Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih(Pleurotus Ostreatus (L) Fries) Menggunakan Steamer Baglog

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih(Pleurotus Ostreatus (L) Fries) Menggunakan Steamer Baglog"

Transkripsi

1 Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih(Pleurotus Ostreatus (L) Fries) Menggunakan Steamer Baglog Ahmad Sujoko 1 *, Musthofa Lutfi 1, Dwi Purnomo 2 1 Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bedali Lawang -Malang *Penulis Korespondensi, ahmadsujoko90@gmail.com ABSTRAK Jamur tiram (Pleurotus ostreatus (L) Fries) merupakan sumber makanan alternatif setara dengan daging dan bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur tiram per 100 gram adalah: Protein 10,5% - 30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat 7,5% - 8,7%. Selain memiliki kandungan gizi yang tinggi jamur tiram cukup mudah untuk dibudidayakan. Dalam proses budidaya media tumbuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Media tumbuh jamur harus memiliki kandungan nutrisi yang cukup dan bebas dari pengaruh mikroorganisme penggangu.maka, harus ada sterilisasi agar media benar-benar dapat mencukupi kebutuhan nutrisi jamur.penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan membandingkan kebutuhan gas, efisiensi energi dan hasil sterilisasi menggunakan steamer baglog dengan drum. Dari hasil penelitian diperoleh laju kebutuhan energi ,8 kcal/hari, massa gas yang terpakai selama 8 jam 2,5 kg, efisiensi panas kompos 51,91% dan persentase pertumbuhan baglog yang di sterilisasi sebesar 100%. Kata kunci: jamur tiram, media tumbuh jamur, sterilisasi, steamer baglog Study Sterilization White Oyster Mushroom Growing Media (Pleurotus ostreatus (L) Fries) Using Steamer Baglog ABSTRACT Oyster mushroom (Pleurotus ostreatus (L) Fries) is an alternative food source on par with meat and high in nutrients. Composition and nutritional content per 100 grams oyster mushrooms are: Protein 10.5% %, 56.60% carbohydrate, fat 1.7% - 2.2%, and 7.5% fiber - 8.7%, In addition to having high nutrient content of oyster mushrooms is quite easy to be cultivated. In the process of growing medium cultivation is one of the factors that affect growth. Mushroom growing medium should have sufficient nutrition and free from the influence of microorganisms intruder. Thus, there should be a medium sterilization that can truly meet the nutritional needs of the fungus. This research uses descriptive quantitative method by comparing the needs of gas, energy efficiency and the results of sterilization using a steamer baglog the drum. From the results obtained by the rate of energy needs kcal / day, the mass of the gas used for 8 hours 2,5 kg, thermal efficiency compost 51.91% and the percentage growth in the sterilization baglog of 100%. Keywords: oyster mushroom, mushroomgrowingmedia, sterilization, steamerbaglog PENDAHULUAN Jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus (L) Fries) merupakan salah satu makanan alternatif pengganti daging bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur Tiram per 100 gram adalah: Protein 10,5% - 30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat 7,5% - 8,7% (Istuti dan Siti, 2006). Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C, dan D. Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin, dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur 303

2 tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca, dan Me mencapai 56% - 70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jamur tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari (Widyastuti, 2002). Jamur tiram termasuk golongan jamur kayu yang hidup sebagai sporafit dan tumbuh secara luas pada limbah hasil hutan dan pertanian, seperti hampir semua kayu keras, produk samping kayu (gergajian, kertas), tongkol jangung, ampas batang tebu, limbah kopi, pelepah pisang, limbah biji kapas, dan semua jerami serealia (Achmad, 2009). Sehingga cukup mudah untuk di budidayakan.meskipun mudah untuk beradaptasi dan di budidayakan, jamur tiram memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi. Sebagai salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah media tumbuh jamur (baglog). Jamur Tirammemerlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh optimal. Kondisi tersebut antara lain: suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium 20ºC-30ºCdengan kelembaban 80%-85%., cahaya, derajat keasaman, serta konsentrasi karbondioksida (CO 2) dan oksigen (O 2) (Imtiaj et al, 2008) Nutrisi yang dibutuhkan harus terpenuhi dan sebelum proses pemasukan bibit bakteri pengganggu yang dapat meng hambat pertumbuhan jamur harus di sterilisasi. Sterilisasi merupakan proses untuk membunuh mikroorganisme pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Perebusan bukanlah proses sterilisasi. Sterilisasi biasanya menggunakan autoclaf untuk yang menggunakan panas yang bertekanan tinggi.cara yang sering digunakan saat ini adalah sterilisasi basah, biasanya digunakan untuk produk-produk yang tidak tahan panas (Desna, 2010). Pada umumnya sterilisasi baglog menggunakan drum dan membutuhkan bahan bakar yang besar. Sehingga membutuhkan alat untuk menggantikan fungsi drum sebagai alat sterilisasi. Steamer Baglog merupakan alat sterilisasi sebagai pengganti drum. Sehingga harus di uji untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat produksi.tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kebutuhan gas untuk setiap produksi, efisiensi panas kompor dan hasil sterilisasi menggunakan Steamer Baglog. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Bibit Jamur Tiram Putih dari Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, serbuk gergaji, dedak padi, kapur, jagung, air dan gas LPG. Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: Steamer Baglog, plastik poliprophile, skop, thermometer, gunting kompor dan karet. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah deskripstif kuantitatif, yaitu dengan membandingkan hasil sterilisasi menggunakan Steamer Baglog dengan menggunakan Drum. Langkah-langkah pengambilan data sebagai berikut: Pengukuran dimensi dan uji performance alat Pengukuran dimensi dan uji performance merupakan langkah awal untuk mengetahui diameter, tinggi dan volume alat.setelah dilakukan pengukuran uji performance dilakukan untuk mengetahui kebutuhan gas, peningkatan suhu dan kebocoran alat. Pembuatan Media Pembuatan media memiliki beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Pencampuran dan Pengomposan. Pencampuran dilakukan dengan mencampur beberapa bahan yaitu, serbuk gergaji, dedak padi, kapur dan jagung. Setelah itu dicampur hingga homogeny dan diberi air hingga kadar RH sekitar 60%-70%. Setelah dicampur langkah selanjutnya di kompos atau pemeraman. Pemeraman dilakukan selama 1 malam. Tanda-tanda dari proses pengomposan berhasil adalah suhu campuran media meningkat dan siap untuk di kemas. 304

3 b. Pengemasan Pengemasa merupakan langkah lanjutan setelah di kompos atau pemeraman selama 1 malam. Pengemasan dilakukan dengan kepadatan tertentu dan pemberian ring pada ujung plastik, serta media yang sudah berbentuk botol diberi lubang pada tengahnya. Sterilisasi Sterilisasi merupakan proses untuk menghilangkan atau membunuh mikroorganisme pengganggu seperti virus, dan kapang. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan Steamer Baglog selama 8 jam. Pada saat sterilisasi dilakukan beberapa pengukuran antara lain: a. Mengukur volume air b. Peningkatan suhu selama 8 jam c. Kebutuhan gas selama 8 jam Perhitungan Efisiensi Panas Kompor Dari sebuah proses pembakaran bahan bakar atau komponen limbah utama yaitu karbon dan hidrogen dapat menghasilkan pelepasan kalor, perhitungan efisiensi energi bertujuan untuk menghitung kebutuhan energi untuk proses sterilisasi selama 8 jam. Dalam penelitian ini hanya menghitung efisiensi kompor dimana perlu adanya pengukuran kebutuhan energi untuk memasak dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Desna,2010) : Q n = M a.c. T t 1 + M u.ku t 2... (1) Keterangan: Qn Ma Mu C T t1,t2 KU = Laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam) = Massa air awal (Kg) = Massa air yang menguap (Kg) = kalor jenis air (kcal/kgºc) = perubahan suhu (ºC) = waktu pemasakan (jam) = kalor uap (kcal/kg) Pemasukan energi yang mengacu pada jumlah energi yang dibutuhkan, adalah bahan bakar, energi yang di masukkan ke dalam kompor. Hal ini dapat dihitung dengan persamaan berikut (Belonio 1985, Irzaman 2008, Rifki 2008): FCR = Q n...(2) HVF.ξg Keterangan: FCR = (Fuel Consumtion Rate) Laju bahan bakar yang digunakan (Kg/jam) Qn = laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam) HVF = (Heat Value Fuel) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/kg) ξg = efisiensi kompor (%) Dari rumus perhitungan FCR diatas, efisiensi kompor dihitung dengan mrnggunakan persamaan berikut: ξg = Q n x100%...(3) FCR x HVF 305

4 Penyutsutan Alat Perhitungan nilai penyusutan alat merupakan pertimbangan penting untuk investasi terhadap alat.maka perlu adanya perhitungan penyusutan setiap tahunnya. Perhitungan penyusutan ada beberapa metode, pada percobaan ini menggunakan perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut (Putro,2010): Depreasi Pertahun = Cost Residual Value...(4) usefull life,th Keterangan: DP Cost Residual Value Usefull life,th : biaya penyusutan (Rp/thn) : harga awal mesin (RP) : harga akhir mesin (Rp) : Perkiraan Umur Ekonomis (tahun) Dari perhitungan penyusutan alat untuk menghitung keuntungan, break event point, dan tingkat pengembalian modal dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Biaya Tetap Perhari = Depreasi Per Tahun 365 hari...(5) Biaya Total Perhari = Biaya Tetap + Biaya Variabel...(6) Penerimaan = Harga Jual x Jumlah Produksi...(7) Keuntungan = Penerimaan Biaya Total...(8) BEP = Biaya tetap perhari Harga Jual Perbaglog Biaya Variabel perbaglog...(9) Pengembalian Modal Pertahun(%) = Keuntungan Bersih Pertahun Modal Awal x (10) Pengamatan hasil sterilisasi Pengamatan hasil sterilisasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan steamer baglog untuk digunakan sebagai alat produksi.parameter yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan sterilisasi adalah banyaknya media yang tumbuh dengan baik.kemudian hasil pengukuran yang diperoleh dari sterilisasi menggunakan steamer baglog, dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari sterilisasi menggunakan drum. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian alat Steamer Baglog dilakukan di bengkel dan rumah kubung jamur Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang.Pengujian alat meliputi pengukuran dimensi alat, pengukuran waktu untuk membuat uap dengan suhu 90ºC. Selanjutnya dilakukan pembuatan media, dan di sterilisasi menggunakan Steamer Baglog selama 8 jam. Pengukuran Dimensi dan Uji Performansi Steamer Baglog Steamer Baglog yang digunakan dalam penelitian ini memiliki 2 bagian yaitu boiler untuk membuat uap dan steamer untuk menempatkan baglog.namun, pada percobaan ini hanya menggunakan alat boiler, karena dimensi boiler menyerupai drum. Ukuran diameter boiler yaitu77 cm, dan tinggi 122 cm. Boiler yang digunakan disebut steamer baglog, karena untuk pembuatan uap dan pengaliran uap menjadi satu. Steamer Baglog belum pernah digunakan sebelumnya, sehingga memerlukan pengujian performance.uji performance dilakukan untuk 306

5 mengetahui kesiapan sebelum digunakan untuk pengujian selama 8 jam. Hasil uji performance selama 2 jam dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Performance Awal Steamer Baglog Waktu (Menit) Suhu (ºC) Berdasarkan Tabel 1 diatas, terjadi peningkatan suhu yang cepat dan waktu untuk mencapai suhu sterilisasi relatif singkat. Hal ini terjadi karena uap panas yang dihasilkan tidak terpakai untuk meningkatkan suhu media.sehingga panas yang dihasilkan bertambah dan memenuhi steamer baglog. Selama 2 jam pengujian awal steamer baglog kebutuhan massa gas sebesar 0,6 kg. Untuk kebutuhan energi setiap menit sebesar 0,005 kg. Nilai kalor yang dihasilkan semakin bertambah sebanding dengan lama penguapan, sedangkan massa yang terdapat dalam steamer baglog kosong. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai massa maka semakin lama waktu yang dibutuhkan, dan nilai kalor yang dibutuhkan berbanding lurus dengan peningkatan suhu massa. Karena waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi relatif singkat, sehingga kebutuhan massa gas yang terpakai juga sedikit. Gambar steamer baglog yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Steamer Baglog Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dalam sterilisasi media jamur tekanan tidak dipertimbangkan. Selama ini sterilisasi media jamur sering menggunakan drum, sedangkan untuk menahan uap panas hanya menggunakan sebuah plastik dengan ketebalan 0,5 0,7 mm. Sterilisasi menggunakan Steamer Baglog memiliki tekanan sebesar 0,125 bar. Tekanan tersebut dapat diatur dengan menggunakan safety valve, sehingga tekanan uap didalam ruang sterilisasi konstan. Sterilisasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai peningkatan suhu awal pada steamer baglog lebih kecil dibandingkan menggunakan drum. Karena massa yang disterilisasi dengan steamer baglog lebih besar dibanding menggunakan drum, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk 307

6 meningkatkan suhu semakin lama. Hal ini membutktikan bahwa semakain besar nilai massa yang disterilisasi maka semakin lama waktu untuk meningkatkan suhunya. Pada saat volume air sebesar 29,87 liter, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi 90ºC adalah 180 menit. Sedangkan pada drum volume airnya sebesar 29,67 liter, dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi yang sama adalah 90 menit. Terlihat bahwa semakin besar volume air yang diuapkan, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi yang sama. Perbandingan peningkatan suhu antara steamer baglog dengan drum setiap 30 menit ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Data Peningkatan Suhu Sterilisasi waktu (menit) Suhu ( C) Steamer Baglog Drum (Desna,2010) Berdasarkan Tabel 2 tersebut sterilisasi menggunakan steamer baglog untuk mencapai suhu 90ºC membutuhkan waktu 180 menit, sedangkan dengan menggunakan drum untuk mencapai suhu 90ºC hanya membutuhkan waktu 90 menit. Perbedaan ini terjadi karena massa yang digunakan untuk steamer baglog lebih besar, sehingga untuk mencapai suhu sterilisasi 90ºC membutuhkan waktu yang lama. Sterilisasi dengan menggunakan steamer baglog peningkatan suhu berhenti pada 100ºC.Karena pada steamer baglog dilengkapi dengan safety valve.safety valve akan membuang uap panas saat suhu didalam steamer baglog melebihi 100ºC. Dengan demikian untuk meningkatkan suhu media menjadi 95ºC membutuhkan waktu yang singkat, dan kalor yang dihasilkan termanfaatkan dengan baik.sehingga sterilisasi menggunakan steamer baglog lebih efisien. Sedangkan sterilisasi menggunakan drum peningkatan suhunya tidak konstan. Karena setelah suhu mencapai 100ºC, penigkatan tidak sebesar pada awal sterilisasi.suhu terus meningkat dan menurun setiap 30 menit, sehingga untuk meningkatkan suhu media menjadi 95ºC membutuhkan waktu yang lama.perbedaan peningkatan suhu membuktikan bahwa terjadi perbedaan kalor yang dihasilkan oleh kompor. Terjadinya penurunan kalor disebabkan oleh pengecilan api pada kompor, sehingga uap panas didalam plastik berkurang, dan untuk meningkatkan suhu membutuhkan waktu yang lama. Fenomena tersebut menyebabkan perbedaan penigkatan suhu pada saat pembuatan uap dengan saat sterilisasi.terjadinya peningkatan suhu yang besar pada awal sterilisasi, disebabkan oleh kalor yang dihasilkan kompor besar.dengan demikian diketahui bahwa semakin besar kalor 308

7 Suhu (ºC) Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem yang dihasilkan, maka semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi (100ºC).Setelah suhu mencapai 100ºC, terjadi perubahan peningkatan suhu yaitu sebesar 1ºC - 4ºC. Peningkatan suhu yang kecil disebabkan oleh pengecilan api pada kompor, sehingga terjadi penurunan kalor yang dihasilkan kompor. Perbedaan yang terjadi antara steamer baglog dengan drum disebabkan oleh 2 faktor, yaitu: perbedaan jumlah baglog yang ditampung, dan volume air. Jumlah baglog yang mampu disterilisasi menggunakan steamer baglog sebanyak baglog, sedangkan sterilisasi menggunakan drum hanya sebesar baglog. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa semakin besar massa yang disterilisasi maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi. Pada penelitian ini steamer baglog memiliki volume total 567,82 liter, untuk proses sterilisasi volume air yang digunakan sebesar 29,87 liter. Berbeda dengan drum yang memiliki volume total 282,6 liter, dan volume untuk sterilisasi sebesar 29,67 liter. Dari perbedaan volume air membuktikan bahwa semakin besar volume air yang di didihkan semakin lama waktu untuk mencapai suhu sterilisasi. Berdasarkan penjelasan tersebut perbedaan waktu untuk mencapai suhu sterilisasi antara steamer baglog dengan drum dipengaruhi oleh massa baglog dan volume air yang di didihkan. Grafik suhu sterilisasi steamer baglog dan drum ditunjukkan pada Gambar Steamer Drum Waktu (menit) Gambar 2. Grafik Suhu Sterilisasi Sterilisasi yang baik untuk media tumbuh jamur tiram menggunakan suhu antara 90ºC - 121ºC, dengan waktu selama 8 jam.pada penelitian ini sterilisasi menggunakan steamer baglog yang dilengkapi dengan safety valve untuk menjaga suhu dan tekanan supaya konstan. Sehingga suhu dan uap panas yang terdapat dalam steamer baglog tidak terbuang, selama tekanan tidak melebihi 0,125 bar. Dalam beberapa literatur menyebutkan bahwa sterilisasi selama 8 jam adalah waktu yang memiliki efisiensi tinggi. Setelah dilakukan proses sterilisasi, kemudian baglog didinginkan agar suhu mencapai 30ºC-35ºC atau sesuai dengan suhu ruangan. Media yang sudah dingin, kemudian diinokulasi yaitu kegiatan memasukkan bibit kedalam media.langkah ini dilakukan pada ruangan tertutup, dengan suhu antara 22 ºC-28 ºC. Pengadukan bibit dilakukan didekat api, hal ini dimaksudkan agar bibit jamur tidak terkontaminasi. Saat akan melakukan sterilisasi tangan dan alat untuk mengaduk bibit juga harus di sterilisasi. Langkah selanjutnya di diamkan pada suhu kamar yang tertutup agar misellium tumbuh dengan baik. Pengamatan Hasil Sterilisasi Pengamatan hasil sterilisasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan jamur pada media, semakin banyak jumlah baglog yang berhasil tumbuh maka hasil sterilisasi semakin baik.sehingga dari hasil tersebut diketahui kelayakan steamer baglog untuk dijadikan sebagai alat 309

8 produksi. Berikut ini adalah hasil sterilisasi selama 8 jam dengan menggunakan steamer baglog dan drum seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengamatan Hasil Sterilisasi Jenis Alat Jumlah Baglog Disterilisasi Tumbuh Hasil (%) Steamer Baglog Drum Berdasarkan Tabel 3, sterilisasi menggunakan steamer baglog dari 80 baglog yang disterilisasi sebanyak 80 baglog tumbuh dengan baik. Sedangkan sterilisasi menggunakan drum dari 75 baglog yang disterilisasi yang tumbuh dengan baik sebanyak 71 baglog. Perbedaan hasil pertumbuhan yang diperoleh membuktikan bahwa sterilisasi menggunakan steamer baglog lebih baik.karena antara jumlah yang disterilisasi dengan jumlah yang tumbuh dengan baik terjadi keseimbangan. Berdasarkan hasil diatas dapat dipastikan bahwa sterilisasi dengan menggunakan steamer baglog memiliki efisiensi yang besar yaitu 100%. Karena jumlah yang dihasilkan sama dengan jumlah yang disterilisasi. Hal ini membuktikan bahwa kalor yang dihasilkan oleh kompor pada proses sterilisasi termanfaatkan dengan baik, sehingga uap panas yang dihasilkan pada proses sterilisasi mampu membunuh mikroorganisme pengganggu yang terkandung dalam media. Perhitungan Efisiensi Panas Kompor Laju kebutuhan bahan bakar (Qn) diperoleh sebesar ,8 kcal/hari pada steamer baglog, dan ,07 kcal/hari pada drum. Nilai efisiensi kompordiperoleh sebesar 51,91% steamer baglog, dan 59,33% pada drum. Berdasarkan hasil perhitungan laju kebutuhan bahan bakar dan efisiensi kompor menunjukkan keadaan yang berbanding terbalik.karena semakin kecil kebutuhan energi maka efisiensi panas kompor juga semakin tinggi.hal ini menunjukkan bahwa terjadi kehilangan kalor pada kompor yang digunakan steamer baglog, sehingga panas yang dihasilkan banyak yang terbuang. Kehilangan panas yang terjadi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: jenis kompor yang digunakan, jarak antara api dengan permukaan steamer baglog yang dipanaskan, dan volume steamer baglog. Jenis kompor yang digunakan pada penelitian ini adalah kompor jos, dimana api yang dihasilkan kompor diarahkan oleh besi. Sehingga panas yang dihasilkan ikut hilang bersama pemanasan besi pengarah api (Gambar 4). Jarak antara api dengan permukaan steamer baglog cukup tinggi, sehingga panas yang dihasilkan kompor ikut hilang besrama aliran angin. Hal ini menyebabkan suhu pada ruangan untuk sterilisasi meningkat. Sebelum dilakukan sterilisasi suhu ruangan sebesar 28ºC, saat proses sterilisasi berlangsung suhu ruangan meningkat menjadi 35º. Fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa ada kalor yang hilang bersama aliran angin. Berdasarkan volumenya steamer baglog lebih besar jika dibandingkan dengan drum, sehingga kalor yang dihasilkan oleh kompor harus meningkatkan massa yang besar pada steamer baglog. Laju konsumsi bahan bakar (FCR) pada sterilisasi media menggunakan steamer baglog sebesar 7,5 kg/hari, dan 9 kg/hari pada sterilisasi menggunakan drum. Hal ini menunjukkan keadaan yang berbanding terbalik dengan efisiensi kompor dan peningkatan suhu yang dihasilkan.karena semakin kecil kebutuhan energi maka semakin efisien kalor kompor yang digunakan.konsumsi bahan bakar yang besar disebabkan oleh perbedaan laju kebutuhan bahan bakar pada awal sterilisasi. Sterilisasi dengan 310

9 Massa Gas (Kg) Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem menggunakan drum untuk pembuatan waktu yang dibutuhkan relative singkat, karena terjadi pembesaran laju kebutuhan gas pada kompor. Sehingga kalor yang dihasilkan oleh kompor besar, hal ini yang menyebabkan suhu pada awal sterilisasi naik dengan cepat. Gambar 4. Kompor Steamer Baglog Dari perbandingan diatas diketahui bahwa antara steamer baglog dengan drum sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada steamer baglog laju kebutuhan energy (Q n) perhari lebih lambat, tetapi untuk efisiensi kalor kompor yang dihasilkan kecil. Sedangkan pada drum laju kebutuhan energy (Q n) perhari cepat, dan efisiensi kalor kompor yang dihasilkan besar. Dari perbedaan laju kebutuhan energy (Q n) perhari, terlihat bahwa konsumsi bahan bakar dengan menggunakan drum lebih besar. Menurut Rahmadani (2013), Efisiensi kalor bahan bakar sangat dipengaruhi oleh besarnya nilai laju energi yang dibutuhkan, energi yang terkandung dalam bahan bakar dan nilai laju bahan bakar yang dibutuhkan Besarnya konsumsi bahan bakar (FCR) pada drum disebabkan oleh kebutuhan kalor yang besar untuk mencapai suhu 100ºC. Setelah suhu mencapai suhu 100ºC konsumsi bahan bakar relatif kecil. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi kalor yang dihasilkan maka konsumsi bahan bakar yang digunakan juga besar, dan efisiensi kompor yang digunakan semakin tinggi.sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu pembuatan uap cukup singkat. Menurut Jamilatun (2008), nilai kalor mempengaruhi efisiensi dan kebutuhan bahan bakar. 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Steamer Baglog Drum Waktu (Menit) Gambar 5. Grafik Kebutuhan Gas 311

10 Pada Gambar 5 menunjukkan kebutuhan bahan bakar masing-masing alat. Pada steamer baglog kebutuhan gas selama proses sterilisasi tidak mengalami perubahan laju pembakaran, sehingga grafik yang ditunjukkan bergerak linier. Konsumsi bahan bakar yang dibuthkan berbanding lurus dengan waktunya. Sedangkan pada drum kebutuhan gas selama proses sterilisasi berbeda, sehingga grafik pada awal naik dan linier setelah mencapai suhu optimum. Karena terjadi perbedaan konsumsi bahan bakar pada awal sterilisasi, maka pada drum laju kebutuhan bahan bakar selama sterilisasi lebih besar. Penyusutan Steamer Baglog dan Drum Steamer Baglog merupakan sebuah alat produksi.setiap alat memiliki umur atau jangka waktu untuk pemakaian.maka untuk mengetahui kelayakan alat untuk digunakan sebagai alat produksi, perlu adanya perhitungan nilai penyusutan alat. Sehingga dapat digunakan pertimbangan investasi dalam suatu proses produksi. Menurut Putro (2010), Depresiasi adalah penyusutan nilai fisik decrease in value barang dengan berlalunya waktu dan penggunaan berdasarkan umur ekonomis actual asset sampai umur rencana tertentu (useful life) dengan mempunyai nilai buku (book value/ salvage value). Penurunan atau penyusutan nilai pasar, penurunan nilai pakai/ kegunaan, penurunan alokasi cost fungsi waktu, kegunaan, umur. Pada steamer baglog dengan harga awal alat Rp , harga akhir alat Rp , dan dengan perkiraan umur ekonomis selama 10 tahun (Gambar 6). Berdasarkan hasil perhitungan nilai penyusutan alat pertahun adalah Rp , dengan demikian untuk satu kali produksi nilai penyusutan perhari sebesar Rp ,1.Dengan biaya variabel dalam 1 kali produksi Rp Maka biaya total satu kali produksi dengan menggunakan steamer baglog sebesar Rp ,1. Penerimaan perhari didapatkan dari harga jual perbaglog Rp dikali dengan jumlah produksi perhari yaitu 80 baglog, sehingga untuk penerimaan sebesar Rp /hari. Keuntungan setiap produksi dihasilkan dari harga penerimaan Rp dikurangi biaya total perhari Rp ,1, maka keuntungan setiap produksi sebesar Rp ,9. Break Even Point dalam satu kali produksi yaitu sebanyak 3 buah. Tingkat pengembalian modal pertahun sebesar 37,56%, sehingga untuk pengembalian modal sebesar 100% membutuhkan waktu ± 2,7 tahun. Pada penelitian ini harga awal alat Rp , harga akhir alat Rp , dan asumsi umur ekonomis alat 6 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan nilai penyusutan alat setiap tahun adalah Rp , sehingga untuk penyusutan alat perhari yaitu Rp. 214,6. Biaya total setiap produksi diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap perhari Rp 214,6 dengan biaya variabel perhari Rp Dari hasil penjumlahan tersebut diketahui biaya total perhari dengan menggunakan drum sebesar Rp ,6. Penerimaan perhari didapatkan dengan mengalikan harga jual perbaglog yaitu Rp dan jumlah produksi perhari sebesar 75 baglog, dari hasil perhitungan diketahui penerimaan setiap produksi sebesar Rp Besarnya keuntungan setiap produksi adalah penerimaan Rp dikurangi biaya total perhari Rp ,6, maka keuntungan perhari sebesar Rp Break Event Point dalam satu kali produksi harus menjual 1 buah. Persentase untuk pengembalian modal pertahun sebesar 30,40%, sehingga untuk mengembalikan modal 100% sterilisasi menggunakan drum membutuhkan waktu ± 3,3 tahun. Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bahwa pada steamer baglog biaya total dalam 1 kali produksi lebih besar yaitu Rp ,1. Besarnya biaya total disebabkan oleh besarnya nilai penyusutan alat yaitu Rp ,1/hari. Sedangkan pada drum biaya total yang dibutuhkan dalam 1 kali produksi hanya Rp ,5. Biaya total yang kecil disebabkan oleh kecilnya nilai penyusutan alat yaitu Rp. 214,5. Tetapi, besarnya biaya total pada steamer baglog diimbangi dengan besarnya kapasitas yang diproduksi, sehingga untuk penerimaan setiap produksijuga besar. Dari perbandingan keuntungan masing-masing alat dalam setiap produksi, diketahui bahwa pada steamer baglog keuntungannya yaitu sebesar Rp ,9, sedangkan pada drum hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp Besarnya keuntungan yang didapatkan dari produksi menggunakan steamer baglog disebabkan oleh jumlah produksi yang besar.sehingga penerimaan yang diperoleh besar.keadaan ini membuktikan bahwa semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan maka semakin besar penerimaan yang dihasilkan, dan keuntungan yang didapatkan juga lebih banyak. 312

11 Penyusuyat (Rp) Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Break event point pada steamer baglog yaitu 3 baglog, maka setiap hari agar tidak mengalami kerugian harus menjual sebesar nilai break event point. Sedangkan break event point pada drum adalah 1, dengan demikian setiap hari harus menjual sebesar nilai break event point agar tidak menanggung kerugian. Dari perbandingan break event point diatas steamer baglog lebih besar, karena biaya tetap pada steamer baglog lebih besar jika dibandingkan dengan drum. Grafik penyusutan alat ditunjukkan pada Gambar Steamer Baglog Drum Tahun ke- Gambar 6. Grafik Penyusutan Alat Berdasarkan Gambar 6 tersebut, penyusutan alat diketahui umur ekonomis steamer baglog lebih panjang. Dengan umur ekonomis selama 10 tahun dan pengembalian modal untuk produksi selama ± 2,7 tahun. Steamer baglog lebih menguntungkan untuk digunakkan sebagai alat produksi. Karena memiliki sisa waktu ± 7,3 tahun yang digunakan untuk memaksimalkan keuntungan. Grafik umur ekonomis untuk drum selama 6 tahun dan waktu untuk pengembalian modal selama ± 3,3 tahun. Sehingga untuk digunakan sebagai alat produksi drum kurang menguntungkan. Karena sisa waktu pengembalian modal hanya ± 2,7 tahun. Berdasarkan perbandingan tersebut diketahui bahwa steamer baglog baik untuk digunakan sebagai alat produksi.karena dalam sebuah perusahaan biaya untuk pengadaan alat produksi cukup besar, maka memerlukan pertimbangan umur ekonomis alat untuk investasi jangka panjang. KESIMPULAN Sterilisasi menggunakan steamer baglog kebutuhan bahan bakar selama 8 jam sebesar 2,5 kg. Sehingga kebutuhan gas perhari sebesar 7,5 kg, dengan laju kebutuhan energi sebesar ,8 kcal/hari. Sedangkan sterilisasi menggunakan drum kebutuhan bahan bakar selama 8 jam sebesar 3 kg. Sehingga kebutuhan gas perhari sebesar 9 kg, dengan laju kebutuhan enegi sebesar ,07 kcal/hari. Dari perhitungan efisiensi kompor, diperoleh hasil efisiensi kompor pada sterilisasi dengan menggunakan steamer baglog sebesar 51,91%. Pada sterilisasi dengan menggunakan drum diperoleh hasil sebesar 59,33%. Dari tingkat keberhasilan steamer baglog sebesar 100% dari seluruh jumlah yang disterilisasi, sedangkan dengan menggunakan drum tingkat keberhasilan hanya mencapai 94,7% dari jumlah total yang disterilisasi. Perhitungan nilai ekonomis alat diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan steamer baglog lebih menguntungkan.karena keuntungan pertahun menggunakan steamer baglog sebesar Rp Sedangkan keuntungan pertahun menggunakan drum hanya sebesar Rp ,5. 313

12 DAFTAR PUSTAKA Achmad SA, Kadam JA, Mane VP, Patil SS, Baig MMV Biological Efficienci And Nutritional Contents Of Pleurotus florida (Mont) Singer Cultivation on Different Agro- Wastes. Nature and Science: 7(1); Astuti W, Nurbana S Budidaya Jamur Tiram. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Timur. Desna Kajian Lamanya Proses Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan.Skripsi.IPB. Bogor Ibekwe VI, Azubuike PI, Ezeji EU, Chinakwe EC Effect of Nutrient Sources and Environmental Factors on the Cultivation and Yield of Oyster Mushroom (Pleurotus ostreotus). Pakistan Journal of Nutrition: 7(2); Imtiaj A, Rahman SA Short Note (Nota Corta) Economic Viability of Mushroom Cultivation to Poverty reduction in Bangladesh. Tropical and Subtropical Agroecosystems: 8; Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, A.D. Husin, M.N. Indro, H. Hardhienata, K. Abdullah, T. Mandang, S. Tojo Optimization of Thermal Efficiency of Cooking Stove with Rice-Husk Fuel in Supporting the Proliferation of Alternative Energy in Indonesia. Proceeding Symposium on Advanced Technological Development of Biomass Utilization in Southeast Asia, page 40 43, Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT), Japan. Moore E, Landecker Fundamenttals of the Fungi. Edisi IV, Prentice hall, Inc, New Jersey. Nasim G, Malik SH, Bajwa R, Afzal M, Mian SW Effect of three Different Culture Media on Mycellial Growth of Oyster and Chinese Mushroom. Journal of Biologi Science: 1(12); Putro, Haryono Diktat Mata Kuliah Ekonomi Teknik.Universitas Gunadarma, Jawa Barat Rifki M, Irzaman, H. Alatas Optimasi Efisiensi Tungku Sekam dengan Ventilasi Lubang Utama pada Badan Kompor.Prosiding Seminar Nasional Sains, FMIPA IPB, halaman Sumarmi Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi Pertanian: vol. ; 2. Susilawati, dan Budi Budidaya Jamur Tiram (Pleourotus ostreatus var florida) yang ramah lingkungan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatra Selatan Widyastuti M Kandungan Gizi dan Kegunaan Jamur Tiram. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bio Industri. Jakarta 314

Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih

Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2012 Vol. 17 (2): 5 9 ISSN 053 4217 Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih (Efficiency Energy

Lebih terperinci

Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang

Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 ISBN : 978 979 98010 6 7 Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang H. Simorangkir 1, Irzaman 1, H. Darmasetiawan

Lebih terperinci

FORMULASI MEDIA PRODUKSI BIBIT F2 JAMUR TIRAM PUTIH SEED PRODUCTION MEDIA FORMULATIONS F2 WHITE OYSTER MUSHROOM

FORMULASI MEDIA PRODUKSI BIBIT F2 JAMUR TIRAM PUTIH SEED PRODUCTION MEDIA FORMULATIONS F2 WHITE OYSTER MUSHROOM Bio-site. Vol. 03 No. 1, Mei 2016 : 12-18 ISSN: 2502-6178 FORMULASI MEDIA PRODUKSI BIBIT F2 JAMUR TIRAM PUTIH SEED PRODUCTION MEDIA FORMULATIONS F2 WHITE OYSTER MUSHROOM Ika Oksi Susilawati 1, Witiyasti

Lebih terperinci

Tungku Sekam Padi IPB dalam Upaya Penyediaan Energi bagi Masyarakat Pedesaan Indonesia

Tungku Sekam Padi IPB dalam Upaya Penyediaan Energi bagi Masyarakat Pedesaan Indonesia Tungku Sekam Padi IPB dalam Upaya Penyediaan Energi bagi Masyarakat Pedesaan Indonesia IRZAMAN DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IPB PEMBEKALAN KKN FEMA IPB, SABTU 13 MEI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di kayu-kayu yang sudah lapuk. Jamur ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditemui di alam bebas sepanjang

Lebih terperinci

KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN DESNA

KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN DESNA KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN DESNA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ABSTRAK

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang merupakan jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi dan ekonomis yang tinggi, serta permintaan pasar yang meningkat. Menurut Widyastuti

Lebih terperinci

98 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

98 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_ 2-015 PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN JANTUNG PISANG YANG BERBEDA The Growth and Yield of White Oyster Mushroom (Pleurotus

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: NOVITA DWI INDRIYANI A 420

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

OPTIMASI SEBARAN PANAS PADA RUANG STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH MENGGUNAKAN SATU PIPA KONVEKSI ROFIQUL UMAM

OPTIMASI SEBARAN PANAS PADA RUANG STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH MENGGUNAKAN SATU PIPA KONVEKSI ROFIQUL UMAM OPTIMASI SEBARAN PANAS PADA RUANG STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH MENGGUNAKAN SATU PIPA KONVEKSI ROFIQUL UMAM DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL TUNGKU MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BAGLOG JAMUR TIRAM DAN SEKAM PADI KHARIS MAWAN SUHAELI

ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL TUNGKU MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BAGLOG JAMUR TIRAM DAN SEKAM PADI KHARIS MAWAN SUHAELI ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL TUNGKU MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BAGLOG JAMUR TIRAM DAN SEKAM PADI KHARIS MAWAN SUHAELI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN Utilization of Oil Palm Empty Bunches as Media for Growth of Merang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah tanaman berspora yang bersifat biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Jamur merupakan organisme tidak berkhlorofil. Terdapat empat macam sifat hidup

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA MEDIA AMPAS TAHU DAN KULIT KACANG TANAH

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA MEDIA AMPAS TAHU DAN KULIT KACANG TANAH PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F2 JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA MEDIA AMPAS TAHU DAN KULIT KACANG TANAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP Disusun oleh : SULARTO NIM : D200 08 0081 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-144 Efektifitas Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)

Lebih terperinci

Departemen Fisika FMIPA Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor,

Departemen Fisika FMIPA Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor, OPTIMASI ANALISIS DAN EFISIENSI ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN TUNGKU SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF RUMAH TANGGA (STUDI KASUS : PRAKTIKUM TERMODINAMIKA) Zahra Syahira 1,a), Dwiky Agung Adi Nugroho 1,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH TOUWIL UMRIH

ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH TOUWIL UMRIH ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH TOUWIL UMRIH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat sumber energi dan zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG Ringkasan Tugas Akhir ini disusun Untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh derajat sarjana S1 Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik Industri Universitas Negeri Gorontalo Kota Gorontalo, sedangkan sasaran untuk penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER Abstraksi Tugas Akhir ini

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

Makalah Seminar Hasil. PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)

Makalah Seminar Hasil. PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) Makalah Seminar Hasil PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) Oleh : Faris Novianto Luthfian 20130210118 Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH Disusun oleh : Andrianta Wibawa 07.11.1439 BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH I. PENDAHULUAN Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Pengaruh Komposisi Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)

TUGAS AKHIR Pengaruh Komposisi Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) TUGAS AKHIR Pengaruh Komposisi Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Andini Islami 1409100061 Dosen Pembimbing I : Adi Setyo Purnomo, M.Sc, Ph.D Dosen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnyadi hutan atau di kebun, jamur dapat tumbuh sepanjang tahun, terutama

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang sempurna, dan diciptakannya manusia di bumi sebagai kholifah yang seharusnya kita memperhatikan,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan Biologi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Achmad, mugiono, arlianti,tyas. Asmi, Chotimatul Panduan Lengkap Jamur. Bogor: Penebar Swadaya.

DAFTAR PUSTAKA. Achmad, mugiono, arlianti,tyas. Asmi, Chotimatul Panduan Lengkap Jamur. Bogor: Penebar Swadaya. DAFTAR PUSTAKA Abdulrohman. 2015. Perbedaan Proporsi Dedak Dalam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih. Jurnal agribisnis fakultas pertanian Unita Vol. 11 No. 13 April 2015 Achmad, mugiono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat dikembangkan untuk diversifikasi bahan pangan dan penganekaragaman makanan yang tinggi dalam rasa dan nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR

KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUCKY WILANDARI A 420 100 123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

182 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

182 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_ 3-029 PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA The Growth and Yield of White Oyster Mushroom (Pleurotus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guru Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guru Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN KOMPOSISI MEDIA TUMBUH SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT, DAN AMPAS TAHU YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme multiselular yang banyak tumbuh di alam bebas. Organisme ini berbeda dengan organisme lain yaitu dari struktur tubuh, habitat, cara makan,

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH 1 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Hanum Kusuma Astuti, Nengah Dwianita Kuswytasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED

KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED Irlian Nurmaniah 1 *), Fitrah Hadi Firdaus 1, Ana Fitriana 1, Maya Risanti 2, Irmansyah 3, Irzaman 3 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KOMPARASI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM PADI DENGAN MINYAK TANAH. Purwo Subekti

PERHITUNGAN KOMPARASI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM PADI DENGAN MINYAK TANAH. Purwo Subekti Komparasi Energi Sekam Padi Dengan Minyak Tanah PERHITUNGAN KOMPARASI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM PADI DENGAN MINYAK TANAH Purwo Subekti Abstrak Pemanfaatan sekam padi sebagai bahan bakar alternativ pengganti

Lebih terperinci

(Mixture of Sawdust of Sengon Wood and Corn Cob as Medium for White Oyster Mushrooms Cultivation)

(Mixture of Sawdust of Sengon Wood and Corn Cob as Medium for White Oyster Mushrooms Cultivation) Hayali, Juni 1995, hlm. 23-27 ISSN 0854-8587 Vd. 2, No. 1 Campuran Serbuk Gergaji Kayu Sengon dan Tongkol Jagung sebagai Media untuk Budi Daya Jamur Tiram Putih (Mixture of Sawdust of Sengon Wood and Corn

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 1, Januari 2010, Halaman 43 54 ISSN: 2085 1227 Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Tongkol Jagung Terhadap Performa Pembakaran Bahan Bakar Briket Blotong (Filter Cake)

Pengaruh Penambahan Tongkol Jagung Terhadap Performa Pembakaran Bahan Bakar Briket Blotong (Filter Cake) Pengaruh Penambahan Tongkol Jagung Terhadap Performa Pembakaran Bahan Bakar Briket Blotong (Filter Cake) Nurkholis Hamidi, ING Wardana, Handono Sasmito Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram Nama : Enggar Abdillah N NIM : 11.12.5875 Kelas : 11-S1SI-08 ABSTRAK TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SB091358

TUGAS AKHIR SB091358 TUGAS AKHIR SB091358 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Oleh: Hanum Kusuma Astuti

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2013, di Rumah Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE Disusun Oleh: Mukaromah K3310058 Nuryanto K3310060 Sita Untari K3310079 Uswatun Hasanah K3310081 Pendidikan Kimia A PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

SIMPLE TECHNIQUES FOR MAKING BAGLOG HOUSEHOLD SCALE TEKNIK SEDERHANA PEMBUATAN BAGLOG UNTUK SKALA RUMAH TANGGA

SIMPLE TECHNIQUES FOR MAKING BAGLOG HOUSEHOLD SCALE TEKNIK SEDERHANA PEMBUATAN BAGLOG UNTUK SKALA RUMAH TANGGA SIMPLE TECHNIQUES FOR MAKING BAGLOG HOUSEHOLD SCALE TEKNIK SEDERHANA PEMBUATAN BAGLOG UNTUK SKALA RUMAH TANGGA Sigit Kusmaryanto (1), Tri Wahono (2) (1) Dosen Teknok Elektro FTUB, sigitkus@ub.ac.id (2)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Supriyaningsih 1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM Karya Ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah LINGKUNGAN BISNIS Disusun Oleh : Nama : Danang Pari Yudhono NIM : 11.12.6017 Kelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Tri Saptari Haryani 1, Ani Apriliyani 2, S.Y. Srie Rahayu 3 Program Studi Biologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dinamakan demikian karena bentuknya seperti tiram atau ovster mushroom. Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping

Lebih terperinci

MEMBUAT BISNIS KECIL DAN SEHAT

MEMBUAT BISNIS KECIL DAN SEHAT MEMBUAT BISNIS KECIL DAN SEHAT NAMA : TRIANA ARI WARDHANI KELAS : 11 D3MI 04 NIM : 11.02.8142 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MANAJEMEN INFORMATIKA 2011/2012 ABSTRAK Karya Ilmiah ini dibuat untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini

Lebih terperinci

Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi

Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi JURNAL PUBLIKASI Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi Disusun oleh: ARIANTO SUYATNO PUTRO D 200 090 043 JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU DEVELOPMENT OF OYSTER MUSHROOM CULTIVATION AS PROSPECTIVE AGRIBUSINESS IN GAPOKTAN SEROJA

Lebih terperinci

Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal , Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa Terhadap Performansinya

Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal , Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa Terhadap Performansinya Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal. 19-24, 217. Journal of Technical Engineering: PISTON Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa Terhadap Performansinya Ahsonul Anam a), Sugiono, Dwi

Lebih terperinci

REKAYASA MEDIA TANAM MENGGUNAKAN TONGKOL JAGUNG DAN DEDAK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) ABSTRACT

REKAYASA MEDIA TANAM MENGGUNAKAN TONGKOL JAGUNG DAN DEDAK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) ABSTRACT Kartika Oktasari, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 1 (2015) : 38-45 38 REKAYASA MEDIA TANAM MENGGUNAKAN TONGKOL JAGUNG DAN DEDAK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus

Lebih terperinci