BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Anizar, mengganggu daripada frekuensi rendah (Soeripto, 2009)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Anizar, mengganggu daripada frekuensi rendah (Soeripto, 2009)"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Kebisingan a. Definisi kebisingan Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat reproduksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Anizar, 2009). Pengaruh gangguan kebisingan tergantung kepada intensitas dari frekuensi nada. Misalnya: frekuensi yang lebih tinggi akan lebih mengganggu daripada frekuensi rendah (Soeripto, 2009) Kebisingan diartikan sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Intensitas atau arus energi per satuan biasanya dinyatakan dalam satuan logaritmis yang disebut decibel (db) dengan membandingkan kekuatan standar 0,0002 dine (dyne)/cm 2 yaitu kekuatan bunyi dengan frekuensi 3000 Hz yang tepat didengar telinga normal (Suma'mur, 2009). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebisingan merupakan semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja. 7

2 8 b. Jenis kebisingan Menurut Anizar (2009) Ada beberapa jenis kebisingan antara lain: 1) Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa terputus-putus dengan spektrum frekuensi yang lebar, misalnya bising mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain. 2) Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis, misalnya bising gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain. 3) Kebisingan terputus-putus, misalnya bising lalu lintas dan suara pesawat terbang di bandara. 4) Kebisingan impulsif, seperti bising pukulan palu, tembakan bedil atau meriam, dan ledakan. Menurut Soeripto, (2009) jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan ditempat kerja adalah: 1) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas (steady state, wide band noise), misalnya suara yang ditimbulkan olehkipas angin. 2) Kebisingan kontinyudengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise), misalnya suara yang ditimbulkan oleh gergaji sirkuler dan katup gas; 3) Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya suara lalu lintas, suara kapal terbang dilapangan udara. 4) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), misalnya suara tembakan atau meriam;

3 9 5) Kebisingan impulsif berulang, misalnya suara yang ditimbulkan mesin tempa. c. Intensitas kebisingan Intensitas kebisingan adalah arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam satuan desibel (db), dengan membandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm 2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat didengar oleh manusia normal (Suma mur, 2009). Tabel berikut adalah skala intensitas kebisingan yang dikelompokkan berdasarkan sumber kebisingan. Tabel 2.1. Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya SKALA INTENSITAS SUMBER KEBISINGAN (db) Kerusakan alat 120 Batas dengar tertinggi pendengaran Menyebabkan tuli Halilintar, meriam, mesin uap, mesin turbin pesawat udara di Bandara Sangat hiruk Hiruk pikuk jalan raya, perusahaan sangat gaduh, peluit polisi Kuat Kantor bising, jalanan pada umumnya, radio, perusahaan Sedang Rumah gaduh, kantor pada umumnya, percakapan kuat, radio perlahan Tenang Rumah tenang, kantor perorangan, Auditorium, percakapan Sangat tenang Suara daun berbisik (batas) Sumber: Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES) Suma'mur (2009)

4 10 d. Sumber bising pesawat terbang. Sumber utama dari kebisingan pesawat terbang adalah mesin jet primer, ditimbulkan terutama oleh bergeraknya bagian mesin pesawat seperti kipas angin, Compresor dan sudu-sudu turbin. Bising Compresor dan kipas angin diteruskan ke arah depan mesin, sedangkan bising dari sudu turbin diteruskan ke arah belakang. Kebisingan Primary jet dibangkitkan oleh percampuran dari gas buang yang berkecepatan tinggi dari mesin bersama udara diam yang ada di sekelilingnya, Fan exhaust juga menimbulkan bising tetapi kebisingan yang berarti pada saat kebisingan Primary jet kalah oleh kebisingan fan exhaust. Ini menandakan bahwa kecepatan Fan Exhaust lebih rendah dari Kecepatan Primary Jet. Sumber bising yang paling dominan selama lepas landas adalah Primary Jet, tetapi pada saat mendarat sumber bising ganti dari suara mesin. Telah banyak usaha untuk mengurangi kebisingan pesawat jet, antara lain dengan membuat knalpot, Exhaust gelombang, knalpot dengan banyak saluran keluar, gigi-gigi yang dipasang di depan mulut knalpot, tetapi semua ada batasnya dalam mengurangi kebisingan. Suara dari pesawat turbin jet tetap masih merupakan masalah lingkungan. Cara terbaik untuk mengurangi kebisingan mesin dan kebisingan Primary jet adalah dengan mengurangi kecepatan Primary jet yang ternyata yang paling efektif (Moran dan Sahpiro, 2000).

5 11 Gambar 1. Sumber Kebisingan Turbo Fan, (Moran dan Sahpiro, 2000) e. Pencegahan dan pengendalian kebisingan Kebisingan merupakan sumber bahaya dari faktor fisika di tempat kerja, yang sumber bahaya tersebut perlu dikendalikan agar tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan produktif bagi tenaga kerja. Menurut Anizar (2009) kebisingan dapat dicegah dan dikendalikan dengan beberapa cara yaitu: 1) Pengendalian suara pada sumber Memodifikasi sumber adalah solusi yang paling tepat. Kebisingan berasal dari sumber dan jika suara yang dihasilkan bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi dalam hal pemantauan pada penghubung dan penerima, tetapi dalam hal memodifikasi sumber, banyak hal yang perlu diperhatikan dan ini tidaklah mudah tetapi bukan tidak mungkin juga. Pengontrolan suara dapat dilakukan dengan

6 12 berbagai cara antara lain: menutup sumber (mengisolir sumber kebisingan), mengubah desain peredam suara pada sumber, menurunkan tingkat kebisingan pada sumber pemilihan dan pemasaran mesin dengan tingkat kebisingan rendah, pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin dengan teratur, penggunaan bahanbahan peredam suara, menyekat sumber bising, membuat perubahan pada peralatan yang sudah ada, serta mengganti proses sehingga peralatan dengan suara yang lebih kecil dapat digunakan 2) Pengendalian suara pada penghubung Dalam berbagai situasi dan kondisi misalnya jika peralatan sudah ada maka tidak mungkin lagi untuk memodifikasi mesin yang merupakan sumber suara. Hal yang dapat dilakukan adalah mengubah jalur penerus gelombang suarayang ada antara sumber suara dan penerima atau pendengar. Cara tersebut diantaranya memindahkan sumber jauh dari pendengar serta menambah peredam suara pada jalur yang dilaluinya sehingga lebih banyak suara yang diserap ketika suara merambat ke pendengar. 3) Pengendalian suara pada penerima Penerima suara adalah telinga manusia dapat dilakukan dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) untuk mengendalikan suara yang diterima. Jika semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi intensitas suara tidak berhasil ditempat yang harus ada manusia maka tinggal beberapa cara saja, tetapi jika tingkat suara tersebut

7 13 sangat tinggi dan tidak bisa dikurangi lagi maka satu-satunya cara adalah tidak meletakkan manusia di area tersebut dan menggunakan remote control untuk mengoperasikan mesin yang ada. f. Pengendalian kebisingan di bandara Menurut Anizar (2009), ada enam hal penting yang perlu diperhatikan agar supaya pengendalian kebisingan di bandara lebih efektif adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi masalah kebisingan di bandara. 2) Menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh karyawan dan penduduk sekitar bandara. 3) Menentukan sumber bising. 4) Data yang ada ditempuh langkah penyesuaian kondisi operasional atau melakukan perawatan atau pemeliharaan mesin pesawat terbang sehingga suara yang timbul dapat dikurangi. 5) Usaha lain dalam pengendalian dapat dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan penyerap suara atau penghalang suara lainnya tergantung situasi dan kondisi daerah bising. 6) Jika semua usaha pengendalian secara teknis teknis belum berhasil menurunkan tingkat bising maka alternatif lain adalah pengendalian secara administratif yaitu dengan cara pengaturan pola kerja pada pekerja dikaitkan dengan penerimaan tingkat kebisingan

8 14 g. Alat pengukur kebisingan Menurut Anizar (2009) ada 2 cara untuk mengukur tingkat kebisingan di tempat kerja, yaitu: 1) Alat pembaca langsung Alat pembaca langsung disebut juga sound level meter yang bereaksi terhadap suara atau bunyi, mendekati kepekaan telinga manusia. Alat ini dipakai untuk mengukur tingkat kebisingan pada saat tertentu. Biasanya alat ini digunakan untuk mengidentifikasi tempat-tempat yang tingkat kebisingannya lebih tinggi dari aturan batas maksimum yakni 80 dba. Alat ini terdiri dari microphone, alat penunjuk elektronik, amplifier, 3 skala pengukuran A, B, C. a) Skala pengukuran A: untuk memperlihatkan perbedaan kepekaan yang besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga untuk intensitas rendah. b) Skala pengukuran B: untuk memperlihatkan kepekaan telinga untuk bunyi dengan intensitas sedang. c) Skala pengukuran C: untuk skala dengan intensitas tinggi. Ada 2 (dua) jenis sound level meter yang sering digunakan yaitu: a) Pocket sound level meter type 2205, tipe ini dapat untuk pengukuran pada skala A, B, C.

9 15 b) Precision sound level meter type 2203, tipe ini lebih besar dari tipe 2205 dan dapat untuk pengukuran yang lebih teliti disamping dapat dilengkapi dengan filter untuk frekuensi. 2) Dosimeter personal Dosimeter adalah alat yang dipakai untuk mengukur tingkat kebisingan yang dialami pekerja selama shiftnya. Alat ini dipakai untuk shift dengan lama kerja 8 jam, 10 jam, 12 jam atau berapapun lamanya. Dosimeter dipasang pada sabuk pinggang dan sebuah microphone kecil dipasang dekat telinga. Dosimeter mengukur jumlah bunyi yang didengar pekerja. Sound level meter dan dosimeter akan memberikan hasil berupa angka yang dapat dibandingkan dengan aturan batas maksimum 85 db untuk shift selama 8 jam per hari, 40 jam per minggu batas akan lebih rendah untuk waktu kerja yang lebih lama. Desibel diukur pada skala khusus, yang disebut skala logaritma, dimana setiap penambahan intensitas suara berlipat dua. Berarti peningkatan dari 90 db ke 93 db berarti suaranya empat kali lebih keras daripada 90 db. Hal ini untuk diingat karena peningkatan kecil pada desibel berarti peningkatan volume suara dan makin parahnya kerusakan yang dapat diakibatkan pada telinga.

10 16 2. Pengkuran Kebisingan Bandara Pengukuran kebisingan Bandara Berdasarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, 2007 sebagai berikut: a. Pra-Pengukuran 1) Ukur Back Ground Noise Level 2) Kalibrasi peralatan 3) Cari informasi tentang kondisi cuaca, kerena pengukuran harus dilakukan dalam kondisi cuaca cukup cerah. 4) Pastikan tidak terdapat penghalang sekeliling microphone, seperti gedung/bangunan,pohon besar, radar, dsb. Jarak antara microphone dengan penghalang minimum 30 m. b. Pengukuran Cari informasi mengenai kondisi penerbangan di bandar udara tersebut (data penerbangan) : 1) Melalui petugas, menara pengawas lalu lintas udara dapat diperoleh data penerbangan, atau 2) Melalui pengelola bandar udara dapat diperoleh data jadwal penerbangan Dari data-data tersebut di atas dapat diketahui mengenai: 1) Lintasan penerbangan (fight path), termasuk didalamnya arak Kate-of dan Landing. 2) Operasional bandar udara,termasuk didalamnya: a) Jam operasi bandar udara

11 17 b) Waktu-waktu sibuk Selain data-data tersebut di atas, perlu pula diketahui mengenai: 1) Kondisi geografis bandar udara, termasuk di dalamnya: 2) Waktu musim penghujan dan waktu musim kemarau 3) penggunaan lahan di sekitar bandar udara, terutama daerah perumahan yang dilalui lintasan pesawat terbang. 4) Dana yang tersedia untuk pengukuran karena akan menentukan jumlah titik pengukuran dan lamanya pemantauan Dengan data data tersebut dapat ditentukan: 1) Kapan pengukuran dilakukan Mengingat Indonesia beriklim tropis dengan 2 (dua) musim, sebaiknya pengukuran dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu, sekali pada saat musim penghujan dan sekali pada saat musim kemarau. Lamanya waktu untuk sekali pengukuran sedikitnya 1 (Satu) minggu dilakukan sepanjang jam operasi bandar udara. Khusus untuk bandar udara embarkasi haji ditambah dengan 1 (Satu) minggu pada musim haji. 2) Tempat alat ukur harus diletakkan Alat ukur/monitor kebisingan diletakkan terutama pada lokasi-lokasi pemukiman yang dilalui lintasan pesawat (flight path). Jumlah microphone yang diperlukan untuk monitor kebisingan tergantung pada:keadaan geografis bandar udara,

12 18 operasional bandar udara: jam operasi bandar udara, jam sibuk bandar udara, jalur lintasan pesawat, serta dana yang tersedia untuk pelaksanaan pengukuran. 3) Siapkan tabel untuk mencatat peristiwa suara, antara lain meliputi lokasi pengukuran, waktu terjadinya suara, sumber suara, jenis pesawat, perusahaan penerbangan, nomor penerbangan, serta moda operasi: take off, landing, over- flight, dsb. 4) Pelaksanaan pengukuran a) Pisahkan suara kebisingan pesawat dari suara-suara lain (back ground noise) b) Lihat, tentukan, dan catat dalam tabel yang telah disiapkan sebelumnya (lihat butir 4 diatas) mengenai :tingkat kebisingan tertinggi dari sumber suara yang bersangkutan (noise peak level), waktu terjadinya kebisingan/suara, mode operasi: take off, landing, over, flight, dsb. serta data yang diperoleh digunakan untuk melengkapi data kebisingan yang terekam di analyser setelah dipindahkan ke komputer untuk pemrosesan data. c. Pasca Pengukuran Lakukan pemilihan dan penyusunan data: 1) Pisahkan suara pesawat dari suara sumber sumber lainnya. 2) Ambil hanya data suara kebisingan pesawat, dimana:

13 19 Aircraft = Noise Back Ground Noise = n d B (A)- 10 d B (A) 3) Tujuh pedoman yang dapat digunakan untuk penghitungan a) Noise Level biasa dinyatakan dalam db (A) Sound Pressure dinyatakan dalam db b) Penjumlahan Db Kalau L1, L 2,...; Ln adalah nilai Db dari sumber suara P 1, P2,...;Pn. Maka : L1 + L Ln =10 log (p1 +p pn) PO Dimana Po = Reference of power Jadi L = 10 Log (10 L1/ L2/ Ln/10 ) c) Kalau P1 =P2=...=Pn Maka : Contoh : L1 + L Ln = L =L log n L1 = 70 db L2 = 80 db

14 20 Maka : L = L1 + L2 = 10 log (10 70/ /10 ) =10 log ( ) =10 log 10 7 (1 + 10) =10 log log 11 = ,4 =80,4 db d) Pengukuran db (dipakai untuk merevisi hasil monitoring kebisingan) L1-12 =L 1 = 10 Log ( 10 L1/10_ 10 L2/10) ) Catatan: Analyser tidak dapat membedakan sumber suara sehingga suara dari berbagai sumber terekam secara otomatis, misalnya: L1 =suara mobil melintas L2 =suara pesawat take-off L3 =suara pesawat melintas L4 =suara mobil melintas Dst s.d LN e) Suara pesawat sebenarnya adalah nilai db yang diperoleh dikurangi nilai db dari Back Ground Noise dapat diketahui dengan mencatat nilai db di analyser pada saat tidak ada pesawat.

15 21 f) WECPNL Satuan perkiraan kebisingan pesawat udara adalah WECPNL (Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level). Pengukuran WECPNL dilakukan untuk : 1) Kondisi saat ini 2) Perkiraan Kondisi 5 (lima) tahun yang akan datang g) Titik-titik pengukuran : Yaitu: 1) Take-Off Noise : Pada titik di perpanjangan sumbu ruway yang berjarak 6500 m dari posisi start take- off. 2) Approach Noise : Pada titik di perpanjangan sumbu ruway yang berjarak 2000 m dari ruway threshold. 3) Lateral Noise : Pada titik berjarak 450 m sejajar sumbu runway atau perpanjangan sumbu runway, dimana kebisingan maksimum pada waktu take off terjadi 4) Perhitungan WECPNL WECPNL =db (A) + 10 Log N-27 db (A) = rata-rata tingkat kebisingan dalam 1 (satu) hari pengukuran (24 jam). N = N1 + 3 N (N3+N4)

16 22 Dimana : N =Jumlah event (kedatangan dan keberangkatan pesawat) dalam 1(satu) hari (24 jam) N1=Jumlah event pada periode jam N2=Jumlah event pada periode jam N3= Jumlah event pada periode jam N4= Jumlah event pada periode jam Gangguan Pendengaran Akibat Kebisingan a. Pengertian gangguan pendengaran Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan (Buchari, 2007). b. Anatomi dan Fungsi telinga Menurut Sunarto, (2004) telinga terdiri dari 3 bagian yakni bagian luar, tengah, dan dalam. Bagian luar dan tengah berperan penting dalam pengumpulan serta pengiriman suara. Sedangkan telinga bagian dalam memiliki mekanisme agar tubuh tetap seimbang dan bertanggung jawab untuk mengubah gelombang suara menjadi gelombang listrik. Melalui lubang telinga, suara yang masuk akan menggetarkan selaput kaca pendengaran dalam rongga telinga. Getaran ini akan menggerakkan tulang-tulang pendengaran

17 23 sampai ke tulang sanggurdi. Cairan dalam rumah siput (cochlea) pun ikut bergetar. Gerakan cairan ini membuat sel-sel rambut terangsang. Rangsangan inilah yang ditangkap saraf pendengaran yang akhirnya diteruskan ke otak. Manusia normal mampu mendengar suara berfrekuensi Hz (satuan suara berdasarkan perhitungan jumlah getaran sumber bunyi per detik) dengan intensitas atau tingkat kekerasan di bawah 80 desibel (db). Bunyi di atas 80 db kalau terus menerus dan dipaksakan bisa merusak pendengaran karena bisa mematikan fungsi sel-sel rambut dalam sistem pendengaran. Gejala awal seringkali tidak dirasakan kecuali telinga berdengung, kemudian diikuti oleh menurunnya pendengaran (Meyer, 2012) Gambar 2. Anatomi Telinga

18 24 c. Proses terjadinya gangguan mendengar Pengaruh bising terhadap kesehatan tergantung pada: intensitas, frekuensi, lama paparan, jenis bising dan sensitivitas individu (Karvanen dan Mikheev, 1986; passchier, 2000). Intensitas bising yang tinggi lebih mengganggu dibanding intensitas bising yang rendah. Bising hilang timbul lebih mengganggu dibanding bising kontinyu. Diantara bising hilang timbul traffic noise, maka bising pesawat udara lebih mengganggu dibanding bising lalu lintas dan bising kereta api. Bising kereta api memberi pengaruh paling lemah. Lama paparan diperkirakan memberi dampak yang signifikan apabila periode paparan lebih dari 1 tahun. Dilaporkan pula pada beberapa kasus wanita lebih sensitif dibandingkan pria dalam merespons bising (Melamed et al, 1992; Passchier dan Passchier, 2000) Suatu bunyi bisa diinterpretasikan sebagai bising melalui serangkaian jalur pendengaran. Pertama bunyi ditangkap oleh auris eksterna, kemudian bunyi akan menggetarkan gendang telinga. Lewat malleus yang terikat pada gendang telinga getaran akan ditransmisikan oleh ossikula auditiva ke lempeng kaki stapes pada jendela oval auris interna. Pada auris media terjadi penguatan bunyi karena assikula auditiva bekerja sebagai sistem toas dan meningkatkan getaran sebanyak setengahnya. Selain itu semua energi bunyi yang jatuh pada gendang telinga yang

19 25 berdiameter besar dikosentrasikan pada jendela oval yang berdiameter kecil sehingga memperkuat gendang dengan suatu faktor kurang lebih 15 kali. Getaran ini kemudian diteruskan ke koklea (Ganong, 2003) Getaran ditransmisikan oleh basis stapes ke kompartemen atas koklea, dari sini getaran ditransmisikan ke membran basiler dan melewati kompartemen bawah gelombang menuju ke jendela bulat. Gerakan naik turun dari membran basiler menekuk rambutrambut dalam sel-sel organ korti. Kondisi ini menyebabkan pembangkitan impuls saraf menjadi meningkat sel-sel rambut bagian dalam dan bagian luar berbeda dalam hal sensitivitasnya terhadap getaran. Perbedaan ini membentuk dasar diskriminasi penyaringan bunyi. Pola getaran pada membra basiler bervariasi sesuai tinggi nada bunyi memungkinkan tinggi nada dapat dibedakan. Nada suara tinggi menyebabkan getaran bagian basal membran sedangkan nada suara rendah menyebabkan semua membran bergetar (Ganong, 2003). Serabut saraf dari organ korti mempunyai korpus sel-selnya pada ganglion spiral berdekatan dengan koklea. Impuls saraf menjalar melalui nervus cochlearis yang bersatu dengan nervus vestibularis, kemudian akan bersinaps di nucleus dorsalis dan ventralis di nucleus tersebut, selanjutnya akan dibawa secara ascenderen ke kolikulus inferior yang berhubungan dengan reflek

20 26 mendengar. Saat melintas secara ascenderen tersebut impuls dibawa oleh lemniscus lateralis yang serabutny ada yang menyilang garis tengah. Selanjutnya dari kolikulus inferior impuls dibawa ke bagian thalamus yaitu corpus geniculatum mediale melalui brachium coliculi inferior. Selanjutnya impuls saraf melalui Radiatio auditiva berakhir di Gyrus Temporalis tranversus Heshl yang terletak pada lobus temporalis. Gyrus tersebut disebut juga area 41 dan 42 Broadman yang merupakan pusat pendengaran primer. Pusat pendengaran inilah impuls yang datang akan dianalisis sebagai bunyi. Bunyi tersebut kemudian akan diinterpretasikan oleh persepsi individu sebagai suara yang tidak mengganggu atau sifatnya mengganggu yang dikenal sebagai bising (Ganong, 2003). d. Efek-efek klinis Menurut Ganong, (2003) ciri-ciri kehilangan pendengaran yang ditimbulkan paparan bising akibat kerja sebagai berikut: 1) Ada gangguan pendengaran telinga dalam, dengan super posisi konduksi dan rekruitmen udara dan tulang. 2) Kehilangan pendengaran bilateral dan sedikit banyak simetris. 3) Kehilangan mulai pada frekuensi Hz. Pada stadium ini ada takik berbentuk V yang khas pada audiogram. Kondisi ini bersifat laten (satu-satunya kesulitan adalah

21 27 adalam mendengarkan bisikan), dan identifikasi memerlukan prosedur deteksi yang sistematik. Setelah periode paparan lebih lanjut, kehilangan pendengaran memburuk dan meluas ke rentang frekuensi yang lebih lebar, dan gangguanya menjadi nyata. Bila paparan lebih lanjut tidak dihentikan, kehilangan pendengaran memburuk dan dapat menyebabkan tuli. 4) Begitu terjadi ketulian, kelainan akan permanen dan stabil meskipun bahaya akustik sudah dijauhkan. e. Klasifikasi gangguan pendengaran Menurut Meyer, (2012) gangguan pendengaran dibagi atas: 1) Tuli konduktif: Gangguan terjadi pada telinga luar dan tengah 2) Tuli saraf: Gangguan terjadi pada telinga dalam (cochlea dan akustikus) Ciri dari tuli saraf yaitu ketidak sesuaian suara percakapan, tinitus, umumnya gangguan pendengaran terhadap suara frekuensi tinggi, dan suara yang ada disekeliling menimbulkan kesulitan saat mendengar. Kebisingan dapat menyebabkan terjadinya tuli saraf, karena terpapar bahaya kebisingan mengakibatkan ketulian melalui destruksi sel-sel rambut pada ochlea.

22 28 3) Tuli campuran: Gangguan terjadi pada telinga luar, tengah dan dalam adalah sebagai berikut: a) Jika peningkatan ambang dengar antara 0-<25dB, masih normal b) Jika peningkatan ambang dengar antara db, disebut tuli ringan c) Jika peningkatan ambang dengar antara db, disebut tuli sedang d) Jika peningkatan ambang dengar antara db, disebut tuli berat e) Jika peningkatan ambang dengar > 90 db, disebut tuli sangat berat f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pendengaran Akibat Kebisingan Kerentanan suatu individu terhadap bising dipengaruhi beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ras, genetik, tekanan darah, kadar kolesterol yang tinggi, serta merokok. 1) Umur Umur merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap kerentanan pada gangguan pendengaran akibat bising. Pada orang usia yang lebih tua akan menurun pula ambang reflek akustik. Reflek akustik berfungsi memberikan perlindungan terhadap rangsangan bising yang berlebihan.

23 29 Pada orang tua membutuhkan rangsangan bising yang lebih tinggi untuk menimbulkan reflek akustik dibanding pada orang yang lebih muda. Musisi profesional yang berumur 60 tahun mengalami gangguan pendengaran yang signifikan pada frekuensi 4000 Hz dan 6000 Hz dibanding yang berusia tahun (Emmerich, 2008). 2) Jenis Kelamin Gangguan pendengaran yang terjadi pada laki-laki ambangnya lebih tinggi dibanding pada perempuan (Kähäri dkk, 2003 a). Kejadian gangguan pendengaran pun presentasenya lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh laki-laki memainkan alat musik lebih keras dibanding pada perempuan serta adanya perbedaan hormonal (Juman dkk, 2004). 3) Paparan zat ototoksik Merokok salah satu zat yang paling sering ditemui dan memberikan efek ototoksik pada fungsi sel rambut dan menimbulkan nicotine-like receptors pada sel rambut. Secara tidak langsung merokok mempengaruhi suplai pembuluh darah ke koklea. Tembakau mengandung hidrogen sianida dan bahan asfiksian yang dapat mengganggu fungsi stria vaskularis bila terpapar dengan

24 30 jumlah yang besar (European Agency for Safety and Health at work, 2009). 4. Alat Pelindung Pendengaran Cara terbaik untuk perlindungan pendengaran adalah dengan pengendalian secara tehnis (engineering control) pada sumber suara. Kenyataaannya, bahwa pengendalian secara teknis ini tidak selalu dapat dilaksanakan. Sedang pengendalian secara administratif biasanaya akan mengalami kesulitan. Oleh karenanya pemakaian alat pelindung merupakan cara utama yang harus dilakukan, apabila cara lain tidak mungkin atau sulit dilaksanakan. Ada 2 jenis alat pelindung telinga yaitu: a. Ear plug (Sumbat telinga) Sumbat telinga yang baik dapat menahan suara dengan frekuensi tertentu saja, sedang frekuensi untuk bicara biasa (komunikasi) tidak terganggu. Kelemahan sumbat telinga antara lain:ukuran tidak tepat dengan ukuran lubang telinga pemakai, serta kadang-kadang lubang telinga kanan tidak sama dengan lubang telinga kiri. Daya lindung (attenuasi) db. Kebocoran sedikit saja dapat mengurangi attenuasi sampai 15 db. b. Ear muff (tutup telinga) Mempunyai daya redam: 1) Pada frekuensi biasa ( Hz) : db. 2) Pada frekuensi Hz sampai 42 db (25-45 db)

25 31 Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan anatara tutup telinga dengan sumbat telinga sehingga daya attenuasinya dapat lebih tinggi, tapi tidak dapat mencapai lebih dari 50 db karena hantaran suara melalui tulang kepala masih ada. 5. Masa Kerja Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) menyatakan bahwa, masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1984), pengalaman kerja didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Siagian (2008) menyatakan bahwa, masa kerja menunjukkan berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan. Kreitner dan Kinicki (2004) menyatakan bahwa, masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang petugasi lebih merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan merasa nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan dari instansi atau perusahaan mengenai jaminan hidup dihari tua.

26 32 B. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Telinga dan Masa Kerja dengan Gangguan Telinga pada Pekerja Bising yang terjadi di bandara disebabkan oleh aktivitas penerbangan pesawat udara dan hal tersebut sangat mengganggu kesehatan dari pekerja terutama terhadap sistem pendengaran jika pekerja terpapar kebisingan yang berlebih tanpa menggunakan alat pelindung telinga maka telinga akan mengalami kerusakan baik sementara muaupun permanen. Hal ini terjadi karena suatu bunyi bisa diinterpretasikan sebagai bising melalui serangkaian jalur pendengaran. Pertama bunyi ditangkap oleh auris eksterna, kemudian bunyi akan menggetarkan gendang telinga. Melalui malleus yang terikat pada gendang telinga getaran akan ditransmisikan oleh ossikula auditiva ke lempeng kaki stapes pada jendela oval auris interna. Pada auris media terjadi penguatan bunyi karena assikula auditiva bekerja sebagai sistem toas dan meningkatkan getaran sebanyak setengahnya. Jika bunyi diarea Bandara di >85 db terus menerus dan dipaksakan akan merusak pendengaran karena mematikan fungsi sel-sel rambut dalam system pendengaran. Gejala awal sering kali tidak dirasakan kecuali telinga berdengung, kemudian diikuti oleh menurunnya pendengaran adapun gangguan yang yang disebabkan kebisingan yaitu tuli ringan dan tuli berat. Maka untuk mengurangi paparan kebisingan pesawat udara di bandara seharusnya pekerja mematuhi prosedur

27 33 penggunaan alat pelindung telinga baik menggunakan Ear Plug dan Ear Muff. Tidak hanya kebisingan yang menyebabkan gangguan pendengaran pada pekerja di bandara, ada faktor penting yang menyebabkan gangguan pendengaran yaitu faktor internal meliputi: umur, jenis kelamin, keturunan dan sensetifitas individu, untuk faktor eksternal meliputi: paparan zat ototosik kecelakaan dan infeksi.

28 34 C. Kerangka Berpikir Kebisingan : Intensitas Jenis Kebisingan Lama Paparan Peggunaan APD Telinga: Ear Flug Ear Muff Faktor Internal: Umur Faktor Internal Jenis Kelamin Keturunan Sensitivitas Individu Gangguan Pendengaran Tuli Berat Tuli Ringan Normal Faktor Eksternal: Paparan Zat Ototosik Kecelakaan Infeksi Gambar. 3 Kerangka Berpikir

29 35 D. Hipotesis 1. Ada hubungan penggunaan alat pelindung pendengaran dengan gangguan pendengaran pada karyawan yang terpapar bising di Bandara 2. Ada hubungan masa kerja dengan gangguan pendengaran pada karyawan yang terpapar bising di Bandara 3. Ada hubungan penggunaan alat pelindung pendengaran dan masa kerja dengan gangguan pendengaran pada karyawan yang terpapar bising di Bandara

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain 5). Apabila

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang dilaksanakan menggunakan teknologi modern dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak dikehendaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak dikehendaki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Bunyi dan Sifatnya Suma mur (1996) menyatakan bahwa bunyi adalah rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga Dan Mekanisme Mendengar Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

- BUNYI DAN KEBISINGAN -

- BUNYI DAN KEBISINGAN - ERGONOMI - BUNYI DAN KEBISINGAN - Universitas Mercu Buana 2011 Telinga http://id.wikipedia.org/wiki/telinga) TELINGA LUAR TELINGA TENGAH TELINGA DALAM http://v-class.gunadarma.ac.id/mod/resource/view.php?id=2458

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. [1] Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan

Lebih terperinci

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi Oleh Diar Arsyianti ( 406112402734) Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pendengaran merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi satu sama lain. Dalam ilmu kedokteran,

Lebih terperinci

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi,

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, BIOAKUSTIK Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, Bioakustik membahas bunyi yang berhubungan dengan makhluk hidup, terutama manusia. Bahasan bioakustik: proses pendengaran dan instrumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Lalu lintas Kebisingan adalah bentuk suara yang tidak diinginkan atau bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Audiometri dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Definisi Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat berupa audiometer, yang berisi grafik batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi di bidang transportasi turut serta berkembang dengan cepat, mulai dari transportasi darat, laut, hingga udara.

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

Telinga. Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga. Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya

Lebih terperinci

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang KEBISINGAN Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Pendengaran Manusia Telinga merupakan alat indera yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang berada di sekitar manusia dan sebagai alat keseimbangan (Soetirtio,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta Perusahaan Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta merupakan Bandar Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA Nurul Fajaria Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Lingkungan Kerja Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Definisi Kebisingan Adalah bunyi yang tidak menyenangkan, bunyi yg menggangu. Pengukuran : - Sound level meter - Mikrofon - Sound Analyzer ALAT

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bunyi atau Suara dan Sifatnya Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat yang saling beradu satu dengan yang lain secara terkoordinasi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari

Lebih terperinci

Syarifuddin *, Muzir Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia * Corresponding Author:

Syarifuddin *, Muzir Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia * Corresponding Author: Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.1 (2015) 36-41 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Penentuan Pola Kebisingan Berdasarkan Nilai Ambang Batas (NAB) Pada Power Plant Di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu pendengaran manusia. Menurut teori Fisika, bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh syaraf pendengaran yang berasal

Lebih terperinci

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA I. PENGERTIAN Berkurangnya Pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu ataupun kedua telinga. Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi di suatu negara merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kehidupan global telah mendorong dunia industri untuk senantiasa memperhatikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi. Bising yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi. Bising yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bising Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Secara audiologik bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi. Bising yang intensitasnya

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Transmigrasi Republik Indonesia No. 13 tahun 2011 tentang Nilai. maupun suara secara fisik sama (Budiono, 2003).

BAB II LANDASAN TEORI. Transmigrasi Republik Indonesia No. 13 tahun 2011 tentang Nilai. maupun suara secara fisik sama (Budiono, 2003). BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kebisingan a. Pengertian Kebisingan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.Per/718/Menkes/XI/1987 kebisingan adalah terjadinya bunyi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan beban tambahan bagi tenaga kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan beban tambahan bagi tenaga kerja. 2.1 Kebisingan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Defenisi Kebisingan Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No 13 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya.

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya. PENGARUH KECEPATAN DAN JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KEBISINGAN (STUDI KASUS KAWASAN KOS MAHASISWA DI JALAN RAYA PRABUMULIH-PALEMBANG KM 32 INDRALAYA SUMATERA SELATAN) Anugra Setiawan Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin memiliki kebisingan dengan suara berkekuatan tinggi. Dampak negatif yang ditimbulkannya adalah kebisingan yang berbahaya bagi karyawan. Kondisi ini dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengoperasikan peralatan industri, mempunyai keahlian yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengoperasikan peralatan industri, mempunyai keahlian yang sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan kebutuhan akan tenaga kerja yang siap pakai, terampil dalam mengoperasikan

Lebih terperinci

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan.

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. _Bio Akustik_01 Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. Apa sih yang dimaksud gelombang itu? dan apa hubungannya

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

Frekuensi suara Frekuensi suara yang dapat didengar adalah antara 20 dan Hz. Orangtua hanya dapat mendengar sampai frekuensi 10 khz. Diatas 20

Frekuensi suara Frekuensi suara yang dapat didengar adalah antara 20 dan Hz. Orangtua hanya dapat mendengar sampai frekuensi 10 khz. Diatas 20 Bunyi,telinga dan pendengaran. Gelombang bunyi adalah suatu getaran mekanis dalam suatu gas,cairan dan benda padat yang merambat/berjalan menjauhi sumber. Kita dapat melihat pada gambar tentang diafragma

Lebih terperinci

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1 GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

KEBISINGAN (NOISE) Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS

KEBISINGAN (NOISE) Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS Peratuan MENKES No. 718/Men.Kes/Per/XI/1987 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan Zona A Zona

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia dewasa ini maju sangat pesat, seiring dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan. Perkembangan industri memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan di bidang industri. Penerapan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan kerja

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI 63 TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI Nyoman Surayasa 1), I Made Tapayasa 2), I Wayan Putrayadnya 3) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang

Lebih terperinci

asuhan keperawatan Tinnitus

asuhan keperawatan Tinnitus asuhan keperawatan Tinnitus TINNITUS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah membawa kemajuan pada bidang transportasi seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks membutuhkan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

Tahun : Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23

Tahun : Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23 Matakuliah Tahun : 2009 : L0044/Psikologi Faal Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23 TELINGA saraf kranial VIII (n. auditorius) terdiri dari 3 bagian : telinga luar, tengah dan dalam

Lebih terperinci

tidak dikehendaki (noise is unwanted sound). Dalam rangka perlindungan

tidak dikehendaki (noise is unwanted sound). Dalam rangka perlindungan BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan 2.1.1 Defenisi Kebisingan Menurut SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep.Men 48/MEN.LH/11/1996, kebisingan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang menimbulkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN III.

METODE PENELITIAN III. III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kawasan Industri Kota Tangerang, khususnya di Kecamatan Jatiuwung (Gambar 4) dan dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Mei

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16 Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16 Adanya Ancaman zat zat dan kondisi lingkungan yang berbahaya perlu mendapatkan perhatian khusus untuk melindungi dan mencegah pekerja dari dampak buruk yang dapat

Lebih terperinci

Sifat Alami Gelombang

Sifat Alami Gelombang Sifat Alami Gelombang Bunyi Sebagai Gelombang Mekanik Sifat alami gelombang bunyi serupa dengan gelombang slinki. Seperi halnya gelombang slinki, pada gelombang bunyi ada medium yang membawa gangguan dari

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh : ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR Oleh : Irma Subagio (Lab. Fisika Bangunan, Prodi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, trptune@yahoo.com) Abstrak Pada daerah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anatomi Organ Pendengaran Telinga adalah organ yang berfungsi dalam pendengaran dan juga keseimbangan tubuh. Telinga dapat dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kerja telinga, akan sangat membantu memahami masalah gangguan pendengaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kerja telinga, akan sangat membantu memahami masalah gangguan pendengaran. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Derajat Gangguan Pendengaran 2.1.1.1. Anatomi Telinga Ridley (2008 : 192) menjelaskan bahwa telinga adalah organ halus yang mampu mendeteksi tentang

Lebih terperinci

KEBISINGAN DI BAWAH LAUT

KEBISINGAN DI BAWAH LAUT KEBISINGAN DI BAWAH LAUT Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak menyenangkan untuk di dengar. Bunyi ini memiliki volume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan bisa mengakibatkan

Lebih terperinci

1. Cepat rambat bunyi di dalam zat padat. 2. Cepat rambat bunyi di dalam gas

1. Cepat rambat bunyi di dalam zat padat. 2. Cepat rambat bunyi di dalam gas BAB -13 B U N Y I Gelombang bunyi adalah sebuah gelombang mekanik longitudinal yang menyebar melalui udara, air, dan media lainnya. Gelombang Kecepatan Bunyi 1. Cepat rambat bunyi di dalam zat padat Rumus

Lebih terperinci

Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang

Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang Secara umum jalan layang keberadaannya sangat positif dalam menata sistem lalu lintas, guna mengurangi kemacetan lalu lintas sehingga memberikan kemudahan

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kebisingan 2.1.1 Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS

DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS Zuhdi Ismail (M0208062) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta A. Pendahuluan Bising didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Produktivitas manusia sangat ditunjang oleh fungsi pendengaran. Apabila pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident Compensation

Lebih terperinci

Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK. Dahlan Abdullah Website :

Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK. Dahlan Abdullah   Website : Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK Dahlan Abdullah Email : dahlan@unimal.ac.id Website : http://www.dahlan.web.id Pendahuluan Dalam setiap komunikasi salah satunya selalu diperlukan sumber informasi

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Kotak Peredam Generator Set (Genset) dengan Beberapa Variabel Bahan dalam Skala Rumah Tangga Ulvi Loly Amanda a, Nurhasanah a *, Dwiria Wahyuni a a Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI - S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI Dengan kemajuan teknologi, telekomunikasi menjadi lebih cepat, lebih andal dan lebih murah dibandingkan dengan metode komunikasi

Lebih terperinci

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Oleh : Dody Indra Wisnu PENDAHULUAN Kemajuan teknologi di sektor industri, telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang

Lebih terperinci

Analisa Kebisingan Daerah Perumahan Angkasa Pura I Akibat Flyover Pesawat Terbang di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan

Analisa Kebisingan Daerah Perumahan Angkasa Pura I Akibat Flyover Pesawat Terbang di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Kebisingan Daerah Perumahan Angkasa Pura I Akibat Flyover Pesawat Terbang di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan Elysa

Lebih terperinci

PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH

PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH Ajeng Putri Mayangsari Pembimbing I : Andi Rahmadiansah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan produktivitas perusahaan pemerintah telah mengambil kebijakan khususnya tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Selain bermanfaat untuk perusahaan

Lebih terperinci

Penghasil Gelombang Bunyi. Gelombang. bunyi adalah gelombang. medium. Sebuah

Penghasil Gelombang Bunyi. Gelombang. bunyi adalah gelombang. medium. Sebuah Bunyi Penghasil Gelombang Bunyi Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui sebuah medium Sebuah garpu tala dapat digunakan sebagai contoh penghasil gelombang bunyi Penggunaan Garpu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suara Bunyi atau suara merupakan kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium (cair, padat, dan udara) sebagai perantara (wikipedia). Bunyi atau

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA I. UMUM Kegiatan penerbangan merupakan

Lebih terperinci

BAB 6. SATUAN UKURAN KEBISINGAN

BAB 6. SATUAN UKURAN KEBISINGAN BAB 6. SATUAN UKURAN KEBISINGAN 6.1. LEVEL DAN DESIBEL Respon manusia terhadap suara kira-kira sebanding dengan logaritma intensitas suara. Tingkat logaritmik (diukur dalam desibel atau db), di Akustik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menciptakan persaingan dan kompetisi dalam sebuah pekerjaan. Indonesia sebagai negara berkembang dalam menghadapi globalisasi telah meningkatkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan bagian spesifik dari kesehatan umum, lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya

Lebih terperinci

Keywords : Aircraft noise, General Reaction Score, Adi Sumarmo Airport

Keywords : Aircraft noise, General Reaction Score, Adi Sumarmo Airport pada Wanita yang Mengalami Stres Bising Pesawat Udara di Sekitar Bandara Adi Sumarmo Boyolali A study on General Reaction Score in women with Aircraft Noise Stress in the area of Adi Sumarmo Airport of

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN 7.1. TUJUAN PENGUKURAN Ada banyak alasan untuk membuat pengukuran kebisingan. Data kebisingan berisi amplitudo, frekuensi, waktu atau fase informasi, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan

Lebih terperinci

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana Pengendalian Bising Oleh Gede H. Cahyana Bunyi dapat didefinisikan dari segi objektif yaitu perubahan tekanan udara akibat gelombang tekanan dan secara subjektif adalah tanggapan pendengaran yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pabrik speaker (pengeras suara) menggunakan mesin yang menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat membuat pekerja disekitar mesin produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendengaran Manusia Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar (outer ear), bagian tengah (middle ear) dan bagian dalam (inner ear) seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan 2.1.1 Pengertian Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci