Skripsi. Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BAYU PUTUT TRI NUGROHO I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skripsi. Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BAYU PUTUT TRI NUGROHO I"

Transkripsi

1 USULAN RANCANGAN TROLI SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT KARUNG GABAH DALAM RANGKA PERBAIKAN POSTUR KERJA DI PENGGILINGAN PADI ( Studi Kasus : Penggilingan Padi di Sragen ) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BAYU PUTUT TRI NUGROHO I JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 i

2 LEMBAR PENGESAHAN USULAN RANCANGAN TROLI SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT KARUNG GABAH DALAM RANGKA PERBAIKAN POSTUR KERJA DI PENGGILINGAN PADI ( Studi Kasus : Penggilingan Padi di Sragen ) S K R I P S I oleh : BAYU PUTUT TRI NUGROHO I Telah disidangkan di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Teknik. Pada Hari : Kamis Tanggal : 13 September 2012 Tim Penguji : 1. Taufiq Rochman, STP, MT ( ) NIP Irwan Iftadi, ST, M.Eng ( ) NIP Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT ( ) NIP Pringgo Widyo Laksono, ST, MT ( ) NIP Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Mengesahkan, Ketua Program Studi Non Reguler Jurusan Teknik Industri Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT NIP NIP ii

3 SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS KARYA ILMIAH Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Teknik UNS yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Bayu Putut Tri Nugroho NIM : I Judul TA : Usulan Rancangan Troli Sebagai Alat Bantu Angkut Karung Gabah Dalam Rangka Perbaikan Postur Kerja Di Penggilingan Padi( Studi Kasus : Penggilingan Padi Di Sragen ) Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh atau tidak melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti Tugas Akhir yang saya susun tersebut merupakan hasil plagiat dari orang lain maka Tugas Akhir yang saya susun tersebut dinyatakan batal dan gelar yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung segala konsekuensinya. Surakarta, 22 Oktober 2012 Bayu Putut T N I iii

4 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT yang selalu dan tidak henti-hentinya melimpahkan segala rahmat, nikmat, anugerah, kesempatan serta ilmu yang berguna sehingga penulis dapat menuntaskan pendidikan kesarjanaan ini dengan baik dan lancar. 2. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan do a,kasih sayang, semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik 3. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Taufiq Rochman, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I dan bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng, terima kasih atas segala bimbingan, bantuan, arahan dan kesabaran Bapak selama penyelesaian Laporan Skripsi ini. 5. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT dan bapak Pringgo Widyo Laksono, ST selaku Dosen Penguji, terima kasih atas masukan dan perbaikan untuk Laporan Skripsi ini. 6. Bapak Wakhid A. Jauhari, ST, MT selaku koordinator Tugas Akhir yang telah membantu mempermudah pelaksanaan Skripsi ini. 7. Dosen-dosen Teknik Industri yang memberikan ilmu yang bermanfaat. 8. Para staf dan karyawan Jurusan Teknik Industri, atas segala kesabaran dan pengertiannya dalam memberikan bantuan dan fasilitas demi kelancaran penyelesaian skripsi ini. 9. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2007, terima kasih atas semangat,kekompakan serta bantuan selama ini. v

5 10. Teman-teman kos Salman terima kasih telah memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi. Semoga persahabatan tetap terus terjaga. 11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Surakarta, Oktober 2012 Penulis vi

6 ABSTRAK Bayu Putut Tri Nugroho, NIM: I USULAN RANCANGAN TROLI SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT KARUNG GABAH DALAM RANGKA PERBAIKAN POSTUR KERJA DI PENGGILINGAN PADI. ( STUDI KASUS : PENGGILINGAN PADI DI SRAGEN ). Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, September 2012 Proses pemindahan karung gabah di penggilingan padi di Sragen masih ditangani tanpa alat bantu. Jarak antar stasiun 10 meter dan berat karung gabah yang dipindahkan 40 kg. Berdasarkan kuisioner Bordic Body Map yang diberikan pada pekerja, diketahui rata-rata keluhan rasa sakit terbesar pada bagian leher, lengan atas kiri, lengan atas kanan, punggung, pinggang, paha kiri, paha kanan, betis kiri, betis kanan. Usulan rancangan troli sebagai alat bantu angkut karung gabah dilakukan dengan menganalisis postur kerja dengan metode REBA, kemudian menentukan dimensi anthropometri untuk menentukan dimensi troli yang akan dirancang. Berdasarkan pemodelan hasil rancangan dengan gambar 3D kemudian dilakukan perhitungan dengan metode REBA, bahwa usulan rancangan troli sebagai alat bantu angkut karung gabah dapat memberikan perbaikan postur kerja. Hasil skor REBA tertinggi sebelum perancangan adalah 10 artinya memiliki level resiko yang tinggi, sedangkan hasil skor REBA tertinggi setelah perancangan adalah 6 artinya memiliki level resiko sedang. Kata kunci : nordic body map, anthropometri, REBA, ergonomi, troli sebagai alat bantu angku karung gabah. xvii halaman ; 52 gambar; 24 tabel; 36 lampiran; Daftar Pustaka : 11 ( ). vii

7 ABSTRACT Bayu Putut Tri Nugroho, NIM: I THE PROPOSAL OF THE TROLLEY DESIGN AS AN AID FOR TRANSPORTING RICE SACKS RESULTS IN IMPROVEMENT OF WORK POSTURES IN A RICE MILL. (Case Study: a rice mill in Sragen). Thesis. Surakarta: Program Study of Industrial Engineering Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, September The process of transporting rice sacks in a rice mill in Sragen area is still held manually without transporting aid. The distance between two stations is 10 meters and the sacks weigh 40 kilograms. According to the Bordic Body Map questionnaires handed out to the workers, their complaint is about pain in neck area, upper left arm, upper right arm, back, waist, left thigh, right thigh, left calf, and right calf. The proposal of the trolley design as an aid for transporting rice sacks is accomplished by analyzing work postures using REBA method, then deciding the anthropometry dimension to decide the dimension of the trolley design. According to the 3D (three dimensional) picture of the design, which is then supported by the calculation result using REBA method, it is found that the design of trolley as an aid for transporting rice sacks results in improvement of work postures. The highest score of REBA before the design is 10, which represents high risk level, while the score after the design is 6, represents average risk level. Keywords : nordic body map, anthropometry, REBA, ergonomics, trolley as an aid for transporting rice sacks. xvii pages ; 52 drawings; 24 tables; 36 appendixes; Reference : 11 ( ). viii

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS KARYA ILMIAH... SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii viii ix xiii xv xvii BAB I PENDAHAULUAN 1.1 Latar Belakang... I Perumusan Masalah... I Tujuan Penelitian... I Manfaat Penelitian... I Batasan Masalah... I Asumsi Penelitian... I Sistematika Penulisan... I-4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Perusahaan... II Ergonomi... II Nordic Body Map... II Manual Material Handling... II Faktor Resiko Dalam Pemindahan Material... II Penyelesaian Pemindahan Material Secara Teknis... II Rekomendasi Batas Beban yang Boleh Diangkat... II-7 ix

9 2.4.4 Faktor faktor yang Mempengaruhi Manual Material Handling... II Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal... II Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling... II Rapid Entire Body Assessment ( REBA )... II Anthropometri Dalam Ergonomi... II Pengertian Anthropometri... II Dimensi Anthropometri... II Perancangan Dengan Metode Rasional... II Clarifying Objectives... II Establishing Function... II Performance Specification... II Mekanika Kontruksi... II Statika... II Gaya... II-30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahap Identifikasi Masalah... III Studi Literatur... III Studi Lapangan. III Perumusan Masalah... III Tujuaan Penelitian. III Manfaat Penelitian. III Tahap Pengumpulan Data. III Dokumentasi Postur kerja. III Data Anthropometri Operator... III Data Anthropometri Operator III Tahap Pengolahan Data. III Perhitungan Nilai Nordic Body Map. III Penilaian Postur kerja dengan Metode REBA.. III-4 x

10 3.4 Tahap Perancangan III Penyusunan Konsep Perancangan. III Penentuan Spesifikasi Perancangan.. III Perhitungan Teknik... III Estimasi Biaya Perancangan. III Pemodelan Hasil Rancangan dengan Gambar 3D III Penilaian Postur Kerja Perancangan dengan Metode REBA. III Tahap Analisis dan Interpetasi Hasil. III Tahap Kesimpulan dan Saran III-7 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data... IV Dokumentasi Postur Kerja... IV Data Anthropometri Operator... IV Pengolahan Data... IV Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA... IV Tahap Perancangan... IV Penyusunan Konsep Perancangan... IV Penentuan Spesifikasi Perancangan... IV Perhitungan Teknik... IV Estimasi Biaya Rancangan... IV Pemodelan Hasil Rancangan Dengan Gambar 3D... IV Penilaian Postur Kerja Perancangan Dengan Metode REBA IV-37 BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 5.1 Analisis Hasil Penelitian V Analisis Penilaian REBA Terhadap Aktivitas Operator Dalam Membawa Karung Gabah dari Penimbangan Menuju Penggilingan. V Analisis Rancangan Troli Alat Bantu Angkut Gabah.. V Analisis Kekuatan Rangka... V Analisis Penentuan Bahan dan Biaya... V-5 xi

11 5.1.5 Analisis Hasil Rancangan dengan Gambar 3D dan Perbandingan Postur Kerja V Interpretasi Hasil Penelitian.. V-6 BAB VI Kesimpulan dan Saran... VI-1 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat. II-7 Tabel 2.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat. II-8 Tabel 2.3 Skor Pergerakan Punggung... II-16 Tabel 2.4 Skor Pergerakan Leher... II-16 Tabel 2.5 Skor Postur Kaki... II-17 Tabel 2.6 Skor Pergerakan Lengan Atas... II-17 Tabel 2.7 Skor Pergerakan Lengan Bawah... II-18 Tabel 2.8 Skor Pergelangan Tangan... II-18 Tabel 2.9 Tabel REBA A... II-19 Tabel 2.10 Tabel REBA B... II-19 Tabel 2.11 Tabel REBA C... II-20 Tabel 2.12 Load/Force... II-20 Tabel 2.13 Coupling... II-20 Tabel 2.14 Activity... II-21 Tabel 2.15 Level Resiko dan Tindakan... II-22 Tabel 4.1 Tabel Anthropometri Operator... IV-3 Tabel 4.2 Skor REBA Grup A untuk Gambar IV-6 Tabel 4.3 Skor REBA Grup B untuk Gambar IV-7 Tabel 4.4 REBA Skor C untuk Gambar IV-8 Tabel 4.5 Skor REBA Grup A untuk Gambar IV-11 Tabel 4.6 Skor REBA Grup B untuk Gambar IV-12 Tabel 4.7 REBA Skor C untuk Gambar IV-13 Tabel 4.8 Hasil Penilian Skor REBA Pada Semua Aktivitas Pengangkutan Gabah dari Penimbangan Menuju Penggilingan... IV-15 Tabel 4.9 Penjabaran Kebutuhan Perancangan... IV-17 Tabel 4.10 Performance Specification Perancangan Troli... IV-20 Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Dimensi Troli... IV-23 Tabel 4.12 Estimasi Biaya Material... IV-33 Tabel 4.13 Skor REBA Grup A untuk commit Gambar to user IV-38 xiii

13 Tabel 4.14 Skor REBA Grup B Untuk Gambar IV-40 Tabel 4.15 REBA Skor C untuk Gambar IV-41 Tabel 4.16 Skor REBA Grup A untuk Gambar IV-43 Tabel 4.17 Skor REBA Grup B untuk Gambar IV-45 Tabel 4.18 REBA Skor C untuk Gambar IV-46 Tabel 4.19 Hasil Penilian Skor Reba Pada Semua Aktivitas Pengangkutan Gabah... IV-47 xiv

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Nordic Body Map... II-4 Gambar 2.2 Range Pergerakan Punggung... II-16 Gambar 2.3 Range Pergerakan Leher... II-16 Gambar 2.4 Range Pergerakan Kaki... II-17 Gambar 2.5 Range Pergerakan Lengan Atas... II-18 Gambar 2.6 Range Pergerakan Lengan Bawah... II-18 Gambar 2.7 Range Pergerakan Pergelangan Tangan... II-19 Gambar 2.8 Langkah-langkah Perhitungan Metode REBA... II-21 Gambar 2.9 Anthropometri untuk Perancangan Produk atau Fasilitas... II-25 Gambar 2.10 Tumpuan Rol... II-29 Gambar 2.11 Tumpuan Sendi... II-29 Gambar 2.12 Tumpuan Jepit... II-30 Gambar 2.13 Sketsa Prinsip Statika Kesetimbangan... II-31 Gambar 2.14 Sketsa Shearing Force Diagram... II-31 Gambar 2.15 Sketsa Normal Force... II-31 Gambar 2.16 Sketsa Moment Bending (+)... II-32 Gambar 2.17 Landasan Sketsa Moment Bending (-)... II-32 Gambar 2.18 Landasan Arah Kanan... II-32 Gambar 2.19 Landasan Arah Kiri... II-32 Gambar 3.1 Metodologi Penelitian... III-1 Gambar 4.1 Aktivitas Operator Bagian Penimbangan Sampai Penggilingan... IV-1 Gambar 4.2 Operator Mengangkat Gabah dari Penimbangan Menuju Penggilingan... IV-4 Gambar 4.3 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total... IV-9 Gambar 4.4 Operator Mengangkat Gabah Menuju ke Penggilingan... IV-9 Gambar 4.5 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total... IV-14 Gambar 4.6 Clarifying Objectives Perancangan... IV-18 Gambar 4.7 Function Analysis Perancangan... IV-18 Gambar 4.8 Sub Fungsi Dasar Perancangan... IV-19 xv

15 Gambar 4.9 Rangka Troli... IV-24 Gambar 4.10 Besi Pipa Pegangan Troli... IV-24 Gambar 4.11 Roda Troli... IV-25 Gambar 4.12 Tuas Pengangkat Pompa Hidrolik... IV-25 Gambar 4.13 Landasan Gabah... IV-25 Gambar 4.14 Gambar 2D Tampak Samping... IV-26 Gambar 4.15 Gambar 2D Tampak Depan... IV-26 Gambar 4.16 Gambar 3D Tampak Depan... IV-27 Gambar 4.17 Gambar 3D Tampak Samping... IV-27 Gambar 4.18 Gambar 3D Tampak Belakang... IV-27 Gambar 4.19 Gambar 3D Tampak Atas... IV-28 Gambar 4.20 Gambar 3D Troli... IV-28 Gambar 4.21 Rangka Troli. IV-29 Gambar 4.22 Reaksi Gaya-gaya Pada Rangka... IV-29 Gambar 4.23 Diagram Momen Bending... IV-31 Gambar 4.24 Penampang Besi Stall Rangka Troli... IV-31 Gambar 4.25 Rangka Troli... IV-32 Gambar 4.26 Tahapan Cara Kerja Troli... IV-34 Gambar 4.27 Gambar Sudut Postur Kerja Setelah Perancangan... IV-35 Gambar 4.28 Operator Membawa Gabah dari Timbangan ke Troli... IV-37 Gambar 4.29 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total... IV-41 Gambar 4.30 Operator Menaruh Gabah dari Penimbangan ke Troli... IV-42 Gambar 4.31 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total. IV-46 Gambar 4.32 Perbandingan Postur Kerja IV-48 xvi

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Nordic Body Map dan Form Pengukuran Data anthropometri... L1 Lampiran 2 Penilaian REBA Pada Aktivitas Sebelum Perbaikan... L2 Lampiran 3 Penilaian REBA Pada Pemodelan Aktivitas Setelah Perbaikan... L3 xvii

17 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang dan perumusan masalah yang akan diangkat, tujuan, dan manfaat dari penelitian. Selanjutnya diuraikan mengenai batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam membahas permasalahan dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian ini. I.1 Latar Belakang Pemindahan bahan secara manual apabila tidak tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan industri ( industrial accident ) yang disebut sebagai Over exertion lifting and carrying yaitu kerusakan pada jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebihan ( Nurmianto, 2004 ). Penanganan material di industri sampai saat ini masih ada yang dilakukan secara manual. Pekerjaan penanganan material secara manual (Manual Material Handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama komplain karyawan di industri ( Muslimah, dkk ). Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan material bukanlah tanpa sebab, penanganan material secara manual memiliki suatu keuntungan yaitu fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan. Penggilingan padi merupakan proses produksi yang penting yang berada di Sragen karena sebagian besar penduduk di Sragen bekerja sebagai petani sehingga jasa penggilingan padi sangat berguna untuk menggilingankan padi petani. Pada musim panen padi, penggilingan padi melalukan jam tambahan semula dari pukul pada hari Senin, Rabu, Sabtu maka untuk musim panen ditambah menjadi setiap hari dari pukul Saat ini, bentuk sistem proses produksi pada penggilingan padi ini masih tradisional, hal ini dapat dilihat dari pengerjaan proses produksinya yang sebagian besar masih ditangani secara manual, dalam artian masih banyak menggunakan tenaga manusia. Pada Penggilingan di Sragen terdapat dua stasiun kerja dalam proses produksinya. Stasiun kerja tersebut commit merupakan to user stasiun penimbangan dan stasiun I - 1

18 penggilingan. Pada stasiun penimbangan terjadi proses penimbangan karung gabah sebelum gabah dibawa ke stasiun penggilingan. Gabah yang telah ditimbang kemudian dibawa ke stasiun penggilingan yang mana pada stasiun ini terdapat 2 mesin yang digunakan untuk menggiling padi. Mesin pertama digunakan untuk memisahkan gabah dari sekam dan pada mesin kedua digunakan mengolah hasil pada mesin pertama. Hasil dari penggilingan ini berupa beras dan bekatul. Aktifitas pemindahan karung gabah dari stasiun penimbangan menuju stasiun penggilingan merupakan aktifitas yang paling berat. Hal ini disebabkan karena rata-rata berat karung gabah yang dibawa adalah 40 kg setiap kali karung gabah diangkat dan dipindahkan sehingga beban kerjanya menjadi besar, jarak dari stasiun penimbangan ke mesin sekitar 10 meter, operator setiap kali aktifitas dalam mengangkat dan memindahkan karung gabah sebanyak satu karung gabah apabila karung kabah sudah menumpuk banyak maka operator harus bolak-balik membawa gabah, dalam sehari operator dalam memindahkan karung gabah mencapai 20 kali pada hari diluar musim panen dan untuk musim panen operator dapat 80 kali bolak balik dalam memindahkan karung gabah, operator tidak menggunakan alat bantu untuk mengangkat dan memindahkan karung gabah. Dalam melalukan proses pemindahan karung gabah dari stasiun timbangan ke stasiun penggilingan operator merasakan kesulitan dan keluhan-keluhan serta nyeri pada tubuh terutama pada musim panen padi yang mana pekerja lebih banyak menguras tenaga. Keluhan dan rasa nyeri yang dirasakan oleh operator pada bagian Leher, Lengan atas kiri, Lengan atas kanan, Punggung, Pinggang, Paha kiri, Paha kanan, Betis kiri, Betis kanan berdasarkan kuisioner nordic body map yang diberikan kepada operator yang bekerja pada penggilingan padi ini dan operator selalu memakai kain selendang yang dililitkan pada pinggangnya yang digunakan untuk menahan pinggangnya pada saat mengangkat karung gabah. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan dapat memberikan dampak negatif, baik bagi perusahaan maupun bagi operator tersebut, misalkan berkurangnya produktivitas kerja, timbulnya rasa sakit pada operator baik yang bersifat sementara maupun permanen, meningkatnya kemungkinan terjadi kecelakaan. I - 2

19 Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang dapat menghasilkan suatu rancangan alat angkut sebagai peralatan untuk memindahkan karung gabah dari stasiun penimbangan ke stasiun penggilingan yang sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi dan anthropometri operator berdasarkan metode REBA. Rapid Entire Body Assessment ( REBA ) adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator (McAtamney dan Hignett, 2000). Metode ini dipilih karena berdasarkan hasil kuisoner, keluhan yang dialami pekerja sebagian besar terjadi pada anggota tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah. Sehingga aktivitas gerakan menjadi lebih baik dan dapat mengurangi gangguan pada sistem musculoskeletal. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dari penelitian tugas akhir ini adalah bagaimana merancang troli angkut karung gabah dalam rangka perbaikan postur kerja penggilingan padi di Sragen. I.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tugas akhir ini adalah merancang troli angkut karung gabah berdasarkan pendekatan anthropometri pekerja penggilingan padi di Sragen. I.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah menghasilkan rancangan alat bantu kerja dalam pengangkatan karung gabah ke dalam mesin penggiling berdasarkan anthropometri tubuh pekerja sehingga meningkatkan kenyamanan dan mengurangi keluhan musculoskeletal pada operator dan meningkatkan produktivitas pada penggilingan padi di Sragen. I - 3

20 I.5 Batasan Masalah Agar penelitan ini tidak terlalu luas topik pembahasannya maka diperlukan adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Pengukuran anthropometri dilakukan terhadap 2 pekeja di penggilingan padi. 2. Hasil penelitian berupa desain 3D. I.6 Asumsi Asumsi 1. Metode kerja pada Penggilingan padi di Sragen tidak mengalami perubahan selama penelitian. 2. Posisi postur tubuh operator selalu sama dalam setiap perulangan aktivitas. I.7 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti dijelaskan, di bawah ini. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II : STUDI PUSTAKA Bab ini membahas tentang gambaran umum perusahaan dan teoriteori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penyelesaian masalah terkait langsung dengan metode penelitian digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah. Pencarian sumber informasi tersebut dapat buku, jurnal penelitian, sumber literatur lain, dan studi terhadap penelitian terdahulu. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang uraian langkah-langkah penelitian yang dilakukan, selain juga merupakan gambaran kerangka berpikir dalam melakukan I - 4

21 penelitian dari awal sampai penelitian selesai dalam bentuk flow chart. BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Berisi tentang data-data / informasi yang diperlukan dalam menganalisis permasalahan yang ada serta pengolahan data dengan menggunakan metode yang telah ditentukan BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Analisis berisi penjelasan dari output yang didapatkan pada tahapan pengumpulan dan pengolahan data dan interpretasi hasil. BAB VI : PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan serta rekomendasi yang diberikan untuk perbaikan. I - 5

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas gambaran umum Penggilingan padi di Sragen yang merupakan tempat peneliti mengamati sistem yang berlangsung di dalamnya dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa permasalahan yang ada. 2.1 Gambaran Umum Perusahaan Penggilingan padi di Sragen merupakan salah satu tempat selep gabah yang berada di kelurahan patihan. Penggilingan padi di Sragen didirikan sekitar taun 1970an dan sudah mengganti mesin selep sebanyak 3 kali semenjak didirikan. Penggilingan padi ini buka setiap 3 hari dalam seminggu yaitu hari senin, rabu, sabtu dan dimulai pukul sampai WIB tergantung dari banyaknya yang menggilingkan gabah. Untuk musim panen jasa penggilingan ini lebih ramai dibanding diluar musim panen dan jam kerjanya ditambah menjadi setiap hari mulai pukul Penggilingan padi di Sragen ini terletak di dukuh Pasar Ayu desa Patihan Sidoharjo Sragen.Penggilingan padi ini cukup strategis karena berada ditengah tengah desa dan berada disamping jalan utama desa Patihan. Penggilingan padi ini memperkerjakan 2 orang laki-laki yang berasal dari daerah sekitar yang bernama bapak Sriyono yang berumur 35 tahun dan bapak Men yang berumur 38 tahun. Urutan dari proses penggilingan gabah ini terdiri dari 3 tahap, tahap pertama tahap penimbangan gabah yang mana fungsi dari penimbangan gabah ini adalah untuk menghitung biaya dari jasa penggilingan, setiap kilogram jasa pengilingan dihargai Rp.200,00. Tahap kedua adalah tahap pemisahan sekam(berambut) dari gabah menggunakan mesin dompeng, mesin dompeng ini digerakan menggunakan tenaga diesel dan proses penggilingan pada mesin ini sebanyak 2 kali, hasil dari mesin ini berupa beras yang masih bercampur dengan bekatul. Tahap ketiga yaitu tahap pemisahan bekatul hasil dari proses pada mesin pertama, mesin yang digunakan adalah mesin kubuta, mesin ini juga digerakan dengan tenaga diesel.proses penggilingan ini sebanyak 2 kali sehingga beras hasil dari proses ini menjadi bersih dan terpisah dari bekatul, bekatul hasil dari penggilingan ini milik II-1

23 dari orang yang menggilingkan.untuk berambut hasil proses dari mesin pertama milik pihak penggilingan padi. 2.2 Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004). Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 2006). Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (design) ataupun rancang ulang (redesign) (Nurmianto, 2004). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti perkakas kerja, bangku kerja, kursi, pegangan alat kerja, sistem pengendali, alat peraga, jalan/ lorong, pintu, jendela dan lain-lain. Sedangkan secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka, 2004): 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. 3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai manusia dalam berbagai aspek commit kehidupannya. to user Tujuannya adalah merancang II-2

24 benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan kepuasan dapat terpelihara. Terlihat disini bahwa ergonomi memiliki 2 aspek sebagai contohnya yaitu efektivitas sistem manusia didalamya dan sifat memperlakukan manusia secara manusia. Mencapai tujuan-tujuan tersebut, pendekatan ergonomi merupakan penerapan pengetahuan-pengetahuan terpilih tentang manusia secara sistematis dalam perancangan sisten-sistem manusia benda, manusia-fasilitas dan manusia lingkungan. Dengan lain perkataan ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam berinteraksi dengan obyek-obyek fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Di pandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat bekerja bila sistem tersebut terdiri dari, yaitu : a. Elemen sistem yang telah dirancang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. b. Elemen sistem yang saling berinterksi secara terpadu dalam usaha menuju tujuan bersama. Sebagai contoh, sejumlah elemen mesin dirancang baik, belum tentu menghasilkan suatu mesin yang baik pula, bila mana sebelumnya tidak dirancang untuk berinteraksi antara satu sama tainnya. Demikian manusia sebagai operator dalam manusia mesin. Bila pekerja tidak berfungsi secara efektif hal ini akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan 2.3 Nordic Body Map (NBM) Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map. Menurut Corlet (1992) dalam Tarwaka, dkk. (2004) menyatakan bahwa melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada gambar 2.1, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas yang tinggi. II-3

25 Gambar 2.1 Nordic Body Map Sumber: Corlet,1992 dalam Tarwaka, dkk Manual Material Handling Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai sumber tenaga. Selama ini pengertian MMH hanya sebatas pada kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek kekuatan vertikal. Padahal kegiatan MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada kegiatan pushing dan pulling di dalam kegiatan MMH. Kegiatan MMH menurut pendapat McCormick dan Sanders (1994) yang sering dilakukan oleh pekerja di dalam industri, yaitu: 1. Kegiatan pengangkatan benda (lifting task), 2. Kegiatan pengantaran benda (caryying task), 3. Kegiatan mendorong benda (pushing task), 4. Kegiatan menarik benda (pulling task). Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan sebagai commit berikut to user : II-4

26 1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan. 2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin. 3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat Faktor Resiko dalam Pemindahan Material Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemindahan material adalah sebagai berikut: Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan operator Jarak horizontal dari beban relative terhadap operator. Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar) akan memiliki pusat massa yang letaknya jauh dari badan operator, hal ini akan menghalangi pandangan operator. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat beban dari lantai akan relatif lebih sulit daripada mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang). Beban puntir pada badan operator selama aktivitas angkat beban. Prediksi terhadap berat beban yang diangkat. Hal ini adalah untuk mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan. Stabilitas beban yang diangkat. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja. Berbagai macam rintangan yang menghalangiataupun keterbatasan postur tubuh yang berada pada suatu tempat kerja. Kondisi kerja yang meliputi : pencahayaan, temperature, kebisingan, dan kelicinan lantai. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktifitas angkat. Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tibatiba ) Tidak terkoordinasinya kelompok kerja (lifting team) Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama dengan membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan II-5

27 beban pada vertebral disc ( VD ) dan invertebral disc ( ID ) pada vertebral coloumn didaerah punggung Penyelesaian untuk Pemindahan Material Secara Teknis Bebarapa penyelesaian secara teknik untuk pemindahan material secara manual adalah sebagai berikut: Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang dengan menggunakan roller (ban berjalan). Gunakan meja yang dapat digerakan naik turun untuk menjaga agar bagian permukaan dari meja kerja dapat langsung dipakai untuk memasukan lembaran logam ataupun benda kerja lainnya kedalam mesin. Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan turunkan dengan bantuan gaya gravitasi. Berikan peralatan yang dapat mengangkat, misalnya : pada ujung belakang truk untuk memudahkan pengangkatan material. Dengan demikian tidak diperlukan lagi alat angkut (crane). Desain kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handel yang ergonomis sehingga mudah pada waktu mengangkat. Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat benda pada ketinggian permukaan pinggang. Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya. Siapkan troli dan pengungkit untuk mengangkat ujung drum. Bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakan material yang mengganggu jalur dari operator. Hindarkan lantai kerja daru sesuatu yang dapat membuat licin sehingga membahayakan operator pada saat perjalanan memindahkan material. Buatlah ruang kerja yang cukup untuk gerakan dinamis bebas operator. Tempatkan semua material sedekat mungkin dengan operator. II-6

28 2.4.3 Rekomendasi Batas Beban Yang Boleh Diangkat Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Berikut ini dijelaskan beberapa batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Australia yang dipakai untuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional (Nurmianto, 2004). Batasan angkat tersebut, yaitu: 1. Batasan angkat secara legal (legal limitations), a. Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg. b. Pria usia tahun, maksimum angkat 18 kg. c. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat. d. Wanita usia tahun, maksimum angkat 11 kg. e. Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang. Disamping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat. Komisi keselamatan dan kesehatan kerja di Inggris, pada tahun 1982 juga telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan cara pengangkatan material/benda kerja. Tabel 2.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat Batasan Angkat (Kg) Tindakan Dibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan Prosedur administrasi dibutuhkan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan perantaraan alat bantu tertentu Sebaiknya Operator yang terpilih dan terlatih. Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih. Harus dibawah pengawasan supervisor Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan Diatas 50 keselamatan kerja dalam industri. Harus dibawah pengawasan ketat Berikutnya lembaga the National Occupational Health and Safety Commission (Worksafe Australia) pada bulan Desember 1986 membuat peraturan untuk pemindahan material secara commit aman. to user II-7

29 Tabel 2.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat Level Batas Angkat (Kg) Tindakan 1 Dibawah 16 Tidak diperlukan tindakan khusus Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan pada metode angkat Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job redesign 4 Diatas 50 Harus dibantu dengan peralatan mekanis 2. Batasan angkat secara fisiologi, Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting), sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batas angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktifitas yang berulang-ulang (repetitive lifting) akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang (back injures). Menurut Stevenson (1987) dalam Nurmianto, 2004 menyatakan bahwa repetitive lifting dapat menyebabkan comulative trauma atau repetitive strain injures. 3. Batasan angkat secara psiko-fisik, Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda-beda. Ada tiga kategori posisi angkat yang didapat, yaitu: a. Permukaan lantai ke ketinggian tangan ke ketinggian bahu (shoulder height). b. Ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan (vertikal). c. genggaman tangan (knuckle height) Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Manual Material Handling Semua aktivitas manual handling melibatkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Karakteristik Pekerja Karakeristik pekerja masing-masing berbeda dan mempengaruhi jenis serta jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan, didefinisikan sebagai berikut : II-8

30 a. Fisik (physical), yang meliputi ukuran pekerja secara umum seperti usia, jenis kelamin, anthropometri, dan postur tubuh. b. Kemampuan sensorik, ukuran kemampuan sensorik pekerja yang meliputi penglihatan, pendengaran, kinestetik, sistem keseimbangan (vestibular) dan proprioceptive. c. Motorik, ukuran kemampuan motorik/gerak pekerja yang meliputi kekuatan, ketahanan, jangkauan, dan karakter kinematis. d. Psikomotorik, ukur kemampuan pekerja menghadapi proses mental dan gerak seperti memproses informasi, waktu respon, dan koordinasi. e. Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerja dengan melihat tingkah laku, penerimaan resiko, persepsi kebutuhan ekonomi, dll. f. Training/pelatihan, ukuran kemampuan pendidikan pekerja dalam training formal atau keterampilan dalam menangani instruksi MMH. g. Status kesehatan h. Aktivitas dalam waktu luang. 2. Karakteristik karakter material atau bahan, meliputi : a. Beban, ukuran berat benda, usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat, maupun momen inersia benda. b. Dimensi, atau ukuran benda seperti lebar, panjang, tebal, dan bentuk benda baik itu kotak, silinder, dll. c. Distribusi beban, ukuran letak unit dengan reaksi pekerja untuk membawa dengan satu atau dua tangan. d. Kopling, cara membawa benda oleh pekerja berkaitan dengan tekstur, permukaan, atau letak. e. Stabilitas beban, ukuran konsistensi lokasi. Aktivitas manual material handling banyak digunakan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi, murah dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi berdasar data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas manual material handling juga diikuti dengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja yang kurang memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang salah. II-9

31 2.4.5 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal Sikap kerja merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya gangguan muscolosceletal. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia antara la in berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja dilakukan tergantung kepada jenis pekerjaan dan sistem kerja yang ada. 1. Sikap Kerja Berdiri Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang paling sering dilakukan saat bekerja. Berat tubuh akan ditopang oleh satu atau kedua kaki. Aliran berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah karena adanya gaya gravitasi bumi. Kestabilan posisi tubuh saat berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Posisi kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai tulang pinggul akan menjaga tubuh sehingga tidak tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota tubuh bagian atas dengan tubuh bagian bawah. Sikap kerja berdiri memiliki beberapa kondisi permasalahan WMSDs. Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) adalah salah satu masalah pada sikap kerja berdiri dengan sikap punggung condong ke depan. Sikap kerja berdiri terlalu lama akan mengakibatkan penggumpalan darah di vena, karena aliran darah berlawanan dengan gravitasi. Kejadian ini dapat mengakibatkan pembengkakan pergelangan kaki. 2. Sikap Kerja Duduk Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung bagian bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini akan membuat sisi depan invertebral disk tertekan dan sekelilingnya melebar. Hal ini menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar ke kaki. Ketegangan dan rasa sakit saat bekerja dengan sikap duduk dapa dikurangi dengan merancang tempat duduk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan pada invertebral disk sebanyak sepertiga sampai setengah lebih banyak daripada posisi berdiri (Kroemer, 2000). Sikap kerja duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung, yang memungkinkan pergerakan commit maju-mundur to user untuk melindungi bagian lumbar. II-10

32 Sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi lumbar yang menekuk. 3. Sikap Kerja Membungkuk Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman dan juga sering menimbulkan rasa sakit adalah sikap kerja membungkuk. Posisi ini menimbulkan ketidaknyamanan karena tidak adanya keseimbangan dan tidak menjaga kestabilan tubuh saat bekerja. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan berulang dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan pekerja mengalami nyeri pada punggung bagian bawah ( low back pain ). Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh. Otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri pada punggung bagian bawah (low back pain ). Sikap kerja membungkuk akan mengakibatkan slipped disk, bila diikuti dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja membungkuk, tetapi karena beban yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar rusak dan ada penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan keluarnya material pada invertebral disk akibat desakan lumbar. 4. Pengangkatan Beban Kegiatan mengangkat beban memberikan kontribusi terbesar dalam kecelakaan kerja pada bagian punggung. Penelitian yang dilakukan NIOSH (1981) memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari kecelakaan akibat tekanan berlebihan berkaitan dengan aktivitas menaikan/mengangkat barang (lifting loads activity). Pengangkatan beban yang melebihi kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over exertion. Dari penelitian Kansal dkk menunjukkan bahwa over exertion menjadi penyebab cedera bagian punggung paling besar, presentasenya sekitar 64% - 74%. Adapun pengangkatan beban akan mempengaruhi lumbar, dimana akan ada penekanan pada bagian L5/S1. Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebral disk pada bagian L5/S1 lebih banyak menahan commit tekanan to dibandingkan user tulang belakang. Bila II-11

33 pengangkatan ynag dilakukan melebihi kemampuan maka akan menyebabkan disc herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebral disc pada bagian L5/S1 pecah. Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin ditimbulkan saat mengangkat beban adalah : a. Pikirkan dan rencanakan cara mengangkat beban. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba. b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh. c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut paling nyaman. d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring (bending and twist). e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman. 5. Membawa Beban Membawa beban merupakan pekerjaan manual handling yang sering dilakukan saat bekerja. Penentuan beban normal untuk tiap orang ada perbedaannya. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang ditempuh makin jauh akan menurunkan batasan beban yang dapat dibawa. 6. Mendorong Beban Hal terpenting dari kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan saat mendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban dianjurkan dalam kegiatan mendorong beban. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban dan menghindari kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu. II-12

34 7. Menarik Beban Kegiatan menarik beban biasanya tidak dianjurkan dalam memindahkan beban, karena akan sulit mengendalikan beban. Beban alan mudah tergelincir dan melukai pekerja. Kesulitan lain yang timbul adalah pengawasan beban yang dipindahkan dan perbedaan jalur lintasan. Menarik beban akan aman untuk jarak pendek Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja manual material handling yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik. Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui faktor resiko dari manual material handling diatas. Menurut laporan NIOSH NIOSH (National For Occupational Safety and Health) pada tahun 1981 ada enam prosedur umum dalam menangani resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan manual material handling yang tidak tepat, yaitu: 1. Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkan cedera musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa statistik dari data medis. 2. Observasi pekerjaan yang dicurigai dan untuk tiap beban yang akan diangkat harus diketahui berat serta metode pengangkatan. 3. Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan manual handling, mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area kerja. 4. Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menambah pekerja untuk mengurangi frekuensi pengangkatan, melakukan penjadwalan kerja, mengembangkan pelatihan untuk mensosialisasikan teknik pengangkatan yang tepat, serta meningkatkan prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan lebih baik. Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektifitas dengan pengecekan kesehatan II-13

35 NIOSH adalah suatu lembaga yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika, telah melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang bepengaruh yaitu: 1. Berat dari benda yang dipindahkan, hal ini ditentukan oleh pembebanan langsung. 2. Posisi pembebanan dengan mengacu pada tubuh, dipengaruhi oleh: a. Jarak horisontal beban yang dipindahkan dari titik berat tubuh. b. Jarak vertikal beban yang dipindahkan dari lantai. c. Sudut pemindahan beban dari posisi sagital (posisi pengangkatan tepat didepan tubuh). 3. Frekuensi pemindahan dicatat sebagai rata-rata pemindahan/menit untuk pemindahan berfrekuensi tinggi. 4. Periode (durasi) total waktu yang diberlakukan dalam pemindahan pada suatu pencatatan. 2.5 RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham s Institute of Occupational Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (McAtamney dan Hignett, 2000). Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cedera akibat aktivitas yang berulang-ulang. Penilaian postur kerja dengan metode commit ini to user dengan cara pemberian skor resiko II-14

36 antara 1 sampai 15, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Penilaian REBA terjadi dalam empat tahap, yaitu: 1. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. 2. Tahap kedua adalah penentuan sudut dari bagian tubuh pekerja. 3. Tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling dan penentuan aktivitas pekerja. 4. Tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja. Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney dijelaskan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut (McAtamney dan Hignett, 2000): Tahap 1: Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto Gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki di dapatkan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya. Tahap 2: Penentuan sudut dari bagian tubuh pekerja Pada metode REBA segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua kelompok yaitu grup A dan grup B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk II-15

37 grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor. Skor pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3 Skor Pergerakan Punggung Pergerakan Skor Tegak Flexion Extension Fleksion >20 0 Extension 3 >60 0 Fleksion 4 Perubahan Skor +1 jika memutar atau miring ke samping Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Dari tabel 2.3, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada gambar 2.2 Gambar 2.2 Range Pergerakan Punggung Sumber: Charoonsri dkk, 2008 Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan pada tabel 2.4. Tabel 2.4 Skor Pergerakan Leher Pergerakan Skor Perubahan Skor Flexion 1 +1 jika memutar atau >20 0 Flexion atau extension 2 miring ke samping Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Dari tabel 2.4, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut ini. Gambar 2.3 Range Pergerakan Leher Sumber: Charoonsri dkk, 2008 II-16

38 Untuk skor postur kaki dapat ditunjukkan pada tabel 2.5 Tabel 2.5 Skor Postur Kaki Pergerakan Skor Perubahan Skor Kaki tetopang ketika berjalan atau duduk dengan bobot seimbang rata-rata Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tidak tersebar merata Sumber: McAtamney dan Hignett, jika lutut antara Flexsion 2 +2 jika lutut >60 0 Flexsion Dari tabel 2.5, pergerakan kaki dapat ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut ini. Gambar 2.4 Range Pergerakan Kaki Sumber: Charoonsri dkk, 2008 Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Skor Pergerakan Lengan Atas Pergerakan Skor Perubahan Skor Extension 20 0 flexion 1 +1 jika lengan atas abducted >20 0 Extension Flexion 2 +1 jika pundak atau bahu ditinggikan Flexion 3-1 jika operator bersandar atau >90 0 Flexion 4 bobot lengan ditopang Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Dari tabel 2.6 pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada gambar 2.5. II-17

39 Gambar 2.5 Range Pergerakan Lengan Atas Sumber: Charoonsri dkk, 2008 Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.7. Tabel 2.7 Skor Pergerakan Lengan Bawah Pergerakan Skor Flexion 1 < 60 0 Flexion atau > Flexion 2 Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Dari tabel 2.7, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Range Pergerakan Lengan Bawah Sumber: Charoonsri dkk, 2008 Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Skor Pergelangan Tangan Pergerakan Skor Perubahan Skor Flexion atau Extension 1 +1 jika pergelangan tangan >15 0 Flexion atau Extension 2 menyimpang atau berputar Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Dari tabel 2.8, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada gambar 2.7. II-18

40 Gambar 2.7 Range Pergerakan Pergelangan Tangan Sumber: Charoonsri dkk, 2008 Setelah diukur sudut-sudut segmen tubuh, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian. Hasil penilaian dari pergerakan punggung (batang tubuh), leher, dan kaki digunakan untuk menentukan skor A dengan menggunakan tabel 2.9. Trunk Tabel 2.9 Tabel REBA A Neck Legs Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan digunakan untuk menentukan skor B dengan menggunakan tabel Tabel 2.10 Tabel REBA B Upper Arms Lower Arm Wrist Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Hasil skor yang diperoleh dan tabel REBA A dan tabel REBA B digunakan untuk melihat table REBA C sehingga didapatkan skor dari tabel II-19

41 Tabel 2.11 Tabel REBA C S co re B S co re A Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Tahap 3: Penentuan berat benda yang diangkat, coupling, dan aktivitas pekerja. Selain memberikan skor pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya. Masing-masing faktor tersebut juga mempunyai kategori skor. Besarnya skor berat beban yang diangkat terlihat pada tabel Tabel 2.12 Load/Force Penambahan Beban Secara Tibatiba atau Secara Cepat <5 kg 5-10 kg >10 kg Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Besarnya skor coupling dapat ditunjukkan seperti pada tabel Tabel 2.13 Coupling 0 Good 1 Fair 2 Poor 3 Unacceptable Pegangan pas dab tepat ditengah,genggam an kuat Pegangan tangan bisa diterima tapi tidak ideal/coupling lebih sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh Pegangan tangan tidak bisa diterima walaupun memungkink an Dipaksakan,genggam an yang tidak aman, tanpa pegangan coupling tidak sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Besarnya skor activity dapat ditunjukkan seperti pada tabel II-20

42 Tabel 2.14 Activity +1 Jika 1 atau lebih bagian tubuh statis,ditahan lebih dari 1 menit +1 Jika pengulangan gerakan dalam rentang waktu singkat,diulang lebih dari 4 kali permenit(tidak termasuk berjalan) +1 Jika gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran postur yang cepat dari posisi awal Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Tahap 4: Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Setelah didapatkan skor dari tabel REBA A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel Reba B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga didapatkan nilai bagian B. Dari nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari tabel REBA C yang ada. Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai aktivitas pekerja. Dari nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja. Untuk lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode REBA dapat dilihat pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Langkah-Langkah Perhitungan Metode REBA Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 II-21

43 Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai REBA. Level resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.14 berikut ini. Tabel 2.15 Level Resiko dan Tindakan Action Skor Tindakan Level Resiko Level REBA Perbaikan 0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu Rendah/kecil Mungkin perlu Sedang Perlu Tinggi Perlu segera Sangat tinggi Perlu saat ini juga Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Dari tabel dengan nilai REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya, dapat diketahui level resiko yang terjadi, sehingga dapat diketahui perlu atau tidaknya dilakukan tindakan perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin dilakukan berupa perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip Ergonomi. 2.6 Anthropometri Dalam Ergonomi Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas pada dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai ukuran anthropometri tubuh operator maupun penerapan data-data operatornya Pengertian Anthropometri Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Anthropometri adalah studi tentang dimensi tubuh manusia (Pullat, 1992). Anthropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaanperbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya (Panero dan Zelnik, 2003). Data anthropometri yang ada dibedakan menjadi dua kategori, antara lain (Pullat, 1992): II-22

44 a. Dimensi struktural (statis) Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi tetap dan standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya. b. Dimensi fungsional (dinamis) Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai posisi atau sikap. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Data anthropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain (Wignjosoebroto, 1995) : a. Perancangan areal kerja b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer, dan lain-lain d. Perancangan lingkungan kerja fisik Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 2004): a. Keacakan/random Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok anggota masyarakat jelas dapat diapromaksimasikan dengan menggunakan distribusi normal, yaitu dengan menggunakan data persentil yang telah diduga, jika mean (rata-rata 0 dan standat deviasinya telah diestimasi. b. Jenis kelamin Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan signifikan di antara mean dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan. Pria dianggap lebih panjang dimensi II-23

45 segmen badannya daripada wanita sehingga data anthropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah. c. Suku bangsa Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka akan mempengaruhi anthropometri secara nasional. d. Usia, digolongkan atas berbagai kelompok usia yaitu: Balita Anak-anak Remaja Dewasa Lanjut usia Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk anthropometri anak-anak. Anthropometrinya cenderung terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan menurun yang disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) dan berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki. e. Jenis pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawannya, misalnya: buruh dermaga/pelabuhan harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer. f. Pakaian Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena disebabkan oleh bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang relatif lebih besar. Ataupun untuk para commit pekerja to user di pertambangan, pengeboran lepas II-24

46 pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang dan astronaut pun harus mempunyai pakaian khusus. g. Faktor kehamilan pada wanita Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja. h. Cacat tubuh secara fisik Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan kesamaan dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di dalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, supermarket dan lainlain Dimensi Anthropometri Data anthropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat pada Gambar 2.9. Gambar 2.9 Anthropometri Untuk Perancangan Produk atau Fasilitas Sumber: Wignjosoebroto S, 2000 II-25

47 Keterangan Gambar 2.9 : 1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala). 2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak. 4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus). 5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan). 6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala). 7 : Tinggi mata dalam posisi duduk. 8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk. 9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10 : Tebal atau lebar paha. 11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut. 12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut betis. 13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan paha. 15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk). 16 : Lebar pinggul ataupun pantat. 17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar). 18 : Lebar perut. 19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus. 20 : Lebar kepala. 21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22 : Lebar telapak tangan. 23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar). II-26

48 24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak. 25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak. 26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan. 2.7 Perancangan Dengan Metode Rasional Metode rasional menggunakan pendekatan yang sistematis dalam perancangan. Metode ini banyak digunakan dalam perancangan karena memiliki tahapan yang jelas sehingga dapat memberikan hasil rancangan dan produk akhir yang berkualitas (Cross, 2000). Adapun langkah-langkah metode rasional antara lain : Clarifying Objectives Tahap penting pertama dalam perancangan adalah bagaimana mencoba untuk menjelaskan tujuan perancangan. Pada kenyataannya akan sangat membantu pada keseluruhan tahap perancangan, bila tujuan perancangan sudah jelas, walaupun tujuan itu dapat berubah selama proses perancangan. Tujuan awal dan sementara dapat berubah, meluas atau menyempit, atau benar-benar berubah asalkan permasalahan menjadi lebih dimengerti dan sepanjang penyelesaian ideide dapat berkembang. Clarifying objectives menunjukkan tujuan dan maksud umum untuk pencapaian tujuan yang sedang dalam pertimbangan. Metode ini menunjukkan bentuk diagramatis dimana tujuan-tujuan yang berbeda dihubungkan satu sama lain, serta pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Langkah-langkah pembuatan clarifying objectives adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan daftar tujuan perancangan, dimana daftar tersebut diambil dari ringkasan perancangan. b. Menyusun daftar ke dalam kumpulan tujuan tingkat tinggi dan tingkat rendah. Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan secara kasar dapat dikelompokkan ke dalam tingkatan hirarki. c. Menggambarkan diagram clarifying objectives, hubungan hirarki dan garis hubungannya. II-27

49 2.7.2 Establishing Function Establishing functions bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. Langkahlangkah pembuatan establishing functions adalah sebagai berikut : a. Menunjukkan fungsi perancangan secara umum dalam perubahan input menjadi output yang diinginkan. b. Memecah fungsi umum menjadi sub fungsi dasar yang lebih spesifik. c. Menggambarkan diagram blok yang menggambarkan interaksi antar sub-fungsi dasar Performance Specification Performance specification bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan perancangan. Spesifikasi yang telah ditentukan oleh perancang ditetapkan sebagai tujuan perancangan dengan mencantumkan kriteriakriteria. Langkah-langkah pembuatan performance specification adalah sebagai berikut : a. Menimbang perbedaan tingkatan umum penyelesaian yang dapat diterima. b. Menentukan tingkatan umum yang nantinya akan dioperasikan. c. Mengidentifikasi atribut yang dibutuhkan. Menyebutkan persyaratan yang diperlukan atribut dengan tepat dan teliti 2.8 Mekanika Konstruksi Mekanika (Bahasa Latin mechanicus, dari Bahasa Yunani mechanikos, "seseorang yang ahli di bidang mesin") adalah jenis ilmu khusus yang mempelajari fungsi dan cara kerja mesin, alat atau benda yang seperti mesin. Mekanika merupakan bagian yang sangat penting dalam ilmu fisika terutama untuk ahli sains dan ahli teknik. Mekanika (Mechanics) juga berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda serta efek gaya dalam gerakan itu. Cabang ilmu Mekanika terbagi dua : Mekanika Statik dan Mekanika Dinamik (tidak dibahas dalam penelitian ini). Mekanika teknik dikenal juga sebagai mekanika rekayasa atau analisa struktur. Pokok utama dari ilmu tersebut adalah mempelajari perilaku struktur commit terhadap to user beban yang bekerja padanya. II-28

50 Perilaku struktur tersebut umumnya adalah lendutan dan gaya-gaya (gaya reaksi dan gaya internal) Statika Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban terhadap gaya-gaya dan beban yang mungkin ada pada bahan tersebut, atau juga dapat dikatakan sebagai perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya atau beban. Terdapat 3 jenis tumpuan dalam ilmu statika untuk menentukan jenis peletakan yang digunakan dalam menahan beban yag ada dalam struktur, beban yang ditahan oleh peletakan masing-masing adalah: a. Tumpuan Rol Yaitu tumpuan yang dapat meneruskan gaya desak yang tegak lurus bidang peletakannya. Gambar 2.10 Tumpuan Rol Sumber : Popov, 1989 b. Tumpuan Sendi Tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya selalu menurut sumbu batang sehingga batang tumpuan hanya memiliki satu gaya. Gambar 2.11 Tumpuan Sendi Sumber : Popov, 1989 c. Tumpuan Jepitan Jepitan adalah tumpuan yang dapat menberuskan segala gaya dan momen sehingga dapat mendukung H, V dan M yang berati mempunyai tiga gaya. Dari kesetimbangan kita memenuhi bahwa agar susunan gaya dalam keadaan setimbang haruslah dipenuhi tiga syarat yaitu F Horisontal = 0, F Vertikal = 0, M= 0 II-29

51 Gambar 2.12 Tumpuan Jepit Sumber : Popov, Gaya Suatu konstruksi bertugas mendukung gaya-gaya luar yang bekerja padanya yang kita sebut sebagai beban. Konstruksi harus ditumpu dan diletakkan pada peletakan-peletakan tertentu agar dapat memenuhi tugasnya yaitu menjaga keadaan konstruksi yang seimbang. Suatu konstruksi dikatakan seimbang bila resultan gaya yang bekerja pada konstruksi tersebut sama dengan nol atau dengan kata lain Fx = 0, Fy = 0, Fz = 0, M = 0. Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan suatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau sebaliknya. Dalam ilmu statika berlaku hukum (Aksi = Reaksi), gaya dalam statika kemudian dikenal dibedakan menjadi : a. Gaya Luar Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi. Sedangkan beban adalah beratnya beban atau barang yang didukung oleh suatu konstruksi atau bangunan beban dan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu : Beban mati yaitu beban yang sudah tidak bisa dipindah-pindah, seperti dinding, penutup lantai dll. Beban sementara yaitu beban yang masih bisa dipindah-pindahkan, ataupun beban yang dapat berjalan seperti beban orang, mobil (kendaraan), kereta dll. Beban terbagi rata yaitu beban yang secara merata membebani struktur. Beban dapat dibedakan menjadi beban segi empat dan beban segitiga. Beban titik terpusat adalah beban yang membebani pada suatu titik. Beban berjalan adalah beban yang bisa berjalan atau dipindah-pindahkan baik itu beban mrata, titik, atau kombinasi antar keduanya II-30

52 b. Gaya dalam Akibat adanya gaya luar yang bekerja, maka bahan memberikan perlawanan sehingga timbul gaya dalam yang menyebabkan terjadinya deformasi atau perubahan bentuk. Agar suatu struktur tidak hancur atau runtuh maka besarnya gaya akan bergantung pada struktur gaya luar, yaitu: c. Gaya geser (Shearing Force Diagram) Gaya geser merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah garis kerjanya tegak lurus (^ ) pada sumbu batang yang ditinjau seperti tampak pada Gambar 2.9. Gambar 2.13 Sketsa Prinsip Statika Kesetimbangan Sumber : Popov, 1989 Gaya bidang lintang ditunjukan dengan SFD (shearing force diagram), dimana penentuan tanda pada SFD berupa tanda negatif (-) atau positif (+) bergantung dari arah gaya. Gambar 2.14 Sketsa Shearing Force Diagram Sumber : Popov, 1989 d. Gaya Normal (Normal Force) Gaya normal merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah garis kerjanya searah (// ) sumbu batang yang ditinjau Gambar 2.15 Sketsa Normal Force Sumber : Popov, 1989 II-31

53 Agar batang tetap utuh, maka gaya dalam sama dengan gaya luar. Pada gambar diatas nampak bahwa tanda (-) negatif yaitu batang tertekan, sedang bertanda (+) batang tertarik. e. Momen Momen adalah gaya yang bekerja dikalikan dengan panjang lengan yang terjadi akibat adanya beban yang terjadi pada struktur tersebut Gambar 2.16 Sketsa Moment Bending (+) Sumber : Popov, 1989 Gambar 2.17 Landasan Sketsa Moment Bending (-) Sumber : Popov, 1989 Dalam sebuah perhitugan gaya dalam momen memiliki kesepakatan yang senantiasa dipenuhi yaitu pada arah tinjauan, diantaranya: Ditinjau dari arah kanan Ditinjau dari arah kiri Bila searah jarum jam (+) Bila berlawanan jarum jam (-) Gambar 2.18 Landasan Arah Kanan Sumber : Popov, 1989 Bila searah jarum jam (+) Bila berlawanan jarum jam (-) Gambar commit 2.19 Landasan to user Arah Kiri Sumber : Popov, 1989 II-32

54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini : Gambar 3.1 Metologi Penelitian III-1

55 Gambar 3.1 Metodologi Penelitian ( Lanjutan ) Langkah-langkah penyelesaian masalah pada gambar 3.1 diuraikan sebagai berikut: 3.1 Tahap Identifikasi Masalah Tahap ini diawali dengan studi literatur, studi lapangan, perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian dan menentukan manfaat penelitian. Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan pada subbab berikut ini Studi Literatur Studi literatur merupakan tahap dimana dilakukan pengkajian terhadap referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian disesuaikan dan dievaluasi berdasarkan referensi yang diperoleh dalam studi literatur. Adapun studi pustaka yang diperlukan dalam penelitian ini yakni mengenai ergonomi dan perancangan produk. III-2

56 3.1.2 Studi Lapangan Pada saat memetakan permasalahan dan identifikasi permasalahan, perlu dilakukan studi lapangan untuk mengetahui kondisi yang terjadi saat ini. Hasil dari studi lapangan kemudian dievaluasi dengan studi literatur yang diperoleh agar dapat diketahui permasalahan yang tengah dihadapi. Tahap pelaksanaan studi lapangan ini antara lain yaitu dengan melakukan observasi langsung di lantai produksi dan melakukan wawancara langsung kepada operator Perumusan Masalah Berdasarkan studi lapangan di lantai produksi, didapati bahwa semua aktivitas dalam memindahkan karung gabah masih ditangani secara manual sehingga apabila dibiarkan terus menurus akan membuat dampat negatif baik bagi operator maupun bagi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian yang membahas masalah tersebut sehingga dapat mengurangi dampak negatif yang terjadi di lantai produksi. Penelitian yang dapat dilakukan adalah merancang troli angkut karung gabah dalam rangka perbaikan postur kerja di penggilingan padi di Sragen Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah merancang troli angkut karung gabah berdasarkan pendekatan anthropometri pekerja penggilingan padi di Sragen Manfaat Penelitian Suatu permasalahan akan diteliti apabila di dalamnya mengandung unsur manfaat. Agar memenuhi suatu unsur manfaat maka perlu ditentukan terlebih dahulu manfaat yang akan didapatkan dari suatu penelitian adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah menghasilkan rancangan alat bantu kerja dalam pengangkatan karung gabah ke dalam mesin penggiling berdasarkan anthropometri tubuh pekerja sehingga meningkatkan kenyamanan dan mengurangi keluhan musculoskeletal pada operator dan meningkatkan produktivitas pada penggilingan padi di Sragen. III-3

57 3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA Tahap-tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung penelitian mengenai peracangan alat bantu fasilitas kerja yang berupa troli angkut karung gabah secara ergonomis berdasarkan aspek anthropometri, sebagai berikut: Dokumentasi Postur Kerja Pengumpulan data aktivitas di bagian penimbangan ini dilakukan dengan cara merekam lewat video handpone dan foto digital semua aktivitas yang ada di bagian stasiun penimbangan sampai stasiun penggilingan. Pengambilan gambar aktivitas operator dilakukan disaat operator sedang bekerja dan hanya satu operator yang diambil gambarnya. Data aktivitas ini digunakan untuk mengetahui postur kerja dari operator yang bermasalah dari operator dengan menggunakan software autocad Data Anthropometri Operator Dalam perancangan ini diperlukan data anthropometri yang digunakan untuk menetapkan ukuran rancangan troli. Hal ini dimaksudkan agar rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak mendekati karakteristik penggunanya. Pengambilan data diperoleh dari hasil pengukuran anthropometri operator yang bekerja di penggilingan padi di Sragen yaitu berjumlah 2 orang. Data yang diambil berjenis kelamin pria, adapun data anthropometri yang diambil sesuai dengan variabel yang dibutuhkan dalam perancangan troli angkut angkut. 3.3 TAHAP PENGOLAHAN DATA Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA Hasil pengambilan gambar digunakan untuk menentukan sudut-sudut dari posisi kerja pekerja, kemudian dilakukan penyusunan skor dengan menggunakan metode REBA yang berupa diagram atau gambar postur kerja dan kategori level tindakan REBA. 3.4 TAHAP PERANCANGAN Penyusunan Konsep Perancangan Penyusunan konsep perancangan alat angkut karung gabah dilakukan dengan mengacu pada identifikasi commit masalah to user yang diperoleh. Data permasalahan III-4

58 tersebut perlu dilakukan konsep perancangan alat bantu angkut yang bertujuan untuk mengurangi keluhan pekerja dan memberikan kenyamanan bagi pekerja. Adapun konsep perancangan tersebut menurut (Cross,2000) : 1. Penjabaran Kebutuhan Perancangan (Need). Penjabaran dari hasil keluhan dan keinginan pekerja dalam proses pemindahan karung gabah. 2. Pembangkitan Gagasan Dalam Perancangan (Idea) a. Clarifying Objectives Bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan subtujuan dari perancangan, yang akan dilakukan terhadap alat serta hubungan diantara keduanya. b. Establishing Functions Bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. c. Performance Specification Bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan perancangan alat yang akan dilakukan Penentuan Spesifikasi Perancangan Pada tahap perancangan akan dilakukan penentuan spesifikasi alat yang terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu : 1. Penentuan Dimensi Perhitungan dimensi dilakukan untuk menentukan ukuran rancangan yang akan dibuat. Perhitungan dimensi yang dilakukan meliputi: a. Ukuran ketinggian troli Data antropometri yang digunakan dalam merancang ketinggian pegangan troli dari permukaaan lantai adalah tinggi siku berdiri (tsb). Pemilihan persentil ke-50 karena jumlah operator pada penggilingan padi di Sragen hanya berjumlah dua orang sehingga persentil yang digunakan adalah persentil rata-rata Ukuran panjang dan lebar alas troli b. Ukuran lebar pegangan troli Data yang dibutuhkan untuk menentukan panjang alas troli adalah panjang dari karung gabah serta diberi tambahan allowence sebesar 10 cm dan untuk lebar alas troli adalah commit 2 to kali user lebar karung gabah serta diberi III-5

59 tambahan allowence sebesar 10 cm karena troli perancangan dapat memuat 3 karung gabah yang diangkut, 2 dibawah dan 1 ditumpu diatasnya. c. Diameter pegangan troli Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan lebar pegangan troli adalah lebar bahu (lb) dengan persentil ke-50. d. Panjang genggaman pegangan troli Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan diameter pegangan troli adalah diameter lingkar genggam (dlg) dengan persentil ke- 50. e. Ketinggian pegangan troli Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang genggaman pegangan troli adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan persentil ke Penentuan Komponen Pada tahap ini akan dilakukan suatu penetapan bahan yang digunakan dalam merancang troli angkut karung gabah. 3. Pembuatan Rancangan Pembuatan rancangan troli angkut karung gabah dilakukan melalui pembuatan gambar secara 2 dimensi dan 3 dimensi Perhitungan Teknik Perhitungan teknik diperlukan untuk mengetahui kelayakan rancangan troli angkut karung gabah yang akan dibuat. Perhitungan teknik meliputi penentuan beban dan perhitungan momen pada titik kritis Estimasi Biaya Rancangan Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perancangan troli angkut karung gabah. Biaya yang dihitung meliputi biaya material dan biaya tenaga kerja Pemodelan Hasil Rancangan dengan Gambar 3D Tahap ini dilakukan pemodelan hasil rancangan dengan gambar 3D. Tujuan pemodelan untuk mengetahui cara kerja troli hasil rancangan. III-6

60 3.4.6 Penilaian Postur Kerja Rancangan dengan Metode REBA Pada tahap bertujuan untuk membandingkan postur kerja pekerja sebelum perancangan dengan setelah perancangan. 3.5 TAHAP ANALISA DAN INTERPRETASI HASIL Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya. 3.6 TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasil pengolahan data dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan kemudian memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian selanjutnya. III-7

61 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan sebagai acuan dalam perbaikan postur kerja dengan merancang troli angkut karung gabah dengan mempertimbangkan anthropometri operator akan dijelaskan pada sub bab berikut ini. 4.1 PENGUMPULAN DATA Tahap pengumpulan data diperlukan sebagai pendukung rancangan troli karung gabah yang ergonomis sehingga dapat memperbaiki postur kerja operator dan menimbulkan rasa nyaman bagi operator Dokumentasi Postur Kerja Proses aktivitas dari stasiun penimbangan ke stasiun penggilingan ini terdapat beberapa proses dimulai dari pengangkatan karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan, menaruh karung gabah pada anak tangga pertama tempat penggilingan, menaruh karung gabah pada anak tangga kedua tempat penggilingan. Proses pengangkatan dan pemindahan karung gabah semua dilakukan secara manual tanpa bantuan alat. Dokumentasi proses aktivitas sikap kerja pada operator dari bagian penimbangan sampai penggilingan dapat dilihat pada gambar 4.1. Fase Gambar Aktivitas Gerakan 1. Aktivitas operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan Gambar 4.1 Aktivitas Operator Bagian Penimbangan Sampai Penggilingan IV-1

62 Fase Gambar Aktivitas Gerakan 2. Aktivitas operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan 3. Aktivitas operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan 4. Aktivitas operator menaruh karung gabah pada anak tangga pertama tempat penggilingan. 5. Aktivitas operator menaruh karung gabah pada anak tangga pertama tempat penggilingan Gambar 4.1 Aktivitas Operator Bagian Penimbangan Sampai Penggilingan (Lanjutan) IV-2

63 Fase Gambar Aktivitas Gerakan 6 Aktivitas operator menaruh karung gabah pada anak tangga kedua tempat penggilingan Gambar 4.1 Aktivitas Operator Bagian Penimbangan sampai Penggilingan (Lanjutan) Data Anthropometri Operator Data anthropometri operator digunakan untuk menentukan ukuran rancangan troli yang akan dibuat. Data operator yang diperlukan dalam merancang troli karung gabah dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.1 Tabel Anthropometri Operator No Segmen Tubuh Operator 1 Operator 2 1. Tinggi Pinggang Berdiri (tpb) 100 cm 98 cm 2. Lebar Bahu (lb) 45 cm 45 cm 3. Diameter Lingkar Genggam (dlg) 4 cm 4 cm 4. lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) 10 cm 9 cm 5. Tinggi Siku Berdiri (tsb) 109 cm 104 cm 4.2 PENGOLAHAN DATA Pada bagian ini akan diuraikan hasil pengolahan data berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan pada tahapan pengumpulan data. Pengolahan data yang dilakukan adalah penilaian postur kerja dengan REBA. Pengolahan data tersebut dijelaskan pada sub bab berikut ini Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA Penilaian terhadap posisi kerja dengan metode REBA digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai resiko yang ditimbulkan dari posisi kerja yang salah. penilaian terhadap postur kerja penting dilakukan untuk IV-3

64 mengetahui tingkat resiko (risk level) yang ditimbulkan oleh suatu aktivitas sehingga dapat diambil tindakan yang sesuai dengan tingkat resiko yang terjadi. Penilaian postur kerja dari tiap-tiap fase gerakan pekerja dengan metode REBA untuk mengetahui aman atau tidaknya postur kerja yang mereka lakukan, berikut merupakan contoh penilaian menggunakan REBA: A. Contoh penilaian REBA fase gerakan operator dalam membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan: Fase gerakan operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan. Berikut ini perhitungan skor REBA pada aktivitas operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan yang dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Operator Membawa Karung Gabah dari Penimbangan Menuju Penggilingan Hasil kode REBA dari sikap kerja operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan adalah sebagai berikut : 1. Grup A Punggung (Trunk) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi bungkuk dengan sudut 49 o flexion, sehinga dari tabel 2.3 termasuk pergerakan antara 20 o - 60 o flexion. Skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.3 adalah 3 IV-4

65 Leher (Neck) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa posisi kepala terhadap sumbu tubuh lurus atau 0 o, shingga dari table 2.4 termasuk dalam 0 o - 20 o Flexsion. Skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.4 adalah 1 Kaki (Legs) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa kaki tertopang atau bobot tubuh tersebar merata sehingga diberi skor 1. Lutut membentuk sudut 39 o yaitu pada range antara 30 o - 60 o sehingga ada perubahan skor +1. Skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.5 adalah 1+1= 2. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : a. Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 3 Leher (neck) : 1 Kaki ( legs) : 2 b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. c. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk trunk. d. Diketahui skor untuk grup A adalah 4 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A. IV-5

66 Tabel 4.2 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.2 Trunk Neck Legs Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.12, operator mengangkat karung gabah yang beratnya lebih dari 40 kg sehingga memiliki skor 2. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 4 Berat beban = 2 Total skor A = = 6 2. Grup B Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan atas ke depan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 32 termasuk dalam range pergerakan 20 o - 45 o flexion. Skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.6 adalah 2, karena bahu ditinggikan maka mendapat penambahan nilai 1, maka nilainya menjadi = 3 Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 24 termasuk dalam range pergerakan < 60 flexion. Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.7 adalah 2. IV-6

67 Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan 30 (flexion) termasuk pergerakan > 15 flexion. Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.8 adalah 2. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : a. Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 3 Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) : 2 b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. c. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. d. Diketahui skor untuk grup B adalah 5. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.3 Skor REBA Grup B untuk Gambar 4.2 Upper Arms Lower Arm 1 2 Wrist IV-7

68 Skor grup B adalah 1, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah poor. Pada tabel 2.13 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 2, maka skor B menjadi 5+ 2 = 7. Penentuan skor total untuk aktivitas operator mengangkat karung gabah dari lantai dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C. Skor A = 6 Skor B = 7 Pada kolom skor A masukkan kode 8 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada baris skor B masukkan kode 8 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 9. Tabel 4.4 REBA Skor C untuk Gambar 4.2 Score A Score B IV-8

69 Grup A Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini: Batang tubuh 3 Leher 1 Tabel A 4 Beban + 2 = Skor A 6 Kaki 2 Grup B Skor C 9 Skor + aktivitas 0 = Final Skor 9 Lengan atas 3 Lengan bawah 2 Tabel B 5 Kopling + 2 = Skor B 7 Pergelangan tangan 2 Gambar 4.3 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total Berdasarkan tabel 2.15, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu tinggi (high) dan perlu segera dilakukan perbaikan (necessary soon) untuk mengurangi resiko kerja. Aktivitas operator membawa karung gabah menuju ke penggilingan. Perhitungan skor REBA pada aktivitas operator membawa karung gabah menuju penggilingan dapat dilihat pada gambar 4.4 Gambar 4.4 Operator Membawa Karung Gabah Menuju ke Penggilingan IV-9

70 Hasil kode REBA dari sikap kerja operator membawa karung gabah menuju penggilingan adalah sebagai berikut : 1. Grup A Punggung (Trunk) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung dengan sudut 38 o flexion, sehinga dari tabel 2.1 termasuk pergerakan antara 20 o -60 o flexion. Skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.3 adalah 3 Leher (Neck) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa kepala dalam posisi tegak terhadap sumbu tubuh dengan sudut 39 o, shingga dari table 2.4 termasuk dalam >20 o flexion. Skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.4 adalah 2 Kaki (Legs) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tidak tersebar merata sehingga diberi skor 2. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : a. Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 3 Leher (neck) : 2 Kaki ( legs) : 2 b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. c. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk trunk. d. Diketahui skor untuk grup A adalah 5 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A. IV-10

71 Tabel 4.5 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.4 Trunk Neck Legs Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.12, operator mengangkat karung gabah yang beratnya lebih dari 40 kg sehingga memiliki skor 2. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 5 Berat beban = 2 Total skor A = =7 2. Grup B Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan atas ke depan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 38 termasuk dalam range pergerakan 20 o - 45 o flexion. Skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.6 adalah 2. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 23 termasuk dalam <60 flexion. Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.7 adalah 2. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan 23 (flexion) termasuk pergerakan > IV-11

72 15 flexion. Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.8 adalah 2. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : a. Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 2 Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) : 2 b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. c. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. d. Diketahui skor untuk grup B adalah 3. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.6 Skor REBA Grup B untuk Gambar 4.4 Upper Arms Lower Arm 1 2 Wrist Skor grup B adalah 3, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah poor. Pada tabel 2.13 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 2, maka skor B menjadi 3+ 2 = 5. IV-12

73 Penentuan skor total untuk aktivitas operator mengangkat karung gabah dari lantai dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C. Skor A = 7 Skor B = 5 Pada kolom skor A masukkan kode 7 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada baris skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 9. Tabel 4.7 REBA Skor C untuk Gambar 4.4 Score A Score B IV-13

74 Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini: Grup A Batang tubuh 3 Leher 2 Tabel A 5 Beban + 2 = Skor A 7 Kaki 2 Grup B Skor C 9 Skor + aktivitas 0 = Final Skor 9 Lengan atas 2 Lengan bawah 2 Tabel B 3 Kopling + 2 = Skor B 5 Pergelangan tangan 2 Gambar 4.5 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total Berdasarkan tabel 2.15, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu tinggi dan perlu segera dilakukan perbaikan (necessary soon) untuk mengurangi resiko kerja B. Hasil rekapitulasi penilaian REBA pada semua aktivitas operator dalam memindahkan karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan. Keenam aktivitas operator dalam memindahkan karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan dilakukan penilaian postur kerja berdasarkan metode REBA. Contoh perhitungan dengan metode REBA ini hanya dilakukan pada 2 fase gerakan untuk mempermudah penyusunan laporan. Sedangkan perhitungan aktivitas lainnya terdapat pada lampiran. Berikut ini hasil penilian skor REBA pada semua aktivitas operator dalam mengangkut karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan terdapat pada tabel 4.8. IV-14

75 Tabel 4.8 Hasil Penilian Skor REBA Pada Semua Aktivitas Penmindahan karung Gabah dari Penimbangan Menuju Penggilingan No Aktivitas Action level Skor Reba Level Resiko Operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan Operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan Operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan Operator menaruh karung gabah pada anak tangga pertama tempat penggilingan. Operator menaruh karung gabah pada anak tangga pertama tempat penggilingan. Operator menaruh karung gabah pada anak tangga kedua tempat penggilingan. 3 9 Tinggi 3 9 Tinggi 3 8 Tinggi 3 9 Tinggi 3 9 Tinggi 3 10 Tinggi Berdasarkan perhitungan posisi kerja berdasarkan metode REBA pada keenam aktivitas operator dalam mengangkut karung gabah dari penimbangan ke penggilingan bahwa keenamnya memiliki level resiko tinggi yang diakibatkan dari posisi kerja yang salah dan perlu segera dilakukan perbaikan (necessary soon) untuk mengurangi resiko kerja. Jika dibiarkan akan menimbulkan keluhan rasa sakit dan dalam jangka waktu tertentu hal ini dapat menyebabkan terjadinya WMSDs (Work-Related Musculoskeletal Disorders), yaitu sekumpulan gangguan sistem muskuloskeletal menyangkut otot, tendon dan syaraf yang diakibatkan oleh pekerjaan penanganan material yang dilakukan secara berulang-ulang. Salah satu sekumpulan gangguan sistem muskuloskeletal diantaranya pekerja mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back pain). 4.3 TAHAP PERANCANGAN Penyusunan Konsep Perancangan Penyusunan konsep perancangan dilakukan dengan mengacu pada data studi pendahuluan yang diperoleh. commit Data studi to user pendahuluan ini menunjukkan fakta IV-15

76 yang tejadi di tempat penelitian dan memberikan informasi tentang apa yang diinginkan pekerja. Penyusunan konsep perancangan dilakukan dengan cara menjabarkan keluhan dan keinginan pekerja menjadi kebutuhan perancangan yang dilanjutkan dengan pengembangan ide perancangan sesuai dengan kebutuhan yang telah dibuat sebelumnya. Perancangan troli karung gabah pada penggilingan padi melalui beberapa tahap pokok yang harus dilalui, tahap-tahap perancangan troli karung gabah dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut : 1. Kebutuhan (needs) Pada aktivitas kerja yang dilakukan oleh pekerja pada penggilingan padi terdapat beberapa aktivitas yang berpeluang menimbulkan rasa nyeri pada tubuh operator. Berdasarkan penilaian Reba yang dilakukan terhadap aktivitas operator di bagian penimbangan sampai mesin penggiling tersebut memiliki level resiko yang cukup tinggi sehingga dari permasalahan itu maka perlu adanya perbaikan posisi tubuh saat bekerja dan perlu alat yang digunakan untuk membantu dalam pengangkutan karung gabah sehingga dapat mengurangi beban kerja yang dialami operator pada saat memindahkan karung gabah. Pada penelitian ini pernyataan keinginan pekerja pada penggilingan padi, kemudian dijabarkan menjadi kebutuhan perbaikan posisi kerja dan perancangan troli karung gabah. Penjabaran kebutuhan dibuat untuk menentukan batasanbatasan masalah yang kan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan konsep perbaikan dan perancangan troli karung gabah. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan posisi tubuh kerja dan perancangan troli karung gabah yang dapat memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dialami pekerja pada penggilingan padi saat melakukan aktivitas pengangkutan karung gabah. Penjabaran kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 4.9. IV-16

77 Tabel 4.9 Penjabaran Kebutuhan Perancangan No. Pernyataan Keluhan Penjabaran Kebutuhan Karung gabah terlalu berat bebanya sehingga dalam memindahkan karung gabah dari penimbangan ke penggilingan pekerja merasa kesulitan Jarak pemindahannya cukup jauh sehingga menguras tenaga dalam membawa karena karung gabah terlalu berat bebanya Perlunya perancangan troli karung gabah untuk mempermudah aktivitas pengangkutan karung gabah dari bagian penimbangan ke bagian penggilingan dan penambahan tuas dalam rancangan yang digunakan untuk memudahkan dalam 3. Karung gabah yang besar sehingga kesulitan dalam membawa menjatuhkan karung gabah. 2. Pembangkitan Gagasan dalam Perancangan (Idea) Berdasarkan kebutuhan perancangan yang telah dinyatakan dengan jelas, maka dapat dikembangkan suatu ide pemecahan masalah. Gagasan atau ide yang dikembangkan haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perancangan yang telah dibuat sebelumnya. Berdasarkan penjabaran kebutuhan, peneliti melihat adanya peluang untuk mengantisipasi timbulnya keluhan pada bagian tubuh dan untuk meminimalkan timbulnya sikap paksa dengan merancang sebuah alat bantu kerja (fasilitas kerja) berupa troli karung gabah yang berfungsi untuk mempermudah aktivitas pemindahan karung gabah. Peneliti berusaha memperjelas pembangkitan ide perancangan dengan mengadopsi dan memodifikasi beberapa tahapan metode perancangan dari Cross yang terdiri dari clarifying objectives, establishing functions, dan performance specification untuk menggambarkan konsep perancangan yang akan dilakukan (Cross,2000). Beberapa tahapan tersebut adalah : IV-17

78 a. Tahap Clarifying Objectives Clarifying Objectives bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan subtujuan dari perancangan troli yang akan dilakukan, serta hubungan diantara keduanya. Untuk lebih jelasnya penjabaran tujuan dan subtujuan dari perancangan dapat dilihat pada pada Gambar 4.6. Efektif Mempermudah dalam pengangkutan karung gabah Alat pengangkut karung gabah Nyaman Aman Sesuai dengan anthropometri pekerja Alat angkut kuat membawa beban 120 kg Sehat Meminimasi keluhan pekerja Gambar 4.6 Clarifying Objectives Perancangan b. Tahap Establishing Functions Establishing functions bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. Langkah pertama yang dilakukan adalah menunjukkan fungsi perancangan secara umum dalam perubahan input menjadi output yang diinginkan, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.7 Efisien Mempersingkat waktu dalam pengangkutan karung gabah Input Fungsi Output Aktivitas kerja pada saat Pengangkutan karung gabah Alat bantu fasilitas kerja Kenyamanan Gambar 4.7 Function Analysis Perancangan Langkah selanjutnya adalah memecah fungsi umum menjadi sub fungsi dasar yang lebih spesifik, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.8 IV-18

79 Input Fungsi Output Alat bantu fasilitas kerja Pemberian busa/karet Tuas pengangkat Pompa hidrolik Kenyamanan Mampu mengangkat beban sampai 120 kg Keterangan : Pemberian busa / karet pada tuas pengangkat bertujuan untuk membuat kenyamanan saat mengangkat dan menjatuhkan karung gabah diatas alat pengangkut. Input Fungsi Output Alat bantu fasilitas kerja Pemberian 2 roda depan dan 2 roda belakang Pemberian roda pada alat angkut Efisien Mempersingkat waktu pemindahan karung gabah Gambar 4.8 Sub Fungsi Dasar Perancangan Keterangan: Pemberian roda depan berjumlah 2 dan roda belakang berjumlah 2, dimaksudkan agar mempersingkat dalam proses pemindahan karung gabah. c. Performance Specification Performance Specification bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan perancangan alat yang akan dilakukan. Tabel menunjukkan performance specification dari perancangan yang dilakukan. IV-19

80 Tabel 4.10 Performance Specification Perancangan Troli No Tujuan Kriteria Performance Specification 1. Efektif Mempermudah dalam pengangkutan karung gabah 2. Nyaman Sesuai dengan anthropometri pekerja Memberikan kenyamanan dalam mendorong troli dan menjatuhkan karung gabah dari troli 3. Aman Troli kuat membawa beban 120 kg 4. Sehat Meminimasi keluhan pekerja 5. Efisien Mempersingkat waktu dalam pengangkutan karung gabah a. Rancangan berupa troli angkut sehingga dalam pengangkutan karung gabah lebih mudah dan tenaga yang digunakan dalam mengoperasikanya jauh lebih kecil daripada tanpa troli b.adanya tuas pengangkat pompa hidolik yang berfungsi memudahkan dalam menjatuhkan karung gabah dari troli Tinggi pinggang (tpb) Lebar bahu (lb) Diameter lingkar genggam (dlg) Llebar jari ke-2,3,4,5 (lj) Tinggi siku berdiri (tsb) Bagian pegangan untuk mendorong troli diberi karet atau busa Komponen rangka troli terbuat dari baja atau besi Perubahan postur/posisi bekerja menjadi lebih baik Pemberian roda depan dan belakang berjumlah 4 pada troli Penentuan Spesifikasi Perancangan Pada tahap perancangan akan dilakukan penentuan spesifikasi rancangan yang terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu : IV-20

81 1. Perhitungan Dimensi Perhitungan dimensi dilakukan untuk menentukan ukuran rancangan yang akan dibuat.. Perhitungan dimensi yang dilakukan meliputi : a. Ukuran Ketinggian Alas Troli Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan ketinggian alas angkut adalah tinggi pinggang berdiri (tpb) dengan persentil ke-50. Perhitungan ketinggian alas troli sebagai berikut: Tinggi alas troli = tpb (P50/ x ) = ᇸᨐ촸 = 99 cm b. Ukuran Panjang dan Lebar Alas Troli Data yang dibutuhkan untuk menentukan panjang alas troli adalah panjang dari karung gabah serta diberi tambahan allowence sebesar 10 cm dan untuk lebar alas troli adalah 2 kali lebar karung gabah serta diberi tambahan allowence sebesar 10 cm karena troli perancangan dapat memuat 3 karung gabah yang diangkut, 2 dibawah dan 1 ditumpu diatasnya. Perhitungan panjang dan alas troli Panjang alas troli = panjang karung gabah + allowance 10 cm = 80 cm + 10 cm = 90 cm Lebar alas troli = (2 lebar karung gabah) + allowance 10 cm = ( 2 55) cm + 10 cm = 120 cm c. Ukuran Lebar Pegangan Troli Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan lebar pegangan troli adalah lebar bahu (lb) dengan persentil ke-50. Perhitungan lebar pegangan troli sebagai berikut: Lebar pegangan troli = lb (P50/ x ) = 㜐 㜐 cm = 45 cm IV-21

82 dengan; lb = lebar bahu P50 = persentil 50 d. Diameter Pegangan Troli Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan diameter pegangan troli adalah diameter lingkar genggam (dlg) dengan persentil ke-50. Penggunaan persentil 50 dimaksudkan agar pekerja yang memiliki diameter genggam lebih besar maupun yang lebih kecil dapat memegang pegangan troli dengan nyaman. Perhitungan diameter pegangan troli, sebagai berikut: Diameter pegangan troli = dlg (P50/ x ) dengan; dlg = diameter lingkar genggam = 㜐 㜐 cm = 4 cm P50 = persentil 50 Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh diameter pegangan troly hasil rancangan sebesar e. Panjang Genggaman Pegangan Troli Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang genggaman pegangan troli adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan persentil ke- 50. Perhitungan panjang genggaman pegangan troly, sebagai berikut: Panjang genggaman pegangan troly = lj (P50/ x ) = ᇸᨐ촸 = 9,5 cm dengan; lj = lebar jari ke-2,3,4,5 P950 = persentil 50 f. Ketinggian Pegangan Troli Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan ukuran tinggi pegangan troly dari permukaan lantai adalah tinggi siku berdiri (tsb) dengan cm IV-22

83 persentil ke-50. Perhitungan ketinggian pegangan troly dari permukaan lantai, sebagai berikut: Ketinggian pegangan troli = tsb (P50/ x ) dengan; tsb = tinggi siku berdiri P50 = persentil 50 = ᇸᨐ촸 ᇸᨐ촸 㜐 = 106,5 cm Hasil rekapitulasi perhitungan dimensi troli yang akan dirancang secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.13 cm Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Dimensi Troli No Bagian Ukuran 1 Ketinggian alas troli 99 cm 2 Panjang dan lebar alas troli 90 dan 120 cm 3 Lebar pegangan troli 45 cm 4 Diameter pegangan troli 4 cm 5 Panjang genggaman Pegangan troli 9,5 cm 6 Tinggi pegangan troli 106,5 cm 2. Penentuan Komponen Penentuan komponen penyusun pada usulan perancangan lat angkut karung gabah bertujuan untuk menetapkan komponen yang digunakan sesuai spesifikasi yang dibutuhkan. Penentuan komponen tersebut meliputi: a. Rangka Rangka dijadikan sebagai kekuatan utama penopang keseluruhan beban, sehingga diperlukan bahan yang benar-benar kuat untuk menopang keseluruhan beban. Rangka tersebut terbuat dari material pipa besi stall dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 1,4 mm IV-23

84 Gambar 4.9 Rangka Troli b. Besi Pipa Pegangan Troli ( Handle) Handle berfungsi untuk mengemudikan troli pada saat troli dioperasikan untuk aktivitas pemindahan kaung gabah. Adapun ukuran pipa baja yang digunakan berdiameter 25 mm. Gambar 4.10 Besi Pipa Pegangan Troli c. Roda Troli Pemberian roda bertujuan untuk memudahkan pergerakan dan perpindahan dari alat bantu kerja yang berupa troli. Roda yang digunakan dalam perancangan menggunakan 2 roda depan yang berdiameter 8 cm dan 2 roda belakang berdiameter 15 cm. IV-24

85 Gambar 4.11 Roda Troli d. Tuas Pengangkat Pompa Hidrolik Tuas pengangkat pompa hidrolik digunakan untuk untuk memudahkan pengangkatan karung gabah dari troli dan menjatuhkannya. Gambar 4.12 Tuas Pengangkat Pompa Hidrolik e. Landasan Karung Gabah Landasan gabah ini digunakan untuk menaikan karung gabah yang digerakan oleh pompa hidrolik. Gambar 4.13 Landasan Karung Gabah 3. Pembuatan Rancangan Rancangan troli dibuat berdasarkan dimensi yang telah ditentukan dan penentuan komponen yang telah dilakukan. Pembuatan gambar rancangan desain troli dilakukan dengan menggunakan autocad 2007 dan software 3Dmax. Berikut pembuatan gambar commit rancangan to user desain troli: IV-25

86 a. Gambar Troli 2D Sudut pandang yang digunakan adalah : Tampak samping Tampak Depan Gambar 4.14 Gambar 2D Tampak Samping Gambar 4.15 Gambar 2D Tampak Depan b. Gambar Troli 3D Gambar troli 3D terdiri dari beberapa sudut pandang. Sudut pandang yang digunakan yaitu: IV-26

87 Tampak Depan Tampak Samping Gambar 4.16 Gambar 3D Tampak Depan Gambar 4.17 Gambar 3D Tampak Samping Tampak Belakang Gambar 4.18 Gambar 3D Tampak Belakang IV-27

88 Tampak Atas Dari Sudut Gambar 4.19 Gambar 3D Tampak Atas Gambar 4.20 Gambar 3D Troli Perhitungan Teknik Perhitungan teknik diperlukan untuk mengetahui kelayakan rancangan troli apabila alat bantu fasilitas kerja tersebut dibuat. Perhitungan teknik meliputi perhitungan gaya dan momen serta perhitungan kekuatan komponen. Masingmasing bagian akan dijelaskan sebagi berikut: IV-28

89 1. Perhitungan Kekuatan Rangka a. Perhitungan Kontruksi pada Rangka Gambar 4.21 Rangka Troli Sebuah rancangan troli dengan panjang 1,2 m menerima tiga beban merata disepanjang troli dengan beban sebesar 120 kg dengan masingmasing beban 40 kg. Dengan tumpuan rol dititik A dan dititik B b. Gaya-gaya pada Tumpuan Gambar 4.22 Reaksi Gaya-gaya pada Rangka l1 = l2 = l3 = 0.4 m R 1 = R 2 = R 3 = 40 kg/m x 0.4 m = 16 kg Reaksi-reaksi tumpuan R AV dan R BV dihitung dengan menerapkan persamaan kesetimbangan SM = 0 M = 0 S A 0 = (R BV x l) (R 1 x ( l 1 l2 l3 ) (R 2 x (l 1 + )) (R 3 x (l 1 + l = R BV x 1.2 (16 x ( )) (16 x ( )) )) (16 x ( ) 2 2 IV-29

90 1.2 R BV = R BV = M = 0 S B 28.8 = 24 kg 1.2 R AV x l R 1 x ( l 1 l2 l3 +l 2 +l 3 ) R 2 x ( +l 3 ) R 3 x ( R AV x x ( R AV = R AV = 28.8 = 24 kg )-16x ( 2 ) = )-16 x ( 2 Dari perhitungan di atas, diperoleh R AV =24 kg, R BV =24 kg ) = 0 c. Diagram Momen Bending (DMB) Untuk menggambarkan diagram momen bending, dengan menerapkan kesetimbangan untuk mendapatkan bentuk kurva momen bending. Ma = 0 l1 Mc = RAV x (l1) R1 x ( ) = 24 x (0.4)-16 x ( 2 ) = 6,4 l1 Md = RAV x (l1+l2)-r1 x (l2 + 2 l2 )-R2 x ( 2 ) = 24 x ( )-16 x (0.4 + = = )-16( 2 ) IV-30

91 Persamaan tersebut berlaku disepanjang batang dari titik A hingga titik B. Besarnya momen bending disetiap titik dihitung akan diketahui bentuk kurva momen bending yang terjadi. Gambar 4.23 Diagram Momen Bending Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa momen yang terbesar terletak di titik C dan di titik D sebesar 6,4 Nm, jadi kemungkinan terjadinya bending terbesar adalah di kedua titik tersebut. d. Perhitungan Kekuatan Profil Rangka Troli Perhitungan kekuatan bahan rangka troli berdasarkan momen terbesar yang terjadi, hal ini dilakukan agar pemilihan bahan rangka yang digunakan mampu menahan momen yang terjadi. Penentuan ukuran bahan berdasarkan ukuran yang ada dipasaran. Diketahui : Y dari batang kerangka 20x20 mm adalah 20 mm maka C= y 20 = = 10mm 2 2 I untuk pipa besi stal terdiri dari 2. Yaitu I untuk kotak luar dan I untuk kotak dalam. 20 mm 1,4 mm 20 mm Gambar 4.24 Penampang Besi Stall Rangka Troli IV-31

92 Ukuran Kotak Luar P=20 mm L=20 mm Kotak dalam P=17.2 mm L= 17.2 mm I I I luar luar luar 3 bh = (20) = 12 = mm 4 I I I dalam dalam dalam 3 bh = (17.2) = 12 = mm 4 I total =I luar - I dalam I total = I total = mm 4 MC s = I 6400x10 s = s = 10.6N / mm 2 =10.6 Mpa Tegangan desain yang terjadi dengan momen terbesar adalah 10.6 Mpa. Jenis material yang dapat digunakan untuk menahan tegangan diatas adalah besi ST 37 berdasarkan tabel material properties ( tabel yang terdiri dari sifat-sifat material, seperti tegangan, regangan, modulus elastisitas ) dengan alasan material ini memiliki sifat keras, mampu dilas, mampu dikerjakan dengan baik oleh mesin, dan mudah ditemukan dipasaran dengan harga yang relatif murah. 2. Beban Tiap Roda Gambar 4.25 Rangka Troli S F y = R Ay + R By = 3.40 kg = R Ay + R By = 120 kg IV-32

93 S Ma = 0 S Mb = 0 R By.1,2m = 40. 0, , R By. 1,2m = 40( ) R By. 1,2m = 40 kg. 1.8 m R Ay + R By 40kg.1,8 m R By = = 60 kg 1,2m = 120 kg R Ay +60 kg = 120 kg R Ay = 60 kg Jadi tiap roda berdiamter 30 cm tersebut menerima beban sebesar 60 kg Estimasi Biaya Rancangan Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perancangan alat bantu fasilitas kerja yang berupa troli. Asumsi biaya yang dihitung meliputi biaya material, dan biaya non material. Keseluruhan biaya material ditunjukkan dalam Tabel Harga yang tertera diperoleh dari observasi di toko besi Sumber Rejeki di daerah Kusumodilagan pada bulan April Tabel 4.12 Estimasi Biaya Material No Bahan Ukuran Kebutuhan Harga satuan (Rp) Biaya (Rp) 1 Baja plat Stal 20 x 20 x 1,4 Kotak mm 3068 cm tiap 6 m Besi pipa 30 x 26 x 2 mm 600 cm tiap 6 m x 120 x 2 3 Besi Plat mm 420 x 15 cm Roda dengan Diameter 30 pengunci cm 2 buah Roda tanpa Diameter 30 pengunci cm 2 buah Karet atau busa 4 x 5 cm 2 set Tinner A liter 2 kaleng cat kilogram 1 kaleng Biaya tenaga kerja Total IV-33

94 Jadi besarnya biaya yang diperlukan untuk membuat troli angkut karung gabah adalah Rp , Pemodelan Hasil Perancangan dengan Gambar 3D Pemodelan gambar 3D dibuat untuk mengetahui sistem cara kerja troli hasil rancangan serta membandingkan kondisi postur kerja pekerja sebelum dan setelah dilakukan perancangan troli. Gambar ilustrasi sesudah perancangan merupakan model pekerja dalam postur kerja dengan troli, berikut ilustrasi cara kerja troli dan sudut postur kerja pekerja sesudah perancangan. a. Cara Kerja Troli No Gambar Aktivitas 1. Membawa karung gabah dari timbangan ke troli 2. Menaruh karung gabah penimbangan ke troli 3. Membawa karung gabah dari penimbangan ke penggilingan Gambar 4.26 Tahapan Cara Kerja Troli IV-34

95 No Gambar Aktivitas 4. Menjatuhkan karung gabah dari troli ke tangga pertama pada mesin penggilingan 5. Menjatuhkan karung gabah dari trol ke tangga kedua pada mesin penggilingan Gambar 4.26 Tahapan Cara Kerja Troli ( Lanjutan ) b. Gambar Sudut Postur Kerja Setelah Perancangan No. Gambar Aktivitas 1. Membawa karung gabah dari timbangan ke troli Gambar 4.27 Gambar Sudut Postur Kerja Setelah Perancangan IV-35

96 No. Gambar Aktivitas 2. Menaruh karung gabah dari penimbangan ke troli 3. Membawa karung gabah dari penimbangan ke penggilingan 4. Menjatuhkan karung gabah dari troli ke tangga pertama pada mesin penggilingan 5. Menjatuhkan karung gabah dari trol ke tangga pertama pada mesin penggilingan Gambar 4.27 Gambar Sudut commit Postur to Kerja user Setelah Perancangan ( Lanjutan ) IV-36

97 4.3.6 Penilaian Postur Kerja Perancangan dengan Metode REBA Penilaian terhadap posisi kerja hasil perancangan dengan metode REBA digunakan untuk membandingkan dengan posisi kerja sebelum perancangan dan untuk mengetahui tingkat resiko yang ditimbulkan dapat berkurang dari tingkat resiko sebelum perancangan. Berikut merupakan penilaian setelah perancangan dengan mengggunakan REBA: A. Contoh penilaian REBA fase gerakan operator setelah perancangan dalam mengangkut karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan: Fase gerakan operator membawa karung gabah dari timbangan ke troli Berikut ini perhitungan skor REBA pada aktivitas operator membawa karung gabah dari timbangan ke troli yang dapat dilihat pada gambar Gambar 4.28 Operator Membawa Karung Gabah Dari Timbangan Ke Troli Hasil kode REBA dari sikap kerja operator membawa karung gabah dari timbangan ke troli adalah sebagai berikut : 1. Grup A Punggung (Trunk) Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi bungkuk dengan sudut 0 o, sehinga dari tabel 2.3 termasuk pergerakan antara 0 o - 20 o flexion. Skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.3 adalah 1 IV-37

98 Leher (Neck) Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa posisi kepala terhadap sumbu tubuh lurus atau 0 o, shingga dari table 2.4 termasuk dalam 0 o - 20 o Flexsion. Skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.4 adalah 1 Kaki (Legs) Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa kaki tertopang atau bobot tubuh tersebar merata sehingga diberi skor 1. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : a. Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 1 Leher (neck) : 1 Kaki ( legs) : 1 b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 1 kemudian tarik garis ke arah kanan. c. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk trunk. d. Diketahui skor untuk grup A adalah 1 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A. Tabel 4.13 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.28 Trunk Neck Legs commit 7 8 to user IV-38

99 Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.12, operator mengangkat karung gabah yang beratnya lebih dari 40 kg sehingga memiliki skor 2. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 1 Berat beban = 2 Total skor A = = 3 2. Grup B Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan atas ke depan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 62 termasuk dalam range pergerakan 45 o - 90 o flexion. Skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.6 adalah 3. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 9 termasuk dalam range pergerakan < 60 flexion. Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.7 adalah 2. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan 19 (flexion) termasuk pergerakan > 15 flexion. Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.8 adalah 2. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : a. Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 3 Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) : 2 IV-39

100 b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. c. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. d. Diketahui skor untuk grup B adalah 5. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.14 Skor REBA Grup B Untuk Gambar 4.28 Upper Arms Lower Arm 1 2 Wrist Skor grup B adalah 1, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah poor. Pada tabel 2.13 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 2, maka skor B menjadi 5+ 2 = 7. Penentuan skor total untuk aktivitas operator mengangkat karung gabah dari lantai dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C. Skor A = 3 Skor B = 7 Pada kolom skor A masukkan kode 3 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada baris skor B masukkan kode 7 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 6. IV-40

101 Score A Grup A Batang tubuh 1 Tabel 4.15 REBA Skor C untuk Gambar 4.28 Score B Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.29 berikut ini: Leher 1 Tabel A 3 Beban + 2 = Skor A 5 Kaki 1 Grup B Skor C 6 Skor + aktivitas 0 = Final Skor 6 Lengan atas 3 Lengan bawah 2 Tabel B 5 Kopling + 2 = Skor B 7 Pergelangan tangan 2 Gambar 4.29 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total Berdasarkan tabel 2.15, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium). IV-41

102 Fase gerakan operator menaruh karung gabah dari penimbangan ke troli Gambar 4.30 Operator Menaruh Karung Gabah Dari Penimbangan ke Troli Hasil kode REBA dari sikap kerja operator menaruh karung gabah dari penimbangan ke troli adalah sebagai berikut : 1. Grup A Punggung (Trunk) Dari gambar 4.30 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi bungkuk dengan sudut 0 o, sehinga dari tabel 2.3 termasuk pergerakan antara 0 o - 20 o flexion. Skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.3 adalah 1 Leher (Neck) Dari gambar 4.30 dapat diketahui bahwa posisi kepala terhadap sumbu tubuh lurus atau 0 o, shingga dari table 2.4 termasuk dalam 0 o - 20 o Flexsion. Skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.4 adalah 1 Kaki (Legs) Dari gambar 4.30 dapat diketahui bahwa kaki tertopang atau bobot tubuh tersebar merata sehingga diberi skor 1. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : a. Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 1 Leher (neck) : 1 IV-42

Performa (2013) Vol. 12, No.1: 9-18

Performa (2013) Vol. 12, No.1: 9-18 Performa (2013) Vol. 12, No.1: 9-18 Usulan Rancangan Troli Sebagai Alat Bantu Angkut Karung Gabah Dalam Rangka Perbaikan Postur Kerja di Penggilingan Padi (Studi Kasus: Penggilingan Padi di Sragen) Bayu

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA Yudha Rahadian 1*, Giusti Arcibal 1, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jln. Ir. Sutami 36A,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati)

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati) PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA OPERATOR BATIK CAP MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT

ANALISIS TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA OPERATOR BATIK CAP MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT ANALISIS TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA OPERATOR BATIK CAP MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (Studi kasus : Batik Vania Solo) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Toko Sinar Mustika, Bandung berdiri sejak tahun 1990, merupakan toko yang bergerak di bidang jual beli kain. Masalah yang dihadapi oleh toko ini adalah mengenai troli yang tidak ergonomis dan tidak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan

BAB II TINJAUN PUSTAKA Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan 4 BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

Lebih terperinci

PERANCANGAN TROLI SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT GALON AIR MINERAL DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI (Studi Kasus : Agen Air Mineral ASLI Sukoharjo)

PERANCANGAN TROLI SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT GALON AIR MINERAL DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI (Studi Kasus : Agen Air Mineral ASLI Sukoharjo) PERANCANGAN TROLI SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT GALON AIR MINERAL DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI (Studi Kasus : Agen Air Mineral ASLI Sukoharjo) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode perancangan alat atau produk dalam penelitian ini menggunakan perancangan produk dengan metode rasional. Tahapan dari penelitian ditunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA Fahmi Sulaiman 1 * & Yossi Purnama Sari 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Politeknik LP3I Medan Tel: 061-7867311

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT Disusun Oleh : Sanusi Akbar NPM. 201310217011 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Pustaka Studi Lapangan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD Satria merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi linggis. Usaha ini dikelola secara turun menurun yang didirikan pada tahun

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Alfian Destha Joanda *1) dan Bambang Suhardi *2) 1,2) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan dengan tenaga sendiri itu disebut manual material handling.

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan dengan tenaga sendiri itu disebut manual material handling. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menarik dan mendorong dalam memindahkan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain merupakan aktivitas manusia dalam dunia kerja ataupun dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa ANALISIS POSTUR KERJA PADA INDUSTRI GERABAH Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI, FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA, Jln.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batu bata Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar kita. Itulah

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia

Lebih terperinci

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no1.19-28 Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja Dian Palupi Restuputri, M. Lukman, Wibisono Teknik Industri, Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei

Lebih terperinci

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Cita Anugrah Adi Prakosa 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu Ergo, yang berarti kerja, dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuwan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 USULAN PERBAIKAN TERHADAP AKTIVITAS PENURUNAN PASIR DI DEPO PASIR MAKMUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN POSTUR KERJA DAN ASSESSMENT TERHADAP FISIOLOGI KERJA (Studi Kasus: Depo Pasir Makmur, Surakarta). Taufiq

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Pemindahan Material Secara Manual Pada Pekerja Pengangkut Kayu Dengan Menggunakan Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

RANCANGAN USULAN PERBAIKAN TERHADAP

RANCANGAN USULAN PERBAIKAN TERHADAP RANCANGAN USULAN PERBAIKAN TERHADAP AKTIVITAS PENURUNAN PASIR DI DEPO PASIR MAKMUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN POSTUR KERJA DAN ASSESSMENT TERHADAP FISIOLOGI KERJA (Studi Kasus: Depo Pasir Makmur, Surakarta)

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar pekerjaan dan aktivitas dalam dunia industri tidak lepas dari penanganan material secara manual (Manual Material Handling). Manual Material Handling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

Lebih terperinci

PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA

PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA Skripsi RANGGA ROMADHAN I 1305011 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 PERANCANGAN

Lebih terperinci

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto *1), M.Chandra Dewi K 2) dan A. Teguh Siswantoro 3) 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL SECARA MANUAL PEKERJA PENGANGKUT GENTENG UD. SINAR MAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) Dian Herdiana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR Iwan Suryadi 1, Siti Rachmawati 2 1,2 Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT Tri Wibawa Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta, 55281 Telp. 0274-485363 Fax. 0274-486256

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) Muhammad wakhid Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Performa (2011) Vol. 10, No. 2: 119-130 Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Maria Puspita Sari, Rahmaniyah Dwi

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADA AKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN

ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADA AKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADA AKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Oleh Dhanang Sukma Wardhana 111606743

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan Ery Suhendri¹, Ade Sri Mariawati²,Ani Umiyati³ ¹ ² ³ Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa erysuhendri@yahoo.com¹,adesri77@gmail.com²,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S.

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S. Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri saat ini sangat berkembang pesat di Indonesia. Akan tetapi kepedulian para pengusaha baik perusahaan besar maupun kecil terhadap

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisis permasalahan yang ada. 2.1 GAMBARAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT.XYZ merupakan industri yang bergerak di bidang konstruksi dan fabrikasi baja yang berlokasi di Bandung. Peneliti melakukan pengamatan di lantai produksi ragum bangku PT.XYZ. Pada lantai produksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manual material handling (MMH) adalah salah satu komponen dari banyak pekerjaan dan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Jenis pekerjaan ini meliputi mengakat, menurunkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Perancangan Meja Pencekam dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja berdasarkan Pendekatan Anthropometri di Lathan Furniture

Perancangan Meja Pencekam dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja berdasarkan Pendekatan Anthropometri di Lathan Furniture Performa (2010) Vol. 9, No.2: 28-37 Perancangan Meja Pencekam dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja berdasarkan Pendekatan Anthropometri di Lathan Furniture Fitri Prasetyaningrum *, Taufiq Rochman, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang permasalahan dari tugas akhir ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan permasalahan, dan sistematika penulisan dalam tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION

ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION (OCRA) (Studi Kasus : PT. SAMIDI GLASS AND CRAFT, BAKI, SUKOHARJO) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja A. Deskripsi POSTUR KERJA Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Rapid

Lebih terperinci