KEMAMPUAN AKSES MAKAN SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK DAN FAKTOR FISIKOKIMIA YANG MEMPENGARUHINYA. Muhammad Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN AKSES MAKAN SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK DAN FAKTOR FISIKOKIMIA YANG MEMPENGARUHINYA. Muhammad Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia"

Transkripsi

1 KEMAMPUAN AKSES MAKAN SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK DAN FAKTOR FISIKOKIMIA YANG MEMPENGARUHINYA Muhammad Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Tingkat kekerasan kulit, kadar air biji, warna, tekstur biji (ada tidaknya bulu) dan komposisi senyawa yang dikandungnya sangat berpengaruh terhadap kecenderungan serangga hama Sitophilus zeamais Motsch dalam memilih sumber makanan. Hasilhasil penelitian mencatat bahwa varietas yang berbulu keras dan kadar tanin yang tinggi, mengalami kerusakan dengan tingkat skor kerusakan rendah, sebaliknya, kulit yang lunak dengan kadar tanin yang rendah, skor kerusakannya nampak tinggi. Fenomena ini membuktikan bahwa terdapat keterkaitan erat antara kondisi fisikokimiawi suatu biji terhadap tingkat kerusakan. Tulisan ini mencoba mengupas kemampuan akses makan serta peranan faktor fisikokimia dan kualitas sumber makanan (biji sorgum), dalam hubungannya dengan prefrensi serangga dalam memperoleh sumber makanan serta besarnya kerusakan yang diakibatkannya. Kata Kunci : Kumbang Bubuk, Fisikokimia, Kualitas dan Makanan PENDAHULUAN Sorgum merupakan bahan pangan yang kandungan nutrisinya setara beras akan tetapi kadar protein, lemak dan kandungan P lebih tinggi (Yayuk et.al.,1990). Karena kondisi yang demikian maka sorgum lebih cocok sebagai media untuk perkembangbiakan dan reproduksi dari hama kumbang bubuk jenis Sitophilus zeamais Motsch dibanding jagung itu sendiri dan beras (Santhoy and Rejesus,1973). Sorgum mempunyai keragaman genetik yang cukup besar, memiliki ragam varietas yang sangat berbeda dalam hal mutu, rasa, warna dan kegunaannya. Komposisi kimia biji sorgum sangat beragam, tetapi secara umum adalah protein total 9,5%, serat kasar 2,3%, abu 2,3%, karbohidrat 68%, kalsium 0.11%, methionion 0,35% dan lysine 0,22% (Wright,1993). Faktor fisika dan kimia dari suatu varietas/galur sorgum sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat serangan. Faktor yang dominan adalah bulu, tingkat kekerasan kulit dan tinggi rendahnya tingkat kandungan senyawa tanin. yang mempunyai bulu yang keras dengan kandungan tanin yang tinggi, tingkat serangan hama biasanya rendah. Pada biji dengan kandungan tanin rendah bila kondisi kulitnya lunak maka serangan hama akan tinggi (Nonci et.al.,1997). Ini berarti bahwa tekstur fisika lebih dominan sebagai faktor ketahanan struktural dalam suatu biji dari pada komposisi kimianya. Keterkaitan antara faktor fisika dan kimia yang menyusun bukan saja berpengaruh terhadap tingkat kekerasan dan kelunakan kulit suatu biji sorgum, bahkan berpengaruh terhadap perfomansi warnanya. Hasil pengamatan Mudjisihono dan Darmadjati (1987) dan Suarni et.al.,(1996) bahwa sorgum yang mempunyai kandungan tanin yang tinggi, warnanya lebih gelap (berwarna coklat tua kemerahmerahan) dibanding yang berkadar tanin tinggi rendah yang berwarna coklat muda atau coklat krem. Sedangkan warna itu sendiri berpangaruh terhadap prefensi terhadap suatu serangga dalam mengakses sumber makanan (Harris and Miller,1983; Vernon and Bartel,1985). Fenomena ini membuktikan bahwa terdapat keterkaitan yang erat sekali antara kadar suatu unsur kimia yang terkandung dalam biji dengan performansi tekstur fisika suatu biji, yang pada akhirnya akan berpangaruh terhadap prefensi serangga. Prefensi juga secara umum disamping terkait unsur warna suatu biji, dan faktor fisikokimia lain seperti kekerasan bulu ada 400

2 tidaknya bulu, ukuran biji dan kadar air biji (Weston Hoffman, 1991;1992). Kondisi fisikokimia suatu biji akan menentukan suatu makanan termasuk kategori prefered food atau non prefered food. Sitophilus sp adalah serangga hama yang berupa kumbang kecil berwarna coklat kemerahmerahan, berukuran 34 mm dan mempunyai 4 bercak terang berwarna kemerahmerahan atau kekuningkuningan dibawah sayapnya (Borror et.al.,1979). Baik serangga dewasa maupun larvanya makan dan berkembang dalam biji. Serangga induk menggerek/melubangi biji kemudian meletakkan sebutir telur, setelah itu menutupinya dangan cairan kenyal. Seekor serangga betina mampu meletakkan telur butir dalam 45 bulan. Periode inkubasi telur memakan waktu 3 hari. Larvanya berupa lundi tanpa kaki berwarna putih dan kepalanya berwarna coklat. Larva menjadi dewasa dalam 36 hari. Panjang umur(longevity) serangga dewasa sekitar 45 bulan. Biasanya terdapat 57 generasi dalam setahun (Teetes et.al., 1983). Serangga hama ini termasuk famili Curculionidae dan paling banyak merusak produk pertanian yang berupa bijibijian di penyimpanan (gudang) dan di lapangan. Diketahui ada 2 genus yaitu Sitophilus oryzae Lin dan Sitophilus zeamais Motsch (Teetes et.al., 1983), sebelumnya serangga ini dikenal sebagai Calandara oryzae kemudian terbagi menjadi Sitophilus oryzae Lin yaitu kumbang yang berukuran kecil, sedang yang berukuran lebih besar adalah Sitophilus zeamais Motsch (Wafiah et.al., 1997), namun yang paling dominan ditentukan pada produk pertanian adalah Sitophilus zeamais Motsch (Van der Laan, 1981). Tulisan ini mencoba mengangkat keterkaitan erat antara faktor fisikokimia, tekstur dan struktur suatu biji sorgum. Dikaji 4 varietas yakni lokal selayar2, ISCV1, ISCV111, dan Isiap Dorado. Keempat varietas tersebut mempunyai warna dan tekstur yang berbeda, dan prosentase rendemen tepung yang berbeda. INTERAKSI SERANGGA DAN LINGKUNGAN Ekologi Serangga Hama Telah banyak usahausaha para ahli untuk melihat lebih jauh tata cara atau upaya untuk mendapat cara yang mantap atau sebaik mungkin guna dapat mengendalikan dan mengatasi gangguan hama baik pada kondisi tanaman masih berada di lapangan maupun pada saat pasca panen (periode penyimpanan). Keberhasilan para ahli dalam kegiatan dan usaha ini harus ditunjang oleh pengetahuan tentang urgensinya memahami ekologi suatu serangga hama. Ekologi hama adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara faktor luar lingkungan dengan hama serangga itu sendiri yang menentukan perkembangan maupun kemunduran dari populasi suatu hama. Faktorfaktor tersebut khusus untuk umumnya hama gudang dibagi atas; a) faktor makanan (kualitas, kadar air), b) faktor iklim (temperatur, kelembaban, cahaya, aerasi), c) keadaan musuh alami (predator, parasit, patogen), d) faktor kegiatan manusia. Faktorfaktor tersebut diatas dapat mempengaruhi kehidupan hama tanaman dan produk pertanian dalam simpanan, baik secara sendiri maupun secara bersama. Makanan yang cukup sangat berpengaruh pada perkembangbiakan hama, yang dalam hal ini dapat meningkatkan populasi hama. Iklim berpangaruh besar baik terhadap hama serangganya maupun kondisi musuh almnya. Musuh alam berada seimbang dengan serangga hama akan dapat menekan musuh serangga hama sebaliknya bila jumlah populasinya kecil maka peranannya juga semakin kecil. Faktor kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam atau menekan serangga hama justru dapat menimbulkan masalah baru dengan munculnya hama. Kasuskasus seperti resistensi dan resurgensi suatu hama merupakan contoh konkrit dari faktor ini diakibatkan oleh kegiatan manusia. 401

3 Peranan Faktor Makanan Pada hamahama tanaman pangan, dan produk pertanian dalam simpanan, makanan sangat diperlukan untuk menopang tingkat hidup yang aktif, terutama pada proses peneluran dan stadium larva. Stadium imago porsinya menjadi kecil karena periode kehidupannya menjadi relatif pendek apabila hamahama tersebut telah meletakkan telur. Kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika serangga memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau dalam proses perkembangbiakan keturunannya. Sebagai contoh, kandungan protein, lemak dan P yang tinggi pada komoditas sorgum dibanding beras dan jagung, ternyata sorgum lebih cocok untuk perkembangbiakan serangga Sitophilus sp (Yayuk et.al., 1990). Fenomena tersebut memberikan indikasi bahwa kualitas makanan suatu bahan mempunyai arti yang sangat dalam kaitannya dengan percepatan perkembangbiakan serangga yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkatan serangan yang dilakukannya (kualitas dan kuantitas serangan). Kualitas Makanan Kualitas makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan serangga hama. Pada kondisi makanan yang berkondisi baik dengan jumlah yang cukup dan cocok bagi sistem pencernaan serangga hama akan menunjang perkembangan populasi, sebaliknya makanan yang berlimpah dengan gizi jelek dan tidak cocok akan menekan perkembangan populasi serangga (Andrewartha dan Birch, 1954). Ketidakcocokan faktor makanan dapat ditimbulkan oleh halhal sebagai berikut a) kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b) rendahnya kadar air bahan, c) permukaan terlalu keras, bentuk material bahan yang kurang disenangi, misalnya beras lebih disenangi dari pada gabah. Kadar Air Bahan Kondisi kadar air bahan produk pertanian sangat berpengaruh pada intensitas kerusakan yang sangat mudah. Hasil penelitian Kalshoven (1981) disimpulkan bahwa perkembangan populasi kumbang bubuk sangat cepat jika kadar air bahan simpan lebih dari 15%, sebaliknya bila kadar air bahan diturunkan maka mortalitas serangga besar sehingga perkembangan populasi terhambat. John (1991) mencatat bahwa tingkat mortalitas Sitophilus zeamais Motsch mencapai 75% pada 9,7%, sedang Mas`ud et.al (1996) mencatat kadar air 6,8% dan 10% dapat menghambat laju perkembangan pupulasi Sitophilus zeamais Motsch. Peranan Faktor Iklim Perkembangbiakan hama umumnya sangat bergantung pada kondisi iklim mikro (iklim sekitar). Pada kasus hama gudang, yang dimaksud iklim mikro adalah kondisi iklim ruang simpan. Unsurunsur iklim yang sangat berpengaruh pada hama gudang adalah temperatur, kelembaban, kadar air bahan, cahaya dan aerasi (Husain, 1982; Cho et.al., 1988). Temperatur. Hama kumbang bubuk Sitophilus sp memelurkan temperatur optimum antara 25 0 C 30 0 C untuk perkembangan. Temperatur sangat berpengaruh dalam siklus hidup dari fase telur sampai dewasa. Hasil penelitian Yos Sutyoso (1964: dalam Kartasapoetra, 1991) diperoleh hasil bahwa pada temperatur 18 0 C dengan (RH 70%) siklus hidupnya 91 hari, pada temperatur 18 0 C (RH 80%) 70 hari, pada temperatur 21 0 C (RH 70%) 42 hari, pada temperatur 21 0 C (RH 80%) 37 hari. 402

4 Kelembaban. Seperti halnya temperatur serangga hama Sitophilus sp memerlukan kondisi lembab optimum untuk menopang perkembangbiakannya. Kelembaban optimum untuk serangga hama Sitophilus sp adalah sekitar 75%. Lebih jauh hasil penelitian Yos Sutyoso tersebut disimpulkan bahwa disamping siklus hidup dipengaruhi temperatur, kelembaban juga salah satu faktor yang berpengaruh. Pada perlakuan temperatur tetap (21 0 C) dengan perbedaan kelembaban, maka siklus hidupnya adalah masingmasing 59 hari pada RH 50%, 52 hari RH 60%, 42 hari pada RH 70% dan 37 hari pada RH 80% (Tabel 1). Tabel 1. Pengaruh kelembaban udara dan temperatur terhadap siklus hidup serangga Sitophilus sp Kelembaban relative (%) Temperatur ( o C) Sumber: Yos Sutyoso (1964 dalam Kartasapoetra, 1991) Siklus hidup (Hari) Intensitas Cahaya. Pengaruh cahaya (kondisi gelap dan terang) sangat berpengaruh basar terhadap tingkah laku serangga dalam memilih makanan, dan reproduksi (kopulasi dan penelusuran) (Weston and Hoffman, 1991; Weston and Hoffman, 1992). Percobaan pendahuluan pengaruh cahaya(kondisi gelap dan terang) terhadap prefensi serangga dalam memilih makanan yang dilakukan oleh Sudjak Saenong et.al (1996) disimpulkan bahwa pada pengamatan kondisi terang, prefensi tertinggi pada pengamatan 24 jam setelah infeksi dicatat pada jagung kuning 16.75%, terendah pada varietas lokal selayar (sorgum) yakni 3.25%. Pada pengamatan 48 jam, prefensi tertinggi tercatat pada jagung kuning dan putih, trend menurun tercatat pada varietas IS3552 untuk sorgum masingmasing 13%, terendah pada varietas selayar 1.50% dan Upcasi 4.30%. Pada pengamatan 48 jam, prefensi tertinggi tercatat pada jagung putih 25.50%, ICSH91222 dan IS3552 masingmasing 13.75% dan 13%, terendah pada varietas lokal selayar 1.75%, sedang pada 72 jam, prefensi tertinggi tercatat pada jagung putih dan kuning masingmasing 22.75%, terendah lokal selayar 2.25 %. Peredaran Udara. Faktor peredaran udara ruangan simpan berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya bahan. Udara yang rendah dengan aerasi yang kurang akan mendukung perkembangan serangga hama disamping akan meningkatkan kadar air bahan yang berakibat lunaknya kulit dari biji bahan simpan. Dengan demikian serangga hama khusus Sitophilus sp akan mudah menggerek bahan simpan yang kadar airnya tinggi (Mas`ud et.al., 1997; Kalshoven, 1981). Pada percobaan Barley (1959) dalam Kartasapoetra (1991) perihal kebutuhan 02 oleh hama bubuk Sitophilus sp dalam gudang disimpulkan bahwa apabila kadar CO2 > 40% atau O2 > 2%, hama tersebut dalam semua tingkatan stadianya akan mati. Apabila kadar CO2 diudara pada kondisi biasa, sedangkan kadar O2 hanya 4% pada temperatur 29 0 C maka yang mati hanya serangga dewasanya saja, sebaliknya bila CO2 5% dan O2 pada kondisi biasa, kematian serangga baru terjadi setelah 3 minggu. Dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa teknologi aerasi udara sangat berpengaruh besar dalam menyumbang informasi tentang caracara pengelolahan hama dan sekaligus bahan yang disimpan. 403

5 Faktor Musuh Alam Seperti halnya tanaman lain, hama produksi pertanian dalam simpanan juga mempunyai faktor musuh alam yang terdiri atas predator, parasit dan patogen. Secara teoritir dapat dikatakan bahwa apabila keseimbangan antara serangga hama dan musuh alami sepadan, maka tidak akan terjadi peletupan. Pada kasus hama gudang teori ini tidak sepenuhnya dapat dijadikan acuan mengingat infestasi bahan simpan biasanya paling banyak terjadi pada stadium larva yang mana akan sulit bagi serangga predator untuk melakukan searching terhadap serangga target. Musuh alam untuk hama gudang yang berbentuk predator misalnya cecak dan tokek yang memangsa serangga dewasa dalam gudang, juga kumbang Necrobia rufifes dan larva Omphrate fenestralis dan Omphrate glabrifrons. Musuh alam yang berbentuk parasit misalnya Pronops nosuta, yang memarasit hama larva bubuk, Exidechtinis conescens yang memarasit hama gudang ordo Coleoptera, sedangkan organisme patogen yang menjadi musuh alami hama gudang umumnya adalah kelompok cendawan khususnya yang menyerang ordo Celeoptera. KARAKTER FISIKOKIMIAWI VARIETAS UJI Karakter Agronomi Prosentase skor penampilan dari ketiga varietas (kecuali varietas lokal Selayar) berkisar antara 11,3%. Skor penampilan dengan nilai 1% adalah terbaik yang ternyata terdapat pada varietas Isiap Dorado. Skor kerebahan ratarata adalah 1%. Umur berbunga dan umur panen masingmasing berkisar antara 5865 hari dan 9398 hari. Panjang malai dan tinggi tanaman masingmasing antara 24,328,5 cm dan 79,6139 cm dengan berat malai berkisar antara 2,753,93 g (Tabel 2). Tabel 2. Diskipsi karakter agronomi empat varietas sorgum Skor Penampilan (%) Skor Kerebahan (%) Umur Berbunga (hari) Umur Panen (hari) Tinggi Tanaman (cm) Panjang Malai (cm) Berat Malai (g) Lokal Selayar ISCV 1 ISCV 111 Isiap Dorado Sumber: Muslimah Hamdani et.al.,(1996), data diolah. Sifat Mutu Fisika Indikator sifat mutu fisika yang dicatat adalah warna, tekstur kulit, bobot dan rendemen tepung. Untuk warna, varietas Lokal Selayar2 adalah coklat, krem (ISCV1),krem putih (ISCV111) dan krem tua (Isiap Dorado), sedangkan tekstur kulit, berbulu (Lokal Selayar2), lunak (ISCV1 dan ISCV111), keras (Isiap Dorado). Bobot per 1000 biji, Lokal Selayar2 24,20 g, ISCV1 27,40 g, ISCV111 33,40 g dan Isiap Dorado 31,30 g, sedangkan prosentase rendemen masingmasing 50,40% untuk Lokal Selayar2, 65,49% (ISCV1), 73,17% (ISCV111) dan 65,29% (Isiap Dorado) (Tabel 3). 404

6 Tabel 3. Diskripsi sifat mutu fisika empat varietas sorgum Warna Bobot 1000 biji (g) Rendemen Tepung (%) Tekstur Kulit Sumber: Suarni dan Singgih (1996), data diolah Komposisi Kimia Lokal Selayar ISCV1 ISCV111 Isiap Dorado Coklat Krem Krem/Putih Krem Tua 24,20 27,40 33,40 31,30 50,40 65,49 73,13 65,29 Berbulu Lunak Lunak Keras Data analisis komposisi kimia yang dicatat adalah prosentase kandungan air,abu, lemak, protein, serat kasar, tanin, pati, amilosa, dan beberapa data lain seprti nisbah penyerapan air, nisbah kelarutan air dan kelarutan protein baik pada NaOH maupun pada SDS2 ME. Prosentase kadar air masingmasing adalah 7,9% (Lokal Selayar2), 9,33% (ISCV1), 9,02% (ISCV111) dan 9,35% (Isiap Dorado). Kadar abu 3,35% (Lokal Selayar 2), 1,59% (ISCV1), 1,68% (ISCV111) dan 1,62% (Isiap Dorado). Kadar lemak 3,80% (Lokal Selayar2), 2,69% (ISCV1), 2,59% (ISCV111) dan 2,36% (Isiap Dorado). Kadar protein 9,02% (Lokal Selayar2), 8,62% (ISCV1), 7,33% (ISCV111) dan 7,98% (Isiap Dorado). Serat kasar 3,92% (Lokal Selayar2), 2,76% (ISCV1), 2,80% (ISCV111) dan 2,84% (Isiap Dorado). Kadar tanin 6,66% (Lokal Selayar2), 0,62% (ISCV1), 0,33% (ISCV111) dan 1,26% (Isiap Dorado). Kadar pati 58,94% (Lokal Selayar2), 67,25% (ISCV1), 70,26% (ISCV111) dan 62,87% (Isiap Dorado). Kadar amilosa 1,83% (Lokal Selayar2), 10,12% (ISCV1), 12,26% (ISCV111) dan 12,16% (Isiap Dorado). Nisbah Penyerapan Air (NPA) 45,1 (Lokal Selayar2), 37,6 (ISCV1), 39,6 (ISCV111) dan 38,8 (Isiap Dorado). Nisbah Kelarutan Air(NKA) 1,16 (Lokal Selayar2), 0,79 (ISCV1), 0,83 (ISCV111) dan 0,81 (Isiap Dorado). Kelarutan protein dalam NaOH 556,24(Lokal Selayar2), 59,12 (ISCV1), 57,26 (ISCV111) dan 55,14 (Isiap Dorado). Kelarutan protein dalam SDS2 ME 48,76 (Lokal Selayar2), 53,58 (ISCV1), 51,48 (ISCV111) dan 51,09 (Isiap Dorado) (Tabel 4). PERPORMANSI VARIETAS DI LABORATORIUM Pada Pengujian Prefensi Serangga Secara alami serangga hama akan mampu memilih sumber makanan yang disenangi. Serangga akan mempunyai suatu kecenderungan tertentu dalam mengakses sumber makanannya. Perbedaan dalam hal tekstur dan struktur, jenis varietas dan komposisi kimia yang terkandung dalam suatu bahan akan berpengaruh besar pada sifat prefensi tersebut. Studi prefensi dilakukan menggunakan gelas pengujian yang diisi biji sorgum seberat 200 g dan diletakkan secara melingkar dalam toples transparan yang berukuran besar. Serangga hama kumbang dewasa dimasukkan dengan kepadatan 100 ekor tiap gelas, diamati dengan menghitung jumlah serangga yang masuk dalam gelas pengujian. Pengamatan dilakukan dalam tiga interval yakni 24, 48 dan 72 jam setelah infeksi. Hasilnya adalah prosentase serangga yang masuk dalam gelas uji semuanya rendah dengan ratarata masingmasing 3,17% untuk varietas Lokal Selayar2, 2,00% untuk varietas ISCV1, 2,71% untuk varietas ISCV111 dan 2,92% untuk Isiap Dorado (Tabel 5). Akan tetapi pada biji dengan tekstur berbulu dan yang keras masingmasing Lokal Selayar2 dan Isiap Dorado, prosentase nilai prefensi rataratanya justru lebih 405

7 tinggi masingmasing 3,17% dan 2,91%, dibanding varietas yang bertekstur lunak seperti ISCV1 dan ISCV111 yang bernilai 2,00% dan 2,71%. Fenomena ini akan sejalan dengan hasil penelitian Nonci et.al., (1997) yang menyatakan bahwa tekstur kulit biji sorgum varietas Lokal Selayar2 yang berbulu mudah digerek oleh kumbang bubuk walaupun kadar taninnya tinggi. Tingkat kecenderungan serangga dalam mengakses sumber makanan dapat dilihat pada plotting grafik trend yang terefleksi pada semua interval pencatatan (Gambar 1). Tabel 4. Diskripsi komposisi kimia dan sifat kelarutan protein, nisbah penyerapan dan kelarutan air empat varietas sorgum Air (%) Abu (%) Lemak (%) Protein (%) Serat Kasar (%) Tanin (%) Pati (%) Amilosa (%) NPA(x 0,001) g NKA Kelarutan protein dalam: NaOH SDS2 ME Lokal Selayar 7,91 3,35 3,80 9,02 3,92 6,66 58,94 1,83 45,1 1,16 56,24 48,76 ISCV1 ISCV111 Isiap Dorado 9,32 1,59 2,69 8,62 2,76 0,62 67,25 10,12 37,6 0,79 59,12 52,58 NPA= Nisbah Penyerapan Air, NKA = Nisbah Kelarutan Air Sumber: Suarni dan Singgih (1996), data diolah 9,02 1,69 2,59 7,33 2,80 0,33 70,26 12,26 39,6 0,83 57,26 51,48 9,35 1,62 2,26 7,98 2,84 1,26 62,87 12,16 38,8 0,81 55,14 51,09 Tabel 5. Pengamatan prosentase preferensi serangga pada interval 24, 48 dan 72 jam setelah infeksi Jam Setelah Infeksi Ratarata Lokal Selayar ISCV1 ISCV111 Isiap Dorado 1,50 4,50 3,50 3,17 Sumber : Sudjak Saenong et.al., (1996), data diolah. 1,25 1,50 3,25 2,00 3,25 2,25 2,63 2,71 2,00 3,50 3,25 2,92 Pengamatan Perkembangan Populasi Perkembangan imago yang muncul dicatat pada tiga interval pengamatan yakni pada penyimpangan 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Pada varietas Lokal Selayar2, perkembangan populasi serangga cenderung menurun pada interval berikutnya yakni tercatat ada 80,33 ekor pada interval 2 bulan, 78,33 ekor (4 bulan), dan 37,67 ekor (6 bulan) dengan nilai ratarata 65,44 ekor. Sebaliknya pada varietas ISCV1, perkembangan populasi serangga sangat berfluktuasi pada setiap interval dengan nilai ratarata 20,67 406

8 ekor pada varietas ISCV111 dan 14,34 ekor pada varietas Isiap Dorado. Dari 4 varietas yang diamati, Lokal Selayar2 mencata skor tertinggi, dan terendah adalah Isiap Dorado (Tabel 6). Secara teoritis, semestinya perkembangan serangga pada varietas lokal Selayar2 lebih sedikit mengingat varietas ini mempunyai kandungan tanin yang lebih tinggi dibanding varietas lain, akan tetapi nisbah penyerapan airnya lebih besar, maka varietas ini cenderung mudah lembab yang cepat meningkatkan kadar air, sehingga tekstur kulit akan menjadi lebih lunak, yang akibatnya memudahkan serangga hama untuk menyerang dan mengembangkan progenisnya (Tabel 6). Hasil pengamatan Tenrirawe et.al., (1997) sedikit berbeda dari pencatatan Nonci et.al., (1997). Pada interval 4 bulan perkembangan imago pada pencatatan Tenrirawe adalah 34,2 ekor untuk varietas Lokal Selayar2, kurang lebih 50% lebih kecil dari pencatatan Nonci. Akan tetapi pada varietas Isiap Dorado, pencatatan Tenrirawe justru lebih tinggi yakni 30,80 ekor, kurang lebih 25% lebih tinggi (Tabel 7). Tabel 6. Perkembangan populasi serangga setelah 2, 4 dan 6 bulan penyimpanan Interval Pengamatan 2 bulan 4 bulan 6 bulan Ratarata Lokal Selayar ISCV1 ISCV111 Isiap Dorado 80,33 78,33 37,67 65,44 Sumber : Nonci et.al., (1997), data diolah. 8,67 53,33 87,67 49,89 14,67 41,67 5,67 20,67 Tabel 7. Prosentase kerusakan yang ditimbulkan setelah 2, 4 dan 6 bulan penyimpanan Interval Pengamatan 2 bulan 4 bulan 6 bulan Ratarata 1,33 23,00 18,67 14,34 Lokal Selayar ISCV1 ISCV111 Isiap Dorado 36,58 47,90 56,39 46,96 Sumber : Tenrirawe et.al., (1997), data diolah. KESIMPULAN 13,26 27,39 82,49 41,05 10,04 36,31 58,28 34,88 3,67 14,21 19,18 12,35 Hasilhasil penelitian mencatat bahwa varietas yang berbulu keras dan kadar tanin yang tinggi, mengalami kerusakan dengan tingkat skor kerusakan rendah, sebaliknya, kulit yang lunak dengan kadar tanin yang rendah, skor kerusakannya nampak tinggi. Fenomena ini membuktikan bahwa terdapat keterkaitan erat antara kondisi fisikokimiawi suatu biji terhadap tingkat kerusakan. Tulisan ini mencoba mengupas peranan kualitas sumber makanan (biji sorgum), kondisi fisikokimiawi dan hubungannya dengan prefrensi serangga dalam memperoleh sumber makanan serta besarnya kerusakan yang diakibatkannya. 407

9 DAFTAR PUSTAKA Andrewartha,H.G., and L.C.Birch The distribution and abundance of animals. The University of Chicago Press.Chicago. Borror, D.J., D.M.De Long and C.A.Triplehorn An Introduction to the Study of Insect.Saunders Collage Publishing.p Cho,K.J.,Ryoo, and S.Y.Kim Life table statistic of rice weevil (Coleoptera:Curculionodae) in relation to the presence of rough, brown and polished rice.korean.entomol. 18: 116 Hamdani,M., S.Singgih, dan M.Yasin.HG Penampilan beberapa galur/varietas sorgum. Seminar Mingguan Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serelia Lain.Tgl.19 Januari Harris,M.O and J.R.Miller Color stimuli and oviposition behavior of onion fly Delia antiqua (Meigen)(Diptera:Anthomyiidae).Ann.Entomol.Am.76: Husain,I.1982.The susceptibility of milled rice and rough rice attack by Sitophilus oryzae (Lin) and Sitophilus zeamais (Motsch). Bogor Indonesia.Biotrop. John,P.,Sed Lack, Robert,J.,Bryan,D.Price, and Maya Siddiqui Effect of several management tactics of adult mortality and progeny production of Sitophilus zeamais (Coleptera:Curculionidae) on stored corn in the laboratory. Journal of Econ Entomol.84(3): Kalshoven,L.E The pest of crops in Indonesia. Rivised and translated by P.A.Vander Laan with assistance of G.L.H.Rothsid.PT.Ikhtiar Baru Van Hoeven. Jakarta. Kartaspoetra., A.G.1991.Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. PT.Prince Cipta.Jakarta. Margot J.G. and J.T.Trumble Response of Spodoptera Exigua (Lepidoptera:Noctuide) Larvae to light.environ.entomol.14: Mas`ud.S., M.Yasin., D.Baco., S.Saenong Pengaruh kadar air awal biji sorgum terhadap perkembangan kumbang bubuk Sitophilus zeamais. Hasilhasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman tahun 1995/1996.Badan Litbang Pertanian, Balitjas Maros.p Mudjisihono,R. dan D.S.Darmadjati Prospek kegunaan Sorgum sebagai sumber pangan dan pakan.journal Penelitian Pengembangan Pertanian.vol. VI(I)hal. 15 Nonci,N., S.Singgih, dan A.Muis.1997.Tingkat kerusakan biji sorgum oleh hama kumbang bubuk gudang.penelitian Pertanian Tanaman Pangan.Pusat Penelitian Tanaman Pangan.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.vol 15(2):2833 Ryoo.M.I and H.W.Cho.1992.Feeding and oviposition prefence and demography of rice weevil(coleoptera:curculionidae) reared on mixtures of brown, polished and rough rice.environ.entomol>21: Santhoy,Q. and M.Rejesus.1973.The developmental rate, body weight and reproductive capacity of Sitophilus zeamais Motsch reared on the natural hosts.philippine Ento.2: Suarni dan S.Singgih.1996.Evaluasi karakter biji sorgum.seminar Mingguan Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain.Tgl.23 November Sudjak Saenong.M., Muslimah Hamdani dan Masnawati Pengaruh perbedaan warna sumber makanan pada kondisi terang dan kedap cahaya terhadap prefensi serangga Sitophilus sp jantan dan betina. Prosiding Seminar dan Pertemuan Tahunan X, PEI, PFI dan HPTI Komda SulSel. Maros 10 Januari 1996.p Teetes,G.L., K.V.S.Reddy, K.Leuschener and L.R.House.1983.Sorgum Insect Identification Hand Book. Information Bulletin no.12.icrisat Tenrirawe., D.Baco, danw.akib Uji ketahanan varietas/galur sorgum terhadap hama gudang.hasil penelitian Hama/Penyakit 1996/1997 Van der Laan,P.A.1981.Pest of Crops in Indonesia.Revised from The plagen van de Cultur gewessen in Indonesia by L.G.G.Kalshoven.Pt.Icthiar Bon_Van Hoeve,Jakarta.p ; Vernon.R.S. and D.L.Bartel.1985.Effect of hue, saturation and intensity on color selection by the onion fly Delia antiqua (Meigen) (Diptera:Anthomyidae). Environ.Entomol.14: Wafiah,A., M.Yasin Said, dan D.Baco Inventarisasi serangga hama gudang sorgum di Sulawesi Selatan. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit 1996/1997.hal.5768 Weston,P.A and S.A.Hoffman Humadity and tactile Responces oif Sitophilus sp (coleoptera:curculonidae). Environ. Entomol.20:

10 Weston,P.A and S.A.Hoffman Influence of Starvation, Dehydration and Humadity Differential on Humadity Responces of Sitophilus sp (coleoptera:curculonidae).environ. Entomol. 21: Wright,A.F.1993.Animal Feeds:Combuning the Best of Both Worlds. World Agriculture, 1993.Tarling Publishing Group PLC.Hongkong Yayuk,A.B., A.Ispandi dan Sudayono Sorgum Monograf. Bulletin Malang no.5 Balittan Malang. 409

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Subramanyam dan Hagstrum (1996), Hama kumbang bubuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM S. Mas ud Balai Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat 16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :

Lebih terperinci

KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia

KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Pengamatan aspek tingkah laku serangga hama kumbang

Lebih terperinci

Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas Srikandi Kuning dan Putih oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)

Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas Srikandi Kuning dan Putih oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch) Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas dan oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch) M.Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berbagai galur sorgum banyak dikembangkan saat ini mengingat sorgum memiliki banyak manfaat. Berbagai kriteria ditetapkan untuk mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Kriteria

Lebih terperinci

Adne Yudansha, Toto Himawan dan Ludji Pantja Astuti

Adne Yudansha, Toto Himawan dan Ludji Pantja Astuti Jurnal HPT Volume 1 Nomor 3 September 2013 ISSN : 2338-4336 1 PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) PADA BEBERAPA JENIS BERAS DENGAN TINGKAT KELEMBABAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Penanaman jagung secara monokultur yang dilakukan beruntun dari musim ke musim, memperkecil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan komoditas strategis yang secara langsung mempengaruhi kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan produksi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan 4.1.1. Jumlah larva (30 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA, sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae

Lebih terperinci

SKRINING KETAHANAN 35 AKSESI PLASMANUTFAH JAGUNG TERHADAP SERANGAN HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motsch.

SKRINING KETAHANAN 35 AKSESI PLASMANUTFAH JAGUNG TERHADAP SERANGAN HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motsch. Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 SKRINING KETAHANAN 35 AKSESI PLASMANUTFAH JAGUNG TERHADAP SERANGAN HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motsch. Surtikanti, Juniarsih, dan Sigit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh,

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, xi PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk dikonsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada xvi TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA

DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA A. Tenrirawe Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Hama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kehilangan hasil jagung. Penanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)) Tanaman sorgum termasuk famili Graminae atau rerumputan. Tanaman lain yang termasuk dalam famili Graminae diantaranya adalah padi, jagung, dan tebu.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN

IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN Ariance Y. Kastanja Staf Agroforestri Politeknik Padamara - Tobelo ABSTRACT The objectives of this research to know corn

Lebih terperinci

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi: Mortalitas Sitophilus oryzae L. pada Beras Suluttan Unsrat, Ketan Putih, dan Beras Merah di Sulawesi Utara (Mortality of Sitophilus oryzae L. in Suluttan Unsrat, white glutinous, and brown rice in North

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN Sitophilus oryzae LINNAEUS (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN

PERKEMBANGAN Sitophilus oryzae LINNAEUS (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN Jurnal HPT Volume 2 Nomor 4 Desember 2014 ISSN : 2338-4336 PERKEMBANGAN Sitophilus oryzae LINNAEUS (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN Sri Ria Vidia Antika, Ludji Pantja Astuti, Rina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kutu Beras Sitophylus oryzae sp Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae ini adalah: Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia saat ini menghadapi masalah yang serius berkaitan dengan usaha penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar terhadap padi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Balai Proteksi

Lebih terperinci

PENGUJIAN KETAHANAN JAGUNG QUALITY PROTEIN MAIZE (QPM) TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK JAGUNG (Sitophilius zeamais )

PENGUJIAN KETAHANAN JAGUNG QUALITY PROTEIN MAIZE (QPM) TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK JAGUNG (Sitophilius zeamais ) PENGUJIAN KETAHANAN JAGUNG QUALITY PROTEIN MAIZE (QPM) TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK JAGUNG (Sitophilius zeamais ) S. Mas ud, A. Tenrirawe, Masmawati dan Yasin H.G Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae L. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :

Lebih terperinci

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Permasalahan Hama Sitophilus zeamais. Arti Penting Hama

TINJAUAN PUSTAKA. Permasalahan Hama Sitophilus zeamais. Arti Penting Hama TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Sitophilus zeamais Arti Penting Hama Sitophilus zeamais termasuk ordo Coleoptera dan famili Curculionidae. Serangga ini merupakan hama gudang yang banyak ditemukan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resistensi Tanaman Terhadap Serangan Hama Ketahanan/resistensi tanaman terhadap hama/penyakit adalah sekelompok faktor yang pada hakekatnya telah terkandung dalam tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010). PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588,329,553.00, walaupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Pengkajian daya insektisida nabati dilakukan untuk menyeleksi bahan nabati yang memiliki potensi insektisida terhadap serangga hama gudang Sitophilus

Lebih terperinci

BAB VIXX PEMBAHASAN UMUM

BAB VIXX PEMBAHASAN UMUM BAB VIXX PEMBAHASAN UMUM Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jenis makanan yang sama biologi UBMK pada enam varietas dan galur kapas yang mengandung gen resisten pada umumnya tidak berbeda nyata dengan

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh I. Latar Belakang Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

commit to users I. PENDAHULUAN

commit to users I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutu daun R. maidis mulai menyerang tanaman jagung dan membentuk koloni sejak tanaman berumur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas 1.221.544 ha. Sekitar 463.649,09 ha adalah areal potensial untuk pertanian, tetapi baru seluas 293.079 ha yang dimanfaatkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang hijau adalah tanaman budidaya palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan

Lebih terperinci

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA 8 AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA (THE

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

Kajian Perusak Polong Sebagai Hama Utama pada Kacang Gude di Sulawesi Selatan

Kajian Perusak Polong Sebagai Hama Utama pada Kacang Gude di Sulawesi Selatan Prosiding Pekan Serealia Nasional ISBN : 9789798940293 Kajian Perusak Polong Sebagai Hama Utama pada Kacang Gude di Sulawesi Selatan Syahrir Mas ud Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No.

Lebih terperinci

PENGUJIAN KETAHANAN GALUR JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motschulsky

PENGUJIAN KETAHANAN GALUR JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motschulsky A. Tenrirawe et al.: Pengujian Ketahanan Galur Jagung.. PENGUJIAN KETAHANAN GALUR JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motschulsky A. Tenrirawe, M. S. Pabbage, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros adalah sebagai berikut : Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sorgum Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L]. Moench) adalah : Kerajaan Subkerajaan Superdevisi Devisi Kelas Subkelas Ordo Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras pecah kulit varietas Way Apoburu dan varietas Ciherang, daun pepaya, daun belimbing wuluh, daun cente, daun jeruk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM 6.1 Pembahasan Umum Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa Manawa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, di peroleh bahwa kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) : Potensi Serangan Hama Kepik Hijau Nezara viridula L. (Hemiptera: Pentatomidae) dan Hama Kepik Coklat Riptortus linearis L. (Hemiptera: Alydidae) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa Potential Attack of

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang penting dalam pertanian di Indonesia karena memiliki berbagai manfaat, baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM

KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM I.U. Firmansyah: Kinerja Prototipe Mesin Sosoh. KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Sorgum (Sorghum

Lebih terperinci

Alumni Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP **) Staf Pengajar Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP ***)

Alumni Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP **) Staf Pengajar Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP ***) GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR FISIK PENYIMPANAN BERAS, IDENTIFIKASI DAN UPAYA PENGENDALIAN SERANGGA HAMA GUDANG (Studi di Gudang Bulog 103 Demak Sub Dolog Wilayah I Semarang) Adelia Luhjingga Pitaloka *), Ludfi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Kerusakan-kerusakan tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) yang lebih dikenal dengan ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) (Natawigena,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

FENOMENA RESURJENSI PADA PENGGUNAAN INSEKTISIDA IMIDOKLOPRID 350SC PADA HAMA WERENG COKLAT. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia

FENOMENA RESURJENSI PADA PENGGUNAAN INSEKTISIDA IMIDOKLOPRID 350SC PADA HAMA WERENG COKLAT. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia FENOMENA RESURJENSI PADA PENGGUNAAN INSEKTISIDA IMIDOKLOPRID 350SC PADA HAMA WERENG COKLAT M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Fenomena resurjensi penggunaan insektisida berbahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI Arifin Kartohardjono Balai Besar Penelitian Tanaman padi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras

Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras Effect Population Density Sitophilus oryzae (L.) against Population Growth and Damage Rice HENDRIVAL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae

Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae Oleh Feny Ernawati, SP dan Umiati, SP POPT Ahli Muda BBPPTP Surabaya Pendahuluan Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthopoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG 2004 Enrico Syaefullah Posted 5 November 2004 Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor November 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan,

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan, predasi, kompetisi, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dll., dan faktor intrinsik meliputi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci