NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTRI"

Transkripsi

1 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTRI Oleh : Norma Lulusiana PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

2 2 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTRI Oleh : Norma Lulusiana PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

3 3 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTRI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi Telah Disetujui Pada Tanggal Mengesahkan, Dosen Pembimbing (Fuad Nashori, H. S.Psi., Msi.)

4 4 HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTRI Norma Lulusiana Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara minat membaca majalah dengan citra diri pada remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara minat membaca majalah remaja dengan citra diri pada remaja. Subyek dalam penelitian ini adalah Siswi SMK Muhammadiyah 1 Berbek, berjenis kelamin perempuan dan usia 15 sampai 18 tahun atau termasuk dalam usia remaja pertengahan. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah metode skala. Skala yang digunakan adalah skala citra diri yang terdiri dari 56 aitem yang disusun berdasarkan aspek dari teori yang diungkap oleh James (Suryabrata, 2005; Smith, 1961). Penyusunan skala didasarkan pada dasar komponen citra diri yaitu material self, social self, dan spiritual self. Skala ini merupakan skala citra diri yang di adaptasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi citra diri yang dikemukakan oleh Mappiare (2005). Sedangkan skala minat membaca majalah terdiri dari 65 aitem yang disusun berdasarkan 4 aspek yang dikemukakan oleh Tyas (2003), yaitu : adanya kesadaran akan manfaat membaca majalah, adanya perhatian terhadap majalah, rasa senang membaca majalah, dan frekuensi membaca majalah. Setelah dilakukan uji coba, maka skala citra diri berubah menjadi 31 aitem dan skala minat membaca majalah menjadi 40 aitem. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan SPSS 12.0 for windows XP untuk menguji apakah terdapat hubungan positif antara citra diri dengan minat membaca majalah. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,302 ; p = 0,002 (p < 0,01) hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat membaca majalah remaja dengan citra diri pada remaja putri. Jadi hipotesis diterima. Kata kunci : Citra Diri, Minat Membaca Majalah

5 5 LATAR BELAKANG MASALAH Pembicaraan tentang masalah remaja seolah tidak akan pernah ada habisnya. Pembahasan mengenai remaja selalu merupakan hal yang menarik. Berbagai kekhasan yang terjadi dalam masa ini membuat remaja memiliki tempat tersendiri yang tidak dapat dilewatkan dalam setiap pembahasan mengenai perkembangan dan perilaku manusia. Masa remaja merupakan masa transisi yang sulit bagi individu. Pada masa ini akan muncul kepekaan terhadap perubahan sosial dan peristiwa yang historis. Kondisi yang demikian menyebabkan remaja merasa terisolasi, hampa, cemas, dan bimbang. Mereka jadi sangat peka terhadap cara-cara orang lain memandang dirinya, merasa mudah tersinggung dan malu. Berdasarkan kondisi yang demikian remaja diharapkan mampu untuk membangun citra dirinya. Sebuah survey yang dilakukan oleh media interaktif Cakram.com (2000) menyebutkan bahwa remaja menganggap bahwa pakaian mencerminkan simbol status dan dapat menutupi kekurangan kondisi fisiknya. Remaja menganggap dengan menggunakan pakaian bermerek akan memiliki nilai simbolis bagi citra diri dan mengarah pada persepsi akan keanggotaan kelas sosial tertentu. Remaja memiliki keinginan untuk selalu tampak menarik dan diterima kelompoknya. Oleh karena itu remaja menganggap penampilan mereka tidak boleh berbeda dengan kelompoknya. Dapat dikatakan bahwa remaja tersebut memiliki citra diri yang buruk karena tindakan memakai pakaian di pengaruhi oleh kelompok referensi.

6 6 Menurut Gardner (2004), citra diri adalah buah pikiran tentang diri sendiri. Citra diri terbentuk dari hasil berbagai pengalaman, keberhasilan, kegagalan, dan tanggapan orang lain atas diri sendiri terutama selama masa kanak-kanak. Citra diri setiap remaja merupakan sesuatu yang riil, meskipun kebanyakan dari remaja tidak menyadarinya. Tidak ada masalah apabila citra diri remaja sesuai dengan kenyataan yang ada, tetapi masalah baru timbul apabila citra diri remaja tidak pas dengan kenyataan yang ada. Seorang remaja dapat membangun citra dirinya dengan cara mengenali potensi pribadi dan kelebihan-kelebihan khusus, mengakui kelemahan sendiri, belajar berkompromi, mengubah tekanan dan ketegangan menjadi motivator, mengganti sikap rendah diri dengan sikap bangga diri dan dengan membangun keyakinan yang teguh bahwa setiap orang berhak mendapatkan kebahagiaan (Gardner, 2004). Membaca merupakan sebuah sarana untuk menguak cakrawala pengetahuan sehingga menjadi sebuah kegiatan yang sangat penting bagi mereka yang ingin cerdas. Ajaran agama Islam sendiri bahkan sampai memerintahkan umatnya untuk membaca, seperti yang di cantumkan pada surat Al Alaq ayat 1-5. (Al- Qur an, 2000). Dengan membaca lima ayat yang merupakan wahyu pertama kali diturunkan di muka bumi, dapat dipahami dengan jelas bahwa Tuhan menurunkan wahyu pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW berupa instruksi untuk menumbuhkan budaya membaca. Budaya membaca pada remaja dapat dikenali dari watak dinamis yang tumbuh pada diri remaja, dalam hal ini minat merupakan salah satu faktor yang

7 7 mempengaruhi sikap dan perilaku individu (Hadipranata, 1981). Minat juga dapat menjadi sumber motivasi seseorang untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan objek minatnya karena ada perhatian atau rasa senang terhadap objek minat tersebut (Hurlock, 1993). Mappiare (1982) mengatakan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Secara umum ada dua macam tujuan individu dalam membaca, yaitu : mendapatkan pengetahuan yang dapat memperluas wawasan berpikir dan mendapatkan hiburan dan kesenangan (Purba, 1996). Untuk tujuan yang pertama yaitu mendapatkan pengetahuan, biasanya individu akan membaca buku-buku non fiksi yang cenderung berorientasi pada pengetahuan dan informasi, sedangkan untuk tujuan yang kedua adalah untuk kesenangan dan hiburan, individu akan mendapatkan dari majalah yang berorientasi pada gaya hidup dan trend masa kini. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi industri media dari mancanegara mulai marak masuk ke Tanah Air. Serbuan majalah-majalah mode dan gaya hidup transnasional yang terbit dalam edisi khusus bahasa Indonesia jelas menawarkan gaya hidup yang tidak mungkin terjangkau oleh kebanyakan masyarakat. Majalahmajalah yang diperuntukkan bagi remaja pria dan remaja wanita ini menanamkan nilai, cita rasa, dan gaya yang terlihat jelas dari kemasan, rubrik, atau kolom, dan dengan ideologi yang bisa dilihat dari slogannya yang menawarkan fantasi hidup seperti Be Smarter, Richer, and Sexier! atau Get Fun!.

8 8 Pada saat yang bersamaan, berkembang pula industri penerbitan khusus anak-anak dan remaja. Majalah-majalah remaja, baik remaja pria maupun remaja wanita yang mungkin tengah gelisah mencari identitas atau citra diri ini kini banyak beredar dengan kemasan yang tidak kalah dibandingkan dengan media transnasional. Bacaan khusus kawula muda ini banyak menawarkan gaya hidup dengan budaya selera di seputar perkembangan trend busana, problema gaul, pacaran, shopping, dan acara mengisi waktu senggang, yang secara perlahan tapi pasti ikut membentuk budaya kawula muda (youth culture) yang berorientasi pada gaya hidup fun!. Persepsi bahwa dengan membaca majalah akan membantu remaja menaikkan citra dirinya banyak dianut oleh remaja dengan citra diri negatif yang lebih didominasi oleh kontrol eksternal, sebaliknya jika seorang remaja memiliki kontrol internal yang tinggi dari pada kontrol eksternalnya maka remaja tersebut akan dapat bertindak secara rasional dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain (Monks dkk, 2004). Adanya perbedaan minat membaca pada remaja akan menjadikan remaja tersebut berbeda dalam hal menggambarkan dirinya (citra diri), di mana minat membaca merupakan salah satu tahap yang akan menentukan perilaku remaja dan juga akan membentuk suatu keyakinan pada diri remaja.

9 9 TINJAUAN PUSTAKA A. CITRA DIRI 1. Pengertian Citra Diri Citra diri adalah bagaimana seseorang melihat dirinya atau bagaimana bayangan atau gambaran seseorang mengenai diri sendiri (Chaplin, 2005). Diri atau self yang ada dalam gambaran seseorang merupakan suatu inner world manusia termasuk pemikiran dan perasaan, perjuangan dan harapan, ketakutan dan fantasi, juga pandangan tentang apa dan siapa dirinya serta bagaimana seseorang tersebut ingin di pandang. Gardner (2004) mengatakan citra diri adalah buah pikiran seseorang tentang dirinya sendiri atau gambaran diri dalam pandangan atau pikirannya sendiri. Bastaman (Muhyidin, 2003) tidak membedakan antara citra diri dengan konsep diri. Menurutnya, citra diri atau konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa citra diri merupakan gambaran tentang diri atau persepsi seseorang tentang diri yang didapat melalui pengalaman. 2. Aspek Citra Diri Rogers (Santrock, 2003) mengatakan bahwa pengaruh dan penilaian lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap terbentuknya citra diri, tetapi prosesnya sama sekali tidak pasif. Menurut Rogers, setiap manusia secara sadar

10 10 atau tidak sadar akan terus-menerus menyaring dan memilih hal mana yang dianggapnya penting dan bermakna untuk diinternalisasikan dan hal mana yang diabaikan karena dianggap tidak bermakna baginya. James (Suryabrata, 2007; Smith, 1961) mengatakan dasar komponen citra diri ada tiga, yaitu : a. Material self. Terdiri dari material possession, dimana tubuh menjadi bagian terpenting dalam diri individu sedangkan pakaian menjadi nomor dua b. Social self. Bagaimana pengenalan atau tanggapan yang didapatkan individu dari teman atau orang lain c. Spiritual self. Lebih mengarah kepada bagian terdalam dari diri individu sebagai subjek, dimana kemampuan-kemampuan serta kecakapan-kecakapan psikologis merupakan bagian yang paling menentukan dari diri individu. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Diri Mappiare (1982) mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi citra diri, yaitu : a. Penampakan menyeluruh; keadaan fisik dan psikis mempengaruhi pembentukan citra diri seseorang. Keadaan yang demikian seringkali dibandingkan dengan keadaan teman-teman sebaya sehingga dapat menimbulkan rasa rendah diri. b. Nama atau panggilan; hal ini besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri. Para remaja tidak senang terhadap nama yang dapat menjadikan mereka malu,

11 11 sehingga banyak di antara remaja mengganti nama atau panggilan diri yang sering diselaraskan dengan norma kelompoknya. c. Pakaian dan perhiasan adalah standar lain bagi remaja. Keadaan pakaian yang menurut remaja tidak memuaskan seringkali membuat remaja menghindar atau disingkirkan dari kelompoknya. d. Teman-teman sebaya dalam kelompok sangat berpengaruh terhadap citra diri. Penerimaan kelompok terhadap diri remaja, rasa ikut serta dalam kelompok dapat memperkuat citra diri remaja. e. Keadaan keluarga. Merupakan salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan citra diri dan rasa percaya diri remaja. Keadaan keluarga yang berkecukupan akan membentuk citra diri yang positif pada remaja. f. Situasi rumah tangga. Rumah tangga yang harmonis ikut membantu dalam perkembangan citra diri remaja. g. Sikap mendidik orang tua. Cara mendidik anak juga berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan citra diri remaja. Apabila seorang anak sering diperlakukan secara kasar, secara tidak langsung anak tersebut akan tidak pecaya diri dan citra dirinya rendah. h. Pergaulan. Merupakan salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan citra diri dan rasa percaya diri remaja. Dalam hal ini remaja sangat membutuhkan pergaulan terutam dengan teman-teman sebaya.

12 12 i. Perkembangan sosial. Pandangan remaja terhadap masyarakat dan kehidupan bersama dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya citra diri remaja. Lebih lanjut Chaney (1996) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi citra diri, adalah minat membaca. Bacaan yang banyak diperuntukkan khusus bagi remaja baik pria maupun wanita yang sedang gelisah mencari citra diri, kini banyak beredar. Bacaan ini menawarkan gaya hidup dengan budaya selera diseputar perkembangan trend busana, problema gaul, pacaran, shopping, dan acara mengisi waktu senggang yang secara perlahan akan mempengaruhi citra diri remaja. B. MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA 1. Pengertian Minat dan Faktor-faktornya Menurut Chaplin (2005) minat adalah perasaan yang menyatakan bahwa suatu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau berarti bagi individu. Sedangkan Mappiare (1982) mengatakan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Sementara itu Hurlock (1993) berpendapat bahwa minat merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang ingin mereka lakukan jika diberi kebebasan untuk memilih. Bila mereka melihat sesuatu

13 13 yang mempunyai manfaat bagi dirinya, maka mereka akan tertarik kepadanya serta menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Menurut Crow & Crow, ada tiga faktor yang mempengaruhi minat seseorang, yaitu : a. Faktor dorongan dari dalam. Misalnya rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda, dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari sesuatu. b. Faktor motif sosial. Misalnya minat dalam pengembangan diri dan dalam ilmu pengetahuan, mungkin di ilhami oleh hasrat untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain. c. Faktor emosional. Minat berhubungan dengan perasaan dan emosi, misalnya keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat lebih meningkatkan minat sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat. 2. Pengertian Membaca Belajar memang tidak terlepas dari membaca. Seseorang tidak dapat langsung terampil dan melakukan aktivitas membaca dalam waktu yang singkat. Kemampuan membaca hanya dapat diperoleh apabila seseorang mendapatkan pelajaran membaca, Bannatyne (Wulan, 1999) mengatakan bahwa sejauh yang diketahuinya, belum ada anak yang sangat pandai sekalipun yang dapat membaca tanpa mendapat pelajaran membaca secara formal. Glenn Doman (Yulia, 2005) mengatakan bahwa membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi dari otak manusia. Dari semua makhluk di dunia ini hanya

14 14 manusia yang dapat membaca, sehingga manusia juga di sebut sebagai makhluk membaca. Selain itu Yulia (2005) mengatakan bahwa membaca merupakan cara belajar yang tanpa batas dan juga sebagai fondasi bagi terbentuknya life long learner atau pembelajar sepanjang hayat karena buku adalah jendela dunia yang akan membawa seseorang ke arah tujuannya. 3. Pengertian Majalah Menurut Budiono (2005), majalah adalah surat kabar berkala dan terbit mingguan atau bulanan. Berbeda dengan surat kabar yang khusus memuat berita tentang kejadian sehari-hari, majalah memuat karangan berupa pembahasan yang ditulis oleh berbagai pengarang yang bertanggung jawab penuh atas karyanya itu. Jarak waktu penerbitan majalah lebih panjang dari pada surat kabar (Ensiklopedi Umum, 2006) Tipe suatu majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju, artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa. Bisa juga majalah tersebut mempunyai sasaran pembaca dengan profesi tertentu seperti pelaku bisnis, atau pembaca dengan hobi tertentu misalnya bertani, beternak dan memasak. Menurut Tondowidjojo (Setianingsih, 1994), majalah mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap lingkungan di mana remaja tersebut tinggal. Selain itu majalah juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap timbulnya perubahan sikap dan perilaku individu, hal ini dapat terjadi apabila :

15 15 a. Majalah itu ada dimana-mana dan mudah didapat sehingga mampu menjaring informasi yang ada b. Pesan-pesan yang disampaikan di dalam majalah tersebut ditampilkan secara berulang-ulang sehingga nantinya diharapkan dapat memperkokoh dampak majalah. 4. Pengertian Minat Membaca Majalah Remaja Pada dasarnya pengertian minat membaca majalah remaja hanya merupakan pengkhususan dari pengertian minat dan pengertian membaca secara umum seperti terpapar di atas. Minat membaca majalah diartikan sebagai sumber motivasi yang mengarahkan individu dalam melakukan sesuatu (dalam hal ini membaca majalah) yang memberikan manfaat disertai perasaan tertarik serta menimbulkan kepuasan bagi individu tersebut. Miller (Baron & Byrne, 2004) mengatakan bahwa minat dan kemauan seseorang merupakan penentu dan seharusnya menjadi determinan utama dalam tingkah laku seseorang. Dalam hal ini minat membaca yang dimiliki remaja akan mempengaruhi perilaku remaja dalam membaca majalah dan kemudian akan membentuk suatu keyakinan (belief) pada remaja. Keyakinan yang terbentuk ini akan dievaluasi dan kemudian akan menimbulkan sikap positif atau sikap negatif. 5. Aspek Minat Membaca Majalah Remaja Aspek-aspek dari minat membaca majalah yang di kemukakan oleh Tyas (2003) antara lain :

16 16 a. Adanya kesadaran akan manfaat membaca majalah. Hal ini menunjukkan sejauh mana remaja menyadari bahwa dengan membaca majalah akan memberikan manfaat bagi dirinya. b. Perhatian terhadap majalah. Sejauh mana remaja memberikan perhatian terhadap majalah, ini dapat ditunjukkan dari apakah remaja mengetahui hal-hal terbaru mengenai majalah tersebut, perkembangan majalah dari waktu ke waktu, serta kapan edisi majalah yang baru tersedia. c. Rasa senang membaca majalah. Hal ini menunjukkan sejauh mana remaja menikmati aktivitas membaca majalah dan juga bagaimana persepsi remaja terhadap aktivitas membaca majalah dibandingkan dengan aktivitas lainnya. d. Frekuensi membaca majalah. Menunjukkan seberapa sering remaja melakukan aktivitas membaca majalah dalam kehidupan sehari-harinya. C. REMAJA Menurut Erikson (Desmita, 20005) masa remaja merupakan suatu periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa ini sangat menentukan perkembangan kepribadian masa dewasa. Selain itu Kurt Lewin juga mengatakan bahwa remaja berada dalam posisi marginal yang merupakan batas akhir masa kanak-kanak dan batas awal masa dewasa.

17 17 Bila dibandingkan dengan masa-masa kehidupan yang lain, masa remaja akan mengalami perubahan dan perkembangan dalam berhubungan dengan sosialnya. Menurut Monks dkk (2004) perubahan sosial yang terjadi pada masa remaja ditandai dengan adaya keinginan remaja untuk menjauhkan diri dari orang tuanya sekaligus ingin mendekatkan dirinya dengan teman sebayanya. Akibat yang lain sehubungan dengan adanya perkembangan pada sosialnya yang disertai dengan meningkatnya dorongan seksual, maka remaja mulai tertarik dengan lawan jenisnya dan berusaha membina hubungan yang dekat dengan pasangannya dalam jangka waktu tertentu. D. HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA Budaya membaca pada remaja dapat dikenali dari watak dinamis yang tumbuh pada diri remaja, dalam hal ini minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku individu (Hadipranata, 1981). Minat juga dapat menjadi sumber motivasi seseorang untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan objek minatnya karena ada perhatian atau rasa senang terhadap objek minat tersebut (Hurlock, 1993). Globalisasi industri media dari mancanegara mulai marak masuk ke Tanah Air. Serbuan majalah-majalah mode dan gaya hidup transnasional yang terbit dalam edisi khusus bahasa Indonesia jelas menawarkan gaya hidup yang tidak mungkin terjangkau oleh kebanyakan masyarakat. Majalah-majalah yang diperuntukkan bagi pria dan wanita dewasa ini menanamkan nilai, cita rasa, dan

18 18 gaya yang terlihat jelas dari kemasan, rubrik, atau kolom, dan dengan ideologi yang bisa dilihat dari slogannya yang menawarkan fantasi hidup seperti Be Smarter, Richer, and Sexier! atau Get Fun!. Hurlock (1993) mengatakan, remaja mulai membatasi waktunya untuk membaca dan remaja cenderung lebih menyukai majalah daripada buku-buku. Lama-kelamaan buku-buku dan komik tidak lagi menarik dan majalah menjadi semakin populer. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa majalah merupakan media penyebaran informasi yang paling digemari oleh remaja. Hal ini bisa dilihat dari adanya anggapan di kalangan remaja bahwa majalah merupakan satu hal yang paling mengerti apa yang diinginkan oleh remaja. Miller (Baron & Byrne, 2004) mengatakan bahwa minat dan kemauan seseorang merupakan penentu dan seharusnya menjadi determinan utama dalam tingkah laku seseorang. Dalam hal ini minat membaca yang dimiliki remaja akan mempengaruhi perilaku remaja dalam membaca majalah dan kemudian akan membentuk suatu keyakinan (belief) pada remaja. Keyakinan yang terbentuk ini akan dievaluasi dan kemudian akan menimbulkan sikap positif atau sikap negatif. Sikap positif atau sikap negatif ini akan mempengaruhi cara pandang remaja mengenai dirinya, cara pandang remaja terhadap dirinya ini biasa disebut dengan citra diri. Remaja dengan citra diri negatif akan melakukan berbagai cara untuk menaikkan citra dirinya, sedangkan remaja dengan citra diri positif sudah merasa puas dengan keadaan dirinya sehingga mereka tidak perlu melakukan hal-hal yang akan menaikkan citra dirinya dimata orang lain atau agar diterima oleh kelompoknya.

19 19 Persepsi bahwa dengan membaca majalah akan membantu remaja menaikkan citra dirinya banyak dianut oleh remaja dengan citra diri negatif yang lebih didominasi oleh kontrol eksternal, sebaliknya jika seorang remaja memiliki kontrol internal yang tinggi dari pada kontrol eksternalnya maka remaja tersebut akan dapat bertindak secara rasional dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain (Monks dkk, 2004).

20 20 METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel Tergantung : Citra Diri 2. Variabel Bebas : Minat Membaca Majalah Remaja B. DEFINISI OPERASIONAL 1. Citra Diri Citra diri adalah gambaran tentang diri atau persepsi seseorang tentang diri yang di dapat melalui pengalaman. Citra diri merupakan suatu landasan bagi suatu bangunan yang dinamakan kepribadian. Pengukuran citra diri ini menggunakan skala citra diri yang menggunakan aspek-aspek citra diri yang dikemukakan oleh James yaitu material self, social self, dan spiritual self. Tingkat citra diri yang dimiliki seseorang dapat diketahui dari skor yang diperoleh. Semakin tinggi skor citra diri maka semakin tinggi citra diri yang dimiliki individu, sebaliknya semakin rendah skor citra diri maka semakin rendah pula citra diri individu tersebut. 2. Minat Membaca Majalah Remaja Pada dasarnya pengertian minat membaca majalah remaja hanya merupakan pengkhususan dari pengertian minat dan pengertian membaca secara umum seperti terpapar di atas. Minat membaca majalah diartikan sebagai sumber motivasi yang mengarahkan individu dalam melakukan sesuatu (dalam hal ini membaca majalah) yang memberikan manfaat disertai perasaan tertarik serta

21 21 menimbulkan kepuasan bagi individu tersebut. Pengukuran skala minat membaca majalah menggunakan aspek-aspek minat membaca majalah yang dikemukakan oleh Tyas yaitu adanya kesadaran akan manfaat membaca majalah, adanya perhatian terhadap majalah, adanya rasa senang membaca majalah, dan frekuensi membaca majalah. Tingkat minat membaca majalah individu dapat diketahui dari skor yang dicapai subjek dari hasil pengukuran. Semakin tinggi skor minat membaca majalah maka semakin tinggi minat membaca majalah pada individu, semakin rendah skor minat membaca majalah maka semakin rendah minat membaca majalah pada individu tersebut. C. SUBJEK PENELITIAN Responden penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa putri (siswi) yang berusia antara 15 sampai 18 tahun dan bersekolah di SMK Muhammadiyah 1 Berbek yang terletak di Jl.Dermojoyo 26 Desa Sengkut Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. D. METODE PENGUMPULAN DATA Pada penelitian ini data yang diperlukan adalah data variabel tentang citra diri dan minat membaca majalah. Data ini diungkap dengan menggunakan skala yang berupa pernyataan-pernyataan tertulis dengan maksud mendapatkan informasi dari subjek penelitian. Dalam penyusunan skala digunakan skala Likert yang dimodifikasi menjadi empat kategori jawaban dengan meniadakan kategori

22 22 jawaban ditengah (ragu-ragu). Jika disediakan kategori jawaban tersebut, akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari responden. Pernyataan dalam skala ini bersifat favourable dan unfavourable. Favourable adalah pernyataan yang memihak pada objek penelitian, sedangkan unfavourable adalah pernyataan yang tidak mendukung objek penelitian. Sistematika pengisian menggunakan model skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu: (1) SS (Sangat Sesuai) : bila pernyataan sangat sesuai dengan subjek (2) S (Sesuai) : bila pernyataan sesuai dengan subjek (3) TS (Tidak Sesuai) : bila pernyataan tidak sesuai dengan subjek (4) STS (Sangat Tidak Sesuai) : bila pernyataan sangat tidak sesuai dengan subjek Metode pengumpulan data untuk memperoleh data penelitian ini digunakan metode skala, yaitu : Skala citra diri yang dibuat oleh peneliti dengan mengambil aspek dari teori yang diungkap oleh James (Suryabrata, 2005; Smith, 1961). Penyusunan skala didasarkan pada dasar komponen citra diri yaitu material self, social self, dan spiritual self. Skala ini merupakan skala citra diri yang di adaptasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi citra diri yang dikemukakan oleh Mappiare (2005). Sedangkan skala minat membaca majalah digunakan untuk mengungkap tinggi rendahnya minat membaca majalah pada subjek penelitian. Ada empat aspek yang akan diukur dalam skala ini dan aspek tersebut dikemukakan oleh Tyas (2003), yaitu : adanya kesadaran akan manfaat membaca majalah, perhatian terhadap majalah, rasa senang membaca majalah, frekuensi membaca majalah.

23 23 Data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif dengan metode analisis data statistik uji korelasi Product-Moment dari Pearson. Analisis data ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara citra diri sebagai variabel tergantung dengan minat membaca majalah sebagai variabel bebas, dengan alat bantu yang digunakan untuk analisis adalah program komputer SPSS versi 12.0 for windows.

24 24 HASIL PENELITIAN Uji normalitas menggunakan teknik One Sample Kolmogorov Smirnov Test dari program SPSS 12.0 for windows XP. Diperoleh sebaran skor pada variabel citra diri adalah normal K Sz = 0,842 ; p = 0,477 atau p > 0,05, sedangkan sebaran variabel minat membaca majalah remaja adalah K Sz = 1,289 ; p = 0,72 atau p < 0,05. Karena data yang diperoleh memiliki signifikansi lebih dari 0,05 maka data ini memiliki distribusi normal. Variabel dikatakan linear jika anova-table menunjukkan p linearity kurang dari 0,05. Data yang didapat dari hasil penelitian menunjukkan F Linearity = 26,606 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel yaitu variabel citra diri dan variabel minat membaca majalah remaja adalah linear. Korelasi antara variabel citra diri dengan variabel minat membaca majalah remaja dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson pada program SPSS 12.0 for windows XP, diperoleh r = 0,302 ; p = 0,002 (p < 0,01). Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat membaca majalah remaja dengan citra diri pada remaja putri.

25 25 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan bahwa adanya korelasi positif yang signifikan antara minat membaca majalah remaja dengan citra diri pada remaja putri (p = 0,002 ; p < 0,01). Artinya bahwa ada hubungan yang positif antara minat membaca majalah remaja dengan citra diri pada remaja putri Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya minat membaca majalah remaja akan membantu remaja dalam hal menaikkan citra dirinya. Minat membaca merupakan salah satu tahap yang akan menentukan perilaku remaja dan juga akan membentuk suatu keyakinan pada diri remaja. Keyakinan yang terbentuk ini akan dievaluasi dan kemudian akan menimbulkan sikap positif atau sikap negatif. Sikap positif atau sikap negatif ini akan mempengaruhi cara pandang remaja mengenai dirinya (Citra Diri). Remaja dengan citra diri negatif akan melakukan berbagai cara untuk menaikkan citra dirinya, dalam hal ini perilaku remaja lebih didominasi oleh kontrol eksternal. Sedangkan remaja dengan citra diri positif sudah merasa puas dengan keadaan dirinya sehingga mereka tidak perlu melakukan hal-hal yang akan menaikkan citra dirinya, dalam hal ini kontrol internal lebih tinggi dari pada kontrol eksternalnya (Monks dkk, 2004). Hasil minat membaca majalah remaja pada penelitian ini tergolong tinggi, hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti maraknya globalisasi industri media dari manca negara yang mulai masuk ke tanah air. Banyaknya majalah-majalah yang diperuntukkan bagi remaja kini beredar dengan kemasan menarik yang didalamnya banyak menawarkan trend busana, problema gaul, pacaran, shopping,

26 26 dan ajaran mengisi waktu senggang. Seperti dikatakan Hurlock (1993) remaja mulai membatasi waktunya untuk membaca dan remaja cenderung lebih menyukai majalah daripada buku-buku. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa majalah merupakan media yang paling digemari oleh subyek. Hasil citra diri subyek pada hasil penelitian ini tergolong tinggi, artinya subyek mempunyai citra diri yang positif dimana subyek memiliki kontrol internal yang tinggi dari pada kontrol eksternalnya. Hal ini menjadikan subyek dapat bertindak secara rasional dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Sumbangan efektif dari minat membaca majalah remaja dengan citra diri pada remaja putri sebesar 9,1% (R Squared = 0,091). Mengindikasikan adanya faktor lain yang turut mempengaruhi citra diri, faktor-faktor tersebut berasal dari kontrol internal dan kontrol eksternal dari diri individu. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penelitian tentang minat membaca majalah remaja dengan citra diri ini dapat memenuhi tujuan peneliti yang menunjukkan adanya hubungan positif antara minat membaca majalah remaja dengan citra diri pada remaja putri.

27 27 KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara minat membaca majalah remaja dengan citra diri pada remaja putri ( r = 0,302 ; p = 0,002; p < 0,01 ). Artinya bahwa ada hubungan yang positif antara minat membaca majalah remaja dengan citra diri pada remaja putri Variabel minat membaca majalah remaja dalam penelitian ini tergolong tinggi, dan untuk variabel citra diri juga termasuk dalam kategori tinggi. 2. SARAN Penelitian ini merupakan salah satu wujud untuk memperkaya wacana Psikologi, yaitu psikologi kepribadian dan psikologi komunikasi dalam kaitannya dengan citra diri remaja. Diharapkan usaha ke arah ini terus dikembangkan guna membenahi kekurangan yang ada pada penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun saran-saran dari hasil penelitian ini adalah : a. Bagi subyek penelitian Tingkat citra diri pada subyek dalam penelitian ini tergolong tinggi, ini menunjukkan bahwa subyek memiliki persepsi yang positif terhadap dirinya. Dimana kontrol internal lebih tinggi dari pada kontrol eksternalnya. b. Bagi lembaga pendidikan

28 28 Dari hasil penelitian ini disebutkan bahwa minat membaca majalah remaja termasuk dalam kategori tinggi, begitu juga dengan citra diri pada subyek. Oleh karena itu, lembaga pendidikan yang menaungi subyek diharapkan dapat tetap mempertahankan pembinaan dan pengarahan dalam pengembangan citra diri subyek maupun dalam kehidupan sosial. Sehingga subyek memiliki citra diri positif dan dapat mengontrol faktor dari luar diri individu (faktor eksternal). c. Bagi peneliti selanjutnya Dari tinjauan teori yang ditulis bahwa ada dua ahli yang mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi citra diri (Mappiare, 1982 dan Chaney, 1996), didapat kesimpulan bahwa faktor yang dikemukakan oleh Chaney (1996) mempunyai korelasi sebesar 9,1 % (kecil) sehingga ada faktor lain yang lebih mempengaruhi citra diri remaja yang dapat diteliti. Penelitian ini juga dapat dilakukan secara eksperimen. Peneliti mencari populasi yang berbeda (citra diri rendah atau citra diri tinggi) kemudian diberi treatment, dari sini dapat dilihat apakah terjadi peningkatan yang signifikan yang dapat memperkuat teori Chaney (1996).

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rachmat Al Fajar F 100 950 017 /

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK Oleh: Amalia Gia Puspita Fuad Nashori PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2005 merupakan tahun saat penulis memasuki masa remaja awal, yakni 15 tahun dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada saat itu, masa remaja

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan oleh penelitian adalah persiapan penelitian terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. perananya dalam menentukan variabel secara teliti. Selain itu ia juga

BAB III METODELOGI PENELITIAN. perananya dalam menentukan variabel secara teliti. Selain itu ia juga 38 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Menurut Arikunto (2002 : 75) jenis pendekatan penelitian ditentukan oleh variabel penelitian. Namun jelas pendekatan juga tidak dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D) 87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian. 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB III PENYAJIAN DATA BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini akan dideskripsikan mengenai data setiap variabel yang diukur dalam penelitian ini didasarkan hasil jawaban kuesioner yang telah diberikan kepada responden, yaitu para

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari skala perilaku konsumtif dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan seperti perkembangan fisik, emosional, maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penentuan dan penetapan metode yang akan digunakan dalam sebuah penelitian ataupun penulisan karya ilmiah sangat penting. Pada dasarnya suatu penelitian adalah cara kerja agar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini meliputi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional, populasi,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini meliputi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional, populasi, BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16). 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Emosi remaja sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

Awal mustaqim* Samidjo** ABSTRAK

Awal mustaqim* Samidjo** ABSTRAK 215 PENGARUH PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEJURUAN DAN INFORMASI DUNIA KERJA TERHADAP MINAT BEKERJA SISWA KELAS XI PROGRAM STUDI MEKANIK OTOMOTIF SMK PATRIOT PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Awal mustaqim*

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional, di sini penulis hanya bermaksud untuk mengumpulkan data dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 42 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Dari data yang telah terkumpul dilaksanakan uji asumsi. Tujuan uji asumsi tersebut adalah untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Diri Responden Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas responden siswa laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17- Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-21 yaitu dimana remaja tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI (SELF IMAGE) DENGAN ASPIRASI KERJA PADA SALESMAN ABSTRAKSI

HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI (SELF IMAGE) DENGAN ASPIRASI KERJA PADA SALESMAN ABSTRAKSI HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI (SELF IMAGE) DENGAN ASPIRASI KERJA PADA SALESMAN ABSTRAKSI Untuk memenuhi sebagian syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: Prabangkoro Ardi F. 100 010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif. yang diteliti (Saifudin Azwar, 2003: 5).

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif. yang diteliti (Saifudin Azwar, 2003: 5). 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONISME PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UST YOGYAKARTA Ayentia Brilliandita Flora Grace Putrianti ABSTRACT This study aims to determine the relationship

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan tingkat pendidikan dasar secara formal setelah melalui tingkat sekolah dasar. Pada umumnya peserta tingkat pendidikan ini berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. b. Kepribadian Narsisme. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. b. Kepribadian Narsisme. B. Definisi Operasional digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu satu variabel kriterium dan dua variabel prediktor, sebagai berikut: 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin cepat ini, mempercepat pula perkembangan informasi di era global ini. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dapat begitu mudahnya

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA 30 HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA Astri Carissia Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak dan dewasa adalah fase pencarian identitas diri bagi remaja. Pada fase ini, remaja mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Oleh: Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia remaja merupakan dunia yang penuh dengan perubahan. Berbagai aktivitas menjadi bagian dari penjelasan usianya yang terus bertambah, tentu saja karena remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Marheni (dalam Soetjiningsih, 2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan pada data-data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel disebut juga sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN dapat menurun, maka akan memberi pengaruh juga pada fisiologis dan perilaku secara umumnya. D. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan negatif antara dukungan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa di masa depan yang diharapkan dapat memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan pendidikan akademis dengan belajar, yang berguna bagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran Umum Subjek Pengambilan data lapangan berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian, yaitu merupakan upaya yang menggambarkan keseluruhan pemikiran atau program penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Religiusitas adalah suatu keadaan yang mendorong diri seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama yang dipeluknya. Religiusitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELIITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan

BAB III METODE PENELIITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan BAB III METODE PENELIITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian yang berwujud data kuantitatif dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1 1 BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakterisitik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar sebanyak 100 orang yang penulis temui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Alienasi 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua 3. Variabel Mediator : Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Survei (metode survei). Kasiram (2008) dalam bukunya Metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas : Gaya Kepemimpinan Transformasional Variabel Tergantung : Kepuasan Kerja B. Definisi Operasional 1. Kepuasan Kerja a. Secara

Lebih terperinci

Pertama-tama izinkanlah, saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk membaca buku ini. Mudah-mudahan ucapan ini bukan sekadar basa-basi

Pertama-tama izinkanlah, saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk membaca buku ini. Mudah-mudahan ucapan ini bukan sekadar basa-basi Pendahuluan Pertama-tama izinkanlah, saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk membaca buku ini. Mudah-mudahan ucapan ini bukan sekadar basa-basi yang mungkin sudah mengemuka dalam setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian menjelaskan secara deskriptif dengan di sertai

Lebih terperinci

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan sebuah cara untuk menyelesaikan penelitian sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang hendak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci