMPUAN TERHADAP PEMBERITAAN BPOM TAK PERNAH TARIK PHENYLPROMELAMINE DI SURAT KABAR KOMPAS"

Transkripsi

1 SIKAP PEREMPUAN TERHADAP PEMBERITAAN BPOM TAK PERNAH TARIK PHENYLPROMELAMINE DI SURAT KABAR KOMPAS Kusnarto - 1 -

2 SIKAP PEREMPUAN TERHADAP PEMBERITAAN BPOM TAK PERNAH TARIK PHENYLPROMELAMINE DI SURAT KABAR KOMPAS Hak Cipta pada Penulis, hak penerbitan ada pada Penerbit UPN Press Penulis : Kusnarto Diset dengan : MS - Word Font Times New Roman 12 pt. Halaman Isi : 70 Ukuran Buku : 16 x 23 cm Cetakan I : 2010 Penerbit : UPN Press ISBN :

3 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Buku ini dengan Judul : SIKAP PEREMPUAN TERHADAP PEMBERITAAN BPOM TAK PERNAH TARIK PHENYLPROMELAMINE DI SURAT KABAR KOMPAS Dalam penyusunan buku ini tidak lepas dari bantuan semua pihak, sehingga buku ini dapat diselesaikan. Maka untuk ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membantu penyelesaian buku ini Penyusun berharap semoga buku ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan. Penyusun - 3 -

4 DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN...1 BAB II KAJIAN PUSTAKA...8 BAB III METODE PENELITIAN...23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...32 BAB V KESIMPULAN...68 DAFTAR PUSTAKA - 4 -

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pers termasuk media massa yang sangat penting dalam kehidupan. Selain memiliki informasi pendidikan dan hiburan, pers juga sebagai alat perjuangan bangsa. Dengan adanya pers, masyarakat dapat mengakses informasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan pers juga berfungsi sebagai alat control dalam membatasi kekuasaan, memberdayakan yang tertindas dari tindakan anarkis. (Suroso,2001 : 176 ) Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait erat dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, pers sebagai lembaga kemasyarakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakatnya (Djuroto,2002:8 ) Meskipun peranan pers ditengah-tengah masyarakat mempunyai otonomi, bukan berarti ia mempunyai eksistensi yang mandiri. Intensitas pers ditengah masyarakat diperlukan oleh masyarakat itu sendiri. Karena kehidupan pers itu ada keterikatan organisatoris dengan lembaga-lembaga atau anggota masyarakat itu sendiri

6 Secara fisik, kehidupan pers di Indonesia sekarang ini memang menunjukan kemajuan yang luar biasa. Peningkatan jumlah perusahaan penerbitan pers berkembang pesat, baik perusahaan penerbitan media cetak maupun media elektronik kini jumlahnya telah mencapai ribuan. Dalam perkembangan pers mempunyai dua pengertian,yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran dan televise. Sedangkan pengertian sempit hanya terbatas pada media cetak, yakni surat khabar, majalah dan buletin. Masing-masing bentuk media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Media massa cetak termasuk didalamnya surat kabar,majalah dan tabloid sekarang banyak diterbitkan dengan berbagai macam tema untuk berbagai segmen khalayak ( Effendy,1989 :145 ). Salah satu bentuk media massa cetak yang saat ini juga mengalami perkembangan yang sangat cepat adalah surat kabar. Djafar Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini menyatakan surat kabar adalah : Surat kabar adalah penerbitan berupa lembaran-lembaran yang berisi berita- berita karangan-karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodic dan dijual untuk umum (Assegaff,1991:140) - 2 -

7 Surat kabar, atau biasa disebut dengan koran adalah media periklanan yang dipakai peneliti dalam penelitian ini. Koran merupakan media yang lebih tepat waktu, dibaca oleh audience yang lebih luas, dan merupakan media yang fleksibel secara geografis dan mencapai audience secara teratur. Koran lebih diterima dan lebih dipercaya audience (Prasetijo, 2005). Koran memungkinkan kita menyampaikan pesan lebih kompleks dan lebih panjang ketimbang TV, film, dan radio. Pembaca juga lebih suka memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca koran dan, biasanya, penyampaian iklan pada koran lebih rinci (Brannan,2005). Tanpa berita,surat kabar mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat dan berpaling ke media massa lainnya. Muatan berita di surat kabar sekitar persen (Koesworo, Margontoro, Viko, 1994:72). Surat kabar cukup mudah didapatkan dan didokumentasikan sebagai referensi pencarian informasi, sehingga berita menjadi muatan yang sangat penting bagi media cetak. Salah satu berita yang di ulas adalah berita terhadap BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine. Phenylpropanolamine adalah suatu bahan dasar obat dari golongan phenethylamine yang digunakan sebagai decongestant dalam suatu resep obat batuk, demam, dan perawatan terhadap penderita sinus dan juga obat untuk kombinasi dari berbagai macam alergi ( Menurut ilmuwan di Yale University School of Medicine bahwa phenylpropanolamine dapat menyebabkan hemorrhagic stroke (pendarahan dalam otak atau lapisan yang menyelimuti otak) terhadap perempuan. (

8 Sejak 1 Maret 2009 marak beredar isu mengenai BPOM Amerika serikat menarik beredarnya obat yang mempunyai kandungan Phenylpropanolamine melalui dan sms. Adapun obat yang mengandung PPA (Phenylpropanolimane) di Indonesia adalah decolgen, decolsin, sinutab, allerin, bodrexin, contac 500, cosyr, flucyl, fludane, flugesic, inza, komix, mixaflu, mixagrip, nalgextan neozep forte, nodrof, paratusin, procold, rhinotussal, sanaflu, siladex, stopcold, triaminicdrops, tusalgin. ( Hal tersebut terkait dengan rilis terbaru BPOM Amerika (US- FDA) tentang bahaya obat flu dan batuk yang dicampur dengan zat PPA. Isu penarikan obat flu dan batuk di Amerika oleh US-FDA lantaran mengandung PPA membuat resah masyarakat di Indonesia. Pada November 2000, US-FDA memang pernah melakukan penarikan secara besar-besaran di Amerika terhadap sejumlah merek obat pelangsing yang mengandung PPA. Kadar PPA pada obat pelangsing cukup tinggi, bisa mencapai 150 mg per takar. Namun Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Husniah Rubiana Thamrin menjamin kendati membenarkan obat-obat flu dan batuk di Indonesia memang mencampurkan zat PPA, namun secara medis hal ini cukup aman. Terlebih kadar PPA pada obat di Indonesia amat rendah, hanya 15 mg per takaran.( Berdasarkan konteks di atas, peneliti menempatkan media massa khususnya media cetak sebagai saluran informasi berita mempunyai peranan penting. Surat kabar sabagai bagian dari media massa dapat menjadi instrumen untuk mempengaruhi kesadaran - 4 -

9 masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak berarti dapat menjadi berarti melalui penciptaan data-data yang disajikan media cetak, sekalipun data tersebut hanya merupakan rekaan imajiner dari sang penulis berita atau sumber berita. Hal seperti ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat yang masih kuat dihadapi budaya isu dan intrik, dimana berita dianggap sebagai kenyataan dan kebenaran. Pada intinya berita yang ada dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan kesadaran masyarakat. ( Winarko,2001:1 ) Peneliti mengambil penelitian sikap perempuan terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS, karena menurut Yayasan Penderita Stroke Indonesia penderita stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf di surabaya ( Sikap yang dimaksud adalah bagaimana respon perempuan di Surabaya terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine. Sedangkan alasan peneliti menggunakan surat kabar KOMPAS, karena pemberitaan tersebut hanya dimuat di harian KOMPAS. Dan harian KOMPAS pun mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi di mata masyarakat Surabaya. Responden dalam penelitian ini adalah perempuan di Surabaya yang membaca berita BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine. Peneliti memillih responden perempuan dikarenakan Phenylpropanolamine (PPA) dapat menyebabkan hemorrhagic stroke (pendarahan dalam otak atau lapisan yang - 5 -

10 menyelimuti otak) yang hanya berdampak pada perempuan. ( Alasan dipilihnya surabaya sebagai objek penelitian karena kota Surabaya menurut Yayasan Stroke Indonesia adalah kota yang mempunyai penderita stroke terbanyak selain Jakarta.( Disamping itu Surabaya sebagai kota terbesar setelah Jakarta mempunyai masyarakat yang berpendidikan minimal setara dengan SMA, yang menjadikan masyarakat Surabaya lebih peduli akan bidang kesehatan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana sikap perempuan terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS, 1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sikap perempuan terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine Kegunaan Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian sikap perempuan terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar Kompas, diharapkan dapat : - 6 -

11 1. Secara teoritis Bagi kepentingan ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui efek apa yang dihasilkan dari Sikap perempuan terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine dan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau tambahan referensi penelitian komunikasi selanjutnya. 2. Secara praktis Dapat digunakan sebagai acuan atau bahan masukan bagian surat kabar dalam rangka penyebaran informasi khususnya yang berkaitan dengan sikap pembaca terhadap berita BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine dan mengajak masyarakat untuk hidup sehat

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Media Cetak Media cetak adalah merupakan suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan halaman putih (Khazali,1992:99). Media massa cetak termasuk didalamnya surat kabar,majalah dan tabloid sekarang banyak diterbitkan dengan berbagai macam tema untuk berbagai segmen khalayak (Effendy,1989 :145). Surat kabar, atau biasa disebut dengan koran merupakan media yang lebih tepat waktu, dibaca oleh audience yang lebih luas, dan merupakan media yang fleksibel secara geografis dan mencapai audience secara teratur. Koran lebih diterima dan lebih dipercaya audience (Prasetijo, 2005). Koran memungkinkan kita menyampaikan pesan lebih kompleks dan lebih panjang ketimbang TV, film, dan radio. Pembaca juga lebih suka memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca koran dan, biasanya, penyampaian iklan pada koran lebih rinci (Brannan,2005) Pengertian Sikap Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan atau normal terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sikap relatif menetap, berbagai study menunjukan - 8 -

13 bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. ( Rahmat,2001:33 ) Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul dari reaksi individu. Respon yang terjadi sangat evaluatif, berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik, buruk, positif dan negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka tau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. ( Rahmat,2001:40 ) Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya ( pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya ) untuk mengubah sikap seseorang.( Rahmat,2001:42 ) Pada hakekatnya,sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada 3 yaitu : 1. Komponen kognitif Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan - 9 -

14 evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungannya. 2. Komponen afektif Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan sistem nilai yang dimiliki. 3. Komponen konatif Komponen yang merupakan kecenderungn seseorang bertindak terhadap lingkungan dengan ramah, sopan, bermusuhan, menentang, melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya. ( Gito Sudarmo,2004 : ) Perempuan sebagai khalayak Pembaca Dinamika masyarakat dalam memperoleh informasi-informasi atau berita di media massa jelas menentukan seberapa jauh media massa tersebut dalam hal ini adalah media massa cetak ( surat kabar ) itu mempunyai dampak yang menyentuh di kehidupan masyarakat. Dampak tersebut meliputi aspek kepribadian khalayak secara emosional, intelektual maupun sosial, setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Perempuan sebagai khalayak sasaran ( target audience ) hal ini disebabkan karena dalam pemberitaan ini obat-obatan yang mengandung phenylpropanolamine hanya berdampak pada perempuan

15 Perempuan di sini adalah perempuan yang menjadi pembaca dari media massa cetak ( surat kabar ) yang bersangkutan, di mana pembaca tersebut heterogen, anonim, dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal dari semua lapisan sosial Perempuan di kota Surabaya di sini merupakan khalayak sasaran ( target audience ). Khalayak pembaca sasaran dalam penelitian ini dilakukan pada responden yang berusia 20 tahun keatas. Dengan alasan pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun ketrampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pendidikan bagi individu adalah suatu proses belajar, maka apabila seseorang mengenyam pendidikan maka akan mengalami perkembangan pula di dalam kecerdasan, perhatian, dan pengalamannya (Kasali, 2005, p161) Pengertian Berita Dean M.Lyle Spencer dalm bukunya yang berjudul News Writings, yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott ( News survey Journalism ), menyatakan bahwa Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca, Sedangkan menurut Mitcel V.Charnley, menyebutkan Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas

16 Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting,opini dan sejumlah pembaca merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan demikian disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton. ( Muda, 2003:22 ) Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut : a. Timeliness Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pemirsa atau pembaca. b. Proximity Proximity artinya kedekatan. Kedekatan di sini maknanya sangat bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan maupun kepentingan terkait lainnya. c. Prominence Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula. d. Consequence Consequence artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu, segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan

17 dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik. e. Conflict Conflict ( konflik ) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan. f. Development Development ( pembangunan ) merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik. g. Disaster and crimes Disaster ( bencana ) dan crimes ( kriminal ) adalah 2 peristiwa berita yang pasti akan mendapatkan tempat bagi para pemirsa dan penonton. h. Weather Weather ( cuaca ) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu. i. Sport Berita olah raga sudah lama daya tariknya j. Human Interest Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest

18 Berita BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di Surat Kabar KOMPAS Berita BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine merupakan berita yang mengacu kepada bahayanya digunakannya bahan PPA (Phenylpropanomelamine) sebagai decongestant dalam suatu resep obat batuk, demam, dan perawatan terhadap penderita sinus dan juga obat untuk kombinasi dari berbagai macam alergi. Tanggal 1 maret 2009 marak beredar isu mengenai BPOM Amerika serikat menarik beredarnya obat yang mempunyai kandungan Phenylpropanolamine melalui dan sms. Adapun obat yang mengandung PPA (Phenylpropanolimane) di Indonesia adalah Decolgen, Mixaflu, Mixagrip, Neozep Forte, Procold, Sanaflu, Stopcold, Siladex,Triaminic drops, Tusalgin,Flucyl, Fludane dan sejumlah merek lainya. Hal tersebut terkait dengan rilis terbaru BPOM Amerika (US- FDA) tentang bahaya obat flu dan batuk yang dicampur dengan zat PPA karena menurut ilmuwan di Yale University zat tersebut dapat memicu haemorhagic stroke (Stroke akibat tekanan darah tinggi) pada perempuan. Isu penarikan obat flu dan batuk di Amerika oleh US-FDA lantaran mengandung PPA membuat resah masyarakat di Indonesia. Pada November 2000, US-FDA memang pernah melakukan penarikan secara besar-besaran di Amerika terhadap sejumlah merek obat pelangsing yang mengandung PPA. Kadar PPA pada obat pelangsing cukup tinggi, bisa mencapai 150 mg per takar. Namun Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Husniah

19 Rubiana Thamrin menyatakan kendati membenarkan obat-obatan flu dan batuk di Indonesia memang mencampurkan zat PPA, tetapi dengan mereduksi kandungannya menjadi 15 miligram per dosis. (KOMPAS, 17 April 2009) Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial Menegakkan nilai-nilai demokrasi, memperjuangkan keadilan dan kebenaran serta hak-hak asasi manusia merupakan contoh idealisme yang harus senantiasa diperjuangkan oleh pers. Idealisme yang melekat pada pers harus dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial yang konstuktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat. ( Sumardiria, 2005:46 ). Sementara ( Sumandiria, 2005:32-35 ) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukan 5 fungsi pers yaitu : 1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluasluasnya yang aktual, akurat, faktual dan bermanfaat. 2. Fungsi Edukasi, makhsudnya di sini informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers. 3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat

20 4. Fungsi Kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalak ketika melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat atau negara. 5. Fungsi Mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi fasilitator atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain. Peristiwa yang satu dengan peristiwa lain, atau orang yang satu dengan yang lain. Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa untuk perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama. Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial ( Susanto, 2000:115 ) adalah tekanan mental setiap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai dengan penilaian kelompok. Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial bertujuan : 1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya 2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri 3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru ( Susanto, 2000:116 )

21 2.1.7 Teori S-O-R Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi teori komunikasi. Karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, kognitif, afektif, dan konatif. Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme- Response. Stimulus sendiri berarti pesan di antara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan. Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan

22 Unsur-unsur dalam model ini adalah : 1. Pesan ( stimulus ) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang. 2. Komunikan ( Organisme ) merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian di sini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator. 3. Efek (Response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. ( Effendi, 2003:255 ) Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

23 Stimulus Organisme a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Response ( Perubahan Sikap ) a. Kognitif b. Afektif c. Konatif Gambar 1 : Model Teori S-O-R ( Effendy, 2003 : 255 ) Menurut gambar ini model di atas menunjukan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa Berita BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di harian Kompas. Mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi. ( Effendy, 2003:256 ) Kerangka berpikir Phenylpropanolamine adalah suatu bahan dasar obat dari golongan phenethylamine yang digunakan sebagai decongestant dalam suatu resep obat batuk, demam, dan perawatan terhadap penderita sinus dan juga obat untuk kombinasi dari berbagai macam alergi (

24 Menurut ilmuwan di Yale University School of Medicine bahwa phenylpropanolamine dapat menyebabkan hemorrhagic stroke (pendarahan dalam otak atau lapisan yang menyelimuti otak) terhadap perempuan. ( Sejak 1 Maret 2009 marak beredar isu mengenai BPOM Amerika serikat menarik beredarnya obat yang mempunyai kandungan Phenylpropanolamine melalui dan sms. Adapun obat yang mengandung PPA (Phenylpropanolimane) di Indonesia adalah Decolgen, Mixaflu, Mixagrip, Neozep Forte, Procold, Sanaflu, Stopcold, Siladex,Triaminic drops, Tusalgin,Flucyl, Fludane dan sejumlah merek lainya. ( Pada November 2000, US-FDA memang pernah melakukan penarikan secara besar-besaran di Amerika terhadap sejumlah merek obat pelangsing yang mengandung PPA. Kadar PPA pada obat pelangsing cukup tinggi, bisa mencapai 150 mg per takar. Namun Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Husniah Rubiana Thamrin menjamin kendati membenarkan obat-obat flu dan batuk di Indonesia memang mencampurkan zat PPA, namun secara medis hal ini cukup aman. Terlebih kadar PPA pada obat di Indonesia amat rendah, hanya 15 mg per takaran.( Surabaya sebagai kota yang memiliki penderita stroke tertinggi di indonesia menurut yayasan stroke indonesia, memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menanggapi penggunaan zat Phenylpropanomelamine dalam obat-obatan yang menurut ilmuwan di Yale University School of Medicine dapat menimbulkan stroke pada perempuan.( Atas dasar itulah, dalam hal ini

25 media massa khususnya media cetak KOMPAS memberitakan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine. KOMPAS merupakan satu-satunya surat kabar yang memberitakan mengenai hal ini untuk disampaikan kepada khalayak luas. Hal ini sesuai dengan fungsi pers yaitu sebagai mediasi dan penyebar informasi yang obyektif dan edukatif, selain itu juga melakukan kontrol sosial yang konstruktif menyalurkan aspirasi masyarakat, meluaskan komunikasi dan peran serta positid bagi masyarakat. ( Sumadiria, 2005:35 ) Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu ( Rahmat, 2005:35 ). Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan. Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh

26 yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti sikap perempuan di Surabaya yang membaca pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS karena stimuli dalam hal ini pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian, dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi perubahan sikap oleh khalayak tersebut. Stimulus: Berita BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS Perempuan Surabaya sebagai khalayak Pembaca a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Sikap perempuan di surabaya terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS a. Efek Kognitif b. Efek Afektif c. Efek Konatif Gambar 2 : Bagan kerangka berpikir Sikap perempuan terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS

27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional di sini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari variabel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang terjadi pada perempuan Surabaya yang menjadi obyek penelitian itu kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu ( bungin, 2001:48 ). Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap perempuan di Surabaya terhadap pemberitaan BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine di Surat kabar KOMPAS. untuk lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut : Sikap Perempuan Terhadap Pemberitaan BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine Di Surat Kabar KOMPAS. Sikap adalah kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu obyek atau sebuah kumpulan obyek. Sikap relatif menetap, berbagai studi menunjukan bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. ( Rahmat, 2001:39 )

28 Sikap perempuan di Surabaya setelah membaca berita BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS merupakan bentuk dari kecenderungan berfikir, merasa dan bertindak menghadapi obyek, situasi berupa pemberitaan tersebut di surat kabar KOMPAS. Sikap perempuan di Surabaya dapat dibedakan dalam 3 hal yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. 1. Komponen kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap dalam hal ini adalah sikap perempuan di Surabaya terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS, yaitu : a. Mengetahui bahwa BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolemine dalam pemberitaan BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine Di Surat Kabar KOMPAS. b. Mengetahui Phenylpropanolamine dapat menyebabkan hemorrhagic stroke (pendarahan dalam otak / lapisan yang menyelimuti otak) dalam pemberitaan BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine di Surat Kabar KOMPAS. c. Mengetahui bahwa US-FDA pernah melakukan penarikan terhadap Phenylpropanomelamine dalam pemberitaan BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine Di Surat Kabar KOMPAS

29 d. Mengetahui bahwa kadar Phenylpropanolamine pada obat di Indonesia yang di perbolehkan hanya 15 mg per takaran dalam pemberitaan BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine Di Surat Kabar KOMPAS. 2. Komponen afektif yaitu berhubungan dengan perasaan seperti khawatir, ketakutan dan kecemasan seseorang mengenai obyek sikap dalam hal ini adalah sikap perempuan di Surabaya terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolemine: a. Meragukan keputusan BPOM yang tak menarik Phenylpropanolamine dari pasaran dalam pemberitaan BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine Di Surat Kabar KOMPAS. b. Merasa senang karena BPOM tidak menarik obat yang mengandung Phenylpropanolamine dalam pemberitaan BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine Di Surat Kabar KOMPAS. c. Merasa takut akan bahaya dari obat yang mengandung Phenylpropanolemine dalam pemberitaan BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine Di Surat Kabar KOMPAS. d. Mengharapkan dengan adanya pemberitaan BPOM Tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine Di Surat Kabar KOMPAS masyarakat akan lebih peduli akan kesehatanya

30 3. Komponen konatif yaitu kecenderungan perubahan sikap atau perilaku seseorang terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolemine di surat kabar KOMPAS, yaitu : a. Pembaca lebih selektif dalam pemilihan obat yang akan dikonsumsi. b. Pembaca tetap mengkonsumsi obat yang mengandung Phenylpropanolamine. c. Pembaca akan mengingatkan orang lain akan bahaya obat yang mengandung Phenylpropanolamine. d. Adanya kecenderungan pembaca untuk mengurangi pengkonsumsian obat apapun. Untuk mengetahui sikap perempuan di Surabaya terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolemine di surat kabar KOMPAS diukur dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur komponen kognitif, afektif, dan konatif dinyatakan dalam jumlah skor. Yaitu : Sangat setuju (SS) = skor 4 Setuju (S) = skor 3 Tidak Setuju (TS) = skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1 Pilihan jawaban hanya di golongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan meniadakan jawaban ragu-ragu ( undecided ), alasannya menurut hadi ( 1986:20) adalah sebagai berikut : 1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bias diartikan belum bisa memberikan jawaban,netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda instrument

31 2. Tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan multi interpretable. Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah ( central tendency ), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya. 3. Disediakannya jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden. Maka selanjutnya batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari pernyataan di atas yang akan dijawab yaitu dengan menggunakan rumus : Interval = Skor Jawaban Tertinggi Skor Jawaban Terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan : Interval : Berdasarkan dari setiap tingkatan Skor tertinggi : Perkalian antara skor tertinggi dengan jumlah item pertanyaan Skor terendah : Perkalian antara skor terendah dengan jumlah item pertanyaan Maka interval penelitian ini adalah : (4x 4 ) ( 4 x 1 ) ( 16 )-( 4 ) 12 Interval = 3 = 3 = 3 = 4 Positif = Netral = 8-11 Negatif =

32 Sikap perempuan di Surabaya terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS di kategorikan ke dalam 3 kategori yaitu positif, negatif, netral. Dikatakan positif jika perempuan surabaya tersebut melakukan sikap mendukung yang berhubungan dengan informasi dalam pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS. Sementara dikatakan negatif jika perempuan Surabaya tersebut menyatakan tidak setuju atau tidak mendukung terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS. Dan dikatakan netral jika perempuan Surabaya tersebut cenderung tidak mengalami perubahan sikap atau tidak memberikan pendapatnya terhadap pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pembaca KOMPAS di Surabaya yang berusia 20 tahun ke atas yang berjenis kelamin perempuan. 20 tahun keatas dipilih dalam penelitian ini karena pada umur 20 tahun keatas seseorang sudah memiliki jenjang pendidikan yang tinggi yang memungkinkan untuk memahami suatu pemberitaan, hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pendidikan bagi individu adalah suatu proses belajar, maka apabila seseorang mengenyam pendidikan maka akan mengalami perkembangan pula di dalam kecerdasan, perhatian, dan

33 pengalamannya (Kasali, 2005, p161). Jumlah populasi perempuan yang berumur 20 tahun ke atas di surabaya yaitu sebanyak (Badan Pusat Statistik Surabaya) Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2001: 61). Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peneliti yang akan dijadikan sampel yaitu perempuan, pernah membaca pemberitaan bahwa BPOM tak pernah tarik Phenypropanolamine, dan pernah mengkonsumsi obat yang mengandung Phenylpropanolamine Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut (Krisyantono, 2007:160); N n = N (d²)+1 Keterangan : N = Populasi n = Jumlah sampel d = Presisi (derajat ketelitian 0,1)

34 Menggunakan rumus diatas sebagai berikut : N n = N (d²) n = (0,1 2 )+1 = ,9 = 99,9 100 sampel Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden berdasarkan data primer dan data sekunder. Yang dimaksud data primer adalah data yang diperoleh dari responden yang diminta memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner. Sementara data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku-buku penunjang dan lembaga pemerintahan ( Suyanto, 2005:55 ). Peneliti akan mendampingi responden selama melakukan kegiatan pengisian kuisioner. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan munculnya pertanyaan dari responden yang tidak memahami kata-kata, arti dan maksud dari pertanyaan kuesioner Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam table frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi

35 tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis. Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap : a. Editing atau Seleksi Angket, yaitu data yang digunakan untuk mencapai hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan, sehingga data yang diperoleh adalah data yang valid. b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban. c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada dapat dihubungkan dengan pengurangan terhadap variabel-variabel yang ada (Rahmat, 2002:134) Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus: F P= X 100 N Keterangan : P = Presentase Responden F = Frekuensi Responden N = Jumlah Responden Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh presentase yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpretasikan, maka proses ini disebut tabulasi

36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum KOMPAS Pada awal tahun 1965, letjen Ahmad Yani ( ) selaku menteri/panglima TNI-AD menelepon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda, Yani melemparkan ide menerbitkan koran melawan pers Komunis. Frans Seda menanggapi ide itu, membicarakanya dengan Ignatius Josef Kasino ( ) sesama rekan di Partai Katolik dan dengan rekannya yang memimpin majalah initsari, Petrus Kanisius Ojong ( ) dan Jakob Oetama. Kedua nama terakhir itulah yang kemudian mempersiapkannya. Nama koran itu Bentara Rakyat, sebuah penegasan dirisebagai pembela rakyat yang sebenarnya ; berbeda dengan koran-koran di bawah nama Partai Komunis Indonesia (PKI) yang memanipulasi rakyat. Menjelang terbitnya Bentara Rakyat, Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan datang ke Istana Merdeka menemui Presiden Soekarno. Presiden bertanya nama koran yang akan terbit. Dijawab oleh Seda bernama Bentara Rakyat. Namun Bung Karno menyarankan agar koran baru itu diberi nama KOMPAS supaya jelas diterima sebagai penunjuk arah. Akhirnya dinamai KOMPAS, Bentara Rakyat dijadikan nama yayasan yang menerbitkan (Buklet KOMPAS : Juni ; 2000) KOMPAS pertama kali terbit pada hari Senin tanggal 28 Juni 1965 setebal empat halaman, dicetak eksemplar, berdasarkan

37 keputusan menteri penerangan No. 003N/SK/DPHMJSIT/1965 tertanggal 9 juni Pelopor utama berdirinya lembaga media ini adalah orang-orang muda yang beberapa diantaranya adalah P.K Ojong, Jakob Oetama, August Parengkuan serta Indra Gunawan seperti yang diungkapkan di atas. Pada bulan-bulan pertama KOMPAS yang sering diplesetkan sebagai Komt Pas Morgen atau KOMPAS yang datang pada keesokan harinya, karena sering telat terbit. Oleh PKI namanya diplesetkan sebagai Komando Pastor, sebab tokoh-tokoh pendiri dan perinitsnya berasal dari golongan katolik. Diawaki tidak lebih dari 10 orang di bagian redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi ada di jalan Pintu Besar Selatan, kemudian pindah ke jalan Palmerah Selatan UU Pokok Pers tahun 1982 dan Ketentuan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers mewajibkan penerbit pers berbadan hukum. Oleh karena itu, sejak tahun 1982 penerbit kompas bukan lagi Yayasan Bentara Rakyat, tetapi PT. Kompas Media Nusantara. Awal mula penerbitan surat kabar yang terbit di ibu kota negara ini, berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan. Kantor yang ditempati terbagi dua dengan kantor majalah Intisari yang bertempat di Jalan Pintu Besar Selatan No Jakarta Kota. Sedangkan percetakannya masih menggunakan percetakan milik PN. Eka Grafika. Satu bulan setelah mencetak penerbitannya pada PN. Eka Grafika, KOMPAS beralih pada percetakan Mas Merdeka milik BM. Diah. Tampaknya KOMPAS mendapat keuntungan lebih dengan

38 mencetak penerbitannya di percetakan Masa Merdeka ini ternyata hasil cetakannya jauh lebih bagus dan karena sudah menggunakan mesin rotasi sehingga daya cetaknya lebih cepat. Sampai kemudian oplah KOMPAS meningkat hampir seratus persen. Situasi dan kondisi yang tidak menentu pada masa orde lama mempengaruhi perkembangan KOMPAS selanjutnya. Penghentian penerbitan beberapa surat kabar sehubungan adanya pemberontakan G 30S/PKI juga menimpa KOMPAS. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1965 KOMPAS mendapat surat perintah untuk menghentikan kegiatannya. Namun manakala kondisi sudaj mulai memulih, pada akhirnya KOMPAS kembali diijinkan terbit kembali pada tanggal 6 oktober Setelah berbagai kekacauan yang disebabkan oleh G30S/PKI KOMPAS tidak lagi mencetak pada percetakan milik PN. Eka Grafika PT. Kinta yang merupakan percetakan terbaik saat itu menjadi pilihan KOMPAS untuk mencetak surat kabar ini. Selain pertimbangan peningkatan kualitas juga karena adanya pelarangan. Beberapa alasan pelanggaran penerbitan terhadap beberapa media massa waktu itu karena afikasi lembaga media dengan partai terlarang. Pada perkembangan selanjutnya KOMPAS terbit 4 halaman tiap harinya dengan oplah yang terus menanjak yaitu mencapai eksemplar. Semenjak itu KOMPAS terus saja meningkat oplahnya hingga pada tahun 1972 surat kabar ini telah memiliki percetakan sendiri yang dinamakan PT. Gramedia. Selama pemerintahan orde baru, KOMPAS tercatat sekali terkena larangan terbit pada tahun 1978 bersamaan dengan terjadinya

39 peristiwa Malari. Namun hal ini tidak hanya menimpa surat kabar KOMPAS karena 6 terbitan lainnya juga menerima nasib yang sama (dicabut SIUPP-nya). Keenam surat kabar itu adalah Surat Kabar Sinar Harapan, Merdeka, The Indonesian Times, pelita, Sinar Pagi, dan Pos Sore. Namun hal itu tidak berlangsung lama, kemudian KOMPAS kembali diijinkan terbit. surat kabar ini semakin hari semakin menampakkan perkembangan yang pesat hingga oplahnya mencapai eksemplar pada tahun dan dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya tahun 1997, KOMPAS menerbitkan Tabloid Bola yang terbit setiap minggu. Sampai saat ini, permodalan surat kabar KOMPAS dimiliki secara bersama oleh Yayasan Bentara Rakyat, Yayasan KOMPAS Gramedia, Sejahtera, PT.- Gramedia, PT. Transito Asri Media serta atas nama perorangan yaitu Jacob Oetama, Frans Seda dan P. Iswanto. Iji terbit surat kabar ini adalah surat keputusan Menpen No. 001/Menpen/SIUPP/PP/A.7/1985, Tertanggal 10 November KOMPAS telah menjadi surat kabar terbesar di Indonesia saat ini dengan berkembangnya teknologi cetak jarak jauh surat kabar ini dapat diterima pagi oleh pembacanya di daerah. Berkembangnya media baru yaitu Internet, KOMPAS juga tidak ketinggalan ikut menyajikan media online yang dikenal dengan KOMPAS cyber media rata-rata dikunjungi orang. Akurasi dan aktualisasi berita yang disajikan oleh surat kabar ini telah berhasil menarik pembaca kalangan menengah ke atas dengan pembaca

40 terbanyak adalah mahasiswa, ibu rumah tangga, para politisi, ilmuwan dan pengusaha. 4.2 Penyajian Data dan Analisis Data Pada bab ini akan disajikan dan diuraikan temuan-temuan yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian. Pada penelitian ini ditetapkan 100 orang sebagai sampel. Sejumlah kuesioner disebarkan secara acak kemudian dipilih yang memenuhi syarat untuk dijadikan responden sampai jumlah yang telah ditetapkan. Responden dalam penelitian ini adalah Perempuan di surabaya yang membaca berita BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine. Metode Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden Kharateristik Responden Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai usia, tingkat pendidikan terakhir dan pekerjaan responden Usia Responden Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah Perempuan di Surabaya yang berusia 20 tahun keatas. Berdasarkan hasil kuesioner yang didata, maka diperoleh karakteristik responden berdasarkan usia dari responden adalah sebagai berikut

41 Tabel 1 Usia Responden No. Usia Frekuensi Prosentase tahun % tahun % tahun % Tahun % Total % Sumber : kuesioner responden no.2 Berdasarkan dari tabel 1 dapat diketahui bahwa responden paling banyak berada antara interval usia 31 tahun hingga 40 tahun yaitu sebanyak 43 %. Di urutan kedua responden terbanyak berada antara interval 20 tahun hingga 30 tahun yaitu sebanyak 31 %.Di urutan ketiga pada interval usia 41 tahun hingga 50 tahun yaitu 14 %.Yang paling terkecil yaitu sebanyak 12 % responden berada pada interval usia 51 hingga 53 tahun Pendidikan Responden Dari 100 responden ada berbagai macam latar belakang pendidikan, antara lain SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui jumlah dan prosentase responden dapat diketahui pada tabel

42 Tabel 2 Pendidikan Terakhir Responden No Pendidikan terakhir Frekuensi Prosentase 1 SD 6 6 % 2 SMP % 3 SMU/SMK % 4 S % Total % Sumber : Kuesioner identitas responden no 4 dari tabel 2 dapat diketahui bahwa sebanyak 6 % responden yang memiliki pendidikan terakhir SD, sedangkan responden yang memiliki pendidikan terakhir SMP sebanyak 21 %, pada usia ini responden hanya mampu membaca berita, sedangkan untuk menganalisa sebuah berita mereka belum mampu memahami dengan baik. Responden yang memiliki pendidikan terakhir SMU/SMK sebanyak 50 %, pada usia ini responden telah mampu menganalisa sebuah berita namun masih belum sempurna karena masih dalam proses belajar berpikir, dan yang memiliki pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 23 %, pada usia ini mereka telah mampu menganalisa sebuah berita dengan baik. Dari uraian diatas menunjukan mayoritas responden dalam penelitian ini rata-rata telah mampu memahami dan menganalisa sebuah berita

43 Pekerjaan Responden Dari 100 responden ada berbagai macam latar belakang pekerjaan, antara lain Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, wiraswasta, ibu Rumah tangga dan pelajar. Untuk mengetahui jumlah dan prosentase responden dapat diketahui pada tabel 3 Tabel 3 Pekerjaan Responden No Pekerjaan Frekuensi Prosentase 1. Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Pelajar 3 3 Jumlah Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa yang pekerjaannya pegawai negeri sebanyak 13 orang (13 %), pegawai swasta sebanyak 28 orang (28 %), pekerjaan wiraswasta sebanyak 12 orang (12 %), pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 44 orang (44 %), pelajar sebanyak 3 orang (3 %). Data ini menunjukan bahwa responden yang pekerjaanya ibu rumah tangga lebih banyak dibanding dengan yang lain

44 Responden yang membaca permberitaan BPOM tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS Banyaknya responden yang membaca pemberitaan BPOM tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine di Surat Kabar KOMPAS. Tabel 4 Banyaknya Responden yang membaca pemberitaan BPOM tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine di surat kabar KOMPAS No Kriteria Frekuensi Prosentase 1. Tidak membaca Membaca Total Sumber: Kuesioner Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa seluruh responden pernah membaca permberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di surat kabar kompas Berapa kali responden membaca permberitaan BPOM tak Pernah Tarik Phenylpropanolamine di Surat kabar KOMPAS Untuk mengetahui berapa kali responden membaca Pemberitaan BPOM tak pernah tarik Phenylpropanolamine di Surat kabar KOMPAS dapat diketahui melalui tabel

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 31 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tentang kecenderungan ketidakberpihakan (impartiality) media dalam pemberitaan konflik KPK dan POLRI dalam kasus pengadaan simulator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat Kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang sedang dan telah terjadi

Lebih terperinci

RACHMAD ADI NUGROHO NPM

RACHMAD ADI NUGROHO NPM SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PETUGAS PAJAK PASCA PEMBERITAAN MAFIA PAJAK DI SURAT KABAR (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar)

Lebih terperinci

SIKAP MAHASISWA DI SURABAYA TERHADAP GAME SHOW HAPPY SONG DI INDOSIAR SKRIPSI

SIKAP MAHASISWA DI SURABAYA TERHADAP GAME SHOW HAPPY SONG DI INDOSIAR SKRIPSI SIKAP MAHASISWA DI SURABAYA TERHADAP GAME SHOW HAPPY SONG DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Mahasiswa Di Surabaya Terhadap Game Show Happy Song di Indosiar) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian dari pola interaksi unsur-unsur dalam sistem sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas pola

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN. masyarakat. Surat kabar sebagai penyalur informasi yang sangat penting perannya

BAB II DESKRIPSI OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN. masyarakat. Surat kabar sebagai penyalur informasi yang sangat penting perannya BAB II DESKRIPSI OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN A. Latar Belakang Surat kabar merupakan salah satu media informasi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Surat kabar sebagai penyalur informasi yang sangat

Lebih terperinci

ini lahir di tengah-tengah sikon politik yang dinamakan Sikon Revolusioner,

ini lahir di tengah-tengah sikon politik yang dinamakan Sikon Revolusioner, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Perusahaan dan Perkembangan Harian Kompas "Kompas" diterbitkan untuk pertama kalinya pada tanggal 28 Juni 1965, tepat pada masa dimatikannya koran-koran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari

METODE PENELITIAN. merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari 33 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah eksplanatif. Tipe penelitian eksplanatif merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari sebab

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : RAHAJENG K

SKRIPSI. Diajukan oleh : RAHAJENG K ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR KOMPAS (Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas Bulan Oktober Sampai Bulan Desember 2009) SKRIPSI Diajukan oleh : RAHAJENG K

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SITI MUKARROMAH YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

SKRIPSI. Oleh: SITI MUKARROMAH YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG IKLAN LIFEBUOY DI MEDIA TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Anak SD Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Lifebuoy 5 Resep Dokter Kecil Versi Dik Doank di Media Televisi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media mengandung istilah sebagai sebuah lembaga milik swasta maupun pemerintah yang mempunyai tugas memberikan informasi. Saat ini media merupakan faktor sentral dalam

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe dan Manfaat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif sebagai metode

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, arus informasi yang aktual, akurat dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhannya itu dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementrian Pertanian (2013) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 pertanian di Indonesia dihadapkan pada tantangan berat. Tantangan berat yang dihadapi menyangkut beberapa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi

III. METODE PENELITIAN. menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi 38 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif, yakni penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat modern saat ini peran komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan dalam masyarakat yang tidak lepas dari komunikasi. Komunikasilah yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan hasil penelitian yang di peroleh dari lapangan dan juga melakukan pembahasan berdasarkan atas data yang di peroleh dari 97

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam undang-undang pasal 2 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir bulan Oktober 2012 media massa ramai memberitakan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang mempublikasikan adanya pemesaran yang dilakukan oleh anggota DPR terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan menurut standar IKM dan faktor- faktor yang mempengaruhinya, maka tipe penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rekatama Media, hal 2. 2 Harimurti Kridalaksana. Leksikon Komunikasi. Cetakan Pertama Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Rekatama Media, hal 2. 2 Harimurti Kridalaksana. Leksikon Komunikasi. Cetakan Pertama Jakarta. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kita mengenal istilah jurnalistik identik dengan media massa, dan juga wartawan atau reporter. Berita di media cetak, media elektronik ataupun online, adalah produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini terbukti dari banyaknya media massa, termasuk media cetak yang beredar di tanah air. Di tengah kecanggihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Hasilnya nanti diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok, yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti, maka akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hanya memapaparkan situasi yang didapat atau peristiwa yang diperoleh dari data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Media massa memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat. Internet masih menduduki tingkat teratas sebagai alat akses informasi termudah saat ini, namun dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, perkembangan media massa seperti media cetak merupakan salah satu kebijaksanaan dalam mewujudkan tujuan pembangunan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik dan logis

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik dan logis BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam suatu penelitian karya ilmiah, terlebih dahulu dipahami metodologi peneilitian. Metodologi penelitian yang dimaksud merupakan seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang

I. PENDAHULUAN. untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu karakteristik manusia adalah bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang terpenting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap usaha yang berhubungan dengan publik, kepuasan publik senantiasa menjadi patokan utama. Oleh karena itu, segala upaya dilakukan untuk memuaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk mendapatkan informasi serta perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat dunia jurnalistik berkembang pesat.

Lebih terperinci

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI jurnalistik jurnalisme KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jurnalistik (n) (hal) yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran jurnalisme (n) pekerjaan mengumpulkan, menulis,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. obyek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

METODE PENELITIAN. obyek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

Lebih terperinci

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1 Tinjauan Buku MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS Djoko Walujo 1 Penulis : Muis, A. Judul Buku : Indonesia di Era Dunia Maya Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa Batas Penerbit : Remaja Rosdakarya,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : ANALISIS ISI DALAM RUBRIK OPINI PADA MAJALAH CONCEPT (Studi Deskriptif Analisis Isi Tema-tema Opini di Kolom Opini Pada Majalah Concept Periode Maret 2006 November 2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Koran dalam bentuk media cetak merupakan salah satu bentuk media massa yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, dan menjadi bagian dari masyarakat. Koran berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Menurut McQuail (2002:388) motif adalah penggerak maupun alasan dalam diri manusia untuk melakukan suatu tindakan. Motif ini memberikan arah tujuan pada tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB III SEGEMENTASI PASAR DAN BERITA

BAB III SEGEMENTASI PASAR DAN BERITA BAB III SEGEMENTASI PASAR DAN BERITA 3.1 SEGMENTASI PASAR Perusahaan yang memutuskan untuk beroperasi dalam pasar yang luas hendaknya menyadari bahwa tidak mungkin dapat melayani seluruh pelanggan dalam

Lebih terperinci

TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. Oleh. Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *)

TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. Oleh. Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *) TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA Oleh Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *) *) Alumni program sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Awal tahun 2013 silam, masyarakat dikejutkan oleh kecelakaan maut yang menimpa anak salah satu tokoh publik di Indonesia, yaitu Rasyid Rajasa, anak dari Menteri Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran yang sangat penting. Setiap manusia yang hidup memerlukan media massa. Masyarakat mendapat informasi dengan membaca surat kabar, menonton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari atau menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk

Lebih terperinci

SIKAP MASYARAKAT PENGGUNA JASA LAYANAN TRANSPORTASI UDARA DI SURABAYA

SIKAP MASYARAKAT PENGGUNA JASA LAYANAN TRANSPORTASI UDARA DI SURABAYA SIKAP MASYARAKAT PENGGUNA JASA LAYANAN TRANSPORTASI UDARA DI SURABAYA (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Pengguna Jasa Layanan Transportasi Udara Di Surabaya Pasca Pemberitaan Pengumuman KNKT terkait Peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Media massa biasa disingkat media berasal dari bahasa Latin sekaligus bentuk jamak dari kata medium. Istilah media massa atau pers mulai digunakan pada tahun

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa akan. didefinisikan sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa akan. didefinisikan sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sering kita lakukan dalam sehari-hari, komunikasi merupakan kebutuhan yang paling dasar manusia. Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Penelitian ini dimulai dengan melihat karakteristik orang tua tunggal dan

KERANGKA PEMIKIRAN. Penelitian ini dimulai dengan melihat karakteristik orang tua tunggal dan KERANGKA PEMIKIRAN Kemandirian menentukan keberhasilan dalam kehidupan seseorang. Kemandirian meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual dan sosial. Kemandirian anak ditandai dengan kemampuan berinisiatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup kita tidak akan lepas dari peran media massa, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi pikiran kita dipenuhi informasi dari media massa. Betapa media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang lahir dari produk - produk seperti media cetak dan media elektronik. Produkproduk ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 45 III. METODE PENELITIAN Sebuah penelitian membutuhkan langkah-langkah yang teratur dengan urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian. Selain itu, untuk mendukung jalannya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas komunikasi tertentu yang sering disebut sebagai elemen, fungsi atau alat (tool) yang terutama

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed methods). Metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita lakukan perlu melibatkan aktivitas yang disebut komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran dalam kehidupan masyarakat, baik secara positif maupun negatif. Media massa juga bisa berperan sebagai sumber rujukan di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di awali dengan penyiapan materi atau konsep, lalu proses produksi atau pengambilan gambar dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari 9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari menjamurnya stasiun televisi swasta, dan televisi televisi lokal di daerah. Fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam tiga tahun terakhir ini, jumlah kasus kekerasan seksual terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam tiga tahun terakhir ini, jumlah kasus kekerasan seksual terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tiga tahun terakhir ini, jumlah kasus kekerasan seksual terus mengalami peningkatan. Menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan media massa di era globalisasi semakin pesat khususnya media elektronik televisi; hal ini dilihat dari munculnya berbagai macam stasiun televisi swasta

Lebih terperinci

SIKAP MAHASISWA TERHADAP PEMBERITAAN KEKERASAN WARTAWAN INDONESIA

SIKAP MAHASISWA TERHADAP PEMBERITAAN KEKERASAN WARTAWAN INDONESIA SIKAP MAHASISWA TERHADAP PEMBERITAAN KEKERASAN WARTAWAN INDONESIA (Studi Korelasional Tentang Hubungan antara Sikap Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIK-P) Medan dan Pemberitaan Kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, kasus kejahatan begitu marak terjadi dalam hitungan detik dan meniti di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pemberitaan di berbagai media massa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari suatu

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB III PENYAJIAN DATA BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini akan dideskripsikan mengenai data setiap variabel yang diukur dalam penelitian ini didasarkan hasil jawaban kuesioner yang telah diberikan kepada responden, yaitu para

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 34 Penelitian deskriptif adalah jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pesat di era teknologi saat ini dimana media massa digunakan untuk penyampaian informasi. Informasi saat ini dinilai oleh masyarakat kita sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media melalui perbedaan kemasan dan sifat siarannya. dirasakan oleh audiencennya. Menurut Marshall Mc Luhan, Media televisi telah

BAB I PENDAHULUAN. media melalui perbedaan kemasan dan sifat siarannya. dirasakan oleh audiencennya. Menurut Marshall Mc Luhan, Media televisi telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi lahir dari sebuah proses panjang dari perkembangan teknologi. Seiring diibaratkan bahwa kehadiran teknologi dalam perpanjangan fisik manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya.

Lebih terperinci

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon)

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Komunikasi massa 1. Apa yang Anda ketahui mengenai komunikasi massa? Sebutkan contohnya! 2. Bagaimana pendapat Anda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan salah satu unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesuksesan dan nama besar yang diperoleh suatu perusahaan tidaklah lepas dari sumber daya manusia yang mamadai dan handal sesuai dengan bidangnya. Perusahaan media

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.192, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Alat. Perbekalan. Rumah Tangga. Iklan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG IKLAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN

Lebih terperinci

BAB II KOMPAS DALAM DINAMIKA PERS INDONESIA. proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yakni tahun (era

BAB II KOMPAS DALAM DINAMIKA PERS INDONESIA. proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yakni tahun (era BAB II KOMPAS DALAM DINAMIKA PERS INDONESIA Pada perkembangannya di Indonesia, pers memiliki peranan penting dalam perjalanan sejarah di Indonesia. Dimulai dari pasca pembacaan proklamasi kemerdekaan Republik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah manifestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon)

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Komunikasi massa Puri Kusuma D.Putriii 1. Apa yang Anda ketahui mengenai komunikasi massa? Sebutkan contohnya! 2.

Lebih terperinci